Anda di halaman 1dari 79

A.

PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai tujuan yang
ditetapkan ditentukan oleh fungsi yang sangat penting dalam
kepemimpinan, yaitu pembuatan keputusan. Semakin tinggi posisi
seseorang dalam kepemimpinan organisasi maka pembuatan keputusan
menjadi tugas utama yang harus dilakukan.
Keputusan adalah penilaian atau pilihan antara dua hal atau
lebih yang timbul dalam situasi tertentu. Pembuatan keputusan adalah
serangkaian aktivitas yang dilakukan oleh seseorang dalam usaha
memecahkan permasalahan yang sedang dihadapi kemudian
menetapkan berbagai alternatif yang dianggap paling rasional dan sesuai
dengan lingkungan organisasi. 1 Pembuatan keputusan mempunyai arti
sangat penting bagi organisasi, maju dan mundurnya suatu organisasi
ditentukan oleh seorang pemimpin dalam membuat keputusan.
Pembuatan keputusan merupakan salah satu fungsi dasar kepemimpinan
dalam menjalankan organisasi. Sedangkan kepemimpinan merupakan
intisari dari keseluruhan proses administrasi. Maka pembuatan
keputusan dapat dimaknai sebagai intisari dari proses administrasi dalam
organisasi, dan menjadi tanggung jawab utama pimpinan sebagai
administrator organisasi.2
Dalam membuat keputusan pimpinan harus berhati – hati,
karena keputusan merupakan permulaan dari suatu tindakan. Jika
pemulaan baik maka hasil dari pekerjaanpun akan baik sesuai dengan
yang diharapkan. Kesalahan dalam pembuatan keputusan biasanya sadar
atau tidak sadar dilakukan oleh para pimpinan organisasi. Kesalahan
tersebut bisa disebabkan oleh berbagai macam faktor diantaranya adalah
sumber informasi yang diperoleh pimpinan kurang dan strategi yang

1
I. Hasan, Pokok-pokok Materi Teori Pengambilan Keputusan (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2001),
38.
2
S.P. Siagian, Teori dan Praktek Kepemimpinan (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2003), 65.

1
digunakan oleh pimpinan dalam pembuatan keputusan kurang sesuai
dengan apa yang akan diputuskan sehingga keputusan yang diambil
kurang efektif.
Esensi dari sebuah pembuatan keputusan adalah proses
penentuan pilihan. Secara alami, manusia akan diperhadapkan kepada
berbagai pilihan dan secara alami juga ia dilatih membuat keputusan
dari pilihan-pilihan hidup yang dialaminya. Oleh karena itu
sesungguhnya manusia akan terus menerus menentukan pilihan hidup
dari waktu ke waktu sampai akhir kehidupan. Proses inilah yang disebut
dengan pembuatan keputusan. Jadi, esensi dari sebuah pembuatan
keputusan adalah proses penentuan pilhan. Hanya saja pada
kenyataannya ada individu yang mampu dengan tepat membuat
keputusan ada juga yang tidak mampu, kenyataan seperti ini terjadi
mungkin disebabkan oleh kesalahan strategi yang digunakannya.3
Kepemimpinan kadangkala diartikan sebagai pelaksanaan
otoritas dan pembuat keputusan. Untuk itu diperlukan adanya strategi
untuk menjalankan tugas kepemimpinan. Dalam rangka memberikan
ulasan tentang strategi kepemipinan dalam pembuatan keputusan. Oleh
sebab itu makalah ini akan membahas secara khusus mengenai strategi
kepemimpinan pendidikan dan pembuatan keputusan.
2. Rumusan Masalah
a. Apa saja strategi kepemimpinan pendidikan ?
b. Apa saja taktis kepemimpinan pendidikan ?
c. Apa saja teknis kepemimpinan pendidikan ?
d. Apa pengertian pembuatan keputusan ?
e. Apa saja model pembuatan keputusan ?
f. Apa saja teori pembuatan keputusan: model Janis-Mann ?
g. Apa saja langkah-langkah pembuatan keputusan ?

3
J. Salusu, Pengambilan Keputusan Strategik, Untuk Organisasi Publik dan Organisasi Nonprofit
(Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia, 1996), 57.

2
h. Bagaimana proses pembuatan keputusan ?
i. Bagaimana hubungan kepemimpinan pendidikan dengan pembuatan
keputusan ?
j. Apa saja konsep pembuatan keputusan menurut Islam serta dalilnya ?

B. PEMBAHASAN
1. Strategi Kepemimpinan Pendidikan
Kata “Strategi” berasal dari bahasa Yunani “Strategos” yang
berasal dari kata “Stratos” yang berarti militer dan “Ag” yang artinya
memimpin. Strategi dalam konteks awalnya ini diartikan sebagai
Generalship atau sesuatu yang dikerjakan oleh para jenderal dalam
membuat rencana untuk menakhlukkan musuh dan memenagkan perang.
Dalam manajemen strategi diartikan sebagai program umum dari
tindakan dan komitmen atas pemahaman-pemahaman kearah pencapaian
tujuan meyeluruh. Strategi ialah suatu keputusan dasar yang diambil
oleh pemimpin dan diimplementasikan oleh seluruh anggota suatu
lembaga dalam rangka pencapaian tujuan lembaga.4
Cravens strategi adalah rencana yang disatukan dan
terintegrasi, menghubungkan keunggulan strategi organisasi dan dicapai
melalui pelaksanaan yang tepat oleh organisasi. Strategi dimulai dengan
konsep menggunakan sumber daya organisasi secara efektif dalam
lingkungan yang berubah-ubah.5
Kotler mengemukakan bahwa strategi adalah penempatan misi
suatu organisasi, penetapan sasaran organisasi dengan mengingat
kekuatan eksternal dan internal, perumusan kebijakan dan teknik
tertentu untuk mencapai sasaran dan memastikan implementasinya

4
Hendiyat Soetopo dan Wastiy Soemanto, Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan (Jakarta: Bina
Aksara, 1988), 4.
5
David Cravens, Pemasaran Strategis (Jakarta: Erlangga, 2001), 6.

3
secara tepat sehingga tujuan dan sasaran utama dari organisasi akan
tercapai.6
Aliminsyah dan Pandji mengartikan bahwa strategi adalah
wujud rencana yang terarah untuk memperoleh hasil yang maksimal.
Dalam hal ini strategi dalam setiap organisasi merupakan suatu rencana
keseluruhan untuk mencapai tujuan. Jadi organisasi tidak hanya memilih
kombinasi yang terbaik, tetapi juga harus mengkoordinir berbagai
macam elemen untuk melaksanakan kegiatannya secara efisien dan
efektif.7
Dengan adanya strategi, maka suatu organisasi akan dapat
memperoleh kedudukan atau posisi yang kuat dalam wilayah kerjanya.
Hal ini disebabkan karena organisasi tersebut mempunyai pengetahuan
dan pengalaman yang lebih baik dalam melakukan pendekatan bagi
pemenuhan kebutuhan dan keinginan pelanggan dalam wilayah kerja
yang dilayaninya.
Dengan demikian strategi adalah sarana yang digunakan untuk
mencapai tujuan akhir dari suatu organisasi, namun strategi bukanlah
sekedar suatu rencana, melainkan adalah rencana yang menyatukan.
Strategi mengikat semua bagian yang ada dalam organisasi menjadi
satu, sehingga strategi meliputi semua aspek penting dalam suatu
organisasi, strategi itu terpadu dari semua bagian rencana yang harus
serasi satu sama lain dan berkesesuaian. Oleh karena itu penentuan
strategi membutuhkan tingkatan komitmen dari suatu organisasi, dimana
tim organisasi tersebut bertanggung jawab dalam memajukan strategi
yang mengacu pada hasil atau tujuan akhir.
Kepemimpinan pendidikan adalah proses pemimpin pendidikan
mempengaruhi peserta para peserta didik dan para pemangku

6
John Kotler, Teori Kepemimpinan (Jakarta: Prenhalindo, 2008), 31.
7
Aliminsyah dan Pandji, Kamus Istilah Manajemen (Bandung : CV. Yrama Widya, 2004), 81.

4
kepentingan pendidikan serta menciptakan sinergi untuk mencapai
tujuan pendidikan.8
Pemimpin dalam suatu lembaga terutama lembaga pendidikan
harus mampu merumuskan dan menentukan strategi lembaga, sehingga
lembaga yang bersangkutan tidak hanya mampu mempertahankan
eksistensinya, akan tetapi tangguh melakukan penyesuaian dan
perubahan yang diperlukan sehingga lembaga semakin meningkat
efektivitas dan produktivitasnya. Untuk mewujudkan situasi demikian,
pemimpin harus menguasai strategi yang tepatdan sesuai bagi organisasi
yang dipimpinnya. Diantara strategi yang digunakan pemimpin adalah
sebagai berikut:
a. Perumusan misi lembaga
Misi merupakan unsur terpenting dalam lembaga, karena
misislah yang membedakan antara satu lembaga dengan lembaga
lainnya. Misi adalah suatu pernyataan umum dan abadi tentang
maksud lembaga, misi merupakan perwujudan dasar filsafat
pembuatan keputusan strategik lembaga. Misi lembaga juga
menunjukkan fungsi yang hendak dijalankan lembaga.9 Bebrapa ciri
yang harus tergambar dengan jelas dalam suatu misi, antara lain
adalah:
1) Merupakan suatu pernyataan yang bersifat umum dan berlaku
untuk kurun waktu yang panjang tentang niat lembaga yang
bersangkutan.
2) Mencakup filsafat yang dianut dan akan digunakan oleh pembuat
keputusan strategik dalam lembaga.
3) Secara implisit menggambarkan citra yang hendak disampaikan
kepada masyarakat luas.

8
Dr. Wirawan, Kepemimpinan Teori, Psikologi, Perilaku Organisasi, Aplikasi dan Penelitian
(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2014), 532.
9
T. Hani Handoko, Manajemen (Jogjakarta: BPFE, 2000), 108.

5
4) Merupakan pencerminan jati diri yang ingin diciptakan,
ditumbuhkan, dan dipelihara.
5) Menunjukkan jasa yang diandalkan.
6) Menggambarkan dengan jelas kebutuhan apa yang dibutuhkan
oleh masyarakat.10
b. Penentuan profil lembaga
Lembaga mempunyai keterbatasan dan kemampuan untuk
menyediakan sumber-sumber yang diperlukan baik dalam arti dana,
sarana-prasarana, waktu, dan tenaga kerja. Menghadapi masalah
demikian pemimpin perlu menganalisis kemampuan dan keterbatasan
lembaga berdasarkan sumber yang dimiliki. Berdasarkan analisis
itulah profil lembaga ditetapkan. Profil dimaksudkan untuk
menggambarkan kuantitas dan kualitas berbagai sumber yang
dimiliki untuk dimanfaatkan dalam rangka pelaksanaan strategi yang
ditetapkan dalam lembaga. Peranan profil lembaga sangat penting
untuk menggambarkan sejarah lembaga dimasa lalu yang dikaitkan
dengan sistem nilai dan kultur yang ada untuk digunakan sebagai
dasar meramalkan kemampuan lembaga di masa depan, sekaligus
memperkuat identitas yang telah dinyatakan dalam misi.11
c. Analisis dan pilihan strategis
Analisis dalam manajemen strategis untuk memperoleh data
yang tepat sehingga terlihat perbedaan yang nyata antara
kemungkinan sebagai peluang dan kemungkinan yang diinginkan,
jika proses demikian dilalui dengan tepat, hasilnya ialah suatu pilihan
yang strategis. Suatu pilihan strategis harus berpusat pada
penggabungan sasaran jangka panjang stratgi dasar lembaga yang
mampu menempatkan lembaga pada posisi yang optimal dalam
menghadapi lingkungannya dalam rangka mengemban misi yang

10
Sondang P. Siagian, Manajemen Strategik (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), 32.
11
Ibid.

6
telah ditetapkan sebelumnya. Agar semuanya itu tercapai, pemimpin
harus mampu menemukan dan menentukan berbagai alternativ yang
menurut hasil anilisis layak untuk dipertimbangkan.12
d. Penetapan sasaran jangka panjang
Pada umumnya pencapaian sasaran melibatkan berbagai
unsur lembaga seperti keuntungan, produktivitas, hubungan yang
serasi dengan karyawan, pengembangan para karyawan dan tanggung
jawab seorang pemimpin kepada lembaganya. Pemimpin harus
memperhatikan berbagai sasaran yang ingin dicapai, tidak hanya
menyangkut produk tetapi sedapat mungkin didasarkan pada
keunggulan yang kompetitif.13
e. Penentuan strategi induk
Untuk mencapai berbagai ssaran yang telah ditentukan,
setiap lembaga memerlukan strategi induk. Yang dimaksud dengan
strategi induk ialah suatu rencana umum yang bersifat menyeluruh
atau komperhensif yang mengandunga arahan tentang tindakan-
tindakan utama yang apabila terlaksana dengan baik akan berakibat
pada tercapainya sasaran jangka panjang dalam lingkungan eksternal
yang bergerak dinamis. Strategi induk merupakan suatu pernyataan
oleh pemimpin tentang cara-cara yanga akan digunakan dimasa
depan untuk mencapai berbagai sasaran yang telah ditetapkan. Dapat
disebut pula sebagai pendekatan yang akan digunakan pemimpin
dalam menjalankan lembaga yang kesemuanya dikaitkan dengan
pencapaian sasaran.14
f. Penentuan strategi operasional
Startegi operasional dibuat dan ditentukan atas dasar untuk
mengoperasionalkan fungsi-fungsi sumber daya manusia yang
mampu bekerja dan bertanggung jawab kepada lembaganya. Satu hal

12
Ibid., 34.
13
Ibid., 36.
14
Ibid.

7
yang menonjol dalam strategi operasioanal ialah rencana dan
program kerja yang dinyatakan dalam bentuk anggaran.15
g. Penentuan sasaran jangka pendek
Sasaran jangka panjang suatu lembaga memerlukan
kongkretisasi. Salah satu cara melakukan kongkretisasi ialah dengan
menetapkan sasaran tahunan. Dengan kata lain sasaran jangka
panjang perlu diperinci dalam sasaran jangka pendek, dalam hal ini
adalah sasaran tahunan, yang harus dirinci secara tepat.16
h. Perumusan kebijaksanaan
Manajemen strategis diperlukan kebijaksanaan.
Kebijaksanaan dalam hal ini dapat diartikan sebagai pernyataan
formal dari pimpinan lembaga dalam menunaikan kewajiban dan
memilku tanggung jawab masing-masing. Kebijakan merupakan
bagian dari upaya menjamin bahwa segala sesuatu yang terjadi dalam
lembaga dimaksudkan untuk mencapai sasaran dan tujuan yang telah
ditetapkan. Kebijakan pemimpin akan menentukan efektifitas rencana
yang disusun, pembuatan kebijakan menggambarkan proses melalui
serangkaina kegiatan yang dipilih sebagai penyeleseian suatu
masalah tertentu.17
i. Pelembagaan strategi
Pelembagaan strategi tidak dapat terjadi dengan sendirinya,
melainkan harus dilakukan secara terprogram dan berkelanjutan
sesuai dengan perubahan-perubahan dalam lingkungan. Dalam
pelembagaan terdapat 3 unsur yang harus dimiliki oleh setiap
lembaga yang harus mendapat perhatian yaitu:
1) Struktur organisasi
Organisasi secara umum dapat diartikan memberi struktur
atau susunan yakni dalam penyususnan atau penempatan orang-

15
Ibid., 37.
16
Ibid.
17
T. Hani Handoko, Manajemen., 129.

8
orang dalam suatu kelompok kerjasama, dengan maksud
menempatkan hubungan anatara orang-orang dalam kewajiban,
hak, dan tanggung jawab masing-masing. Penentuan struktur,
hubungan, tugas dan tanggung jawab itu dimaksudkan agar
tersusun suatu pola kegiatan untuk menuju kearah tercapainya
tujuan bersama.18
2) Gaya kepemimpinan
Gaya kepemimpinan sering kita jumpai dalam kehidupan
bermasyarakat, tetapi selain itu didalam suatu lembaga terdapat
berbagai macam gaya kepemimpinan yang sesuai dengan situasi
sekarang dimana kita berada ditengah-tengah perjuangan menuju
kesuksesan tujuan lembaga.19
3) Kultur organisasi
Peranan kultur organisasi harus mendapat sorotan penting
khususnya dalam rangka implementasi suatu strategi. Kultur
organisasi adalah suatu makna yang diberikan oleh para anggota
organisasai pada kehidupan bersama. Pentingnya kultur organisasi
mempunyai fungsi-fungsi yang sangat penting dalam kehidupan
organisasi, seperti penentu batas-batas berperilaku, penjamin
stabilitas dalam organisasi, pengendali emosi, penyalur informasi
dan penentu mekanisme pengawasan. Dengan demikian
pencapaian tujuan dan berbagai sasaran diperkirakan akan lebih
terjamin.20
j. Penciptaan system pengawasan
Pengawasan dapat didefinisikan sebagai proses untuk
menjamin bahwa tujuan-tujuan lembaga dan manajemen tercapai.
Pengawasan adalah langkah perencanaan, penetapan tujuan, standar
atau sasaran pelaksanaan suatu kegiatan.

18
B. Suryosubroto, Manajemen Pendidikan di Sekolah (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), 139.
19
Hendiyat Soetopo dan Wastiy Soemanto, Kepemimpinan dan Supervisi., 7.
20
Sondang P. Siagian, Manajemen Strategik., 40.

9
Pengawasan manajemen adalah suatu usaha sistematik
untuk menetapkan standar pelaksanaan dengan tujuan perencanaan,
merancang system informasi umpan balik, membandingkan kegiatan
nyata dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya, menentukan
dan mengukur penyimpangan, serta membuat tindakan koreksi yang
diperlukan untuk menjamin bahwa semua sumber daya menusia
dipergunakan dengan cara paling efektif dan efisien dalam
pencapaian tujuan-tujuan lembaga.21
k. Penciptaan sistem penilaian
Penilaian adalah sebagai upaya sadar untuk
membandingkan hasil yang seharusnya dicapai dengan hasil yang
nyatanya dicapai dalam rangka pencapaian tujuan suatu lembaga.
Penilaian menjadi sangat penting karena dari penilaian kita bisa
mengetahui hasil yang diperoleh dengan sasaran yang telah
ditetapkan bersama. Dan sebagai dasar dalam membuat keputusan
dalam proses manajemen strategis.22
l. Penciptaan system umpan balik
Pemimpin sangat berkepentingan memperoleh umpan
balik tentang bagaimana strategi yang telah ditetapkan tersebut
diimplementasikan. Dengan umpan balik yang faktual, tepat waktu
dan obyektif, pemimpin dapat memperoleh pengetahuan tentang segi-
segi keberhasilan lembaga maupun ketidak berhasilan lembaga
tersebut. Pemimpin secara teknis operasional memerlukan umpan
balik, karena hanya dengan umpan balik mereka dapat meningkatkan
kinerja yang sesuai dengan tuntutan organisasi untuk mencapai tujuan
bersama.23

21
T. Hani Handoko, Manajemen., 360.
22
Ibid.
23
Sondang P. Siagian, Manajemen Strategik., 41.

10
2. Taktis Kepemimpinan Pendidikan
Kepemimpinan pendidikan adalah proses pemimpin pendidikan
mempengaruhi peserta para peserta didik dan para pemangku kepentingan
pendidikan serta menciptakan sinergi untuk mencapai tujuan pendidikan.24
Dari pengertian ini dapat diambil kata kunci bahwa kepemimpinan itu
adalah proses mempengaruhi sehingga pengertian dari taktis
kepemimpinan pendidikan erat kaitannya dengan taktis mempengaruhi.
Taktis mempengaruhi yaitu pola perilaku yang dirancang dan
dilaksanakan untuk menciptakan paengaruh yang mengubah target. Anita
Hall (2007) mengelompokkan taktis mempengaruhi berdasarkan
kekuasaan yang dipergunakan. Yaitu kebebasan target untuk atau menolak
upaya mempengaruhi. Ia membagi taktis mempengaruhi menjadi:25
a. Hard tacctics (taktis mempengaruhi keras), yaitu perilaku
mempengaruhi yang memaksa dan mendorong target untuk memeatuhi
perintah atau kehendak pimpinan. Taktis ini meliputi antara taktis
legitimasi, menekan, asertvenes, naik banding ke atas, dan koalisis.
b. Soft tactics (taktis lunak), perilaku yang bijaksana dan konstruktif. Jenis
taktis ini antara lain personala appeal, konsultasi, permintaan
inspirasional, ingratiation, dan persuasi rasional.
Jenis taktis mempengaruhi, diantaranya sebagai berikut:26
a. Taktis legitimasi. Dalam taktis ini pemimpin menunjukkan kepada
target bahwa pemimpin tersebut menduduki posisi tertentu dalam
organisasi dimana target merupakan bawahan, anak buah, atau pengikut
dari pimpinan. Misalnya pada organisasi yang birokrasi tinggi seperti
Tentara Nasional Indonesia(TNI), Kepolisian Republik Indonesia, dan
Lembaga Pemerintah.

