MANAGEMENT IN EDUCATION
This entry was posted on 15 Juni 2010, in manajemen pendidikan. Bookmark the permalink.Tinggalkan
komentar
Rate This
PENDAHULUAN
Arti penting dari manajemen yang efektif dalam organisasi pendidikan telah semakin
disadari. Sekolah dan universitas nampak jauh lebih efektif dalam memberikan
pendidikan yang baik bagi para siswa dan mahasiswa jika dikelola dengan baik.
Penelitian mengenai efektivitas sekolah dan peningkatan kualitas sekolah di berbagai
negara menunjukkan bahwa kualitas kepemimpinan dan manajemen merupakan salah
satu variabel yang paling penting untuk membedakan antara sekolah yang sukses
dengan yang tidak sukses (Sammons et al., 1994). Temuan tersebut berarti bahwa
manajemen merupakan sebuah aspek yang tidak dapat diremehkan bagi institusi
pendidikan. Manajemen yang bagus membuat sebuah perbedaan bagi kualitas sekolah
dan universitas dan prestasi pendidikan bagi para siswanya.
Pengenalan sekolah dan universitas yang menerapkan manajemen diri di berbagai
negara, termasuk Australia, Inggris dan Wales, Hongkong, Israel, New Zealand dan
Amerika Serikat, juga telah meningkatkan arti penting dari manajemen sekolah dan
universitas yang efektif. Hal ini karena sekolah mengemban tanggung jawab atas
berbagai fungsi yang sebelumnya diemban oleh pemerintahan negara, wilayah, dan
daerah. Hal ini sering meliputi manajemen keuangan, manajemen pegawai dan
manajemen hubungan dengan kelompok-kelompok eksternal dari sekolah dan
universitas. Saat ini organisasi pendidikan telah memiliki tanggung jawab langsung untuk
sebagian besar aspek manajemen, dimungkinkan bagi para pemimpin untuk mengadopsi
sebuah pendekatan strategis, yang meliputi beberapa aspek yang berbeda dari
manajemen untuk menentukan dan mencapai tujuan.
Dari segi operasional, manajemen strategis mempunyai dua kebutuhan penting, yaitu:
Scope
Kerangka waktu
Strategi membutuhkan sebuah skala waktu yang diperluas. Manajemen jangka panjang
bukan hanya merupakan sebuah respons terhadap kejadian yang terjadi saat ini. Secara
umum, kerangka waktu tersebut akan meluas menjadi sebuah periode yang terdiri dari
beberapa tahun dan direfleksikan dalam rencana pengembangan.
Manajemen tidak terbatas hanya pada kepala sekolah/pemimpin atau direktur eksekutif.
Manajemen merata di antara mereka yang bertanggung jawab atas pengembangan
kurikulum dan perlakuan terhadap siswa. Namun, manajemen strategis biasanya diuji
oleh pemimpin atau tim manajemen senior (SMT) yang bekerja dengan badan yang
mengaturnya.
MANAJEMEN DAN KEPEMIMPINAN
Istilah kepemimpinan dan manajemen kadang-kadang digunakan secara bergantian
atau dianggap sebagai sinonim. Hal ini sesuai sampai sejauh ini karena aktivitas tersebut
sering dilakukan di sekolah dan universitas oleh orang yang sama, dan sering pada saat
yang bersamaan. Pada tahun 1990-an, sebuah perbedaan telah dibuat antara kedua
konsep tersebut. Kepemimpinan kadang dihubungkan dengan visi dan nilai sedangkan
manajemen dikatakan berhubungan dengan proses dan struktur. Kepemimpinan telah
artikan oleh beberapa pihak, misalnya oleh direktur eksekutif dari Badan Pelatihan Guru
di Inggris dan Wales, sebagai aspek yang paling penting bagi keberhasilan sekolah
sedangkan manajemen telah ditempatkan pada posisi kedua:
isu utama yang ingin kami bahas adalah kepemimpinan, khususnya bagaimana kualitas
kepemimpinan dapat ditentukan dan ditingkatkan (Millett, 1996).
