Anda di halaman 1dari 173

PENGARUH MOTIVASI BERPRESTASI DAN KOMPENSASI

NON FINANSIAL TERHADAP KEPUASAN KERJA YANG


BERDAMPAK TERHADAP KINERJA GURU
DI SMK MUHAMMADIYAH 3 BANDUNG

TESIS

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh


Gelar Magister Manajemen pada Program Pascasarjana
Magister Manajemen Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Pasundan

Disusun Oleh :
HERY ROHAENDI
NIM : 20182073

PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER MANAJEMEN


SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI PASUNDAN
BANDUNG

2020
PENGARUH MOTIVASI BERPRESTASI DAN KOMPENSASI
NON FINANSIAL TERHADAP KEPUASAN KERJA YANG
BERDAMPAK TERHADAP KINERJA GURU
DI SMK MUHAMMADIYAH 3 BANDUNG

Disusun Oleh :
HERY ROHAENDI
NIM : 20182073

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh


Gelar Magister Manajemen pada Program Pascasarjana
Magister Manajemen Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Pasundan

Bandung, Desember 2020

Menyetujui Pembimbing,

Dr. Dudung Juhana, M.M.,


NIP. 1967050819860110022

PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER MANAJEMEN


SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI PASUNDAN
BANDUNG

2020
PENGARUH MOTIVASI BERPRESTASI DAN KOMPENSASI
NON FINANSIAL TERHADAP KEPUASAN KERJA YANG
BERDAMPAK TERHADAP KINERJA GURU
DI SMK MUHAMMADIYAH 3 BANDUNG

Disusun Oleh :
HERY ROHAENDI
NIM : 20182073

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh


Gelar Magister Manajemen pada Program Pascasarjana
Magister Manajemen Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Pasundan

Bandung, Desember 2020

Menyetujui Pembimbing,

Dr. Dudung Juhana, M.M.,


NIP. 1967050819860110022

Ketua STIE Pasundan, Ketua Program


Pascasarjana Magister Manajemen

Dr. Dudung Juhana, M.M., Dr. H. Dedi Hadian, M.M.,


NIP. 1967050819860110022 NIP. 195907051983031006
SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama : Hery Rohaendi, S.Tr. KOM.,
NIM : 20182073
Konsentrasi : Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM)
Program : Pasca Sarjana Magister Manajemen (MM)
SEKOLAH TINGGI EKONOMI (STIE) PASUNDAN BANDUNG
Judul Tesis :
“PENGARUH MOTIVASI BERPRESTASI DAN KOMPENSASI NON FINANSIAL
TERHADAP KEPUASAN KERJA YANG BERDAMPAK PADA KINERJA GURU
DI SMK MUHAMMADIYAH 3 BANDUNG ”

Dengan ini menyatakan bahwa :

1. Tesis yang saya buat dengan judul sebagaimana disebutkan diatas beserta
isi dari penelitiannya adalah merupakan hasil penelitian saya sendiri.
2. Tesis tersebut bukanlah plagiat atau salinan tesis milik orang lain.
3. Apabila tesis saya ini hasil plagiat atau menyalin tesis oranglain, maka saya
bersedia dituntut dimuka pengadilan dan dicabut dari segala wewenang
dengan ijasah dan gelar akademik Magister Manajemen (MM) sesuai
ketentuan yang berlaku.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebenar-benarnya untuk diketahui oleh


pihak-pihak yang berkepentingan.
Bandung, Desember 2020
Yang Membuat Pernyataan,

Hery Rohaendi, S.Tr. KOM.,


NIM. 2018207
ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “PENGARUH MOTIVASI BERPRESTASI DAN


KOMPENSASI NON FINANSIAL TERHADAP KEPUASAN KERJA YANG
BERDAMPAK PADA KINERJA GURU DI SMK MUHAMMADIYAH 3 BANDUNG ”
HERY ROHAENDI, NIM 20182073 dibawah bimbingan Dr. Dudung Juhana, M.M.,
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keadaaan tentang
Motivasi Berprestasi, Kompensasi Non Finansial, Kepuasan Kerja dan Kinerja
Guru di SMK Muhammadiyah 3 Bandung, selain itu penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui seberapa besar pengaruh motivasi berprestasi dan
kompensasi non finansial secara simultan terhadap kepuasan kerja yang
berdampak pada kinerja guru di SMK Muhammadiyah 3 Bandung.
Metode penelitian yang digunakan adalah sensus yang bersifat deskriptif
analisis dengan menggunakan analisis jalur dan perhitungannya menggunakan
program SPSS 20 . Hasil dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1) Keadaan
Motivasi Berprestasi berada dalam katagori baik, dengan rata-rata skor 4,14
atau 79%, 2) Pemberian kompensasi non finansial berada pada kategori baik,
dengan rata-rata skor 4,10 atau 78%, 3) Kepuasan kerja berada pada kategori
baik, dengan rata-rata skor 4,11 atau 78%, Kinerja Guru berada pada kategori
sangat baik, dengan rata-rata 4,13 atau 78%, 4) Terdapat pengaruh signifikan
Motivasi Berprestasi terhadap Kepuasan Kerja sebesar 8,3%, 5) Kompensasi
non finansial terhadap Kepuasan kerja sebesar 59%, 6) Motivasi Berprestasi
dan Kompensasi Non Finansial secara simultan terhadap Kepuasan Kerja Guru
sebesar 67,4% serta pengaruh variabel lain yang tidak masuk dalam penelitian
sebesar 32,6%, 7) Kepuasan Kerja terhadap Kinerja sebesar 68,7% serta
pengaruh variabel lain yang tidak masuk dalam penelitian sebesar 21,3%.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah adanya pengaruh yang signifikan
Motivasi Berprestasi dan Kompensasi Non Finansial, Kepuasan Kerja dan
Kinerja Guru di SMK Muhammadiyah 3 Bandung..

Kata Kunci : Motivasi Berprestasi, Kompensasi Non Finansial, Kepuasan


Kerja dan Kinerja Guru di SMK Muhammadiyah 3 Bandung.
ABSTRACT

This study entitled "THE EFFECT OF ACHIEVEMENT MOTIVATION AND


NON-FINANCIAL COMPENSATION TOWARDS JOB SATISFACTION THAT
IMPACT ON TEACHER PERFORMANCE AT SMK MUHAMMADIYAH 3
BANDUNG" HERY ROHAENDI, NIM 20182073 under the guidance of Dr.
Dudung Juhana, M.M.,

The purpose of this study was to determine the circumstances of


Achievement Motivation, Non-Financial Compensation, Job Satisfaction and
Teacher Performance at SMK Muhammadiyah 3 Bandung, besides this research
aims to greatly influence the influence of achievement motivation and non-
financial compensation simultaneously on job satisfaction which has an impact
on teacher performance at SMK Muhammadiyah 3 Bandung.

The research method used is a descriptive census analysis using path


analysis and calculations using the SPSS 20 program. The results of this study
are as follows: 1) The state of Achievement Motivation is in a good category,
with an average score of 4.14 or 79% , 2) The provision of non-financial
compensation is in the good category, with an average score of 4.10 or 78%, 3)
Job satisfaction is in the good category, with an average score of 4.11 or 78%,
Teacher performance is at very good category, with an average of 4.13 or 78%,
4) there is a significant effect of Achievement Motivation on Job Satisfaction of
8.3%, 5) Non-financial compensation to job satisfaction by 59%, 6) Achievement
Motivation and Non Compensation Simultaneously finance to Teacher Job
Satisfaction of 67.4% and the influence of other variables not included in the
study of 32.6%, 7) Job Satisfaction on Performance of 68.7% and the influence
of other variables g was not included in the study by 21.3%.

The conclusion of this study is a significant influence of Achievement


Motivation and Non-Financial Compensation, Job Satisfaction and Teacher
Performance at SMK Muhammadiyah 3 Bandung ..

Keywords : Achievement Motivation, Non-Financial Compensation, Job


Satisfaction and Teacher Performance at SMK Muhammadiyah 3 Bandung.
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT Karena atas


limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Tesis Penelitian ini dengan judul “Pengaruh Motivasi Berprestasi Dan
Kompensasi Non Finansial Terhadap Kepuasan Kerja Yang
Berdampak Pada Kinerja Guru Di SMK Muhammadiyah 3 Kota
Bandung” dengan lancar dan baik tanpa kendala. Tesis Penelitian ini
saya ajukan guna melengkapi sebagai syarat untuk mengikuti ujian sidang
seminar usulan penelitian pada Program Studi Magister Manajemen
Pascasarjana Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Pasundan Bandung.

Penulis menyadari bahwa penyusunan Tesis penelitian ini masih


jauh dari kata sempurna, namun penulis berharap usulan penelitian ini
dapat memberikan manfaat bagi para pembacanya. Segala kritik dan
saran untuk perbaikan usulan penelitian ini akan penulis terima dengan
kerendahan hati dan tangan terbuka. Disadari sepenuhnya bahwa usulan
penelitian ini dapat diselesaikan berkat adanya bantuan dari berbagai
pihak, oleh karenanya penulis mengucapkan terima kasih yang tak
terhingga kepada Dr. Dudung Juhana, M.M., selaku pembimbing yang
telah memberikan dukungan dan bantuan berupa pemikiran, bimbingan
dan motivasi dengan kesabaran dan pengertiannya.

Penyelesaian Tesis penelitian ini juga tidak terlepas dari peran


sertabberbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung,
Karenanya pada kesempatan yang baik ini penulis mengucapkan terima
kasih khusus kepada :

1. Drs. Makbul Manyur, M.Si sebagai Ketua Yayasan Pendidikan Tinggi


Pasundan.
2. Dr. Dudung Juhana, M.M., sebagai Ketua STIE Pasundan Bandung.
3. Dr. H. Dedi Hadian M.M., sebagai Ketua Program Pascasarjana
Magister Manajemen STIE Pasundan Bandung.
4. Kepada seluruh Dosen dan Staff Program Pascasarjana Magister
Manajemen Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Pasundan Bandung.
5. Kepada Ir. Agus Kundo Rahayu selaku Kepala Sekolah SMK
Muhammadiyah 3 Kota Bandung yang telah memberikan kesempatan
dan izin atas penelitian yang dibuat oleh peneliti sehingga penelitian
ini bisa terlaksana dan terselesaikan dengan tepat waktu, serta
motivasi yang diberikan menjadi penyemangat peneliti sehingga dapat
terselesaikan dengan baik tanpa ada halangan.
6. Kepada Orang tua dan Istri tercinta, yang merupakan bagian
kebahagian tersendiri yang telah memberikan banyak mendorong
semangat dan motivasi selama perkuliahan sampai usulan penelitian
ini dapat diselesaikan.
7. Seluruh teman satu angkatan yang telah saling memberikan
semangat dan dorongan serta bantuannya pada penulis sehingga
dapat diselesaikannya usulan penelitian ini.
8. Seluruh pihak yang tidak dapat dituliskan semuanya yang telah
memberikan dia, dukungan dan motivasi dalam menyelesaikan usulan
penelitian ini.

Akhir kata semoga Allah SWT membalas dengan kebaikan kepada


semua pihak yang telah membantu dan memberikan dorongan kepada
penulis selama menyesaikan Tesis ini. Besar harapan bagi penulis agar
usulan penelitian ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak.

Bandung, Desember 2020

Hery Rohaendi
NIM. 20182073
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT Karena atas


limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Tesis Penelitian ini dengan judul “Pengaruh Motivasi Berprestasi Dan
Kompensasi Non Finansial Terhadap Kepuasan Kerja Yang
Berdampak Pada Kinerja Guru Di SMK Muhammadiyah 3 Kota
Bandung” dengan lancar dan baik tanpa kendala. Tesis Penelitian ini
saya ajukan guna melengkapi sebagai syarat untuk mengikuti ujian sidang
seminar usulan penelitian pada Program Studi Magister Manajemen
Pascasarjana Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Pasundan Bandung.

Penulis menyadari bahwa penyusunan Tesis penelitian ini masih


jauh dari kata sempurna, namun penulis berharap usulan penelitian ini
dapat memberikan manfaat bagi para pembacanya. Segala kritik dan
saran untuk perbaikan usulan penelitian ini akan penulis terima dengan
kerendahan hati dan tangan terbuka. Disadari sepenuhnya bahwa usulan
penelitian ini dapat diselesaikan berkat adanya bantuan dari berbagai
pihak, oleh karenanya penulis mengucapkan terima kasih yang tak
terhingga kepada Dr. Dudung Juhana, M.M., selaku pembimbing yang
telah memberikan dukungan dan bantuan berupa pemikiran, bimbingan
dan motivasi dengan kesabaran dan pengertiannya.

Penyelesaian Tesis penelitian ini juga tidak terlepas dari peran


sertabberbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung,
Karenanya pada kesempatan yang baik ini penulis mengucapkan terima
kasih khusus kepada :

9. Drs. Makbul Manyur, M.Si sebagai Ketua Yayasan Pendidikan Tinggi


Pasundan.
10. Dr. Dudung Juhana, M.M., sebagai Ketua STIE Pasundan Bandung.
11. Dr. H. Dedi Hadian M.M., sebagai Ketua Program Pascasarjana
Magister Manajemen STIE Pasundan Bandung.
12. Kepada seluruh Dosen dan Staff Program Pascasarjana Magister
Manajemen Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Pasundan Bandung.
13. Kepada Ir. Agus Kundo Rahayu selaku Kepala Sekolah SMK
Muhammadiyah 3 Kota Bandung yang telah memberikan kesempatan
dan izin atas penelitian yang dibuat oleh peneliti sehingga penelitian
ini bisa terlaksana dan terselesaikan dengan tepat waktu, serta
motivasi yang diberikan menjadi penyemangat peneliti sehingga dapat
terselesaikan dengan baik tanpa ada halangan.
14. Kepada Orang tua dan Istri tercinta, yang merupakan bagian
kebahagian tersendiri yang telah memberikan banyak mendorong
semangat dan motivasi selama perkuliahan sampai usulan penelitian
ini dapat diselesaikan.
15. Seluruh teman satu angkatan yang telah saling memberikan
semangat dan dorongan serta bantuannya pada penulis sehingga
dapat diselesaikannya usulan penelitian ini.
16. Seluruh pihak yang tidak dapat dituliskan semuanya yang telah
memberikan dia, dukungan dan motivasi dalam menyelesaikan usulan
penelitian ini.

Akhir kata semoga Allah SWT membalas dengan kebaikan kepada


semua pihak yang telah membantu dan memberikan dorongan kepada
penulis selama menyesaikan Tesis ini. Besar harapan bagi penulis agar
usulan penelitian ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak.

Bandung, Desember 2020

Hery Rohaendi
NIM : 2018207
DAFTAR ISI

ABSTRAK
ABSTRACT
KATA PENGANTAR......................................................................................
i
DAFTAR ISI...................................................................................................
iii
DAFTAR TABEL............................................................................................
ix
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................
xi

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah.........................................................
1
1.2 Identifikasi Masalah................................................................
24
1.3 Rumusan Masalah..................................................................
25
1.4 Tujuan Penelitian....................................................................
25
1.5 Kegunaan Penelitian...............................................................
26

BAB II KAJIAN TEORITIS, KERANGKA PEMIKIRAN & HIPOTESIS


2.1 Kajian Teoritis.........................................................................
27
2.2. Ilmu Manajemen.....................................................................
28
2.2.1 Pengertian Manajemen............................................
28
2.3 Konsep Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM)...........
30
2.3.1 Pengertian Sumber Daya Manusia (MSDM)...........
30
2.3.2 Tujuan Manajemen Sumber Daya Manusia............
32
2.3.3 Sasaran Manajemen Sumber Daya Manusia..........
33
2.3.4 Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia............
35
2.4 Motivasi Berprestasi...............................................................
36
2.4.1 Dasar-Dasar Pokok Motivasi Berprestasi................
36
2.4.2 Pola Dasar Pemikiran Teori Motivasi......................
39
2.4.2.1 Pola Dasar Pemikiran Content Theory....................
39
2.4.2.2 Pola Dasar Pemikiran Process Theory...................
40
2.4.3 Pola Dasar Pemikiran Teori Motivasi Berprestasi...
41
2.4.3.1 Hierarki Teori Kebutuhan (Heirarchical of Need
Theory).....................................................................
41
2.4.3.2 McClelland Theory of Needs...................................
43
2.4.3.3 Theory X and Theory Y............................................
46
2.4.3.4 Teori ERG Alderfer..................................................
48
2.4.3.5 Discrepancy Theory.................................................
50
2.4.3.6 Teori Poeter-Lawler.................................................
51
2.4.3.7 Equuity Theory atau Teori Keadilan........................
52
2.4.3.8 Teori Pembentukan Perilaku (Operant
Conditioning)............................................................
53
2.4.3.9 Teori Dua Faktor Herzberg......................................
56
2.4.3.10 Reinfercement Theory.............................................
58
2.4.3.11 Expectancy Theory..................................................
58
2.4.4 Model Motivas Berprestasi......................................
62
2.4.4.1 Model Tradisional....................................................
62
2.4.4.2 Model Hubungan Manusia.......................................
63
2.4.4.3 Model Sumber Daya Manusia.................................
64
2.5 Konsep Kompensasi Non Finansial........................................
65
2.5.1 Pengertian Kompensasi..........................................
65
2.5.2.1 Kompensasi Finansial..............................................
67
2.5.2.2 Kompensasi Non Finansial......................................
68
2.5.2 Tujuan Manajemen Kompensasi.............................
75
2.5.3 Komponen-Komponen Kompensasi........................
77
2.5.4 Upah........................................................................
78
2.5.4.1 Pengetian Upah.......................................................
78
2.5.4.2 Penggolongan Upah................................................
78
2.5.4.3 Proses Penentuan Upah.........................................
79
2.5.5 Gaji...........................................................................
82
2.5.5.1 Pengertian Gaji........................................................
82
2.5.5.2 Tujuan Pemberian Upah dan Gaji...........................
82
2.5.5.3 Tahapan dalm Pemberian Upah dan Gaji...............
84
2.5.6 Insentif.....................................................................
85
2.5.6.1 Pengertian Insentif...................................................
85
2.5.6.2 Tujuan Insentif.........................................................
85
2.5.6.3 Program Insentif......................................................
86
2.5.6.4 Sistem Pemberian Insentif.......................................
88
2.5.7 Penghargaan dan Imbalan Guru.............................
89
2.6 Konsep Kepuasan Bekerja.....................................................
91
2.6.1 Teori tentang Kepuasan Kerja ................................
93
2.6.1.1 Teori Ketidaksesuaian (Discrepancy Theory) ........
93
2.6.1.2 Teori Keadilan (Equity Theory) ...............................
93
2.6.1.3 Teori Dua Faktor (Two Factor Theory) ...................
94
2.6.1.4 Equity Model Theory atau Teori Kesetaraan...........
96
2.6.1.5 Relative Deprivation Theory (Teori Keinginan
Relatif)......................................................................
96
2.6.2 Indikator Kepuasan Kerja .......................................
98
2.6.2.1 Mengukur Kepuasan Kerja dengan Job
Descriptive Index ....................................................
99
2.7 Konsep Kinerja.......................................................................
102
2.7.1 Pengertian Penilaian Kinerja...................................
104
2.7.2 Tujuan Penilaian Kinerja..........................................
106
2.7.3 Kegunaan Penilaian Kinerja....................................
108
2.7.4 Ukuran Kinerja.........................................................
109
2.7.5 Kinerja Guru.............................................................
110
2.8 Penelitian Sebelumnya...........................................................
112
2.9 Kerangka Pemikiran...............................................................
115
2.9.1 Pengaruh Motivasi terhadap Kepuasan Kerja.........
116
2.9.2 Pengaruh Konpensasi terhadap Kepuasan Kerja...
117
2.9.3 Pengaruh Kepuasan Kerja terhadap Kinerja...........
118
2.9.4 Hubungan Kompensasi terhadap Motivasi..............
119
2.10 Hipotesisi Penelitian...............................................................
120

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN


3.1 Tempat dan Waktu Penelitian................................................
121
3.1.1 Profil Lembaga.........................................................
122
3.1.2 Visi dan Misi Lembaga.............................................
122
3.1.3 Struktur Organisasi Lembaga..................................
121
3.1.4 Unit Analisa..............................................................
125
3.1.5 Waktu Penelitian......................................................
126
3.2 Populasi dan Sampel..............................................................
127
3.3 Desain Penelitian....................................................................
129
3.4 Instrumen Penelitian ..............................................................
132
3.5 Variabel dan Devinisi Operasional.........................................
134
3.6 Teknik Instrumen Penelitian...................................................
137
3.7 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data.................................
137
3.7.1 Pengumpulan Data..................................................
127
3.7.2 Teknik Analisis Data................................................
128
3.8 Uji Validasi dan Reliabilitas....................................................
137
3.8.1 Pengujian Validasi...................................................
139
3.8.2 Pengujian Reabilitas................................................
141
3.9 Analisis Jalur...........................................................................
142
3.10 Pengujian Hipotesis................................................................
145

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


4.1 Gambaran Umum SMK Muhammadiyah 3 Bandung.............
147
4.2 Karateristrik Profil Responden................................................
148
4.3 Uji Kualitas Data.....................................................................
151
4.3.1 Hasil Uji Validitas.....................................................
151
4.3.2 Hasil Uji Reliabilitas.................................................
156
4.3.3 Transformasi Data Ordinal Ke Interval....................
158
4.3.4 Uji Asumsi Klasik.....................................................
162
4.3.4.1 Uji Normalitas Metode Kolmogorov-Smirnova.........
162
4.3.5 Uji Normlitas Data....................................................
163
4.3.6 Analisis Deskriftif.....................................................
166
4.3.7 Deskripsi Jawaban Responden...............................
167
4.3.7.1 Deskripsi Jawaban Responden Mengenai Motivasi
Berprestasi di SMK Muhammadiyah 3 Bandung....
167
4.3.7.2 Deskripsi Jawaban Responden Mengenai
Kompensasi Berprestasi di SMK Muhammadiyah
3 Bandung...............................................................
170
4.3.7.3 Deskripsi Jawaban Responden Mengenai
Kepuasan Kerja di SMK Muhammadiyah 3
Bandung...................................................................
172
4.3.7.4 Deskripsi Jawaban Responden Mengenai Kinerja
Guru di SMK Muhammadiyah 3 Bandung...............
175
4.3.7.5 Ketercapaian Skor pada tiap Variabel.....................
178
4.3.8 Analisis Koefisien Korelasi......................................
180
4.3.8 Analisis Koefisien Korelasi......................................
181
4.3.9.1 Analisis Jalur X1 dan X2 tehadap Y Secara
Simultan...................................................................
181
4.3.9.2 Analisis Jalur Y tehadap Z Secara Simultan...........
183
4.3.9.3 Persamaan Analisis Jalur........................................
184
4.4 Pembahasan Penelitian..........................................................
186
4.4.1 Keadaan Motivasi Berprestasi Guru di SMK
Muhammadiyah 3 Bandung.....................................
187
4.4.2 Keadaan Kompensasi Non Finansial Guru di SMK
Muhammadiyah 3 Bandung.....................................
188
4.4.3 Keadaan Kepuasan Kerja Guru di SMK
Muhammadiyah 3 Bandung.....................................
189
4.4.4 Keadaan Kinerja Guru di SMK Muhammadiyah 3
Bandung...................................................................
190
4.4.5 Pengaruh Motivasi Berprestasi terhadap
Kepuasan Kerja Guru..............................................
191
4.4.6 Pengaruh Kompensasi Non Finansial terhadap
Kepuasan Kerja Guru..............................................
192
4.4.7 Pengaruh Kompensasi Non Finansial dan Motivasi
Berprestasi terhadap Kepuasan Kerja Guru
secara simultan........................................................
193
4.4.8 Pengaruh Kepuasan Kerja terhadap Kinerja Guru..
194

BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan.............................................................................
195
5.2 Saran......................................................................................
197

LAMPIRAN – LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Hasil Pengamatan/Pra-Survey Kinerja Guru............................


12
Tabel 1.2 Hasil Pra-Survey Kepuasan Kerja Guru...................................
15
Tabel 1.3 Hasil Pra-Survey Sarana dan Prasarana.................................
17
Tabel 1.4 Data Hasil Pra-Survey Pendidik dan Kependidikan.................
18
Tabel 1.5 Hasil Pra-Survey Kualifikasi Pendidikan Guru.........................
20
Tabel 1.6 Hasil Pra-Survey Penerima Sertifikasi.....................................
20
Tabel 1.7 Data Penerimaan Siswa Baru...................................................
21
Tabel 1.8 Data Rata – Rata Nilai Ujian Nasional......................................
21
Tabel 1.9 Hasil Pra-Survey Plafon Penggajihan Tenaga Pendidik dan
Kependidikan............................................................................
22
Tabel 2.1 Faktor-faktor Pemuas dan Pemeriharaan dalam bekerja.........
57
Tabel 2.2 Penelitian Sebelumnya.............................................................
113
Tabel 3.1 Waktu Penelitian.......................................................................
126
Tabel 3.2 Definisi Operasional..................................................................
135
Tabel 4.1 Karateristrik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin..............
148
Tabel 4.2 Umur Responden......................................................................
149
Tabel 4.3 Tingkat Pendidikan Responden................................................
149
Tabel 4.4 Data Kepegawaian Berdasarkan Status Kepegawaian............
150
Tabel 4.5 Masa Kerja Responden............................................................
148
Tabel 4.6 Hasil Pengujian Validitas Variabel X1 (Motivasi Berprestasi)...
152
Tabel 4.7 Hasil Pengujian Validitas Variabel X2 (Kompensasi Non
Finansial)...................................................................................
153
Tabel 4.8 Hasil Pengujian Validitas Variabel Y (Kepuasan Kerja)...........
154
Tabel 4.9 Hasil Pengujian Validitas Variabel Z (Kinerja Guru).................
155
Tabel 4.10 Rekapitulasi Hasil Uji Reliabilitas..............................................
157
Tabel 4.11 Data Konversi Original ke Interval (Metode Successive
Interval) Variabel (X1) Motivasi Berprestasi..............................
158
Tabel 4.12 Data Konversi Original ke Interval (Metode Successive
Interval) Variabel (X2) Kompensasi Non Finansial....................
159
Tabel 4.13 Data Konversi Data Original ke Interval (Metode Successive
Interval)Variabel (Y) Kepuasan Kerja.......................................
161
Tabel 4.14 Data Konversi Data Original ke Interval (Metode Successive
Interval) Variabel (Z) Kinerja Guru............................................
162............................................................................................
Tabel 4.15 Hasil Uji Normalitas Motivasi Berprestasi.................................
164
Tabel 4.16 Hasil Uji Normalitas Kompensasi Non Finansial......................
164
Tabel 4.16 Hasil Uji Uji Normalitas Kepuasan Kerja..................................
165
Tabel 4.17 Hasil Uji Uji Normalitas Kinerja Guru........................................
165
Tabel 4.18 Kriteria Pengukuran Skor..........................................................
167
Tabel 4.19 Tanggapan Responden tentang (X1) Motivasi Berprestasi......
167
Tabel 4.20 Rata-Rata Kriteria Tiap Dimensi Variabel (X 1) Motivasi
Berprestasi................................................................................
169
Tabel 4.21 Tanggapan Responden tentang (X2) Kompensasi Non
Finansial....................................................................................
170
Tabel 4.22 Rata-Rata Kriteria Tiap Dimensi Variabel (X 2) Kompensasi
Non Finansial............................................................................
171
Tabel 4.23 Tanggapan Responden tentang (Y) Kepuasan Kerja..............
172
Tabel 4.24 Rata-Rata Kriteria Tiap Dimensi Variabel (Y) Kepuasan Kerja
174
Tabel 4.25 Tanggapan Responden tentang (Z) Kinerja Guru....................
175
Tabel 4.26 Rata-Rata Kriteria Tiap Dimensi Variabel (Z) Kinerja Guru......
178
Tabel 4.27 Kriteria Penafsiran Kondisi Variabel Penelitian........................
179
Tabel 4.28 Rata-rata Nilai Kriteria Penelitian tiap Variabel........................
179
Tabel 4.29 Interprestasi Koeffisien Korelasi Nilai r....................................
180
Tabel 4.30 Korelasi Antar Variabel.............................................................
180
Tabel 4.31 Summary X1 dan X2 terhadap Y Secara Simultan....................
181
Tabel 4.32 Summary X1 dan X2 terhadap Y Secara Simultan....................
182
Tabel 4.33 Summary Y terhadap Z Secara Simultan.................................
183
Tabel 4.34 Koefisien X1 dan X2 terhadap Y Secara Simultan.....................
183
Tabel 4.35 Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung dari Analisis Jalur. .
185

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Struktur Teori Penelitian.........................................................


27
Gambar 2.2 Model Motivasi Content Theory.............................................
40
Gambar 2.3 Hierarki Kebutuhan Maslow...................................................
41............................................................................................
................................................................................................
Gambar 2.4 Proses Pembentukan Perilaku...............................................
54
Gambar 2.5 Proses Penguatan..................................................................
58............................................................................................
Gambar 2.6 Hubungan pada Teori Harapan..............................................
59
Gambar 2.6 Model Teori Harapan..............................................................
61
Gambar 2.7 Pengaruh Fungsi Divisi SDM terhadap kepuasan dan
Motivasi...................................................................................
97
Gambar 2.8 Paradigma Penelitian.............................................................
117
Gambar 3.1 Struktur Organisasi.................................................................
125
Gambar 3.2 Desain Penelitian....................................................................
130
Gambar 3.3 Digram Jalur Hubungan Kausal X1, X2 Ke Y dan Z................
144
Gambar 4.1 Hasil Uji Reliabilitas Cronbach Alpha.....................................
156
Gambar 4.2 Hasil Uji Normalitas Metode Kolmogorov-Smirnova One
-Sample...................................................................................
163
Gambar 4.3 Bagan Analisis Jalur...............................................................
184
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Guru memegang peranan strategis terutama dalam upaya

membentuk watak bangsa melalui pengembangan kepribadian dan nilai-nilai

yang diinginkan. Dari hal tersebut, peranan guru sulit digantikan oleh orang

lain, peranan guru dalam masyarakat Indonesia tetap dominan sekalipun

teknologi yang dapat dimanfaatkan dalam proses pembelajaran berkembang

amat cepat. Hal ini disebabkan karena ada dimensi-dimensi proses

pendidikan, atau lebih khusus bari proses pembelajaran, yang diperankan

oleh guru yang tidak dapat digantikan oleh teknologi.

Dewasa ini masyarakat menuntut profesionalisme kerja guru. Hal

tersebut menunjukkan refleksi dari adanya tuntutan yang makin besar dalam

masyarakat akan proses dan hasil kerja yang bermutu, penuh tanggung

jawab, bukan hanya sekedar asal dilaksanakan.

