Anda di halaman 1dari 223

PENGARUH MOTIVASI DAN KOMPENSASI

TERHADAP KEPUASAN KERJA SERTA DAMPAKNYA


TERHADAP KINERJA ASATIDZAH
DI MUALLIMIN PESANTREN PERSATUAN ISLAM 2
BANDUNG

TESIS
oleh :
Ihsan Zakian
NPM.2008292

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh


Gelar Magister Manajemen pada Program Pascasarjana
Magister Manajemen Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Pasundan

Program Pascsarjana Magister Manajemen


SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI
PASUNDAN BANDUNG
2013
TESIS

Oleh :
Ihsan Zakian
NPM.2008292

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh


Gelar Magister Manajemen pada Program Pascasarjana
Magister Manajemen Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Pasundan

Bandung, April 2013


Menyetujui Pembimbing

Dr. Senen Mahmud S.E, M.Si


PENGARUH MOTIVASI DAN KOMPENSASI
TERHADAP KEPUASAN KERJA SERTA DAMPAKNYA
TERHADAP KINERJA ASATIDZAH
DI MUALLIMIN PESANTREN PERSATUAN ISLAM 2 BANDUNG

Oleh :
Ihsan Zakian
NPM.2008292

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh


Gelar Magister Manajemen pada Program Pascasarjana
Magister Manajemen Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Pasundan

Bandung, April 2013


Menyetujui Pembimbing

Dr. Senen Mahmud S.E, M.Si

Ketua STIE Pasundan Ketua Program


Pascasarjana Magister
Manajemen

Dr. H. Dedi Hadian, MM Prof.Dr.H.M. Sidik Priadana, MS


SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : IHSAN ZAKIAN
NPM 2008292
Konsentrasi : MSDM
Program : Pasca Sarjana Magister Manajemen
: STIE Pasundan – Bandung
Judul Tesis : Pengaruh Motivasi dan Kompensasi terhadap Kepuasan
Kerja serta dampaknya terhadap Kinerja Asatidzah
di Muallimin Pesantren Persatuan Islam 2 Bandung

Dengan ini menyatakan bahwa :


1. Tesis yang saya buat dengan judul sebagaimana tersebut di atas beserta
isinya merupakan hasil penelitian saya sendiri
2. Tesis tersebut bukanlah plagiat atau salinan tesis milik orang lain
3. Apabila tesis saya ini hasil plagiat atau menyalin tesis milik orang lain,
maka saya bersedia dituntut di muka pengadilan dan dicabut segala
wewenang dengan ijazah dan gelar akademik Magister Manajemen
(MM) sesuai ketentuan yang berlaku.
Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebenar-benarnya untuk
diketahui oleh pihak-pihak yang berkepentingan
Bandung, April 2013
Yang membuat pernyataan

Ihsan Zakian
ABSTRAK

Penelitian ini berjudul, “Pengaruh Motivasi dan Kompensasi terhadap


Kepuasan Kerja serta dampaknya terhadap Kinerja Asatidzah di Muallimin
Pesantren Persatuan Islam 2 Bandung.” IIHSAN ZAKIAN NPM 2008292 di
bawah bimbingan DR. SENEN MACHMUD, SE, M.Si.

Tujuan Penelitian ini adalah: 1) untuk mengetahui keadaan motivasi,


kompensasi, kepuasan kerja, dan kinerja Asatidzah di Muallimin Pesantren
Persatuan Islam 2 Bandung, 2) untuk mengetahui besarnya pengaruh motivasi
dan kompensasi secara simultan terhadap kepuasan kerja dan dampaknya
terhadap kinerja guru.

Metode penelitian yang digunakan adalan sensus yang bersifat deskriptif


analitis dengan menggunakan analisis jalur,dan perhitungan menggunakan
SPSS 20. Hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) keadaan motivasi
berada dalam kategori baik (3,975), 2) keadaan kompensasi ada pada kategori
baik (3,994), 3) keadaan kepuasan kerja ada pada kategori baik (4,097), 4)
keadaan kinerja ada pada kategori baik (4,048), 5) terdapat pengaruh yang
signifikan motivasi (X1) terhadap kepuasan kerja (Y) sebesar 17,3%, 6) terdapat
pengaruh yang signifikan kompensasi terhadap kepuasan kerja sebesar 46,3%,
7) terdapat hubungan antara motivasi dan kompensasi 0,949, 8) kepuasan
kerja berpengaruh terhadap kinerja sebesar 72,5%.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah adanya pengaruh yang signifikan


motivasi dan kompensasi terhadap kepuasan kerja dan berdampak terhadap
kinerja.

Kata Kunci: Motivasi, Kompensasi, Kepuasan Kerja, Kinerja Asatidzah

i
ABSTRACT

This research entitled, “Influence of motivation and compensation to job


satisfaction and it is impact to teachers performance in Muallimin Pesantren
Persatuan Islam 2 Bandung” IHSAN ZAKIAN NPM 2008292, guided by DR.
SENEN MACHMUD, S.E, M.Si

The aims of the research are: 1) to find out the conditon of motivation,
compensation, job satisfaction, and performance of teacher in Pesantren
Persatuan Islam 2 Bandung, 2) to find out how far motivation dan compensation
simultaneously affect job satisfaction and it is affect to performance.

The research method that used is sensus with analytical description and
using Path Analysis, it is calculation using SPSS 20 software. The results of the
reasearch are: 1) the condition of motivation is in good category (3,975), 2) the
condition of compensation is in good category (3,994), 3) the condition of job
satisfaction is in good category (4,097), 4) the condition of Performances is in
good category (4,048), 5) there is significant influence of motivation to job
satisfaction, the is value 17,3%, 6) there is significant influence of compensation
to job satisfaction, the is value 46,3%, 7) there isi correlation betwen motivation
and compensation 0,949 8) there is significant affect of job satisfaction to
performances, the value is72,5%..

The conclusion from this research is proven there are significant affect of
motivation and compensation to job satisfaction and impact performance.

Key Word: Motivation, compensation, job satisfaction, and performance

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Illahi Rabbi, karena berkat
rahmat dan hidayah-Nyalah, penelitian tesis ini dapat diselesaikan.
Penelitian ini dimaksudkan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Magister Manajemen pada Program Pascasarjana Magister Manajemen
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Pasundan.
Disadari sepenuhnya bahwa penelitian ini dapat diselesaikan berkat
adanya bantuan dari berbagai pihak, oleh karenanya penulis mengucapkan
terima kasih yang tak terhingga kepada Dr. Senen Mahmud, MS, selaku
pembimbing yang telah memberikan dukungan dan bantuan berupa pemikiran,
bimbingan, dan motivasi dengan penuh kesabaran dan pengertiannya.
Penyelesaian penelitian ini juga tidak terlepas dari peran serta berbagai
pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Karenanya pada
kesempatan yang baik ini penulis mengucapkan terima kasih khususnya
kepada:
1. Dr. Dedi Hadian, MM. Sebagai Ketua STIE Pasundan
2. Prof. Dr. H. Sidik Priadana MS. Sebagai Ketua Program Pascasarjana
Magister Manajemen.
3. Kepada seluruh Dosen dan Staf Program Pascasarjana Magister
Manajemen Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Pasundan, penulis ucapkan
banyak terima kasih.
4. Kepada keluarga tercinta yang telah memberikan motivasi sehingga tesis
ini dapat terselesaikan

iii
Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih banyak kekurangannya,
dan hal tersebut disebabkan oleh kelemahan penulis, untuk itu penulis mohon
maaf sebesar-besarnya.

Bandung, April 2013


Penulis,

Ihsan Zakian

iv
DAFTAR ISI

HAL

ABSTRAK........................................................................................................................I

ABSTRACT.....................................................................................................................II

KATA PENGANTAR....................................................................................................III

DAFTAR ISI....................................................................................................................V

DAFTAR TABEL..........................................................................................................IX

DAFTAR GAMBAR.....................................................................................................XII

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH.........................................................................1


1.2 IDENTIFIKASI MASALAH................................................................................19
1.3 RUMUSAN MASALAH.................................................................................................................... 19
1.4 TUJUAN PENELITIAN......................................................................................20
1.5 KEGUNAAN PENELITIAN...............................................................................21

BAB II KERANGKA TEORI.......................................................................................23

2.1 MANAJEMEN.................................................................................................................................... 23
2.2 KONSEP MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA..................................25
2.2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia...................................25
2.2.2 Tujuan Manajemen Sumber Daya Manusia..........................................27
2.2.3 Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia..........................................29
2.3 KONSEP MOTIVASI........................................................................................................................ 30
2.3.1 Dasar-Dasar Pokok Motivasi...................................................................30
2.3.2 Pola Dasar Pemikiran Teori Motivasi.....................................................32
2.3.3 Teori-Teori Motivasi...................................................................................34
2.3.4 Model Motivasi...........................................................................................54
2.4 KONSEP KOMPENSASI..................................................................................58
2.4.1 Pengertian Kompensasi............................................................................58

v
2.4.2 Tujuan Manajemen Kompensasi.............................................................66
2.4.3 Komponen-Komponen Kompensasi.......................................................68
2.4.4 UPAH...........................................................................................................69
2.4.5 GAJI.............................................................................................................73
2.4.6 INSENTIF....................................................................................................76
2.4.7 Kompensasi dalam Perspektif Islam.......................................................80
2.4.8 Penghargaan dan Imbalan Guru.............................................................87
2.5 KONSEP KEPUASAN BEKERJA...................................................................89
2.5.1 Teori tentang kepuasan kerja................................................................91
2.5.2 Kepuasan Kerja dalam Perspektif Islam................................................96
2.5.3 Indikator Kepuasan Kerja.........................................................................99
2.6 KONSEP KINERJA....................................................................................................................... 104
2.6.1 Pengertian Penilaian Kinerja..................................................................105
2.6.2 Tujuan Penilaian Kinerja.........................................................................107
2.6.3 Kegunaan Penilaian Kinerja...................................................................109
2.6.4 Ukuran Kinerja..........................................................................................110
2.6.5 Kinerja Guru..............................................................................................111
2.7 PENELITIAN SEBELUMNYA........................................................................113
2.8 KERANGKA PEMIKIRAN............................................................................................................. 116
2.9 HIPOTESIS PENELITIAN............................................................................................................ 120

BAB III METODE PENELITIAN..............................................................................121

3.1 TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN..........................................................121


3.2 POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN.....................................................122
3.3 DESAIN PENELITIAN................................................................................................................... 124
3.4 INSTRUMEN PENELITIAN.......................................................................................................... 127
3.5 VARIABEL DAN DEFINISI OPERASIONAL...............................................129
3.6 TEKNIK PENGUMPULAN DAN ANALISIS DATA.....................................132
3.6.1 Pengumpulan Data..................................................................................132
3.6.2 Teknik Analisis Data................................................................................132
3.7 UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS...........................................................133

3.7.1 Pengujian Validitas..................................................................................134


3.7.2 Pengujian Reliabilitas..............................................................................135
vi
3.8 ANALISIS JALUR......................................................................................................................... 137
3.9 PENGUJIAN HIPOTESIS............................................................................................................. 140

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...........................................142

4.1 GAMBARAN UMUM MUALLIMIN PESANTREN PERSATUAN ISLAM 2 BANDUNG


............................................................................................................................142
4.2 PROFIL RESPONDEN................................................................................................................. 143
4.3 UJI KUALITAS DATA................................................................................................................... 145
4.4 ANALISIS DATA PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...............................149
4.4.1 Transformasi Data Ordinal ke Interval..................................................150
4.4.2 Uji Normalitas Data..................................................................................150
4.4.3 Deskripsi Jawaban Responden Mengenai Motivasi Kerja Asatidzah di
Muallimin Pesantren Persatuan Islam 2 Bandung
....................................................................................................................
153
4.4.4 Deskripsi Jawaban Responden Mengenai Kompensasi Asatidzah di
Muallimin Pesantren Persatuan Islam 2 Bandung
....................................................................................................................
156
4.4.5 Deskripsi Jawaban Responden Mengenai Kepuasan Kerja Asatidzah
di Muallimin Pesantren Persatuan Islam 2 Bandung
....................................................................................................................
157
4.4.6 Deskripsi Jawaban Responden Mengenai Kinerja Asatidzah di
Muallimin Pesantren Persatuan Islam 2 Bandung
....................................................................................................................
160
4.4.7 Ketercapaian Skor Tiap Variabel...........................................................163
4.4.8 Analisis Korelasi........................................................................................164
4.4.9 Analisis Jalur..............................................................................................166
4.8 PEMBAHASAN............................................................................................................................... 172
4 8.1 Keadaan Motivasi Guru di Muallimin Pesantren Persatuan Islam 2
Bandung....................................................................................................173
4 8.2 Keadaan Kompensasi Guru di Muallimin Pesantren Persatuan Islam 2
Bandung....................................................................................................174
4.8.3 Keadaan Kepuasan Kerja Guru di Muallimin Pesantren Persatuan
vi
i
Islam 2 Bandung
....................................................................................................................
176

4.8.4 Keadaan Kinerja Guru di Muallimin Pesantren Persatuan Islam 2


Bandung
....................................................................................................................
178
4.8.5 Pengaruh Motivasi terhadap Kepuasan Kerja Guru............................179
4.8.6 Pengaruh Kompensasi terhadap Kepuasan Kerja Guru....................180
4.8.7 Pengaruh Kompensasi dan Motivasi terhadap Kepuasan Kerja Guru
Secara Simultan
....................................................................................................................
181
4.8.8 Pengaruh Kepuasan Kerja terhadap Kinerja Guru..............................181

BAB V PENUTUP......................................................................................................183

5.1 KESIMPULAN................................................................................................................................. 183


5.2 SARAN............................................................................................................................................. 185

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................187

vi
ii
DAFTAR TABEL

No. Tabel Uraian Hal

1 Sarana dan Prasarana Muallimin Pesantren Persatuan Islam 2

Bandung Tahun Pelajaran 2011-2012...................................................10

2 Data Pendidik Muallimin Pesantren Persatuan Islam 2 Bandung

Tahun Pelajaran 2011-2012....................................................................12

3 Kualifikasi Pendidikan Asatidzah Muallimin Pesantren Persatuan

Islam 2 Bandung Tahun Pelajaran 2011-2012.....................................13

4 Data Penerima Sertifikasi di Muallimin Pesantren Persatuan

Islam 2 Bandung Tahun Pelajaran 2011-2012.....................................14

5 Keadaan Penerimaan Santri Baru Muallimin Pesantren

Persatuan Islam 2 Bandung.....................................................................14

6 Rata-rata Nilai Ujian Nasional Santri Muallimin Pesantren

Persatuan Islam Bandung........................................................................15

7 Plafon Penggajian Tenaga Pendidik dan Kependidikan Muallimin

Persatuan Islam 2 Bandung Tahun Pelajaran 2011-2012..................15

8 Hasil Pengamatan Kinerja Asatidzah Muallimin Pesantren

Persatuan Islam 2 Bandung Tahun Pelajaran 2010-2011..................17

9 Faktor-faktor Pemuas dan Pemeliharaan dalam Bekerja...................49

10 Hasil Penelitian Sebelumnya.................................................................113

11 Jadwal Penelitian di Muallimin Pesantren Persatuan Islam 2

Bandung....................................................................................................121

12 Definisi Operasional................................................................................130

ix
13 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin......................143

14 Umur Responden....................................................................................143

15 Data Asatidzah Berdasarkan Tingkat pendidikan..............................144

16 Data Kepegawaian Berdasarkan Status Kepegawaian....................144

17 Tabel Masa Kerja Responden...............................................................145

18 Rekapitulasi Validitas-Reliabilitas Motivasi (X1), Kompensasi

(X2), Kepuasan Kerja (Y), dan Kinerja Guru (Z)................................146

19 Uji Normalitas Motivasi...........................................................................151

20 Uji Normalitas Kompensasi....................................................................151

21 Uji Normalitas Kepuasan Kerja.............................................................152

22 Uji Normalitas Variabel Kinerja.............................................................153

23 Tanggapan Responden tentang Motivasi............................................153

24 Rata-rata Kriteria Variabel Motivasi Tiap Dimensi............................155

25 Tanggapan Responden tentang Kompensasi....................................156

26 Rata-rata Kriteria Variabel Kompensasi Tiap Dimensi.....................157

27 Tanggapan Responden tentang Kepuasan Kerja..............................158

28 Rata-rata Kriteria Variabel Kepuasan Kerja Tiap Dimensi...............160

29 Tanggapan Responden tentang Kinerja..............................................161

30 Rata-rata Kriteria Variabel Kinerja Tiap Dimensi..............................162

31 Kriteria Penafsiran Kondisi Variabel Penelitian..................................163

32 Kriteria ketercapaian Skor Tiap Variabel.............................................164

33 Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r...................................................164

34 Korelasi antar Variabel...........................................................................165

x
35 Model Summary X1 dan X2 terhadap Y Secara Simultan..................166

36 Koefisien X1 dan X2 terhadap Y Secara Simultan..............................167

37 Model Summary Y terhadap Z..............................................................168

38 Koefiseien Kepuasan Kerja (Y) terhadap Kinerja (Z)........................169

39 Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung..........................................171

xi
DAFTAR GAMBAR

No Gambar Uraian Hal

1 Model Motivasi Content Theory..........................................................33

2 Hierarki kebutuhan Maslow.................................................................35

3 Proses pembentukan perilaku............................................................46

4 Proses Penguatan................................................................................51

5 Hubungan pada Teori Harapan..........................................................52

6 Model Teori Harapan............................................................................54

7 Pengaruh Fungsi Divisi SDM terhadap kepuasan dan

Motivasi...................................................................................................95

8 Gambar dan Paradigma Penelitian..................................................120

9 Desain Penelitian................................................................................125

10 Diagram Jalur Hubungan Kausal X1, X2 ke Y, dan Y ke Z...........139

11 Analisis Jalur.......................................................................................170

xii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Guru memegang peranan strategis terutama dalam upaya membentuk

watak bangsa melalui pengembangan kepribadian dan nilai-nilai yang

diinginkan. Dari hal tersebut, peranan guru sulit digantikan oleh orang lain,

peranan guru dalam masyarakat Indonesia tetap dominan sekalipun teknologi

yang dapat dimanfaatkan dalam proses pembelajaran berkembang amat cepat.

Hal ini disebabkan karena ada dimensi-dimensi proses pendidikan, atau lebih

khusus bari proses pembelajaran, yang diperankan oleh guru yang tidak dapat

digantikan oleh teknologi.

Dewasa ini masyarakat menuntut profesionalisme kerja guru. Hal

tersebut menunjukkan refleksi dari adanya tuntutan yang makin besar dalam

masyarakat akan proses dan hasil kerja yang bermutu, penuh tanggung jawab,

bukan hanya sekedar asal dilaksanakan.

Fungsi pendidikan sesuai Pasal 3 UU No.20/2003 tentang sistem

pendidikan Nasional, tercantum pengertian pendidikan: “pendidikan adalah

usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

sehingga memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

1
2

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

oleh dirinya, masyarakat, banga dan negara”.

Agar pendidikan berjalan baik penyelenggaraan pendidikan diatur oleh

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia diantaranya:

1. Permendiknas Nomor 24 tahun 2008 tentang Standar Tenaga

Administrasi Sekolah;

2. Permendiknas Nomor 47 tahun 2008 tentang Wajib Belajar

3. Permendiknas Nomor 48 tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan;

dan

4. Permendiknas Nomor 74 tahun 2008 tentang guru

Guru memiliki banyak peranan, salah satunya peran guru sebagai

pendidik merupakan peran-peran yang berkaitan dengan tugas-tugas memberi

bantuan dan dorongan (supporter), tugas-tugas pengawasan dan pembinaan

(supervisor) serta tugas-tugas yang berkaitan dengan mendisiplinkan anak agar

anak itu menjadi patuh terhadap aturan-aturan sekolah dan norma hidup dalam

keluarga dan masyarakat. Tugas-tugas ini berkaitan dengan meningkatkan

pertumbuhan dan perkembangan anak untuk memperoleh pengalaman-

pengalaman lebih lanjut seperti penggunaan kesehatan jasmani, bebas dari

orang tua, dan orang dewasa yang lain, moralitas tanggung jawab

kemasyarakatan, pengetahuan dan keterampilan dasar, persiapan.untuk masa

depan dan hidup berkeluarga, pemilihan jabatan, dan hal-hal yang bersifat

personal dan spiritual. Oleh karena itu tugas guru dapat disebut pendidik dan
3

pemeliharaan anak. Guru sebagai penanggung jawab pendisiplinan anak harus

mengontrol setiap aktivitas anak-anak agar tingkah laku anak tidak

menyimpang dengan norma-norma yang ada.

Posisi guru adalah posisi yang strategis bagi pemberdayaan dan

pembelajaran suatu bangsa yang tidak mungkin digantikan oleh unsur

manapun dalam kehidupan sebuah bangsa sejak dahulu. Semakin

signifikannya keberadaan guru melaksanakan peran dan tugasnya semakin

terjamin terciptanya kehandalan dan terbinanya kesiapan seseorang. Dengan

kata lain potret manusia yang akan datang tercermin dari potret guru di masa

sekarang dan gerak maju dinamika kehidupan sangat bergantung dari "citra"

guru di tengah-tengah masyarakat.

Sejalan dengan tantangan kehidupan global, peran dan tanggung jawab

guru pada masa mendatang akan semakin kompleks, sehingga menuntut guru

untuk senantiasa melakukan berbagai peningkatan dan penyesuaian

kemampuan profesionalnya. Guru harus harus lebih dinamis dan kreatif dalam

mengembangkan proses pembelajaran peserta didik. Guru di masa mendatang

tidak lagi menjadi satu-satunya orang yang paling well informed terhadap

berbagai informasi dan pengetahuan yang sedang tumbuh, berkembang,

berinteraksi dengan manusia di jagat raya ini. Di masa depan, guru bukan satu-

satunya orang yang lebih pandai di tengah-tengah peserta didiknya.

Status sebagai guru dapat dipandangan sebagai yang tinggi atau

rendah, tergantung di mana ia berada. Sedangkan perannya yang


4

berkedudukan sebagai pendidik seharusnya menunjukkan kelakuan yang layak

sesuai harapan masyarakat, dan guru diharapkan berperan sebagai teladan

dan rujukan dalam masyarakat dan khususnya anak didik yang dia ajar. Guru

tidak hanya memiliki satu peran saja, ia bisa berperan sebagai orang yang

dewasa, sebagai seorang pengajar dan sebagai seorang pendidik, sebagai

pemberi contoh dan sebagainya. Salah satu peran guru adalah sebagai

profesional. Jabatan guru sebagai profesional menuntut peningkatan

kecakapan dan mutu keguruan secara berkesinambungan. Guru yang

berkualifikasi profesional, yaitu guru yang tahu secara mendalam tentang apa

yang diajarkannya, cakap dalam cara mengajarkannya secara efektif serta

efisien, dan guru tersebut punya kepribadian yang mantap, Selain itu integritas

diri serta kecakapan keguruannya juga perlu ditumbuhkan serta dikembangkan.

Guru pun dituntut untuk bisa berperan dan menunjukkan citra guru yang

ideal dalam masyarakatnya. Guru juga harus memiliki kecakapan kerja yang

baik dan kedewasaan berpikir yang tinggi sebab guru sebagai pemangku

jabatan yang profesional merupakan posisi yang bersifat strategis dalam

kehidupan dan pembangunan masyarakat. Guru juga harus terus bisa

memantapkan posisi dan perannya lewat usaha-usaha mengembangkan

kemampuan diri secara maksimal dan berkesinambungan dalam belajar lebih

lanjut. Salah satu yang melandasi pentingnya guru harus terus berusaha

mengembangkan diri karena pendidikan berlangsung sepanjang hayat. Hal ini

berlaku untuk diri guru dan siswa di mana usaha seseorang untuk mencapai

perkembangan diri serta karyanya tidak pernah selesai.


5

Menjadi bangsa yang maju tentu merupakan cita-cita yang ingin dicapai

oleh setiap negara di dunia. Sudah menjadi suatu rahasia umum bahwa maju

atau tidaknya suatu negara di pengaruhi oleh faktor pendidikan. Begitu

pentingnya pendidikan, sehingga suatu bangsa dapat diukur apakah bangsa itu

maju atau mundur, karena seperti yang kita ketahui bahwa suatu Pendidikan

tentunya akan mencetak Sumber Daya Manusia yang berkualitas baik dari segi

spritual, intelegensi dan skill dan pendidikan merupakan proses mencetak

generasi penerus bangsa. Apabila output dari proses pendidikan ini gagal maka

sulit dibayangkan bagaimana dapat mencapai kemajuan.

Bagi suatu bangsa yang ingin maju, pendidik harus dipandang sebagai

sebuah kebutuhan sama halnya dengan kebutuhan-kebutuhan lainnya. Maka

tentunya peningkatan mutu pendidikan juga berpengaruh terhadap

perkembangan suatu bangsa.

Agar tujuan pendidikan di sekolah dapat tercapai secara efektif dan

efisien, maka proses manajemen pendidikan memiliki peranan yang amat vital.

Karena bagaimana pun sekolah merupakan suatu sistem yang di dalamnya

melibatkan berbagai komponen dan sejumlah kegiatan yang perlu dikelola

secara baik dan tertib. Sekolah tanpa didukung proses manajemen yang baik,

boleh jadi hanya akan menghasilkan kesemrawutan lajunya organisasi, yang

pada gilirannya tujuan pendidikan pun tidak akan pernah tercapai secara

semestinya.
6

Dengan demikian, setiap kegiatan pendidikan di sekolah harus memiliki

perencanaan yang jelas dan realisitis, pengorganisasian yang efektif dan

efisien, pengerahan dan pemotivasian seluruh personil sekolah untuk selalu

dapat meningkatkan kualitas kinerjanya, dan pengawasan secara

berkelanjutan.

Merujuk kepada kebijakan Direktorat Pendidikan Menengah Umum

Depdiknas dalam buku Panduan Manajemen Sekolah mengenai manajemen

personalia, terdapat empat prinsip dasar manajemen personalia yaitu : (a)

dalam mengembangkan sekolah, sumber daya manusia adalah komponen

paling berharga; (b) sumber daya manusia akan berperan secara optimal jika

dikelola dengan baik, sehingga mendukung tujuan institusional; (c) kultur dan

suasana organisasi di sekolah, serta perilaku manajerial sekolah sangat

berpengaruh terhadap pencapaian tujuan pengembangan sekolah; dan (d)

manajemen personalia di sekolah pada prinsipnya mengupayakan agar setiap

warga dapat bekerja sama dan saling mendukung untuk mencapai tujuan

sekolah.

Berdasarkan hal diatas maka dalam mengembangkan sekolah sumber

daya manusia adalah komponen paling berharga dan akan berperan secara

optimal jika dikelola dengan baik sehingga akan mendukung tujuan

institusional. Maka diperlukannya penelitian sumber daya manusia disekolah

untuk mendapatkan informasi kekurangan dan kelebihan sumber daya yang

ada dan juga penyebab atau pengaruh-pengaruh yang mempengaruhi kinerja

guru seperti kompensasi, motivasi, kepuasan kerja sehingga dapat dilakukan


7

perbaikan-perbaikan dan pegembangan sumber daya manusia untuk

meningkatkan kinerjanya.

Guru sebagai tenaga kependidikan merupakan salah satu faktor penentu

keberhasilan tujuan pendidikan, karena guru yang langsung bersinggungan

dengan peserta didik, untuk memberikan bimbingan yang akan menghasilkan

tamatan yang diharapkan. Guru merupakan sumber daya manusia yang

menjadi perencana, pelaku dan penentu tercapainya tujuan pendidikan. Untuk

itu dalam menunjang kegiatan guru diperlukan iklim sekolah yang kondusif dan

hubungan yang baik antar unsur-unsur yang ada di sekolah antara lain kepala

sekolah, guru, tenaga administrasi dan siswa. Serta hubungan baik antar unsur-

unsur yang ada di sekolah dengan orang tua murid/masyarakat.

Berdasarkan uraian diatas, maka kinerja guru harus selalu ditingkatkan

mengingat tantangan dunia pendidikan untuk menghasilkan kualitas sumber

daya manusia yang mampu bersaing di era global semakin ketat. Kinerja guru

(performance) merupakan hasil yang dicapai oleh guru dalam melaksanakan

tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan,

pengalaman dan kesungguhan serta penggunaan waktu. Upaya-upaya untuk

meningkatkan kinerja itu biasanya dilakukan dengan cara memberikan motivasi

disamping cara-cara yang lain.

Faktor kesejahteraan menjadi salah satu hal yang berpengaruh terhadap

kinerja guru di dalam meningkatkan kualitasnya sebab semakin sejahteranya

seseorang makin tinggi kemungkinan untuk meningkatkan kerjanya.


8

Profesionalitas guru tidak saja dilihat dari kemampuan guru dalam

mengembangkan dan memberikan pembelajaran yang baik kepada peserta

didik, tetapi juga harus dilihat dengan cara memberikan gaji yang pantas serta

berkelayakan. Bila kebutuhan dan kesejahteraan para guru telah layak

diberikan oleh pemerintah, maka tidak akan ada lagi guru yang membolos

karena mencari tambahan penghasilan diluar.

Kepuasan kerja tidak dapat dipisahkan dalam meningkatkan kinerja

profesional guru. Komitmen guru merupakan derajat kepedulian guru dalam

memberikan kontribusi terhadap keberhasilan sekolah. Di antara tugas dan

peranan guru seperti yang telah diuraikan di atas sangatlah berpengaruh

terhadap kepuasan kerja guru, karena erat sekali dukungan dengan hasil

kerjanya. Jika tingkat kepuasannya rendah maka akan semakin rendah pula

cara kerjanya, yang akhirnya menghasilkan prestasi guru yang rendah pula.

Oleh karena itu pembinaan terhadap kepuasan kerja guru sangat penting, agar

dapat meningkatkan produktivitas guru.

Kinerja guru yang baik tentunya tergambar pada penampilan mereka

baik dari penampilan kemampuan akademik maupun kemampuan profesi

menjadi guru artinya mampu mengelola pengajaran di dalam kelas dan

mendidik siswa di luar kelas dengan sebaik-baiknya.

Informasi atau pengetahuan yang diperoleh melalui penelitian

mempunyai tingkat kesahihan yang lebih bisa diandalkan dan dapat digunakan

dalam menetapkan kebijakan baru dalam dunia pendidikan.


9

Hasil Penilaian Kinerja Guru ini diharapkan dapat menentukan berbagai

kebijakan yang terkait dengan peningkatan mutu dan kinerja guru sebagai

pelaksana proses pendidikan dalam menciptakan insan yang cerdas,

komprehensif, dan berdaya saing tinggi.

Muallimin Pesantren Persatuan Islam 2 Bandung adalah sekolah swasta

didirikan pada tahun 1994 di bawah naungan organisasi Persatuan Islam

bidang garapan Pendidikan Dasar Menengah sebagai salah satu upaya

mencetak kader-kader yang ber tafaqquh fi al-din. Tafaqquh fi al-din artinya

“Paham dalam masalah-masalah agama”. Muallimin Pesantren Persatuan

Islam 2 Bandung terletak di tengah kota Bandung tepatnya di Jalan Pajagalan

14 kelurahan Karang Anyar kecamatan Astana Anyar, kota Bandung. Kurikulum

yang dilaksanakan di Muallimin Persatuan Islam 2 Bandung merupakan

perpaduan antara kurikulum nasional dengan kurikulum organisasi Persatuan

Islam. Tingkat Muallimin setarap dengan tinggak SLTA di sekolah umum.

Panggilan guru di Muallimin Pesantren Persatuan Islam 2 Bandung di sebut

dengan Ustadz atau Asatidzah untuk banyak (guru-guru) dan siswa di sebut

dengan panggilan santri.

Guru Pesantren atau Ustadz walaupun mengajar pelajaran umum selain agama

selayaknya memahami dan mempraktikan nilai-nilai keagamaan dalam hal ini

agama islam, sehingga menjadi teladan bagi para Santrinya. Nilai-nilai

keagamaan yang di pahami dan dipraktikan adalah yang bersumber dari kitab

suci Alquran dan sunnah nabi, Alquran merupakan firman Allah sebagai

petunjuk hidup manusia, dan sunnah nabi adalah segala tindak tanduk
10

kehidupan yang harus dijadikan teladan bagi umat islam, sebagai mana Firman

Allah dalam Alquran pada Surat Al-Ahzab ayat 21, “Sesungguhnya telah ada

pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang

mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak

menyebut Allah. Sehingga semua yang berada dilingkungan pesantren

selayaknya berperilaku sesuai Alquran dan Sunnah Rasul.

Rombongan belajar pada tahun ajaran 2011-2012 di Muallimin

Persatuan Islam 2 Bandung sebanyak 4 kelas, dengan rincian kelas X

sebanyak satu kelas, kelas XI sebanyak dua Kelas, kelas XII sebanyak satu

kelas.

Keadaan sarana prasarana Muallimin Pesantren Persatuan Islam 2

Bandung sebagai berikut :

Tabel 1 Sarana dan Prasarana Muallimin Pesantren Persatuan Islam 2


Bandung Tahun Pelajaran 2011-2012

N Bara Juml
o ng ah
1 Ruang Kelas 4
2 Ruang Kantor 1
3 Ruang RG-UG 1
4 Ruang UKS 1
5 Masjid 1
6 Toilet 4
7 Bangku Siswa 134
8 Bangku dan Meja Guru 4
9 Kursi Guru di kelas 4
1 Papan Tulis 4
0
1 Komputer 30
1
1 LCD Projector 1
2
1 Perpustakaan 1
3
11

1 Laboratorium Komputer 1
4
1 Meja Komputer 26
5
1 Kursi Lab Komputer 26
6
1 Laboratorium Bahasa 1
7
1 Meja Lab Bahasa 33
8
1 Kursi Lab Bahasa 33
9
2 Komputer dan Monitor 35
0
2 Lemari 4
1
2 Meja Guru (kantor) 21
2
2 Kursi Guru (kantor) 21
3
2 Sofa 1
4
2 Dispenser 1
5
2 Jam Dinding 7
6
2 Printer 2
7
Sumber : Data Pembantu Mudir’Am Pesantren Persatuan Islam Bandung
bidang sarana tahun 2012

Terlihat dari data di atas sarana di Pesantren Persatuan Islam 2

Bandung masih kurang dan perlu dilengkapi seperti jumlah toilet yang perlu

tambah karena belum sesuai dengan proporsi jumlah Santri dan Asatidzah,

LCD Projector baru satu, bangku dan meja guru yang masih terlalu sedikit

dibanding dengan jumlah guru yang ada.

Data pendidik di Muallimin Pesantren Persatuan Islam 2 Bandung,

sebagai berikut:
12

Tabel 2 Data Pendidik Muallimin Pesantren Persatuan Islam 2 Bandung


Tahun Pelajaran 2011-2012

Ma
N Nama Asatidzah Pelajar
o sa an
Jih
ad
1 H. Emon Sastranegara 1 Tauhid-Akhlaq
8
2 H. Enjang Rachmat, B.A 1 Tauhid-Akhlaq-Ushul Fiqih
8
3 H. M. Atang A.S. 1 Fiqih-Nahwu-I'rab
8
4 H. Maman Mulyana 1 Muthala'ah-Hiwar-Insya
8
Mushthaolah Hadits-
5 H. Udin Saefudin 1
Hadits Pilihan
8
Tafsier Ahkam - Ilmu
6 Drs. H. A. Daerobby, M.Ag 1
Tafsier
8 -Qiraatul Kutub
7 Drs. E. Syarief Hidayat 1 IPS
8
8 DR. H. Dedeng Rashidin, M.Ag 1 Ushul Fiqih
8
Ilmu Ma'ani-Ilmu Manthiq-
9 H. Ahmad Hidayat, B.A 1 Sharaf-I'lal
8
1 Usep Zainuddin 1 Faraaid-Ushul Fiqih
0 8
1 Drs. Dudung Kholidi Y, M.Pd 1 Psikologi Ilmu Mendidik
1 8
1 Drs. Agus Hamdan Fuad, M.M 1 Ilmu Mendidik
2 8
1 H. Undang Sukarna, B.A 1 Kepersisan
3 8
1 Hendra Sudrajat 8 Fiqih-Nahwu
4
1 Anshoruddin Ramdhani 8 Nahwu-I'rab
5
1 Rabbani Ridlwan, S.H 8 Bahasa Indonesia
6
1 Sholeh Nenha 8 Ilmu Ma'ani-Muthalaah
7
1 Agus Muslim, S.Pd 8 Muthala'ah-Hiwar-Insya
8
13
1 Ihsan Zakian, S.Si 8 Fisika-Kimia
9
Fiqih Siyasah-
2 Latif Awwaludin, M.A 7
Musthalah Hadits
0
Tafsier - Tafsier
2 Didin Saefuddin, M.Ag 8 Ahkam, Hadits
1 Pilihan, Qiraatul
Kutub
2 Ayi Sholihin, M.Ag 8 Siroh Nabawi-Sejarah
2
14

2 Drs. H. Zainal Muttaqin 5 Tafsier 'Am


3
2 Saomi Mulyawansyah, S.Pd 8 Matematika
4
2 Hesti Listiati, S.Pd 8 Bahasa Inggris
5
2 Ade Mahfudin, S.Pd.I 1 Ilmu Hisab
6
2 Dini Handayani, S.Pd 1 Bahasa Indonesia
7
2 Ade Saeful Aziz, S.Pd 1 Tauhid-Akhlaq
8
2 Rochandayani, S.Pd 1 Kimia
9
3 Elah Herliah, A.Md 1 Biologi
0
3 Lia Dinia, S.Psi 1 Psikologi
1
3 H. Dudung Abdurrahman 1 Fiqih
2
Sumber : Data Pembantu Mudir’Am Bidang Tata Usaha Pesantren
Persatuan Islam Bandung tahun 2012

Terlihat dari data di atas, jumlah guru masih relatif sedikit dan masih

banyak guru yang memegang mata pelajaran lebih dari satu bahkan ada yang

sampai memegang 4 mata pelajaran, sehingga guru tidak fokus dalam

mengajar pada mata pelajaran tertentu, dan beberapa guru mengajar mata

pelajaran yang tidak sesuai dengan bidangnya sehingga kinerjanya tidak

maksimal.