Para penulis saat ini memiliki pandangan yang berbeda, meyakini bahwa perbedaan
antara kepemimpinan dan manajemen sering terlalu berlebihan dan bahwa kedua hal
tersebut sama pentingnya bagi efektivitas pendidikan:
Organisasi yang memiliki manajemen yang bagus namun di bawah kepemimpinan yang
buruk pada akhirnya akan kehilangan semangat atau tujuan. Organisasi yang dikelola
dengan buruk yang memiliki pemimpin yang berkarisma kuat mungkin akan hanya akan
melejit sesaat saja untuk kemudian jatuh setelahnya. Tantangan dari organisasi modern
membutuhkan perspektif yang obyektif dari para manajer serta visi yang cerdas dan
komitmen yang diberikan oleh kepemimpinan yang bijaksana (Bolman dan Deal, 1991,
hal. Xiii-xiv).
Metodesama pentingnya dengan pengetahuan, pemahaman dan orientasi nilai
Menegakkan dikotomi semacam ini antara sesuatu yang murni disebut kepemimpinan
dan sesuatu yang kotor yang disebut manajemen, atau antara nilai dan tujuan pada
satu sisi dan metode serta keahlian di sisi lain, akan sangat berbahaya (Glatter, 1997,
hal. 189).
Kepemimpinan dan manajemen yang efektif dibutuhkan untuk menghasilkan
peningkatan kualitas sekolah. Kami beralih saat ini untuk membicarakan sifat dari
manajemen dalam pendidikan. Kepemimpinan akan dibahas secara detail pada Bab 4.
APAKAH YANG DIMAKSUD DENGAN MANAJEMEN PENDIDIKAN?
Manajemen pendidikan merupakan sebuah bidang studi dan praktek mengenai operasi
yang dijalankan organisasi pendidikan (Bush, 1995). Tidak ada definisi khusus yang
diterima secara luas mengenai subyek tersebut karena asal-usul konseptualnya berbeda
yang akan direfleksikan pada bab selanjutnya. Contoh-contoh berikut menunjukkan
beberapa pengertian yang umum namun terdapat perbedaan penekanan yang jelas:
Manajemen merupakan sebuah proses yang berkelanjutan di mana para anggota Dari
sebuah organisasi berusaha untuk mengkoordinasikan aktivitas mereka dan
memanfaatkan sumber daya yang mereka miliki dengan tujuan untuk memenuhi
berbagai tugas dari organisasi tersebut seefisien mungkin (Hoyle, 1981, hal. 8).
[Manajemen] adalah sebuah aktivitas yang melibatkan tanggung jawab untuk
memastikan segala sesuatu diselesaikan oleh orang lain (Cuthbert, 1984, hal. 37).
[Manajemen berkonsentrasi pada] operasi internal dari institusi pendidikan, dan juga
dengan hubungan mereka dengan lingkungan di mana mereka berada, yaitu, komunitas
di mana mereka didirikan, dan dengan badan pengatur pada siapa mereka secara formal
bertanggung jawab (Glatter, 1979, hal. 16).
Everard dan Morris (1990, hal. 4) mengidentifikasi lima tahap dalam manajemen:
a)
b)
Merencanakan bagaimana kemajuan akan dibuat atau sebuah tujuan akan dicapai
c)
Mengatur sumber daya yang tersedia (manusia, waktu, dan material) sehingga
Tahap-tahap tersebut dapat diterapkan bagi pekerjaan setiap guru namun, seperti yang
diimplikasikan dalam definisi Cuthbert, manajemen secara umum berhubungan dengan
bekerja sama dengan pegawai yang lain. Kepala sekolah dan pemimpin sekolah serta
para anggota SMT, akan secara umum dianggap sebagai manajemen senior sedangkan
kepala departemen atau pemimpin subyek, bersama dengan kepala tahunan, merupakan
manajer tingkat menengah. Guru kelas yang tidak memiliki peran lain tidak akan
dianggap sebagai manajer atau pegawai lain.
Komentar
Pada sebagian besar sekolah dasar di Inggris, hanya kepala guru yang memiliki waktu
yang secara khusus dialokasikan bagi kegiatan manajemen. Wakil kepala dan koordinator
mata pelajaran biasanya bekerja full-time sebagai guru kelas. Namun, mereka masih
memenuhi definisi manajemen yang dibicarakan di atas. Ketika hanya sedikit waktu yang
tersedia bagi tugas-tugas manajemen merupakan sebuah masalah, tanggung jawab
mereka terhadap mata pelajaran berarti bahwa mereka masih harus dianggap sebagai
manajer. Pada banyak sekolah, semua pegawai memiliki tanggung jawab atas mata
pelajaran dan karenanya memiliki kewajiban manajemen.