Fungsi pendidikan sesuai Pasal 3 UU No.20/2003 tentang sistem

pendidikan Nasional, tercantum pengertian pendidikan: “pendidikan adalah

usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

dirinya sehingga memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

oleh dirinya, masyarakat, banga dan negara”.

1
2

Agar pendidikan berjalan baik penyelenggaraan pendidikan diatur oleh

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia diantaranya:

1. Permendiknas Nomor 24 tahun 2008 tentang Standar Tenaga

Administrasi Sekolah.

2. Permendiknas Nomor 47 tahun 2008 tentang Wajib Belajar

3. Permendiknas Nomor 48 tahun 2008 tentang Pendanaan

Pendidikan.

4. Permendiknas Nomor 74 tahun 2008 tentang guru.

Guru memiliki banyak peranan, salah satunya peran guru sebagai

pendidik merupakan peran-peran yang berkaitan dengan tugas-tugas

memberi bantuan dan dorongan (supporter), tugas-tugas pengawasan dan

pembinaan (supervisor) serta tugas-tugas yang berkaitan dengan

mendisiplinkan anak agar anak itu menjadi patuh terhadap aturan-aturan

sekolah dan norma hidup dalam keluarga dan masyarakat. Tugas-tugas ini

berkaitan dengan meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anak

untuk memperoleh pengalaman-pengalaman lebih lanjut seperti penggunaan

kesehatan jasmani, bebas dari orang tua, dan orang dewasa yang lain,

moralitas tanggung jawab kemasyarakatan, pengetahuan dan keterampilan

dasar, persiapan.untuk masa depan dan hidup berkeluarga, pemilihan

jabatan, dan hal-hal yang bersifat personal dan spiritual. Oleh karena itu

tugas guru dapat disebut pendidik dan pemeliharaan anak. Guru sebagai

penanggung jawab pendisiplinan anak harus mengontrol setiap aktivitas


3

anak-anak agar tingkah laku anak tidak menyimpang dengan norma-norma

yang ada.

Posisi guru adalah posisi yang strategis bagi pemberdayaan dan

pembelajaran suatu bangsa yang tidak mungkin digantikan oleh unsur

manapun dalam kehidupan sebuah bangsa sejak dahulu. Semakin

signifikannya keberadaan guru melaksanakan peran dan tugasnya semakin

terjamin terciptanya kehandalan dan terbinanya kesiapan seseorang.

Dengan kata lain potret manusia yang akan datang tercermin dari potret guru

di masa sekarang dan gerak maju dinamika kehidupan sangat bergantung

dari "citra" guru di tengah-tengah masyarakat.

Sejalan dengan tantangan kehidupan global, peran dan tanggung

jawab guru pada masa mendatang akan semakin kompleks, sehingga

menuntut guru untuk senantiasa melakukan berbagai peningkatan dan

penyesuaian kemampuan profesionalnya. Guru harus harus lebih dinamis

dan kreatif dalam mengembangkan proses pembelajaran peserta didik. Guru

di masa mendatang tidak lagi menjadi satu-satunya orang yang paling well

informed terhadap berbagai informasi dan pengetahuan yang sedang

tumbuh, berkembang, berinteraksi dengan manusia di jagat raya ini. Di masa

depan, guru bukan satu-satunya orang yang lebih pandai di tengah-tengah

peserta didiknya. Status sebagai guru dapat dipandangan sebagai yang

tinggi atau rendah, tergantung di mana ia berada. Sedangkan perannya yang

berkedudukan sebagai pendidik seharusnya menunjukkan kelakuan yang

layak sesuai harapan masyarakat, dan guru diharapkan berperan sebagai


4

teladan dan rujukan dalam masyarakat dan khususnya anak didik yang dia

ajar. Guru tidak hanya memiliki satu peran saja, ia bisa berperan sebagai

orang yang dewasa, sebagai seorang pengajar dan sebagai seorang

pendidik, sebagai pemberi contoh dan sebagainya. Salah satu peran guru

adalah sebagai profesional. Jabatan guru sebagai profesional menuntut

peningkatan kecakapan dan mutu keguruan secara berkesinambungan.

Guru yang berkualifikasi profesional, yaitu guru yang tahu secara mendalam

tentang apa yang diajarkannya, cakap dalam cara mengajarkannya secara

efektif serta efisien, dan guru tersebut punya kepribadian yang mantap,

Selain itu integritas diri serta kecakapan keguruannya juga perlu

ditumbuhkan serta dikembangkan.

Guru pun dituntut untuk bisa berperan dan menunjukkan citra guru

yang ideal dalam masyarakatnya. Guru juga harus memiliki kecakapan kerja

yang baik dan kedewasaan berpikir yang tinggi sebab guru sebagai

pemangku jabatan yang profesional merupakan posisi yang bersifat strategis

dalam kehidupan dan pembangunan masyarakat. Guru juga harus terus bisa

memantapkan posisi dan perannya lewat usaha-usaha mengembangkan

kemampuan diri secara maksimal dan berkesinambungan dalam belajar

lebih lanjut. Salah satu yang melandasi pentingnya guru harus terus

berusaha mengembangkan diri karena pendidikan berlangsung sepanjang

hayat. Hal ini berlaku untuk diri guru dan siswa di mana usaha seseorang

untuk mencapai perkembangan diri serta karyanya tidak pernah selesai.


5

Menjadi bangsa yang maju tentu merupakan cita-cita yang ingin

dicapai oleh setiap negara di dunia. Sudah menjadi suatu rahasia umum

bahwa maju atau tidaknya suatu negara di pengaruhi oleh faktor pendidikan.

Begitu pentingnya pendidikan, sehingga suatu bangsa dapat diukur apakah

bangsa itu maju atau mundur, karena seperti yang kita ketahui bahwa suatu

Pendidikan tentunya akan mencetak Sumber Daya Manusia yang berkualitas

baik dari segi spritual, intelegensi dan skill dan pendidikan merupakan proses

mencetak generasi penerus bangsa. Apabila output dari proses pendidikan

ini gagal maka sulit dibayangkan bagaimana dapat mencapai kemajuan.

Bagi suatu bangsa yang ingin maju, pendidik harus dipandang

sebagai sebuah kebutuhan sama halnya dengan kebutuhan-kebutuhan

lainnya. Maka tentunya peningkatan mutu pendidikan juga berpengaruh

terhadap perkembangan suatu bangsa.

Agar tujuan pendidikan di sekolah dapat tercapai secara efektif dan

efisien, maka proses manajemen pendidikan memiliki peranan yang amat

vital. Karena bagaimana pun sekolah merupakan suatu sistem yang di

dalamnya melibatkan berbagai komponen dan sejumlah kegiatan yang perlu

dikelola secara baik dan tertib. Sekolah tanpa didukung proses manajemen

yang baik, boleh jadi hanya akan menghasilkan kesemrawutan lajunya

organisasi, yang pada gilirannya tujuan pendidikan pun tidak akan pernah

tercapai secara semestinya.

Dengan demikian, setiap kegiatan pendidikan di sekolah harus

memiliki perencanaan yang jelas dan realisitis, pengorganisasian yang efektif


6

dan efisien, pengerahan dan pemotivasian seluruh personil sekolah untuk

selalu dapat meningkatkan kualitas kinerjanya, dan pengawasan secara

berkelanjutan.

Merujuk kepada kebijakan Direktorat Pendidikan Menengah Umum

Depdiknas dalam buku Panduan Manajemen Sekolah mengenai manajemen

personalia, terdapat empat prinsip dasar manajemen personalia yaitu : (a)

dalam mengembangkan sekolah, sumber daya manusia adalah komponen

paling berharga; (b) sumber daya manusia akan berperan secara optimal jika

dikelola dengan baik, sehingga mendukung tujuan institusional; (c) kultur dan

suasana organisasi di sekolah, serta perilaku manajerial sekolah sangat

berpengaruh terhadap pencapaian tujuan pengembangan sekolah; dan (d)

manajemen personalia di sekolah pada prinsipnya mengupayakan agar

setiap warga dapat bekerja sama dan saling mendukung untuk mencapai

tujuan sekolah.

Berdasarkan hal diatas maka dalam mengembangkan sekolah sumber

daya manusia adalah komponen paling berharga dan akan berperan secara

optimal jika dikelola dengan baik sehingga akan mendukung tujuan

institusional. Maka diperlukannya penelitian sumber daya manusia disekolah

untuk mendapatkan informasi kekurangan dan kelebihan sumber daya yang

ada dan juga penyebab atau pengaruh-pengaruh yang mempengaruhi

kinerja guru seperti kompensasi, motivasi, kepuasan kerja sehingga dapat

dilakukan perbaikan-perbaikan dan pegembangan sumber daya manusia

untuk meningkatkan kinerjanya.


7

Guru sebagai tenaga kependidikan merupakan salah satu faktor

penentu keberhasilan tujuan pendidikan, karena guru yang langsung

bersinggungan dengan peserta didik, untuk memberikan bimbingan yang

akan menghasilkan tamatan yang diharapkan. Guru merupakan sumber

daya manusia yang menjadi perencana, pelaku dan penentu tercapainya

tujuan pendidikan. Untuk itu dalam menunjang kegiatan guru diperlukan iklim

sekolah yang kondusif dan hubungan yang baik antar unsur-unsur yang ada

di sekolah antara lain kepala sekolah, guru, tenaga administrasi dan siswa.

Serta hubungan baik antar unsur-unsur yang ada di sekolah dengan orang

tua murid/masyarakat.

Berdasarkan uraian diatas, maka kinerja guru harus selalu

ditingkatkan mengingat tantangan dunia pendidikan untuk menghasilkan

kualitas sumber daya manusia yang mampu bersaing di era global semakin

ketat. Kinerja guru (performance) merupakan hasil yang dicapai oleh guru

dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang

didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta

penggunaan waktu. Upaya-upaya untuk meningkatkan kinerja itu biasanya

dilakukan dengan cara memberikan motivasi disamping cara-cara yang lain.

Faktor kesejahteraan menjadi salah satu hal yang berpengaruh

terhadap kinerja guru di dalam meningkatkan kualitasnya sebab semakin

sejahteranya seseorang makin tinggi kemungkinan untuk meningkatkan

kerjanya. Profesionalitas guru tidak saja dilihat dari kemampuan guru dalam

mengembangkan dan memberikan pembelajaran yang baik kepada peserta


8

didik, tetapi juga harus dilihat dengan cara memberikan gaji yang pantas

serta berkelayakan. Bila kebutuhan dan kesejahteraan para guru telah layak

diberikan oleh pemerintah, maka tidak akan ada lagi guru yang membolos

karena mencari tambahan penghasilan diluar.

Kepuasan kerja tidak dapat dipisahkan dalam meningkatkan kinerja

profesional guru. Komitmen guru merupakan derajat kepedulian guru dalam

memberikan kontribusi terhadap keberhasilan sekolah. Di antara tugas dan

peranan guru seperti yang telah diuraikan di atas sangatlah berpengaruh

terhadap kepuasan kerja guru, karena erat sekali dukungan dengan hasil

kerjanya. Jika tingkat kepuasannya rendah maka akan semakin rendah pula

cara kerjanya, yang akhirnya menghasilkan prestasi guru yang rendah pula.

Oleh karena itu pembinaan terhadap kepuasan kerja guru sangat penting,

agar dapat meningkatkan produktivitas guru.

Kinerja guru yang baik tentunya tergambar pada penampilan mereka

baik dari penampilan kemampuan akademik maupun kemampuan profesi

menjadi guru artinya mampu mengelola pengajaran di dalam kelas dan

mendidik siswa di luar kelas dengan sebaik-baiknya.

Informasi atau pengetahuan yang diperoleh melalui penelitian

mempunyai tingkat kesahihan yang lebih bisa diandalkan dan dapat

digunakan dalam menetapkan kebijakan baru dalam dunia pendidikan.

Hasil Penilaian Kinerja Guru ini diharapkan dapat menentukan

berbagai kebijakan yang terkait dengan peningkatan mutu dan kinerja guru
9

sebagai pelaksana proses pendidikan dalam menciptakan insan yang

cerdas, komprehensif, dan berdaya saing tinggi.

SMK Muhammadiyah 3 Kota Bandung didirikan pada tahun 2008,

yang beralamatkan Jl. Gede Bage Selatan No. 20. Telp. (022) 751 2676 Kota

Bandung, Jawa Barat, 40296 dan terakreditasi “B” dan memiliki moto

pendidikan yaitu “Siap Bekerja, Melanjutkan dan berwirausaha yang

berwawasan yang Islami” . keberhasilan dalam capaian prestasinya, tentu

berkaitan erat dengan program-program yang telah di atur dan dilaksanakan

sedemikian rupa, sehingga berdampak positif baik bagi masyarakat maupun

bagi sekolah tersebut, khususnya pada bidang Intrakurikuler dan

Extrakurikuler yang ada di SMK Muhammadiyah 3 Kota Bandung. Lembaga

pendidikan yang dimiliki Muhammadiyah ini memiliki Program keahlian

Agribisnis dan Agroteknologi, Pariwisata, Teknologi & Rekayasa, yang

terfokus jurusan yang berbeda yaitu Teknik Audio Video (TAV), Tata Busana

(TB) dan Agribisnis Tanaman Pangan Hortikultura (ATPH) dan Teknik

Kendaraan Ringan (TKR), akan tetapi di tahun 2018 jurusan Teknik

Kendaraan Ringan (TKR) resmi ditutup oleh pihak sekolah dikarenakan

kurang dan sedikitnya jumlah pendaftar dijurusan tersebut dan di alihkan

kejurusan yang lain. Kurangnya pendaftar dikarenakan sekolah negeri yang

ada dilingkungan SMK Muhammadiyah menambah kuota peserta didiknya

dan imbasnya terjadi pengurangan jumlah pendaftar di Sekolah Swasta

terutama di SMK Muhammadiyah 3 Kota Bandung dan adanya program

pemerintah yang memberikan bebas biaya terhadap siswa yang masuk ke

negeri.
10

Rombongan belajar pada tahun ajaran 2018-2019 di SMK

Muhammadiyah 3 Bandung sebanyak 9 kelas, dengan rincian kelas X

sebanyak tiga kelas, kelas XI sebanyak tiga Kelas, kelas XII sebanyak tiga

kelas. Masing - masing rombongan belajar ada tiga program keahlian

diantaranya, Teknik Audio Video (TAV), Tata Busana (TB) dan Agribisnis

Tanaman Pangan Hortikultura (ATPH). Semua program keahlian tersebut

telah terakreditasi “B” Baik pada tahun 2018.

SMK Muhammadiyah 3 Bandung yang merupakan sekolah kejuruan

dengan program keahlian Teknik Audio Video (TAV), Tata Busana (TB) dan

Agribisnis Tanaman Pangan Hortikultura (ATPH) menunjukkan prestasi yang

menggembirakan baik prestasi belajar siswa maupun prestasi lain di luar

pembelajaran seperti kegiatan lomba-lomba. Hasil ini tidak terlepas dari

dukungan dan kinerja guru yang akhirnya memberikan hasil sesuai harapan

sekolah. Penilaian kinerja guru yang dilakukan menunjukkan kinerja guru

yang sesungguhnya. Namun demikian, dalam pengelolaan penilaian kinerja

guru di SMK Muhammadiyah 3 Bandung belum secara maksimal dilakukan,

selama ini untuk meningkatkan pengelolaan penilaian kinerja guru pada

pihak sekolah sebenarnya sudah memberikan kesempatan pada guru-guru

utuk mengikuti pelatihan-pelatihan, workshop, seminar maupun ingin

melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi, namun dari pihak guru masih

banyak yang belum mempunyai motivasi untuk melanjutkan ke pendidikan

yang lebih tinggi. Di samping itu pihak sekolah juga masih jarang

mengikutkan personel gurunya untuk mengikuti berbagai pelatihan dan

seminar yang diselenggarakan baik oleh pemerintah maupun oleh swasta.


11

Melihat kenyataan tersebut dan belum adanya penelitian secara

komprehensif yang mengungkap pengelolaan penilaian kinerja guru di SMK

maka penelitian ini dilakukan dengan mengambil permasalahan tentang

“Pengelolaan Penilaian Kinerja Guru di SMK Muhammadiyah 3 Bandung”.

Kinerja guru yang optimal dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik

internal maupun eksternal, antara lain: pengalaman kerja, keterampilan

teknis, tingkat pendidikan, gaya kepemimpinan kepala sekolah, motivasi

kerja, dan kepuasan kerja. Sebagaimana diungkapkan oleh Robbins

(2001:184), bahwa kinerja juga dapat dipengaruhi oleh kemangkiran,

komitmen, kompetensi, produktivitas, motivasi, dan kepuasan kerja.

Jenis penelitiannya adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan

studi kasus tunggal dan metode deskriptif. Teknik pengumpulan data

menggunakan dokumentasi, wawancara dan observasi. Analisis data

dilakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkannya ke dalam unit-

unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang

penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan yang dapat

diceritakan kepada orang lain. Ada tiga tahapan dalam analisis data yaitu

reduksi data, penyajian data, dan verifikasi. Hasil penelitian menyimpulkan

bahwa: (1) Perencanaan dalam meningkatkan kinerja guru di SMK

Muhammadiyah 3 Bandung: perencanaan dilakukan dalam bentuk rapat

guru dan rekrutmen guru. Rapat dilakukan bersama guru dan tenaga

kependidikan dalam upaya peningkatan kinerja guru. Rekrutmen tenaga guru

honorer dilakukan untuk memenuhi kebutuhan tenaga pendidik, dengan

menetapkan persyaratan minimum S1, (2) Pelaksanaan meliputi:


12

mempersiapkan penugasan guru sesuai kebutuhan, melakukan pembagian

tugas guru, serta mempersiapkan struktur organisasi sekolah yang

semuanya bertujuan untuk menjamin kinerja guru, (3) Evaluasi: dilakukan

sebagai bentuk pembinaan kinerja, namun pada pelaksanaan penilaian

kinerja guru belum sesuai dengan standart yang telah ditetapkan. Berikut

tabel 1.1 Pra-Survey yang dilakukan berdasarkan hasil pengamatan peneliti :

Tabel 1.1
Hasil Pengamatan/Pra-Survey Kinerja Guru
di SMK Muhammadiyah 3 Bandung, Tahun Pelajaran 2018-2019
Prosentasi
No Indikator
Rata-rata (%)
1 Menunjukan semangat kerja dan tanggung jawab 85

2 Kehadiran dikelas lebih dari 80% pertemuan 60

3 Selalu hadir tepat waktu masuk dan keluar kelas 65


4 Selalu berada dikelas selama melaksankan pembelajaran 70
5 Selalu memberikan tugas apabila berhalangan hadir 50
6 Menguasai materi pembelajaran 75
7 Materi pelajaran disampaikan secara jelas 65
8 Menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi 25
9 Menguasai media pembelajaran yang bervariasi 20
10 Selalu menilai hasil ulangan dan membagikan hasilnya 40
11 Melaksanakan remedial/perbaikan nilai 30
12 Dapat berinteraksi dan berkomunikasi dengan siswa secara efektif 80
13 Memberikam motivasi kepada siswa untuk belajar 70
14 Memberikan perlakukan yang sama bagi seluruh siswa 90
15 Berpenampilan sopan dan rapi 75
16 Bersikap ramah terhadap seluruh siswa 90

Sumber : Data Pra- Survey dari Kepala Sekolah di SMK Muhammadiyah 3 Bandung,
dilihat dari data supervisi kepala sekolah tahun 2019
13

Dari data hasil pengamatan kinerja Guru pada tahun pelajaran

2018/2019 terlihat di SMK Muhammadiyah 3 Bandung masih banyak

permasalahannya dengan kinerja, seperti kehadiran Guru yang masih minim,

banyak guru yang tidak menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi,

masih banyak guru yang tidak melengkapi dokumen administrasi pendidikan.

Kepuasan kerja guru yang terdapat di SMK MUhammadiyah 3 Bandung

digunakan analisis kualitatif dimana Martoyo (2007:142) mengemukakan bahwa

kepuasan kerja (job satisfaction) adalah keadaan emosional karyawan, di mana

terjadi ataupun tidak terjadi titik temu antara nilai balas jasa kerja karyawan dari

perusahaan/organisasi dengan tingkat nilai balas jasa yang memang diinginkan oleh

karyawan yang bersangkutan. Balas jasa karyawan dapat berupa uang (financial)

maupun bukan uang (non financial).

Aspek-aspek kepuasan kerja guru di SMK Muhammadiyah 3 Bandung

meliputi keterlibatan guru dalam membuat keputusan sekolah, pengakuan

yang dirasakan guru, harapan guru, hubungan antar personil yang terjadi

dalam lingkungan kerja dan lingkungan kerja yang menyenangkan. Aspek-

aspek kepuasan kerja guru ini akan dijadikan alat ukur untuk mengukur

variabel kepuasan kerja guru, dengan pertimbangan bahwa aspek-aspek

tersebut sesuai dengan kebutuhan guru, dimana dalam melakukan aktivitas

kegiatan proses belajar mengajar, di antaranya berupa mempersiapkan

materi pengajaran, mengajar di kelas, ataupun melakukan evaluasi dari hasil

belajar siswa, sudah barang tentu seorang guru mempunyai harapan akan

mendapatkan imbalan dari pihak sekolah yang menyelenggarakan kegiatan

pendidikan. Kepuasan guru terhadap pekerjaan akan tumbuh bilamana


14

pekerjaan, gaji, peluang promosi, dan lingkungan kerja di sekolah mampu

memberikan rasa senang. Dengan pekerjaan yang membanggakan, gaji

yang memadai, peluang promosi yang terbuka, dan lingkungan kerja yang

kondusif akan memberikan kepuasan bagi guru dalam menjalani profesinya.

Apabila kebutuhan-kebutuhan tersebut dipenuhi bukan tidak mungkin akan

memicu timbulnya kinerja yang tinggi.

Hasibuan (2005:202) menyatakan bahwa kepuasan kerja adalah sikap

emosional yang menyenangkan dan mencintai pekerjaannya. Kepuasan

kerja guru di SMK Muhammadiyah 3 Bandung berkenaan dengan

kesesuaian antara harapan seseorang dengan imbalan yang disediakan.

Kepuasan kerja individu berdampak pada prestasi kerja, disiplin, dan kualitas

kerja. Pada diri individu yang puas terhadap pekerjaanya kemungkinan akan

berdampak positif terhadap peningkatan mutu pekerjaannya. Demikian

sebaliknya, jika kepuasan kerja individu rendah maka akan berdampak

negatif terhadap perkembangan mutu pekerjaannya. Individu yang

membolos, malas, mogok kerja, sering mengeluh, merupakan tanda adanya

ketidakpuasan dalam bekerja dapat dilihat tabel 1.2 dengan hasil analisis

pra-survey yang sudah dilakukan oleh penulis dengan hasil yang masih

kurang efektif dalam hal beberapa indikator yang mempengaruhi kepuasan

kerja guru di SMK Muhammadiyah 3 Bandung diantaranya : Pekerjaan,

Supervisi/Pengawasan, Upah/Imbalan, Promosi Jabatan dan suasana kerja

yang sangat mempengaruhi beberapa kepuasan kerja guru yang ada di SMK

Muhammadiyah 3 Bandung.
15

Tabel 1.2
Hasil Pra-Survey Kepuasan Kerja Guru di SMK Muhammadiyah 3 Bandung
Hasil Penelitian
No
Berdasarkan Instrumen
Alat Jumlah Hasil
No Variabel Indikator Cara Ukur Nomor Nomor
Ukur Guru Gugur
Sebelum Setelah
Uji Coba Uji Coba
1,2,3,4,5,7 1,2,3,4,5,7,
Pekerjaan Angket Skala Likert 25 Orang
,8,12 8,12
Supervisi/
Angket Skala Likert 25 Orang 9,10,11,24 9,10,11 24
Pengawasan
Kepuasan Upah/Imbalan Angket Skala Likert 25 Orang 13,14,22,23 13,14, 22,23,
1.
Kerja
Promosi 15,16,17,18,
Angket Skala Likert 25 Orang 15,16,17,18, 25
Jabatan 25

Suasana Kerja Angket Skala Likert 25 Orang 19,20,21 19,20,21

Jumlah 25 21 4
Tahun Pelajaran 2018-2019

Sumber : Data Tata Usaha dari Kepala Sekolah


SMK Muhammadiyah 3 Bandung, Tahun 2019

Dari data pra-survey dan pengamatan diatas dapat disimpulkan

bahwa kepuasan kerja guru di SMK Muhammadiyah 3 Bandung masih

sangat kurang dalam kepuasan kerja yang dampaknya berpengaruh dalam

kinerja guru, dapat terlihat kepuasan Kerja dari 25 orang guru dalam

beberapa indikator 25 point instrumen diantaranya : Pekerjaan,

Pengawasan/Supervisi, Upah/Imbalan, Promosi/Jabatan dan Suasana Kerja,

yang mempengaruhi dari semua faktor dan indikator dalam variabel

Kepuasan Kerja ada 4 instrumen yang gugur dalam hasil analisis kepuasan

kerja yakni point, 24, 22, 23 dan 25 yaitu : Pengawasan/Supervisi,

Upah/Imbalan dan Promosi/Jabatan. Dari data yang tercatat diatas

menunjukan rendahnya kepuasan kerja berdampak pada kinerja guru di

SMK Muhammadiyah 3 Bandung perlu adanya perubahan dalam hal

kepuasan kerja, agar menjadi point peningkatan kinerja bagi para guru.
16

Penelitian McClelland juga menunjukkan bahwa sampai pada

tingkatan tertentu, para manajer dapat meningkatkan kebutuhan prestasi dari

anak buahnya dengan menciptakan lingkungan kerja yang layak –memberi

kesempatan bagi bawahannya untuk mengukur tingkat kemandirian,

meningkatkan rasa tanggung jawab dan otonomi, secara bertahap membuat

tugas-tugas jadi lebih menantang, dan memuji serta menghargai prestasi

yang tinggi. McClelland menyebut aspek dari motivasi manajerial ini sebagai

kebutuhan akan kekuasaan atau need for power (nPow).

Penelitian motivasi berprestasi ini menggunakan analisis kualitatif.

Kebutuhan akan prestasi yang tinggi juga dapat dipicu oleh rasa takut akan

kegagalan dalam diri seseorang. Para manajer mungkin mempunyai motivasi

yang kuat untuk mengambil tindakan karena ketakutan mereka akan

kegagalan dalam mencapai tujuan-tujuan pribadi maupun organisasi dan

ketakutan mereka terhadap kemungkinan akan dipermalukan di depan

banyak orang ketika kegagalan-kegagalan mereka diketahui. Sebaliknya,

bagi beberapa individu, ketakutan akan keberhasilan dapat menjadi motif.

