Anda di halaman 1dari 128

PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, KEPEMIMPINAN ROMANTIS DAN

KEPUASAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN

(Studi Korelasi Pada Karyawan Ponpes Daar El Qolam


Kabupaten Tangerang 2022)

TESIS
Untuk Memenuhi salah satu syarat ujian
Guna Memperoleh Gelar Magister Manajemen

Oleh :
MUHAMAD RIFKI SYARIFUDIN
20131005

LEMBAR JUDUL

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN


STIE LA TANSA MASHIRO
RANGKASBITUNG
2022

i
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING

Nama : Muhamad Rifki Syarifudin

NPM : 20131005

Program Studi : Pasca Sarjana Manajemen

Judul : Pengaruh Budaya Organisasi, Kepemimpinan Spiritual, Dan Motivasi

Terhadap Kinerja Karyawan (Studi Korelasi Pada Karyawan Ponpes

Daar El Qolam Kabupaten Tangerang 2022)

Proposal ini telah disetujui untuk diujikan dalam ujian sidang proposal

Rangkasbitung, 2022

Pembimbing 1 Pembimbing 2

Dr. Drs. H. Ade Jaya Sutisna, SH., MM., M.BA Dr. Yumhi, ST., MM
NIDN : 0428096404 NIDN : 0407016401

Mengetahui,

Ketua Program Studi Manajemen

Dr. Yumhi, ST., MM


NIDN : 0407016401

ii
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI

Nama : Muhamad Rifki Syarifudin

NPM : 20131005

Program Studi : Pasca Sarjana Manajemen

Judul : Pengaruh Budaya Organisasi, Kepemimpinan Spiritual, Dan Motivasi

Terhadap Kinerja Karyawan (Studi Korelasi Pada Karyawan Ponpes

Daar El Qolam Kabupaten Tangerang 2022).

Proposal ini telah diujikan dalam ujian sidang proposal dan dinyatakan LULUS

Rangkasbitung, 2022

Penguji 1 Penguji 2

Mengetahui,

Ketua Program Studi Manajemen

Dr. Yumhi, ST., MM

iii
LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Muhamad Rifki Syarifudin

NPM : 20131005

Program Studi : Pasca Sarjana Manajemen

Judul : Pengaruh Budaya Organisasi, Kepemimpinan Spiritual, Dan Motivasi

Terhadap Kinerja Karyawan (Studi Korelasi Pada Karyawan Ponpes

Daar El Qolam Kabupaten Tangerang 2022)

1. Merupakan hasil karya tulis ilmiah sendiri dan bukan merupakan hasil plagiat

dan penjiplakan terhadap karya orang lain, serta semua sumber baik yang

dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar,

2. Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya mengijinkan dan menyetujui

untuk dikelola oleh STIE La Tansa Mashiro sesuai dengan norma hukum dan

etika yang berlaku.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan apabila dikemudian

hari terdapat ketidakbenaran, maka saya bersedia menerima sanksi akademik

berupa pembatalan kelulusan dan pencabutan ijazah yang telah saya peroleh, serta

sanksi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku di STIE La Tansa Mashiro.

Rangkasbitung, 2022

Yang Membuat Pernyataan

Muhamad Rifki Syarifudin

iv
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji syukur ke hadirat Allah SWT, karena telah memberi
berbagai nikmat-Nya sehingga dapat terselesaikannya tugas akhir ini. Shalawat beserta
salam tak lupa penulis ucapkan bagi nabi Muhammad SAW ‫اللهم صلي علي سيد نا مح ّمد‬,
berkat jasanya keilmuan menjadi hal yang amat penting untuk dituntut. Tugas akhir ini
berjudul “Pengaruh Budaya Organisasi, Kepemimpinan Spiritual, Dan Motivasi
Terhadap Kinerja Karyawan (Studi Korelasi Pada Karyawan Ponpes Daar El Qolam
Kabupaten Tangerang 2022)” ditujukan untuk memperoleh gelar Magister di program
studi Manajemen STIE La Tansa Mashiro.
Selanjutnya, dalam proses penulisan Proposal tesis ini penulis melibatkan
berbagai pihak, baik terlibat secara langsung maupun secara tidak langsung. Dan dalam
kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada berbagai
pihak yang sudah terlibat dalam proses penyelesaian tugas akhir ini, sehingga penulis
dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Ucapan terima kasih penulis tujukan kepada :
1. Ibu Hj. Zakiyya Tunnufus, S.E., M.M., selaku Pimpinan Perguruan Tinggi
STIE La Tansa Mashiro.
2. Bapak Dr. Yumhi, ST., MM selaku Ketua Program Studi Manajemen STIE
La Tansa Mashiro.
3. Bapak Dr. Drs. H. Ade Jaya Sutisna, SH., MM., M.BA dan Bapak Dr.
Yumhi, ST., MM sebagai dosen pembimbing yang telah meluangkan
waktunya untuk membimbing penulis, serta memberikan saran-saran dalam
menyusun tugas akhir ini.
4. Segenap Dosen program studi Manajemen STIE La Tansa Mashiro yang
telah mendidik penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di
Program Studi Manajeme STIE La Tansa Mashiro.

v
5. Seluruh staf administrasi Program Studi Manajemen STIE La Tansa
Mashiro yang telah membantu kelancaran proses studi penulis selama
menjadi mahasiswa.
6. Keluarga Besar Pondok Pesantren Daar el-Qolam tempat penulis bernaung,
serta melakukan penelitian.
7. Orang tua serta keluarga penulis, atas do’a, dukungan, dorongan, dan
motivasi untuk penulis segera menyelesaikan studi.
8. Seluruh teman angkatan Program Studi Manajemen STIE La Tansa
Mashiro.
Semoga ketulusan dari semua pihak di atas dapat mendapatkan berkah dan
anugerah dari Allah SWT. Dalam penyusunan tugas akhir ini, penulis menyadari
bahwa masih terdapat banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu penulis memohon maaf atas kesalahan yang penulis lakukan, baik disengaja
maupun tidak. Selain itu penulis juga mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak
yang bersangkutan agar dapat digunakan bahan untuk instrospeksi penulis agar dapat
menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi
pihak-pihak yang membutuhkan.

Rangkasbitung, 2022

Muhamad Rifki Syarifudin

vi
KNOWLEDGEMENT

Last but not least, I wanna thank me


I wanna thank me for believing in me
I wanna thank me for doing all this hard work
I wanna thank me for having no dats off
I wanna thank me for, for never quitting
I wanna thank me for always being a giver
And tryna give more than I receive
I wanna thank me for tyrna do more right than wrong
I wanna thank me for just being me at all times

vii
ABSTRACT
ORGANIZATIONAL CULTURE INFLUENCES, ROMANTIC LEADERSHIP
AND JOB SATISFACTION ON EMPLOYEE PERFORMANCE
(Correlation Study on Daar El Qolam Islamic Boarding School Employees
Tangerang Regency 2022)

By
MUHAMAD RIFKI SYARIFUDIN
ID : 20131005
(Master of Management Study Program)

This study aims to measure the influence of organizational culture, romantic leadership
and job satisfaction on employee performance at Pondok Pesantren Daar-El Qolam
Jayanti Tangerang Banten. This research is quantitative with a survey method used by
questionnaires from employees with primary data sources coming from a population
of 230 employees and with the Slovin formula, a sample of 105 employees is generated.
This sampling can be chosen randomly or by systematic techniques.
The results of the analysis in this study are divided into partial and simultaneous
effects. Partially produced important findings. First, organizational culture has a
significant positive effect on employee performance. Second, romantic leadership has
a significant positive effect on employee performance. Third, job satisfaction has a
significant positive effect on employee performance. Meanwhile, simultaneously,
organizational culture, romantic leadership and job satisfaction have a significant
positive effect on employee performance simultaneously. Simultaneous testing by
looking at the coefficient of determination R-Square (R2) of 74.40% while the
remaining 25.60% is influenced by other factors outside this research model. These
results conclude that partially and simultaneously the variables of organizational
culture, romantic leadership and job satisfaction can be used as predictor variables
for employee performance.
Keywords: organizational culture, romantic leadership, job satisfaction, employee
performance

viii
ABSTRAK
PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, KEPEMIMPINAN ROMANTIS
DAN KEPUASAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN
(Studi Korelasi Pada Karyawan Ponpes Daar El Qolam
Kabupaten Tangerang 2022)
Oleh
MUHAMAD RIFKI SYARIFUDIN
NIM : 20131005
(Program Studi Magister Manajemen)

Penelitian ini bertujuan untuk mengukur pengaruh budaya organisasi, kepemimpinan


romantis dan kepuasan kerja terhadap kinerja karyawan di Pondok Pesantren Daar-El
Qolam Jayanti Tangerang Banten. Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan metode
survey yang digunakan kusioner dari karyawan dengan sumber data primer berasal dari
populasi 230 karyawan dan dengan rumus Slovin maka dihasilkan sampel 105
karyawan, pengambilan sampel ini dapat dipilih secara acak atau dengan teknik
sistematis.
Hasil analisis dalam penelitian ini terbagi atas pengaruh parsial dan pengaruh simultan.
Secara parsial menghasilkan temuan penting. Pertama, budaya organisasi berpengaruh
positif signifikan terhadap kinerja karyawan. Kedua, kepemimpinan romantis
berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja karyawan. Ketiga, kepuasan kerja
berpengaruh berpengaruh positif signifikan juga terhadap kinerja karyawan.
Sedangkan secara simultan budaya organisasi, kepemimpinan romantis dan kepuasan
kerja berpengaruh positif signifikan secara bersama-sama terhadap kinerja karyawan.
Pengujian secara simultan dengan melihat koefisien determinasi R-Square (R 2) sebesar
sebesar 74,40% sedangkan sisanya 25,60% dipengaruhi oleh faktor lain diluar model
penelitian ini. Hasil ini memberikan kesimpulan bahwa secara parsial dan simultan
variabel budaya organisasi, kepemimpinan romantis dan kepuasan kerja dapat
dijadikan variable prediktor bagi terhadap kinerja karyawan.
Kata kunci: budaya organisasi, kepemimpinan romantis, kepuasan kerja, kinerja
karyawan

ix
DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL ........................................................................................................ i


LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ............................................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ..................................................................... iii
LEMBAR PERNYATAAN ....................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ................................................................................................. v
KNOWLEDGEMENT.............................................................................................. vii
ABSTRAK .................................................................................................................. ix
DAFTAR ISI ................................................................................................................ x
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. xii
DAFTAR TABEL .................................................................................................... xiii
BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah .............................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................................... 12
C. Pembatasan Masalah ................................................................................. 13
D. Rumusan Masalah ...................................................................................... 13
E. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 14
F. Signifikansi Penelitian ................................................................................... 14
G. Kegunaan Hasil Penelitian ........................................................................ 15
BAB II KAJIAN TEORITIK ................................................................................... 17
A. Deskripsi Konseptual ................................................................................. 17
1. Kinerja ......................................................................................................... 17
2. Budaya Organisasi ( X1 )............................................................................ 20
3. Kepemimpinan Romantis ( X2 ).................................................................... 23
4. Kepuasan Kerja ( X3 ) ................................................................................ 32
B. Hasil Penelitian Yang Relevan ........................................................................ 35
C. Kerangka Teoretis ............................................................................................ 42
D. Hipotesis Penelitian .......................................................................................... 45
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................................... 47

x
A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................. 47
B. Metode Penelitian ....................................................................................... 47
C. Populasi dan Sampel .................................................................................. 48
1. Populasi ....................................................................................................... 48
2. Sampel ......................................................................................................... 49
D. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................ 50
E. Teknik Analisa Data ......................................................................................... 62
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ......................................... 83
A. Deskripsi Data............................................................................................. 83
B. Pengujian Persyaratan Analisis Data ...................................................... 88
C. Pengujian Hipotesis .................................................................................... 95
D. Pembahasan Hasil Penelitian .................................................................... 96
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN .......................................... 101
A. Kesimpulan ............................................................................................... 101
B. Implikasi .................................................................................................... 102
C. Saran .......................................................................................................... 104
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 106
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... 112
RIWAYAT HIDUP ................................................................................................. 132

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Model Triarki Kinerja Karyawan ............... Error! Bookmark not defined.
Gambar 2. Model Hipotesis Penelitian ..................... Error! Bookmark not defined.6
Gambar 3. Diagram Fish Bone jadwal Penelitian ... 47Error! Bookmark not defined.
Gambar 4 Diagram Variabel Budaya Organisasi ........................................................ 85
Gambar 5. Diagram Variabel Kepemimpinan Romantis ............................................ 86
Gambar 6. Diagram Variabel Kepuasan Kerja ......... 8Error! Bookmark not defined.
Gambar 7. Diagram Variabel Kinerja Karyawan ........................................................ 88
Gambar 8. Gambar Uji Normalitas ............................................................................. 89
Gambar 9. Model Hipotesis Penelitian ....................................................................... 94

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Kriteria Assessment Karyawan ................................................................... 4


Tabel 2. Rekap Tahunan Assesmen Karyawan ...... Error! Bookmark not defined.
Tabel 3. Analisis Maurice tentang Kinerja Individu Internal dan Eksternal
..................................................................................... Error! Bookmark not defined.
Tabel 4. Data responden .......................................................................................... 48
Tabel 5. Nilai Pernyataan Kinerja ........................... Error! Bookmark not defined.
Tabel 6. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Variabel Kinerja (Y) Error! Bookmark
not defined.
Tabel 7. Nilai pernyataan Budaya Organisasi ........ Error! Bookmark not defined.
Tabel 8. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Vairabel Budaya Organisasi ......... Error!
Bookmark not defined.
Tabel 9. Nilai pernyataan Kepemimpinan Romantis ............................................ 57
Tabel 10. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Variabel Kepemimpinan Romantis ... 58
Tabel 11. Nilai pernyataan Kepuasan Kerja .......... Error! Bookmark not defined.
Tabel 12. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Variabel Kepuasan Kerja ............ Error!
Bookmark not defined.
Tabel 13. Karakteristik Demografi Responden ..................................................... 83
Tabel 14. Distribusi Frekuensi Variabel Budaya Organisasi ............................... 85
Tabel 15. Distribusi Frekuensi Variabel Kepemimpinan Romantis .................... 86
Tabel 16. Distribusi Frekuensi Variabel Kepuasan Kerja . 8Error! Bookmark not
defined.
Tabel 17. Distribusi Frekuensi Variabel Kinerja Karyawan ................................ 88
Tabel 18. Hasil Uji Linieritas Antar Variabel ........................................................ 90
Tabel 19. Faktor Kinerja Karyawan ..................... 9Error! Bookmark not defined.
Tabel 20. Rangkuman Pengaruh Langsung .......................................................... 94

xiii
xiv
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor terpenting dalam sebuah

organisasi (Phillips & Landahl, 2021) yang membantu mereka untuk mencapai

keunggulan kompetitif (Obeidat et al., 2014) dan untuk mencapai tujuan perusahaan

yang telah ditentukan (Ibrahim et al., 2017). Organisasi harus selalu hadir untuk

memperhatikan, memelihara dan mengembangkan sumber daya manusia. Sumber daya

manusia adalah karyawan yang mau dan mampu bekerja untuk mencapai tujuan

organisasi. Oleh karena itu, organisasi dituntut untuk dapat mengelola dan dapat

mengoptimalkan sumber daya manusianya agar mampu melaksanakan tugasnya

dengan baik dan bertanggung jawab sehingga dapat meningkatkan kinerja organisasi

pula. (Choiriyah et al., 2021; Karacabey, 2021).

Kualitas sumber daya manusia menentukan keberhasilan suatu organisasi.

Kualitas sumber daya manusia terdiri atas unsur fisik dan mental yang prima sehingga

dapat meningkatkan kinerja pegawai dalam meningkatkan kinerjanya. Kinerja adalah

hasil atau keseluruhan tingkat keberhasilan seseorang selama periode tertentu dalam

melaksanakan tugas dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, seperti standar

kerja, target atau kriteria target yang telah ditentukan sebelumnya dan disepakati

bersama (Purwadi et al., 2020).


Berdasarkan hasil studi pendahuluan (pra-penelitian) pada objek penelitian di

SMA Pondok Pesantren Daar El Qolam melalui pengamatan maupun wawancara

dengan staf personalia dan beberapa karyawan menghasilkan temuan bahwa terlihat

masih ada beberapa karyawan yang kinerjanya masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari

fenomena yang muncul dilapangan yaitu beberapa karyawan belum mampu menyusun

rencana kerja, beberapa karyawan belum memenuhi jam wajib kerja yaitu 40 jam

dalam satu minggu, masih ada karyawan yang persentase kehadiran tidak mencapai

target sebagaimana tertera dalam peraturan, keterlambatan datang ke tempat kerja

untuk melaksanakan tugasnya dan bahkan tidak masuk kerja karena ada kepentingan

keluarga misalnya hajatan.

Disamping itu, karyawan kurang kreatif dalam menciptakan suasana kerja yang

menarik dan nyaman. Karyawan kurang menjalin kerja sama yang baik dengan rekan

karyawan lainnya untuk mendiskusikan pekerjaan tertentu, penggunaan alat peraga

masih terlihat sangat kurang, masih adanya ketidakpuasan karyawan berkenaan dengan

pekerjaan, kompensasi dan kebijakan organisasi, bakat dan minat serta sikap karyawan

terhadap pekerjaan kurang profesional, masih ada karyawan dalam melaksanakan

tugasnya belum sepenuhnya mengacu kepada pengembangan nilai dan sifat-sifat

pribadi, masih dirasakan budaya organisasi kurang mendukung pengembangan diri

karyawan, pengharapan yang terlalu tinggi sehingga tidak sesuai dengan realitas,.

Selanjutnya masih ditemukannya karyawan yang meninggalkan ruang kerja lalu

bercerita di kantor atau di kantin sementara tugas belum selesai dikerjakan. Bahkan

masih ada karyawan yang tidak mengoreksi hasil pekerjaan anak buahnya. Mereka

2
hanya mengumpulkan pekerjaan dan menumpuknya di kantor atau dibawa pulang ke

rumah dan tidak melaporkan sesuai jadwal. Untuk menentukan nilai kerja didasarkan

pada pengalaman karyawan bukan performa. Keadaan ini terus berkembang dan

mempengaruhi keberhasilan tugas karyawan secara keseluruhan. Jika dicermati lebih

mendalam, maka kondisi ini erat kaitannya dengan faktor budaya organisasi, faktor

kepemimpinan dan kepuasan kerja untuk meningkatkan kinerja karyawan sesuai

dengan tugas dan tanggung jawabnya masing-masing.

Penilaian secara keseluruhan seorang karyawan di Pondok Pesantren Darr El-

Qolam dapat dilihat melalui penilaian tahunan Assesmen Karyawan yang dilakukan

oleh atasan, teman sejawat dan self assessment lalu diambil nilai rata-rata dari ketiga

penilaian tersebut. Penilaian assesmen Karyawan meliputi penilaian Hard Competency

dan Soft Competency.

Penilaian Hard Competency dilihat dari :

a. Membuat Rencana Kerja Harian, Bulanan dan Tahunan

b. Supervisi pada bawahan pada saat bekerja.

c. Menjalankan ibadah shalat lima waktu berjama’ah di masjid

d. Menjalankan disiplin dan menjadi teladan bagi karyawan di bawahnya,

e. Memiliki keahlian yang bisa diajarkan kepada bawahannya

Sedangkan penilaian Soft Competency dilihat dari :

a. Sikap dan perilaku yang menerima perbedaan, baik dalam hal pemahaman agama,

pemikiran, maupun keunikan diri sendiri dan orang lain

b. Sikap dan perilaku jujur dan benar, satunya kata dan perbuatan

3
c. Menghormati diri sendiri dan orang lain serta bertanggungjawab atas semua

kewajibannya

d. Keyakinan akan diri sendiri yang memiliki kemampuan secara efektif dalam

menerima tantangan

e. Kemampuan untuk tetap menjaga emosi meskipun berada dalam tekanan atau

provokasi

f. Berniat tulus dan berperilaku untuk bekerja-sama dengan orang lain, bukan bekerja

terpisah atau berkompetisi untuk mencapai tujuan bersama yang lebih besar

g. Bersemangat dan berkemampuan untuk secara terus menerus belajar dan menggali

ilmu pengetahuan demi peningkatan dan pengayaan diri sendiri

Berdasarkan hasil penilaian Hard Competency dan Self Competency dengan

menggunakan skala penilaian 1 – 5 (semakin besar nilai maka semakin naik

competency) diatas digabungkan kedua penilaian diatas untuk kemudian dilakukan

penilaian dengan kriteria Tabel sebagai berikut :

Tabel 1 Kriteria Assessment Karyawan


Interval Nilai Nilai
Kriteria Naik Level Keterangan
Rata-rata Konversi
0.00 - 1.49 1 Need Improvement Tidak Naik Diberi Peringatan
1.50 - 2.49 2 Fair Tidak Naik
2.50 - 3.49 3 Good Naik 1 Level
3.50 - 4.49 4 Very Good Naik 2 Level
4.50 - 5.00 5 Excellent Naik 3 Level
Sumber : HRD Darr El-Qolam, 2022

Dan berdasarkan hasil Tabel diatas maka dihasilkan rekap tahunan assesmen

Karyawan selama 3 tahun terakhir seperti dapat dilihat pada Tabel dibawah ini :

4
Tabel 2. Rekap Tahunan Assesmen Karyawan

Tahun
No Kriteria
2019 2020 2021
1 Need Improvement 0 2 4
2 Fair 15 31 43
3 Good 105 88 78
4 Very Good 83 90 89
5 Excellent 27 19 16
Total 230 230 230
Sumber : HRD Darr El-Qolam, 2022

Berdasarkan dari Tabel diatas diketahui bahwa dari rentang Tahun 2019 sampai

dengan Tahun 2021 terjadi trend penurunan performa Karyawan dimana untuk

kelompok kriteria Excellent terjadi penurunan sebesar 29,635 di tahun 2020 sedangkan

di tahun 2021 terjadi penurunan performa sebesar 15,79%. Bahkan untuk peringkat

Need Improvement mengalami Tren Kenaikan Juga. Hal ini berarti sudah terjadi

penurunan kinerja Karyawan dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya di

lingkungan Pesantren.