Pada beberapa negara yang lain, khususnya Cina, Hongkong, dan Singapura, sekolah
dasar di sana umumnya lebih besar daripada yang ada di Inggris dan penanggung jawab
mata pelajaran secara umum disebut kepala departemen. Para manajer menengah
tersebut juga tidak memiliki waktu tatap muka yang dialokasikan bagi peran manajemen
mereka.
TUJUAN MANAJEMEN PENDIDIKAN
Aspek yang pertama dari manajemen yang diidentifikasikan oleh Everard dan Morris (di
atas) adalah menentukan arah dan tujuan. Sebuah orientasi tujuan yang jelas adalah
hal yang utama bagi banyak pendekatan teoritis bagi manajemen pendidikan, seperti
yang akan kita lihat selanjutnya. Dua contoh akan menggambarkan poin tersebut:
Menentukan tujuan adalah sebuah fungsi utama dari administrasi (Culbertson, 1983,
dikutip oleh Bush, 1995, hal. 1).
Sebuah organisasi dibuat untuk mencapai tujuan tertentu melalui aktivitas kelompok
(cyert, 1975, dikutip dalam Bush, 1995, hal. 2).
Pada level general, penentuan tujuan dalam pendidikan adalah hal yang mendasar; hal
ini harus berhubungan dengan pembelajaran. Sebuah contoh yang sederhana diberikan
sebagai berikut:
Masalahnya di sini adalah mengenai integritas dan konsistensi manajemen sekolah dan
universitas harus secara logis berasal dari tujuan utama mereka dan memberikan sebuah
pengertian yang jelas mengenai prinsip-prinsip yang sedang bekerja. Kami dapat
meringkas hal ini dengan ungkapan lama praktekkan apa yang anda pelajari.
Dalam prakteknya, terdapat beberapa kesulitan yang nyata yang bergerak di luar titik
awal yang tidak pasti ini. Tiga aspek dari penentuan tujuan mungkin sangat problematis:
Nilai dari pernyataan formal atas tujuan
Apakah tujuan ditentukan bagi organisasi atau bagi individu tertentu
Bagaimana tujuan institusi ditentukan
Tujuan formal
Tujuan formal dari sekolah dan universitas cenderung untuk tidak terlalu jelas dan
bersifat umum. Mereka biasanya mengatur dukungan substansial namun sering
memberikan sebuah dasar yang tidak memadai bagi tindakan manajerial. Sebuah tujuan
umum dalam sebuah sekolah dasar atau sekolah menengah mungkin fokus pada
penguasaan oleh setiap muridnya dalam hal keahlian fisik, sosial, intelektual dan kualitas
moral. Hal ini berharga namun memiliki keterbatasan yang cukup berarti sebagai sebuah
panduan untuk pengambilan keputusan. Tujuan yang lebih spesifik sering gagal untuk
mencapai level kesepakatan yang sama. Sebuah proposal yang diajukan untuk
Penentuan tujuan
Proses dalam penentuan tujuan organisasi merupakan inti dari manajemen pendidikan.
Dalam beberapa lokasi, tujuan ditentukan oleh koordinator guru ataupun kepala sekolah,
sering juga dengan bekerjasama dengan kolega senior. Pada beberapa sekolah dan
perguruan tinggi, penentuan tujuan merupakan sesuatu yang harus diambil secara
bersama dalam kelompok atau staff. Tujuan sekolah dan perguruan tinggi ini banyak
dipengaruhi oleh tekanan dari luar organisasi. Argument mengenai kurikulum nasional di
Inggris dan Wales merupakan gejala yang bisa terlihat tentang keluasan dan kealamian
dari resep dalam dunia pendidikan. Institusi mungkin lebih banyak memberikan tugas
dalam menginterpretasikan persyaratan-persyaratan eksternal dibandingkan dengan
menentukan tujuan sebagai dasar dari penilaian diri tentang apa yang siswa inginkan
(diadaptasikan dari Bush, 1995, hal. 2-3).