Beberapa orang mungkin menyimpan rasa takut terhadap tekanan dan

beban dari kesuksesan dan juga kecemburuan serta rasa tidak suka yang

mungkin timbul pada orang lain. Motivasi dalam penelitian ini melihat dari

berbagai aspek diantaranya : Fasilitas, Jumlah Pendidik dan Kependidikan,

Kualifikasi Pendidikan bagi guru, Sertifikasi guru, jumlah siswa dan hasil data

nilai rata-rata siswa yang ada di SMK Muhammadiyah 3 Bandung. Motivasi

dalam hal prestasi sangat diperlukan untuk kemajuan sekolah dalam

beberapa aspek yang terdapat di SMK Muhammadiyah 3 Bandung


17

diantaranya dapat dilihat dibawah ini dengan analisis pengumpulan data

sebagai berikut :

Tabel 1.3
Hasil Pra-Survey Sarana dan Prasarana
Di SMK Muhammadiyah 3 BandungTahun Pelajaran 2018-2019

No Nama Barang Jumlah Keadaan

1 Ruang Kelas 9 Baik


2 Ruang Kantor 1 Baik
3 Ruang Kepala Sekolah 1 Baik
4 Ruang UKS 1 Baik
5 Ruang Jurusan 3 Baik
6 Ruang Galeri 3 Baik
7 Ruang Tata Usaha 1 Baik
8 Mesjid 1 Baik
9 Toilet Mesjid/Tempat Wudu 1 Baik
10 Bangku dan Meja Siswa 110 Baik
11 Bangku dan Meja Guru 25 Baik
12 Papan Tulis 9 Baik
13 Komputer 9 Perlu Perbaikan
14 LCD Proyektor 30 Baik
15 Ruang Perpustakaan 1 Baik
16 Laboratorium Komputer 1 Baik
17 Meja Komputer 1 Baik
18 Kursi Lab Komputer 30 Baik
19 Lemari Guru 1 Baik
20 Mesjid 15 Baik
21 Toilet Guru 1 Perlu Perbaikan
22 Toilet Siswa 3 Perlu Perbaikan
23 Gudang Sekolah 4 Perlu Perbaikan
24 Sofa 1 Baik
25 Dispenser 1 Perlu Perbaikan
26 Jam Dingding 2 Baik
27 Printer 15 Baik
28 Kantin Sekolah 2 Baik
29 Lapangan Upacara 1 Perlu Perbaikan

Sumber : Data Tata Usaha SMK Muhammadiyah 3 Bandung


Serta Bidang Sarana dan Prasarana tahun 2019

Terlihat dari Data Pra-Survey di atas sarana di SMK Muhammadiyah 3

Bandung masih kurang dan perlu dilengkapi seperti jumlah toilet yang perlu

tambah karena belum sesuai dengan proporsi jumlah Siswa dan Guru, LCD
18

Projector baru satu, bangku dan meja guru yang masih terlalu sedikit

dibanding dengan jumlah guru yang ada. Data pendidik di SMK

Muhammadiyah 3 Bandung, sebagai berikut :

Tabel 1.4
Data Pra-Survey Pendidik dan Kependidikan
Di SMK Muhammadiyah 3 Bandung, Tahun Pelajaran 2018-2019

N Pendidikan
Nama JK TMT Jabatan SKP Ket
o Terkhir
Kepsek/Guru Mapel S1- UNIV
1 Ir. Agus Kundo Rahayu L 1 Juli 2008 GTY/PTY Aktif
ATPH SUMATRA UTARA
Wakil Kepala Bid.
2 Nopiyanto, S.Pd L 1 Juli 2008 Kesiswaan GTY/PTY S1-UNINUS Aktif
Guru Bahasa Inggris
Wakil Kepala Bid.
Kesiswaan S2- STKIP
3 Eva Novianti, M. Pd P 1 Juli 2012 GTY/PTY Aktif
SILIWANGI
Guru Kurikulum
Wakil Sanara Prasarana
D4-POLTEK PIKSI
4 Hery Rohaendi, S.Tr. Kom L 1 Juli 2015 Guru Simulasi GTY/PTY Aktif
GANESHA
Digital/KKPI/TIK
Guru Penjaskes S1- UNIV
5 Kentarsih Suganda S.Pd P 1 Juli 2009 GTY/PTY LANGLANGBUAN Aktif
Guru BK A

6 Nunung Hamidah, S. Pdi P 1 Juli 2008 Guru PAI GTY/PTY S1-UNINUS Aktif

7 Simandullah Prawira, S. H L 1 Juli 2009 Guru PKn Dan Sejarah GTY/PTY S1-UNINUS Aktif

8 R. Badar Ali, S. Pd L 1 Juli 2009 Guru Produktif TAV GTY/PTY S1-UNINUS Aktif
9 Enceng Kendarsyah, BA L 1 Juli 2009 Guru Produktif GTY/PTY D3-STT MANDALA Aktif
10 H. Muchtar Zaini, S.Sos L 1 Juli 2010 Guru KWU/Alsin GTY/PTY S1-STIE BAGASASI Aktif
11 R. Manja Puspitaloka, S. Pd P 1 Juli 2012 Guru B. Indonesia GTY/PTY S1-UNINUS Aktif

12 Sutarya, S.ST L 1 Juli 2013 Guru Produktif TAV GTY/PTY D4-POLTEK TEDC Aktif

13 Asep Saepudin, S.ST L 1 Juli 2013 Guru Produktif TAV GTY/PTY D3-POLTEK TEDC Aktif

14 Koswara, S.ST L 1 Juli 2013 Guru Produktif TAV GTY/PTY D4-POLTEK TEDC Aktif

15 Dra. Atiek Kusumayati P 1 Juli 2013 Guru Produktif GTY/PTY S1-IKIP JAKARTA Aktif
16 Tatang Herwawan, S. Hum L 1 Juli 2015 Guru PAI Dan BTQ GTY/PTY S1-UIN BANDUNG Aktif

17 Pupu Nurul Amanah, M.Pd P 1 Juli 2015 Guru Muhammadiyah GTY/PTY S3-UIN BANDUNG Aktif

18 Dra. Nina Suherlina P 1 Juli 2015 Guru Produktif TB GTY/PTY S1-IKIP BANDUNG Aktif
D3-IKIP
19 Ene Misriah, Amd P 1 Juli 2015 Guru Produktif TB GTY/PTY Aktif
BANDUNG
19

Kepala Perpustakaan S1-UIN SUNAN Aktif


20 Wawan Gunawan L 4 Jan 2016 GTY/PTY
Guru Seni Budaya GUNUNG DJATI Aktif
D3-STIMIK
21 Itar Mintarsah, A.Md P 1 Mei 2017 Bendahara/Guru KWU GTY/PTY Aktif
BANDUNG
Iis Aisyah Siti Nurjanah,
22 P 1 Juli 2017 Guru Bahasa. Inggris GTY/PTY S1-UNINUS Aktif
S.S
Dra. Hj. Ami Fatmah
23 P 1 Juli 2018 Guru Produktif GTY/PTY S1- UPI BANDUNG Aktif
Agustina
S1-UNIVERSITAS
24 Regina Prathama W. S.Pd P 4 Jan 2018 Guru Matematika GTY/PTY Aktif
PASUNDAN
Akhmad Hartoko
25 L 4 Jan 2018 Produktif Agro Bisnis GTY/PTY S1-UMM Aktif
SC,SE.M.M
Guru Produktif Tata
26 Mutiara Zahra, S. Pd P 1 Mar2018 GTY/PTY S1-UPI BANDUNG Aktif
Busana
Mahdalena Sari Harahap,
27 P 1 Juli 2018 Kemuhammadiyahan GTY/PTY S1- UIN BANDUNG Aktif
S. Pd
28 Muhamad Diyan, S.H P 1 Juli 2019 Guru Mapel Bhs. Sunda GTT S1-UNPAD Aktif

29 Shita Dhevi Permatasari P 1 Juli 2019 Guru Kesenian GTT S1-UPI BANDUNG Aktif
Guru Mapel
30 Elisa Yuliani Dewi P 1 Juli 2019 GTT SMA Aktif
Kewirausahaan
31 Ari Wahyu Ridho. S. Pd P 1 Juli 2019 Guru Mapel PJOK GTT SMA Aktif
S2-STIE
32 Rella Mugiana, S.Pd, . MM,. P 1 Juli 2020 Guru Produktif TB GTT Aktif
PASUNDAN BDG

Sumber : Data Tata Usaha SMK Muhammadiyah 3 Bandung


Tahun 2019

Terlihat dari analisis data pra-survey di atas, jumlah guru masih relatif

sedikit dan masih banyak guru yang memegang mata pelajaran lebih dari

satu bahkan ada yang sampai memegang 4 mata pelajaran, sehingga

guru tidak fokus dalam mengajar pada mata pelajaran tertentu, dan

beberapa guru mengajar mata pelajaran yang tidak sesuai dengan

bidangnya sehingga kinerjanya tidak maksimal.


20

Tabel 1.5
Pra-Survey Kualifikasi Pendidikan Guru di SMK Muhammadiyah 3 Bandung
Tahun Pelajaran 2018-2019
Lulusan SMA D3 D4 S1 S2 S3

Jumlah Guru 2 4 3 18 4 1

Sumber : Data Tata Usaha SMK Muhammadiyah 3 Bandung


Tahun 2019

Dari hasil data pra-survey, Guru di SMK Muhammadiyah 3 Bandung

yang memiliki kualifikasi Sarjana masih sedikit dan masih ada guru yang

pendidikannya hanya sampai tingkat SMA, sehingga masih perlunya

ditingkatkan kualifikasinya supaya bisa tercapai kinerja yang lebih baik.

Tabel 1.6
Hasil Pra-Survey Guru Penerima Sertifikasi
Di SMK Muhammadiyah 3 Bandung ,Tahun Pelajaran 2018-2019
No Mata Pelajaran Jumlah
1 B-ahasa Inggris 1
2 Matematika 2
3 Guru Produktif Tata Busana 1
4 Guru Produktif Teknik Audio Video 1
5 Guru Produktif Agribisnis Tanaman Pangan Hortikultura 1

Sumber : Data Tata Usaha SMK Muhammadiyah 3 Bandung, Tahun 2019

Dari hasil pra-survey diatas menunjukan bahwa jumlah guru yang

mendapatkan sertifikasi guru profesional masih sangat sedikit di bandingkan

dengan jumlah total guru yang ada, sehingga daya dukung kinerja guru di

sekolah oleh guru profesional masih sangat lemah dan ini salah satu faktor

utama dalam pengembangan kinerja yang masih sangat dibawah standar

pendidik yang professional dalam bidang pendidikan bangsa.

Tabel 1.7
21

Data Penerimaan Siswa Baru di SMK Muhammadiyah 3 Bandung


Tahun Pelajaran 2018-2019

Tahun Pelajaran Jumlah Siswa/i


2016-2017 242 Orang
2017-2018 152 Orang
2018-2019 214 Orang

Sumber : Data Tata Usaha SMK Muhammadiyah 3 Bandung


Tahun 2019

Keadaan penerimaan siswa baru terlihat tidak stabil, malah pada

tahun ajaran 2017-2018 jumlah penerimaan siswa cenderung menurun, perlu

di teliti permasalahan yang menyebabkan penurunan tersebut, bisa terjadi

akibat dari kurangnya kinerja guru.

Tabel 1.8
Data Rata-rata Nilai Ujian Nasional di SMK Muhammadiyah 3 Bandung
Tahun Pelajaran 2018-2019
Tahun Pelajaran Rata-rata nilai UN Jumlah Mata Pelajaran

2016-2017 6.25 4

2017-2018 6.80 4

2018-2019 6.48 4

Sumber : Data Tata Usaha SMK Muhammadiyah 3 Bandung


Tahun 2019

Dari Analisis Data Pra-Survey di atas Nilai Ujian Nasional Siswa

tidak begitu istimewa tiap tahunnya, nilai menggambarkan kemampuan siswa

dalam menguasai pelajaran yang diajarkan oleh gurunya, sehingga

tergambar kinerja guru dalam mengajar masih perlu ditingkatkan.

Dalam hal kompensasi penelitian ini mengunakan analisis kualitatif

dengan beberapa data yang telah dikumpulkan. Dilihat dari asensi


22

pengupahan/honor yang masih rendah dan menurut para guru dan karyawan

ini adalah suatu kendala dalam beberapa faktor yang terdapat di SMK

Muhammadiyah 3 Bandung karena minimnya honor/upah yang diterima oleh

para guru dan karyawan. Berikut hasil data pra-survey plafon penggajian

tenaga pendidik dan kependidikan di SMK Muhammadiyah 3 Bandung :

Tabel 1.9
Hasil Pra-Survey dari Plafon Penggajihan Tenaga Pendidik dan Kependidikan
di SMK Muhammadiyah 3 Bandung, Tahun Pelajaran 2018-2019

Tunjangan Jabatan
N
Jabatan Banyak
o
1 Kepala Sekolah 1.000.000
2 Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum 850.000
3 Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan 850.000
4 Wakil Kepala Sekolah Bidang Sarana Prasarana 850.000
5 Kepala Tata Usaha 850.000
6 Bendahara 500.000
7 Staff Tata Usaha 300.000
8 Wali Kelas 200.000
9 Kepala Laboraturium Komputer 200.000
10 Kepala Laboraturium Bahasa 200.000
11 Kepala Program Keahlian Jurusan 200.000
12 Kepala Perpustakaan 200.000

Tunjangan Guru
N
Keterangan Banyak
o
1 Jam Tatap Muka 25.000/Pertemuan
2 Gaji Pokok (Dihitung Masa Kerja) 50.000/Tahun
3 Kehadiran Harian 10.000/Kehadiran

*Pendapatan terbesar Rp. 1.0 80.000 Per/bulan


*Pendapatan terkecil Rp. 285.000 Per/bulan

Sumber : Data Tata Usaha SMK Muhammadiyah 3 Bandung


(Bendahara Sekolah) Tahun 2019

Dari hasil pra-survey data diatas terlihat kompensasi yang

didapatkan oleh Guru sangat minim, gaji terkecil yang diterima hanya Rp

1.080.000 - /perbulan dan gaji terbesar hanya sebesar Rp 285.000 perbulan,


23

atau gaji yang diterima oleh Guru masih belum layak, hal ini bisa

berpengaruh negatif terhadap kinerja guru.

Secara Keseluruhan dari data-data di atas, SMK Muhammadiyah 3

Bandung masih memiliki permasalahan seperti kekurangan sarana-

prasarana, kualifikasi Guru masih banyak yang belum kualifikasi sarjana,

banyak guru yang merangkap mata pelajaran dan tidak sesuai dengan

kompetensinya, penerimaan siswa di sekolah menurun, nilai Ujian Nasional

siswa yang tidak istimewa, gaji guru yang belum layak, hal-hal di atas bisa

bisa mempengaruhi kinerja guru menjadi kurang. Gaji guru yang tidak layak

tidak menyebabkan banyak Guru yang mengundurkan diri, hal ini bisa saja

terjadi karena berhubungan dengan kepuasan kerja, Stephen P Robbins &

Timothy A Judge (2008, hal. 110) mengatakan bahwa Bayaran dan

Kepuasan Kerja mempunyai hubungan yang menarik. Upah sangat

berhubungan dengan kepuasan kerja dan kebahagiaan secara keseluruhan.

Kemudian Ishak Mad Shah (2006, hal. 56) mengungkapkan bahwa kepuasan

kerja adalah satu dari variabel yang terkait erat dengan motivasi, semakin

tinggi kepuasan kerja yang dirasakan oleh pekerja, maka semakin tinggi

motivasi mereka terhadap kinerja. Selanjutnya Stephen Robbins dan Timothy

Judge (2008, hal. 113) mengungkapkan sebuah tinjauan dari 300 penelitian

menunjukan bahwa korelasi antara Kepuasan dan kinerja cukup kuat.

Berdasarkan permasalah yang ada dan teori yang mendukung maka penulis

tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Motivasi

Berprestasi dan Kompensasi Non Finansial terhadap Kepuasan Kerja


24

yang Berdampak terhadap Kinerja Guru di SMK Muhammadiyah 3

Bandung”.

1.2 Identifikasi Masalah

Dari latar belakang diatas maka penulis mengidentifikasikan

masalah yang terjadi sebagai berikut :

1. Kompetensi guru masih kurang

2. Motivasi Guru belum optimal

3. Kinerja guru masih belum optimal

4. Disiplin kerja guru masih relatif rendah

5. Program diklat untuk pengembangan kompetensi guru masih

kurang.

6. Sarana dan prasarana yang tersedia di sekolah belum

dimanfaatkan secara maksimal

7. Tingkat kepuasan guru masih rendah

8. Lingkungan kerja belum tertata dan terjalin dengan baik

9. Budaya organisasi masih belum tercipta

10.Komunikasi personal multi arah belum berjalan dengan baik.

11.Pemberian kompensasi masih relatif rendah

12.Loyalitas guru masih rendah

13.Kurangnya kreatifitas dalam metode pembelajaran

14.Adanya kesenjangan antara pekerjaan yang di inginkan dan

kompensasi yang dibutuhkan.

15.Kurangnya motivasi pimpinan (kepala sekolah) kepada guru


25

16.Belum maksimalnya eksistensi kepemimpinan (kepala sekolah)

terhadap guru dan karyawan.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat dirumuskan

beberapa masalah penelitan, sebagai berikut:

1. Bagaimana motivasi Guru di SMK Muhammadiyah 3 Bandung?

2. Bagaimana kompensasi Guru di SMK Muhammadiyah 3 Bandung?

3. Bagaimana kepuasan kerja Guru di SMK Muhammadiyah 3

Bandung?

4. Bagaimana kinerja Guru di SMK Muhammadiyah 3 Bandung?

5. Seberapa besar pengaruh motivasi terhadap kepuasan kerja Guru

di SMK Muhammadiyah 3 Bandung?

6. Seberapa besar pengaruh kompensasi terhadap kepuasan kerja

Guru di SMK Muhammadiyah 3 Bandung?

7. Seberapa besar pengaruh motivasi dan kompensasi terhadap

kepuasan kerja Guru di SMK Muhammadiyah 3 Bandung

8. Seberapa besar pengaruh kepuasan kerja terhadap kinerja Guru di

SMK Muhammadiyah 3 Bandung?

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah untuk

mengetahui dan menganalisis:

1. Motivasi Guru di SMK Muhammadiyah 3 Bandung.


26

2. Kompensasi Guru di SMK Muhammadiyah 3 Bandung.

3. Kepuasan kerja Guru di SMK Muhammadiyah 3 Bandung.

4. Kinerja Guru di SMK Muhammadiyah 3 Bandung.

5. Besarnya pengaruh motivasi terhadap kepuasan kerja Guru di

SMK Muhammadiyah 3 Bandung.

6. Besarnya pengaruh kompensasi terhadap kepuasan kerja Guru di

SMK Muhammadiyah 3 Bandung.

7. Besarnya pengaruh motivasi dan kompensasi secara simultan

terhadap kepuasan kerja Guru di SMK Muhammadiyah 3

Bandung.

8. Besarnya pengaruh kepuasan kerja terhadap kinerja Guru di SMK

Muhammadiyah 3 Bandung

1.5 Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini sekurang-kurangnya diharapkan dapat


memberikan kegunaan dan , yaitu:

a. Manfaat teoritis, dapat memperkaya konsep atau teori yang

menyokong perkembangan ilmu pengetahuan manajemen sumber

daya manusia, khususnya yang terkait dengan pengaruh

kompensasi, motivasi, kepuasan kerja, terhadap kinerja.

b. Manfaat praktis, dapat memberikan masukan yang berarti bagi

Manajemen SMK Muhammadiyah 3 Bandung dalam meningkatkan

kinerja Gurunya, khususnya melalui perspektif kompensasi,

motivasi, dan kepuasan kerja.


BAB II
KAJIAN TEORITIS, KERANGKA PEMIKIRAN
DAN HIPOTESIS

2.1 Kajian Teoritis

Pada kajian pustaka ini dibahas beberapa teori yang

berhubungan dengan masalah penelitian yang dilakukan yaitu

tentang Pengaruh Motivasi Berprestasi dan Kompensasi terhadap

Kepuasan Kerja yang berdampak pada Kinerja Guru . Buku-buku

referensi dan jurnal yang digunakan adalah yang berhubungan

dengan penelitian tersebut dimana akan dimulai dari Grand theory,

Middle Theory dan Applied Theory seperti terlihat dalam gambar

berikut ini :

Grand Theory Manajemen

Middle Theory MSDM

- Motivasi Berprestasi
- Kompensasi
Applied Theory - Kepuasan Kerja
- Kinerja Guru

Gambar 2.1
Struktur Teori Penelitian

27
28

2.2 Ilmu Manajemen

2.2.1 Pengertian Manajemen

Kata manajemen dalam bahasa inggris management

berasal dari kata kerja to manage, pada asalnya dari bahasa italia

maneggiare (memegang, mengatur, mengendalikan kuda), kata

tersebut pada mulanya dari kata Latin manus (tangan). Dalam

bahasa Francis mesnagement (kemudian menjadi ménagement),

kata ini kemudian mempengaruhi perkembangan kata dalam

bahasa inggris menjadi management. (Wikipedia, 2012)

Saat ini tidak ada definisi manajemen yang telah diterima

secara universal. Mary Parker Folett mendefinisikan manajemen

sebagai seni dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain.

Definisi ini mengandung arti bahwa para manajer mencapai tujuan-

tujuan organisasi melalui pengaturan, arti bahwa para manajer

mencapai tujuan-tujuan organisasi melalui pengaturan orang-orang

lain untuk melaksanakan berbagai tugas yang mungkin diperlukan,

atau berarti dengan tidak melaksanakan tugas-tugas itu sendiri.

Manajemen menurut Stoner sebagai berikut (Handoko, 1997):

Manajemen adalah proses perencanaan,

pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha

para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya-

sumberdaya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi

yang telah ditetapkan.


29

Dari definisi diatas terlihat bahwa Stoner menggunakan

kata proses, suatu proses adalah cara sistematis untuk melakukan

pekerjaan. Proses tersebut terdiri dari kegiatan-kegiatan

manajemen, yaitu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,

dan pengawasan.

Kita bisa menyimpulkan bahwa pada dasarnya manajemen

dapat didefinisikan sebagai kegiatan bekerja dengan orang-orang

untuk menentukan, menginterpretasikan dan mencapai tujuan-

tujuan organisasi dengan pelaksanaan fungsi-fungsi perencanaan

(planning), pengorganisasian (organizing), penyusunan personalia

atau kepegawaian (staffing), pengarahan dan kepemimpinan

(leading) dan pengawasan (controlling).

Setiap manusia dalam perjalanan hidupnya selalu akan

menjadi anggota dari beberapa macam organisasi, seperti

organisasi sekolah, perkumpulan olah raga, kelompok musik, militer

ataupun organisasi perusahaan. Organisasi-organisasi ini

mempunyai persamaan-persamaan dasar, walupun dapat berbeda

satu dengan yang lain dalam beberapa hal, Sebagai contoh,

organisasi perusahaan atau departemen pemerintah dikelola

secara lebih formal dibanding kelompok olahraga atau rukun

tetangga. Persamaan ini terutama tercermin pada fungsi-fungsi

manajerial yang dijalankan.


30

Manajemen dibutuhkan oleh semua organisasi, karena

tanpa manajemen, semua usaha akan sia-sia dan pencapain tujuan

akan lebih sulit. Ada tiga alasan utama diperlukannya manajemen

(Handoko, 1997)

1. Untuk mencapai tujuan. Manajemen dibutuhkan untuk

mencapai tujuan organisasi dan pribadi.

2. Untuk menjaga keseimbangan di antara tujuan-tujuan

yang saling bertentangan. Manajemen dibutuhkan untuk

menjaga keseimbangan antara tujuan-tujuan, sasaran-

sasaran dan kegiatan-kegiatan yang saling bertentangan

dari pihak-pihak yang berkepentingan dalam organisasi.

3. Untuk Mencapai efisiensi dan efektivitas. Suatu kerja

organisasi dapat diukur dengan banyak cara yang

berbeda. Salah satu cara yang umum adalah efisiensi

dan efektivitas.

2.3 Konsep Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM)

2.3.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM)

Manajemen sumber daya manusia (MSDM) merupakan

salah satu bidang dari manajemen umum yang meliputi segi-segi

perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengendalian.

Proses ini terdapat dalam fungsi/bidang produksi, pemasaran,

keuangan, maupun kepegawaian. Karena sumber daya manusia

(SDM) dianggap semakin penting perannya dalam pencapaian


31

tujuan perusahaan, maka berbagai pengalaman dan hasil penelitian

dalam bidang SDM dikumpulkan secara sistematis dalam apa yang

disebut manajemen sumber daya manusia.

Untuk mencapai tujuan perusahaan, akan ditemukan

permasalahan yang tidak hanya pada bahan mentah, mesin-mesin

produksi, alat-alat kerja, uang, dan lingkungan kerja, tetapi juga

menyangkut karyawan (sumber daya manusia) yang mengelola

faktor-faktor produksi lainya, merupakan masukan (input) yang

diolah oleh perusahaan dan menghasilkan keluaran (output).

Karyawan baru yang belum mempunyai keterampilan dan keahlian

dilatih, dimotivasi diberikan pengalaman, sehingga menjadi

karyawan yang terampil dan ahli, Pengolahan sumber daya

manusia inilah yang disebut manajemen SDM.

Keberadaan manajemen SDM sangat penting bagi

perusahaan dalam mengelola, mengatur, mengurus, dan

menggunakan SDM sehingga dapat berfungsi secara produktif,

efektif, dan efisien untuk mencapai tujuan perusahaan. Dalam

manajemen sumber daya manusia, karyawan adalah kekayaan

(asset) utama perusahaan, sehingga harus dipelihara dengan baik,

karena dengan SDM menyebabkan sumber daya yang lain dalam

perusahaan dapat berfungsi/dijalankan. Faktor yang menjadi

perhatian dalam manajemen sumber daya manusia adalah

manusianya itu sendiri.


32

Manusia sebagai SDM keberadaannya sangat penting

dalam perusahaan, karena SDM menunjang perusahaan melalui

karya, bakat, kreativitas, dorongannya dan peran serta nyata

seperti yang dapat disaksikan dalam setiap perusahaan ataupun

organisasi. Tanpa adanya unsur manusia dalam perusahaan, tidak

mungkin perusahaan tersebut dapat bergerak dan berjalan menuju

yang diinginkan. Dengan demikian, SDM adalah seseorang yang

siap, mau, dan mampu memberi sumbangan terhadap usaha

pencapaian tujuan organisasi.

2.3.2 Tujuan Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM)

Tujuan manajemen SDM ialah meningkatkan kontribusi

produktif orang-orang yang ada dalam perusahaan melalui

sejumlah cara yang bertanggung jawab secara strategis, etis, dan

sosial. Tujuan ini menuntun studi dan praktik manajemen sumber

daya manusia. Studi manajemen menguraikan upaya-upaya yang

terkait dengan SDM kalangan manajer operational dan

memperlihatkan bagaimana para profesional personalia

memberikan andil atas upaya-upaya ini. SDM memengaruhi

keberhasilan setiap perusahaan atau organisasi. Meningkatkan

andil manusia sangat penting, sehingga seluruh perusahaan

membentuk departemen SDM. Manajemen SDM mendorong para

manajer dan tiap karyawan untuk melaksanakan strategi-strategi

yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Untuk mendukung para

pimpinan yang mengoperasikan departemen-departemen atau unit-


33

unit organisasi dalam perusahaan sehingga manajemen SDM

harus memiliki sasaran.

2.3.3 Sasaran Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM)

Sasaran merupakan titik puncak dan tindakan-tindakan apa

yang dievaluasi. Terkadang sasaran dipikirkan secara seksama dan

diekspresikan dalam bentuk tulisan. Sering sasaran tidak

dinyatakan secara formal. Melalui kedua cara ini, sasaran

membimbing fungsi praktik SDM. Sasaran SDM tidak hanya perlu

merefleksikan keinginan manajemen senior, tetapi juga harus

menetralisir berbagai tantangan dari organisasi, fungsi SDM,

masyarakat, dan orang-orang yang dipengaruhi. Kegagalan untuk

berbuat seperti itu bisa merugikan kinerja. Tantangan ini

menegaskan empat sasaran yang relative umum bagi manajemen

SDM dan membentuk sebuah kerangka masalah yang sering

ditemui dalam perusahaan.

a. Sasaran Perusahaan

Sasaran ini untuk mengenali manajemen SDM dalam

rangka memberikan kontribusi atas efektivitas perusahaan.

Departemen SDM diciptakan untuk dapat membantu para

manajer dalam mencapai sasaran perusahaan. Manajemen

SDM bukan merupakan tujuan (hasil), akan tetapi manajemen

SDM hanya merupakan cara untuk membantu pimpinan yang

menyangkut masalah SDM perusahaan. Sasaran perusahaan

antara lain meliputi: perencanaan SDM, seleksi, pelatihan,


34

pengembangan, pengangkatan, penempatan, penilaian,

hubungan kerja.

b. Sasaran Fungsional

Sasaran ini untuk mempertahankan kontribusi

departemen SDM pada level yang cocok bagi berbagai

kebutuhan perusahaan. Sasaran fungsional antara lain meliputi:

pengangkatan, penempatan, dan penilaian.

c. Sasaran Sosial

Sasaran ini untuk selalu tanggap secara etis maupun

sosial terhadap berbagai kebutuhan dan tuntutan masyarakat

dengan terus meminimalkan dampak negatif atas tuntutan

tersebut terhadap perusahaan. Kegagalan perusahaan dalam

menggunakan sumber daya mereka bagi kepentingan

masyarakat yang tidak melalui cara-cara yang etis bisa

menimbulkan sejumlah kendala. Sasaran sosial antara lain

meliputi: keuntungan perusahaan, pemenuhan tuntutan hukum,

dan hubungan manajemen dengan serikat pekerja.

d. Sasaran Pribadi

Yaitu untuk membantu para karyawan mencapai tujuan-

tujuan pribadi mereka, setidaknya sejauh tujuan-tujuan tersebut

dapat meningkatkan kontribusi individu atas perusahaan.

Sasaran pribadi karyawan harus mampu ditemukan bila mereka

ingin dipertahankan dan dimotivasi. Selain itu, kinerja dan

kepuasan karyawan bisa menurun dan mereka hengkang dari


35

perusahaan. Dengan mengingat sasaran-sasaran ini para

spesialis SDM bisa memahami alasan-alasan dibalik aktivitas

departemennya. Sasaran pribadi karyawan antara lain meliputi:

pelatihan dan pengembangan, penilaian, penempatan,

kompensasi, dan penugasan.

2.3.4 Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM)

Sudah merupakan tugas manajemen SDM untuk mengelola

manusia seefektif mungkin agar diperoleh suatu satuan SDM yang

merasa puas dan memuaskan. Manajemen SDM merupakan

bagian dari manajemen umum yang memfokuskan diri pada SDM.

Adapun fungsi-fungsi manajemen SDM, seperti halnya fungsi

manajemen umum, yaitu:

1. Fungsi Manajerial

 Perencanaan (Planning)

 Pengorganisasian (Organizing)

 Pengarahan (Directing)

 Pengendalian (Controlling)

2. Fungsi Operasional

 Pengadaan tenaga kerja (SDM)

 Pengembangan

 Kompensasi

 Pengintegrasian

 Pemeliharaan dan Pemuntusan hubungan kerja


36

2.4 Motivasi Berprestasi

Motivasi berprestasi merupakan faktor pendorong untuk

menentukan keberhasilan dalam belajar dan untuk meraih atau

mencapai sesuai yang diinginkan agar meraih kesuksesan. Besar

kecilnya pengaruh tersebut tergantung pada intensitasnya.

2.4.1 Definisi Motivasi Berprestasi Menurut Para Ahli

Menurut Heckhausen pengertian motivasi berprestasi adalah

dorongan yang terdapat dalam diri guru yang selalu berusaha atau

berjuang untuk meningkatkan atau memelihara kemampuannya

setinggi mungkin dalam semua aktivitas dengan menggunakan

standar keunggulan. Menurutnya ada tiga komponen dari standar

keunggulan yang diantaranya adalah :

1. Standar keunggulan tugas (berhubungan dengan pencapaian

tugas sebaik-baiknya).

2. Standar keunggulan diri (berhubungan dengan pencapaian

prestasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan prestasi yang

pernah dicapai selama ini).

3. Standar keunggulan guru (berhubungan dengan pencapain

prestasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan prestasi yang

dicapai oleh guru lainnya).

Menurut MCClelland pengertian motivasi berprestasi adalah

sebagi kompetisi dengan standar keunggulan. Dengan demikian

motivasi ditandai oleh keinginan untuk mencapai standar unggulan

yang tinggi dan untuk mencapai tujuan yang unik. Motivasi


37

berprestasi dapat dianggap sebagai disponsisi untuk mendekati

keberhasilan atau kapasitas untuk mendapatkan kebanggaan

dalam pemenuhan ketika kesuksesan dicapai dalam suatu

kegiatan.

Kemampuan manajer untuk memotivasi, mempengaruhi,

mengarahkan, dan berkomunikasi dengan para bawahannya akan

menentukan efektifitas manajer. Motivasi merupakan kegiatan yang

mengakibatkan, menyalurkan, dan memelihara perilaku manusia.

Motivasi ini adalah subjek yang penting bagi manajer karena

menurut definisi manajer harus bekerja dengan dan melalui orang

lain.

Banyak istilah yang digunakan untuk menyebutkan motivasi

(motivation) atau motif, antara lain kebutuhan (need), desakan

(urge), keinginan (wish), dan dorongan (drive). Dalam hal ini

digunakan istilah motivasi yang diartikan sebagai keadaan dalam

pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk

melakukan kegiatan-kegitan tertentu guna mencapai tujuan.

(Handoko, 1997, hal. 252). Berikutnya Veithzal Rivai dan Ella

Sagala (2009, hal. 837) mendefinisikan motivasi serangkaian sikap

dan nilai-nilai yang mempengaruhi individu untuk mencapai hal

yang spesifik sesuai dengan tujuan individu. Sikap dan nilai

tersebut merupakan suatu yang invisible yang memberikan

kekuatan untuk mendorong individu bertingkah laku dalam

mencapai tujuan. Dorongan tersebut terdiri dari dua komponen,


38

yaitu: arah perilaku (kerja untuk mencapai tujuan), dan kekuatan

perilaku (seberapa kuat usaha individu dalam bekerja). Motivasi

meliputi perasaan unik, pikiran dan pengalaman masa lalu yang

merupakan bagian dari hubungan internal dan eksternal

perusahaan. Selain itu motivasi dapat pula diartikan sebagai

dorongan individu untuk melakukan tindakan karena mereka ingin

melakukannya. Apabila individu termotivasi, mereka akan membuat

pilihan yang positif untuk melakukan sesuatu, karena dapat

memuaskan keinginan mereka.