Beberapa penelitian terdahulu berupaya untuk melakukan pencarian faktor-

faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan, menurut penelitian yang dilakukan oleh

Maamari & Saheb (2018) menghasilkan temuan bahwa budaya organisasi dan

kepemimpinan berpengaruh positif secara signifikan terhadap kinerja karyawan.

Sementara penelitian yang dilakukan oleh Maryati et al. (2019) menghasilkan temuan

bahwa kinerja karyawan dipengaruhi secara signifikan oleh budaya organisasi dan

kepuasan kerja, sedangkan kepemimpinan spiritual tidak berpengaruh signifikan

terhadap kinerja karyawan. Fahlevi et al. (2021) juga menyatakan bahwa kinerja

5
karyawan dipengaruhi secara signifikan oleh budaya organisasi, kepemimpinan dan

kepuasan kerja sementara motivasi kerja tidak berpengaruh terhadap kinerja karyawan.

Atikah & Qomariah (2020) pun melakukan penelitian yang menghasilkan

temuan bahwa gaya kepemimpinan dan motivasi kerja terbukti berpengaruh positif dan

signifikan terhadap kinerja karyawan, sementara budaya organisasi terbukti memiliki

pengaruh yang positif namun berpengaruh tidak signifikan terhadap kinerja pegawai.

Penelitian yang dilakukan oleh Ratnasari et al. (2019) menghasilkan temuan

bahwa Budaya Organisasi, Kepemimpinan dan Kepuasan Kerja berpengaruh positif

signifikan terhadap kinerja karyawan, Sementara Penelitian yang dilakukan oleh

Pawirosumarto et al. (2017) menghasilkan temuan bahwa gaya kepemimpinan

berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan, sementara lingkungan

kerja, budaya organisasi dan kepuasan kerja berpengaruh positif dan tidak signifikan

terhadap kinerja karyawan. Lalu penelitian yang dilakukan oleh Purwadi et al. (2020)

menemukan bahwa Kepemimpinan dan budaya organisasi memiliki dampak positif

dan signifikan terhadap kinerja karyawan sementara kepuasan kerja berpengaruh

negatif dan tidak signifikan terhadap kinerja karyawan.

Penelitian yang dilakukan oleh Kayoi et al. (2021) menghasilkan penemuan

bahwa gaya kepemimpinan dan budaya organisasi berpengaruh positif dan signifikan

terhadap kinerja karyawan, sedangkan kepuasan kerja berpengaruh positif dan tidak

signifikan terhadap kinerja karyawan. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Sutia

et al. (2022) menghasilkan temuan bahwa budaya organisasi berpengaruh positif dan

6
signifikan terhadap kinerja karyawan sedangkan gaya kepemimpinan dan kepuasan

kerja berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kinerja karyawan.

Dari beberapa penelitian terdahulu diatas, peneliti menemukan bahwa faktor

budaya organisasi, kepemimpinan dan kepuasan kerja secara dominan berpengaruh

terhadap kinerja pegawai, sementara variabel lainnya yaitu motivasi dan

kepemimpinan masih terdapat inkonsistensi hasil penelitian. Dalam variabel

kepemimpinan terdapat beberapa gaya dan teori lain, sehingga patut dicoba bagi

peneliti untuk mengganti teori kepemimpinan yang akan digunakan pada penelitian ini.

Sistem organisasi didasarkan pada pembentukan budaya yang efektif sehingga

membuat lingkungan belajar tetap kuat. Kinerja karyawan meningkat dengan

pembentukan budaya organisasi yang kuat. Kinerja karyawan akan dianggap sebagai

tulang punggung organisasi karena mengarah pada perkembangannya secara efektif

(Awadh & Saad, 2013).

Budaya organisasi menciptakan nilai sebuah institusi tidak hanya dari sopan

santun dan perilaku setiap individu dalam organisasi tetapi juga oleh sikap dan perilaku

kolektif organisasi pada umumnya (Isa et al., 2016). Budaya, di tempat kerja, adalah

kekuatan yang sangat kuat, yang secara sadar dan sengaja dikembangkan dan

diteruskan pada karyawan yang masuk. Ini adalah benang yang dapat menyatukan

organisasi secara integral. Aturan dan tradisi budaya memiliki arti penting dalam

organisasi mana pun dan memiliki dampak yang besar dan dampak yang signifikan

terhadap karyawan dan organisasi pada umumnya (Stephen & Stephen, 2016).

7
Budaya organisasi juga merupakan acuan standar yang diberlakukan oleh suatu

organisasi secara sistematis dalam membimbing karyawan untuk meningkatkan

komitmen kerja mereka terhadap organisasi. Budaya organisasi dapat berfungsi

sebagai tuntutan yang mengikat bagi para anggotanya karena dapat dirumuskan secara

formal dalam berbagai aturan dan peraturan organisasi. Dengan demikian, individu

dalam organisasi secara tidak langsung akan terikat untuk membentuk sikap dan

perilaku yang mengikuti visi organisasi,misi, dan strategi. Budaya organisasi dapat

mempengaruhi kinerja karyawan (Ahmed & Shafiq, 2014; Kuswati, 2020) karena

budaya dapat membentuk individu yang cakap dan memiliki integritas dan bentuk yang

tinggi dalam dirinya perilaku di tempat kerja. Selain memproduksi sumber daya

manusia yang berkualitas, keberhasilan organisasi juga tergantung pada budayanya.

budaya organisasi yang kuat diharapkan dapat memperkuat individu-individu dalam

organisasi untuk membentuk sikap dan perilaku yang dapat menghasilkan kinerja yang

maksimal untuk meningkatkan kualitas kinerja melalui budaya organisasi (Isa et al.,

2016)

Budaya organisasi mengacu pada misi, tujuan, harapan, dan nilai perusahaan

yang memandu karyawannya. Budaya organisasi di lingkungan kerja juga memberikan

dampak bagi kinerja karyawan, dimana budaya organisasi tersebut sangat erat

kaitannya dalam meningkatkan kinerja karyawan, sebab dengan terciptanya budaya

organisasi yang baik serta ditunjang oleh adanya kerja sama dengan sesama karyawan,

maka akan dapat dicapai hasil yang dapat meningkatkan kinerja karyawan. Dengan

dicapainya tingkat kinerja yang baik maka harapan untuk menjadikan mutu pekerjaan

8
lebih baik akan dapat dicapai. Dengan budaya organisasi , Lembaga akan

memudahkan karyawan untuk beradaptasi dengan lingkungan kerja mereka dan

membantu karyawan untuk mengetahui tindakan apa yang harus mereka lakukan

sesuai dengan nilai-nilai yang ada dalam organisasi. apabila pedoman organisasi

telah menjadi budaya organisasi, maka budaya perusahaan akan dapat memberikan

kontribusi terhadap kinerja organisasi.

Kepemimpinan dapat didefinisikan sebagai proses mengarahkan dan memberi

pengaruh kepada kegiatan sekelompok anggota yang terkait dengan tugasnya (Stoner,

1992). Kepemimpinan adalah salah satu faktor utama dalam membawa hal positif

perubahan organisasi, karena jika tidak ada kepemimpinan dalam suatu organisasi

maka organisasi tidak akan bisa berubah ke arah yang menjadi tujuan dari organisasi

didirikan dan malah bisa mengalami perubahan negatif. Pemimpin adalah orang yang

mengendalikan dan mengambil alih operasi sebuah organisasi dan pemimpin yang baik

mampu mengatur tujuan dan sasaran yang optimis sambil mengarahkan operasi

perusahaan menuju tujuan tersebut melalui strategi yang efektif (Hao & Yazdanifard,

2015).

Kinerja dari karyawan, tenaga kependidikan dan siswa tidak dapat dipisahkan

dari kinerja pimpinan pondok pesantren. Sejalan dengan hal tersebut, kepemimpinan

pondok pesantren menjadi variabel yang sangat mempengaruhi kinerja seluruh sumber

daya manusia di tempat kerja (Arif et al., 2019; Hao & Yazdanifard, 2015). Bila

dikaitkan dengan objek penelitian yaitu pondok pesantren, maka kecenderungan

kepemimpinan yang terjadi dalam lingkungan pesantren adalah kepemimpinan

9
romantis, hal ini didasari pemikiran karena pesantren merupakan lembaga pendidikan

Islam dengan sistem asrama atau pondok, dimana kyai sebagai figur sentralnya, masjid

sebagai pusat kegiatan yang menjiwainya, dan pengajaran agama Islam di bawah

bimbingan kyai yang diikuti santri sebagai kegiatan utamanya (Kahar et al., 2019).

Penelitian kepemimpinan romantis menunjukkan bahwa orang-orang yang

memiliki penilaian yang tinggi dalam sifat kepribadian kesadaran (pekerja keras atau

dapat diandalkan) dan namun mempunyai penilaian yang rendah dalam sifat

kepribadian neurotisisme (cemas atau gugup) sangat mungkin untuk melebih-lebihkan

peran pemimpin, dalam hal ini Kyai, karena keberadaan pesantren sangat bergantung

pada keberadaaan Kyai. Ketika orang-orang dengan kepribadian cenderung

memberikan penghargaan yang berlebihan terhadap dampak kepemimpinan

ditempatkan ke dalam organisasi hierarkis seperti di dunia pesantren, di mana

kekuasaan dan pengambilan keputusan terkonsentrasi di puncak piramida yang tertutup

yaitu Kyai.

Kepemimpinan romantis menyiratkan bahwa pengikut cenderung memberi

penghargaan kepada para pemimpin atas keberhasilan atau kegagalan pencapaian

tujuan organisasi. Atribusi bawah sadar ini untuk menyederhanakan hubungan sebab

akibat yang kompleks yang sering kali terlibat dalam hasil organisasi yang signifikan

sehingga pengikut memandang pemimpin sebagai kekuatan pendorong untuk segala

sesuatu dan apa pun yang terjadi pada organisasi selama masa jabatan pemimpin

(Wong & Gerras, 2017).

10
Kepemimpinan Romantis adalah aspek khusus dari kepemimpinan pengikut

implisit. Kepemimpinan romantis adalah kecenderungan pengikut untuk percaya

bahwa kepemimpinan adalah "utama". Kekuatan dalam pola peristiwa atau peristiwa

organisasi (Felfe & Petersen, 2007a). Kepemimpinan romantis adalah kecenderungan

pengikut untuk mengatribusikan kinerja organisasi secara berlebihan dengan perilaku

pemimpin. Pemimpin seharusnya mengontrol kepemimpinan romantis dan dapat

mempengaruhi nasib organisasi, terlepas dari keadaan yang meringankan (Wong &

Gerras, 2017).

Kepuasan kerja merupakan salah satu kriteria untuk menetapkan kesehatan

suatu organisasi dengan memberikan layanan yang efektif sangat tergantung pada

sumber daya manusia dan kepuasan kerja yang dialami karyawan akan mempengaruhi

kualitas layanan yang dari pekerjaan yang mereka berikan (Crossman & Abou‐Zaki,

2003). Kepuasan kerja menceminkan perasaan seorang karyawan terhadap pekerjaan

yang dihadapinya. Seorang karyawan yang mendapatkan kepuasan dalam pekerjaanya

biasanya tingkat kehadiranya tinggi dan mempunyai prestasi yang baik dalam bekerja.

Karyawan yang merasa puas terhadap pekerjaanya cenderung lebih terlibat dalam

pekerjaan yang dapat meningkatkan kinerjanya.

Dari serangkaian permasalahan yang ditemukan saat pra penelitian melalui

wawancara dan data awal dari bagian HRD kemudia ditambah dengan beberapa

perbedaan hasil (Riset Gap) penelitian terdahulu diatas , maka terdapat beberapa

temuan atau indikasi dapat mengakibatkan kinerja karyawan di pondok pesantren daar

el qolam menjadi rendah, yaitu budaya organisasi ,kepemimpinan romantis dan

11
kepuasan kerja. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk

mengadakan penelitian tesis ini dengan judul Pengaruh Budaya Organisasi

,Kepemimpinan Romantis dan Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Di

Pondok Pesantren Daar El Qolam.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, pokok permasalahan yang menjadi stagnan

pada Kinerja Karyawan Di Pondok Pesantren Daar El Qolam yaitu :

1. Beberapa karyawan belum mampu menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran

(RPP) dengan baik, padahal RPP merupakan panduan bagi seorang karyawan dalam

melaksanakan pembelajaran di kelas agar pembelajaran dapat berlangsung lebih

sistematis dan terintegrasi.

2. Karyawan kurang menjalin kerja sama yang baik dengan rekan karyawan dalam

mendiskusikan cara mengajarkan pekerjaan tertentu

3. Kecenderungan semakin rendahnya disiplin dan komitmen karyawan dari waktu ke

waktu sehingga budaya organisasi yang tercipta semakin mendorong pada

rendahnya kinerja Karyawan.

4. Beberapa karyawan mengungkapkan ketidakpuasan pada gaji yang dinilai kurang

dan tidak adil pada setiap karyawan.

5. Beberapa karyawan mengungkapkan ketidakpuasan pada karyawan lainnya ats

promosi karyawan yang naik jabatan sehingga timbul kecemburuan sosial diantara

sesama karyawan.

12
6. Kecenderungan rendahnya kepemimpinan dalam mengelola dan memaksimalkan

sumber daya manusia khususnya Karyawan sehingga kinerja karyawan semakin

rendah

7. Kurangnya perhatian terhadap hasil evaluasi atas penilaian Assesmen Karyawan

sehingga terjadi kecenderungan penurunan kinerja Karyawan dalam setiap

tahunnya.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan beberapa masalah yang diidentifikasi di atas, maka penelitian ini

dibatasi pada Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Karyawan, Pengaruh

Kepemimpinan Romantis Terhadap Kinerja Karyawan, Pengaruh Kepuasan Kerja

Terhadap Kinerja Karyawan dan Pengaruh secara bersama-sama Budaya Organisasi

,Kepemimpinan Romantis dan Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan. Adapun

objek penelitian ini ialah karyawan Di Pondok Pesantren Daar El Qolam.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka perumusan masalahnya

sebagai berikut :

1. Apakah terdapat Pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja karyawan di Pondok

Pesantren Daar-El Qolam Jayanti Tangerang Banten?

2. Apakah terdapat Pengaruh kepemimpinan romantis terhadap kinerja karyawan di

Pondok Pesantren Daar-El Qolam Jayanti Tangerang Banten?

13
3. Apakah terdapat Pengaruh kepuasan kerja terhadap kinerja karyawan di Pondok

Pesantren Daar-El Qolam Jayanti Tangerang Banten?

4. Apakah budaya organisasi, kepemimpinan romantis dan kepuasan kerja secara

bersama-sama mempengharuhi terhadap kinerja karyawan di Pondok Pesantren

Daar-El Qolam Jayanti Tangerang Banten?

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mencapai suau tujuan, yaitu:

1. Menguji secara empiris pengaruh Budaya Organisasi terhadap kinerja karyawan

di Pondok Pesantren Daar-El Qolam Jayanti Tangerang Banten.

2. Menguji secara empiris pengaruh Kepemimpinan romantis terhadap kinerja

karyawan di Pondok Pesantren Daar-El Qolam Jayanti Tangerang Banten.

3. Menguji secara empiris pengaruh Kepuasan Kerja terhadap kinerja karyawan di

Pondok Pesantren Daar-El Qolam Jayanti Tangerang Banten.

4. Menguji secara empiris pengaruh budaya organisasi dan Kepemimpinan romantis

secara bersama-sama terhadap kinerja karyawan di Pondok Pesantren Daar-El

Qolam Jayanti Tangerang Banten.

F. Signifikansi Penelitian

Penelitian ini menganalisa pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja

karyawan dengan memfokuskan pada faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya

kinerja karyawan khususnya Karyawan di Pondok Pesantren Darr El-Qolam

14
Penelitian dimulai dengan menganaliasa pengaruh Budaya Organisasi terhadap

kinerja karyawan dengan berfokus pada faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya

budaya organisasi di kalwangan karwayan

Kemudian menganalisa pengaruh Kepemimpinan romantis terhadap kinerja

karyawan dengan memfokuskan pada faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya

kepemimpinan di kalangan Karyawan.

Dilanjutkan dengan menganalisa pengaruh Kepuasan Kerja terhadap kinerja

karyawan dengan memfokuskan pada faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya

kepuasan kerja di kalangan Karyawan

Dan selanjutnya diawali oleh proses penyusunan/perencanaan, pengukuran

kinerja, pengelolaan kinerja, hingga pelaporan kemudian diimplementasikan secara

teknis operasional. Setelah itu secara evaluatif diidentifikasikan faktor-faktor yang

menjadi penghambat dan pendukung terhadap proses tersebut yang kesemuanya akan

menjadi bahan analisis atas implementasi yang telah dijalankan. Dengan demikian

penulis menganalisa pengaruh budaya organisasi dan kepemimpinan romantis terhadap

kinerja karyawan dapat memberikan kontribusi pada pengembangan Pondok Pesantren

Daar El Qolam.

G. Kegunaan Hasil Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi kepada semua pihak yang

membutuhkan, diantaranya:

15
a. Bagi penulis, penelitian ini dapat menjadi nilai tambah bagi pengetahuan,

pengembangan dan wawasan penulis di bidang manajemen sumber daya

manusia.

b. Bagi lembaga : penelitian ini dapat menjadi masukan yang berguna bagi Pondok

Pesantren Daar El Qolam agar dapat meningkatkan kinerja karyawannya dengan

memahami budaya organisasi ,Kepemimpinan romantis dan Kepuasan Kerja

c. Bagi pembaca : penelitian ini dapat menjadi bahan bacaan dan ilmu pengetahuan

serta sumber referensi yang relevan terhadap budaya organisasi, Kepemimpinan

romantis, Kepuasan Kerja dan kinerja karyawan atau bidang ilmu yang berkaitan

dengan manajemen sumber daya manusia.

16
17

BAB II

KAJIAN TEORITIK

A. Deskripsi Konseptual

1. Kinerja

Menurut Griffin et al. (2007) kinerja merupakan salah satu kumpulan total dari

kerja yang ada pada diri pekerja. Sedangkan Schermerhorn dkk. (1991) menyatakan

kinerja kualitas dan kuantitas tugas yang dilakukan oleh perorangan, kelompok atau

perusahaan. Dan Stolovitch & Keeps (1992) juga menyatakan bahwa kinerja

merupakan seperangkat hasil yang dicapai dan merujuk pada tindakan pencapaian serta

pelaksanaan sesuatu pekerjaan yang diminta.

Hersey & Blanchard (2001) menyebutkan bahwa kinerja merupakan fungsi dari

motivasi dan kemampuan. Untuk menyelesaikan tugas atau pekerjaan, orang harus

memiliki tingkat kesiapan dan tingkat kemampuan tertentu. Keinginan dan

keterampilan seseorang tidaklah cukup efisien untuk melakukan sesuatu tanpa

pemahaman yang jelas apa yang harus dilakukan dan bagaimana melakukannya.

Menurut Robbins & Judge (2018) kinerja sebagai fungsi interaksi antara

kemampuan (Ability=A), motivasi (motivation=M) dan kesempatan (Opportunity=O)

atau Kinerja = ƒ(A x M x O); artinya: kinerja merupakan fungsi dari kemampuan,

motivasi dan kesempatan.

Menurut Pradhan & Jena, (2017) menyatakan bahwa kinerja karyawan terdiri

atas 3 dimensi yaitu Kinerja Tugas (Task Performance), Kinerja Adaptif (Adaptif

Performance) dan Kinerja Konstektual (Contextual Performance). Contoh dari kinerja


tugas (misalnya, "Saya selalu bekerja untuk mempertahankan standar kerja yang

tinggi"), kinerja adaptif (misalnya, "Saya selalu berusaha untuk memperbaharui diri

dengan keterampilan dan pengetahuan baru yang dapat membantu saya untuk cepat

beradaptasi dengan perubahan dalam pekerjaan inti saya"), dan kinerja kontekstual

(misalnya, "Saya selalu membimbing kolega baru saya di luar lingkup pekerjaan

saya"). Berikut adalah gambar Model Kinerja seperti terlihat dibawah ini :

Gambar 1 Model Triarki Kinerja Karyawan

Menurut Colquitt et al. (2020) kinerja pekerjaan adalah sebagai nilai dari

seperangkat perilaku karyawan yang berkontribusi, baik positif atau negatif, untuk

pencapaian tujuan organisasi. Ada tiga faktor yang mempengaruhi kinerja yaitu :

1. Kinerja tugas (Task Performance)

2. perilaku kewarganegaraan (Citizenship Behaviour)

3. Perilaku Kontraproduktif (Counterproductive Behaviour)

Indikator kinerja karyawan menurut Warren & Hale (2016) adalah kualitas kerja,

kuantitas kerja, pemanfaatan waktu pengetahuan pekerjaan dan disipilin kerja.

18
Terdapat beragam faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan, diantaranya

adalah servant leadership, komitmen organisasi, dan lingkungan fisik.

Berbagai identifikasi telah dianalisis oleh Maurice dalam Indrasari (2017)

sebagai faktor penyebab kinerja seseorang yang merupakan sesuatu yang fundamental

bagi proses pengawasan yang baik serta pembuatan keputusan yang lebih efektif dalam

proses strategi perbaikan kinerja staf. Dalam bagian ini akan diungkap tabel analisis

yang diungkap oleh Maurice berkenaan dengan atribut penyebab kinerja menurun atau

meningkat.