Tabel 3 Kualifikasi Pendidikan Asatidzah Muallimin Pesantren Persatuan


Islam 2 Bandung Tahun Pelajaran 2011-2012

Lulusan SL D-3 S S S
TA - - -3
1 2
Jumlah Asatidzah 9 4 1 7 1
1
Sumber : Data Pembantu Mudir’Am Bidang Tata Usaha Pesantren
Persatuan Islam Bandung tahun 2012
15
Asatidzah di Pesantren Persatuan Islam 2 Bandung yang memiliki

kualifikasi Sarjana masih sedikit dan masih banyak yang Asatidzah yang
16

pendidikannya hanya sampai tingkat Muallimin/SLTA, sehingga masih perlunya

ditingkatkan kualifikasinya supaya bisa tercapai kinerja yang lebih baik.

Tabel 4 Data Penerima Sertifikasi di Muallimin Pesantren Persatuan Islam 2


Bandung Tahun Pelajaran 2011-2012

N Mata Pelajaran Bany


o. ak
1 Bahasa Inggris 1
2 Bahasa Arab 1
3 Matematika 1
4 Fisika 1
5 Sejarah 1
6 Akidah Akhlak 1
Jumlah 6

Sumber : Data Pembantu Mudir’Am Bidang Tata Usaha Pesantren


Persatuan Islam Bandung tahun 2012

Jumlah Asatidzah yang mendapatkan sertifikasi guru profesional masih

sangat sedikit di bandingkan dengan jumlah total guru yang ada, sehingga daya

dukung kinerja guru di sekolah oleh guru profesional masih sangat lemah.

Tabel 5 Keadaan Penerimaan Santri Baru Muallimin Pesantren Persatuan Islam


2 Bandung

Tahun Jumlah Santri


Pelajaran Baru
2009 - 2012 40 orang
2010 - 2011 65 orang
2011 - 2012 45 orang

Sumber : Data Pembantu Mudir’Am Bagian Tata Usaha Pesantren


Persatuan Islam Bandung tahun 2012
17

Keadaan penerimaan santri baru terlihat tidak stabil, malah pada tahun

ajaran 2011-2012 jumlah penerimaan santri cenderung menurun, perlu di teliti

permasalahan yang menyebabkan penurunan tersebut, bisa terjadi akibat dari

kurangnya kinerja Asatidzah.

Tabel 6 Rata-rata Nilai Ujian Nasional Santri Muallimin Pesantren Persatuan


Islam Bandung
Tahun Rerata Nilai Jumlah Mata
Pelajaran UN Pelajaran
2008 - 2009 7.92 6
2009 - 2010 7.25 6
2010 - 2011 7.48 6

Sumber : Data Pembantu Mudir’Am Bidang Kurikulum Pesantren Persatuan


Islam Bandung tahun 2012

Dari data di atas Nilai Ujian Nasional Santri tidak begitu istimewa tiap

tahunnya, nilai menggambarkan kemampuan siswa dalam menguasai pelajaran

yang diajarkan oleh gurunya, sehingga tergambar kinerja guru dalam mengajar

masih perlu ditingkatkan.

Data plafon penggajian tenaga pendidik dan kependidikan di Muallimin

Pesantren Persatuan Islan 2 Bandung sebagai berikut:

Tabel 7 Plafon Penggajian Tenaga Pendidik dan Kependidikan Muallimin


Persatuan Islam 2 Bandung Tahun Pelajaran 2011-2012

JABATAN :
JABATA Bany
N ak
Mudir Muallimin Rp 125.000
Wakil Mudir Bagian Kurikulum Rp 60.000
Wakil Mudir Bagian Kesantrian Rp 60.000
18

Wakil Mudir Bagian Sarana Rp 60.000


Wakil Mudir Bagian Humas Rp 60.000
Kepala Tata Usaha Rp 125.000
Bendahara Rp 100.000
Staff Tata Usaha Rp 60.000
Wali Kelas Rp 80.000
Kepala Lab Komputer Rp 100.000
Kepala Lab Bahasa Rp 100.000
Kepala Perpustakaan Rp 100.000

GURU :
TATAP MUKA R 3.000 /pertemuan
p
GAJI POKOK (DIHITUNG MASA
R 5.000 /1 Tahun
KERJA)
p
KEHADIRAN HARIAN R 6.000
p

*Pendapatan terbesar Rp 888.500 perbulan


*Pendapatan terkecil Rp 56.000 perbulan
Sumber : Data Pembantu Mudir’Am Bidang Tata Usaha Pesantren
Persatuan Islam Bandung tahun 2012

Dari data terlihat kompensasi yang didapatkan oleh Asatidzah sangat

minim, gaji terkecil yang diterima hanya Rp 56.000 perbulan dan gaji

terbesar hanya sebesar Rp 888.500 perbulan, atau gaji yang diterima oleh

Asatidzah masih belum layak, hal ini bisa berpengaruh negatif terhadap

kinerja.
19

Tabel 8 Hasil Pengamatan Kinerja Asatidzah Muallimin Pesantren Persatuan


Islam 2 Bandung Tahun Pelajaran 2010-2011

Prosentas
N Indikat i
o or Rata-
rata
(%)
1 Menunjukkan semangat kerja dan tanggung jawab 85
2 Kehadiran di kelas lebih dari 80 % pertemuan 60
3 Selalu hadir tepat waktu masuk dan keluar kelas 65
Selalu berada dikelas selama melaksanakan
4 70
pembelajaran
5 Selalu memberikan tugas apabila berhalangan hadir 50
6 Menguasai materi pembelajaran 75
7 Materi pelajaran disampaikan secara jelas 65
8 Menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi 25
9 Menggunakan media pembelajaran yang bervariasi 20
1 Selalu menilai hasil ulangan dan membagikan hasilnya 40
0
1 Melaksanakan remedial/perbaikan nilai 30
1
Dapat berinteraksi dan berkomunikasi dengan
1 80
siswa secara efektif
2
1 Memberikan motivasi kepada siswa untuk belajar 70
3
1 Memberikan perlakuan yang sama bagi seluruh siswa 90
4
1 Berpenampilan rapi dan sopan 75
5
1 Bersikap ramah terhadap seluruh siswa 90
6
61.
88
Sumber : Data Mudir Pesantren Persatuan Islam 2 Bandung tahun 2012

Dari data hasil pengamatan kinerja Asatidzah pada tahun pelajaran

2011/2012 terlihat di Muallimin Pesantren Persatuan Islam 2 Bandung

masih banyak permasalahannya dengan kinerja, seperti kehadiran


20
Asatidzah yang masih minim, banyak guru yang tidak menggunakan
21

metode pembelajaran yang bervariasi, masih banyak guru yang tidak

melengkapi dokumen administrasi pendidikan.

Secara Keseluruhan dari data-data di atas, Muallimin Pesantren

Persatuan Islam 2 Bandung masih memiliki permasalahan seperti

kekurangan sarana-prasarana, kualifikasi Asatidzah masih banyak yang

belum kualifikasi sarjana, banyak guru yang merangkap mata pelajaran dan

tidak sesuai dengan kompetensinya, penerimaan santri di sekolah

menurun, nilai Ujian Nasional siswa yang tidak istimewa, gaji guru yang

belum layak, hal-hal di atas bisa bisa mempengaruhi kinerja guru menjadi

kurang. Gaji guru yang tidak layak tidak menyebabkan banyak Asatidzah

yang mengundurkan diri, hal ini bisa saja terjadi karena berhubungan

dengan kepuasan kerja, Stephen P Robbins & Timothy A Judge (2008, hal.

110) mengatakan bahwa Bayaran dan Kepuasan Kerja mempunyai

hubungan yang menarik. Upah sangat berhubungan dengan kepuasan

kerja dan kebahagiaan secara keseluruhan. Kemudian Ishak Mad Shah

(2006, hal. 56) mengungkapkan bahwa kepuasan kerja adalah satu dari

variabel yang terkait erat dengan motivasi, semakin tinggi kepuasan kerja

yang dirasakan oleh pekerja, maka semakin tinggi motivasi mereka

terhadap kinerja. Selanjutnya Stephen Robbins dan Timothy Judge (2008,

hal. 113) mengungkapkan sebuah tinjauan dari 300 penelitian menunjukan

bahwa korelasi antara Kepuasan dan kinerja cukup kuat. Berdasarkan

permasalah yang ada dan teori yang mendukung maka penulis tertarik

untuk melakukan penelitian “Pengaruh Motivasi dan Kompensasi


22

terhadap Kepuasan Kerja dan Dampaknya terhadap Kinerja Asatidzah

Muallimin Pesantren Persatuan Islam 2 Bandung”.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di

atas, penulis mengidentifikasi masalah penelitian sebagai berikut:

1. Kompetensi guru masih kurang

2. Motivasi Guru belum optimal

3. Kinerja guru masih belum optimal

4. Disiplin kerja guru masih relatif rendah

5. Program diklat untuk pengembangan kompetensi guru masih kurang

6. Sarana dan prasarana yang tersedia di sekolah belum dimanfaatkan

secara maksimal

7. Tingkat kepuasan guru masih rendah

8. Lingkungan kerja belum tertata dan terjalin dengan baik

9. Budaya organisasi masih belum tercipta

10. Komunikasi personal multi arah belum berjalan dengan baik.

11. Pemberian kompensasi masih relatif rendah

12. Loyalitas guru masih rendah

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat dirumuskan beberapa

masalah penelitan, sebagai berikut:


23

1. Bagaimana motivasi Asatidzah di Muallimin Pesantren Persatuan Islam 2

Bandung?

2. Bagaimana kompensasi Asatidzah di Muallimin Pesantren Persatuan

Islam 2 Bandung?

3. Bagaimana kepuasan kerja Asatidzah di Muallimin Pesantren Persatuan

Islam 2 Bandung?

4. Bagaimana kinerja Asatidzah di Muallimin Pesantren Persatuan Islam 2

Bandung?

5. Seberapa besar pengaruh motivasi terhadap kepuasan kerja Asatidzah

di Muallimin Pesantren Persatuan Islam 2 Bandung?

6. Seberapa besar pengaruh kompensasi terhadap kepuasan kerja

Asatidzah di Muallimin Pesantren Persatuan Islam 2 Bandung?

7. Seberapa besar pengaruh motivasi dan kompensasi terhadap kepuasan

kerja Asatidzah di Muallimin Pesantren Persatuan Islam 2 Bandung

8. Seberapa besar pengaruh kepuasan kerja terhadap kinerja Asatidzah di

Muallimin Pesantren Persatuan Islam 2 Bandung

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah untuk

mengetahui dan menganalisis:

1. Motivasi Asatidzah di Muallimin Pesantren Persatuan Islam 2 Bandung

2. Kompensasi Asatidzah di Muallimin Pesantren Persatuan Islam 2

Bandung
24

3. Kepuasan kerja Asatidzah di Muallimin Pesantren Persatuan Islam 2

Bandung

4. Kinerja Asatidzah di Muallimin Pesantren Persatuan Islam 2 Bandung

5. Besarnya pengaruh motivasi terhadap kepuasan kerja Asatidzah di

Muallimin Pesantren Persatuan Islam 2 Bandung

6. Besarnya pengaruh kompensasi terhadap kepuasan kerja Asatidzah di

Muallimin Pesantren Persatuan Islam 2 Bandung

7. Besarnya pengaruh motivasi dan kompensasi secara simultan terhadap

kepuasan kerja Asatidzah di Muallimin Pesantren Persatuan Islam 2

Bandung

8. Besarnya pengaruh kepuasan kerja terhadap kinerja Asatidzah di

Muallimin Pesantren Persatuan Islam 2 Bandung

1.5 Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini sekurang-kurangnya diharapkan dapat memberikan

kegunaan, yaitu:

a. Manfaat teoritis, dapat memperkaya konsep atau teori yang menyokong

perkembangan ilmu pengetahuan manajemen sumber daya manusia,

khususnya yang terkait dengan pengaruh kompensasi, motivasi,

kepuasan kerja, terhadap kinerja.

b. Manfaat praktis, dapat memberikan masukan yang berarti bagi

Manajemen Muallimin Pesantren Persatuan Islam 2 Bandung dalam


25

meningkatkan kinerja Asatidzahnya, khususnya melalui perspektif

kompensasi, motivasi, dan kepuasan kerja.


BAB II

KERANGKA TEORI

2.1 Manajemen

Kata manajemen dalam bahasa inggris management berasal dari kata

kerja to manage, pada asalnya dari bahasa italia maneggiare (memegang,

mengatur, mengendalikan kuda), kata tersebut pada mulanya dari kata Latin

manus (tangan). Dalam bahasa Francis mesnagement (kemudian menjadi

ménagement), kata ini kemudian mempengaruhi perkembangan kata dalam

bahasa inggris menjadi management. (Wikipedia, 2012)

Saat ini tidak ada definisi manajemen yang telah diterima secara

universal. Mary Parker Folett mendefinisikan manajemen sebagai seni dalam

menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Definisi ini mengandung arti

bahwa para manajer mencapai tujuan-tujuan organisasi melalui pengaturan, arti

bahwa para manajer mencapai tujuan-tujuan organisasi melalui pengaturan

orang-orang lain untuk melaksanakan berbagai tugas yang mungkin diperlukan,

atau berarti dengan tidak melaksanakan tugas-tugas itu sendiri. Manajemen

menurut Stoner sebagai berikut (Handoko, 1997):

Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian,

pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi

dan penggunaan sumber daya-sumberdaya organisasi lainnya agar

mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.

23
24

Dari definisi diatas terlihat bahwa Stoner menggunakan kata proses, suatu

proses adalah cara sistematis untuk melakukan pekerjaan. Proses tersebut

terdiri dari kegiatan-kegiatan manajemen, yaitu perencanaan,

pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan.

Kita bisa menyimpulkan bahwa pada dasarnya manajemen dapat

didefinisikan sebagai kegiatan bekerja dengan orang-orang untuk menentukan,

menginterpretasikan dan mencapai tujuan-tujuan organisasi dengan

pelaksanaan fungsi-fungsi perencanaan (planning), pengorganisasian

(organizing), penyusunan personalia atau kepegawaian (staffing), pengarahan

dan kepemimpinan (leading) dan pengawasan (controlling).

Setiap manusia dalam perjalanan hidupnya selalu akan menjadi anggota

dari beberapa macam organisasi, seperti organisasi sekolah, perkumpulan olah

raga, kelompok musik, militer ataupun organisasi perusahaan. Organisasi-

organisasi ini mempunyai persamaan-persamaan dasar, walupun dapat

berbeda satu dengan yang lain dalam beberapa hal, Sebagai contoh,

organisasi perusahaan atau departemen pemerintah dikelola secara lebih

formal dibanding kelompok olahraga atau rukun tetangga. Persamaan ini

terutama tercermin pada fungsi-fungsi manajerial yang dijalankan.

Manajemen dibutuhkan oleh semua organisasi, karena tanpa manajemen,

semua usaha akan sia-sia dan pencapain tujuan akan lebih sulit. Ada tiga

alasan utama diperlukannya manajemen (Handoko, 1997)

1. Untuk mencapai tujuan. Manajemen dibutuhkan untuk mencapai tujuan

organisasi dan pribadi.


25

2. Untuk menjaga keseimbangan di antara tujuan-tujuan yang saling

bertentangan. Manajemen dibutuhkan untuk menjaga keseimbangan

antara tujuan-tujuan, sasaran-sasaran dan kegiatan-kegiatan yang saling

bertentangan dari pihak-pihak yang berkepentingan dalam organisasi.

3. Untuk Mencapai efisiensi dan efektivitas. Suatu kerja organisasi dapat

diukur dengan banyak cara yang berbeda. Salah satu cara yang umum

adalah efisiensi dan efektivitas.

2.2 Konsep Manajemen Sumber Daya Manusia

2.2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia

Manajemen sumber daya manusia (MSDM) merupakan salah satu

bidang dari manajemen umum yang meliputi segi-segi perencanaan,

pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengendalian. Proses ini terdapat dalam

fungsi/bidang produksi, pemasaran, keuangan, maupun kepegawaian. Karena

sumber daya manusia (SDM) dianggap semakin penting perannya dalam

pencapaian tujuan perusahaan, maka berbagai pengalaman dan hasil

penelitian dalam bidang SDM dikumpulkan secara sistematis dalam apa yang

disebut manajemen sumber daya manusia.

Untuk mencapai tujuan perusahaan, akan ditemukan permasalahan yang

tidak hanya pada bahan mentah, mesin-mesin produksi, alat-alat kerja, uang,

dan lingkungan kerja, tetapi juga menyangkut karyawan (sumber daya

manusia) yang mengelola faktor-faktor produksi lainya. Sumber daya manusia

adalah salah satu faktor produksi, seperti halnya faktor produksi lainnya,
26

merupakan masukan (input) yang diolah oleh perusahaan dan menghasilkan

keluaran (output). Karyawan baru yang belum mempunyai keterampilan dan

keahlian dilatih, dimotivasi diberikan pengalaman, sehingga menjadi karyawan

yang terampil dan ahli, Pengolahan sumber daya manusia inilah yang disebut

manajemen SDM.

Keberadaan manajemen SDM sangat penting bagi perusahaan dalam

mengelola, mengatur, mengurus, dan menggunakan SDM sehingga dapat

berfungsi secara produktif, efektif, dan efisien untuk mencapai tujuan

perusahaan. Dalam manajemen sumber daya manusia, karyawan adalah

kekayaan (asset) utama perusahaan, sehingga harus dipelihara dengan baik,

karena dengan SDM menyebabkan sumber daya yang lain dalam perusahaan

dapat berfungsi/dijalankan. Faktor yang menjadi perhatian dalam manajemen

sumber daya manusia adalah manusianya itu sendiri.

Manusia sebagai SDM keberadaannya sangat penting dalam

perusahaan, karena SDM menunjang perusahaan melalui karya, bakat,

kreativitas, dorongannya dan peran serta nyata seperti yang dapat disaksikan

dalam setiap perusahaan ataupun organisasi. Tanpa adanya unsur manusia

dalam perusahaan, tidak mungkin perusahaan tersebut dapat bergerak dan

berjalan menuju yang diinginkan. Dengan demikian, SDM adalah seseorang

yang siap, mau, dan mampu memberi sumbangan terhadap usaha pencapaian

tujuan organisasi.
27

2.2.2 Tujuan Manajemen Sumber Daya Manusia

Tujuan manajemen SDM ialah meningkatkan kontribusi produktif orang-

orang yang ada dalam perusahaan melalui sejumlah cara yang bertanggung

jawab secara strategis, etis, dan sosial. Tujuan ini menuntun studi dan praktik

manajemen sumber daya manusia. Studi manajemen menguraikan upaya-

upaya yang terkait dengan SDM kalangan manajer operational dan

memperlihatkan bagaimana para profesional personalia memberikan andil atas

upaya-upaya ini. SDM memengaruhi keberhasilan setiap perusahaan atau

organisasi. Meningkatkan andil manusia sangat penting, sehingga seluruh

perusahaan membentuk departemen SDM. Manajemen SDM mendorong para

manajer dan tiap karyawan untuk melaksanakan strategi-strategi yang telah

ditetapkan oleh perusahaan. Untuk mendukung para pimpinan yang

mengoperasikan departemen-departemen atau unit-unit organisasi dalam

perusahaan sehingga manajemen SDM harus memiliki sasaran.

2.2.2.1 Sasaran Manajemen Sumber Daya Manusia

Sasaran merupakan titik puncak dan tindakan-tindakan apa yang

dievaluasi. Terkadang sasaran dipikirkan secara seksama dan diekspresikan

dalam bentuk tulisan. Sering sasaran tidak dinyatakan secara formal. Melalui

kedua cara ini, sasaran membimbing fungsi praktik SDM. Sasaran SDM tidak

hanya perlu merefleksikan keinginan manajemen senior, tetapi juga harus

menetralisir berbagai tantangan dari organisasi, fungsi SDM, masyarakat, dan

orang-orang yang dipengaruhi. Kegagalan untuk berbuat seperti itu bisa

merugikan kinerja. Tantangan ini menegaskan empat sasaran yang relatif


28

umum bagi manajemen SDM dan membentuk sebuah kerangka masalah yang

sering ditemui dalam perusahaan.

a. Sasaran Perusahaan

Sasaran ini untuk mengenali manajemen SDM dalam rangka

memberikan kontribusi atas efektivitas perusahaan. Departemen SDM

diciptakan untuk dapat membantu para manajer dalam mencapai

sasaran perusahaan. Manajemen SDM bukan merupakan tujuan (hasil),

akan tetapi manajemen SDM hanya merupakan cara untuk membantu

pimpinan yang menyangkut masalah SDM perusahaan. Sasaran

perusahaan antara lain meliputi: perencanaan SDM, seleksi, pelatihan,

pengembangan, pengangkatan, penempatan, penilaian, hubungan kerja.

b. Sasaran Fungsional

Sasaran ini untuk mempertahankan kontribusi departemen SDM

pada level yang cocok bagi berbagai kebutuhan perusahaan. Sasaran

fungsional antara lain meliputi: pengangkatan, penempatan, dan

penilaian.

c. Sasaran Sosial

Sasaran ini untuk selalu tanggap secara etis maupun sosial

terhadap berbagai kebutuhan dan tuntutan masyarakat dengan terus

meminimalkan dampak negatif atas tuntutan tersebut terhadap

perusahaan. Kegagalan perusahaan dalam menggunakan sumber daya

mereka bagi kepentingan masyarakat yang tidak melalui cara-cara yang

etis bisa menimbulkan sejumlah kendala. Sasaran sosial antara lain


29

meliputi: keuntungan perusahaan, pemenuhan tuntutan hukum, dan

hubungan manajemen dengan serikat pekerja.

d. Sasaran Pribadi

Yaitu untuk membantu para karyawan mencapai tujuan-tujuan

pribadi mereka, setidaknya sejauh tujuan-tujuan tersebut dapat

meningkatkan kontribusi individu atas perusahaan. Sasaran pribadi

karyawan harus mampu ditemukan bila mereka ingin dipertahankan dan

dimotivasi. Selain itu, kinerja dan kepuasan karyawan bisa menurun dan

mereka hengkang dari perusahaan. Dengan mengingat sasaran-sasaran

ini para spesialis SDM bisa memahami alasan-alasan dibalik aktivitas

departemennya. Sasaran pribadi karyawan antara lain meliputi: pelatihan

dan pengembangan, penilaian, penempatan, kompensasi, dan

penugasan.

2.2.3 Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia

Sudah merupakan tugas manajemen SDM untuk mengelola manusia

seefektif mungkin agar diperoleh suatu satuan SDM yang merasa puas dan

memuaskan. Manajemen SDM merupakan bagian dari manajemen umum yang

memfokuskan diri pada SDM. Adapun fungsi-fungsi manajemen SDM, seperti

halnya fungsi manajemen umum, yaitu:

1.Fungsi Manajerial

 Perencanaan (Planning)

 Pengorganisasian (Organizing)

 Pengarahan (Directing)
30

 Pengendalian (Controlling)

2.Fungsi Operasional

 Pengadaan tenaga kerja (SDM)

 Pengembangan

 Kompensasi

 Pengintegrasian

 Pemeliharaan

 Pemutusan hubungan Kerja

2.3 Konsep Motivasi


2.3.1 Dasar-Dasar Pokok Motivasi
Kemampuan manajer untuk memotivasi, mempengaruhi, mengarahkan,

dan berkomunikasi dengan para bawahannya akan menentukan efektifitas

manajer. Motivasi merupakan kegiatan yang mengakibatkan, menyalurkan, dan

memelihara perilaku manusia. Motivasi ini adalah subjek yang penting bagi

manajer karena menurut definisi manajer harus bekerja dengan dan melalui

orang lain.

Banyak istilah yang digunakan untuk menyebutkan motivasi (motivation)

atau motif, antara lain kebutuhan (need), desakan (urge), keinginan (wish), dan

dorongan (drive). Dalam hal ini digunakan istilah motivasi yang diartikan

sebagai keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu

untuk melakukan kegiatan-kegitan tertentu guna mencapai tujuan. (Handoko,

1997, hal. 252). Berikutnya Veithzal Rivai dan Ella Sagala (2009, hal. 837)

mendefinisikan motivasi serangkaian sikap dan nilai-nilai yang mempengaruhi

individu untuk mencapai hal yang spesifik sesuai dengan tujuan individu. Sikap
31

dan nilai tersebut merupakan suatu yang invisible yang memberikan kekuatan

untuk mendorong individu bertingkah laku dalam mencapai tujuan. Dorongan

tersebut terdiri dari dua komponen, yaitu: arah perilaku (kerja untuk mencapai

tujuan), dan kekuatan perilaku (seberapa kuat usaha individu dalam bekerja).

Motivasi meliputi perasaan unik, pikiran dan pengalaman masa lalu yang

merupakan bagian dari hubungan internal dan eksternal perusahaan. Selain itu

motivasi dapat pula diartikan sebagai dorongan individu untuk melakukan

tindakan karena mereka ingin melakukannya. Apabila individu termotivasi,

mereka akan membuat pilihan yang positif untuk melakukan sesuatu, karena

dapat memuaskan keinginan mereka.

Pada dasaranya motivasi dapat memicu karyawan untuk bekerja keras

sehingga dapat mencapai tujuan mereka. Hal ini akan meningkatkan

produktivitas kerja karyawan sehingga berpengaruh pada pencapaian tujuan

perusahaan. Sumber motivasi ada tiga faktor menurut Veithzal Rivai dan Ella

Sagala (2009, hal. 838), yakni : (1) kemungkinan untuk berkembang, (2) jenis

pekerjaan, (3) apakah mereka dapat merasa bangga menjadi bagian dari

perusahaan tempat mereka bekerja. Disamping itu terdapat beberapa aspek

yang berpengaruh terhadap motivasi kerja karyawan, yakni: rasa aman dalam

bekerja, mendapatkan gaji yang adil dan kompetitif, lingkungan kerja yang

menyenangkan, penghargaan atas prestasi kerja dan perlakuan yang adil dari

manejemen. Sementara itu menurut Stephen Robbins, motivasi adalah; The

willingness to exert high levels of effort toward organizational goals, conditioned

by the effort’s to satisfy some individual need.


32

Motivasi dapat disimpulkan

1. Sebagai suatu kondisi yang menggerakkan manusia ke arah suatu

tujuan tertentu.

2. Suatu keahlian dalam mengarahkan karyawan dan perusahaan agar

mau bekerja secara berhasil, sehingga keinginan karyawan dan tujuan

perusahaan sekaligus tercapai.

3. Sebagai inisiasi dan pengarahan tingkah laku. Pelajaran motivasi

sebenarnya pelajaran tingkah laku.

4. Sebagai energi untuk membangkitkan dorongan dalam diri.

5. Sebagai kondisi yang berpengaruh membangkitkan, mengarahkan dan

memelihara perilaku yang berhubungan dengan lingkungan kerja.

2.3.2 Pola Dasar Pemikiran Teori Motivasi


2.3.2.1 Pola Dasar Pemikiran Content Theory
Content Theory ini berkaitan dengan beberapa nama, seperti Maslow,

McGregor, Herzbert, Atkinson, dan McClelland. Teori ini menekankan arti

pentingnya pemahaman faktor-faktor yang ada di dalam individu yang

menyebabkan mereka bertingkah laku tertentu. Teori ini mencoba menjawab

pertanyaan-pertanyaan seperti kebutuhan apa yang dicoba dipuaskan oleh

seseorang: apa yang menyebabkan mereka melakukan sesuatu? Dalam

pandangan ini, setiap individu mempunyai kebutuhan yang ada di dalam (inner

needs) yang menyebabkan mereka didorong, ditekan atau dimotivasi untuk

memenuhinya. Kebutuhan tertentu yang mereka rasakan akan menentukan

tindakan yang mereka lakukan.


33

Gambar 1 Model Motivasi Content Theory


Sumber: Rivai, V. P., & Sagala, E. J. (2009). Manajemen Sumber Daya Manusia
untuk Perusahaan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Halaman 845

Kita akan melihat betapa sulitnya penerapan teori ini dalam praktiknya

terutama disebabkan hal-hal sebagai berikut:

 Pertama, Kebutuhan sangat bervariasi pada setiap individu manusia.

 Kedua, perwujudan kebutuhan dalam tindakan juga sangat bervariasi

antara satu orang dengan orang lain.

 Ketiga, para individu tidak selalu konsisten dengan tindakan mereka

karena dorongan suatu kebutuhan.

2.3.2.2 Pola Dasar Pemikiran Process Theory

Proses Theory bukannya menekankan pada isi kebutuhan dan sifat

dorongan dari kebutuhan tersebut, tetapi pendekatan ini menekankan pada

bagaimana perilaku dimulai dan dilaksanakan atau bagaimana dan dengan

tujuan apa setiap individu dimotivasi agar menjalankan tugasnya dengan

sebaik-baiknya. Dalam pandangan ini, kebutuhan hanyalah salah satu elemen

dalam suatu proses tentang bagaimana para individu bertingkah laku.


34

Dasar dari teori proses tentang motivasi ini adalah adanya expectasy

(harapan), yaitu apa yang dipercayai oleh individu akan mereka peroleh dari

tingkah laku mereka. Faktor tambahan dari teori ini adalah kekuatan dari

preferensi individu terhadap hasil yang diharapkan. (Rivai & Sagala, 2009, hal.

846)

Teori-teori yang termasuk kategori teori-teori proses adalah 1) teori

pengharapan, 2) pembentukan perilaku (operant conditioning), 3) teori Porter-

Lawler, dan 4) teori keadilan

2.3.3 Teori-Teori Motivasi


2.3.3.1 Hierarki Teori Kebutuhan (Heirarchical of Needs Theory)

Menurut Abraham Maslow dalam Veithzal Rivai dan Ella Sagala (2009,

hal. 840) bahwa pada setiap diri manusia itu terdiri atas lima kebutuhan yaitu:

kebutuhan secara fisologis, rasa aman, sosial, penghargaan, dan aktualisasi

diri, seperti paga gambar 2.1 berikut ini:


35

Gambar 2 Hierarki kebutuhan Maslow


Sumber: Rivai, V. P., & Sagala, E. J. (2009). Manajemen Sumber Daya Manusia
untuk Perusahaan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Halaman 840

Gambar di atas menjelaskan bahwa urutan dan rangkaian kebutuhan

seseorang selalu mengikuti alur yang dijelaskan oleh teori Maslow. Semakin ke

atas kebutuhan seseorang semakin sedikit jumlah atau kuantitas manusia yang

memiliki kriteria kebutuhannya, contohnya kebutuhan kategori self-actualization

atau kebutuhan kebebasan diri untuk merealisasikan cita-cita atau harapan

individu untuk mengembangkan bakat atau talenta yang dimiliknya.

Menurut Maslow, manusia akan didorong untuk memenuhi kebutuhan

yang paling kuat sesuai waktu, keadaan dan pengalaman yang bersangkutan

mengikuti suatu hirarki. Dalam tingkatan ini, kebutuhan pertama yang harus

dipenuhi terlebih dahulu adalah kebutuhan fisiologis, seperti balas jasa, istirahat

dan sebagainya. Setelah kebutuhan pertama dipuaskan, kebutuhan yang lebih


36

tinggi berikutnya akan menjadi kebutuhan utama, yaitu kebutuhan akan

keamanan dan rasa aman. Kebutuhan ketiga akan muncul setelah kebutuhan

kedua terpuaskan. Proses ini berjalan terus sampai terpenuhinya kebutuhan

aktualisiasi diri, dimana manajemen dapat memberikan insentif untuk

memotivasi hubungan kerja sama, kewibawaan pribadi serta rasa tanggung

jawab untuk mencapai hasil prestasi yang tinggi dari karyawan.

Proses di atas menunjukkkan bahwa kebutuhan-kebutuhan saling

tergantung dan saling menopang. Kebutuhan yang telah terpuaskan akan

berhenti menjadi motivasi utama dari perilaku, digantikan kebutuhan-kebutuhan

selanjutnya yang mendominasi. Tetapi meskipun suatu kebutuhan telah

terpuaskan, kebutuhan itu masih mempengaruhi perilaku dan tidak hilang,

hanya interpretasinya lebih kecil.

2.3.3.2 McClelland Theory of Needs

Secara proses bahwa tingkat kebutuhan timbul karena dorongan

individu, dimana kebutuhan dipelajari. McClelland mengajukan teori motivasi

yang berkaitan erat dengan konsep belajar. Ia berpendapat bahwa banyak

kebutuhan yang diperoleh dari kebudayaan atau kebiasaan individu; Dalam

pandangannya terdapat tiga dari kebutuhan yang dipelajari, yaitu: kebutuhan

berprestasi (need for achievement), kebutuhan berafiliasi (need for affiliation)

dan kebutuhan berkuasa (need for power). (Sukmalana, 2007, hal. 167).

David McClelland menganalisis tentang tiga kebutuhan manusia yang

sangat penting di dalam organisasi atau perusahaan tentang motivasi mereka.


37

McClelland Theory of Needs memfokuskan kepada tiga hal (Rivai & Sagala,

2009, hal. 840) yaitu:

1. Kebutuhan dalam mencapai kesuksesan (Need for achievement);

kemampuan untuk mencapai hubungan kepada standar perusahaan

yang telah ditentukan juga perjuangan karyawan untuk menuju

keberhasilan.

2. Kebutuhan dalam kekuasaan atau otoritas kerja (Need for power);

kebutuhan untuk membuat orang berperilaku dalam keadaan yang

wajar dan bijaksana di dalam tugasnya masing-masing.

3. Kebutuhan untuk berafiliasi (Need for affiliation); hasrat untuk

bersahabat dan mengenal lebih dekat dengan rekan kerja atau para

karyawan di dalam organisasi.

Need for achievement. Beberapa orang memiliki keinginan untuk

mencapai kesuksesan. Mereka berjuang untuk memenuhi ambisi secara pribadi

dari pada mencapai kesuksesan dalam bentuk penghargaan perusahaan atau

organisasi. Sehingga mereka melakukannya selalu lebih baik dan lebih efisien

dari waktu ke waktu. Maksud high achiever di sini adalah seseorang atau

karyawan yang dalam menyelesaikan tugasnya selalu lebih baik dari yang lain.

Need for Power. Beberapa orang mungkin selalu untuk memiliki pengaruh,

dihormati dan senang mengatur sebagian manusia lainnya. Manusia semacam

ini justru senang, dengan tugas yang dibebankan kepadanya atau statusnya
38

dan cenderung untuk lebih peduli dengan kebanggaan, prestise, dan

memperoleh pengaruh terhadap manusia lainnya.

Need for affiliation. Kebutuhan ini menempati posisi paling akhir dari riset

para pakar manajemen. Maksudnya di sini, orang yang memiliki kebutuhan

seperti ini tentu mereka memiliki motivasi untuk persahabatan, menanggung

dan bekerja sama daripada sebagai ajang kompetisi di dalam suatu organisasi.

Termasuk di dalam hal pengertian satu dengan lainnya.

McClelland juga menemukan bahwa kebutuhan prestasi tersebut dapat

dikembangkan pada orang dewasa. Orang-orang yang berorientasi prestasi

mempunyai karakteristik-karakteristik tertentu yang dapat dikembangkan,

(Handoko, 1997, hal. 262), yaitu:

1. Menyukai pengambilan risiko yang layak (moderat) sebagai fungsi

keterampilan, bukan kesempatan; menyukai suatu tantangan; dan

menginginkan tanggung jawab pribadi bagi hasil-hasil yang dicapai.

