Anda di halaman 1dari 127

PERANAN KEPALA MADARASAH DALAM MENINGKATKAN KINERJA

GURU DI MA HIDAYATUL MUBTADIIN JATI AGUNG KABUPATEN


LAMPUNG SELATAN TAHUN

TESIS

Diajukan Kepada Program Pascasarjana (PPs) Institut Agama Islam (IAI)


An Nur Lampung Untuk Memenuhi Persyaratan Penulisan Tesis
Guna Memperoleh Gelar Magister Pada Program Studi
Manajemen Pendidikan Islam

Oleh
INDAH SRI SUPRIYANTI
NIM : 2127201010413

PROGRAM PASCASARJANA (PPs)


INSTITUT AGAMA ISLAM (IAI) AN NUR LAMPUNG
TAHUN 1444 H / 2023 M
PERNYATAAN ORISINALITAS/KEASLIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama Mahasiswa : INDAH SRI SUPRIYANTI

NIM : 2127201010413

Program Studi : Manajemen Pendidikan Islam

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis yang berjudul ’’PERANAN KEPALA

MADARASAH DALAM MENINGKATKAN KINERJA GURU DI MA

HIDAYATUL MUBTADIIN JATI AGUNG KABUPATEN LAMPUNG

SELATAN” adalah benar-benar karya asli saya, kecuali yang disebutkan sumbernya

Apabila terdapat kesalahan dan kekeliruan di dalamnya sepenuhnya menjadi

tanggungjawab saya.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya

Lampung Selatan, 06 Januari2023

Yang menyatakan,

INDAH SRI SUPRIYANTI


NIM: 2127201010413
PERSETUJUAN PEMBIMBING

Judul Tesis : PERANAN KEPALA MADARASAH DALAM


MENINGKATKAN KINERJA GURU DI MA
HIDAYATUL MUBTADIIN JATI AGUNG
KABUPATEN LAMPUNG SELATAN
Nama Mahasiswa : INDAH SRI SUPRIYANTI

NIM : 2127201010413

Program Studi : Manajemen Pendidikan Islam

Telah disetujui untuk diajukan dalam Ujian Tertutup pada program Pascasarjana Institut

Agama (IAI) An Nur Lampung

Lampung Selatan, 06 Januari 2023

Menyetujui
Komisi Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Prof.Dr.H.Achmad Asrori,MA Dr.Nurul Hidayati Murtafiah,M.Pd.I

Mengetahui
Direktur PPs IAI An Nur Lampung

Dr. Hi. Nur Hidayah, M.Pd.I


PENGESAHAN

Judul Tesis : PERANAN KEPALA MADARASAH DALAM


MENINGKATKAN KINERJA GURU DI MA
HIDAYATUL MUBTADIIN JATI AGUNG
KABUPATEN LAMPUNG SELATAN
Nama Mahasiswa : INDAH SRI SUPRIYANTI

NIM : 2127201010413

Program Studi : Manajemen Pendidikan Islam

Telah disetujui untuk diajukan dalam Ujian Tertutup pada program Pascasarjana Institut
Agama (IAI) An Nur Lampung
Tim Penguji :

Ketua : (........................................)

Penguji I : (........................................)

Penguji II : (........................................)

Penguji III : (........................................)

Sekretaris : (........................................)
Lampung Selatan, 09 Januari 2023
Direktur

Dr. Hj. NURHIDAYAH, M.Pd.I


NIDN 2118078401
PERANAN KEPALA MADARASAH DALAM MENINGKATKAN KINERJA
GURU DI MA HIDAYATUL MUBTADIIN JATI AGUNG KABUPATEN
LAMPUNG SELATAN

ABSTRAK
Dalam melaksanakan suatu pekerjaan akan terlihat cara dan motivasi yang
dimiliki seseorang apakah ia bekerja dengan sungguh-sungguh atau pura-pura.
Bertanggung jawab atau tidak dan sebagainya. Cara seseorang menghayati dan
melaksanakan pekerjaan ditentukan oleh pandangan, harapan dan kebiasaan didalam
kelompok kerjanya. Oleh karena itu Peranan seseorang dapat dipengaruhi oleh etos
kerja kelompoknya. Peranan adalah sesuatu yang bersifat abstarak, karena termasuk
dalam bidang kejiwaan berkaitan dengan sikap yang tersembunyi didalam batin. Sikap
itu bersumber dari nilai-nilai yang dianut, yaitu sesuatu yang dianggap berharga dan
berguna dalam hidup.
Fokus penelitian ini adalah Peranan Kepala MA Hidayatl Mubtadiin Jati Agung.
Sub fokus nya adalah kedisiplinan, tanggungjawab, rasa bangga akan profesi atau
pekerjaan dan kerja keras kepala mafrasah MA Hidayatl Mubtadiin Jati Agung. Adapun
tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui ” Peranan kepala madrasah MA
Hdayatl Mubtadiin Jati Agung. Jenis penelitian ini adalah merupakan penelitian
deskriftif kualitatif yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa
kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan pelaku yang diamati, diarahkan dari
latar belakang individu secara utuh (holistic) tanpa mengisolasikan individu dan
organisasinya dalam variable tetapi memandangnya sebagai bagian dari suatu keutuhan.
Dalam teknik pengumpulan data pada penelitian ini dipergunakan berbagai teknik, yaitu
wawancara, observasi dan dokumentasi. Prosedur analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah analisis kualitatif.
Berdasarkan temuan hasil analisa dan pembahasan maka hasil penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa bahwa etos kerja Kepala MA Hidayatl Mubtadiin Jati Agung terus
bergerak menuju arah perbaikan yang signifikan. Terlihat jelas dari- terobosan-terobosan
terhadap sesuatu yang bersifat menuju kearah perbaikan sangat inovatif, kerja keras
yang di tunjukkan oleh kepala madrasah baik dalam bekerja maupun mempengaruhi
bawahannya sehingga peningkatan dari berbagai aspek di MA Hidayatl Mubtadiin Jati
Agung terus berkembang pesat, termasuk kedisiplinan kepala madrasah bisa menjadi
tolak ukur terhadap meningkatnya etos kerja Kepala MA Hdayatl Mubtadiin Jati Agung.
Peningkatan Peranan kepala MA Hdayatl Mubtadiin Jati Agung terus meningkat
sesuai dengan indikator yang tercantum dalam konsep Peranan yang baik, sehingga di
MA Hdayatl Mubtadiin Jati Agung inovasi-inovasi kepala madrasah menjadi suatu
terobosan yang sangat menentukan perbaikan madrasah kearah persaingan global.
Karena selayaknya madrasah harus menjadi tolak ukur pendidikan yang berkarakter,
tentunya dengan etos kerja yang baik dari seluruh steakholder madrasah,
khususnya Peranan kepala madarasah.

Kata kunci: Peranan dan Kepala Madrasah


Pembimbing 1.Prof.Dr.H.Achmad Asrori,MA
Pembimbing 2. Dr.Nurul Hidayati Murtafiah,M.Pd.I
THE HEAD OF MADARASAH'S WORK ROLE IN IMPROVING TEACHER
PERFORMANCE IN MA HIDAYATUL MUBTADIIN JATI AGUNG REGENCY OF
LAMPUNG SELATAN
ABSTRACT
In carrying out a job, it will be seen how a person has a motivation and whether he
works seriously or pretends. Responsible or not and so on. The way a person lives and
performs work is determined by the views, expectations and habits of the work group.
Therefore a person's work ethic can be influenced by the work ethic of his group. Work
role is something that is abstarative, because it is included in the mental field related to
attitudes that are hidden in the mind. That attitude comes from the values that are
adopted, which is something that is considered valuable and useful in life.
The focus of this research is the work role of Madrasah MA Hdayatl Mubtadiin
Jati Agung Rogowungu Central Lampung. Its sub-focus is discipline, responsibility,
pride in the profession or work and hard-working mafrasah MA Hdayatl Mubtadiin Jati
Agung. The purpose of this research is to find out "The work ethic of MA Hdayatl
Mubtadiin Jati Agung madrasah headmaster Central Lampung Lampung. This type of
research is a qualitative descriptive study that is a research procedure that produces
descriptive data in the form of words written or spoken from the people and actors
observed, directed from an individual's background as a whole (holistic) without
isolating the individual and his organization in a variable but looking at it as part of a
wholeness. In the data collection techniques in this study various techniques were used,
namely interviews, observation and documentation. Data analysis procedure used in this
study is qualitative analysis.
Based on the findings of the analysis and discussion, the results of this study can
be concluded that the work role of the madrasah head MA Hdayatl Mubtadiin Jati Agung
continues to move towards significant improvement. It is clear from the breakthroughs
towards something that is towards very innovative improvements, the hard work shown
by the madrasa head both in working and influencing his subordinates so that the
improvement of various aspects in MA Hdayatl Mubtadiin Jati Agung continues to grow
rapidly, including the discipline of the madrasa head can become a benchmark for the
increasing work role of MA Hdayatl Mubtadiin Jati Agung madrasas.
Increasing the work role of MA Hdayatl Mubtadiin Jati Agung's headmasters
continues to increase in accordance with the indicators listed in the concept of a good
work role, so that in MA Hdayatl Mubtadiin Jati Agung madrasa head innovations
become a breakthrough that is crucial to the improvement of madrassas towards global
competition. Because the madrasa should be a benchmark of character education, of
course, with a good work ethic of all madrasa steakholders, especially the work ethic of
the madrasah head.

Keywords: Work Role and Principal of Madrasah


Supervisor 1. Prof.Dr.H.Achmad Asrori,MA
Supervisor 2. Dr.Nurul Hidayati Murtafiah,M.Pd.I
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN

Penulisan tesis ini menggunakan pedoman transliterasi Arab Latin yang

dikeluarkan oleh Program Pascasarjana IAI An Nur LAMPUNG tahun 2018, sebagai

berikut :
Maddah

Maddah atau vokal panjang yang lambangnya berupa harokat dan huruf,

transliterasinya berupa huruf dan tanda, yaitu :

Harkat dan Huruf Huruf dan Tanda


― ‫ ﯼ‬-‫ﺍ‬ A
‫—ﻱ‬ I
‫— ﻭ‬ U

Pedoman Transliterasi ini dimodifikasi dari : Tim Puslitbang, Lektur Keagamaan,

Pedoman Trasnliterasi Arab Latin, Proyek Pengkajian dan Pengembangan Lektur

Pendidikan Agama, Badan Litbang Agama dan Diklat Keagamaan Departemen Agama

RI, Jakarta, 2003


PERSEMBAHAN

1. Orang Tuaku yang selalu mendukung dalam keberhasilahku

2. Suami yang tercinta Terima kasih atas do’a yang selalu dipanjatkan untuk ku

hingga mencapai keberhasilan dalam menuntut ilmu di Magister Pendidikan

Islam.

3. Teman dan Sahabatku di IAI An Nur Lampung Terimakasih selama ini selalu

bersusah payah selalu membantuku dalam susah ataupun senang

4. Semua Pihak maaf tidak bisa menyebutkan satu persatu, terimakasih semua

kebaikan, perhatian, bantuan materi, jasa dan lain sebagainya, semoga

kebaikan anda sekalian mendapat balasan dari Allah SWT.

5. Sivitas Akademik IAI An Nur Lampung Pak Rektor, Pak Dekan, Pak Dosen

serta seluruh sivitas akademik IAI An Nur Lampung yang telah membimbing

hingga selesainya tesis ini. Bapak dan Ibu Dosen yang telah banyak membantu

penulis didalammenyelesaikan tesis ini.


MOTTO

‫س فَافْ َس ُح ْوا َي ْف َس ِح ال ٰلّهُ لَ ُك ۚ ْم َواِ َذا قِْي َل‬ ِ ِ‫ٰيٓاَيُّ َها الَّ ِذيْ َن اٰ َمُن ْٓوا اِ َذا قِْيل لَ ُك ْم َت َف َّس ُح ْوا ىِف الْ َم ٰجل‬
َ
‫ت َوال ٰلّهُ مِب َا َت ْع َملُ ْو َن َخبِْيٌر‬ٍ ۗ ‫انْ ُش ُز ْوا فَانْ ُش ُز ْوا َي ْرفَ ِع ال ٰلّهُ الَّ ِذيْ َن اٰ َمُن ْوا ِمْن ُك ۙ ْم َوالَّ ِذيْ َن اُْوتُوا الْعِْل َم َد َر ٰج‬
١١ -

Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan


kepadamu, "Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis, maka lapangkanlah,
niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan,
"Berdirilah kamu," maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat (derajat)
orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu
beberapa derajat. Dan Allah Mahateliti apa yang kamu kerjakan”. ( Q.S. Al-
Mujadilah : 111

1
Departemen Agama RI, Al-alyy Al-Qur’an dan Terjemahan, (Bandung : CV Penerbit di
Ponegoro,2006). Al Mujadilah Ayat 11.
RIWAYAT HIDUP

INDAH SRI SUPRIYANTI dilahirkan di muara enim 19 januari 1978 yang

terlahir dari Ibu sri suparmi dan M. Dahlan

Riwayat pendidikan penulis, menamatkan sekolah

SD Negeri 3 muara enim lulus 1991


SMP Negeri 1 muara enim Tahun lulus 1994
SMA Negeri 1 muara enim Tahun lulus 1991
Universitas PGRI Palembang tahun lulus 2003
Dan mulai kuliah di program Passcasarjana Institut Agama Islam An Nur

Lampung pada tahun 2021 hingga sekrang.


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala, Yang telah

memberikan ilmu pengetahuan, kekuatan, dan petunjuk-Nya sehingga peneliti dapat

menyelesaikan Penelitian yang berjudul ” PERANAN KEPALA MADARASAH

DALAM MENINGKATKAN KINERJA GURU DI MA HIDAYATUL

MUBTADIIN JATI AGUNG KABUPATEN LAMPUNG SELATAN”. Shalawat dan

salam semoga tetap tercurah kepada Nabi Muhammad Sholallahu’alaihi Wa Sallam,

Yang telah memberi suri tauladan yang sangat baik dalam mengatur tatanan hidup

Peneliti menyusun Tesis ini sebagai salah satu syarat untuk memeperoleh gelar

Magister Pendidikan pada Program Pascasarjana Studi Ilmu Tarbiyah dengan

Konsentrasi Pendidikan Agama Islam

Dalam upaya penyelesaian ini, peneliti telah menerima banyak bantuan dan

bimbingan dari berbagai pihak, maka secara khusus peneliti ingin mengucapkan terima

kasih yang sedalam-dalamnya kepada :

1. Bapak Dr. H. Andi Warisno, M.MPd Selaku Rektor IAI An Nur Lampung

2. Ibu Dr. Hj. Nur Hidayah, M.Pd.I, Selaku Direktur Program Pascasarjana IAI An Nur

Lampung

3. Bapak Dr Erjati Abas, M.Ag Selaku Kaprodi Program Pascasarjana IAI An Nur

Lampung

4. Prof.Dr.H. Achmad Asrori,MA Selaklu pembibing I dan Dr.Nurul Hidayati

Murtafiah,M.Pd.I selaku Pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu dan

bimbingan yang sangat berharga dalam mengarahkan, memotivasi dan mencurahkan

ilmunya kepada peneliti, sehingga penelitian ini dapat selesai

5. Kepala MA Hidayatul Mubtadiin Jati Agng yang memberikan izin dan membantu

terlaksananya penelitian ini


6. Bapak/Ibu Dosen dilingkungan Program Pascasarjana IAI An Nur Lampung

7. Kepada semua pihak, kepada Bapak/Ibu yang namanya tidak dapat penulis sebutkan

yang telah memberikan kontribusi dalam menyelesaikan tesis ini penulis

mengucapkan terima kasih

Terakhir Peneliti menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna,

baik isi maupun secara substansi dari kajian dan pembahasan dalam tesis ini, termasuk

dalam sistematika penulisan Oleh sebab itu, dengan rendah hati penulis mengharapkan

sumbangsih saran dan masukan yang sifatnya membangaun demi perbaikan dalam upaya

menuju kepada yang lebih baik Harapan penulis betapapun kecilnya semoga tesis ini

dapat bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri dan umumnya bagi pembaca dan dapat

berguna bagi kemajuan Pendidikan Agama Islam di Era modern ini

Lampung Selatan, 09 januari 2023


Penulis

INDAH SRI SUPRIYANTI


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................... i
PERNYATAAN ORISINALITAS........................................................................ ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING........................................................................ iii
PENGESAHAN...................................................................................................... iv
ABSTRACT............................................................................................................. v
ABSTRAK.............................................................................................................. vi
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN................................................ viii
PERSEMBAHAN................................................................................................... x
MOTTO.................................................................................................................. xi
RIWAYAT HIDUP................................................................................................ xii
KATA PENGANTAR........................................................................................... xiii
DAFTAR ISI.......................................................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah.................................................................................. 1
B. Fokus dn Sub Fokus ...................................................................................... 10
C. Rumusan Masalah.......................................................................................... 10
D. Tujuan dan Kegunaan Hasil Penelitian.......................................................... 11
1. Tujuan Penelitian...................................................................................... 11
2. Kegunaan Penelitian................................................................................. 11

BAB II LANDASAN TEORI.............................................................................. 13


A. Deskripsi Konseptual..................................................................................... 13
1. Konsep Kepemimpinan Dalam Islam...................................................... 13
2. Sifat-sifat Pemimpin dalam Islam............................................................ 16
3. Kepala Madrasah Sebagai Pemimpin ...................................................... 17
B. Etos Kerja....................................................................................................... 20
1. Pengertian Etos Kerja............................................................................... 20
2. Indikator Etos Kerja ................................................................................ 27
3. Ciri-ciri Etos Kerja................................................................................... 29
4. Faktor yang Mempengaruhi Etos Kerja................................................... 30
C. Peranan Kepala Madrasah.............................................................................. 39
1. Peran Kepala Madrasah........................................................................... 46
2. Kepemimpinan Kepala Madrasah ........................................................... 58
D. KONSEP KINERJA GURU...........................................................................65

BAB III METODOLOGI PENELITIAN.......................................................... 86


A. Metode dan Prosedur Penelitian.....................................................................86

B. Tempat dan Waktu Penelitian.........................................................................88

1. Tempat Penelitian.....................................................................................88

2. Waktu Penelitian.......................................................................................88

C. Data dan Sumber Data....................................................................................89

1. Sumber Data Primer.................................................................................89

2. Sumber Data Sekunder.............................................................................89

D. Teknik dan Prosedur Pengumpulan Data.......................................................90

1. Wawacara.................................................................................................90

2. Observasi..................................................................................................91

3. Dokumentasi.............................................................................................91

E. Prosedur Analisa Data....................................................................................91

1. Reduksi Data.............................................................................................91

2. Penyajian Data..........................................................................................92

3. Verifikasi Data..........................................................................................92

F. Pemeriksaan Keabsahan Data.........................................................................93

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN................................... 95


A. Gambaran Umum Tentang Latar Penelitian ................................................. 95
1. Sejarah Berdiri MA Hidayatul Mubtadiin .............................................. 95
2. Lingkungan Madarasah ........................................................................... 97
3. Visi misi ................................................................................................. 101
4. Profil Madarasah..................................................................................... 104
B. Pembahasan ................................................................................................ 108
1. Kerja Keras ............................................................................................ 110
2. Disiplin1................................................................................................ 112
3. Tanggung Jawab.................................................................................... 114
4. Rasa Bangga Terhadap Tugas atau Pekerjaan ...................................... 115

C. Analisis Data................................................................................................. 119


1. Kerja Keras ........................................................................................... 119
2. Disiplin................................................................................................... 124
3. Tanggung Jawab..................................................................................... 127
4. Rasa Bangga Terhadap Tugas atau Pekerjaan ...................................... 132

BAB V PENUTUP........................................................................................... 141


A. Kesimpulan.................................................................................................... 141
B. Rekomendasi................................................................................................. 142

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Era globalisasi merupakan era kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

telah menimbulkan persaingan dalam berbagai bidang, yang menuntut masyarakat

Indonesia untuk memantapkan diri dalam peningkatan kualitas dan sumber daya manusia

yang unggul, mampu berdaya saing, menguasai ilmu pengetahuan, teknologi serta

mempunyai etos kerja yang tinggi. Perwujudan manusia yang berkualitas tersebut

menjadi tanggung jawab pendidikan terutama dalam mempersiapkan peserta didik

menjadi subyek yang semakin berperan, menampilkan keunggulan yang tangguh,

kreatif, mandiri, dan professional dalam bidangnya masing-masing.

Madarasah/Madarasah harus dengan kesungguhannya melaksanakan tugas dan

fungsinya untuk mewujudkan tujuan nasional sebagaimana yang tercantum dalam

Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional beserta

penjelasannya Bab II Pasal 3 bahwa:

Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk


watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.2

Beberapa gaya kepemimpinan akan mewarnai perilaku seorang pemimpin dalam

menjalankan tugasnya. Berbagai gaya kepemimpinan akan mewarnai perilaku seorang

pemimpin dalam menjalankan tugasnya. Bagaimanapun gaya kepemimpinan

seseorang tentunya akan diarahkan untuk kepentingan bersama yaitu kepentingan

anggota dan organisasi.Lembaga pendidikan, sebagai salah satu elemen yang berperan

penting sebagai agen perubahan adalah pemimpin yang memimpin lembaga tersebut.
2
UU RI No. 20 Th. 2003,Tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Penjelasannya (Bandung: PT
Citra Umbara, 2003), h. 7
Hal ini kerena pemimpinlah yang menjadi pengemudi kemana lembaga

pendidikan yang dipimpinnya akan dibawa. Begitu pentingnya peran kepemimpinan

dalam kehidupan manusia, diwajibkan setiap individu untuk tunduk kepada Allah

dan rasul-Nya dan ulil amri seperti yang terdapat dalam Al-qur’an:

..... ۖۡ‫ُول َوُأ ْولِي ٱَأۡلمۡ ِر ِمن ُكم‬ ْ ‫ُوا ٱهَّلل َ َوَأ ِطيع‬
َ ‫ُوا ٱل َّرس‬ َ ‫ٰيََٓأيُّهَا ٱلَّ ِذ‬
ْ ‫ين َءا َمنُ ٓو ْا َأ ِطيع‬
Artinya : “ Hai orang-orang beriman ta’atilah Allah dan ta’atilah rasul (Nya),
dan ulil amri diantara kamu”. (Qs.An-Nisa : 59)3

Keberhasilan untuk mewujudkan tujuan-tujuan tersebut Kepala Madarasah

mempunyai peran yang sangat penting dalam mengkoordinasikan, menggerakkan, dan

menselaraskan sumber daya pendidikan yang tersedia. Kepala Madarasah merupakan

salah satu faktor yang dapat mendorong Madarasah untuk dapat mewujudkan visi, misi,

tujuan dan sasaran melalui program Madarasah yang dilaksanakan secara terencana dan

bertahap.Dalam persaingan global ini, diakui atau tidak lembaga pendidikan atau

sistem perMadarasahan dituntut untuk mengemuka dengan kinerja kelembagaan yang

efektif dan produktif. Kepala Madarasah sebagai penanggung jawab pendidikan dan

pembelajaran di Madarasah hendaknya dapat meyakinkan kepada masyarakat bahwa

segala sesuatunya telah berjalan dengan baik, termasuk perencanaan dan implementasi

kurikulum, penyediaan dan pemanfaatan sumber daya guru, rekrutmen sumber daya

murid, kerjasama Madarasah dan orang tua, serta sosok outcome Madarasah yang

prospektif. Berdasarka hadist Nabi Muhammad SAW, dari Anas R.a yang artinya :

“Dari Anas ra berkata: Rasulullah saw bersabda, “Tidak baik orang yang

meninggalkan dunia untuk kepentingan akhirat saja, atau meninggalkan akhirat untuk

kepentingan dunia saja, tetapi harus memperoleh kedua-duanya. Karena kehidupan

dunia mengantarkan kamu menuju akhirat. Oleh karena itu jangan sekali-kali menjadi

beban orang lain.” (HR. Ibnu `Asakir).

Kepala Madarasah merupakan unsur vital bagi efektifitas lembaga

pendidikan. Kepala Madarasah yang baik akan bersikap dinamis untuk menyiapkan
3
Departemen Agama Republik Indonesia, Al Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang
: Putra Toha, 1995), h.27
berbagai macam program pendidikan. Keberhasilan Madarasah adalah keberhasilan

Kepala Madarasah . Kepala Madarasah yang berhasil adalah apabila memahami

keberadaan Madarasah sebagai organisasi yang kompleks, serta mampu melaksanakan

peranan dan tanggung jawab untuk memimpin Madarasah .4 Peran Kepala Madarasah

dalam meningkatkan kesempatan untuk mengadakan pertemuan secara efektif dengan

para guru dalam situasi kondusif. Perilaku pemimpin yang positif dapat mendorong

kelompok dalam mengarahkan dan memotifasi individu untuk bekerja sama dengan

kelompok dalam rangka mewujudkan tujuan lembaga pendidikan.5

Sebagai pemimpin lembaga pendidikan memiliki andil besar dalam menciptakan

suasana kondusif yang ada dalam lingkungan kerjanya.Dalam hal ini masalah yang akan

diteliti menitikberatkan pada permasalahan Sumber Daya Manusia (SDM) yakni

mengenai etos kerja Kepala Madarasah . Kepala Madarasah harus dapat mengelola

Madarasahnya agar Madarasah yang dipimpin berkembang atau maju dari waktu

kewaktu. Kepemimpinan kepala Madarasah sangat penting, karena kepala Madarasah

merupakan mesin penggerak bagi segenap sumber daya Madarasah. Menurut Lipham,

James. M. Et.al yang dikutip Wahyusumidjo “Pemimpin Madarasah adalah mereka yang

dilukiskan sebagai orang yang memiliki harapan tinggi terhadap staf dan para siswa,

pemimpin Madarasah adalah mereka yang banyak mengetahui tentang tugas-

tugas mereka, dan yang menentukan suasana untuk Madarasah mereka.”6

Peran pemimpin sangat penting dalam organisasi, tanpa adanya pemimpin suatu

organisasi hanya merupakan pergaulan orang-orang dan mesin. Peran adalah

kemampuan dan kesiapan yang dimiliki seseorang untuk dapat mempengaruhi,

mendorong, mangajak, mamantau dan kalau perlu memaksa orang lain agar menerima

pengaruh itu. Selanjutnya berbuat sesuatu yang dapat membantu pencapaian suatau

4
Wahjosumijdo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, Tinjauan Teoritik dan
Permasalahannya (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003), h. 81.
5
E. Mulyasa, Manajemen Berbasis sekolah: Konsep Strategi dan
Implementasi (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003), h. 107
6
Wahyusumidjo. Etos kerja kepala madrasah. 1993
maksud dan tujuan tertentu.7 Seorang Kepala Madarasah mempunyai peran mengatur

dan menggerakkan sejumlah orang yang memiliki berbagai sikap, tingkah laku, dan latar

belakang berbeda-beda. Untuk mendapatkan staf yang handal dan dapat membantu

tugas Kepala Madarasah secara optimal, diperlukan Kepala Madarasah yang mampu

mengarahkan bawahannya kepada tercapainya tujuan organisasi secara maksimal.

Pemimpin yang efektif selalu menyadari bahwa anggota organisasinya merupakan

sumber daya manusia yang sangat berharga karena dikaruniai otak dan akal fikiran,

sehingga pemimpin selalu berupaya menggali, memanfaatkan dan meningkatkan

kreatifitas anggotanya untuk mencapai prestasi yang tinggi.8

Peranan Kepala Madarasah merupakan perwujudan dari kualitas Kepala

Madarasah . Hal ini cukup penting dalam rangka mencapai tujuan Madarasah . Dengan

etos kerja yang tinggi berarti Kepala Madarasah benar-benar dapat berfungsi sebagai

pemimpin yang tepat dan berhasil guna sesuai dengan sasaran-sasaran organisasi yang

hendak dicapainya.

Berdasarkan uraian diatas tergambar betapa pentingnya etos kerja Kepala

Madarasah di dalam mencapai keberhasilan suatu Madarasah . Untuk dapat

melaksanakan kepemimpinan yang baik, dan tugas-tugasnya serta memainkan

peranannya demi keberhasilan Madarasah yang dipimpinnya maka ia perlu memiliki etos

kerja yang tinggi. Karena Kepala Madarasah merupakan kunci dari keberhasilan

Madarasah . Etos kerja perlu dimiliki oleh kepala Madarasah,karena etos kerja akan

dapat menjadi tenaga pendorong bagi sesorang untuk melaksanakan pekerjaan tersebut.

Dengan etos kerja yang dimilikinya Kepala Madarasah akan melahirkan tingkahlaku

yang positif sehingga dapat mencapai keberhasilan Madarasah .

Etos kerja menggambarkan segi-segi etos kerja yang baik pada manusia,

bersumber dari kualitas diri, diwujudkan berdasarkan tata nilai sebagai etos kerja yang

diimplementasikan dalam aktivitas kerja. Ajaran Islam sangat mendorong umatnya untuk

7
Dirawat dkk, Pengantar Kepemimpinan Pendidikan (Surabaya: Usaha nasional, 1983), h. 15
8
Hadari Nawawi dan Martini Hadari, Kepemimpinan yang Efektif (Yogyakarta:
Gajah Mada University Press, 2004), h. 177
bekerja keras, dan bahwa ajaran Islam memuat spirit dan dorongan pada tumbuhnya

budaya dan etos kerja yang tinggi. Kalau pada tataran praktis, umat Islam seolah-olah

beretos kerja rendah, maka bukan sistem teologi yang harus dirombak, melainkan harus

diupayakan bagaimana cara dan metode untuk memberikan pengertian dan

pemahaman yang benar mengenai watak dan karakter esensial dari ajaran Islam yang

sesungguhnya. Etos kerja dalam Islam terkait erat dengan nilai-nilai (values) yang

terkandung dalam al-Qur’an dan al-Sunnah tentang “kerja” – yang dijadikan sumber

inspirasi dan motivasi oleh setiap Muslim untuk melakukan aktivitas kerja di berbagai

bidang kehidupan. Cara mereka memahami, menghayati dan mengamalkan nilai-nilai

al-Qur’an dan al-Sunnah tentang dorongan untuk bekerja itulah yang membentuk etos

kerja Islam.9

Masalah etos kerja memang cukup rumit. Nampaknya tidak ada teori tunggal

yang dapat menerangkan segala segi gejalanya, juga bagaimana menumbuhkan dari yang

lemah ke arah yang lebih kuat atau lebih baik. Kadang kadang nampak bahwa etos kerja

dipengaruhi oleh sistem kepercayaan, seperti agama, kadang-kadang nampak seperti

tidak lebih dari hasil tingkat perkembangan ekonomi tertentu masyarakat saja. Salah satu

teori yang relevan untuk dicermati adalah bahwa etos kerja terkait dengan sistem

kepercayaan yang diperoleh karena pengamatan bahwa masyarakat tertentu – dengan

sistem kepercayaan tertentu – memiliki etos kerja lebih baik (atau lebih buruk) dari

masyarakat lain – dengan sistem kepercayaan lain. Misalnya, yang paling terkenal ialah

pengamatan seorang sosiolog, Max Weber, terhadap masyarakat Protestan aliran

Calvinisme, yang kemudian dia angkat menjadi dasar apa yang terkenal dengan “Etika

Protestan”.10

9
Mohammad Irham. Jurnal Substantia, Vol. 14, No. 1, April 2012 Etos Kerja Dalam Perspektif
Islam
Tesis Weber ini telah menimbulkan sikap pro dan kontra di kalangan
10

sosiolog. Sebagian sosiolog mengakui kebenaran tesisnya itu, tetapi tidak sedikit yang
meragukan, bahkan yang menolaknya. Kurt Samuelson, ahli sejarah ekonomi Swedia
adalah salah seorang yang menolak keseluruhan tesis Weber tersebut, dengan
mengatakan bahwa tidak pernah dapat ditemukan dukungan tentang kesejajaran antara
protestantisme dengan tingkah laku ekonomis. Kurt Samuelson, Religion and
Economic Action: A Critic of Max Webe, (New York: Harper Torchbook, 1964), hlm. 1-
Para peneliti lain mengikuti cara pandang Weber juga melihat gejala yang sama

pada masyarakat-masyarakat dengan sistem-sistem kepercayaan yang berbeda, seperti

masyarakat Tokugawa di Jepang (oleh Robert N. Bellah), Santri di Jawa (oleh Geertz)

dan Hindu Brahmana di Bali (juga oleh Geertz), Jainisme dan Kaum Farsi di India, kaum

Bazari di Iran, dan seorang peneliti mengamati hal yang serupa untuk kaum Isma‟ili di

Afrika Timur, dan sebagainya. Semua tesis tersebut bertitik tolak dari sudut pandang

nilai, atau dalam bahasa agama bertitik tolak dari keimanan atau budaya mereka masing-

masing.11

Membicarakan etos kerja dalam Islam, berarti menggunakan dasar pemikiran

bahwa Islam, sebagai suatu sistem keimanan, tentunya mempunyai pandangan tertentu

yang positif terhadap masalah etos kerja. 12 Adanya etos kerja yang kuat memerlukan

kesadaran pada orang bersangkutan tentang kaitan suatu kerja dengan pandangan

hidupnya yang lebih menyeluruh, yang pandangan hidup itu memberinya keinsafan akan

makna dan tujuan hidupnya. Dengan kata lain, seseorang agaknya akan sulit melakukan

suatu pekerjaan dengan tekun jika pekerjaan itu tidak bermakna baginya, dan tidak

bersangkutan dengan tujuan hidupnya yang lebih tinggi, langsung ataupun tidak

langsung. Menurut Nurcholish Madjid, etos kerja dalam Islam adalah hasil suatu

kepercayaan seorang Muslim, bahwa kerja mempunyai kaitan dengan tujuan

hidupnya, yaitu memperoleh perkenan Allah Swt. Berkaitan dengan ini, penting untuk

ditegaskan bahwa pada dasarnya, Islam adalah agama amal atau kerja (praxis).13 Inti

ajarannya ialah bahwa hamba mendekati dan berusaha memperoleh ridha Allah melalui

kerja atau amal saleh, dan dengan memurnikan sikap penyembahan hanya kepada-Nya.14
26.
11
Nurcholish Madjid, Cendekiawan dan Religiusitas Masyarakat, (Jakarta: Paramadina, 1999),
hlm. 76. Lihat juga, Nurcholish Madjid, Fatsoen Nurcholish Madjid, (Jakarta: Republika
12
Ismail al-Faruqi melukiskan Islam sebagai a religion of action dan bukan a religion faith.
Oleh karena itu Islam sangat menghargai kerja. Dalam sistem teologi Islam keberhasilan manusia
dinilai di akhirat dari hasil amal dan kerja yang dilaksanakannya di dunia. Al-Faruqi, AlTawhid: Its
Implication for Thought and Life (Herndon, Virginia: IIIT, 1995), hlm. 75-6
13
Nurcholis Madjid, Islam Agama Kemanusiaan…, hlm. 216
14
QS. Al-Kahf/ 18: 110. Islam, sebagai sistem nilai dan petunjuk, misalnya,
secara tegas mendorong umatnya agar memiliki kejujuran (QS. 33: 23-24); mendorong
hidup sederhana dan tidak berlebih-lebihan (QS. 7: 13, 17: 29; 25: 67; 55: 7-9);
anjuran melakukan kerja sama dan tolong-menolong dalam kebaikan (QS. 5: 2);
kerajinan dan bekerja keras (QS. 62: 10); sikap hatihati dalam mengambil keputusan
Toto Tasmara, dalam bukunya Etos Kerja Pribadi Muslim, menyatakan bahwa “bekerja”

bagi seorang Muslim adalah suatu upaya yang sungguh-sungguh, dengan mengerahkan

seluruh asset, fikir dan zikirnya untuk mengaktualisasikan atau menampakkan arti

dirinya sebagai hamba Allah yang harus menundukkan dunia dan menempatkan dirinya

sebagai bagian dari masyarakat yang terbaik (khaira ummah), atau dengan kata lain

dapat dikatakan bahwa dengan bekerja manusia itu memanusiakan dirinya. 15

Madarasah Aliyah Hidayatul Mubtadiin Jati Agung merupakan lembaga

pendidikan yang ikut berjuang mencerdaskan kehidupan bangsa demi suksesnya tujuan

pembangunan nasional Indonesia. Madarasah Aliyah Hidayatul Mubtadiin Jati Agung

Tersebut merupakan lembaga pendidikan yang berada di bawah naungan Kementerian

Agama.

Madarasah MA Hidayatul Mubtadiin Jati Agung merupakan salah satu

Madarasah dasar di Sumatra Selatan, Madarasah tersebut sering mendapatkan kejuaraan

pada bidang mata pelajaran, olah raga dan seni di tingkat Kecamatan ataupun tingkat

Kabupaten. 1 6 Hal ini menjadi salah satu bukti bahwa Kepala Madarasah telah

berhasil dalam usaha mencapai tujuan Madarasah . Keberhasilan Kepala Madarasah

dalam mencapai tujuan Madarasah tersebut merupakan salah satu prestasi yang

dimilikinya. Menurut keputusan Mendikbud nomor: 0926/U/1996 tanggal 1 Oktober

menyatakan bahwa Kepala Madarasah adalah guru yang diberi tugas tambahan sebagai

kepala Madarasah. Ini berarti kepala Madarasah adalah guru terbaik di Madarasah itu

sehingga diberi tugas tambahan sebagai kepala Madarasah karena dipandang cakap dan

mampu untuk itu. Untuk dapat mencapai keberhasilan Madarasah yang dipimpinnya

harus mempunyai etos kerja yang dilandasi dengan kerja keras, disiplin, tanggung jawab,

rasa bangga terhadap profesi, kemauan atau kesediaan merubah pola pikir untuk

dan tindakan (QS. 49: 6); jujur dan dapat dipercaya (QS. 4: 58; 2: 283; 23:8); disiplin
(QS. 59: 7); berlomba-lomba dalam kebaikan (QS. 2: 148; 5: 48). Prinsipprinsip dasar
dari rangkaian sistem nilai yang terkandung dalam al-Qur‟an tersebut di atas dapat
dijadikan menurutpenulis, dapat dijadikan tema sentral dalam melihat persoalan etos
kerja versi ajaran Islam
15
Toto Tasmara, Etos Kerja Pribadi Muslim, (Yogyakarta: Dana Bhakti Prima Yasa, 1995), h.27
16
Hasil Observasi Awal,11 September 2022
kemajuan, produktifitas, rasional, kreatifitas, inovatif, berfikiran modern, dan

berorientasi pada pemecahan masalah.

Berawal dari fakta dan paparan latar belakang masalah di atas, peneliti tertarik

untuk melakukan penelitian yang berjudul “Etos Kerja Kepala Madarasah MA Hidayatul

Mubtadiin Jati Agung”.

B. Fokus dan Subfokus

Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka yang menjadi fokus penelitian

ini adalah Etos Kerja Kepala Madarasah MA Hidayatul Mubtadiin Jati Agung.

Berdasarkan uraian dari fokus maka yang menjadi subfokus yaitu :

1. Kedisiplinan Kepala Madarasah MA Hidayatul Mubtadiin Jati Agung

2. Kerja keras Kepala Madarasah MA Hidayatul Mubtadiin Jati Agung

3. Tanggung jawab Kepala Madarasah MA Hidayatul Mubtadiin Jati Agung

4. Rasa bangga akan pekerjaan atau profesi sebagai Kepala Madarasah .

5. Peranan Kepala Madarasah .

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, Fokus dan subfokus masalah tersebut, maka yang

menjadi rumusan masalah penelitian ini adalah :

1. Bagaimana Peranan Kepala dalam meningkatkan kinerja guru di MA Hidayatul

Mubtadiin Jati Agung?

2. Bagaimana kerja keras Kepala Madarasah Madarasah dalam meningkatkan

kinerja guru di MA Hidayatul Mubtadiin Jati Agung?

3. Bagaimana Tanggung jawab akan pekerjaan dan tugas Kepala Madarasah di

Madarasah MA Hidayatul Mubtadiin Jati Agung?

D. Tujuan dan Kegunaan Hasil Penelitian

Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui ”


1. Untuk mengetahui peranan Kepala Madarasah di Madarasah MA Hidayatul

Mubtadiin Jati Agung”

2. .untuk mengetahui Bagaimana kerja keras Kepala Madarasah Madarasah dalam

meningkatkan kinerja guru di MA Hidayatul Mubtadiin Jati Agung

3. Untuk mengetahui Tanggung jawab akan pekerjaan dan tugas Kepala

Madarasah di Madarasah MA Hidayatul Mubtadiin Jati Agung

4. Kegunaan Penelitian

a. Kegunaan Teoritis

1) Sebagai kontribusi pemikiran sekaligus dalam rangka memperluas wawasan

bagi kajian ilmu pendidikan dalam meningkatkan pemahaman tentang

manajemen pendidikan Islam terutama dalam Etos kerja Kepala Madarasah

2) Menambah ilmu pengetahuan yang dapat dijadikan sebagai bahan

rujukan penelitian lebih lanjut bagi pengembangan ilmu dalam manajemen

pendidikan Islam.

3) Hasil penelitian ini diharapkan secara teoritis berguna bagi pengembangan

wacana ilmu ke-Islaman, terutama yang berkaitan dengan peran Etos kerja

Kepala Madarasah .

b. Kegunaan Praktis

1) Memberikan informasi mengenai Etos kerja Kepala Madarasah .

2) Penelitian ini dapat digunakan sebagai tolok ukur dalam Etos kerja

Kepala Madarasah .

3) Bagi peneliti, untuk meningkatkan dan menambah pengetahuan tentang


BAB II

LANDASAN TEORI

A. Deskripsi Konseptual

1. Konsep Kepemimpinan Dalam Islam

Pemimpin atau leadership merupakan muatan nilai yaitu seseorang yang

mempunyai kapasitas khusus. Kepemimpinan dalam islam adalah kepemimpinan

yang berdasarkan Kitabullah dan sunnah Rasulullah SAW, oleh karena itu sosok

pemimpin yang disyariatkan adalah pemimpin yang beriman sehingga hukum-

hukum allah swt dapat ditegakkan dan diterapkan. Hukum-hukum allah harus

ditegakkan agar keadilan dan kebenaran dapat terjamah oleh orang-orang yang

tertindas dan terdzalimi baik itu dari kalangan muslim maupun non muslim karena

pada hakekatnya islam itu adalah rahmat bagi seluruh alam.

Dalam konsep islam, kepemimpinan sebagai sebuah konsep interaksi,

relasi, proses otoritas, kegiatan mempengaruhi, mengarahkan dan

mengkoordinasi baik secara horizontal maupun vertical. Kemudian dalam teori-teori

manajemen, fungsi pemimpin sebagai perencana dan pengambil keputusan,

pengorganisasian, kepemimpinan dan motivasi, dan pengawasan.17

Ada banyak definisi tentang kepemimpinan. Secara mendasar leadership

berarti memengaruhi orang. Ini merupakan definisi yang luas dan termasuk

didalamnya bermacam-macam perilaku yang diperlukan untuk mempengaruhi orang

lain. Pemimpin memimpin pada dasarnya memengaruhi dan para pengikut

mengikuti sebagai pihak yang dipengaruhi.

Sasaran kepimpinan dalam Islam adalah menerrapkan Syariah dan

menciptakan lingkungan yang kondusif untuk membangkitkan syarat bagi tegaknya

17
Aunur Rohim fakih, dkk, Kepemimpinan Islam, (Yogyakarta: Arruz Media) h. 3-4
tatanan Islam. Tujuan yang suci ini harus menjadi sasaran setiap pemimpin islam,

apabila ia memang menghendaki dukungan, kepatuhan, dan ketundukan dari umat.

Dibawah ini diuraikan ketika nabi Ibrahim diangkat sebagai

imam/pemimpin terkandung dalam surat Al-Baqarah ayat 124 :

‫ ۖا قَا َل‬x‫اس ِإ َم ٗام‬ َ ‫ت فََأتَ َّمه ۖ َُّن‬


َ xُ‫قَال ِإنِّي َجا ِعل‬
ِ َّ‫ك لِلن‬ ٖ ‫ ٰ َر ِ‍هۧ َم َربُّهۥُ بِ َكلِ ٰ َم‬x‫۞وِإ ِذ ۡٱبتَلَ ٰ ٓى ِإ ۡب‬
َ
ٰ
١٢٤ ‫ين‬ َ ‫ال اَل يَنَا ُل َع ۡه ِدي ٱلظَّلِ ِم‬ َ َ‫َو ِمن ُذرِّ يَّتِيۖ ق‬
Artinya: “Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan
beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya. Allah
berfirman: "Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh
manusia". Ibrahim berkata: "(Dan saya mohon juga) dari keturunanku".Allah
berfirman: "Janji-Ku (ini) tidak mengenai orang yang zalim".
Ada dua hal yang harus diperhatikan menyangkut surat diatas:

a. Kepemimpinan dalam pandangan Al-Quran bukan sekedar kontrak social

antara sang pemimpin dengan masyarakatnya, tetapi juga merupakan ikatan

perjanjian antara dia dengan Allah SWT, atau dengan kata lain, amanat dari

Allah SWT.

b. Apabila amanat diabaikan maka kehancuran akan tiba. Mengabaikan adalah

menyerahkan tanggung jawab kepada seseorang yang tidak wajar memikulnya,

Kepemimpinan dalam konsep islam juga menuntut keadilan, karena keadilan

adalah hak bagi semua manusia tanpa memandang dari golongan mana dan atas

nama apapun.

Pada dasarnya kepemimpinan mengacu pada proses untuk menggerakkan

kelompok orang menuju ke suatu tujuan yang telah ditetapkan/ disepakati bersama

dengan mendorong/memotivasi mereka untuk bertindak dengan cara yang tidak

memaksa. Dengan kemampuannya seorang pemimpin yang baik mampu

menggerakkan orang-orang menuju tujuan jangka panjang dan betul-betul

merupakan upaya memenuhi kepentingan bersama. Tujuan tersebut bersifat umum,

seperti menyebarkan ilmu yang bermanfaat keseluruh dunia.18

18
Veithzal Rivai dan Arviyan Arifin, Islamic leadership Membangun superleadership melalui
kecerdasan, (Jakarta: Bumi Aksara) h.139
Didalam islam, arti pentingnya kepemimpinan antara lain ditandaskan

dalam sebuah hadist nabi yang diriwayatkan oleh imam ahmad, Bukhari, Muslim,

Abu Daud, dan Tirmidzi dari ibnu Umar.

Artinya :“Dari ibnu umar r.a berkata, rasulullah saw bersabda, kamu

sekalian adalah pemimpin dan akan diminta pertanggung jawaban atas

kepemimpinanmu. Seorang imam adalah pemimpin dan ia akan diminta

pertanggung jawaban atas pemimpinannya. Seorang ayah adalah seorang

pemimpin dan ia diminta pertanggung jawaban atas kepemimpinannya. Seorang

ibu adalah pemimpin dan ia di minta pertanggung jawaban atas

kepemimpinannya. Seorang pembantu adalah pemimpin dan ia diminta

pertanggung jawabannya dalam mengurus harta dan kekayaan tuannya. Seorang

anak adalah seorang pemimpin dan ia di minta pertanggungjawaban atas

kepemimpinannya dalam menjaga harta benda ayahnya. Kamu sekalian adalah

pemimpin dan akan dimintai pertanggung jawaban atas kepemimpinannya”. (H.R

Ahmadi)

Dari hadist tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa selama manusia masih

merupakan makhluk social, mereka selalu ingin hidup bersama dalam

masyarakat, baik dalam masyarakat yang primitive maupun modern. Masing-

masing individu harus mempertanggung jawabkan apa yang telah

dilakukannya, baik sebagai pemimpin resmi yang diangkat oleh kelompoknya

maupun pemimpin alami, seperti dalam keluarga.

2. Sifat-sifat Pemimpin Dalam Islam

Pemimpin ideal menurut Islam erat kaitannya dengan figur Rasulullah

SAW. Beliau adalah pemimpin agama dan juga pemimpin negara. Rasulullah

merupakan suri tauladan bagi setiap orang, termasuk para pemimpin karena dalam

diri beliau hanya ada kebaikan. Hal ini sejalan dengan firman Allah dalam Al-

Qur’an:
ۡ ‫وا ٱهَّلل َ َو ۡٱل‬x
‫ َر‬x‫يَو َم ٱأۡل ٓ ِخ‬ َ ‫ة لِّ َمن‬ٞ َ‫ن‬x‫ُول ٱهَّلل ِ ُأ ۡس َوةٌ َح َس‬
ْ x‫كَان يَ ۡر ُج‬ ِ ‫ان لَ ُكمۡ فِي َرس‬ َ ‫لَّقَ ۡد َك‬
ٗ ِ‫َو َذ َك َر ٱهَّلل َ َكث‬
٢١ ‫يرا‬
Artinya : Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan
yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah. (QS Al-Ahzab:21)
Sifat-sifat yang harus dimiliki seorang pemimpin adalah sebagai berikut:

a. Bertakwa kepada Allah SWT, sebagai syarat mutlak sebagai pemimpin yang
telah menjadi karakter kepribadiannya.
b. Siddiq, membenarkan dan meyakini apa saja yang diwahyukan allah kepada
rasulnya.
c. Amanah artinya jujur, tidak pernah berdusta, selalu menempati janji, berani
mengatakan yang haknya, bertindak adil dan professional.
d. Tabligh artinya menyampaikan, pemimpin sebagai informan tentang segala
sesuatu yang penting diketahui oleh pengikutnya.
e. Fathonah, yaitu kecerdasan, cakap, dan handal yang melahirkan kemampuan
menghadapi dan menanggulangi persoalan yang muncul.
f. Tegas dan teguh pendirian.
g. Pemaaf, adil, sabar, bertanggung jawab, dan
h. Senang bermusyawarah.19

3. Kepala Madrasah Sebagai Pemimpin

Dalam kehidupan social dan keagamaan kepemimpinan adalah suatu yang

sangat urgen dalam mencapai cita-cita bersama. Oleh karena itu, dalam menata

kehidupan manusia yang dinamis dan interaktif sudah pasti dituntut adanya seorang

pemimpin yang bertugas melaksanakan, memandu, dan membawa pekerjaan itu

kearah tercapainya sasaran.

Dalam setiap organisasi apapun jenisnya pasti memiliki dan memerlukan

seorang pemimpin yang berfungsi untuk menjalankan tugas kepemimpinan bagi

keseluruhan organisasi sebagai satu kesatuan organisasi.20

Kepemimpinan sebagai bagian dari politik adalah bagian dari ajaran agama

Islam. Tidak benar pernyataan yang mengatakan bahwa agama tidak boleh dibawa

kedalam politik. Karena politik itu artinya adalah mengatur, sementara fungsi utama

agama adalah mengatur kehidupan manusia. Jadi politik harus bersendikan agama.

19
Baharuddin, Kepemimpinan Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Arruz Media) h.
138
20
Saefullah, manajemen pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia) h. 151
Agama harus dijadikan pedoman berpolitik dan memberikan pencerahan beragama

harus jadi tujuan dalam agenda politik.

Dengan bersendikan agama dan agama sebagai tujuan berpolitik maka akan

terwujud politik yang bersih, bermoral, saling menghormati dan saling membangun.

Tapi sekarang ada kecenderungan agama hanya dijadikan “jualan” politik,

tujuannya untuk meraih suara dan menampilkan kesan baik calon. Yang seperti ini

tidak seiring dengan pernyataan kita bahwa agama harus jadi panduan dan tujuan

politik.

Karena politik dan kepemimpinan adalah satu bagian dari agama islam,

maka sangat banyak dijumpai dalam al-Quran, hadis ataupun petuah Sahabat yang

membincangkan tentang tugas seorang pemimpin.

Tentang tugas kepemimpinan ini, diantaranya, Allah isyaratkan dalam Al-

Quran surat Al-Hajj ayat 41. Allah swt berfirman:

ْ ‫كَوةَ َوَأمَ ر‬
ٰ ‫لَ ٰوةَ َو َءاتَ ُو ْا ٱل َّز‬xxxx‫ٱلص‬ ْ ‫ض َأقَا ُم‬ ٰ
‫ُوا‬ َّ ‫وا‬ ِ ‫ين ِإن َّم َّكنَّهُمۡ فِي ٱَأۡل ۡر‬
َ ‫ٱلَّ ِذ‬
‫ُأۡل‬ ۡ ِ ‫بِ ۡٱل َم ۡعر‬
٤١ ‫ور‬ ِ ‫ُوف َونَهَ ۡو ْا َع ِن ٱل ُمن َك ۗ ِر َوهَّلِل ِ ٰ َعقِبَةُ ٱ ُم‬
Artinya,”( yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka
di muka bumi niscaya mereka mendirikan sembahyang, menunaikan zakat,
menyuruh berbuat ma´ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan
kepada Allah-lah kembali segala urusan.
Ayat
ini menjelaskan bahwa ada 3 tugas orang-orang yang memperoleh

kekuasaan, menjadi pemimpin.21

a. Mendirikan shalat, Maksudnya adalah seorang pemimpin mestilah senantiasa

baik dari sisi spritualitas. Jiwa yang baik, yang terlahir dari hubunganya yang

baik dengan Allah, akan mendorong seorang pemimpin agar tidak lalai dan

memanfaatkan jabatannya untuk kepentingan dirinya atau orang-orang yang satu

golongan dengannya saja.

b. Melaksanakan zakat, Zakat adalah kewajiban yang tidak boleh ditinggalkan.

Dalam hampir semua ayat yang memerintahkan shalat, selalu diiringi dengan

perintah kewajiban zakat. Ini menunjukkan pentingnya zakat dalam Islam.


21
Kartini Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan, (Jakarta: Raja Gravindo Persada) h.36
Tujuan diwajibkannya zakat adalah menanamkan pemahaman bahwa pada harta

setiap orang yang berkemampuan lebih terdapat hak orang lain, yaitu orang-

orang miskin. Zakat juga mengajarkan tentang nilai solidaritas, kepedulian

kepada golongan yang tidak mampu.

c. Mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran. Dua prinsip ini

sifatnya sangat umum. Karena umum, kita memerlukan kepada acuan budaya

dan pedoman agama dalam memahami apa saja perkara yang merupakan

kebaikan dan kemungkaran.

Dalam sejarah kepemimpinan islam banyak istilah yang dipakai untuk

menyebut seorang pemimpin, diantaranya: (Q.S al-Baqarah : 30)


ۖٗ َ ٓ
‫يفَة قَالُ ٓو ْا َأتَ ۡجعَ ُل فِيهَا َمن‬ ِ‫ض خل‬ ِ ‫ل فِي ٱَأۡل ۡر‬x ٞ x‫ك لِ ۡل َم ٰلَِئكَ ِة ِإنِّي َجا ِع‬ َ َ‫َوِإ ۡذ ق‬
َ ُّ‫ال َرب‬
‫ال ِإنِّ ٓي َأ ۡعلَ ُم مَا اَل‬ َ ۖ َ‫ك َونُقَ ِّدسُ ل‬
َ َ‫ك ق‬ َ ‫ك ٱل ِّد َمٓا َء َونَ ۡح ُن نُ َسبِّ ُح بِ َحمۡ ِد‬ ُ ِ‫ي ُۡف ِس ُد فِيهَا َويَ ۡسف‬
َ ‫تَ ۡعلَ ُم‬
٣٠ ‫ون‬
Artinya :“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat,
“aku menjadikan khalifah di bumi:. Mereka berkata, “apakah engkau hendak
menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah disana, sedangkan kami
bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu? “Dia berfirman, “sungguh aku
mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”.

B. Etos Kerja

1. Pengertian Etos Kerja

Etos berasal dari bahasa Yunani yaitu “Ethos” yang memberikan arti sikap,

kepribadian, watak, karakter, serta keyakinan atas sesuatu. Etos kerja sebagai

semangat, pola pikir dan mentalis yang mewujud menjadi seperangkat perilaku kerja

yang khas dan berkualitas.22

Etos berasal dari bahasa yunani, dapat mempunyai arti sebagai sesuatu

yang diyakini, cara berbuat, sikap serta persepsi terhadap nilai kerja.23 Dari kata ini

lahirlah apa yang disebut dengan “ethic” yaitu pedoman, moral, atau prilaku, atau

dikenal pula etiket yang artinya cara bersopan santun. Sehingga dengan kata etik ini,
22
Jansen sinamo, 8 etos keguruan, jakarta : institut darma mahardika,h. 20
23
Toto tasmara, etos kerja pribadi muslim, jakarta : Dana Bakti Wakaf, h. 25
dikenal istilah etika bisnis yaitu cara atau pedoman perilaku dalam menjalaknan

suatu usaha. Karena etika berkaitan dengan kejiwaan seseorang, maka hendaknya

setiap pribadi muslim harus mengisi etika tersebut dengan keislaman dalam arti yang

aktual, sehingga cara dirinya mempersepsi sesuatu selalu positif dan sejauh mungkin

terus berupaya untuk menghindari yang negatif.

Menurut Hermal etos kerja berarti motivasi semangat dan sopan santun

dalam bekerja.24 Sementara Rasyid dan Tanjung yang dikutip dalam penelitian

John Firman mengemukakan etos kerja adalah jiwa dan semangat kerja yang

dipengaruhi cara pandang yang positif dari seseorang terhadap pekerjannya.

Menurut Pandji Anoraga etos kerja adalah suatu pandangan dan sikap suatu bangsa

atau suatu umat terhadap kerja. Jika pandangan dan sikap melihat kerja sebagai

suatu hal yang luhur untuk eksistensi kemanusian maka etos kerja itu akan tinggi,

begitupun jika melihat kerja sebagai suatu hal tidak berarti dalam kehidupan,

pandangan dan sikap manusia terhadap kerja, maka etos kerja dengan sendirinya

menjadi rendah. Dalam kamus sosiologi, etos diartikan sebagai karakter umum dari

suatu kebudayaan yang didalamnya terkandung ide-ide dan nilai-nilai.

Dengan memperhatikan pendapat para ahli di atas, maka dapat

disimpulkan bahwa etos kerja adalah pandangan dan sikap terhadap kerja dimana

pandangan dan sikap itu merupakan jiwa dan semangat kerja yang dilandasi

sikap dasar yang terpancar dalam perilaku kehidupan atau sejumlah nilai – nilai

yang dijadikan acuan oleh seseorang dalam menggerakkan dirinya dalam

berhadapan dengan lingkungan sosial dimana ia berada dalam hal ini di lingkungan

sekolah.

Dari kata Etos ini dikenal juga dengan kata etika, etiket yang hampir

mendekati pada pendekatan akhlakatul nilai-nilai yang berkaitan dengan baik buruk

(moral), sehingga dalam etos tersebut terkandung gairah atau semangat yang amat

kuat untuk mengerjakan sesuatu secara optimal, lebih baik, dan bahkan berupaya

24
Ibid.h. 47
untuk mencapai kualitas kerja yang sesempurna mungkin. Dalam etos tersebut,

ada semacam semanagat untuk menyempurnakan segala sesuatu menghindari segala

kerusakan (fasad) sehingga setiap pekerjaan yang diarahkan untuk mengurangi

bahkan sama sekali tidak ada cacat dari hasil pekerjaannya. Sikap seperti ini dikenal

dengan ihsan sebagaimana Allah SWT menciptakan manusia dalam bentuk yang

paling sempurna. Senada dengan kata ihsan, didalam Al-Qur’an kita temukan

pula kata itqan yang berarti proses pekerjaan yang sangat sungguh-sungguh

akurat dan sempurna. Seperti dalam Al-Qur’an surat An-Naml : 88

‫ َّل‬x‫ي َأ ۡتقَ َن ُك‬


ٓ ‫ب ص ُۡن َع ٱهَّلل ِ ٱلَّ ِذ‬
ِ ۚ ‫ال تَ ۡح َسبُهَا َجا ِم َد ٗة َو ِه َي تَ ُمرُّ َم َّر ٱلس ََّحا‬ َ َ‫َوتَ َرى ۡٱل ِجب‬
٨٨ ‫ون‬ َ ُ‫َش ۡي ۚ ٍء ِإنَّ ۥهُ َخبِي ۢ ُر بِ َما تَ ۡف َعل‬
Artinya : Dan engkau melihat gunung-gunung, yang engkau kira
tetap di tempatnya, padahal is berjalan (seperti) awan berjalan, (itulah) ciptaan
Allah yang menciptaka dengan sempurna segala sesuatu. Sungguh, Dia Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan.25
Dari ayat diatas akibatnya seseorang muslim yang memiliki kepribadian

qur’ani pasti akan menunjukan kerja yang bersikap dan berbuat serta menghasilkan

segala sesuatu sangat bersungguh-sungguh dan tidak pernah mengerjakan sesuatu

dengan setengah hati. Dengan etos kerja yang bersumber dari keyakinan al-qur’an

semacam keterpanggilan yangsangat kuat dari lubuk hatinya. Karena etos berkaitan

dengan nilai kejiwaan seseorang, hendaknya setiap pribadi muslim harus mengisinya

dengan kebiasaan-kebiasaan yang positif dan ada semacam kerinduan untuk

menunjukan kepribadian sebagai seorang muslim dalam bentuk hasil kerja serta

sikap atau prilaku yang menuju atau mengarah pada hasil yang lebih sempurna.

Etos juga mempunyai makna nilai moral adalah suatu pandangan batin

yang bersifat mendarah daging. Karena etos bukan sekedar kepribadian atau sikap,

melaikan lebih mendalam lagi dia adalah martabat, harga diri, dan jati diri

seseorang. Sebagai suatu kondisi internal, etos kerja menagndung beberapa unsur

antara lain : disiplin kerja, sikap terhadap kerjaan, kebiasaan-kebiasaan bekerja.

25
Al-qur’an dan terjemahan
Dengan disiplin bekerja seorang pekerja akan selalu bekerja dalam pola-pola

konsisten untuk melakukan dengan baik sesuai tuntutan dan kesanggupanya.26

Etos kerja muslim adalah semangat untuk menapaki jalan lurus. Didalam

hal mengambil keputusan pun, para pemimpin pemegang amanah termasuk para

hakim, harus berlandaskan kepada etos jalan lurus tersebut, sebagaimana Dawud

sewaktu ia diminta untuk memutuskan suatu perkara yang audil dan harus

didasarkan pada nilai-nilai kebenaran seperti dalam al-qur’an surat Shaad ayat 22

yang berbunyi :

‫نَا َعلَ ٰى‬x‫ض‬ ۖۡ َ‫وا اَل تَخ‬ ْ ُ‫فَز َع ِم ۡنهُمۡۖ قَال‬ ْ xُ‫ِإ ۡذ َد َخل‬
ُ ‫ان بَ َغ ٰى بَ ۡع‬ ۡ ‫ف َخ‬
ِ ‫ َم‬x‫ص‬ ِ َ‫وا َعلَ ٰى َدا ُوۥ َد ف‬x
ۡ ‫ق َواَل تُ ۡش ِط ۡط َو‬
٢٢ ‫ٱه ِدنَٓا ِإلَ ٰى َس َوٓا ِء ٱلصِّ ٰ َر ِط‬ ِّ ‫ٱح ُكم بَ ۡينَنَا بِ ۡٱل َح‬
ۡ َ‫ض ف‬ ٖ ‫بَ ۡع‬
Artinya : ketika mereka masuk (menemui) Daud lalu ia terkejut karena
kedatangan) mereka. mereka berkata: "Janganlah kamu merasa takut; (Kami)
adalah dua orang yang berperkara yang salah seorang dari Kami berbuat zalim
kepada yang lain; Maka berilah keputusan antara Kamidengan adil dan janganlah
kamu menyimpang dari kebenaran dan tunjukilah Kami ke jalan yang lurus.
Didalam melaksanakan suatu pekerjaan akan terlihat cara dan motivasi

yang dimiliki seseorang apakah ia bekerja dengan sunggh-sungguh atau pura-pura.

Bertanggung jawab atau tidak dan sebagainya. Cara seseorang menghayati dan

melaksanakan pekerjaan ditentukan oleh pandangan, harapan dan kebiasaan didalam

kelompok kerjanya. Oleh karena itu etos kerja seseorang dapat dipengaruhi oleh etos

kerja kelompoknya. Etos kerja adalah sesuatu yang bersifat abstarak, karena

termasuk dalam bidang kejiwaan berkaitan dengan sikap yang tersembunyi

didalam batin. Sikap itu bersumber dari nilai-nilai yang dianut, yaitu sesuatu yang

dianggap berharga dan berguna dalam hidup.

Sedangkan penegertian kerja adalah segala aktifitas dinamis dan

mempunyai tujuan untuk memenuhi kebutuhan tertentu dan berupaya untuk

mewujudkan tujuan tersebut serta melahirkan prestasi yang bermanfaat bagi

lingkingan.27 Bekerja mempunyai tujuan untuk mencapai suatu hasil baik

26
Abdul Hasyim, landasan pendidikan menjadi menjadi guru yang baik, bogor :
Ghalia
Indonesia, h. 87
27
Toto tasmara, membudayakan etos kerja islam, h. 1
berupa benda, karya atau pelayanan kepada masyarakat, tujuan yang hendak

dicapai bukn hanya berkaitan dengan fisik saja tetapi juga berhubungan dengan

mental seperti pengakuan diri, mental, prestasi, dll. Makna bekerja bagi seorang

muslim adalah suatu upaya yang sungguh-sungguh, dengan mengarahkan seluruh

aset, pikir, dan zikirnya untuk mengaktualisasikan atau menampakkan arti dirinya

sebagai hamba Allah yang harus menundukan dunia dan menempatkan dirinya

sebagai bagian dari masyarakat yang terbaik atau dengan kata lain hanya bekerja

untuk manusia untuk memanusiakan dirinya.

Penegertian bekerja hendaknya jangan diartikan sebagai penerimaan upah

belaka atau bekerja jangan diartikan sebgai setara atau ekuivalen dengan

bekerja secara formal bagaikan seorang pegawai swasta yang kemudian merasa

berbangga-bangga karena sudah mempuayai baju seragam, padahal tidak

menunjukan prestasi apa-apa. Bekerja adalah segala aktifitas dinamis yang

mempuyai tujuan untuk memenuhi kebutuhan tertentu dan didalam mencapai tujuan

tersebut dia berupaya dengan penuh kesungguhan untuk mewujudka prestasi yang

optimal sebagai bukti pengabdian dirinya kepada Allah SWT.

Secara umum sebuah aktifitas dapat disebut pekerjaan apabila mengandung

tiga aspek :

a. Aktifitas tersebut dilakukan karena adanya dorongan tanggung jawab


(motivasi).
b. Aktifitas tersebut dilakukan karena adanya kesengajaan, direncakan karena
didalamnya terkandung ras dan rasio.
c. Aktifitas tersebut dilakukan karena adanya suatu arah dan tujuan yang luhur
yang secara dinamis memberikan makna bagi dirinya.28

Bekerja adalah aktifitas sosial yang memberikan isi dan makna pada

manusia. Kerja juga merupakan aktifitas dasar yang paling penting bagi individu,

karena memberikan kesenangan dan arti tersendiri bagi kehidupan terutama orang

yang sehat jasmani maupun rohani. Kerja juga memberikan status sosial bagi

seseorang, sekaligus mengikat dirinya dengan pribadi lain, karena setiap individu

28
Ibid, h.10
harus bekerja sama dengan orang lain.29 Situasi bekerja dalam masyarakat modern

sangat kompleks dimas sekarang senantiasa membutuhkan kerjasama dan kooperatif

yang membangun karya-karya besar. Dalam situasi kerja sedemikian ini selulu

dibutuhkan efektivitas kepemimpinan dan keefisiensian kerja. Banyak faktor yang

menghambat kelancaran pekerjaan, intern dan ekstern.30

Dari uraian diatas jelas bahwa etos kerja adalah adalah hal penting

dimiliki oleh setiap pemimpin yang pada akhirnya berujung pada budaya kerja yang

dimiliki pemimpin. Apabila pemimpin telah memiliki budaya kerja maka tidak ada

bawahan yang bermalas-malasan. Dari penegertian diatas dapat disimpulkan bahwa

etos kerja adalah semangat kerja, pola pikir yang mewujudkan seseorang

menjadi berprilaku yang berkualitas . kerja adalah segala aktifitas dinamis yang

mempunyai tujuan untuk memenuhi kebutuhan jasmani maupun rohani guna

berupaya melahirkan prestasi yang bermanfaat bagi ligkungan. Sedangkan etos

kerja adalah totalitas atau keseluruhan sikap invidu atau kelompok serta cara

mengeksperiskan, memandang, menyakini, dan mengambarkan seseorang dalam

melaksanakan tugas.

Menurut keputusan Mendikbud nomor: 0926/U/1996 tanggal 1 Oktober

menyatakan bahwa Kepala Sekolah adalah guru yang diberi tugas tambahan sebagai

kepala sekolah. Ini berarti kepala sekolah adalah guru terbaik di sekolah itu

sehingga diberi tugas tambahan sebagai kepala sekolah karena dipandang cakap

dan mampu untuk itu. Untuk dapat mencapai keberhasilan sekolah yang

dipimpinnya harus mempunyai etos kerja yang dilandasi dengan kerja keras,

disiplin, tanggung jawab, rasa bangga terhadap profesi, kemauan atau kesediaan

merubah pola pikir untuk kemajuan, produktifitas, rasional, kreatifitas, inovatif,

berfikiran modern, dan berorientasi pada pemecahan masalah.

29
Kartini kartono, pemimpin dan kepemimpinan, jakarta : PT. Grafindo persada,
h. 10
30
Hamzah ya’qub,etos kerja islami,jakarta: cv. Pedoman ilmu jaya, h,75
2. Indikator Etos Kerja

a. Kerja keras

Sabary menggambarkan bahwa kerja keras adalah dorongan moral

dilahirkan dalam tingkah laku tidak merasa puas hanya sekedar apa yang ada

dan berusaha untuk memperbaiki kekurangan. Memperhatikan pendapat diatas

dapat disimpulkan bahwa kerja keras merupakan sikap atau tingkah laku

kesungguhan dalam melaksanakan tugas dan tidak merasa cepat puas hanya

sekedar apa yang ada. Supriadi mengemukakan bahwa kerja keras akan dapat

mencapai apa yang disebut satori atau tingkat berfikir tertinggi. Di sisi lain juga

mengatakan kerja keras akan melahirkan prestasi kreatifitas.31

b. Disiplin

Siagian mengatakan bahwa disiplin merupakan sikap dan perilaku atau

tindakan para anggota organisasi secara sukarela memenuhi tuntutan berbagai

ketentuan yang ada. Adapun disiplin menurut Menurut Imam Barnadib adalah

menyangkut pengawasan diri atau self control atau pengendalian diri agar

perilaku tidak menyimpang dari nilai, norma, atau aturanaturan yang telah

ditetapkan Dalam Ensiklopedi Nasional Indonesia , di kemukakan bahwa

disiplin adalah suatu sikap yang menunjukkan kesediaan nutuk menepati atau

mematuhi dan mendukung ketentuan, tata tertib, peraturan, nilai, serta kaidah

yang berlaku. Jadi, disiplin kerja adalah berkaitan dengan penguasaan diri

dan kesediaan mematuhi, mendukung, dan mempertahankan tegaknya aturan-

aturan atau tata tertib, nilai serta kaidah yang berlaku di lingkungan kerjanya.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas, maka kepala sekolah

sebagai seorang pemimpin harus memiliki kecakapan untuk mengembangkan

penerimaan san kepatuhan terhadap peraturan organisasi sekolah diantara para

31
Ibid, h.13
guru dan murid. Sehingga para anggota sekolah dapat bekerjasama

menyesuaikan diri dengan tanpa merasa adanya tekanan dari kekuasaan

pimpinan sekolah.

c. Tanggung jawab

Kamus Besar Bahasa Indonesia mengatakan tanggung jawab yaitu

keadaan seorang pemimpin yang mempunyai hak fungsi menerima pembebanan

sebagai akibat tindak pihak sendiri atau pihak lain. 32 Selanjutnya

Wahjosumidjo mengatakan tanggung jawab kepala sekolah dalam pembinaan

meliputi: (1) Program pengajaran; (2) Sumber daya manusia; (3) Sumber daya

yang bersifat fisik; (4) hubungan kerja sama antara kepala sekolah dengna

masyarakat yang secara garis besar meliputi proses pengelolaan,

penilaia, bimbingan, pembiayaan, pengawasan, dan pengambangan.

d. Rasa bangga terhadap profesi

Perasaan bangga terhadap profesi merupakan jenis perasaan harga diri

yang positif. Di dalam perasaan ini terkandung keinginan untuk

mempertahankan dan berbuat sebaik mungkin agar produk yang dihasilkan

berkualitas dan tidak sampai menurunkan perasaan bangganya itu. Pekerja yang

mempunyai perasaan bangga terhadap profesi tidak memerlukan pengawasan

yang ketat dalam bekerja karena hadiahnya adalah rasa bangga terhadap hasil

karya atau hasil kerjanya. Komitmen dari rasa bangga terhadap profesi adalah

tanggung jawab individul dan inisiatif individual. Kedua aspek ini menurut

Cherrington sebagaimana dikutip oleh Djoko Kustono, merupakan prediktor

kuat dari rasa bangga terhadap profesi seingga dapat diukur dari kedua

aspek ini.

3. Ciri-Ciri Etos Kerja

Seseorang yang memiliki etos kerja, akan terlihat pada sikap dan tingkah

lakunya dalam bekerja. Berikut ini adalah beberapa ciri-ciri etos kerja33:
32
Kamus besar bahasa indonesia, h, 106
33
Sinamo, Jansen. 2011. Delapan Etos Kerja Profesional. Jakarta: Institut Mahardika. h. 33
a. Kecanduan terhadap waktu.

Salah satu esensi dan hakikat dari etos kerja adalah cara seseorang

menghayati, memahami, dan merasakan betapa berharganya waktu. Dia sadar

waktu adalah netral dan terus merayap dari detik ke detik dan dia pun sadar

bahwa sedetik yang lalu tak akan pernah kembali kepadanya.

b. Memiliki moralitas yang bersih (ikhlas).

Salah satu kompetensi moral yang dimiliki seorang yang berbudaya

kerja adalah nilai keihklasan. Karena ikhlas merupakan bentuk dari cinta, bentuk

kasih sayang dan pelayanan tanpa ikatan. Sikap ikhlas bukan hanya output dari

cara dirinya melayani, melainkan juga input atau masukan yang membentuk

kepribadiannya didasarkan pada sikap yang bersih.

c. Memiliki kejujuran.

Kejujuran pun tidak datang dari luar, tetapi bisikan kalbu yang terus

menerus mengetuk dan membisikkan nilai moral yang luhur. Kejujuran bukanlah

sebuah keterpaksaan, melainkan sebuah panggilan dari dalam sebuah keterikatan.

d. Memiliki komitmen.

Komitmen adalah keyakinan yang mengikat sedemikian kukuhnya

sehingga terbelenggu seluruh hati nuraninya dan kemudian menggerakkan

perilaku menuju arah tertentu yang diyakininya. Dalam komitmen tergantung

sebuah tekad, keyakinan, yang melahirkan bentuk vitalitas yang penuh gairah.

e. Kuat pendirian (konsisten).

Konsisten adalah suatu kemampuan untuk bersikap taat asas, pantang

menyerah, dan mampu mempertahankan prinsip walau harus berhadapan dengan

resiko yang membahayakan dirinya. Mereka mampu mengendalikan diri dan

mengelola emosinya secara efektif.

4. Faktor Yang Mempengaruhi Etos Kerja

Etos kerja dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya yaitu:

a. Agama.
Pada dasarnya agama merupakan suatu sistem nilai yang akan mempengaruhi

atau menentukan pola hidup para penganutnya. Cara berpikir, bersikap

dan bertindak seseorang tentu diwarnai oleh ajaran agama yang dianut

jika seseorang sungguh-sungguh dalam kehidupan beragama.

b. Budaya.

Sikap mental, tekad, disiplin, dan semangat kerja masyarakat juga disebut sebagai

etos budaya dan secara operasional etos budaya ini juga disebut sebagai etos

kerja. Kualitas etos kerja ini ditentukan oleh sistem orientasi nilai budaya

masyarakat yang bersangkutan.

c. Sosial Politik.

Tinggi rendahnya etos kerja suatu masyarakat dipengaruhi oleh ada atau tidaknya

struktur politik yang mendorong masyarakat untuk bekerja keras dan

dapat menikmati hasil kerja keras dengan penuh.

d. Kondisi Lingkungan/Geografis.

Lingkungan alam yang mendukung mempengaruhi manusia yang berada

didalamnya melakukan usaha untuk dapat mengelola dan mengambil manfaat,

dan bahkan dapat mengundang pendatang untuk turut mencari penghidupan di

lingkungan tersebut.

e. Pendidikan.

Etos kerja tidak dapat dipisahkan dengan kualitas sumber daya

manusia.Peningkatan sumber daya manusia akan membuat seseorang mempunyai

etos kerja keras.

f. Struktur Ekonomi.

Tinggi rendahnya etos kerja suatu masyarakat dipengaruhi oleh ada atau tidaknya

struktur ekonomi, yang mampu memberikan insentif bagi anggota

masyarakat untuk bekerja keras dan menikmati hasil kerja keras mereka dengan

penuh.
g. Motivasi Intrinsik Individu.

Individu yang akan memiliki etos kerja yang tinggi adalah individu yang

bermotivasi tinggi. Etos kerja merupakan suatu pandangan dan sikap yang

didasari oleh nilai-nilai yang diyakini seseorang.34

Etos kerja yang positif secara pasti akan menunjukkan kaitan yang sangat

erat antara modal organisasi dengan nilai kepercayaan untuk mencapai visi dan

misi secara konsisten melalui norma-norma nilai kerja yang menciptakan suasana

nyaman, aman, dan sejahtera bagi setiap stakeholdernya. Organisasi bisnis

memerlukan fleksibilitas yang tinggi dengan budaya kerja "high trust". Tujuannya

adalah untuk membangun kredibilitas yang memberikan rasa percaya kepada setiap

orang, bahwa budaya kerja organisasi dikerjakan dengan etos kerja yang terukur

dalam sebuah sistem, prosedur, dan kebijakan yang memiliki tingkat keperdulian

sosial bisnis untuk secara konsisten mampu memberikan nilai-nilai kebutuhan para

stakeholdernya secara optimal.Bagaimana cara Anda untuk membangun etos kerja

yang sesuai dengan jati diri organisai Anda.

Etos kerja yang baik berasal dari hasil kesadaran sebuah organisasi untuk

secara tulus menggali semua potensi positifnya dalam rangka memberikan nilai-nilai

terbaiknya kepada para stakeholder. Jangan pernah berpikir untuk meniru etos kerja

budaya lain, sebab etos kerja itu ada di dalam DNA sebuah organisasi yang secara

fundamental telah dipengaruhi oleh etos kerja sang penggagas pendiri organisasi

melalui visi, misi, etika, budaya, serta cara berpikir dan bertindak sang

pendiri tersebut.

Apabila Anda tetap ngotot untuk meniru dan mengimplementasikan sebuah

etos kerja yang menjadi favorit Anda, maka pastikan bahwa organisasi Anda

mampu melewati masa-masa kritis akibat perubahan jati diri lama kedalam jati diri

yang Anda harapkan. Kekuatan aura sang pendiri organisasi akan tetap terasa

walaupun Anda sudah mencoba menciptakan lingkungan dan suasana kerja

34
Ibid, h. 56
berbudaya etos kerja baru yang lebih dinamis dan kreatif. Etos kerja sebenarnya

mengajarkan kepada setiap sumber daya manusia untuk secara tulus dan ikhlas dari

lubuk hati terdalam membangun kebiasaan-kebiasaan positif yang efektif dalam

memberikan pelayanan berkualitas tinggi kepada para stakeholder. Untuk itu

diperlukan upaya terus-menerus dari manajemen organisasi dalam memberikan

contoh teladan dari perilaku etos kerja yang ingin dimiliki oleh organisasi tersebut.

Mengundang para coach dari luar organisasi untuk belajar nilai-nilai positif secara

berkelanjutan akan memberikan wawasan dan pengetahuan yang akan berdampak

besar bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia dalam menggali etos kerja

terbaik dari sudut kaca mata positif.

Etos kerja adalah suara hati yang tulus dan ikhlas dari setiap sumber daya

manusia organisasi untuk mau bekerja keras tanpa pamrih dalam memberikan

pelayanan terbaik yang lebih kepada setiap orang tanpa terkecuali. Etos kerja yang

baik lahir dari pribadi-pribadi yang proaktif dalam mempersiapkan diri

mereka untuk menjadi manusia-manusia organisasi yang siap seratus persen

menjalankan misi dan visi organisasi mereka dengan nilai-nilai positif yang tidak

dapat dikompromikan lagi. Nilai positif berarti setiap pikiran dan tindakan selalu

hanya berkosentrasi untuk memberikan pelayanan berkualitas tinggi.

Bisnis, organisasi, dan sejenisnya ada hanya dengan satu tujuan mulia yaitu

memberikan pelayanan bernilai tambah tertinggi dengan manfaat ekonomi, sosial,

dan pisikologis yang membuat mudah dan nyaman setiap stakeholdernya.

Etos kerja yang baik harus selalu dibungkus dengan pengetahuan,

keterampilan, teknologi, dan keinginan untuk selalu berbuat baik. Etos kerja juga

harus memiliki kebiasaan-kebiasaan yang menjadi budaya rutin yang efektif dalam

memberikan sinar kebahagian, kenyamanan, keamanan, dan kepastian buat para

stakeholder.

Semua prinsip positif pelayanan wajib dihayati secara optimal oleh semua

pimpinan dan staf organisasi tanpa terkecuali. Setiap stimulus benih-benih positif
kedalam pikiran sumber daya manusia akan menghasilkan respons etos kerja yang

berasal dari kesadaran hati dan pikiran terdalam.

Apapun jenis pekerjaan Anda, apakah bersifat komersial untuk mencari

nafkah kehidupan Anda, bersifat sosial yang membantu tanpa pamrih dengan

uang, atau hanya bersifat hobi yang melakukan pekerjaan sebagai kebahagian

hidup. Apapun yang Anda lakukan, pastikan Anda mengerjakannya dari hati

terdalam yang tulus dan ikhlas, serta pikiran positif dengan segala kerendahan hati

dan perilaku. Jangan sekalipun bekerja oleh sebab terpaksa, etos kerja yang baik

tidak akan lahir dari orang-orang yang merasa pekerjaan yang dilakukannya

adalah karena terpaksa oleh dorongan kebutuhan ekonomi atau kebutuhan lain yang

tidak dikehendakinya.

Belajar dan belajarlah selalu untuk merubah diri Anda dari pribadi tanpa

etos kerja menjadi pribadi yang unik, spesial, dan kaya akan etos kerja berkualitas

tinggi. Semua hal baik itu akan menjadi milik Anda bila Anda belajar, melatih,

dan menyadari bahwa semua kerja keras Anda dan hidup Anda adalah untuk

memberikan pelayanan terbaik kepada diri Anda, keluarga Anda, organisasi Anda,

orang-orang lain di sekitar Anda, masyarakat Anda, dan dunia Anda.

Menurut Sinamo, bahwa terdapat delapan etos kerja profesional yaitu: 35

a. Kerja adalah Rahmat

Apa pun pekerjaan kita, entah pengusaha, pegawai kantor, sampai buruh

kasar sekalipun, adalah rahmat dari Allah SWT. Anugerah itu kita terima tanpa

syarat, seperti halnya menghirup oksigen dan udara tanpa biaya sepeser pun.

Bakat dan kecerdasan yang memungkinkan kita bekerja adalah anugerah. Dengan

bekerja, setiap tanggal muda kita menerima gaji untuk memenuhi kebutuhan

hidup sehari-hari. Dengan bekerja kita punya banyak teman dan kenalan, punya

kesempatan untuk menambah ilmu dan wawasan, dan masih banyak lagi. Semua

35
Simamora, delapan etos kerja profesional, jakarta : institut mahasrdika, h. 29
itu anugerah yang patut disyukuri. Sungguh kelewatan jika kita merespon semua

rahmat itu dengan kerja yang ogah-ogahan.

b. Kerja adalah Amanah

Apapun pekerjaan kita semua adalah Amanah. Seyogyanya kita

menjalankan amanah tersebut dengan sebaik mungkin. Kerja bukanlah sekedar

pengisi waktu tapi perintah Allah. "Amanat itu mendatangkan rezeki,

sedangkan khianat itu mendatangkan kemiskinan". Etos ini membuat kita bisa

bekerja sepenuh hati dan menjauhi tindakan tercela, misalnya korupsi dalam

berbagai bentuknya.

c. Kerja adalah Panggilan

Jika pekerjaan atau profesi kita disadari sebagai panggilan, kita bisa

berucap pada diri kita sendiri, "I'm do my best!" Dengan begitu kita tidak akan

merasa puas jika hasil karya ya kita kurang baik mutunya.

d. Kerja adalah Aktualisasi

Aktualisasi diri artinya pengungkapan atau penyataan diri kita dari

apa yang harus kita aktualisasikan.

1) Kemampuan kita untuk bekerja dengan penuh tanggung jawab

2) Kejujuran

3) Disiplin

4) Kemauan untuk maju

5) Tunjukkanlah terlebih dulu kualitas pekerjaan yang Anda lakukan

sebelum Anda

6) Menuntut terlalu banyak untuk menerima imbalan yang besar karena kerja

adalah aktualisasi diri.

Meski kadang membuat kita lelah, bekerja tetap merupakan cara terbaik

untuk mengembangkan potensi diri dan membuat kita merasa "ada". Bekerja jauh

lebih menyenangkan daripada duduk bengong tanpa pekerjaan.

e. Kerja adalah Ibadah


Seperti halnya aktivitas keseharian seorang muslim, kerja juga harus

diniatkan dan berorentasi ibadah kepada Allah SWT. Dengan kata lain, setiap

aktivitas yang kita lakukan hakikatnya mencari keridhaan Allah semata. Setiap

ibadah kepada Allah SWT harus direalisasikan dalam bentuk tindakan,

sehingga bagi seorang muslim aktivitas bekerja juga mengandung nilai ibadah.

Kesadaran ini pada gilirannya akan membuat kita bisa bekerja secara ikhlas,

bukan demi mencari uang atau jabatan semata.

f. Kerja adalah Seni

Kesadaran ini membuat kita bekerja dengan enjoy seperti halnya

melakukan hobi. Dengan mengungkapkannya melalui dan menggunakan medium

dan materi pekerjaan kita seperti komputer, kertas, pena, suara, ruangan, papan

tulis, meja, kursi, atau apapun alat materi kerja kita. Materi kerja di atas diolah

secara kreatif dan imajinatif dalam peristiwa kerja dengan memanfaatkan tidak

saja nilai warna, tetapi terutama nilai estetikanya.

g. Kerja adalah Kehormatan

Karena tidak semua orang bisa diberi kepercayaan untuk melakukan suatu

pekerjaan seperti yang Anda terima saat ini. Kerja bukanlah masalah uang

semata, namun lebih mendalam mempunyai sesuatu arti bagi hidup kita. Kadang

mata kita menjadi "hijau" melihat uang, sampai akhirnya melupakan apa arti

pentingnya kebanggaan profesi yang kita miliki. Bukan masalah tinggi rendah

atau besar kecilnya suatu profesi, namun yang lebih penting adalah etos kerja,

dalam arti penghargaan terhadap apa yang kita kerjakan. Sekecil apapun yang

kita kerjakan, sejauh itu memberikan rasa bangga di dalam diri, maka itu akan

memberikan arti besar. Seremeh apapun pekerjaan kita, itu adalah sebuah

kehormatan. Jika kita bisa menjaga kehormatan dengan baik, maka kehormatan

yang lain yang lebih besar akan datang kepada kita.

h. Kerja adalah Pelayanan


Manusia diciptakan dengan dilengkapi oleh keinginan untuk berbuat baik.

Apa pun pekerjaan kita, pedagang, polisi, bahkan penjaga mercu suar, semuanya

bisa dimaknai sebagai pengabdian kepada sesama.

Delapan etos kerja tersebut menunjukkan bahwa seorang karyawan dalam

melaksanakan pekerjaannya tidak didasarkan atas perintah atasan melainkan

keinginan yang kuat untuk melakukan sesuatu tanpa paksaan dan dilaksanakan.36

C. Peranan Kepala Madrasah

Kepala sekolah pada hakekat etimologisnya merupakan padanan dari school

principal, yang tugas kesehariannya menjalankan principalship atau

kekepalasekolahan. Istilah kekepalasekolahan mengandung makna sebagai segala

sesuatu yang berkaitan dengan tugas pokok dan fungsi sebagai kepala sekolah.

Penjelasan ini dipandang penting, karena terdapat beberapa istilah untuk menyebut

jabatan kepala sekolah, seperti administrasi sekolah (school administrator), pimpinan

sekolah (school leader), manajer sekolah (school manajer), dan sebagainya.37 Seorang

kepala sekolah harus mempunyai kriteria atau kualifikasi umum sebagai seorang kepala

sekolah, yaitu:

1. Memiliki kualifikasi akademik sarjana (S1) atau diploma empat (D-IV)


kependidikan atau non kependidikan pada perguruan tinggi yang terakreditasi
2. Pada waktu diangkat sebagai kepala sekolah berusia setinggi-tingginya 56 tahun.
3. Memiliki pengalaman mengajar sekurang-kurangnya 5 tahun menurut jenjang
sekolah masing-masing, kecuali di Taman Kanak-Kanak / Raudhatul Athfal (TK /
RA) memiliki pengalaman mengajar sekurang-kurangnya 3 tahun di TK / RA.
4. Memiliki pangkat serendah-rendahnya III/c bagi Pegawai Negeri Sipil (PNS)
dan non PNS disertakan dengan kepangkatan yang dikeluarkan oleh yayasan
atau lembaga yang berwenang.38

Tugas utama kepala sekolah sebagai pemimpin adalah mengatur situasi,

mengendalikan kegiatan kelompok, organisasi atau lembaga dan menjadi juru bicara

kelompok. Dalam rangka melaksanakan tugas dan fungsinya, terutama dalam rangka

36
Ibid, h, 30
37
Dirawat, Pengantar Kepemimpinan Pendidikan, Surabaya: Usaha Nasional, 1986), h.71
38
Ibid, h. 65
memberdayakan masyarakat dan lingkungan sekitar, kepala sekolah dituntut untuk

mampu berperan ganda, baik sebagai:

1. Catalyst, berperan meyakinkan orang lain tentang perlunya perubahan menuju

kondisi yang lebih baik

2. Solution givers, berperan mengingatkan terhadap tujuan akhir dari perubahan,

3. Proces helpers, berperan membantu kelancaran proses perubahan, khususnya

menyelesaikan masalah dan membina hubungan antara pihak-pihak yang

terkait, dan,

4. Resource linkers, berperan menghubungkan orang dengan sumber dana yang

diperlukan.

Menurut Dirawat kepala sekolah sebagai seorang pemimpin seharusnya dalam

praktek sehari-hari selalu berusaha memperhatikan dan mempraktekkan fungsi

kepemimpinan di dalam kehidupan sekolah, yaitu:

1. Kepala sekolah harus dapat memperlakukan sama terhadap orang-orang yang


menjadi bawahannya, sehingga tidak terjadi diskriminasi, sebaliknya dapat
diciptakan semangat kebersamaan di antara mereka yaitu guru, staf dan para siswa.
2. Sugesti atau saran sangat diperlukan oleh para bawahan dalam melaksanakan tugas.
Para guru, staf dan siswa suatu sekolah hendaknya selalu mendapatkan saran anjuran
dari kepala sekolah sehingga dengan saran tersebut selalu dapat memelihara bahkan
meningkatkan semangat, rela berkorban, rasa kebersamaan dalam melaksanakan
tugas masing-masing.
3. Dalam mencapai tujuan setiap organisasi memerlukan dukungan, dana, sarana dan
sebagainya. Kepala sekolah bertanggung jawab untuk memenuhi atau
menyediakan dukungan yang diperlukan oleh para guru, staf, dan siswa, baik berupa
dana, peralatan, waktu, bahkan suasana yang mendukung.
4. Kepala sekolah berperan sebagai katalisator, dalam arti mampu menimbulkan dan
menggerakkan semangat para guru, staf dan siswa dalam pencapaian tujuan yang
telah ditetapkan.
5. Kepala sekolah sebagai pemimpin harus dapat menciptakan rasa aman di
lingkungan sekolah.
6. Kepala sekolah pada hakekatnya adalah sumber semangat bagi para guru, staf dan
siswa. Oleh sebab itu kepala sekolah harus selalu membangkitkan semangat para
guru, staf, dan siswa.
7. Setiap orang dalam kehidupan organisasi baik secara pribadi maupun kelompok,
kebutuhannya diperhatikan dan dipenuhi. penghargaan dan pengakuan ini dapat
diwujudkan dalam berbagai bentuk, seperti kenaikan pangkat, fasilitas, kesempatan
mengikuti pendidikan dan sebagainya. 39
39
Dirawat, Op Cit, h. 81
Setiap orang yang memberikan sumbangan bagi perumusan dan pencapaian tujuan

bersama adalah pemimpin, namun individu yang mampu memberi sumbangan yang lebih

besar terhadap perumusan tujuan serta terhimpunnya suatu kelompok di dalam kerja

sama mencapainya, dianggap sebagai pemimpin yang sebenarnya. Orang yang

memegang jabatan kepala sekolah adalah pemimpin pendidikan.

Menurut Dirawat ugas dan tanggungjawab kepala sekolah dapat digolongkan

kepada dua bidang, yaitu:

1. Tugas kepala sekolah dalam bidang administrasi dapat digolongkan menjadi

enam bidang yaitu:

a. Pengelolaan Pengajaran

Pengelolaan pengajaran ini merupakan dasar kegiatan dalam

melaksanakan tugas pokokkegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan ini

antara lain:

1) Pemimpin pendidikan hendaknya menguasai garis-garis besar

program pengajaran untuk tiap bidang studi dan tiap kelas,

2) Menyusun program sekolah untuk satu tahun,

3) Menyusun jadwal pelajaran,

4) Mengkoordinir kegiatan-kegiatan penyusunan model satuan

pengajaran,

5) Mengatur kegiatan penilaian,

6) Melaksanakan norma-norma kenaikan kelas,

7) Mencatat dan melaporkan hasil kemampuan belajar murid,

8) Mengkoordinir kegiatan bimbingan sekolah,

9) Mengkoordinir program non kurikuler,

10) Merencanakan pengadaan,

11) Memelihara dan mengembangkan buku perpustakaan sekolah dan alat-alat

pelajaran.
b. Pengelolaan Kepegawaian

Termasuk dalam bidang ini yaitu menyelenggarakan urusan-urusan

yang berhubungan dengan penyeleksian, pengangkatan kenaikan pangkat, cuti,

perpindahan dan pemberhentian anggota staf sekolah, pembagian tugas-tugas di

kalangan anggota staf sekolah, masalah jaminan kesehatan dan ekonomi,

penciptaan hubungan kerja yang tepat dan menyenangkan, masalah

penerapan kode etik jabatan.

c. Pengelolaan murid

Dalam bidang ini kegiatan yang nampak adalah perencanaan dan

penyelenggaran murid baru, pembagian murid atas tingkat-tingkat, kelas-

kelas atau kelompok-kelompok (grouping), perpindahan dan keluar masuknya

murid-murid (mutasi), penyelenggaraan pelayanan khusus (special services) bagi

murid, mengatur penyelenggaraan dan aktivitas pengajaran, penyelenggaran

testing dan kegiatan evaluasi, mempersiapkan laporan tentang kemajuan

masalah disiplin murid, pengaturan organisasi siswa, masalah absensi, dan

sebagainya.

d. Pengelolaan Gedung dan Halaman

Pengelolaan ini menyangkut usaha-usaha perencanaan dan pengadaan,

inventarisasi, pengaturan pemakaian, pemeliharaan, rehabilitasi perlengkapan

dan alat-alat material sekolah, keindahan serta kebersihan umum, usaha

melengkapi yang berupa antara lain gedung (ruangan sekolah), lapangan tempat

bermain, kebun dan halaman sekolah, meubel sekolah, alat-alat pelajaran

klasikal dan alat peraga, perpustakaan sekolah, alat-alat permainan dan rekreasi,

fasilitas pemeliharaan sekolah, perlengkapan bagi penyelenggaraan khusus,

transportasi sekolah, dan alat-alat komunikasi.

e. Pengelolaan Keuangan

Dalam bidang ini menyangkut masalah-masalah urusa gaji guru-guru dan

staf sekolah, urusan penyelenggaraan otorisasi sekolah, urusan uang sekolah dan
uang alat-alat murid-murid, usaha-usaha penyediaan biaya bagi penyelenggaraan

pertemuan dan perayaan serta keramaian.

f. Pengelolaan hubungan sekolah dan masyarakat

Untuk memperoleh simpati dan bantuan dari masyarakat termasuk orang

tua murid-murid, dan untuk dapat menciptakan kerjasama antara sekolah-rumah

dan lembaga-lembaga sosial.40

Kepala Sekolah menurut Purwanto, bertugas memberikan bimbingan, bantuan,

pengawasan dan penilaian pada masalah-masalah yang berhubungan dengan teknis

penyelenggaraan dan pengembangan pendidikan pengajaran yang berupa perbaikan

program dan kegiatan pendidikan pengajaran untuk dapat menciptakan situasi belajar

mengajar. Tugas ini antara lain :

1. Membimbing guru-guru agar mereka dapat memahami secara jelas tujuan-

tujuan pendidikan pengajaran yang hendak dicapai dan hubungan antara aktivitas

pengajaran dengan tujuan-tujuan.

2. Membimbing guru-guru agar mereka dapat memahami lebih jelas tentang persoalan-

persoalan dan kebutuhan murid.

3. Menyeleksi dan memberikan tugas-tugas yang paling cocok bagi setiap guru sesuai

dengan minat, kemampuan bakat masing-masing dan selanjutnya mendorong

mereka untuk terus mengembangkan minat, bakat dan kemampuannya.

4. Memberikan penilaian terhadap prestasi kerja sekolah berdasarkan standar-

standar sejauh mana tujuan sekolah itu telah dicapai.41

Kepala sekolah dituntut untuk senantiasa berusaha membina dan

mengembangkan hubungan kerja sama yang baik antara sekolah dengan masyarakat

guna mewujudkan sekolah yang efektif dan efisien. Hubungan yang harmonis ini akan

membentuk saling pengertian antara sekolah, orang tua, masyarakat, dan

40
Dirawat, Op Cit, h. 84
41
Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan,
Bandung: Remaja
Rosdakarya,2002), h. 95
lembaga-lembaga, saling membantu antara sekolah dan masyarakat karena

mengetahui manfaat dan pentingnya peranan masing-masing, dan kerja sama yang

erat antara sekolah dengan berbagai pihak yang ada di masyarakat dan mereka merasa

ikut bertanggung jawab atas suksesnya pendidikan di sekolah. Kepala sekolah juga tidak

saja dituntut untuk melaksanakan berbagai tugasnya di sekolah, tetapi ia juga harus

mampu menjalin hubungan kerja sama dengan masyarakat dalam rangka membina

pribadi peserta didik secara optimal. Kepala sekolah dapat menerima tanggung jawab

tersebut, namun ia belum tentu mengerti dengan jelas bagaimna ia dapat menyumbang ke

arah perbaikan program pengajaran.

Cara kerja kepala sekolah dan cara ia memandang peranannya dipengaruhi oleh

kepribadiannya, persiapan dan pengalaman profesionalnya, serta ketetapan yang

dibuat oleh sekolah mengenai peranan kepala sekolah di bidang pengajaran.

Pelayanan pendidikan dalam dinas bagi administrator sekolah dapat memperjelas

harapan-harapan atas peranan kepala sekolah.

Menurut Purwanto, bahwa seorang kepala sekolah mempunyai sepuluh macam

peranan, yaitu : “Sebagai pelaksana, perencana, seorang ahli, mengawasi hubungan

antara anggota-anggota, menwakili kelompok, bertindak sebagai pemberi ganjaran,

bertindak sebagai wasit, pemegang tanggung jawab, sebagai seorang pencipta, dan

sebagai seorang ayah”.42

1. Peran Kepala Madrasah

a. Kepala Madrasah Sebagai Leader (pemimpin)

Kepemimpinan adalah kekuatan dinamis yang penting dalam memotivasi

dan mengordinasikan organisasi dalam rangka mencapai tujuan melalui suatu

proses untuk mempengaruhi orang lain, baik dalam organisasi maupun di

luar organisasi untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam suatu situasi dan

kondisi tertentu. 43 Pemimpin pada hakekatnya adalah seseorang yang

42
Purwanto, Op Cit, h 65
Syaiful Sagala, Supervisi
43
Pembelajaran dalam Profesi Pendidikan
(Bandung: Alfabeta, 2010) , h. 124
mempengaruhi perilaku orang lain di dalam kerjanya dengan menggunakan

kekuasaan. Kekuasaan adalah kemampuan untuk mengarahkan dan

mempengaruhi bawahan sehubungan dengan tugas-tugas yang harus

dilaksanakannya.44 Kepala sekolah/madrasah sebagai pemimpin di

sekolah/madrasah tentu mempengaruhi orang lain seperti guru dan tenaga

kependidikan lain untuk mencapai tujuan yang ditetapkan pihak sekolah. Tujuan

akan tercapai jika kepala sekolah mau dan mampu membangun komitmen dan

bekerja keras untuk menjadikan sekolah/madrasah yang dipimpinnya menjadi

sekolah/madrasah yang berkualitas dan menjadi terbaik di daerahnya.

Dalam teori kepemimpinan setidaknya ada dua gaya kepemimpinan

yaitu kepemimpinan yang berorientasi pada tugas dan kepemimpinan yang

berorientasi pada manusia. Dalam rangka meningkatkan kompetensi guru,

seorang kepala sekolah dapat menerapkan kedua gaya kepemimpinan tersebut

secara tepat dan fleksibel, disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan yang ada.45

Kepala madrasah dikatakan sebagai pemimpin yang efektif

bilamana mampu menjalankan perannya untuk mendorong, mempengaruhi,

mengarahkan kegiatan dan tingkah laku kelompoknya. Kepala madrasah sangat

berperan dalam mengembangkan tenaga kependidikan. Hal ini sejalan dengan

apa yang dikemukakan oleh Siagian bahwa arah yang hendak ditempuh oleh

organisasi menuju tujuan harus sedemikian rupa sehingga mengoptimalkan

pemanfaatan dari segala sarana dan prasarana yang tersedia.46 Sedangkan

menurut Daryanto, model kepemimpinan yang paling cocok diterapkan di

sekolah adalah kepemimpinan pembelajarann karena misi utama sekolah

mendidik semua siswa dan memberikan kesempatan kepada mereka untuk

44
Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2009), h. 88
45
Daryanto, Kepala Sekolah sebagai Pemimpin Pembelajaran (Yogyakarta:
Gava Media, 2011), h. 32
46
Sondang P. Siagian, Manajemen Stategik (Jakarta: PT. Bumi Aksara,1994),h.
46.
memperoleh pengetahuan, ketrampilan, dan nilai-nilai yang diperlukan untuk

menjadi orang dewasa yang sukses dalam menghadapi masa depan yang belum

diketahui dan yang sarat dengan tantangan-tantangan yang sangat turbulen.

Misi inilah yang kemudian menuntut sekolah sebagai organisasi harus

memfokuskan pada pembelajaran (learning focused schools), yang meliputi

kurikulum, proses belajar mengajar, dan penilaian hasil belajar (asesmen).47

Definisi kepemimpinan pembelajaran yang efektif menurut Petterson

sebagaimana dikutip Daryanto adalah sebagai berikut:

1) Kepala sekolah mensosialisasikan dan menanamkan isi dan makna visi

sekolahnya dengan baik. Dia juga mampu membangun kebiasaan-kebiasaan

berbagi pendapat atau urun rembug dalam merumuskan visi dan misi

sekolahnya, dan dia juga selalu menjaga agar visi dan misi sekolah yang

telah disepakati oleh warga sekolah hidup subur dalam implementasinya.

2) Kepala sekolah melibatkan para pemangku kepentingan dalam pengelolaan

sekolah (manajemen partisipatif). Kepala sekolah melibatkan para pemangku

kepentingan dalam pengambilan keputusan dan dalam kegiatan

operasional sekolah sesuai dengan kemampuan dan batas-batas yuridiksi

yang berlaku.

3) Kepala sekolah memberikan dukungan terhadap pembelajaran , misalnya dia

mendukung bahwa pengajaran yang memfokuskan pada kepentingan belajar

siswa harus menjadi prioritas.

4) Kepala sekolah melakukan pemantauan terhadap proses belajar mengajar

sehingga memahami lebih mendalam dan menyadari apa yang sedang

berlangsung di sekolah.

47
Daryanto, Kepala Sekolah..., h. 67
5) Kepala sekolah berperan sebagai fasilitator sehingga dengan berbagai cara

dia dapat mengetahui kesulitan pembelajaran dan dapat membantu guru

dalam mengatasi kesulitan belajar tersebut.48

Dalam pelaksanaannya, keberhasilan kepemimpinan kepala

sekolah sangat dipengaruhi hal-hal sebagai berikut:

1) Kepribadian yang kuat. Kepala sekolah harus mengembangkan

kepribadiannya agar percaya diri, berani, bersemangat, murah hati, dan

memiliki kepekaan sosial.

2) Memahami tujuan pendidikan dengan baik. Pemahaman yang baikj

merupakan bekal utama kepala sekolah agar dapat menjelaskan kepada guru,

staf, dan pihak lain serta menemukan strategi yang tepat untuk mencapainya.

3) Pengetahuan yang luas. Kepala Sekolah harus memiliki pengalaman dan

pengetahuan yang luas tentang bidang tugasnya maupun bidang yang lain

yang terkait.

4) Ketrampilan profesioanl yang terkait dengan tugasnya sebagai kepala

sekolah, yakni ketrampilan teknis seperti penyusunan jadwal pelajaran dan

memimpin rapat; ketrampilan hubungan kemanusiaan misalnya bekerja sama

dengan orang lain, memotivasi guru/staf; serta ketrampilan

konseptual, seperti memperkirakan masalah yang muncul serta mencari

pemecahannya.49

Jika seorang kepala sekolah/madrasah memenuhi semua persyaratan di

atas, maka tujuan pendidikan akan dapat dicapai sesuai yang direncanakan. Oleh

karena itu seorang kepala sekolah/madrasah sebagai pemimpin/leader harus

dapat memahami, mendalami, dan menerapkan beberapa konsep ilmu

manajemen.

48
Ibid., h. 68
49
Jamal Ma’mur Asmani, Tips Aplikasi Manajemen Sekolah (Jogjakarta: Diva
Press, 2012), h. 185-186.
b. Kepala Madrasah Sebagai Motivator

Kepala madrasah merupakan pendorong untuk melakukan suatu

perbuatan tertentu dalam meraih keinginan.50 Motivasi merupakan keinginan

yang ada pada seseorang yang merangsang untuk melakukan tindakan.51

Tugas kepala sekolah sebagai motivator meliputi tiga hal yaitu

kemampuan mengatur lingkungan kerja, seperti mengatur ruang kepala sekolah,

ruang TU, ruang kelas, lab, BK, OSIS, perpustakaan, UKS, dan sebagainya;

kemampuan mengatur suasana kerja, seperti menciptakan hubungan kerja

sesama guru/staf/karyawan yang harmonis, serta mampu menciptakan rasa aman

di sekolah; dan kemampuan menetapkan prinsip penghargaan dan hukuman

(reward and punishment) termasuk di dalamnya mampu mengembangkan

motivasi eksternal dan internal bagi warga sekolah.52

Prinsip-prinsip yang dapat diterapkan kepala madrasah untuk mendorong

tenaga kependidikan agar mau dan mampu meningkatkan profesionalismenya,

antara lain:

1) Para tenaga kependidikan akan bekerja lebih giat apabila kegiatan yang

diadakan menarik dan menyenangkan.

2) Tujuan kegiatan perlu disusun dengan jelas dan diinformasikan kepada para

tenaga kependidikan dan para tenaga kependidikan dilibatkan dalam

penyusunan tujuan tersebut.

3) Para tenaga kependidikan harus selalu diberitahu tentang hasil dari setiap

pekerjaannya.

4) Pemberian hadiah lebih baik daripada hukuman, namun sewaktu-waktu

hukuman juga diperlukan

50
Arifin M, Peran dan Motivasi Kerja(Yogyakarta:Teras, 2010), h. 28.
51
Marno dan Triyo Supriyatno, Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan
Islam (Bandung: Reika Aditama, 2008), h. 22.
52
Jerry H. Makawimbang, Kepemimpinan Pendidikan..., h. 87-88
5) Usahakan untuk memenuhi kebutuhan tenaga kependidikan dengan jalan

memperhatikan kondisi fisiknya, memberikan rasa aman, menunjukkan

bahwa kepala madrasah memperhatikan mereka, mengatur pengalaman

sedemikian rupa sehingga setiap pegawai pernah memperoleh kepuasan dan

penghargaan.53

Dengan demikian seorang kepala madrasah dalam fungsinya sebagai

motivator harus dapat mengupayakan supaya guru dan semua tenaga

kependidikan yang ada di lingkup madrasah bersangkutan selalu meningkatkan

kemampuan dan tanggung jawabnya dengan memperhatikan kesejahteraan,

dan rasa kebersamaan untuk mencapai produktifitas kerja yang sesuai dengan

tujuan yang telah ditetapkan.

c. Kepala Madrasah Sebagai Supervisor

Dari beberapa pendapat yang mengemuka tentang pengertian supervisi,

Luk-luk Nur Munfidah menyimpulkan supervisi pendidikan adalah semua usaha

yang sifatnya membantu guru atau melayani guru agar dapat memperbaiki,

mengembangkan, dan bahkan meningkatkan pengajarannya, serta dapat pula

menyediakan kondisi belajar murid yang efektif dan efisien demi pertumbuhan

jabatannya untuk mencapai tujuan pendidikan dan meningkatkan mutu

pendidikan.54

Konsep kepala sekolah sebagai supervisor menunjukkan adanya

perbaikan pengajaran pada sekolah yang dipimpinnya. Perbaikan tampak setelah

dilakukan sentuhan supervisor berupa bantuan mengatasi kesulitan guru dalam

mengajar. Untuk itulah kepala sekolah perlu memahami program dan strategi

pengajaran, sehingga ia mampu memberi bantuan kepada guru yang mengalami

kesulitan. Bantuan yang diberikan oleh kepala sekolah kepada guru dapat berupa

53
E. Mulyasa, Menjadi Kepala..., h. 121-122
54
Luk-luk Nur Munfidah, Supervisi Pendidikan (Yogyakarta: Teras, 2009), h. 10.
bantuan dukungan fasilitas, bahan-bahan ajar yang diperlukan, penguatan

terhadap penguasaan materi dan strategi pengajaran, pelatihan, magang dan

bantuan lainnya yang akan meningkatkan efektivitas program pengajaran dan

implementasi program dalam aktivitas belajar dikelas.55

Beberapa prinsip yang perlu diperhatikan oleh supervisor agar

supervisi yang dilakukan berhasil, sebagaimana dikutip Muhtar dari Piet

Sahertian adalah sebagai berikut:

1) Dilakukan berdasarkan inisiatif guru, perilaku supervisor harus sedemikian

teknis sehingga para guru terdorong untuk minta bantuan supervisor.

2) Ciptakan hubungan yang bersifat manusiawi yang bersifat interaktif dan rasa

kesejawatan.

3) Ciptakan suasana yang bebas dimana setiap orang bebas dan berani

mengemukakan apa yang dialaminya. Supervisor berusaha dapat menjawab

dan menemukan solusi atas apa yang diharapkan guru.

4) Obyek kajian adalah kebutuhan guru yang riil, tentunya yang mereka alami.

5) Perhatian dipusatkan pada unsur-unsur spesifik yang harus diangkat

dan diperbaiki.56

Hasil dari supervisi harus dimanfaatkan untuk meningkatkan kinerja guru

dan pengembangan madrasah. Supervisi bisa dilakukan melalui diskusi

kelompok, kunjungan kelas, pembicaraan individual dan simulasi pembelajaran.

Adapaun keberhasilan kepala madrasah sebagai supervisor bisa dilihat dari

meningkatnya kesadaran guru untuk meningkatkan kinerja dan meningkatnya

ketrampilan guru dalam melaksanakan tugasnya.57 Maka supervisi memiliki

tujuan utama untuk meningkatkan kemampuan profesional guru yang pada

55
Syaiful Sagala, Supervisi Pembelajaran. h. 134
56
Muhtar dan Iskandar, Orientasi Baru Supervisi Pendidikan (Jakarta: Gaung
Persada Pers,
2009), h. 62
57
E. Mulyasa, Menjadi Kepala..., h. 113-114
akhirnya meningkatkan proses belajar mengajar dan hasil akhir supervisi akan

direfleksi pada peningkatan hasil belajar murid.

d. Kepala Madrasah Sebagai Manager

Manajemen pada hakekatnya merupakan suatu proses merencanakan,

mengorganisasikan, melaksanakan, memimpin, dan mengendalikan usaha para

anggota organisasi serta mendayagunakan seluruh sumber-sumber daya

organisasi dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan.58 Maka peran

seorang kepala madrasah sebagai manajer tentu adalah mengelola tenaga

kependidikan yang ada di madrasah yang dipimpinnya.

Dalam mengelola tenaga kependidikan, salah satu tugas yang harus

dilakukan kepala madrasah adalah melaksanakan kegiatan pemeliharaan dan

pengembangan profesi guru. Dalam hal ini, kepala madrasah seyogyanya

dapat memfasilitasi dan memberikan kesempatan yang luas kepada para

guru untuk dapat melaksanakan kegiatan pengembangan profesi melalui

berbagai kegiatan pendidikan dan pelatihan. 59

Dalam rangka melakukan peran dan fungsinya sebagai manajer, kepala

sekolah/madrasah harus memiliki strategi yang tepat untuk memberdayakan

tenaga kependidikan melalui kerja sama atau kooperatif, memberi kesempatan

kepada para tenaga kependidikan untuk meningkatkan profesinya, dan

mendorong keterlibatan seluruh tenaga kependidikan dalam berbagai kegiatan

yang menjunjung program sekolah/madrasah.

K
epala madrasah sebagai manajer mempunyai 4 tugas penting, yaitu

menyusun program madrasah, menyusun organisasi kepegawaian di

madrasah, menggerakkan staf (guru dan karyawan), dan mengoptimalkan

sumber daya madrasah. 60

58
E. Mulyasa, Menjadi Kepala...,h. 103
59
Daryanto, Kepala Sekolah..., h.31
60
Jerry H. Makawimbang, Kepemimpinan Pendidikan..., h. 83
Secara lebih rinci tugas kepala sekolah/madrasah sebagai manajer dapat

dijabarkan sebagai berikut:

1) Mengadakan prediksi masa depan sekolah, misalnya tentang kualitas


yang diinginkan masyarakat.
2) Melakukan inovasi dengan mengambil inisiatif dan kegiatan-kegiatan
yang kreatif untuk kemajuan sekolah.
3) Menciptakan strategi atau kebijakan untuk menyukseskan pikiran-pikiran
yang inovatif tersebut.
4) Menyusun perencanaan, baik prencanaan strategis maupun
perencanaan operasional.
5) Menemukan sumber-sumber pendidikan dan menyediakan fasilitas
pendidikan.
6) Melakukan pengendalian atau kontrol terhadap pelaksanaan pendidikan
dan hasilnya.61

e. Kepala Madrasah Sebagai Administrator

Kepala Madrasah sebagai administrator memiliki hubungan yang sangat

erat dengan berbagai aktivitas pengelolaan administrasi yang bersifat pencatatan,

penyusunan, dan pendokumenan seluruh program Madarasah62

Tugas kepala Madarasah sebagai administrator berkisar pada enam hal

penting, yaitu mengelola administrasi KBM dan BK, mengelola administrasi

kesiswaan, mengelola administrasi ketenagaan, mengelola administrasi

keuangan, mengelola administrasi keuangan, mengelola adminstrasi sarana

prasarana, dan mengelola adminstrasi persuratan.63

Sebagai administrator Madarsah, kepala Madarsah mempunyai tugas

dan tanggung jawab melaksanakan fungsi-fungsi administrasi yang

diterapkan ke dalam kegiatan-kegiatan Madarsah yang dipimpinnya, seperti

membuat rencana atau program tahunan, menyusun organisasi Madarsah

melaksanakan pengoordinasian dan pengarahan, dan melaksanakan pengelolaan

kepegawaian.64

61
Jamal Ma’mur Asmani, Tips Aplikasi..., h. 184-185
62
E. Mulyasa, Menjadi Kepala..., h. 107
63
Jerry H. Makawimbang, Kepemimpinan Pendidikan..., h. 84
64
Ngalim Purwanto, Adminstrasi..., h. 112
K
arena kegiatan administratif adalah kegiatan kelompok yang akan

menghadapi berbagai situasi berkaitan dengan kelembagaan, maka kemampuan

kepala sekolah mengendalikan lembaga untuk bertahan bahkan meningkat pada

standard yang ditentukan menjadi sangat penting bagi sekolah sebagai lembaga.

Untuk menjamin kualitas kinerja terus meningkat, maka kepala sekolah dengan

cara-cara yang objektif dan profesional mendorong dan memfasilitasi setiap

guru untuk merencanakan dan melaksanakan pekerjaannya sendiri. Situasi-

situasi sederhana di sekolah seperti lingkungan sekolah, iklim organisasi,

interaksi antar personel, kegiatan rutin, budaya kerja dan sebagainya merupakan

hal yang penting dirawat dan senantiasa menjadi perhatian kepala sekolah.65

Tugas secara rinci pengelola (administrator) pendidikan menurut

Poerbakawatja dan Harahap seperti dikutip Syaiful Sagala antara lain adalah:

1) Perencanaan, yaitu menguraikan dalam garis-garis besar hal-hal yang harus

dikerjakan dan metode ke arah pelaksanaan tujuan.

2) Pengorganisasian, yaitu penentuan suatu kerangka yang menunjukkan

wewenang untuk mengatur bagian-bagian dan membatasinya, serta

mengoordinasikannya untuk tujuan tertentu.

3) Menyusun suatu staf, yaitu memasukkan dan melatih personel dan

memelihara pekerjaan yang menguntungkanMemimpin suatu tugas

secara terus-menerus, yaitu membuat keputusan-keputusan dan

mencantumkannya ke dalam peraturan-peraturan umum dan instruksi-

instruksi yang berfungsi sebagai pemimpin dalam usaha.

4) Mengoordinasi, yaitu menghubung-hubungkan berbagai bagian dari

pekerjaan agar semua anggota kelompok mendapatkan keputusan yang sama.

5) Membuat laporan untuk atasan, yang berarti bahwa pimpinan dan para

bawahannya melalui catatan-catatan, penyelidikan-penyelidikan,

pengawasan yang selalu mengikuti seluk-beluk dan pekerjaan.


65
Syaiful Sagala, Supervisi Pembelajaran..., h. 119
6) Menentukan anggaran belanja, suatu perencanaan mengenai

keuangan, pertanggungjawaban dan kontrol.66

Rangkaian tugas kepala sekolah/madrasah ini menyiratkan adanya

kebijakan-kebijakan penting yang diambil kepala sekolah/madrasah sebagai

administrator di sekolah/madrasah yang dipimpinnya. Seorang kepala sekolah

sebagai pimpinan harus memiliki kinerja yang baik dalam menjalankan tugasnya

sebagai pimpinan sekolah. Secara umum kinerja seorang pimpinan terkait

dengan beberapa aspek antara lain produktivitas dalam memimpin, kualitas dan

inovasi serta kemampuannya dalam memerankan diri sebagai manajerial di

sekolah.

2. Kepemimpinan Kepala Madrasah

a. Produktivitas Pemimpin

Di dalam Al Qur’an banyak sekali menyebut tentang kata ‘amal maupun

kata jamaknya a’maal, yang mana kata tersebut berasal dari sebuah kata kerja

(fi’il) “ ُ‫ ِﻞ َﻤﻋ‬x– ‫ ”ﻞَْﻤﻌَﯾ‬yang bisa diartikan “bekerja” atau “melakukan sesuatu”.

Beberapa kata lain yang bisa dimaknai “bekerja” menurut eramuslim.com antara

lain adalah : “jahada”, “kasaba”, “sa’aa”. Terkait tingginya frekuensi dalam

menyebut kata tersebut, dapat diartikan bahwa bekerja didalam Al-Qur’an

dianggap sesuatu yang sangat penting.

Produktivitas, secara terminology sangat erat kaitannya dengan kata yang

telah kita bahas dalam paragraph pertama tadi, yaitu bekerja. Jadi, bisa kita

simpulkan bahwa produktivitas dalam Islam, khususnya yang dibahas didalam

Al-qur’an merupakan sesuatu konsep yang sangat penting. Adapun ayat – ayat

yang membahas mengenai produktivitas antara lain adalah : Q.S An-Nisa’ ayat

95:

َ ‫ ُد‬x‫ َر ِر َو ۡٱل ُم ٰ َج ِه‬x‫ٱلض‬


‫ون فِي‬ َّ ‫ ُر ُأ ْولِي‬x‫ين َغ ۡي‬ َ ‫ ُد‬x‫تَ ِوي ۡٱل ٰقَ ِع‬x‫اَّل يَ ۡس‬
َ ِ‫ؤ ِمن‬xۡ x‫ون ِم َن ۡٱل ُم‬
َ ‫ ِد‬x‫ َل ٱهَّلل ُ ۡٱل ُم ٰ َج ِه‬x ‫ض‬
‫ ِهمۡ َعلَى‬x ‫َأمۡ ٰ َولِ ِهمۡ َوَأنفُ ِس‬x ِ‫ين ب‬ َّ َ‫يل ٱهَّلل ِ بَِأمۡ ٰ َولِ ِهمۡ َوَأنفُ ِس ِهمۡۚ ف‬
ِ ِ‫َسب‬
66
Ibid., h. 120
ۚ
َ ‫ين َعلَى ۡٱل ٰقَ ِع ِد‬
‫ين‬ َ ‫ۡٱل ٰقَ ِع ِد‬
َ ‫ين َد َر َج ٗة َو ُكاّٗل َو َع َد ٱهَّلل ُ ۡٱلح ُۡسنَ ٰۚى َوفَض ََّل ٱهَّلل ُ ۡٱل ُم ٰ َج ِه ِد‬
٩٥ ‫َأ ۡجرًا َع ِظ ٗيما‬
Artinya: “tidaklah sama antara orang beriman yang duduk
(yang tidak turut berperang) tanpa mempunyai uzur (halangan) dengan
harta dan jiwanya. Allah melebihkan derajat orang – orang yang berjihad
dengan harta dan jiwanya atas orang-orang yang duduk (tidak ikut berperang
tanpa halangan). Kepada masing – masing, Allah menjanjikan (pahala) yang
baik (surga) dan Allah melebihkan orang-orang yang berjihad atas orang
yang duduk dengan pahala yang besar”( QS An nisa : 95 ).
Kata kunci dari ayat diatas, terkait produktivitas adalah kata “berjihad”.

Akan tetapi,ayat tersebut harus dipahami secara konseptual bukan secara

kontekstual. Seandainya kita memahami ayat tersebut secara kontekstual, kata

“berjihad” dalam ayat tersebut cenderung dekat dengan kata “berperang”, atau

dengan kata lain bahwa jihad itu diartikan perang secara fisik. Akan berbeda

seandainya kita memahami ayat tersebut secara konseptual karena kata

‘berjihad” dalam ayat tersebut akan mempunyai makna yang lebih luas dan

mendalam. Secara konseptual, kata “berjihad” dalam ayat tersebut dapat

diartikan “bekerja”, seperti yang telah kita bahas diawal paragraph artikel ini.

Makna bekerja disini bukan dalam arti bekerja saat terjadi peperangan, tetapi

bekerja dalam arti yang sangat luas, sebagai contoh misalnya; bekerja untuk

mencari nafkah bagi keluarga kita. Dengan catatan, bahwa proses bekerja yang

kita lakukan diridhoi oleh Allah SWT (halal hukumnya).

b. Kualitas Pemimpin

Didalam Al-Qur’an banyak sekali berbicara mengenai kualitas, terutama

mengenai kualitas manusia. Banyak ayat Al-Qur’an yang menyebutkan,

bahwa secara hakekatnya manusia adalah makhluk yang unggul secara kualitas

dibanding makhluk – makhluk yang lainnya. Ini dibuktikan dengan diangkatnya

manusia sebagai khalifah di bumi ini. Akan tetapi ada sebuah pra syarat atau

condition sine qua non agar manusia dikatakan manusia yang unggul. Seperti

yang dikatakan Allah dalam QS Adz Dzariyat ayat 56 :

َ ‫ت ۡٱل ِج َّن َوٱِإۡل‬


٥٦ ‫نس ِإاَّل لِيَ ۡعبُ ُدو ِن‬ xُ ‫َو َما َخلَ ۡق‬
Artinya “dan tidak kuciptakan jin dan manusia kecuali
untuk beribadah kepada-Ku”. (QS Adz Dzariyat ayat 56).
Ayat ini memiliki implikasi bahwa manusia diwajibkan untuk untuk

beribadah kepada Allah SWT untuk meningkatkan kualitas hidupnya.

Selain itu, Allah SWT juga berfirman dalam surat Al-Mujadalah ayat 11:

ۖۡ‫ُوا يَ ۡف َسح ٱهَّلل ُ لَ ُكم‬


ِ ْ ‫س فَ ۡٱف َسح‬ ۡ ْ ‫يل لَ ُكمۡ تَفَ َّسح‬
ِ ِ‫ُوا فِي ٱل َم ٰ َجل‬ َ ‫ٰيََٓأيُّهَا ٱلَّ ِذ‬
َ ِ‫ين َءا َمنُ ٓو ْا ِإ َذا ق‬
......
Artinya : “ ……niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang – orang
yang beriman diantaramu dan orang – orang yang diberi ilmu beberapa derajat
dan Allah maha mengetahui terhadap apa yang kamu kerjakan …..”.
Dari surat dan ayat tersebut, implikasi yang berkaitan dengan kualitas

adalah bahwa manusia akan lebih berkualitas hidupnya ketika dia beriman

dan berilmu. Apabila kita breakdown lagi mengenai ayat yang terkait

tentang iman dan ilmu, Al-Qur’an sangat kaya sekali didalamnya.

Poin penting yang dapat kita ambil dari kedua ayat diatas adalah bahwa

kualitas didalam Islam, khususnya yang telah tercantum dalam Al-Qur’an

merupakan sesuatu yang sangat penting sekali. Karena apabila manusia tidak

memiliki kualitas maka akan terjebak pada kelalaian manusia akan

kemanusiaanya, kesalahan manusia dalam mempersepsikan dirinya, dan

kebodohan dalam memanfaatkan fitrahnya sebagai khalifah di bumi ini (Hujair

AH. Sanaky). Atau dengan kata lain semua itu terjadi ketika kualitas hidup

manusia berada pada titik terendah. Ini disebabkan oleh tidak dipenuhinya salah

satu pra-syarat yang telah kami sebutkan diatas.

c. Inovasi Pemimpin

Didalam ajaran agama Islam sering sekali kita mendengar kata ‘hijrah’.

Contohnya, bagaimana kisah Nabi Muhammad yang berhijrah dari kota Mekkah

ke kota Madinah. Menjadi suatu yang urgen untuk kita memahi makna dari

‘hijrah’. Menurut, Dr Arifin, M.Si, hijrah secara tekstual dimanaknai sebagai

berpindah. Sedangkan secara kontekstual hirjrah dimaknai sebagai sebuah proses

membaharui hidup dalam segala aspek pada kondisi hasil karya hari ini lebih
baik dari kemarin dan esok harus lebih baik dari hari ini. Jadi, makna hijrah

secara kontekstual menurut Dr Arifin, M.Si adalah ‘inovasi’. Dalam Al-Qur’an

banyak sekali ayat yang menyinggung mengenai hijrah (inovasi).Seperti yang

telah difirmankan Allah SWT dalam QS An-Nisa’ ayat 100 :


ۚ
‫ َع ٗة َو َمن‬x ‫يرا َو َس‬x ِ ‫اج ۡر فِي َسبِي ِل ٱهَّلل ِ يَ ِج ۡد فِي ٱَأۡل ۡر‬
ٗ xِ‫ض ُم ٰ َر َغ ٗما َكث‬ ِ َ‫۞و َمن يُه‬ َ
ُ ‫يَ ۡخر ُۡج ِم ۢن بَ ۡيتِ ِهۦ ُمهَا ِجرًا ِإلَى ٱهَّلل ِ َو َرسُولِ ِهۦ ثُ َّم ي ُۡد ِر ۡكهُ ۡٱل َم ۡو‬
ُ‫ ُر ۥه‬x‫ت فَقَ ۡد َوقَ َع َأ ۡج‬
ٗ ُ‫ان ٱهَّلل ُ َغف‬
١٠٠ ‫ورا َّر ِح ٗيما‬ َ ‫َعلَى ٱهَّلل ۗ ِ َو َك‬
Artinya : “Barangsiapa yang berhijrah (berinovasi) dijalan Allah,
niscaya akan diperolehnya karunia (rizki dari Allah) yang banyak. Barang siapa
keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah karena Allah dan Rosul-Nya,
kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai ketempat yang dituju), maka
sungguh pahalanya telah ditetapkan di sisi Allah. Dan Allah maha pengampun,
maha penyayang”( QS An-Nisa’ ayat 100,.)
Ayat tersebut memiliki implikasi bahwa manusia harus

memiliki sikap mental/perilaku inovasi untuk mendapatkan karunia dari Allah

SWT

Allah berfirman dalam QS Al-Baqarah ayat 218,


ٓ
َ ‫يل ٱهَّلل ِ ُأ ْو ٰلَِئ‬
َ x‫ك يَ ۡر ُج‬
‫ون‬x ْ ‫ُوا َو ٰ َجهَ ُد‬
ِ ِ‫ب‬x‫وا فِي َس‬ ْ ‫هَاجر‬
َ ‫ين‬ ْ xُ‫ين َءا َمن‬
َ ‫وا َوٱلَّ ِذ‬x َ ‫ِإ َّن ٱلَّ ِذ‬
٢١٨ ‫يم‬ٞ ‫َّح‬
ِ ‫ور ر‬ٞ ُ‫ت ٱهَّلل ۚ ِ َوٱهَّلل ُ َغف‬َ ‫َر ۡح َم‬
Artinya : “Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang
yang berhijrah (berinovasi) dan berjuang di jalan Allah, mereka itu mengharap
(berada dijalan hidup) karunia / rakhmat Allah…”.QS Al-Baqarah ayat 218,
Ayat ini memiliki implikasi bahwa apabila manusia ingin tetap berada

dijalan yang lurus, dijalan yang diridhoi oleh Allah SWT, salah satu caranya

manusia harus melakukan inovasi. Setelah QS An-Nisa’ ayat 100 dan QS Al

Baqarah 218, Allah juga berfirman dalam kitabnya QS At Taubah ayat 20,

‫ ِهمۡ َأ ۡعظَ ُم‬x‫َأمۡ ٰ َولِ ِهمۡ َوَأنفُ ِس‬xِ‫بِي ِل ٱهَّلل ِ ب‬x‫وا فِي َس‬
ْ ‫ُوا َو ٰ َجهَ ُد‬
ْ ‫هَاجر‬
َ ‫وا َو‬x ْ xُ‫ين َءا َمن‬َ ‫ٱلَّ ِذ‬
ٓ
٢٠ ‫ون‬ َ ‫َد َر َجةً ِعن َد ٱهَّلل ۚ ِ َوُأ ْو ٰلَِئ‬
َ ‫ك هُ ُم ۡٱلفَٓاِئ ُز‬
Artinya : “Orang-orang yang beriman (suci dari kesyirikan) dan
berhijrah (berinovasi) serta berjuang dijalan Allah dengan harta dan jiwanya,
mereka itu mendapat derajat yang tinggi disisi Allah, dan mereka itulah orang-
orang yang akan menjadi pemenang.
Ayat ini memiliki implikasi penting bahwa apabila manusia ingin

mendapatkan derajat yang tinggi dimata Allah SWT dan menjadi pemenang atau

pemimpin dalam hidup ini salah satu caranya manusia harus memiliki sikap

mental dan melakukan inovasi dalam Benang merah yang dapat kita tarik dari

ketiga ayat yang kami sebutkan diatas adalah bahwa inovasi adalah sesuatu yang

sangat urgen dalam Islam, karena inovasi akan menentukan eksistens hidup

manusia.

d. Sustainability Pemimpin

Sustainability menjadi isu penting yang beberapa tahun terakhir ini

mengapung dipermukaan. Sustainability adalah sebuah proses hidup yang terus

berkembang. Seperti halnya, produktivitas, kualitas, dan inovasi yang telah

disinggung dalam Al-Qur’an. Proses sustainability juga dibicarakan di dalam

Al-Qur’an.

Di dalam Al-Qur’an ada ayat menarik, yang menurut pandangan

kami sangat relevan dengan kasus ini. Firman Allah SWT dalam QS An-Nisa’

ayat 40,

‫ج رًا‬ ِ ‫ؤ‬xۡ xُ‫ُض ِع ۡفهَا َوي‬


xۡ ‫ هُ َأ‬x‫ت ِمن لَّ ُد ۡن‬ َ َ‫ِإ َّن ٱهَّلل َ اَل يَ ۡظلِ ُم ِم ۡثق‬
ُ َ‫ال َذر ٖ َّۖة َوِإن ت‬
َ ٰ ‫ك َح َسنَ ٗة ي‬
٤٠ ‫َع ِظ ٗيما‬
Artinya : “Sungguh Allah tidak akan menzalimi seseorang walaupun
sebesar zarrah, dan jika ada kebajikan (sekecil zarrah), niscaya Allah akan
melipatgandakannya dan memberikan pahala yang besar dari sisi-Nya”.(QS An
Nisa: 40)
Implikasi ayat ini adalah ketika kita melakukan sesuatu kebaikan maka

Allah akan melipatgandakan pahala yang diberikannya. Atau dengan kata lain,

bahwa pahala yang kita miliki akan semakin berkembang. Dengan semakin

berkembangnya pahala kita, disinilah proses sustainability itu telah terjadi.

Mengacu pada beberapa referensi yang telah kami kemukakan di atas

(mengenai produktivitas, kualitas, dan inovasi) kita dapat menyimpulkan bahwa

proses sustainability akan tercapai apabila proses inovasi terpenuhi, karena


proses inovasi adalah sebuah proses yang transformasi menuju ke arah yang

lebih baik. Sedangkan proses inovasi akan tercapai apabila proses kualitas dan

tingkat produktivitas yang dimiliki manusia telah mencukupi, atau dengan kata

lain syarat- syaratnya telah terpenuhi.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, Al-Quran menjelaskan bahwa

seseorang apabila ingin meningkatkan kemampuan dirinya maka berusahalah.

Begitu halnya juga dengan meningkatkan kinerja perlu upaya baik dari guru

bersangkutan maupun orang-orang disekitar lingkungannya:

‫ ِر ٱهَّلل ۗ ِ ِإ َّن ٱهَّلل َ اَل يُ َغيِّ ُر‬x ۡ‫ونَهۥُ ِم ۡن َأم‬xxُ‫ت ِّم ۢن بَ ۡي ِن يَ َد ۡي ِه َو ِم ۡن َخ ۡلفِ ِهۦ يَ ۡحفَظ‬ٞ َ‫لَهۥُ ُم َعقِّ ٰب‬
‫ُوا َما بَِأنفُ ِس ِهمۡۗ َوِإ َذٓا َأ َرا َد ٱهَّلل ُ ِبقَ ۡو ٖم س ُٓوءٗ ا فَاَل َم َر َّد لَ ۚۥهُ َو َما‬ ْ ‫َما ِبقَ ۡو ٍم َحتَّ ٰى يُ َغيِّر‬

ٍ ‫لَهُم ِّمن ُدونِ ِهۦ ِمن َو‬


١١ ‫ال‬
Artinya: “Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu
mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas
perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum
sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. dan
apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada
yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka
selain Dia.: (Ar-Ra’d: 11)67

٨٤ ‫ ّل يَ ۡع َم ُل َعلَ ٰى َشا ِكلَتِِۦه فَ َربُّ ُكمۡ َأ ۡعلَ ُم بِ َم ۡن هُ َو َأ ۡه َد ٰى َسبِياٗل‬ٞ ‫قُ ۡل ُك‬

Artinya: ”Dan Katakanlah: Bekerjalah kamu, Maka Allah dan


rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu
akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib
dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang Telah kamu
kerjakan.” (al-Isra: 84)68

D. Konsep kinerja guru

1. Pengertian Kinerja guru

Banyak batasan yang diberikan para ahli mengenai istilah kinerja.

Walaupun berbeda dalam tekanan rumusannya, namun secara prinsip tampaknya

sejalan mengenai proses pencapaian hasil.

67
Depag RI., Op. Cit., h. 337
68
Ibid, h. 139
Istilah kinerja berasal dari kata job performance atau actual performance

(prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang). Sehingga

dapat didefinisikan bahwa kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas

yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan

tanggung jawab yang diberikan kepadanya.69

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, kinerja diartikan sebagai sesuatu

yang ingin dicapai, prestasi yang diperlihatkan dan kemampuan seseorang .70

Sedangkan Hadari Nawawi mengartikan kinerja sebagai prestasi seseorang dalam

suatu bidang atau keahlian tertentu, dalam melaksanakan tugasnya atau

pekerjaannya yang didelegasikan dari atasan dengan efektif dan efisien.71 Lebih

lanjut beliau mengungkapkan bahwa kinerja adalah kemampuan yang dimiliki

oleh individu dalam melakukan sesuatu pekerjaan, sehingga terlihat prestasi

pekerjaannya dalam mencapai tujuan. Menurut Gibson,Ivan Cevich dan Donelly

bahwa kinerja sebagai prestasi kerja dari periaku.72 Prestasi kerja itu ditentukan

oleh kemampuan bekerja, baik erhadap cakupan kerja maupun kualitas kerja

secara menyeluruh.

Guru yang dimaksud adalah orang yang pekerjaannya sebagai pengajar di

sekolah. Tugas guru dapat dikelompokan menjadi tiga jenis yaitu73

Pertama, tugas dalam bidang profesi. Guru merupakan suatu profesi yang

memerlukan keahlian khusus, jenis pekerjaan ini tidak dapat dilakukan oleh orang

yang tidak memiliki kapabelitas di bidang pendidikan. Tugas guru sebagai profesi

meliputi aspek mendidik yaitu meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup,

mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan keterampilan kepada siswa,

dan melatih.
69
A.A. Anwar Prabu Mangkunenara, Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan, (Bandung:
Rosdakarya, 2004), h. 67
70
Wjs. Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, ( Jakarta: Departemen Pendidikan Dan
Kebudayaan, 1988), h. 56
71
Handari Nawawi, Administrasi Pendidikan, (Jakarta: Pt . Gunung Agung, 1996), h. 34
72
Gibson J.L., Dan Ivan Ceviche, Organisasi Dan Manajemen, Terjemahan: Sulistiyo, ( Jakarta:
Erlangga, 1993), h. 28
73
Moh. User Usman , Manajemen Guru Professional, ( Bandung: Pt. Remaja Rosdakarya, 2006),
h.16
Kedua, tugas kemanusiaan. Tugas guru dalam bidang kemanusiaan adalah

menjadikan dirinya sebagai orang tua kedua dari siswa. Ia harus mampu menarik

simpati sehingga dapat menjadi panutan para siswanya. Pelajaran apapun yang

diberikannya hendaknya dapat dijadikan motivasi bagi siswa dalam belajar. Bila

seorang guru dalam penampilannya sudah tidak menarik, maka kegagalan pertama

adalah ia tidak dapt menanamkan benih pengajarannya itu kepada para siswa.

Ketiga, tugas dalam bidang kemasyarakatan. Masyarakat menempatkan

guru pada tempat yang lebih terhormat di lingkungannya, karena dari seorang

guru diharapkan masyarakat dapat memperoleh ilmu pengetahuan. Ini berarti

bahwa guru berkewajiban mencerdaskan bangsa menuju kepada pembentukan

manusia seutuhnya. Tugas guru sebagai pendidik dan pengajar dimaksudkan unuk

membantu orang tua dalam memenuhi kebutuhan untuk memberi bekal pada

anak-anak agar memperoleh kehidupan yang layak setelah mencapai kedewasaan

kelak.

Kemudian guru seharusnya dapat mnjalankan fungsinya. Diantaranya

mengajar ( teaching) yaitu memindahkan ilmu pengetahuan, pelatihan ( training)

yaitu membimbing keterampilan tertentu dan coaching yaitu memberdayakan

potensi individu dari masing –masing siswa yang menjadi anak didiknya.

Dari uraian guru diatas dapat dilanjutkan engan pembahasan tentang

kinerja guru. Karena guru bergerak di bidang pendidikan dan pengajaran tersebut.

Dengan demikian kinerja guru dapat dilihat dari perbuatan atau kegitan belajar

mengajar di dalam kelas, seperti yang dikemukakan oleh Roman J. Aldag dan

Stearns, kinerja adalah seperti pengambilan keputusan pada waktu mengajar di

kelas.74

Menurut Suryo Subroto yang dimaksud dengan kinerja guru adalah proses
belajar mengajar adalah kesanggupan atau kecakapan para guru dalam
menciptakan suasana komunikasi yang edukatif dan psikomotorik sebagai uapaya

74
Rohman J. Aldag And Timothy Stearns, Manajemen, ( Chicago: South Westerm Publishing Co.,
1987), h. 77
mempelajari suatu berdasarkan perencanaan sampai dengan tahap evaluasi dan
tindak lanjut agar mencapai tujuan pengejaran.75

Kinerja guru dapat diartikan sebagai prestasi kerja guru untuk meraih

prestasi antara lain ditentukan oleh kemampuan dan usaha. Prestasi kerja guru

dapat dilihatdari seberapa jauh guru tersebut telah menyelesaikan tugasnya dalam

mengajar dibandingkan dengan standar-standar pekerjaan. Kemudian kinerja guru

dapat diartikan pula sebagai suatu pencapaian tujuan dari guru itu sendiri maupun

tujuan pendidikan dan pengajran dari sekolah di tempat guru tersebut mengajar.

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpilakan bahwa kinerja adalah

kemampuan kerja seseorang yang diwujudkan dalam tingkah laku yang

ditampilkan. Apresiasi pemahaman serta kemampuan bertingkah laku sesuai

harapan dapatdiidentifikasikan sebagai faktor kerja, kemampuan kerja yang tinggi

atau rendah.

Dengan demikian yang dimaksud dengan kinerja guru dalam tesis ini

adalah sebagai keberhasilan guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar

yang bermutu, meliputi aspek: kesetiaan dan komitmen yang tingggi pada tugas

mengajar,menguasai dan mengembangkan metode, menguasai bahan pelajaran

dan menggunakan sumber belajar,bertanggung jawab memantau hasil belajar

mengajar, kedisiplinan dalam mengajar dan tugas lainya,kreativitas alam

melaksanakan pengajaran mlakukan interaksi dengan murid untuk menimbulkan

motifasi, kepribadiaan yang baik,jujur dan objektif dalam membimbing siswa

mampu berpikir sistematis tentang apa yang dilakukannya, dan dalam

administrasi pengajaran.

2. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Kinerja Guru

75
Suryo Subroto, Proses Belajar Mengajar, ( Jakarta: Rineka Cipta, 1997), h.3
Payiman J.Simanjuntak dalam bukunya Manajemen dan Evaluasi kinerja .

menyebutkan bahwa kinerja stiap orang dipengauhi oleh banyak

faktor,diantaranya sebagai berikut: 76

a. Kompetensi Individu

Kompetensi Individu adalah kemampuan dan keterampilan

melakukan kerja. Kopetensi setia orang dipengaruhi oleh beberapa faktor

yang dapat dikelompokan dalm dua golongan, yaitu; pertama, kemampuan

dan keterampilan kerja. Kedua, motivasi dan etos kerja.

Secara pisikologis, kemampuan (abiliy) pegawai terdiri dari


kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan reality (Knowledge+skill). Artinya
pegawai yang memiliki IQ diatas rata rata (IQ 110-120) dengan pendidikan
yang memadai untuk jabatannya dan trampil dalam mengerjakan pekerjaan
sehari hari maka ia akan lebih mudah tercapai kinerja yang diharapkan.77

Pendidikan dan pelatihan merupakan dari investasi sumber daya

manusia (human investment) semakin lama waktu yang digunakan untuk

pendidikaan dan pelatihan, semakin tinggi kemampuan atau kopentensinya

melakukan pekerjaan, dan dengan demikian semakin tinggi kinerjanya

Sedangkan motivasi terbentuk dari sikap (attitude) seorang pegawai

dalam menghadapi situasi kerja. Motivasi merupakan kondisi yang

menggerakan diri pgawai yang teraarah untuk mencapai tujuan organisasi

(tujuan kerja).78

Motivasi dan etos kerja dangat penting mendorong semangat kerja.

motivasi dan etos kerja dipengaruhi oleh latar belakang keluarga, lingkungan

masyarakat, budaya dan nilai nilai agama yang dianutnya. Seseorang yang

meliat pekerjaan sebagai beban dan keterpaksaan untuk memperoleh uang,

akan mempunyai kinerja yang rendah sebaliknya, seseorang yang memadang

pekerjaan sebagai kebutuhan, pengabdian, tantangan dan presasi, akan

menghasilkan kinerja yanga tinggi

76
Payaman J. Simanjutak, Manajemen Dan Evaluasi Kinerja, ( Jakarta: LPFE UI, 2005), h.10-13
77
A.A. Anwar Prabu Mangkunegara, Lo. Cit.,
78
Ibid, h. 68
David C.McCLalland dalam mangkunegara berpandapat bahwa ada
hubungan yang positiv antara motivasi berprestasi dengan pencapaian kinerja.
Menurutnya ada 6 (enam) karakterrstik dari pegawai yang memiliki motivasi
brprestasi tinggi; pertama memiliki tanggung jawab pribadi yang tinggi .
kedua, brani mengambil resiko. Ketiga,memliki tujuan yang realistis.
Keempat, memilikin rencana kerja yang menyeluruh dan berjuang untuk
merealisasikan tujuannya. Kelima, memanfaatkan umpan balik (feed back)
yang konkret dalam seluruh kegiatan kerja yang dilakukannya. Keenam,
mencari kesempatan untuk merealisasikan rencana yang telah
diprogramkan.79

b. Dukungan organisasi

Kinerja setiap orang juga tergantung pada dukungan organisasi

dalam bentuk pengorganisasian, penyedian sarana dan prasarana kerja,

pemilihan teknologi, kenyamanan lingkungan kerja, serta kondisi dan syarat

kerja.

c. Dukungan manajemen

Kinerja setiap orang sangat tergantung pada kemampuan para

pemimpin baik dengan membangun sistem kerja dan hubungan yang aman

dan harmonis maupun dengan mengembangkan kompetensi pekerja,

demikian juga dengan menumbuhkan motivasi dan memobilisasi untuk

bekerja secara optimal.

Sedangkan menurut PP RI No.19 Tahun 2005 tentang standar

nasional pendidikan menyebutkan bahwa kemampuan (ability) guru sebagai

salah satu faktok yang mempengaruhi kinerja dalam mencapai keberhasilan

dalam proses belajar mengajar mencakup empat macam, meliputi:80

1) Kemampuan pribadi

Kemampuan pribadi adalah kemampuan guru dalam

melaksanakan proses belajar mengajar. Cece Wijaya dan Tabrani Rusyan

merinci kemampuan pribadi guru meliputi:

a) Kemantapan dan integrasi pribadi


b) Peka terhadap perubahan dan pembaharuan
c) Berfikir alternative
79
Ibid, h. 68
80
Lembaga Kajian Pendidikan Keislaman Dan Sosial ( Lekdis), Standar Nasional Pendidikan,
( Cipta: Han. S Print, 2005), H 26-27
d) Adil, jujur, dan objektif
e) Disiplin dalam melaksanakan tugas
f) Berusaha memperoleh hasil kerja yang sebaik-baiknya
g) Simpatik, menarik, luwes, dan bijaksana
h) Berwibawa81

Sedangkan Moh. Uzer Usman menerangkan bahwa kemampuan

pribadi guru meliputi hal-hal berikut:

a) Mengenbangkan kepribadian
b) Berinteraksi dan berkomunikasi
c) Melaksanakan administrasi pendidikan
d) Melaksanakan penelitian sederhana untuk keperluan pengajaran82

Kemampuan pribadi menjadikan guru dapat mengelola dan

berinteraksi secara baik serta mengelola proses belajar mengajar. Guru

juga harus mempunyai kepribadian yang utuh karena bagaimanapun guru

merupakan suri tauladan bagi anak didiknya.

2) Kemampuan profesional

Kemampuan profesional adalah kemampuan dalam penguasaan

akademik yang diajarkan dan terpadu dengan kemampuan mengajarnya

sekaligus, sehingga guru memiliki wibawa akademis.

Menurut Cece Wijaya, kemampuan profesional guru meliputi

a) Menguasai bahan
b) Mengelola program belajar mengajar
c) Mengelola kelas
d) Menggunakan sumber media pengajaran
e) Menguasai landasan pendidikan
f) Mengelola interaksi belajar mengajar
g) Menilai prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran
h) Mengenal fungsi dan program pelayanan bimbingan dan penyuluhan
i) Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah
j) Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil-hasil penelitian
pendidikan untuk keperluan pengajaran.83

Kemampuan profesianal guru penting dalam hubunganya dengan

kegiatan belajar mengajar dan hasil belajar siswa karena proses belajar

81
Cece Wijaya Dan A. Tabrani Rusyana, Kemampuan Dasar Guru Dalam Proses Belajar
Mengajar, ( Bandung: Remaja Rosda Karya), H. 21
82
Moh. User Usman, Op. Cit., h. 16-17
83
Cece Wijaya, Op. Cit, h 16-17
mengajar dan hasil belajar yang diperoleh oleh siswa tidak hanya

ditentukan oleh sekolah. Pola dan struktur serta isi kurikulumnnya juga

akan dapat ditentukan oleh kemampuan guru yang mengajar dalam

membimbing siswanya.

3) Kemampuan Sosial

Kemampuan sosial adalah kemampuan yang berhubungan dengan

bentuk partisipasi sosial seorang guru dalam kehidupan sehari-hari di

masyarakat tempat ia bekerja, baik secara informal, meliputi:

a) Terampil berkomunikasi dengan pserta didik

b) Bersikap simpatik

c) Dapat bekerjasama dengan guru bimbingan konseling

d) Pandai bergaul dengan kawan sejawat dan mitra pendidikan.

4) Kemampuan Pedagogik

Kemampuan pedagogik adalah kemampuan mengelola

pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman peserta didik,

perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan

pengembangan peserta didi untuk mengaktualisasikan berbagai potensi

yang dimilikinnya.

Dengan demikian, guru sebagai makhluk yang dibekali potensi

kemampuan tersebut, dan untuk mengaplikasikan serta mengembangkan

kemampuan tersebut diperlukan suatu latihan dan pendidikan. Guru

harus memiliki kriteria-kriteria seperti yang dijelaskan di atas.

3. Faktor-faktor yang dapat meningkatkan Kinerja Guru

Setiap perusahaan selalu berusaha meningkatkan kinerja pegawai

semaksimal mungkin dalam batas-batas kemampuannya. Timbul pertanyaan

disini, bagaimana cara meningkatkan kinerja pegawai semaksimal mungkin. Hal


ini dinilai sangat penting sebab dengan dana dan kemapuan yang terbatas kita

harus memilih suatu cara yang paling tepat untuk dapat meningkatkan kinerja

semaksimal mungkin. Pola seperti ini pun berlaku dalam organisasi pendidikan.

Menurut Paiman J. Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan

kinerja seseorang. Faktor-faktor tersebut meliputi sebagai berikut:84

a. Pendidikan dan latihan

Pendidika disini meliputi pendidikan formal dan nonformal.

Pendidikan formal merupakan prasyarat unuk mempertahanan martabat

manusia. Melalui pendidikan pegawai diberi kesempatan untuk

mengembangkan dan meningkatkan kemampuannya. Dengan pendidikan

berarti keahlian dan kerampilan pegawai meningkat maka diharapkan

pegawai tersebut bisa mencapai prestasi yang maksimal dalam bidang

tugasnya. Seseorang yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi

memungkinkan dia untuk bekerja lebih produktif dari pada orang lain yang

tingkat pndidikannya rendah, hal ini dikarenakan orang tersebut mempunyai

cakrawala atau pandangan yang lebih luas hingga mampu untuk bekerja

atau menciptakan lapangan kerja.

b. Gizi dan kesehatan

Makanan merupakan kebuuhan pokok yang harus dipenuhi dalam

rangka kelangsungan hidupnya. Untuk menjaga kesehatan diperlukan

makanan yang memenuhi persyaratan kesehatan, yaitu makanan yang

mengandung gizi yang cukup. Seseorang yang dalam keadaan sehat atau

kuat jasmani dan rohaninya akan dapat berkonsentrasi dalam pekerjaannya

dengan baik, sehingga produktivitas yang dicapai pegawai tersebut menjadi

tinggi.

c. Motivasi internal

84
John Suprihanto, Manajemen Sumber Daya Manusia II,( Jakarta: Karunika UT, 1997), H. 22-28
Motivasi merupakan proses untuk mencoba mempengaruhi

seseorang agar melakukan sesuatu. Sehingga dapat diartikan bahwa kinerja

seseorang tergantung pada motivasi orang tersebut terhadap pekerjaan yang

dilakukan.

d. Kesempatan kerja

Kesempatan kerja dapat mempengaruhi kinerja. Kesempatan kerja

dalam hal ini berarti(dalam artian mikro)meliputi;petama, adanya

kesempatan untuk bekerja.kedua, pekerjaan yang sesuai dengan pendidikan

dan keterampilan pekerja(the right man on the right place). Ketiga, adanya

kesempatan untuk mengembangkan diri,hal ini akan dapat menjadikan

pegawai menjadi lebih kreatif.

e. Kemampuan Manajerial Pimpinan

Perusahaan adalah suatu tempat dimana orang-orang memperoleh

pengalaman kerja dan kesempatan meningkatkan keterampilannya.

Tanggungjawab peningkatan keterampilan seperti itu sebagian besar

bergantung pada pimpinan. Dengan demikian faktor manajemen sangat

berperan dalam meningkatkan kinerja, baik secara langsung melalui

perbaikan pengorganisasian dan tata prosedur yang memperkecil

pemborosan, maupun secara tidak langsung melalui penciptaan jaminan

kesempatan bagi seseorang untuk berkembang, penyediaan fasilitas latihan,

perbaikan penghasilan dan jaminan sosial.

f. Kebijaksanaan Pemerintah

Usaha peningkatan kinerja sangat sensitif terhadap kebijaksanaan

pemerintah dibidang produksi, investasi, perizinan, usaha, teknologi,

moneter, fiskal, distribusi dan lain-lain. Pola ini juga ada dalam kinerja

guru . Menyangkut faktor-faktor yang dapat meningkatkan kinerja ini,

Nitisemoto berpendapat bahwa ada beberapa hal yang dapat

dilakukan,meliputi:
1) Gaji yang cukup

2) Memperhatikan kebutuhan rohani

3) Sesekali perlu menciptakan suasana santai

4) Harga diri perlu mendapatkan perhatian

5) Tempatkan pegawai dalam posisi yang tepat

6) Berikan kesempatan kepada mereka untuk maju

7) Perasaan aman menghadapi masa depan perlu diperhatikan

8) Usaha karyawan mempunyai loyalitas

9) Pemberian inentif yang terarah

10) Fasilitas yang menyenangkan

4. Indikator Kinerja Guru

Berkenan dengan kepentingan penilaian terhadap kinerja guru. Georgea

Epartemen of Education. Telah mengembangkan teacher perfomance assessment

instrument yang kemudian dimodifikasi oleh Depdiknas menjadi alat penilaian

Kemampuan guru (APKG). Alat penilaian penilaian guru, meliputi: (1) rencana

pembelajaran (teaching plants and matrials) atau disebut dengan RPP (Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran), (2) prosedur pembelajaran (class room procedure)

dan (3) hubungan antar pribadi (interpersonal skill).

Indikator penilaian terhadap kinerja guru dilakukan terhadap tiga kegiatan

pembelajaran dikelas yaitu:

a. Perencanaan Program Kegiatan Pembelajaran

Tahap perencanaan dalam kegiatan pembelajaran adalah tahap yang

berhubungan dengan kemampuan guru menguasai bahan ajar. Kemampuan

guru dapat dilihat dari cara atau proses penyusunan program kegiatan

pembelajaran yang dilakukan oleh guru, yaitu mengembangkan silabus dan

rencana pelaksanaan pembelajaran(RPP). Unsur/komponen yang ada dalam

silabus terdiri dari:

1) Identitas Silabus
2) Standar Kompetensi(SK)

3) Kompetensi Dasar(KD)

4) Materi Pembelajaran

5) Indikator

6) Alokasi Waktu

7) Sumber Pembelajaran

Program pembelajaran jangka waktu singkat sering dikenal dengan

istilah RPP, yang merupakan penjabaran lebih rinci dan spesifik dari silabus,

ditandai oleh adanya komponen-komponen:

1) Identitas RPP

2) Standar Kompetensi(SK)

3) Kompetensi Dasar(KD)

4) Indikator

5) Tujuan pembelajaran

6) Materi pembelajaran

7) Metode pembelajaran

8) Langkah-langkah pembelajaran

9) Sumber pembelajaran

10) Penilaian

b. Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran

Kegiatan pembelajaran di kelas adalah inti penyelenggaraan pendidikan

yang ditandai oleh adanya kegiatan pengelolaan kelas, penggunaan media dan

sumber belajar, dan penggunaan metode serta strategi pembelajaran, semua

tugas tersebut merupakan tugas dan tanggung jawab guru yang secara optimal

dalam pelaksanaannya menurut kemampuan guru.

1. Pengelolaan Kelas

Kemampuan menciptakan suasana kondusif di kelas guna

mewujudkan proses pembelajaran yang menyenangkan adalah tuntutan


bagi seorang guru dalam pengelolaan kelas. Kemampuan guru dalam

memupuk kerjasama dan disiplin siswa dapat diketahui melalui

pelaksanaan piket kebersihan, ketepatan waktu masuk dan keluar kelas,

melakukan absensi setiap akan memulai proses pembelajaran , dan

melakukan pengaturan tempat duduk siswa. Kemampuan lainnya dalam

pengelolaan kelas adalah pengaturan ruang/setting tempat duduk siswa

yang dilakukan pergantian, tujuannya memberikan kesempatan belajar

secara merata kepada siswa.

2. Penggunaan Media dan Sumber Belajar

Kemampuan lainnya dalam pelaksanaan pembelajaran yanag perlu

dikuasai guru di samping pengelolaan kelas adalah penggunaan media dan

sumber belajar. Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk

menyalurkan pesan (materi pembelajaran), merangsang pikiran, perasaan,

perhatian, dan kemampuan siswa, sehingga dapat mendorong proses

pembelajaran. (R. Ibrahim dan Nana Syaodih S.,1993:78) Sedangkan

yang dimaksud dengan sumber belajar adalah buku pedoman.

Kemampuan menguasai sumber belajar di samping mengerti dan

memahami buku teks, seorang guru juga harus berusaha mencari dan

membaca buku-buku/sumber-sumber lain yang relavan guna

meningkatkan kemampuan terutama untuk keperluan perluasan dan

pendalaman materi, dan pengayaan dalam proses pembelajaran.

Kemampuan menggunakan media dan sumber belajar tidak hanya

menggunakan media yang sudah tersedia seperti media cetak, media audio,

dan media audio visual. Tetapi kemampuan guru disini lebih ditekankan

pada penggunaan objek nyta yang ada di sekitar sekolahnya. Dalam

kenyataan dilapangan guru dapat memanfaatkan media yang sudah ada (by

utilization) seperti globe, peta, gambar, dan sebagainya, atau guru dapat

mendesain media untuk kepentingan pembelajaran (by desigh) seperti


membuat media foto, film, pembelajaran berbasis komputer, dan

sebagainya.

3. Penggunaan Metode Pembelajaran

Kemampuan berikutnya adalah penggunaan metode pembelajaran.

Guru diharapkan mampu memilih dan menggunakan metode

pembelajaran sesuai dengan materi yang disampaikan. “setiap metode

pembelajaran memiliki kelebihan dan kelemahan dilihat dri berbagai

sudut, namun yang penting bagi guru metode manapun yang digunakan

harus jelas tujuan yang akan dicapai”. Karena siswa memiliki interes yang

sangat heterogen idealnya seorang harus menggunakan multi metode, yaitu

memvariasikan penggunaan metode pembelajaran di dalam kelas seperti

metode ceramah dipadukan dengan tanya jawab dan penugasan atau

metode diskusi dengan pemberian tugas dan seterusnya. Hal ini

dimaksudkan untuk menjembatani kebutuhan siswa, dan menghindari

terjadinya kejenuhan yang dialami siswa.

c. Evaluasi/Penilaian Pembelajaran

Penilaian hasil belajar adalah kegiatan atau cara yang ditujukan

diberikan untuk mengetahui tercapai atau tidaknya tujuan pembelajaran dan

juga proses pembelajaran yang telah dilakukan. Pada tahap ini seorang guru

dituntut memiliki kemampuan dalam menentukan pendekatan dan cara-cara

evaluasi, penyusunan alat-alat evaluasi, pengolahan, dan penggunaan hasil

evaluasi.

Pendekatan atau cara yang dapat digunakan untuk melakukan

evaluasi/penilaian hasil belajar adalah melalui Penilaian Acuan Norma (PAN)

dan Penilain Acuan Patokan (PAP). PAN adalah cara penilaian yang tidak

selalu tergantung pada jumlah soal yang diberikan atau penilaian dimaksudkan

untuk mengetahui kedudukan hasil belajar yang dicapai berdasarkan norma

kelas. Siswa yang paling besar skor yang didapat dikelasnya, adalah siswa
yang memiliki kedudukan tertinggi dikelasnya. Sedangkan PAP adalah cara

penilain, dimana nilai yang diperoleh siswa tergantung pada beberapa jauh

tujuan yang tercermin dalam soal-soal tes yang dapat dikuasai siswa. Nilai

tertinggi adalah nilai sebenarnya berdasarkan jumlah soal tes yang dijawab

dengan benar oleh siswa. Dalam PAP ada passing grade atau batas lulus,

apakah siswa dapat dikatakan lulus atau tidak berdasarkan batas lulus yang

telah ditetapkan.

Pendekatan PAN dan PAP dapat dijadikan acuan untuk memberikan

penilaian dan memperbaiki sistem pembelajaran. Kemampuan lainnya yang

perlu dikuasai guru pada kegiatan evaluasi/penilain hasil belajar adalah

menyusun alat evaluasi. Alat evaluasi meliputi: tes tertulis, tes lisan, dan tes

perbuatan. Seorang guru dapat menentukan alat tes tersebut sesuai dengan

materi yang disampaikan.

Bentuk tes tertulis yang banyak dipergunakan guru adalah ragam

benar/salah, pilihan ganda, menjodohkan, melengkapi, dan jawaban singkat.

Tes lisan adalah soal tes yang diajukan dalam bentuk pertanyaan lisan

dan langsung dijawab oleh siswa secara lisan. Tes ini umumnya ditujukan

untuk mengulang atau mengetahui pemahaman siswa terhadap materi pelajaran

yang telah disampaikan sebelumnya.

Tes perbuatan adalah tes yang dilakukan guru kepada siswa. Dalam hal

ini siswa diminta melakukan atau memperagakan sesuatu perbuatan sesai

dengan materi yang telah diajarkan seperti pada mata pelajaran kesenian,

keterampilan, olahraga, komputer, dan sebagainya. Indikasi penyampaian guru

dalam penyusunan alat-alat tes ini dapat digambarkan dari frekuensi

penggunaan bentuk alat-alat tes secara fariatif, karena alat-alat tes yang telah

disusun pada dasarnya digunakan sebagai alat penilaian hasil belajar.


Disamping pendekatan penilaian dan penyusunan alat-alat tes, hal lain

yang harus diperhatikan guru adalah pengolahan dan penggunaan hasil belajar.

Ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan hasil belajar, yaitu :

1) Jika bagian –bagian tertentu dari materi pelajaran yang tidak dipahami

oleh sebagian kecil siswa, guru tidak perlu memperbaiki program

pembelajaran, melainkan cukup memberikan kegiatan remedial bagi

siswa-siswa yang bersangkutan.

2) Jika bagian-bagian tertentu dari materi pelajaran tidak dipahami oleh

sebagian besar siswa, maka diperlukan perbaikan terhadap propgram

pembelajaran khususnya berkaitan dengan bagian yang sulit dipahami.

Mengacu pada kedua hal tersebut, maka frekuensi kegiatan pengembangan

pembelajaran dapat dijadikan indikasi kemampuan guru

dalammpengelohan dan penggunaan hasil belajar. Kegiatan-kegiatan

tersebut meliputi:

a) Kegitan remedial, yaitu penambahan jam pelajaran, mengadakan tes,

dan menyediakan waktu khusus untuk bimbingan siswa

b) Kegiatan perbaikan program pembelajaran, baik dalam program

semesteran maupun program satuan pelajaran atau rencana

pelaksanaan pembelajaran yaitu menyangkut perbaikan berbagai

aspek yang perlu diganti atau disempurnakan.

Terdapat berbagai model instrument yang dapat dipakai dalam

penilaian kinerja guru. Namun demikian ada dua model yang paling sesuai dan

dapat digunakan sebagai instrument utama, yaitu skala penilaian dan lembar

observasi. Skala penilaian mengukur penampilan atau prilaku orang lain

( individu) melalui pernyataan prilaku dalam suatu kontinum atau kategori

yang memiliki makna atau nilai. Kategiri dibuat dalam bentuk rentangan mulai

dari yang tertinggi sampai terendah. Rentangan ini dapat disimbolkan melalui
huruf ( A, B, C, D) atau angka (4,3,2,1) atau berupa kata kata mulai dari

tinggi, sedang, kurang, rendah, dan sebagainya.

Observasi merupakan cara mengumpulkan data yang bisa digunakan

untuk mengukur tingkah laku individu ataupun proses terjadinya suatu kegiatan

yang diamati baik dalam situasi yang alami ( sebenarnya ) maupun situasi

buatan. Tingkah laku guru dalam mengajar, merupakan hal yang paling cocok

dinilai dengan observassi. Tentu saja penilai harus terlebih dahulu

mempersiapkan lembaran-lembaran yang berisi aspek-aspek yang hendak

dinilai. Dalam lembaran tersebut terdapat kolom di sebelah aspek yang hendak,

di mana penilaian dapat membeikan catatan atau penilaian mengenai kuantitas

dan/atau kualitas aspek yangdinilai. Penilan dapat diberikan dalam bentuk

tanda cek ( √ ). Lembar penilaian observassi juga dapat dibuat dalam bentuk

yang tidak tersetruktur. Maksutnya penilai ( observer ) tidak memberikan tanda

cek, namun menuliskan cacatan mengenai kondisi aspek yang diamati. Hal ini

biasanya dilakukan apabila hal-hal yang di amati memang belum dapat

dipastikan seperti apa dan bagaimana kemunculannya. Sebagai contoh,

penilaian terhadap kemampuan seorang guru baru dalam mengeleloa kelas.


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode dan Prosedur Penelitian

Jenis metode penelitian ini adalah merupakan penelitian deskriftifkualitatif yaitu

prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan

dari orang-orang dan pelaku yang diamati, diarahkan dari latar belakang individu secara

utuh (holistic) tanpa mengisolasikan individu dan organisasinya dalam variable tetapi

memandangnya sebagai bagian dari suatu keutuhan.85 Penelitian kualitatif sering

pula disebut metode etnografik, metode fenomenologis, atau metode impresionistik.86

S
ecara umum, penelitian ini didasarkan pada prinsip-prinsip deskriptif

analitik/analisis deskriptif. Analisis deskriptif dipahami sebagai suatu bentuk analisis

yang ditujukan kepada pemecahan masalah yang terjadi pada masa sekarang. Dikatakan

analitik karena pada penelitian ini intinya adalah menganalisa etos kerja Kepala Sekolah

dalam kapasitasnya sebagai pemimpin. Data yang dikumpulkan mula-mula disusun,

dijelaskan dan kemudian dianalisa.87

Penelitian ini adalah menganalisa Etos Kepala Sekolah (Studi kasus di

MA Hidayatul Mubtadiin Jati Agung. Oleh karena itu metode yang dianggap cocok

adalah pendekatan kualitatif. Melalui metode kualitatif ini diharapkan mampu

memperoleh gambaran tentang etos kerja MA Hidayatul Mubtadiin Jati Agung dalam

kepemimpinannya sebagai Kepala Sekolah.

Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan ilmu pendidikan dan manajemen

pendidikan, antara lain manajemen sumber daya manusia yang mengacu pada

pendidikan. Metode ini diterapkan untuk melihat dan memahami obyek penelitian

85
Loexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2000),
h. 3
Nana Sujana, dkk., Penelitian dan Penilaian Pendidikan, (Bandung :
86

Sinar Baru Algesindo, 2004), h. 195


87
Winarno Surachmad, Metode penelitian, (Bandung : Tartsito, 1990), h. 40
(seseorang, lembaga, masyarakat dan sebagainya) berdasarkan fakta yang tampil apa

adanya (paradigma natural).88

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Tempat atau lokasi penelitian ini adalah di MA Hidayatul Mubtadiin Jati

Agung.

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan selama lima bulan dimulai dari bulan September

2022 sampai dengan selesai yang dilakukan secara bertahap dan dimulai dari

persiapan penelitian, survai awal, melakukan kajian pustaka yang sesuai dengan

variabel yang dipilih, menyusun proposal, membuat instrument penelitian, uji coba

instrument, analisis validitas instrument, pengumpulan data, analisis data,

penyusunan tesis, merevisi tesis dengan konsultasi kepada pembimbing, dan ujian

tesis.

C. Data dan Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini disesuaikan dengan jenis data yang

dikumpulkan. Maka berdasarkan hal tersebut, sumber data dalam penelitian ini

adalah:

1. Sumber Data Primer

Adalah data yang diperoleh dari sumber data pertamamelalui prosedur dan

teknik pengambilan data berupa interview dan observasi. Dalam penelitian kualitatif,

jumlah sumber data atau responden tidak ditentukan sebelumnya, sebab apabila telah

diperoleh informasi yang maksimal, maka tujuan menelaah sudah terpenuhi. Oleh

karena itu konsep sampel dalam penelitian kualitatif adalah berkaitan dengan
88
Noeng Muhajir, metodologi Pendidikan Kualitatif, (Yogyakarta : rakesaresan, 2000), h. 147
bagaimana memilih responden dan situasi sosial tertentu yang dapat

memberikan informasi yang mantap dan terpercaya mengenai fokus peneliti.

2. Sumber Data Skunder,

Adalah data yang diperoleh dari sumber yang tidaklangsung, biasanya

berupa data dokumentasi dan arsip-arsip penting. Adapun data skunder dalam

penelitian ini adalah : (1) Buku-buku yang relevan dengan judul penelitian. (2)

Dokumen-dokumen resmi secara tertulis tentang kondisi objektif di MA Hidayatul

Mubtadiin Jati Agung yang memiliki relevansi dengan fokus masalah penelitian.

Sumber data tertulis tersebut nantinya akan dieksplorasi dengan teknik

dokumentasi dan kajian kepustakaan yang terdiri dari buku-buku, majalah ilmiah,

arsip dan dokumen pribadi.

Penentuan sumber data pada orang yang diwawancarai dilakukan

secara purposive, yaitu dipilih dengan pertimbangan dan tujuan tertentu.89

Penentuan sampel dalam penelitian kualitatif tidak didasarkan perhitungan

statistik.90 Jadi yang menjadi kepedulian bagi peneliti kualitatif adalah

“tuntasnya” perolehan informasi dengan keragaman variasi yang ada, bukan

banyaknya sumber data.91

D. Teknik dan Prosedur Pengumpulan Data

Dalam teknik pengumpulan data pada penelitian ini dipergunakan berbagai

teknik, yaitu wawancara, observasi dan dokumentasi. Ketiga teknik tersebut

dipergunakan untuk memperoleh data dan informasi yang saling menunjang dan

melengkapi tentang etos kerja kepala Sekolah MA Hidayatul Mubtadiin Jati Agung

1. Wawancara

89
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung:
Alfabeta, 2009), h. 216
90
Ibid. h. 219
91
Ibid., h, .221
Wawancara adalah percakapan langsung yang dilakukan oleh dua pihak

dengan satu tujuan yang telah ditetapkan. Metode wawancara identik dengan

interview, secara sederhana dapat dimaknai sebagai dialog yang dilakukan oleh

pewawancara (intervewer) untuk memperoleh informasi dari terwawancara.92

2. Observasi

Observasi yang dilakukan adalah jenis observasi partisipan, karenanya dalam

studi ini peneliti bertindak tidak hanya sebagai pengamat, tetapi sekaligus sebagai

instrument penelitian dengan tujuan berusaha menstimulus yang diteliti agar

mengetahui realitas masalah yang sebenarnya sehingga data dapat diperoleh

secara obyektif dan akurat.93

3. Dokumentasi

Dokumentasi berasal dari kata dokumen yang mengandung arti

barang-barang tertulis, 94 maka metode dokumentasi berarti mencari data mengenai

hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah,

prasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainya,95 yang berkaitan dangan strategi

rekrutmen dan motivasi kerja.

E. Prosedur Analisis Data

Prosedur analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

kualitatif, sebagaimana dikemukakan Matthew B. Miles dan A. Michael Huberman yang

membagi menjadi tiga alur kegiatan.

1. Reduksi Data

92
S. Nasution, Metode Research, (Jakarta : Bumi Aksara, 1996), h. 135
93
Reason dalam Norman K, Hand book of Quality Research, (London : New
Delhi, 1994), h. 325-337
94
Sutrisno Hadi, Statistik II, (Yogyakarta : UGM Press, 1986), h. 131
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis, (Jakarta :
95

Rineka Cipta, 1993), h. 202.


Yaitu suatu proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan,

pengabstraksian dan tranmasi data mentah yang berasal dari catatan-catatan atau

rekaman di lapangan.

2. Penyajian data

Yaitu penyusunan data informasi sehingga memungkinkan adanya penarikan

kesimpulan.

3. Verifikasi data

Yaitu penarikan kesimpulan berdasarkan reduksi, interpretasi dan penyajian

data yang dilakukan sebelumnya. Kegiatan analisis dan pengumpulan data melalui

tiga jalur tersebut berjalan interaktif dan siklus.96

Dalam penelitian kualitatif aspek proses lebih ditekankan dari pada hanya sekedar

hasil. Dalam proses analisis kualitatif terdapat tiga bagian kegiatan utama yang saling

berkaitan dan terjadi secara bersamaan yaitu : reduksi data, penyajian data dan

penarikan kesimpulan atau verifikasi. Sedangkan analisisnya manggunakan analisis

interaktif dari ketiga komponen utama tersebut.

Prosedur analisis data ini peneliti lakukan secara terus-menerus, bersamaan

dengan pengumpulan data dan kemudian dilanjutkan setelah pengumpulan data

selesai dilakukan. Didalam melakukan proses analisis data peneliti mengacu kepada

tahapan yang dijelaskan Miles dan Huberman yang terdiri dari tiga tahapan, yaitu :

reduksi data (data reduction), penyajian data (data display) dan penarikan kesimpulan

atau verifikasi (conclusion drawing/verivication), atau biasa dikenal dengan model

analisis interaktif (interactive model of analysis).97

F. Pemeriksaan Keabsahan Data

96
Miles, Huberman dan Mattew, Analisis Data Kualitatif.Terjemahan (Jakarta : UI-Press,
1984), h. 32
97
Ibid., h. 22
Untuk menguji keabsahan data kualitatif dapat dilakukan melalui strategi tertentu,

yaitu

1. Triangulation, yaitu teknik menggunakan multi investigasi, multi sumber atau

data, atau multi metode untuk mengkonfirmasi temuan yang muncul;

2. Member check yaitu proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi
data;
3. Long term observation, melakukan perpanjangan pegamatan dimana peneliti berada
di lapangan sampai kejenuhan pengumpulan data tercapai;
4. Peer examination, Teknik dilakukan melalui berdiskusi dengan teman sejawat
tentang hasil sementara atau hasil akhir yang dilakukan peneliti;
5. Participatory of collaborative modes of research, tehnik ini menekankan pada
partisipasi dalam keseluruhan pase penelitian mulai dari konseptual studinya,
menulisnya hingga menghasilkan temuan;
6. Researcher’s biases, menekankan kemampuan peneliti
mengklarifikasi asumsi-asumsinya dan orientasinya terhadap sebuah teori;
7. Analisis kasus negative, yaitu teknik dengan melihat kasus negative, yaitu teknik
dengan melihat kasus yang tidak sesuai atau berbeda dengan hasil penelitian
hingga ada saat tertentu;
8. Thick description, teknik ini digunakan untuk menguji keteralihan (validasi
ekstrenal) dimana seorang meneliti dituntut melaporkan hasil penelitian dengan
menguraikannya seteliti mungkin;
9. Auditing, melakukan audit terhadap keseluruhan proses penelitian. Teknik ini
digunakan untuk menguji dependability (reliabilitas). 98

Dalam kaitannya dengan studi ini, peneliti menggunakan data teknik dalam

pengumpulan data untuk menjamin keabsahan data, yaitu:

1. Triangulation

Triangulasi teknik pemerikasaan keabsahan data yang memanfaatkan

sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau

sebagai pembanding terhadap data itu.99 Teknik triangulasi yang paling banyak

digunakan ialah melalui sumber lainnya.100 Triangulasi dengan sumber berarti

membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi

yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda melalui metode

kualitatif.101

98
Lexy J. Moleong, Op. cit., h. 1
99
Ibid
100
Ibid., h. 178
101
Ibid
Hal ini dapat dicapai melalui;

a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data wawancara.

b. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang

dikatakan secara pribadi.

c. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian

dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu

d. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat

dan pandangan orang rakyat biasa, orang yang berpendidikan menengah atau

tinggi, orang berada dan orang pemerintah dan

e. Membandingkan wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.

2. Member Check

Member Check yaitu proses pengecekan data yang diperoleh peneliti

kepada pemberi data. Teknik dilakukan peneliti dengan menunjukkan dan

mengkonfirmasi kembali data-data yang telah diperoleh sebelumnya kepada

informan yang sama.


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Latar Penelitian

1. Sejarah Singkat MA Hidayatul Mubtadiinn

Bermula dari keprihatianan para tokok masyarakat serta warga desa

Sidoharjo tidak adanya sarana pendidikan Formal, Khususnya Madarasah

menengah Atas yang berbasis pendidikan agama Islam demi mewujudkan manusia

yang beriman dan bertaqwa (IMTAQ) kepada Alalh SWT, serta manusia yang

berilmu pengetahuan dan mampu menguasai teknologi (IPTEK). Mengingat sangat

pentingnya suatu lembaga pendidikan formal yang berbasis Pendidikan agama

islam maka timbullah gagasan dari para tokok masyaraka yang interest dengan

pendidikan yang di prakarsai oleh bapak Dr. Andi warisno,M.MPd, Bapak

Kodirin,S.Pd.I, Bapak bapak H. Muhammad Suwarno, bapak Munajat, bapak

Jazim, bapak Sarman, bapak Paino, bapak Imam, dan juga didukung oleh bapak

Kepala Desa Sidoharjo dan ketua LSM Pramukti bapak Gunarto maka berdirilah

sebuah payung hukum yang di berinama Yayasan Hidayatul Mubtadiin Jati Agung

pada tanggal 16 Oktober 2003.

Pemberian nama Hidayatul Mubtadiin diambil setelah hasil perenungan

yang panjang oleh para tokok pendiri dan nama tersebut dinisbatkan dan sebagai

bentuk tabaruk kepada Madarasah Hidayatul Mubtadiin Pondok Pesantren Lirboyo

Kediri. Nama Hidayatul Mubtadiin berasal dari bahasa Arab yang terdiri dari

Hidayatul yang berarti Petunjuk atau Hidayah sedangkan Mubtadiin berarti para

pemula, Jadi yayasan ini merupakan badan hukum yang menaungi lembaga

pendidikan yang yang menjadi tempat belajar dan menimba ilmu agama bagi

mereka yang ingin mendalaminya dengan berfahamkan Ahlussunnah Waljamaah


mulai tingkat dasar Raudhlatul Athfal (RA), Madarasah Tsanawiyah, Madarasah

Aliyah sampai pada tingkat perGuruan tinggi.

Pada awal mula pendirian Yayasan Hidayatul Mubtadiin Jati Agung

mendapatkan hibah tanah wakaf dari bapak Munajat beserta gedung yang terletak

di RT/ RW 02/04 Desa Sidoharjo Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung

Selatan sebagai tempat untuk belajar siswa, maka pada tanggal 05 mei 2003

berdirilah MTs Hidayatul Mubtadiin Jati Agung, dengan merehab gedung tersebut

maka pada tahun ajaran 2003/2004 MTs Hidayatul Mubtadiin resmi dibuka

ditandai dengan acara pengajian Akbar sebagai peresmian Madarasah Tsanawiyah

(MTs) Hidayatul Mubtadiin, dua tahun kemudian berdirilah Madarasah Aliyah

Hidayatul Mubtadiin Jati Agung pada tanggal 11 Juni 2005 tahun pelajaran

2015/2016 di pimpin oleh Bapak Dr. Andi Warisno,M.MPd sebagai Kepala

Madarasah Pertama dan resmi beroperasi setelah mendapatkan persetujuan Ijin

Operasional Dari Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Lampung nomor:

Kw.08.4/4/PP.00.1/1125/2006 pada tanggal 02 Agustus 2006.

Namun sejak tanggal 13 April 2011 demi perkembangan dan kemajuan serta

kelancaran kegiatan belajar mengajar MTs, MA maupun RA Hidayatul Mubtadiin

Jati Agung di tempatkan di Gedung Baru dan lokasi baru yang berada di Dusun V

RT/RW 03/01 Desa Sidoharjo Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan.

Dalam perkembanganya MA Hidayatul Mubtadiin Jati Agung berubah

status menjadi terakreditasi C Dengan Bobot Nilai (69) berdasarkan Surat

Keputusan BAN-SM Propinsi Lampung dengan SK Nomor: 423/BAP-SM/12-

LPG/RKO/2012 tanggal 24 November 2012 setelah lima tahun berlalu terdapat

pembaharuan status Akreditasi Menjadi B Dengan bobot nilai 83 berdasarkan, SK

BAN-S/M Nomor: 133/BAP-SM/LPG/XI/2017 tanggal 30 November 2017.

Adapun yang pernah menjabat sebagai Kepala Madarasah Aliyah Hidayatul

Mubtadiin Jati Agung sebagai berikut:

1. Dr.KH. Andi Warisno,M,M.Pd : 2004 – 2018


2. Mustaqim Hasan,M.Pd : 2018 – Sekarang

Jumlah alumni sampai dengan akhir Tahun Pelajaran 2018/2019 sebanyak

531 Orang. Sudah banyak Alumni MA Hidayatul Mubtadiin Jati Agung yang telah

sukses dalam meniti kariernya sebagai Guru, birokrat, Polisi maupun Pengusaha

Dan lain lain.

2. Lingkungan Madarasah

a. Letak Geografis

Secara astronomi MA Hidayatul Mubtadiin terletak pada garis lintang -

5.246003 dan garis bujur 105.403727. Lokasi MA Hidayatul Mubtadiin Jati

Agung berada di Dusun V RT/RW 003/001 Desa Sidoharjo Kecamatan Jati

Agung Kabupaten Lampung Selatan dan bertempat di lokasi yang strategis

sebagai pusat pendidikan karena disekitar terdapat tempat fasilitas

pemerintahan dan fasilitas umum lainnya yakni < I Km SD N 1 Sidoharjo,

Kantor Pemerintahan Balai Desa Sidoharjo, pasar dan lapangan Desa Sidoharjo

dan berada dalam satu komplek lembaga pendidikan naungan Yayasan

Hidayatul Mubtadiin Mulai dari Tingkat RA, MTs MA Pondok Pesantren

hingga PerGuruan tinggi.

Untuk lebih jelasnya penulis uraikan batas-batas lokasi MA Hidayatul

Mubtadiin Jati Agung yakni :

1) Sebelah barat berbatasan dengan kebun milik bapak Toadi dan Busairi

2) Sebelah timur berbatasan dengan bapak Slamet

3) Sebelah utara berbatasan dengan jalan dan kebun bapak Laman

4) Sebelah selatan berbatasan dengan perumahan penduduk

Melihat dari data di atas MA Hidayatul Mubtadiin Jati Agung, cukup

kondusif untuk mengadakan kegiatan pembelajaran, karena jauh dari

keramaian, transportasi yang menghubungkan Madarasah dengan daerah

sekitarnya juga tidak sulit ditemui karena dekat dengan jalan raya, sehingga

masih mudah dijangkau oleh semua siswa dari segala penjuru. Dengan dekat
dari pemukiman penduduk diharapkan adanya kerja sama yang baik dan dapat

memberikan dukungan dalam bermasyarakat di luar Madarasahsecara

langsung.

Peta Lokasi

MA Hidayatul Mubtadiin Jati Agung

1. Gambar peta google maps

MA Hidayatul Mubtadiin Jati Agung

2. Dennah lokasi

b. Demografis
Jika dilihat secara demografis orang tua siswa mempunyai mata

pencarian yang heterogen dengan strata sosial yang sangat bervariasi mulai

dari petani, pedagang, pegawai negeri, Guru, ABRI, wiraswastawan. Karena

letaknya yang strategis tersebut di tambahdengan keterpaduan antara lembaga

pendidikan yang ada dalam Yayasan Hidayatul Muabtadiin Jati Agung maka

MA Hidayatul Mubtadiin Jati agung merupakan incaran bagi lulusan

SMP/MTs di sekitar Daerah Lampung selatan Khususnya dan Lampung Pada

Umumnya. Sedangkan orang tua siswa sangat mendukung dan memiliki

kepedulian yang sangat tinggi terhadap segala program yang telah di buat oleh

Madarasah bersama komite.

Hal ini tidak terlepas dari kepiawaian penGurus komite dalam

menjembatani antara orang tua siswa dengan pihak Madarasah dan di dukung

oleh masyarakat serta pemerintah daerah dalam rangka pengembangan

Madarasah kearah yang lebih berkwalitas dan potensial. Hal ini terbukti dari

komitmen Madarasah dengan pembangunan ruang baru, asrama bertingkat agar

dapat menjadi Madarasah ideal dan Madarasah idaman di Lampung Selatan.

Pendidikan di MA Hidayatul Mubtadiin Jati Agung saat ini sudah

berjalan kondusif dengan sudah melaksanakan implementasi Kurikulum 2013

untuk kelompok Mata Pelajaran Pendidikan agama dan untuk Kelompok Mata

Pelajaran umum.

3. Visi, Misi Dan Tujuan

a. Visi

Menjadi lembaga pendidikan yang unggul dalam prestasi, Sehat, Ber-

IMTAQ, ber-IPTEK dan berakhlakul karimah serta berwawasan

lingkungan.

b. Misi

1) Meningkatkan profesionalisme Guru, pegawai dan staff dalam

melaksanakan tugasnya sehari-hari


2) Melaksanakan bimbingan dan pembelajaran secara efektif, sehingga setiap

siswa berkembang secara optimal sesuai dengan potensi yang dimiliki

3) Mencukupi dan melengkapi sarana dan prasarana Madarasah yang

dapat menunjang peningkatan mutu KBM dan hasil belajar siswa

4) Mendorong dan membantu siswa untuk mengenali dirinya sehingga dapat

dikembangkan secara optimal

5) Meningkaatkan pelaksanaan program pembinaan kesiswaan melalui

kegiatan ekstrakulikuler

6) Menumbuhkan penghayatan terhadap ajaran agama Islam yang dianut dan

budaya bangsa sehingga menjadikan sebagai sumber kearifan dalam

bertindak

7) Meningkatkan terciptanya lingkungan sehat, dan iklim kerja yang harmonis

dan agamis serta kondusif antara warga Madarasah, orang tua, dan

masyarakat.

8) Menerapkan manajemen partisipatif dengan melibatkan seluruh warga

Madarasah dan kelompok kepentingan yang terkait dengan Madarasah

(stake holders).

c. Tujuan

1) Mampu menciptakan lingkungan yang bersih, indah nyaman dan kondusif

terhadap pendidikan dan pembelajaran.

2) Mampu Mendidik, membimbing dan membina para Siswa agar berhasil

menjadi siswa yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi

pekerti luhur, mandiri serta mempersiapkan diri memasuki era globalisasi

3) Mampu menjadi Madarasah yang berprestasi, unggul dan menjadi

pilihan utama masyarakat.

4) Mampu mengembangkan kemampuan dan kinerja tenaga kependidikan.

5) Mampu menciptakan inovasi pembelajaran sehingga KBM berjalan efektif

dan efisien.
6) Tersedianya seluruh sarana prasarana yang dibutuhkan hingga perangkat

multimedia dan berbasis IT.

7) Memiliki sistem manajemen dan job deskripsi organisasi yang jelas

8) Mampu meningkatkan perolehan nilai diatas standar kelulusan nasional.

9) Lulusan dapat melanjutkan pada jenjang PerGuruan Tinggi favorit dan

berkualitas.

4. Profil MA Hidayatul Mubtadiin Jati Agung


Data Profil Lembaga MA Hidayatul Mubtadiin Jati Agung

Tahun 2021

a. Identitas Madarasah

Nama Madarasah : MA Hidayatul Mubtadiin Jati Agung

NSM : 131218010017

NPSN : 10816231

Status Madarasah : Swasta

Waktu Belajar : Pagi

NPWP : 02.760.864.5-322.000

Nomor Telepon : + 6285768761467

b. Data Kepala Madarasah

Nama : MUSTAQIM HASAN, M.Pd

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Status Kepegawaian : Non PNS

Pendidikan Terakhir : S2 IAI AN NUR Lampung

Nomor Telepon : + 6285768761467

c. Alamat Madarasah

Jalan : Jl. Pesantren No. 01 Desa Sidoharjo

Provinsi : Lampung

Kabupaten : Lampung Selatan

Kecamatan : Jati Agung


Desa : Sidoharjo

Latitude (Lintang) : -5.246003

Longitude : +105.403727

d. Website Dan Email

Website : MahidayatulMubtadiin.sch.id

Email : hidayatulMubtadiin.mas@gmail.com

e. Informasi Dokumen Dan Perijinan

Tahun Berdiri : 2005

No Sk Pendirian : 001/YHM/SKPM/V/2005

Tgl Sk Pendirian : 11/02/2005

No Sk Izin Operasional : Kw.084/4/PP.00.1/1125/2006

Tgl Sk Izin Operasiona : 02/08/2006

Status Akreditasi :B

Tahun Akreditasi : 2017

Nomor SK Akreditasi : 133/BAP-SM/LPG/XI/2017

f. Informasi Penyelenggara Madarasah

Penyelenggara : Yayasan

Nama Yayasan : Hidayatul Mubtadiin

Naungan Pondok Pesantren : Hidayatul Mubtadiin

g. Data Bantuan Operasional Madarasah

Nama Bendahara : Dr. Hj. Nur Hidayah, M.Pd.I

No Rekening : 0503-01.009440-53-0

Pemilik Rekening : MAS. Hidayatul Mubtadiin

Nama Bank : Bank Rakyat Indonesia

Kantor Cabang : Kalianda

5. Data Sarana Prasarana

a. Luas Tanah Dan Bangunan

Luas Tanah : 20.000 M2


Luas Bangunan : 1023 M2

b. Sarana Pendukung Belajar

Tabel : 1
Data Sarana Pendukung MA Hidayatul Mubtadiin Jati Agung
Tahun Pelajaran 2021/2022
Kondisi
Jenis Ruang Jumlah Ukuran Ket
Baik Rusak

Ruang Kelas 9 8×7 √ -


Ruang Kepala Madarasah 1 7×3 √ -
Ruang Guru 1 10 × 8 √ -
Ruang Tata Usaha 2 4×3 √ -
Ruang Perpustakaan 1 10 × 8 √ -
Ruang Lab Fisika - - - -
Ruang Lab Kimia - - - -
Ruang Lab Bahasa - - - -
Ruang Lab Biologi - - - -
Ruang Lab Komputer 1 9×8 √ -
Ruang UKS 1 7×6 - -
Ruang Kesenian 1 10 × 8 √ -
Ruang Kesiswaan 1 4×5 √ -
Mushola 1 10 × 10 √ -
Toilet Guru 2 3×2 √ -
Toilet Siswa 4 3×2 √ -
Sumber: Data Buku Profil Madarasahtahun 2022
c. Sumber Penerangan

Sumber Penerangan : PLN Dan Generator

6. Data Pendidik dan tenaga Kependidikan

a. Rekapitulasi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan

Tabel : 2
Data Guru MA Hidayatul Mubtadiin Jati Agung
Tahun Pelajaran 2021/2022
Jumlah Guru/ Staf Laki-laki Perempuan Jumlah

Guru Tetap Yayasan 19 13 32

Guru Bantu 1 - 1

Guru PNS Dipekerjakan (DPK) - - -


Staf Tata Usaha - 2 2

Pesuruh - - -

Jumlah 20 15 35

Sumber: Data Buku Profil Madarasahtahun 2022.

7. Data Rekapitulasi Siswa


a. Jumlah Siswa dan Rombel Semester Genap Tahun Pelajaran 2022/2023
Tabel : 3
Data Keadaan Siswa Dan Rombel MA Hidayatul Mubtadiin Jati
AgungTahun Pelajaran 2022/2023

KELAS
NO URAIAN SISWA KELAS X KELAS XI
XII

1 Siswa Baru Kelas X 37 36 34 35          


Siswa Naik Dari Kelas 3 3 3
-       32 37
2 Sebelumnya 3 2 0
3 Siswa Pengulang                  
4 Siswa Pindah Masuk         2 1      
5 Siswa Pindah Keluar                  
6 Siswa Drop-Out Keluar                  
7 Siswa Drop-Out Kembali                  
14 9
Jumlah Siswa Total             69
8 2 8
9 Jumlah Rombel 4 3 2
Sumber: Data Buku Profil Madarasahtahun 2022

b. Keberadaan Siswa Madarasah Aliyah Hidayatul Mubtadiin Jati Agung Tahun


Pelajaran 2022/2023
Pada Tahun Pelajaran 2022/2023 jumlah siswa Madarasah Aliyah Hidayatul

Mubtadiin Jati Agung Kab. Lampung Selatan berjumlah siswa 309. Secara rinci

dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel : 4

Keberadaan Siswa Madarasah Aliyah Hidayatul Mubtadiin Jati Agung


Tahun Pelajaran 2021/2022

No. KELAS
LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH

1 X 40 102 142 124

2 XI 37 61 98

3 XII 26 43 69

Jumlah 112 197 309 309

Sumber: Data Buku Profil Madarasahtahun 2022

B. Pembahasan

Kepala Madarasah merupakan salah satu faktor yang mempunyai peranan penting

karena kepala Madarasah merupakan mesin penggerak bagi segenap sumber daya

Madarasah, betapa pentingnya kualitas kepemimpinan kepala Madarasah di dalam

mencapai keberhasilan suatu Madarasah. Biasanya pada Madarasah yang berhasil orang

akan selalu mengatakan bahwa kepemimpinan kepala Madarasah adalah kunci

keberhasilan Madarasah itu. Untuk dapat melaksanankan kepemimpinan yang baik, dan

tugas – tugasnya serta dapat memainkan peranannya demi keberhasilan Madarasah yang

dipimpinnya ia perlu memiliki Perananyang tinggi.

Mencermati pendapat diatas jelaslah bahwa Perananmerupakan hal yang sangat

prinsip bagi seseorang dalam bekerja. Sebab apabila seseorang bekerja tanpa dilandasi

oleh Perananyang baik diasumsikan pekerjaan yang dihasilkan tidak memuaskan. Untuk

meningkatkan Peranankepala Madarasah diperlukan adanya peningkatan agar tujuan yang

diharapkan dapat terwujud. Kepala Madarasah sebagai orang yang bertanggung jawab

terhadap terwujud atau tidaknya dari tujuan Madarasah itu sendiri.

Kepemimpinan kepala Madarasah dalam islam sangatlah mendasar, dedikasi,

tanggung jawab, disiplin dan masih banyak lagi yang harus diperhatikan oleh seorang

kepala Madarasah terkait kepemimpinannya. Proses mempengaruhi bawahan dari seorng


kepala Madarasah tidak akan berjalan efektif ketika kepala Madarasah sendiri tidak

mampu menjadi figur teladan bagi bawahannya.

Jauh sebelum konsep kepemimpinan mengalami pergeseran kearah kemajuan

yang pesat dengan berbagai konsep dan metodenya, Rasulullah SAW sudah

mencontohkan kepada manusia bagaimana selayaknya menjadi pemimpin yang baik.

Artinya keteladanan Rasulullah SAW dalam memimpin umat setidaknya bisa menjadi

barometer seorang dalam memimpin bawahannya baik memimpin kelompok lebih-lebih

memimpin suatu lembaga dan tidak terkecuali kepala Madarasah.

Perananyang semestinya ditunjukkan kepala Madarasah sekurang-kurangnya

mengandung 4 indikator, seperti dirumuskan oleh Hamzah Ya’kub bahwa Peranan

indikator Peranandiantaranya : Kerja keras, Disiplin, Tanggung jawab dan Rasa bangga

akan profesi atau pekerjaan.102

1. Kerja Keras

Kepala Madarasah yang memegang peranan penting dalam keberhasilan

sebuah Madarasah harus memiliki Perananyang tinggi yang terdapat dalam 4

indikator yaitu kerja keras, disiplin, tanggung jawab, dan rasa bangga terhadap

profesi, jika kepala Madarasah memenui kriteria-kriteria yang terdapat dalam

keempat indikator tersebut maka etos kerjanya tinggi atau dapat dikatakan baik.

Kepala Madarasah merupakan manajer di Madarasah yang secara formal

bertanggung jawab penuh terhadap maju mundurnya Madarasah yang dipimpinnya.

Bekerja adalah bagian penting dalam hidup seseorang, atau bahkan sering dinyatakan

bahwa bekerja adalah dalam rangka aktualisasi diri, sehingga kepuasan kerja akan

dapat mempengaruhi kepuasan hidup seseorang secara keseluruhan. Kepuasan kerja

adalah perasaan seseorang terhadap pekerjaannya yang diperoleh melalui interaksi

dengan lingkungan Madarasahnya.

Kepala Madarasah/Madarasah sebagai pemimpin di Madarasah/Madarasah

tentu mempengaruhi orang lain seperti guru dan tenaga kependidikan lain untuk

102
Hamzah ya’qub,etos kerja islami,jakarta: cv. Pedoman ilmu jaya, h,75
mencapai tujuan yang ditetapkan pihak Madarasah. Tujuan akan tercapai jika kepala

Madarasah mau dan mampu membangun komitmen dan bekerja keras untuk

menjadikan Madarasah/Madarasah yang dipimpinnya menjadi Madarasah/Madarasah

yang berkualitas dan menjadi terbaik di daerahnya.

Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala MA Hidayatul Mubtadiin kerja keras


adalah adalah sifat yang harus dimiliki oleh setiap pemimpin karena tanpa kerja keras
dari seorang pemimpin maka suatu instansi atau lembaga tidak akan dapat
berkembang dan maju. Pemimpin yang tidak memiliki sifat pekerja keras maka
lembaga yang akan dipimpin semakin lama tidak akan berkembang sama hal nya
dengan Madarasah.103

Menurut salah satu guru di MA Hidayatul Mubtadiin kepala Madarasah

memang memiliki sifat pekerja keras hal ini terlihat dari kemajuan Madarasah

semenjak dipimpin oleh kepala Madarasah tersebut, sebelumnya Madarasah ini

belum begitu berkembang dalam segala hal semenjak dipimpin oleh Mustaqim

Hasan,M.Pd Madarasah menjadi semakin berkembang hal ini terlihat dari

peningkatan jumlah siswa dan jumlah sarana prasarana yang dimiliki oleh Madarasah

tersebut semakin bertambah. hal ini dibuktikan dengan terlihat dari data siswa dan

saran prasarana di MA Hidayatul Mubtadiin pada tahun sebelumnya mengalami

peningkatan.104

Kerja keras adalah salah satu dari indikator terkait Peranankepala Madarasah,

ini menunjukkan bahwa kerja keras yang dilakukan oleh kepala MA Hidayatul

Mubtadiin tidak dalam rangka meningkatkan Peranan kepemimpinannya di

Madarasah. Dalam kepemimpinan islam yang ditawakan Rasulullah SAW mencakup

pula didalamnya kerja keras. Artinya seorang pemimpin yang memiliki visi kedepan

dan maju serta berkembang harus memiliki daya juang yang kuat. Ulet serta tidak

mudah menyerah. Bagaimana kerja keras kepemimpinan Rasulullah SAW mampu

menguasai setengah dari daratan Eropa, ini menunjukkan bahwa perlu teladan dari

seorang pemimpin demi mewujudkan cita-cita kepemimpinannya, salah satunya

adalah dengan meningkatkan etos kerjanya.


103
Muataqim Hasan,M.Pd, wawancara kepala MA Hidayatul Mubtadiin, Tanggal 15 September
2022
104
Dokumentasi MA Hidayatul Mubtadiin
Kepala Madarasah dikatakan memiliki Perananyang baikbilamana mampu

menjalankan perannya untuk mendorong, mempengaruhi, mengarahkan kegiatan dan

tingkah laku kelompoknya. Kepala Madarasah sangat berperan dalam

mengembangkan tenaga kependidikan. Hal ini sejalan dengan apa yang

dilakukanoleh kepala MA Hidayatul Mubtadiin yang selalu memiliki semangat untuk

mengembangkan dan meningkatkan MA Hidayatul Mubtadiin untuk menjadi lebih

baik.

2. Disiplin

Kepala Madarasah merupakan pimpinan puncak dilembaga pendidikan yang

dikelolanya, sebab seluruh pelaksanaan pendidikan tiap-tiap Madarasah tergantung

pada kecakapan dan keberanian kepala Madarasah selaku pemimpin. Kepala

Madarasah sebagai pengelola sekaligus sebagai pendidik, memiliki tugas

mengemban kinerja personelnya, terutama meningkatkan kompetensi profesional

guru, kompetensi profesional disini bukan hanya berkaitan dengan penguasaan

materi semata, tetapi mencakup seluruh jenis dan isi kandungan kompetensi tersebut.

Kepala Madarasah berperan penting dalam meningkatkan kinerja guru. Hal ini tidak

terlepas dari tanggung jawab kepala Madarasah sebagai pemimpin lembaga

pendidikan. Keberhasilan Madarasah merupakan keberhasilan kepala Madarasah.

Kunci utama kepala Madarasah sebagai pemimpin yang efektif adalah dapat

mempengaruhi dan menggerakan guru untuk ikut berpartisipasi dalam setiap

kegiatan madrasan guna untuk mewujudkan visi dan misi Madarasah. “Namun

demikian di MA Hidayatul Mubtadiinpara dewan guru masih perlu dipacu secara

terus menerus untuk meningkatkan kinerjanya”.

Adapun yang berkaitan dengan Peranankepala Madarasah ddi MA Hidayatul


Mubtadiin berdasarkan hasil wawancara dengan kepala Madarasah, bahwa kepala
Madarasah seringkali melakukan kunjungan kelas dalam rangka menilai langsung
kegiatan pembelajaran dalam arti supervisi atau bahkan hanya melakukan kunjungan
kelas yang bersifat dadakan. Hal ini dilakukan sebagai bentuk disiplin diri seorang
kepala Madarasah terkait pengawasan dalam kegiatan pembelajaran.105

105
Muataqim Hasan,M.Pd, kepala MA Hidayatul MubtadiinLampung Tengah Wawancara, Tanggal 15
September 2022
Perananyang ditunjukkan kepala Madarasah dalam melakukan tugas dan

kewajibannya sebagai pemimpin bisa dilihat dari keaktifan kepala madarasah dalam

kegiatan-kegiatan pembelajaran. Hal ini membutuhkan kedisiplinan yang tinggi dari

seoarng kepala Madarasah agar kegiatan-kegiatan semisal kunjungan kelas bukan

hanya sebagai simbol ritual kegiatan untuk memenuhi implementasi supervisi saja.

Disiplin dalam melakukan pengawasan terhadap kegiatan pembelajaran akan sangat

menentukan dalam tertibnya pembelajaran yang aktif, kreatif dan inovatif.

Hasil wawancara dengan salah guru di MA Hidayatul Mubtadiin memang benar


kepala Madarasah melakukan pengawasan secara langsung untuk melihat kegiatan
pembelajaran guru dikelas, namun pengawasan tersebut tidak dilakukan setiap hari
pengawasan dilakukan seminggu sekali atau dua minggu sekali.106
Hal ini dilakukan kepala madrasan untuk mengawasi dan melakukan

penilaian terhadap kegiatan pembelajaran yang diberikan kepada siswa dikelas, agar

guru tidak asal-asalan dalam memberikan pembelajaran kepada siswanya, kegiatan

ini bertujuan untuk mewujudkan visi dan misi yang ingin dicapai oleh Madarasahan

tersebut.

Terkait disiplin kerja yang diberlakukan oleh kepala MA Hidayatul

Mubtadiin, sepatutnya menjadi teladan bagi setiap steakholder yang ada. Artinya

tanpa memaksakan kehendak kepada bawahan, secara otomatis bawahan akan

mencontoh kedisiplinan yang diberlakukan oleh kepala Madarasah. Artinya berbicara

Perananyang dijunjung tinggi oleh kepala Madarasah MA Hidayatul

Mubtadiinterkait kedisiplinan secara otomatis akan menjadi tolak ukur bagi

steakholder Madarasah dalam bekerja.

Dikatakan oleh kepala Madarasah bahwa, selayaknya kepala Madarasah bukan


memberi perintah kepada bawahan, tetapi lebih baik menjadi contoh terlebih dahulu
bagi bawahan. Sehinngga kebijakan terkait tugas pokok dan fungsi masing-masing
steakholder Madarasah bukan sebagai beban. Tapi lebih kepada pertanggungjawaban
sebagai pemimpin jika dia kepala Madarasah, sebagi pendidik jika dia guru atau
kewajiban jika dia tenaga kependidikan.107
Dalam satu kesempatan wawancara dengan waka kurikulum MA Hidayatul

Mubtadiindikatakan bahwa, keteladanan dalam memimpin yang ditunjukkan oleh

106
guru MA Hidayatul Mubtadiinlamteng Wawancara, 15 Januari 2020
107
Muataqim Hasan,M.Pd, kepala MA Hidayatul Mubtadiin Wawancara, Tanggal 15 September 2022
kepala Madarasah terutama dari segi kedisiplinan merupakan wujud dari

Perananyang baik yang ditunjukkan oleh pemimpin Madarasah.108

3. Tanggung Jawab

Dari segi tanggung jawab besarnya sebagai kepala Madarasah, kepala MA

Hidayatul Mubtadiinmenganggap hal itu sebagai amanah yang harus

dipertanggungjawabkan dan harus di emban sesuai amanahnya. Sehingga atas dasar

itu kepala MA Hidayatul Mubtadiintidak pernah menganggap jabatan kepala

Madarasah sebagai sesuatu yang prestisius. Melainkan sebagai tanggungjawab.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala MA Hidayatul Mubtadiin terkait


pandangannya tentang tanggung jawab sebagai kepala Madarasah, dikatakan bahwa
dia tidak pernah menyia-nyiakan amanah tersebut. Bahwa bekerja secara
professional dan proporsional tanpa melupakan keterikatan antar satu unsur dengan
unsur lain di Madarasah. Artinya meskipun berbicara tentang MA Hidayatul
Mubtadiin tentu saja tidak berbicara tentang kepala Madarasah saja tetapi juga
berbicara unsur lain di Madarasah yang tentunya terkait dengan Peranankepala
Madarasah.109

Tanggung jawab seorang kepala Madarasah tidak hanya akan

dipertanggungjawabkan di dunia saja, namun di akhirat. Artinya tanggung jawab

dalam ha ini mencakup tanggung jawab moral sebagai pemimpin suatu lembaga, juga

tanggung jawab spiritual sebagai pemimpin yang dipercaya Allah SWT mampu

untuk mengembannya.

3. Rasa Bangga Terhadap Tugas atau Pekerjaan

Rasa bangga akan suatu pekerjaan adalah hal yang sangat prinsip yang perlu

tertanam dalam diri seseorang, bangga akan sesuatu atau lebih sempit lagi bangga

terhadap tugas yang diemban adalah perwujudan dari rasa cinta terhadap pekerjaan

atau dengan kata lain bangga terhadap tugas adalah wujud dari profesionalitas dalam

bekerja.

Begitu juga dengan kepala Madarasah, bekerja dengan penuh rasa bangga

dengan apa yang menjadi tugas dan pekerjaannya akan menghantarkan seorang pada

professionalitas yang baik. Atau setidaknya akan tumbuh rasa cinta terhadap apa

108
Wawancara waka kurikulum MA Hidayatul Mubtadiin, 18 September2020
109
Muataqim Hasan,M.Pd, kepala MA Hidayatul Mubtadiin Wawancara, Tanggal 15 September 2022
yang menjadi tugasnya sehingga seotran kepala Madarasah tidak menganggap apa

yang dikerjakan merupakan beban.

Kepala MA Hidayatul Mubtadiin menjelaskan, bahwa bangga terhadap tugas atau


pekerjaan perlu tertanam dalam diri seorang pemimpin, sebab dengan sikap tersebut
kita mampu bekerja secara professional dan tidak mengharapkan sesuatu selain ridho
Allah SWT, artinya perlu dipupuk rasa cinta terhadap pekerjaan agar apa yang
dikerjakan atas dasar cinta pada pekerjaan itu bernilai ibadah. Menghadirkan niat
ikhlas karena Allah dalam bekerja, tanpa disadari akan menumbuhkan rasa cinta
pada pekerjaan sekaligus dapat menjadikan kita menjadi pribadi yang professional.
Baik dimata Allah maupun penilaian manusia.110
Bekerja keras hendaknya dilakukan dari hati dan oleh hati. karena

profesionalitas, rasa ikhlas dalam melakukan pekerjaan serta hanya mengharap ridha

Allah adalah sarana menuju perwujudan dari kerja keras yang harus senantiasa di

tanamkan dalam diri umat islam khususnya pemimpin dan terlebih lagi seorang

kepala Madarasah.

Dalam rangka meningkatkan kualitas dan kompetensi sumber daya manusia

khususnya para guru dan karyawan, kepala Madarasah harus mampu mempengaruhi

bawahannya untuk lebih bersemangat dalam bekerja serta komitmen terhadap tugas.

Maka dalam hal ini kepala MA Hidayatul Mubtadiin berusah untuk memotivasi dan

menginspirasi para guru. Adapun yang berkaitan dengan salah satu strategi yang

ditempuh oleh kepala MA Hidayatul Mubtadiindalam upaya tersebut adalah dengan

cara membangkitkan semangat kerja para guru sebagagai mana hasil wawancara

peneliti dengan kepala Madarasah MA Hidayatul Mubtadiin.111

Dari hasil wawancara kepala Madarasah berusaha mempengaruhi para guru untuk
menimbulkan semangat terhadap pekerjaan dan komitmen terhadap sasaran tugas.
Namun bukan dengan cara memberikan tugas tapi lebih kepada menunjukkan teladan
terhadapb etos kerjanya. Membantu dan memberi contoh sesuai dengan harapan dan
rencana yang telah dibuat. Disamping itu juga untuk menumbuhkan motivasi agar
kinerja guru meningkat dengan melalui berbagai upaya yaitu dengan memberikan
penghargaan pada guru yang berprestasi. Selain itu juga kepala Madarasah
memberikan teguran langsung kepada guru apabila ada guru yang melanggar
peraturan Madarasah hal ini dilakukan agar guru tidak mengulangi kesalahan yang
diperbuat.112
Hal senada juga diungkapkan oleh bapak Toni selaku salah satu guru di MA

Hidayatul Mubtadiin bahwa memang benar kepala Madarasah memberikan

110
Muataqim Hasan,M.Pd, kepala MA Hidayatul Mubtadiin Wawancara, Tanggal 15 September 2022
111
Muataqim Hasan,M.Pd, kepala MA Hidayatul Mubtadiin Wawancara, Tanggal 16 September
2020
112
Ibid.
penghargaan kepada guru yang berprestasi dan teguran kepada guru apabila

melakukan pelanggaran terhadap peraturan Madarasah.113

Seiring dengan yang dikatakan oleh salah guru, Waka Kesiswaan

menambahkan mengenai strategi yang ditempuh oleh kepala Madarasah dalah

meningkatkan kinerja guru, strategi ini dilakukan beliau adalah strategi menghargai,

strategi ini dilakukan untuk memberikan penghargaan kepada guru. Penghargaan

tersebut dapat berupa materi dan non materi.114

Berkaitan dengan strategi kepala MA Hidayatul Mubtadiin untuk

meningkatkan mutu Madarasah, kepala Madarasah juga selalu mengirim guru untuk

mengikuti pelatihan-pelatihan hal ini dilakukan untuk kompetensi dan kualitas

guru.115

Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu guru MA Hidayatul

Mubtadiin agar kinerja guru semakin meningkat kepala Madarasah mengirim guru

untuk melakukan pelatihan apabila ada pelatihan dalam rang meningkatkan kinerja

dan kompetensi guru.116

Pengiriman guru pada beberapa agenda Madarasah, pemberian teguran,

penghargaan dan yang lainnya, merupakan wujud tangungjawab dari kepemimpinan

kepala Madarasah di MA Hidayatul Mubtadiin. Dengan adanya terobosan-terobosan

yang dilakukan oleh kepala Madarasah menjadikan Madarasah lebih mampu berdaya

saing secara global.

Dari beberapa uraian diatas, dapat dipahami bersama bahwa strategi kepala

Madarasah dalam meningkatkan kinerja guru ditempuh dengan beberapa cara antara

lain memberikan pengahargaan kepada guru yang berprestasi dan mengirim gurunya

untuk melakukan pelatiha-pelatihan hal tersebut dilakukan agar guru semakin

meningkat kinerjanya. Dari berbagai uraian diatas menunjukan bahwa kepala

Madarasah sangat peduli dengan peningkatakan kinerja para guru dengan usaha
113
Guru MA Hidayatul MubtadiinWawancara, 18 Januari 2022
114
Wawancara waka kesiswaan MA Hidayatul Mubtadiin, 18 Januari 2022
115
Wawancara kepala MA Hidayatul Mubtadiin, 19 Januari 2022
116
Guru MA Hidayatul MubtadiinWawancara, 19Januari 2022
memberikan dukungan, penghargaan, mengingatkan dan memberi saran agar selalu

melakukan hal-hal yang membantu dalam mengembangkan potensi dirinya. Selain

itu juga kepala Madarasah selalu mengingatkan bahwa seorang guru itu tugasnya

tidak hanya mentransfer ilmu saja tetapi lebih penting lagi mentarnsfer nilai

(mendidik).117 Dengan adanya dorongan dari kepala adrasah tersebut, sangatlah

berarti bagi para guru sebab mereka merasa diperhatikan, hal ini akan membuat

mereka termotivasi dalam bekerja untuk lebih giat lagi. Adanya supporting dari

pemimpin merupakan modal utama dalam rangka meningkatkan kinerja para guru.

C. Analisis Data

1. Kerja Keras

Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala MA Hidayatul Mubtadiin kerja

keras adalah adalah sifat yang harus dimiliki oleh setiap pemimpin karena tanpa kerja

keras dari seorang pemimpin maka suatu instansi atau lembaga tidak akan dapat

berkembang dan maju. Pemimpin yang tidak memiliki sifat pekerja keras maka

lembaga yang akan dipimpin semakin lama tidak akan berkembang sama hal nya

dengan Madarasah.118

Menurut salah satu guru di MA Hidayatul Mubtadiin kepala Madarasah memang


memiliki sifat pekerja keras hal ini terlihat dari kemajuan Madarasah semenjak
dipimpin oleh kepala Madarasah tersebut, sebelumnya Madarasahan ini belum begitu
berkembang dalam segala hal semenjak dipimpin oleh Muataqim Hasan,M.Pd
Madarasah menjadi semakin berkembang hal ini terlihat dari peningkatan jumlah
siswa dan jumlah sarana prasarana yang dimiliki oleh Madarasah tersebut semakin
bertambah.119
Hal ini dibuktikan dengan terlihat dari data siswa dan saran prasarana di MA

Hidayatul Mubtadiinpada tahun sebelumnya mengalami peningkatan.120

Kepala Madarasah dikatakan memiliki Perananyang baikbilamana mampu

menjalankan perannya untuk mendorong, mempengaruhi, mengarahkan kegiatan dan

tingkah laku kelompoknya. Kepala Madarasah sangat berperan dalam

mengembangkan tenaga kependidikan. Hal ini sejalan dengan apa yang


117
Wawancara kepala MA Hidayatul Mubtadiin, 13 Januari 2022
118
Muataqim Hasan,M.Pd, wawancara kepala MA Hidayatul Mubtadiin, Tanggal 15 September
2022
119
wawancara Guru MA Hidayatul Mubtadiin, 16 Januari 2022
120
Dokumentasi MA Hidayatul Mubtadiin
dilakukanoleh kepala MA Hidayatul Mubtadiin yang selalu memiliki semangat untuk

mengembangkan dan meningkatkan MA Hidayatul Mubtadiin untuk menjadi lebih

baik.

Untuk dapat mencapai keberhasilan Madarasah yang dipimpinnya harus

mempunyai Perananyang dilandasi dengan kerja keras, disiplin, tanggung jawab, rasa

bangga terhadap profesi, kemauan atau kesediaan merubah pola pikir untuk

kemajuan, produktifitas, rasional, kreatifitas, inovatif, berfikiran modern, dan

berorientasi pada pemecahan masalah. Sabary menggambarkan bahwa kerja keras

adalah dorongan moral dilahirkan dalam tingkah laku tidak merasa puas hanya

sekedar apa yang ada dan berusaha untuk memperbaiki kekurangan.

Memperhatikan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kerja keras merupakan


sikap atau tingkah laku kesungguhan dalam melaksanakan tugas dan tidak merasa
cepat puas hanya sekedar apa yang ada. Supriadi mengemukakan bahwa kerja keras
akan dapat mencapai apa yang disebut satori atau tingkat berfikir tertinggi.

Di sisi lain juga mengatakan kerja keras akan melahirkan prestasi

kreatifitas.121 Siagian mengatakan bahwa disiplin merupakan sikap dan perilaku atau

tindakan para anggota organisasi secara sukarela memenuhi tuntutan berbagai

ketentuan yang ada. Adapun disiplin menurut Menurut Imam Barnadib adalah

menyangkut pengawasan diri atau self control atau pengendalian diri agar perilaku

tidak menyimpang dari nilai, norma, atau aturanaturan yang telah ditetapkan Dalam

Ensiklopedi Nasional Indonesia , di kemukakan bahwa disiplin adalah suatu

sikap yang menunjukkan kesediaan nutuk menepati atau mematuhi dan mendukung

ketentuan, tata tertib, peraturan, nilai, serta kaidah yang berlaku. Jadi, disiplin kerja

adalah berkaitan dengan penguasaan diri dan kesediaan mematuhi, mendukung, dan

mempertahankan tegaknya aturan-aturan atau tata tertib, nilai serta kaidah yang

berlaku di lingkungan kerjanya. Berdasarkan beberapa pendapat diatas, maka kepala

Madarasah sebagai seorang pemimpin harus memiliki kecakapan untuk

mengembangkan penerimaan san kepatuhan terhadap peraturan organisasi

121
Ibid, h. 13
Madarasah diantara para guru dan murid. Sehingga para anggota Madarasah dapat

bekerjasama menyesuaikan diri dengan tanpa merasa adanya tekanan dari kekuasaan

pimpinan Madarasah. Kamus Besar Bahasa Indonesia mengatakan tanggung jawab

yaitu keadaan seorang pemimpin yang mempunyai hak fungsi menerima

pembebanan sebagai akibat tindak pihak sendiri atau pihak lain.122 Selanjutnya

Wahjosumidjo mengatakan tanggung jawab kepala Madarasah dalam pembinaan

meliputi: (1) Program pengajaran; (2) Sumber daya manusia; (3) Sumber daya yang

bersifat fisik; (4) hubungan kerja sama antara kepala Madarasah dengna masyarakat

yang secara garis besar meliputi proses pengelolaan, penilaia, bimbingan,

pembiayaan, pengawasan, dan pengambangan.

Kerja keras termasuk salah satu hal yang diajarkan oleh ajaran Islam. Bahkan,

umat Islam diwajibkan untuk selalu bekerja keras. Kewajiban untuk selalu bekerja

keras ini terdapat dalam Al Quran, Surat Al Qashash ayat 77, “Dan carilah (pahala)

negeri akhirat dengan apa yang telah Dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi

janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia dan berbuat baiklah (kepada orang

lain) sebagaimana Allah telah Berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat

kerusakan di bumi, Sungguh, Allah tidak Menyukai orang yang berbuat kerusakan”.

Dari ayat Al Quran di atas, kita mengetahui bahwa kerja keras ternyata juga

diwajibkan dalam Islam, bahkan dalam kegiatan duniawi. Di ayat tersebut kita

diajarkan untuk tidak boleh hanya memikirkan kehidupan akhirat saja, melainkan

kita juga harus memperjuangkan kehidupan kita di dunia. Kedua hal ini, dunia dan

akhirat, harus seimbang diperjuangkan, tidak berat sebelah. Sangat baik untuk kita

memaksimalkan ibadah kita untuk akhirat dan sangat baik pula kita untuk bekerja

keras pula untuk kesejahteraan hidup kita di dunia.

Perwujudan kerja keras harus juga ditunjukkan oleh seorang kepala

Madarasah agar apa yang menjadi target yang direncanakan akan terwujud dengan

122
Kamus besar bahasa indonesia, h, 106
maksimal. Perencanaan-perencaan kepada arah perbaikan Madarasah tidak akan

terwujud tanpa adanya kerja keras khusunya dari seorang kepala Madarasah. Karena

sebagai pemimpin, kepala Madarasah akan mejadi tolak ukur bawahannya terkait

kerja kerasnya dalam mewujudkan tujuan Madarasah.

Pernah diceritakan dalam hadis Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam

bahwa suatu hari ketika Rasulullah shallalllahu ‘alaihi wa sallam sedang berada di

sebuah majelis dengan para sahabat, terlihat pemuda berbadan kekar dan kuat sedan

sibuk bekerja. Pemuda itu berlalu Lalang di sekitar rumah Rasulullah shallallahu

‘alaihi wasallam. Kemudian, salah satu sahabat berkomentar, ‘Wah, sayang sekali

pemuda itu, sepagi ini sudah sibuk bekerja’. Sahabat tersebut pun melanjutkan

perkataannya, ‘Seandainya saja, kekuatan tubuhnya, umur mudanya dan kesempatan

waktunya digunakan untuk jihad fi sabilillah, sungguh alangkah baiknya’.

Mendengar ucapan salah satu sahabat tersebut, Rasulullah shallallahu ‘alaihi

wasallam mengingatkan agar tidak berkata demikian. Teguran Rasulullah shallallahu

‘alaihi wa sallam ini sesuai dengan firman Allah subhanahu wa ta’ala di surat Al

Qashash sebelumnya. Bahwa manusia selama hidupnya pun memang dianjurkan

untuk kerja keras dalam bekerja dan mencapai keinginannya. sehingga dapat ditarik

kesimpulan bahwa:

1. Bekerja keras adalah merupakan kewajiban yang harus ditunaikan oleh setiap

orang yang mengaku dirinya beriman kepada Allah SWT, hal ini dibuktikan

dengan banyaknya perintah Allah dalam Al-qur’an yang menyuruh untuk bekerja.

2. Salah satu prasyarat untuk terhindarnya umat manusia dari kerugian yang sangat

besar adalah dengan bekerja yaitu melakukan pekerjaan-pekerjaan yang baik.

Yang dalam bahasa Al-qur’an disebut dengan Amilusshalihat.

3. Bekerja secara produktif adalah merupakan ciri dan karakteristik seorang muslim

yang terbaik sesuai dengan implementasi hadits Nabi, tangan diatas (yang

memberi) lebih baik daripada tangan yang dibawah (yang menerima).

4. Bekerja disamakan dengan Jihad Fi Sabilillah.


2. Disiplin

Sikap disiplin dalam Islam sangat di anjurkan, bahkan diwajibkan.

Sebagaimana manusia dalam kehidupan sehari-hari memerlukan aturan-aturan atau

tata tertib dengan tujuan segala tingkah lakunya berjalan sesuai dengan aturan yang

ada. Apabila seseorang tidak dapat menggunakan waktu dengan sebaik-baiknya,

maka waktu itu akan membuat kita sendiri sengsara, oleh karena itu kita hendaknya

dapat menggunakan dan memanfaatkan waktu dengan baik, termasuk waktu di dalam

belajar. Islam juga memerintahkan umatnya untuk selalu konsisten terhadap

peraturan Allah yang telah ditetapkan. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam

surat Huud ayat 112 :

ۚ
ٞ ‫ص‬
١١٢ ‫ير‬ َ ُ‫ك َواَل تَ ۡط َغ ۡو ْا ِإنَّهۥُ بِ َما تَ ۡع َمل‬
ِ َ‫ون ب‬ َ ‫اب َم َع‬ َ ‫ٱستَقِمۡ َك َمٓا ُأ ِم ۡر‬
َ َ‫ت َو َمن ت‬ ۡ َ‫ف‬

Artinya : “Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan

kepadamu dan (juga) orang yang telah taubat beserta kamu dan

janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya dia maha melihat apa

yang kamu kerjakan.123

Dari ayat di atas menunjukkan bahwa, disiplin bukan hanya tepat waktu saja,

tetapi juga patuh pada peraturan-peraturan yang ada. Melaksanakan yang

diperintahkan dan meninggalkan segala yang dilarang-Nya. Di samping itu juga

melakukan perbuatan tersebut secara teratur dan terus menerus walaupun hanya

sedikit. Karena selain bermanfaat bagi kita sendiri juga perbuatan yang dikerjakan

secara kontinyu dicintai Allah walaupun hanya sedikit.

Disiplin pribadi merupakan sifat dan sikap terpuji yang menyertai kesabaran,

ketekunan dan lain-lain. Orang yang tidak mempunyai sikap disiplin pribadi sangat

sulit untuk mencapai tujuan. maka setiap pribadi mempunyai kewajiban untuk

membina melalui latihan, misalnya di rumah atau di masyarakat. Begitu juga halnya

seorang kepala Madarasah, Perananyang baik harus diprioritaskan dan menjadi

123
Al-Qur’an, Surat Huud Ayat 112, Yayasan Penyelenggara dan Penterjemah Al-Qur’an, Al-
Qur’an dan Terjemahnya, Depag RI, 2000, h. 344
cerminan diri agar apa yang menjadi tujuan baik secara individu maupun lkembaga

dapat tercapai. Disiplin diri seorang kepala Madarasah adalah sebagai representatasi

dari Perananyang baik adalah satu daru banyaknya aspek penentu dalam pencapaian

tujan Madarasah, baik tujuan jangka panjang, menengah maupun jangka pendek.

Al-Quran yang merupakan kalam Allah yang juga pedoman hidup kita telah

mengajarkan kedisiplinan agar membuat hidup menjadi lebih teratur.

١٣‫اف بَ ۡخسٗ ا َواَل َرهَ ٗقا‬ ٓ ٰ ‫َوَأنَّا لَ َّما َس ِم ۡعنَا ۡٱلهُ َد‬
ُ ‫ى َءا َمنَّا بِ ِۖۦه فَ َمن ي ُۡؤ ِم ۢن بِ َربِِّۦه فَاَل يَ َخ‬
Artinya: “Dan sesungguhnya kami tatkala mendengar petunjuk (Al Quran),kami
beriman kepadanya. Barangsiapa beriman kepada Tuhannya, maka ia
tidak takut akan pengurangan pahala dan tidak (takut pula) akan
penambahan dosa dan kesalahan.”(Q.S. Al Jinn:13)124
َ َ‫نز ۡل ٰنَهُ ُمب‬
ْ ُ‫ك فَٱتَّبِعُوهُ َوٱتَّق‬ٞ ‫ار‬
َ ‫وا لَ َعلَّ ُكمۡ تُ ۡر َح ُم‬
١٥٥ ‫ون‬ َ ‫َو ٰهَ َذا ِك ٰتَبٌ َأ‬

Artinya: “Dan Al-Quran itu adalah kitab yang Kami turunkan yang diberkati, maka
ikutilah dia dan bertakwalah agar kamu diberi rahmat.”(Q.S. Al
Anáam:155)
Berdasarkan hasil wawancara dengan waka kurikulum MA Hidayatul Mubtadiin,
bahwa kedisiplinan yang diterapkan oleh kepala Madarasah seakan harga mati yang
tidak dapat ditolak lagi. Artinya dalam bebrapa kesempatan baik dalam rapat maupun
tukar pikiran bersama bawahannya, kepala Madarasah selalu menekankan
kedisiplinan diri. Baik beliau sebagai kepala Madarasah sendiri maupun seluruh
steakholder Madarasah.125
Dalam kesempatan wawancara lain dengan guru MA Hidayatul Mubtadiin,

dijelaskan bahwa imbas atau efek dari kedisiplinan yang digaungkan oleh kepala

Madarasah sangat memberikan dampak yang sangat signifikan bagi steakholder di

Madarasah, baik disiplin diri, disiplin administrasi maupun disiplin kerja. Sehingga

dalam beberapa aspek, keunggulan akan disiplin yang diterapkan di MA Hidayatul

Mubtadiinmenjadi perbincangan positif dikalangan guru dan tenaga kependidikan.126

3. Tanggung Jawab

Ibid, h. 325
124

Wawancara waka kurikulum MA Hidayatul Mubtadiin, 18 Januari 2022


125

126
Ahmad yasir.M.Pd, wawancara Guru MA Hidayatul Mubtadiin, 16 Januari 2020 28Op. Cit.
AlQur’an dan Terjemahnya, Depag RI. h. 221
Pada prinsipnya tanggungjawab dalam Islam itu berdasarkan atas perbuatan

individu saja sebagaimana ditegaskan dalam beberapa ayat seperti ayat 164 surat Al

An’am

Artinya: “Dan tidaklah seorang membuat dosa melainkan kemudharatannya


kembali kepada dirinya sendiri dan seorang yang berdosa tidak akan
memikul dosa orang lain.”28
Dalam surat Al Mudatstsir ayat 38 dinyatakan :

ِ ۢ ‫ُكلُّ نَ ۡف‬
٣٨ ٌ‫س بِ َما َك َسبَ ۡت َر ِهينَة‬
Artinya:“Tiap-tiap diri bertanggungjawab atas apa yang telahdiperbuatnya”127
Akan tetapi perbuatan individu itu merupakan suatu gerakan yang dilakukan

seorang pada waktu, tempat dan kondisi-kondisi tertentu yang mungkin bisa

meninggalkan bekas atau pengaruh pada orang lain. Oleh sebab itu apakah tanggung

jawab seseorang terbatas pada amalannya saja ataukah bisa melewati batas waktu

yang tak terbatas bila akibat dan pengaruh amalannya itu masih terus berlangsung

mungkin sampai setelah dia meninggal.

Seorang yang cerdas selayaknya merenungi hal ini sehingga tidak

meremehkan perbuatan baik sekecil apapun dan tidak gegabah berbuat dosa walau

sekecil biji sawi. Mengapa demikian, Boleh jadi perbuatan baik atau jahat itu mula-

mula amat kecil ketika dilakukan, akan tetapi bila pengaruh dan akibatnya terus

berlangsung lama, bisa jadi akan amat besar pahala atau dosanya.

Allah SWT menyatakan:

َ ‫وا َو َءا ٰثَ َرهُمۡۚ َو ُك َّل َش ۡي ٍء َأ ۡح‬


‫ص ۡي ٰنَهُ فِ ٓي ِإ َم ٖام‬ ْ ‫ِإنَّا نَ ۡح ُن نُ ۡح ِي ۡٱل َم ۡوتَ ٰى َونَ ۡكتُبُ َما قَ َّد ُم‬
١٢ ‫ين‬
ٖ ِ‫ُّمب‬
Artinya: Kami menuliskan apa-apa yang mereka kerjakan dan bekas-bekas yang
mereka tinggalkan. (Q. S. Yaasiin Ayat: 12).128
Ayat ini menegaskan bahwa tanggangjawab itu bukan saja terhadap apa yang

diperbuatnya akan tetapi melebar sampai semua akibat dan bekas-bekas dari

perbuatan tersebut. Orang yang meninggalkan ilmu yang bermanfaat, sedekah jariyah

atau anak yang sholeh , kesemuanya itu akan meninggalkan bekas kebaikan selama
127
Op. Cit. AlQur’an dan Terjemahnya, Depag RI. h. 123
128
Op. Cit. AlQur’an dan Terjemahnya, Depag RI. h.189
masih berbekas sampai kapanpun. Dari sini jelaslah bahwa Orang yang berbuat baik

atau berbuat jahat akan mendapat pahala atau menanggung dosanya ditambah dengan

pahala atau dosa orang-orang yang meniru perbuatannya. Hal ini ditegaskan dalam

Surat An nahl 25

‫ُضلُّونَهُم بِ َغ ۡي ِر ِع ۡل ۗ ٍم َأاَل‬ َ ‫ار ٱلَّ ِذ‬


ِ ‫ين ي‬ ۡ
ِ ‫ارهُمۡ َكا ِملَ ٗة يَ ۡو َم ٱلقِ ٰيَ َم ِة َو ِم ۡن َأ ۡو َز‬
َ ‫لِيَ ۡح ِملُ ٓو ْا َأ ۡو َز‬
٢٥ ‫ُون‬
َ ‫َسٓا َء َما يَ ِزر‬

Artinya: “(Ucapan mereka) menyebabkan mereka memikul dosa-dosanya dengan


sepenuh-penuhnya pada hari kiamat dan sebagian dosa orang yang
mereka sesatkan yang tidak mengetahui sedikitpun bahwa mereka
disesatkan. Ingatlah amat buruklah dosa yang mereka pikul itu.”
Di sini kita merenung sejenak seraya bertanya: “apabila yang memerintah

kejahatan atau kedurhakaan itu seorang pemimpin yang memilik kekuasaan penuh,

apakah dia saja yang akan menanggung dosanya dan dosa rakyatnya karrena mereka

dipaksa ? Ataukah rakyat juga harus menaggung dosanya walau ia lakukan di bawah

ancaman paksaan tersebut ?” Menurut hemat saya, seorang penguasa dianggap tidak

memaksa selama raksyat masih bisa memiliki kehendak yang aada dalam dirinya.

Perintah seorang pimpinan secara lisan maupun tulisan tidak berarti melepaskan

seorang bawahan dari tanggungjawab atas semua perbuatannya. Alquran mencela

orang-orang yang melakukan dosa dengan alasan pimpinannya menyuruh berbuat

dosa. esungguhnya kamu bersekutu dalam azab itu. (Az Zukhruf 39).

Tanggung jawab seorang berkaitan erat dengan kewajiban yang dibebankan

padanya. Semakin tinggi kedudukannya di masyarakat maka semakin tinggi pula

tanggungjawabnya. Seorang pemimpin negara bertanggung jawab atas prilaku

dirinya, keluarganya, saudara-saudaranya, masyarakatnya dan rakyatnya. Hal ini

ditegaskan Allah sbb.; “Wahai orang-orang mukmin peliharalah dirimu dan

keluargamu dari api neraka.” (At Tahrim 6) Sebagaimana yang ditegaskan Rasululah

saw : “ Setiap kamu adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan dimintai

pertanggung jawaban atas kepemimpinannya..”(Al Hadit)


Tanggungjawab vertikal ini bertingkat-tingkat tergantung levelnya. Kepala

keluarga, kepala desa, camat, bupati, gubernur, dan kepala negara, semuanya itu akan

dimnitai pertanggungjawabannya sesuai dengan ruang lingkup yang dipimpinnya.

Seroang mukmin yang cerdas tidak akan menerima kepemimpinan itu kecuali

dengan ekstra hati-hati dan senantiasa akan mempeprbaiki dirinya, keluarganya dan

semua yang menjadi tanggungannya. Para salafus sholih banyak yang menolak

jabatan sekiranya ia khawatir tidak mampu melaksanakan tugasnya dengan baik.

Pemimpin dalam level apapun akan dimintai pertanggungjawabannya

dihadapan Allah atas semua perbuatannya disamping seluruh apa yang terjadi pada

rakyat yang dipimpinnya. Baik dan buruknya prilaku dan keadaan rakyat tergantung

kepada pemimpinnya. Sebagaimana rakyat juga akan dimintai

pertanggungjawabannya ketika memilihseorang pemimpin. Bila mereka memilih

pemimpin yang bodoh dan tidak memiliki kapabilitas serta akseptabilitas sehingga

kelak pemimpin itu akan membawa rakyatnya ke jurang kedurhakaan rakyat juga

dibebani pertanggungjawaban itu.

Tanggung jawab seorang pemimpin bukan hanya pada skala memimpin

rakyat, rumah tangga atau kelompok saja. Kepala Madarasah dalam tataran sebuah

lembaga, juga merupakan pemimpin yang tidak akan terlepas dari pertanggung

jawabanya. Tanggung jawab secara moral maupun spiritual.

Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala Madarasah MA Hidayatul Mubtadiin


bahwa, tanggung jawab adalah bagaimana kita memaknai sebuah tugas atau
tanggung jawab sebagai amanah bukan sebagai jabatan prestisius. Artinya menjadi
kepala Madarasah secara tidak langsung akan bertanggung jawab secara moral pada
lembaga yang kita pimpin, juga bertanggungjawab secara spiritual kepada Allah
SWT. Dan keduanya sama-sama akan dimintai pertanggungjawaban. Secara moral
pertanggung jawaban kepala Madarasah salah satu adalah bertanggungjawab
terhadap transparansi pengelolaan Madarasah. Secara spiritual pertanggungjawaban
kepala Madarasah adalah bagaimana amanah yang dipercayakan Allah kepada kita
mampu kita emban dan kita pertanggungjawabkan di akhirat kelak.129

Seorang penguasa tidak akan terlepas dari beban berat tersebut kecuali bila

selalu melakukan kontrol, mereformasi yang rusak pada rakyatnya , menyingkirkan

129
Muataqim Hasan,M.Pd, wawancara kepala MA Hidayatul Mubtadiin, Tanggal 15 September
2022
orang-orang yang tidak amanah dan menggantinya dengan orang yang sholeh.

Perrtolongan allah tergantung niat sesuai dengan firman Allah

١١ ‫يم‬ٞ ِ‫ ۗ َو َمن ي ُۡؤ ِم ۢن بِٱهَّلل ِ يَ ۡه ِد قَ ۡلبَ ۚۥهُ َوٱهَّلل ُ بِ ُكلِّ َش ۡي ٍء َعل‬..…


Artinya : Barangsiapa yang beriman kepada Allah akan ditunjuki hatinya dan Allah
Maha Mengetahui ats segala sesuatu. (At Taghobun 11)130
Ayat tersebut menyiratkan suatu amanah bahwa seorang pemimpin dituntut

untuk menjadi agen perubahan dari setiap kelemahan, kekurangan atau

ketidaktercapaian target yang ditetapkan. Mereformasi tujuan-tujuan lembaga yang

tidak tercapai atau terwujud, juga melakukan inovasi-inovasi kearah perbaikan.

Begitu juga halnya dengan kepala Madarasah. Tujuan-tujuan lembaga atau

Madarasah yang masih tertunda atau bahkan belum tercapai perlu dilakukan

perbaikan dan dirumuskan kembali. Dan hal ini memerlukan tanggung jawab dari

seorang kepala Madarasah. Kepala Madarasah tidak semestinya bekerja dan berpikir

sendiri, ada orang perorangan lain di Madarasah yang setidaknya dapat membantu

dalam perjalanan Madarasah mewujudkan tujuan-tujuannya.

Berbicara Madarasah, bukan berbicara kepala Madarasah seorang. Tidak

mungkin tanggung jawab besar mengembangkan Madarasah dipikul oleh kepala

Madarasah sorang.

Sekurang-kurangnya ada kebijakan-kebijakan atau masukan-masukan

steakholder di Madarasah yang menjadi aspek pendukung terwujudnya cita-cita

lembaga khususnya Madarasah atau lebih khusus lagi MA Hidayatul Mubtadiin.

Tanggung jawab adalah perbuatan dimana seseorang berani menanggung apa

yang telah diucapkan dan dilakukan. Sikap tanggung jawab ini tentunya sangat

penting bagi kehidupan di dunia, baik dalam hal beribadah ataupun hubungan sosial.

Tanpa adanya rasa tanggung jawab maka sudah pasti kehidupan akan berantakan.

Islam sendiri juga mengajarkan kita untuk mengutamakan sikap tanggung

jawab. Hal ini terbukti dari banyaknya ayat-ayat Al-Quran yang membahas konsep

130
Op. Cit. AlQur’an dan Terjemahnya, Depag RI. h. 304
tanggung jawab. Mulai dari tanggung jawab manusia terhadap Sang Khalik,

tanggung jawab terhadap orang tua, pasangan, dan sesama muslim lainnya.

4. Rasa Bangga Terhadap Tugas atau pekerjaaan

Kedisiplinan, kerja keras dan tanggung jawab adalah bagian tak terpisahkan

dari professionalitas kerja. Artinya merasa bangga dengan pekerjaan yang diemban,

atau tugas yang menjadi amanah akan menjadikan soerang bekerja secara

professional. Bangga akan pekerjaan atau tugas yang diemban, bukan justru

menjadikan seseorang berpuas diri dengan apa yang dicapainya. Tetapi lebih

memposisikan diri bagaimana selayaknya pekerjaan menjadi bernilai ibadah disisi

Allah SWT.

Peranandan semangat seorang muslim sangat tinggi, serta tidak pernah

berputus asa karena Allah melarang hal itu. Dalam suatu hadist (riwayat Ahmad)

Rasulullah SAW telah bersabda: “Apabila salah seorang kamu menghadapi kiamat

sementara di tangannya masih ada benih hendaklah ia tanam benih itu”.

Demikianlah, Islam memiliki ajaran yang menjunjung tinggi nilai dasar kerja

dan mendorong umatnya bersikap profesional. Sejarah membuktikan tatkala

masyarakat Barat dan Eropa menempatkan kelas pendeta dan militer pada kedudukan

tinggi, Islam justru menghargai orang-orang berilmu, para pedagang, petani, tukang,

dan pengarajin. Sebagai manusia biasa, mereka tidak diunggulkan dari yang lain,

karena Islam menganut nilai persamaan diantara sesama manusia. Ketinggian derajat

manusia semata-mata diukur dari ketakwaanya kepada Allah, yakni derajat keimanan

dan amal salehnya.

Semua petunjuk yang ditemukan dalam Al Qur’an tersebut menjadi landasan

etis-teologis kerja dan pengembangan etos profesionalisme setiap muslim, sehingga

kaum muslimin diharapkan memiliki semangat kerja dan etos profesionalisme yang

lebih tinggi dibanding umat lainnya.

Sebagaimana dalam Al-Qur’an, Allah berfirman,


َ ‫ ۖل فَ َس ۡو‬ٞ ‫وا َعلَ ٰى َم َكانَتِ ُكمۡ ِإنِّي ٰ َع ِم‬
َ ‫ف تَ ۡعلَ ُم‬
٣٩ ‫ون‬ ْ ُ‫ٱع َمل‬
ۡ ‫قُ ۡل ٰيَقَ ۡو ِم‬
Artinya : Katakanlah: "Hai kaumku, bekerjalah sesuai dengan keadaanmu,

sesungguhnya aku akan bekerja (pula), maka kelak kamu akan

mengetahui( Q. S. Az-zumar Ayat:39)131

Terkait dengan professionalisme sebagai wujud rasa bangga terhadap pekerjaan,


kepala MA Hidayatul Mubtadiin memberi penjelasan bahwa semestinya seorang
bekerja bukan karena imbalan uang atau materi. Bekerja prfessional adalah cerminan
bekerja dengan menghadirkan Allah dalam setiap berbuat. Bekerja sesuai
kemampuan tanpa harus memaksakan diri. Kepala Madarasah yang pada dasarnya
bukan pekerjaan, melainkan tugas tambahan sekaligus amanah yang perlu dijaga
keprofesionalannya oleh siapapun yang diamanahi.132
Peranankepala Madarasah yang dilandaskan rasa bangga pada pekerjaan

setidaknya menjadi konsep bagi seseorang bekerja dengan professional. Artinya

bangga yang dimaksud bukan dalam arti kepuasan batin, melainkan bagaimana

seseorang melakukan suatu pekerjaan dengan ikhlas, tidak memaksakan kemampuan

yang tidak disanggupi dan menyerahkan sepenuhnya hasil pekerjaan pada Allah

SWT.

Rasa bangga pada pekerjaan yang ditunjukkan oleh kepala MA Hidayatul

Mubtadiinsetidaknya menjadi representasi dari kepemimpinan kepala Madarasah

yang lebih mengedepankan kerja ikhlas, kerja cerdas. Lagi-lagi berbicara

kepemimpinan dalam lembaga khususnya Madarasah, bukan berbicara tentang diri

seorang kepala Madarasah saja. Namun semua saling terkait. Peranankepala

Madarasah menjadi tolak ukur bagi Perananbawahan atau pendidik dan tenaga

kependidikan. Perananpendidik dan tenaga kependidikan juga akan menjadi tolak

ukur bagi siswa, setidaknya dalam lingkup yang sederhana siswa mampu mencontoh

bagaimana kepala Madarasah mendisiplinkan diri, bagaimana pendidik dan tenaga

kependidikan mendisiplinkan diri. Sehingga kedisiplinan di MA Hidayatul

Mubtadiin saling terkait satu sama lain.

Keteladanan seorang pemeimpin akan menjadi acuan setidaknya dalam hal-

hal sederhana sehingga dari yang sederhana akan tumbuh menjadi suatu yang besar.
131
Op. Cit. AlQur’an dan Terjemahnya, Depag RI. h. 265
132
Muataqim Hasan,M.Pd, wawancara kepala MA Hidayatul Mubtadiin, Tanggal 15 September
2022
Ini pulalah yang menjadikan MA Hidayatul Mubtadiin menjadi pilihan ideal

masyarakat dalam memilih pendidikan bagi anak-anaknya.

Dari hasil wawancara kepala Madarasah berusaha mempengaruhi para guru

untuk menimbulkan semangat terhadap pekerjaan dan komitmen terhadap sasaran

tugas.

Membantu dan memberi contoh sesuai dengan harapan dan rencana yang

telah dibuat. Disamping itu juga untuk menumbuhkan motivasi agar kinerja guru

meningkat dengan melalui berbagai upaya yaitu dengan memberikan penghargaan

pada guru yang berprestasi. Selain itu juga kepala Madarasah memberikan teguran

langsung kepada guru apabila ada guru yang melanggar peraturan Madarasah hal ini

dilakukan agar guru tidak mengulangi kesalahan yang diperbuat.133

Hal senada juga diungkapkan oleh bapak Titin selaku salah satu guru di MA

Hidayatul Mubtadiin bahwa memang benar kepala Madarasah memberikan

penghargaan kepada guru yang berprestasi dan teguran kepada guru apabila

melakukan pelanggaran terhadap peraturan Madarasah.134 Seiring dengan yang

dikatakan oleh salah guru, Waka Kesiswaan menambahkan mengenai strategi yang

ditempuh oleh kepala Madarasah dalah meningkatkan kinerja guru, strategi ini

dilakukan beliau adalah strategi menghargai, strategi ini dilakukan untuk

memberikan penghargaan kepada guru. Penghargaan tersebut dapat berupa materi

dan non materi.135

Berkaitan dengan strategi kepala MA Hidayatul Mubtadiin untuk

meningkatkan kenerja guru kepala Madarasah juga selalu mengirim guru untuk

mengikuti pelatihan-pelatihan hal ini dilakukan untuk kompetensi dan kualitas

guru.136 Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu guru MA Hidayatul

Mubtadiin agar kinerja guru semakin meningkat kepala Madarasah mengirim guru

133
Ibid.
134
Maysaroh , Guru MA Hidayatul MubtadiinWawancara, 18 Januari 2022
135
Wawancara waka kesiswaan MA Hidayatul Mubtadiin, 18 Januari 2022
136
Wawancara kepala MA Hidayatul Mubtadiin, 19 Januari 2022
untuk melakukan pelatihan apabila ada pelatihan dalam rang meningkatkan kinerja

dan kompetensi guru.137

Langkah yang dilakukan oleh Madarasah untuk meningkatkan kinerja guru

melalui peningkatan pemanfaatan teknologi informasi yang sedang berkembang

sekarang ini dan mendorong guru untuk menguasainya. Melalui teknologi informasi

yang dimiliki baik oleh daerah maupun oleh individual Madarasah, guru dapat

melakukan beberapa hal diantaranya : (1) melakukan penelusuran dan pencarian

bahan pustaka, (2) membangun Program Artificial Intelligence (kecerdasan buatan)

untuk memodelkan sebuah rencana pengajaran, (3) memberi kemudahan untuk

mengakses apa yang disebut dengan virtual clasroom ataupun virtual university, (4)

pemasaran dan promosihasil karya penelitian.

Dengan memanfaatkan teknologi informasi maka guru dapat secara cepat

mengakses materi pengetahuan yang dibutuhkan sehingga guru tidak terbatas pada

pengetahuan yang dimiliki dan hanya bidang studi tertentu yang dikuasai tetapi

seyogyanya guru harus mampu menguasai lebih dari bidang studi yang ditekuninya

sehingga bukan tidak mungkin suatu saat guru tersebut akan mendalami hal lain yang

masih memiliki hubungan erat dengan bidang tugasnya guna meningkatkan kinerja

ke arah yang lebih baik.

Dalam meningkatkan kinerja Burhanudin mengemukakan bahwa: usaha-

usaha meningkatkan kinerja kerja adalah:

a. Memperhatikan dan memenuhi tuntutan pribadi dan organisasi


b. Informasi jabatan dan tugas setiap anggota organisasi
c. Pelaksanaan pengawasan dan pembinaan secara efektif terhadap para anggota
organisasi Madarasah
d. Penilaian program staf Madarasah dalam rangka perbaikan dan pembinaan serta
pengembangan secara optimal
e. menerapkan kepemimpinan yang transaksional dan demokratis.138

Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa strategi yang dapat

dilakukan oleh kepala Madarasah adalah dengan cara memberikan pengahargaan

137
Titin, Guru MA Hidayatul MubtadiinWawancara, 19 Januari 2022
138
A Anwar Prabu Mangkunegara, Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan, (Bandung :
Remaja Rosdakarya, 2004), h. 44
kepada guru yang berprestasi dan menegur guru yang melakukan kesalaha serta

mengirim guru untuk mengikuti pelatihan guna meningkatkan kinerjanya.

Langkah konkret yang dilakukan kepala MA Hidayatul Mubtadiin dalam

upaya meningkatkan kinerjanya memang sulit diinterpretasikan sebab

Peranandengan indikator kedisiplinan, kerja keras, tanggung jawab dan rasa bangga

pada pekerjaan sangat abstrak. Sehingga langkah-langkah prepentif yang telah

disebutkan belum mewakili sepenuhnya upaya peningkatan Peranankepala

Madarasah khususnya di MA Hidayatul Mubtadiin, namun setidaknya kedisiplinan

yang dijunjung tinggi oleh kepala Madarasah memberikan gambaran bagaimana

Peranankepala MA Hidayatul Mubtadiinsangat baik.

Dari segi kerja keras dan tanggung jawab, kepala MA Hidayatul Mubtadiin

mampu menjadi teladan bagi seluruh steakholder Madarasah, ini memberikan arti

bahwa kerja keras dalam menjadikan MA Hidayatul Mubtadiinsebagai pilihan

terbaik dalam mendidik anak khususnya bagi masyarakat di sekitar Madarasah. Kerja

keras untuk menjadikan Madarasah lebih baik lagi dalam segala hal termasuk

pelayanan dan prestasi setidaknya sudah dirasakan oleh Madarasah.

Adanya perolehan nilai akademik, baik kedalam Madarasah maupun keluar

Madarasah tentu menjadi tolak ukur penilaian. Keikutsertaan bahkan menjadi juara

dalam beberapa ajang di Kecamatan merupakan contoh sederhana hasil dari kerja

keras kepala Madarasah. Namun perlu digaris bawahi bahwa kepala Madarasah tidak

bekerja sendiri. Tapi setidaknya sebagai seseorang yang memiliki power dalam

melakukan perubahan, kepala Madarasah dapat menginstruksikan bawahannya

untuk bekerja keras dalam meningkatkan prestasi akademik. Atau sekurang-

kurangnya sifat kerja keras yang ditunjukkan kepala Madarasah mampu dijadikan

teladan bagi bawahan dalam menungkatkan prestasi akademik di MA Hidayatul

Mubtadiin.

Tanggung jawab sebagai seorang kepala Madarasah bukanlah sesuatu yang

sederhana, untuk itu upaya meningkatkan rasa tanggung jawab dalam bekerja
menjadi prioritas bagi kepala MA Hidayatul Mubtadiin. Tanggung jawab secara

moral kepada lembaga serta tanggung jawab spiritual kepada Allah SWT terus

dikedepankan dalam setiap langkah pekerjaannya.

Menjadikan jabatan kepala Madarasah sebagai sebuah amanah adalah salah

satu cara agar seseorang dapat bertanggung jawab dalam pekerjaannya tersebut.

Sebab akan tumbuh keikhlasan dalam diri untuk bertanggung jawab memajukan

Madarasah baik dari segi akademik maupun akhlak dikehidupan sehari-hari.

Meskipun pada kenyataannya tanggung jawab memperbaiki akhlak dan prestasi

akademik siswa bukan hanya tanggung jawab seorang kepala Madarasah, ,melainkan

tanggung jawab seluruh steakholder yang ada.139

Keterkaitan masing-masing steakholder Madarasah dalam meningkatkan

prestasi akademik siswa berbanding lurus dengan peningkatan Peranankepala

Madarasah yang secara otomatis menjadi tolak ukur pula bagi pendidik dan tenaga

kependidikan untuk ikut meningkatkan Perananmereka. Artinya keteriktan tersebut

memang satu kesatuan utuh yang harus dijunjung tinggi dalam upaya meningkatkan

Peranankepala Madarasah agar terwujud cita-cita Madarasah yakni“ Madarasah

Lebih Baik, Lebih Baik Madarasah.”

139
Wawancara kepala MA Hidayatul Mubtadiin, 19 Januari 2022
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari seluruh pembahasan dan analisis data dapat disimpulkan bahwa mengenai

Peranan kepala madrasah MA Hidayatul Mubtadiin sebagai berikut:

1. Bahwa semakin tinggi etos kerja yang di tunjukkan oleh kepala madrasah dalam

kepemimpinanya di madrasah maka citra madrasah akan terus membaik dari

kacamata masyarakat, guru maupun siswa khususnya orang tua siswa

2. Meningkatnya etos kerja di MA Hidayatul Mubtadiin juga berbanding lurus dengan

peningkatan serta kemajuan di MA Hidayatul Mubtadiin secara umum seperti halnya

meningkatnya jumlah siswa, semakin besarnya minat masyarakt terhadap

penididikan di MA Hidayatul Mubtadiin dan hubungan masyarakat sekitar yang juga

semakin harmonis dengan lingkungan MA Hidayatul Mubtadiin .

3. Secara tersirat, keterkaitan antara meningkatnya Peranan guru dengan kepala

madrasah di MA Hidayatul Mubtadiin memang dua hal yang tidak terpisahkan,

artinya sebagai pengambil kebijakan seorang kepala madrasah tidak berjalan


sendirian. Bahwa terlibatnya seluruh steakholder madrasah dalam upaya peningkatan

Etos kerja di MA Hidayatul Mubtadiin sangat menjadi tolak ukur terhadap

peningkatan tersebut

4. Langkah-langkah preventif terhadap peningkatan etos kerja di MA Hidayatul

Mubtadiin sangat beragam. Ini menunjukkan bahwa upaya kepala madrasah dalam

mempengaruhi, mengajak dan menstimulus seluruh steakholder madrasah ke arah

peningkatan mutu kerja sangat maksimal.

5. Dari bebarapa uraian di jelaskan bahwa kedisiplinan menjadi point penting dalam

peningkatan Peranan di MA Hidayatul Mubtadiin sebab dari kedisiplinan banyak

pemimpin, lembaga dan lain sebagainya yang menjadi besar karena merasa dan

menjadikan kedisiplinan sebagai barometer kemajuan.

B. Rekomendasi

Sebagai akhir penulisan tesis ini , penulis menyampaikan saran yang sekiranya

perlu dijadikan bahan pertimbangan dalam rangka peningkatan Peranan di MA Hidayatul

Mubtadiin, yakni sebagai berikut:

1. Kepada kepala MA Hidayatul Mubtadiin, hendaknya konsep dan rumusan

peningkatan Peranan baik kepala madrasah maupun nantinya berimbas kepada

peningkatan Peranan pendidik dan tenaga pendidik seyogyanya terus di tingkatkan.

Kebijakan-kebijakan dan terobosan-terobosan yang sifatnya membangun hendaknya

terus lahir dari waktu ke waktu.dari kepemimpinan yang satu ke kepemimpinan yang

lain, artinya sudah semesti semboyan “ lebih baik madrasah madrasah lebih baik”

menjadi tolak ukur perubahan ke arah lebih baik bagi setiap pemangku kebijakan di

madrasah.baik kepala madrasah sebagai pemimpin secara umum maupun guru

sebagai pemimpin secara khusus memimpin siswa dalam pembelajaran. Adapun

pemberian penghargaan, sanksi dan hukuman demi meningkatkan kepercayaan diri

seluruh steakholder madrasah sangatlah penting, karena dengan penghargaan


Peranan akan meningkat. Dengan sanksi dan hukuman, kedisiplinan akan semakin

membaik.

2. Kepada Dewan guru MA Hidayatul Mubtadiin, agar senantiasa menjadi guru yang

mengedepankan kedisiplinan yang tinggi serta menjunjung tinggi nilai harkat dan

martabat yang melekat pada diri seorang guru. Bekerja sama saling membahu untuk

membangun madrasah yang lebih baik. Baik secara fisik sarana dan prasarana

maupun baik secara mental. Memperkaya khazanah pengetahuan dengan cara

membaca, mengikuti pelatihan maupun seminar-seminar sehingga kualitas diri terus

meningkat sebagai wujud dari meningkatnya etos kerja guru khususnya di MA

Hidayatul Mubtadiin. Gemar di pimpin dan siap memimpin. Gemar mendidik dan

senantiasa terus di didik. Karena pengetahuan seorang guru harus dinamis.

3. Bagi seluruh siswa MA Hidayatul Mubtadiin, agar tidak bosan untuk terus aktip

belajar, mengedepankan kedisiplinan dan rasa tanggung jawab guna mewujudkan

pribadi bangsa indonesia yang senantiasa terus belajar demi mengisi kemerdekaan.

DAFTAR PUSTAKA

Bafadal, Ibrahim,peningkatan profesionalisme guru sekolah dasar dalam kerangka


,anajemen peningkatan mutu berbasis sekolah, jakarta : bumi aksara,
2008.
Departemen Agama Republik Indonesia, Al Qur’an dan Terjemahnya, Semarang : Putra
Toha, 1995.
Dirawat, Pengantar Kepemimpinan Pendidikan, Surabaya: Usaha Nasional, 1986.
E. Mulyana, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, Bandung: Remaja
Rosdakaryas, 2004.
Faturrohman, Pupuh, Strategi belajar mengajar mewujudkan pembelajaran bermakna
melalui penanaman konsep umum dan konsep islami, jakarta: PT. Refika
Aditama, 2007.
Hadi, Sutrisno, Statistik II, Yogyakarta : UGM Press, 1986.
Handoko, T. Hani, Manajemen Sumber Daya Manusia, bandung : alfabeta,2001.
Kasmir, manajemen sumber daya manusia teori dan praktik, jakarta : rajawali
pers,2012.
Majid, Abdul, perencanaan pemebelajaran mengembangkan standar kompetensi guru,
Bandung : PT. Remeja Rosdakarya, 2007.

Malthis, Pengertian rekrutmen dan seleksi, bandung, Bumi Aksara, 2003. Manullang,
Manajemen Personalia, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2001.
Miles, Huberman dan Mattew, Analisis Data Kualitatif. Terjemahan, Jakarta : UI-Press,
1984.
Rosdakarya, 2000.
Noeng, Muhajir, metodologi Pendidikan Kualitatif, Yogyakarta : rakesaresan, 2000.
Prabu, Anwar, Manajemen Sumber Daya Manusia, jakarta :Rineka Cipta, 2014.
Priansa, Donni juni, perencanaan dan pengembangan SDM, bandung: Alfabeta,
2014.
Purwanto,Ngalim, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Bandung: Remaja
Rosdakarya,2002.
Reason dalam Norman K, Hand book of Quality Research, London : New Delhi,
1994.
Sastrohadiwiryo, Seleksi Calon Pegawai, jakarta : Gramedia, 2006. S. Nasution, Metode
Research, Jakarta : Bumi Aksara, 1996
S. Margono, Penelitian Pendidikan, Jakarta : Rineka Cipta, 1990. Sirait, Riset Sumber
Daya Manusia, Jakarta; Gramedia 2006. Simamora, Rekrutmen dan Seleksi,
jakarta: PT Bulan Bintang, 2003.
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta,
2009
Sujana, Nana, dkk., Penelitian dan Penilaian Pendidikan, Bandung : Sinar Baru
Algesindo, 2004.
Sunambela, Lijan poltak, MSDM Membangun tim kerja yang solid untuk
meningkatkan kinerja, jakarta: bumi aksara, 2014.
Sunarto, Administrasi Kepegawaian, bandung : alfabeta, 2005. Surachmad, Winarno,
Metode penelitian, Bandung : Tartsito, 1990. Supriadi, Dasar-dasar
Adminisitrasi pendidikan, Jakarta : P2LPTK, 1989.

Anda mungkin juga menyukai