Tabel 3. Analisis Maurice tentang Kinerja Individu Internal dan Eksternal

Pekerjaan mudah
Kemauan tinggi
Kinerja baik Nasib baik
Kerja Keras Bantuan dari rekan kerja
Pimpinan yang baik
Pekerjaan sulit
Kinerja Kemauan rendah
Nasib buruk
buruk Upaya terbatas Rekan-rekan kerja tidak produktif
Pimpinan tidak simpatik
Sumber: Villere, Maurice, F. dalam Indrasari (2017)

Berdasarkan tabel tersebut dapat dipahami bahwa persoalan kinerja adalah

sesuatu yang merupakan variabel yang dapat dipengaruhi oleh faktor lain atau dengan

kata lain sesuatu yang dapat dirubah dengan jalan tertentu. Tentu saja melalui proses

yang tertuang dalam proses pengembangan individu maupun lingkungan di mana

mereka bekerja.

Dalam hal indikator kinerja menurut Lohman (2003) adalah suatu variabel yang

digunakan untuk mengekspresikan secara kuantitatif efektivitas dan efisinesi proses

atau operasi dengan berpedoman pada target-target dan tujuan organisasi.

19
Dan lebih rinci Soomro & Shah (2019) menyatakan bahwa untuk mengukur

kinerja dapat diukur dengan indikator yang meliputi :

1. Sesuai dengan kualitas standar

2. Melebihi standar kualitas

3. Sesuai dengan target yang ditentukan

4. Melebihi yang ditentukan target

5. Sesuai dengan waktu yang disediakan

6. Tepat waktu

7. Tanpa pengawasan

8. Membutuhkan umpan balik dari pengawas

9. Bekerja sama dengan rekan kerja

10. Bekerja sama dengan para pemimpin

Berdasarkan definisi di atas dapat disintesakan bahwa kinerja adalah hasil kerja

seseorang yang terlihat dari kuantitas kerja maupun kualitas kerja melaui proses yang

dilakukan sesuai dengan petunjuk kerja.

2. Budaya Organisasi ( X1 )

Menurut Enny (2019) kata budaya (culture) berasal dari disiplin ilmu

Antropologi; dengan tokohnya Killman. Diartikan sebagai falsafah, ideologi, nilai-

nilai, anggapan,keyakinan, harapan, sikap, dan norma yang dimiliki bersama dan

mengikat suatu masyarakat. Sedangkan organisasi berasal dari bahasa Yunani

20
“organon” yang berarti alat atau instrument. Arti kata menyiratkan bahwa organisasi

adalah alat bantu manusia.

Menurut Schein (2004) budaya organisasi dapat didefinisikan sebagai norma,

nilai, dan keyakinan yang memandu organisasi. Sedangkan Robbins & Judge (2018)

mendeskripsikan budaya organisasi sebagai sistem makna bersama yang dianut oleh

anggota organisasi dari organisasi lain. Yang penting karakteristik budaya adalah

inovasi dan toleransi risiko, perhatian terhadap detail, orientasi pada hasil, orientasi

terhadap internal organisasi, orientasi kelompok, agresivitas, dan stabilitas.

Daft (2016) mengungkapkan budaya organisasi adalah seperangkat nilai,

norma, keyakinan pemandu, dan pemahaman dibagikan oleh anggota organisasi dan

diajarkan kepada anggota baru. Sedangkan menurut Mgbere (2009) menyebutkan

Budaya organisasi atau budaya perusahaan adalah seperangkat nilai, keyakinan, dan

cara melakukan sesuatu dalam sebuah organisasi. Ini mendefinisikan suasana di mana

seorang karyawan bekerja dan bagaimana dia seharusnya berperilaku untuk mencapai

tugasnya.

Dan menurut Kreitner & Kinicki (2014) mengemukakan bahwa Budaya

organisasi (organizational culture) adalah perangkat asumsi yang dibagi dan diterima

secara implisit begitu saja serta dipegang oleh suatu kelompok yang menentukan

bagaimana hal itu dirasakan, dipikirkan, dan bereaksi terhadap lingkungan yang

beragam.

Budaya organisasi tidak muncul dengan begitu saja, sekali dibentuk tidak begitu

saja pula ia menghilang. Kebiasaan, tradisi, dan cara umum untuk melakukan segala

21
sesuatu di sebuah organisasi yang berlaku sekarang pada umumnya muncul oleh apa

yang telah dilakukan sebelumnya dan tingkat keberhasilan dari usaha-usaha yang telah

dilakukan. Berkaitan dengan kemunculan budaya organisasi (Greenberg & Baron,

2000) menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhinya, yaitu:

1. Budaya organisasi dipengaruhi oleh pendiri organisasi

2. Budaya organisasi berkembang karena pengaruh pengalaman organisasi

dengan lingkungan eksternal

3. Budaya organisasi berkembang karena hubungan antara kelompok individu

dalam organisasi.

Menurut Robbins & Judge (2018) dimensi dan indikator budaya organisasi

adalah sebagai berikut :

1. Inovasi dan mengambil resiko dengan indikator ; a) Kreativitas, b) Aspiratif, c)

Perhitungan yang matang, d) Bertanggung jawab.

2. Perhatian pada rincian, dengan indikator ; a) Ketelitian kerja, b) Evaluasi hasil

kerja.

3. Orientasi hasil, dengan indikator ; a) Pencapaian target, b) Fasilitas kerja.

4. Orientasi manusia, dengan indikator ; a) Kenyamanan, b) Rekreasi, c)

Keperluan pribadi.

5. Orientasi tim, dengan indikator ; a) Kerjasama, b) Saling menghargai.

6. Agresivitas, dengan indicator ; a) Kritis, b) Kompetisi, c) Tingkat pencapaian

yang berkesinambungan.

7. Stabilitas, dengan indikator ; a) Perubahan peraturan, b) Kepatuhan.

22
Berdasarkan definisi di atas dapat disintesakan bahwa budaya organisasi adalah

nilai, norma, dan aturan yang dimiliki bersama oleh organisasi untuk menentukan

bagaimana perilaku anggota organisasi bertindak untuk mencapai sasaran organisasi.

3. Kepemimpinan Romantis ( X2 )

Kepemimpinan Romantis adalah aspek khusus dari kepemimpinan pengikut

implisit. Kepemimpinan romantis adalah kecenderungan pengikut untuk percaya

bahwa kepemimpinan adalah "utama". Kekuatan dalam pola peristiwa atau peristiwa

organisasi (Felfe & Petersen, 2007a). Kepemimpinan romantis adalah kecenderungan

pengikut untuk mengatribusikan organisasi secara berlebihan kinerja dengan perilaku

pemimpin. Pemimpin seharusnya mengontrol kepemimpinan romantis dan dapat

mempengaruhi nasib organisasi, terlepas dari keadaan yang meringankan (Wong &

Gerras, 2017).

James Meindl, bapak teori romantisme kepemimpinan, mendalilkan bahwa ada

kecenderungan yang berlaku di antara pengikut dan pengamat dalam organisasi atau

masyarakat untuk memiliki pandangan kepemimpinan yang heroik dan lebih besar dari

kehidupan dalam organisasi dan masyarakat (Meindl, 1995), kepemimpinan romantis

menggambarkan komitmen kolektif terhadap konsep kepemimpinan.

Kepemimpinan romantis adalah aspek spesifik dari kepemimpinan implisit

pengikut skema. Kepemimpinan romantis adalah kecenderungan pengikut untuk

percaya bahwa kepemimpinan “adalah yang utama”. "Felfe & Petersen, (2007); Meindl

(1995) menemukan bahwa individu mengevaluasi kinerja perusahaan lebih positif

23
ketika kinerja dijelaskan sebagai karena pemimpin organisasi daripada ketika itu

karena terjadi tidak hanya dengan kinerja organisasi yang positif tetapi juga dengan

negatif.

Sesuai dengan teori kepemimpinan implisit, Kepemimpinan romantis muncul

dari kebutuhan individu untuk memahami dunia mereka. Ada banyak faktor penentu

yang kompleks dari kinerja organisasi. Lebih mudah untuk mengurangi kerumitan ini,

yaitu sulit untuk dipahami, tidak pasti, dan terkadang tidak dapat diketahui, hingga ide

yang lebih sederhana bahwa kinerja organisasi.

Teori kepemimpinan romantis mengatakan bahwa pemimpin ada karena ada

pengikutnya. Para pengikut ini mengembangkan pandangan romantis (ideal) mengenai

adanya seorang pemimpin yang dapat membantu mereka mencapai tujuannya untuk

memperbaiki hidup mereka.

Kepemimpinan romantis menyiratkan bahwa kita cenderung memberi

penghargaan kepada para pemimpin atas kemenangan yang mendebarkan atau

kesalahan atas kekalahan yang menyakitkan, bahkan jika mereka tidak pantas

mendapatkannya. Kami membuat atribusi bawah sadar ini untuk menyederhanakan

hubungan sebab akibat yang kompleks yang sering kali terlibat dalam hasil organisasi

yang signifikan. Akibatnya, kami memandang pemimpin sebagai kekuatan pendorong

untuk segala sesuatu dan apa pun yang terjadi pada organisasi selama masa jabatan

pemimpin.

Kepemimpinan romantis, perspektif kepemimpinan yang berpusat pada

pengikut, berpendapat bahwa kecenderungan atribusi kepemimpinan adalah bawaan

24
dan budaya yang dikembangkan manusia kecenderungan yang hanya dapat dijelaskan

melalui pemahaman yang lebih dalam tentang pengikutnya. Penggabungan krisis yang

dirasakan dan kecenderungan romantis yang tinggi, dan lainnya faktor menciptakan

suasana yang paling reseptif terhadap munculnya karismatik pemimpin. Munculnya

karisma kepemimpinan, dalam kasus seperti itu, mungkin ada hubungannya dengan

faktor pribadi, budaya, dan situasional dan sangat sedikit hubungannya dengan yang

sebenarnya perilaku pemimpin (Bligh et al., 2011).

Proses konstruksi kepemimpinan menurut Bligh et al. (2011) adalah :

1. konteks perspektif kepemimpinan

a. Ringkasan perspektif kunci yang berpusat pada pemimpin tentang

kepemimpinan,

b. Pengenalan singkat tentang romansa teori kepemimpinan dan akar teoretisnya,

c. Temuan penelitian tentang romansa kepemimpinan,

d. Hubungan asmara kepemimpinan dengan kepemimpinan karismatik /

transformasional,

e. Sisi gelap romansa kepemimpinan.

2. Kepribadian, yang meliputi

(a) peran kepribadian dalam studi kepemimpinan,

(b) taksonomi big-five trait dan teori kepribadian big-five, dan

(c) hubungan antara big-five dan romansa kepemimpinan

25
3. Faktor demografi pengikut,termasuk kedewasaan dan latar belakang budaya

Kecenderungan manusia untuk meromantisasi kepemimpinan adalah fungsi dari

disposisional, budaya, faktor pengalaman dan situasional. Faktor disposisional yang

mempengaruhi kecenderungan ini termasuk faktor-faktor seperti sifat dan motif

pribadi (Felfe & Petersen, 2007; Meindl, 1995).

Kultural faktor, seperti perhatian media pada kepemimpinan atau pengajaran

yang mengagungkan kepahlawanan faktor, seperti perhatian media pada

kepemimpinan atau pengajaran yang mengagungkan kepahlawanan (Chen & Meindl,

1991). Faktor situasional, seperti krisis dan Faktor situasional, seperti krisis

ketidakpastian, sementara dapat meningkatkan kecenderungan orang untuk mencari

kepemimpinan (Bligh et al., 2011).

Teori Kepemimpinan Romantis

1. Teori Kepemimpinan Romantis Berakar Pada Teori Konstruksi Pribadi Dan Sosial

Psikologi.

Konstruktivisme adalah suatu pendekatan terhadap belajar yang berkeyakinan

bahwa orang secara aktif membangun atau membuat pengetahuannya sendiri dan

realitas ditentukan oleh pengalaman orang itu sendiri pula (Abimanyu, 2008).

Pembelajaran yang berciri konstruktivisme menekankan terbangunnya pemahaman

sendiri secara aktif, kreatif dan produktif berdasarkan pengetahuan terdahulu dan

pengalaman belajar yang bermakna (Muslich, 2007). Konstruktivisme adalah

sebuah teori yang memberikan kebebasan terhadap manusia yang ingin belajar atau

mencari kebutuhannya dengan kemampuan untuk menemukan keinginan atau

26
kebutuhannya tersebut dengan bantuan fasilitas orang lain. Manusia untuk belajar

menemukan sendiri kompetensi, pengetahuan atau teknologi dan hal yang

diperlukan guna mengembangkan dirinya (Thobroni, 2015). Konstruktivisme

(construktism) merupakan landasan berfikir pendekatan kontekstual, pengetahuan

dibangun sedikit demi sedikit, hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas

(sempit) dan tidak dengan tiba-tiba (Sagala, 2007).

Berasal dari alternativisme konstruktif Kelly (1963) adalah tiga hal penting

implikasi untuk romansa kepemimpinan:

a) Sistem konstruksi pribadi di belakang romansa kepemimpinan dapat ditempa

sebagai pengamatan baru dan terus-menerus digunakan untuk uji terhadap

penjelasan kausal yang mendasarinya. Diskonfirmasi dapat menyebabkan

perubahan dalam sistem konstruksi pribadi. Artinya romansa kepemimpinan

dipengaruhi oleh pengalaman.

b) Potensi tidak adanya objektivitas dalam proses konstruksi pribadi. Seperti semua

konstruksi pribadi, konstruksi kepemimpinan individu tidak perlu direfleksikan

setiap realitas objektif. Romantisme kepemimpinan adalah tentang persepsi

kepemimpinan dan bagaimana persepsi itu digunakan sebagai konteks untuk

menafsirkan dan menilai peristiwa.

c) Romansa kepemimpinan bersifat personal. Bagaimana persepsi masing-masing

individu kepemimpinan adalah fungsi dari sistem konstruksi pribadinya, yang

dikembangkan dalam pikiran, melalui pengalaman pribadi dan pembelajaran

27
2. Teori Kepemimpinan Romantis Berakar Pada Teori Atribusi Kepemimpinan

Teori atribusi kepemimpinan merupakan salah satu bagian dari teori kepemimpinan

kontemporer. Atribusi adalah sebuah teori yang membahas tentang upaya-upaya

yang dilakukan untuk memahami penyebab-penyebab perilaku kita dan orang lain.

Definisi formalnya, atribusi berarti upaya untuk memahami penyebab di balik

perilaku orang lain, dan dalam beberapa kasus juga penyebab di balik perilaku kita

sendiri (Samsuar, 2019).

Teori Atribusi Kepemimpinan mengemukakan bahwa kepemimpinan adalah

kemampuan pemimpin mengelola sifat-sifat/ciri/latar belakang orang-orang yang

dipimpinnya sehingga dapat dipengaruhi untuk melakukan sesuatu demi

kepentingan organisasi. Untuk mencapai kepemimpinan yang efektif seorang

pemimpin harus memiliki kemampuan untuk mempengaruhi perilaku para

bawahannya, ia mutlak perlu mengenali karakteristik, kepentingan, kebutuhan,

kecenderungan perilaku dan kemampuan mereka.

Teori Atribusi yang hingga saat ini masih banyak diakui keberadaanya antara lain:

1. Teori Penyimpulan Terkait (correspondence Inference), yakni perilaku orang lain

merupakan sumber informasi yang kaya. Perilaku yang diamati secara khusus

adalah:

a. Perilaku yang timbul karena kemampuan orang itu sendiri.

Contoh: kasir yang cemberut, satpam yang tersenyum.

b. Perilaku yang membuahkan hasil yang tidak lazim.

28
Contoh: kebiasaan seseorang selalu bekerja individual dan hanya dapat

bekerja maksimal pada waktu sore hari.

c. Perilaku yang tidak biasa.

Contoh: seorang pelayan toko menunjukkan toko lain yang merupakan

saingannya kepada pelanggannya.

2. Teori Sumber Perhatian dalam Kesadaran (conscious intentional resources), yaitu

proses persepsi terjadi dalam kognisi orang yang melakukan persepsi

(pengamatan). Atribusi kesadaran ini harus melewati tiga tahapan, yaitu:

kategorisasi, karakterisasi, & koreksi.

3. Teori atribusi internal dan eksternal yaitu teori yang berfokus pada akal sehat.

Menurut teori ini ada tiga hal yang perlu diperhatikan, apakah suatu perilaku

beratribusi internal atau eksternal, yaitu: konsensus, konsistensi dan distingsi atau

kekhususan

Sedangkan menurut Meindl et al. (1985) untuk mengukur kepemimpinan

romantis dapat dinyatakan dengan:

1. Menyikapi hasil evaluasi

evaluasi kinerja masih digunakan sebagai alat pengukuran untuk pengendalian

pada perilaku karyawan, bisa membuat keputusan yang berkaitan dengan tingkat

kenaikan gaji, pemberian bonus, promosi jabatan maupun.pada dasarnya

merupakan salah satu faktor kunci guna mengembangkan suatu organisasi secara

efektif dan efisien, karena bisa memanfaatkan kebijakan atau program penilaian

prestasi kerja karyawan, berarti pimpinan perusahaan telah mengkondisikan untuk

29
melakukan perubahan sikap dan perilaku karyawan terhadap aktivitas

pekerjaannya itu.

2. Pengaruh individu kognitif

merujuk kepada cara seseorang memperoleh, memproses dan menilai sesuatu

maklumat yang diterima. Gaya ini mempengaruhi cara seseorang mengimbas dan

memerhati persekitaran untuk mendapatkan maklumat, cara menyusun dan

mentafsir maklumat tersebut serta cara mengintegrasikan pentafsiran mereka

dalam bentuk peta minda serta teori yang akan merangsang tindakan seterusnya.

3. Tanggung jawab hasil kinerja

tanggung jawab adalah keharusan untuk melakukan semua kewajiban atau tugas-

tugas yang dibebankan kepadanya sebagai akibat dari wewenang yang diterima

atau dimilikinya. Tanggung jawab terhadap pekerjaan sangatlah penting dalam

sebuah organisasi atau perusahaan untuk mencapai hasil diharapkan. Dalam

pelaksanaan masih ada karyawan yang merasa ketidak sesuaian terhadap hasil dari

apa yang diharapkannya, hal tersebut timbul kurangnya tanggungjawab terhadap

pekerjaan. Sehingga tingkat pencapaian hasil kerja yang ingin dicapai oleh

perusahaan belum maksimal atau belum tercapai.

4. Intervensi pimpinan

dimaksudkan untuk menetapkan cara-cara apakah yang patut digunakan untuk

merencanakan perbaikan berdasarkan masalah yang ditemukan dalam proses

diagnosis dan pemberian umpan balik. Intervensi berarti keikutsertaan klien dan

konsultan bersama-sama merencanakan proses perbaikan berdasarkan atas

30
masalah yang dijumpai dalam proses diagnosis. Kegiatan-kegiatan tersebut

dimaksudkan dalam rangka menata dan memperbaiki kembali fungsi organisasi

dalam memberikan kesempatan kepada anggota organisasi untuk bekerja dalam

tim ataupun mereka mengelola suatu tim serta memelihara (sustainable) organisasi

agar teteap dapat beralan dengan baik sesuai dengan tujuan organisasi.

5. Pengaruh eksternal

Faktor eksternal adalah faktor bawahan dan situasi. Faktor bawahan adalah faktor

yang disebabkan oleh karakter bawahan, di dalamnya terkait dengan status social,

pendidikan, pekerjaan, harapan, ideologi, agama dll, faktor-faktor itu tentu akan

menentukan bagaimana pemimpin mengatur dan mempengaruhinya. Jika bawahan

itu adalah karyawan, maka kepemimpinan akan menjalan pola sesuai dengan

karakter karyawan. Karakter karyawan berbeda-beda sehingga diperlukan

pendekatan pedagogi ada juga pendekatan andragogi. Faktor eksternal lain adalah

situasi, disini faktor situasi. Situasi ini berkitan dengan aspek waktu, tempat,

tujuan, karakteristik organisasi dll. Bertalian dengan waktu, perkembangan ilmu

pengetahuan mempengaruhi cara pandang dan budaya manusia. Perkembangan ini

berdampak pula pada perubahan konsep kepemimpinan.

Berdasarkan definisi di atas dapat disintesakan bahwa kepemimpinan romantis

adalah pemimpin itu “ada” dan diperlukan untuk membantu, memperhatikan dan

menyesuaikan dalam mencapai kebutuhan bawahannya.

31
4. Kepuasan Kerja ( X3 )

Siegel berpendapat dalam Indrasari (2017) mengemukakan bahwa kepuasan

kerja adalah “The appraisal of one s job as attaining or allowing the attainment of

one’s important job value, providing these value are congruent with or help full fit

one’s basic needs”. Artinya, tenaga kerja yang puas dengan pekerjaannya merasa

senang dengan pekerjaannya.

Menurut Robbins & Judge (2018) menegaskan bahwa kepuasan kerja adalah

sebagai suatu sikap umum seorang individu terhadap pekerjaannya, mengacu pada

sikap individu secara total terhadap pekerjaannya. Seseorang dengan tingkat kepuasan

kerja yang tinggi mempunyai sikap positif terhadap pekerjaannya; seseorang yang

tidak puas dengan pekerjaannya memiliki sikap negatif terhadap pekerjaan tersebut.

Menurut Luthans (2011) Kepuasan kerja adalah hasil dari persepsi karyawan

mengenai seberapa baik pekerjaan mereka memberikan hal yang dinilai penting.

Sedangkan menurut Mathis & Jackson (2011) kepuasan kerja adalah keadaan

emosional positif dalam mengevaluasi pengalaman kerja seseorang.

Dan menurut Kreitner & Kinicki (2014) menyatakan bahwa kepuasan kerja

adalah respons yang efektif atau emosional yang mengarah ke pekerjaan.