2. Mempunyai kecenderungan untuk menetapkan tujuan-tujuan prestasi

yang layak dan menghadapi risiko yang sudah diperhitungkan. Salah

satu alasan mengapa banyak perusahaan berpindah ke program

management by objectives (MBO) adalah karena adanya korelasi positif

antara penetapan tujuan dan tingkat prestasi.

3. Mempunyai kebutuhan yang kuat akan umpan balik tentang apa yang

telah dikerjakannya.

4. Mempunyai keterampilan dalam perencanaan jangka panjang dan

memiliki kemampuan-kemampuan organisasional.


39

2.3.3.3 Theory X and Theory Y

Douglas McGregor mengajukan dua pandangan yang berbeda tentang

manusia; negatif dengan tanda label X dan positif dengan tanda label Y.

Setelah melakukan penyelidikan tentang perjanjian seorang manajer dan

karyawan, McGregor merumuskan asumsi-sumsi dan perilaku manusia dalam

organisasi sebagai berikut (Rivai & Sagala, 2009, hal. 842):

Teori X (negatif) merumuskan asumsi seperti:

1. Karyawan sebenarnya tidak suka bekerja dan jika ada kesempatan

dia akan menghindari atau bermalas-malasan dalam bekerja.

2. Semenjak karyawan tidak suka atau tidak menyukai pekerjaannya,

mereka harus diatur dan dikontrol bahkan mungkin ditakuti untuk

menerima sanksi hukum jika tidak bekerja dengan sungguh-

sungguh.

3. Karyawan akan menghindari tanggung jawabnya dan mencari

tujuan formal sebisa mungkin.

4. Kebanyakan karyawan menempatkan keamanan di atas faktor

lainnya yang berhubungan erat dengan pekerjaan dan akan

menggambarkannya dengan sedikit ambisi.


40

Sebaliknya Teori Y (positif) memiliki asumsi-asumsi sebagai berikut:

1. Karyawan dapat memandang pekerjaan sebagai sesuatu yang wajar,

lumrah dan alamiah baik tempat bermain atau beristirahat, dalam artian

berdiskusi atau sekedar teman bicara.

2. Manusia akan melatih tujuan pribadi dan pengotrolan diri sendiri jika

mereka melakukan komitmen yang sangat objektif.

3. Kemampuan untuk melakukan keputusan yang cerdas dan inovatif

adalah tersebar secara meluas di berbagai kalangan tidak hanya melulu

dari kalangan top management atau dewan direksi.

Teori X seperti diuraikan diatas pada dasarnya menganut pandangan

yang agak pesimis sedangkan Teori Y sebaliknya, mulai dengan dasar pikiran

bahwa para pekerja akan berbuat jauh lebih dari pada yang diharapkan dari

mereka jika diperlakukan sebagai mana layaknya manusia dan merasakan

kepuasan pribadi atas pekerjaan.

Teori McGregor ini lebih memihak kepada asumsi-asumsi Y atau positive

side dari perilaku sumber daya manusia di dalam organisasi.

Bukti yang paling dasar terhadap keberhasilan suatu bentuk motivasi

adalah hasil yang diperoleh dari pelaksanaan suatu pekerjaan. Veithzal Rivai

dan Ella Sagala (2009, hal. 843) mengungkapkan bahwa dari berbagai

penelitian menunjukkan bahwa penggunaan ‘ancaman’ atau motivasi negatif,

seringkali menghasilkan yang lebih banyak, berupa peningkatan dalam jangka

pendek. Tetapi penggunaan motivasi positif akan berhasil dalam jangka

panjang.
41

2.3.3.4 Teori ERG Alderfer

Alderfer setuju dengan pendapat Maslow bahwa setiap orang

mempunyai kebutuhan yang tersusun dalam suatu hirarki. Akan tetapi, hirarki

kebutuhannya hanya meliputi tiga perangkat kebutuhan, yaitu:

1. Eksistensi (existence), ini adalah kebutuhan yang dipuaskan oleh faktor-

faktor seperti makan, air, udara, upah, dan kondisi kerja.

2. Keterkaitan (relatednes), ini adalah kebutuhan yang dipuaskan oleh

hubungan sosial dan hubungan antar pribadi yang bermanfaat.

3. Pertumbuhan (growth), ini adalah kebutuhan dimana individu merasa

puas dengan membuat suatu kontribusi (sumbangan) yang kreatif dan

produktif.

Teori ERG adalah teori motivasi kepuasan yang mengatakan

bahwa individu mempunyai kebutuhan-kebutuhan akan

eksistensi/existence (E), keterhubungan/relatednes (R), dan

pertumbuhan/growth (G). Penjelasan Alderfer tentang kebutuhan

berbeda dengan Maslow dalam beberapa hal (Sukmalana, 2007, hal.

169) .

Pertama, Alderfer mengajukan suatu kebutuhan tiga hirarki,

Eksistensi (E), keterkaitan (R), dan pertumbuhan (G) atau ERG.

Kebutuhan eksistensi sama dengan kategori Maslow yaitu fisiologi dan

Keselamatan, kebutuhan akan keterkaitan sama dengan kategori

kebutuhan akan rasa memiliki, sosial dan cinta, dan kebutuhan akan

pertumbuhan sama dengan kategori harga diri dan perwujudan diri.


42

Kedua, teori ERG dan hirarki kebutuhan Maslow berbeda yaitu

dalam cara bagaimana seseorang melangkah melalui rangkaian

kebutuhan. Maslow mengemukakan bahwa kebutuhan yang tidak

terpenuhi adalah kebutuhan utama, dan bahwa tingkat kebutuhan yang

lebih tinggi berikutnya tidak akan tergerak apabila kebutuhan yang lebih

utama belum dipenuhi secara wajar. Jadi, seseorang maju ke atas hirarki

kebutuhan, segera setelah terpenuhi tingkat kebutuhan lebih rendah.

Sebaliknya, teori ERG Alderfer mengemukakan bahwa sebagai

tambahan terhadap proses kemajuan pemuas yang dikemukakan

Maslow, juga terjadi proses pengurangan keputusasaan. Yaitu, jika

seseorang terus menerus terhambat dalam usahanya untuk memenuhi

kebutuhan pertumbuhan, maka kebutuhan akan keterkaitan akan muncul

kembali sebagai kekuatan motivasi utama yang menyebabkan individu

tersebut mengarahkan kembali upayanya menuju pemenuhan kategori

kebutuhan lebih rendah.

2.3.3.5 Discrepancy Theory

Suatu studi yang telah dilakukan untuk menguji teori hirarki kebutuhan

Maslow dengan versi modifikasi adalah Lyman W. Porter (1961). Dalam

penelitiannya Porter mengukur kepuasan kerja seseorang dengan menghitung

selisih antara apa yang seharusnya dengan kenyataan yang dirasakan

(difference between how much of something there should it and how much

there is now). Pada waktu awal peneltitan, ia berasumsi bahwa para manajer

sudah cukup terpenuhi kebutuhan fisiologisnya sehingga mereka


43

menggantikannya dengan kebutuhan yang lebih tinggi tingkatannya, yang

disebut otonomi, yang didefinisikan sebagai kepuasan seseorang karena

mempunyai kesempatan untuk membuat keputusan secara bebas, menetapkan

tujuan dan bekerja tanpa pengawasan yang ketat.

Dalam studinya tersebut Porter mengembangkan adanya program dan

diskusi kelompok diantara para manajer untuk memperoleh pandangan yang

mendalam tentang kebutuhan (needs) dan motivasi atas dasar hirarki Maslow

tersebut. Salah satu penggunaan yang sangat luas dari daftar pertanyaan

program yang dilakukan oleh Lyman W. Porter adalah ditujukan untuk

mengetahui betapa pentingnya berbagai karakteristik kebutuhan bagi

seseorang dalam pekerjaanya dalam suatu organisasi. Bahkan sekalipun

seseorang tersebut tidak berada dalam suatu organisasi atau tidak lagi bekerja,

dapat dipergunakan dengan menggunakan salah satu jenis pekerjaan yang

disukainya untuk dapat menjawab pertanyaan tersebut.

Kemudian Locke menerangkan bahwa kepuasan kerja seseorang

bergantung kepada discrepancy antara should it job (expectation, needs, atau

values) dengan apa yang menurut perasaannya atau persepsinya telah

diperoleh atau dicapai melalui pekerjaan. Dengan demikian orang akan merasa

puas bila tidak ada perbedaan antara yang diinginkan dengan persepsinya atas

kenyataan, karena batas minimum yang diinginkan telah terpenuhi. Apabila

yang didapat telah lebih besar dari apa yang diinginkan maka orang akan

merasa lebih puas lagi walaupun terdapat discrepancy, tetapi discrepancy yang

positif. Sebaliknya makin jauh kenyataan yang dirasakan itu dibawah standar
44

minimum sehingga menjadi negative discrepancy maka makin besar pula

ketidakpuasan seseorang terhadap pekerjaannya. (Sukmalana, 2007, hal. 160).

2.3.3.6 Teori Porter-Lawler

Model Porter-Lawler adalah teori pengharapan dari motivasi dengan

versi orientasi masa mendatang, dan juga menekankan antisipasi tanggapan-

tanggapan atau hasil-hasil. Para manajer tergantung terutama pada

pengharapan di masa yang akan datang, dan bukan pengalaman biasa yang

lalu. Atas dasar probabilitas usaha-pengharapan yang dirasakan usaha

dijalankan, prestasi dicapai, penghargaan di terima, kepuasan terjadi, dan ini

mengarahkan ke usaha di masa yang akan datang.

2.3.3.7 Equity Theory atau Teori Keadilan

Equity theory ini dikembangkan oleh Adams (1963), beberapa unsur dari

teori ini (Sukmalana, 2007, hal. 162) adalah:

 Input (masukan), yaitu segala sesuatu yang bernilai dan dirasakan

oleh karyawan didalam menjalankan pekerjaan, seperti

pendidikan, pengalaman, keterampilan, jumlah jam kerja serta

fasilitas-fasilitas yang dipergunakan pada tempat kerja.

 Oucome (hasil), yaitu segala sesuatu yang bernilai dan didapatkan

oleh karyawan atas pekerjaan yang dilakukannya, seperti gaji,

tunjangan, status, pengakuan, kesempatan untuk lebih

berprestasi.
45

 Comparison person, yaitu orang lain yang dijadikan suatu

perbandingan. Yang dijadikan bandingan dapat dari perusahaan

itu ataupun yang sejenis dan dapat pula dari perusahaan yang

berbeda, bahkan pula terhadap dirinya sendiri sewaktu bekerja

pada perusahaan ataupun bidang pekerjaan lainnya.

Selanjutnya teori ini berpendapat bahwa seorang karyawan akan

ataupun dapat melakukan perbandingan antara masukan dan hasil yang

diterima dengan masukan dan hasil dari kelompok lainya yang dijadikan

bandingan. Apabila hasil bandingan tersebut ternyata berjumlah sama

dengan hasil dari kelompok lainnya sebagai bandingan, maka terjadi suatu

keseimbangan (equity). Dengan terjadinya suatu keseimbangan maka

kepuasan kerja dapat diwujudkan dan demikian juga sebaliknya.

2.3.3.8 Teori Pembentukan Perilaku (Operant Conditioning)

B.F Skinner mengemukakan pendekatan lain terhadap motivasi yang

mempengaruhi dan merubah perilaku kerja yaitu teori pembentukan perilaku

(operant conditioning), atau sering disebut dengan istilah-istilah lain seperti

behavior modification, positive reinforecement, dan Skinnerian conditioning.

Pendekatan ini didasarkan terutama atas hukum pengaruh (law of effect), yang

menyatakan bahwa perilaku yang diikuti dengan konsekuensi-konsekuensi

pemuasan cenderung diulang, sedangkan perilaku yang diikuti konsekuensi-

konsekuensi hukuman cenderung tidak di ulang. Dengan demikian perilaku

individu di waktu mendatang dapat diperkirakan atau dipelajari dari pengalaman

di waktu yang lalu.


46

Proses pembentukan perilaku ini secara sederhana dapat digambarkan

sebagai berikut:

Gambar 3 Proses pembentukan perilaku


Sumber: Rivai, V. P., & Sagala, E. J. (2009). Manajemen Sumber
Daya Manusia untuk Perusahaan. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.

Jadi, perilaku (tanggapan) individu terhadap suatu situasi atau kejadian

(stimulus) adalah penyebab konsekuensi tertentu. Bila konsekuensi itu positif,

individu akan memberikan tanggapan sama terhadap situasi yang sama, tetapi

bila konsekuensi tidak menyenangkan individu akan cenderung merubah

perilakunya untuk menghindarkan dari konsekuensi tersebut.

Hal ini memberikan petunjuk bila manajer akan mengubah perilaku

bawahan, dia harus mengubah konsekuensi dari perilaku tersebut. Sebagai

contoh, seorang karyawan yang sering datang terlambat dapat dimotivasi agar

datang tepat pada waktunya (pengubah perilaku), dengan memberikan

penghargaan untuk kedatangan yang tepat atau dapat juga dihentikan dengan

pernyataan celaan yang keras.


47

Ada empat teknik yang dapat dipergunakan manajer untuk mengubah

perilaku bawahan (Handoko, 1997, hal. 265):

1. Penguatan Positif, bisa penguat primer seperti minuman atau

makanan yang memuaskan kebutuhan-kebutuan biologis, ataupun

penguat sekunder seperti penghargaan berujud hadiah, promosi, dan

uang.

2. Penguatan Negatif, dimana individu akan mempelajari perilaku yang

membawa kosekuensi tidak menyenangkan dan kemudian

menghindari perilaku tersebut di masa mendatang (avoidance

learning).

3. Pemadaman, dilakukan dengan peniadaan penguatan.

4. Hukuman, melalui mana manajer mencoba untuk mengubah perilaku

bawahan yang tidak tepat dengan pemberian konsekuensi-

konsekuensi negatif.

W. Clay Hammer di dalam buku Tani Handoko (1997, hal. 265) telah

mengidentifikasikan 6 (enam) pedoman penggunaan teknik-teknik

pembentukan perilaku, atau disebut teori belajar (learning theory), yaitu:

1. Jangan memberikan penghargaan yang sama kepada semua

orang.

2. Perhatikan bahwa kegagalan untuk memberikan tanggapan dapat

juga mengubah perilaku.


48

3. Beritahu karyawan tentang apa yang harus dilakukan untuk

mendapatkan penghargaan.

4. Beritahu karyawan tentang apa yang dilakukan secara salah.

5. Jangan memberi hukuman di depan karyawan lain.

6. Bertindak adil

2.3.3.9 Teori Dua Faktor Herzberg

Pada umumnya, para karyawan baru cenderung memusatkan

perhatiannya pada pemuasan tingkat kebutuhan lebih rendah dalam pekerjaan

pertama mereka, terutama keamanan. Tetapi, setelah hal itu terpuaskan,

mereka akan berusaha untuk memenuhi tingkatan kebutuhan yang lebih tinggi,

seperti kebutuhan inisiatif kreatifitas, dan tanggung jawab. Beberapa percobaan

penelitian motivasi telah dilakukan yang memperagakan pentingnya tingkatan

kebutuhan yang lebih tinggi tersebut sebagai motivasi. Salah satu diantarnya

penelitan yang dilakukan Frederick Herzberg dengan kelompok risetnya dari

“Psychlogical Service Pittsburgh”.

Berdasarkan penelitiannya, yang dilakukan dengan wawancara terhadap

lebih dari dua ratus insinyur dan akuntan, Herzberg dan kawan-kawannya telah

menemukan dua kelompok faktor-faktor yang mempengaruhi kerja seseorang

dalam organisasi. Faktor-faktor penyebab kepuasan kerja (job satisfaction)

mempunyai pengaruh pendorong bagi prestasi dan semangat kerja, dan faktor-

faktor penyebab ketidakpuasan kerja (job dissatisfaction) mempunyai pengaruh

negatif. Jadi, menurut penemuannya para peneliti membedakan antara yang

mereka sebut “motivators” atau “pemuas” (satisfiers) dan faktor-faktor


49

pemeliharaan”. (kadang-kadang disebut “hygienic factors”) atau “dissatisfiers”.

Motivator mempunyai pengaruh meningkatkan prestasi atau kepuasan kerja.

Faktor-faktor pemeliharaan mencegah merosotnya semangat kerja atau

efisiensi, dan meskipun faktor-faktor ini tidak dapat memotivasi, tetapi dapat

menimbulkan ketidakpuasan kerja atau menurunkan produktifitas. Perbaikan

terhadap faktor-faktor pemeliharaan akan mengurangi atau menghilangkan

ketidakpuasan kerja, tetapi tidak dapat digunakan sebagai sumber kepuasan

kerja. Faktor-faktor ini dapat diperbandingkan dengan pasta gigi. Penyikat gigi

secara teratur tidak akan memperbaikinya, tetapi hal itu membantu pencegahan

kerusakan lebih lanjut.

Teori motivasi-pemeliharaan atau teori motivasi-higienis atau teori dua

faktor, sebenarnya paralel dengan teori hirarki kebutuhannya Maslow.

Motivator-motivaor berhubungan dengan kebutuhan aktualisasi diri dan

penghargaan, dan faktor-faktor pemeliharaan berhubungan dengan kebutuhan-

kebutuhan lebih rendah terutama kebutuhan keamanan/rasa aman. (Handoko,

1997, hal. 259)

Tabel 9 Faktor-faktor Pemuas dan Pemeliharaan dalam Bekerja

Faktor-faktor Pemuas Faktor-faktor Pemeliharaan

Prestasi Kebijaksanaan dan


Pengharga administrasi perusahaan
an Kualitas pengendalian
Pekerjaan kreatif dan teknik Kondisi kerja
menantang Tanggung Jawab Hubungan kerja
Kemajuan dan peningkatan
50

Status
pekerjaan
Keamanan
kerja Kehidupan
pribadi
Penggajian

Sumber: Handoko, T. (1997). Manajemen. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta. Halaman


260

2.3.3.10 Reinforcement Theory

Teori ini tidak menggunakan konsep suatu motif atau proses motivasi.

Sebaliknya teori ini menjelaskan bagaimana konsekuansi perilaku di masa yang

lalu memengaruhi tindakan di masa yang akan datang dalam suatu siklus

proses belajar.

Dalam pandangan teori ini, individu bertingkah laku tertentu karena di

masa lalu mereka belajar bahwa perilaku tertentu seseorang akan berhubungan

dengan hasil yang menyenangkan terhadap orang lain, dan perilaku tertentu

akan juga menghasilkan akibat yang tidak menyenangkan. Pada umumnya,

individu lebih suka akibat yang menyenangkan, karena mereka akan

mengulangi perilaku yang akan mengakibatkan konsekusensi yang

menyenangkan.
51

Gambar 4 Proses Penguatan


Sumber: Rivai, V. P., & Sagala, E. J. (2009). Manajemen Sumber Daya Manusia
untuk Perusahaan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Halaman 847

Dari gambar terlihat bahwa suatu peristiwa (rangsangan) merupakan

sebab dengan akibat tertentu yang akan mempengaruhi perilaku individu

(tanggapan).

2.3.3.11 Expectancy Theory

Teori ini dikemukakan oleh Victor Vroom’s, teori ini mengemukakan

bahwa tindakan seseorang cenderung untuk dilakukan karena harapan hasil

yang akan dia dapatkan. Dalam hal ini seperti harapan bonus, kenaikan gaji,

promosi, dan penghargaan. Lebih intinya, teori memfokuskan hubungan

sebagai berikut:

 Effort-performance relationship, Probabilitas yang akan diterima oleh

individu dengan mengerahkan kemampuanya untuk suatu hasil kerja

yang baik.

 Performance-reward relationship, tingkatan kepercayaan individu atas

hasil kerja tertentu akan mengakibatkan harapan yang diinginkannya.


52

 Reward-personal goal relationship, Penghargaan organisasi atas

seseorang mengakibatkan kepuasan individu di dalam bekerja.

Gambar 5 Hubungan pada Teori Harapan


Sumber : Robins, S. P. (2008). Perilaku Organisasi. Jakarta: Salemba Empat. Hal. 254

Vroom menjelaskan bahwa motivasi merupakan suatu produk dari

bagaimana seseorang menginginkan sesuatu, dan penaksiran seseorang

memungkinkan aksi tertentu yang akan menuntunnya.

Pernyataan di atas berhubungan dengan rumus di bawah ini:

Motivasi = Valensi x Harapan x Instrumen.................(i)

Keterangan:

 Valensi merupakan kekuatan hasrat seseorang untuk mencapai

sesuatu.

 Harapan merupakan kemungkinan mencapai sesuatu dengan aksi

tertentu
53

 Instrumen merupakan insentif atau penghargaan yang akan

diberikan.

Valensi lebih menguatkan pilihan seorang pegawai untuk suatu hasil.

Jika seorang pegawai mempunyai keinginan yang kuat untuk suatu kemajuan,

maka berarti valensi pegawai tersebut tinggi untuk suatu kemajuan. Valensi

timbul dari internal pegawai yang dikondisikan dengan pengalaman.

Pengharapan merupakan kekuatan keyakinan pada suatu perlakuan

yang diikuti dengan hasil khusus. Hal ini menggambarkan bahwa keputusan

pegawai yang memungkinkan mencapai suatu hasil dapat menuntun hasil

lainnya. (Mangkunegara, 2005, hal. 70)

Expectancy theory menjelaskan kenapa banyak karyawan tidak

termotivasi di dalam pekerjaannya. Menurut teori ini ada empat asumsi

mengenai perilaku individu dalam perusahaan, yaitu:

 Perilaku individu ditentukan oleh kombinasi faktor-faktor individu dan

faktor-faktor lingkungan

 Individu mengambil keputusan dengan sadar mengenai perilakunya

sendiri dalam perusahaan.

 Individu mempunyai kebutuhan, keinginan dan tujuan yang berbeda.

 Individu memutuskan diantara perilaku alternatif berdasarkan

harapannya bahwa suatu perilaku akan mengarahkan pada tujuan yang

diinginkan.
54

Teori harapan menunjukkan bahwa kekuatan dari suatu kecenderungan

untuk bertindak dalam cara tertentu bergantung pada kekuatan dari suatu

harapan bahwa tindakan tersebut akan diikuti oleh hasil yang ada pada yang

tarik dari hasil itu terhadap individu tersebut. Dalam bentuk yang lebih praktis,

teori harapan mengatakan bahwa karyawan-karyawan akan termotivasi untuk

mengeluarkan tingkat usaha yang tinggi ketika mereka yakin bahwa usaha

tersebut akan menghasilkan penilaian kerja kinerja yang baik; penilaian yang

baik akan menghasilkan penghargaan-penghargaan organisasional seperti

bonus, kenaikan imbalan kerja, atau promosi, dan penghargaan-penghargaan

tersebut akan memuaskan tujuan-tujuan pribadi para karyawan.

Gambar 6 Model Teori Harapan


Sumber: Rivai, V. P., & Sagala, E. J. (2009). Manajemen Sumber Daya
Manusia untuk Perusahaan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Halaman 849

2.3.4 Model Motivasi


2.3.4.1 Model Tradisional

Pandangan model motivasi tradisional menurut Tani Handoko (1997, hal.

253) menganggap bahwa para pekerja pada dasarnya malas, dan hanya dapat

dimotivasi dengan penghargaan berwujud uang. Dalam banyak situasi


55

pendekatan ini cukup efektif. Sejalan dengan meningkatnya efisiensi, karyawan

yang dibutuhkan untuk tugas tertentu dapat dikurangi. Lebih lanjut, manajer

mengurangi besarnya upah insentif. Pemutusan hubungan kerja menjadi biasa

dan pekerja akan mencari keamanan/jaminan kerja daripada hanya kenaikan

upah kecil dan sementara.

Model motivasi tradisional dihubungkan dengan tokoh Frederick Taylor

dan aliran manajemen ilmiah. Sesuai dengan aliran ini, aspek yang sangat

penting dari pekerjaan para manajer adalah bagaimana membuat para

karyawan bisa menjalankan pekerjaan mereka yang membosankan dan

berulang-ulang dengan cara yang paling efisien. Untuk memberikan dorongan

kepada karyawan agar melakukan tugas mereka dengan berhasil, para manajer

menggunakan sistem upah insentif; semakin banyak mereka menghasilkan

atau mencapai hasil kerja yang sempurna, semakin besar penghasilan mereka.

Alat motivasi ini didasarkan atas anggapan bahwa para karyawan sebenarnya

adalah pemalas dan bisa didorong hanya dengan imbalan keuangan. (Rivai &

Sagala, 2009, hal. 852)

2.3.4.2 Model Hubungan Manusiawi

Ketika tampak bahwa pendekatan tradisional tidak lagi tepat, para ahli

manajemen mulai mencari berbagai penjelasan tentang perilaku karyawan.

Elton Mayo dan peneliti tentang hubungan manusiawi lainnya menemukan

bahwa kontak sosial yang dialami mereka, dan kebosanan serta rutinitas

pekerjan merupakan hal-hal yang mengurangi motivasi mereka dalam bekerja.

Sehingga mereka menganjurkan para manajer bisa memotivasi para karyawan


56

dengan mengakui kebutuhan sosial mereka dan dengan membuat mereka

merasa penting dan berguna.

Sesuai dengan pendapat ini, perusahaan mencoba untuk mengakui

kebutuhan sosial para karyawan, dan mencoba memotivasi mereka dengan

meningkatkan kepuasan kerjanya. Para karyawan diberi lebih banyak waktu

kebebasan untuk mengambil keputusan dalam menjalankan pekerjaannya.

Meskipun demikian, tujuan para manajer adalah tetap sama seperti dalam

model tradisional, yaitu agar para karyawan mau menerima kondisi kerja yang

diciptakan oleh manajer. Dalam model tradisional, para karyawan diharapkan

bersedia menerima wewenang manajer dengan diberikan imbalan upah yang

tinggi, menjalankan sistem kerja yang efisien yang dirancang oleh para

manajer. Dalam model hubungan manusiawi, para karyawan diharapkan untuk

menerima wewenang manajer karena atasan mereka memperlakukan mereka

dengan baik dan tenggang rasa, juga penuh perhatian atas segala kebutuhan

mereka.

Mayo dan lain-lainya juga percaya bahwa manajer dapat memotivasi

bawahan melalui pemenuhan kebutuhan-kebutuhan sosial mereka dan

membuat mereka merasa berguna dan penting (Handoko, 1997, hal. 253)

2.3.4.3 Model Sumber Daya Manusia

Kritikan juga diajukan kepada model hubungan manusiawi oleh

McGregor, Maslow, Argyris, dan Likert, dan mengemukakan pendekatan yang

lebih “sophisticated” untuk memanfaatkan para karyawan. Model ini


57

menyatakan bahwa para karyawan dimotivasi oleh banyak faktor – tidak hanya

uang atau keinginan untuk mencapai kepuasan, tetapi juga kebutuhan untuk

berprestasi dan memperoleh pekerjaan yang berarti. Mereka mengemukakan

bahwa para karyawan lebih menyukai pemenuhan kepuasan dari suatu prestasi

kerja yang baik. Jadi, para karyawan dapat diberi tanggung jawab yang lebih

besar untuk pembuatan keputusan-keputusan dan pelaksanaan tugas-tugas.

Banyak pendapat yang menyatakan bahwa, para karyawan sebenarnya

mempunyai motivasi yang sangat beraneka ragam, bukan hanya motivasi

karena uang ataupun keinginan akan kepuasan. Tetapi juga kebutuhan untuk

berprestasi dan mempunyai arti dalam bekerja. Mereka berpendapat bahwa,

sebagian besar individu sudah mempunyai dorongan untuk menyelesaikan

pekerjaannya dengan baik, dan tidak selalu para karyawan memandang

pekerjaan sebagai suatu hal yang tidak menyenangkan. Bahkan umumnya,

para karyawan akan memperoleh kepuasan karena prestasi yang tinggi. Jadi,

para karyawan bisa memperoleh tanggung jawab yang lebih luas untuk

mengambil keputusan dan melaksanakan tugas-tugas mereka, karena mereka

sudah punya dorongan untuk bekerja dengan baik dan kemungkinan besar bisa

mencapai tujuan organisasi dengan cara mereka sendiri. Tugas manajer dalam

model ini untuk mengembangkan rasa tanggung jawab bersama dalam

mencapai tujuan organiasi dan anggotanya, dimana setiap karyawan

menyumbangkan sesuai dengan kepentingan dan kemampuannya masing-

masing.
58

2.4 Konsep Kompensasi

2.4.1 Pengertian Kompensasi

Kompensasi menurut Kamus Besar Bahasa Indoensia Ver 1.1 adalah

ganti rugi (Setiawan, 2010). Kompensasi merupakan sesuatu yang diterima

karyawan sebagai pengganti kontribusi jasa mereka pada perusahaan (Rivai &

Sagala, 2009, hal. 741). Berikutnya Tani Handoko (1997, hal. 245)

mendefinisikan kompensasi sebagai pemberian kepada karyawan dengan

pembayaran finansial sebagai balas jasa untuk pekerjaan yang dilaksanakan

dan sebagai motivator untuk pelaksanaan kegiatan di waktu yang akan datang.

Herman Sofyandi (2008, hal. 159) berpendapat bahwa kompensasi

merupakan suatu bentuk biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan

dengan harapan bahwa perusahaan akan memperoleh imbalan dalam bentuk

prestasi kerja dari karyawannya.

Schuller, Randal S, Jackson, dan Susan E (1997, hal. 86) berpendapat

bahwa kompensasi di bagi menjadi kompensasi finansial dan kompensasi non

finansial.

Kompensasi finansial mempunyai tujuan untuk menarik pelamar kerja

yang potensial, mempertahankan karyawan yang berkualitas, meraih

keunggulan kompetitif, meningkatkan produktivitas, memudahkan sasaran

strategis, menentukan dan mengokohkan struktur organisasi dan melakukan

pembayaran sesuai aturan hukum. Kompensasi finansial terdiri dari

kompensasi langsung dan kompensasi tidak langsung. (Suyanto, 2008, hal.

232).
59

Herman Sofyandi (2008, hal. 159) menulis bahwa kompensasi langsung

berupa upah/gaji, insentif/bonus, tunjangan jabatan dan kompensasi tidak

langsung sebagai tambahan yang didasarkan kepada kebijakan pimpinan

seperti tunjangan hari raya, tunjangan pensiun, tunjangan kesehatan, dan

lainnya.

2.4.1.1 Kompensasi Finansial

Menurut Henry Simamora (1997) kompensasi finansial terbagi dalam 2

bentuk, antara lain:

a. Kompensasi Finansial Langsung (direct financial compensatioan), terdiri

dari:

1) Bayaran pokok yang terdiri dari gaji dan upah

2) Bayaran prestasi (merit pay)

3) Bayaran insentif antara lain; bonus, komisi, pembagian laba,

pembagian keuntungan, dan pembagian saham.

4) Bayaran tertangguh (deferred pay) antara lain; program tabungan

dan anuitas pembelian saham.

b. Kompensasi Finansial Tidak Langsung (indirect

financial compensatioan), terdiri dari:

1) Program-program perlindungan seperti; asuransi, kesehatan,

asuransi jiwa, pensiun, dan asuransi tenaga kerja.

2) Bayaran diluar jam kerja seperti liburan, hari besar, cuti tahunan dan

cuti hamil.
60

3) Fasilitas antara lain; kendaraan, ruang kantor dan tempat parkir

khusus atau akses pesawat perusahaan yang diperoleh karyawan.

Fasilitas dapat mewakili jumlah subtansial dari kompensasi, terutama

bagi eksekutif yang dibayar mahal.

2.4.1.2 Kompensasi Non Finansial

Kompensasi non finansial (non financial compensation) adalah bagian

dari kompensasi yang terdiri atas kepuasan yang diperoleh seseorang dari

pekerjaan itu sendiri, atau dari lingkungan psikologis dan atau fisik dimana

orang itu bekerja. (Simamora, 1997, hal. 444)

Pendapat yang dikemukakan oleh Widagdo, Bambang, dan Yulianto

(1992, hal. 8) kompensasi non finansial adalah program dari perusahaan yang

diberikan perusahaan dalam rangka kesejahteraan karyawan dan lebih pada

pemuasan dari segi psikologis.

Sedangkan menurut Nawawi (1990, hal. 317) bahwa kompensasi non

finansial adalah program pemberian penghargaan dengan variasi yang lebih

luas, sebagai pemberian bagian keuntungan perusahaan atau organisasi di luar

gaji atau upah tetap.

Menurut Mondy dan Noe (1993, hal. 389) kompensasi non finansial

terdiri dari kepuasan yang diterima oleh karyawan baik dari pekerjaan itu sendiri

seperti tanggung jawab, pengakuan, peluang adanya promosi, lingkungan yang

aman dan nyaman dimana orang tersebut berada, rekan kerja yang

menyenangkan dan kebijakan-kebijakan yang sehat lainnya dari perusahaan.


61

Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kompensasi

non finansial adalah bentuk kompensasi yang bersifat jangka panjang seperti

peluang adanya promosi jabatan, lingkungan kerja yang menyenangkan dan

kebijakan-kebijakan yang sehat lainnya dari perusahaan. Kompensasi non

finansial disini bentuknya tidak bersifat material melainkan lebih bersifat

psikologis.

Oleh karena itu, bagi setiap perusahaan hendaknya lebih

memperhatikan bentuk-bentuk sistem kompensasi yang diberikan terlebih lagi

kompensasi non finansial yang selama ini banyak dikesampingkan dan kurang

begitu diperhatikan dalam perusahaan. Padahal bentuk kompensasi non

finansial memegang peranan penting dalam memenuhi kebutuhan psikologis

para karyawan yang nantinya akan berdampak pada meningkatnya semangat

kerja karyawan yang pada akhirnya akan berdampak pada faktor yang lainnya.

a. Aspek-Aspek Kompensasi Non Finansial

Aspek-aspek yang ada dalam kompensasi non finansial menurut

schuller (1997, hal. 86) terbagi dalam 2 komponen, yaitu:

1) Kompensasi Sosial

a) Simbol Status

Status merupakan posisi atauperingkat yang didefinisikan

secara sosial yang diberikan kepada kelompok atau anggota

kelompok oleh orang lain.

b) Pujian dan Pengakuan


62

Bentuk terbaik dari pujian dan pengakuan karyawan

adalah mengakui prestasi individu maupun kelompok. Bentuk-

bentuk dari pujian dan pengakuan terhadap karyawan ini

diantaranya adalah adanya penghargaan terhadap karyawan

yang mempunyai masa tertentu, ataupun pujian dari atasan atas

pekerjaan yang telah dilakukan karyawan, walaupun pujian itu

dilakukan secara pribadi seperti jabat tangan langsung dari atasan

untuk sebuah pekerjaan yang telah dilakukan dengan baik oleh

karyawan tersebut ditempat kerja. (Sunarto, 2004, hal. 17).

Pujian diberikan dalam bentuk pujian lisan ataupun

tulisan sedangkan pengakuan bisa dimasukan sebagai bagian

utama nilai-nilai oraganisasi. Nilai-nilai ini bisa diperkuat dengan

pendidikan, pelatihan dan penilaian prestasi kerja.

c) Kenyamanan Tugas

Suasana tempat kerja seperti temperatur, cahaya,

maupun keributan seharusnya tidak ekstrim, misalnya terlalu

panas atau remang-remang. Selain itu kebanyakan karyawan

junga menyukai fasilitas kerja yang bersih dan relatif modern serta

perlengkapan atau alat-alat kerja yang memadai. Diberikannya

cuti kerja juga merupakan usaha perusahaan untuk mengurangi

tingkat kejenuhan karyawan ditempat kerja. Dengan diberikannya

cuti tersebut diharapkan dapat mengambalikan gairah kerja para

karyawan. (Robbins & Judge, 2008)


63

d) Persahabatan

Haidjrahman dan Suad Husnan (2000, hal. 140)

menyatakan bahwa mempunyai rekan kerja yang kompak

merupakan salah satu kebutuhan sosial dari karyawan. Mondy

dan Noe (1993, hal. 304) menyatakan bahwa walaupun ada

beberapa individu di dunia ini yang merasa senang menyendiri

dan tidak ingin diganggu, sifat ini tidaklah lazim. Kebanyakan

orang, dari berbagai tingkatan, mempunyai keinginan untuk dapat

diterima oleh kelompok kerja mereka.

2) Kompensasi Karier

a) Rasa Aman

Yang dimaksud rasa aman adalah perasaan karyawan

terhadap posisi pekerjaannya. Schuler dan Jackson (1997, hal.