24
Dr. Wirawan, Kepemimpinan Teori, Psikologi, Perilaku Organisasi, Aplikasi dan Penelitian
(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2014), 532.
25
Ibid., 285.
26
Ibid.

11
b. Taktis persuasi rasional. Taktis ini adalah taktis dimana pemimpin
mempergunakan, data, fakta, pengalaman, teori ilmu pengetahuan, visi,
misi, undang-undang, peraturan, prosedur kerja, untuk mempengaruhi
target.
c. Taktis pertukaran. Dalam taktis ini pemimpin menjanjikan untuk
memberikan sesuatu atau tidak memberikan sesuatu (kenaikan gaji,
kenaikan pangkat, dan kenaikan jabatan) jika target memenuhi perintah
atau tidak memenuhi perintah pimpinan.
d. Taktis koalisi. Taktis dimana pimpinan meminta bantuan orang lain
untuk membujuk atau mempengaruhi target agar mematuhi perintah
atau memenuhi harapan pimpinan.
e. Taktis meminta dukungan atasan. Yaiutu taktis dimana pimpinan
meminta dukungan ataau legitimati atau persetujuan kepada orang yang
kedudukannya lebih tinggi dari dia sebelum mempengaruhi target.
f. Taktis membuat hati. Dalam taktis ini pimpinan berupaya membuat
hatitarget agar mempunyai perasaan positif terhadap pimpinan.
g. Taktis permintaan personal. Pimpinan menggunakan hubungan personal
yang baik, hubungan prtemanan, persaudaraan, hubungan satu korp
untuk mempengaruhi target.
h. Taktis mengkooptasi. Dalam taktis ini pimpinan mengikutsertakan
target dalam merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi suatu
program atau proyek atau kegiatannya.
i. Taktis pygmallion effect. Adalah mengharapkan orang lain atau diri
sendiri terhadap seorang individu yang menyebabkan individu tersebut
cenderung berupaya untuk memenuhi harapan tersebut.
j. Taktis menekan. Pimpinan memberikan ancaman akan memberikan
sanksi jika menolak melakukan perintah, pemberitahuanm dan perilaku
tegas mengulangi perintah, mengontrol, mengevaluasi apakah target
melaksanakan perintah atau tidak.

12
3. Teknis Kepemimpinan Pendidikan
Dalam pelaksanaan kepemimpinan, seorang pemimpin harus
berusaha untuk meningkatkan kecakapan, kemampuan serta pengetahuan
para pegawai, sehingga pada akhirnya akan tercapai prestasi kerja yang
optimal. Untuk pencapaian tujuan kepemimpinan tersebut, maka seorang
pemimpin harus memperhatikan teknis kepemimpinan dalam pelaksanaan
kepemimpinannya.
Menurut Kartini Kartono dalam bukunya “Pemimpin dan
Kepemimpinan” mengartikan teknis kepemimpinan sebagai berikut:
Teknis kepemimpinan sebagai keterampilan teknis serta sosial
pemimpin dalam menerapkan teori-teori kepemimpinan pada
praktek kehidupan serta organisasi tertentu dan melingkupi
konsep-konsep pemikiran, perilaku sehari-hari dan semua
peralatan yang dipakainya.27

Berdasarkan penjelasan di atas dapat dikatakan bahwa teknis


kepemimpinan sangat perlu untuk di mengerti oleh seorang pemimpin,
karena dengan teknis kepemimpinan, pemimpin dapat mengerti posisi dan
peranannya di dalam organisasi.
Sedangkan T. Safaria dalam bukunya “Kepemimpinan”,
mengartikan teknis kepemimpinan sebagai berikut:
Teknis kepemimpinan merupakan semua peraturan, cara, metoda
dan lain-lainya yang dapat dipakai dalam melaksanakan tugas
kepemimpinannya dengan sebaik-baiknya sehingga dapat
memperoleh hasil yang sebesar-besarnya.28

Jadi dapat dikatakan bahwa teknis kepemimpinan itu merupakan


cara, metoda yang dipakai oleh pemimpin dalam melaksanakan tugas
kepemimpinannya. Cara dan metoda tersebut digambungkan dengan
keterampilan yang dimiliki oleh seorang pemimpin, denggan tujuan untuk
membuat kemajuan organisasinya.

27
Kartini Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005), 85..
28
T. Safaria, Kepemimpinan (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2004), 48.

13
Pendapat lain mengungkapkan tentang teknis kepemimpinan,
diantaranya sebagai berikut:29
a. Teknis pematangan dan penyiapan pengikut
Pemimpin dalam pelaksanaan kepemimpinan harus berusaha
melakukan pematangan dan penyiapan pengikut, agar para bawahan
dapat mengikuti keinginan pemimpin di dalam proses tujuan organisasi.
Pada dasarnya pematangan dan penyiapan pengikut dapat dilaksanakan
melalui teknis penerangan maupun propaganda. Dalam teknis
penerangan seorang pemimpin harus berusaha menerangkan maksudnya
secara jelas dan benar kepada bawahan, sehingga mereka dapat
memahami keinginan pemimpin dalam pencapaian tujuan organisasi.
Agar berhasil dalam melaksanakan teknis penerangan, seorang
pemimpin harus menggunakan bahasa yang mudah dimengerti baik
lisan maupun tulisan. Kemudian materi yang digunakan harus obyektif
dan menunjukan fakta yang sebenarnya.
Untuk mewujudkan hasil tersebut maka seorang pemimpin
harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1) Fakta-fakta yang penting disajikan untuk membuka tabir dan
menjelaskan keadaan yang sebenarnya, bukan sebaliknya untuk
menutupi keadaan yang sebenarnya.
2) Fakta-fakta hendaknya diterima, baik secara logika berdasarkan akal
maupun secara rasa berdasarkan suara hati.
3) Fakta-fakta hendaknya bersifat aktual tidak terlalu jauh sebelum atau
sesudah proses persuasi.
4) Fakta-fakta disajikan dengan kata-kata dan gambaran yang mudah
dimengerti perhatian para pengikut.30
Sedangkan teknis propaganda dalam mengajak dan mendorong
orang-orang dengan memaksa kehendak pemimpin, dilakukan dengan

29
S.P. Siagian, Teori dan Praktek Kepemimpinan (Jakarta: Pt Rineka Cipta, 2003), 69.
30
Ibid., 70.

14
cara memberikan keterangan-keterangan yang benar atau juga yang
tidak benar dan yang terpenting sangat menarik serta membuat mereka
takut, sehingga mereka terpaksa mengikuti kehendak pemimpin.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa yang paling baik untuk diterapkan adalah teknis
penerangan, karena lebih bersifat memberikan kebebasan atau
keleluasan dalam menentukan kehendak kepada orang lain. Hal in
sejalan dengan falsafah negara yaitu Pancasila.
b. Teknis human relation
Yang dimaksud dengan teknis human relation adalah
rangkaian atau proses kegiatan memotivasi bawahan, melalui
pemberian motivasi atau dorongan agar mau bergerak ke arah yang
dikehendaki. Pada dasarnya setiap manusia apabila memasuki suatu
organisasi, baik yang bersifat formal maupun non formal akan
mempunyai motivasi yang baik terlepas bagaimana memenuhi
kebutuhan hidupnya. Manusia sebagai mahluk hidup yang mempunyai
kebutuhan hidup yang beraneka ragam baik kebutuhan yang bersifat
material maupun kebutuhan psikologis. Kebutuhan psikologis
diantaranya sebagai berikut:31
1) Kebutuhan akan kelayakan
Seorang pemimpin harus berusaha memperlakukan para
bawahannya sebagaimana layaknya manusia yang memiliki
perasaan, pikiran, serta harga diri. Berkaitan dengan itu, maka
seorang pemimpin harus berusaha memenuhi kebutuhan akan
kelayakan bawahannya yang merupakan hak asasi manusia.
2) Kebutuhan akan penghargaan
Seorang pemimpin harus berusaha memberikan
penghargaan kepada pegawai yang berprestasi, baik berupa ucapan

31
G. Terry dan Leslie R, Dasas-Dasar Manajemen (Terjemahan oleh G.A. Ticoalu) (Jakarta: Bumi
Aksara, 2005), 130.

15
selamat, piagam, tanda jasa ataupun lainnya, sehingga akan
mendorong pegawai untuk lebih meningkatkan kinerjanya.
3) Kebutuhan akan keamanan dan ketentraman
Keamanan dan ketentraman merupakan dambaan setiap
orang karena dapat menimbulkan kebahagiaan lahir dan batin.
Seorang pemimpin harus memperhatikan kebutuhan keamanan, di
antaranya keamanan jiwa dan raga, kesehatan, harta benda, keluarga
dan keamanan dalam pelaksanaan. Melalui upaya ini diharapkan
para pegawai dapat lebih bersemangat dalam melaksanakan
kerjanya.
4) kebutuhan menjadi anggota dari suatu organisasi atau golongan
Setiap manusia akan menyadari bahwa ia tidak dapat
memenuhi kebutuhan hidupnya oleh diri sendiri, sehingga
mendorong manusia itu untuk hidup bermasyarakat dan
berorganisasi, demi untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.
Seorang pemimpin yang baik akan senantiasa memperhatikan
kebutuhan tersebut, yaitu dengan mengikutsertakan pegawai dalam
setiap pelaksanaan pekerjaan, sehingga akan terwujud suatu team
work, disamping memberikan keleluasaan bagi para pegawai untuk
menjadi anggota suatu organisasi lain di luar bidang tugasnya.
c. Teknis menjadi teladan
Teknis menjadi teladan merupakan teknis yang digunakan oleh
pemimpin dalam menggerakan dan mempengaruhi bawahan. Dalam
teknis ini seorang pemimpin berusaha menjadikan dirinya panutan atau
teladan bagi orang lain, sehingga bawahan akan mengikuti keteladanan
tersebut.
Penteladanan atau pemberian contoh bagi seorang pemimpin
merupakan suatu yang mutlak harus dilakukan, yaitu melalui aspek
positif dalam bentuk anjuran dan aspek negatif dalam bentuk larangan.

16
Apabila hal ini telah dilakukan maka para bawahan akan terpengaruh
untuk mengikuti contoh yang diberikan oleh pemimpin.
Seorang pemimpin dalam rangka pemberian teladan harus
dapat membatasi dan menguasai diri, khususnya tidak menyimpang
atau melanggar larangan-larangan atau pantangan-pantangan dan
sebaliknya selalu memenuhi anjuran-anjuran atau keharusan-keharusan.
Untuk melaksanakan semua itu diperlukan suatu disiplin yang kuat.
Dengan demikian bawahan akan bersedia mengikuti pemimpin.32
d. Teknis persuasi dan pemberian perintah
Untuk mempengaruhi atau menggerakan para bawahan,
seorang pemimpin harus mampu melakukan persuasi dan pemberian
perintah dengan baik. Persuasi bertujuan bukan untuk memaksa, akan
tetapi mempengaruhi sikap orang lain dengan cara halus tidak kasar
atau dengan paksaan, sehingga dalam keadaan tertentu orang-orang
akan bertingkah laku sesuai dengan yang dikehendaki oleh orang yang
melakukan persuasi, namun sesuai pula dengan keinginannya.
Sedangkan mengenai pemberian perintah dapat diartikan
menyuruh orang lain untuk mematuhi dan melakukan sesuatu yang
dalam pelaksanaannya mengandung adanya kekuasaan (power) dan
kekuatan (force). Kekuasaan adalah wewenang (authority) dari yang
memerintah ditambah dengan kemampuan untuk memaksakan perintah.
Ketaatan perintah disebabkan karena wibawa pemimpin yang timbul
dari kelebihan-kelebihan yang ada pada diri pemimpin, perintah
menunjukan adanya hubungan antara atasan dengan bawahan. 33

e. Teknis penggunaan sistem komunikasi yang cocok


Kegiatan seorang pemimpin dalam mengarahkan,
membimbing, mempengaruhi pikiran, perasaan atau tingkah laku
bawahan di dalam pencapaian tujuan organisasi tidak akan terlepas dari
kegiatan komunikasi.
32
S.P. Siagian, Teori dan Praktek Kepemimpinan,. 70.
33
Ibid.

17
Dengan demikian seorang pemimpin harus menguasai teknis
komunikasi yang baik, sehingga setiap informasi atau pesan yang
disampaikan dapat diterima dengan baik dan sebaliknya setiap
informasi dari bawahan akan mudah diterima oleh pemimpin.
Komunikasi terbaik di dalam suatu organisasi asalah
komunikasi dua arah, yaitu komunikasi timbal balik diantara pimpinan
harus memperlihatkan faktor-faktor sebagai berikut:34
1) Bahasa yang digunakan
2) Dasar pendidikan dari komunikasi
3) Perbedaan latar belakang kehidupan sosial bawahan
4) Perbedaan kedudukan pimpinan
5) Alat atau media yang digunakan
f. Teknis penyediaan fasilitas
Untuk meningkatkan kemapuan pegawai di dalam
melaksanakan tugasnya, maka seorang pemimpin harus memperhatikan
kebutuhan akan fasilitas kerja yang diperlukan oleh para pegawai,
sehingga akan tercapai hasil kerja yang optimal.
Adapun fasilitas-fasilitas yang harus diperhatikan oleh seorang
pemimpin adalah sebagai berikut:35
1) Pemberian kesempatan untuk mengikuti pendidikan dan latihan agar
terwujud adanya kecakapan serta peningkatan dari kemampuan
pegawai.
2) Penyediaan barang atau alat yang dibutuhkan dalam pelaksanaan
pekerjaan.
3) Tempat kerja yang memadai.
4) Pemberian waktu yang cukup dalam pelaksanaan pekerjaan dan
5) Uang untuk keperluan pekerjaan

34
Ibid., 72.
35
Ibid.

18
4. Pengertian Pembuatan Keputusan
Pembuatan keputusan merupakan suatu hal yang sangat penting
bagi individu maupun organisasi. Membuat keputusan kadang-kadang
mudah tetapi lebih sering sulit sekali. Kemudahan atau kesulitan membuat
keputusan tergantung pada banyaknya alternatif yang tersedia. Semakin
banyak alternatif yang tersedia, kita akan semakin sulit dalam membuat
keputusan. Keputusan yang diambil memiliki tingkat yang berbeda-beda.
Ada keputusan yang tidak terlalu berpengaruh terhadap organisasi, tetapi
ada keputusan yang dapat menentukan kelangsungan hidup organisasi.
Oleh karena itu, hendaknya membuat keputusan dengan hati-hati dan
bijaksana.
Stoner memandang pembuatan keputusan sebagai proses
pemilihan suatu arah tindakan sebagai cara untuk memecahkan sebuah
masalah tertentu. 36 Siagian mengartikan pembuatan keputusan sebagai
usaha sadar untuk menentukan satu alternatif dari berbagai alternatif
37
untuk memecahkan masalah. Salusu mendefinisikan pembuatan
keputusan sebagai proses memilih suatu alternatif cara bertindak dengan
metode yang efisien sesuai situasi untuk menemukan dan menyelesaikan
masalah organisasi. 38 Handoko melihat pembuatan keputusan sebagai
proses di mana serangkaian kegiatan dipilih sebagai penyelesaian suatu
masalah tertentu.39
Dari beberapa pengertian tentang pembuatan keputusan yang
dikemukakan oleh para ahli dapat disimpulkan bahwa pembuatan
keputusan merupakan proses pemilihan satu alternatif dari beberapa
alternatif untuk pemecahan masalah.

36
J.A.F. Stoner & Winkel C., Perencanaan dan Pengambilan Keputusan dalam Manajemen (Alih
Bahasa: Simamora Sahat) (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2003), 205.
37
S.P. Siagian, Teori dan Praktek Pengambilan Keputusan (Jakarta: CV Haji Masagung, 1993),
24.
38
J. Salusu, Pengambilan Keputusan Strategik, Untuk Organisasi Publik dan Organisasi
Nonprofit., 47.
39
H. Handoko, Manajemen (Yogyakarta: BPFE, 2001), 129.

19
5. Model Pembuatan Keputusan
a. Model Mitznberg, Dricker, dan Simon
Mintzberg memberikan tiga tahap dalam proses pembuatan
keputusan, yaitu (1) tahap identifikasi, (2) tahap pengembangan, (3)
tahap pemilihan. Pada tahap identifikasi, pembuat keputusan
mamahami masalah dan peluang membuat diagnosis. Pada tahap
pengembangan pembuat keputusan membuat standar prosedur yang
tersedia atau pemecahan masalah sebagai desain baru. Kadang-kadang
tahap ini mengandung coba-gagal (trial ang error). Pada tahap
pemilihan, pembuat keputusan dapat memilih dengan menggunakan
pertimbangan, analisis logis, basis sistematis, atau bargain.40
Drucker seorang ahli pemimpin organisasi memberikan enam
langkah dalam proses pembuatan keputusan, yaitu (1) mendefinisikan
masalah, (2) menganalisis masalah, (3) mengembangkan alternative
pemecahan masalah, (4) memutuskan satu pemecahan masalah terbaik,
(5) merencanakan tindakan yang efektif, dan (6) memantau dan menilai
hasilnya.
Simon pemenang nobel teori pembuatan keputusan
menggambarkan proses pembuatan keputusan atas tiga tahap, yaitu (1)
kegiatan inteligen, (2) kegiatan desain, dan (3) kegiatan pemilihan.
Kegiatan inteligen seperti halnya di militer, pembuat keputusan diawali
dengan mengintai dan mengidentifikasi situasi dan kondisi lingkungan.
Kegiatan desain, pembuat keputusan menemukan, mengembangkan,
dan menganalisis kemungkinan dari aksi yang telah diambil. Kegiatan
pemilihan, pembuat keputusan memilih satu yang terbaik dari sejumlah
alternatif.

Muhammad Iqbal, “Model Pembuatan Keputusan”, Manajemen Pendidikan, 1 (Januari, 2014),


40

150.

20
Berdasarkan tiga pendapat tersebut di atas, mka dapat
disimpulkan bahwa proses pembuatan keputusan meliputi kegiatan:
yaitu (1) kegiatan yang menyangkut pengenalan, penentuan, dan
diagnosis masalah; (2) kegiatan yang menyangkut pengembangan
alternative pemecahan masalah, (3) kegiatan yang menyangkut evaluasi
dan memilih pemecahan masalah terbaik. Perbedaan pembuatan
keputusan dengan pemecahan masalah seperti Gambar 1.1 berikut.
Pembuatan keputusan

Kegiatan:

Penentuan Pengenalan, Pengembangan Pengevaluasian Pelaksanaan


adanya dan penentuan, dan alternatif dan pemilihan penyelesaian
pentingnya pendiagnosisan pemecahan pemecahan masalah
masalah masalah masalah terbaik

Pemecahan Masalah
Gambar 1.1 Perbedaan pembuatan keputusan dengan pemecahan masalah

b. Model pembuatan keputusan rasional

Keputusan dapat dibedakan menjadi dua tipe, yaitu terprogram


(structured) dan tidak terprogram (unstructured). Keputusan terprogram
ialah keputusan yang selalu diulang kembali. Contohnya: keputusan
kenaikan kelas peserta didik, keputusan pengangkatan, keputusan
penetapan gaji pegawai baru, keputusan pensiun, dan sebaginya.
Keputusan tidak terprogram ialah keputusan yang diambil untuk
mengatasi situasi rumit dan atau baru. Contohnya: keputusan lembaga
baru, keputusan terjadinya musibah kebakaran, kebanjiran, robohnya
sekolah, dan sebagainya. Keputusan tidak terprogram disebut juga
pemecahan masalah. Gambar berikut merupakan keterkaitan proses
pembuatan keputusan terprogram dengan pembuatan keputusan tidak
terprogram dalam model pembuatan keputusan rasional.41
41
Stephen Robbins, Perilaku Organisasi: Konsep, Kontroversi, Aplikasi (Jakarta: Prenhallindo,
2001), 101.