Teori Kepuasan Kerja

1. Two Factor Theory

Teori dua faktor adalah teori kepuasan kerja yang didasarkan pada kepuasan dan

ketidakpuasan merupakan bagian dari kelompok variabel berbeda, yaitu faktor

32
motivators dan hygiene factors (maintainance factors). Pada umumnya orang

mengharapkan faktor-faktor tertentu untuk memuaskan ketika mereka tersedia dan

tidak puas ketika mereka tidak. Dalam teori ini ketidakpuasan berhubungan dengan

kondisi kerja (misalnya, kondisi kerja, remunerasi, keselamatan, kualitas,

pengawasan dan hubungan dengan orang lain). Dan sebaliknya kepuasan diambil

dari faktor yang berkaitan dengan pekerjaan itu sendiri atau hasil langsung seperti

sifat pekerjaan, prestasi dalam pekerjaan, peluang promosi dan kesempatan untuk

mengembangkan diri dan diakui. Karena faktor ini berhubungan dengan indeks

kepuasan kerja tinggi yang disebut dengan motivators.

2. Value Theory

Menurut konsep teoretis ini, kepuasan kerja terjadi pada tingkat di mana hasil

pekerjaan yang diterima oleh orang tersebut sesuai dengan yang diharapkan. Lebih

banyak orang mendapatkan hasil, akan lebih puas. Teori nilai berfokus pada hasil

orang yang menilai orang tidak peduli siapa mereka. Kunci kepuasan dalam

pendekatan ini, perbedaan antara aspek pekerjaan yang dimiliki dan diinginkan

orang tersebut. Semakin banyak perbedaannya, semakin rendah kepuasan

karyawan. Implikasi dari teori ini mengundang memperhatikan aspek pekerjaan

yang perlu diubah untuk mendapatkan kepuasan kerja.

Kepuasan kerja memiliki banyak dimensi. Ia dapat mewakili sikap secara

menyeluruh atau mengacu pada bagian pekerjaan seseorang. Menurut Robbins & Judge

(2018) kepuasan kerja terdiri dari 5 (lima) dimensi antara lain:

33
1. Pekerjaan itu sendiri.

Pegawai cenderung menyukai pekerjaan yang memberikan kesempatan pada

mereka untuk membuktikan keterampilan dan kemampuan mereka, dan

menyediakan tugas-tugas yang bervariasi, kebebasan dari umpan balik tentang

hasil kerja yang mereka lakukan. Pekerjaan yang memiliki sedikit tantangan akan

cepat membosankan mereka, sebaliknya yang terlalu banyak tantangan akan

menimbulkan frustrasi dan kegagalan. Kondisi pekerjaan yang memiliki tantangan

yang moderat akan menumbuhkan kepuasan dalam diri pegawai.

2. Upah dan promosi

Pegawai biasanya menginginkan sistem upah dan promosi yang sesuai dengan

harapan mereka. Mereka cenderung akan merasa puas jika upah didasarkan pada

tuntutan pekerjaan, tingkat kemampuan individu, dan standar upah yang berlaku

di lingkungan lain. Pada dasarnya yang diinginkan oleh pegawai bukanlah

besarnya jumlah upah yang mereka terima, tetapi pada keadilan, demikian pula

dengan sistem promosi.

3. Kondisi kerja

Pegawai biasanya sangat memperhatikan lingkungan tempat kerja mereka untuk

kenyamanan pribadi dan untuk mendukung pekerjaan mereka. Mereka cenderung

lebih menyukai fisik yang aman dan nyaman. Secara umum, kondisi lingkungan

biasanya tidak terlalu berpengaruh terhadap kepuasan kerja selama tidak benar-

benar buruk.

34
4. Rekan kerja, penyelia, dan atasan

Bagi kebanyakan pegawai, tempat kerja juga merupakan tempat untuk sosialisasi,

sehingga sangat penting bagi mereka untuk memiliki rekan kerja yang mendukung

dan dapat bekerjasama dengan baik. Mendukung pernyataan tersebut, Luthans

menekankan pula pengaruh atasan pada kepuasan kerja pegawai. Mereka biasanya

mengharapkan atasan yang turut memperhatikan kesejahteraan mereka, banyak

memberikan bimbingan dan bantuan dalam pekerjaan, komunikatif, serta mau

melibatkan diri dalam pekerjaan.

5. Kesesuaian antara pekerjaan dan kepribadian

Ada suatu unsur yang cukup penting dan berperan dalam kepuasan kerja, yaitu

bahwa pegawai cenderung akan merasa puas jika ada kecocokan antara

kepribadian dan pekerjaannya, yang menjadi pertimbangan adalah bahwa pegawai

merasa telah menemukan kesamaan antara bakat dan kemampuan yang dimiliki

dengan tuntutan pekerjaannya, sehingga mereka akan merasa puas dengan

pekerjaan tersebut.

Berdasarkan definisi di atas dapat disintesakan bahwa kepuasan kerja adalah suatu

pandangan dan sikap seseorang yang senang, giat dan ikhlas dalam bekerja.

B. Hasil Penelitian Yang Relevan

Untuk memperkaya teori penelitian yang digunakan dalam penelitian ini,

dicantumkan beberapa penelitian terdahulu yang sesuai dengan penelitian ini. Penulis

35
menggunakan beberapa penelitian terdahulu yang relevan sebagai referensi juga

sumber acuan penelitian.

1. Maamari, Bassem E. & Saheb, Adel (2018) "How organizational culture and

leadership style affect employees’ performance of genders” ( "Bagaimana budaya

organisasi dan gaya kepemimpinan mempengaruhi kinerja karyawan berdasarkan

gender”), Total populasi diperkirakan 110.000 karyawan dari 72 perusahaan secara

total, dan mendistribusikan total 550 kuesioner melalui daftar email yang diterima,

namun hanya 40 perusahaan jasa menengah yang manajemen puncaknya menerima

untuk berpartisipasi dalam studi dan hanya 407 responden yang

menanggapi.Hasilnya mengungkapkan sejumlah hubungan yang menarik. Pertama,

gender secara positif lemah berkorelasi dengan budaya organisasi dan kinerja.

Budaya organisasi lebih penting dan kinerja perempuan lebih tinggi daripada pria.

Budaya organisasi berkorelasi positif kuat dengan kinerja, dan gaya kepemimpinan

berkorelasi positif kuat dengan kinerja.

2. Pujiono, Bjardianto; Setiawan, Margono; Sumiati & Wijayanti, Risna (2020), The

effect of transglobal leadership and organizational culture on job performance-

Inter-employee trust as Moderating Variable (Pengaruh kepemimpinan transglobal

dan budaya organisasi terhadap kinerja-kepercayaan antar karyawan sebagai

Variabel Moderating) Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis

pengaruh kepemimpinan transglobal dan budaya organisasi pada prestasi kerja

dengan kepercayaan antar karyawan sebagai variabel pemoderasi di Pusat Pelaporan

dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) Indonesia. Populasi adalah 308 staf

36
PPATK dan berdasarkan Rumus Slovin dengan tingkat kepercayaan 95%, jumlah

sampel dalam penelitian ini adalah 175 responden. Hasil temuan yaitu Gaya

kepemimpinan dan budaya organisasi mempengaruhi kinerja karyawan. Sementara

kepercayaan antar karyawan dapat memoderasi pengaruh kepemimpinan

transglobal dan budaya organisasi terhadap kinerja karyawan.

3. Juwaini, Ahmad; Fahlevi, Mochammad; Nadeak, Multi; Novitasari, Dewiana;

Nagoyae, Rocky; Wanasida, Albert Surya & Purwanto, Agus (2021). The Role of

Work Motivation, Organizational Culture and Leadership on Job Satisfaction and

Teachers Performance : An Empirical Study on Indonesian Senior High Schools

(Peran Motivasi Kerja, Budaya Organisasi dan Kepemimpinan Terhadap Kepuasan

Kerja dan Kinerja Karyawan : Studi Empiris Pada Sekolah Menengah Atas

Indonesia). Penelitian ini bertujuan untuk menemukan bukti empiris tentang

pengaruh motivasi kerja terhadap kepuasan kerja karyawan, pengaruh budaya

organisasi terhadap kepuasan kerja karyawan, kepemimpinan terhadap kepuasan

kerja karyawan, pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja karyawan melalui

kepuasan kerja karyawan, budaya organisasi terhadap kinerja karyawan melalui

kepuasan kerja karyawan, pengaruh kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja

karyawan melalui kepuasan kerja dan pengaruh pekerjaan kepuasan atas kinerja

karyawan. Populasi penelitian ini adalah karyawan sekolah menengah swasta di

kabupaten Tangerang dan Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini

adalah 210 karyawan. Hasil temuan diketahui bahwa motivasi kerja belum

berpengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja, budaya organisasi berpengaruh

37
signifikan terhadap kepuasan kerja, kepemimpinan berpengaruh signifikan terhadap

kepuasan, motivasi kerja berpengaruh tidak signifikan terhadap kinerja karyawan,

budaya organisasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan,

kepemimpinan berpengaruh positif dan signifikan terhadap Karyawan, tidak ada

pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja karyawan melalui Kepuasan Kerja, tidak

ada pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja karyawan melalui kepuasan kerja,

atau dapat disimpulkan bahwa budaya organisasi terbukti menjadi variabel yang

memediasi pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja karyawan, pengaruh

kepemimpinan tidak signifikan terhadap kinerja karyawan melalui kepuasan kerja

dan kepuasan kerja tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan.

4. Isa, Mohd Faizal Mohd; Ugheoke, Solomon Ozemoyah & Noor, Wan Shakizah

Wan Mohd (2016). The Influence of Organizational Culture on Employees’

erformance: Evidence from Oman (Pengaruh Budaya Organisasi terhadap Kinerja

Karyawan: Bukti dari Oman). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji

peran budaya organisasi pada kinerja karyawan dalam konteks organisasi sektor

publik. Sampel sebanyak 250 karyawan menggunakan kuesioner Wallach.

Penelitian ini menghasilkan temuan bahwa dua dari tiga dimensi budaya memiliki

pengaruh positif yang signifikan terhadap kinerja karyawan yaitu budaya birokrasi

dan budaya pendukung, sementara budaya inovatif tidak berpengaruh signifikan

terhadap kinerja karyawan. Namun secara bersama-sama budaya organisasi

berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja karyawan.

38
5. Stephen, Ekpenyong Nkereuwem & Stephen, Ekpenyong Alfred (2016).

Organizational Culture and Its Impact on Employee Performance and Job

Satisfaction: A Case Study of Niger Delta University, Amassoma (Budaya

Organisasi dan Dampaknya Terhadap Kinerja Karyawan dan Kepuasan Kerja:

Studi Kasus Niger Delta University, Amassoma). Penelitian ini bertujuan untuk

mengevaluasi bagaimana budaya organisasi mempengaruhi kinerja karyawan dan

kepuasan kerja. Serta hubungan antara budaya organisasi, kinerja karyawan dan

kepuasan pekerjaan. Objek penelitian adalah staf di Universitas Delta Niger dengan

sebanyak 100 orang. Dari temuan diamati bahwa mayoritas responden setuju

bahwa organisasi budaya memang berdampak pada kinerja dan tingkat kepuasan

karyawan. Budaya organisasi yang dipraktikkan di organisasi juga dapat

menentukan tingkat kinerja karyawan dan kepuasan kerja.

6. Shulhan, Muwahid (2018) Leadership style in the Madrasah in Tulungagung: how

principals enhanced teacher performance (Gaya kepemimpinan Madrasah di

Tulungagung: Bagaimana kepala sekolah meningkatkan kinerja karyawan). Tujuan

penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi gaya kepemimpinan kepala sekolah

Madrasah Aliyah Negeri (MAN), khususnya seberapa baik kepala sekolah

memotivasi, menggerakkan, mengarahkan dan mengevaluasi kinerja karyawan

untuk mencapai prestasi akademik siswa. Sebuah studi kualitatif dengan studi kasus

multi-situs yang dilakukan di tiga MAN di Tulungagung, Jawa Timur, Indonesia.

Objek Penelitian yaitu Kepala sekolah, Administrator dan Karyawan untuk

mengkonfirmasi kinerja kepala sekolah dan hasil kepemimpinannya terhadap

39
manajemen profesional, kebijakan sekolah, prosedur, dan pelaksanaan dinamika

sekolah dan prestasi akademik siswa. Penelitian ini menghasilkan temuan bahwa

kepala sekolah MAN adalah figur sentral dalam sekolah Islam. Secara khusus

penerapan gaya kepemimpinan dirinci sebagai: 1) Memotivasi: komunikasi intensif,

insentif, dan pengelolaan administrasi yang transparan; 2) Memobilisasi:

memberikan kesempatan untuk studi ke jenjang yang lebih tinggi, workshop,

fasilitas internet, imbalan; 3) Mengarahkan: penambahan jam mengajar, beasiswa,

pembekalan, kerjasama dengan pihak lain lembaga; 4) Mengevaluasi: kunjungan

kelas, pertemuan pribadi, mendorong partisipasi, berkomunikasi dengan komite

madrasah, bekerja sama dengan universitas asing, melakukan penelitian untuk

meningkatkan pembelajaran. Gaya kepemimpinan yang efektif ternyata

meningkatkan pencapaian akademik siswa

7. Meindl, James R.; Ehrlich, Sanford B & Dukerich Janet M. (1985). The Romance

of Leadership (Romantisme Kepemimpinan). Penelitian ini merupakan upaya

untuk menggali dan memahami keunggulan konsep kepemimpinan kolektif dalam

kesadaran kita. Dalam tiga studi arsip, dilakukan pemeriksaan perhatian dan minat

dalam kepemimpinan yang tercermin dalam berbagai publikasi, dalam

hubungannya dengan kinerja perusahaan nasional, industri, dan perusahaan

lainnya. Serangkaian percobaan studi dilakukan pemerikasaan efek hasil kinerja

dengan tingkat kekuatan atribusi kepemimpinan. Hasil studi ini mendukung

perspektif atribusi di mana kepemimpinan ditafsirkan sebagai konsep penjelas yang

digunakan untuk memahami organisasi sebagai sistem kausal; hasilnya ditafsirkan

40
dalam konteks konsepsi kepemimpinan yang diromantisasi. Konsepsi

kepemimpinan yang diromantiskan menyarankan bahwa pemimpin memang atau

harus memiliki kemampuan untuk mengontrol dan mempengaruhi nasib organisasi

yang menjadi tanggung jawabnya. asumsi kontrol dan tanggung jawab ini bagaikan

pedang bermata dua dimana tidak hanya menyiratkan pemberian pujian untuk hasil

positif, tetapi juga berarti menyalahkan hasil negatif terhadap apa yang terjadi pada

suatu organisasi.

8. Bligh, Michelle C.; Kohles, Jeffrey C & Pillai, Rajnandini (2011). Romancing

leadership: Past, present, and future (Kepemimpinan romantis: Dulu, sekarang,

dan masa depan). Penelitian ini menyajikan ulasan tentang romansa kepemimpinan

dan teori kepemimpinan konstruksi sosial 25 tahun setelah pertama kali

diperkenalkan. perkembangan pendekatan teoretis ini dari rumusan asli teori roman

kepemimpinan (RoL) sebagai bias atribusi melalui kemunculannya sebagai

pendekatan radikal dan tidak konvensional yang memandang kepemimpinan

sebagai aktivitas akal sehat yang terutama 'di mata yang melihatnya. Penelitian

yang diterbitkan dalam jurnal manajemen dan psikologi organisasi dari tahun 1985

hingga 2010 memunculkan 1) bias dalam (salah) atribusi kepemimpinan, termasuk

atribusi untuk keberhasilan dan kegagalan organisasi; 2) pendekatan yang berpusat

pada pengikut, termasuk karakteristik peran pengikut, persepsi, dan motivasi dalam

menginterpretasikan peringkat kepemimpinan; dan 3) konstruksi sosial

kepemimpinan, termasuk interfollower dan proses penularan sosial, peran krisis

dan ketidakpastian, dan konstruksi dan dekonstruksi selebriti kepemimpinan dan

41
CEO di media. Meindl dan Ehrlich (1987) berpendapat bahwa kepemimpinan

mungkin lebih ilusi daripada nyata, dan bahwa pengikut dapat menghubungkan

kinerja dengan pemimpin hanya sebagai fungsi dari mereka yang diberi label

sebagai pemimpin. Akibatnya, peningkatan norma pengendalian untuk hasil kinerja

sebelumnya dalam penelitian kepemimpinan. Pendekatan ini sangat dipuji dan

pengendalian hasil kinerja sebelumnya dalam studi persepsi pemimpin harus sama

umum dengan mengendalikan gender atau industri.

C. Kerangka Teoretis

1. Budaya Organisasi dan Kinerja Karyawan

Menurut Enny (2019) kata budaya (culture) berasal dari disiplin ilmu

Antropologi; dengan tokohnya Killman. Diartikan sebagai falsafah, ideologi, nilai-

nilai, anggapan,keyakinan, harapan, sikap, dan norma yang dimiliki bersama dan

mengikat suatu masyarakat. Sedangkan organisasi berasal dari bahasa Yunani

“organon” yang berarti alat atau instrument. Arti kata menyiratkan bahwa organisasi

adalah alat bantu manusia.

Maka, budaya organisasi memungkinkan untuk mempengaruhi kinerja yang

dilakukan karyawan pada suatu perusahaan. Suatu organisasi dengan budaya yang kuat

akan mempengaruhi perilaku dan efektifitas kinerja karyawan. Kualitas kinerja

karyawan akan sebanding dengan kualitas budaya organisasi di dalamnya, apabila

budaya organisasinya baik maka kinerja karyawan pun akan baik dan begitupun

sebaliknya.

42
2. Kepemimpinan Romantis dan Kinerja Karyawan

Makna kata kepemimpinan erat kaitannya dengan makna kata memimpin. Kata

memimpin mengandung makna yaitu kemampuan untuk menggerakkan segala sumber

yang ada pada suatu organisasi sehingga dapat didayagunakan secara maksimal untuk

mencapai tujuan yang ditetapkan. Sulhan (2020) Tipe kepemimpinan dapat diartikan

sebagai bentuk atau pola atau jenis kepemimpinan, yang di dalamnya

diimplementasikan satu atau lebih perilaku atau gaya kepemimpinan sebagai

pendukungnya. Sedangkan Gaya Kepemimpinan diartikan sebagai perilaku atau cara

yang dipilih dan dipergunakan pemimpin dalam mempengaruhi pikiran, perasaan,

sikap dan perilaku para anggota organisasi atau bawahannya.

Kepemimpinan Romantis adalah aspek khusus dari kepemimpinan pengikut

implisit. Kepemimpinan romantis adalah kecenderungan pengikut untuk percaya

bahwa kepemimpinan adalah "utama". Kekuatan dalam pola peristiwa atau peristiwa

organisasi (Felfe & Petersen, 2007a). Kepemimpinan romantis adalah kecenderungan

pengikut untuk mengatribusikan organisasi secara berlebihan kinerja dengan perilaku

pemimpin. Pemimpin seharusnya mengontrol kepemimpinan romantis dan dapat

mempengaruhi nasib organisasi, terlepas dari keadaan yang meringankan (Wong &

Gerras, 2017).

Terdapat suatu hubungan yang saling membutuhkan dan menguntungkan bagi

pemimpin dan bawahan atau karyawan dalam meningkatkan kinerja karyawan pada

suatu lembaga. Dapat dilihat dari meningkatnya suatu lembaga tersebut dan bagaimana

cara kerjanya. Gaya kepemimpinan ini sangat menuntut bagi seorang karyawan, karena

43
bagi para karyawan jika mereka dipimpin oleh seorang pemimpin yang baik, jujur,

ramah, dan gampang bergaul dengan mereka, mereka akan merasa senang dalam

bekerja maka karyawan akan lebih produktif dalam bekerja.

Jika sebaliknya seorang pemimpin tidak peduli dengan bawahannya maka

bawahan pun akan semena-mena dalam bekerja, tidak sepenuh hati dalam menjalankan

tugasnya. Maka dari itu gaya kepemimpinan seorang pemimpin sangat membantu

dalam meningkatkan kinerja karyawan pada suatu lembaga.

3. Kepuasan Kerja dan Kinerja Karyawan

Menurut Robbins & Judge (2018) menegaskan bahwa kepuasan kerja adalah

sebagai suatu sikap umum seorang individu terhadap pekerjaannya. Seseorang dengan

tingkat kepuasan kerja yang tinggi mempunyai sikap positif terhadap pekerjaannya;

seseorang yang tidak puas dengan pekerjaannya memiliki sikap negatif terhadap

pekerjaan tersebut.

Dapat di simpulkan kepuasan kerja menceminkan perasaan seorang karyawan

terhadap pekerjaan yang dihadapainya . Seorang karyawan yang mendapatkan

kepuasan dalam pekerjaanya biasanya tingkat kehadiranya tinggi dan mempunyai

prestasi yang baik dalam bekerja. Karyawan yang merasa puas terhadap pekerjaanya

cenderung lebih terlibat dalam pekerjaan yang dapat meningkatkan kinerjanya.

Semakin tinggi tingkat kepuasan kerja seseorang maka akan semakin maksimal kinerja

yang diberikanya. Dengan adanya perasaan positif dan rasa cinta terhadap pekerjaanya

akan membuat setiap tugas yang diberikan dianggap sebagai sebuah tantangan yang

dapat mengasah kemampuan dan keahlianya bukan dianggap sebagai sebuah beban

44
atau tuntutan yang memberatkanya. Kepuasan kerja merupakan faktor utama yang

dapat mendorong tingginya tingkat kinerja karyawan, jika terjadi ketidakpuasan pada

karyawan maka akan menyebabkan kinerja dan prestasi kerja menurun.