88) menyatakan rasa aman menjadi penting saat pemutusan

hubungan kerja (PHK) sering terjadi akibat kondisi ekonomi yang

buruk. Disini karyawan tidak akan merasa tenang dalam bekerja

bila posisi pekerjaannya sewaktu-waktu dapat hilang karena

adanya PHK. Rasa aman disini juga dapat terpenuhi bila

karyawan yakin bahwa perusahaannya mempunyai kinerja yang

baik sehingga kemungkinan perusahaan untuk rugi atau ditutup

yang berakibat adanya PHK terhadap karyawannya sangatlah

kecil.

b) Pengembangan Diri
64

Pengembangan diri mengacu pada peningkatan

keterampilan pada jangka panjang. Pengembangan karyawan

yang dapat dilakukan perusahaan meliputi pelatihan langsung

oleh atasan ditempat kerja (on the job training), pelatihan oleh

tenaga khusus (vestibule school), magang (apprenticeship)

ataupun kursus-kursus khusus. (Heidjrachman & Husnan, 2000,

hal. 142)

c) Fleksibilitas Karir

Fleksibilitas karir ini masih berhubungan dengan

promosi. Menurut Haidjrahman dan Suad Husnan (Heidjrachman

& Husnan, 2000, hal. 144) perusahaan perlu untuk membuat

program promosi yang menyangkut, Pertama: kearah mana suatu

jabatan akan menuju: Jabatan apa yang menjadi jenjang akhir

suatu jabatan? Kedua, kriteria apa yang dipakai untuk

menentukan orang (pejabat) yang akan dipromosikan. Pernyataan

pertama mengandung maksud bahwa suatu perusahaan perlu

menerapkan suatu jalur promosi yang jelas terhadap karyawan,

sedangkan yang kedua adalah syarat-syarat yang diperlukan

karyawan untuk dapat dipromosikan. Dengan begitu maka

karyawan mempunyai pandangan jabatan apa saja yang dapat

ditempatinya bila mendapatkan promosi dan apa yang perlu

dilakukan karyawan bila menginginkan untuk dipromosikan

kejabatan yang lebih tinggi.


65

d) Peluang Kenaikan Penghasilan

Yang dimaksud disini adalah kesempatan untuk

memperoleh promosi ke posisi yang lebih tinggi sehingga

penghasilan yang diterima seorang karyawan akan meningkat

seiring dengan kenaikan posisinya tersebut.

b. Tujuan Pemberian Kompensasi Non Finansial

Menurut Widagdo, Bambang, dan Yulianto (1992, hal. 9)

kompensasi non finansial adalah untuk mempertahankan karyawan

dalam jangka panjang agar karyawan dapat bekerja lebih lama dan tidak

meninggalkan perusahaan. Untuk itu perusahaan menyelenggarakan

program-program pelayanan bagi karyawan yang berupayua untuk

menciptakan kondisi kerja yang menyenangkan seperti program atau

fasilitas-fasilitas yang disediakan oleh organisasi seperti penunjang

poliklinik dan tempat ibadah, dan komunikasi yang baik sesama

karyawan.

Pemberian kompensasi merupakan salah satu pelaksanaan fungsi

MSDM yang berhubungan dengan semua jenis pemberian penghargaan

individual sebagai pertukaran dalam melakukan tugas keorganisasian.

Jika dikelola dengan baik, kompensasi akan membantu perusahaan

untuk mencapai tujuan dan memperoleh, memelihara, dan menjaga karyawan

dengan baik. Sebaliknya, tanpa kompensasi yang cukup, karyawan yang ada
66

sangat mungkin untuk meninggalkan perusahaan dan untuk melakukan

penempatan kembali tidaklah mudah.

Veithzhal Rivai dan Ella Sagala (2009, hal. 741) mengungkapkan bahwa

akibat dari ketidakpuasan dalam pembayaran yang dirasa kurang akan

mengurangi kinerja, meningkatkan keluhan-keluhan, penyebab mogok kerja,

dan mengarah pada tindakan-tindakan fisik dan psikologis, seperti

meningkatnya derajat ketidakhadiran dan perputaran karyawan, yang pada

gilirannya akan menurunkan kesehatan jiwa karyawan yang semakin parah.

Sebaliknya, jika terjadi kelebihan pembayaran, juga akan menyebabkan

perusahaan dan individual berkurangnya daya kompetisinya dan menimbulkan

kegelisahan, perasaan bersalah, dan suasana yang tidak nyaman di kalangan

karyawan.

2.4.2 Tujuan Manajemen Kompensasi

Tujuan manajemen kompensasi dijelaskan oleh Veithzal Rivai dan Ella

Sagala (2009, hal. 743) yaitu untuk membantu perusahaan mencapai tujuan

keberhasilan strategi perusahaan dan menjamin terciptanya keadilan internal

dan eksternal.

Tujuan manajemen kompensasi efektif, meliputi:

a. Memperoleh SDM yang Berkualitas

Kompensasi yang cukup tinggi sangat dibutuhkan untuk

memberi daya tarik kepada para pelamar. Tingkat pembayaran harus

responsif terhadap penawaran dan permintaan pasar kerja karena


67

para pengusaha berkompetisi untuk mendapatkan karyawan yang

diharapkan.

b. Mempertahankan Karyawan yang Ada

Para karyawan dapat keluar jika besaran kompensasi tidak

kompetitif dan akibatnya akan menimbulkan perputaran karyawan

yang semakin tinggi.

c. Menjamin Keadilan

Manajemen kompenasai selalu berupaya agar keadilan internal

dan eksternal dapat terwujud. Keadilan internal mensyaratkan bahwa

pembayaran dikaitkan dengan nilai relatif sebuah pekerjaan

sehingga pekerjaan yang sama dibayar dengan besaran yang sama.

Keadilan eksternal berarti pembayaran terhadap pekerja merupakan

yang dapat dibandingkan dengan perusahaan lain di pasar kerja.

d. Penghargaan terhadap Perilaku yang Diinginkan

Pembayaran hendaknya memperkuat perilaku yang diinginkan

dan bertindak sebagai insentif untuk perbaikan perilaku di masa

depan, rencana kompensasi efektif, menghargai kinerja, ketaatan,

pengalaman, tanggung jawab, dan perilaku-perilaku lainnya.

e. Mengendalikan Biaya

Sistem kompensasi yang rasional membantu perusahaan

memperoleh dan mempertahankan para karyawan dengan biaya

yang beralasan. Tanpa menajemen kompensasi efektif, bisa jadi

pekerja dibayar di bawah atau di atas standar.


68

f. Mengikuti Aturan Hukum

Sistem gaji dan upah yang sehat mempertimbangkan faktor-

faktor legal yang dikeluarkan pemerintah dan menjamin pemenuhan

kebutuhan karyawan.

g. Memfasilitasi Pengertian

Sistem manajemen kompensasi hendaknya dengan mudah

dipahami oleh spesialis SDM, manajer operasi, dan para karyawan.

h. Meningkatkan Efisiensi Administrasi

Program pengupahan dan penggajian hendaknya dirancang

untuk dapat dikelola dengan efisien, membuat sistem informasi SDM

optimal, meskipun tujuan ini hendaknya sebagai pertimbangan

sekunder dibandingkan dengan tujuan-tujuan lain.

2.4.3 Komponen-Komponen Kompensasi

a. Gaji

Gaji adalah balas jasa dalam bentuk uang yang diterima karyawan

sebagai konsekuensi dari kedudukannya sebagai seorang karyawan

yang memberikan sumbangan tenaga dan pikiran dalam mencapai

tujuan perusahaan. Atau, dapat juga dikatakan sebagai bayaran tetap

yang diterima seseorang dari keanggotaannya dalam sebuah

perusahaan.
69

b. Upah

Upah merupakan imbalan finansial langsung yang dibayarkan

kepada karyawan berdasarkan jam kerja, jumlah barang yang dihasilkan

atau banyaknya pelayanan yang diberikan. Jadi tidak seperti gaji yang

jumlahnya relatif tetap, besarnya upah dapat berubah-ubah tergantung

pada keluaran yang dihasilkan.

c. Insentif

Insentif merupakan imbalan langsung yang dibayarkan kepada

karyawan karena kinerjanya melebihi standar yang ditentukan. Insentif

merupakan bentuk lain dari upah langsung di luar upah dan gaji yang

merupakan kompensasi tetap. Yang biasa disebut kompensasi

berdasarkan kinerja (pay for performance plan).

d. Kompensasi Tidak Langsung (Fringe Benefit)

Fringe Benefit merupakan kompensasi tambahan yang diberikan

berdasarkan kebijakan perusahaan terhadap semua karyawan sebagai

upaya meningkatkan kesejahteraan para karyawan. Contohnya, berupa

fasilitas-fasilitas seperti: asuransi-asuransi, tunjangan-tunjangan, uang

pensiun, dll. (Rivai & Sagala, 2009, hal. 744)

2.4.4 UPAH

2.4.4.1 Pengertian Upah

Upah didefinisikan sebagai balas jasa yang adil dan layak diberikan

kepada para pekerja atas jasa-jasanya dalam mencapai tujuan organisasi.


70

Upah merupakan imbalan finansial langsung yang dibayarkan kepada

karyawan berdasarkan jam kerja, jumlah barang yang dihasilkan atau

banyaknya pelayanan yang diberikan. Jadi tidak seperti gaji yang jumlahnya

relatif tetap, besarnya upah dapat berubah-ubah. Konsep upah biasanya

dihubungkan dengan proses pembayaran bagi tenaga kerja lepas (Rivai &

Sagala, 2009, hal. 758).

2.4.4.2 Penggolongan Upah

1. Upah Sistem Waktu

Dalam sistem waktu, besarnya upah ditetapkan berdasarkan

standar waktu seperti jam, hari, minggu, atau bulan. Besarnya upah

sistem waktu hanya didasarkan kepada lamanya bekerja bukan dikaitkan

dengan prestasi kerjanya.

2. Upah Sistem Hasil (Output)

Dalam sistem hasil, besarnya upah ditetapkan atas kesatuan unit

yang dihasilkan pekerja, seperti perpotong, meter, liter, dan kilogram.

Besarnya upah yang dibayar selalu didasarkan kepada banyaknya hasil

yang dikerjakan bukan kepada lamanya waktu mengerjakan.

3. Upah Sistem Borongan

Sistem borongan adalah suatu cara pengupahan yang penetapan

besarnya jasa didasarkan atas volume pekerjaan dan lama

mengerjakannya. Penetapan besarnya balas jasa berdasarkan sistem

borongan cukup rumit, lama mengerjakannya, serta banyak alat yang

diperlukan untuk menyelesaikannya.


71

2.4.4.3 Proses Penentuan Upah

Salah satu aspek yang sangat penting dalam penentuan upah adalah

jumlah upah yang diterima karyawan harus memiliki internal equity dan external

equity. Internal equity adalah jumlah yang diperoleh dipersepsi sesuai dengan

input yang diberikan dibandingkan dengan pekerjaan yang sama dalam

perusahaan. External equity adalah jumlah yang diterima dipersepsi sesuai

dengan jumlah yang diterima dibandingkan dengan yang diterima dalam

pekerjan yang sejenis di luar organisasi. Oleh karena itu, untuk mengusahakan

adanya equity, penentuan upah oleh perusahaan dapat ditempuh dengan :

1. Analisis Jabatan/Tugas

Analisis jabatan merupakan kegiatan untuk mencari informasi

tentang tugas-tugas yang dilakukan, dan persyaratan yang diperlukan

dalam melaksanakan tugas, spesifikasi tugas, dan standar kinerja.

Kegiatan ini perlu dilakukan sebagai landasan untuk mengevaluasi

jabatan.

2. Evaluasi Jabatan/Tugas

Evaluasi jabatan adalah proses sistematis untuk menentukan nilai

relatif dari suatu pekerjaan dibandingkan dengan pekerjaan lain. Proses

ini adalah untuk mengusahakan tercapainya internal equity dalam

pekerjaan sebagai unsur yang sangat penting dalam penentuan tingkat

upah.
72

Dalam melakukan penilaian pekerjaan, ditemukan beberapa

metode yang biasa dipraktikan, yaitu:

a. Metode pemeringkatan (job ranking)

b. Metode pengelompokan (job grading)

c. Metode perbandingan faktor-faktor

d. Metode penentuan poin (point system)

3. Melakukan Survei Upah

Survei upah merupakan kegiatan untuk mengetahui tingkat upah

yang berlaku secara umum dalam perusahaan-perusahaan sejenis yang

mempunyai usaha/jabatan yang sama. Ini dilakukan untuk

mengusahakan keadilan eksternal sebagai salah satu faktor penting

dalam perencanaan dan penentuan upah. Survei dapat dilakukan

dengan berbagai macam cara seperti mendatangi perusahaan-

perusahaan untuk mendapatkan informasi mengenai tingkat upah yang

berlaku, membuat kuesioner secara formal, dan lain-lain.

4. Menentukan Tingkat Upah

5. Setelah evaluasi jabatan dilakukan, untuk menciptakan keadilan internal

yang menghasilkan ranking jabatan, dan melakukan survei tentang upah

yang berlaku di pasar tenaga kerja, selanjutnya adalah penentuan upah.

Penentuan upah didasarkan pada hasil evaluasi jabatan yang

digabungkan dengan survei upah. Yang terpenting dalam penentuan

upah, adalah diupayakan memenuhi tingkat upah minimum yang

ditetapkan oleh pemerintah (Rivai & Sagala, 2009, hal. 759).


73

2.4.5 GAJI

2.4.5.1 Pengertian Gaji

Gaji adalah balas jasa dalam bentuk uang yang diterima karyawan

sebagai konsekuensi dari statusnya sebagai seorang karyawan yang

memberikan kontribusi dalam mencapai tujuan perusahaan. Atau, dapat juga

dikatakan sebagai bayaran tetap yang diterima seseorang karena

kedudukannya dalam perusahaan (Rivai & Sagala, 2009, hal. 762).

2.4.5.2 Tujuan Pemberian Upah dan Gaji

a. Ikatan Kerja Sama

Dengan pemberian upah dan gaji terjalinlah ikatan kerja sama

formal antara pemilik/pengusaha dengan karyawan. Karyawan harus

mengerjakan tugas-tugasnya dengan baik, sedangkan

pemilik/pengusaha wajib membayar upah dan gaji sesuai dengan

perjanjian yang disepakati.

b. Kepuasan Kerja

Dengan upah dan gaji, karyawan akan dapat memenuhi kebutuhan-

kebutuhan fisik, stasus sosial, dan egoistiknya sehingga memperoleh

kepuasan kerja dari jabatannya.

c. Pengadaan Efektif

Jika program upah dan gaji ditetapkan cukup besar, pengadaan

karyawan yang qualified untuk perusahaan akan lebih mudah.

d. Motivasi
74

Jika upah dan gaji yang diberikan cukup besar, manajer akan

mudah memotivasi para karyawannya.

e. Stabilitas Karyawan

Dengan program upah dan gaji atas prinsip adil dan layak serta

eksternal konsistensi yang kompetitif maka stabilitas karyawan lebih

terjamin karena turnover relatif kecil.

f. Disiplin

Dengan pemberian upah dan gaji yang cukup besar maka disiplin

karyawan semakin baik. Mereka akan menyadari serta mentaati

peraturan-peraturan yang berlaku.

g. Pengaruh Serikat Buruh

Dengan program upah dan gaji yang baik pengaruh serikat buruh

dapat dihindarkan dan karyawan akan berkonsentrasi pada

pekerjaannya.

h. Pengaruh Asosiasi Usaha Sejenis/Kadin

Dengan program upah dan gaji atas prinsip adil dan layak serta

eksternal konsistensi yang kompetitif maka stabilitas karyawan lebih

terjamin karena turnover relatif kecil dan perpindahan ke perusahaan

sejenis dapat dihindarkan.


75

i. Pengaruh Pemerintah

Jika program upah dan gaji sesuai dengan undang-undang

perburuhan yang berlaku (seperti batas upah minimum), maka intervensi

pemerintah dapat dihindarkan.

2.4.5.3 Tahapan Utama dalam Pemberian Upah dan Gaji

Program pemberian upah dan gaji harus ditetapkan atas asas adil dan

layak serta dengan memperhatikan undang-undang perburuhan yang berlaku.

Prinsip adil dan layak harus mendapatkan perhatian dengan sebaik-baiknya

supaya upah dan gaji yang akan diberikan merangsang gairah dan kepuasan

kerja karyawan.

a. Asas Adil

Besarnya upah dan gaji yang dibayarkan kepada setiap karyawan

harus disesuaikan dengan prestasi kerja, jenis pekerjaan, risiko

pekerjaan, tanggung jawab, jabatan pekerjaan, dan memenuhi

persyaratan internal konsistensi. Jadi adil bukan berarti setiap karyawan

menerima upah dan gaji yang sama besarnya. Dengan asas adil akan

tercipta suasana kerja sama yang baik, semangat kerja, disiplin,

loyalitas, dan stabilisasi karyawan akan lebih baik.

b. Asas Layak dan Wajar

Upah dan gaji yang diterima karyawan dapat memenuhi

kebutuhannya pada tingkat normatif yang ideal. Tolok ukur layak adalah

relatif, penetapan besarnya upah dan gaji didasarkan atas batas upah

minimal pemerintah dan eksternal konsistensi yang berlaku.


76

2.4.6 INSENTIF

2.4.6.1 Pengertian Insentif

Insentif merupakan imbalan langsung yang dibayarkan kepada

karyawan karena kinerjanya melebihi standar yang ditentukan. Insentif

merupakan bentuk lain dari upah langsung di luar upah dan gaji yang

merupakan kompensasi tetap, yang biasa di sebut kompensasi berdasarakan

kinerja (pay for performance plan). Para manajer dan departemen SDM dapat

menggunakan insentif dan bagi hasil sebagai alat untuk memotivasi pekerja

guna mencapai tujuan organisasi. Sebab, ini merupakan bentuk kompensasi

yang berorientasi pada hasil kerja. Sistem insentif menghubungkan kompensasi

dan kinerja dengan menilai kinerja yang telah dicapai atau besarnya jumlah jam

kerja.

Insentif diartikan sebagai bentuk pembayaran yang dikaitkan dengan

kinerja dan grainsharing, sebagai pembagian keuntungan bagi karyawan akibat

peningkatan produktivitas atau penghematan biaya (Rivai & Sagala, 2009, hal.

766).

2.4.6.2 Tujuan Insentif

Tujuan utama dari insentif adalah untuk memberikan tanggung jawab

dan dorongan kepada karyawan dalam rangka meningkatkan kualitas dan

kuantitas hasil kerja. Sedangkan bagi perusahaan, insentif merupakan strategi

untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi perusahaan dalam menghadapi

persaingan yang semakin ketat, di mana produktivitas menjadi satu hal yang

sangat penting (Rivai & Sagala, 2009, hal. 767).


77

2.4.6.3 Program Insentif

Sistem insentif ada pada hampir setiap jenis pekerjaan dari tenaga

kerja manual sampai profesional, manajer dan pekerja eksekutif, insentif secara

umum sebagai berikut:

a. Pieceworkd

Insentif yang diberikan berdasarkan jumlah output atau barang

yang dihasilkan pekerja.

b. Production Bonus

Tambahan upah yang diterima karena hasil kerja melebihi standar

yang ditentukan, dimana karyawan juga mendapatkan upah pokok.

Bonus juga dapat dikarenakan pekerja menghemat waktu penyelesaian

pekerjaan.

c. Commission

Insentif yang diberikan berdasarkan jumlah barang yang terjual.

Sistem ini biasanya digunakan untuk tenaga penjual atau wiraniaga.

d. Maturity Curve

Matuirity Curve atau kurva kematangan merupakan kurva yang

menunjukan jumlah tambahan gaji yang dapat dicapai sesuai dengan

prestasi kerja dan masa kerja sehingga karyawan diharapkan terus

meningkatkan prestasi.
78

e. Merit Pay

Penerimaan kenaikan upah terjadi setelah suatu penilaian prestasi.

Kenaikan ini diputuskan oleh penyelia karyawan, sering juga bersama

atasan.

f. Pay-for-Knowledge/Pay-for-Skill Compensation

Pemberian insentif yang didasarkan bukan pada apa yang

dikerjakan oleh karyawan akan menghasilkan produk nyata, tetapi pada

apa yang dilakukan untuk organisasi melalui pengetahuan yang

diperoleh, yang diasumsikan mempunyai pengaruh besar dan penting

bagi organisasi. Dasar pemikiran adalah seseorang yang mempunyai

tambahan pengetahuan mempunyai kemungkinan tambahan tugas yang

dapat dilakukan untuk organisasi. Hal ini dapat meningkatkan

kemampuan atau kompetensi organisasi melalui ketersediaan (supply)

karyawan internal, dan meningkatkan fleksibilitas karyawan untuk

mengisi beberapa jabatan yang berbeda, dimana ini menjadi suatu

keuntungan bagi perusahaan.

g. Nonmonetary Incentive

Insentif dalam bentuk lain, sebagai contoh dalam bentuk materi

baru seperti sertifikat, liburan, dan lain-lain. Hal ini dapat berarti sebagai

pendorong untuk meningkatkan pencapaian usaha seseorang.


79

h. Insentif Eksekutif

Bonus yang diberikan kepada para manajer atau eksekutif atas

peran yang mereka berikan untuk menetapkan dan mencapai tingkat

keuntungan tertentu bagi organisasi.

2.4.6.4 Sistem Pemberian Insentif

Salah satu alasan pentingnya pembayaran insentif karena adanya

ketidaksesuaian tingkat kompensasi yang dibayarkan kepada eksekutif

dengan pekerja lain. Program insentif adalah salah satu cara untuk

memungkinkan seluruh pekerja merasakan bersama kemakmuran

perusahaan. Selain itu, ada kesadaran yang tumbuh bahwa program

pembayaran tradisional seringkali tidak bagus dalam menghubungkan

pembayaran dengan kinerja. Jika organisasi mau mencapai inisiatif

strategis mereka, maka pembayaran perlu dihubungkan dengan kinerja

sedemikian rupa sehingga pembayaran itu mengikuti tujuan karyawan

dan tujuan organisasi. Sistem pemberian insentif bisa berupa :

a. Bonus Tahunan

b. Insentif Langsung

c. Insentif Individu

d. Insentif Tim

e. Pembagian Keuntungan

f. Bagi Hasil
80

2.4.7 Kompensasi dalam Perspektif Islam

Dalam kacamata Islam, Kompensasi / imbalan / upah dimasukan ke

dalam wilayah fiqih muammalah, yakni dalam pembahasan tentang ujrah.

Abdurrahman Al-Jaziri (1994, hal. 166) mengungkapkan bahwa kata Ujrah

berarti ‘upah’. Sedangkan menurut tata bahasa, ujrah (‫ )أﺟﺮة‬atau Ijarah (‫)إﺟﺎرة‬

atau ajaarah (‫ )إﺟﺎرة‬dan yang fasih adalah ijarah, yakni masdar sam’i dari fi’il

(‫ )أﺟﺮ‬dan ini menurut pendapat yang sahih. Selanjutnya Dalam Kamus

Kontemporer Arab-Indonesia tulisan Attabik Ali dan Ahmad Zuhdi Mudhlor

(1999, hal. 28) kata ajara (‫ )أﺟﺮ‬diartikan memberi ganjaran/imbalan/upah.

Secara etomologis al-Ijarah berasal dari kata al-ajru yang artinya

menurut bahasanya ialah al-Iwald yang arti dalam bahasa Indonesianya adalah

ganti dan upah.

2.4.7.1 Kompensasi dalam Alquran dan Hadits

Dalam Al-Quran dan hadits banyak yang berisikan tentang kompensasi

diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Al-Quran Surat Az-Zumar: 35

      


   

 

Artinya : Agar Allah akan menutupi (mengampuni) bagi mereka perbuatan

yang paling buruk yang mereka kerjakan dan membalas mereka


81

dengan upah yang lebih baik dari apa yang telah mereka

kerjakan.( Al-Quran Surat Az-Zumar: 35)

Pada ayat di atas disebutkan kata  artinya

‘membalas mereka’ atau dapat diartikan ‘memberikan kompensasi

kepada mereka’.

Ayat di atas menjelaskan setiap manusia akan mendapatkan imbalan dari

apa yang telah mereka kerjakan dan masing -masing tidak akan dirugikan.

Setiap orang harus diberi imbalan penuh sesuai hasil kerjanya dan dan

tidak seorang pun yang harus diperlakukan secara tidak adil .

b. Al-Quran Surat Al Baqarah: 286

               g  g 
    

              

                 

     

Artinya: Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan

kesanggupannya. ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang

diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang

dikerjakannya. (mereka berdoa): "Ya Tuhan kami, janganlah

Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya


82

Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban

yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang -

orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau

pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya.

beri ma'aflah Kami; ampunilah Kami; dan rahmatilah kami.

Engkaulah penolong kami, Maka tolonglah kami terhadap kaum

yang kafir." (Al-Quran Surat Al Baqarah: 286)

Kalimat “ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya

dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya.” Menjelaskan

kompensasi didapat sesuai dengan apa yang diusahakan.

c. Al-Quran Surat Al-‘Imran: 172

    y      


 

   

Artinya : (yaitu) orang-orang yang mentaati perintah Allah dan rasul -Nya

sesudah mereka mendapat luka (dalam peperangan Uhud).

Bagi orang-orang yang berbuat kebaikan diantara mereka dan

yang bertakwa ada pahala yang besar. (Al-Quran surat Al

Imran: 172)

Menjelaskan bahwa kompensasi tidak hanya berupa finansial tetapi

dapat berupa non finansial, Allahpun memberikan kompensasi berupa


83

pahala kepada orang yang berbuat kebaikan. Menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia (Setiawan, 2010) Pahala adalah ganjaran tuhan atas perbuatan

baik manusia.

d. Hadits Nabi Riwayat Ibnu Majah

Sebuah hadits diterangkan bahwa majikan harus memberikan upah

pada para pekerja sebelum keringatnya kering sesuai dengan kualitas

kerjanya.

‫ﻋ ﺮ َ ﻗ ُﮫُ )رواه اﺑﻦ‬


َ ‫أ َﻋ ْ ﻄ ُﻮ ْ ا ا ْأ َﻷ َﺟ ْﺟ ِﺮ َ ْﯿه ُﺮ َ َﻗ ﺒْﻞ َ أ َن ْ َﯾ ﺠ ِﻒ ﱠ‬
(‫ﻣﺎﺟﮫ‬

Artinya : Berikanlah upah pada pekerja sebelum keringatnya kering,

(Hadits Riwayat Ibnu Majah)

Dari keterangan diatas diketahui bahwa islam menjamin tentang

upah yang layak kepada setiap pekerja sesuai dengan apa yang telah

disumbangkan dalam proses produksi, jika ada pengurangan dalam upah

mereka tanpa diikuti oleh berkurangnya sumbangsih mereka hal itu

dianggap ketidakadilan dan penganiayaan.

Dengan demikian yang dimaksud kompensasi atau upah dalam

pandangan Islam suatu imbalan yang diberikan kepada pekerja atau

buruh secara adil dan bagian yang sah sesuai dengan kerja mereka tidak

kurang dan tidak juga lebih dari apa yang telah dikerjakannya.
84

2.4.7.2 Konsep Kompensasi dalam Islam

1. Prinsip Adil

Al Qur’an menegaskan bahwa manusia harus berbuat adil:


            .....
       
  

Artinya : “Berbuat adillah, karena adil itu lebih dekat kepada Taqwa,

Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan".

(QS. Al-Maidah : 8).

Nabi bersabda :

“Berikanlah gaji kepada pekerja sebelum kering keringatnya, dan

beritahukan ketentuan gajinya, terhadap apa yang dikerjakan". (HR.

Baihaqi).

Dari ayat Al-Qur’an dan hadits riwayat Baihaqi di atas, dapat

diketahui bahwa prinsip utama keadilan terletak pada kejelasan aqad

(transaksi) dan komitmen atas dasar kerelaan melakukannya (dari yang

ber-aqad). Aqad dalam perburuhan adalah aqad yang terjadi antara pekerja

dengan pengusaha. Artinya, sebelum pekerja dipekerjakan, harus jelas

dahulu bagaimana upah yang akan diterima oleh pekerja. Upah tersebut

meliputi besarnya upah dan tata cara pembayaran upah.


85

Khusus untuk cara pembayaran upah, Rasulullah bersabda :

“Dari Abdillah bin Umar, Rasulullah Saw. Bersabda: “Berikanlah

upah orang upahan sebelum kering keringatnya“. (HR.Ibnu

Majah dan Imam Thabrani).

Seorang pekerja hanya berhak atas upahnya jika ia telah

menunaikan pekerjaannya dengan semestinya dan sesuai dengan

kesepakatan, Namun jika ia membolos bekerja tanpa alasan yang benar

atau sengaja menunaikannya dengan tidak semestinya, maka

sepatutnya hal itu diperhitungkan atasnya (dipotong upahnya) karena

setiap hak dibarengi dengan kewajiban. Selama ia mendapatkan upah

secara penuh, maka kewajibannya juga harus dipenuhi. Sepatutnya hal

ini dijelaskan secara detail dalam “peraturan kerja" yang menjelaskan

masing-masing hak dan kewajiban kedua belah pihak.

Hadits lain yang menjelaskan tentang pembayaran upah ini

adalah:

“Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a., dari Nabi Muhammad Saw.


bahwa beliau bersabda: “Allah telah berfirman: “Ada tiga jenis
manusia dimana Aku adalah musuh mereka nanti di hari kiamat.
Pertama, adalah orang yang membuat komitmen akan memberi
atas nama-Ku (bersumpah dengan nama-Ku), kemudian ia tidak
memenuhinya. Kedua, orang yang menjual seorang manusia bebas
(bukan budak), lalu memakan uangnya. Ketiga, adalah orang yang
menyewa seorang upahan dan mempekerjakan dengan penuh,
tetapi tidak membayar upahnya" (HR. Bukhari).
86

Hadits diatas menegaskan tentang waktu pembayaran upah, agar

sangat diperhatikan. Keterlambatan pembayaran upah, dikategorikan

sebagai perbuatan zalim dan orang yang tidak membayar upah para

pekerjanya termasuk orang yang dimusuhi oleh Nabi saw pada hari

kiamat. Dalam hal ini, Islam sangat menghargai waktu dan sangat

menghargai tenaga seorang karyawan (buruh).

2. Kelayakan (Kecukupan)

Jika Adil berbicara tentang kejelasan, transparansi serta

proporsionalitas ditinjau dari berat pekerjaannya, maka Layak

berhubungan dengan besaran yang diterima layak disini bermakna cukup

dari segi pangan, sandang dan papan.

Dari hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dzar bahwa Rasulullah

SAW bersabda :

“Mereka (para budak dan pelayanmu) adalah saudaramu, Allah

menempatkan mereka di bawah asuhanmu; sehingga barang siapa

mempunyai saudara di bawah asuhannya maka harus diberinya

makan seperti apa yang dimakannya (sendiri) dan memberi

pakaian seperti apa yang dipakainya (sendiri); dan tidak

membebankan pada mereka dengan tugas yang sangat berat, dan

jika kamu membebankannya dengan tugas seperti itu, maka

hendaklah membantu mereka (mengerjakannya)." (HR. Muslim).


87

Dapat dijabarkan bahwa hubungan antara majikan dengan pekerja

bukan hanya sebatas hubungan pekerjaan formal, tetapi karyawan sudah

dianggap merupakan keluarga majikan. Konsep menganggap karyawan

sebagai keluarga majikan merupakan konsep Islam yang lebih dari 14

abad yang lalu telah disabdakan oleh Nabi Muhammad SAW.

2.4.8 Penghargaan dan Imbalan Guru

Wujud dan derajat besarnya imbalan sebagi manifestasi dari

penghargaan tersebut bervariasi, tergantung kepada derajat kepuasan

yang dirasakan oleh para pengguna jasa pelayanan yang bersangkutan.

Wujudnya mungkin ada yang hanya berupa sebuah piagam atau

pernyataan terima kasih saja, namum ada juga yang berupa bayaran

finansial atau bentuk lainnya. Dalam hal ini jenis bidang pekerjaan

kedinasan yang diselenggarakan oleh pemerintah (negara), imbalan

pokoknya lazimnya berupa gaji (salaries) di samping imbalan keprofesian

(yang lazim disebut sebagai tunjangan keahlian atau tunjangan jabatan

fungsional) yang besarnya sesuai dengan status dan peringkat

jabatannya. Sedangkan dalam hal jenis bidang pekerjaannya merupakan

sesuatu yang bersifat mandiri (independent) seperti notaris, akuntan,

pengacara, dokter, dsb. Lazimnya ketentuan besarnya imbalan termaksud

diatur oleh organisasi asosiasi profesi yang bersangkutan dan/atau

berdasarkan suatu perjanjian/kontrak yang disepakati oleh pihak-pihak

yang berkepentingan.
88

Berdasarkan Undang-undang Guru dan Dosen No.14 Tahun 2005

pada Bagian Kedua tentang Hak dan Kewajiban, Pasal 14 disebutkan

bahwa, dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, guru berhak

1. Memperoleh penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum

dan jaminan kesejahteraan sosial;

2. Mendapatkan promosi dan penghargaan sesuai dengan tugas

dan prestasi kerja;

3. Memperoleh perlindungan dalam melaksanakan tugas dan hak

atas kekayaan intelektual;

4. Memperoleh kesempatan untuk meningkatkan kompetensi;

5. Memperoleh dan memanfaatkan sarana dan prasarana

pembelajaran untuk menunjang kelancaran tugas

keprofesionalan;

6. Memiliki kebebasan dalam memberikan penilaian dan ikut

menentukan kelulusan, penghargaan, dan/atau sanksi kepada

peserta didik sesuai dengan kaidah pendidikan, kode etik guru,

dan peraturan perundang-undangan;

7. Memperoleh rasa aman dan jaminan keselamatan dalam

melaksanakan tugas;

8. Memiliki kebebasan untuk berserikat dalam organisasi profesi;

9. Memiliki kesempatan untuk berperan dalam penentuan

kebijakan pendidikan;
89

10. Memperoleh kesempatan untuk mengembangkan dan

meningkatkan kualifikasi akademik dan kompetensi, dan/atau

11. Memperoleh pelatihan dan pengembangan profesi dalam

bidangnya.

Penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1) huruf a, meliputi:

1. Gaji Pokok

2. Tunjangan yang melekat pada gaji

3. Penghasilan lain berupa

a. Tunjangan fungsional

b. Tunjangan khusus

c. Maslahat tambahan

2.5 Konsep Kepuasan Bekerja

Istilah kepuasan kerja (job satisfaction) dapat didefinisikan sebagai

suatu perasaan positif tentang pekerjaan seseorang yang merupakan hasil

dari sebuah evaluasi karakteristiknya. Seseorang dengan tingkat kepuasan

kerja yang tinggi memiliki perasaan-perasaan positif tentang pekerjaan

tersebut, sementara seseorang yang tidak puas memiliki perasaan-

perasaan negatif tentang pekerjaan tersebut (Robbins & Judge, 2008, hal.

99).
90

Kepuasan kerja juga di definisikan oleh Soelaiman Sukmalana

(2007, hal. 134) sebagai perasaan yang menyenangkan yang dirasakan

karyawan apabila ia memperoleh kebutuhannya dari pekerjaannya dan

sebaliknya ketidakpuasan kerja adalah perasaan yang tidak menyenangkan

yang dirasakan oleh karyawan apabila ia tidak memperoleh kebutuhannya

dari pekerjaannya

Kepuasan kerja pada dasarnya merupakan sesuatu yang bersifat

individual. Setiap individu memiliki tingkat kepuasan yang berbeda-beda

sesuai dengan sistem nilai yang berlaku pada dirinya. Viethzal dan Ella

Sagala (2009, hal. 856) mengemukakan makin tinggi penilaian terhadap

kegiatan dirasakan sesuai dengan keinginan individu, maka makin tinggi

kepuasannya terhadap kegiatan tersebut. Dengan demikian, kepuasan

merupakan evaluasi yang menggambarkan seseorang atas perasaan

sikapnya senang atau tidak senang, puas atau tidak puas dalam bekerja.

Stephen Robbins (2008, hal. 110) mengungkapkan bahwa bayaran

dan kepuasan kerja memiliki suatu hubungan yang menarik. Untuk individu

yang miskin atau yang hidup di negara-negara miskin, upah sangat

berhubungan dengan kepuasan kerja dan kebagaiaan secara keseluruhan.

Tetapi, setelah seorang individu mencapai suatu tingkat kehidupan yang

nyaman, hubungan tersebut sebenarnya menghilang.