21
Amati situasi

Apakah diperlukan keputusan?

Apakah keputusan itu rutin?

Ikuti peraturan yang berlaku

Ikuti pedoman pemecahan masalah

Keputusan

Monitor dan evaluasi dampak keputusan

Gambar 1.2 Proses model pembuatan keputusan rasional


c. Model pembuatan keputusan klasik
Model pembuatan keputusan klasik berasumsi bahwa
keputusan merupakan proses rasional di mana keputusan diambil dari
salah satu alternative terbaik. Model klasik didasarkan konsep
rasionalitas lengkap (complete rationality). Sesuai dengan model
klasik, proses pembuatan keputusan dibagi atas enam langkah logis
seperti yang ditunjukkan Gambar 1.3 berikut.42
Menerapkan
Menentukan alternatif
alternatif
Menilai Memilih Menilai
Identifikasi
alternatif alternatif keputusan
masalah

Gambar 1.3 proses pembuatan keputusan model klasik


42
Sondang Siagian, Teori dan Praktek Pengambilan Keputusan (Jakarta: Haji Masagung, 1990),
50.

22
d. Model pembuatan keputusan perilaku
Model ini didasarkan pada seberapa jauh keputusan itu dapat
memberikan kepuasan. Model ini juga mempertimbangkan pembuatan
keputusan atas dasar rasionalitas konstektual dan rasioanlitas
respektif. Rasionalitas kontekstual artinya keputusan tidak hanya
didasarkan oleh ketentuan tersurat (tekstual), tetapi juga yang tersirat
(kontekstual).43
e. Model pembuatan keputusan Carnegie
Model ini lebih mengakui akan kepuasan, keterbatasan
rasionalitas, dan koalisi organisasi. Perbedaan antara pembuatan
keputusan rasional dengan Carnegie ditunjukkan oleh Tabel 1.4
berikut.44

Tabel 1.4 Perbedaan model rasional dengan model carnigie

Model rasional Model carnegie

Banyak informasi yang tersedia Sedikit informasi yang tersedia

Murah Mahal, karena masih mencari


informasi

Bebas nilai Terikat nilai

Alternatif banyak Alternatif sedikit

Keputusan diambil dengan suara Keputusan dengan kompromi,


bulat persetujuan, dan akomodasi antara
koalisi organisasi

Keputusan dipilih yang terbaik bagi Keputusan yang dipilih adalah


organisasi memuaskan organisasi

43
Ibid., 52.
44
Fachmi Basyaib, Teori Pengambilan Keputusan (Jakarta: PT Grasindo, 2006), 132.

23
f. Model pembuatan keputusan gaya kepemimpinan Chung &
Megginson
Chung & Megginson memberikan cara pembuatan keputusan
oleh pimpinan dengan membuat enam pertanyaan berikut:45
1) Apakah tugas kelompok terstruktur?
2) Apakah hubungan pimpinan dan bawahan baik?
3) Apakah bawahan memiliki pengetahuan kerja?
4) Apakah pemimpin memiliki kedudukan kekuasaan yang kuat?
5) Apakah pemimpin memilki pengetahuan kerja?
6) Apakah kelompok memiliki waktu menyelesaikan tugas?
Setiap pertanyaan ada dua pilihan jawaban ya atau tidak.
Akhirnya dari berbagai variasi jawaban didapatkan perilaku
kepemimpinan yang akan diambil pemimpin.
g. Model pembuatan keputusan berdasarkan manfaat
Dasar pemikirannya adalah (1) mutu keputusan, (2) kreativitas
keputusan, (3) penerimaan keputusan, (4)pemahaman keputusan, (5)
pertimbangan keputusan, dan (6) ketetapan keputusan. 46
Mutu keputusan artinya pengetahuan dan informasi kelompok
melebihi individu. Kelompok dapat mengatasi atau menutupi
kelemahan dan kekurangan individu. Asumsinya ialah keputusan
kelompok lebih bermutu dibandingkan dengan keputusan individu.
Manfaat keputusan lebih besar dirasakan kelompok dibandingkan
dengan manfaat bagi individu.
Kreativitas keputusan artinya kretivitas kelompok lebih banyak
dan cenderung lebih baik daripada kreativitas individu. Asumsinya
kreativitas bersama lebih bermanfaat daripada kretivitas individu.
Penerimaan keputusan artinya pembuatan keputusan secara
partisipasi kelompok lebih besar manfaatnya dibandingkan dengan

45
Ibid., 133.
46
Ibid., 135.

24
keputusan yang dibuat secara individu. Kelompok merasa dilibatkan
dalam membuat keputusan, konsekuensinya ialah kelompok merasa
turut bertanggung jawab dan akan menerima keputusan itu.
Asumsinya, keputusan yang dibuat secara kelompok lebih bermanfaat
karena lebih diterima kelompok daripada keputusan dibuat individual.
Pemahaman keputusan artinya kelompok akan lebih
memahami keputusan yang dibuatnya bersama daripada keputusan
yang dibuat individual.
Pertimbangan keputusan artinya kelompok akan lebih efektif
dalam menentukan pilihan terbaik dibandingkan dengan pilihan
individu. Asumsinya, manfaat pilihan bagi kelompok akan lebih besar
jika ditentukan oleh kelompok daripada individu.
Ketepatan keputusan artinya kelompok lebih tepat dalam
memutuskan daripada individu. Asumsinya, kelompok lebih dapat
mengontrol pikiran individu secara objektif dan dapat menghindari
kesalahan individu.
h. Model pembuatan keputusan berdasarkan masalah
Ada tiga tendensi khusus yang dapat merusak proses
keputusan kelompok, yaitu (1) pikiran kelompok, (2) perubahan
beresiko, dan eskalasi komitmen.47
Pikiran kelompok yang dapat mengganggu proses keputusan
berupa: (1) tanpa sengaja menjadi sangat optimis dan berani membuat
resiko terberat, (2) pembenaran oleh kelompok yang belum tentu
benar menurut individu lainnya, (3) kelompok mengabaikan moral
dan etika, (4) kelompok membangun stereotype sebagai pihak yang
menentang pemimpinnya, (5) kelompok mendapat tekanan pihak lain,
(6) kelompok kurang menyensor dirinya, (7) kebulatan suara hanya
untuk mendapatkan keseragaman, dan kelompok melindungi pola
pikirnya.

47
Ibid., 137.

25
Gejala-gejala perubahan tanggung jawab: (1) kelompok
menyebarkan tanggung jawabnya ke anggota, (2) ketua kelompok
paling besar resikonya daripada anggotanya, dan mengajak
anggotanya untuk menjadi lebih besar lagi resikonya (3) diskusi
kelompok menguji pro dan kontra, konsekuensinya rasa kekeluargaan
lebih besar dalam seluruh aspek masalah dan mengarah kepada
tingginya resiko, dan (4) resiko dalam masyarakat diharapkan oleh
budaya kita, jika masyarakat ingin maju.
Komitmen yang berlebihan juga dapat mengganggu keputusan
kelompok karena tidak semua anggota senang bekerja keras.
i. Model pembuatan keputusan berdasarkan lapangan
Model ini paling banyak digunakan sekolah karena ingin
melibatkan partisipasi warga sekolah dalam membuat keputusan.
Lima teknik penting dalam pembuatan keputusan berdasarkan
lapangan adalah: (1) curah pendapat (brainstorming), (2) teknik grup
nominal, (3) teknik Delphi, (4) pembela yang menantang apa yang
dianggap baik (devil’s advocate).48
Langkah curah pendapat: (1) sebelum curah pendapat tentukan
dahulu topiknya, (2) setiap anggota bertanggung jawab atas
ucapannya, (3) setiap anggota menyampaiakan pendapatnya secara
bergiliran sampai semua menyampaikan pendapatnya, (4) anggota
yang belum memberikan pendapatnya dapat menyatakan “pass”
sampai kesempatan berikutnya, (5) jangan mengomentari penadapat
orang lain, (6) apabila ada yang mengomentari, pimpinan sidang harus
menyetopnya, (7) akan lebih cepat apabila pendapat ditulis, (8)
apabila tidak ada lagi penadapat yang masuk, curah penadapat
dinyatakan selesai, (9) pendapat yang sama dikelompokkan, (10)
pendapat yang masuk nominasi diteliti dan dibahas, (11) jika tidak ada

48
Ibid., 140.

26
kesepakatan untuk memutuskan pendapat terbaik, baru diadakan
voting.
Teknik grup nominal sama dengan sumbang saran. Bedanya
ialah ide-ide harus dievaluasi dahulu baru dikelompokkan. Teknik
Delphi dikembangkan para peneliti di Rand Corporation pada tahun
1960-an. Berbeda dengan sumbang saran dan teknik kelompok
nominal, teknik Delphi dilengkapi teknik kelompok nominal yang
tidak langsung bertemu muka, tetapi melalui surat atau internet.
Pembela yang menantang apa yang dianggap baik,
menggunakan konsep pencegah pikiran kelompok. Mula-mula mereka
menganggap pikiran kelompok terlalu prematur, mereka dapat
mengahapuskan pikiran kelompok. Setelah kelompok berhasil
memutuskan satu alternatif terbaik, kelompok devil ini mengajarkan
kegagalan-kegagalan yang akan dialami jika menggunakan alternatif
tersebut. Walaupun kelompok devil dianggap sebagai pihak oposisi,
tetapi sering juga digunakan orang untuk membuat keputusan karena
setelah dikoreksi, pembuat keputusan memperbaiki keputusannya
menjadi lebih baik lagi.
j. Model pembuatan keputusan berdasarkan pohon masalah
Pohon masalah adalah suatu teknik untuk mengidentifikasi
masalah dalam situasi tertentu, menyusun dan memperagakan
informasi ini sebagai rangkaian hubungan sebab akibat. Mulailah
dengan masalah atau kebutuhan spesifik yang harus dipecahkan. Catat
semua masalah lainnya yang diidentifikasikan. Teknik curah pendapat
(brainstorming) dapat digunakan atau mengemukakan setiap masalah
yang diidentifikasi dengan pertanyaan: apa yang menjadi sebab
masalah ini? Apa yang menjadi akibat masalah ini? Kemudian
susunlah masalah yang diidentifikasi dalam hubungan sebab akibat
yang logis dalam bentuk sebuah pohon. Apabila telah selesai,

27
susunlah ia menyerupai bagan jenjang organisasi sederhana. Esensi
pertanyaan masalah dibuat singkat, jelas, dan bermakna negatif.

Contoh pohon masalah: masalah prioritas adalah buruknya


manajemen pendidikan.
Rendahnya mutu pendidikan

Akibatnya

Buruknya manajemen pendidikan


Masalahnya

Perencanaan tidak Pelaksanaan tidak Pengawasan tidak


mantap tepat ketat

Rendahnya motivasi Lemahnya kepemimpinan Lambatnya Kurang baiknya Kurang baikny


pendidikan memecahkan masalah
kerja komunikasi koordinasi

Gambar 1.5 Pohon Masalah (Pernyataan Negatif)


Setelah pohon masalah selesai dibuat, langkah selanjutnya
adalah membuat pohon sasaran. Pohon sasaran ialah teknik untuk
mengidentifikasi sasaran yang ingin diwujudkan. Pohon sasaran
merupakan kebalikan pohon masalah, yakni pernyataan negative pada
pohon masalah diganti secara konsisten menjadi pernyataan positif
pada pohon sasaran. Sasaran dalam pohon sasaran merupakan akibat
dari sasaran lain. Tentukan sebab akibat antara sasaran itu, kemudian
susunlah pohon sasaran. Mengingat terbatasnya sumber daya
organisasi maka pohon sasaran perlu dianalisis untuk menentukan
cabang mana yang sekiranya mempunyai dampak paling besar bagi

28
unit organisaisi. Semakin rindang pohon masalha dan pohon sasaran,
semakin mendekati kenyataan. Sasaran dinyatakan dalam kalimat
yang menyatakan dalam keadaan selesai (tercapai). Oleh karena itu
kalimatnya dimulai dengan awalan ter. Perlu dipikirkan pula agar
sasaran itu memenuhi syarat SMART singkatan dari specific,
measurable, attainable, realistic, and time bounding. Specific artinya
tujuan itu harus khas. Measurable artinya tujuan yang akan dicapai itu
dapat diukur, baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Attainable
artinya dapat dicapai. Realistic artinya nyata dapat diwujudkan. Time
bounding artinya ada batasan waktunya kapan dimulai dan kapan
harus selesai. 49

49
J.A.F. Stoner & Winkel C, Perencanaan dan Pengambilan Keputusan dalam Manajemen
(Jakarta: PT Rineka Cipta, 2003), 103.

29
Gambar merupakan contoh pohon sasaran yang dibuat sebagai
kelanjutan pohin masalah.

Terwujudnya mutu pendidikan yang


tinggi

Terciptanya manajemen pendidikan yang


baik

Terwujudnya Terwujudnya Terlaksananya


Perencanaan yang Pelaksanaan yang Pengawasan yang
mantap tepat ketat

Terwujudnya Terciptanya terlaksananya terciptanya Terciptanya


motivasi kerja yang kepemimpinan pemecahan masalah komunikasi yang koordinasi yang
tinggi pendidikan yang yang cepat baik baik
kuat

Gambar 1.6 pohon sasaran (pernyataan positif)


Setelah pohon sasaran selesai dibuat, langkah berikutnya
adalah membuat pohon alternatif. Pohon alternative adalah teknik
untuk mengidentifikasikan atau mengembangkan alternatif pemecahan
masalah atau arah tindakan yang dapat dipakai untuk mewujudkan
sasaran tertentu dan memperagakan informasi ini di dalam format

30
yang sederhana. Periksalah kembali pohon sasaran pada jajaran kotak
paling bawah untuk menentukan alternatif cabang mana yang paling
mungkin menjamin pencapaian sasaran yang lebih tinggi di atasnya.
Untuk mengidentifikasikan atau mengembangkan alternatif
pemecahan masalah atau arah tindakan yang dapat dipakai untuk
mewujudkan sasaran tertentu dan memperagakan informasi ini dalam
format yang sederhana. Periksalah kembali pohon sasaran pada jajaran
kotak paling bawah untuk menentukan alternatif cabang mana yang
paling mungkin menjamin pencapaian sasaran yang lebih tinggi di
atasnya. Untuk lebih jelasnya diambil contoh tentang terciptanya
kepemimpinan yang kuat pendidikan yang kuat. Isikan kegiatan untuk
mewujudkan kepemimpinan yang kuat tersebut, minimal dua cara.
Dikarenakan merupakan kegiatan, maka kalimatnya selalu mulai
dengan awalan me. Kemudian buat pohon alternatifnya (Gambar 1.7).
Gambar 1.7 Pohon alternatif
Terwujudnya mutu pendidikan yang tinggi

Terciptanya manajemen pendidikan yang baik

Terwujudnya pelaksanaan yang tepat

Terciptanya kepemimpinan pendidikan yang


kuat

Mengadakan pelatihan Memperbaiki sistem Mengirim studi lanjut


kepemimpinan pengangkatan tenaga manajemen pendidikan
kependidikan
31
6. Teori Pembuatan Keputusan Model Janis-Mann
Adanya tekanan situasi dan proses pembuatan keputusan itu
sendiri sering membuat “stress”. Irving Janis dan Leon Mann telah
mengembangkan model konflik yang menjawab dua pertanyaan berikut:
a. Dalam kondisi apa stress mempunyai akibat tidak memadai terhadap
kualitas pembuatan keputusan?
b. Dalam kondisi apa individu menggunakan prosedur pembuatan
keputusan yng paling baik untuk mencegah penyesalan atas pilihan
yang ia ambil?
Keputusan yang kritis melibatkan konflik nilai, kemudian
pembuat keputusan menghadapi dilema pilihan yang mereka ambil perlu
ideal atau tidak. Jadi pembuat keputusan akan kawatir, malu, dan gundah
yang akhirnya menimbulkan stress. Ia akan takut konsekuensi
keputusannya, kurang analisis, takut gagal, kurang waktu, dan karena
kebijakan organisasi.
Janis menemukakan lima pola untuk mengatasi stress :50
a. Unconflicted adherence. Pembuat keputusan mengabaikan informasi
tentang resiko dan melanjuykan apa yang telah dimulai.
b. Unconflicted change. Pembuat keputusan menerima tanpa titik atas
tindakan yang penting dan popular, tanpa memperhatikan biaya dan
resiko.
c. Defensive avoidance. Pembuat keputusan menghindar dari konflik
dengan menunda, memindahkan tanggungjawab kepada orang lain,
membuat rasionalisasi, meminimkan konsekuensi yang tidak
diharapkan titik.
d. Hyperfigilance. Pembuat keputusan panic dan bingung atas suatu
keputusan, sehingga terombang-ambing antara alternative-alternatif.

Ashnaf Husein, “Strategi Kepemimpinan Pendidikan dalam Mengelola Konflik Kelembagaan


50

Kajian Teoritik”, Manajemen Pendidikan, 2 (Januari, 2015), 120.