Pada dasaranya motivasi dapat memicu karyawan untuk

bekerja keras sehingga dapat mencapai tujuan mereka. Hal ini

akan meningkatkan produktivitas kerja karyawan sehingga

berpengaruh pada pencapaian tujuan perusahaan. Sumber

motivasi ada tiga faktor menurut Veithzal Rivai dan Ella Sagala

(2009, hal. 838), yakni : (1) kemungkinan untuk berkembang, (2)

jenis pekerjaan, (3) apakah mereka dapat merasa bangga menjadi

bagian dari perusahaan tempat mereka bekerja. Disamping itu

terdapat beberapa aspek yang berpengaruh terhadap motivasi

kerja karyawan, yakni: rasa aman dalam bekerja, mendapatkan gaji

yang adil dan kompetitif, lingkungan kerja yang menyenangkan,

penghargaan atas prestasi kerja dan perlakuan yang adil dari

manejemen. Sementara itu menurut Stephen Robbins, motivasi

adalah; The willingness to exert high levels of effort toward


39

organizational goals, conditioned by the effort’s to satisfy some

individual need.

Motivasi berprestasi dapat disimpulkan :

1. Sebagai suatu kondisi yang menggerakkan manusia ke arah

suatu tujuan tertentu.

2. Suatu keahlian dalam mengarahkan karyawan dan

perusahaan agar mau bekerja secara berhasil, sehingga

keinginan karyawan dan tujuan perusahaan sekaligus

tercapai.

3. Sebagai inisiasi dan pengarahan tingkah laku. Pelajaran

motivasi sebenarnya pelajaran tingkah laku.

4. Sebagai energi untuk membangkitkan dorongan dalam diri.

5. Sebagai kondisi yang berpengaruh membangkitkan,

mengarahkan dan memelihara perilaku yang berhubungan

dengan lingkungan kerja.

2.4.2 Pola Dasar Pemikiran Teori Motivasi Berprestasi

2.4.2.1 Pola Dasar Pemikiran Content Theory

Content Theory ini berkaitan dengan beberapa nama,

seperti Maslow, McGregor, Herzbert, Atkinson, dan McClelland.

Teori ini menekankan arti pentingnya pemahaman faktor-faktor

yang ada di dalam individu yang menyebabkan mereka bertingkah

laku tertentu. Teori ini mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan

seperti kebutuhan apa yang dicoba dipuaskan oleh seseorang:

apa yang menyebabkan mereka melakukan sesuatu? Dalam


40

pandangan ini, setiap individu mempunyai kebutuhan yang ada di

dalam (inner needs) yang menyebabkan mereka didorong, ditekan

atau dimotivasi untuk memenuhinya. Kebutuhan tertentu yang

mereka rasakan akan menentukan tindakan yang mereka lakukan.

Kebutuhan Dorongan Tindakan

Kepuasan

Gambar 2.2 Model Motivasi Content Theory

Sumber : Rivai, V. P., & Sagala, E. J. (2009). Manajemen Sumber Daya Manusia untuk
Perusahaan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Halaman 845

Kita akan melihat betapa sulitnya penerapan teori ini dalam

praktiknya terutama disebabkan hal-hal sebagai berikut:

 Pertama, Kebutuhan sangat bervariasi pada setiap individu


manusia.
 Kedua, perwujudan kebutuhan dalam tindakan juga sangat
bervariasi antara satu orang dengan orang lain.
 Ketiga, para individu tidak selalu konsisten dengan tindakan
mereka karena dorongan suatu kebutuhan.

2.4.2.2 Pola Dasar Pemikiran Process Theory

Proses Theory bukannya menekankan pada isi kebutuhan

dan sifat dorongan dari kebutuhan tersebut, tetapi pendekatan ini

menekankan pada bagaimana perilaku dimulai dan dilaksanakan

atau bagaimana dan dengan tujuan apa setiap individu dimotivasi

agar menjalankan tugasnya dengan sebaik-baiknya. Dalam


41

pandangan ini, kebutuhan hanyalah salah satu elemen dalam

suatu proses tentang bagaimana para individu bertingkah laku.

Dasar dari teori proses tentang motivasi ini adalah adanya

expectasy (harapan), yaitu apa yang dipercayai oleh individu akan

mereka peroleh dari tingkah laku mereka. Faktor tambahan dari

teori ini adalah kekuatan dari preferensi individu terhadap hasil

yang diharapkan. (Rivai & Sagala, 2009, hal. 846)

Teori-teori yang termasuk kategori teori-teori proses adalah


1) teori pengharapan, 2) pembentukan perilaku (operant
conditioning), 3) teori Porter-Lawler, dan 4) teori keadilan.

2.4.3 Pola Dasar Pemikiran Teori Motivasi Berprestasi

2.4.3.1 Hierarki Teori Kebutuhan (Heirarchical of Needs Theory)

Menurut Abraham Maslow dalam Veithzal Rivai dan Ella

Sagala (2009, hal. 840) bahwa pada setiap diri manusia itu terdiri

atas lima kebutuhan yaitu: kebutuhan secara fisologis, rasa aman,

sosial, penghargaan, dan aktualisasi diri, seperti paga gambar 2.3

berikut ini:
42

Gambar 2.3 Hierarki Kebutuhan Maslow

Sumber : Rivai, V. P., & Sagala, E. J. (2009). Manajemen Sumber Daya Manusia
untuk Perusahaan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Halaman 840

Gambar di atas menjelaskan bahwa urutan dan rangkaian

kebutuhan seseorang selalu mengikuti alur yang dijelaskan oleh

teori Maslow. Semakin ke atas kebutuhan seseorang semakin

sedikit jumlah atau kuantitas manusia yang memiliki kriteria

kebutuhannya, contohnya kebutuhan kategori self-actualization

atau kebutuhan kebebasan diri untuk merealisasikan cita-cita atau

harapan individu untuk mengembangkan bakat atau talenta yang

dimiliknya. Menurut Maslow, manusia akan didorong untuk

memenuhi kebutuhan yang paling kuat sesuai waktu, keadaan

dan pengalaman yang bersangkutan mengikuti suatu hirarki.

Dalam tingkatan ini, kebutuhan pertama yang harus dipenuhi

terlebih dahulu adalah kebutuhan fisiologis, seperti balas jasa,

istirahat dan sebagainya. Setelah kebutuhan pertama dipuaskan,

kebutuhan yang lebih tinggi berikutnya akan menjadi kebutuhan

utama, yaitu kebutuhan akan keamanan dan rasa aman.

Kebutuhan ketiga akan muncul setelah kebutuhan kedua

terpuaskan. Proses ini berjalan terus sampai terpenuhinya

kebutuhan aktualisiasi diri, dimana manajemen dapat memberikan

insentif untuk memotivasi hubungan kerja sama, kewibawaan

pribadi serta rasa tanggung jawab untuk mencapai hasil prestasi

yang tinggi dari karyawan.


43

Proses di atas menunjukkkan bahwa kebutuhan-kebutuhan

saling tergantung dan saling menopang. Kebutuhan yang telah

terpuaskan akan berhenti menjadi motivasi utama dari perilaku,

digantikan kebutuhan-kebutuhan selanjutnya yang mendominasi.

Tetapi meskipun suatu kebutuhan telah terpuaskan, kebutuhan itu

masih mempengaruhi perilaku dan tidak hilang, hanya

interpretasinya lebih kecil.

2.4.3.2 McClelland Theory of Needs

Secara proses bahwa tingkat kebutuhan timbul karena

dorongan individu, dimana kebutuhan dipelajari. McClelland

mengajukan teori motivasi yang berkaitan erat dengan konsep

belajar. Ia berpendapat bahwa banyak kebutuhan yang diperoleh

dari kebudayaan atau kebiasaan individu; Dalam pandangannya

terdapat tiga dari kebutuhan yang dipelajari, yaitu: kebutuhan

berprestasi (need for achievement), kebutuhan berafiliasi (need

for affiliation) dan kebutuhan berkuasa (need for power).

(Sukmalana, 2007, hal. 167).

David McClelland menganalisis tentang tiga kebutuhan

manusia yang sangat penting di dalam organisasi atau

perusahaan tentang motivasi mereka.

McClelland Theory of Needs memfokuskan kepada tiga hal

(Rivai & Sagala, 2009, hal. 840) yaitu:

1. Kebutuhan dalam mencapai kesuksesan (Need for achievement);

kemampuan untuk mencapai hubungan kepada standar


44

perusahaan yang telah ditentukan juga perjuangan karyawan

untuk menuju keberhasilan.

2. Kebutuhan dalam kekuasaan atau otoritas kerja (Need for

power); kebutuhan untuk membuat orang berperilaku dalam

keadaan yang wajar dan bijaksana di dalam tugasnya masing-

masing.

3. Kebutuhan untuk berafiliasi (Need for affiliation); hasrat untuk

bersahabat dan mengenal lebih dekat dengan rekan kerja atau

para karyawan di dalam organisasi.

Need for achievement. Beberapa orang memiliki

keinginan untuk mencapai kesuksesan. Mereka berjuang

untuk memenuhi ambisi secara pribadi dari pada mencapai

kesuksesan dalam bentuk penghargaan perusahaan atau

organisasi. Sehingga mereka melakukannya selalu lebih baik

dan lebih efisien dari waktu ke waktu. Maksud high achiever

di sini adalah seseorang atau karyawan yang dalam

menyelesaikan tugasnya selalu lebih baik dari yang lain.

Need for Power. Beberapa orang mungkin selalu

untuk memiliki pengaruh, dihormati dan senang mengatur

sebagian manusia lainnya. Manusia semacam ini justru

senang, dengan tugas yang dibebankan kepadanya atau

statusnya dan cenderung untuk lebih peduli dengan

kebanggaan, prestise, dan memperoleh pengaruh terhadap

manusia lainnya.
45

Need for affiliation. Kebutuhan ini menempati posisi

paling akhir dari riset para pakar manajemen. Maksudnya di

sini, orang yang memiliki kebutuhan seperti ini tentu mereka

memiliki motivasi untuk persahabatan, menanggung dan

bekerja sama daripada sebagai ajang kompetisi di dalam

suatu organisasi. Termasuk di dalam hal pengertian satu

dengan lainnya.

McClelland juga menemukan bahwa kebutuhan

prestasi tersebut dapat dikembangkan pada orang dewasa.

Orang-orang yang berorientasi prestasi mempunyai

karakteristik-karakteristik tertentu yang dapat dikembangkan,

(Handoko, 1997, hal. 262), yaitu:

1. Menyukai pengambilan risiko yang layak (moderat)

sebagai fungsi keterampilan, bukan kesempatan;

menyukai suatu tantangan; dan menginginkan tanggung

jawab pribadi bagi hasil-hasil yang dicapai.

2. Mempunyai kecenderungan untuk menetapkan tujuan-

tujuan prestasi yang layak dan menghadapi risiko yang

sudah diperhitungkan. Salah satu alasan mengapa

banyak perusahaan berpindah ke program management

by objectives (MBO) adalah karena adanya korelasi

positif antara penetapan tujuan dan tingkat prestasi.

3. Mempunyai kebutuhan yang kuat akan umpan balik

tentang apa yang telah dikerjakannya.


46

4. Mempunyai keterampilan dalam perencanaan jangka

panjang dan memiliki kemampuan-kemampuan

organisasional.

2.4.3.3 Theory X and Theory Y

Douglas McGregor mengajukan dua pandangan yang

berbeda tentang manusia; negatif dengan tanda label X dan positif

dengan tanda label Y. Setelah melakukan penyelidikan tentang

perjanjian seorang manajer dan karyawan, McGregor

merumuskan asumsi-sumsi dan perilaku manusia dalam

organisasi sebagai berikut (Rivai & Sagala, 2009, hal. 842):

Teori X (negatif) merumuskan asumsi seperti:

1. Karyawan sebenarnya tidak suka bekerja dan jika ada

kesempatan dia akan menghindari atau bermalas-malasan

dalam bekerja.

2. Semenjak karyawan tidak suka atau tidak menyukai

pekerjaannya, mereka harus diatur dan dikontrol bahkan

mungkin ditakuti untuk menerima sanksi hukum jika tidak

bekerja dengan sungguh-sungguh.

3. Karyawan akan menghindari tanggung jawabnya dan mencari

tujuan formal sebisa mungkin.

4. Kebanyakan karyawan menempatkan keamanan di atas faktor

lainnya yang berhubungan erat dengan pekerjaan dan akan

menggambarkannya dengan sedikit ambisi.


47

Sebaliknya Teori Y (positif) memiliki asumsi-asumsi

sebagai berikut:

1. Karyawan dapat memandang pekerjaan sebagai sesuatu yang

wajar, lumrah dan alamiah baik tempat bermain atau beristirahat,

dalam artian berdiskusi atau sekedar teman bicara.

2. Manusia akan melatih tujuan pribadi dan pengotrolan diri sendiri

jika mereka melakukan komitmen yang sangat objektif.

3. Kemampuan untuk melakukan keputusan yang cerdas dan

inovatif adalah tersebar secara meluas di berbagai kalangan

tidak hanya melulu dari kalangan top management atau dewan

direksi.

Teori X seperti diuraikan diatas pada dasarnya

menganut pandangan yang agak pesimis sedangkan Teori Y

sebaliknya, mulai dengan dasar pikiran bahwa para pekerja akan

berbuat jauh lebih dari pada yang diharapkan dari mereka jika

diperlakukan sebagai mana layaknya manusia dan merasakan

kepuasan pribadi atas pekerjaan.

Teori McGregor ini lebih memihak kepada asumsi-

asumsi Y atau positive side dari perilaku sumber daya manusia

di dalam organisasi.

Bukti yang paling dasar terhadap keberhasilan suatu

bentuk motivasi adalah hasil yang diperoleh dari pelaksanaan

suatu pekerjaan. Veithzal Rivai dan Ella Sagala (2009, hal. 843)

mengungkapkan bahwa dari berbagai penelitian menunjukkan


48

bahwa penggunaan ‘ancaman’ atau motivasi negatif, seringkali

menghasilkan yang lebih banyak, berupa peningkatan dalam

jangka pendek. Tetapi penggunaan motivasi positif akan berhasil

dalam jangka panjang.

2.4.3.4 Teori ERG Alderfer

Alderfer setuju dengan pendapat Maslow bahwa setiap

orang mempunyai kebutuhan yang tersusun dalam suatu hirarki.

Akan tetapi, hirarki kebutuhannya hanya meliputi tiga perangkat

kebutuhan, yaitu:

1. Eksistensi (existence), ini adalah kebutuhan yang dipuaskan

oleh faktor-faktor seperti makan, air, udara, upah, dan

kondisi kerja.

2. Keterkaitan (relatednes), ini adalah kebutuhan yang

dipuaskan oleh hubungan sosial dan hubungan antar pribadi

yang bermanfaat.

3. Pertumbuhan (growth), ini adalah kebutuhan dimana individu

merasa puas dengan membuat suatu kontribusi

(sumbangan) yang kreatif dan produktif.

Teori ERG adalah teori motivasi kepuasan yang

mengatakanbahwa individu mempunyai kebutuhan-kebutuhan

akan eksistensi/existence (E), keterhubungan/relatednes (R),

dan pertumbuhan/growth (G). Penjelasan Alderfer tentang


49

kebutuhan berbeda dengan Maslow dalam beberapa hal

(Sukmalana, 2007, hal.169) .

Pertama, Alderfer mengajukan suatu kebutuhan tiga hirarki,

Eksistensi (E), keterkaitan (R), dan pertumbuhan (G) atau ERG.

Kebutuhan eksistensi sama dengan kategori Maslow yaitu

fisiologi dan Keselamatan, kebutuhan akan keterkaitan sama

dengan kategori kebutuhan akan rasa memiliki, sosial dan cinta,

dan kebutuhan akan pertumbuhan sama dengan kategori harga

diri dan perwujudan diri.

Kedua, teori ERG dan hirarki kebutuhan Maslow berbeda

yaitu dalam cara bagaimana seseorang melangkah melalui

rangkaian kebutuhan. Maslow mengemukakan bahwa kebutuhan

yang tidak terpenuhi adalah kebutuhan utama, dan bahwa

tingkat kebutuhan yang lebih tinggi berikutnya tidak akan

tergerak apabila kebutuhan yang lebih utama belum dipenuhi

secara wajar. Jadi, seseorang maju ke atas hirarki kebutuhan,

segera setelah terpenuhi tingkat kebutuhan lebih rendah.

Sebaliknya, teori ERG Alderfer mengemukakan bahwa sebagai

tambahan terhadap proses kemajuan pemuas yang

dikemukakan Maslow, juga terjadi proses pengurangan

keputusasaan. Yaitu, jika seseorang terus menerus terhambat

dalam usahanya untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan,

maka kebutuhan akan keterkaitan akan muncul kembali sebagai

kekuatan motivasi utama yang menyebabkan individu tersebut


50

mengarahkan kembali upayanya menuju pemenuhan kategori

kebutuhan lebih rendah.

2.4.3.5 Discrepancy Theory

Suatu studi yang telah dilakukan untuk menguji teori hirarki

kebutuhan Maslow dengan versi modifikasi adalah Lyman W.

Porter (1961). Dalam penelitiannya Porter mengukur kepuasan

kerja seseorang dengan menghitung selisih antara apa yang

seharusnya dengan kenyataan yang dirasakan (difference

between how much of something there should it and how much

there is now). Pada waktu awal peneltitan, ia berasumsi bahwa

para manajer sudah cukup terpenuhi kebutuhan fisiologisnya

sehingga mereka menggantikannya dengan kebutuhan yang lebih

tinggi tingkatannya, yang disebut otonomi, yang didefinisikan

sebagai kepuasan seseorang karena mempunyai kesempatan

untuk membuat keputusan secara bebas, menetapkan tujuan dan

bekerja tanpa pengawasan yang ketat.

Dalam studinya tersebut Porter mengembangkan adanya

program dan diskusi kelompok diantara para manajer untuk

memperoleh pandangan yang mendalam tentang kebutuhan

(needs) dan motivasi atas dasar hirarki Maslow tersebut. Salah

satu penggunaan yang sangat luas dari daftar pertanyaan

program yang dilakukan oleh Lyman W. Porter adalah ditujukan

untuk mengetahui betapa pentingnya berbagai karakteristik


51

kebutuhan bagi seseorang dalam pekerjaanya dalam suatu

organisasi. Bahkan sekalipun seseorang tersebut tidak berada

dalam suatu organisasi atau tidak lagi bekerja, dapat

dipergunakan dengan menggunakan salah satu jenis pekerjaan

yang disukainya untuk dapat menjawab pertanyaan tersebut.

Kemudian Locke menerangkan bahwa kepuasan kerja

seseorang bergantung kepada discrepancy antara should it job

(expectation, needs, atau values) dengan apa yang menurut

perasaannya atau persepsinya telah diperoleh atau dicapai

melalui pekerjaan. Dengan demikian orang akan merasa puas bila

tidak ada perbedaan antara yang diinginkan dengan persepsinya

atas kenyataan, karena batas minimum yang diinginkan telah

terpenuhi. Apabila yang didapat telah lebih besar dari apa yang

diinginkan maka orang akan merasa lebih puas lagi walaupun

terdapat discrepancy, tetapi discrepancy yang positif. Sebaliknya

makin jauh kenyataan yang dirasakan itu dibawah standar

minimum sehingga menjadi negative discrepancy maka makin

besar pula ketidakpuasan seseorang terhadap pekerjaannya.

(Sukmalana, 2007, hal. 160).

2.4.3.6 Teori Poeter-Lawler

Model Porter-Lawler adalah teori pengharapan dari

motivasi dengan versi orientasi masa mendatang, dan juga

menekankan antisipasi tanggapan-tanggapan atau hasil-hasil.


52

Para manajer tergantung terutama pada pengharapan di masa

yang akan datang, dan bukan pengalaman biasa yang lalu. Atas

dasar probabilitas usaha-pengharapan yang dirasakan usaha

dijalankan, prestasi dicapai, penghargaan di terima, kepuasan

terjadi, dan ini mengarahkan ke usaha di masa yang akan datang.

2.4.3.7 Equuity Theory atau Teori Keadilan

Equity theory ini dikembangkan oleh Adams (1963),

beberapa unsur dari teori ini (Sukmalana, 2007, hal. 162) adalah:

 Input (masukan), yaitu segala sesuatu yang bernilai dan

dirasakan oleh karyawan didalam menjalankan pekerjaan,

seperti pendidikan, pengalaman, keterampilan, jumlah jam kerja

serta fasilitas-fasilitas yang dipergunakan pada tempat kerja.

 Oucome (hasil), yaitu segala sesuatu yang bernilai dan

didapatkan oleh karyawan atas pekerjaan yang dilakukannya,

seperti gaji, tunjangan, status, pengakuan, kesempatan untuk

lebih berprestasi.

 Comparison person, yaitu orang lain yang dijadikan suatu

perbandingan. Yang dijadikan bandingan dapat dari

perusahaan itu ataupun yang sejenis dan dapat pula dari

perusahaan yang berbeda, bahkan pula terhadap dirinya

sendiri sewaktu bekerja pada perusahaan ataupun bidang

pekerjaan lainnya.
53

Selanjutnya teori ini berpendapat bahwa seorang

karyawan akan ataupun dapat melakukan perbandingan antara

masukan dan hasil yang diterima dengan masukan dan hasil

dari kelompok lainya yang dijadikan bandingan. Apabila hasil

bandingan tersebut ternyata berjumlah sama dengan hasil dari

kelompok lainnya sebagai bandingan, maka terjadi suatu

keseimbangan (equity). Dengan terjadinya suatu keseimbanga

maka kepuasan kerja dapat diwujudkan dan demikian juga

sebaliknya.

2.4.3.8 Teori Pembentukan Perilaku (Operant Conditioning)

B.F Skinner mengemukakan pendekatan lain terhadap

motivasi yang mempengaruhi dan merubah perilaku kerja yaitu

teori pembentukan perilaku (operant conditioning), atau sering

disebut dengan istilah-istilah lain seperti behavior modification,

positive reinforecement, dan Skinnerian conditioning. Pendekatan

ini didasarkan terutama atas hukum pengaruh (law of effect), yang

menyatakan bahwa perilaku yang diikuti dengan konsekuensi-

konsekuensi pemuasan cenderung diulang, sedangkan perilaku

yang diikuti konsekuensi-konsekuensi hukuman cenderung tidak

di ulang. Dengan demikian perilaku individu di waktu mendatang

dapat diperkirakan atau dipelajari dari pengalaman di waktu yang

lalu. Proses pembentukan perilaku ini secara sederhana dapat

digambarkan sebagai berikut:


54

Gambar 2.4 Proses Pembentukan Perilaku


Sumber : Rivai, V. P., & Sagala, E. J. (2009). Manajemen Sumber Daya
Manusia untuk Perusahaan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Jadi, perilaku (tanggapan) individu terhadap suatu situasi

atau kejadian (stimulus) adalah penyebab konsekuensi tertentu.

Bila konsekuensi itu positif, individu akan memberikan tanggapan

sama terhadap situasi yang sama, tetapi bila konsekuensi tidak

menyenangkan individu akan cenderung merubah perilakunya

untuk menghindarkan dari konsekuensi tersebut.

Hal ini memberikan petunjuk bila manajer akan mengubah

perilaku bawahan, dia harus mengubah konsekuensi dari perilaku

tersebut. Sebagai contoh, seorang karyawan yang sering datang

terlambat dapat dimotivasi agar datang tepat pada waktunya

(pengubah perilaku), dengan memberikan penghargaan untuk

kedatangan yang tepat atau dapat juga dihentikan dengan

pernyataan celaan yang keras.

Ada empat teknik yang dapat dipergunakan manajer untuk

mengubah perilaku bawahan (Handoko, 1997, hal. 265):

1. Penguatan Positif, bisa penguat primer seperti minuman

atau makanan yang memuaskan kebutuhan-kebutuan

biologis, ataupun penguat sekunder seperti penghargaan

berujud hadiah, promosi, dan uang.


55

2. Penguatan Negatif, dimana individu akan mempelajari

perilaku yang membawa kosekuensi tidak menyenangkan

dan kemudian menghindari perilaku tersebut di masa

mendatang (avoidance learning).

3. Pemadaman, dilakukan dengan peniadaan penguatan.

4. Hukuman, melalui mana manajer mencoba untuk mengubah

perilaku bawahan yang tidak tepat dengan pemberian

konsekuensi-konsekuensi negatif.

Clay Hammer di dalam buku Tani Handoko (1997,

hal. 265) telah mengidentifikasikan 6 (enam) pedoman

penggunaan teknik-teknik pembentukan perilaku, atau disebut

teori belajar (learning theory), yaitu:

1. Jangan memberikan penghargaan yang sama kepada semua

orang.

2. Perhatikan bahwa kegagalan untuk memberikan tanggapan

dapat juga mengubah perilaku.

3. Beritahu karyawan tentang apa yang harus dilakukan untuk

mendapatkan penghargaan.

4. Beritahu karyawan tentang apa yang dilakukan secara salah.

5. Jangan memberi hukuman di depan karyawan lain.

6. Bertindak adil
56

2.4.3.9 Teori Dua Faktor Herzberg

Pada umumnya, para karyawan baru cenderung

memusatkan perhatiannya pada pemuasan tingkat kebutuhan

lebih rendah dalam pekerjaan pertama mereka, terutama

keamanan. Tetapi, setelah hal itu terpuaskan, mereka akan

berusaha untuk memenuhi tingkatan kebutuhan yang lebih tinggi,

seperti kebutuhan inisiatif kreatifitas, dan tanggung jawab.

Beberapa percobaan penelitian motivasi telah dilakukan yang

memperagakan pentingnya tingkatan kebutuhan yang lebih tinggi

tersebut sebagai motivasi. Salah satu diantarnya penelitan yang

dilakukan Frederick Herzberg dengan kelompok risetnya dari

“Psychlogical Service Pittsburgh”.

Berdasarkan penelitiannya, yang dilakukan dengan

wawancara terhadap lebih dari dua ratus insinyur dan akuntan,

Herzberg dan kawan-kawannya telah menemukan dua kelompok

faktor-faktor yang mempengaruhi kerja seseorang dalam

organisasi. Faktor penyebab kepuasan kerja (job satisfaction)

mempunyai pengaruh pendorong bagi prestasi dan semangat

kerja, penyebab ketidakpuasan kerja (job dissatisfaction)

mempunyai pengaruh negatif. Jadi, menurut penemuannya para

peneliti membedakan antara yang mereka sebut “motivators” atau

“pemuas” (satisfiers) dan faktor-faktor pemeliharaan”. (kadang-

kadang disebut “hygienic factors”) atau “dissatisfiers”. Motivator

mempunyai pengaruh meningkatkan prestasi atau kepuasan kerja.


57

Faktor pemeliharaan mencegah merosotnya semangat kerja atau

efisiensi, dan meskipun ini tidak dapat memotivasi, tetapi dapat

menimbulkan ketidakpuasan kerja atau menurunkan produktifitas.

Perbaikan terhadap faktor pemeliharaan akan mengurangi,

menghilangkan ketidakpuasan kerja, tetapi tidak dapat digunakan

sebagai sumber kepuasan kerja. Faktor ini dapat diperbandingkan

dengan pasta gigi. Penyikat gigi secara teratur tidak akan

memperbaikinya, tetapi hal itu membantu pencegahan kerusakan

lebih lanjut. Teori motivasi-pemeliharaan atau teori motivasi-

higienis atau teori dua faktor, sebenarnya paralel dengan teori

hirarki kebutuhannya Maslow. Motivator berhubungan dengan

kebutuhan aktualisasi diri. Penghargaan dan faktor pemeliharaan

berhubungan dengan kebutuhan-kebutuhan lebih rendah terutama

kebutuhan keamanan/rasa aman. (Handoko, 1997, hal. 259).

Tabel 2.1
Faktor-faktor Pemuas dan Pemeliharaan dalam Bekerja

Faktor-faktor Pemuas Faktor-Faktor Pemeliharaan

Prestasi Kebijakan dan Administrasi


Penghargaan Perusahaan
Pekerjaan Kreatif dan Menantang Kualitas Pengendalian Teknik
Tanggung Jawab Kondisi Kerja
Kemajuan dan Peningkatan Hubungan Kerja
  Status Kerja
  Keamanan Kerja
  Kehidupan Pribadi
  Penggajian

Sumber : Handoko, T. (1997). Manajemen. Yogyakarta: BPFE-


Yogyakarta. Halaman 260
58

2.4.3.10 Reinforcement Theory

Teori ini tidak menggunakan konsep suatu motif atau

proses motivasi. Sebaliknya teori ini menjelaskan bagaimana

konsekuansi perilaku di masa yang lalu memengaruhi tindakan di

masa yang akan datang dalam suatu siklus proses belajar.

Dalam pandangan teori ini, individu bertingkah laku

tertentu karena di masa lalu mereka belajar bahwa perilaku

tertentu seseorang akan berhubungan dengan hasil yang

menyenangkan terhadap orang lain, dan perilaku tertentu akan

juga menghasilkan akibat yang tidak menyenangkan. Pada

umumnya, individu lebih suka akibat yang menyenangkan,

karena mereka akan mengulangi perilaku yang akan

mengakibatkan konsekusensi yang menyenangkan.

Gambar : 2.5 Proses Penguatan


Sumber : Rivai, V. P., & Sagala, E. J. (2009). Manajemen Sumber Daya Manusia
untuk Perusahaan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Halaman 847

2.4.3.11 Expectancy Theory

Teori ini dikemukakan oleh Victor Vroom’s, teori ini

mengemukakan bahwa tindakan seseorang cenderung untuk

dilakukan karena harapan hasil yang akan dia dapatkan. Dalam

hal ini seperti harapan bonus, kenaikan gaji, promosi, dan


59

penghargaan. Lebih intinya, teori memfokuskan hubungan

sebagai berikut:

 Effort-performance relationship, Probabilitas yang akan

diterima oleh individu dengan mengerahkan kemampuanya

untuk suatu hasil kerja yang baik.

 Reward-personal goal relationship, Penghargaan organisasi

atas seseorang mengakibatkan kepuasan individu di dalam

bekerja.

 Performance-reward relationship, tingkatan kepercayaan

individu atas hasil kerja tertentu akan mengakibatkan

harapan yang diinginkannya.

Gambar 2.6 Hubungan pada Teori Harapan


Sumber : Robins, S. P. (2008). Perilaku Organisasi. Jakarta: Salemba
Empat. Hal. 254

Vroom menjelaskan bahwa motivasi merupakan suatu produk

dari bagaimana seseorang menginginkan sesuatu, dan penaksiran

seseorang memungkinkan aksi tertentu yang akan menuntunnya.