Selanjutnya Stephen Robbins (2008, hal. 111) mengatakan ada

konsekuensi ketika karyawan menyukai pekerjaan mereka, dan ada

konsekuensi ketika karyawan tidak menyukai pekerjaan mereka. Pengaruh


91

dari ketidakpuasan adalah Perilaku keluar (exit) dan pengabaian (neglect)

yang mencakup variabel-variabel kinerja-produktifitas, ketidakhadiran, dan

perputaran karyawan.

2.5.1 Teori tentang kepuasan kerja:

2.5.1.1 Teori Ketidaksesuaian (Discrepancy theory).

Teori ini mengukur kepuasan kerja seseorang dengan menghitung

selisih antara sesuatu yang seharusnya dengan kenyataan yang

dirasakan. Sehingga apabila kepuasannya diperoleh melebihi dari yang

diinginkan, maka orang akan menjadi lebih puas lagi, sehingga terdapat

discrepancy, tetapi merupakan discrepancy yang positif. Kepuasan kerja

seseorang tergantung pada selisih antara sesuatu yang dianggap akan

didapatkan dengan apa yang dicapai. (Rivai & Sagala, 2009, hal. 856)

2.5.1.2 Teori Keadilan (Equity theory).

Teori ini mengemukakan bahwa orang akan merasa puas atau

tidak puas, tergantung pada ada atau tidaknya keadilan (equity) dalam

suatu situasi, khususnya situasi kerja. Menurut teori ini komponen utama

dalam teori keadilan adalah input, hasil, keadilan, dan ketidakadilan.

Input adalah faktor bagi karyawan yang dianggap mendukung

pekerjaannya, seperti pendidikan, pengalaman, kecakapan, jumlah tugas

dan peralatan atau perlengkapan yang dipergunakan untuk

melaksanakan pekerjaanya. Hasilnya adalah sesuatu yang dianggap

bernilai oleh seorang karyawan yang diperoleh dari pekerjaannya,


92

seperti : upah/gaji, keuntungan sampingan, simbol, status, penghargaan,

dan kesempatan untuk berhasil atau aktualisasi diri. Sedangkan orang

selalu membandingkan dapat berupa seseorang di perusahaan yang

sama, atau di tempat lain atau bisa pula dengan dirinya di masa lalu.

Menurut teori ini, setiap karyawan akan membandingkan rasio input hasil

dirinya dengan rasio input hasil orang lain. Bila perbandingan itu

dianggap cukup adil, maka karyawan akan merasa puas. Bila

perbandingan itu dianggap cukup adil, maka karyawan akan merasa

puas. Bila perbandingan itu tidak seimbang tetapi menguntungkan bisa

menimbulkan kepuasan, tetapi bisa pula tidak. Tetapi bila perbandingan

itu tidak seimbang akan timbul ketidakpuasan.

2.5.1.3 Teori dua faktor (Two factor theory).

Menurut teori ini kepuasan kerja dan ketidakpuasan kerja itu

merupakan hal yang berbeda. Kepuasan dan ketidakpuasan terhadap

pekerjaan itu bukan suatu variabel yang kontinu. Teori ini merumuskan

karakteristik pekerjaan menjadi dua kelompok yaitu satisfies atau

motivator dan dissatisfies (hygiene factors). Satisfies ialah faktor-faktor

atau situasi yang dibutuhkan sebagai sumber kepuasan kerja yang terdiri

dari: pekerjaan yang menarik, penuh tantangan, ada kesempatan untuk

berprestasi, kesempatan memperoleh penghargaan dan promosi.

Terpenuhinya faktor tersebut akan menimbulkan kepuasan, namun tidak

terpenuhinya faktor ini tidak selalu mengakibatkan ketidakpuasan.

Dissatisfies (hygiene factors) adalah faktor-faktor yang menjadi sumber


93

ketidakpuasan, yang terdiri dari: upah/gaji, pengawasan, hubungan antar

pribadi, kondisi kerja dan status. Faktor ini diperlukan untuk memenuhi

dorongan biologis serta kebutuhan dasar karyawan. Jika tidak

terpenuhinya faktor ini, karyawan tidak akan puas. Namun, jika besarnya

faktor ini memadai untuk memenuhi kebutuhan tersebut, karyawan tidak

akan kecewa meskipun belum terpuaskan.

Teori motivator-hygiene (M-H) sebenarnya berujung pada

kepuasan kerja. Namun penelitian menunjukkan hubungan yang positif

antara kepuasan kerja dan turnover SDM serta antara kepuasan kerja

dan komitmen SDM. Pada intinya, teori M-H justru kurang sependapat

dengan pemberian balas jasa tinggi semacam strategi golden handcuff

karena balas jasa tinggi hanya mampu menghilangakan ketidakpuasan

kerja dan tidak mampu mendatangkan kepuasan kerja (balas jasa

hanyalah faktor hygiene, bukan motivator). Untuk mendatangkan

kepuasan kerja, Herzberg menyarankan agar perusahaan melakukan job

enrichment, yaitu suatu upaya menciptakan pekerjaan dengan

tantangan, tanggung jawab dan otonomi yang lebih besar (Rivai &

Sagala, 2009, hal. 857).

2.5.1.4 Equity Model Theory atau teori kesetaran.

Teori ini dikemukakan oleh Edward Lawler, intinya teori ini

menjelaskan kepuasan dan ketidakpuasan dengan pembayaran.

Perbedaan antara jumlah yang diterima dengan jumlah yang

dipersepsikan oleh karyawan lain merupakan penyebab utama terjadinya


94

ketidakpuasan. Untuk itu pada dasarnya ada tiga tingkatan karyawan,

yaitu:

 Memenuhi kebutuhan dasar karyawan

 Memenuhi harapan karyawan sedemikian rupa, sehingga

mungkin tidak mau pindah kerja ke tempat lain.

 Memenuhi keinginan karyawan dengan mendapat lebih dari apa

yang diharapkan.

2.5.1.5 Relative Deprivation Theory (teori keinginan relatif).

Menurut teori ini ada enam keputusan penting menyangkut kepuasan

dengan pembayaran.

 Perbedaan antara apa yang diharapkan dengan kenyataan.

 Perbedaan antara pengeluaran dengan penerimaan.

 Ekspektasi untuk menerima pembayaran lebih

 Ekspektasi yang rendah terhadap masa depan

 Perasaan untuk memperoleh lebih dari yang diinginkan

 Perasaan secara personal tidak bertanggung jawab terhadap

hasil yang buruk.

Kepuasan kerja dapat ditingkatkan atau tidak tergantung dari apakah

imbalan sesuai dengan ekspektasi, kebutuhan dan keinginan karyawan. Jika

kinerja yang lebih baik dapat meningkatkan imbalan bagi karyawan secara adil

dan seimbang, maka kepuasan kerja akan meningkat. Dalam Kasus lain,
95

kepuasan karyawan merupakan umpan balik yang mempengaruhi self-image

dan motivasi untuk meningkatkan kinerja.

Faktor-faktor yang dapat memengaruhi kepuasan kerja karyawan pada

dasarnya secara praktis dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu faktor

intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik adalah faktor yang berasal dari

dalam diri karyawan dan dibawa oleh setiap karyawan sejak mulai bekerja

ditempat kerjanya. Sedangkan faktor ekstrinsik menyangkut hal-hal yang

berasal dari luar diri karyawan, antara lain kondisi fisik lingkungan kerja,

interaksinya dengan karyawan lain, sistem penggajian dan sebagainya.

Gambar 7 Pengaruh Fungsi Divisi SDM terhadap kepuasan dan Motivasi

Sumber: Rivai, V. P., & Sagala, E. J. (2009). Manajemen Sumber Daya


Manusia untuk Perusahaan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Halaman 840
96

2.5.2 Kepuasan Kerja dalam Perspektif Islam

Kepuasan Kerja dalam perspektif islam dapat dilihat dari ayat-ayat al-

Quran dan hadits nabi yang sejatinya menjadi panduan bagi umat islam

khususnya karyawan dalam melaksanakan pekerjaannya.

Allah berfiman dalam Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 62:


         
      
 

     g       


   
   

   

Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang

Nasrani dan orang-orang Shabiin, siapa saja diantara mereka yang

benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh,

mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada

kekhawatiran kepada mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati.

(Al-Quran Surat Al-Baqarah : 62)

Pada ayat diatas menyebutkan tentang kompensasi dan kepuasan kerja,

dikatakan bahwa barang siapa yang beriman kepada Allah, kemudian beramal

saleh, maka akan menerima pahala dari Tuhan, tidak ada khawatiran dan tidak

bersedih hati. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Setiawan, 2010) kata

Amal adalah Perbuatan (baik atau buruk), dan pahala adalah ganjaran Tuhan

atas perbuatan baik manusia; buah perbuatan baik.


97

Kalimat “beriman kepada Allah dan beramal saleh, mereka menerima

pahala dari Tuhan mereka” adalah konsep dari kompensasi, Allah memberikan

kompensasi kepada orang yang beriman dan melakukan pekerjaan (amalan)

saleh. Kalimat “tidak ada kekhawatiran kepada mereka dan tidak mereka

bersedih hati” adalah konsep kepuasan dalam bekerja, kalimat diatas juga

sama dengan “tanpa rasa susah dan kecewa” yang dalam dalam Kamus Besar

Bahasa Indonsia diartikan dengan kata “Senang”. Soelaiman Sukmalana (2007,

hal. 134) mendefinisikan kepuasan kerja sebagai perasaan yang

menyenangkan yang dirasakan karyawan apabila ia memperoleh kebutuhannya

dari pekerjaannya dan sebaliknya ketidakpuasan kerja adalah perasaan yang

tidak menyenangkan yang dirasakan oleh karyawan apabila ia tidak

memperoleh kebutuhannya dari pekerjaannya.

Dalam Islam bekerja dinilai sebagai kebaikan, dan kemalasan dinilai

sebagai keburukan. Bekerja mendapat tempat yang terhormat di dalam Islam.

Dalam pandangan Islam bekerja dipandang sebagai ibadah. Sebuah hadits

menyebutkan bahwa bekerja adalah jihad fi sabilillah. Sabda Nabi Saw:

“Barang Siapa yang bekerja keras untuk mencari nafkah keluarganya, maka ia

adalah mujahid fi Sabillah” (H.R. Ahmad)

Dalam hadits Riwayat Thabrani Rasulullah Saw bersabda:

Sesungguhnya, di antara perbuatan dosa, ada yang tidak bisa terhapus oleh

(pahala) shalat, Sedeqah ataupun haji, namun hanya dapat ditebus dengan

kesungguhan dalam mencari nafkah penghidupan(H.R.Thabrani)


98

Dalam hadits ini Nabi Saw ingin menunjukkan betapa tingginya

kedudukan bekerja dalam Islam, sehingga hanya dengan bekerja keras

(sunguh-sungguh) suatu dosa bisa dihapuskan oleh Allah.

Selanjutnya dalam hadits yang lain, Nabi bersabda : Sesungguhnya

Allah mewajibkan kamu berusaha/bekerja, Maka berusahalah kamu!

“Sesungguhnya Allah Swt senang melihat hambanya yang berusaha (bekerja)

mencari rezeki yang halal”.

Berniat untuk bekerja dengan cara-cara yang sah dan halal menuju

ridha Allah adalah visi dan misi setiap muslim. Berpangku tangan merupakan

perbuatan tercela dalam agama Islam. Umar bin Khattab pernah menegur

seseorang yang sering duduk berdoa di mesjid tanpa mau bekerja untuk

meningkatkan kesejahteraan dirinya. Umar berkata, Janganlah salah seorang

kamu duduk di mesjid dan berdo’a, “Ya Allah berilah aku rezeki” . Sedangkan

ia tahu bahwa langit tidak akan menurunkan hujan emas dan hujan perak.

Maksud perkataaan Umar ini adalah bahwa seseorang itu harus bekerja dan

berusaha, bukan hanya bedoa saja dengan mengharapkan bantuan orang lain.

Buruh yang bekerja secara manual sangat dipuji dan dihargai Nabi

Muhammad Saw. Dalam sebuah riwayat, Nabi Saw pernah mencium tangan

orang yang bekerja mencari kayu, yaitu tangan Sa’ad bin Mu’az tatkala melihat

tangannya kasar akibat bekerja keras. Nabi seraya berkata : “Inilah dua telapak

tangan yang dicintai Allah”.


99

Dalam sebuah hadits Rasul saw bersabda Barang siapa pada malam

hari merasakan kelelahan karena bekerja pada siang hari, maka pada malam

itu ia diampuni Allah ( Hadits Riwayat Ahmad & Ibnu Asakir).

Tingkat kepuasan manusia itu tidak ada batasannya, sehingga memang

bisa menimbulkan rasa rakus dan yang sejenisnya. Islam kemudian membatasi

tingkat kepuasan manusia dengan tingkat kebutuhan yang seharusnya

dipenuhi. Dalam Islam dikenal dengan konsep Qanaah, secara harfiah qanaah

adalah hati yang tenang sedangkan menurut istilah adalah hati yang tenang

memilih ridha Allah, mencari harta dunia sesuai dengan kebutuhan untuk

melaksanakan kewajiban dan menjauhkan kemaksiatan. (Djamil, 2001, hal.

127)

2.5.3 Indikator Kepuasan Kerja

Faktor-faktor yang dapat memengaruhi kepuasan kerja :

1. Gaya kepemimpinan

2. Produktivitas kerja

3. Perilaku

4. Locus of control

5. Pemenuhan harapan penggajian

6. Efektivitas kerja

Faktor-faktor yang biasa digunakan untuk mengukur kepuasan kerja

karyawan :
100

1. Isi pekerjaan, penampilan tugas pekerjaan yang aktual dan sebagai

kontrol terhadap pekerjaan.

2. Supervisi

3. Organisasi dan menejemen

4. Kesempatan untuk maju

5. Gaji dan keuntungan dalam bidang finansial lainnya seperti insentif

6. Rekan kerja

7. Kondisi pekerjaan

Menurut Job Descriptive Index (JDI), faktor penyebab kepuasan kerja

ialah:

1. Bekerja pada tempat yang tepat

2. Pembayaran yang sesuai

3. Organisasi dan manajemen

4. Supervisi pada pekerjaan yang tepat

5. Orang yang berada dalam pekerjaan yang tepat (Rivai & Sagala,

2009, hal. 860)

2.5.3.1 Mengukur Kepuasan Kerja dengan Job Descriptive Index (JDI)

Pengukuran kepuasan kerja berdasarkan Job Descriptive Index (JDI),

yaitu pengukuran standar terhadap kepuasan kerja seperti yang terkutip pada

Riggio (1996)” The job Descriptive Index is a self-report job satisfaction rating

scale measuring five job facet: the job itself, supervision, pay, promotion and

co-workers”. Pernyataan di atas menjelaskan bahwa terdapat lima dimensi

pekerjaan yang menggambarkan elemen-elemen utama dari pekerjaan yang


101

dimiliki oleh seseorang, yaitu: pekerjaan itu sendiri, supervisi, pemberian upah,

promosi dan mitra kerja. Secara lebih terperinci kelima dimensi di atas dapat

dijabarkan sebagai berikut:

a. Pekerjaan itu sendiri (job it self)

Dari studi-studi tentang karakteristik pekerjaan, diketahui bahwa

sifat dari pekerjaan itu sendiri adalah determinan utama dari kepuasan

kerja. Hackman and Lawyer tahun 1975 seperti yang di terjemahkan oleh

Muh Shobarudin (Shobarudin, 1988) yaitu “Kepuasan kerja akan tercapai

jika ada kesesuaian antara keinginan dari para pekerja dan dimensi inti

pekerjaan (five core job dimensions) yang terdiri dari ragam ketrampilan,

identitas pekerjaan, keberartian pekerjaan, otonomi dan umpan balik.”

Setiap dimensi inti dari pekerjaan mencakup sejumlah aspek materi

pekerjaan yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja seseorang. Adapun

kaitan dari masing-masing dimensi tersebut dengan kepuasan kerja

dijelaskan bahwa dengan semakin besarnya keragaman aktivitas

pekerjaan yang dilakukan, seseorang akan merasa pekerjaannya makin

berarti, karena pekerjaan yang sama sederhana dan berulang

menyebabkan karyawan menjadi bosan.

b. Supervisi (supervision)

Supervisi adalah usaha mencapai hasil yang diinginkan dengan

cara mendayagunakan bakat/kemampuan alami manusia dan sumber-

sumber yang memfasilitasi, yang ditekankan pada pemberian tantangan


102

dan perhatian yang sebesar-besarnya terhadap bakat/kemampuan alami

manusia. (Mulianto, Cahyadi, & Widjajakusuma, 2006, hal. 3). Dari

definisi diatas, tersirat bahwa pada dasarnya pekerjaan seorang

supervisor bukanlah menangani sendiri secara fisik operasional pekerjaan

dibagiannya, tetapi cukup dengan mengarahkan, membimbing, dan

melatih bawahan sehingga mereka dapat memberikan kontribusi secara

maksimal, dan dapat disimpulkan bahwa supervisi adalah suatu usaha

untuk memimpin dengan mengarahkan orang lain sehingga dapat

menjalankan tugas dengan baik, serta memberikan hasil yang maksimum.

c. Imbalan (pay)

Merupakan salah satu faktor yang dapat digunakan untuk meningkatkan

prestasi kerja, memotivasi, dan kepuasan kerja. Adapun pengertian

imbalan menurut Hadi Poerwoto seperti yang ditulis oleh Heijrachman

(2000) adalah, “jumlah keseluruhan pengganti jasa yang telah dilakukan

oleh tenaga kerja yang meliputi gaji / upah pokok dan tunjangan sosial

lainnya”. Pada beberapa studi yang telah dilakukan diketahui bahwa

imbalan merupakan karakteristik pekerjaan yang menjadi ukuran ada

tidaknya kepuasan kerja, dimana penyebab utamanya adalah

ketidakadilan dalam pemberian imbalan tersebut. Ada 2 macam imbalan

yaitu:

1. Imbalan intrinsik, yaitu imbalan yang diperoleh karena adanya

pengakuan dan penghargaan.


103

2. Imbalan ekstrinsik, yaitu imbalan yang diperoleh karena adanya

promosi, upah dan gaji.

d. Kesempatan promosi (promotion)

Kesempatan untuk maju didalam organisasi disebut dengan

promosi atau kenaikan jabatan. Penempatan karyawan dilakuan dengan

membuat penyesesuaian terhadap kebutuhan perusahaan yang

berhubungan dengan perencanaan untuk memperoleh orang yang tepat

pada posisi yang tepat .Seseorang yang dipromosikan umumnya

dianggap prestasinya adalah baik, di samping pertimbangan lain. Promosi

memberikan kesempatan untuk pertumbuhan pribadi, lebih bertanggung

jawab dan meningkatkan status sosial. Oleh karena itu individu yang

merasakan adanya ketetapan promosi merupakan salah satu kepuasan

dari pekerjaannya.

e. Suasana tempat kerja (co-workers)

Lingkungan pekerjaan dapat mempengaruhi perasaan di dalam

pekerjaan. Demikian juga halnya karena pekerjaan merupakan bagian

penting kehidupan pekerjaan seringkali memberikan kepuasan kebutuhan

sosial, tidak hanya dalam arti persahabatan saja tetapi juga dari segi yang

lain seperti kebutuhan untuk dihormati, berprestasi dan berafiliasi, karena

manusia adalah mahluk sosial. Pada dasarnya seorang karyawan


104

menginginkan adanya perhatian dari atasan maupun dari rekan kerjanya

serta lingkungan kerja yang mendukungnya.

2.6 Konsep Kinerja

Kinerja setiap kegiatan dan individu merupakan kunci pencapaian

produktivitas karena kinerja adalah suatu hasil dimana orang-orang dan sumber

daya lain yang ada dalam organisasi secara bersama-sama membawa hasil

akhir yang didasarkan pada tingkat mutu dan standar yang telah ditetapkan.

Russel, Bernardin dalam Sukmalana (2007, hal. 279) memberikan

pernyataan “Performance is defined as the record of outcomes produced on a

specified job function or activity during a specified time period” (kinerja adalah

suatu rekor/catatan tentang sesuatu yang dihasilkan dari suatu fungsi pekerjaan

secara spesifik/khusus atau selama aktivitas tertentu pada periode tersebut).

Kinerja menurut T.R. Mithcell dalam sedarmayanti (2002, hal. 53) adalah

suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas

yang dibebankan kepadanya didasarkan atas kecakapan, pengalaman, dan

kesungguhan serta waktu.

Manajemen Kinerja adalah sebuah proses atau seperangkat proses

mengenai apa yang akan dicapai dan bagaimana mencapainya, dan mengatur

manusia dengan sedemikian rupa sehingga tujuan yang ingin dicapai menjadi

lebih terbuka. (Rivai & Sagala, 2009)

Pembinaan dan pengembangan karyawan baru ataupun lama dalam

perusahaan adalah salah satu kegiatan dalam rangka menyesuaikan diri


105

dengan perubahan dan perkembangan karyawan. Karena itu perlu dilakukan

penilaian atas pekerjaan yang telah dilaksanakan oleh karyawan atau disebut

dengan penilaian kinerja atau penilaian prestasi kerja.

Prestasi kerja karyawan dipengaruhi oleh bermacam-macam ciri pribadi

dari masing-masing individu. Dalam perkembangan yang kompetitif dan

mengglobal, perusahaan membutuhkan karyawan yang berprestasi tinggi. Pada

saat yang sama pekerja memerlukan umpan balik atas kinerja mereka sebagai

pedoman bagi tindakan-tindakan mereka pada masa yang akan datang, oleh

karena itu, penilaian seharusnya menggambarkan kinerja karyawan.

Hasil penilaian kinerja dapat menunjukkan apakah SDM telah memenuhi

tuntutan yang dikehendaki perusahaan, baik dilihat dari sisi kualitas maupun

kuantitas. Informasi dalam penilaian kinerja karyawan merupakan refleksi dari

berkembang atau tidaknya perusahaan.

Pada umumnya sistem penilaian kinerja karyawan masih digunakan

sebagai instrumen untuk mengendalikan perilaku karyawan, membuat

keputusan-keputusan yang berkaitan dengan kenaikan gaji, pemberian bonus,

promosi, dan penempatan karyawan pada posisi yang sesuai serta mengetahui

kebutuhan pelatihan dan pengembangan karyawan yang bersangkutan.

2.6.1 Pengertian Penilaian Kinerja

Kinerja merupakan suatu fungsi dari motivasi dan kemampuan

(Rivai & Sagala, 2009, hal. 548). Definisi lainnya menurut T.R. Mitchell

dalam Sedarmayanti (2002, hal 53) Suatu hasil kerja yang dicapai

seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya


106

didasarkan atas kecakapan, pengalaman, dan kesungguhan serta waktu.

Untuk menyelesaikan tugas atau pekerjaan seseorang sepatutnya

memiliki derajat kesediaan dan tingkat kemampuan tertentu. Kesediaan

dan keterampilan seseorang tidaklah cukup efektif untuk mengerjakan

sesuatu tanpa pemahaman yang jelas tentang apa yang akan dikerjakan

dan bagaimana mengerjakannya. Kinerja merupakan perilaku nyata yang

ditampilkan setiap orang sebagai prestasi kerja yang dihasilkan oleh

karyawan sesuai dengan perannya dalam perusahaan. Kinerja karyawan

merupakan suatu hal yang sangat penting dalam upaya perusahaan untuk

mencapai tujuannya.

Salah satu cara yang dapat digunakan untuk melihat

perkembangan perusahaan adalah dengan cara melihat hasil penilaian

kinerja. Sasaran yang menjadi objek penilaian kinerja adalah kecakapan,

kemampuan karyawan dalam melaksanakan suatu pekerjaan atau tugas

yang dievaluasi dengan menggunakan tolak ukur tertentu secara objektif

dan dilakukan secara berkala. Dari hasil penilaian dapat dilihat kinerja

perusahaan yang dicerminkan oleh kinerja karyawan atau dengan kata

lain, kinerja merupakan hasil kerja konkret yang dapat diamati dan dapat

diukur.

Penilaian Kinerja mengacu pada suatu sistem formal dan

terstruktur yang digunakan untuk mengukur, menilai dan mempengaruhi

sifat-sifat yang berkaitan dengan pekerjaan, perilaku, dan hasil, termasuk


107

tingkat ketidakhadiran. Dengan demikian, penilaian prestasi adalah

merupakan hasil kerja karyawan dalam lingkup tanggung jawabnya.

Dalam praktiknya, istilah penilaian kinerja (job appraisal) dan

evaluasi kinerja (performance evaluation) dapat digunakan secara

bergantian atau bersamaan karena pada dasarnya mempunyai maksud

yang sama. Penilaian kinerja digunakan perusahaan untuk menilai kinerja

karyawan atau mengevaluasi hasil pekerjaan karyawan. Penilaian kinerja

yang dilakukan dengan benar akan bermanfaat bagi karyawan manajer

departemen SDM, dan pada akhirnya bagi perusahaan sendiri.

2.6.2 Tujuan Penilaian Kinerja

Suatu perusahaan melakukan penilaian kinerja didasarkan pada dua

alasan pokok, yaitu: (1) manajer memerlukan evaluasi yang ojektif terhadap

kinerja karyawan pada masa lalu yang digunakan untuk membuat keputusan

di bidang SDM di masa yang akan datang; dan (2) manajer memerlukan alat

yang memungkinkan untuk membantu karyawannya memperbaiki kinerja,

merencanakan pekerjaan, mengembangkan kemampuan dan keterampilan

untuk perkembangan karier dan memperkuat kualitas hubungan antar

manajer yang bersangkutan dengan karyawannya.

Pada dasarnya dari sisi praktiknya yang lazim dilakukan di setiap

perusahaan, tujuan penilaian kinerja karyawan dapat dibedakan menjadi

dua, yaitu:

1. Tujuan Penilaian yang berorientasi pada masa lalu


108

Praktiknya masih banyak perusahaan yang menerapkan penilaian

kinerja yang berorientasi pada masa lampau, hal ini disebabkan

kurangnya pengertian tentang manfaat penilaian kinerja sebagai sarana

untuk mengetahui potensi karyawan. Tujuan penilaian kinerja yang

borientasi pada masa lalu ini adalah:

a. Mengendalikan perilaku karyawan dengan menggunakannya

sebagai instrumen untuk memberikan ganjaran, hukuman dan

ancaman.

b. Mengambil keputusan mengenai kenaikan gaji dan promosi

c. Menempatkan karyawan agar dapat melaksanakan pekerjaan

tertentu

2. Tujuan penilaian yang berorientasi pada masa depan

Apabila dirancang secara tepat sistem penilaian ini dapat:

a. Membantu tiap karyawan untuk semakin banyak mengerti tentang

perannya dan mengetahui secara jelas fungsi-fungsinya.

b. Merupakan instrumen dalam membantu tiap karyawan mengerti

kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan sendiri yang dikaitkan

dengan peran dan fungsi dalam perusahaan.

c. Menambah adanya kebersamaan antara masing-masing karyawan

dengan penyelia sehingga tiap karyawan memiliki motivasi kerja dan

merasa senang bekerja dan sekaligus mau memberikan kontribusi

sebanyak-banyaknya.
109

d. Merupakan instrumen untuk memberikan peluang bagi karyawan

untuk mawas diri dan evaluasi diri serta menetapkan sasaran pribadi

sehingga terjadi pengembangan yang direncanakan dan dimonitor

sendiri

e. Mambantu mempersiapkan karyawan untuk memegang pekerjaan

pada jenjang yang lebih tinggi dengan cara terus menerus

meningkatkan perilaku dan kualitas bagi posisi-posisi yang tingkatnya

lebih tinggi.

f. Membantu dalam berbagai keputusan SDM dengan memberikan data

tiap karyawan secara berkala.

2.6.3 Kegunaan Penilaian Kinerja

1. Mengetahui pengembangan, yang meliputi:

a. Umpan balik kinerja

b. Identifikasi kebutuhan pelatihan

c. Menentukan transfer dan penugasan

d. Identifikasi kekuatan dan kelemahan karyawan

2. Pengambilan Keputusan administratif, yang meliputi:

a. Keputusan untuk menentukan gaji, promosi,

mempertahankan atau memberhentikan karyawan.

b. Pengakuan kinerja karyawan

c. Pemutusan hubungan kerja

d. Mengidentifikasi yang buruk


110

3. Keperluan perusahaan, yang meliputi:

a. Perencanaan SDM

b. Menentukan kebutuhan pelatihan

c. Evaluasi pencapaian tujuan perusahaan

d. Informasi untuk identifikasi tujuan

e. Evaluasi terhadap sistem SDM

f. Penguatan terhadap kebutuhan pengembangan

perusahaan

4. Dokumentasi, yang meliputi:

a. Kriteria untuk validasi penelitian

b. Dokumentasi keputusan-keputusan tentang SDM

c. Membantu untuk memenuhi persyaratan hukum

2.6.4 Ukuran Kinerja

Adapun ukuran kinerja menurut T.R. Mitchell dalam Pedoman

Penilaian Kinerja Guru Depdiknas (2008, hal. 20) dapat dilihat dari empat

hal, yaitu:

1. Quality of work – kualitas hasil kerja

2. Promptness – ketepatan waktu menyelesaikan pekerjaan

3. Initiative – prakarsa dalam menyelesaikan pekerjaan

4. Capability – kemampuan menyelesaikan pekerjaan

5. Comunication – kemampuan membina kerjasama dengan pihak lain.


111

2.6.5 Kinerja Guru

Pemerintah dalam hal ini Departemen Pendidikan Nasional sekarang

Kementrian Pendidikan Nasional telah mengeluarkan pedoman Penilaian

Kinerja Guru pada tahun 2008.

Adapun ukuran kinerja menurut T.R. Mitchell (1989) dalam (Penilaian

Kinerja Guru, 2008) dapat dilihat dari empat hal, yaitu:

1. Quality of work – kualitas hasil kerja

2. Promptness – ketepatan waktu menyelesaikan pekerjaan

3. Initiative – prakarsa dalam menyelesaikan pekerjaan

4. Capability – kemampuan menyelesaikan pekerjaan

5. Comunication – kemampuan membina kerjasama dengan pihak

lain.

Standar kinerja perlu dirumuskan untuk dijadikan acuan dalam

mengadakan penilaian, yaitu membandingkan apa yang dicapai dengan apa

yang diharapkan. Standar kinerja dapat dijadikan patokan dalam mengadakan

pertanggungjawaban terhadap apa yang telah dilaksanakan.

Berkenaan dengan standar kinerja guru Piet A. Sahertian dalam

Kusmianto (1997: 49) dalam (Penilaian Kinerja Guru, 2008) bahwa, standar

kinerja guru itu berhubungan dengan kualitas guru dalam menjalankan

tugasnya seperti: (1) bekerja dengan siswa secara individual, (2) persiapan dan

perencanaan pembelajaran, (3) pendayagunaan media pembelajaran, (4)

melibatkan siswa dalam berbagai pengalaman belajar, dan (5) kepemimpinan

yang aktif dari guru.


112

Kinerja guru mempunyai spesifikasi tertentu. Kinerja guru dapat dilihat

dan diukur berdasarkan spesifikasi/kriteria kompetensi yang harus dimiliki oleh

setiap guru. Berkaitan dengan kinerja guru, wujud perilaku yang dimaksud

adalah kegiatan guru dalam proses pembelajaran yaitu bagaimana seorang

guru merencanakan pembelajaran, melaksanakan kegiatan pembelajaran, dan

menilai hasil belajar.

Indikator penilaian terhadap kinerja guru dilakukan terhadap tiga

kegiatan pembelajaran dikelas yaitu:

1. Perencanaan Program Kegiatan Pembelajaran

a. Identitas RPP

b. Stándar Kompetensi (SK)

c. Kompetensi dasar (KD)

d. Indikator

e. Tujuan pembelajaran

f. Materi pembelajaran

g. Metode pembelajaran

h. Langkah-langkah kegiatan

i. Sumber pembelajaran

j. Penilaian

2. Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran

a. Pengelolaan Kelas

b. Penggunaan Media dan Sumber Belajar

c. Penggunaan Metode Pembelajaran

3. Evaluasi/Penilaian Pembelajaran
113

2.7 Penelitian Sebelumnya

Tabel 10 Hasil Penelitian Sebelumnya

Nama
Hasil Perbeda
dan
Peneliti an
Judul
Penelitian an
Yanti Trisnawati , Ada pengaruh Variab Variabel
2012, “Pengaruh positif motivasi el Kinerja,
Motivasi Kerja kerja terhadap Motiva Motivasi,
terhadap Kinerja kinerja guru si, Kompensasi,
Guru pada Madrasah pada Madrasah Kinerja kepuasan
Aliyah Falakhiyah Aliyah kerja
Jampet Ngasem Falakhiyah
Bojonegoro”, Tesis, Jampet
STIE Cendekia Ngasem Locus
Yudhi Saparudin, Bojonegoro. Locus Muallimin
Besarnya Madrasa Pesantren
pengaruh h Aliyah Persatuan
motivasi kerja Falakhiy Islam 2
terhadap ah Bandung
kinerja guru
dapat dilihat
dari koefisien
determinasinya
yaitu 0,64.
PENGEMBANG Kontribusi Variabel Variabel
AN kinerja kepala Kinerja, Kinerja,
PRODUKTIVITA MA sebesar Budaya, Motivasi,
S MADRASAH 45,02% ini Kompeten Kompensasi,
(Studi dirasakan si, kepuasan
Kontribusi Kinerja cukup tinggi Produktivit kerja
Kepala MA, Budaya walaupun as
MA, Kompetensi demikian
Guru, serta kinerja kepala Locus
Ketersediaan MA masih Locus Muallimin
Pesantren
114
Sarana dan dibutuhkan oleh
Madras
Prasarana
ah
MA, terhadap
115

Produktivitas MA MA untuk Aliyah di Persatuan


di Jawa Barat), mengatur dan Jawa Barat Islam 2
Jurnal, mengelola MA Bandung
http://jurnal.upi.ed supaya lebih
u baik
lagi.
Agus Hamdan Dari hasil Variabel bebas Variabel bebas
Satiagraha, penelitian Motivasi, Motivasi,
(Tesis,2010).“Pengaru didapatkan menggunakan menggunakan
h
Motivasi, motivasi kerja teori Herzberg teori David
Kepemimpinan mempengaruhi McClelland
Kepala
Sekolah, dan prestasi kerja
Kompetensi Guru guru sebesar
terhadap Prestasi 14,40%,
Kerja
Guru di Sekolah kepemimpinan Locus SMAN Locus
Muallimin
Menengah Atas mempengaruhi 20 Bandung Pesantren
(SMA)
Negeri 20 Bandung”, prestasi kerja Persatuan
Islam
guru sebesar 2 Bandung
36,50%,
sedangkan
kompetensi
mempengaruhi
prestasi kerja
guru sebesar
21,29%

Aan Hasanah Rosyid Terdapat Variabel bebas Variabel


(Tesis, 2009) hubungan motivasi motivasi
positif
“Hubungan antara yang signifikan dengan kinerja merupakan
Kepuasan kerja dan antara dilihat dari sisi variabel bebas
kepuasan
Motivasi kerja dengan kerja dan hubungan yang
116
kinerja Guru” motivasi kerja keeratan mempengaruhi
117

secara (korelasi) kinerja


bersama-
sama dengan Locus Locus
kinerja guru SMA Bogor Muallimin
ditunjukkan Pesantren
dengan Persatuan
koefisien Islam 2
korelasi ry.12= Bandung
0,679
Bambang Sugianto, terdapat Variabel Variabel
Pascasarjana STIE pengaruh Kompensas Motivasi,
Pasundan (Tesis, signifikan i, Disiplin Kompensa
2010), “Pengaruh kompensasi Kerja, si,
Kompensasi, terhadap Motivasi, Kepuasan
Disiplin Kerja dan kinerja guru Kinerja. Kerja,
Motivasi terhadap sebesar 36,5 Kinerja
Kinerja Guru di %, terdapat
SMA Negeri 10 pengaruh
Bandung”, signifikan SMA Negeri
disiplin kerja 10 Bandung Locus
terhadap Muallimin
kinerja guru Pesantren
sebesar 20,8 Persatuan
%, terdapat Islam 2
pengaruh yang Bandung
signifikan
motivasi kerja
terhadap
kinerja
sebesar 15,3
%
118

2.8 Kerangka Pemikiran

Kerangka berfikir merupakan sintesa tentang hubungan antar variabel

yang disusun dari teori yang telah dideskripsikan. Beberapa variabel yang

saling berhubungan dijelaskan sebagai berikut:

1. Pengaruh Motivasi terhadap Kepuasan Kerja

Untuk mecapai tujuan organisasi yang diinginkan, maka seluruh

sumber daya yang dimiliki haruslah dapat dimanfaatkan secara optimal dan

sebaik mungkin. Salah satunya adalah sumber daya manusia karena faktor

ini merupakan faktor terpenting dalam menentukan keberhasilan sebuah

perusahaan. Dalam usaha memanfaatkan sumber daya manusia agar

dapat optimal, perusahaan perlu mendorong karyawan untuk bekerja lebih

giat dan memberikan dorongan agar prestasi kerja dapat meningkat sesuai

dengan harapan perusahaan. Salah satu cara untuk meningkatkan prestasi

kerja karyawan adalah dengan memenuhi kebutuhan-kebutuhan karyawan

agar motivasi kerja mereka menjadi tinggi.