32
Dengan demikian perlu penyederhanaan ide dan mereduksi rentangan
memori dalam pikirannya.
e. Figilance. Pembuat keputusan mencari informasi yang relevan dengan
hati-hati, mengolah informasi, kemudian menilai alternative-alternatif
sebelum membuat pilihan.
Empat pola yang pertama tidaklah fungsional dan mengarah
pada keputusan yang tidak sempurna. Walaupun “figilance” bukan obat
mujarab, namun bisa mengarah ke keputusan yang efektif, karena : 1)
Adanya kajian teradap berbagai alternative, 2) Analisis tujuan dilakukan,
3) Adanya analisis resiko dan pembuatan pilihan, 4) Kajian informasi
relevan dengan evaluasi alternative berikutnya, 5) Adanya efaluasi
informasi baru atau pertimbangan ahli, 6) adanya pengujian kembali
konsekuensi positif dan negative dari alternative-alternatif , 7) adanya
perencanaan yang rinci untuk mengimplementasikan tindakan dengan
memperkirakan resiko yang bakal terjadi.51

7. Langkah-Langkah Pembuatan Keputusan


Pada setiap proses pembuatan keputusan ada 6 langkah yang
harus ditempuh:52
a. Mendefinisikan masalah
Pendefinisian masalah adalah proses yang sangat penting
dalam pembuatan keputusan: sebab hal ini akan menentukan bagaimana
kita berpikir tentang alternatif yang mungkin untuk memecahkan
masalah tersebut. Dalam mendefinisikan masalah harus dijawab
pertanyaan-pertanyaan seperti:53
1) Apakah hal itu memang masalah atau gejala. Sebagai contoh
misalnya “apakah kekurangan jumlah kelas karena yang mendaftar
ke sekolah tertentu itu banyak merupakan masalah?”. Ini bukan

51
Ibid., 121.
52
I. Hasan, Pokok-pokok Materi Teori Pengambilan Keputusan., 46.
53
Ibid., 47.

33
masalah, sebab masalahnya sebenarnya adalah bagaimana
memperbesar daya tampung lembaga pendidikan sehingga pendaftar
dapat ditampung. Perumusan masalah sebagai “kekurangan kelas”,
hanya mempunyai satu alternatif pemecahan, yaitu menambah kelas.
Tetapi perumusan kedua akan membawa kita kepada pemikiran
untuk mencari lebih dari satu alternatif. Misalnya mengadakan
sekolah terbuka kursus melalui radio, pembentukkan kelompok
belajar, dan sebagainya. Jadi sesuatu masalah harus memungkinkan
terdapatnya lebih dari satu alternatif.
2) Masalah siapakah itu? Misalnya apakah itu masalah siswa, masalah
guru, atau masalah administrator.
3) Apakah yang terjadi kalau masalah itu tidak dipecahkan?
4) Situasi yang bagaimanakah yang perlu diciptakan untuk
memecahkan masalah?
5) Apakah usaha memecahkan masalah akan menimbulkan dampak
yang tidak diinginkan?
6) Dalam merumuskan masalah harus pula dilihat apakah masalah
tersebut merupakan masalah yang terdiri dari diri sendiri atau
masalah yang menyangkut bagian lain dalam organisasi. Hal ini
sangat penting untuk mencari alternatif, yang mungkin dan
terjangkau untuk dilaksanakan.
b. Menentukan kriteria pemecahan masalah
Dalam fase ini pembatasan dan syarat-syarat pemecahan
masalah perlu ditetapkan. Misalnya beberapa waktu yang dialokasikan
untuk melaksanakan pemecahan masalah,apakah pemecahan masalah
itu dibatasi oleh kebijakan-kebijakan tertentu, apakah kriteria
pemecahan yang baik dan apakah tujuan pemecahan masalah tersebut.
c. Mengidentifikasikan alternatif
Langkah ini merupakan usaha untuk mengidentifikasikan
sebanyak-banyaknya, pemecahan masalah yang mungkin dapat

34
dilaksanakan. Dalam hal ini perlu diingatkan bahwa tidak harus semua
alternatif dicari sampai tuntas, karena manusia mempunyai
keterbatasan. Karena “alternatif pemecahan masalah” menyangkut apa
yang dapat dikerjakan dalam waktu-waktu yang akan datang itu dapat
dibayangkan sebelumnya. Disamping usaha tersebut hanya akan
membuang tenaga, kalau sudah menemukan alternatif yang memuaskan
berdasarkan pedoman pemecahan masalah yang ditetapkan. Ini berbeda
dengan seorang ahli ekonomi yang mencari alternatif pemecahan
masalah dengan memikirkan apa yang paling memberikan keuntungan.
d. Mengadakan penilaian terhadap alternatif
Untuk dapat mengadakan penilaian, sangat diperlukan
tersedianya informasi. Tiap alternatif yang ditemukan dikaji
kebaikannya dan kekurangannya, dan kemungkinan akibatnya kalau
alternatif tersebut dilaksanakan. Kohler, mengemukakan tiap-tiap
alternatif sebagai berikut:54
1) Alternatif yang baik adalah alternatif yang dapat melaksanakan dan
menghasilkan dampak positif.
2) Alternatif yang gampang adalah alternatif yang tidak mempunyai
akibat positif dan negatif.
3) Alternatif campuran adalah alternatif yang mempunyai kemungkinan
menghasilkan dampak positif atau sangat negatif.
4) Alternatif yang jelek adalah alternatif yang menyebabkan akibat
negatif.
5) Alternatif yang tidak pasti, yaitu alternatif yang mempunyai akibat
yang tidak menentu kalau dilaksanakan.
e. Memilih alternatif yang “terbaik”
Dalam memilih alternatif perlu dipertimbangkan kriteria yang
telah ditetapkan. Oleh karena itu sangat penting memilih alternatif yang
“baik” dan bukan alternatif yang gampang dan dapat “diterima”.

54
Ibid., 49.

35
Seringkali alternatif yang dapat diterima bukan alternatif yang baik,
karena tekanan-tekanan di luar organisasi. Dalam hal ini pembuatan
keputusan harus dapat mengadakan penyesuaian, sehingga kriteria yang
“baik” itu tetap dapat diikuti secara maksimal.
f. Implementasi alternatif yang dipilih
Implementasi adalah melaksanakan keputusan yang ditetapkan
(alternatif terbaik). Pelaksanaan ini menyangkut pemberian kekuatan
legal kepada keputusan tersebut, mengusahakan agar keputusan tersebut
dapat diterima orang yang terkena keputusan dengan memberikan
informasi, melakuakn persuasi dan memberikan pengarahan bagaimana
menyalurkan hasil keputusan tersebut.55

8. Proses Pembuatan Keputusan


Proses pembuatan keputusan terdiri dari enam langkah, lebih
mudahnya bisa dilihat pada gambar di bawah ini:56

Mengidentifikasi Mengidentifikasi Mengevaluasi


dan menganalisis alternatif-alternatif alternatif-
problem solusi alternatif

Balikan
Mengevaluasi hasil Melaksanakan Membuat
dan memberikan keputusan keputusan memilih
balikan satu alternatif
terbaik
a. Identifikasi dan analisis problem
Proses pembuatan keputusan dimulai ketika sistem
sosialatau organisasi menghadapi problem yang mengganggu.
Problem adalah ketimpangan antara apa yang seharusnya dengan apa

55
Ibid., 50.
56
Dr. Wirawan, Kepemimpinan Teori, Psikologi, Perilaku Organisasi, Aplikasi dan Penelitian.,
652.

36
yang ada atau yang sedang terjadi. Problem dapat dikelompokkan
menjadi:57
1) Problem terstruktur
Problem yang pernah terjadi sebelumnya sehingga sudah
tersedia informasi mengenai problem, dimengerti dan ada
kebijakan, keputusan atau prosedur untuk menanggulanginya.
2) Problem tidak terstruktur
Problem yang belum pernah terjadi sebelumnya karenanya
belum ada informasi, kebijakan, peraturan, prosedur dan belum
punya pengalaman untuk menyeleseikannya.
3) Problem krisis
Problem yang terjadi pada situasi krisis dan memerlukan
keputusan dengan segera.
4) Problem nonkrisis
Problem yang terjadi tidak dalam situasi krisis yang
memerlukan keputusan dengan proses biasa karena tanpa tekanan
waktu.
5) Problem berpeluang
Problem yang jika dapat diseleseikan dengan baik akan
menimbulkan efek positif atau peluang terhadap sistem sosial.
6) Problem berisiko
Problem yang dapat menimbulkan resiko atau kerugian,
bencana, kerusakan, dan keadaan negatif jika tidak diseleseikan
dengan baik.

Fase identifikasi dan analisis problem mengikuti langkah-


langkah sebagai berikut:58
1) Mengidentifikasi dan mengenal problem
2) Mendefinisikan problem secara operasional
3) Mendiagnosa situasi
57
Ibid.
58
Ibid., 653.

37
b. Identifikasi alternati-alternatif solusi
Pemimpin mengidentifikasi berbagai alternatif untuk solusi
problem. Disini hanya mengumpulkan sebanyak mungkin alternatif
tanpa menilainya. Sejumlah alternatif mungkin merupakan
pengalaman masa lalu dan sebagian lagi merupakan hasil kerativitas
dan inovasi baru.59

c. Evaluasi alternatif-alternatif
1) Menentukan kriteria selektif alternatif
Kriteria alternatif adalah faktor-faktor untuk menilai
setiap alternatif agar diperoleh alternatif yang terbaik. Kriteria
tersebut antara lain: tujuanorganisasi, sumber yang diperlukan
(man, money, material and time), fisibilitas, efektivitas, dan
efisiensi.
2) Mengevaluasi alternatif dengan kriteria seleksi
Dengan menggunakan kriteria seleksi setiap alternatif
dievaluasi keuntungan dan keruguiannya bagi sistem sosial,
tingkat dan evektifitas dan efisiensinya. 60
d. Membuat keputusan
Pemimpin memilih satu alternatif terbaik, yang nilainya
tertinggi, memberi keuntungan tertinggi, dan resikonya terendah.61
e. Melaksanakan keputusan
Dalam membuat keputusan sebaiknya pemimpin

mengikutsertakan para pengikutnya sehingga ketika keputusan

diambil, komitmen pengikut terhadap keputusan tinggi.62

59
Ibid.
60
Ibid.
61
Ibid., 654.
62
Ibid.

38
f. Mengevaluasi hasil dan memberikan balikan
Aktivitas menilai proses dan hasil pelaksanaan keputusan
apakah sesuai dengan apa yang diharapkan dan membuat koreksi
dalam pelaksanaan jika diperlukan.63
Dalam membuat keputusan ada sejumlah faktor yang perlu
diperhatikan oleh pemimpin. Faktor-faktor tersebut antara lain:64
a. Berpikir kritis, adalah berfikir secara jernih, realistis, logis, dan
analistis mengenai problem yang dihadapi dan pemilihan alternatif
solusinya.
b. Waktu membuat keputusan, seringkali dalam pembuatan keputusan
harus menunggu sampai keadaan mulai rusak atau sering juga
sebaliknya. Dalam problem krisis pemimpin perlu membuat
keputusan cepat sedangkan dalam problem terstruktur sebaliknya.
c. Kondisi ketika membuat keputusan, hal ini sangat mempengaruhi
proses dan keputusan yang diambil.
d. Keterbatasan/hambatan, diantaranya:
1) Sumber-sumber, seperti anggaran, bahan mentah, tenaga, waktu,
dan dalam politik: dukungan legislatif atau pengikut dan
kemungkinan berkoalisi dengan pihak ketiga.
2) Undang-undang, peraturan, kebijakan dan prosedur sering
membatasi pemimpin dalam memilih alternatif, proses pembuatan
keputusan dan keluaran yang diharapkan.
e. Ketergantungan pada pihak lain, sering kali seorang pemimpin masih
tergantung kepada orang lain dalam membuat sebuah keputusan.
f. Kehalian dan pengalaman. Keahlian dan pengalaman yang dimiliki
oleh seorang pemimpin sangat membantunya dalam mengabil sebuah
keputusan.

63
Ibid.
64
Ibid., 655.

39
Menurut Robbins proses pembuatan keputusan merupakan
serangkaian tahap yang terdiri dari delapan langkah yang meliputi
mengidentifikasi masalah, memilih suatu alternatif, dan mengevaluasi
keputusan. Adapun proses pembuatan keputusan itu sebgaiman tertera
pada bagan dibawah ini:65

Mengidentifikasi masalah

Mengidentifikasi kriteria keputusan

Memberi bobot pada kriteria

Mengembangkan alternatif-alternatif

Menganalisis alternatif

Memilih satu alternatif

Melaksanakan alternatif tersebut

Mengevaluasi efektifitas keputusan

65
Stephen P. Robbins dan Timothy A. Judge, Perilaku Organisasi (Jakarta: Salemba Empat, 2009),
191.

40
9. Hubungan Kepemimpinan Pendidikan dengan Pembuatan
Keputusan
Kepemimpinan adalah rangkaian kegiatan penataan berupa
kemampuan mempengaruhi perilaku orang lain dalam situasi tertentu
agar berseda bekerjasama untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.
Kepemimpinan pendidikan adalah adalah kemampuan yang harus
dimiliki oleh seorang pemimpin dalam dunia pendidikan tentang
bagaimana menjalankan kepemimpinannya serta dapata menggerakkan
bawahannya untuk mencapai tujuan bersama yang telah ditetapkan.
Pembuatan keputusan muncul sebagai suatu reaksi atas sebuah
masalah. Artinya, ada ketidaksesuaian antara perkara saat ini dan
keadaan yang diinginkan, yang membutuhkan pertimbangan untuk
membuat beberapa tindakan alternatif.
Perlu diperhatikan bahwa setiap keputusan membutuhkan
interpretasi dan evaluasi informasi. Karena itu, data yang diterima perlu
disaring, diproses, dan ditafsirkan. Berbagai alternatif akan
dikembangkan, serta kelebihan dan kekurangan dari setiap alternatif
harus di evaluasi. Proses pengeinterpretasian dari pembuat keputusan
individual meiliki hubungan yang besar dengan hasil akhir.
Perkembangan dewasa ini memandang bahwa pendidikan dan
lembaga sekolah sebagai suatu sistem organisasi yang membutuhkan
manajemen yang handal. Aspek penting dalam organisasi dan
manajemen pendidikan adalah soal kepemimpinan pendidikan. Dari
aspek perilaku organisasi pendidikan, pembuatan keputusan menjadi
suatu model yang dapat meningkatkan kualitas penyelenggaraan proses
pendidikan di sekolah. Keterlibatan dan partisipasi segenap komponen
sekolah menjadi unsur yang menentukan kinerja dan keberhasilan
penyelenggaraan sekolah sebagai lembaga pendidikan.

41
10. Prinsip Pembuatan Keputusan Menurut Islam
Keputusan yang benar berpijak pada konsep kebajikan yang
universal, yaitu harus adil, maslahatul umah, manfaat dan taqwa. Jadi
dalam pengambilan keputusan kita mesti bertanya aspek etisnya, aspek
moralnya, apakah keputusan kita itu baik, apakah juga adil. Kadang-
kadang baik untuk kita tetapi tidak baik untuk orang lain. Adil, apakah
adil untuk kita dan untuk orang lain dan apakah ada unsur kesejahteraan,
serta selalu taqwa kepada Allah. Keputusan yang benar harus
mempertimbangkan dampak dari keputusan itu.
Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Baqarah (2) ayat
30, berikut ini:

ِ ‫َواِ ْذقَا َل َرب َُّك ِل ْل َملَ ََك ِِة ِِّإ ِِّني ََجا ِِعٌل ِِفى اَأل َ ْر‬
.......‫ِض َخ ِل ْيفَِة‬
Artinya: Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat:
"Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka
bumi.........” Al-Baqarah (2) ayat 30.66
Ayat tersebut mengisyaratkan bahwasanya seorang
pemimpin merupakan amanah, yang harus dipertanggungjawabkan
kepada Allah Swt dan kepada manusia atas rakyat yang memberi
amanah. 67
Al-Baqarah (2) ayat 30.

‫صلَى‬ َ ‫سو َل‬


َ ِ‫ّللا‬ َ ‫ان ِفَإ ِ ِِّني‬
ُ ‫س ِم ْعتُ َر‬ ُ َ‫ضب‬ َ ‫اِض أ َ ْن ََل ت َ ْح َُك ْم بَيْنَ اثْ َني ِْن َوأ َ ِّْن‬
َ ‫ت‬
ْ ‫غ‬ ٍ َ‫ق‬
‫ان قَا َل أَبُو‬
ُ َ‫ضب‬ َ ‫سلَ َم يَقُو ُل ََل يَ ْح َُك ْم ْال َحا ِك ُم بَيْنَ اثْنَي ِْن َو ُه َو‬
ْ ‫غ‬ َ ‫ِعلَ ْي ِه َو‬ َ
َ ُ‫ّللا‬
‫ص ِحيح َوأَبُو بَ َْك َرة َ ا ْس ُمهُ ِّنُفَيْع‬ َ ‫سى َهذَا َحدِيث َح‬
َ ‫سن‬ َ ‫ِِعي‬
Janganlah seorang pemimpin (hakim) itu menghukumi antara dua
orang yang berseteru dalam keadaan marah (emosional).

66
Imam Al-Haramain, Al-Qur’an dan Terjemahan (Bandung: Hilal, 2012), 38.
67
M. Dawam Raharjo, Ensiklopedi Al-Qur’an: Tafsir Sosial Berdasarkan Konsep-konsep Kuncin
(Jakarta: Paramadina, 2002), 349.

42
Prinsip pembuatan keputusan menurut Islam adalah:
a. Adil

Secara istilah adil dapat diartikan tidak berat sebelah, tidak


memihak dan seimbang. Prinsip keadilan sangat penting karena
dengan keadilan keputusan yang diambil tidak merugikan oerang
lain. Dalam Islam sifat adil sangat dibutuhkan oleh seorang
pemimpin karena melalui sifat adil seorang pemimpin akan
dihormati dan dimuliakan oleh Allah. Allah telah berfirman dalam
Al Qur’an surat Al Maidah ayat 8:

ِ ‫ش َهدَا َءبِ ْال ِقس‬


‫ْط َوَلَ َي ْج ِر َمنَ َُك ْم‬ ُ ‫يَأَيُّ َهاالَذِينَ َءا َمنُوا ُك ْوِّنُواقَ َو ِميْنَ ِ َّلِل‬
َ ‫ب ِللت َ ْق َوى َواتَقُ ْو‬
َ‫هللاا ا َِن هللاا‬ ُ ‫ِعلَى أََلَتَ ْع ِدلُواْ ا ِْع ِدلُ ْوا ُه َوأ ْق َر‬
َ ‫شنَأ َ ُن قَ ْو ٍم‬
َ
َ‫َخ ِبيْر ِب َما ت َ ْع َملُون‬
Artinya: “Hai orang- orang yang beriman, hendaklah kamu jadi
orang yang selalu menegakkan kebenaran karena Allah, menjadi
saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap
sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku
adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah
kepada Allah, sesungguhnya Allah maha mengetahui apa yang kamu
kerjakan.”
Dalam ayat di atas, sangat jelas bahwa Allah swt
memerintahkan segenap manusia untuk berbuat adil dalam setiap
hal. Hal itu pula yang menjadikan Islam dalam semua syariatnya
menjunjung tinggi prinsip keadilan. Begitu pentingnya sifat adil bagi
pemimpin.
Surat Ali Imron ayat 21

َ‫ق َويَ ْقتُلُونَ الَذِين‬


ٍ ‫ّللاِ َويَ ْقتُلُونَ النَبِ ِيينَ ِبغَي ِْر َح‬
َ ‫ت‬ ِ ‫ِّإِ َن الَذِينَ يَ َْكفُ ُرونَ بِآيَا‬

43
‫ب أ َ ِل ٍيم‬
ٍ ‫اس ِفَ َبش ِْر ُه ْم ِب َعذَا‬ ِ ‫َيأ ْ ُم ُرونَ ِب ْال ِقس‬
ِ َ‫ْط ِمنَ الن‬

Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang mengingkari ayat-ayat


Allah dan membunuh para nabi tanpa hak (alasan yang benar) dan
membunuh orang yang menyuruh manusia berbuat adil,
sampaikanlah kepada mereka kabar gembira yaitu azab yang
pedih.”

Surat Annisa ayat 3

‫اء‬
ِ ‫س‬ َ ِ‫اب لَ َُك ْم ِمنَ الن‬ َ ‫ط‬ َ ‫طوا ِفِي ْاليَتَا َمى َِفا ِّْن َِك ُحوا َما‬ ُ ‫َو ِِّإ ْن ِخ ْفت ُ ْم أ َ ََل ت ُ ْق ِس‬
‫ت أ َ ْي َماِّنُ َُك ْم‬
ْ ‫احدَة أ َ ْو َما َم َل ََك‬
ِ ‫ع ِفَإ ِ ْن ِخ ْفت ُ ْم أ َ ََل ت َ ْع ِدلُوا َِف َو‬
َ ‫ث َو ُربَا‬ َ ‫َمثْنَى َوث ُ ََل‬
‫ذَ ِل َك أ َ ْدِّنَى أ َ ََل تَعُولُوا‬
Artinya: “Dan jika kamu khawatir tidak akan mampu berlaku adil
terhadap (hak-hak) perempuan yatim (bilamana kamu menikahinya),
Maka nikhilah perempuan (lain) yang kamu senamgi, dua, tiga, atau
empat. Tetapi jika kamu khawatir tidak akan mampu berbuat adil,
Maka (nikahilah) seorang saja, atau hamba sahaya perempuan yang
kamu miliki, yang demikian itu lebih dekat agar kamu tidak berbuat
zalim”.
Surat Annisa ayat 58

‫اس أ َ ْن‬ ِ ‫ّللاَ َيأ ْ ُم ُر ُك ْم أ َ ْن ت ُ َؤدُّوا ْاَأل َ َماِّنَا‬


ِ َ‫ت ِِّإلَى أ َ ْه ِل َها َو ِِّإذَا َح ََك ْمت ُ ْم َبيْنَ الن‬ َ ‫ِِّإ َن‬
‫صيرا‬ ِ َ‫س ِميعا ب‬ َ َ‫ّللاَ َكان‬ َ ‫ظ َُك ْم ِب ِه ِِّإ َن‬ َ ‫ت َ ْح َُك ُموا ِب ْال َع ْد ِل ِِّإ َن‬
ُ ‫ّللاَ ِّنِ ِع َما َي ِع‬

Artinya: “Sungguh, Allah menyuruhmu menyampaikan amanat


kepaa yang berhak menerimanya, dan apabila kamu menetapkan
hukum diantara manusia hendaknya kamu menetapkanya dengan

44
adil. Sungguh, Allah sebaik-baik yang memberi pengajaran
kepadamu. Sungguh Allah Maha Mendengar, Maha Melihat”.