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan suatu rumusan atau kesimpulan sementar suatu

penelitian yang dibuat untuk menjelaskan penelitian itu dan juga dapat

menuntun atau mengarahkan penelitian selanjutnya (Sugiyono, 2018).

1. Hipotesis Penelitian

a. Terdapat Pengaruh antara Budaya Organisasi terhadap Kinerja Karyawan di

Pondok Pesantren Daar-El Qolam Jayanti Tangerang Banten.

b. Terdapat pengaruh Kepemimpinan romantis terhadap kinerja karyawan di

Pondok Pesantren Daar-El Qolam Jayanti Tangerang Banten.

c. Terdapat Pengaruh kepuasan kerja terhadap Kinerja Karyawan di Pondok

Pesantren Daar-El Qolam Jayanti Tangerang Banten.

d. Terdapat Pengaruh Budaya Organisasi ,Kepemimpinan romantis dan kepuasan

kerja secara bersama-sama terhadap kinerja karyawan di Pondok Pesantren

Daar-El Qolam Jayanti Tangerang Banten.

2. Hipotesis Statistik

Pada penelitian ini hipotesis statistiknya dapat dilihat sebgai berikut:

a. Pengujian Pengaruh X1 Terhadap Y

H0 : β1 ≤ 0

45
H1 : β1 > 0

b. Pengujian Pengaruh X2 Terhadap Y

H0 : β2 ≤ 0

H1 : β2 > 0

c. Pengujian Pengaruh X3 Terhadap Y

H0 : β3 ≤ 0

H1 : β3 > 0

d. Pengujian Pengaruh X1, X2 dan X3 secara bersama-sama Terhadap Y

H0 : Ry123 ≤ 0

H1 : Ry123 > 0

E. Model Penelitian

Model hipotesis penelitian dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Budaya Organisasi (X1)

Kepemimpinan Romantis (X2) Kinerja ( Y )

Kepuasan Kerja (X3)

Gambar 2. Model Hipotesis Penelitian

46
47

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Pondok pesantren Daar El-Qolam, waktu pelaksanaan

terhitung mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan penyusunan serta pembuatan

laporan penelitian, yaitu bulan April 2022 sampai Juni 2022.

Jadwal penelitian dalam dilihat pada gambar di bawah ini:

April Juni

Penyusunan Instrumen Penyusunan Laporan

Pengumpulan Data Penyajian laporan

Pengolahan Data

Mei

Gambar 3. Diagram Fish Bone jadwal Penelitian

B. Metode Penelitian

Metode merupakan cara untuk memecahkan suatu masalah. Dalam hal ini jenis

penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah penelitian kuantitatif dengan

metode survey artinya dimana teknik pengumpulan data informasi yang dilakukan

menggunakan susunan pertanyaan yang diajukan kepada responden. Menurut Silaen

(2018) mengungkapkan “penelitian kuantitatif yaitu metodologi kuantitatif sebagai

prosedur penelitian yang menghasilkan data berupa angka-angka dan umumnya


dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif atau inferensial”, dengan tools yang

digunakan asdalah teknik analisis regresi

Penelitian yang penulis lakukan menggunakan tipe penelitian kuantitatif

digunakan untuk menggambarkan, menjelaskan, atau meringkaskan berbagai kondisi,

situasi, fenomena, atau berbagai variabel penelitian menurut kejadian sebagaimana

adanya yang dapat dipotret, diwawancara, diobservasi, serta dapat diungkapkan

melalui bahan-bahan dokumenter.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Menurut Stockemer (2019) populasi meliputi seluruh anggota

dan bagian dari subjek penelitian yang memiliki karakteristik tertentu dan

informasinya dibutuhkan oleh peneliti untuk kebutuhan survei. Penjelasan

tersebut didukung oleh pemaparan Menurut Kriyantono (2020) yaitu populasi

meliputi kumpulan objek riset yang mempunyai karakteristik dan kriteria tertentu

sesuai dengan kebutuhan objek penelitian. Populasi yang digunakan dalam

penelitian ini adalah seluruh karyawan (karyawan) pondok pesantren Daar el-Qolam

yaitu sebanyak 230.

Tabel 4. Data responden

No. Jabatan Jumlah


1 Kepala Bagian 36
2 Kepala Sub-Bagian 60
3 Anggota Bagian 134

48
2. Sampel

Menurut Bickman & Rog dalam Stockemer (2019) sampel adalah kumpulan orang-

orang yang diambil dari sebagian populasi yang ditunjuk oleh peneliti berdasarkan

kriteria yang sudah ditentukan. Sampel yang dipilih selanjutkan akan diambil

datanya dan dari data yang terkumpul pada sampel bertujuan untuk mendapatkan

informasi tentang seluruh populasi. Tata cara pengambilan sampel adalah ketika

peneliti memiliki daftar nama-nama dalam populasi dan dapat mengambil sampel

tersebut secara langsung. Terdapat dua jenis teknik sampling dalam penelitian

komunikasi yakni teknik probability sampling dan non-probability sampling.

Menurut Kriyantono (2020) pengertian probability sampling adalah sampel yang

diambil berdasarkan kemungkinan, dimana setiap anggota populasi memungkinkan

untuk dapat dijadikan sampel, pengambilan sampel ini dapat dipilih secara acak atau

dengan teknik sistematis. Sedangkan non-probability sampling adalah sampel yang

diambil berdasarkan pertimbangan yang sengaja dipilih oleh peneliti seperti

menentukan karakteristik dan kriteria tertentu.

Dalam penelitian ini, penulis menetapkan ukuran sampel dengan menggunakan

rumus Slovin (Silaen, 2018) sebagai berikut:

𝑁
𝑛=
1 + 𝑁𝑒

Dimana

n = jumlah elemen atau anggota sampel

N = jumlah elemen atau anggota popolasi

49
E = tingkat kesalahan (error level, 0,05 atau 5%

Berdasarkan rumusan di atas, pada penelitian ini popu;asinya 230 orang dengan

tingkat dignidikansi 0,05 atau 5%, maka besaran sampel dapat kita lihat

sebagaimana rumus tersebut:

230
𝑛=
1 + (230 × 0,05 )

𝑛 = = 104,54 ≈ 105

Berdasarkan hasil rumus di atas, dapat disimpulkanbahwa jumlah responden dalam

penelitian ini adalah 105 orang. pengambilan sampel ini dapat dipilih secara acak

atau dengan teknik sistematis.

D. Teknik Pengumpulan Data

Menurut Kriyantono (2020) Teknik pengumpulan data adalah kunci dari

penelitian kuantitatif, karena jika tidak dilakukan dengan baik maka hasil data tidak

akan sesuai dengan permasalahan yang sedang diteliti. Terdapat cara-cara dalam

mengumpulkan data, seperti menggunakan teknik pengumpulan data primer dan

sekunder. Dalam menunjang penelitian, peneliti menggunakan kuesioner sebagai

instrumen pengumpulan data primer. Menurut Kriyantono (2020) kuesioner adalah

instrumen utama untuk membuat hasil survei valid dan reliabel. Selain menggunakan

kuesioner sebagai Instrumen Pengumpulan Data, Peneliti Juga menggunakan data yang

bersifat sekunder untuk menunjang penelitian. Data tersebut meliputi studi pustaka,

referensi buku cetak, e-book, jurnal akademik dan artikel. Menurut penjelasan

Kriyantono (2020) Pengukuran adalah usaha atau cara untuk memberikan nilai pada

50
setiap variabel. Nilai tersebut berbentuk angka (numerik) yang berguna bagi peneliti

untuk mengukur variable agar tidak terjadi kesalahan dalam mengelola data. Untuk

mengukur data tersebut, Peneliti menggunakan skala likert dengan empat poin untuk

menghindari terjadinya jawaban netral (Kriyantono, 2020).

Alat ukur yang dikonsep berbentuk kisi-kisi angket, kisi-kisi angket kemudian

dijabarkan ke dalam variabel dan indikator. Selanjutnya dijadikan dasar dan pedomaan

dalam menyusun item-item pernyataan atau pertanyaan sebagai instrumen penelitian,

pertanyaan yang diajukan disesuaikan dengan aspek yang tertuang dalam kisi-kisi yang

telah disusun. Untuk menentukan nilai jawaban angket dari masing-masing pernyataan

yang diajukan dengan modifikasi skala likert, merupakan teknik mengukur sikap

dimana subjek diminta untuk mengidentifikasikan tingkat setuju atau tidak setuju

mereka terhadap masing-masing pernyataan.

Menurut Kriyantono (2020) validitas adalah untuk mengukur sejauh mana

kuesioner dapat mengukur objek penelitian yang diukur. Menurut Stockemer (2019)

sebelum memulai penyebaran kuesioner kepada responden yang sebenarnya, peneliti

harus menguji terlebih dahulu mengenai pertanyaannya untuk melihat apakah survei

secara keseluruhan dan pertanyaan individu masuk akal dan mudah dipahami oleh

responden atau tidak. Uji Reliabilitas Menurut Ghozali (2018) adalah alat untuk

memastikan apakah kuesioner bersifat reliabel atau tidak. kuesioner akan dinyatakan

reliabel ketika jawaban pernyataan dari seluruh responden memiliki tingkat konsistensi

dan stabilitas yang tinggi. Tabel alpha reliabilitas berguna untuk menguji tingkat

reliabilitas dari sebuah kuesioner.

51
1. Instrumen Kinerja Karyawan ( Y )

a. Definisi Konseptual

Kinerja adalah hasil kerja seseorang yang terlihat dari kuantitas kerja maupun

kualitas kerja melaui proses yang dilakukan sesuai dengan petunjuk kerja.

b.Definisi Operasional

Kinerja penilaian karyawan terhadap hasil kerja dengan indikator : (1) Kuantitas,

(2) Kualitas.

Dengan instrumen berbentuk lima skala likert yang terdiri dari pernyataan-

pernyataan dan alternatif jawaban, yaitu : a = sangat setuju, b = setuju, c = tidak

berpendapat, d = tidak setuju, e = sangat tidak setuju

Tabel 5. Nilai Pernyataan Kinerja Karyawan


Pernyataan Positif Pernyataan Negatif
Skor Alternatif Jawaban Skor Alternatif Jawaban
5 sangat setuju 1 sangat tidak setuju
4 setuju 2 tidak setuju
3 tidak berpendapat 3 tidak berpendapat
2 tidak setuju 4 Setuju
1 sangat tidak setuju 5 sangat setuju

c. Kisi-Kisi Instrumen

Tabel 6. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Variabel Kinerja Karyawan (Y)


No butir soal sebelum uji No butir soal setelah
No Indikator
instrumen uji instrumen
1 Kuantitas Pekerjaan 1,2,3,4,5,6,7, 1,2,3,4,5, 6,7
2 Kualitas Kerja 8,9,10,11,13,14,15,
8,9,10,11,12, 13,14,15, 16
16
Jumlah 16 15

52
d. Pengujian Validitas dan Perhitungan Reliabilitas

1. Pengujian Validitas Instrumen

Sebagaimana telah dijelaskan pada tabel di atas, bahwa uji validitas butir

instrumen bertujuan untuk melihat gambaran tentang validitas tiap butir

instrumen penelitian. Uji validitas butir diperlukan untuk menegaskan bahwa

butir-butir instrumen penelitian yang digunakan dalam pengambilan data

adalah valid. Uji validitas ini menggunakan SPSS-23.

Secara empirik, hal ini dilakukan dengan melihat koefisien korelasi pearson

product moment (PPM) antara butir-butir pertanyaan dengan total skor

jawaban. Kriteria validitasnya satu butir instrumen penelitian adalah, jika

nilai r-hitung>r-tabel. Besaran harga r-tabel ditentukan oleh taraf signifikansi dan

derajat keabsahannya (DK). Dalam uji coba instrument ini, taraf signifikansi

ditetapkan pada α = 0,05, sedangkan derajat keabsahannya adalah jumlah

sampel uji coba dikurangi satu (n-1). Jumlah sampel uji coba instrumen adalah

15 sehingga derajat keabsahannya adalah 15-1=14. Merujuk pada dua angka

yang mnejadiacuan ini, batas validitasnya sebuah butir pada daftar tabel (tabel

r) adalah 0,4259. Dengan demikian, jika suatu butir mempunyai nilai r- hitung>r-

tabel, maka dinyatakan valid dan sebaliknya jika r-hitung<r-tabel, maka dinyatakan

tidak valid, sehingga butir yang tidak valid di drop (dikeluarkan).

Berdasarkan analisis dengan menggunakan rumus korelasi pearson product

moment (PPM) ternyata dari jumlah 15 butir instrumen yang telah diuji

53
menghasilkan 15 butir instrumen yang valid dan layak untuk digunakan dalam

pengambilan data.

2. Perhitungan Reliabilitas

Uji reliabilitas merupakan indeks yang menunjukka sejauh mana suatu alat

pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Uji reliabilitas instrumen

dapat dilihat dari besarnya nilai cronbach alpha pada masing-masing variabel.

Cronbach Alpha (α) digunakan untuk mengetahui reliabilitas konsisten

interitem atau menguji kekonsistenan responden dalam merespon seluruh

item. Instrumen untuk mengukur masing-masing variabel dikatakan reliabel

atau handal jika memiliki cronbach alpha lebih besar dari 0,60.

2. Instrumen Variabel bebas Budaya Organisasi (X1)

a. Definisi Konseptual

Budaya organisasi adalah seperangkat nilai, norma dan aturan yang dimiliki

bersama oleh organisasi untuk menentukan bagaimana perilaku anggota

organisasi bertindak untuk mencapai sasaran organisasi

b. Definisi Operasional

Budaya organisasi adalah penilaian karyawan terhadap indikator : (1) Nilai, (2)

Norma, (3) aturan.

Dengan instrumen berbentuk lima skala likert yang terdiri dari pernyataan-

pernyataan dan alternatif jawaban, yaitu : a = sangat setuju, b = setuju, c = tidak

berpendapat, d = tidak setuju, e = sangat tidak setuju

54
Tabel 7. Nilai pernyataan Budaya Organisasi

Pernyataan Positif Pernyataan Negatif


Skor Alternatif Jawaban Skor Alternatif Jawaban
5 sangat setuju 1 sangat tidak setuju
4 setuju 2 tidak setuju
3 tidak berpendapat 3 tidak berpendapat
2 tidak setuju 4 setuju
1 sangat tidak setuju 5 sangat setuju

c. Kisi-Kisi Instrumen

Tabel 8. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Variabel Budaya Organisasi


No butir soal sebelum uji No butir soal setelah
No Indikator
instrumen uji instrumen
1 Nilai 1,2,3,4,5 1,2,3,4,5
2 Norma 6,7,8,9 6,7,8,9
3 Aturan 10,11,12,13 10,11,12,13
Jumlah 13

d. Pengujian Validitas dan Perhitungan Reliabilitas

1. Pengujian Validitas Instrumen

Sebagaimana telah dijelaskan pada tabel di atas, bahwa uji validitas

butir instrumen bertujuan untuk melihat gambaran tentang validitas tiap

butir instrumen penelitian. Uji validitas butir diperlukan untuk

menegaskan bahwa butir-butir instrumen penelitian yang digunakan

dalam pengambilan data adalah valid. Uji validitas ini menggunakan

SPSS-23.

Secara empirik, hal ini dilakukan dengan melihat koefisien korelasi

pearson product moment (PPM) antara butir-butir pertanyaan dengan

55
total skor jawaban. Kriteria validitasnya satu butir instrumen penelitian

adalah, jika nilai r-hitung>r-tabel. Besaran harga r-tabel ditentukan oleh taraf

signifikansi dan derajat keabsahannya (DK). Dalam uji coba instrument

ini, taraf signifikansi ditetapkan pada α = 0,05, sedangkan derajat

keabsahannya adalah jumlah sampel uji coba dikurangi satu (n-1).

Jumlah sampel uji coba instrumen adalah 15 sehingga derajat

keabsahannya adalah 15-1=14. Merujuk pada dua angka yang

mnejadiacuan ini, batas validitasnya sebuah butir pada daftar tabel

(tabel r) adalah 0,4259. Dengan demikian, jika suatu butir mempunyai

nilai r-hitung>r-tabel, maka dinyatakan valid dan sebaliknya jika r-hitung<r-

tabel, maka dinyatakan tidak valid, sehingga butir yang tidak valid di drop

(dikeluarkan).

Berdasarkan analisis dengan menggunakan rumus korelasi pearson

product moment (PPM) ternyata dari jumlah 13 butir instrumen yang

telah diuji menghasilkan 13 butir instrumen yang valid dan layak untuk

digunakan dalam pengambilan data.

2. Perhitungan Reliabilitas

Uji reliabilitas merupakan indeks yang menunjukka sejauh mana suatu alat

pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Uji reliabilitas instrumen

dapat dilihat dari besarnya nilai cronbach alpha pada masing-masing variabel.

Cronbach Alpha (α) digunakan untuk mengetahui reliabilitas konsisten

interitem atau menguji kekonsistenan responden dalam merespon seluruh

56
item. Instrumen untuk mengukur masing-masing variabel dikatakan reliabel

atau handal jika memiliki cronbach alpha lebih besar dari 0,60.

3. Instrumen Kepemimpinan Romantis (X2)

a. Definisi Konseptual

Kepemimpinan romantis adalah pemimpin itu “ada” dan diperlukan untuk

membantu, memperhatikan dan menyesuaikan dalam mencapai kebutuhan

bawahannya.

b. Definisi Operasional

Berdasarkan konsep di atas untuk mengukur kepemimpinan romantis dapat

dinyatakan seperti : (1) Memperhatikan, (2) Membantu, (3) Menyesuaikan.

Dengan instrumen berbentuk lima skala likert yang terdiri dari pernyataan-

pernyataan dan alternatif jawaban, yaitu : a = sangat setuju, b = setuju, c = tidak

berpendapat, d = tidak setuju, e = sangat tidak setuju

Tabel 9. Nilai pernyataan Kepemimpinan Romantis

Pernyataan Positif Pernyataan Negatif


Skor Alternatif Jawaban Skor Alternatif Jawaban
5 sangat setuju 1 sangat tidak setuju
4 setuju 2 tidak setuju
3 tidak berpendapat 3 tidak berpendapat
2 tidak setuju 4 setuju
1 sangat tidak setuju 5 sangat setuju

57
c. Kisi-Kisi Instrumen

Tabel 10. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Variabel Kepemimpinan Romantis

No butir soal sebelum No butir soal setelah


No Indikator
uji instrumen uji instrumen
1 Memperhatikan 1,2,3,4 1,2,3,4
2 Membantu 5,6,7 5,6,7
3 Menyesuaikan 8,9,10 8,9,10
Jumlah 10
10

d. Pengujian Validitas dan Perhitungan Reliabilitas

1. Pengujian Validitas Instrumen

Sebagaimana telah dijelaskan pada tabel di atas, bahwa uji validitas butir

instrumen bertujuan untuk melihat gambaran tentang validitas tiap butir

instrumen penelitian. Uji validitas butir diperlukan untuk menegaskan bahwa

butir-butir instrumen penelitian yang digunakan dalam pengambilan data

adalah valid. Uji validitas ini menggunakan SPSS-23.

Secara empirik, hal ini dilakukan dengan melihat koefisien korelasi pearson

product moment (PPM) antara butir-butir pertanyaan dengan total skor

jawaban. Kriteria validitasnya satu butir instrumen penelitian adalah, jika

nilai r-hitung>r-tabel. Besaran harga r-tabel ditentukan oleh taraf signifikansi dan

derajat keabsahannya (DK). Dalam uji coba instrument ini, taraf signifikansi

ditetapkan pada α = 0,05, sedangkan derajat keabsahannya adalah jumlah

sampel uji coba dikurangi satu (n-1). Jumlah sampel uji coba instrumen adalah

15 sehingga derajat keabsahannya adalah 15-1=14. Merujuk pada dua angka

58
yang mnejadiacuan ini, batas validitasnya sebuah butir pada daftar tabel (tabel

r) adalah 0,4259. Dengan demikian, jika suatu butir mempunyai nilai r- hitung>r-

tabel, maka dinyatakan valid dan sebaliknya jika r-hitung<r-tabel, maka dinyatakan

tidak valid, sehingga butir yang tidak valid di drop (dikeluarkan).

Berdasarkan analisis dengan menggunakan rumus korelasi pearson product

moment (PPM) ternyata dari jumlah 10 butir instrumen yang telah diuji

menghasilkan 10 butir instrumen yang valid dan layak untuk digunakan dalam

pengambilan data.

2. Perhitungan Reliabilitas

Uji reliabilitas merupakan indeks yang menunjukka sejauh mana suatu alat

pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Uji reliabilitas instrumen

dapat dilihat dari besarnya nilai cronbach alpha pada masing-masing variabel.

Cronbach Alpha (α) digunakan untuk mengetahui reliabilitas konsisten

interitem atau menguji kekonsistenan responden dalam merespon seluruh

item. Instrumen untuk mengukur masing-masing variabel dikatakan reliabel

atau handal jika memiliki cronbach alpha lebih besar dari 0,60.