Frederick Herzberg menyimpulkan bahwa kepuasan dan

ketidakpuasan kerja bergantung pada dua faktor: faktor-faktor higienis,

seperti kondisi tempat kerja, dan faktor-faktor motivasi, seperti pengakuan

atas pekerjaan yang telah diselesaikan dengan baik. (Griffin & Ebert, 2007,

hal. 251)

Ishak Mad Shah (2006, hal. 56) mengungkapkan bahwa kepuasan

kerja adalah satu dari variabel yang terkait erat dengan motivasi, semakin
119

tinggi kepuasan kerja yang dirasakan oleh pekerja, maka semakin tinggi

motivasi mereka terhadap kinerja.

2. Pengaruh Kompensasi terhadap Kepuasan Kerja

Suatu organisasi atau perusahaan dalam menjamin kelangsungan

hidup dan kontinuitas produksi senantiasa menjaga kualitas produk atau

output serta adanya kepedulian terhadap karyawannya. Supaya karyawan

mau bekerja sama dalam mewujudkan tujuan yang ditetapkan secara

optimal maka perusahaan perlu mengelola tenaga kerja dengan sebaik-

baiknya serta memberi dorongan (motivasi).

Pemberian inspirasi, semangat dan dorongan kepada bawahan

agar mereka mau bekerja dengan giat demi tercapainya tujuan organisasi

secara efektif dan efisien merupakan pekerjaan yang dilakukan oleh

seorang pimpinan. Pimpinan perusahaan perlu menempatkan karyawan

pada tempat dan jenis pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan dan

keahlian masing-masing karyawan, sehingga karyawan akan bersungguh-

sungguh dalam melaksanakan tugasnya yang sesuai dengan tanggung

jawabnya. Untuk itu dibutuhkan karyawan yang dapat memiliki semangat

kerja yang tinggi. Hal ini dapat terwujud apabila karyawan memiliki

kepuasan kerja yang tinggi, sehingga berpengaruh positif terhadap kinerja

karyawan.

Stephen P Robbins & Timothy A Judge (2008, hal. 110) mengatakan

bahwa Bayaran dan Kepuasan Kerja mempunyai hubungan yang menarik.


120

Upah sangat berhubungan dengan kepuasan kerja dan kebahagiaan

secara keseluruhan.

Senada dengan pernyataan Stephen P Robins, Soelaiman

Sukmalana (2007, hal. 143) mengungkapkan bahwa upah kerja dapat

menjadi sumber ketidakpuasan Kerja

3. Pengaruh Kepuasan Kerja terhadap Kinerja

Istilah kepuasan kerja (job satisfaction) dapat didefinisikan sebagai

suatu perasaan positif tentang pekerjaan seseorang yang merupakan hasil

dari sebuah evaluasi karakteristiknya. Seseorang dengan tingkat kepuasan

kerja yang tinggi memiliki perasaan-perasaan positif tentang pekerjaan

tersebut, sementara seseorang yang tidak puas memiliki perasaan-

perasaan negatif tentang pekerjaan tersebut (Robbins & Judge, 2008, hal.

99), dari definisi diatas bisa dilihat jika seseorang telah mendapatkan

perasaan positif tentang pekerjaannya maka tingkat kepuasan kerjanya

tinggi dan ini dapat berdampak positif terhadap kinerjanya.

Selanjutnya Stephen Robbins & Timothy Judge (2008, hal. 111)

mengatakan ada konsekuensi ketika karyawan menyukai pekerjaan

mereka, dan ada konsekuensi ketika karyawan tidak menyukai pekerjaan

mereka. Pengaruh dari ketidakpuasan adalah Perilaku keluar (exit) dan

pengabaian (neglect) yang mencakup variabel-variabel kinerja-produktifitas,

ketidakhadiran, dan perputaran karyawan.


121

Karyawan yang bahagia cenderung lebih produktif (Robbins &

Judge, 2008, hal. 113).

Stephen Robbins dan Timothy Judge (2008, hal. 113)

mengungkapkan sebuah tinjauan dari 300 penelitian menunjukan bahwa

korelasi antara Kepuasan dan kinerja cukup kuat.

4. Hubungan Kompensasi terhadap Motivasi

Pada hakekatnya, pemberian kompensasi merupakan wujud

penghargaan atas kontribusi karyawan dalam menunjang tercapainya

tujuan perusahaan. Kompensasi sangat berpengaruh terhadap

kelangsungan hidup serta kesejahteraan karyawan. Pemberian kompensasi

yang tepat akan dapat menumbuhkan motivasi dalam diri karyawan.

Sedangkan motivasi sangat diperlukan agar prestasi kerja karyawan dapat

meningkat. Sehingga, kompensasi yang diberikan oleh perusahaan secara

tepat dapat memotivasi atau mendorong seseorang karyawan agar

menghasilkan suatu prestasi kerja yang maksimal sehingga tujuan

perusahaan dapat dicapai dengan hasil yang maksimal pula.

Tujuan pemberian upah dan gaji : ikatan kerja sama, kepuasan kerja,

pengadaan efektif, motivasi, stabilitas karyawan, disiplin, pengaruh serikat

buruh, pengaruh asosiasi usaha sejenis, pengaruh pemerintah (Rivai &

Sagala, 2009, hal. 762)

Kompensasi yang diberikan cukup besar dapat dipergunakan

sebagai perangsang untuk memotivasi para karyawan agar memberikan

usaha-usaha atau pekerjaan-pekerjaan mereka yang terbaik. (Suwanto,

2001, hal. 109)


122

Berdasarkan teori-teori yang telah dideskripsikan di atas maka Kerangka

Pemikiran pada penelitian ini sebagai berikut.

Gambar 8 Gambar dan Paradigma Penelitian

2.9 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka pemikiran penulis merumuskan hipotesis penelitian

sebagai berikut:

1. Kompensasi berpengaruh terhadap kepuasan kerja guru di Muallimin

Pesantren Persatuan Islam 2 Bandung

2. Motivasi berpengaruh terhadap kepuasan kerja guru di Muallimin

Pesantren Persatuan Islam 2 Bandung

3. Motivasi dan Kompensasi berpengaruh terhadap kepuasan kerja di

Muallimin Pesantren Persatuan Islam 2 Bandung

4. Kepuasan kerja berpengaruh terhadap kinerja guru di Muallimin

Pesantren Persatuan Islam 2 Bandung


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian diselenggarakan di Muallimin Pesantren Persatuan Islam 2

Bandung beralamat di Jalan Pajagalan 14, Kelurahan Karang Anyar,

Kecamatan Astana Anyar, Kota Bandung. Penelitian ini direncanakan

berlangsung selama 5 bulan, dengan rincian kegiatan sebagai berikut:

Tabel 11 Jadwal Penelitian di Muallimin Pesantren Persatuan Islam 2 Bandung

Bul
N Kegiat an
o an
Apri Me Jun Jul Agustu
l i i i s
Persiapan
1
Penyusunan Proposal
Penyusunan
2
proposal penelitian dan
bimbingan
Seminar Usulan Penelitian,
3 penyempurnaan

materi penelitian dan


bimbingan
penyusunan Bab I -
4 III,
penyusunan
instrumen
penelitian dan bimbingan

5 Pengumpulan data
Pengolahan data
6 dan
penyusunan Bab IV - V dan
bimbingan
Pelaporan hasil penelitian
7
dan ujian sidang
121
122

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dan sampel dapat digunakan sebagai sumber data, dalam

penelitian kuantitatif populasi dan sampel penelitian sangat diperlukan karena

digunakan untuk analisis data.

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subyek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, Metode

Penelitian Bisnis, 2008, hal. 115). Populasi dalam statistika tidak terbatas pada

sekelompok orang tetapi juga kelompok apa saja seperti binatang, tumbuhan,

atau apa saja yang menjadi objek penelitian kita. Misalnya populasi bank

swasta di Indonesia, tanaman, rumah, alat-alat perkantoran, dan jenis

pekerjaan.

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut (Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis, 2008, hal. 116).

Walaupun sampel jumlahnya relatif sedikit tetapi bisa mewakili kelompok atau

keseluruhan yang lebih besar. Pengambilan sampel dilakukan untuk efisiensi,

misalnya karena terbatasan dana, tenaga dan waktu, apa yang diteliti dari

sampel hasilnya dapat diberlakukan untuk populasi.

Untuk mengambil sampel dari populasi yang sudah diketahui jumlah

populasinya bisa digunakan rumus dari Taro Yamane, sebagai berikut

(Riduwan & Engkos, 2008, hal. 44):


123

𝑁
𝑛=
𝑁.𝑑2+1 ........ (ii)

Dimana: n = Jumlah Sampel


N = Jumlah Populasi
d2 = Presisi yang diterapkan

Jika pengambilan sampelnya bertingkat (berstrata) maka digunakan

perumusan proporsional random sampling sebagai berikut:

𝑁i
𝑛i = . 𝑛.................................................... (iii)
𝑁

Dimana: ni = Jumlah sampel menurut stratum


N = Jumlah sampel seluruhnya
Ni = Jumlah populasi menurut stratum
N = Jumlah populasi seluruhnya

Menurut Arikunto (2002, hal. 112) apabila subjeknya kurang dari 100 lebih

baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi.

Sugiyono (2008, hal. 122) mengatakan bila semua anggota populasi

digunakan sebagai sampel atau penelitian yang ingin membuat generalisasi

dengan kesalahan yang sangat kecil maka digunakan teknik Sampling Jenuh

istilah lainnya adalah Sensus.

Hal lain yang berhubungan dengan masalah populasi dan sampel yakni

unit analisis, Arikunto (2002, hal. 121) menjelaskan maksud unit analisis dalam

penelitian, adalah satuan tertentu yang diperhitungkan sebagai objek penelitian.


124

Berdasarkan konsep populasi dan sampel di atas, maka objek penelitian

ini adalah Asatidzah Muallimin Pesantren Persatuan Islam 2 Bandung dengan

jumlah populasi 32 orang Asatidzah, mengingat anggota penelitiannya hanya

berjumlah 32 maka tidak dilakukan pengambilan sampel tetapi di ambil seluruh

populasinya atau dengan kata lain dilakukan penelitian populasi.

3.3 Desain Penelitian

Dalam melakukan suatu penelitian perlu dilakukan perencanaan dan

pelaksanaan penelitian agar penelitan yang dilakukan dapat berjalan dengan

baik dan sistematis. Rianto Adi (2004, hal. 100) mengungkapkan bahwa desain

penelitian (Rancangan Penelitian) sebenarnya merupakan juga strategi peneliti

dalam menggunakan metode pengumpulan data yang akan digunakan. Atau

dengan kata lain, desain penelitian adalah suatu rencana mengenai

keadaan/kondisi untuk pengumpulan dan analisis data dalam suatu cara untuk

menyatukan hubungan (atau perlunya) maksud/tujuan penelitian dengan

penghematan dalam prosedur. Apa yang mau diteliti, bagaimana menelitinya,

bagaimana menganalisisnya.
125

Gambar 9 Desain Penelitian

Proses penelitian dimulai dari studi pendahuluan yaitu dengan

melakukan identifikasi masalah, membuat kerangka pemikiran, dan

hipotesis penelitian.

Proses selanjutnya adalah melakukan penelitian dengan

langkah-langkah:
126

1. Membuat prosedur penelitian, dimana didalamnya termasuk

menentukan populasi dan sampling yang digunakan dalam

pengumpulan data.

2. Membuat operasionalisasi variabel penelitian kemudian, membuat

instrumen penelitian.

3. Melakukan uji coba penelitian untuk menentukan validitas instrumen

penelitian, bila hasil uji coba valid dapat dilanjutkan ke penelitian

selanjutnya berupa pegumpulan data. Bila hasil uji coba tidak valid,

maka menghapus atau merubah instrumen penelitian sehingga

tercapai validitas.

4. Pengumpulan data dengan menyebarkan kuisioner, angket,

observasi, wawancara, dan alat pengumpul data lainnya.

5. Data yang telah terkumpul disusun untuk diberi kode dan di edit

disesuaikan dengan kebutuhan penelitian.

6. Data yang dibutuhkan dianalisis sesuai dengan tujuan penelitian.

7. Dari data hasil analisis yang diperoleh dapat ditarik kesimpulan.


127

3.4 Instrumen Penelitian

Menurut Kamus Bahasa Indonesia kata in·stru·men /instrumén/ adalah

alat yang dipakai untuk me-ngerjakan sesuatu (seperti alat yg dipakai oleh

pekerja teknik, alat-alat kedokteran, optik, dan kimia); perkakas. Sedangkan

kata Penelitian adalah kegiatan pengumpulan, pengolahan, analisis, dan

penyajian data yg dilakukan secara sistematis dan objektif untuk memecahkan

suatu persoalan atau menguji suatu hipotesis untuk mengembangkan prinsip-

prinsip umum. Jadi instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan

untuk mengukur memecahkan suatu persoalan atau menguji suatu hipotesis.

Secara spesifik yang diteliti dalam penelitian adalah variabel penelitian. Tidak

seperti pada bidang teknik Instrumen-instrumen penelitian yang baku dalam

bidang sosial sulit ditemukan, sehingga peneliti harus mampu membuat

istrumen yang akan digunakan untuk penelitian.

Titik tolak dari penyusunan adalah variabel-variabel penelitian yang

ditetapkan untuk diteliti. Dari variabel-variabel tersebut diberikan definisi

operasionalnya, dan selanjutnya ditentukan indikator yang akan diukur. Dari

indikator ini kemudian dijabarkan menjadi butir-butir pertanyaan. Untuk

memudahkan penyusunan instrumen, maka perlu digunakan “matrik

pengembangan instrumen” atau “kisi-kisi instrumen”. (Sugiyono, Metode

Penelitian Bisnis, 2008, hal. 147).

Karena instrumen penelitian akan digunakan untuk melakukan

pengukuran dengan tujuan menghasilkan data kuantitatif yang akurat, maka

setiap instrumen harus mempunyai skala. Dengan skala pengukuran ini, maka
128

nilai variabel yang diukur dengan instrumen tertentu dapat dinyatakan dalam

bentuk angka, sehingga akan lebih akurat, efisien, dan komunikatif. Skala

pengukuran dapat berupa skala nominal, skala ordinal, skala interval, dan skala

rasio.

Berbagai skala sikap yang dapat digunakan untuk penelitian Administrasi,

Pendidikan, dan Sosial antara lain adalah:

1. Skala Likert

2. Skala Guttman

3. Rating Scale

4. Semantic Diferential

Kelima Jenis skala tersebut bila digunakan dalam pengukuran akan

mendapatkan data interval atau rasio. (Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis,

2008, hal. 132)

Dalam penelitian sosial yang instrumennya menggunakan Skala Likert,

Guttman, Semantic Differential, Thurstone, daya yang diperoleh adalah data

interval. Data ini dapat dibuat menjadi data Ordinal. (Sugiyono, 1997, hal. 16).

Dalam penelelitian ini penulis menggunakan Skala Ordinal yang di

transformasikan ke skala Interval menggunakan MSI (Method of Successive

Interval).
129

3.5 Variabel dan Definisi Operasional

Menurut Kamus Bahasa Indonesia kata variabel berarti sesuatu yg dapat

berubah; faktor atau unsur yang ikut menentukan perubahan. Sugiyono (2008,

hal. 59) berpendapat bahwa variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat

atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya.

Menurut hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain maka

macam-macam variabel dibedakan menjadi (1) Variabel Independen, adalah

variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau

timbulnya variabel dependen (terikat); (2) Variabel Dependen, merupakan

variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat; (3) Variabel Moderator,

adalah variabel yang mempengaruhi (memperkuat dan memperlemah)

hubungan antara variabel independen dengan dependen; (4) Variabel

Intervening, adalah variabel yang secara teoritis mempengarui hubungan

antara variabel independen dengan dependen tetapi tidak dapat diamati dan

diukur; dan (5) Variabel Kontrol adalah variabel yang dikendalikan atau dibuat

konstan sehingga hubungan variabel independen terhadap dependen tidak

dipengaruhi oleh faktor luar yang tidak diteliti.

Definisi operasional variabel bertujuan untuk menjelaskan makna variabel

yang sedang di teliti. Masri S (2003) dalam Riduwan dan Engkos (2008, hal.

182) memberikan pengertian tentang definisi operasional adalah unsur

penelitian yang memberikatahukan bagaimana cara mengukur suatu vatiabel,


130

dengan kata lain definisi opersional adalah semacam petunjuk pelaksanaan

bagaimana caranya mengukur suatu variabel.

Tabel 12 Definisi Operasional

Variabe Definisi Variabel Dimensi Indikator Skal


l a
a. Semangat
a. Kebutuhan b. Penentuan tujuan
dalam akhir Ordin
mencapai c. Tanggung jawab al
Serangkaian sikap kesuksesan d. Umpan balik
dan nilai-nilai yang e. Tantangan
mempengaruhi a. Penghargaan
individu untuk
Motiv b. Ketegasan
mencapai hal yang b. Kebutuhan
asi c. Penghargaan akan Ordin
spesifik sesuai dalam
(X1) status al
dengan tujuan kekuasaaan
individu. Rivai & d. Pengaruh
Sagala (2009, hal. a. Interaksi
837) b. Sifat Sosial
c. Kebutuhan c. Kerja Kelompok Ordin
untuk
d. Tingkat al
berafiliasi
kepercayaan
orang
a. a. Gaji
Ordin
Kompensasi Kompensasi b. Insentif
al
merupakan Finansial
sesuatu yang a. Simbol Status
Variabe diterima karyawan b. Pengakuan
l sebagai pengganti c. Kenyamanan Tugas
Kompe kontribusi jasa d. Ruang Kantor
b.
nsa si mereka pada e. Persahabatan Ordin
Kompensasi
(X2) perusahaan (Rivai al
Non f. Rasa Aman
& Sagala, 2009,
Finansial g. Pengembangan Diri
hal.
741). h. Rekreasi
a. Profesi guru
Kepuasan kerja a. Pekerjaan b. Perhatian dari Sekolah
didefinisikan itu sendiri Ordin
c. Fasilitas
Variab sebagai suatu (Job it self) al
d. Keamanan
el perasaan positif a. Koreksi kinerja
Kepuas tentang pekerjaan
b. b. Motivasi
an seseorang yang Ordin
Kerja merupakan hasil Supervisi c. Diskusi Hasil
Supervisi al
(Y) dari sebuah (Supervisi
evaluasi on) d. Menanggapi Pendapat
karakteristiknya.
131

(Robins, 2008, hal. a. Gaji Sesuai


99) b. Insentif
c. Imbalan (Pay) Ordin
c. Tunjangan jabatan
al
d. Tunjangan profesi
a. Pengangkatan panitia
b. Respon pendapat
d. c. Pengangkatan
Kesempatan pembantu Ordin
promosi kepala al
(Promotion) d. Mendukung kegiatan
e. Promosi Jabatan
e. Suasana a. Kenyamanan
tempat kerja b. Ketenangan Ordin
(co- workers) c. Rekan kerja al
a. Implementasi
materi pelajaran
a. Kualitas kerja Ordin
b. Standar kualitas guru
al
c. Prestasi Belajar Siswa
a. Proses belajar
b. mengajar
Suatu hasil kerja b. Pemanfaatan waktu Ordin
Ketepatan
yang dicapai c. Pencapaian al
waktu
seseorang dalam materi
melaksanakan pembelajaran
tugas-tugas yang a. Mengembangkan ide
Variab dibebankan
b. Pemecahan masalah
el kepadanya c. Inisiatif Ordin
Kinerja didasarkan atas c. Kreatif dalam
al
(Z) kecakapan, proses belajar
pengalaman, dan mengajar
kesungguhan serta a. Penguasaan
waktu. materi
d. Kemampuan pembelajaran Ordin
T.R. Mitchell al
b. Keterampilan guru
dalam
(Sedarmayanti, c. Mengembangkan
2002, hal 53) bakat
a. Melakukan
komunikasi dengan
siswa
e. Komunikasi b. Melakukan Ordin
kerjasama dengan al
siswa
c. Melakukan
komunikasi dengan
pimpinan
132

3.6 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data

3.6.1 Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan prosedur yang sistematis dan

standar untuk memperoleh data yang diperlukan (Nazir, 2005, hal. 174).

Jika dilihat dari sumber datanya, maka pengumpulan data dapat

menggunakan sumber primer, dan sumber sekunder. Sumber primer

adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada

pengumpul data, dan sumber sekunder merupakan sumber yang tidak

langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat

orang lain atau lewat dokumen (Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis,

2008). Nazir (2005, hal. 174) mengatakan “Data yang dikumpulkan harus

cukup valid untuk digunakan. Validitas data dapat ditingkatkan jika alat

pengukur serta kualitas dari pengambil datanya sendiri cukup valid.”.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari

survei berupa kuesioner dan teknik dokumentasi.

3.6.2 Teknik Analisis Data

Data yang dihasilkan dari survai dengan menggunakan kuesioner

merupakan data statistik. Oleh karena itu, analisis yang dilakukan

haruslah mengikuti kaidah-kaidah statisktika. Dalam ilmu statistik, secara

garis besar, jenis analisis dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu
133

1. Analisis Deskriptif
Analisis Deskriptif merupakan metode untuk menggambarkan data

yang dikumpulkan secara sederhana. Penyajiannya dapat berbentuk

tabel, atau grafik, termasuk juga perhitungan rata-rata, standar deviasi,

dan sebagainya (Nasution, Mustafa Edwin; Usman, Hardius, 2008, hal.

118). Secara lebih umum metode diskriptif diberi nama metode survai,

metode ini bukan saja memberikan gambaran terhadap fenomena-

fenomena, tetapi juga menerangkan hubungan, menguji hipotesis-

hipotesis, membuat prediksi serta mendapatkan makna dan implikasi

dari suatu masalah yang ingin dipecahkan.

2. Analisis Inferensi

Metode ini merupakan data sampel sebagai dasar interpretasi dan

analisis agar didapat suatu kesimpulan yang digunakan untuk

mengetahui sesuatu tentang populasi. (Nasution, Mustafa Edwin;

Usman, Hardius, 2008, hal. 125)

Dalam penelitian ini digunakan Analisis Deskripsi untuk

menggambarkan data penelelitian dan teknis analisis inferensial dengan

teknis analisis jalur, dan pengolahan data menggunakan program SPSS

16.

3.7 Uji Validitas dan Reliabilitas

Validitas dan Reliabilitas dilakukan untuk menguji keabsahan data

dalam penelitian, pada penelitian kuantitatf data yang diambil harus

dilakukan secara benar dan konsisten, dengan kata lain instrumen atau
134

peralatan yang digunakan untuk pengambilan data harus akurat dan

data yang diambil tidak berubah-ubah.

3.7.1 Pengujian Validitas

Terdapat dua macam validitas penelitian, yaitu validitas internal

dan validitas eksternal. Validitas internal berkenaan dengan derajat

akurasi desain penelitian dengan hasil yang dicapai. Validitas

eksternal berkenaan dengan derajat akurasi apakah hasil penelitian

dapat digeneralisasikan atau diterapkan pada populasi dimana

sampel tersebut diambil. Bila sampel penelitian representatif,

instrumen penelitian valid dan reliabel, cara mengumpulkan dan

analisis data benar, maka penelitian akan memiliki validitas eksternal

yang tinggi.

Validitas berhubungan dengan ketepatan alat ukur untuk

melakukan tugasnya mencapai sasarannya. Validitas juga

berhubungan dengan tujuan dari pengukuran. Pengukuran dikatakan

valid jika mengukur tujuannya dengan nyata atau benar, alat ukur

yang tidak valid adalah yang memberikan hasil ukuran menyimpang

dari tujuannya. (Jogiyanto, 2005, hal. 120). Validitas menurut

Sugiyono (2008, hal. 455) merupakan derajat ketepatan antara data

yang sesungguhnya terjadi pada obyek penelitian dengan data yang

dapat dilaporkan oleh peneliti. Dengan demikian data yang valid

adalah data yang tidak berbeda dengan data sebenarnya.


135

Untuk menguji validitas alat ukur, digunakan rumus korelasi

product moment:

𝑟𝑥𝑦 𝑁 ∑ KF− (∑ K)(∑ F) ......... (iv)


= √{𝑁 ∑ K2−(∑ K)2}{𝑁 ∑ F2−(∑ 𝑦)2}

Selanjutnya dihitung dengan rumus uji-t

𝑟√𝑛−2
𝑡= ......... (v)
√1−𝑟2

dimana :
t = Nilai thitung

r = Koefisien korelasi hasil hitung

n = Jumlah responden

Distribusi t untuk α = 0,05 dan derajat kebebasan (dk = n-2)

Kaidah keputusan:

Jika thitung > ttabel berarti valid, sebaliknya

thitung < ttabel berarti tidak valid

Selain secara manual, uji validitas dapat dilakukan dengan

menggunakan Program SPSS dilihat pada corrected item-total

correlation masing-masing butir pertanyaan.

3.7.2 Pengujian Reliabilitas

Reliabilitas berhubungan dengan akurasi (accurately) dari

pengukuran. Reliabilitas berhubungan dengan konsistensi dari

pengukuran. Suatu pengukur dikatakan reliabel (dapat diandalkan) jika


136

dapat dipercaya. Supaya dapat dipercaya, maka maka hasil dari

pengukuran harus akurat dan konsisten. Dikatakan konsisten jika

beberapa pengukuran terhadap subyek yang sama diperoleh hasil yang

tidak berbeda (Jogiyanto, 2005, hal. 120). Sugiyono (2008, hal. 456)

menyatakan bahwa reliabilitas berkenaan dengan derajat konsistensi

dan stabilitas data atau temuan. Dalam pandangan kuantitatif, suatu data

dinyatakan reliabel apabila dua atau lebih peneliti dalam obyek yang

sama menghasilkan data yang sama., atau peneliti sama dalam waktu

berbeda menghasilkan data yang sama, atau sekelompok data bila

dipecah menjadi dua menunjukkan data yang tidak berbeda.

Cara untuk mencari reliabilitas dapat digunakan metode koefisien

Cronbach Alpha (Rangkuti, 2009, hal. 44). Rumus Cronbach Alpha :

2
𝖺= ( 𝐾 𝑆𝑥− ∑ 𝑆i 2
)( )
𝐾−1 𝑆𝑥2

K adalah jumlah item atau indikator,

(Xi −
𝑆𝑥2 = ∑
X̅ )2
𝑁−1

dan

Xi
X̅ = ∑
𝑁

Nunnally dalam Stefanie Leimeister (2010, hal. 140) mengatakan nilai

reliabilitas alpha-cronbach dapat diterima umumnya disetujui diatas 0,7.


137

3.8 Analisis Jalur

Model Analisis Jalur (Path Analysis) digunakan untuk menganalisis

pola hubungan antar variabel dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh

langsung maupun tidak langsung seperangkat variabel bebas (eksogen)

terhadap variabel terikat (endogen) .

Fraenkel dan Wallen dalam Nidjo Sandjojo (2011, hal. 11)

mengatakan bahwa analisis jalur adalah suatu bentuk terapan dari analisis

multi-regresi.

Manfaat lain model path analysis adalah untuk: (1) Penjelasan

(explanation) terhadap fenomena yang dipelajari atau permasalahan yang

diteliti; (2) Prediksi nilai variabel terikat (Y) berdasarkan nilai variabel

bebas (X), dan prediksi dengan path analysis ini bersifat kualitatif; (3)

Faktor diterminan yaitu penentuan variabel bebas (X) mana yang

berpengaruh dominan terjadap variabel terikat (Y), juga dapat digunakan

untuk menelusuri mekanisme (jalur-jalur) pengaruh variabel bebas (X)

terhadap variabel terikat (Y); (4) Pengujian model, menggunakan theory

triming, baik untuk uji reliabilitas (uji keajegan) konsep yang sudah ada

ataupun uji pengembangan konsep baru. (Riduwan & Engkos, 2008, hal.

2)

Asumsi yang mendasari path analysis sebagai berikut: (1) Pada

model path analysis, hubungan antar variabel adalah bersifat linier, adaptif

dan bersifat normal; (2) Hanya sistem aliran kausal ke satu arah artinya
138

tidak ada arah kausalitas yang berbalik; (3) Variabel terikat (endogen)

minimal dalamskala ukur interval dan ratio; (4) Menggunakan sampel

probability sampling yaitu teknik pengambilan sampel untuk memberikan

peluang yang sama pada setiap anggota populasi untuk dipilih menjadi

anggota sampel; (5) Observer variables diukur tanpa kesalahan

(instrumen pengukuran valid dan reliabel) artinya variabel yang diteliti

dapat diobservasi secara langsung; (6) Model yang dianalisis

dispesifikasikan (diidentifikasi) dengan benar berdasarkan teori-teori dan

konsep-konsep yang relevan artinya model teori yang dikaji atau diuji

dibangun berdasarkan kerangka teoritis tertentu yang mampu

menjelaskan hubungan kausalitas antar variabel yang diteliti. (Riduwan &

Engkos, 2008, hal. 2)

Menurut Riduwan dan Engkos (2008, hal. 7) Secara sistematik path

analysis mengikuti pola model struktural, sehingga langkah awal untuk

mengerjakan atau penerapan model path analysis yaitu dengan

merumuskan persamaan struktural dan diagram jalur yang berdasarkan

kajian teori tertentu, dan Riduwan dan Engkos (2008, hal. 115) juga

mengungkapkan bahwa dasar perhitungan koefisien jalur adalah Analisis

korelasi dan regresi.

Teknik analisis jalur ini akan digunakan dalam menguji besarnya

sumbangan (kontribusi) yang ditunjukkan oleh koefisien jalur pada setiap

diagram jalur dari hubungan kausal antar variabel X 1 dan X2 terhadap Y

serta dampaknya kepada Z.


139

Gambar 10 Diagram Jalur Hubungan Kausal X1, X2 ke Y, dan Y ke Z

Persamaan struktur untuk diagram jalur di atas

Y = ρYX1 X1+ ρYX2X2 + ρyɛ1ɛ1 .....................................(vii)

Z = ρZY Y+ ρZɛ2ɛ2 .................................................................(viii)


Keterangan:

X1 = Variabel Motivasi

X2 = Variabel Kompensasi

Y = Variabel Kepuasan Kerja

Z = Variabel Kinerja

ρik = Merupakan koefisien jalur (Path coefficient) untuk setiap variabel


eksogen k.

ɛi = Menunjukkkan variabel atau faktor residual yang fungsinya


menjelaskan pengaruh variabel lain yang telah teridentifkasi oleh
teori, tetapi tidak diteliti atau variabel lainnya yang belum
teridentifikasi oleh teori, atau muncul sebagai akibat dari
kekeliruan pengukuran variabel.
140

Selanjutnya untuk menghitung koefisien korelasi dan koefisien jalur

dan yang lainya dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut.

a. Menghitung dan menyusun matrik koefisien korelasi (r) guna

mengetahui korelasi antar variabel

b. Menghitung koefisien jalur (ρ)

c. Menghitung koefisien determinasi (r2)

d. Menghitung koefisien jalur epsilon (ɛ)

3.9 Pengujian Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru

didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris

yang diperoleh melalui pengumpulan data.

Sugiyono (2008, hal. 94) mengatakan bahwa perlu dibedakan pengertian

hipotesis penelitian dan hipotesis statistik. Hipotesis penelitian adalah jawaban

sementara terhadap rumusan masalah penelitian sedangkan hipotesis statistik

ada bila penelitian bekerja dengan sampel, jika penelitian tidak menggunakan

sampel, maka tidak ada hipotesis statistik. Dugaan apakah data sampel itu

dapat diberlakukan ke populasi dinamakan hipotesis statistik.

Menurut Abu Bakar (2007, hal. 5) Hipotesis statistik dinyatakan dalam

bentuk parameter. Oleh itu perlu dinyatakan dalam bentuk Nol.


141

Dalam suatu penelitian, dapat terjadi ada hipotesis penelitian, tetapi tidak

ada hipotesis statistik. Penelitian yang dilakukan pada seluruh populasi

mungkin akan terdapat hipotesis penelitian tetapi tidak akan ada hipotesis

statistik. (Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis, 2008, hal. 94)

Sugiyono (2008, hal. 95) juga mengungkapkan jika yang diteliti adalah

populasi maka hipotesis statistiknya tidak ada. Yang ada hanya hipotesis

penelitian. Dalam pembuktiannya tidak ada istilah “Signifikansi” (taraf kesalahan

atau taraf kepercayaan).

Hipotesis yang akan diuji dinamakan hipotesis kerja, sebagai lawannya

adalah hipotesis nol (nihil). Hipotesis kerja disusun berdasarkan atas teori yang

dipandang handal.

Mengingat dalam penelitian ini semua anggota populasi digunakan

sebagai sampel (sensus) yaitu semua guru di Muallimin Pesantren Persatuan

Islam 2 Bandung maka hanya terdapat hipotesis penelitian dan tidak

menggunakan hipotesis statistik.


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Muallimin Pesantren Persatuan Islam 2

Bandung

Muallimin Pesantren Persatuan Islam 2 Bandung adalah sekolah swasta

didirikan pada tahun 1994 di bawah naungan organisasi Persatuan Islam

bidang garapan Pendidikan Dasar Menengah sebagai salah satu upaya

mencetak kader-kader yang ber tafaqquh fi al-din. Tafaqquh fi al-din artinya

“Paham dalam masalah-masalah agama”. Muallimin Pesantren Persatuan

Islam 2 Bandung terletak di tengah kota Bandung tepatnya di Jalan Pajagalan

14 kelurahan Karang Anyar kecamatan Astana Anyar, kota Bandung. Kurikulum

yang dilaksanakan di Muallimin Persatuan Islam 2 Bandung merupakan

perpaduan antara kurikulum nasional dengan kurikulum organisasi Persatuan

Islam. Tingkat Muallimin setarap dengan tinggak SLTA di sekolah umum.

Panggilan guru di Muallimin Pesantren Persatuan Islam 2 Bandung di sebut

dengan Ustadz atau Asatidzah untuk banyak (guru-guru) dan siswa di sebut

dengan panggilan santri.

Rombongan belajar pada tahun ajaran 2011-2012 di Muallimin

Persatuan Islam 2 Bandung sebanyak 4 kelas, dengan rincian kelas X

sebanyak satu kelas, kelas XI sebanyak dua Kelas, kelas XII sebanyak satu

kelas.

142
143

4.2 Profil Responden

Responden dalam penelitian ini adalah asatidzah yang mengajar di

Muallimin Pesantren Persatuan Islam 2 Bandung, Guru Pesantren atau Ustadz

walaupun mengajar pelajaran umum selain agama selayaknya memahami dan

mempraktikan nilai-nilai keagamaan dalam hal ini agama islam, sehingga

menjadi teladan bagi para Santrinya. Nilai-nilai keagamaan yang di pahami dan

dipraktikan adalah yang bersumber dari kitab suci Alquran dan sunnah nabi.

adapun karakteristik responden dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 13 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Frekuen Prosenta


si se
Laki-laki 27 84,38 %
Perempuan 5 15,62 %
Jumlah 32 100 %
Sumber: Data Primer yang diolah kembali

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa responden laki-laki lebih banyak

dari pada perempuan, yaitu laki-laki sebanyak 84,38 %, sedangkan perempuan

15,62 %.

Tabel 14 Umur Responden


N Um Frekuen %
o ur si
1 <40 tahun 14 43,
75
2 40 tahun – 50 tahun 4 12,
50
3 50 tahun < 14 43,
75
JUMLA 32 100
H
Sumber: Data Primer yang diolah kembali

Dari tabel di atas menunjukkkan bahwa responden yang berusia

lebih dari 50 tahun cukup banyak yaitu 43,75%, responden yang


144

berumur dari 40 sampai dengan 50 tahun sebanyak 12,5%, dan

responden yang berumur kurang dari 40 tahun sebesar 43,75%.

Tabel 15 Data Asatidzah Berdasarkan Tingkat pendidikan


N Tingkat Pendidikan Jumlah Prosenta
o Guru se
1 Muallimin/SLTA 9 28,13 %
2 D3 4 12,50 %
3 S1 11 34,38 %
4 S2 7 21,87 %
5 S3 1 3,12 %
Juml 32 100 %
ah
Sumber: Data Primer yang diolah kembali

Dari tabel di atas terlihat asatidzah yang memenuhi kualifikasi sarjana

sebanyak 59,37 %, terdiri dari S1 34,38 %, S2 21,87 % dan S3 3,12 %,

sedangkan yang D3 12,50 %, dan masih ada yang pendidikan formal terakhir

SLTA/Muallimin 28,13 %, untuk yang lulusan SLTA/Muallimin semuanya adalah

guru-guru senior yang sudah memiliki pengalaman mengajar paling sedikitnya

20 tahun, sehingga kinerjanya tidak perlu diragukan lagi.