Berdasarkan kesulitan ini, menjadi mungkin untuk membuat prinsip secara general
bidang manajemen dalam institusi pendidikan. Everard dan Morris (1990, pp. 11-12)
memberikan lima resep untuk sekolah:
1.
2.
3.
4.
5.
Pada level tertinggi dalam abstraksi, seperti nilai yang diterapkan, dan sering
dioperasikan, semua organisasi yang sukses, menjadikan mereka lebih
berpendidikan dan komersial, dan mereka mampu bertindak diantara keduanya.
BAB II
KOMENTAR
Manajemen dan kepemimpinan merupakan suatu hal yang berbeda akan tetapi
mempunyai kesatuan fungsi yang sangat penting bagi kelangsungan organisasi. Dalam
pembahasan diatas disajikan data-data tentang perdebatan konseptual mengenai
manajemen dan kepemimpinan, dan mendapatkan kesimpulan bahwa kepemimpinan
dan manajemen yang efektif sangat dibutuhkanuntuk meningkatkan kualitas sekolah.
Menurut Husaini Usman (2008: 271) perbedaan antara pemimpin (leader) dan manajer
bisa diibaratkan sebagai sopir bus dengan kernetnya. Sopir bus bertindak sebagai
pemimpin yang menentukan kemana bus hendak dibawa. Agar perjalanan bus selamat
sampai tujuan maka seorang sopir harus mempunyai pandangan yang jauh (visi).
Sedangkan kernet lebih ke arah urusan ke bawah seperti membersihkan bus, mengisi
bahan bakar, menyediakan makan kecil, serta menagih biaya bus. Dari ilustrasi tersebut
diketahui bahwa pemimpin berfungsi untuk hal yang berhubungan dengan visi ke depan
sebuah organisasi dan bagaimana cara mewujudkannya sedang manajer lebih berfungsi
sebagai pelaksana misi serta pengorganisasi kegiatan yang harus dilakukan oleh anggota
organisasi.
Dalam makalah diatas juga disajikan tahap-tahap dalam manajemen tetapi tahap tahap
tersebut tidak dijelaskan penerapannya dalam manajemen pendidikan. Demikian juga
fungsi guru dalam proses manajemen, guru dianggap tidak memiliki peran dalam
Manajemen umum yang telah dibuat standartnya oleh pemerintah pusat kemudian di
sesuaikan dengan manajemen yang berlaku di daerah. Pada era otonomi daerah saat ini,
manajemen yang di gunakan adalah manajemen berbasis sekolah dimana sekolah dapat
menentukan sendiri arah dan tujuan sekolah di masa yang akan datang. Dalam
manajemen ini, pihak sekolah diharapkan mampu untuk menentukan visi dan misi
sekolah secara jelas serta membuat rencana strategi dimasa rentang waktu tertentu.
Pemerintah juga telah membuatkan jenjang-jenjang tertentu dengan standart tertentu
sebagai acuan sekolah untuk menentukan tingkat kemajuan dan pengembangan sekolah.
Rencana strategi yang dibuat berupa RKAS dan RPS merupakan bukti bahwa manajemen
strategi telah mulai digunakan di tingkat sekolah. Rencana strategi yang berupa RKAS
memuat rencana jangka panjang yang harus dilakukan sekolah 4 sampai 5 tahun ke
depan, di dalamnya berisi visi dan misi sesuai dengan standart yang telah ditetapkan
oleh pemerintah. Standart tersebut berupa 8 standar yang termaktub dalam 8 Standar
Nasional Pendidikan (SNP). RPS berisi rencana operasional yang akan dilakukan selama
satu tahun untuk mewujudkan visi yang telah dibuat sebelumnya.
Penentuan visi dan misi yang ada dalam RKAS biasanya di lakukan melalui proses
kesepakatan antara manajemen sekolah dengan komite sekolah dibawah pengawasan
Dinas Pendidikan. Selanjutnya dalam proses pelaksanaanya secara berkala dilakukan
monitoring evaluasi, baik dari pihak sekolah sendiri ataupun dari pihak komite sekolah.
Sumber
Bush, Tony (2000). Leadership and strategic management in education.
Husaini Usman (2008). Manajemen teori praktik dan riset pendidikan.