4. Instrumen Kepuasan Kerja (X3)

a. Definisi Konseptual

Kepuasan kerja adalah suatu pandangan dan sikap seseorang yang senang, giat dan

ikhlas dalam bekerja.

b. Definisi Operasional

Dari definisi konseptual diatas indikator kepuasan kerja meliputi: (1) Senang

59
bekerja, (2) Giat bekerja, (3) Iklas Bekerja

Dengan instrumen berbentuk lima skala likert yang terdiri dari pernyataan-

pernyataan dan alternatif jawaban, yaitu : a = sangat setuju, b = setuju, c = tidak

berpendapat, d = tidak setuju, e = sangat tidak setuju

Tabel 11. Nilai pernyataan Kepuasan Kerja

Pernyataan Positif Pernyataan Negatif


Skor Alternatif Jawaban Skor Alternatif Jawaban
5 sangat setuju 1 sangat tidak setuju
4 setuju 2 tidak setuju
3 tidak berpendapat 3 tidak berpendapat
2 tidak setuju 4 setuju
1 sangat tidak setuju 5 sangat setuju

c. Kisi-Kisi Instrumen

Tabel 12. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Variabel Kepuasan Kerja

No butir soal sebelum No butir soal setelah uji


No Indikator
uji instrumen instrumen

1 Senang Bekerja 1,2,3,4,5 1,2,3,4,5


2 Giat Bekerja 6,7,8,9 6,7,8,9
3 Iklas Bekerja 10,11,12,13,14 10,11,12,13,14
Jumlah

d. Pengujian Validitas dan Perhitungan Reliabilitas

1. Pengujian Validitas Instrumen

Sebagaimana telah dijelaskan pada tabel di atas, bahwa uji validitas butir

instrumen bertujuan untuk melihat gambaran tentang validitas tiap butir

60
instrumen penelitian. Uji validitas butir diperlukan untuk menegaskan bahwa

butir-butir instrumen penelitian yang digunakan dalam pengambilan data

adalah valid. Uji validitas ini menggunakan SPSS-23.

Secara empirik, hal ini dilakukan dengan melihat koefisien korelasi pearson

product moment (PPM) antara butir-butir pertanyaan dengan total skor

jawaban. Kriteria validitasnya satu butir instrumen penelitian adalah, jika

nilai r-hitung>r-tabel. Besaran harga r-tabel ditentukan oleh taraf signifikansi dan

derajat keabsahannya (DK). Dalam uji coba instrument ini, taraf signifikansi

ditetapkan pada α = 0,05, sedangkan derajat keabsahannya adalah jumlah

sampel uji coba dikurangi satu (n-1). Jumlah sampel uji coba instrumen adalah

15 sehingga derajat keabsahannya adalah 15-1=14. Merujuk pada dua angka

yang mnejadiacuan ini, batas validitasnya sebuah butir pada daftar tabel (tabel

r) adalah 0,4259. Dengan demikian, jika suatu butir mempunyai nilai r- hitung>r-

tabel, maka dinyatakan valid dan sebaliknya jika r-hitung<r-tabel, maka dinyatakan

tidak valid, sehingga butir yang tidak valid di drop (dikeluarkan). b

Berdasarkan analisis dengan menggunakan rumus korelasi pearson product

moment (PPM) ternyata dari jumlah 14 butir instrumen yang telah diuji

menghasilkan 14 butir instrumen yang valid dan layak untuk digunakan dalam

pengambilan data.

2. Perhitungan Reliabilitas

Uji reliabilitas merupakan indeks yang menunjukka sejauh mana suatu alat

pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Uji reliabilitas instrumen

61
dapat dilihat dari besarnya nilai cronbach alpha pada masing-masing variabel.

Cronbach Alpha (α) digunakan untuk mengetahui reliabilitas konsisten

interitem atau menguji kekonsistenan responden dalam merespon seluruh

item. Instrumen untuk mengukur masing-masing variabel dikatakan reliabel

atau handal jika memiliki cronbach alpha lebih besar dari 0,60.

E. Teknik Analisa Data

Penelitian ini adalah penelitian survey yang menggunakan data primer untuk

mengetahui hubugan antar variabel yang diteliti, yakni hubungan korelasional

hubungan variabel yang satu dengan variabel lainnya. Dimana jika variabel dependen

dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel independen tertentu, maka dapat dinyatakan

bahwa variabel independennya menyebabkan perubahan terhadap variabel dependen.

Kegiatan paling penting dalam proses penelitian ini adalah pengolahan data.

Dengan pengolahan data diketahui makna dari data yang terkumpul dari proses

penelitian. Dalam pelaksanaannya, pengolahan data dilakukan menggunakan komputer

dengan menggunakan SPSS-23. Data penelitian ini dianalisa dengan menggunakan

statistik, analisis yang digunakan menggunakan dua cara, yaitu:

1. Statistik Deskriptif

Analisis statistik deskriptif yang dilakukan untuk mencari harga : rata-rata,

simpangan baku, modus, median dan distribusi frekuensi. Setelah harga-harga tersebut

diperoleh, kemudian dilanjutkan dengan membuat dan menampilkan histogram dari

masing-masing skor variabel penelitian.

62
2. Statistik Inferensial

Analisi statistik inferensial adalah analisis yang digunakan agar kesimpulan

yang dibuat berdasarkan hasil pengujian hipotesis adalah terkait dengan persyaratan

analisis, persyaratan yang harus dipenuhi sebelum melakukan analisis regresi dan

korelasi sebagai pengujian hipotesis adalah: (1) Sampel harus diambil secara acak dan

memenuhi sampel minimum. (2) Skor variabel untuk setiap kelompok harus berasal

dari populasi yang memiliki distribusi normal, dan (3) Untuk kelompok X, varians S 2x

harus sama. Mengingat syarat pertama telah terpenuhi pada saat penetapan dan

pengambilan data, maka dalam penelitian ini dilakukan pengujian normalitas dan

linieritas. Pengujian normalitas data dimaksudkan untuk menguji asumsi bahwa

distribusi sampling berasal dari populasi yang memiliki distribusi normal, teknik yang

digunakan untuk pengujian normalitas menggunakan uji kolmogorov smirnov (Kd-S).

Setelah persyaratan analisis terpenuhi dilanjutkan dengan pengujian hipotesis,

data yang terkumpul dianalisis untuk melakukan analisis regresi dan korelasi sederhana

dengan rumus pearson product moment (PPM), dan dilanjutkan dengan menghitung

koefisien korelasi untuk masing-masing hubungan yang telah dikonstruksikan.

F. Hipotesis Statistika

Hipotesis statistik dalam penelitian dapat dilihat sebagai berikut:

a. Pengujian Pengaruh X1 Terhadap Y

H0 : β1 ≤ 0

H1 : β1 > 0

63
b. Pengujian Pengaruh X2 Terhadap Y

H0 : β2 ≤ 0

H1 : β2 > 0

c. Pengujian Pengaruh X3 Terhadap Y

H0 : β3 ≤ 0

H1 : β3 > 0

d. Pengujian Pengaruh X1 dan X2 secara bersama-sama Terhadap Y

H0 : Ry123 ≤ 0

H1 : Ry123 > 0

64
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

Penyajian data deskriptif penelitian bertujuan tersebut dapat dipaparkan secara

baik dan diinterpretasikan dengan mudah. Deskripsi data merupakan katagorisasi dan

peringkasan data untuk memperoleh informasi penting yang digunakan untuk

memahami hasil penelitian dalam rangka menjawab pertanyaan penelitian. Informasi

yang disajikan memberitahukan deskripsi responden, rerata, modus, median,

simpangan baku dan distribusi frekuensi dari masing-masing variabel.

1. Deskripsi responden

Gambaran responden dalam penelitian ini dibagi ke dalam empat kategori, yaitu:

jenis kelamin, usia, ppendidikan terakhir dan lamanya bekerja. Deskripsi karakteristik

responden penelitian dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 13. Karakteristik Demografi Responden

Kategori jumlah Persentase


Laki-Laki 62 59,05%
Jenis Kelamin Perempuan 43 40,95%
total 105 100%
20-30 Tahun 11 10,48%
31-40 Tahun 30 28,57%
Usia 41-50 Tahun 38 36,19%
>50 Tahun 26 24,76%
total 105 100%
<5 tahun 4 3,81%
Lama Bekerja
5-10 tahun 63 60%

83
10-15 tahun 25 23,81%
>15 tahun 13 12,38%
total 105 100%
D3 12 11,43%
S1 60 57,14%
Pendidikan Terakhir
S2 33 31,43%
total 105 100,00

Berdasarkan data deskriptif dari tabel di atas, diketahui bahwa responden

dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 62 orang atau 59,05 persen dan perempuan

sebanyak 43 orang atau 40,95 persen. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar

responden adalah laki-laki.

Berdasarkan data deskriptif di atas, diketahui usia responden antara 20-30 tahun

sebanyak 11 orang atau 10,48 persen, usia antara 31-40 tahun sebnayak 30 orang atau

28,57 persen, usia antara 41-50 tahun sebanyak 38 orang atau 36,19 persen dan usia

lebih dari 50 tahun sebanyak 26 orang atau 24,76 persen.

Berdasarkan data deskriptif di atas, diketahui lama kerja responden kurang dari

5 tahun sebanyak 4 orang atau 3,81 persen, lama kerja antara 5-10 tahun sebnayak 63

orang atau 60 persen, lama kerja antara 10-15 tahun sebanyak 25 orang atau 23,81

persen dan lama kerja lebih dari 15 tahun sebanyak 13 orang atau 12,38 persen.

Berdasarkan data deskriptif di atas, diketahui pendidikan terakhir responden D3

sebanyak 12 orang atau 11,43 persen, pendidikan terakhir S 1 sebanyak 60 orang atau

57,14 persen dan pendidikan terakhir S2 sebanyak 33 orang atau 31,43 persen.

84
2. Deskripsi Data Budaya Organisasi

Dari data hasil penelitian mengenai variabel budaya organisasi melalui

penyebaran angket dengan jumlah pernyataan 13 butir dengan penggunaan skala

pilihan jawaban 5, mempunyai skor teoritik antara 13 sampai 65 sedangkan skor

empirik menyebar dari skor terendah 42 sampai dengan skor tertinggi 65 dengan total

skor 5796. Rata-rata 55,20 simpangan baku 5,163. Sebaran variabel budaya organisasi

dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 14. Deskripsi Data Variabel Budaya Organisasi

Perbedaan skor budaya organisasi ini secara visual dapat diperhatikan dalam

bentuk diagram pada gambar berikut ini :

Gambar 4 Diagram Variabel Budaya Organisasi

85
3. Deskripsi Data Kepemimpinan Romantis

Dari data hasil penelitian mengenai variabel kepemimpinan romantis melalui

penyebaran angket dengan jumlah pernyataan 10 butir dengan penggunaan skala

pilihan jawaban 5, mempunyai skor teoritik antara 10 sampai 50 sedangkan skor

empirik menyebar dari skor terendah 30 sampai dengan skor tertinggi 50 dengan total

skor 4481. Rata-rata 42,68 simpangan baku 6,624. Sebaran variabel kepemimpinan

romantis dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 15. Deskripsi Data Variabel Kepemimpinan Romantis

Perbedaan skor kepemimpinan romantis ini secara visual dapat diperhatikan


dalam bentuk diagram pada gambar berikut ini

Gambar 5 Diagram Variabel Kepemimpinan Romantis


4. Deskripsi Data Kepuasan Kerja

Dari data hasil penelitian mengenai variabel kepuasan kerja melalui penyebaran

angket dengan jumlah pernyataan 14 butir dengan penggunaan skala pilihan jawaban

5, mempunyai skor teoritik antara 14 sampai 70 sedangkan skor empirik menyebar dari

skor terendah 30 sampai dengan skor tertinggi 70 dengan total skor 6186. Rata-rata

86
58,91 simpangan baku 5,836. Sebaran variabel kepuasan kerja dapat dilihat pada tabel

di bawah ini:

Tabel 16. Deskripsi Data Variabel Kepuasan Kerja

Perbedaan skor kepuasan kerja ini secara visual dapat diperhatikan dalam bentuk
diagram pada gambar berikut ini :
35

30

25

20

15

10

0
40-43 44-47 48-51 52-55 56-59 60-63 64-67 68-71

Gambar 6. Diagram Variabel Kepuasan Kerja

5. Deskripsi Data Kinerja Karyawan

Dari data hasil penelitian mengenai variabel kinerja karyawan melalui

penyebaran angket dengan jumlah pernyataan 15 butir dengan penggunaan skala

pilihan jawaban 5, mempunyai skor teoritik antara 15 sampai 75 sedangkan skor

empirik menyebar dari skor terendah 43 sampai dengan skor tertinggi 74 dengan total

skor 61461. Rata-rata 61,53 simpangan baku 6,024 . Sebaran variabel kinerja karyawan

dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

87
Tabel 17. Deskripsi Data Variabel Kinerja Karyawan

Perbedaan skor kinerja karyawan ini secara visual dapat diperhatikan dalam
bentuk diagram pada gambar berikut ini :

35

30

25

20

15

10

0
43-46 47-50 51-54 55-58 59-62 63-66 67-70 71-74

Gambar 7. Diagram Variabel Kinerja Karyawan

B. Pengujian Persyaratan Analisis Data

Uji persyaratan analisis data diperlukan untuk mengetahui apakah analisis data

untuk pengujian hipotesis dapat dilanjutkan atau tidak. Dalam penelitian ini uji yang

digunakan adalah uji normalitas, uji linieritas antar variabel dan pengujian asumsi

klasik.

1. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui aakah data diambil berasal dari

populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Hasil uji normalitas dapat dilihat dari

88
gambar Normal P-P Plot di bawah ini. Perlu diingatkan bahwa asumsi normalitas yang

dimaksud dalam asumsi klasik pendekatan OLS adalah (data) residual yang dibentuk

model regresi linier terdistribusi normal, bukan variabel bebas ataupun variabel

terikatnya. Kriteria sebuah (data) residual terdistribusi normal atau tidak dengan

pendekatan Normal P-P Plot dapat dilakukan dengan melihat sebaran titik-titik yang

ada pada gambar. Apabila sebaran titik-titik tersebut mendekati atau rapat pada garis

lurus (diagonal) maka dikatakan bahwa (data) residual terdistribusi normal, namun

apabila sebaran titik-titik tersebut menjauhi garis maka tidak terdistribusi normal.

Gambar 8. Gambar Uji Normalitas

Sebaran titik-titik dari gambar Normal P-P Plot di atas relatif mendekati garis lurus,

sehingga dapat disimpulkan bahwa (data) residual terdistribusi normal. Hasil ini

sejalan dengan asumsi klasik dari regresi linier dengan pendekatan OLS.

89
2. Uji Linieritas antar Variabel

Uji linieritas bertujuan untuk mengetahui apakah dua variabel mempunyai

hubungan yang linier secara signifikan atau tidak. Uji ini merupakan syarat

sebelum dilakukannya analisis regresi linier.

Tabel 18. Hasil Uji Linieritas antar variabel

Variabel F hitung Deviation


From Linierity
Kinerja Karyawan atas Budaya Organisasi 1,513 0,096
Kinerja Karyawan atas Kepemimpinan Romantis 2,381 0,005
Kinerja Karyawan atas Kepuasan Kerja 1,581 0,070
N = 105
Sumber : data olahan SPSS-23

a. Linieritas Y atas X1

Berdasarkan tabel hasil uji linieritas antar variabel di atas, disebut nilai F hitung

sebesar 1,513 lebih kecil dari Ftabel (0,05;1;21) sebesar 4,325. Selanjutnya

diperoleh nilai deviation from linearity sebesar 0,096 lebih besar dari 0,05.

Maka berdasarkan dua nilai acuan tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat

hubungan linier antara variabel kinerja karyawan (Y) atas variabel budaya

organisasi (X1)

b. Linieritas Y atas X2

Berdasarkan tabel hasil uji linieritas antar variabel di atas, disebut nilai F hitung

sebesar 2,381 lebih kecil dari Ftabel (0,05;1;17) sebesar 4,451. Selanjutnya

diperoleh nilai deviation from linearity sebesar 0,005 lebih kecil dari 0,05.

Maka berdasarkan dua nilai acuan tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat

90
hubungan linier antara variabel kinerja karyawan (Y) atas variabel

kepemimpinan romantis (X2)

c. Linieritas Y atas X2

Berdasarkan tabel hasil uji linieritas antar variabel di atas, disebut nilai F hitung

sebesar 1,581 lebih kecil dari Ftabel (0,05;1;23) sebesar 4,279. Selanjutnya

diperoleh nilai deviation from linearity sebesar 0,070 lebih besar dari 0,05.

Maka berdasarkan dua nilai acuan tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat

hubungan linier antara variabel kinerja karyawan (Y) atas variabel kepuasan

kerja (X3)

3. Pengujian Analisis regresi dan korelasi

Tabel 19. Faktor Kinerja Karyawan

Faktor Kinerja Karyawan β t Sig.


Budaya Organisasi 0,064 2,066 0,038
Kepemimpinan Romantis 0,754 13,886 0,000
Kepuasan Kerja 0,175 2,383 0,019
R = 0,862
R Square = 0,744
F = 97,742
Sig. = 0,000
N = 105
Sumber : Data diolah SPSS-23

Berdasarkan nilai Fhitung sebesar 97,742 lebih besar dari nilai Ftabel (α;k;n-k) = Ftabel

(0,05;3;105-3) = 2,69 dan nilai signifikansi 0,000 lebih kecil dari 0,05 hal ini

menunjukkan bahwa secara simultan variabel budaya organisasi (X 1),

kepemimpinan romantis (X2) dan kepuasan kerja (X3) secara bersama-sama

91
berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja karyawan (Y). Dengan

memperhatikan nilai R Square sebesar 0,744 hal ini berarti bahwa secara simultan

berpengaruh budaya organisasi (X1), kepemimpinan romantis (X2) dan kepuasan

kerja (X3) terhadap kinerja karyawan (Y) sebesar 74,40% sedangkan sisanya

25,60% dipengaruhi oleh faktor lain diluar model penelitian ini.

Pengujian signifikansi lebih lanjut diteruskan dengan pengujian individual

melalui parameter statistik t. Berdasarkan pada output tabel coeficient, nilai t

hitung masing-masing variabel bebas X1 = 2,066, X2 = 12,886 dan X3 = 2,383 lebih

besar dari nilai ttabel (α/2;n-k-1) = ttabel (0,05/2;105-3-1) = 0,67688 dan merujuk pada nilai

signifikansi dari ketiga variabel yaitu X1 = 0,038, X2 = 0,000 dan X3 = 0,019 lebih

kecil dari 0,05. Dapat disimpulkan bahwa secara parsial variabel budaya organisasi

(X1) berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel kinerja karyawan (Y),

kepemimpinan romantis (X2) berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel

kinerja karyawan (Y) dan kepuasan kerja (X3) berpengaruh positif dan signifikan

terhadap variabel kinerja karyawan (Y).

Hasil ini menunjukkan bahwa secara simultan dan parsial budaya organisasi

(X1), kepemimpinan romantis (X2) dan kepuasan kerja (X3) dapat dijadikan

variabel prediktor bagi kinerja karyawan (Y). Dengan memperhatikan nilai

coeficient beta untuk X1 adalah 0,064, X2 adalah 0,754 dan X3 adalah 0,175.

Pengaruh kausal empiris antara variabel dapat digambarkan melalui persamaan

Y = 0,064X1 + 0,754 X2 +0,175 X3 .

92
4. Koefisien Jalur

Nilai koefisien dalam penelitianini adalah sebagai berikut:

a. Pengaruh langsung (Direct Effect)

- Pengaruh variabel budaya organisasi (X1) terhadap variabel kinerja

karyawan (Y)

(X1 → Y ) = 0,064

- Pengaruh variabel kepemimpinan romantis (X2) terhadap variabel kinerja

karyawan (Y)

- (X2 → Y ) = 0,754

- Pengaruh variabel kepuasan kerja (X3) terhadap variabel kinerja

karyawan(Y)

(X3 → Y ) = 0,175

b. Pengaruh secara bersama-sama

- Pengaruh variabel budaya organisasi (X1), kepemimpinan romantis (X2) dan

kepuasan kerja (X3) secara bersama-sama terhadap kinerja karyawan (Y)

(X1 + X2 +X3 → Y ) = 0,064 + 0,754 +0,175

Rangkuman dari koefisien jalur, pengaruh langsung dan total dari Pengaruh

budaya organisasi (X1), kepemimpinan romantis (X2) dan kepuasan kerja (X3) terhadap

kinerja karyawan (Y) adalah sebagai berikut:

93
Tabel 20. Rangkuman Pengaruh Langsung

Pengaruh Variabel Langsung Secara Bersama-sama Total


(X1 → Y ) 0,064 0,064
(X2 → Y ) 0,754 0,754
(X3 → Y ) 0,175 0,175
(X1 + X2 +X3 → Y ) 0,064 + 0,754 +0,175 0,993
Sumber : Data diolah SPSS-23

Berdasarkan data empirik yang dihasilkan pada penelitian ini maka model teoritis

menjadi :

Budaya Organisasi
(X1)

ρyx1 = 0,064

Kepemimpinan ρyx2 = 0,754 Kinerja Karyawan


Romantis (X2) (Y)

ρyx3 = 0,175

Kepuasan Kerja (X3)

e1 =0,993

Gambar 9. Model Hipotesis Penelitian

94
C. Pengujian Hipotesis

1. Budaya Organisasi (X1) terhadap Kinerja Karyawan (Y).

Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh koefisien jalur ρ yx1 = 0,064. Harga

thitung = 2,066 sedangkan harga ttabel (0,05/2;105-3-1) = 0,67688. Fakta ini menunjukkan

bahwa thitung > ttabel, berarti H0 ditolak dan H1 diterima. Artinya koefisien jalur ini

signifikan. Temuan ini dapat diinterpretasikan bahwa Budaya Organisasi (X 1)

berpengaruh langsung positif terhadap Kinerja Karyawan (Y). Artinya perbaikan

Budaya Organisasi akan mengakibatkan peningkatan Kinerja Karyawan.

2. Kepemimpinan Romantis (X2) terhadap kinerja Karyawan (Y).

Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh koefisien jalur ρ yx2 = 0,754. Harga

thitung = 13,886 sedangkan harga ttabel (0,05/2;105-3-1) = 0,67688. Fakta ini menunjukkan

bahwa thitung > ttabel, berarti H0 ditolak dan H1 diterima. Artinya koefisien jalur ini

signifikan. Temuan ini dapat diinterpretasikan bahwa Kepemimpinan Romantis (X 2)

berpengaruh langsung positif terhadap Kinerja Karyawan (Y). Artinya perbaikan

Kepemimpinan Romantis akan mengakibatkan peningkatan Kinerja Karyawan.