Tabel 16 Data Kepegawaian Berdasarkan Status Kepegawaian


N Status Pegawai Jumlah Prosentas
o e
1 PNS 5 15,62 %
2 Guru Tetap non PNS 22 68,75 %
3 Guru Tidak Tetap 5 15,
62
JUMLAH 32 100 %
Sumber: Data Primer yang diolah kembali
145

Dari data di atas terlihat bahwa status kepegawaian di Muallimin

Pesantren Persatuan Islam 2 Bandung mayoritas guru tetap non PNS yaitu

sebanyak 68,75%.

Tabel 17 Tabel Masa Kerja Responden


N Um Frekuen %
o ur si
1 <11 tahun 19 59,
38
2 11 tahun – 15 tahun 0 0
3 15 tahun < 13 40,
62
JUMLA 32 100
H
Sumber: Data Primer yang diolah kembali

Dari tabel di atas terlihat masa kerja asatidzah yang kurang dari 11 tahun

lebih banyak di bandingkan dengan yang masa kerjanya di atas 15 tahun.

4.3 Uji Kualitas Data

Di dalam pelakasanaan penelitian ini, penulis menggunakan instrumen

berupa kuesioner yang terdiri dari variabel Motivasi kerja (15 item), variabel

Kompensasi (10 item), variabel Kepuasan Kerja (20 item), dan variabel Kinerja

(12 item). Dalam pengumpulan data dilengkapi dengan survey dokumen yang

ada di Muallimin Pesantren Persatuan Islam 2 Bandung.

Agar instrumen penelitian ini layak digunakan, instrumen yang akan

digunakan terlebih dahulu diujicobakan kepada 25 reponden yaitu asatidzah

Muallimin Pesantren Persatuan Islam 1 Bandung yang memiliki karakteristik

yang sama dengan responden yang akan dijadikan sampel penelitian.


146

Tabel 18 Rekapitulasi Validitas-Reliabilitas Motivasi (X1), Kompensasi (X2),


Kepuasan Kerja (Y), dan Kinerja Guru (Z)
Koe
f.
N Koef Titi Relia Titi
Variabe Sub Variabel Ke Kes
o. Validit k - k
l s
Ite as Krit bilita Krit
m is s is
(Alph
a
Cron
ba
c
h
)
X1_ 0,630 0,3 val
1 96 id
a. Kebutuhan X1_ 0,730 0,3 val
dalam 2 96 id
mencapai X1_ 0,607 0,3 val
kesuksesan 3 96 id
X1_ 0,417 0,3 val
4 96 id
Motiv X1_ 0,589 0,3 val 0,795 0,7 Reliab
asi 5 96 id el
(X1) X1_ 0,439 0,3 val
6 96 id
X1_ 0,399 0,3 val
b. 7 96 id
Kebutuhan X1_ 0,509 0,3 val
dalam 8 96 id
kekuasaaa
X1_ 0,464 0,3 val
n
9 96 id
X1_1 0,409 0,3 val
0 96 id
X1_1 0,398 0,3 val
1 96 id
c. Kebutuhan X1_1 0,476 0,3 val
untuk 2 96 id
berafiliasi X1_1 0,549 0,3 val
3 96 id
X1_1 0,404 0,3 val
4 96 id
X1_1 0,645 0,3 val
5 96 id
X2_ 0,435 0,3 val
1 96 id
a. X2_ 0,470 0,3 val
Kompensasi 2 96 id
147
Langsung X2_ 0,545 0,3 val
3 96 id
Kompe X2_ 0,549 0,3 val 0,745 0,7 Reliab
ns asi 4 96 id el
(X2)
X2_ 0,617 0,3 val
5 96 id
X2_ 0,587 0,3 val
6 96 id
b. X2_ 0,733 0,3 val
Kompensasi 7 96 id
Tidak X2_ 0,532 0,3 val
Langsung
8 96 id
X2_ 0,476 0,3 val
9 96 id
X2_1 0,572 0,3 val
0 96 id
148

Y_1 0,677 0,3 vali


a. Pekerjaan 96 d
itu sendiri Y_2 0,677 0,3 vali
(Job it self) 96 d
Y_3 0,677 0,3 vali
96 d
Y_4 0,481 0,3 vali
96 d
Y_5 0,407 0,3 vali
b. 96 d
Kepua Supervisi Y_6 0,623 0,3 vali
sa n (Supervisi 96 d 0,744 0,7 Reliab
Kerja on) Y_7 0,407 0,3 vali el
(Y) 96 d
Y_8 0,677 0,3 vali
96 d
Y_9 0,561 0,3 vali
96 d
c. Imbalan Y_1 0,489 0,3 vali
(Pay) 0 96 d
Y_1 0,474 0,3 vali
1 96 d
Y_1 0,530 0,3 vali
2 96 d
Y_1 0,542 0,3 vali
3 96 d
d.
Kesempatan Y_1 0,474 0,3 vali
promosi 4 96 d
(Promotion) Y_1 0,676 0,3 vali
5 96 d
Y_1 0,489 0,3 vali
6 96 d
Y_1 0,398 0,3 vali
7 96 d
e. Y_1 0,676 0,3 vali
Suasana 8 96 d
tempat Y_1 0,481 0,3 vali
kerja (co- 9 96 d
workers) Y_2 0,623 0,3 vali
0 96 d
Z_1 0,499 0,3 vali
a. Kualitas 96 d
Kerja Z_2 0,445 0,3 vali
96 d
Z_3 0,553 0,3 vali
96 d
Z_4 0,615 0,3 vali
b. 96 d
149
Kiner Ketepatan Z_5 0,671 0,3 vali
ja Waktu 96 d 0,804 0,7 Reliab
(Z) Z_6 0,468 0,3 vali el
96 d
Z_7 0,489 0,3 vali
c. Inisiatif 96 d
Z_8 0,620 0,3 vali
96 d
Z_9 0,644 0,3 vali
96 d
Z_1 0,598 0,3 vali
d. Kemampuan 0 96 d
Z_1 0,447 0,3 vali
1 96 d
Z_1 0,425 0,3 vali
2 96 d
Z_1 0,512 0,3 vali
e. Komunikasi 3 96 d
Z_1 0,468 0,3 vali
4 96 d
Z_1 0,512 0,3 vali
5 96 d
Sumber: Data SPSS di olah kembali
150

Freddy Rangkuti (2009, hal. 44) mengatakan bahwa cara untuk mencari

reliabilitas dapat digunakan metode koefisien Cronbach Alpha. Kemudian

Nunnally dalam Stefanie Leimeister (2010, hal. 140) mengatakan nilai

reliabilitas alpha-cronbach dapat diterima umumnya disetujui diatas 0,7.

Pada uji validitas Agus Purwoto (2007, hal. 149) mengatakan Interpretasi

hasil ujinya jika korelasi (r) dibandingkan dengan r kritis (tabel) memberikan

hasil r hitung lebih besar dari r kritis maka disimpulkan butir instrumen valid.

1. Hasil Uji Variabel Motivasi

Instrumen untuk mengukur variabel Motivasi terdiri dari 15 item. Dari

hasil perhitungan uji validitas ternyata semua item memiliki harga r lebih besar

dari r kritis (tabel), dan hasil perhitungan uji reliabilitas ternyata semua

instrumen variabel motivasi memiliki nilai Alpha Cronbach lebih besar dari 0,7,

sehingga instrumen variabel motivasi memenuhi kriteria validitas dan

reliabilitas, maka dapat digunakan pada penelitian. (hasil perhitungan terlampir)

2. Hasil Uji Variabel Kompensasi

Instrumen untuk mengukur variabel Kompensasi terdiri dari 10 item. Dari

hasil perhitungan uji validitas ternyata semua item memiliki harga r lebih besar

dari r kritis (tabel), dan hasil perhitungan uji reliabilitas ternyata semua

instrumen variabel kompensasi memiliki nilai Alpha Cronbach lebih besar dari

0,7, sehingga instrumen variabel kompensasi memenuhi kriteria validitas dan

reliabilitas, maka dapat digunakan pada penelitian. (hasil perhitungan terlampir)


151

3. Hasil Uji Variabel Kepuasan Kerja

Instrumen untuk mengukur variabel Kepuasan Kerja terdiri dari 20 item.

Dari hasil perhitungan uji validitas ternyata semua item memiliki harga r lebih

besar dari r kritis (tabel), dan hasil perhitungan uji reliabilitas ternyata semua

instrumen variabel kepuasan kerja memiliki nilai Alpha Cronbach lebih besar

dari 0,7, sehingga instrumen variabel kepuasan kerja memenuhi kriteria

validitas dan reliabilitas, maka dapat digunakan pada penelitian. (hasil

perhitungan terlampir)

4. Hasil Uji Variabel Kinerja

Instrumen untuk mengukur variabel Kinerja terdiri dari 15 item. Dari hasil

perhitungan uji validitas ternyata semua item memiliki harga r lebih besar dari r

kritis (tabel), dan hasil perhitungan uji reliabilitas ternyata semua instrumen

variabel kinerja memiliki nilai Alpha Cronbach lebih besar dari 0,7, sehingga

instrumen variabel kinerja memenuhi kriteria validitas dan reliabilitas, maka

dapat digunakan pada penelitian. (hasil perhitungan terlampir)

4.4 Analisis Data Penelitian dan Pembahasan

Instrumen yang valid dan reliabel hasil pengujian instrumen yang

dilaksanakan di Muallimin Pesantren Persatuan Islam 1 Bandung, selanjutnya

digunakan untuk penelitian yang dilaksanakan di Muallimin Pesantren

Persatuan Islam 2 Bandung, data terlampir.


152

4.4.1 Transformasi Data Ordinal ke Interval

Data yang didapat dari responden berupa skala ordinal, untuk

memenuhi sebagian dari syarat analisis parametrik yang mana setidaknya

berskala interval, maka data ordinal tersebut perlu ditransformasikan ke

interval. Ridwan dan Engkos (2008, hal. 30) mengatakan bahwa teknik

transformasi yang paling sederhana dengan menggunakan MSI (Method of

Successive Interval).

Adapun rumus MSI (Method of Successive Interval).

𝑌 = 𝑁𝑆 + [1 + |𝑁𝑆𝑚i𝑛|]

(𝐷𝑒𝑛𝑠i𝑡𝑦 𝑎𝑡 𝐿𝑜𝑤𝑒𝑟 𝐿i𝑚i𝑡) − (𝐷𝑒𝑛𝑠i𝑡𝑦 𝑎𝑡 𝑈𝑝𝑝𝑒𝑟 𝐿i𝑚i𝑡)


𝑁𝑆 =
(𝐴𝑟𝑒𝑎 𝐵𝑒𝑙𝑜𝑤 𝑈𝑝𝑝𝑒𝑟 𝐿i𝑚i𝑡) − (𝐴𝑟𝑒𝑎 𝐵𝑒𝑙𝑜𝑤 𝐿𝑜𝑤𝑒𝑟 𝐿i𝑚i𝑡)

Data hasil transformasi ordinal ke interval menggunakan MSI (Method

of Successive Interval) terlampir.

4.4.2 Uji Normalitas Data

Untuk memenuhi syarat dan prosedur statistika untuk pengujian

korelasi Pearson Product Moment (PPM) dan analisis jalur dimana data harus

terdistribusi normal maka dilakukan pengujian Normalitas data.

Pada uji Kolmogorov-Smirnova nilai di bawah 0,05 artinya distribusinya

tidak memenuhi asumsi normal. (O'donoghue, 2010, hal. 189)

Pada Uji Shapiro-Wilk data lebih besar dari 0,05 memenuhi distribusi

normal (Enos, 2009, hal. 70)


153

1. Uji Normalitas Variabel X1 (Motivasi)

Berikut ini adalah data hasil uji normalitas variabel motivasi

menggunakan program SPSS.

Tabel 19 Uji Normalitas Motivasi

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statisti d Sig. Statisti d Sig.
c f c f
Motivas
,124 32 , ,974 32 ,
i_ X1
20 62
0* 5
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
Sumber: Pengolahan data SPSS

Dari data hasil pengolahan data SPSS didapatkan nilai signifikansi uji

Kolmogorov-Smirnov sebesar 0.200 dan signifikansi uji Shapiro-Wilk sebesar

0,625. Karena signifikansi lebih besar dari 0,05 maka variabel motivasi adalah

normal.

2. Uji Normalitas Variabel X2 (Kompensasi)

Berikut ini adalah data hasil uji normalitas variabel kompensasi


menggunakan program SPSS.
Tabel 20 Uji Normalitas Kompensasi

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statisti D Sig. Statisti d Sig.
c f c f
Kompensasi_X ,101 32 , ,971 32 ,
2 20 51
0* 9
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
Sumber: Pengolahan data SPSS
154

Dari data hasil pengolahan data SPSS didapatkan nilai signifikansi uji

Kolmogorov-Smirnov sebesar 0.200 dan signifikansi uji Shapiro-Wilk sebesar

0,519. Karena signifikansi lebih besar dari 0,05 maka variabel motivasi adalah

normal.

3. Uji Normalitas Variabel Y (Kepuasan Kerja)

Berikut ini adalah data hasil uji normalitas variabel kepuasan kerja

menggunakan program SPSS.

Tabel 21 Uji Normalitas Kepuasan Kerja

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statisti df Sig. Statisti df Sig.
c c
Kepuasan_Y ,117 32 , ,950 32 ,
20 14
0* 6
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
Sumber: Pengolahan data SPSS

Dari data hasil pengolahan data SPSS didapatkan nilai signifikansi uji

Kolmogorov-Smirnov sebesar 0.200 dan signifikansi uji Shapiro-Wilk sebesar

0,146. Karena signifikansi lebih besar dari 0,05 maka variabel motivasi adalah

normal.

4. Uji Normalitas Variabel Z (Kinerja)

Berikut ini adalah data hasil uji normalitas variabel kinerja

menggunakan program SPSS.


155

Tabel 22 Uji Normalitas Variabel Kinerja

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statisti d Sig. Statisti d Sig.
c f c f
Kinerja_ ,113 32 , ,969 32 ,
Z 20 46
0* 7
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
Sumber: Pengolahan data SPSS

Dari data hasil pengolahan data SPSS didapatkan nilai signifikansi uji

Kolmogorov-Smirnov sebesar 0.200 dan signifikansi uji Shapiro-Wilk sebesar

0,467. Karena signifikansi lebih besar dari 0,05 maka variabel motivasi adalah

normal.

4.4.3 Deskripsi Jawaban Responden Mengenai Motivasi Kerja Asatidzah


di Muallimin Pesantren Persatuan Islam 2 Bandung

Berikut ini akan diuraikan bagaimana gambaran mengenai Motivasi

Kerja Asatidzah Pesantren Persatuan Islam 2 Bandung, Gambaran mengenai

hal terebut dapat dilihat dari tanggapan responen sebagai berikut.

Tabel 23 Tanggapan Responden tentang Motivasi


Skor
Jawaban Sk
N Penyataan Mea Kriteri
Responden or
o n a
tot
al
5 4 3 2 1
Saya selalu Sang
1 2 1 0 1 0 14 4.562
bersemangat ketika at
0 1 6 5
mengajar Bai
k
Saya suka
2 menetapkan tujuan 7 1 8 1 0 12 3.906 Baik
dan mencapai tujuan 6 5 3
yang realistis
156

Saya selalu
Sang
3 mempertanggungjawabka 1 1 4 0 0 13 4.28
at
n apa yang saya kerjakan 3 5 7 13
Bai
k
Saya ingin tahu
bagaimana kemajuan
4 5 1 9 0 0 12 3.87 Baik
yang saya capai ketika
8 4 5
sedang menyelesaikan
tugas

Saya mencoba dengan


sangat sungguh- Cuk
5 1 1 1 4 2 10 3.12
sungguh untuk up
0 5 0 5
meningkatkan kinerja Bai
saya di masa lalu k
Saya menyukai
6 7 1 7 4 2 11 3.56 Baik
tantangan yang sulit
2 4 25
Saya suka jika
7 6 8 1 6 0 11 3.43 Baik
dihargai orang lain
2 0 75

Saya menyampaikan
langsung kepada orang
8 1 1 3 1 0 13 4.15 Baik
yang menyatakan
0 8 3 63
sesuatu yang tidak saya
setujui
Ada penghargaan
9 6 8 1 6 0 11 3.43 Baik
bagi guru
2 0 75
berprestasi
Saya mempengaruhi
1 guru lain untuk bekerja 7 1 8 1 0 12 3.90 Baik
0 lebih baik 6 5 63

Saya sering mendapati


diri saya berbicara
dengan orang-orang Sang
1 1 1 2 1 0 13 4.25
di sekitar saya tentang at
1 2 7 6
masalah-masalah di Bai
luar pekerjaan k
157

Saya cenderung
membangun Sang
1 1 1 6 0 0 13 4.25
hubungan yang erat at
2 4 2 6
dengan para rekan Bai
sekerja k
Saya menyukai
Sang
1 menjadi bagian 1 1 4 0 0 13 4.28
at
3 kelompok 3 5 7 13
Bai
dalam organisasi
k
Saya lebih
menikmati bekerja Sang
1 1 1 5 0 0 13 4.34
sama dengan at
4 orang lain 6 1 9 38 Bai
daripada bekerja sendiri k
Sang
1 Saya orang yang amanah 1 1 2 1 0 13 4.25
at
5 2 7 6 Bai
k
Sumber: Data SPSS diolah kembali

Adapun rata-rata tanggapan responden tentang motivasi tersebut jika

dikelompokkan tiap dimensi sebagai berikut:

Tabel 24 Rata-rata Kriteria Variabel Motivasi Tiap Dimensi


DIMEN RATA- KRITERIA
SI RATA
a. Kebutuhan dalam mencapai kesuksesan 3.885 Baik
b. Kebutuhan dalam kekuasaaan 3.734 Baik
c. Kebutuhan untuk berafiliasi 4.275 Sangat
Baik
Sumber: Data SPSS diolah kembali

Dari data diatas terlihat bagaimana motivasi Asatidzah Pesantren

Persatuan Islam 2 Bandung, dimensi kebutuhan dalam berafiliasi memiliki nilai

yang tertinggi, sedangkan dimensi kebutuhan untuk dalam mencapai

kekuasaan terendah, pada dimensi yang rendah ini perlu perhatian dari pihak

manajemen sekolah supaya bisa lebih ditingkatkan.


158

4.4.4 Deskripsi Jawaban Responden Mengenai Kompensasi Asatidzah di

Muallimin Pesantren Persatuan Islam 2 Bandung

Berikut ini adalah tabel distribusi frekuensi mengenai tanggapan

responden yang berhubungan dengan variabel kompensasi.

Tabel 25 Tanggapan Responden tentang Kompensasi

Skor Jawaban Sk sk
N Penyataan Responden Mea
or or
o n
tot Ide
al al
5 4 3 2 1
Saya menerima
gaji dan Cuk
1 tunjangan 1 10 1 4 2 10 3.125
up
lainnya sesuai 5 0
Bai
peraturan k
Saya
mendapatkan
2 6 8 1 6 0 11 3.437 Ba
tambahan
2 0 5 ik
insentif ketika
berprestasi
Saya
menerima Sang
3 12 17 2 1 0 13 4.25
insentif at
6
transport Bai
mengajar k
Saya menerima
transport Sang
4 16 11 5 0 0 13 4.343
kelebihan jam at
9 8 Bai
mengajar
k
Terdapat
tunjangan Sang
5 13 15 4 0 0 13 4.281
jabatan, selain at
7 3
gaji Bai
mengajar k
Saya
menerima Sang
6 20 11 0 1 0 14 4.562
tunjangan at
6 5
hari raya Bai
(THR) k
Sekolah
melaksanakan Sang
7 karya wisata 14 12 6 0 0 13 4.25
at
bersama 6
Bai
keluarga k
159
Ada dana
8 sosial untuk 7 16 8 1 0 12 3.906 Ba
guru yang 5 3 ik
sakit
Saya
9 menerima 5 18 9 0 0 12 3.875 Ba
baju seragam 4 ik
160

Saya mendapat
kemudahan
1 dalam 7 16 8 1 0 12 3.906 Baik
0 mengajukan 5 3
pinjaman
koperasi
Sumber: Data SPSS diolah kembali

Adapun rata-rata tanggapan responden tentang kompensasi di atas jika

dikelompokkan tiap dimensi sebagai berikut:

Tabel 26 Rata-rata Kriteria Variabel Kompensasi Tiap Dimensi


DIMEN RATA- KRITERIA
SI RATA
Kompensasi Finansial 3.281 Cukup Baik
Kompensasi Non Finansial 4.172 Baik
Sumber: Data SPSS diolah kembali

Dari data terlihat banyak responden menganggap kompensasi di

Pesantren Persatuan Islam 2 Bandung ada pada kategori baik, namun jika

dilihat tiap dimensi ternyata dimensi Kompensasi Finansial rata-ratanya lebih

rendah dibanding dimensi Kompensasi Non Finansial, sehingga dimensi

kompensasi finansial perlu mendapatkan perhatian dari pihak manajemen

sekolah Muallimin Pesantren Persatuan Islam 2 Bandung.

4.4.5 Deskripsi Jawaban Responden Mengenai Kepuasan Kerja Asatidzah

di Muallimin Pesantren Persatuan Islam 2 Bandung

Berikut ini adalah tabel distribusi frekuensi mengenai tanggapan

responden yang berhubungan dengan variabel kepuasan kerja.


161

Tabel 27 Tanggapan Responden tentang Kepuasan Kerja


Skor
Jawaban Sk
N Penyataan Mea Kriteri
Responden or
o n a
tot
5 4 3 2 1
al
Saya merasa Sang
1 masyarakat 1 1 0 0 0 14 4.46
at
menghargai profesi 5 7 3 88
Bai
guru. k
Saya merasa Pihak
sekolah Sang
2 1 1 2 0 0 13 4.31
memberikan at
2 8 8 25
perhatian kepada Bai
guru k
Saya merasa fasilitas
tempat kerja saya Sang
3 1 1 0 0 0 14 4.53
sudah cukup at
7 5 5 13
memadai. Bai
k
Saya merasa
mendapat Cuk
4 perlindungan 7 8 7 9 1 10 3.34
up
keamanan dan 7 38
Bai
keselamatan saat di k
tempat kerja.
Saya merasa
supervisi/pengawasan
Kepala Sekolah dapat Sang
5 1 1 4 0 0 13 4.28
berpengaruh baik at
3 5 7 13
terhadap kinerja guru. Bai
k
Saya merasa
pengawasan
6 Mudir/Kepala 6 8 1 6 0 11 3.43 Baik
Sekolah membuat 2 0 75
saya lebih
semangat bekerja
Saya merasa
senang ketika
Sang
7 kepala sekolah 1 1 2 1 0 13 4.25
at
mendiskusikan hasil 2 7 6
Bai
supervisi/pengawas k
an dengan
kooperatif.
Saya merasa cara
kepala sekolah Sang
8 menanggapi pendapat- 2 1 0 1 0 14 4.56
at
pendapat dari guru 0 1 6 25
Bai
sudah baik. k
162
Saya merasa
penghasilan setiap
Cuk
9 bulan yang diterima 7 8 7 9 1 10 3.34
up
besarnya sudah 7 38
Bai
sesuai dengan
k
harapan.
163

Saya merasa insentif


yang diterima pada Cuk
1 setiap kegiatan 1 1 1 4 2 10 3.12
up
0 tambahan besarnya 0 5 0 5
Bai
sudah sesuai. k
Saya merasa
1 tunjangan jabatan 7 1 8 1 0 12 3.90 Baik
1 yang diterima 6 5 63
besarnya sudah
sesuai.
Saya merasa
pemberian tunjangan
Sang
1 profesi guru berdampak 1 1 6 0 0 13 4.25
at
2 positif terhadap 4 2 6
Bai
minat menjadi
k
guru.
Saya merasa senang
kepala sekolah
berusaha Sang
1 menempatkan 1 1 2 1 0 13 4.25
at
3 bawahannya 2 7 6 Bai
menjadi panitia dalam k
setiap kegiatan
sekolah.
Saya merasa kepala
sekolah bijak, jika Sang
1 1 1 2 0 0 13 4.31
merespon pendapat at
4 2 8 8 25
guru. Bai
k
Saya menganggap
kepala sekolah
1 sudah tepat 5 1 9 0 0 12 3.87 Baik
5 memilih para 8 4 5
wakilnya
berdasarkan
prestasi.
Saya merasa senang
kepala sekolah
1 mendukung guru 1 1 6 0 0 13 4.12 Baik
6 mengikuti kegiatan di 0 6 2 5
luar sekolah.
Saya merasa
promosi jabatan di
1 lingkungan kerja 1 1 5 0 0 13 4.15 Baik
7 saya cukup adil, 0 7 3 63
demokratis, dan
transfaran.
Saya merasa nyaman
Sang
1 dengan kondisi 1 1 5 0 0 13 4.34
at
8 tempat saya 6 1 9 38
Bai
bertugas.
k
164
Saya merasa tenang
berada diantara rekan
Sang
1 kerja yang kerjasama 1 1 0 0 0 14 4.53
at
9 dan rasa 7 5 5 13 Bai
persaudaraannya k
tinggi.
165

Saya merasa senang


memiliki rekan kerja Sang
2 1 1 0 0 0 14 4.531
yang sikapnya ramah, at
0 7 5 5 3
santun, Bai
dan penuh k
kekeluargaan.
Sumber: Data SPSS diolah kembali

Adapun rata-rata tanggapan responden tentang kepuasan kerja di atas

jika dikelompokkan tiap dimensi sebagai berikut:

Tabel 28 Rata-rata Kriteria Variabel Kepuasan Kerja Tiap Dimensi


DIMEN RATA-RATA KRITERIA
SI
a. Pekerjaan itu sendiri (Job it self) 4.164 Baik
b. Supervisi (Supervision) 4.133 Baik
c. Imbalan (Pay) 3.656 Baik
d. Kesempatan promosi (Promotion) 4.144 Baik
e. Suasana tempat kerja (co-workers) 4.469 Sangat
Baik
Sumber: Data SPSS diolah kembali

Dari data di atas terlihat pada dimensi Suasana tempat kerja responden

berpendapat sangat baik sehingga dimensi ini harus dipertahankan, sedangkan

pada dimensi Imbalan rata-ratanya terendah, sehingga manajemen sekolah

harus memperbaiki dimensi imbalan yang ada di Muallimin Pesantren

Persatuan Islam 2 Bandung Baik sehingga menjadi lebih baik lagi.

4.4.6 Deskripsi Jawaban Responden Mengenai Kinerja Asatidzah di


Muallimin Pesantren Persatuan Islam 2 Bandung

Berikut ini adalah tabel distribusi frekuensi mengenai tanggapan

responden yang berhubungan dengan variabel kinerja.


166

Tabel 29 Tanggapan Responden tentang Kinerja


Skor
Jawaban Sk
N Penyataan Mea Kriteri
Responden or
o n a
tot
al
5 4 3 2 1
Saya mampu
mencetak peserta
1 9 1 9 2 0 12 3.875 Ba
didik sesuai dengan
2 4 ik
standar yang
telah ditetapkan
Saya sebagai guru tahu
Sang
2 bagaimana 1 1 0 0 0 14 4.531
at
cara mengajar 7 5 5 25 Bai
k
Saya mampu
mencapai kualitas
3 1 1 6 0 0 13 4.125 Ba
lulusan sesuai
0 6 2 ik
dengan tuntutan
masyarakat
Saya selalu tepat
4 waktu dalam proses 1 1 3 1 0 13 4.156 Ba
belajar mengajar 0 8 3 25 ik
Saya mampu
memanfaatkan
waktu dalam Sang
5 1 1 4 0 0 13 4.281
proses belajar at
3 5 7 25
mengajar untuk Bai
memberikan materi k
pelajaran
Saya mampu
mencapai target waktu
6 pembelajaran sesuai 7 1 7 4 2 11 3.562 Ba
dengan Rencana 2 4 5 ik
Praktik
Pembelajaran (RPP)
Saya sanggup
mengembangkan ide
7 dan kreativitas dalam 6 8 1 6 0 11 3.437 Ba
proses belajar 2 0 5 ik
mengajar
Saya selalu mencari
pemecahan masalah
secara cepat dan
8 akurat untuk 8 1 5 4 0 12 3.843 Ba
mengatasi 5 3 75 ik
167
permasalahan yang
timbul pada
proses belajar
mengajar
168

Saya selalu kreatif


dan inovatif dalam
melaksanakan tugas
9 7 1 8 1 0 12 3.906 Ba
sesuai dengan
6 5 25 ik
tuntutan ilmu
pengetahuan dan
teknologi
Saya menguasai
materi pembelajaran Sang
1 1 1 5 0 0 13 4.343
sesuai dengan at
0 6 1 9 75
bidang yang Bai
diajarkan k
Saya terampil
Sang
1 dalam memberi 1 1 6 0 0 13 4.25
at
1 pemahaman 4 2 6
kepada siswa Bai
k
Saya selalu tetap
belajar dan tetap
1 5 1 9 0 0 12 3.875 Ba
mengembangkan
2 8 4 ik
bakan
yang saya miliki
Dalam proses belajar
mengajar melakukan
komunikasi dua arah Sang
1 1 1 1 0 0 14 4.437
untuk perbaikan at
3 5 6 2 5
dalam proses belajar Bai
mengajar k
Saya responsif
terhadap siswa dalam Sang
1 1 1 2 1 0 13 4.25
proses belajar at
4 2 7 6
mengajar Bai
k
Saya selalu
mengkomunikasikan
1 masalah yang ada di 8 1 6 2 1 12 3.843 Ba
5 sekolah dengan 5 3 75 ik
pimpinan
Sumber: Data SPSS diolah kembali

Adapun rata-rata tanggapan responden tentang Kinerja di atas jika

dikelompokkan tiap dimensi sebagai berikut:

Tabel 30 Rata-rata Kriteria Variabel Kinerja Tiap Dimensi


DIMEN RATA- KRITERIA
SI RATA
a. Kualitas Kerja 4.177 Baik
b. Ketepatan Waktu 4.000 Baik
c. Inisiatif 3.729 Baik
d. Kemampuan 4.156 Baik
169
e. Komunikasi 4.177 Baik
Sumber: Data SPSS diolah kembali
170

Tabel di atas menggambarkan tanggapan responden mengenai kinerja

guru di Muallimin Pesantren Persatuan Islam 2 Bandung. Berdasarkan hasil

pengolahan data yang disajikan pada tabel di atas dapat dilihat bahwa dimensi

kualitas kerja dan komunikasi memiliki nilai rata-rata tertinggi sedangkan pada

dimensi inisiatif nilai rata-ratanya terendah sehingga manajemen sekolah perlu

memperhatikan dan meningkatkan inisiatif dari guru-guru.

4.4.7 Ketercapaian Skor Tiap Variabel

Sebelum mengetahui ketercapaian skor tiap variabel, maka perlu

menentukan kriteria penafsiran variabel penelitian. Model penelitian yang

digunakan mengadaptasi model pengontrolan kualitas data (J.Supranto, 2001)

sebagai berikut.

Tabel 31 Kriteria Penafsiran Kondisi Variabel Penelitian


Rata-rata Penafsiran
Skor
4,2 – 5,0 Sangat baik/Sangat tinggi
3,4 – 4,1 Baik/Tinggi
2,6 – 3,3 Cukup baik/Cukup tinggi
1,8 – 2,5 Tidak baik/rendah
1,0 – 1,7 Sangat tidak baik/sangat
rendah
Sumber: J Supranto (Pengukuran Tingkat Kepuasan Pelanggan, 2001)

Dari kriteria penafsiran di atas hasil pengolahan data frekuensi dari tiap

variabel dapat ditentukan sebagai berikut:


171

Tabel 32 Kriteria ketercapaian Skor Tiap Variabel

Variabel Rata- Kriter


rata ia
Motivasi Kerja 3,975 Baik
Kompensasi 3,994 Baik
Kepuasan Kerja 4,097 Baik
Kinerja 4,048 Baik
Sumber: Perhitungan Frekuensi di lampiran

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa semua variabel dikategorikan

rata-rata Baik. Tabel di atas menunjukkan skor rata-rata variabel Motivasi Kerja

lebih rendah di bandingkan variabel kompensasi. Sedangkan skor rata-rata

variabel Kepuasan Kerja lebih besar dibandingkan variabel lainnya.

4.4.8 Analisis Korelasi

Perhitungan analisis korelasi dengan menggunakan korelasi Pearson

Product Moment, untuk mengetahui seberapa besar hubungan antara beberapa

variabel yang diteliti dalam penelitian ini. Harga r akan di konsultasikan dengan

tabel interpretasi Nilai r sebagai berikut;

Tabel 33 Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r


Interval Tingkat
Koefisien Hubungan
0,80 – 1,000 Sangat Kuat
0,60 – 0,799 Kuat
0,40 – 0,599 Cukup Kuat
0,20 – 0,399 Rendah
0,00 – 0,199 Sangat Rendah
Sumber: Riduan, Engkos, Kuncoro, Ahmad (2008, hal. 62)
172

Perhitungan analisis korelasi variabel Motivasi (X 1) dan Kompensasi (X2)

dengan menggunakan program SPSS 20, dan didapat hasil seperti pada tabel

berikut:

Tabel 34 Korelasi antar Variabel

MOTIVASI (X1) KOMPENSASI


(X2)
Pearson 1 ,949**
Correlation

MOTIVASI (X1) Sig. (2-tailed) ,000

N 32 32

Pearson ,949** 1
Correlation

KOMPENSASI Sig. (2-tailed) ,000


(X2)

N 32 32

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Sumber: Pengolahan data SPSS

Dari tabel diatas dapat disimpulkan, bahwa:

Hubungan antara variabel Motivasi Kerja (X 1) dengan Kompensasi (X2)

didapat nilai sebesar 0,949, sehingga apabila dikonsultasikan dengan tabel

interpretasi nilai r (korelasi), mempunyai tingkat hubungan yang sangat kuat

dan searah karena nilainya positif. Korelasi X 1 dan X2 signifikan karena angka

signifikansi (0,000) lebih kecil pada 0,05. Pernyataan di atas dapat diartikan

juka Motivasi Kerja naik satu satuan, maka Kompensasi naik sebesar 0,949

begitu pula sebaliknya.


173

4.4.9 Analisis Jalur

4.4.9.1 Analisis Jalur X1 dan X2 terhadap Y Secara Simultan

Berikut adalah hasil pengolahan data menggunakan Software SPSS

20 untuk Analisis Jalur X1 dan X2 terhadap Y secara Simultan.

Tabel 35 Model Summary X1 dan X2 terhadap Y Secara Simultan

Change Statistics
Std.
R Adjust
Mod R Error of R F Sig.
el Squa ed R df df
re the Squar Chan F
Square 1 2
Estimat e ge Chan
e Chang ge
e
1 , , , 5,227 , 25,5 2 2 ,
79 63 61 38 63 15 9 00
9a 6 3 8 0
a. Predictors: (Constant), KOMPENSASI, MOTIVASI

Sumber: Pengolahan Data dengan SPSS 20

Dari data di atas terlihat koefisien determinasi (besarnya pengaruh)

Motivasi kerja (X1), Kompensasi (X2) terhadap Kepuasan Kerja (Z) dilihat dari R

Square sebesar 0,636. Sedangkan sisanya sebesar 0,362 merupakan variabel

epsilon yaitu variabel yang berpengaruh terhadap kepuasan kerja tetapi tidak

diteliti dalam penelitian ini.

Di bawah ini adalah hasil perhitungan koefiseien untuk mendapatkan

persamaan X1 dan X2 terhadap Y Secara Simultan menggunakan software

SPSS 20:
174

Tabel 36 Koefisien X1 dan X2 terhadap Y Secara Simultan

Model Unstandardiz Standardiz t Sig.


ed ed
Coefficients Coefficient
s
B Std. Beta
Error

(Constant) 14,576 5,538 2,632 ,013

1
MOTIVASI (X1) ,255 ,404 ,223 ,631 ,533

KOMPENSASI(X2 ,973 ,590 ,583 1,648 ,110


)
a. Dependent Variable: KEPUASAN_KERJA

Sumber: Pengolahan Data dengan SPSS 20

Dari data hasil pengolahan diatas terlihat koefisein X 1 sebesar 0,223

dan koefisien X2 sebesar 0,583, dengan demikian didapatkan persamaan

struktur Pengaruh X1 dan X2 terhadap Y sebagai berikut :

Y = 0,223 X1 + 0,583 X2 + ɛ1 , R2=0,636

Dimana :

X1 = Motivasi Kerja

X2 = Kompensasi

ɛ1 = Variabel epsilon (Variabel yang mempengaruhi kepuasan kerja tetapi

tidak diteliti)
175

4.4.9.2 Analisis Jalur Kepuasan Kerja (Y) terhadap Kinerja (Z)

Berikut adalah hasil pengolahan data menggunakan Software SPSS

20 untuk Analisis Jalur Y terhadap Z.