Pernyataan di atas berhubungan dengan rumus di bawah ini:

Motivasi Berprestasi = Valensi x Harapan x Instrumen


60

Keterangan :
 Valensi merupakan kekuatan hasrat seseorang untuk mencapai
sesuatu.
 Harapan merupakan kemungkinan mencapai sesuatu dengan aksi
tertentu.
 Instrumen merupakan insentif atau penghargaan yang akan
diberikan.
Valensi lebih menguatkan pilihan seorang pegawai untuk suatu

hasil. Jika seorang pegawai mempunyai keinginan yang kuat untuk

suatu kemajuan, maka berarti valensi pegawai tersebut tinggi untuk

suatu kemajuan. Valensi timbul dari internal pegawai yang dikondisikan

dengan pengalaman.

Pengharapan merupakan kekuatan keyakinan pada suatu

perlakuan yang diikuti dengan hasil khusus. Hal ini menggambarkan

bahwa keputusan pegawai yang memungkinkan mencapai suatu hasil

dapat menuntun hasil lainnya. (Mangkunegara, 2005, hal. 70)

Expectancy theory menjelaskan kenapa banyak karyawan tidak

termotivasi di dalam pekerjaannya. Menurut teori ini ada empat asumsi

mengenai perilaku individu dalam perusahaan, yaitu:

 Perilaku individu ditentukan oleh kombinasi faktor-faktor individu dan

faktor-faktor lingkungan

 Individu mengambil keputusan dengan sadar mengenai perilakunya

sendiri dalam perusahaan.

 Individu mempunyai kebutuhan, keinginan dan tujuan yang berbeda.


61

 Individu memutuskan diantara perilaku alternatif berdasarkan

harapannya bahwa suatu perilaku akan mengarahkan pada tujuan

yang diinginkan.

Teori harapan menunjukkan bahwa kekuatan dari suatu

kecenderungan untuk bertindak dalam cara tertentu bergantung

pada kekuatan dari suatu harapan bahwa tindakan tersebut akan

diikuti oleh hasil yang ada pada yang tarik dari hasil itu terhadap

individu tersebut. Dalam bentuk yang lebih praktis, teori harapan

mengatakan bahwa karyawan-karyawan akan termotivasi untuk

mengeluarkan tingkat usaha yang tinggi ketika mereka yakin bahwa

usaha tersebut akan menghasilkan penilaian kerja kinerja yang baik;

penilaian yang baik akan menghasilkan penghargaan-penghargaan

organisasional seperti bonus, kenaikan imbalan kerja, atau promosi,

dan penghargaan-penghargaan tersebut akan memuaskan tujuan-

tujuan pribadi para karyawan.

Gambar 2.7 Model Teori Harapan


Sumber : Rivai, V. P., & Sagala, E. J. (2009). Manajemen Sumber Daya Manusia
untuk Perusahaan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Halaman 849

2.4.4 Model Motivasi Berprestasi


62

2.4.4.1 Model Tradisional

Pandangan model motivasi tradisional menurut Tani

Handoko (1997, hal. 253) menganggap bahwa para pekerja pada

dasarnya malas, dan hanya dapat dimotivasi dengan

penghargaan berwujud uang. Dalam banyak situasi pendekatan

ini cukup efektif. Sejalan dengan meningkatnya efisiensi,

karyawan yang dibutuhkan untuk tugas tertentu dapat dikurangi.

Lebih lanjut, manajer mengurangi besarnya upah insentif.

Pemutusan hubungan kerja menjadi biasa dan pekerja akan

mencari keamanan/jaminan kerja daripada hanya kenaikan upah

kecil dan sementara.

Model motivasi tradisional dihubungkan dengan tokoh

Frederick Taylor dan aliran manajemen ilmiah. Sesuai dengan

aliran ini, aspek yang sangat penting dari pekerjaan para manajer

adalah bagaimana membuat para karyawan bisa menjalankan

pekerjaan mereka yang membosankan dan berulang-ulang

dengan cara yang paling efisien. Untuk memberikan dorongan

kepada karyawan agar melakukan tugas mereka dengan berhasil,

para manajer menggunakan sistem upah insentif; semakin banyak

mereka menghasilkan atau mencapai hasil kerja yang sempurna,

semakin besar penghasilan mereka. Alat motivasi ini didasarkan

atas anggapan bahwa para karyawan sebenarnya adalah

pemalas dan bisa didorong hanya dengan imbalan keuangan.

(Rivai & Sagala, 2009, hal. 852).


63

2.4.4.2 Model Hubungan Manusiawi

Ketika tampak bahwa pendekatan tradisional tidak lagi tepat,

para ahli manajemen mulai mencari berbagai penjelasan tentang

perilaku karyawan. Elton Mayo dan peneliti tentang hubungan

manusiawi lainnya menemukan bahwa kontak sosial yang dialami

mereka, dan kebosanan serta rutinitas pekerjan merupakan hal-

hal yang mengurangi motivasi mereka dalam bekerja. Sehingga

mereka menganjurkan para manajer bisa memotivasi para

karyawan dengan mengakui kebutuhan sosial mereka dan dengan

membuat mereka merasa penting dan berguna.

Sesuai dengan pendapat ini, perusahaan mencoba untuk

mengakui kebutuhan sosial para karyawan, dan mencoba

memotivasi mereka dengan meningkatkan kepuasan kerjanya.

Para karyawan diberi lebih banyak waktu kebebasan untuk

mengambil keputusan dalam menjalankan pekerjaannya.

Meskipun demikian, tujuan para manajer adalah tetap sama

seperti dalam model tradisional, yaitu agar para karyawan mau

menerima kondisi kerja yang diciptakan oleh manajer. Dalam

model tradisional, para karyawan diharapkan bersedia menerima

wewenang manajer dengan diberikan imbalan upah yang tinggi,

menjalankan sistem kerja yang efisien yang dirancang oleh para

manajer. Dalam model hubungan manusiawi, para karyawan

diharapkan untuk menerima wewenang manajer karena atasan


64

mereka memperlakukan mereka dengan baik dan tenggang rasa,

juga penuh perhatian atas segala kebutuhan mereka.

Mayo dan lain-lainya juga percaya bahwa manajer dapat

memotivasi bawahan melalui pemenuhan kebutuhan-kebutuhan

sosial mereka dan membuat mereka merasa berguna dan penting

(Handoko, 1997, hal. 253)

2.4.4.3 Model Sumber Daya Manusia

Kritikan juga diajukan kepada model hubungan manusiawi

oleh McGregor, Maslow, Argyris, dan Likert, dan mengemukakan

pendekatan yang lebih “sophisticated” untuk memanfaatkan para

karyawan. Model ini menyatakan bahwa para karyawan dimotivasi

oleh banyak faktor – tidak hanya uang atau keinginan untuk

mencapai kepuasan, tetapi juga kebutuhan untuk berprestasi dan

memperoleh pekerjaan yang berarti. Mereka mengemukakan

bahwa para karyawan lebih menyukai pemenuhan kepuasan dari

suatu prestasi kerja yang baik. Jadi, para karyawan dapat diberi

tanggung jawab yang lebih besar untuk pembuatan keputusan-

keputusan dan pelaksanaan tugas-tugas.

Banyak pendapat yang menyatakan bahwa, para karyawan

sebenarnya mempunyai motivasi yang sangat beraneka ragam,

bukan hanya motivasi karena uang ataupun keinginan akan

kepuasan. Tetapi juga kebutuhan untuk berprestasi dan

mempunyai arti dalam bekerja. Mereka berpendapat bahwa,

sebagian besar individu sudah mempunyai dorongan untuk


65

menyelesaikan pekerjaannya dengan baik, dan tidak selalu para

karyawan memandang pekerjaan sebagai suatu hal yang tidak

menyenangkan. Bahkan umumnya, para karyawan akan

memperoleh kepuasan karena prestasi yang tinggi. Jadi, para

karyawan bisa memperoleh tanggung jawab yang lebih luas untuk

mengambil keputusan dan melaksanakan tugas-tugas mereka,

karena mereka sudah punya dorongan untuk bekerja dengan baik

dan kemungkinan besar bisa mencapai tujuan organisasi dengan

cara mereka sendiri. Tugas manajer dalam model ini untuk

mengembangkan rasa tanggung jawab bersama dalam mencapai

tujuan organiasi dan anggotanya, dimana setiap karyawan

menyumbangkan sesuai dengan kepentingan dan

kemampuannya masing-masing.

2.5 Konsep Kompensasi Non Finansial

2.5.1 Pengertian Kompensasi Non Finansial

Kompensasi menurut Kamus Besar Bahasa Indoensia Ver

1.1 adalah ganti rugi (Setiawan, 2010). Kompensasi merupakan

sesuatu yang diterima karyawan sebagai pengganti kontribusi jasa

mereka pada perusahaan (Rivai & Sagala, 2009, hal. 741).

Berikutnya Tani Handoko (1997, hal. 245) mendefinisikan

kompensasi sebagai pemberian kepada karyawan dengan

pembayaran finansial sebagai balas jasa untuk pekerjaan yang

dilaksanakan dan sebagai motivator untuk pelaksanaan kegiatan di

waktu yang akan datang.


66

Herman Sofyandi (2008, hal. 159) berpendapat bahwa

kompensasi merupakan suatu bentuk biaya yang harus dikeluarkan

oleh perusahaan dengan harapan bahwa perusahaan akan

memperoleh imbalan dalam bentuk prestasi kerja dari

karyawannya.

Schuller, Randal S, Jackson, dan Susan E (1997, hal. 86)

berpendapat bahwa kompensasi di bagi menjadi kompensasi

finansial dan kompensasi non finansial.

Kompensasi finansial mempunyai tujuan untuk menarik

pelamar kerja yang potensial, mempertahankan karyawan yang

berkualitas, meraih keunggulan kompetitif, meningkatkan

produktivitas, memudahkan sasaran strategis, menentukan dan

mengokohkan struktur organisasi dan melakukan pembayaran

sesuai aturan hukum. Kompensasi finansial terdiri dari kompensasi

langsung dan kompensasi tidak langsung. (Suyanto, 2008, hal.

232).

Herman Sofyandi (2008, hal. 159) menulis bahwa

kompensasi langsung berupa upah/gaji, insentif/bonus, tunjangan

jabatan dan kompensasi tidak langsung sebagai tambahan yang

didasarkan kepada kebijakan pimpinan seperti tunjangan hari raya,

tunjangan pensiun, tunjangan kesehatan, dan lainnya.

2.5.1.1 Kompensasi Finansial


67

Menurut Henry Simamora (1997) kompensasi finansial

terbagi dalam 2 bentuk, antara lain:

a. Kompensasi Finansial Langsung (direct financial

compensatioan), terdiri dari:

1) Bayaran pokok yang terdiri dari gaji dan upah

2) Bayaran prestasi (merit pay)

3) Bayaran insentif antara lain; bonus, komisi, pembagian

laba, pembagian keuntungan, dan pembagian saham.

4) Bayaran tertangguh (deferred pay) antara lain; program

tabungan dan anuitas pembelian saham.

b. Kompensasi Finansial Tidak Langsung (indirect financial

compensatioan), terdiri dari:

1) Program-program perlindungan seperti; asuransi,

kesehatan, asuransi jiwa, pensiun, dan asuransi tenaga

kerja.

2) Bayaran diluar jam kerja seperti liburan, hari besar, cuti

tahunan dan cuti hamil.

3) Fasilitas antara lain; kendaraan, ruang kantor dan tempat

parkir khusus atau akses pesawat perusahaan yang

diperoleh karyawan. Fasilitas dapat mewakili jumlah

subtansial dari kompensasi, terutama bagi eksekutif yang

dibayar mahal.

2.5.1.2 Kompensasi Non Finansial


68

Kompensasi non finansial (non financial compensation)

adalah bagian dari kompensasi yang terdiri atas kepuasan yang

diperoleh seseorang dari pekerjaan itu sendiri, atau dari

lingkungan psikologis dan atau fisik dimana orang itu bekerja.

(Simamora, 1997, hal. 444).

Pendapat yang dikemukakan oleh Widagdo, Bambang, dan

Yulianto (1992, hal. 8) kompensasi non finansial adalah program

dari perusahaan yang diberikan perusahaan dalam rangka

kesejahteraan karyawan dan lebih pada pemuasan dari segi

psikologis.

Sedangkan menurut Nawawi (1990, hal. 317) bahwa

kompensasi non finansial adalah program pemberian

penghargaan dengan variasi yang lebih luas, sebagai pemberian

bagian keuntungan perusahaan atau organisasi di luar gaji atau

upah tetap.

Menurut Mondy dan Noe (1993, hal. 389) kompensasi non

finansial terdiri dari kepuasan yang diterima oleh karyawan baik

dari pekerjaan itu sendiri seperti tanggung jawab, pengakuan,

peluang adanya promosi, lingkungan yang aman dan nyaman

dimana orang tersebut berada, rekan kerja yang menyenangkan

dan kebijakan-kebijakan yang sehat lainnya dari perusahaan.

Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

kompensasi non finansial adalah bentuk kompensasi yang bersifat

jangka panjang seperti peluang adanya promosi jabatan,


69

lingkungan kerja yang menyenangkan dan kebijakan-kebijakan

yang sehat lainnya dari perusahaan. Kompensasi non finansial

disini bentuknya tidak bersifat material melainkan lebih bersifat

psikologis.

Oleh karena itu, bagi setiap perusahaan hendaknya lebih

memperhatikan bentuk-bentuk sistem kompensasi yang diberikan

terlebih lagi kompensasi non finansial yang selama ini banyak

dikesampingkan dan kurang begitu diperhatikan dalam

perusahaan. Padahal bentuk kompensasi non finansial

memegang peranan penting dalam memenuhi kebutuhan

psikologis para karyawan yang nantinya akan berdampak pada

meningkatnya semangat kerja karyawan yang pada akhirnya akan

berdampak pada faktor yang lainnya.

a. Aspek-Aspek Kompensasi Non Finansial

b. Aspek-aspek yang ada dalam kompensasi non finansial

menurut schuller (1997, hal. 86) terbagi dalam 2 komponen,

yaitu:

1) Kompensasi Sosial

a. Simbol Status
Status merupakan posisi atauperingkat yang

didefinisikan secara sosial yang diberikan kepada

kelompok atau anggota kelompok oleh orang lain.

b. Pujian dan Pengakuan


70

Bentuk terbaik dari pujian dan pengakuan

karyawan adalah mengakui prestasi individu maupun

kelompok. Bentuk-bentuk dari pujian dan pengakuan

terhadap karyawan ini diantaranya adalah adanya

penghargaan terhadap karyawan yang mempunyai

masa tertentu, ataupun pujian dari atasan atas

pekerjaan yang telah dilakukan karyawan, walaupun

pujian itu dilakukan secara pribadi seperti jabat tangan

langsung dari atasan untuk sebuah pekerjaan yang

telah dilakukan dengan baik oleh karyawan tersebut

ditempat kerja. (Sunarto, 2004, hal. 17).

Pujian diberikan dalam bentuk pujian lisan

ataupun tulisan sedangkan pengakuan bisa dimasukan

sebagai bagian utama nilai-nilai oraganisasi. Nilai-nilai

ini bisa diperkuat dengan pendidikan, pelatihan dan

penilaian prestasi kerja.

c. Kenyamanan Tugas

Suasana tempat kerja seperti temperatur,

cahaya, maupun keributan seharusnya tidak ekstrim,

misalnya terlalu panas atau remang-remang. Selain itu

kebanyakan karyawan junga menyukai fasilitas kerja

yang bersih dan relatif modern serta perlengkapan atau

alat-alat kerja yang memadai. Diberikannya cuti kerja

juga merupakan usaha perusahaan untuk mengurangi


71

tingkat kejenuhan karyawan ditempat kerja. Dengan

diberikannya cuti tersebut diharapkan dapat

mengambalikan gairah kerja para karyawan. (Robbins

& Judge, 2008)

d. Persahabatan

Haidjrahman dan Suad Husnan (2000, hal. 140)

menyatakan bahwa mempunyai rekan kerja yang

kompak merupakan salah satu kebutuhan sosial dari

karyawan. Mondy dan Noe (1993, hal. 304)

menyatakan bahwa walaupun ada beberapa individu di

dunia ini yang merasa senang menyendiri dan tidak

ingin diganggu, sifat ini tidaklah lazim. Kebanyakan

orang, dari berbagai tingkatan, mempunyai keinginan

untuk dapat diterima oleh kelompok kerja mereka.

2) Kompensasi Karier

a. Rasa Aman

Yang dimaksud rasa aman adalah perasaan

karyawan terhadap posisi pekerjaannya. Schuler dan

Jackson (1997, hal. 88) menyatakan rasa aman

menjadi penting saat pemutusan hubungan kerja

(PHK) sering terjadi akibat kondisi ekonomi yang

buruk. Disini karyawan tidak akan merasa tenang

dalam bekerja bila posisi pekerjaannya sewaktu-

waktu dapat hilang karena adanya PHK. Rasa aman


72

disini juga dapat terpenuhi bila karyawan yakin bahwa

perusahaannya mempunyai kinerja yang baik

sehingga kemungkinan perusahaan untuk rugi atau

ditutup yang berakibat adanya PHK terhadap

karyawannya sangatlah kecil.

b. Pengembangan Diri

Pengembangan diri mengacu pada

peningkatan keterampilan pada jangka panjang.

Pengembangan karyawan yang dapat dilakukan

perusahaan meliputi pelatihan langsung oleh atasan

ditempat kerja (on the job training), pelatihan oleh

tenaga khusus (vestibule school), magang

(apprenticeship) ataupun kursus-kursus khusus.

(Heidjrachman & Husnan, 2000, hal. 142)

c. Fleksibelitas Karir

Fleksibilitas karir ini masih berhubungan dengan

promosi. Menurut Haidjrahman dan Suad Husnan

(Heidjrachman

& Husnan, 2000, hal. 144) perusahaan perlu

untuk membuat program promosi yang menyangkut,

Pertama: kearah mana suatu jabatan akan menuju:

Jabatan apa yang menjadi jenjang akhir suatu

jabatan? Kedua, kriteria apa yang dipakai untuk

menentukan orang (pejabat) yang akan dipromosikan.


73

Pernyataan pertama mengandung maksud bahwa

suatu perusahaan perlu menerapkan suatu jalur

promosi yang jelas terhadap karyawan, sedangkan

yang kedua adalah syarat-syarat yang diperlukan

karyawan untuk dapat dipromosikan. Dengan begitu

maka karyawan mempunyai pandangan jabatan apa

saja yang dapat ditempatinya bila mendapatkan

promosi dan apa yang perlu dilakukan karyawan bila

menginginkan untuk dipromosikan kejabatan yang

lebih tinggi.

d. Peluang Kenaikan Penghasilan

Yang dimaksud disini adalah kesempatan

untuk memperoleh promosi ke posisi yang lebih tinggi

sehingga penghasilan yang diterima seorang

karyawan akan meningkat seiring dengan kenaikan

posisinya tersebut.

e. Tujuan Pemberian Kompensasi Non Finansial

Menurut Widagdo, Bambang, dan Yulianto

(1992, hal. 9) kompensasi non finansial adalah untuk

mempertahankan karyawan dalam jangka panjang

agar karyawan dapat bekerja lebih lama dan tidak

meninggalkan perusahaan. Untuk itu perusahaan

menyelenggarakan program-program pelayanan bagi

karyawan yang berupayua untuk menciptakan kondisi


74

kerja yang menyenangkan seperti program atau

fasilitas-fasilitas yang disediakan oleh organisasi

seperti penunjang poliklinik dan tempat ibadah, dan

komunikasi yang baik sesama karyawan.

Pemberian kompensasi merupakan salah satu

pelaksanaan fungsi MSDM yang berhubungan

dengan semua jenis pemberian penghargaan

individual sebagai pertukaran dalam melakukan tugas

keorganisasian. Jika dikelola dengan baik,

kompensasi akan membantu perusahaan untuk

mencapai tujuan dan memperoleh, memelihara, dan

menjaga karyawan dengan baik. Sebaliknya, tanpa

kompensasi yang cukup, karyawan yang ada sangat

mungkin untuk meninggalkan perusahaan dan untuk

melakukan penempatan kembali tidaklah mudah.

Veithzhal Rivai dan Ella Sagala (2009, hal.

741) mengungkapkan bahwa akibat dari

ketidakpuasan dalam pembayaran yang dirasa

kurang akan mengurangi kinerja, meningkatkan

keluhan-keluhan, penyebab mogok kerja, dan

mengarah pada tindakan-tindakan fisik dan

psikologis, seperti meningkatnya derajat

ketidakhadiran dan perputaran karyawan, yang pada

gilirannya akan menurunkan kesehatan jiwa karyawan


75

yang semakin parah. Sebaliknya, jika terjadi

kelebihan pembayaran, juga akan menyebabkan

perusahaan dan individual berkurangnya daya

kompetisinya dan menimbulkan kegelisahan,

perasaan bersalah, dan suasana yang tidak nyaman

di kalangan karyawan.

2.5.2 Tujuan Manajemen Kompensasi

Tujuan manajemen kompensasi dijelaskan oleh Veithzal

Rivai dan Ella Sagala (2009, hal. 743) yaitu untuk membantu

perusahaan mencapai tujuan keberhasilan strategi perusahaan dan

menjamin terciptanya keadilan internal dan eksternal.

Tujuan manajemen kompensasi efektif, meliputi:

a. Memperoleh SDM yang Berkualitas

Kompensasi yang cukup tinggi sangat dibutuhkan

untuk memberi daya tarik kepada para pelamar. Tingkat

pembayaran harus responsif terhadap penawaran dan

permintaan pasar kerja karena para pengusaha

berkompetisi untuk mendapatkan karyawan yang

diharapkan.

b. Mempertahankan Karyawan yang ada

Para karyawan dapat keluar jika besaran

kompensasi tidak kompetitif dan akibatnya akan

menimbulkan perputaran karyawan yang semakin tinggi.

c. Menjamin Keadilan
76

Manajemen kompenasai selalu berupaya agar

keadilan internal dan eksternal dapat terwujud. Keadilan

internal mensyaratkan bahwa pembayaran dikaitkan

dengan nilai relatif sebuah pekerjaan sehingga pekerjaan

yang sama dibayar dengan besaran yang sama.

Keadilan eksternal berarti pembayaran terhadap pekerja

merupakan yang dapat dibandingkan dengan

perusahaan lain di pasar kerja.

d. Penghargaan terhadap Perilaku yang di inginkan

Pembayaran hendaknya memperkuat perilaku yang

diinginkan dan bertindak sebagai insentif untuk perbaikan

perilaku di masa depan, rencana kompensasi efektif,

menghargai kinerja, ketaatan, pengalaman, tanggung

jawab, dan perilaku-perilaku lainnya.

e. Pengendalian Biaya

Sistem kompensasi yang rasional membantu

perusahaan memperoleh dan mempertahankan para

karyawan dengan biaya yang beralasan. Tanpa

menajemen kompensasi efektif, bisa jadi pekerja dibayar

di bawah atau di atas standar.

f. Mengikuti Aturan Hukum

Sistem gaji dan upah yang sehat

mempertimbangkan faktor-faktor legal yang dikeluarkan


77

pemerintah dan menjamin pemenuhan kebutuhan

karyawan.

g. Memfasilitasi Pengertian

Sistem manajemen kompensasi hendaknya dengan

mudah dipahami oleh spesialis SDM, manajer operasi,

dan para karyawan.

h. Meningkatkan Efisensi Administrasi

Program pengupahan dan penggajian

hendaknya dirancang untuk dapat dikelola dengan

efisien, membuat sistem informasi SDM optimal,

meskipun tujuan ini hendaknya sebagai pertimbangan

sekunder dibandingkan dengan tujuan-tujuan lain.

2.5.3 Komponen - Komponen Kompensasi

a. Gaji

Gaji adalah balas jasa dalam bentuk uang yang diterima

karyawan sebagai konsekuensi dari kedudukannya sebagai

seorang karyawan yang memberikan sumbangan tenaga dan

pikiran dalam mencapai tujuan perusahaan. Atau, dapat juga

dikatakan sebagai bayaran tetap yang diterima seseorang dari

keanggotaannya dalam sebuah perusahaan.

b. Upah

Upah merupakan imbalan finansial langsung yang

dibayarkan kepada karyawan berdasarkan jam kerja, jumlah


78

barang yang dihasilkan atau banyaknya pelayanan yang

diberikan. Jadi tidak seperti gaji yang jumlahnya relatif tetap,

besarnya upah dapat berubah-ubah tergantung pada keluaran

yang dihasilkan.

c. Insentif

Insentif merupakan imbalan langsung yang dibayarkan

kepada karyawan karena kinerjanya melebihi standar yang

ditentukan. Insentif merupakan bentuk lain dari upah langsung

di luar upah dan gaji yang merupakan kompensasi tetap. Yang

biasa disebut kompensasi berdasarkan kinerja (pay for

performance plan).

d. Kompensasi Tidak Langsung (Fringe Benefit)

Fringe Benefit merupakan kompensasi tambahan yang

diberikan berdasarkan kebijakan perusahaan terhadap

semua karyawan sebagai upaya meningkatkan

kesejahteraan para karyawan. Contohnya, berupa fasilitas-

fasilitas seperti: asuransi-asuransi, tunjangan-tunjangan,

uang pensiun, dll. (Rivai & Sagala, 2009, hal. 744).

2.5.4 UPAH

2.5.4.1 Pengertian Upah

Upah didefinisikan sebagai balas jasa yang adil dan layak

diberikan kepada para pekerja atas jasa-jasanya dalam

mencapai tujuan organisasi. Upah merupakan imbalan finansial


79

langsung yang dibayarkan kepada karyawan berdasarkan jam

kerja, jumlah barang yang dihasilkan atau banyaknya pelayanan

yang diberikan. Jadi tidak seperti gaji yang jumlahnya relatif

tetap, besarnya upah dapat berubah-ubah. Konsep upah

biasanya dihubungkan dengan proses pembayaran bagi tenaga

kerja lepas (Rivai & Sagala, 2009, hal. 758).

2.5.4.2 Penggolongan Upah

1. Upah Sistem Waktu

Dalam sistem waktu, besarnya upah ditetapkan

berdasarkan standar waktu seperti jam, hari, minggu, atau

bulan. Besarnya upah sistem waktu hanya didasarkan

kepada lamanya bekerja bukan dikaitkan dengan prestasi

kerjanya.

2. Upah Sistem Hasil (Output)

Dalam sistem hasil, besarnya upah ditetapkan atas

kesatuan unit yang dihasilkan pekerja, seperti perpotong,

meter, liter, dan kilogram. Besarnya upah yang dibayar

selalu didasarkan kepada banyaknya hasil yang dikerjakan

bukan kepada lamanya waktu mengerjakan.

3. Upah Sistem Borongan

Sistem borongan adalah suatu cara pengupahan

yang penetapan besarnya jasa didasarkan atas volume

pekerjaan dan lama mengerjakannya. Penetapan besarnya


80

balas jasa berdasarkan sistem borongan cukup rumit, lama

mengerjakannya, serta banyak alat yang diperlukan untuk

menyelesaikannya.

2.5.4.3 Proses Penentuan Upah

Salah satu aspek yang sangat penting dalam penentuan

upah adalah jumlah upah yang diterima karyawan harus memiliki

internal equity dan external equity. Internal equity adalah jumlah

yang diperoleh dipersepsi sesuai dengan input yang diberikan

dibandingkan dengan pekerjaan yang sama dalam perusahaan.

External equity adalah jumlah yang diterima dipersepsi sesuai

dengan jumlah yang diterima dibandingkan dengan yang

diterima dalam pekerjan yang sejenis di luar organisasi. Oleh

karena itu, untuk mengusahakan adanya equity, penentuan upah

oleh perusahaan dapat ditempuh dengan :

1. Analisis Jabatan/Tugas

Analisis jabatan merupakan kegiatan untuk mencari

informasi tentang tugas-tugas yang dilakukan, dan

persyaratan yang diperlukan dalam melaksanakan tugas,

spesifikasi tugas, dan standar kinerja. Kegiatan ini perlu

dilakukan sebagai landasan untuk mengevaluasi jabatan.

2. Evaluasi Jabatan/Tugas

Evaluasi jabatan adalah proses sistematis untuk

menentukan nilai relatif dari suatu pekerjaan dibandingkan

dengan pekerjaan lain. Proses ini adalah untuk


81

mengusahakan tercapainya internal equity dalam pekerjaan

sebagai unsur yang sangat penting dalam penentuan tingkat

upah. Dalam melakukan penilaian pekerjaan, ditemukan

beberapa metode yang biasa dipraktikan, yaitu:

a. Metode pemeringkatan (job ranking)


b. Metode pengelompokan (job grading)
c. Metode perbandingan faktor-faktor
d. Metode penentuan poin (point system)
3. Melakukan Survei Upah

Survei upah merupakan kegiatan untuk mengetahui

tingkat upah yang berlaku secara umum dalam perusahaan-

perusahaan sejenis yang mempunyai usaha/jabatan yang

sama. Ini dilakukan untuk mengusahakan keadilan eksternal

sebagai salah satu faktor penting dalam perencanaan dan

penentuan upah. Survei dapat dilakukan dengan berbagai

macam cara seperti mendatangi perusahaan-perusahaan

untuk mendapatkan informasi mengenai tingkat upah yang

berlaku, membuat kuesioner secara formal, dan lain-lain.

4. Menentukan Tingakat Upah

Setelah evaluasi jabatan dilakukan, untuk

menciptakan keadilan internal yang menghasilkan ranking

jabatan, dan melakukan survei tentang upah yang berlaku di

pasar tenaga kerja, selanjutnya adalah penentuan upah.

Penentuan upah didasarkan pada hasil evaluasi jabatan

yang digabungkan dengan survei upah. Yang terpenting


82

dalam penentuan upah, adalah diupayakan memenuhi

tingkat upah minimum yang ditetapkan oleh pemerintah

(Rivai & Sagala, 2009, hal. 759).

2.5.5 GAJI

2.5.5.1 Pengertian Gaji

Gaji adalah balas jasa dalam bentuk uang yang diterima

karyawan sebagai konsekuensi dari statusnya sebagai seorang

karyawan yang memberikan kontribusi dalam mencapai tujuan

perusahaan. Atau, dapat juga dikatakan sebagai bayaran tetap

yang diterima seseorang karena kedudukannya dalam

perusahaan (Rivai & Sagala, 2009, hal. 762).

2.5.5.2 Tujuan Pemberian Upah dan Gaji

a. Ikatan Kerja Sama

Dengan pemberian upah dan gaji terjalinlah ikatan kerja

sama formal antara pemilik/pengusaha dengan karyawan.

Karyawan harus mengerjakan tugas-tugasnya dengan baik,

sedangkan pemilik/pengusaha wajib membayar upah dan gaji

sesuai dengan perjanjian yang disepakati.

b. Kepuasan Kerja

Dengan upah dan gaji, karyawan akan dapat memenuhi

kebutuhan-kebutuhan fisik, stasus sosial, dan egoistiknya

sehingga memperoleh kepuasan kerja dari jabatannya.


83

c. Pengadaan Efektif

Jika program upah dan gaji ditetapkan cukup besar,

pengadaan karyawan yang qualified untuk perusahaan akan

lebih mudah.

d. Motivasi

Jika upah dan gaji yang diberikan cukup besar, manajer

akan mudah memotivasi para karyawannya.

e. Stabilitas Karyawan

Dengan program upah dan gaji atas prinsip adil dan

layak serta eksternal konsistensi yang kompetitif maka stabilitas

karyawan lebih terjamin karena turnover relatif kecil.

f. Dispilin

Dengan pemberian upah dan gaji yang cukup besar

maka disiplin karyawan semakin baik. Mereka akan menyadari

serta mentaati peraturan-peraturan yang berlaku.

g. Pengaruh Serikat Buruh

Dengan program upah dan gaji yang baik pengaruh

serikat buruh dapat dihindarkan dan karyawan akan

berkonsentrasi pada pekerjaannya.

h. Pengaruh Asosiasi Usaha Sejenis/Kadin

Dengan program upah dan gaji atas prinsip adil dan

layak serta eksternal konsistensi yang kompetitif maka stabilitas

karyawan lebih terjamin karena turnover relatif kecil dan

perpindahan ke perusahaan sejenis dapat dihindarkan.


84

i. Pengaruh Pemerintah

Jika program upah dan gaji sesuai dengan undang-

undang perburuhan yang berlaku (seperti batas upah

minimum), maka intervensi pemerintah dapat dihindarkan.

2.5.5.3 Tahapan Utama dalam Pemberian Upah dan Gaji

Program pemberian upah dan gaji harus ditetapkan atas

asas adil dan layak serta dengan memperhatikan undang-undang

perburuhan yang berlaku. Prinsip adil dan layak harus

mendapatkan perhatian dengan sebaik-baiknya supaya upah dan

gaji yang akan diberikan merangsang gairah dan kepuasan kerja

karyawan.

a. Asas Adil

Besarnya upah dan gaji yang dibayarkan kepada setiap

karyawan harus disesuaikan dengan prestasi kerja, jenis

pekerjaan, risiko pekerjaan, tanggung jawab, jabatan

pekerjaan, dan memenuhi persyaratan internal konsistensi. Jadi

adil bukan berarti setiap karyawan menerima upah dan gaji

yang sama besarnya. Dengan asas adil akan tercipta suasana

kerja sama yang baik, semangat kerja, disiplin, loyalitas, dan

stabilisasi karyawan akan lebih baik.

b. Asas Layak dan Wajar

Upah dan gaji yang diterima karyawan dapat memenuhi

kebutuhannya pada tingkat normatif yang ideal. Tolok ukur


85

layak adalah relatif, penetapan besarnya upah dan gaji

didasarkan atas batas upah minimal pemerintah dan eksternal

konsistensi yang berlaku.

2.5.6 INSENTIF

2.5.6.1 Pengertian Insentif

Insentif merupakan imbalan langsung yang dibayarkan

kepada karyawan karena kinerjanya melebihi standar yang

ditentukan. Insentif merupakan bentuk lain dari upah langsung di

luar upah dan gaji yang merupakan kompensasi tetap, yang biasa

di sebut kompensasi berdasarakan kinerja (pay for performance

plan). Para manajer dan departemen SDM dapat menggunakan

insentif dan bagi hasil sebagai alat untuk memotivasi pekerja guna

mencapai tujuan organisasi. Sebab, ini merupakan bentuk

kompensasi yang berorientasi pada hasil kerja. Sistem insentif

menghubungkan kompensasi dan kinerja dengan menilai kinerja

yang telah dicapai atau besarnya jumlah jam kerja.

Insentif diartikan sebagai bentuk pembayaran yang

dikaitkan dengan kinerja dan grainsharing, sebagai pembagian

keuntungan bagi karyawan akibat peningkatan produktivitas atau

penghematan biaya (Rivai & Sagala, 2009, hal. 766).

2.5.6.2 Tujuan Insentif

Tujuan utama dari insentif adalah untuk memberikan

tanggung jawab dan dorongan kepada karyawan dalam rangka


86

meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil kerja. Sedangkan bagi

perusahaan, insentif merupakan strategi untuk meningkatkan

produktivitas dan efisiensi perusahaan dalam menghadapi

persaingan yang semakin ketat, di mana produktivitas menjadi

satu hal yang sangat penting (Rivai & Sagala, 2009, hal. 767).

2.5.6.3 Program Insentif

Sistem insentif ada pada hampir setiap jenis pekerjaan

dari tenaga kerja manual sampai profesional, manajer dan pekerja

eksekutif, insentif secara umum sebagai berikut:

a. Pieceworkd

Insentif yang diberikan berdasarkan jumlah output

atau barang yang dihasilkan pekerja.

b. Production Bonus

Tambahan upah yang diterima karena hasil kerja

melebihi standar yang ditentukan, dimana karyawan juga

mendapatkan upah pokok. Bonus juga dapat dikarenakan

pekerja menghemat waktu penyelesaian pekerjaan.

c. Commission

Insentif yang diberikan berdasarkan jumlah barang

yang terjual. Sistem ini biasanya digunakan untuk tenaga

penjual atau wiraniaga.


87

d. Maturity Curve

Matuirity Curve atau kurva kematangan merupakan

kurva yang menunjukan jumlah tambahan gaji yang dapat

dicapai sesuai dengan prestasi kerja dan masa kerja

sehingga karyawan diharapkan terus meningkatkan prestasi.

e. Merit Pay

Penerimaan kenaikan upah terjadi setelah suatu

penilaian prestasi. Kenaikan ini diputuskan oleh penyelia

karyawan, sering juga bersama atasan.

f. Pay-for-Knowledge/Pay-for-Skill Compensation

Pemberian insentif yang didasarkan bukan pada apa

yang dikerjakan oleh karyawan akan menghasilkan produk

nyata, tetapi pada apa yang dilakukan untuk organisasi

melalui pengetahuan yang diperoleh, yang diasumsikan

mempunyai pengaruh besar dan penting bagi organisasi.

Dasar pemikiran adalah seseorang yang mempunyai

tambahan pengetahuan mempunyai kemungkinan tambahan

tugas yang dapat dilakukan untuk organisasi. Hal ini dapat

meningkatkan kemampuan atau kompetensi organisasi

melalui ketersediaan (supply) karyawan internal, dan

meningkatkan fleksibilitas karyawan untuk mengisi beberapa

jabatan yang berbeda, dimana ini menjadi suatu keuntungan

bagi perusahaan.
88

g. Nonmonetary Incentive

Insentif dalam bentuk lain, sebagai contoh dalam

bentuk materi baru seperti sertifikat, liburan, dan lain-lain.

Hal ini dapat berarti sebagai pendorong untuk meningkatkan

pencapaian usaha seseorang.

h. Insentif Eksekutif

Bonus yang diberikan kepada para manajer atau

eksekutif atas peran yang mereka berikan untuk menetapkan

dan mencapaitingkat keuntungan tertentu bagi organisasi.

2.5.6.4 Sistem Pemberian Insentif

Salah satu alasan pentingnya pembayaran insentif karena

adanya ketidaksesuaian tingkat kompensasi yang dibayarkan

kepada eksekutif dengan pekerja lain. Program insentif adalah

salah satu cara untuk memungkinkan seluruh pekerja merasakan

bersama kemakmuran perusahaan. Selain itu, ada kesadaran

yang tumbuh bahwa program pembayaran tradisional seringkali

tidak bagus dalam menghubungkan pembayaran dengan kinerja.

Jika organisasi mau mencapai inisiatif strategis mereka, maka

pembayaran perlu dihubungkan dengan kinerja sedemikian rupa

sehingga pembayaran itu mengikuti tujuan karyawan dan tujuan

organisasi. Sistem pemberian insentif bisa berupa :

a. Bonus Tahunan
b. Insentif Langsung
89

c. Insentif Individu
d. Insentif Tim
e. Pembagian Keuntungan
f. Bagi Hasil

2.5.7 Penghargaan dan Imbalan Guru

Wujud dan derajat besarnya imbalan sebagi manifestasi dari

penghargaan tersebut bervariasi, tergantung kepada derajat

kepuasan yang dirasakan oleh para pengguna jasa pelayanan yang

bersangkutan. Wujudnya mungkin ada yang hanya berupa sebuah

piagam atau pernyataan terima kasih saja, namum ada juga yang

berupa bayaran finansial atau bentuk lainnya. Dalam hal ini jenis

bidang pekerjaan kedinasan yang diselenggarakan oleh pemerintah

(negara), imbalan pokoknya lazimnya berupa gaji (salaries) di

samping imbalan keprofesian (yang lazim disebut sebagai

tunjangan keahlian atau tunjangan jabatan fungsional) yang

besarnya sesuai dengan status dan peringkat jabatannya.

Sedangkan dalam hal jenis bidang pekerjaannya merupakan

sesuatu yang bersifat mandiri (independent) seperti notaris,

akuntan, pengacara, dokter, dsb. Lazimnya ketentuan besarnya

imbalan termaksud diatur oleh organisasi asosiasi profesi yang

bersangkutan dan/atau berdasarkan suatu perjanjian/kontrak yang

disepakati oleh pihak-pihak yang berkepentingan.

Berdasarkan Undang-undang Guru dan Dosen No.14 Tahun

2005 pada Bagian Kedua tentang Hak dan Kewajiban, Pasal 14


90

disebutkan bahwa, dalam melaksanakan tugas keprofesionalan,

guru berhak

1. Memperoleh penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum

dan jaminan kesejahteraan sosial;

2. Mendapatkan promosi dan penghargaan sesuai dengan tugas

dan prestasi kerja;

3. Memperoleh perlindungan dalam melaksanakan tugas dan hak

atas kekayaan intelektual;

4. Memperoleh kesempatan untuk meningkatkan kompetensi;

5. Memperoleh dan memanfaatkan sarana dan prasarana

pembelajaran untuk menunjang kelancaran tugas

keprofesionalan;

6. Memiliki kebebasan dalam memberikan penilaian dan ikut

menentukan kelulusan, penghargaan, dan/atau sanksi kepada

peserta didik sesuai dengan kaidah pendidikan, kode etik guru,

dan peraturan perundang-undangan;

7. Memperoleh rasa aman dan jaminan keselamatan dalam

melaksanakan tugas;

8. Memiliki kebebasan untuk berserikat dalam organisasi profesi;

9. Memiliki kesempatan untuk berperan dalam penentuan

kebijakan pendidikan;

10. Memperoleh kesempatan untuk mengembangkan dan

meningkatkan kualifikasi akademik dan kompetensi, dan/atau


91

11. Memperoleh pelatihan dan pengembangan profesi dalam

bidangnya.

Penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1) huruf a, meliputi :

1. Gaji Pokok

2. Tunjangan yang melekat pada gaji

3. Penghasilan lain berupa

a. Tunjangan fungsional

b. Tunjangan khusus

c. Maslahat tambahan

2.6 Konsep Kepuasan Bekerja

Istilah kepuasan kerja (job satisfaction) dapat didefinisikan

sebagai suatu perasaan positif tentang pekerjaan seseorang yang

merupakan hasil dari sebuah evaluasi karakteristiknya. Seseorang

dengan tingkat kepuasan kerja yang tinggi memiliki perasaan-

perasaan positif tentang pekerjaan tersebut, sementara seseorang

yang tidak puas memiliki perasaan-perasaan negatif tentang

pekerjaan tersebut (Robbins & Judge, 2008, hal. 99).

Kepuasan kerja juga di definisikan oleh Soelaiman

Sukmalana (2007, hal. 134) sebagai perasaan yang menyenangkan

yang dirasakan karyawan apabila ia memperoleh kebutuhannya

dari pekerjaannya dan sebaliknya ketidakpuasan kerja adalah


92

perasaan yang tidak menyenangkan yang dirasakan oleh karyawan

apabila ia tidak memperoleh kebutuhannya dari pekerjaannya.

Kepuasan kerja pada dasarnya merupakan sesuatu yang

bersifat individual. Setiap individu memiliki tingkat kepuasan yang

berbeda-beda sesuai dengan sistem nilai yang berlaku pada

dirinya. Viethzal dan Ella Sagala (2009, hal. 856) mengemukakan

makin tinggi penilaian terhadap kegiatan dirasakan sesuai dengan

keinginan individu, maka makin tinggi kepuasannya terhadap

kegiatan tersebut. Dengan demikian, kepuasan merupakan evaluasi

yang menggambarkan seseorang atas perasaan sikapnya senang

atau tidak senang, puas atau tidak puas dalam bekerja.

Stephen Robbins (2008, hal. 110) mengungkapkan bahwa

bayaran dan kepuasan kerja memiliki suatu hubungan yang

menarik. Untuk individu yang miskin atau yang hidup di negara-

negara miskin, upah sangat berhubungan dengan kepuasan kerja

dan kebagaiaan secara keseluruhan. Tetapi, setelah seorang

individu mencapai suatu tingkat kehidupan yang nyaman, hubungan

tersebut sebenarnya menghilang.

Selanjutnya Stephen Robbins (2008, hal. 111) mengatakan

ada konsekuensi ketika karyawan menyukai pekerjaan mereka, dan

ada konsekuensi ketika karyawan tidak menyukai pekerjaan

mereka. Pengaruh dari ketidakpuasan adalah Perilaku keluar (exit)


93

dan pengabaian (neglect) yang mencakup variabel-variabel kinerja-

produktifitas, ketidakhadiran, dan perputaran karyawan.

2.6.1 Teori tentang Kepuasan Kerja

2.6.1.1 Teori Ketidaksesuaian (Discrepancy Theory)

Teori ini mengukur kepuasan kerja seseorang dengan

menghitung selisih antara sesuatu yang seharusnya dengan

kenyataan yang dirasakan. Sehingga apabila kepuasannya

diperoleh melebihi dari yang diinginkan, maka orang akan menjadi

lebih puas lagi, sehingga terdapat discrepancy, tetapi merupakan

discrepancy yang positif. Kepuasan kerja seseorang tergantung

pada selisih antara sesuatu yang dianggap akan didapatkan

dengan apa yang dicapai. (Rivai & Sagala, 2009, hal. 856).

2.6.1.2 Teori Keadilan (Equity Theory)

Teori ini mengemukakan bahwa orang akan merasa puas

atau tidak puas, tergantung pada ada atau tidaknya keadilan

(equity) dalam suatu situasi, khususnya situasi kerja. Menurut teori

ini komponen utama dalam teori keadilan adalah input, hasil,

keadilan, dan ketidakadilan. Input adalah faktor bagi karyawan

yang dianggap mendukung pekerjaannya, seperti pendidikan,

pengalaman, kecakapan, jumlah tugas dan peralatan atau

perlengkapan yang dipergunakan untuk melaksanakan

pekerjaanya. Hasilnya adalah sesuatu yang dianggap bernilai oleh

seorang karyawan yang diperoleh dari pekerjaannya, seperti :


94

upah/gaji, keuntungan sampingan, simbol, status, penghargaan,

dan kesempatan untuk berhasil atau aktualisasi diri. Sedangkan

orang selalu membandingkan dapat berupa seseorang di

perusahaan yang sama, atau di tempat lain atau bisa pula dengan

dirinya di masa lalu. Menurut teori ini, setiap karyawan akan

membandingkan rasio input hasil dirinya dengan rasio input hasil

orang lain. Bila perbandingan itu dianggap cukup adil, maka

karyawan akan merasa puas. Bila perbandingan itu dianggap

cukup adil, maka karyawan akan merasa puas. Bila perbandingan

itu tidak seimbang tetapi menguntungkan bisa menimbulkan

kepuasan, tetapi bisa pula tidak. Tetapi bila perbandingan itu tidak

seimbang akan timbul ketidakpuasan.

2.6.1.3 Teori Dua Faktor (Two Factor Theory)

Menurut teori ini kepuasan kerja dan ketidakpuasan kerja itu

merupakan hal yang berbeda. Kepuasan dan ketidakpuasan

terhadap pekerjaan itu bukan suatu variabel yang kontinu. Teori ini

merumuskan karakteristik pekerjaan menjadi dua kelompok yaitu

satisfies atau motivator dan dissatisfies (hygiene factors). Satisfies

ialah faktor-faktor atau situasi yang dibutuhkan sebagai sumber

kepuasan kerja yang terdiri dari: pekerjaan yang menarik, penuh

tantangan, ada kesempatan untuk berprestasi, kesempatan

memperoleh penghargaan dan promosi. Terpenuhinya faktor

tersebut akan menimbulkan kepuasan, namun tidak terpenuhinya

faktor ini tidak selalu mengakibatkan ketidakpuasan. Dissatisfies


95

(hygiene factors) adalah faktor-faktor yang menjadi sumber

ketidakpuasan, yang terdiri dari: upah/gaji, pengawasan,

hubungan antar pribadi, kondisi kerja dan status. Faktor ini

diperlukan untuk memenuhi dorongan biologis serta kebutuhan

dasar karyawan. Jika tidak terpenuhinya faktor ini, karyawan tidak

akan puas. Namun, jika besarnya faktor ini memadai untuk

memenuhi kebutuhan tersebut, karyawan tidak akan kecewa

meskipun belum terpuaskan.

Teori motivator-hygiene (M-H) sebenarnya berujung pada

kepuasan kerja. Namun penelitian menunjukkan hubungan yang

positif antara kepuasan kerja dan turnover SDM serta antara

kepuasan kerja dan komitmen SDM. Pada intinya, teori M-H

justru kurang sependapat dengan pemberian balas jasa tinggi

semacam strategi golden handcuff karena balas jasa tinggi

hanya mampu menghilangakan ketidakpuasan kerja dan tidak

mampu mendatangkan kepuasan kerja (balas jasa hanyalah

faktor hygiene, bukan motivator). Untuk mendatangkan kepuasan

kerja, Herzberg menyarankan agar perusahaan melakukan job

enrichment, yaitu suatu upaya menciptakan pekerjaan dengan

tantangan, tanggung jawab dan otonomi yang lebih besar (Rivai

& Sagala, 2009, hal. 857).


96

2.6.1.4 Equity Model Theory atau Teori Kesetaraan

Teori ini dikemukakan oleh Edward Lawler, intinya teori ini

menjelaskan kepuasan dan ketidakpuasan dengan pembayaran.

Perbedaan antara jumlah yang diterima dengan jumlah yang

dipersepsikan oleh karyawan lain merupakan penyebab utama

terjadinya ketidakpuasan. Untuk itu pada dasarnya ada tiga

tingkatan karyawan, yaitu:

 Memenuhi kebutuhan dasar karyawan

 Memenuhi harapan karyawan sedemikian rupa, sehingga

mungkin tidak mau pindah kerja ke tempat lain.

 Memenuhi keinginan karyawan dengan mendapat lebih dari

apa yang diharapkan.

2.6.1.5 Relative Deprivation Theory (Teori Keinginan Relatif)

Menurut teori ini ada enam keputusan penting menyangkut

kepuasan dengan pembayaran.

 Perbedaan antara apa yang diharapkan dengan kenyataan.

 Perbedaan antara pengeluaran dengan penerimaan.

 Ekspektasi untuk menerima pembayaran lebih

 Ekspektasi yang rendah terhadap masa depan

 Perasaan untuk memperoleh lebih dari yang diinginkan

 Perasaan secara personal tidak bertanggung jawab terhadap

hasil yang buruk.


97

Kepuasan kerja dapat ditingkatkan atau tidak tergantung dari

apakah imbalan sesuai dengan ekspektasi, kebutuhan dan

keinginan karyawan. Jika kinerja yang lebih baik dapat

meningkatkan imbalan bagi karyawan secara adil dan seimbang,

maka kepuasan kerja akan meningkat. Dalam Kasus lain,

kepuasan karyawan merupakan umpan balik yang mempengaruhi

self-image dan motivasi untuk meningkatkan kinerja.

Faktor-faktor yang dapat memengaruhi kepuasan kerja

karyawan pada dasarnya secara praktis dapat dibedakan menjadi

dua kelompok, yaitu faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor

intrinsik adalah faktor yang berasal dari dalam diri karyawan dan

dibawa oleh setiap karyawan sejak mulai bekerja ditempat

kerjanya. Sedangkan faktor ekstrinsik menyangkut hal-hal yang

berasal dari luar diri karyawan, antara lain kondisi fisik lingkungan

kerja, interaksinya dengan karyawan lain, sistem penggajian dan

sebagainya.

Gambar : 2.8 Pengaruh Fungsi Divisi SDM terhadap Kepuasan dan Motivasi
Sumber : Rival. V.P., & Sagala, E.J (2009). Manajemen Sumber Daya Manusia
untuk Perusahaan. Jakarta:PT Raja Grafindo Persada Hal :840.
98

2.6.2 Indikator Kepuasan Kerja

Faktor-faktor yang dapat memengaruhi kepuasan kerja :

1. Gaya kepemimpinan
2. Produktivitas kerja
3. Perilaku
4. Locus of control
5. Pemenuhan harapan penggajian
6. Efektivitas kerja

Faktor-faktor yang biasa digunakan untuk mengukur kepuasan


kerja karyawan :

1. Isi pekerjaan, penampilan tugas pekerjaan yang aktual dan


sebagai kontrol terhadap pekerjaan.
2. Supervisi
3. Organisasi dan menejemen
4. Kesempatan untuk maju
5. Gaji dan keuntungan dalam bidang finansial lainnya seperti
insentif
6. Rekan kerja
7. Kondisi pekerjaan

Menurut Job Descriptive Index (JDI), faktor penyebab kepuasan

kerja ialah:

1. Bekerja pada tempat yang tepat


2. Pembayaran yang sesuai
3. Organisasi dan manajemen
4. Supervisi pada pekerjaan yang tepat
5. Orang yang berada dalam pekerjaan yang tepat (Rivai &
Sagala, 2009, hal. 860).
99

2.6.2.1 Mengukur Kepuasan Kerja dengan Job Descriptive Index

Pengukuran kepuasan kerja berdasarkan Job Descriptive

Index (JDI), yaitu pengukuran standar terhadap kepuasan kerja

seperti yang terkutip pada Riggio (1996)” The job Descriptive

Index is a self-report job satisfaction rating scale measuring five

job facet: the job itself, supervision, pay, promotion and co-

workers”. Pernyataan di atas menjelaskan bahwa terdapat lima

dimensi pekerjaan yang menggambarkan elemen-elemen utama

dari pekerjaan yang dimiliki oleh seseorang, yaitu: pekerjaan itu

sendiri, supervisi, pemberian upah, promosi dan mitra kerja.

Secara lebih terperinci kelima dimensi di atas dapat dijabarkan

sebagai berikut :

a) Pekerjaan Sendiri (Job it Self)

Dari studi-studi tentang karakteristik pekerjaan,

diketahui bahwa sifat dari pekerjaan itu sendiri adalah

determinan utama dari kepuasan kerja. Hackman and Lawyer

tahun 1975 seperti yang di terjemahkan oleh Muh Shobarudin

(Shobarudin, 1988) yaitu “Kepuasan kerja akan tercapai jika

ada kesesuaian antara keinginan dari para pekerja dan

dimensi inti pekerjaan (five core job dimensions) yang terdiri

dari ragam ketrampilan, identitas pekerjaan, keberartian

pekerjaan, otonomi dan umpan balik.” Setiap dimensi inti dari

pekerjaan mencakup sejumlah aspek materi pekerjaan yang

dapat mempengaruhi kepuasan kerja seseorang. Adapun


100

kaitan dari masing-masing dimensi tersebut dengan kepuasan

kerja dijelaskan bahwa dengan semakin besarnya keragaman

aktivitas pekerjaan yang dilakukan, seseorang akan merasa

pekerjaannya makin berarti, karena pekerjaan yang sama

sederhana dan berulang menyebabkan karyawan menjadi

bosan.

b) Supervisi (Supervision)

Supervisi adalah usaha mencapai mencapai hasil

yang diinginkan dengan cara mendayagunakan

bakat/kemampuan alami manusia dan sumber-sumber yang

memfasilitasi, yang ditekankan pada pemberian tantangan

dan perhatian yang sebesar-besarnya terhadap

bakat/kemampuan alami manusia. (Mulianto, Cahyadi, &

Widjajakusuma, 2006, hal. 3). Dari definisi diatas, tersirat

bahwa pada dasarnya pekerjaan seorang supervisor bukanlah

menangani sendiri secara fisik operasional pekerjaan

dibagiannya, tetapi cukup dengan mengarahkan,

membimbing, dan melatih bawahan sehingga mereka dapat

memberikan kontribusi secara maksimal, dan dapat

disimpulkan bahwa supervisi adalah suatu usaha untuk

memimpin dengan mengarahkan orang lain sehingga dapat

menjalankan tugas dengan baik, serta memberikan hasil yang

maksimum.
101

c) Imbalan (Pay)

Merupakan salah satu faktor yang dapat digunakan

untuk meningkatkan prestasi kerja, memotivasi, dan kepuasan

kerja. Adapun pengertian imbalan menurut Hadi Poerwoto

seperti yang ditulis oleh Heijrachman (2000) adalah, “jumlah

keseluruhan pengganti jasa yang telah dilakukan oleh tenaga

kerja yang meliputi gaji / upah pokok dan tunjangan sosial

lainnya”. Pada beberapa studi yang telah dilakukan diketahui

bahwa imbalan merupakan karakteristik pekerjaan yang

menjadi ukuran ada tidaknya kepuasan kerja, dimana

penyebab utamanya adalah ketidakadilan dalam pemberian

imbalan tersebut. Ada 2 macam imbalan yaitu:

1. Imbalan intrinsik, yaitu imbalan yang diperoleh karena

adanya pengakuan dan penghargaan.

2. Imbalan ekstrinsik, yaitu imbalan yang diperoleh karena

adanya promosi, upah dan gaji.

d) Kesempatan Promosi (Promotion)

Kesempatan untuk maju didalam organisasi disebut

dengan promosi atau kenaikan jabatan. Penempatan

karyawan dilakuan dengan membuat penyesesuaian terhadap

kebutuhan perusahaan yang berhubungan dengan

perencanaan untuk memperoleh orang yang tepat pada posisi

yang tepat .Seseorang yang dipromosikan umumnya

dianggap prestasinya adalah baik, di samping pertimbangan


102

lain. Promosi memberikan kesempatan untuk pertumbuhan

pribadi, lebih bertanggung jawab dan meningkatkan status

sosial. Oleh karena itu individu yang merasakan adanya

ketetapan promosi merupakan salah satu kepuasan dari

pekerjaannya.

e) Suasana Tempat Kerja (Co-Workes)

Lingkungan pekerjaan dapat mempengaruhi perasaan

di dalam pekerjaan. Demikian juga halnya karena pekerjaan

merupakan bagian penting kehidupan pekerjaan seringkali

memberikan kepuasan kebutuhan sosial, tidak hanya dalam

arti persahabatan saja tetapi juga dari segi yang lain seperti

kebutuhan untuk dihormati, berprestasi dan berafiliasi, karena

manusia adalah mahluk sosial. Pada dasarnya seorang

karyawan menginginkan adanya perhatian dari atasan

maupun dari rekan kerjanya serta lingkungan kerja yang

mendukungnya.

2.7 Konsep Kinerja

Kinerja setiap kegiatan dan individu merupakan kunci

pencapaian produktivitas karena kinerja adalah suatu hasil dimana

orang-orang dan sumber daya lain yang ada dalam organisasi

secara bersama-sama membawa hasil akhir yang didasarkan pada

tingkat mutu dan standar yang telah ditetapkan.

Russel, Bernardin dalam Sukmalana (2007, hal. 279)

memberikan pernyataan “Performance is defined as the record of


103

outcomes produced on a specified job function or activity during a

specified time period” (kinerja adalah suatu rekor/catatan tentang

sesuatu yang dihasilkan dari suatu fungsi pekerjaan secara

spesifik/khusus atau selama aktivitas tertentu pada periode

tersebut).

Kinerja menurut T.R. Mithcell dalam sedarmayanti (2002,

hal. 53) adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam

melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya

didasarkan atas kecakapan, pengalaman, dan kesungguhan serta

waktu.

Manajemen Kinerja adalah sebuah proses atau seperangkat

proses mengenai apa yang akan dicapai dan bagaimana

mencapainya, dan mengatur manusia dengan sedemikian rupa

sehingga tujuan yang ingin dicapai menjadi lebih terbuka. (Rivai &

Sagala, 2009).

Pembinaan dan pengembangan karyawan baru ataupun

lama dalam perusahaan adalah salah satu kegiatan dalam rangka

menyesuaikan diri dengan perubahan dan perkembangan

karyawan. Karena itu perlu dilakukan penilaian atas pekerjaan yang

telah dilaksanakan oleh karyawan atau disebut dengan penilaian

kinerja atau penilaian prestasi kerja.

Prestasi kerja karyawan dipengaruhi oleh bermacam-macam

ciri pribadi dari masing-masing individu. Dalam perkembangan yang

kompetitif dan mengglobal, perusahaan membutuhkan karyawan


104

yang berprestasi tinggi. Pada saat yang sama pekerja memerlukan

umpan balik atas kinerja mereka sebagai pedoman bagi tindakan-

tindakan mereka pada masa yang akan datang, oleh karena itu,

penilaian seharusnya menggambarkan kinerja karyawan.

Hasil penilaian kinerja dapat menunjukkan apakah SDM

telah memenuhi tuntutan yang dikehendaki perusahaan, baik dilihat

dari sisi kualitas maupun kuantitas. Informasi dalam penilaian

kinerja karyawan merupakan refleksi dari berkembang atau

tidaknya perusahaan.

Pada umumnya sistem penilaian kinerja karyawan masih

digunakan sebagai instrumen untuk mengendalikan perilaku

karyawan, membuat keputusan-keputusan yang berkaitan dengan

kenaikan gaji, pemberian bonus, promosi, dan penempatan

karyawan pada posisi yang sesuai serta mengetahui kebutuhan

pelatihan dan pengembangan karyawan yang bersangkutan.

2.7.1 Pengertian Penilaian Kinerja

Kinerja merupakan suatu fungsi dari motivasi dan

kemampuan (Rivai & Sagala, 2009, hal. 548). Definisi lainnya

menurut T.R. Mitchell dalam Sedarmayanti (2002, hal 53) Suatu

hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-

tugas yang dibebankan kepadanya didasarkan atas kecakapan,

pengalaman, dan kesungguhan serta waktu. Untuk menyelesaikan

tugas atau pekerjaan seseorang sepatutnya memiliki derajat

kesediaan dan tingkat kemampuan tertentu. Kesediaan dan


105

keterampilan seseorang tidaklah cukup efektif untuk mengerjakan

sesuatu tanpa pemahaman yang jelas tentang apa yang akan

dikerjakan dan bagaimana mengerjakannya. Kinerja merupakan

perilaku nyata yang ditampilkan setiap orang sebagai prestasi kerja

yang dihasilkan oleh karyawan sesuai dengan perannya dalam

perusahaan. Kinerja karyawan merupakan suatu hal yang sangat

penting dalam upaya perusahaan untuk mencapai tujuannya.

Salah satu cara yang dapat digunakan untuk melihat

perkembangan perusahaan adalah dengan cara melihat hasil

penilaian kinerja. Sasaran yang menjadi objek penilaian kinerja

adalah kecakapan, kemampuan karyawan dalam melaksanakan

suatu pekerjaan atau tugas yang dievaluasi dengan menggunakan

tolak ukur tertentu secara objektif dan dilakukan secara berkala.

Dari hasil penilaian dapat dilihat kinerja perusahaan yang

dicerminkan oleh kinerja karyawan atau dengan kata lain, kinerja

merupakan hasil kerja konkret yang dapat diamati dan dapat diukur.

Penilaian Kinerja mengacu pada suatu sistem formal dan

terstruktur yang digunakan untuk mengukur, menilai dan

mempengaruhi sifat-sifat yang berkaitan dengan pekerjaan,

perilaku, dan hasil, termasuk tingkat ketidakhadiran. Dengan

demikian, penilaian prestasi adalah merupakan hasil kerja

karyawan dalam lingkup tanggung jawabnya.

Dalam praktiknya, istilah penilaian kinerja (job appraisal) dan

evaluasi kinerja (performance evaluation) dapat digunakan secara


106

bergantian atau bersamaan karena pada dasarnya mempunyai

maksud yang sama. Penilaian kinerja digunakan perusahaan untuk

menilai kinerja karyawan atau mengevaluasi hasil pekerjaan

karyawan. Penilaian kinerja yang dilakukan dengan benar akan

bermanfaat bagi karyawan manajer departemen SDM, dan pada

akhirnya bagi perusahaan sendiri.

2.7.2 Tujuan Penilaian Kinerja

Suatu perusahaan melakukan penilaian kinerja didasarkan

pada dua alasan pokok, yaitu: (1) manajer memerlukan evaluasi

yang ojektif terhadap kinerja karyawan pada masa lalu yang

digunakan untuk membuat keputusan di bidang SDM di masa yang

akan datang; dan (2) manajer memerlukan alat yang

memungkinkan untuk membantu karyawannya memperbaiki

kinerja, merencanakan pekerjaan, mengembangkan kemampuan

dan keterampilan untuk perkembangan karier dan memperkuat

kualitas hubungan antar manajer yang bersangkutan dengan

karyawannya.

Pada dasarnya dari sisi praktiknya yang lazim dilakukan di

setiap perusahaan, tujuan penilaian kinerja karyawan dapat

dibedakan menjadi dua, yaitu:

1. Tujuan Penilaian yang berorientasi pada masa lalu.

Praktiknya masih banyak perusahaan yang menerapkan

penilaian kinerja yang berorientasi pada masa lampau, hal ini

disebabkan kurangnya pengertian tentang manfaat penilaian


107

kinerja sebagai sarana untuk mengetahui potensi karyawan.

Tujuan penilaian kinerja yang borientasi pada masa lalu ini

adalah:

a. Mengendalikan perilaku karyawan dengan menggunakannya

sebagai instrumen untuk memberikan ganjaran, hukuman

dan ancaman.

b. Mengambil keputusan mengenai kenaikan gaji dan promosi

c. Menempatkan karyawan agar dapat melaksanakan

pekerjaan tertentu.

2. Tujuan penilaian yang berorientasi pada masa depan

Apabila dirancang secara tepat sistem penilaian ini dapat :

a. Membantu tiap karyawan untuk semakin banyak mengerti

tentang perannya dan mengetahui secara jelas fungsi-

fungsinya.

b. Merupakan instrumen dalam membantu tiap karyawan

mengerti kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan

sendiri yang dikaitkan dengan peran dan fungsi dalam

perusahaan.

c. Menambah adanya kebersamaan antara masing-masing

karyawan dengan penyelia sehingga tiap karyawan memiliki

motivasi kerja dan merasa senang bekerja dan sekaligus mau

memberikan kontribusi sebanyak-banyaknya.


108

d. Merupakan instrumen untuk memberikan peluang bagi

karyawan untuk mawas diri dan evaluasi diri serta

menetapkan sasaran pribadi sehingga terjadi pengembangan

yang direncanakan dan dimonitor sendiri.

e. Mambantu mempersiapkan karyawan untuk memegang

pekerjaan pada jenjang yang lebih tinggi dengan cara terus

menerus meningkatkan perilaku dan kualitas bagi posisi-

posisi yang tingkatnya lebih tinggi.

f. Membantu dalam berbagai keputusan SDM dengan

memberikan data tiap karyawan secara berkala.

2.7.3 Kegunaan Penilain Kinerja

1. Mengetahui pengembangan, yang meliputi:

a. Umpan balik kinerja

b. Identifikasi kebutuhan pelatihan

c. Menentukan transfer dan penugasan

d. Identifikasi kekuatan dan kelemahan karyawan

2. Pengambilan Keputusan administratif, yang meliputi:

a. Keputusan untuk menentukan gaji, promosi,

mempertahankan atau memberhentikan karyawan.

b. Pengakuan kinerja karyawan.

c. Pemutusan hubungan kerja

d. Mengidentifikasi yang buruk


109

3. Keperluan peusahaan, yang meliputi :

a. Perencanaan SDM

b. Menentukan kebutuhan pelatihan

c. Evaluasi pencapaian tujuan perusahaan

d. Informasi untuk identifikasi tujuan

e. Evaluasi terhadap sistem SDM

f. Penguatan terhadap kebutuhan pengembangan

perusahaan

4. Dokumentasi, yang meliputi :

a. Kriteria untuk validasi penelitian

b. Dokumentasi keputusan-keputusan tentang SDM

c. Membantu untuk memenuhi persyaratan hukum

2.7.4 Ukuran Kinerja

Adapun ukuran kinerja menurut T.R. Mitchell dalam

Pedoman Penilaian Kinerja Guru Depdiknas (2008, hal. 20) dapat

dilihat dari empat hal, yaitu:

1. Quality of work – kualitas hasil kerja

2. Promptness – ketepatan waktu menyelesaikan pekerjaan

3. Initiative – prakarsa dalam menyelesaikan pekerjaan

4. Capability – kemampuan menyelesaikan pekerjaan

5. Comunication–kemampuan membina kerjasama dengan pihak

lain.
110

2.7.5 Kinerja Guru

Pemerintah dalam hal ini Departemen Pendidikan Nasional

sekarang Kementrian Pendidikan Nasional telah mengeluarkan

pedoman Penilaian Kinerja Guru pada tahun 2008.

Adapun ukuran kinerja menurut T.R. Mitchell (1989) dalam

(Penilaian Kinerja Guru, 2008) dapat dilihat dari empat hal, yaitu:

1. Quality of work – kualitas hasil kerja

2. Promptness – ketepatan waktu menyelesaikan pekerjaan

3. Initiative – prakarsa dalam menyelesaikan pekerjaan

4. Capability – kemampuan menyelesaikan pekerjaan

5. Comunication – kemampuan membina kerjasama dengan pihak

lain.

Standar kinerja perlu dirumuskan untuk dijadikan acuan

dalam mengadakan penilaian, yaitu membandingkan apa yang

dicapai dengan apa yang diharapkan. Standar kinerja dapat

dijadikan patokan dalam mengadakan pertanggungjawaban

terhadap apa yang telah dilaksanakan. Berkenaan dengan standar

kinerja guru Piet A. Sahertian dalam Kusmianto (1997: 49) dalam

(Penilaian Kinerja Guru, 2008) bahwa, standar kinerja guru itu

berhubungan dengan kualitas guru dalam menjalankan tugasnya

seperti: (1) bekerja dengan siswa secara individual, (2) persiapan

dan perencanaan pembelajaran, (3) pendayagunaan media

pembelajaran, (4) melibatkan siswa dalam berbagai pengalaman

belajar, dan (5) kepemimpinan yang aktif dari guru.


111

Kinerja guru mempunyai spesifikasi tertentu. Kinerja guru

dapat dilihat dan diukur berdasarkan spesifikasi/kriteria kompetensi

yang harus dimiliki oleh setiap guru. Berkaitan dengan kinerja guru,

wujud perilaku yang dimaksud adalah kegiatan guru dalam proses

pembelajaran yaitu bagaimana seorang guru merencanakan

pembelajaran, melaksanakan kegiatan pembelajaran, dan menilai

hasil belajar.

Indikator penilaian terhadap kinerja guru dilakukan terhadap

tiga kegiatan pembelajaran dikelas yaitu:

1. Perencanaan Program Kegiatan Pembelajaran

a. Identitas RPP
b. Stándar Kompetensi (SK)
c. Kompetensi dasar (KD)
d. Indikator
e. Tujuan pembelajaran
f. Materi pembelajaran
g. Metode pembelajaran
h. Langkah-langkah kegiatan
i. Sumber pembelajaran
j. Penilaian

2. Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran

a. Pengelolaan Kelas
b. Penggunaan Media dan Sumber Belajar
c. Penggunaan Metode Pembelajaran

3. Evaluasi/Penilaian Pembelajaran
112

2.8 Penelitian Sebelumnya

Tabel 2.2
Penelitian Sebelumnya
Nama dan Judul
Hasil Penelitian Perbedaan Penelitian
Penelitian
Yanti Trisnawati , 2012, Ada pengaruh positif motivasi Variabel Variabel
“Pengaruh Motivasi kerja terhadap kinerja guru Motivasi, Kinerja,
Kerja terhadap Kinerja pada Madrasah Aliyah Kinerja Motivasi,
Guru pada Madrasah Falakhiyah Jampet Ngasem Kompensasi,
Aliyah Falakhiyah Bojonegoro. Besarnya kepuasan kerja
Jampet Ngasem pengaruh motivasi kerja
Bojonegoro”, Tesis, terhadap kinerja guru dapat Locus Locus SMK
STIE Cendekia dilihat dari koefisien Madrasah Aliyah Muhammadiyah
Yudhi Saparudin, determinasinya yaitu 0,64. Falakhiyah 3 Bandung
PENGEMBANGAN Kontribusi kinerja kepala MA Variabel Variabel
PRODUKTIVITAS sebesar 45,02% ini dirasakan Kinerja, Kinerja,
MADRASAH (Studi cukup tinggi walaupun Budaya, Motivasi,
Kontribusi Kinerja demikian kinerja kepala MA Kompetensi, Kompensasi,
Kepala MA, Budaya masih dibutuhkan oleh MA Produktivitas kepuasan kerja
MA, Kompetensi Guru, untuk mengatur dan
serta Ketersediaan mengelola MA supaya lebih
Sarana dan Prasarana baik lagi. Locus Locus SMK
MA, terhadap Madrasah Aliyah di Muhammadiyah
Produktivitas MA di Jawa Barat 3 Bandung
Jawa Barat), Jurnal,
http://jurnal.upi.edu
Agus Hamdan Dari hasilpenelitian Variabel bebas Variabel bebas
Satiagraha, didapatkan Motivasi, Motivasi,
(Tesis,2010).“Pengaruh motivasi kerja mempengaruhi menggunakan menggunakan
Motivasi, prestasi kerja guru sebesar teori Herzberg teori David
Kepemimpinan Kepala 14,40%, kepemimpinan McClelland
Sekolah, dan Mempengaruhi prestasi kerja
Kompetensi Guru guru sebesar 36,50%,
terhadap Prestasi Kerja Sedangkan kompetensi
Guru di Sekolah Mempengaruhi prestasi kerja Locus SMAN Locus SMK
Menengah Atas (SMA) guru sebesar 21,29% 20 Bandung Muhammadiyah
Negeri 20 Bandung”, 3 Bandung
Aan Hasanah Rosyid Terdapat hubungan positif Variabel bebas Variabel
(Tesis, 2009) yang signifikan antara motivasi motivasi
“Hubungan antara kepuasan kerja dan dengan kinerja merupakan
Kepuasan kerja dan motivasi kerja secara dilihat dari sisi variabel bebas
Motivasi kerja dengan bersama- hubungan yang
kinerja Guru” sama dengan kinerja guru keeratan (korelasi) mempengaruhi
ditunjukkandengan koefisien kinerja
korelasi ry.12=0,679 Locus SMA Bogor
Locus SMK
Muhammadiyah
3 Bandung
113

Bambang Sugianto, Terdapat Variabel Variabel


Pascasarjana STIE pengaruh Kompensasi, Motivasi,
Pasundan (Tesis, signifikan Disiplin Kerja, Kompensasi,
2010), “Pengaruh kompensasi Motivasi, Kepuasan
Kompensasi, Disiplin terhadap kinerja Kinerja. Kerja, Kinerja
Kerja dan Motivasi guru sebesar
terhadap Kinerja Guru 36,5 %, terdapat
di SMA Negeri 10 pengaruh
Bandung”, signifikan disiplin Locus Locus SMK
kerja terhadap SMA Negeri 10 Muhamamdiyah
kinerja guru Bandung 3 Bandung
sebesar 20,8 %,
terdapat
pengaruh yang
signifikan
motivasi kerja
terhadap kinerja
sebesar 15,3 %
Reza Ahmadiansyah. The influence of motivation Variabel Variabel
Mahasiswa Pascasrjana and job satisfaction is an Achievement, Kinerja,
Magister Sains Psikologi important thing that affects Motivation, Motivasi,
UKSW . (international performance. This study job satisfaction and Kompensasi,
thesis), “ The Effect of aimed to examine the effects teacher performance, kepuasan kerja
Achievement motivation of motivation and job
and job satisfaction on satisfaction on the
techer performance of performance of teachers of
vocational school of SMK Muhammadiyah Salatiga
muhammadiyah salatiga, with a total sample of 52
Indonesian). teachers. From the data
analysis, it shows that the Locus Locus SMK
effect of motivation and job SMK Muhammadiyah Muhamamdiyah
satisfaction on teacher Salatiga 3 Bandung
performance at SMK
Muhammadiyah Salatiga is
significant with a significance
of 0.003 <0.05. Fvalue of
6.378, with an effective
contribution of 20.7%.
Linda Theresia, This study aims to determine Variabel Variabel
Universitas Indonesia the effect of Teacher Teacher Certification, Kinerja,
(international thesis), Certification, Job Satisfaction, Job Satisfaction, Motivasi,
The Influence of Teacher and Motivation on Teacher Motivation on Teacher Kompensasi,
Certificate, Job Performance at Central Jakarta Performance kepuasan kerja
Satisfaction and State Elementary School. The
Motivation on the population in this study is all
Teacher’s Performance teachers who have been
certified in Central Jakarta Locus Locus SMK
State Elementary School, SDN Jakarta Pusat Muhamamdiyah
amount 332 teachers. The 3 Bandung
sampling technique used is
purposive sampling.
114

Respondents numbered 181


teachers who have been
certified. Data were analyzed
using 2 methods, namely: 1).
Descriptive analysis, and 2).
Multivariate regression
analysis with Structural
Equation Modeling (SEM).
Based on data analysis and
discussion, it can be concluded
that (1) Teacher certification
has a significant positive effect
on job satisfaction ; (2) Job
satisfaction has a significant
positive effect on motivation;
and (3) Teacher certification
has significant positive effect
on teacher performance
through motivation, (4) The
teacher certification has no
significant positive effect on
the motivation and teachers'
performance; (5) Motivation
and job satisfaction has no
significant positive effect on
teachers' performance.(6) Job
satisfaction has no significant
positive effect on teacher
performance through
motivation.However. Thus,
motivation factor is an
important factor to be
managed in order to improve
the performance. Moreover,
the performance variable
shows the average interval
value of 2.85 to 4.4 with an
average of 4.34 which means
the performance of teacher is
very good. Understanding the
relationship between teacher
certification, job satisfaction,
motivation toward
performance could help the
leader improve educational
systembecause the leader
knows the factors that become
the leverages of the
performance of teacher.
115

Canavarro, University of Teacher motivation is vital for Variabel Variabel


Algarve, Faro, Teacher the educational system. For Teacher motivation, Kinerja,
motivation, work teachers to be motivated their Work satisfaction Motivasi,
satisfaction, and work satisfaction and positive positive psychological Kompensasi,
positive psychological psychological capital are capital kepuasan kerja
capital crucial. The state-of-the-art on
teacher motivation requires a
literature review regarding
the studies that relate teacher Locus Locus SMK
motivation and the Department of Muhamamdiyah
abovementioned constructs. In Psychology, Babes- 3 Bandung
this paper, through electronic Bolyai University, Cluj-
databases, the published Napoca 4 Faculty of
studies between 1990-2014 Psychology and
about these issues were Education Sciences,
identified. A total of 43 studies University of Coimbra,
were obtained. The main Coimbra
conclusions were the
following: (a) 2012 was the
year with more publications (n
= 7; 16.28%); (b) quantitative
methodologies (n = 40;
93.02%) and self-report
questionnaires (n = 43;
89.59%) were the dominant
methodology and instrument
type; and (c) work satisfaction
was the most studied concept
with teacher motivation (n =
42; 97.67%). Our results
underline the importance of
work satisfaction on teacher
motivation and emphasize the
need to realize more studies
on the relationship between
teacher motivation and
positive psychological capital.

2.9 Kerangka Pemikiran

Kerangka berfikir merupakan sintesa tentang hubungan

antar variabel yang disusun dari teori yang telah dideskripsikan.

Beberapa variabel yang saling berhubungan dijelaskan sebagai

berikut:
116

2.9.1 Hubungan Kompensasi Non Finansial terhadap Motivasi

Berprestasi

Pada hakekatnya, pemberian kompensasi merupakan

wujud penghargaan atas kontribusi karyawan dalam menunjang

tercapainya tujuan perusahaan/lembaga untuk meningkatkan

aktifitas kinerja para karyawannya. Kompensasi sangat

berpengaruh terhadap kelangsungan hidup serta kesejahteraan,

karyawan. Pemberian kompensasi yang tepat akan dapat

menumbuhkan motivasi dalam diri karyawan agar bisa giat lagi

dalam melakukan suatu pekerjaan dan tanggung jawabnya.

Sedangkan motivasi sangat diperlukan agar prestasi kerja

karyawan dapat meningkat. Sehingga, kompensasi yang diberikan

oleh perusahaan secara tepat dapat memotivasi atau mendorong

seseorang karyawan agar menghasilkan suatu prestasi kerja yang

maksimal sehingga tujuan perusahaan dapat dicapai dengan hasil

yang maksimal pula. Tujuan pemberian upah dan gaji : ikatan kerja

sama, kepuasan kerja, pengadaan efektif, motivasi, stabilitas

karyawan, disiplin, pengaruh serikat buruh, pengaruh asosiasi

usaha sejenis, pengaruh pemerintah (Rivai & Sagala, 2009, hal.

762).

Kompensasi non financial yang diberikan cukup besar

dapat dipergunakan sebagai perangsang untuk memotivasi para

karyawan agar memberikan usaha-usaha atau pekerjaan-pekerjaan

mereka yang terbaik. (Suwanto, 2001, hal. 109).


117

Berdasarkan teori-teori yang telah dideskripsikan di atas

maka Kerangka Pemikiran pada penelitian ini sebagai berikut :

MOTIVASI BERPRESTASI
Variabel (X1)
1. Kebutuhan dalam mencapai Ishak Mad Shah (2006, Hal 56)
kesuksesan
2. Kebutuhan dalam kekuasaan
3. Kebutuhan untuk berafiliasi     KEPUASAN KERJA
  KEPUASAN KERJA Variabel (Z)
McCelland dalam Variabel (Y) 1. Kualitas Kerja Guru
Rivai & Sagala, (2009. Hal
840) 1. Pekerjaan itu sendiri 2. Ketepatan waktu pembelajaran
2. Supervisi 3. Inisiatif dalam pembelajaran
Suwanto (2001,109) 3. Imbalan 4. Kemampuan dalam pembelajaran
4. Kesempatan Promosi 5. Komunikasi pada Pimpinan, Siswa
dan antar Rekan Guru di Sekolah
KOMPENSASI NON FINANSIAL 5. Suasana tempat kerja 6. Tindak Lanjut
Variabel (X2)  
Robbins &Judge, (2008, Hal 99) TR Mitchell dalam
1. Promosi
2. Pengembangan Diri
3. Lingkungan Kerja (Soedarmayanti, 2002, Hal 53)
 
Herman Sofyandi, (2009. Hal
840) Stephen P Robbins & Timothy A Stephen P Robbins & Timothy A
  Judge, (2008, Hal 110) Judge, (2008, Hal 110)

Gambar : 2.9 Paradigma Penelitian

2.9.2 Pengaruh Motivasi Berprestasi terhadap Kepuasan Kerja

Untuk mecapai tujuan organisasi yang diinginkan, maka

seluruh sumber daya yang dimiliki haruslah dapat dimanfaatkan

secara optimal dan sebaik mungkin. Salah satunya adalah sumber

daya manusia karena faktor ini merupakan faktor terpenting dalam

menentukan keberhasilan sebuah perusahaan. Dalam usaha

memanfaatkan sumber daya manusia agar dapat optimal,

perusahaan perlu mendorong karyawan untuk bekerja lebih giat

dan memberikan dorongan agar prestasi kerja dapat meningkat

sesuai dengan harapan perusahaan. Salah satu cara untuk

meningkatkan prestasi kerja karyawan adalah dengan memenuhi


118

kebutuhan-kebutuhan karyawan agar motivasi kerja mereka

menjadi tinggi.

Frederick Herzberg menyimpulkan bahwa kepuasan dan

ketidakpuasan kerja bergantung pada dua faktor: faktor-faktor

higienis, seperti kondisi tempat kerja, dan faktor-faktor motivasi,

seperti pengakuan atas pekerjaan yang telah diselesaikan dengan

baik. (Griffin & Ebert, 2007, hal. 251).

Ishak Mad Shah (2006, hal. 56) mengungkapkan bahwa

kepuasan kerja adalah satu dari variabel yang terkait erat dengan

motivasi, semakin tinggi kepuasan kerja yang dirasakan oleh

pekerja, maka semakin tinggi motivasi mereka terhadap kinerja.

2.9.3 Pengaruh Kompensasi Non Finansial terhadap Kepuasan Kerja

Suatu organisasi/lembaga atau perusahaan dalam

menjamin kelangsungan hidup dan kontinuitas produksi senantiasa

menjaga kualitas produk atau output serta adanya kepedulian

terhadap karyawannya. Supaya karyawan mau bekerja sama

dalam mewujudkan tujuan yang ditetapkan secara optimal maka

perusahaan perlu mengelola tenaga kerja dengan sebaik-baiknya

serta memberi dorongan (motivasi).

Pemberian inspirasi, semangat dan dorongan kepada

bawahan agar mereka mau bekerja dengan giat demi tercapainya

tujuan organisasi secara efektif dan efisien merupakan pekerjaan

yang dilakukan oleh seorang pimpinan. Pimpinan lembaga perlu


119

menempatkan karyawan pada tempat dan jenis pekerjaan yang

sesuai dengan kemampuan dan keahlian masing-masing

karyawan, sehingga karyawan akan bersungguh-sungguh dalam

melaksanakan tugasnya yang sesuai dengan tanggung jawabnya.

Untuk itu dibutuhkan karyawan yang dapat memiliki semangat kerja

yang tinggi. Hal ini dapat terwujud apabila karyawan memiliki

kepuasan kerja yang tinggi, sehingga berpengaruh positif terhadap

kinerja karyawan. Stephen P Robbins & Timothy A Judge (2008,

hal. 110) mengatakan bahwa Bayaran dan Kepuasan Kerja

mempunyai hubungan yang menarik Upah sangat berhubungan

dengan kepuasan kerja dan kebahagiaan secara keseluruhan.

2.9.4 Pengaruh Kepuasan Kerja terhadap Kinerja

Istilah kepuasan kerja (job satisfaction) dapat didefinisikan

sebagai suatu perasaan positif tentang pekerjaan seseorang yang

merupakan hasil dari sebuah evaluasi karakteristiknya. Seseorang

dengan tingkat kepuasan kerja yang tinggi memiliki perasaan-

perasaan positif tentang pekerjaan tersebut, sementara seseorang

yang tidak puas memiliki perasaan-perasaan negatif tentang

pekerjaan tersebut (Robbins & Judge, 2008, hal. 99), dari definisi

diatas bisa dilihat jika seseorang telah mendapatkan perasaan

positif tentang pekerjaannya maka tingkat kepuasan kerjanya tinggi

dan ini dapat berdampak positif terhadap kinerjanya.


120

Selanjutnya Stephen Robbins & Timothy Judge (2008, hal.

111) mengatakan ada konsekuensi ketika karyawan menyukai

pekerjaan mereka, dan ada konsekuensi ketika karyawan tidak

menyukai pekerjaan mereka. Pengaruh dari ketidakpuasan adalah

Perilaku keluar (exit) dan pengabaian (neglect) yang mencakup

variabel-variabel kinerja-produktifitas, ketidakhadiran, dan

perputaran karyawan.

Karyawan yang bahagia cenderung lebih produktif

(Robbins & Judge, 2008, hal. 113).

Stephen Robbins dan Timothy Judge (2008, hal. 113)

mengungkapkan sebuah tinjauan dari 300 penelitian menunjukan

bahwa korelasi antara Kepuasan dan kinerja cukup kuat.

2.10 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka pemikiran penulis merumuskan

hipotesis penelitian sebagai berikut:

1. Motivasi berpengaruh terhadap kepuasan kerja guru di SMK

Muhammadiyah 3 Bandung.

2. Kompensasi berpengaruh terhadap kepuasan kerja guru di

SMK Muhammadiyah 3 Bandung.

3. Motivasi dan Kompensasi berpengaruh terhadap kepuasan

kerja di SMK Muhammadiyah 3 Bandung.

4. Kepuasan kerja berpengaruh terhadap kinerja guru di SMK

Muhammadiyah 3 Bandung.
BAB III

OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di sebuah lembaga SMK

Muhammadiyah 3 Kota Bandung yang bergerak dalam bidang

pendidikan. Program pendidikan yang dimiliki dan diterapkan oleh

Muhammadiyah memiliki kekhasan tersendiri baik dari aspek

kurikulum sampai kepada sistem pelaksanaan dalam proses

pendidikan Muhammadiyah, yang mencerminkan visi dan misi serta

tujuan Muhammadiyah dan pendidikan Muhammadiyah, hal ini

merupakan bentuk kepedulian Muhammadiyah terhadap

pendidikan gerakan Islam khsusnya pendidikan di Indonesia.

Pengembangan program SMK Muhammadiyah 3 Bandung

yang memiliki ciri-ciri yaitu pertama, Sistem Gerakan menguatnya

pemahaman ideologi dan visi gerakan Muhammadiyah. Kedua,

Jaringan menguatnya keumatan, kebangsaan, kemanusiaan

universal, Ketiga, Sumber daya terlaksananya sistem kaderisasi

dan regenerasi dalam Muhammadiyah secara konsisten dan

berkelanjutan demi kemajuan dunia pendidikan yang ada di

Indonesia berdasarkan al-Qur’an dan as-Sunnah dengan watak

tajdidnya selalu berusaha untuk istiqomah dalam melaksanakan

dakwah amar ma’ruf nahi munkar di segala bidang kehidupan.

121
122

3.1.1 Profil Lembaga

Nama Lembaga : SMK Muhammadiyah 3 Kota Bandung


Alamat Lembaga : Jalan Gede Bage Selatan No. 20.
Telp. (022) 751 2676 Kota Bandung,
Jawa Barat,40296, Indonesia.
Akreditasi : “B” Baik
Email : smksmuhammadiyah3bandung@gmail.com
Website : https://www.smkmuhammadiyah3bdg.sch.id//

3.1.2 Visi dan Misi Lembaga SMK Muhammadiyah 3 Kota Bandung

Lembaga tersebut memiliki Visi dan Misi sebagai berikut :

Visi : Membentuk generasi muda bangsa yang islami, mandiri,

produktif dan berahlakul karimah dengan mengembangkan

IMTAQ dan IPTEK yang berwawsasan lingkungan

Misi :

1. Mengupayakan anak didik yang mempunyai cirri khas

atau karakter yang islami sehingga mempunyai

integritas yang tinggi dan pribadi yang bertanggungg

jawab terhadap agama dan dirinya sendiri.

2. Mengupayakan anak didik selalu berinovasi mampu

mengidentifikasi, menganalisa persoalan terhadap

permasalahan dengan tepat dari berbagai alternative

3. Mengupayakan anak didik selalu mengembangkan

strategi untuk dilaksanakan dan terus belajar

sepanjang hidup, mandiri, mencari dan memproses

informasi untuk kepentingan kini dan dimasa yang

akan datang.
123

4. Mengupayakan anak didik selalu menjadi pemikir


yang kreatif dan inovatif serta berani berspekulasi
secara akurat dengan meneliti dan mengembangkan
ide dan gagasan secara baik dan sesuai dengan cara
yang islami.

3.1.3 Struktur Organisasi Lembaga

Struktur organisasi merupakan suatu susunan ataupun

hubungan antara komponen berbagai bagian dan posisi dalam

sebuah organisasi, komponen – komponen yang terdapat dalam

suatu organisasi memiliki ketergantungan. Sehingga apabila

terdapat sebuah komponen yang tidak baik akan berpengaruh

kepada komponen yang lainnya dan tentunya akan berpengaruh

juga terhadap organisasi tersebut.

Adapun beberapa fungsi atau kegunaan struktur organisasi

tersebut yang akan di teliti adalah sebagai berikut :

1. Kejelasan tanggung jawab

Setiap anggota sebuah organisasi harus mempunyai tanggung

jawab terhadap pimpinann yang sudah memberikan

kewenangan, sebab pelaksanaan atau implementasi

kewenangan tersebut perlu dipertanggung jawabkan.

2. Kejelasan kedudukan

Fungsi yang kedudukannnya adalah bisa mempermudah dalam

melaksanakan koordinasi dan juga hubungan, karena adanya

keterkaitan dalam penyelesaian mengenai suatu seseorang

atau anggota/ kelompok suatu perusahaan atau lembaga.


124

3. Kejelasan jalur hubungan

Dalam melakukan tanggung jawab dan pekerjaannya setiap

pegawai dalam suatu organisasi maka diperlukan sebuah

kejelasan dalam organisasi maka akan diperlukan sebuah

kejelasan hubungan yang tergambar dan terstruktur

sehingga jalur penyelesaian pekerjaannya akan lebih efisien

serta dapat saling memberikan keuntungan terhadap

perusahaan atau lembaga.

4. Kejelasan uraian tugas

Fungsi kejelasan uraian tugas dalam strukur organisasi akan

sangat membantu apabila pihak atasan atau pimpinan dapat

melakukan controlling (Pengawasan) maupun pengembalian

dan juga bagi bawahan akan lebih bisa berkonsesuensi

dalam melakukan tugas dan tanggung jawab terhadap suatu

pekerjaannya.

5. Kejelasan Pengendalian dan Pengawasan

Adanya struktur organisasi penting untuk pengendali dan

pengawasan dari seorang pimpinan terhadap bawahannya.

Tercapainnya dari berdirinnya suatu lembaga adalah melalui

pengendalian dan pengawasan rutin untuk melakukan

evaluasi kinerja sesuai dengan tugas dan fungsi masing-

masing anggota. Karena lembaga yang ideal adalah yang

dijalankan dari tim yang terkordinasi dengan baik dan benar.


125

Bentuk dari struktur organisasi lembaga SMK

Muhammadiyah 3 Kota Bandung adalah sebagai berikut :

Gambar 3.1
Struktur Organisasi SMK Muhammadiyah 3 Kota Bandung
Sumber : Bagian Kepegawaian SMK Muhammadiyah 3 Kota Bandung

3.1.4 Unit analisa

Menurut Mahholtra ( 2007:215), unit analisis merupakan

lembaga serta pihak-pihak lain yang memberikan respon terhadap

perlakuan ataupun tindakan yang dilakukan penelitian dalam

penelitiannya. Dalam sebuah penelitian, menentukan unit analisis

diperlukan tersebut. Unit analisis yang digunakan dalam penelitian

adalah individu, kelompok, pasangan, perusahaan atau budaya.

Dimana lembaga yang dijadikan sebagai unit analisis dalam

penelitian ini adalah lembaga SMK Muhammadiyah 3 Kota


126

Bandung. Adapun alasan dipilihnya SMK Muhammadiyah 3 Kota

Bandung sebagai unit analisis adalah karena memiliki kemudahan

akses untuk memperoleh data yang dibutuhkan untuk penelitian

ini. Sehingga penelitian akan dapat dilakukan dengan baik dan

benar dimana hasil dari penelitian ini diharapkan akan dapat

memenuhi harapan,tujuan dan manfaat dari penelitian yang

sesunguhnya.

3.1.5 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMK Muhammadiyah 3 Kota

Bandung, selama 4 (empat) bulan, mulai dibulan September 2020

sampai dengan bulan Desember 2020. Adapun kegiatan

penelitian sebagaimana tampak pada tabel dibawah ini :

Tabel 3.1
Waktu Penelitian di SMK Muhammadiyah 3 Kota Bandung
Tahun 2020

Bulan
No Kegiatan
Sept Okt Nov Des
1. Persiapan penyususnan proposal √
Penyusunan proposal penelitian dan
2. √
konsultasi
Seminar UP, penyempurnaan materi
3. √
penelitian dan konsultasi
Perbaikan Materi Bab I sampai
4. dengan Bab III, Penyusunan √
instrument penelitian dan konsultasi
Pengumpulan Data yang diperlukan
5. √ √
selama penelitian
Pengolahan data penyusunan Bab IV
6. √
sampai dengan Bab V dan konsultasi
Pelaporan hasil penelitian dan ujian
7. √ √
sidang
127

Sumber : Penelti

3.2 Populasi dan Sampel

Populasi dan sampel dapat digunakan sebagai sumber

data, dalam penelitian kuantitatif populasi dan sampel penelitian

sangat diperlukan karena digunakan untuk analisis data.

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas:

objek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya (Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis, 2008, hal.

115). Populasi dalam statistika tidak terbatas pada sekelompok

orang tetapi juga kelompok apa saja seperti binatang, tumbuhan,

atau apa saja yang menjadi objek penelitian kita. Misalnya

populasi bank swasta di Indonesia, tanaman, rumah, alat-alat

perkantoran, dan jenis pekerjaan.

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang

dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, Metode Penelitian

Bisnis, 2008, hal. 116). Walaupun sampel jumlahnya relatif sedikit


128

tetapi bisa mewakili kelompok atau keseluruhan yang lebih besar.

Pengambilan sampel dilakukan untuk efisiensi, misalnya karena

terbatasan dana, tenaga dan waktu, apa yang diteliti dari sampel

hasilnya dapat diberlakukan untuk populasi.

Untuk mengambil sampel dari populasi yang sudah

diketahui jumlah populasinya bisa digunakan rumus dari Taro

Yamane, sebagai berikut (Riduwan & Engkos, 2008, hal. 44):

…….. (i)

Dimana : n = Jumlah Sampel


N = Jumlah Populasi
2
d = Presisi yang diterapkan

Jika pengambilan sampelnya bertingkat (berstrata) maka


digunakan perumusan proporsional random sampling sebagai
berikut:
.……..(ii)

Dimana: ni = Jumlah sampel menurut stratum

N = Jumlah sampel seluruhnya

Ni = Jumlah populasi menurut stratum

N = Jumlah populasi seluruhnya

Menurut Arikunto (2002, hal. 112) apabila subjeknya kurang

dari 100 lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya

merupakan penelitian populasi.


129

Sugiyono (2008, hal. 122) mengatakan bila semua anggota

populasi digunakan sebagai sampel atau penelitian yang ingin

membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil maka

digunakan teknik Sampling Jenuh istilah lainnya adalah Sensus.

Hal yang berhubungan dengan masalah populasi dan

sampel yakni unit analisis, Arikunto (2002, hal. 121) menjelaskan

maksud unit analisis dalam penelitian, adalah satuan tertentu yang

diperhitungkan sebagai objek penelitian.

Berdasarkan konsep populasi dan sampel di atas, maka

objek penelitian ini adalah Asatidzah SMK Muhammadiyah 3

Bandungdengan jumlah populasi 32 orang Asatidzah, mengingat

anggota penelitiannya hanya berjumlah 32 maka tidak dilakukan

pengambilan sampel tetapi di ambil seluruh populasinya atau

dengan kata lain dilakukan penelitian populasi.

3.3 Desain Penelitian

Dalam melakukan suatu penelitian perlu dilakukan

perencanaan dan pelaksanaan penelitian agar penelitan yang

dilakukan dapat berjalan dengan baik dan sistematis. Rianto Adi

(2004, hal. 100) mengungkapkan bahwa desain penelitian

(Rancangan Penelitian) sebenarnya merupakan juga strategi

peneliti dalam menggunakan metode pengumpulan data yang

akan digunakan. Atau dengan kata lain, desain penelitian adalah

suatu rencana mengenai keadaan/kondisi untuk pengumpulan


130

dan analisis data dalam suatu cara untuk menyatukan hubungan

(atau perlunya) maksud/tujuan penelitian dengan penghematan

dalam prosedur. Apa yang mau diteliti, bagaimana menelitinya,

bagaimana menganalisisnya.

Berikut ini rancangan Desain Penelitian yang digunakan

oleh peneliti dalam mengidentifikasi permasalahan yang ada di

SMK Muhammadiyah 3 Bandung berdasarkan studi kasus.

Desain Penelitian

Studi Pendahuluan

Identifikasi Kerangka Hipotesis


Masalah Pemikiran Penelitian

Prosedur Populasi &


Uji Coba
Penelitian Sampling

Operasonalisasi Pengumpulan
Variabel Data
Penelitian

Coding, editing

Valid? &
Reliable
Analisis Data

Kesimpulan

Gambar : 3.2 Desain Penelitian


131

Proses penelitian dimulai dari studi pendahuluan yaitu

dengan melakukan identifikasi masalah, membuat kerangka

pemikiran, hipotesis penelitian dan rancangan studi kasus yang

secara bertahap dan terarah dalam melakukan penelitian yang

ada di SMK Muhammadiyah 3 Bandung agar lebih terfokus pada

permasalahan yang ada.

Proses selanjutnya adalah melakukan penelitian dengan

langkah-langkah:

1. Membuat prosedur penelitian, dimana didalamnya termasuk

menentukan populasi dan sampling yang digunakan dalam

pengumpulan data.

2. Membuat operasionalisasi variabel penelitian kemudian,

membuat instrumen penelitian.

3. Melakukan uji coba penelitian untuk menentukan validitas

instrumen penelitian, bila hasil uji coba valid dapat dilanjutkan

ke penelitian selanjutnya berupa pegumpulan data. Bila hasil

uji coba tidak valid, maka menghapus atau merubah

instrumen penelitian sehingga tercapai validitas.

4. Pengumpulan data dengan menyebarkan kuisioner, angket,

observasi, wawancara, dan alat pengumpul data lainnya.


132

5. Data yang telah terkumpul disusun untuk diberi kode dan di

edit disesuaikan dengan kebutuhan penelitian.

6. Data yang dibutuhkan dianalisis sesuai dengan tujuan

penelitian.

7. Dari data hasil analisis yang diperoleh dapat ditarik

kesimpulan.

3.4 Instrumen Penelitian

Menurut Kamus Bahasa Indonesia kata in·stru·men

/instrumén/ adalah alat yang dipakai untuk me-ngerjakan sesuatu

(seperti alat yg dipakai oleh pekerja teknik, alat-alat kedokteran,

optik, dan kimia); perkakas. Sedangkan kata Penelitian adalah

kegiatan pengumpulan, pengolahan, analisis, dan penyajian data

yg dilakukan secara sistematis dan objektif untuk memecahkan

suatu persoalan atau menguji suatu hipotesis untuk

mengembangkan prinsip-prinsip umum. Jadi instrumen penelitian

adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur memecahkan

suatu persoalan atau menguji suatu hipotesis. Secara spesifik

yang diteliti dalam penelitian adalah variabel penelitian. Tidak

seperti pada bidang teknik Instrumen-instrumen penelitian yang


133

baku dalam bidang sosial sulit ditemukan, sehingga peneliti harus

mampu membuat istrumen yang akan digunakan untuk penelitian.

Titik tolak dari penyusunan adalah variabel-variabel

penelitian yang ditetapkan untuk diteliti. Dari variabel-variabel

tersebut diberikan definisi operasionalnya, dan selanjutnya

ditentukan indikator yang akan diukur. Dari indikator ini kemudian

dijabarkan menjadi butir-butir pertanyaan. Untuk memudahkan

penyusunan instrumen, maka perlu digunakan “matrik

pengembangan instrumen” atau “kisi-kisi instrumen”. (Sugiyono,

Metode Penelitian Bisnis, 2008, hal. 147).

Karena instrumen penelitian akan digunakan untuk

melakukan pengukuran dengan tujuan menghasilkan data

kuantitatif yang akurat, maka setiap instrumen harus mempunyai

skala. Dengan skala pengukuran ini, maka nilai variabel yang

diukur dengan instrumen tertentu dapat dinyatakan dalam bentuk

angka, sehingga akan lebih akurat, efisien, dan komunikatif. Skala

pengukuran dapat berupa skala nominal, skala ordinal, skala

interval, dan skala rasio.

Berbagai skala sikap yang dapat digunakan untuk

penelitian Administrasi, Pendidikan, dan Sosial antara lain adalah :

1. Skala Likert

2. Skala Guttman

3. Rating Scale

4. Semantic Diferential
134

Kelima Jenis skala tersebut bila digunakan dalam

pengukuran akan mendapatkan data interval atau rasio.

(Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis, 2008, hal. 132).

Dalam penelitian sosial yang instrumennya

menggunakan Skala Likert, Guttman, Semantic Differential,

Thurstone, daya yang diperoleh adalah data interval. Data ini

dapat dibuat menjadi data Ordinal. (Sugiyono, 1997, hal. 16).

Dalam penelelitian ini penulis menggunakan Skala

Ordinal yang di transformasikan ke skala Interval menggunakan

MSI (Method of Successive Interval).

3.5 Variabel dan Devinisi Operasional

Menurut Kamus Bahasa Indonesia kata variabel berarti

sesuatu yang dapat berubah; faktor atau unsur yang ikut

menentukan perubahan. Sugiyono (2008, hal. 59) berpendapat

bahwa variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai

dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik

kesimpulannya. Menurut hubungan antara satu variabel dengan

variabel yang lain maka dibedakan menjadi :

(1) Variabel Independen, adalah variabel yang mempengaruhi

atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya

variabel dependen (terikat);

(2) Variabel Dependen, merupakan variabel yang dipengaruhi

atau yang menjadi akibat;


135

(3) Variabel Moderator, adalah variabel yang mempengaruhi

(memperkuat dan memperlemah) hubungan antara variabel

independen dengan dependen;

(4) Variabel Intervening, adalah variabel yang secara teoritis

mempengarui hubungan antara variabel independen

dengan dependen tetapi tidak dapat diamati dan diukur;

(5) Variabel Kontrol adalah variabel yang dikendalikan atau

dibuat konstan sehingga hubungan variabel independen

terhadap dependen tidak dipengaruhi oleh faktor luar yang

tidak diteliti.

Definisi operasional variabel bertujuan untuk menjelaskan

makna variabel yang sedang di teliti. Masri S (2003) dalam

Riduwan dan Engkos (2008, hal. 182) memberikan definisi

operasional penelitian bagaimana cara mengukur suatu variabel.

Tabel 3.2
Definisi Operasional
Variabel Definisi Variabel Dimensi Indikator Skala
1. Semangat
2.  Penentuann Tujuan akhir
1. Kebutuhan dalam 3.  Tanggung Jawab Ordinal
mencapai
4.  Umpan Balik 1-6
Serangkaian sikap kesusksesan
dan Nilai-nilai yang 5. Peningkatan mutu dalam tugas
mempengaruhi 6. Tantangan
individu untuk 7.  Penghargaan
Motivasi
mencapai hal yang
Berprestasi 8. Ketegasan
spesifikasi sesuai 2. Kebutuhan dalam Ordinal
(X1) 9. Penghargaan akan status
dengan tujuan kekuasaan 7-11
individu, Rivai & 10. Pengaruh
Sagala 11. Mengikuti aturan yang berlaku
(2009,Hal.837)
12. Interaksi
3. Kebutuhan untuk 13. Sifat Sosial Ordinal
berafiliasi 14. Kelompok Kerja 12-16
15. Tingkat Kepercayaan Orang
136

16. Evaluasi
1. Perencanaan promosi bagi guru
2. Kesempatan promosi bagi guru
Ordinal
1. Promosi 3. Pelaksanaan promosi bagi guru
1-5
4. Kesesuaian pelaksanakan promosi
Kompensasi Non
Finansial 5. Ketepatan waktu promosi bagi guru
merupakan sesuatu 6. Perencanaan diklat
yang diterima guru 7. Kesesuain diklat Ordinal
Kompensasi 2. Pengembangan diri
sebagai pengganti 6-8
Non 8. Manfaat diklat
kontribusi jasa
Finansial
mereka pada 9. Kenyamanan tempat kerja
(X2)
lembaga 10. Fasilitas tempat kerja Ordinal
(Rivai & Sagala, 11. Dukungan rekan kerja 9-16
(2009,
12. Kondusifitas suasana kerja
Hal 741) 3. Lingkungan kerja
13. Ruang belajar yang nyaman
14. Kegitaan rekreasi
15. Teknologi yang memadai
16. Rasa memiliki dalam hal pekerjaan
1. Profesi Guru  
2. Perhatian dari sekolah Ordinal
1. Pekerjaan Itu Sendiri
1-4
( Job it Self) 3. Fasilitas  
4. Keamanan  
5.  Koreksi kinerja
6. Motivasi
Kepuasan kerja di 2. Supervisi Ordinal
definisikan sebagai (Supervision) 7. Diskusi Hasil Supervisi 5-8
suatu persaaan 8. Melakukan Komunikasi dengan
positif tentang pimpinan
pekerjaan 9. Gaji Sesuai
Kepuasan seseorang yang 10. Insentif Ordinal
Kerja (Y) merupakan hasil 3. imbalan (Pay)
11. Tunjangan Jabatan 9-12
dari sebuah
evaluasi 12. Tunjangan Profesi
karakteristrik . 13.  Pengangkatan Panitia
(Robins, 2008, 14.  Respon Pendapat
Hal 99) 4. Kesempatan Promosi Ordinal
15.  Pengangkatan pembantu
(Promotion) 13-17
16.  Mendukung kegiatan
17.   Promosi jabatan
18. Kenyamanan
5. Suasana tempat kerja Ordinal
19. Ketenangan
(Co-Workers) 18-20
20.  Rekan Kerja
Suatu hasil kerja 1. Implementasi materi
yang dicapai pembelajaran Ordinal
seseorang dalam 1. Kualitas Kerja 2. Standar kualitas guru 1-3
melaksanakan 3. Prestasi belajar siswa
Kinerja (Z)
tugas-tugas yang
4. Proses belajar mengajar
dibebankan Ordinal
kepadanya 2. Ketepatan Waktu 5. Pemanfaatan waktu
4-6
didasarkan atas 6. Pencapaian materi pembelajaran
137

7.  Mengembangkan Ide
8. Pemecahan masalah Ordinal
3. Inisiatif
9. Kreatif dalam proses 7-10
10. Inovatif dalam belajar mengajar
11.  Penguasaan materi pembelajaran
Ordinal
4. Kemampuan 12. Keterampilan guru
11-13
13. Mengembangkan bakat
14.  Melakukan Komunikasi
kecakapan
15. Melakukan kerjasama dengan Ordinal
pengalaman dan 5. Komunikasi siswa 14-16
kesungguhan serta
16. Melakukan komunikasi dengan
waktu. T.R Mitchell
pimpinan
dalam
(Sedarmayanti, 17. Kompetensi dasar
2002. Hal 52) 18. Penilaian pembelajaran Ordinal
5. Tindak Lanjut
19. Pemeriksaan pembelajaran 17-20
20. Evaluasi pembelajaran

3.6 Teknik Instrumen Penelitian

Instrumen berfungsi sebagai alat bantu dalam

mengumpulkan data yang diperlukan. Bentuk instrumen berkaitan

dengan metode pengumpulan data, misalnya metode angket atau

koesioner. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini

adalah metode kuesioner atau angket yang dibagikan kepada 35

responden yang meruapakan karyawan SMK Muhammadiyah 3

Kota Bandung. Kuesioner atau angket merupakan teknik

pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi

seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada para

responden untuk dijawab (Sujarweni, 2015:94).

3.7 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data

3.7.1 Pengumpalan Data

Pengumpulan data merupakan prosedur yang sistematis dan

standar untuk memperoleh data yang diperlukan (Nazir, 2005, hal.


138

174). Jika dilihat dari sumber datanya, maka pengumpulan data

dapat menggunakan sumber primer, dan sumber sekunder.

Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan

data kepada pengumpul data, dan sumber sekunder merupakan

sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul

data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen (Sugiyono,

Metode Penelitian Bisnis, 2008). Nazir (2005, hal. 174) mengatakan

“Data yang dikumpulkan harus cukup valid untuk digunakan.

Validitas data dapat ditingkatkan jika alat pengukur serta kualitas

dari pengambil datanya sendiri cukup valid.”. Teknik pengumpulan

data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari survei berupa

kuesioner dan teknik dokumentasi.

3.7.2 Teknik Analisis Data

Data yang dihasilkan dari survai dengan menggunakan

kuesioner merupakan data statistik. Oleh karena itu, analisis yang

dilakukan haruslah mengikuti kaidah-kaidah statisktika. Dalam ilmu

statistik, secara garis besar, jenis analisis dapat dibedakan menjadi

dua jenis, yaitu :

1. Analisis Deskriptif

Analisis Deskriptif merupakan metode untuk

menggambarkan data yang dikumpulkan secara sederhana.

Penyajiannya dapat berbentuk tabel, atau grafik, termasuk juga

perhitungan rata-rata, standar deviasi, dan sebagainya


139

(Nasution, Mustafa Edwin; Usman, Hardius, 2008, hal. 118).

Secara lebih umum metode diskriptif diberi nama metode survai,

metode ini bukan saja memberikan gambaran terhadap

fenomena-fenomena, tetapi juga menerangkan hubungan,

menguji hipotesis-hipotesis, membuat prediksi serta

mendapatkan makna dan implikasi dari suatu masalah yang

ingin dipecahkan.

2. Analisis Inferensi

Metode ini merupakan data sampel sebagai dasar

interpretasi dan analisis agar didapat suatu kesimpulan yang

digunakan untuk mengetahui sesuatu tentang populasi.

(Nasution, Mustafa Edwin; Usman, Hardius, 2008, hal. 125)

Dalam penelitian ini digunakan Analisis Deskripsi untuk

menggambarkan data penelelitian dan teknis analisis inferensial

dengan teknis analisis jalur, dan pengolahan data menggunakan

program SPSS 20.

3.8 Uji Validasi dan Reliabilitas

Validitas dan Reliabilitas dilakukan untuk menguji keabsahan

data dalam penelitian, pada penelitian kuantitatf data yang diambil

harus dilakukan secara benar dan konsisten, dengan kata lain


140

instrumen atau peralatan yang digunakan untuk pengambilan data

harus akurat dan data yang diambil tidak berubah-ubah.

3.8.1 Pengujian Validasi

Terdapat dua macam validitas penelitian, yaitu validitas

internal dan validitas eksternal. Validitas internal berkenaan dengan

derajat akurasi desain penelitian dengan hasil yang dicapai.

Validitas eksternal berkenaan dengan derajat akurasi apakah hasil

penelitian dapat digeneralisasikan atau diterapkan pada populasi

dimana sampel tersebut diambil. Bila sampel penelitian

representatif, instrumen penelitian valid dan reliabel, cara

mengumpulkan dan analisis data benar, maka penelitian akan

memiliki validitas eksternal yang tinggi.

Validitas berhubungan dengan ketepatan alat ukur untuk

melakukan tugasnya mencapai sasarannya. Validitas juga

berhubungan dengan tujuan dari pengukuran. Pengukuran

dikatakan valid jika mengukur tujuannya dengan nyata atau benar,

alat ukur yang tidak valid adalah yang memberikan hasil ukuran

menyimpang dari tujuannya. (Jogiyanto, 2005, hal. 120). Validitas

menurut Sugiyono (2008, hal. 455) merupakan derajat ketepatan

antara data yang sesungguhnya terjadi pada obyek penelitian

dengan data yang dapat dilaporkan oleh peneliti. Dengan demikian

data yang valid adalah data yang tidak berbeda dengan data

sebenarnya.
141

Untuk menguji validitas alat ukur, digunakan rumus korelasi

product moment:

Selanjutnya dihitung dengan rumus uji-t

Dimana :

t = Nilai thitung

r = Koefisien korelasi hasil hitung

n = Jumlah responden

Distribusi t untuk α = 0,05 dan derajat kebebasan (dk = n-2)

Kaidah keputusan:

Jika thitung > ttabel berarti valid, sebaliknya

thitung < ttabel berarti tidak valid

Selain secara manual, uji validitas dapat dilakukan dengan

menggunakan Program SPSS 20 dilihat pada corrected item-total

correlation masing-masing butir pertanyaan.

3.8.2 Pengujian Reabilitas

Reabilitas berhubungan dengan akurasi (accurately) dari

pengukuran. Reliabilitas berhubungan dengan konsistensi dari

pengukuran. Suatu pengukur dikatakan reliabel (dapat diandalkan)

jika dapat dipercaya. Supaya dapat dipercaya, maka maka hasil

dari pengukuran harus akurat dan konsisten.


142

Dikatakan konsisten jika beberapa pengukuran terhadap

subyek yang sama diperoleh hasil yang tidak berbeda (Jogiyanto,

2005, hal. 120). Sugiyono (2008, hal. 456) menyatakan bahwa

reliabilitas berkenaan dengan derajat konsistensi dan stabilitas data

atau temuan. Dalam pandangan kuantitatif, suatu data dinyatakan

reliabel apabila dua atau lebih peneliti dalam obyek yang sama

menghasilkan data yang sama., atau peneliti sama dalam waktu

berbeda menghasilkan data yang sama, atau sekelompok data bila

dipecah menjadi dua menunjukkan data yang tidak berbeda.

Cara untuk mencari reliabilitas dapat digunakan metode

koefisien Cronbach Alpha (Rangkuti, 2009, hal. 44). Rumus

Cronbach Alpha :

K adalah jumlah item atau indikator,

dan

Nunnally dalam Stefanie Leimeister (2010, hal. 140)

mengatakan nilai reliabilitas alpha-cronbach dapat diterima

umumnya disetujui diatas 0,7

3.9 Analisis Jalur


143

Model Analisis Jalur (Path Analysis) digunakan untuk

menganalisis pola hubungan antar variabel dengan tujuan untuk

mengetahui pengaruh langsung maupun tidak langsung seperangkat

variabel bebas (eksogen) terhadap variabel terikat (endogen) .

Fraenkel dan Wallen dalam Nidjo Sandjojo (2011, hal. 11)

mengatakan bahwa analisis jalur adalah suatu bentuk terapan dari

analisis multi-regresi.

Manfaat lain model path analysis adalah untuk: (1) Penjelasan

(explanation) terhadap fenomena yang dipelajari atau permasalahan

yang diteliti; (2) Prediksi nilai variabel terikat (Y) berdasarkan nilai

variabel bebas (X), dan prediksi dengan path analysis ini bersifat

kualitatif; (3) Faktor diterminan yaitu penentuan variabel bebas (X)

mana yang berpengaruh dominan terjadap variabel terikat (Y), juga

dapat digunakan untuk menelusuri mekanisme (jalur-jalur) pengaruh

variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y); (4) Pengujian model,

menggunakan theory triming, baik untuk uji reliabilitas (uji keajegan)

konsep yang sudah ada ataupun uji pengembangan konsep baru.

(Riduwan & Engkos, 2008, hal. 2).

Asumsi yang mendasari path analysis sebagai berikut: (1)

Pada model path analysis, hubungan antar variabel adalah bersifat

linier, adaptif dan bersifat normal; (2) Hanya sistem aliran kausal ke

satu arah artinya tidak ada arah kausalitas yang berbalik; (3)

Variabel terikat (endogen) minimal dalamskala ukur interval dan

ratio; (4) Menggunakan sampel probability sampling yaitu teknik


144

pengambilan sampel untuk memberikan peluang yang sama pada

setiap anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel; (5)

Observer variables diukur tanpa kesalahan (instrumen pengukuran

valid dan reliabel) artinya variabel yang diteliti dapat diobservasi

secara langsung; (6) Model yang dianalisis dispesifikasikan

(diidentifikasi) dengan benar berdasarkan teori-teori dan konsep-

konsep yang relevan artinya model teori yang dikaji atau diuji

dibangun berdasarkan kerangka teoritis tertentu yang mampu

menjelaskan hubungan kausalitas antar variabel yang diteliti.

(Riduwan & Engkos, 2008, hal. 2).

Menurut Riduwan dan Engkos (2008, hal. 7) Secara

sistematik path analysis mengikuti pola model struktural, sehingga

langkah awal untuk mengerjakan atau penerapan model path

analysis yaitu dengan merumuskan persamaan struktural dan

diagram jalur yang berdasarkan kajian teori tertentu, dan Riduwan

dan Engkos (2008, hal. 115) juga mengungkapkan bahwa dasar

perhitungan koefisien jalur adalah Analisis korelasi dan regresi.

Teknik analisis jalur ini akan digunakan dalam menguji

besarnya sumbangan (kontribusi) yang ditunjukkan oleh koefisien

jalur pada setiap diagram jalur dari hubungan kausal antar variabel

X1 dan X2 terhadap Y serta dampaknya kepada Z.


145

Gambar 3.3
Diagram Jalur Hubungan Kausal X1,X2, Ke Y dan Ke Z
Persamaan struktur untuk diagram jalur di atas

Y = ρYX1 X1+ ρYX2X2 + ρyɛ1ɛ1

Z = ρZY Y+ ρZɛ2ɛ2.
Keterangan:
Y = Variabel Kepuasan Kerja
X1 = Variabel Motivasi

X2 = Variabel Kompensasi
Z = Variabel Kinerja

ρik = Merupakan koefisien jalur (Path coefficient) untuk setiap


variabel eksogen k.

ɛi = Menunjukan variabel atau faktor residual yang fungsinya


menjelaskan pengaruh variabel lain yang telah tentifikasi
oleh teori, tetapi tidak diteliti atau variabel lainnya yang
belum teridentifikasi oleh teori, atau muncul sebagai akibat
dari kekeliruan pengukuran variabel.
Selanjutnya untuk menghitung koefisien korelasi dan

koefisien jalur dan yang lainya dilakukan dengan cara-cara

sebagai berikut.

a. Menghitung dan menyusun matrik koefisien korelasi (r)


guna mengetahui korelasi antar variabel
b. Menghitung koefisien jalur (ρ)
c. Menghitung koefisien determinasi (r2)
d. Menghitung koefisien jalur epsilon (ɛ)

3.10 Pengujian Hipotesis


146

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap

rumusan masalah penelitian. Dikatakan sementara, karena

jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan,

belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui

pengumpulan data.

Sugiyono (2008, hal. 94) mengatakan bahwa perlu

dibedakan pengertian hipotesis penelitian dan hipotesis statistik.

Hipotesis penelitian adalah jawaban sementara terhadap rumusan

masalah penelitian sedangkan hipotesis statistik ada bila

penelitian bekerja dengan sampel, jika penelitian tidak

menggunakan sampel, maka tidak ada hipotesis statistik. Dugaan

apakah data sampel itu dapat diberlakukan ke populasi

dinamakan hipotesis statistik.

Menurut Abu Bakar (2007, hal. 5) Hipotesis statistik

dinyatakan dalam bentuk parameter. Oleh itu perlu dinyatakan

dalam bentuk Nol.

Dalam suatu penelitian, dapat terjadi ada hipotesis

penelitian, tetapi tidak ada hipotesis statistik. Penelitian yang

dilakukan pada seluruh populasi mungkin akan terdapat hipotesis

penelitian tetapi tidak akan ada hipotesis statistik. (Sugiyono,

Metode Penelitian Bisnis, 2008, hal. 94)

Sugiyono (2008, hal. 95) juga mengungkapkan jika yang

diteliti adalah populasi maka hipotesis statistiknya tidak ada. Yang


147

ada hanya hipotesis penelitian. Dalam pembuktiannya tidak ada

istilah “Signifikansi” (taraf kesalahan atau taraf kepercayaan).

Hipotesis yang akan diuji dinamakan hipotesis kerja,

sebagai lawannya adalah hipotesis nol (nihil). Hipotesis kerja

disusun berdasarkan atas teori yang dipandang handal.

Mengingat dalam penelitian ini semua anggota populasi

digunakan sebagai sampel (sensus) yaitu semua guru di SMK

Muhammadiyah 3 Bandung maka hanya terdapat hipotesis

penelitian dan tidak menggunakan hipotesis statistik .

Anda mungkin juga menyukai