3. Kepuasan Kerja (X3) Terhadap Kinerja Karyawan (Y).

Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh koefisien jalur ρ yx3 = 0,175. Harga

thitung = 2,383 sedangkan harga ttabel (0,05/2;105-3-1) = 0,67688. Fakta ini menunjukkan

bahwa thitung > ttabel, berarti H0 ditolak dan H1 diterima. Artinya koefisien jalur ini

signifikan. Temuan ini dapat diinterpretasikan bahwa Kepuasan Kerja (X 3)

berpengaruh langsung positif terhadap Kinerja Karyawan (Y). Artinya perbaikan

Kepuasan Kerja akan mengakibatkan peningkatan Kinerja Karyawan.

95
4. Budaya Organisasi (X1), Kepemimpinan Romantis (X2) dan Kepuasan Kerja

(X3) secara bersama-sama terhadap Kinerja Karyawan (Y).

Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh koefisien jalur simultan (ρ y x1 x2x3 =

0,064X1 + 0,754 X2 +0,175 X3. Harga thitung = 0,993 sedangkan harga ttabel (0,05/2;105-3-1)

= 0,67688. Fakta ini menunjukkan bahwa thitung > ttabel, berarti H0 ditolak dan H1

diterima. Artinya koefisien jalur pengaruh secara bersama-sama signifikan. Temuan

ini dapat diinterpretasikan bahwa Budaya Organisasi (X1), Kepemimpinan Romantis

(X2) dan Kepuasan Kerja (X3) secara simultan berpengaruh langsung positif terhadap

Kinerja Karyawan (Y). Artinya perbaikan Budaya Organisasi, Kepemimpinan

Romantis dan Kepuasan Kerja akan mengakibatkan peningkatan Kinerja Karyawan.

D. Pembahasan Hasil Penelitian

1. Pengaruh Budaya Organisasi terhadap Kinerja Karyawan.

Hasil penelitian empirik menemukan bahwa budaya organisasi berpengaruh

positif terhadap kinerja karyawan, temuan ini didukung oleh penelitian

sebelumnya Maamari & Saheb (2018) menyatakan bahwa Budaya organisasi

berkorelasi positif kuat dengan kinerja karyawan, hal ini berarti bahwa budaya

organisasi dapat mengilhami konsistensi kinerja di antara anggota organisasi.

Dan tidak diragukan lagi bahwa budaya organisasi dapat meningkatkan

kinerja karyawan secara keseluruhan. Budaya organisasi yang diharapkan adalah

budaya organisasi yang berorientasi pada keberlanjutan, sehingga dapat menjadi

96
asumsi penting yang membuat organisasi menjadi kuat dan stabil dalam

menghadapi perubahan budaya (Linnenluecke & Griffiths, 2010; Soomro & Shah,

2019).

Penelitian Altındağ & Kösedağı, (2015) ; Ugheoke, (2019) dan Kayoi et al.,

2021) pun menghasilkan temuan bahwa budaya organisasi berpengaruh positif dan

signifikan terhadap kinerja karyawan dengan adanya dukungan dari pimpinan

sehingga semakin baik budaya organisasi, maka semakin mendorong karyawan

untuk dapat meningkatkan kinerjanya. Budaya organisasi yang diterapkan di

Pondok Pesantren Darr El Qolam merupakan budaya yang mendukung dan

berperan. Karakteristik pendukung sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh

Robbins & Judge (2018) yang menjelaskan bahwa dukungan dari manajemen

puncak adalah sejauh mana pemimpin memberikan komunikasi, bantuan, dan

dukungan yang jelas kepada bawahan. Hal ini juga sesuai dengan teori budaya

pendukung yang dikemukakan oleh McKenna & Beech (2002) bahwa dengan

budaya yang mendukung, karyawan merasa diperhatikan dan dilanjutkan

dimotivasi oleh pemimpin yang pada akhirnya mau bekerja keras untuk

menghasilkan kinerja yang lebih baik lagi. Selain itu, karyawan diberikan peran

tersendiri dan dipercaya untuk menyelesaikan tugasnya. Dengan diberikan

kepercayaan ini, karyawan merasa diberi tanggung jawab dan akhirnya berusaha

untuk memenuhi tanggung jawab tersebut sehingga berdampak pada kinerja yang

lebih baik.

97
Berdasarkan temuan-temuan tersebut diatas, maka sistem organisasi

didasarkan pada pembentukan budaya yang efektif sehingga membuat lingkungan

belajar tetap kuat. Kinerja karyawan meningkat dengan pembentukan budaya

organisasi yang kuat. Kinerja karyawan akan dianggap sebagai tulang punggung

organisasi karena mengarah pada perkembangannya secara efektif. Hubungan

antara pembentukan budaya organisasi yang baik berhubungan erat dengan

kinerja karyawan di Pondok Pesantren Daar El Qolam. Dengan demikian jelaslah

bahwa budaya organisasi mempunyai pengaruh langsung positif dengan kinerja

karyawan.

2. Pengaruh Kepemimpinan Romantis terhadap Kinerja Karyawan.

Hasil penelitian empirik menemukan bahwa kepemimpinan romantis

berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan. Penelitian-penelitian sebelumnya yang

menghasilkan temuan bahwa gaya kepemimpinan mendorong upaya pencapaian

dalam menemukan dirinya memimpin tim yang lebih efisien yang memiliki semangat

tertentu terhadap pekerjaan yang menantang, dan itu secara alami berakhir dengan

memberikan tingkat kinerja yang lebih tinggi (Maamari & Saheb, 2018).

Penelitian Felfe & Petersen (2007) menyatakan bahwa kepemimpinan romantis

berpengaruh langsung terhadap kinerja karyawan dimana Individu yang memiliki

kepemimpinan romantis yang tinggi cenderung lebih termotivasi untuk memimpin baik

memimpin dalam suatu lembaga maupun memimpin dirinya sendiri dalam mencapai

tujuan hidupnya sehingga dalam melaksanakan tugas dan pekerjaannya selalu

98
dilakukan dengan totalitas dan maksimal dan pada akhirnya berdampak pada kinerja

karyawan tersebut.

Berdasarkan temuan tersebut, pimpinan Pondok Pesantren Daar El Qolam dan

lingkungan organisasi harus menyadari pentingnya memberikan dukungan dan

menghargai kepemimpinan romantis yang tinggi pada karyawannya agar menimbulkan

rasa nyaman dan keyakinan terhadap kemampuan individu dalam menjalankan

tugasnya yang dapat memperkuat pemahaman dan solidaritas diantara karyawan untuk

menciptakan keunggulan bagi organisasi.

Dari uraian tersebut di atas, maka diketahui bahwa hubungan antara terwujudnya

kepemimpinan romantis yang baik berhungan erat dengan kinerja karyawan di Pondok

Pesantren Daar El Qolam. Dengan demikian jelaslah bahwa kepemimpinan romantis

mempunyai pengaruh langsung positif dengan kinerja karyawan.

3. Pengaruh Kepuasan Kerja terhadap Kinerja Karyawan.

Hasil penelitian empirik menemukan bahwa kepuasan kerja berpengaruh positif

terhadap kinerja karyawan, temuan ini didukung oleh penelitian sebelumnya Crossman

& Abou‐Zaki (2003) menyatakan bahwa kepuasan kerja berpengaruh langsung

terhadap kinerja karyawan, Kepuasan kerja merupakan salah satu kriteria untuk

menetapkan kesehatan suatu organisasi dengan memberikan layanan yang efektif

sangat tergantung pada sumber daya manusia dan kepuasan kerja yang dialami

karyawan akan mempengaruhi kualitas layanan yang dari pekerjaan yang mereka

berikan. Seorang karyawan yang mendapatkan kepuasan dalam pekerjaanya biasanya

99
tingkat kehadiranya tinggi dan mempunyai prestasi yang baik dalam bekerja.

Karyawan yang merasa puas terhadap pekerjaanya cenderung lebih terlibat dalam

pekerjaan yang dapat meningkatkan kinerjanya.

Dari uraian tersebut di atas, maka diketahui bahwa hubungan antara

pembentukan kepuasan kerja yang baik berhungan erat dengan kinerja karyawan di

Pondok Pesantren Daar El Qolam. Dengan demikian jelaslah bahwa kepuasan kerja

mempunyai pengaruh langsung positif dengan kinerja karyawan.

4. Pengaruh Budaya Organisasi, Kepemimpinan Romantis dan Kepuasan Kerja

secara bersama-sama terhadap Kinerja Karyawan.

Hasil penelitian empirik menemukan bahwa Budaya Organisasi , Kepemimpinan

Romantis dan Kepuasan Kerja berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan, temuan

ini yaitu didukung oleh penelitian sebelumnya seperti penelitian Pawirosumarto et al.,

(2017) d; Ratnasari et al., (2019); Purwadi et al., (2020) dan Kayoi et al., (2021)

meskipun penelitian diatas hanya menyebutkan kepemimpinan secara umum, tidak

mengkhususkan pada kepemimpinan romantis.

Dari uraian tersebut di atas, maka diketahui bahwa hubungan antara

pembentukan Budaya Organisasi, Kepemimpinan Romantis dan Kepuasan Kerja yang

baik berhubungan erat dengan kinerja karyawan di Pondok Pesantren Daar El Qolam.

Dengan demikian jelaslah bahwa Budaya Organisasi , Kepemimpinan Romantis dan

Kepuasan Kerja mempunyai pengaruh langsung positif dengan kinerja karyawan.

100
BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan

Penelitian dimaksudkan untuk mencari faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja

karyawan. Penelitian ini menggunakan metode survey, yang bertujuan untuk

mengetahui gambaran umum tentang pengaruh budaya organisasi, kepemimpinan

romantis dan kepuasan kerja terhadap kinerja karyawan, hasil penelitian ini

disimpulkan sebagai berikut:

1. Terdapat pengaruh langsung positif dan signifikan budaya organisasi terhadap

kinerja karyawan, hal ini menunjukkan bahwa budaya organisasi menjadi lebih

bersatu sebagai hasilnya globalisasi dan standardisasi, dan upaya organisasi yang

terus-menerus untuk meningkatkan efisiensi dan resolusi konflik melalui

pengelolaan kecerdasan emosional tim. Sistem organisasi didasarkan pada

pembentukan budaya yang efektif sehingga membuat lingkungan belajar tetap

kuat. Kinerja karyawan meningkat dengan pembentukan budaya organisasi yang

kuat. Kinerja karyawan akan dianggap sebagai tulang punggung organisasi karena

mengarah pada perkembangannya secara efektif

2. Terdapat pengaruh langsung positif dan signifikan kepemimpinan romantis

terhadap kinerja karyawan, hal ini menunjukkan bahwa lingkungan organisasi

101
harus menyadari pentingnya memberikan dukungan dan menghargai

kepemimpinan romantis yang tinggi pada karyawannya agar menimbulkan rasa

nyaman dan keyakinan terhadap kemampuan individu dalam menjalankan

tugasnya yang dapat memperkuat pemahaman dan solidaritas diantara karyawan

untuk menciptakan keunggulan bagi organisasi.

3. Terdapat pengaruh langsung positif dan signifikan kepuasan kerja terhadap kinerja

karyawan, hal ini menunjukkan bahwa Kepuasan kerja merupakan salah satu

kriteria untuk menetapkan kesehatan suatu organisasi dengan memberikan layanan

yang efektif sangat tergantung pada sumber daya manusia dan kepuasan kerja yang

dialami karyawan akan mempengaruhi kualitas layanan yang dari pekerjaan yang

mereka berikan. Seorang karyawan yang mendapatkan kepuasan dalam

pekerjaanya biasanya tingkat kehadiranya tinggi dan mempunyai prestasi yang

baik dalam bekerja. Karyawan yang merasa puas terhadap pekerjaanya cenderung

lebih terlibat dalam pekerjaan yang dapat meningkatkan kinerjanya.

4. Terdapat pengaruh langsung positif dan signifikan budaya organisasi,

kepemimpinan romantis dan kepuasan kerja secara bersama-sama mempengharuhi

terhadap kinerja karyawan.

B. Implikasi

Berdasarkan kesimpulan maka kinerja karyawan dapat ditingkatkan dengan

memperbaiki organisasi, kepemimpinan romantis dan kepuasan kerja, dimana hasil

102
penelitian menunjukkan baik secara parsial maupun simultan organisasi,

kepemimpinan romantis dan kepuasan kerja berpengaruh terhadap kinerja karyawan.

Tiga faktor tersebut dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi pimpinan dalam

membuat kebijakan yang dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Penelitian ini menunjukan bahwa budaya organisasi berpengaruh positif terhadap

kinerja karyawan. Implikasinya adalah jika budaya organisasi meningkat maka akan

mengakibatkan peningkatan kinerja karyawan. Upaya peningkatan kinerja

karyawan melalui budaya organisasi dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :

a. Pemimpin dapat memberikan contoh kinerja yang bagus dan senantiasa

memberikan motivasi kepada karyawan sehingga pemimpin dapat menjadi

tauladan bagi karyawannya.

b. Memberikan pelatihan (Training) kepada karyawan sebagai sarana untuk

menambah dan memperluas wawasan agar karyawan dapat menjadi lebih

baik dan lebih efisien dalam mengerjakan suatu pekerjaan.

2. Penelitian ini menunjukan bahwa kepemimpinan romantis berpengaruh positif

terhadap kinerja karyawan. Implikasinya adalah jika kepemimpinan romantis

meningkat maka akan mengakibatkan peningkatan kinerja karyawan. Upaya

peningkatan kinerja karyawan melalui kepemimpinan romantis dapat dilakukan

dengan cara sebagai berikut :

a. Selalu melakukan evaluasi kinerja karyawan secara rutin minimal per bulan

atau bahkan mingguan sehingga setiap ada permasalahan kinerja karyawan

dapat segera diberikan solusi yang cepat dan terbaik.

103
b. Menciptakan budaya saling percaya antara pemimpin dan bawahan kedalam

situasi kekeluargaan yang saling menghargai dan saling memberikan yang

terbaik dalam tugas dan pekerjaannya.

3. Penelitian ini menunjukan bahwa kepuasan kerja berpengaruh positif terhadap

kinerja karyawan. Implikasinya adalah jika kepuasan kerja meningkat maka akan

mengakibatkan peningkatan kinerja karyawan. Upaya peningkatan kinerja

karyawan melalui kepuasan kerja dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :

a. Pemberian Insentif dan bonus bagi karyawan terbaik yang dapat menjadi

penyemangat karyawan lainnya untuk dapat meningkatkan kinerjanya.

b. Membentuk iklim yang kompetitif untuk dapat memberikan pelayanan yang

terbaik dalam bekerja

4. Penelitian ini menunjukan bahwa budaya organisasi, kepemimpinan romantis dan

kepuasan kerja berpengaruh terhadap kinerja. Implikasinya adalah jika budaya

organisasi, kepemimpinan romantis dan kepuasan kerja meningkat secara bersama-

sama maka akan mengakibatkan peningkatan kinerja karyawan.

C. Saran

1. Penelitian ini masih memiliki keterbatasan dan masih membuka kesempatan

untuk menambah variabel lain seperti komitmen karyawan, employee attitudes

(Sikap karyawan), atau Entrepreneurial Orientation (Orientasi Wirausaha)

104
2. Penelitian ini juga dapat menjadikan variabel kepuasan kerja sebagai variabel

intervening

3. Menciptakan Budaya Organisasi yang kuat melalui sisi religius dari pondok

pesantren sehingga Budaya Organisasi yang tercipta dapat menghadapi

perubahan zaman dan perubahan budaya serta senantiasa dapat menjaga kinerja

karyawan untuk memberikan yang terbaik dari dirinya secara berkelanjutan.

4. Kepemimpinan romantis yang tinggi dari setiap karyawan dapat mendorong

karyawan tersebut untuk dapat memberikan motivasi terbaik bagi dirinya,

keluarganya dan organisasi sehingga dapat mencapai pada kinerja tertinggi

dalam hidupnya.

5. Kepuasan Kerja tidak hanya sebatas pada materi saja, apalagi di likungan

pondok pesantren perlu adanya pemahaman bahwa sebaik-baiknya karyawan

adalah karyawan yang paling bermanfaat bagi dirinya, keluarganya dan

lingkungannya baik lingkungan kerja ataupun lingkungan masyarakat.

105
DAFTAR PUSTAKA

Abimanyu, S. (2008). Strategi Pembelajaran. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi


Departemen Pendidikan Nasional.

Ahmed, M., & Shafiq, S. (2014). The Impact of Organizational Culture on


Organizational Performance: A Case Study of Telecom Sector. Global Journal
of Management and Business Research, 14(3).

Altındağ, E., & Kösedağı, Y. (2015). The Relationship Between Emotional Intelligence
of Managers, Innovative Corporate Culture and Employee Performance.
Procedia - Social and Behavioral Sciences, 210, 270–282.
https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2015.11.367

Arif, S., Zainudin, & K, A. H. (2019). Influence of Leadership, Organizational Culture,


Work Motivation, and Job Satisfaction of Performance Principles of Senior
High School in Medan City. Budapest International Research and Critics
Institute-Journal (BIRCI-Journal), 2(4).

Atikah, K., & Qomariah, N. (2020). The Effect of Leadership Style and Organizational
Culture and Work Motivation on Lecturer Performance. Jurnal Manajemen
Dan Bisnis Indonesia, 6(2).

Awadh, A. H. M., & Saad, A. M. (2013). Impact of Organizational Culture on


Employee Performance. Intenational Review Management and Business
Research, 2(1).

Bligh, M. C., Kohles, J. C., & Pillai, R. (2011). Romancing leadership: Past, present,
and future. The Leadership Quarterly, 22(6), 1058–1077.
https://doi.org/10.1016/j.leaqua.2011.09.003

Chen, C. C., & Meindl, J. R. (1991). The Construction of Leadership Images in the
Popular Press: The Case of Donald Burr and People Express. Administrative
Science Quarterly, 36(4), 521. https://doi.org/10.2307/2393273

Choiriyah, Djazuli, A., Indah, S., Anggeraini, D. U., & Ulfa, F. A. (2021). The
Influence of Leadership Style, Motivation, and Work Discipline against
Employee Performance in the Regional SecretariatOgan Komering Ulu (OKU)
Regency South Sumatra. International Journal of Business, Management and
Economics, 2(1).

106
Colquitt, J. A., Lepine, J. A., & Wesson, M. J. (2020). Organizational Behaviour.
Improving Performance and Commitment in the Workplace (7th ed.). McGraw-
Hill Education.

Crossman, A., & Abou‐Zaki, B. (2003). Job satisfaction and employee performance of
Lebanese banking staff. Journal of Managerial Psychology, 18(4), 368–376.
https://doi.org/10.1108/02683940310473118

Daft, R. L. (2016). Organization Theory and Design (11th ed.). MA Cengage Learning.

Enny, W. M. (2019). Manajemen Sumber Daya Manusia. Unhara Manajemen Press.


Fahlevi, M., Nagoya, R., Novitasari, D., & Wanasida, A. S. (2021). The Role of Work
Motivation, Organizational Culture and Leadership on Job Satisfaction and
Teachers Performance: An Empirical Study on Indonesian Senior High
Schools. Turkish Journal of Computer and Mathematics Education, 12(12),
2964–2974.

Felfe, J., & Petersen, L.-E. (2007). Romance of leadership and management decision
making. European Journal of Work and Organizational Psychology, 16(1), 1–
24. https://doi.org/10.1080/13594320600873076

Ghozali, I. (2018). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 25. BP
Undip.

Greenberg, J., & Baron, R. A. (2000). Behavior in organizations: Understanding and


managing the human side of work (7th ed.). Prentice Hall.

Griffin, M. A., Neal, A., & Parker, S. K. (2007). A New Model of Work Role
Performance: Positive Behavior in Uncertain and Interdependent Contexts.
Academy of Management Journal, 50(2), 327–347.
https://doi.org/10.5465/amj.2007.24634438

Hao, M. J., & Yazdanifard, R. (2015). How Effective Leadership can Facilitate Change
in Organizations through Improvement and Innovation. Global Journal of
Management and Business Research: A Administration and Management,
15(9).

Hersey, P., & Blanchard, K. H. (2001). Management Of Organizational Behaviour.


Prentice Hall.

Ibrahim, R., Boerhannoeddin, A., & Kazeem Kayode, B. (2017). Organizational


culture and development: Testing the structural path of factors affecting

107
employees’ work performance in an organization. Asia Pacific Management
Review, 22(2), 104–111. https://doi.org/10.1016/j.apmrv.2016.10.002

Indrasari, M. (2017). Kepuasan Kerja dan Kinerja Karyawan Tinjauan dari Dimensi
Iklim Organisasi, Kreativitas Individu, dan Karakteristik Pekerjaan.
Indomedia Pustaka.

Isa, M. F. M., Ugheoke, S. O., & Noor, W. S. W. M. (2016). The Influence of


Organizational Culture on Employees’ Performance: Evidence from Oman.
Journal of Entrepreneurship and Business, 4(2), 1–12.
https://doi.org/10.17687/JEB.0402.01

Kahar, S., Barus, M. I., & Wijaya, C. (2019). Peran Pesantren dalam Membentuk
Karakter Santri. Anthropos: Jurnal Antropologi Sosial Dan Budaya (Journal of
Social and Cultural Anthropology), 4(2), 170.
https://doi.org/10.24114/antro.v4i2.11949

Karacabey, M. F. (2021). School Principal Support in Teacher Professional


Development. International Journal of Educational Leadership and
Management, 9(1), 54–75. https://doi.org/10.17583/ijelm.2020.5158

Kayoi, E. M., Bharanti, B. E., & Ratnasari, S. L. (2021). The Influence of Leadership
Style, Organizational Culture, and Job Satisfaction on Employee Performance
Department of Education and Culture of Yapen Islands. Britain International
of Humanities and Social Sciences (BIoHS) Journal, 3(2).
https://doi.org/10.33258/biohs.v3i2.466

Kelly, G. A. (1963). A theory of personality: The psychology of personal constructs.


Norton.

Kreitner, R., & Kinicki, A. (2014). Perilaku Organisasi. Salemba Empat.

Kriyantono, R. (2020). Teknik Praktis Riset Komunikasi: Disertai Contoh Praktis Riset
Media, Public Relations, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi
Pemasaran. Kencana Prenada Media Group.

Kuswati, Y. (2020). The Influence of Organizational Culture on Employee


Performance. Budapest International Research and Critics Institute-Journal
(BIRCI-Journal), 3(1).

Linnenluecke, M. K., & Griffiths, A. (2010). Corporate sustainability and


organizational culture. Journal of World Business, 45(4).

108
Lohman. (2003). Analisis Kuantitatif. Erlangga.

Luthans, F. (2011). Organizational Behavior: An Envidence – Based Approach (12th


ed.). The Mc Grow – Hill Companies, Inc.

Maamari, B. E., & Saheb, A. (2018). How organizational culture and leadership style
affect employees’ performance of genders. International Journal of
Organizational Analysis, 26(4), 630–651. https://doi.org/10.1108/IJOA-04-
2017-1151

Maryati, T., Astuti, R. J., & Udin, U. (2019). The Effect of Spiritual Leadership and
Organizational Culture on Employee Performance: The Mediating Role of Job
Satisfaction. International Journal of Innovation, Creativity and Change, 9(3).

Mathis, R. L., & Jackson, J. H. (2011). Human resource management: Essential


perspectives. Cengage Learning.

McKenna, E., & Beech, N. (2002). Human Resource Management: A Concise


Analysis. Financial Times Prentice Hall.

Meindl, J. R. (1995). The romance of leadership as follower-centric theory: A social


constructionalist approach. Leadership Quarterly, 6(5).

Meindl, J. R., Ehrlich, S. B., & Dukerich, J. M. (1985). The Romance of Leadership.
Sage Publications, Inc. and Johnson Graduate School of Management, 30(1).

Mgbere, O. (2009). Exploring the Relationship between Organizational Culture,


Leadership Styles and Corporate Performance: An Overview. Journal of
Strategic Management Education.

Muslich. (2007). Sertifikasi Guru Menuju Profesionalisme Pendidik,. Bumi Aksara.

Obeidat, B. Y., Masa’deh, R. (Moh’d T., & Abdallah, A. B. (2014). The Relationships
among Human Resource Management Practices, Organizational Commitment,
and Knowledge Management Processes: A Structural Equation Modeling
Approach. International Journal of Business and Management, 9(3), p9.
https://doi.org/10.5539/ijbm.v9n3p9

Pawirosumarto, S., Sarjana, P. K., & Gunawan, R. (2017). The effect of work
environment, leadership style, and organizational culture towards job
satisfaction and its implication towards employee performance in Parador
Hotels and Resorts, Indonesia. International Journal of Law and Management,
59(6), 1337–1358. https://doi.org/10.1108/IJLMA-10-2016-0085

109
Phillips, B. D., & Landahl, M. (2021). Managing human resources. In Business
Continuity Planning (pp. 109–130). Elsevier. https://doi.org/10.1016/B978-0-
12-813844-1.00008-7

Pradhan, R. K., & Jena, L. K. (2017). Employee Performance at Workplace:


Conceptual Model and Empirical Validation. Business Perspectives and
Research, 5(1), 69–85. https://doi.org/10.1177/2278533716671630

Purwadi, Darma, D. C., Febrianti, W., & Mirwansyah, D. (2020). Exploration of


Leadership, Organizational Culture, Job Satisfaction, and Employee
Performance. Technium Social Sciences Journal, 6.

Ratnasari, S. L., Sutjahjor, G., & Adam. (2019). Employees’ Performance:


Organizational Culture And Leadership Style Through Job Satisfaction.
Humanities & Social Sciences Reviews, 7(5), 597–608.
https://doi.org/10.18510/hssr.2019.7569

Robbins, S. P., & Judge, T. A. (2018). Perilaku Organisasi (12th ed.). Salemba Empat.

Sagala, S. (2007). Konsep dan Makna Pembelajaran. CV Alfabeta.

Samsuar. (2019). Atribusi. Jurnal Network Media, 2(1).

Schein, E. H. (2004). Organizational Culture and Leadership (3rd ed.). Jossey-Bass A


Wiley Imprint.

Schermerhorn, Hunt, J. G., & Osborn, R. N. (1991). (5th ed.). John Wiley & Sons.

Schyns, B., & Bligh, M. C. (2007). Introduction to the Special Issue on the Romance
of Leadership—In Memory of James R. Meindl. Applied Psychology, 56(4),
501–504. https://doi.org/10.1111/j.1464-0597.2007.00301.x

Silaen, S. (2018). Metodologi Penelitian Sosial Untuk Penulisan Skripsi dan Tesis. In
Media.

Soomro, B. A., & Shah, N. (2019). Determining the impact of entrepreneurial


orientation and organizational culture on job satisfaction, organizational
commitment, and employee’s performance. South Asian Journal of Business
Studies, 8(3), 266–282. https://doi.org/10.1108/SAJBS-12-2018-0142
Stephen, E. N., & Stephen, E. A. (2016). Organizational Culture and Its Impact on
Employee Performance and Job Satisfaction: A Case Study of Niger Delta

110
University, Amassoma. Canadian Research & Development Center of Sciences
and Cultures, 11(5).

Stockemer, D. (2019). Quantitative Methods for the Social Sciences: A Practical


Introduction with Examples in SPSS and Stata. Springer International
Publishing. https://doi.org/10.1007/978-3-319-99118-4

Stolovitch, H. D., & Keeps, E. J. (1992). Handbook of human performance technology:


A manifesto. Performance + Instruction, 31(2), 9–13.
https://doi.org/10.1002/pfi.4170310205

Stoner, J. A. F. (1992). Manajemen (2nd ed.). Erlangga.

Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). CV Alfabeta.

Sulhan, A. (2020). Teori Kepemimpinan Dalam Organisasi Pendidikan Islam. Sanabil.

Sutia, S., Sukendar, Saparudin, M., Adha, S., & Rahardjo, B. (2022). Leadership style,
organizational culture and job satisfaction on employee performance (Study in
Food Manufacturing Companies). Priviet Social Sciences Journal, 2(1).

Thobroni. (2015). Hasil Belajar. Bumi Aksara.

Ugheoke, S. O. (2019). Organizational culture and employee performance: Moderation


effect of transformational leadership style. Academic Journal of Business and
Social Sciences, 3(1).

Warren, J. M., & Hale, R. W. (2016). The Influence of Efficacy Beliefs on Teacher
Performance and Student Success: Implications for Student Support Services.
Journal of Rational-Emotive & Cognitive-Behavior Therapy, 34(3), 187–208.
https://doi.org/10.1007/s10942-016-0237-z

Wong, L., & Gerras, S. (2017, February 15). Beware the Romance of Leadership. War
on the Rocks. https://warontherocks.com/2017/02/beware-the-romance-of-
leadership/

111
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Hasil Perhitungan Uji Validitas Dan Reliabilitas Instrument

Variable Budaya Organisasi

112
Variabel Kepemimpinan Romantis

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items

,925 10

113
Variabel Kepuasan Kerja

Case Processing Summary


N %
Valid 15 100.0
Cases Excludeda 0 .0
Total 15 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.745 14

114
Variabel Kinerja Karyawan

Case Processing Summary


N %
Valid 15 100.0
Cases Excludeda 0 .0
Total 15 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.

Reliability Statistics
Cronbach's N of Items
Alpha
.429 15

115
Lampiran 2 : Data Hasil Uji Coba Instrumen

Budaya Kepemimpinan Kepuasan Kinerja


No.
Organisasi Romantis Kerja Karyawan
Responden
(X1) (X2) (X3) (Y)
1 49 36 51 48
2 49 39 38 45
3 38 35 46 52
4 39 34 33 48
5 43 34 45 50
6 52 32 41 52
7 38 31 43 48
8 39 33 45 51
9 44 33 49 49
10 39 31 48 50
11 26 35 44 51
12 42 33 40 53
13 29 30 49 50
14 43 36 46 44
15 41 34 52 42

116
Lampiran 3 : Instrumen Penelitian

Kepada
Yth. Bapak/Ibu karyawan
Di
Pondok Pesantren Daal El Qolam

Dengan Hormat,

Teriring salam dan doa kami sampaikan semoga bapak/ibu/sdr/i senantiasa berada
dalam lindungan Allah SWT, serta selalu sukses dalam menjalankan tugas dan aktifitas
sehari-hari, Amin
saya adalah mahasiswa program Strata 2 (S2) STIE La Tansa Mashiro Rangkasbitung,
Bermaksud melakukan penelitian tentang Pengaruh Budaya Organisasi,
Kepemimpinan Romantis dan Kepuasan kerja Terhadap Kinerja Karyawan
Pondok Pesantren Daar El Qolam. Untuk kepentingan tersebut, kami membutuhkan
informasi berupa data tentang beberapa faktor terkait dengan perseroan dimana
bapak/ibu/sdr/i bekerja saat ini.
Data yang bapak/ibu/sdr/i berikan, dijamin kerahasiaannya dan hanya saya pergunakan
semata untuk keperluan penelitian saja. Harapan saya, bapak/ibu/sdr/i dapat
mengisikan kuesioner ini dengan pernyataan pada kondisi kerja sesungguhnya.
Demikian permohonan pengisian kuesioner penelitian ini saya sampaikan, atas
kesediaan dan kerjasamanya diucapkan terima kasih.
Hormat Saya

Muhamad Rifki Syarifudin

117
KUESIONER PENELITIAN
PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, KEPEMIMPINAN ROMANTIS DAN
KEPUASAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN PONDOK
PESANTREN DAAR EL QOLAM

Yang terhormat Bapak/Ibu/Sdr/i, mohon kesediaannya untuk mengisi kuesioner ini.


Kuesioner ini merupakan kuesioner yang penulis susun dalam rangka pelaksanaan
penelitian. Jawaban yang Bapak/Ibu/Sdr/I berikan tidak akan mempengaruhi
kedudukan maupun jabatan, mengingat kerahasiaan identitas Bapak/Ibu/Sdr/I akan
Kami jaga.

A. KARAKTERISTIK RESPONDEN
Berilah tanda (√) pada karakteristik Responden Bapak/Ibu yang sesuai

Nomor responden : …………………………………………

Jabatan : …………………………………………

Jenis kelamin :  Laki-laki  Perempuan

Usia :  20-30  31-40  41-50  50 tahun keatas

Lama kerja :  <5 tahun  5-10 tahun  10-15 tahun  >15 tahun

Pendidikan Terakhir :  SMA/SMK/MA  D3  S1  S2  S3

B. PETUNJUK PENGISIAN
1. Bacalah baik-baik setiap pernyataan dan seluruh jawaban
2. Berikanlah penilaian untuk setiap pernyataan tersebut berdasarkan kenyataan
yang bapak/ibu/sdr/I rasakan di tempat bekerja saat ini.
3. Berilah tanda (√) pada kolom jawaban yang anda pilih

Berikan jawaban hanya menandai salah satu jawaban yang telah disediakan di masing-
masing pertanyaan (tanda X).
Skala berikut ini dipakai untuk mendefinisikan pengukuran dari jawaban yaitu :
5 = Sangat setuju (SS)
4 = Setuju (S)
3 = Netral (N)
2 = Tidak setuju (TS)
1 = Sangat tidak setuju (STS)

118
Variabel Budaya Organisasi
Pilihan Jawaban
No Indikator
SS S TB TS STS

Nilai
Saya selalu menjalankan tugas kerja sesuai
1
jabatan dan tanggung jawab yang diberikan
Saya menyelesaikan tugas yang di berikan
2
dengan baik
Setiap bekerja saya lebih mengutamakan
3 terhadap pelayanan umum daripada
kepentingan pribadi/kelompok
Saya memotivasi karyawan yang lain untuk
4
bekerja lebih keras lagi agar kinerja meningkat
Setiap bekerja saya lebih mengutamakan
5 terhadap pelayanan umum daripada
kepentingan pribadi/kelompok
Norma
Saya tidak pernah meninggalkan tempat kerja
6
tanpa izin dari atasan
7 Saya mematuhi aturan yang ada di perusahaan
Saya mampu menutupi kekurangan yang ada
8
dalam perusahaan.
Saya setia terhadap perusahaan dengan
9 pengabdikan pikiran dan tenaga demi
kepentingan publik.
Aturan
Pelayanan yang diberikan sesuai dengan
10
prosedur yang telah ditetapkan
Saya datang kerja sesuai dengan waktu yang
11
ditentukan instansi
Saya pulang kerja sesuai dengan peraturan
12
kerja yang sudah ditetapkan
Kehadiran sangat penting dalam penegakan
13
disiplin

119
Variabel Kepemimpinan Romantis
Pilihan Jawaban
No Indikator
SS S TB TS STS

Memperhatikan
Pimpinan secara demokratis menerima gagasan-
1
gagasan karyawan yang inovatif
Pimpinan menciptakan hubungan yang
2 harmonis untuk terwujudnya suasanan kerja
yang kondusif/menyenangkan
Pimpinan memberikan penghargaan kepada
3 karyawan yang mampu menunjukan prestasi
kerja yang baik
Pimpinan menghargai segala pendapat yang
4
diberikan oleh karyawan
Membantu
Demi tercapainya tujuan lembaga saya harus
5
saling membantu dalam melaksanakan tugasnya
Pimpinan memberi dorongan kepada saya untuk
6
bekerja secara maksimal
Pimpinan memberikan bimbingan, arahan
7 terhadapTanggung jawab hasil kinerja
karyawan untuk menempati posisi tertentu
Menyesuaikan
Pemimpin memiliki dan memberi contoh
8
semangat kerjayang baik
Saya bekerja keras karena adanya Intervensi
9
pimpinan
Intervensi pimpinan dalam bekerja menciptakan
10
suasana kerja yang kurang kondusif

120
Variabel Kepuasan Kerja
Pilihan Jawaban
No Indikator
SS S TB TS STS
Senang Bekerja
1 Saya menyenangi tugas pekerjaan saya.
Pekerjaan ini sangat tepat bagi saya, karena
2 itu saya merasa sangat senang bekerja di
lembaga ini.
Saya senang dengan pekerjaan saat ini
3 karena sesuai dengan pendidikan dan
pengalaman yang saya miliki.
Saya senang berusaha menemukan cara-cara
4 baru yang lebih efektif untuk menyelesaikan
setiap tugas atau pekerjaan
Saya puas jika dapat melaksanakan tugas
5
dengan maksimal
Giat Bekerja
Saya mengamati keterbukaan di lembaga
tetap terjaga terutama dalam hal
6
menyelesaikan tugas, sehingga bekerja giat
menimbulkan suasana ceria
Kebanggaan karena pekerjaan yang saya
7
miliki membuat saya giat bekerja
Adanya peluang saya untuk maju dalam
8 pekerjaan saat ini, membuat bekerja lebih
giat
9 Kesempatan mengerahkan potensi terbaik.
Iklas Bekerja
Kesempatan mencoba pekerjaan yang
10
berbeda dari rutinitas kerja semestinya.
Bekerja tanpa bertentangan dengan hati
11
nurani
Kesempatan melakukan pekerjaan yang
12 menuntut saya mengerahkan kemampuan
terbaik saya
Saling membantu ketika rekan kerja
13
mengalami kesulitan dalam bekerja.
Kesempatan berguna bagi orang lain sesuai
14
kadar kemampuan saya.

121
Variabel Kinerja
Pilihan Jawaban
No Indikator
SS S TB TS STS

Kuantitas Pekerjaan
Saya menyelesaikan pekerjaan yang
1
diberikan sesuai dengan target jumlah
Karyawan selalu menyelesaikan tugas-
2 tugas dengan tepat waktu dan
mengutamakan prinsip efisiensi.
Pimpinan meminta laporan pertanggung
3 jawaban dari setiap personil atas peran dan
fungsinya
Saya mengerjakan beberapa fungsi
4
pekerjaan yang diberikan dengan baik
Pimpinan melakukan pencatatan kegiatan
5
harian di dalam agenda pimpinan
Saya dapat mencapai target mutu
6 pembelajaran di atas standar yang
ditetapkan
Karyawan berusaha menyelesaikan
7 pekerjaan sesuai standar yang telah
ditetapkan perusahaan.
Kualitas Pekerjaan
Pimpinan menjadi pemrakarsa
8
pembaharuan untuk kemajuan kegiatan
Pimpinan mengimformasikan gagasan -
9 gagasan karyawan untuk meningkatkan
layanan pembelajaran
Pimpinan memandang karyawan sebagai
10 patner kerja dalam melaksanakan setiap
kegiatan.
Pimpinan memberikan teladan tentang
11 disiplin dalam melaksanakan tugas dan
fungsinya
Pimpinan menciptakan hubungan yang
12 harmonis untuk terwujudnya suasanan
kerja yang kondusif/ menyenangkan
Pimpinan memberikan penghargaan
13 kepada karyawan yang mampu
menunjukan prestasi kerja yang baik

122
Pimpinan memberikan motivasi kepada
14 karyawan untuk melanjutkan pendidikan
kejenjang yang lebih tinggi
Pimpinan secara proaktif menggali
15 sumberdaya karyawan untuk meningktkan
kualitas layanan

123
Lampiran 4. Data Hasil Penelitian
Budaya Kepemimpinan Kepuasan Kinerja
No.
Organisasi Romantis Kerja Karyawan
Responden
(X1) (X2) (X3) (Y)
1 57 46 62 67
2 54 31 60 51
3 57 50 55 74
4 61 50 53 72
5 51 47 51 62
6 61 50 62 71
7 50 47 51 60
8 50 40 56 61
9 52 43 53 60
10 52 40 56 60
11 62 47 66 65
12 52 47 52 62
13 54 44 58 58
14 51 47 57 61
15 53 45 58 59
16 53 47 56 65
17 54 37 60 58
18 58 50 64 70
19 56 38 62 49
20 58 46 59 61
21 58 31 60 52
22 56 48 64 62
23 61 45 65 69
24 57 48 63 60
25 60 35 62 59
26 48 47 48 60
27 57 47 60 67
28 57 47 59 68
29 59 48 58 65
30 58 47 62 69
31 60 44 61 64
32 57 31 63 56
33 59 45 66 63
34 57 31 64 54

124
35 49 40 54 58
36 52 47 57 63
37 51 32 58 56
38 51 35 55 57
39 49 35 49 54
40 53 47 52 60
41 58 50 57 70
42 48 41 54 58
43 60 44 68 63
44 49 39 53 56
45 61 49 59 65
46 53 38 53 54
47 51 48 52 60
48 61 33 63 59
49 55 31 59 52
50 61 45 62 65
51 62 47 69 64
52 60 47 68 63
53 64 47 67 63
54 59 50 63 70
55 61 48 69 67
56 60 50 61 66
57 59 48 64 66
58 52 47 52 66
59 50 47 53 62
60 60 50 64 72
61 62 45 62 65
62 62 47 62 65
63 52 40 54 56
64 52 43 56 60
65 53 47 55 63
66 55 30 54 55
67 53 31 59 56
68 65 45 70 61
69 53 30 63 51
70 62 48 70 66
71 60 32 60 59
72 62 46 65 69

125
73 55 34 52 59
74 57 30 65 57
75 59 45 68 65
76 48 30 50 52
77 58 47 61 65
78 47 35 50 57
79 49 30 50 53
80 63 46 63 66
81 63 50 61 72
82 58 48 67 66
83 49 47 57 67
84 49 31 49 53
85 62 46 62 64
86 53 31 51 53
87 58 47 64 64
88 62 47 64 66
89 42 31 40 48
90 60 49 63 63
91 59 48 62 66
92 46 38 53 58
93 59 47 58 62
94 52 46 63 62
95 47 50 64 71
96 52 48 64 67
97 44 47 59 68
98 51 48 62 69
99 55 35 63 58
100 57 47 59 63
101 45 37 56 58
102 52 45 56 58
103 47 46 62 68
104 51 33 47 43
105 47 37 50 51

126
Lampiran 5 : Distribusi Frekuensi Data Responden
Jenis Kelain

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Laki-Laki 62 59,0 59,0 59,0

Perempuan 43 41,0 41,0 100,0

Total 105 100,0 100,0

Usia

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 20-30 11 10,5 10,5 10,5

30-40 30 28,6 28,6 39,0

40-50 38 36,2 36,2 75,2

51-55 26 24,8 24,8 100,0

Total 105 100,0 100,0

Lama Bekerja

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Kurang 5th 4 3,8 3,8 3,8

5-10th 63 60,0 60,0 63,8

10-15th 25 23,8 23,8 87,6

>15 13 12,4 12,4 100,0

Total 105 100,0 100,0

Pendidikan Terakhir

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid D3 12 11,4 11,4 11,4

S1 60 57,1 57,1 68,6

S2 33 31,4 31,4 100,0

Total 105 100,0 100,0

127
Lampiran 6: Data Interval, Modus, Median, Simpangan Baku, Rata-Rata

128
Lampiran 7: Uji Normalitas

129
Lampiran 8 : Uji Linieritas

130
Lampiran 10 : Uji Model- Faktor Kinerja Karyawan

Coefficientsa

Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.

1 (Constant) 17.539 3.500 5.011 .000

Budaya Organisasi .074 .086 .064 2.066 .038

Kepemimpinan Romantis .686 .049 .754 13.886 .000

Kepuasan Kerja .180 .076 .175 2.383 .019

a. Dependent Variable: Kinerja Karyawan

131
RIWAYAT HIDUP

Silahkan DI ISI

132

Anda mungkin juga menyukai