ِ ‫ِع ْن ُخ َب ْي‬
‫ب‬ َ ‫ِع َم َر‬
ُ ‫ّللاِ ب ِْن‬ ُ ‫ِع ْن‬
َ ‫ِع َب ْي ِد‬ َ ‫س ََل ٍم أ َ ْخ َب َرِّنَا‬
ِ َ ُ‫ِع ْبد‬
َ ‫ّللا‬ َ ‫َحدَثَنَا ُم َح َمدُ ب ُْن‬
َ َ ‫ِع ْن أ َ ِبي ُه َري َْرة‬
ِ ‫ِع ْن النَبِي‬ َ ‫اص ٍم‬
ِ ‫ِع‬
َ ‫ص ب ِْن‬ ِ ‫ِع ْن َح ْف‬ َ ‫الر ْح َم ِن‬
َ ‫ب ِْن َِع ْب ِد‬
‫ّللاُ َي ْو َم ْال ِقيَا َم ِِة ِفِي ِظ ِل ِه يَ ْو َم ََل‬
َ ‫س ْبعَِة ي ُِظلُّ ُه ْم‬
َ ‫سلَ َم قَا َل‬
َ ‫ِع َل ْي ِه َو‬ َ ‫صلَى‬
َ ُ‫ّللا‬ َ
َ َ ‫ّللاِ َو َر َُجٌل ذَ َك َر‬
‫ّللا ِفِي‬ َ ِ‫ِعادِل َوشَابٌّ ِّنَشَأ َ ِفِي ِِعبَادَة‬ َ ‫ِظ ٌَل ِِّإ ََل ِظلُّهُ ِِّإ َمام‬
‫ِع ْينَاهُ َو َر َُجٌل قَ ْلبُهُ ُم َعلَق ِِفي ْال َمس ِْج ِد َو َر َُج ََل ِن ت َ َحابَا ِِفي‬
َ ‫ت‬ْ ‫ض‬ َ ‫خ َََلءٍ ِفَفَا‬
ُ ‫ب َو ََج َما ٍل ِِّإلَى ِّنَ ْف ِس َها قَا َل ِِّإِّنِي أَخ‬
‫َاف‬ ِ ‫ّللاِ َو َر َُجٌل دَ َِعتْهُ ْام َرأَة ذَاتُ َم ْن‬
ٍ ‫ص‬ َ
‫ت‬ َ ‫صدَقَ ٍِة ِفَأ َ ْخفَاهَا َحتَى ََل تَ ْعلَ َم ِش َمالُهُ َما‬
ْ ‫صنَ َع‬ َ ‫صدَقَ ِب‬ َ َ ‫ّللاَ َو َر َُجٌل ت‬
َ
ُ‫يَ ِمينُه‬
Artinya: “Diriwayatkan oleh Muhammad Ibn Salam di beritakan
oleh ‘Abdullah ‘an ‘Ubaidillah ibn Umar ‘an Hubaib ibn
‘Abdirrohman ‘an Hafsi ibn ‘Ashim ‘an Abu hurairah r.a: berkata:
bersabda nabi saw: ada tujuh macam orang yang bakal bernaung di
bawah naungan allah, pada hati tiada naungan kecuali naungan
allah: Imam(pemimpin) yang adil, dan pemuda yang rajin ibadah
kepada allah. Dan orang yang hatinya selalu gandrung kepada
masjid. Dan dua orang yang saling kasih sayang karena allah, baik
waktu berkumpul atau berpisah. Dan orang laki yang diajak berzina
oleh wanita bangsawan nan cantik, maka menolak dengan kata:
saya takut kepada allah. Dan orang yang sedekah dengan sembunyi-
sembunyi hingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang
disedekahkan oleh tangan kanannya. Dan orang berdzikir ingat
pada allah sendirian hingga mencucurkan air matanya.” (Bukhori
Muslim).

Yang sangat ditekankan oleh hadis ini adalah karakter orang


yang pertama, yaitu pemimpin yang adil. Bukannya kita
menyepelekan enam karakter sesudahnya, akan tetapi karakter
pemimpin yang adil memang menjadi tonggak bagi kemaslahatan
seluruh umat manusia. Tanpa pemimpin yang adil maka kehidupan
ini akan terjebak ke dalam jurang penderitaan yang cukup dalam.

45
Untuk melihat sejauh mana seorang peimimpin itu telah
berlaku adil terhadap rakyatnya adalah melalui keputusan-
keputuasan dan kebijakan yang dikeluarkannya. Bila seorang
pemimpin menerapkan hukum secara sama dan setara kepada semua
warganya yang berbuat salah atau melanggar hukum, tanpa tebang
pilih, maka pemimpin itu bisa dikatakan telah berbuat adil. Namun
sebaliknya, bila pemimpin itu hanya menghukum sebagian orang
(rakyat kecil) tapi melindungi sebagian yang lain (elit/konglomerat),
padahal mereka sama-ama melanggar hukum, maka pemimpin itu
telah berbuat dzalim dan jauh dari perilaku yang adil.

b. Maslahatul umat

َ ‫ِع ْن َِع ْب ِد‬


ِ‫ّللا‬ َ ‫َار‬ٍ ‫ّللاِ ب ِْن دِين‬ َ ‫ِع ْب ِد‬َ ‫ِع ْن‬ َ َ‫ّللاِ ب ُْن َم ْسلَ َمِة‬
َ ٍ‫ِع ْن َمالِك‬ َ ُ‫ِع ْبد‬َ ‫َحدَثَنَا‬
‫سلَ َم قَا َل أ َ ََل ُكلُّ َُك ْم َراعٍ َو ُكلُّ َُك ْم‬
َ ‫ِع َل ْي ِه َو‬ َ ‫صلَى‬
َ ُ‫ّللا‬ َ ‫ّللا‬ِ َ ‫سو َل‬ ُ ‫ِع َم َر أ َ َن َر‬
ُ ‫ب ِْن‬
‫ِعلَ ْي ِه ْم َو ُه َو َم ْسئُول‬ َ ‫ير الَذِي‬
ِ َ‫ِعلَى الن‬
َ ٍ‫اس َراع‬ ُ ‫َم ْسئُول َِع ْن َر ِِعيَتِ ِه ِفَ ْاَأل َ ِم‬
‫ِعلَى أَ ْه ٌِل َب ْيتِ ِه َو ُه َو َم ْسئُول َِع ْن ُه ْم َو ْال َم ْرأَة ُ َرا ِِعيَِة‬ َ ‫ِع ْن ُه ْم َو‬
َ ٍ‫الر َُج ٌُل َراع‬ َ
‫س ِي ِد ِه‬ َ ٍ‫ي َم ْسئُولَِة َِع ْن ُه ْم َو ْال َع ْبد ُ َراع‬
َ ‫ِعلَى َما ِل‬ َ ‫ت َب ْع ِل َها َو َولَ ِد ِه َو ِه‬
ِ ‫ِعلَى َب ْي‬
َ
َ ‫َو ُه َو َم ْسئُول َِع ْنهُ ِفَ َُكلُّ َُك ْم َراعٍ َو ُكلُّ َُك ْم َم ْسئُول‬
‫ِع ْن َر ِِعيَ ِت ِه‬

Artinya: “Diriwayatkan oleh ‘Abdullah ibn Maslamah ‘an Maliki


‘an Abdillah ibn Dinar ‘an Abdillah ibn Umar r.a berkata: saya
telah mendengar rasulullah saw bersabda : setiap orang adalah
pemimpin dan akan diminta pertanggungjawaban atas
kepemimpinannnya. Seorang kepala negara akan diminta
pertanggungjawaban perihal rakyat yang dipimpinnya. Seorang
suami akan ditanya perihal keluarga yang dipimpinnya. Seorang
isteri yang memelihara rumah tangga suaminya akan ditanya
perihal tanggungjawab dan tugasnya. Bahkan seorang
pembantu/pekerja rumah tangga yang bertugas memelihara
barang milik majikannya juga akan ditanya dari hal yang
dipimpinnya. Dan kamu sekalian pemimpin dan akan ditanya

46
(diminta pertanggungan jawab) darihal hal yang
dipimpinnya.”(Bukhori Muslim)

Dalam hadis ini dijelaskan bahwa etika paling pokok dalam


kepemimpinan adalah tanggun jawab. Semua orang yang hidup di
muka bumi ini disebut sebagai pemimpin. Karenanya, sebagai
pemimpin, mereka semua memikul tanggung jawab, sekurang-
kurangnya terhadap dirinya sendiri. Seorang suami bertanggung
jawab atas istrinya, seorang bapak bertangung jawab kepada anak-
anaknya, seorang majikan betanggung jawab kepada pekerjanya,
seorang atasan bertanggung jawab kepada bawahannya, dan
seorang presiden, bupati, gubernur bertanggung jawab kepada
rakyat yang dipimpinnya.
Akan tetapi, tanggung jawab di sini bukan semata-mata
bermakna melaksanakan tugas lalu setelah itu selesai dan tidak
menyisakan dampak (atsar) bagi yang dipimpin. Melainkan lebih
dari itu, yang dimaksud tanggung jawab di sini adalah lebih berarti
upaya seorang pemimpin untuk mewujudkan kesejahteraan bagi
pihak yang dipimpin.
Dengan demikian, karena hakekat kepemimpinan adalah
tanggung jawab dan wujud tanggung jawab adalah kesejahteraan,
maka bila orang tua hanya sekedar memberi makan anak-anaknya
tetapi tidak memenuhi standar gizi serta kebutuhan pendidikannya
tidak dipenuhi, maka hal itu masih jauh dari makna tanggung jawab
yang sebenarnya.

‫ار قَ َاَل َحدَثَنَا ُم َح َمد ُ ب ُْن ََج ْع َف ٍر‬ َ َ‫َحدَثَنَا ُم َح َمدُ ب ُْن ْال ُمثَنَى َو ُم َح َمد ُ ب ُْن ب‬
ٍ ‫ش‬
ِ ‫ِع ْل َق َمِةَ ب ِْن َوائِ ٌٍل ْال َحض َْر ِمي‬
َ ‫ِع ْن‬
َ ‫ب‬ ٍ ‫اك ب ِْن َح ْر‬ ِ ‫ِع ْن ِس َم‬ َ ُ‫ش ْعبَِة‬
ُ ‫َحدَثَنَا‬
‫ِعلَ ْي ِه‬
َ ُ‫ّللا‬ َ ‫صلَى‬ َ ِ‫ّللا‬ َ ‫سو َل‬ ُ ‫ي َر‬ ُّ ‫سلَ َمِةُ ب ُْن يَ ِزيدَ ْال ُج ْع ِف‬َ ‫سأ َ َل‬
َ ‫ِع ْن أَبِي ِه قَا َل‬ َ
‫ِعلَ ْينَا أ ُ َم َرا ُء َيسْأَلُوِّنَا َحقَ ُه ْم‬َ ‫ت‬ َ ‫ّللاِ أ َ َرأَي‬
ْ ‫ْت ِِّإ ْن قَا َم‬ َ ‫ي‬ َ ‫سلَ َم ِفَقَا َل َيا ِّنَ ِب‬
َ ‫َو‬

47
َ ‫سأَلَهُ ِفَأَِع َْر‬
‫ِض َِع ْنهُ ث ُ َم‬ َ ‫ِع ْنهُ ث ُ َم‬
َ ‫ِض‬ َ ‫َو َي ْم َنعُوِّنَا َحقَنَا ِفَ َما تَأ ْ ُم ُرِّنَا ِفَأَِع َْر‬
‫ث ب ُْن قَي ٍْس َوقَا َل ا ْس َمعُوا‬ ُ ‫سأ َ َلهُ ِِفي الثَا ِِّن َي ِِة أ َ ْو ِِفي الثَا ِلث َ ِِة ِفَ َجذَ َبهُ ْاَأل َ ْش َع‬
َ
‫ِعلَ ْي َُك ْم َما ُح ِم ْلت ُ ْم و َحدَثَنَا أَبُو َب َْك ِر ب ُْن‬ َ ‫َوأ َ ِطيعُوا ِفَإِِّنَ َما‬
َ ‫ِعلَ ْي ِه ْم َما ُح ِملُوا َو‬
‫اْل ْسنَا ِد ِمثْلَهُ َوقَا َل‬ِ ْ ‫ش ْع َبِةُ َِع ْن ِس َماكٍ ِب َهذَا‬
ُ ‫ش َبا َبِةُ َحدَثَنَا‬ َ ‫أ َ ِبي‬
َ ‫ش ْي َبِةَ َحدَثَنَا‬
‫سلَ َم‬
َ ‫ِعلَ ْي ِه َو‬ َ ‫صلَى‬
َ ُ‫ّللا‬ َ ِ‫ّللا‬َ ‫سو ُل‬ ُ ‫ث ب ُْن قَي ٍْس َِفقَا َل َر‬ ُ ‫ِفَ َجذَبَهُ ْاَأل َ ْش َع‬
‫ِعلَ ْي َُك ْم َما ُح ِم ْلت ُ ْم‬ َ ‫ا ْس َمعُوا َوأ َ ِطيعُوا ِفَإِِّنَ َما‬
َ ‫ِع َل ْي ِه ْم َما ُح ِملُوا َو‬

Artinya: “Diriwayatkan oleh Muhammad ibn Mutsna dan


Muhammad ibn Basharin berkata: Muhammad ibn Ja’farin
diriwayatkan oleh Su’bah ‘an Simaki ibn Harbin ‘an ‘Alqomah ibn
Wailin Alhadromi ‘an Abihi berkata kepada Salamah ibn Yarid
Alju’fi bertanya kepada Rasulullah Saw : ya Rasulullah,
bagaimana jika terangkat diatas kami kepala-kepala yang hanya
pandai menuntut haknya dan menahan hak kami, maka
bagaimanakah kau menyuruh kami berbuat? Pada mulanya
rasulullah mengabaikan pertanyaan itu, hingga ditanya kedua
kalinya, maka Rasulullah Saw bersabda : dengarlah dan ta’atlah
maka sungguh bagi masing-masing kewajiban sendiri-sendiri atas
mereka ada tanggung jawab dan atas kamu tanggung jawabmu.
(Muslim).
Rakyat memiliki hak dan pemimpin memiliki tanggung
jaab. Begitu pula sebaliknya, rakyat memiliki tanggung jawab dan
pemimpin juga memiliki hak. Antara keduanya harus ada
keseimbangan dan kesetaraan. Yang satu tidak boleh mendominasi
yang lain. Akan tetapi kekuasaan sepenuhnya adalah tetap berada
di tangan rakyat. Karena hakekat kepemimpinan hanyalah amanat
yang harus diemban oleh seorang pemimpin. Bila sang pemimpin
tidak bisa menjaga amanat itu dengan baik, maka kekuasaan
kembali berada di tangan rakyat.
Oleh sebab itu, mengingat kesetaraan poisi rakyat dan
pemimpin ini, maka masing-masing memilki hak dan tanggung
jawabnya. Hadis di atas menjelaskan bahwa seorang pemimpin
jangan hanya bisa memenuhi haknya, dan mengebiri hak rakyatnya,

48
akan tetapi seorang pemimpin harus mengakui dan menjamin hak-
hak rakyatnya secara bebas.
Dalam kehidupan modern seperti sekarang ini, mungkin
kita sudah mengenal konsep hak asasi manusia (HAM). Oleh sebab
itu, bila kita tarik hadis di atas dalam kontek saat ini, maka
sebanarnya nabi muhammad s.a.w jauh sebelumnya sudah
mengajarkan prinsip-prinsip HAM dalam kehidupan politik
rakyatnya. Betapa tidak, dari hadis di atas dapat kita gali sebuah
pesan bahwa islam menjamin HAM termasuk di dalamnya hak-hak
sipil dan politik (isipol) dan hak-hak ekonomi sosial dan budaya.
Karena itu, bila seorang peimimpin tidak menjamin hak-hak asasi
manusia warganya, maka pemimpin itu telah keluar dari sunnah
Rasul Saw.

c. Taqwa

‫َحدَثَنَا َم ْح ُمود ُ ب ُْن خَا ِل ٍد َحدَثَنَا أَبُو ُم ْس ِه ٍر َحدَث َ ِني َِعبَاد ُ ب ُْن َِعبَا ٍد‬
‫ّللا‬ َ ‫ِع ْن َِع ْم ِرو ب ِْن‬
ِ َ ‫ِع ْب ِد‬ َ ِ ‫س ْي َباِّنِي‬ َ ‫ِع ْن َي ْح َيى ب ِْن أ َ ِبي‬
َ ‫ِع ْم ٍرو ال‬ ُ ‫ْالخ ََو‬
َ ‫اص‬
‫صلَى‬ ِ َ ‫سو َل‬
َ ‫ّللا‬ ُ ‫س ِم ْعتُ َر‬َ ‫ف ب ِْن َمالِكٍ ْاَأل َ ْش َج ِعي ِ قَا َل‬ َ ‫ِع ْن‬
ِ ‫ِع ْو‬ َ ِ ‫س ْي َباِّنِي‬
َ ‫ال‬
‫ص ِِّإ ََل أ َ ِمير أَ ْو َمأ ْ ُمور أ َ ْو ُم ْختَال‬
ُّ ُ‫سلَ َم يَقُو ُل ََل يَق‬
َ ‫ِعلَ ْي ِه َو‬
َ ُ‫ّللا‬َ
Artinya: “Diriwayatkan oleh Mahmud ibn Kholid diriwayatkan
kepada Abu Mushir diriwayatkan kepada ‘Abbad ibn ‘Abadin
Alkhowwashu ‘an Yahya ibn Abi ‘Amri Assaybani ‘an ‘Amri ibn
Abdillahi Assaybani ‘an ‘Aufi ibn Maliki Asja’i Rasulullah saw
bersabda: tidak ada yang berhak untuk memberikan ceramah
(nasehat/cerita hikmah) kecuali seorang pemimpin, atau orang
yang mendapatkan izin untuk itu (ma’mur), atau memang orang
yang sombong dan haus kedudukan.” (Muslim)
Hadis ini bukan berarti hanya pemimpin yang berhak
memberi nasehat kepada umat, melainkan hadis ini mengandung

49
pesan bahwa seorang pemimpin seharusnya bisa memberikan suri
tauladan yang baik kepada umatnya. Karena yang dimaksud
ceramah disini bukan dalam arti ceramah lantas memberi wejangan
kepada umat, akan tetapi yang dimaksud ceramah itu adalah sebuah
sikap yang perlu dicontohkan kepada umatnya. Seorang
penceramah yang baik dan betul-betul penceramah tentunya bukan
dari orang sembarangan, melainkan dari orang-orang terpilih yang
baik akhlaqnya. Begitu pula dalam hadis ini, pemimpin yang
berhak memberikan ceramah itu pemimpin yang memiliki akhlaq
terpuji sehingga akhlaqnya bisa menjadi tauladan bagi rakyatnya.
Jadi kriteria-kriteria yang harus dipenuhi oleh seorang
penceramah, maka itu juga harus dipenuhi oleh seorang pemimpin.
Karena pada zaman rasul dulu, seorang penceramah atau yang
memberikan hikmah kepada umat adalah para penceramah ini,
sehingga rasul mengharuskan seorang pemimpin harus memiliki
akhlaq yang sama dengan penceramah ini.

‫يم َو ُم َح َمد ُ ب ُْن ْال ُمثَنَى‬ ُّ ‫غسَانَ ْال ِم ْس َم ِع‬


َ ‫ي َو ِِّإ ْس َح ُق ب ُْن ِِّإب َْرا ِه‬ َ ‫و َحدَثَنَا أَبُو‬
‫ان َحدَثَنَا ُم َعاذ ُ ب ُْن ِهش ٍَام َحدَثَنِي أ َ ِبي‬
ِ ‫قَا َل ِِّإ ْس َح ُق أ َ ْخ َب َرِّنَا و قَا َل ْاْلخ ََر‬
‫ِعلَى َم ْع ِق ٌِل ب ِْن‬
َ ‫ّللا بْنَ ِزيَا ٍد دَ َخ ٌَل‬ ُ ‫ِع ْن أ َ ِبي ْال َم ِليحِ أ َ َن‬
ِ َ َ‫ِعبَ ْيد‬ َ َ ‫ِع ْن َقتَادَة‬
َ
‫ث لَ ْو ََل أَِّنِي ِِفي‬
ٍ ‫ض ِه ِفَقَا َل لَهُ َم ْع ِقٌل ِِّإ ِِّني ُم َح ِدث ُ َك ِب َحدِي‬
ِ ‫ار ِفِي َم َر‬ ٍ ‫س‬
َ َ‫ي‬
‫سلَ َم يَقُو ُل َما‬ َ ‫صلَى‬
َ ‫ّللاُ َِعلَ ْي ِه َو‬ َ ‫سو َل‬
َ ِ‫ّللا‬ َ ‫ت لَ ْم أ ُ َحدِثْ َك بِ ِه‬
ُ ‫س ِم ْعتُ َر‬ ِ ‫ْال َم ْو‬
َ ‫ير يَ ِلي أ َ ْم َر ْال ُم ْس ِل ِمينَ ث ُ َم ََل يَ ْج َهد ُ لَ ُه ْم َو َي ْن‬
‫ص ُح ِّإِ ََل لَ ْم يَ ْد ُخ ٌْل‬ ٍ ‫ِم ْن أ َ ِم‬
َ‫وب ب ُْن ِّإِ ْس َحق‬ُ ُ‫ي َحدَثَنَا َي ْعق‬ ُّ ‫ِع ْقبَِةُ ب ُْن ُم َْك َر ٍم ْالعَ ِم‬
ُ ‫َم َع ُه ْم ْال َجنَِةَ و َحدَثَنَا‬
‫ِض‬
َ ‫ار َم ِر‬ ٍ ‫س‬ َ َ‫س َوادَة ُ ب ُْن أ َ ِبي ْاَألَس َْو ِد َحدَث َ ِني أ َ ِبي أ َ َن َم ْع ِق ٌَل بْنَ ي‬
َ ‫أ َ ْخبَ َرِّنِي‬
َ ‫ث ْال َح‬
‫س ِن َِع ْن َم ْع ِق ٌٍل‬ ِ ‫ّللاِ ب ُْن ِز َيا ٍد َيعُودُهُ ِّن َْح َو َحدِي‬ ُ ُ‫ِفَأَتَاه‬
َ ُ ‫ِع َب ْيد‬
Artinya: “Diriwayatkan oleh Abu Abu ‘Ghashana Almisma’i dan
Ishaq ibn Ibrohim dan Muhammad ibn Almutsanna berkata kepada

50
Ishaq dan berkata dari periwayat Mu’adzubnu Hisam diriwayatkan
kepada Abi ‘an Qatadata ‘an Abi Almaliki Rasulullah saw
bersabda: setiap pemimpin yang menangani urusan kaum
muslimin, tetapi tidak berusaha semaksimal mungkin untuk
mengurusi mereka dan memberikan arahan kepada mereka, maka
dia tidak akan bisa masuk surga bersama kaum muslimin itu.
(Muslim).
Seorang pemimpin tidak bisa sekedar berpikir dan
bergulat dengan wacana sembari memerintah bawahannya untuk
mengerjakan perintahnya, melainkan pemimpin juga dituntut untuk
bekerja keras mengurus sendiri persoalan-persoalan rakyatnya.
Salah seorang khulafau rasyidin yaitu umar bin utsman pernah
berkeliling keseluruh negeri untuk mencari tahu adakah di antara
rakyatnya masih kekurangan pangan. Jika ada, maka khalifah umar
tidak segan-segan untuk memberinya uang (bekal) untuk
menunjang kehidupan rakyatnya tadi. Bahkan khalifah abu bakar
harus turun tangan sendiri untuk memerangi orang-orang yang
tidak mau membayar zakat.

d. Manfaat

‫ِع ْن‬
َ ‫ب‬ ِ ‫ِع ْن ِس َم‬
ٍ ‫اك ب ِْن َح ْر‬ َ َ ‫ِع ْن زَ ا ِئدَة‬
َ ‫ي‬ُّ ‫سيْن ْال ُج ْع ِف‬
َ ‫َحدَثَنَا َهنَاد َحدَثَنَا ُح‬
‫سلَ َم ِِّإذَا‬ َ ‫صلَى‬
َ ‫ّللاُ َِعلَ ْي ِه َو‬ ُ ‫ِع ِلي ٍ قَا َل قَا َل ِلي َر‬
َ ‫سو ُل‬
َ ِ‫ّللا‬ َ ‫ِع ْن‬
َ ‫َحن ٍَش‬
‫ض ِل ْْل َ َو ِل َحتَى ت َ ْس َم َع َك ََل َم ْاْلخ َِر‬
ِ ‫ضى ِِّإلَي َْك َر َُج ََل ِن ِفَ ََل ت َ ْق‬ َ ‫تَقَا‬
‫اضيا َب ْعدُ قَا َل أَبُو‬ ِ َ‫ي َِف َما ِز ْلتُ ق‬ َ ‫ضي قَا َل‬
ٌّ ‫ِع ِل‬ ِ ‫ْف ت َ ْق‬
َ ‫ف تَد ِْري َكي‬ َ َ‫ِف‬
َ ‫س ْو‬
َ ‫سى َهذَا َحدِيث َح‬
‫سن‬ َ ‫ِِعي‬

Artinya: “Apabila ada dua orang laki-laki yang meminta


keputusan kepadamu maka janganlah engkau memberikan
keputusan kepada laki-laki yang pertama sampai engkau

51
mendengarkan pernyataan dari laki-laki yang kedua. Maka engkau
akan tahu bagaimana engkau memberikan keputusan” (Turmudzi)

Hadis ini mengajarkan kita sebuah kepemimpinan yang


mau mendengar semua suara rakyat. Tidak peduli rakyat itu
pengemis, pemulung, orang penyandang cacat, perempuan, atau
anak kecil sekalipun, maka semua itu harus didengar suaranya oleh
pemimpin. Artinya, kepemimpinan itu, atau lebih tepatnya seorang
pemimpin itu harus benar-benar aspiratif. Karena bila kita dalam
mengambil keputusan atau kebijakan hanya berdasarkan suara
kelompok tertentu, lebih-lebih suara kelompok yang dekat dengan
lingkungan kekuasaan (pemimpin) maka keputusan itu pasti akan
jauh dari rasa keadilan. Alasannya adalah karena suara satu
kelompok itu belum tentu mewakili suara kelompok yang lain.
Sehingga bila ingin mencapai rasa keadilan bagi eluruh rakyat,
maka harus mendengar suara semua rakyat.
Hadis ini penting terutama dalam konteks sistem
demokrasi yang meniscayakan keterwakilan seperti di indoensia
misalkan. Dimana dpr (dewan perwakilan rakyat) memiliki
wewenang untuk mewakili suara rakyat. Bila dpr ini tidak
menjaring aspirasi dari semua lapisan dan status masyarakat, maka
jangan harap kebijakan-kebijakan yang dihasilakannya akan
memenuhi rasa keadilan rakyat indonesia. Oleh sebab itu, agar rasa
keadilan dalam sebuah masyarakat itu benar-bnar terpenuhi, maka
islam mewajibkan seorang pemimpin untuk tidak mengambil
keputusan hanya dari satu orang (satu kelompok suara), tetapi lebih
dari itu.

‫ث‬ ِ ‫ِع ْن ْال َح‬


ِ ‫ار‬ َ ِ ‫ِع ْن أ َ ِبي َِع ْو ٍن الثَقَ ِفي‬
َ َ‫ش ْعبَِة‬
ُ ‫َحدَثَنَا َهنَاد َحدَثَنَا َو ِكيع َِع ْن‬
َ ‫صلَى‬
ُ‫ّللا‬ َ ِ‫ّللا‬ َ ‫سو َل‬ُ ‫ب ُم َعا ٍذ أ َ َن َر‬
ِ ‫ص َحا‬ ْ َ ‫ِع ْن ِر ََجا ٍل ِم ْن أ‬
َ ‫ب ِْن َِع ْم ٍرو‬
‫ضي ِب َما‬ ِ ‫ضي ِفَقَا َل أ َ ْق‬ َ ‫ث ُمعَاذا ِِّإلَى ْاليَ َم ِن ِفَقَا َل َكي‬
ِ ‫ْف ت َ ْق‬ َ َ‫سلَ َم بَع‬
َ ‫ِعلَ ْي ِه َو‬
َ

52
ُ ‫سنَ ِِة َر‬
َ ‫سو ِل‬
ِ‫ّللا‬ ُ ‫ّللا قَا َل ِفَ ِب‬
َِ ‫ب‬ ِ ‫ّللا قَا َل ِفَإ ِ ْن لَ ْم َي َُك ْن ِِفي ِكتَا‬َِ ‫ب‬ ِ ‫ِِفي ِكتَا‬
َ ‫صلَى‬
ُ‫ّللا‬ َ ‫سو ِل‬
َ ِ‫ّللا‬ ُ ‫سنَ ِِة َر‬ ُ ‫سلَ َم قَا َل ِفَإ ِ ْن لَ ْم َي َُك ْن ِِفي‬
َ ‫ِع َل ْي ِه َو‬ َ ‫صلَى‬
َ ُ‫ّللا‬ َ
‫سو ِل‬ ُ ‫سو َل َر‬ ُ ‫سلَ َم قَا َل أ َ َْجت َ ِهدُ َرأْ ِيي قَا َل ْال َح ْمدُ ِ َّلِلِ الَذِي َو َِفقَ َر‬
َ ‫ِعلَ ْي ِه َو‬َ
‫ار َحدَثَنَا ُم َح َمدُ ب ُْن ََج ْعفَ ٍر‬
ٍ ‫ش‬َ ‫سلَ َم َحدَثَنَا ُم َح َمدُ ب ُْن َب‬ َ ‫ِعلَ ْي ِه َو‬ َ ‫صلَى‬
َ ُ‫ّللا‬ َ ِ‫ّللا‬ َ
‫ث‬
ِ ‫ار‬ِ ‫ِع ْن ْال َح‬
َ ‫ِع ْو ٍن‬ َ ‫ِع ْن أ َ ِبي‬
َ ُ‫ش ْعبَِة‬ُ ‫الر ْح َم ِن ب ُْن َم ْهدِي ٍ قَ َاَل َحدَثَنَا‬َ ُ‫ِع ْبد‬ َ ‫َو‬
‫ِع ْن‬
َ ‫ص‬ ٍ ‫ِع ْن أُِّن‬
ٍ ‫َاس ِم ْن أ َ ْه ٌِل ِح ْم‬ َ َ‫ش ْعبَِة‬
ُ ‫ير ِة ب ِْن‬َ ‫ب ِْن َِع ْم ٍرو اب ِْن أَخٍ ِل ْل ُم ِغ‬
َ ‫سلَ َم ِّن َْح َوهُ قَا َل أَبُو ِِعي‬
‫سى َهذَا َحدِيث‬ َ ‫ِعلَ ْي ِه َو‬ َ ‫صلَى‬
َ ُ‫ّللا‬ َ ِ ‫ِع ْن النَبِي‬
َ ‫ُمعَا ٍذ‬
َ ‫ص ٌٍل َوأَبُو‬
‫ِع ْو ٍن‬ َ ‫ََل َِّن ْع ِرِفُهُ ِّإِ ََل ِم ْن َهذَا ْال َو َْج ِه َولَي‬
ِ َ ‫ْس ِّإِ ْسنَادُهُ ِِع ْندِي ِب ُمت‬
ُ ‫ي ا ْس ُمهُ ُم َح َمد ُ ب ُْن‬
ِ َ ‫ِع َب ْي ِد‬
‫ّللا‬ ُّ ‫الثَقَ ِف‬
Artinya: “Ketika rasul mengutus mu’adz ke yaman, beliau
bertanya: wahai mu’adz, bagaimana caramu memberikan
putusan/hukum? Dia menjawab; aku memutuskan/menghukumi
berdasarkan ketentuan dari al-qur’an. Lalu rasul bertanya lagi:
bagaimana kalau tidak ada dalam al-quran? Mu’adz menjawab,
maka aku memutuskan berdasarkan sunnah rasul s.a.w. Rasul
bertanya lagi: bagaimana bila tidak kau temukan dalam sunnah
rasul ? Mu’adz menjawab: maka aku berijtihad berdasarkan
pendapatku sendiri. Rasul bersabda: segala puji bagi allah yang
telah memberikan petunjuk/taufik kepada duta rasul saw”.

Hadis ini turun ketika salah seorang sahabat rasul s.a.w,


mu’adz bin jabal, hendak diutus rasul untuk menjadi gubernur di
yaman. Namun sebelum mu’adz berangkat ke yaman, rasul terlebih
dahulu memanggilnya untuk di uji (fit and propertest) sejauh mana
dia bisa diandalkan menjadi gebernur. Akan tetapi materi test yang
disampaikan rasul tidak muluk-muluk, beliau hanya menanyakan
tentang pedoman dia (mu’adz) dalam menjalankan roda
kepemimpinannya. Dalam pengakuan mu’adz, dia akan
menjalankan roda kepemimpinanya sebagai gubernur yaman
dengan berlandaskan pada al-qur’an, sunnah, dan ijtihad (berpikir

53
dan bekerja keras). Untuk jawaban yang pertama dan kedua, rasul
mungkin sudah bisa menebak jawaban yang akan diberikan
mu’adz, akan tetapi untuk pertanyaan ketiga itulah rasul mencoba
menggali sejauh mana upaya mu’adz bila sebuah keputusan tidak
ada dasarnya dalam al-qur’an dan sunnah. Dan ternyata nabi cukup
bangga kepada mu’adz karena dia bisa menjawab pertanyaan ketiga
itu dengan cukup memuaskan.
Ini artinya bahwa hadis di atas telah memberikan isyarat
kepada kita bahwa dalam menjalankan roda kepemimpinan kita
tidak bisa hanya mengandalkan pedoman al-qur’an dan sunnah,
akan tetapi kita juga harus pandai-pandai mencari alternatif
pedoman yang lain yang bisa mengilhami kita dalam mengeluarkan
keputusan. Bukannya kita hendak mengatakan bahwa al-qur’an dan
sunnah tidak sempurna, akan tetapi untuk merespon semua
peristiwa yang terjadi di dunia ini kita dituntut untuk mencari dan
mencari segala macam alternatif solusinya. Apabila kita tidak
menemukan dasarnya di al-qur’an dan sunnah, mungkin kita bisa
mencarinya di nilai-nilai kearifan lokal yang telah tumbuh dan
berkembang di dalam sebuah masyarakat. Karena itulah kita juga
mengenal apa yang oleh para ahli ushul fiqh dikenal dengan ‘urf
atau kaidah fiqh yang berbunyi al-‘adah muhakkamah. Bahkan
rasul pun pernah bersabda: bila engkau menemukan kebijakan
maka ambillah meski ia keluar dari mulut anjing.

َ ‫ّللاِ ب ِْن أ َ ِبي َب َْك َرة‬ ُ ‫ب أ َ ِبي ِِّإلَى‬


َ ‫ِع َب ْي ِد‬ َ َ ‫الر ْح َم ِن ب ِْن أ َ ِبي َب َْك َرة َ قَا َل َكت‬
َ ‫ِع ْب ِد‬
َ
ُ ‫س ِم ْعتُ َر‬
‫سو َل‬ َ ‫ان ِفَإ ِ ِِّني‬
ُ ‫ض َب‬ ْ ‫غ‬ َ ‫ت‬ َ ‫اِض أ َ ْن ََل تَ ْح َُك ْم َبيْنَ اثْ َني ِْن َوأ َ ِّْن‬
ٍ ‫َو ُه َو َق‬
‫سلَ َم َيقُو ُل ََل َي ْح َُك ْم ْال َحا ِك ُم َبيْنَ اثْ َني ِْن َو ُه َو‬ َ ‫ِعلَ ْي ِه َو‬
َ ُ‫ّللا‬َ ‫صلَى‬َ ِ‫ّللا‬َ
ُ‫ص ِحيح َوأَبُو َب َْك َرة َ ا ْس ُمه‬
َ ‫سن‬ َ ‫ان قَا َل أَبُو ِِعي‬
َ ‫سى َهذَا َحدِيث َح‬ ُ ‫ض َب‬ َ
ْ ‫غ‬
‫ِّنُفَيْع‬

54
Janganlah seorang pemimpin (hakim) itu menghukumi antara dua
orang yang berseteru dalam keadaan marah (emosional).

Keputusan seorang presiden adalah dasar dari kebijakan


sebuah negara. Begitu juga keputusan seorang pimpinan dalam
sebuah organisasi adalah acuan dalam menjalankan roda organisasi.
Oleh sebab itu, dalam mengambil keputusan atau mengeluarkan
kebijakan, seorang pemimpin sebaiknya tidak sedang dalam
keadaan “panas”, marah, atau emosional. Hal ini bukan saja
ditentang oleh hadis nabi s.a.w melainkan juga dikutuk oleh teori
manajemen organisasi. Dalam teori manajemen organisasi
dijelaskan bahwa seseorang tidak boleh mengeluarkan atau
membuat keputusan dalam keadaan marah atau emosi yang tidak
stabil. Bila dipaksakan, maka keputusan itu dihasilakan dari sebuah
proses yang kurang matang dan terburu-buru sehingga dampaknya
akan sangat merugikan terhadap pelaksana keputusan tersebut.
Meski di dalam hadis ini yang disebutkan adalah hakim,
namun secara substansial kita sepakat bahwa dalam keadaan emosi
labil, siapapun orangnya, baik hakim, pemimpin, maupun orang
awam sekalipun, sebaiknya tidak perlu mengambil keputusan.
Banyangkan bila kita sedang bertengkar dengan istri di rumah
misalkan, tetapi setelah di tiba di kantor kita disuguhi sebuah
persoalan yang harus diputuskan, maka bisa jadi sisa-sisa
emosional kita di rumah, secara sadar atau tidak, akan ikut terbawa
hingga ke kantor dan mempengaruhi kita dalam memutuskan
sebuah perkara. Oleh sebab itu, bila kita hendak mengambil
keputusan maka terlebih dahulu kita harus mendinginkan suasana

55
dan menengkan pikiran sehingga semua pertimbangan bisa kita
akomodir secara seimbang dan matang.68

C. PENUTUP
Pembuatan keputusan merupakan aktivitas yang sangat
menentukan dalam suatu organisasi. Pembuatan keputusan merupakan
esensi/inti dari kepemimpinan. Seorang pemimpin disebut pemimpin
apabila dapat dan mampu membuat keputusan. Aspek terpenting dari
organisasi pendidikan adalah kepemimpinan pendidikan. Sebelum
sampai kepada pembuatan keputusan terbaik seorang pemimpin harus
menguasai strategi kepemimpinan pendidikan yang baik, memiliki
teknik kepemimpinan yang handal, memperhatikan model pembuatan
keputusan, langkah-langkah dalam membuat keputusan, menerapkan
prosedur dalam pembuatan keputusan.
Strategi ialah suatu keputusan dasar yang diambil oleh
pemimpin dan diimplementasikan oleh seluruh anggota suatu lembaga
dalam rangka pencapaian tujuan lembaga. Diantara strategi yang
digunakan pemimpin adalah perumusan misis lembaga, penentuan profil
lembaga, analisis dan pilihan strategis, penetapan sasaran jangka
panjang, penentuan strategi induk, penentuan strategi operasional,
penentuan sasaran jangka pendek, perumusan kebijaksanaan,
pelembagaan strategi, penciptaan system pengawasan penciptaan system
penilaian, penciptaan system umpan balik.
Taktis kepemimpinan pendidikan terbagi menjadi dua, yakni
Hard Tactis dan Soft Tactics. Sedangkan Teknis kepemimpinan
pendidikan diantaranya teknis pematangan dan penyiapan pengikut,
teknis human relation, teknis menjadi teladan, teknis peersuasi dan

68
Said Agil Husin Al-Munawar, Al-Qur’an Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki (Jakarta:
Ciputat Press, 2002), 199.

56
pemberian perintah, teknis penggunaan system komunikasi yang cocok,
teknis penyediaan fasilitas.
Pembuatan keputusan merupakan proses pemilihan satu
alternatif dari beberapa alternatif untuk pemecahan masalah. Sedangkan
model pembuatan keputusan diantaranya: model Mitzenberg, Dricker,
dan Simon, model pembuatan keputusan rasional, model pembuatan
keputusan klasik, model pembuatan keputusan perilaku, model
pembuatan Carnegie, model pembuatan keputusan Chung dan
Megginson, model pembuatan keputusan berdasarkan manfaat, model
pembuatan keputusan berdasarkan masalah, model pembuatan
keputusan berdasarkan lapangan, model pembuatan keputusan
berdasarkan pohon masalah.
Teori pembuatan keputusan model Janiss-Mann adanya tekanan
situasi dan proses pembuatan keputusan itu sendiri sering membuat
“stress”. Irving Janis dan Leon Mann telah mengembangkan model
konflik yang menjawab dua pertanyaan berikut:
a. Dalam kondisi apa stress mempunyai akibat tidak memadai terhadap
kualitas pembuatan keputusan?
b. Dalam kondisi apa individu menggunakan prosedur pembuatan
keputusan yng paling baik untuk mencegah penyesalan atas pilihan
yang ia ambil?
Janis menemukakan lima pola untuk mengatasi stress : Unconflicted
adherence, Unconflicted change, Defensive avoidance, Hyperfigilance.,
Figilance.
Pada setiap proses pembuatan keputusan ada 6 langkah yang
harus ditempuh:
a. Mendefinisikan masalah
1) Apakah hal itu memang masalah atau gejala.
2) Masalah siapakah itu? Misalnya apakah itu masalah siswa, masalah
guru, atau masalah administrator.

57
3) Apakah yang terjadi kalau masalah itu tidak dipecahkan?
4) Situasi yang bagaimanakah yang perlu diciptakan untuk
memecahkan masalah?
5) Apakah usaha memecahkan masalah akan menimbulkan dampak
yang tidak diinginkan?
b. Dalam merumuskan masalah harus pula dilihat apakah masalah tersebut
merupakan masalah yang terdiri dari diri sendiri atau masalah yang
menyangkut bagian lain dalam organisasiMenentukan kriteria
pemecahan masalah
c. Mengidentifikasikan alternatif
d. Mengadakan penilaian terhadap alternatif
1) Alternatif yang baik adalah alternatif yang dapat melaksanakan dan
menghasilkan dampak positif.
2) Alternatif yang gampang adalah alternatif yang tidak mempunyai
akibat positif dan negatif.
3) Alternatif campuran adalah alternatif yang mempunyai kemungkinan
menghasilkan dampak positif atau sangat negatif.
4) Alternatif yang jelek adalah alternatif yang menyebabkan akibat
negatif.
5) Alternatif yang tidak pasti, yaitu alternatif yang mempunyai akibat
yang tidak menentu kalau dilaksanakan.
e. Memilih alternatif yang “terbaik”
f. Implementasi alternatif yang dipilih
Proses pembuatan keputusan mengidentifikasi dan menganalisis
problem, mengidentifikasi alternatif-alternatif soulsi, mengevaluasi
alternatif-alternatif, membuat keputusan memilih satu alternatif,
melaksanakan keputusan, mengevaluasi hasil dan memberikan balikan.
Kepemimpinan adalah rangkaian kegiatan penataan berupa
kemampuan mempengaruhi perilaku orang lain dalam situasi tertentu agar
berseda bekerjasama untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.

58
Kepemimpinan pendidikan adalah adalah kemampuan yang harus dimiliki
oleh seorang pemimpin dalam dunia pendidikan tentang bagaimana
menjalankan kepemimpinannya serta dapata menggerakkan bawahannya
untuk mencapai tujuan bersama yang telah ditetapkan.
Pembuatan keputusan muncul sebagai suatu reaksi atas sebuah
masalah. Artinya, ada ketidaksesuaian antara perkara saat ini dan keadaan
yang diinginkan, yang membutuhkan pertimbangan untuk membuat
beberapa tindakan alternatif.

59
DAFTAR RUJUKAN

Aliminsyah dan Pandji, Kamus Istilah Manajemen (Bandung : CV. Yrama Widya,
2004), 81.

B. Suryosubroto, Manajemen Pendidikan di Sekolah (Jakarta: Rineka Cipta,


2004), 139.

David Cravens, Pemasaran Strategis (Jakarta: Erlangga, 2001), 6.

Dr. Wirawan, Kepemimpinan Teori, Psikologi, Perilaku Organisasi, Aplikasi dan


Penelitian (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2014), 532.

Dr. Wirawan, Kepemimpinan Teori, Psikologi, Perilaku Organisasi, Aplikasi dan


Penelitian (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2014), 532.

G. Terry dan Leslie R, Dasas-Dasar Manajemen (Terjemahan oleh G.A. Ticoalu)


(Jakarta: Bumi Aksara, 2005), 130.

H. Handoko, Manajemen (Yogyakarta: BPFE, 2001), 129.

Hendiyat Soetopo dan Wastiy Soemanto, Kepemimpinan dan Supervisi


Pendidikan (Jakarta: Bina Aksara, 1988), 4.

I. Hasan, Pokok-pokok Materi Teori Pengambilan Keputusan (Jakarta: Ghalia


Indonesia, 2001), 38.

J. Salusu, Pengambilan Keputusan Strategik, Untuk Organisasi Publik dan


Organisasi Nonprofit (Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia, 1996), 57.

J. Salusu, Pengambilan Keputusan Strategik, Untuk Organisasi Publik dan


Organisasi Nonprofit., 47.

J.A.F. Stoner & Winkel C., Perencanaan dan Pengambilan Keputusan dalam
Manajemen (Alih Bahasa: Simamora Sahat) (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2003),
205.

John Kotler, Teori Kepemimpinan (Jakarta: Prenhalindo, 2008), 31.

Kartini Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan (Jakarta: PT Raja Grafindo


Persada, 2005), 85..

Muhammad Iqbal, “Model Pembuatan Keputusan”, Manajemen Pendidikan, 1


(Januari, 2014), 150.

S.P. Siagian, Teori dan Praktek Kepemimpinan (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2003),
65.

60
S.P. Siagian, Teori dan Praktek Kepemimpinan (Jakarta: Pt Rineka Cipta, 2003),
69.

S.P. Siagian, Teori dan Praktek Pengambilan Keputusan (Jakarta: CV Haji


Masagung, 1993), 24.

Sondang P. Siagian, Manajemen Strategik (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), 32.

T. Hani Handoko, Manajemen (Jogjakarta: BPFE, 2000), 108.

T. Safaria, Kepemimpinan (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2004), 48.

Stephen Robbins, Perilaku Organisasi: Konsep, Kontroversi, Aplikasi (Jakarta:


Prenhallindo, 2001), 101.

Sondang Siagian, Teori dan Praktek Pengambilan Keputusan (Jakarta: Haji


Masagung, 1990), 50.

Fachmi Basyaib, Teori Pengambilan Keputusan (Jakarta: PT Grasindo, 2006),


132.

J.A.F. Stoner & Winkel C, Perencanaan dan Pengambilan Keputusan dalam


Manajemen (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2003), 103.

Ashnaf Husein, “Strategi Kepemimpinan Pendidikan dalam Mengelola Konflik


Kelembagaan Kajian Teoritik”, Manajemen Pendidikan, 2 (Januari, 2015), 120.

Stephen P. Robbins dan Timothy A. Judge, Perilaku Organisasi (Jakarta:


Salemba Empat, 2009), 191.

Imam Al-Haramain, Al-Qur’an dan Terjemahan (Bandung: Hilal, 2012), 38.

M. Dawam Raharjo, Ensiklopedi Al-Qur’an: Tafsir Sosial Berdasarkan Konsep-


konsep Kuncin (Jakarta: Paramadina, 2002), 349.

Said Agil Husin Al-Munawar, Al-Qur’an Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki


(Jakarta: Ciputat Press, 2002), 199.

61
DAFTAR PUSTAKA
Al-Haramain, Imam. 2012. Al-Qur’an dan Terjemahan. Bandung: Hilal.
Aliminsyah dan Pandji. 2004. Kamus Istilah Manajemen. Bandung : CV.
Yrama Widya.
Al-Munawar, Said Agil Husin. 2002. Al-Qur’an Membangun Tradisi Kesalehan
Hakiki. Jakarta: Ciputat Press.
Basyaib, Fachmi. 2006. Teori Pembuatan Keputusan. Jakarta: PT Grasindo.
Cravens, David. 2001. Pemasaran Strategis. Jakarta: Erlangga.
Handoko, H. 2001. Manajemen. Yogyakarta: BPFE.
Handoko, T. Hani. 2000. Manajemen. Jogjakarta: BPFE.
Hasan, I. 2001. Pokok-pokok Materi Teori Pembuatan Keputusan. Jakarta:
Ghalia Indonesia.
Husein, Ashnaf. “Strategi Kepemimpinan Pendidikan dalam Mengelola Konflik
Kelembagaan Kajian Teoritik”. Manajemen Pendidikan (onlone), Vol.
9. No. 2, 2015, (http://www.ums.ac.id, diakses tanggal 02 Juni 2016).
Iqbal, Muhammad. “Model Pembuatan Keputusan”. Manajemen Pendidikan
(online), Vol. 9. No.1, 2014, (http://www.ums.ac.id, diakses tanggal 02
Juni 2016).
Kartono, Kartini. 2005. Pemimpin dan Kepemimpinan. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Kotler, John . 2008. Teori Kepemimpinan. Jakarta: Prenhalindo.
Raharjo, M. Dawam. 2002. Ensiklopedi Al-Qur’an: Tafsir Sosial Berdasarkan
Konsep-konsep Kuncin. Jakarta: Paramadina.
Robbins, Stephen P. dan Timothy A. Judge. 2009. Perilaku Organisasi.
Jakarta: Salemba Empat.
Robbins, Stephen. 2001. Perilaku Organisasi: Konsep, Kontroversi, Aplikasi.
Jakarta: Prenhallindo.
Safaria, T. 2004. Kepemimpinan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Salusu, J. 1996. Pembuatan Keputusan Strategik, Untuk Organisasi Publik dan
Organisasi Nonprofit. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.
Siagian, S.P. 1993. Teori dan Praktek Pembuatan Keputusan. Jakarta: CV Haji
Masagung.
Siagian, S.P. 2003. Teori dan Praktek Kepemimpinan. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
Siagian, S.P. 2003. Teori dan Praktek Kepemimpinan. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
Siagian, Sondang P. 1995. Manajemen Strategik. Jakarta: Bumi Aksara.
Siagian, Sondang. 1990. Teori dan Praktek Pembuatan Keputusan. Jakarta:
Haji Masagung.
Soetopo, Hendiyat dan Wastiy Soemanto. 1988. Kepemimpinan dan Supervisi
Pendidikan. Jakarta: Bina Aksara.
Soetopo, Hendiyat dan Wastiy Soemanto. 1988. Kepemimpinan dan Supervisi
Pendidikan. Jakarta: Bina Aksara.
Stoner, J.A.F. & Winkel C. 2003. Perencanaan dan Pembuatan Keputusan
dalam Manajemen (Alih Bahasa: Simamora Sahat). Jakarta: PT
Rineka Cipta.

62
Stoner, J.A.F. & Winkel C. 2003. Perencanaan dan Pembuatan Keputusan
dalam Manajemen. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Suryosubroto, B. 2004. Manajemen Pendidikan di Sekolah. Jakarta: Rineka
Cipta.
Terry, G. dan Leslie R. 2005. Dasas-Dasar Manajemen (Terjemahan oleh G.A.
Ticoalu). Jakarta: Bumi Aksara.
Usman, H. 2006. Manajemen: Teori, Praktik dan Riset Pendidikan. Jakarta:
Bumi Aksara.
Veithzal, R. 2004. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Wexley, K.N dan Yukl Garry A. 2003. Perilaku Organisasi dan Psikologi
Personalia (alih bahasa: Shobaruddin M). Jakarta: Rineka Cipta.

63
IKHTISAR
1. Kepemimpinan pendidikan
 Kepemimpinan pendidikan adalah proses pemimpin pendidikan mempengaruhi
peserta para peserta didik dan para pemangku kepentingan pendidikan serta
menciptakan sinergi untuk mencapai tujuan pendidikan.
2. Strategi kepemimpinan pendidikan
 Kata “Strategi” berasal dari bahasa Yunani “Strategos” yang berasal dari kata
“Stratos” yang berarti militer dan “Ag” yang artinya memimpin. Strategi dalam
konteks awalnya ini diartikan sebagai Generalship atau sesuatu yang dikerjakan
oleh para jenderal dalam membuat rencana untuk menakhlukkan musuh dan
memenagkan perang. Dalam manajemen strategi diartikan sebagai program
umum dari tindakan dan komitmen atas pemahaman-pemahaman kearah
pencapaian tujuan meyeluruh. Strategi ialah suatu keputusan dasar yang
diambil oleh pemimpin dan diimplementasikan oleh seluruh anggota suatu
lembaga dalam rangka pencapaian tujuan lembaga.
 Diantara strategi yang digunakan pemimpin adalah sebagai berikut:
a. Perumusan misi lembaga
Bebrapa ciri yang harus tergambar dengan jelas dalam suatu misi,
antara lain adalah:
1) Merupakan suatu pernyataan yang bersifat umum dan berlaku untuk
kurun waktu yang panjang tentang niat lembaga yang bersangkutan.
2) Mencakup filsafat yang dianut dan akan digunakan oleh pembuat
keputusan strategik dalam lembaga.
3) Secara implisit menggambarkan citra yang hendak disampaikan kepada
masyarakat luas.
4) Merupakan pencerminan jati diri yang ingin diciptakan, ditumbuhkan, dan
dipelihara.
5) Menunjukkan jasa yang diandalkan.
6) Menggambarkan dengan jelas kebutuhan apa yang dibutuhkan oleh
masyarakat.

64
b. Penentuan profil lembaga
c. Analisis dan pilihan strategis
d. Penetapan sasaran jangka panjang
e. Penentuan strategi induk
f. Penentuan strategi operasional
g. Penentuan sasaran jangka pendek
h. Perumusan kebijaksanaan
i. Pelembagaan strategi
Dalam pelembagaan terdapat 3 unsur yang harus dimiliki oleh
setiap lembaga yang harus mendapat perhatian yaitu:
1) Struktur organisasi
Organisasi secara umum dapat diartikan memberi struktur atau
susunan yakni dalam penyususnan atau penempatan orang-orang dalam
suatu kelompok kerjasama, dengan maksud menempatkan hubungan
anatara orang-orang dalam kewajiban, hak, dan tanggung jawab masing-
masing.
2) Gaya kepemimpinan
Gaya kepemimpinan sering kita jumpai dalam kehidupan
bermasyarakat, tetapi selain itu didalam suatu lembaga terdapat berbagai
macam gaya kepemimpinan yang sesuai dengan situasi sekarang
dimana kita berada ditengah-tengah perjuangan menuju kesuksesan
tujuan lembaga.
3) Kultur organisasi
Peranan kultur organisasi harus mendapat sorotan penting
khususnya dalam rangka implementasi suatu strategi. Kultur organisasi
adalah suatu makna yang diberikan oleh para anggota organisasai pada
kehidupan bersama.
j. Penciptaan system pengawasan
k. Penciptaan sistem penilaian
l. Penciptaan system umpan balik

65
3. Taktis kepemimpinan pendidikan
 Taktis mempengaruhi yaitu pola perilaku yang dirancang dan dilaksanakan
untuk menciptakan paengaruh yang mengubah target. Pembagian taktis
mempengaruhi adalah:
a. Hard tacctics (taktis mempengaruhi keras), yaitu perilaku mempengaruhi yang
memaksa dan mendorong target untuk memeatuhi perintah atau kehendak
pimpinan. Taktis ini meliputi antara taktis legitimasi, menekan, asertvenes, naik
banding ke atas, dan koalisis.
b. Soft tactics (taktis lunak), perilaku yang bijaksana dan konstruktif. Jenis taktis
ini antara lain personala appeal, konsultasi, permintaan inspirasional,
ingratiation, dan persuasi rasional.
 Jenis taktis mempengaruhi, diantaranya sebagai berikut:69
a. Taktis legitimasi
b. Taktis persuasi rasional
c. Taktis pertukaran
d. Taktis koalisi
e. Taktis meminta dukungan atasan
f. Taktis membuat hati
g. Taktis permintaan personal
h. Taktis mengkooptasi
i. Taktis pygmallion effect
j. Taktis menekan
4. Pembuatan keputusan
 Pembuatan keputusan merupakan proses pemilihan satu alternatif dari
beberapa alternatif untuk pemecahan masalah.
5. Model pembuatan keputusan
a. Model Mitznberg, Dricker, dan Simon
b. Model pembuatan keputusan rasional
c. Model pembuatan keputusan klasik

69
Ibid.

66
d. Model pembuatan keputusan perilaku
e. Model pembuatan keputusan Carnegie
f. Model pembuatan keputusan gaya kepemimpinan Chung & Megginson
Chung & megginson memberikan cara pembuatan keputusan oleh
pimpinan dengan membuat enam pertanyaan berikut:70
1) apakah tugas kelompok terstruktur?
2) Apakah hubungan pimpinan dan bawahan baik?
3) Apakah bawahan memiliki pengetahuan kerja?
4) Apakah pemimpin memiliki kedudukan kekuasaan yang kuat?
5) Apakah pemimpin memilki pengetahuan kerja?
6) Apakah kelompok memiliki waktu menyelesaikan tugas?
g. Model pembuatan keputusan berdasarkan manfaat
h. Model pembuatan keputusan berdasarkan masalah
i. Model pembuatan keputusan berdasarkan lapangan
j. Model pembuatan keputusan berdasarkan pohon masalah
6. Teory pembuatan keputusan model Janis-Mann
 Adanya tekanan situasi dan proses pembuatan keputusan itu sendiri sering
membuat “stress”. Irving Janis dan Leon Mann telah mengembangkan model
konflik yang menjawab dua pertanyaan berikut:
c. Dalam kondisi apa stress mempunyai akibat tidak memadai terhadap kualitas
pembuatan keputusan?

d. Dalam kondisi apa individu menggunakan prosedur pembuatan keputusan yng


paling baik untuk mencegah penyesalan atas pilihan yang ia ambil?
 Janis menemukakan lima pola untuk mengatasi stress :71
a. Unconflicted adherence.
b. Unconflicted change.
c. Defensive avoidance.
d. Hyperfigilance.
e. Figilance.

70
Ibid., 133.
Ashnaf Husein, “Strategi Kepemimpinan Pendidikan dalam Mengelola Konflik Kelembagaan
71

Kajian Teoritik”, Manajemen Pendidikan, 2 (Januari, 2015), 120.

67
7. Langkah-langkah pembuatan keputusan
 Pada setiap proses pembuatan keputusan ada 6 langkah yang harus ditempuh:
g. Mendefinisikan masalah
6) Apakah hal itu memang masalah atau gejala.
7) Masalah siapakah itu? Misalnya apakah itu masalah siswa, masalah guru,
atau masalah administrator.
8) Apakah yang terjadi kalau masalah itu tidak dipecahkan?
9) Situasi yang bagaimanakah yang perlu diciptakan untuk memecahkan
masalah?
10) Apakah usaha memecahkan masalah akan menimbulkan dampak yang
tidak diinginkan?
h. Dalam merumuskan masalah harus pula dilihat apakah masalah tersebut
merupakan masalah yang terdiri dari diri sendiri atau masalah yang
menyangkut bagian lain dalam organisasiMenentukan kriteria pemecahan
masalah
i. Mengidentifikasikan alternatif
j. Mengadakan penilaian terhadap alternatif
6) Alternatif yang baik adalah alternatif yang dapat melaksanakan dan
menghasilkan dampak positif.
7) Alternatif yang gampang adalah alternatif yang tidak mempunyai akibat
positif dan negatif.
8) Alternatif campuran adalah alternatif yang mempunyai kemungkinan
menghasilkan dampak positif atau sangat negatif.
9) Alternatif yang jelek adalah alternatif yang menyebabkan akibat negatif.
10) Alternatif yang tidak pasti, yaitu alternatif yang mempunyai akibat yang
tidak menentu kalau dilaksanakan.
k. Memilih alternatif yang “terbaik”
l. Implementasi alternatif yang dipilih
8. Proses pembuatan keputusan

68
 Proses pembuatan keputusan terdiri dari enam langkah

Mengidentifikasi Mengidentifikasi Mengevaluasi


dan menganalisis alternatif-alternatif alternatif-
problem solusi alternatif

Balikan
Mengevaluasi hasil Melaksanakan Membuat
dan memberikan keputusan keputusan memilih
balikan satu alternatif
terbaik
 Menurut Robbins proses pembuatan keputusan merupakan serangkaian tahap
yang terdiri dari delapan langkah yang meliputi:
Mengidentifikasi masalah

Mengidentifikasi kriteria keputusan

Memberi bobot pada kriteria

Mengembangkan alternatif-alternatif

Menganalisis alternatif

Memilih satu alternatif

Melaksanakan alternatif tersebut

Mengevaluasi efektifitas keputusan

69
9. Hubungan kepemimpinan pendidikan dengan pembuatan keputusan
 Kepemimpinan adalah rangkaian kegiatan penataan berupa kemampuan
mempengaruhi perilaku orang lain dalam situasi tertentu agar berseda
bekerjasama untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Kepemimpinan
pendidikan adalah adalah kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang
pemimpin dalam dunia pendidikan tentang bagaimana menjalankan
kepemimpinannya serta dapata menggerakkan bawahannya untuk mencapai
tujuan bersama yang telah ditetapkan.
 Pembuatan keputusan muncul sebagai suatu reaksi atas sebuah masalah.
Artinya, ada ketidaksesuaian antara perkara saat ini dan keadaan yang
diinginkan, yang membutuhkan pertimbangan untuk membuat beberapa
tindakan alternatif.
10. Dalil yang menguatkan teori tentang kepemimpinan pendidikan dan pembuatan
keputusan
 Firman Allah dalam surat Al-Baqarah (2) ayat 30, berikut ini:

11. ِ ‫َواِ ْذقَا َل َرب َُّك ِل ْل َملَ ََك ِِة ِِّإِّنِي ََجا ِِعٌل ِفِى اَأل َ ْر‬
.......‫ِض َخ ِل ْيفَِة‬
Artinya: Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat:
"Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.........”
Al-Baqarah (2) ayat 30.

‫صلَى‬ َ ‫سو َل‬


َ ِ‫ّللا‬ َ ‫ان ِفَإ ِ ِِّني‬
ُ ‫س ِم ْعتُ َر‬ ُ ‫ض َب‬
ْ ‫غ‬ َ ‫ت‬ َ ‫اِض أ َ ْن ََل ت َ ْح َُك ْم َبيْنَ اثْ َني ِْن َوأ َ ِّْن‬
ٍ َ‫ق‬
َ ‫ان قَا َل أَبُو ِِعي‬
‫سى‬ ُ ‫ض َب‬ َ ‫سلَ َم َيقُو ُل ََل َي ْح َُك ْم ْال َحا ِك ُم َبيْنَ اثْنَي ِْن َو ُه َو‬
ْ ‫غ‬ َ ‫ِعلَ ْي ِه َو‬ َ
َ ُ‫ّللا‬
‫ص ِحيح َوأَبُو َب َْك َرة َ ا ْس ُمهُ ِّنُفَيْع‬ َ ‫َهذَا َحدِيث َح‬
َ ‫سن‬
Janganlah seorang pemimpin (hakim) itu menghukumi antara dua orang yang
berseteru dalam keadaan marah (emosional).
11. Prinsip Pembuatan Keputusan Menurut Islam
 Adil
 Maslahatul Umat
 Taqwa
 Manfaat

70
TANYA-JAWAB
1. Apa yang dimaksud dengan kepemimpinan pendidikan?
 Kepemimpinan pendidikan adalah proses pemimpin pendidikan mempengaruhi
peserta para peserta didik dan para pemangku kepentingan pendidikan serta
menciptakan sinergi untuk mencapai tujuan pendidikan.
2. Apa yang dimaksud dengan strategi kepemimpinan pendidikan?
 Kata “Strategi” berasal dari bahasa Yunani “Strategos” yang berasal dari kata
“Stratos” yang berarti militer dan “Ag” yang artinya memimpin. Strategi dalam
konteks awalnya ini diartikan sebagai Generalship atau sesuatu yang dikerjakan
oleh para jenderal dalam membuat rencana untuk menakhlukkan musuh dan
memenagkan perang. Dalam manajemen strategi diartikan sebagai program
umum dari tindakan dan komitmen atas pemahaman-pemahaman kearah
pencapaian tujuan meyeluruh. Strategi ialah suatu keputusan dasar yang
diambil oleh pemimpin dan diimplementasikan oleh seluruh anggota suatu
lembaga dalam rangka pencapaian tujuan lembaga.
 Diantara strategi yang digunakan pemimpin adalah sebagai berikut:
a. Perumusan misi lembaga
Bebrapa ciri yang harus tergambar dengan jelas dalam suatu misi,
antara lain adalah:
1) Merupakan suatu pernyataan yang bersifat umum dan berlaku untuk
kurun waktu yang panjang tentang niat lembaga yang bersangkutan.
2) Mencakup filsafat yang dianut dan akan digunakan oleh pembuat
keputusan strategik dalam lembaga.
3) Secara implisit menggambarkan citra yang hendak disampaikan kepada
masyarakat luas.
4) Merupakan pencerminan jati diri yang ingin diciptakan, ditumbuhkan, dan
dipelihara.
5) Menunjukkan jasa yang diandalkan.
6) Menggambarkan dengan jelas kebutuhan apa yang dibutuhkan oleh
masyarakat.

71
b. Penentuan profil lembaga
c. Analisis dan pilihan strategis
d. Penetapan sasaran jangka panjang
e. Penentuan strategi induk
f. Penentuan strategi operasional
g. Penentuan sasaran jangka pendek
h. Perumusan kebijaksanaan
i. Pelembagaan strategi
Dalam pelembagaan terdapat 3 unsur yang harus dimiliki oleh
setiap lembaga yang harus mendapat perhatian yaitu:
1) Struktur organisasi
Organisasi secara umum dapat diartikan memberi struktur atau
susunan yakni dalam penyususnan atau penempatan orang-orang dalam
suatu kelompok kerjasama, dengan maksud menempatkan hubungan
anatara orang-orang dalam kewajiban, hak, dan tanggung jawab masing-
masing.
2) Gaya kepemimpinan
Gaya kepemimpinan sering kita jumpai dalam kehidupan
bermasyarakat, tetapi selain itu didalam suatu lembaga terdapat berbagai
macam gaya kepemimpinan yang sesuai dengan situasi sekarang
dimana kita berada ditengah-tengah perjuangan menuju kesuksesan
tujuan lembaga.
3) Kultur organisasi
Peranan kultur organisasi harus mendapat sorotan penting
khususnya dalam rangka implementasi suatu strategi. Kultur organisasi
adalah suatu makna yang diberikan oleh para anggota organisasai pada
kehidupan bersama.
j. Penciptaan system pengawasan
k. Penciptaan sistem penilaian
l. Penciptaan system umpan balik

72
3. Apa yang dimaksud dengan taktis kepemimpinan pendidikan?
 Taktis mempengaruhi yaitu pola perilaku yang dirancang dan dilaksanakan
untuk menciptakan paengaruh yang mengubah target. Pembagian taktis
mempengaruhi adalah:
c. Hard tacctics (taktis mempengaruhi keras), yaitu perilaku mempengaruhi yang
memaksa dan mendorong target untuk memeatuhi perintah atau kehendak
pimpinan. Taktis ini meliputi antara taktis legitimasi, menekan, asertvenes, naik
banding ke atas, dan koalisis.
d. Soft tactics (taktis lunak), perilaku yang bijaksana dan konstruktif. Jenis taktis
ini antara lain personala appeal, konsultasi, permintaan inspirasional,
ingratiation, dan persuasi rasional.
 Jenis taktis mempengaruhi, diantaranya sebagai berikut:72
a. Taktis legitimasi
b. Taktis persuasi rasional
c. Taktis pertukaran
d. Taktis koalisi
e. Taktis meminta dukungan atasan
f. Taktis membuat hati
g. Taktis permintaan personal
h. Taktis mengkooptasi
i. Taktis pygmallion effect
j. Taktis menekan
4. Apa yang dimaksud dengan pembuatan keputusan ?
 Pembuatan keputusan merupakan proses pemilihan satu alternatif dari
beberapa alternatif untuk pemecahan masalah.
5. Apa saja model pembuatan keputusan?
a. Model Mitznberg, Dricker, dan Simon
b. Model pembuatan keputusan rasional
c. Model pembuatan keputusan klasik

72
Ibid.

73
d. Model pembuatan keputusan perilaku
e. Model pembuatan keputusan Carnegie
f. Model pembuatan keputusan gaya kepemimpinan Chung & Megginson
Chung & megginson memberikan cara pembuatan keputusan oleh
pimpinan dengan membuat enam pertanyaan berikut:73
1) apakah tugas kelompok terstruktur?
2) Apakah hubungan pimpinan dan bawahan baik?
3) Apakah bawahan memiliki pengetahuan kerja?
4) Apakah pemimpin memiliki kedudukan kekuasaan yang kuat?
5) Apakah pemimpin memilki pengetahuan kerja?
6) Apakah kelompok memiliki waktu menyelesaikan tugas?
k. Model pembuatan keputusan berdasarkan manfaat
l. Model pembuatan keputusan berdasarkan masalah
m. Model pembuatan keputusan berdasarkan lapangan
n. Model pembuatan keputusan berdasarkan pohon masalah
6. Apalah teory pembuatan keputusan model Janis-Mann.?
 Adanya tekanan situasi dan proses pembuatan keputusan itu sendiri sering
membuat “stress”. Irving Janis dan Leon Mann telah mengembangkan model
konflik yang menjawab dua pertanyaan berikut:
a. Dalam kondisi apa stress mempunyai akibat tidak memadai terhadap kualitas
pembuatan keputusan?

b. Dalam kondisi apa individu menggunakan prosedur pembuatan keputusan yng


paling baik untuk mencegah penyesalan atas pilihan yang ia ambil?
 Janis menemukakan lima pola untuk mengatasi stress :74
a. Unconflicted adherence.
b. Unconflicted change.
c. Defensive avoidance.
d. Hyperfigilance.
e. Figilance.

73
Ibid., 133.
Ashnaf Husein, “Strategi Kepemimpinan Pendidikan dalam Mengelola Konflik Kelembagaan
74

Kajian Teoritik”, Manajemen Pendidikan, 2 (Januari, 2015), 120.

74
7. Bagaimana langkah-langkah pembuatan keputusan?
 Pada setiap proses pembuatan keputusan ada 6 langkah yang harus ditempuh:
a. Mendefinisikan masalah
1) Apakah hal itu memang masalah atau gejala.
2) Masalah siapakah itu? Misalnya apakah itu masalah siswa, masalah guru,
atau masalah administrator.
3) Apakah yang terjadi kalau masalah itu tidak dipecahkan?
4) Situasi yang bagaimanakah yang perlu diciptakan untuk memecahkan
masalah?
5) Apakah usaha memecahkan masalah akan menimbulkan dampak yang
tidak diinginkan?
b. Dalam merumuskan masalah harus pula dilihat apakah masalah tersebut
merupakan masalah yang terdiri dari diri sendiri atau masalah yang
menyangkut bagian lain dalam organisasiMenentukan kriteria pemecahan
masalah
c. Mengidentifikasikan alternatif
d. Mengadakan penilaian terhadap alternatif
1) Alternatif yang baik adalah alternatif yang dapat melaksanakan dan
menghasilkan dampak positif.
2) Alternatif yang gampang adalah alternatif yang tidak mempunyai akibat
positif dan negatif.
3) Alternatif campuran adalah alternatif yang mempunyai kemungkinan
menghasilkan dampak positif atau sangat negatif.
4) Alternatif yang jelek adalah alternatif yang menyebabkan akibat negatif.
5) Alternatif yang tidak pasti, yaitu alternatif yang mempunyai akibat yang tidak
menentu kalau dilaksanakan.
e. Memilih alternatif yang “terbaik”
f. Implementasi alternatif yang dipilih
8. Bgamaimana Proses pembuatan keputusan?

75
 Proses pembuatan keputusan terdiri dari enam langkah

Mengidentifikasi Mengidentifikasi Mengevaluasi


dan menganalisis alternatif-alternatif alternatif-
problem solusi alternatif

Balikan
Mengevaluasi hasil Melaksanakan Membuat
dan memberikan keputusan keputusan memilih
balikan satu alternatif
terbaik
 Menurut Robbins proses pembuatan keputusan merupakan serangkaian tahap
yang terdiri dari delapan langkah yang meliputi:
Mengidentifikasi masalah

Mengidentifikasi kriteria keputusan

Memberi bobot pada kriteria

Mengembangkan alternatif-alternatif

Menganalisis alternatif

Memilih satu alternatif

Melaksanakan alternatif tersebut

Mengevaluasi efektifitas keputusan

76
9. Apa hubungan kepemimpinan pendidikan dengan pembuatan keputusan?
 Kepemimpinan adalah rangkaian kegiatan penataan berupa kemampuan
mempengaruhi perilaku orang lain dalam situasi tertentu agar berseda
bekerjasama untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Kepemimpinan
pendidikan adalah adalah kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang
pemimpin dalam dunia pendidikan tentang bagaimana menjalankan
kepemimpinannya serta dapata menggerakkan bawahannya untuk mencapai
tujuan bersama yang telah ditetapkan.
 Pembuatan keputusan muncul sebagai suatu reaksi atas sebuah masalah.
Artinya, ada ketidaksesuaian antara perkara saat ini dan keadaan yang
diinginkan, yang membutuhkan pertimbangan untuk membuat beberapa
tindakan alternatif.
10. Apakah dalil yang menguatkan teori tentang kepemimpinan pendidikan dan
pembuatan keputusan ?
 Firman Allah dalam surat Al-Baqarah (2) ayat 30, berikut ini:

11. ِ ‫َواِ ْذقَا َل َرب َُّك ِل ْل َملَ ََك ِِة ِِّإِّنِي ََجا ِِعٌل ِفِى اَأل َ ْر‬
.......‫ِض َخ ِل ْيفَِة‬
Artinya: Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat:
"Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.........”
Al-Baqarah (2) ayat 30.

‫صلَى‬ َ ‫سو َل‬


َ ِ‫ّللا‬ َ ‫ان ِفَإ ِ ِِّني‬
ُ ‫س ِم ْعتُ َر‬ ُ ‫ض َب‬
ْ ‫غ‬ َ ‫ت‬ َ ‫اِض أ َ ْن ََل ت َ ْح َُك ْم َبيْنَ اثْ َني ِْن َوأ َ ِّْن‬
ٍ َ‫ق‬
َ ‫ان قَا َل أَبُو ِِعي‬
‫سى‬ ُ ‫ض َب‬ َ ‫سلَ َم َيقُو ُل ََل َي ْح َُك ْم ْال َحا ِك ُم َبيْنَ اثْنَي ِْن َو ُه َو‬
ْ ‫غ‬ َ ‫ِعلَ ْي ِه َو‬ َ
َ ُ‫ّللا‬
‫ص ِحيح َوأَبُو َب َْك َرة َ ا ْس ُمهُ ِّنُفَيْع‬ َ ‫َهذَا َحدِيث َح‬
َ ‫سن‬
Janganlah seorang pemimpin (hakim) itu menghukumi antara dua orang yang
berseteru dalam keadaan marah (emosional).
11. Apa Saja Prinsip Pembuatan Keputusan Menurut Islam ?
 Adil
 Maslahatul Umat
 Taqwa
 Manfaat

77
GLOSARIUM
1 Authority Wewenang
2 Defensive avoidance Pembuat keputusan menghindar dari konflik dengan menunda, memindahkan
tanggungjawab kepada orang lain, membuat rasionalisasi, meminimkan
konsekuensi yang tidak diharapkan titik.
3 Educational leadership Administrasi pendidikan
4 Educational leadhership Kepemimpinan pendidikan
5 Educational management Maanjemen pendidikan
6 Figilance. Pembuat keputusan mencari informasi yang relevan dengan hati-hati,
mengolah informasi, kemudian menilai alternative-alternatif sebelum membuat
pilihan.
7 Hyperfigilance Pembuat keputusan panic dan bingung atas suatu keputusan, sehingga
terombang ambing antara alternative-alternatif. Dengan demikian perlu
penyederhanaan ide dan mereduksi rentangan memori dalam pikirannya.
8 Instructional leadership Kepemimpinan instruksional
9 Kepemimpinan Rangkaian kegiatan penataan berupa kemampuan mempengaruhi perilaku
orang lain dalam situasi tertentu agar berseda bekerjasama untuk mencapai
tujuan yang ditetapkan.
10 Mepengaruhi Proses mengubah pengetahuan, keterampilan, sikap, perilaku, nilai-nilai,
motivasi untuk mempengaruhi peserta didik, para pemangku kepentingan
primer dan sekunder.
11 Model Pola atau acuan yang digunakan untuk menentukan sesuatu
12 Para pemangku kepentingan Mereka yang ikut mempengaruhi dan dipengaruhi oleh proses pendidikan
13 Pemangku kepentingan Mereka yang mempengaruhi dan dipengaruhi oleh proses pendidikan secara
primer langsung
14 Pemangku kepentingan Mereka yang mempengaruhi dan dipengaruhi oleh proses pembelajaran
sekunder secara tidak lagsung
15 Pembuatan keputusan Proses memutuskan
16 Pemimpin pendidikan Pemimpin lembaga pendidikan yang secara langsung mengelola organissasi
yang mengelola penddikan
17 Peserta didik Siswa di sekolah dasar dan sekolah mengengah, mahasiswa di perguruan
tinggi, siswa peserta pendidikan non formal, dan petatar untuk program
pengembangan sumber daya manusia
18 pygmallion effect. Mengharapkan orang lain atau diri sendiri terhadap seorang individu yang
menyebabkan individu tersebut cenderung berupaya untuk memenuhi harapan
tersebut
19 School leadership Kepemimpinan sekolah
20 Sinergi Sebuah keadaan yang sesuai dengan seharusnya
21 Taktis Upaya terus-menerus yang dilakukan oleh pimpinan dengan menggunakan
taktik atau siasat
23 Trial and error Mencoba dan gagal
24 Tujuan pendidikan Bagian dari tujuan negara yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945.
25 Unconflicted adherence. Pembuat keputusan mengabaikan informasi tentang resiko dan melanjuykan
apa yang telah dimulai.
26 Unconflicted change. Pembuat keputusan menerima tanpa titik atas tindakan yang penting dan
popular, tanpa memperhatikan biaya dan resiko.

78
79

Anda mungkin juga menyukai