Tabel 37 Model Summary Y terhadap Z

Change Statistics
Std.
R Adjust R
Mod R Error of F Sig.
el Squa ed R Squar df df
re the Chan F
Square e 1 2
Estimat ge Chan
e Chan
ge
ge
1 , , , 3,452 , 79,2 1 30 ,
85 72 71 42 72 85 00
2a 5 6 5 0
a. Predictors: (Constant), KEPUASAN_KERJA

Sumber: Pengolahan Data dengan SPSS 20

Dari data di atas terlihat koefisien determinasi (besarnya pengaruh)

Kepuasan Kerja (Y) terhadap Kinerja (Z) dilihat dari R Square sebesar 0,725.

Sedangakan sisanya sebesar 0,275 merupakan variabel epsilon yaitu variabel

yang berpengaruh terhadap kinejra tetapi tidak diteliti dalam penelitian ini.

Di bawah ini adalah hasil perhitungan koefiseien untuk mendapatkan

persamaan Kepuasan Kerja (Y) terhadap Kinerja (Z) menggunakan software

SPSS 20:
176

Tabel 38 Koefiseien Kepuasan Kerja (Y) terhadap Kinerja (Z)

Model Unstandardiz Standardiz t Sig.


ed ed
Coefficients Coefficient
s
B Std. Beta
Error

(Constant) 6,583 3,955 1,665 ,106


1
KEPUASAN_KERJA ,657 ,074 ,852 8,904 ,000

a. Dependent Variable: KINERJA

Sumber: Pengolahan Data dengan SPSS 20

Dari data hasil pengolahan diatas terlihat koefisein Y sebesar 0,852,

dengan demikian didapatkan persamaan struktur Pengaruh Y terhadap Z

sebagai berikut :

Z = 0,852 Y + ɛ2 , R2=0,725

Dimana :

Y = Kepuasan Kerja

Z = Kinerja Guru

ɛ = Variabel epsilon (Variabel yang mempengaruhi Kinerja tetapi


2 tidak
diteliti)
177

4.4.9.3 Persamaan Analisis Jalur

Bagan analisis jalur secara lengkap dapat digambarkan seperti di

bawah ini:

Gambar 11 Analisis Jalur


Dari bagian pembahasan sebelumnya Analisis Jalur X 1, X2 terhadap Y,

dan Y terhadap Z telah dbuat persamaan jalurnya, maka kedua persamaan

tersebut digabungkan menjadi seperti berikut:

Y = 0,223 X1 + 0,583 X2 + ɛ1 , R2=0,636

Z = 0,852 Y + ɛ2 , R2=0,725

Dimana :

X = Motivasi Kerja
1
X = Kompensasi
2
Y = Kepuasan
Kerja
Z = Kinerja Guru
178

ɛ1 = Variabel epsilon (Variabel yang mempengaruhi kepuasan kerja tetapi

tidak diteliti)

ɛ2 = Variabel epsilon (Variabel yang mempengaruhi Kinerja tetapi tidak

diteliti)

Pengaruh langsung (Direct Effect) dengan analisis jalur dapat di hitung

melalui hasil koefisien regresi (X1, X2) kemudian dikuadratkan, sedangkan

besarnya pengaruh tidak langsung terhadap Y dapat dihitung melalui jalur yang

tidak langsung, pengaruh tidak langsung X1 terhadap Y melalui X2 dan

pengaruh tidak langsung X2 terhadap Y melalui X1.

Tabel 39 Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung

Jumlah
Pengaruh
Perngar Pengar
Tidak Total
Variabel uh uh tidak
Langsung Pengar
Langsun Langsu
Melalui uh
g ng
X1 X2
terhadap
Y
Motivasi (X1) 0,0 0,1 0,1 0,173
50 23 23
Kompensasi (X2) 0,3 0,1 0,1 0,463
40 23 23
Total Pengaruh X1 dan X2 terhadap 0,636
Y
Total Pengaruh Y terhadap Z 0,725
Sumber: Data SPSS diolah kembali

Berdasarkan tabel di atas, dapat diterangkan sebagai berikut:

1. Variabel Motivasi (X1) mempunyai pengaruh langsung terhadap

Kepuasan Kerja (Y) sebesar 0,050 pengaruh tidak langsung melalui

hubungannya dengan Kompensasi (X 2) sebesar 0,123, sehingga total

pegaruhnya adalah sebesar 0,173.


179

2. Variabel Kompensasi (X2) mempunyai pengaruh langsung terhadap

Kepuasan Kerja (Y) sebesar 0,340, pengaruh tidak langsung melalui

hubungannya dengan Motivasi (X1) sebesar 0,123, sehingga total

pegaruhnya dalah sebesar 0,463.

3. Variabel Motivasi (X1) dan Kompensasi (X2) mempunyai pengaruh

secara simultan terhadap Kepuasan Kerja (Y) sebesar 0,636.

4. Variabel Kepuasan Kerja (Y) mempunyai pengaruh terhadap Kinerja

(Z) sebesar 0,726.

4.8 Pembahasan

Dalam penelitian ini penulis mengungkapkan keadaan Motivasi,

Kompensasi, Kepuasan Kerja, dan Kinerja di Muallimin Pesantren Persatuan

Islam 2 Bandung. Selanjutnya diuraikan bahwa variabel Motivasi dan

Kompensasi berpengaruh terhadap variabel Kepuasan Kerja, dan variabel

kepuasan kerja berpengaruh terhadap kinerja. Hasil penelitian ini memberikan

gambaran nyata bahwa kepuasan kerja dipengaruhi oleh motivasi dan

kompensasi, dan kinerja guru dipengaruhi oleh kepuasan kerja. Dengan hasil

penelitian ini diharapkan akan membawa manfaat serta memberikan

sumbangan data yang dapat dijadikan acuan selanjutnya khususnya bagi

Sekolah Muallimin Pesantren Persatuan Islam 2 Bandung, lebih luasnya lagi

untuk peneliti berikutnya bahwa terbukti kepuasan kerja dipengaruhi oleh

motivasi dan kompensasi, serta kinerja dipengaruhi oleh kepuasan kerja.

Tentunya penelitian ini masih sangat jauh dari kesempurnaan karena masih

banyak faktor lainya yang dapat mempengaruhi kinerja.


180

4.8.1 Keadaan Motivasi Guru di Muallimin Pesantren Persatuan Islam 2

Bandung

Dari tabel tanggapan responden tentang motivasi yang terdiri dari 15

item pertanyaan dan 32 responden, didapatkan rata-rata sebesar 3,975 maka

motivasi berada pada kategori baik, namun demikian untuk dimensi kebutuhan

untuk mencapai kekuasaan masih relatif rendah dibandingkan dengan dimensi

lain pada variabel motivasi ini.

Teori motivasi yang digunakan adalah teori kebutuhan (Theory of Needs)

dari McClelland. Dalam pandangannya terdapat tiga dari kebutuhan yang

dipelajari, yaitu: kebutuhan berprestasi (need for achievement), kebutuhan

berafiliasi (need for affiliation) dan kebutuhan berkuasa (need for power).

(Sukmalana, 2007, hal. 167).

Jika diperhatikan dari jawaban-jawaban responden tentang motivasi

maka kebutuhan berafiliasi mendapatkan respon yang lebih baik. Dengan

demikian kebutuhan berafiliasi sebagai motivasi dalam bekerja terjadi di

Pesantren Persatuan Islam 2 Bandung, kenyataan dilapangan menunjukkan

lingkungan Muallimin Pesantren Persatuan Islam 2 Bandung bersifat

kekeluargaan dan saling hormat menghormati, namun demikian masih ada

beberapa hal yang perlu mendapat perhatian perihal motivasi yaitu dimensi

untuk mencapai kekuasaan masih relatif rendah sehingga manajemen sekolah

perlu mengadakan upaya untuk peningkatan dimensi ini.


181

4.8.2 Keadaan Kompensasi Guru di Muallimin Pesantren Persatuan Islam

2 Bandung

Kompensasi merupakan sesuatu yang diterima karyawan sebagai

pengganti kontribusi jasa mereka pada perusahaan (Rivai & Sagala, 2009, hal.

741). Kompensai dibagi menjadi kompensasi finansial dan kompensasi

kompensasi finansial

Dari tabel tanggapan responden tentang kompensasi yang terdiri dari 10

item pertanyaan dan 32 responden, didapatkan rata-rata sebesar 3,994 maka

kompensasi berada pada kategori baik. Artinya sejauh ini kompensasi yang

diterima oleh guru di Muallimin Pesantren Persatuan Islam 2 Bandung masih

tergolong layak karena sebagian besar responden masih menilai baik,

walaupun demikian bukan berarti bahwa pemberian kompensasi tersebut

sudah benar – benar baik karena jika diperhatikan tiap dimensi ternyata dimensi

kompensasi finansial lebih kecil dibandingkan dengan kompensasi non

finansial, sehingga dimensi kompensasi finansial perlu mendapatkan perhatian

dari manajemen sekolah, dan pada variabel kompensasi ini sebenarnya kedua

dimensi masih bisa diusahakan perbaikan supaya didapatkan kompensasi yang

lebih baik lagi.

Lingkungan Pesantren Persatuan Islam Bandung adalah lingkungan

yang religius, di pesantren lebih dominan di ajarkan materi keagamaan, segala

aktivitas yang dilaksanakan cenderung ke arah ke agamaan atau ibadah.


182

Firman Allah Swt dalam Al-Quran surat Ali Imran ayat 187:

Dan (ingatlah) ketika Allah mengambil janji dari orang-orang yang telah

diberi kitab (yaitu), ‘Hendaklah kamu menerangkannya (isi Kitab itu) kepada

manusia dan janganlah kamu menyembunyikannya…’” (Ali ‘Imran [3]:187)

Bagi seorang muslim kegiatan mengajar adalah kegiatan ibadah, maka

pengharapan dari kegiatan mengajar adalah mendapatkan pahala dari Allah

Swt, sehingga kompensasi dalam bentuk finansial bukanlah hal utama,

sebagaimana sabda Nabi:

Dari Abu Hurairah radhiallahu 'anhu, sesungguhnya Rasulullah

Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: “Barang siapa menyeru kepada hidayah

(petunjuk) maka baginya pahala seperti pahala orang-orang yang mengikutinya

tanpa mengurangi dari pahala mereka sedikitpun. ”(H. R Muslim)

Pahala merupakan kompensasi yang diberikan Allah Swt bagi orang

yang menyeru kepada hidayah, ustadz atau guru bertugas untuk

menyampaikan hidayah kepada anak didik supaya mereka bermanfaat bagi

dirinya sendiri, bagi masyarakat, bangsa dan negara, terlebih di lingkungan

Pesantren Ustadz/guru tidak semata-mata mengharapkan kompensasi dalam

bentuk finansial, sehingga walaupun kompensasi finansial yang diterima kecil

tidak menjadi patah semangat karena tujuan utamanya untuk mendapatkan

pahala dari Allah Swt. Walaupun demikian pihak sekolah harus tetap

memperhatikan kompensasi finansial Asatidzah yang menjadi haknya.


183

4.8.3 Keadaan Kepuasan Kerja Guru di Muallimin Pesantren Persatuan

Islam 2 Bandung

Dari tabel tanggapan responden tentang kepuasan kerja yang terdiri dari

20 item pertanyaan dan 32 responden, didapatkan rata-rata sebesar 4,097

maka kepuasan kerja berada pada kategori baik.

Soelaiman Sukmalana (2007, hal. 134) mendefinisikan kepuasan kerja

sebagai perasaan yang menyenangkan yang dirasakan karyawan apabila ia

memperoleh kebutuhannya dari pekerjaannya dan sebaliknya ketidakpuasan

kerja adalah perasaan yang tidak menyenangkan yang dirasakan oleh

karyawan apabila ia tidak memperoleh kebutuhannya dari pekerjaannya.

Bagi seorang muslim kegiatan mengajar adalah kegiatan ibadah,

pengharapan dari kegiatan mengajar adalah mendapatkan pahala dari Allah

Swt, sehingga kegiatan tersebut harus dilakukan dengan hati yang iklhas, kata

ikhlas menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Setiawan, 2010) Berarti bersih

hati; tulus hati.

Ikhlas salah satu pondasi dalam setiap amal (pekerjaan) yang dituntut

oleh Islam. ikhlas itu tidak berarti selalu terbebas dari segala ujrah (upah) bagi

mereka yang telah dipekerjakan dan berjasa membantu meringankan beban

seseorang. Imam Gazali dalam Ihya Ulumuddin menyoroti ikhlas lebih pada

aspek ibadah, bukan pada aspek pekerjaan duniawi. Pada kegiatan mengajar

tidak hanya aspek duniawi semata tetapi terdapat aspek ibadah didalamnya.
184

Allah berfiman dalam Al-Quran Surat Al-Baqarah ayat 62

g            ...........


   
    

        




....... siapa saja diantara mereka yang benar-benar beriman kepada

Allah, hari kemudian dan beramal saleh, mereka akan menerima

pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran kepada mereka, dan

tidak (pula) mereka bersedih hati. (Al-Quran Surat Al-Baqarah : 62)

Kalimat “beriman kepada Allah dan beramal saleh, mereka menerima

pahala dari Tuhan mereka” adalah konsep dari kompensasi, Allah memberikan

kompensasi kepada orang yang beriman dan melakukan pekerjaan (amalan)

saleh. Kalimat “tidak ada kekhawatiran kepada mereka dan tidak mereka

bersedih hati” adalah konsep kepuasan dalam bekerja, kalimat diatas juga

sama dengan “tanpa rasa susah dan kecewa” yang dalam dalam Kamus Besar

Bahasa Indonsia diartikan dengan kata “Senang”.

Ayat diatas dapat ditafsirkan, barang siapa yang beriman kepada Allah

dan hari kemudian dan beramal saleh (beraktivitas dengan amalan saleh

termasuk didalamnya ibadah seperti mengajar) maka Allah akan memberikan

kompensasi berupa pahala, tidak ada kekhawatiran dan tidak bersedih hati

artinya akan mendapatkan kesenangan atau kepuasan dalam bekerja.


185

Kondisi kepuasan kerja di Muallimin Pesantren Persatuan Islam 2

Bandung tidak terlepas dari kegiatan religius, dengan rasa ikhlas yang dimiliki

guru-gurunya bisa menyebabkan meningkatnya nilai kepuasan kerja.

Walaupun secara keseluruhan responden merasa kepuasan kerja baik,

terutama dimensi suasana tempat kerja sangat baik, namun pada dimensi

imbalan (pay) masih harus diperhatikan karena dimensi ini nilainya masih relatif

rendah dibandingkan dengan dimensi kepuasan kerja yang lain.

4.8.4 Keadaan Kinerja Guru di Muallimin Pesantren Persatuan Islam 2

Bandung

Dari data tabel 26 tanggapan responden tentang kinerja guru di

Muallimin Pesantren Persatuan Islam 2 Bandung dari 15 item pertanyaan dan

32 orang responden, didapatkan rata-rata sebesar 4,048 maka kinerja berada

pada kategori baik. Hal ini menunjukkan bahwa responden memberikan nilai

positif terhadap kinerja guru di Muallmin Pesantren Persatuan Islam 2 Bandung.

T.R. Mitchell dalam (Sedarmayanti, 2002, hal 53) mengatakan bahwa

suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas

yang dibebankan kepadanya didasarkan atas kecakapan, pengalaman, dan

kesungguhan serta waktu.

Kinerja terdiri dari lima dimensi, yaitu kualitas kerja, ketepatan waktu,

inisiatif, kemampuan, dan komunikasi. Dari kelima dimensi tesebut

dikembangkan indikator-indikator untuk melakukan penilaian kinerja.


186

Responden berpendapat kinerja guru di Muallimin Pesantren Persatuan

Islam 2 bandung berada pada kategori baik, namun pada dimendi Inisiatif

masih relatif rendah dibandingkan dengan dimensi kinerja yang lain.

Dilapangan terlihat sangat sedikit sekali guru yang berinisiatif memanfaatkan

teknologi informasi dalam kegiatan mengajar atau guru berinisiatif untuk

mengadakan kegiatan untuk menunjang kegiatan belajar mengajar, sehingga

dimensi ini perlu mendapat perhatian dari manajemen sekolah.

Untuk memperbaiki kinerja guru dapat dilakukan upaya meningkatan

sumber daya seperti dilakukan pelatihan-pelatihan, guru diikutkan seminar-

seminar pendidikan, atau bahkan diadakan outbond untuk meningkatkan

kreativitas dan kerja sama guru

4.8.5 Pengaruh Motivasi terhadap Kepuasan Kerja Guru

Berdasarkan tabel 35 pengaruh langsung motivasi terhadap kepuasan

kerja adalah sebesar 0,050 sedangkan besarnya pengaruh melalui variabel lain

adalah 0,123 sehingga besarnya pengaruh total motivasi terhadap Kepuasan

kerja adalah sebesar 0,173. Hal ini menunjukkan adanya pengaruh motivasi

terhadap kepuasan kerja di Muallimin Pesantren Persatuan Islam 2 Bandung

dan besarnya 17,3%.

Untuk mecapai tujuan organisasi sekolah yang diinginkan, maka seluruh

sumber daya yang dimiliki haruslah dapat dimanfaatkan secara optimal dan

sebaik mungkin. Salah satunya adalah sumber daya manusia karena faktor ini

merupakan faktor terpenting dalam menentukan keberhasilan sebuah


187

organisasi. Agar sumber daya menjadi maksimal sekolah perlu mendorong

atau memotivasi guru untuk bekerja lebih baik nantinya akan berdampak

kepuasan kerja guru menjadi baik juga, sehingga prestasi kerja dapat

meningkat sesuai dengan harapan. Salah satu cara adalah dengan memenuhi

kebutuhan-kebutuhan karyawan agar motivasi kerja mereka menjadi tinggi.

Ishak Mad Shah (2006, hal. 56) mengungkapkan bahwa kepuasan kerja

adalah satu dari variabel yang terkait erat dengan motivasi, semakin tinggi

kepuasan kerja yang dirasakan oleh pekerja, maka semakin tinggi motivasi

mereka terhadap kinerja.

4.8.6 Pengaruh Kompensasi terhadap Kepuasan Kerja Guru

Berdasarkan tabel 35 pengaruh langsung kompensasi terhadap

kepuasan kerja adalah sebesar 0,340, sedangkan besarnya pengaruh melalui

variabel lain adalah 0,123, sehingga besarnya pengaruh total kompensasi

terhadap Kepuasan kerja adalah sebesar 0,463. Hal ini menunjukkan bahwa

Kompensasi berpengaruh terhadap kepuasan kerja di Muallimin Pesantren

Persatuan Islam 2 Bandung dan besarnya 34,1 %.

Stephen P Robbins & Timothy A Judge (2008, hal. 110) mengatakan

bahwa Bayaran dan Kepuasan Kerja mempunyai hubungan yang menarik.

Upah sangat berhubungan dengan kepuasan kerja dan kebahagiaan secara

keseluruhan.
188

Senada dengan pernyataan Stephen P Robins, Soelaiman Sukmalana

(2007, hal. 143) mengungkapkan bahwa upah kerja dapat menjadi sumber

ketidakpuasan Kerja

Kepuasan kerja dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah

pekerjaan itu sendiri, supervisi pimpinan, imbalan, kesempatan promosi,

suasana tempat kerja, kiranya jika faktor-faktor tersebut bisa terpenuhi maka

kepuasan kerja dapat maksimal.

4.8.7 Pengaruh Kompensasi dan Motivasi terhadap Kepuasan Kerja Guru

Secara Simultan

Berdasarkan tabel 35 pengaruh motivasi dan kompensai secara simultan

terhadap kepuasan kerja adalah sebesar 0,463. Hal ini menunjukkan bahwa

Kompensasi dan Motivasi berpengaruh secara simultan terhadap kepuasan

kerja di Muallimin Pesantren Persatuan Islam 2 Bandung dan besarnya 46,3 %.

4.8.8 Pengaruh Kepuasan Kerja terhadap Kinerja Guru

Berdasarkan tabel 35 pengaruh kepuasan kerja terhadap kinerja adalah

sebesar 0,725, Hal ini menunjukkan bahwa Kompensasi berpengaruh terhadap

kepuasan kerja di Muallimin Pesantren Persatuan Islam 2 Bandung dan

besarnya 72,5 %.

Istilah kepuasan kerja (job satisfaction) dapat didefinisikan sebagai suatu

perasaan positif tentang pekerjaan seseorang yang merupakan hasil dari

sebuah evaluasi karakteristiknya. Seseorang dengan tingkat kepuasan kerja

yang tinggi memiliki perasaan-perasaan positif tentang pekerjaan tersebut,

sementara seseorang yang tidak puas memiliki perasaan-perasaan negatif


189

tentang pekerjaan tersebut (Robbins & Judge, 2008, hal. 99), dari definisi diatas

bisa dilihat jika seseorang telah mendapatkan perasaan positif tentang

pekerjaannya maka tingkat kepuasan kerjanya tinggi, di Muallimin Pesantren

Persatuan Islam pengaruh kepuasan kerja terhadap kinerja baik yaitu sebesar

72,5%.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian mengenai pengaruh motivasi dan kompensasi

terhadap kepuasan kerja serta dampaknya terhadap kinerja Asatidzah di

Muallimin Pesantren Persatuan Islam 2 Bandung dapat disimpulkan sebagai

berikut:

1. Motivasi kerja asatidzah di Muallimin Pesantren Persatuan Islam 2

Bandung berada pada kategori baik, dengan rata-rata skor 3,975, hal ini

menggambarkan bahwa pada umumnya responden memberikan

tanggapan baik terhadap motivasi kerja guru, walaupun demikian

terutama untuk dimensi kebutuhan untuk mencapai kekuasaan masih

relatif rendah.

2. Pemberian kompensasi pada Asatidzah Muallimin Pesantren Persatuan

Islam 2 Bandung berada pada kategori baik, dengan rata-rata skor

3,994, hal ini menggambarkan bahwa pada umumnya responden

memberikan tanggapan baik terhadap kompensai guru, akan tetapi

terutama untuk dimensi kompensasi tidak langsung masih relatif rendah.

3. Kepuasan kerja asatidzah Muallimin Pesantren Persatuan Islam 2

Bandung berada pada kategori baik, dengan rata-rata skor 4,097,

sehingga hal ini menggambarkan bahwa pada umumnya responden

183
184

memberi tanggapan baik terhadap kepuasan kerja, walaupun demikian

terutama untuk dimensi imbalan (pay) skornya masih relatif rendah.

4. Kinerja Asatidzah Muallimin Pesantren Persatuan Islam 2 Bandung

berada pada kategori sangat baik, dengan rata-rata 4,048, hal ini

menggambarkan bahwa pada umumnya responden memberikan

tanggapan baik terhadap kinerja guru, walaupun demikian terutama

untuk dimensi Inisitatif nilainya relatif rendah dibandingkan dengan

dimensi yang lain.

5. Terdapat pengaruh signifikan Motivasi terhadap Kepuasan Kerja

Asatidzah di Muallimin Pesantren Persatuan Islam 2 Bandung sebesar

17,3%.

6. Terdapat pengaruh signifikan Kompensasi terhadap Kepuasan kerja

Asatidzah di Muallimin Pesantren Persatuan Islam 2 Bandung sebesar

46,3%.

7. Terdapat pengaruh signifikan Motivasi dan Kompensasi secara simultan

terhadap Kepuasan Kerja Asatidzah di Muallimin Pesantren Persatuan

Islam 2 Bandung sebesar 63,6% serta pengaruh variabel lain yang tidak

masuk dalam penelitian sebesar 36,2%

8. Terdapat pengaruh signifikan Kepuasan Kerja terhadap Kinerja

Asatidzah di Muallimin Pesantren Persatuan Islam 2 Bandung sebesar

72,5% serta pengaruh variabel lain yang tidak masuk dalam penelitian

sebesar 27,5%.
185

5.2 Saran

1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa khususnya untuk dimensi

kebutuhan dalam mencapai kekuasaan dari variabel motivasi kerja guru

masih relatif rendah, hal ini perlu mendapatkan perhatian dari pihak

pimpinan, dimensi ini bisa ditingkatkan dengan dilakukannya pelatihan

dan seminar tentang motivasi atau dilakukan outbond sehingga bisa

terpacunya jiwa kebersamaan dan kepemimpinan.

2. Kompensasi masih perlu ditingkatkan kembali, karena dilihat dari hasil

penelitian walaupun umumnya responden beranggapan baik namun

nilainya masih bisa ditingkatkan menjadi sangat baik, sistem pemberian

kompensasi terhadap Asatidzah Muallimin Pesantren Persatuan Islam 2

Bandung sebaiknya ditinjau kembali dengan lebih memperhatikan

kesejahteraan, karena jika dilihat dari data gaji yang diterima asatidzah

mayoritas masih di bawah UMR (Upah Minimum Regional), dengan

diberikannya gaji yang layak diharapkan Asatidzah akan lebih banyak

fokus di sekolah tidak mencari tambahan biaya hidup ditempat lain.

3. Kepuasan kerja kerja harus ditingkatkan, bisa melalui imbalan yang

layak, suasana tempat kerja, pemberian fasilitas kepada para asatidzah

misalnya meja guru atau loker guru karena sampai saat ini fasilitas

tersebut sangat terbatas.

4. Aspek-aspek yang perlu ditingkatkan dari kinerja Asatidzah Muallimin

Pesantren Persatuan Islam 2 Bandung diantaranya mencakup tanggung

jawab dalam melaksanakan pekerjaan yang menjadi tugasnya,


186

memberikan pelayanan yang baik kepada siswa dan masyarakat,

menciptakan hubungan yang baik antara atasan dan bawahan.

5. Kinerja guru akan berimplikasi terhadap prestasi siswa. Untuk itu agar

Asatidzah Muallimin Pesantren Persatuan Islam 2 Bandung

meningkatkan kinerjanya dengan memperbaiki diri melalui disiplin

ketepatan waktu mengajar dan melengkapi administrasi pembelajaran

dan selalu melakukan evaluasi dari hasil kerja masing-masing.


187

DAFTAR PUSTAKA

A. BUKU-BUKU

Abu Bakar, B. (2007). Analisis Data Penyelidikan Ilmiah. Kepong Baru, Kuala

Lumpur: MAZIZA SDN BHD.

Adi, R. (2004). Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum. Jakarta: Granit.

Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian. Yogyakarta: PT Rineka Cipta.

Enos, M. F. (2009). Assesing Writing and Editing Skills of First-Year College

Students Enrolled in Short-Term Certificate and Associate Programs at

The College of Technology, Idaho State University. Idaho: A Dissertation,

Idaho State University.

Griffin, R. W., & Ebert, R. J. (2007). BISNIS. Erlangga.

Hairil, H. (2004). Pengaruh Faktor Motivasi yang berupa Kompensasi Tidak

Langsung dan Pemberian Insentif pada Peningkatan Kinerja Pegawai

PT.Telkom Kantor Cabang Telekomunikasi Pemekasan. Surabaya:

Tesis, Universitas Airlangga.

J.Supranto. (2001). Pengukuran Tingkat Kepuasan Pelanggan. Jakarta: Rineka

Cipta.

Jogiyanto, H. (2005). Metode Penelitian Bisnis. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.

Leimeister, S. (2010). IT Outsourching Governance. Munchen: Gabler Verlag.


188

Ma'arif, M. S., & Tanjung, H. (2003). Manajemen Operasi. Jakarta: Grasindo.

Mangkunegara, A. A. (2005). Evaluasi Kinerja SDM. Bandung: PT. Reflika

Aditama.

Mulianto, S., Cahyadi, E. R., & Widjajakusuma, M. K. (2006). Panduan Lengkap

Supervisi. Jakarta: Elekmedia Komputindo.

Nasution, Mustafa Edwin; Usman, Hardius. (2008). Proses Penelitian

Kuantitatif. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas

Indonesia.

Nazir, M. (2005). Metode Penelitian. Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia.

O'donoghue, P. (2010). Research Methods for Sports Performance Analysis.

New York: Routledge.

Penilaian Kinerja Guru. (2008). Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Penilaian Kinerja Guru. (2008). Penilaian Kinerja Guru . Departemen

Pendidikan Nasional.

Purwoto, A. (2007). Panduan Laboratorium Statistik Inferensial. Jakarta:

Grasindo.

Rangkuti, F. (2009). Mengukur Efektivitas Program Promosi dan Analisis Kasus

Menggunakan SPSS. Jakarta: PT Gramedia Pustaka.

Riduwan, & Engkos, K. A. (2008). Cara Menggunakan dan Memakai Analisis

Jalur. Bandung: ALFABETA.


189

Rivai, V. P., & Sagala, E. J. (2009). Manajemen Sumber Daya Manusia untuk

Perusahaan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Rivai, V., & Sagala, E. J. (2009). Manajemen Sumber Daya Manusia untuk

Perusahaan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Robbins, S. P., & Judge, T. A. (2008). Perilaku Organisasi. Jakarta: Salemba

Empat.

Rosyid, A. H. (2009). Hubungan antara Kepuasan Kerja dan Motivasi kerja

dengan Kinerja Guru. Bogor: Tesis, Universitas Pakuan.

Ryan, R. M., & Deci, E. L. (2000). Intrinsic and Extrinsic Motivations: Classic

Definitions and New Directions. Contemporary Educational Psychology ,

54–67.

Riggio, R. E. (1996). Introduction to Industrial / Organizational Psychology,

Second Edition. Harper Collins College Publisher.

Sandjojo, N. (2011). Metode Analisis Jalur dan Aplikasinya. Jakarta: Pustaka

Sinar Harapan.

Satiagraha, A. H. (2010). Pengaruh Motivasi, Kepemimpinan Kepala Sekolah,

dan Kompetensi Guru terhadap Prestasi Kerja Guru di Sekolah

Menengah Atas Negeri 20 Bandung. Bandung: Tesis, STIE Pasundan.

Satori, D. (2007). Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Bandung: PT. Imperial Bhakti

Utama.
Saud, U. (2010). Pengembangan Profesi Guru. Bandung: Alfabeta.

Sedarmayanti. (2002). Restrukturisasi dan Pemberdayaan Organisasi untuk

menghadapi dinamika perubahan lingkungan. Bandung: Mandar Maju.

SHAH, I. M. (2006). Kepemimpinan dan Hubungan Interpersonal dalam

Organisasi. Kuala Lumpur: Universiti Teknologi Malaysia.

Shobarudin. (1988). Perilaku Oganisasi dan Psikologi Personalia, Cetakan

Pertama. Jakarta: PT Bina Aksara.

Sofyandi, H. (2008). Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Graha

Ilmu.

Heijdrachman, & Husnan, S. (1992). Manajemen Personalia, Edisi empat.

Yogyakarta: BPPFE.

Handoko, T. (1997). Manajemen. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.

Sugianto, B. (2010). Pengaruh Kompensasi, Disiplin Kerja dan Motivasi

terhadap Kinerja Guru di SMA Negeri 10 Bandung. Bandung: Tesis,

STIE Pasundan.

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (1997). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Sukmalana, S. (2007). Manajemen Kinerja. Jakarta: Pt. Intermedia Personalia


191

Suwanto. (2001). Asas Asas Manajemen Sumber Daya Manusia. Suci Press.

Tella, A. (2007). Work Motivation, Job Satisfaction, and Organisational

Commitment of Library Personnel in Academic and Research Libraries in

Oyo State, Nigeria. Library Philosophy and Practice 2007 .

Wikipedia. (2012, 3 9). Dipetik 3 12, 2012, dari en.Wikipedia.org:

http://en.Wikipedia.org

Wong, Y. K. (2006). Modern Software Review. London: IRM Press.

Yulyati. (2008). Pengaruh Pemberian Insentif terhadap Kinerja Pegawai Pusat

Survey Geologi. Bandung: TESIS, STIA LAN.

B. DOKUMEN

Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Undang-undang Republik Indonesia

No. 20 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Kumpulan Permendiknas tentang

Standar Nasional Pendidikan (SNP) dan Panduan KTSP. Jakarta:

Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah , Direktorat

Pembinaan Sekolah Menengah Atas.

Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Undang-undang Republik Indonesia

No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen.

Departemen Pendidikan Nasional.2008. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional

Nomor 24 tahun 2008 Tentang Standar Tenaga Administrasi Sekolah


192

, 2008. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 48 Tahun

2008 Tentang Pendanaan Pendidikan

, 2008. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 74 tahun

2008 Tentang Guru.

C. JURNAL

Adnin, 2008. Pengaruh Motivasi dan Kepemimpinan Camat terhadap

Semangat Kerja Pegawai Kantor Kecamatan Gondokusuma Yogyakarta.

(Jurnal, 14 Agustus 2010)

Agung Panudju. 2003. Pengaruh Kompensasi dan Karakteristik Perkerjaan

Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan Unit Produksi PT. X Palembang,

Sriwijaya: Jurnal Manajemen dan Bisnis Sriwijaya Vol. 1 No. (2, Oktober

2003)

Anas Muhammad, 2010, Pengaruh Motivasi Terhadap Kinerja Pegawai Pada

Kantor balai Perbenihan Tanaman Hutan Sulawesi, Jurnal Hipotesis,

Universitas Sawerigading Makasar.

Cokroaminoto.2007. Membangun Kinerja Melalui Motivasi Kerja Karyawan


(jurnal, 23 Juni 2010)

Nur Tjahyono, Bimawan dan Tri Gunarsih, Pengaruh Motivasi Kerja dan

Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Pegawai di Lingkungan Dinas Bina

Marga Propinsi Jawa Tengah, Jurnal Daya Saing.

Suhartini. 2004. Manajemen Kompensasi:Perspektif Global, Yogyakarta: Jurnal

Kajian Bisnis dan Manajemen, Vol.6 No.2 Hal 47-57


DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Ihsan Zakian lahir di Bandung pada tanggal 22 September 1978, sebagai


anak kedua dari 6 bersaudara.

Riwayat Pendidikan :
1. Program Pasca Sarjana (S2) Magister Manajemen Sekolah Tinggi Ilmu
Ekonomi Pasundan angkatan XI.
2. Sarjana (S1) Jurusan Fisika FMIPA Institut Teknologi Bandung angkatan
1998.
3. SMAN 18 Bandung lulus tahun lulus 1997.
4. Tsanawiyyah Pesantren Persatuan Islam 2 Bandung tahun lulus 1994.
5. Madrasah Tsanawiyah Nurul Huda tahun lulus 1994.
6. Tajhiziyah Pesantren Persatuan Islam 2 Bandung tahun lulus 1991.
7. SDN Rahayu 2 Kabupaten Bandung tahun lulus 1990.

Riwayat Pekerjaan
1. Guru di Muallimin Pesantren Persatuan Islam 1-2 Bandung, tahun 2002
sampai sekarang
2. Guru di SMAN 20 Bandung, tahun 2007 sampai tahun 2010.
3. Peneliti di Lab Vulkanologi dan Geofisika Jurusan Geologi ITB tahun
2005 sampai 2006.

Karya Ilmiah
1. Zakian, I.(2013).“Pengaruh motivasi dan kompensasi terhadap kepuasan
kerja serta dampaknya terhadap kinerja Asatidzah di Muallimin
Pesantren Persatuan Islam 2 Bandung”, Bandung: Tesis Magister
Manajemen STIE Pasundan.
2. Zakian, I.(2004). “Pemanfaatan Logika Fuzzy dalam kontrol temperatur
ruang pengujian bahan”, Bandung: Tugas Akhir kuliah Jurusan Fisika
Institut Teknologi Bandung,
3. Zakian,I., Hakim, L., dan Suprijadi. (2002).“Pengembangan Sistem
Pengukuran Sifat Mekanik Bahan Secara Otomatis”, Bandung:
Proceeding Seminar MIPA III. Hal 102.
4. Zakian, I., dan Suprijadi.(2003). “Sistem pengontrol temperatur untuk
pengujian bahan dengan pengamatan langsung,” Bandung 12-13 Juni
2003: Proceeding Seminar Sistem Instrumentasi Berbasis Fisika. Hal 57-
58.

Penulis mengabdikan diri di Muallimin Pesantren Persatuan Islam 1-2


Bandung sejak tahun 2002 sampai sekarang sebagai pengajar mata pelajaran
Fisika.
LAMPIRAN-LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai