Anda di halaman 1dari 18

PENERAPAN GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA MADRASAH

DALAM MENINGKATKAN KINERJA GURU DI MTS NEGERI 2


MOJOKERTO TAHUN 2019
Fatichah Rohmatillah1, Nur Isnaini2,
Manajemen Pendidikan Islam, Tarbiyah dan Keguruan, UIN Sunan Ampel Surabaya

*Email : nurisaini1507@gmail.com

Abstrak: Gaya kepala madrasah merupakan salah satu faktor eksternal yang
dapat mempengaruhi kinerja guru, keberhasilan pendidikan madrasah sangat
ditentukan oleh keberhasilan kepala madrasah dalam mengelola pendidik
dan tenaga kependidikan yang ada di madrasah. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui gaya kepemimpinan kepala madrasah dalam
meningkatkan kinerja guru di Mts Negeri 2 Mojokerto. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan
kualitatif untuk mengkaji permasalahan dan memperoleh makna yang lebih
mendalam tentang gaya kepemimpinan kepala madrasah dalam
meningkatkan kinerja guru. Teknik pengumpulan data melalui observasi,
wawancara, dan studi dokumentasi. Subjek penelitian ini adalah kepala
sekolah dan guru di Mts Negeri 2 Mojokerto. Kesimpulan dari penelitian ini
adalah kepala madrasah Mts Negeri 2 Mojokerto memiliki gaya
kepemimpinan paternalistis. Kepemimpinan kepala madrasah Mts Negeri 2
Mojokerto mampu meningkatkan kinerja guru dengan baik, hal ini
dibuktikan dengan proses pembelajaran siswa yang berjalan dengan baik,
guru selalu belajar untuk terus kreatif dan inovatif serta sesuai dengan
standar kinerja guru.

Kata kunci: Gaya Kepemimpinan, Kepala Madrasah, Kinerja Guru.

PENDAHULUAN

Kepala sekolah memiliki peran yang penting dalam menggerakkan sumber daya
pendidikan yang ada di sekolah. Artinya kepala sekolah merupakan faktor utama yang
dapat mewujudkan visi, misi, dan tujuan sekolah yang sudah direncanakan.Keberhasilan
sekolah dapat diraih apabila ada kerjasama yang baik antara kepala sekolah, guru,
tenaga kependidikan, dan para stakeholders lainnya.

Peran penting lainnya dalam mencapai tujuan sekolah yakni kinerja guru.
Barnawi dan Mohammad Arifin mengatakan Kinerja guru merupakan tingkat
keberhasilan guru dalam melaksanakan tugas pendidikan sesuai dengan tanggung jawab
dan wewenangnya berdasarkan standar kinerja yang telah ditetapkan dalam rangka
mencapai tujuan pendidikan.1 Jika kemampuan kerja seorang guru bagus, maka
kinerjanya juga akan semakin tinggi. Sebaliknya jika kemampuan kerja seorang guru
tidak bagus, maka kinerjanya juga akan semakin rendah.
Menurut Wibowo kinerja guru dipengaruhi oleh pengetahuan, kemampuan,
sikap, gaya kerja, kepribadian, minat, dasar-dasar nilai, kepercayaan dan gaya
kepemimpinan.2 Fokus penelitian ini adalah meneliti bagaimana cara kepala madrasah
dalam mengelola kinerja guru melalui gaya kepemimpinannya. Menurut Rivai “gaya
adalah sikap, gerakan, tingkah laku, sikap dan gerak-gerik yang bagus, kekuatan,
kesanggupan untuk berbuat baik”. Sedangkan menurut Reksohadiprodjo dan Handoko
Gaya kepemimpinan adalah cara pemimpin untuk mempengaruhi para bawahannya.3
Gaya Kepemimpinan merupakan sifat, kebiasaan, dan kepribadian yang membedakan
seorang pemimpin dalam berinteraksi dengan orang lain serta cara pemimpin untuk
mempengaruhi para bawahannya.
Referensi (pustaka atau penelitian relevan) ini diambil dari e-book, beberapa
jurnal dan skripsi. Tujuan dari penelitian ini yakni untuk mengetahui gaya
kepemimpinan kepala madrasah dalam mengelola kinerja guru di MTS Negeri 2
Mojokerto Tahun 2019. Manfaat penelitian ini terdapat dua garis besar, diantaranya:

1. Secara teoritis
Penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat memberi sumbangan teori,
minimal menguji teori-teori manajemen pendidikan islam yang berkaitan dengan
gaya kepemimpinan kepala madrasah terhadap kinerja guru MTS Negeri 2
mojokerto.
2. Secara Praktis
Sedangkan secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
dan berguna bagi berbagai pihak, antara lain:
a. Bagi Guru

1
Hagi Eka, “Hubungan Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah Dengan Kinerja Guru Di SMP N
Kecamatan Palembayan Kabupaten Agam”, Jurnal Administrasi Pendidikan 2, no. 3 (2014) 294-831.
2
Hagi Eka, “Hubungan Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah Dengan Kinerja Guru Di SMP N
Kecamatan Palembayan Kabupaten Agam”, 295-831.
3
Idawati, “Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah Dan Kinerja Guru”, Jurnal Eklektika 1, no. 2 (2013)
154.
Bagi guru sekolah dasar agar dapat menjadi motivasi untuk meningkatkan
kinerja dalam pelaksanaan pembelajaran di madrasah. Sehingga dapat
meningkatkan mutu pendidikan.
b. Bagi madrasah
Sebagai bahan masukan bagi madrasah untuk meningkatkan kualitas
madrasahnya, khususnya dalam kinerja guru madrasah menengah pertama
dengan menerapkan macam-macam gaya kepemimpinan kepala madrasah.

Menurut Jacobs dan Jacques Kepemimpinan adalah proses memberi pengarahan


terhadap usaha yang dilakukan oleh bawahan dan mengakibatkan kesediaan melakukan
usaha untuk mencapai tujuan sasaran yang diinginkan.4
DR. Winardi, SE dalam bukunya Pengantar Ilmu Manajemen (suatu pendekatan
sistem) mengatakan bahwa “seorang pemimpin adalah seseorang yang kepribadiannya
dapat mempengaruhi kelompok yang dipimpinnya untuk berusaha bersama agar
mencapai sasaran-sasaran tertentu.5
Pendapat lain dari Siagian menyatakan bahwa kepemimpinan adalah usaha
mempengaruhi dan menggerakkan orang lain agar rela, dan dapat mengikuti keinginan
manajemen demi tercapainya tujuan yang telah ditentukan dengan efektif dan efisien.6
Dari berbagai definisi kepemimpinan diatas, dapat disimpulkan bahwa
kepemimpinan adalah suatu usaha seseorang untuk mempengaruhi, mengajak dan
menggerakkan bawahan agar mereka mau berproses sehingga dapat mencapai tujuan
organisasi yang di inginkan.

Tugas kepala sekolah tidak hanya sebagai pemimpin tertinggi di sekolah.


Menurut Soewadji Lazaruth ada 3 fungsi kepala sekolah yaitu7 :

1. Sebagai administrator pendidikan


2. Supervisor pendidikan

4
Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia, Kepemimpinan dalam Organisasi: Modul
Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat III (Jakarta, 2008), 8.
5
Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia, Kepemimpinan dalam Organisasi: Modul
Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat III , 9
6
Andriansyah, Kepemimpinan Visioner Kepala Daerah Kajian dan Teori (Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Prof. Dr. Moestopo Beragama. 2015) 1-2.
7
Adlan Adam, “Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru SD Negeri di
Kecamatan Gondokusuman Daerah Istimewa Yogyakarta” (Skripsi, Universitas Negeri Yogyakarta,
2014), 21.
3. Pemimpin pendidikan

Kepala sekolah sebagai administrator pendidikan berfungsi untuk meningkatkan


mutu sekolahnya melalui memperbaiki dan mengembangkan fasilitas sekolahnya yang
meliputi gedung, perlengkapan atau peralatan dan lain-lain yang tercakup dalam bidang
administrasi pendidikan.8
Kepala sekolah sebagai supervisor pendidikan berfungsi sebagai usaha
meningkatkan mutu melalui peningkatan mutu seluruh guru dan staf sekolah, misalnya
mengadakan rapat-rapat, observasi kelas, perpustakaan dan lain sebagainya.Kemudian
apabila kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan berarti peningkatan mutu akan
berjalan dengan baik apabila guru bersifat terbuka, kreatif dan memiliki semangat kerja
yang tinggi. Suasana yang demikian ditentukan oleh bentuk dan sifat kepemimpinan
yang dilakukan kepala sekolah.9
Gaya kepemimpinan menurut Heidjrachman dans Husnan merupakan pola
tingkah laku yang dirancang untuk menyatukan tujuan organisasi dengan tujuan
individu untuk mencapai tujuan organisasi yang diinginkan.10 Pendapat lain dari
Nurkolis Gaya Kepemimpinan adalah pola tingkah laku yang dipilih oleh seorang
pemimpin untuk mengarahkan dan mempengaruhi para pekerja.11 Sementara pendapat
dari Hadari Nawawi Gaya Kepemimpinan yaitu pola tingkah laku atau cara yang
digunakan pemimpin untuk mempengaruhi pikiran, perasaan, sikap, dan perilaku
anggota organisasi.12
Suradji dan Martono mengatakan bahwa gaya kepemimpinan adalah tingkah
laku seorang pemimpin yang sesuai dengan nilai-nilai norma kepribadian dan dipilih
pemimpin agar mampu mempengaruhi anggota organisasinya.13

8
Adam “Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru SD Negeri di
Kecamatan Gondokusuman Daerah Istimewa Yogyakarta” 21.
9
Adam “Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru SD Negeri di
Kecamatan Gondokusuman Daerah Istimewa Yogyakarta” 22.
10
M Fauzan Baihaqi, “Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Kepuasan Kerja Dan Kinerja Dengan
Komitmen Organisasi Sebagai Variabel Intervening” (Skripsi, Universitas Diponegoro, 2010), 16.
11
Adam “Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru SD Negeri di
Kecamatan Gondokusuman Daerah Istimewa Yogyakarta” 22.
12
Andriansyah, Kepemimpinan Visioner Kepala Daerah Kajian dan Teori (Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Prof. Dr. Moestopo Beragama. 2015) 12.
13
Ishaq dkk., “Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kinerja Guru Pada SMA Negeri 4
Wira Bangsa Meulaboh Dan SMA Negeri 3 Meulaboh”, Jurnal Administrasi Pendidikan 4, no. 1
(Februari 2016): 35.
Berdasarkan definisi gaya kepemimpinan yang dikemukakan oleh beberapa ahli
di atas dapat disimpulkan bahwa gaya kepemimpinan adalah tingkah laku seorang
pemimpin yang digunakan pada proses mengarahkan dan mempengaruhi anggota agar
dapat mencapai tujuan organisasi yang diinginkan.
Hadari Nawawi mengemukakan ada tiga tipe kepemimpinan, yang masing-
masing terdiri atas beberapa gaya kepemimpinan. Ketiga tipe kepemimpinan tersebut
antara lain14 :
1. Tipe Otoriter
2. Tipe Demokratis
3. Tipe Bebas (Laissez Faire/Free-Rein)

Tipe Kepemimpinan Otoriter

Kepemimpinan otoriter merupakan tipe kepemimpinan yang bersifat terpusat


pada diri pemimpin. Dalam arti pemimpin sebagai satu-satunya penentu, pengendali
organisasi dan kegiatannya dalam usaha mencapai tujuan. Pemimpin biasanya tidak
memberikan kesempatan kepada bawahan untuk menyampaikan pendapatnya.
Komunikasi berlangsung hanya satu arah, wewenang pemimpin biasanya digunakan
untuk menekan bawahan dan lebih banyak mengkritik dari pada memuji.15

Tipe Kepemimpinan Demokratis

Tipe kepemimpinan ini menempatkan manusia sebagai faktor terpenting


kepemimpinan yang dilakukan dalam organisasi. Filsafat demokratis yang mendasari
tipe dan gaya kepemimpinan ini adalah bahwa manusia merupakan makhluk yang
memiliki harkat dan martabat yang mulia dengan hak asasi yang sama. Pada tipe ini
kebijakan dan keputusan dibuat bersama atasan dan bawahan. Komunikasi berlangsung
dua arah. Pemimpin memberikan kesempatan kepada setiap individu untuk
menyampaikan pendapat sehingga setiap individu dapat aktif dalam organisasi.16

Tipe Kepemimpinan Bebas /Partisipatif (Laissez-Faire/Free-Rein)

14
Andriansyah, Kepemimpinan Visioner Kepala Daerah Kajian dan Teori (Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Prof. Dr. Moestopo Beragama. 2015) 13.
15
Andriansyah, Kepemimpinan Visioner Kepala Daerah Kajian dan Teori (Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Prof. Dr. Moestopo Beragama. 2015) 13.
16
Andriansyah, Kepemimpinan Visioner Kepala Daerah Kajian dan Teori (Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Prof. Dr. Moestopo Beragama. 2015) 18.
Tipe kepemimpinan bebas merupakan tipe yang memberikan kebebasan kepada
anggota organisasi agar mereka mampu mandiri dalam membuat keputusan atau
mengurus dirinya. Pemimpin hanya mengikuti kemauan bawahan. Tipe kepemimpinan
ini biasanya paling sulit diterapkan oleh pimpinan, karena hampir tidak ada
pengawasan, menghindari diri dari paksaan dan tekanan dan hanya berkomunikasi jika
ada yang dibutuhkan oleh bawahan.17
Pola umum Gaya Kepemimpinan menurut Gibson dalam buku Kartini Kartono ada
empat, yaitu otoriter, paternalistik, laissez faire dan demokrasi. Adapun ciri-ciri dari
masing-masing gaya kepemimpinan menurut Gibson tersebut adalah sebagai berikut:
1. Otoriter
Ciri-ciri perilaku kepemimpinan otoriter adalah:
a. Semua perilaku kebijaksanaan ditentukan oleh pimpinan.
b. Langkah kegiatan tekhnis ditentukan oleh pimpinan pada saat-saat tertentu,
sehingga biasanya langkah berikutnya tidak ada kepastian.
c. Pimpinan menditeksikan tugas-tugas tertentu dan para anggota adalah
pelaksanaannya.
d. Pimpinan cendrung untuk mencela atau memuji secara personal dan tetap
menjauhkan diri dari kegiata kelompok, kecuali dalam hal berdemonstrasi.
2. Paternalistik
Paternalis memiliki arti kebapakan, sedangkan partenalisme diartikan
sebagai sistem kepemimpinan berdasarkan hubungan antara ayah dan anak
selalu mementingkan kesejahteraannya yang bersifat selalu melindungi, jarang
memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengambil keputusan.
Kelebihan dari paternalistik yaitu pemimpin akan selalu tegas saat mengambil
keputusan dan bawahan akan merasa aman karena mendapat perlindungan.
Sedangkan kelemahannya yaitu keputusan yang diambil tidak berdasarkan
musyawarah.
Ciri-ciri kepemimpinan paternalistik adalah:
a. Pimpinan mampu berperan layaknya seorang bapak.
b. Terlalu bersifat melindungi.
c. Pengambilan keputusan pada diri pemimpin.
17
Andriansyah, Kepemimpinan Visioner Kepala Daerah Kajian dan Teori (Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Prof. Dr. Moestopo Beragama. 2015) 22.
d. Selalu bersikap maha tahu dan maha benar.
e. Jarang memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengembangkan
daya kreasi dan fantasi.
f. Menuntut alur atau proses pekerjaan sesuai dengan apa yang telah ada dan
dijalankan.
Nilai-nilai organisasional yang dianut pemimpin paternalistik:
a. Mengutamakan kebersamaan.
b. Kepentingan bersama dan perlakuan yang seragam terlihat menonjol.
c. Hubungan atasan dengan bawahan lebih bersifat informal.
d. Pemimpin paternalistik terlalu melindungi para bawahan yang pada
gilirannya dapat berakibat bahwa para bawahan itu takut bertindak karena
takut berbuat kesalahan.
e. Hanya pemimpin yang mengetahui seluk beluknya organisasional, sehingga
keputusan diambil oleh pemimpin dan bawahan tinggal melaksanakannya
saja. Konsekuensinya, para bawahan tidak dimanfaatkan sebagai sumber
informasi, ide, dan saran. Para bawahan tidak didorong untuk berfikir
inovatif dan kreatif.
3. Laissez Faire
Ciri-ciri kepemimpinannya adalah:
a. Kebebasan sepenuhnya untuk megambil keputusan, yang diberikan kepada
kelompok maupun individual tanpa banyak campur tangan pimpinan.
b. Bermacam-macam bahan atau data diberikan. Pimpinan dengan jelas
menyatakan hanya akan memberikan bahan informasi bila diminta saja.
Pemimpin tidak mengambil keaktifan dalam pembahasan bersama
kelompok.
c. Sama sekali tidak berpartisipasi serta kurang becus menjadi pemimpin
d. Jarang memberikan komentar secara spontan terhadap kegiatan bawahannya,
kecuali bila ditanya. Tidak ada usaha-usaha untuk mengatur jalanya
pekerjaan.
4. Demokrasi
Ciri-ciri perilaku kepemimpina demokratik adalah:
a. Semua kebijaksanaan dibahas dan ditentukan bersama oleh kelompok,
dengan dorongan dan bantuan pimpinan
b. Perspektif kegiatan diperoleh selama masa pembahasan, langkah-langkah
umum kebijaksanaan kelompok digariskan terlebih dahulu dan jika
diperlukan dapat meminta nasihat teknis. Pimpinan memberikan saran
beberapa alternative prosedur yang dapat dipilih.
c. Para pegawai bawahan bebas untuk bekerjasama dengan siapa saja yang
mereka senangi. Pembagian tugas pekerjaan diserahkan kepada kelompok
untuk ditentukan bersama
d. Pemimpin selalu objektif dan berfikir serba fakta dalam memberikan
semangat pada kelompok.18

Menurut KBBI kinerja bermakna sesuatu yang dicapai, prestasi yang


diperlihatkan, dan kemampuan kerja. Kane menjelaskan dalam bukunya bahwa, kinerja
bukan merupakan karakteristik seseorang seperti bakat atau kemampuan, namun
perwujudan dari bakat atau kemampuan itu sendiri. Pendapat tersebut menunjukkan
bahwa kinerja merupakan perwujudan dari kemampuan dalam bentuk karya yang
nyata. Kinerja dalam kaitannya dengan jabatan diartikan sebagai hasil yang dicapai dan
berkaitan dengan fungsi jabatan dalam periode waktu tertentu.19
Secara etimologi, kinerja berasal dari kata prestasi kerja (performance).
Sebagaimana dikemukakan oleh Mangkunegara dalam bukunya bahwa istilah kinerja
berasal dari kata job performance atau actual performance (prestasi kerja atau prestasi
sesungguhnya yang dicapai seseorang) yaitu hasil kerja secara kualitas dan kuantitas
yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan
tanggung jawab yang diberikan kepadanya.20 Diperkuat dengan penjelasan Permeneg
PAN dan RB Nomor 16 Tahun 2009, kinerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai

18
Farera Erlangga, “Pengaruh Gaya Kepemimpinan Paternalistik Terhadap Motivasi Kerja
Pegawai Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Padang” Ilumanus 12, no. 2. (2013): 177-178.
19
Abd. Madjid, Pengembangan Kinerja Guru Melalui Kompetensi, Komitmen Dan Motivasi Kerja,
(Yogyakarta, 2016), 9-14.
20
Muhammad Fauzan Baihaqi, “Pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kepuasan kerja dan kinerja
dengan komitmen organisasi sebagai variabel intervening” (Skripsi, Universitas Diponegoro, 2010) 24.
seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang
didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta waktu.21
Smith dalam buku Usman menyatakan bahwa “Performan atau kinerja
merupakan hasil kerja dari suatu proses. Artinya, hasil kerja yang dicapai oleh
seseorang pegawai dalam melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya”.22 Hal ini
memperkuat pendapat Mangkunegara yang dapat kami simpulkan bahwa kinerja adalah
hasil dari bakat dan atau kemampuan seseorang yang disesuaikan dengan tugas yang
dibebankan dan dapat dilihat secara nyata dalam periode waktu tertentu.
Hasil kerja guru yang diwujudkan dalam bentuk pengetahuan, keterampilan,
nilai dan sikap guru dalam melaksanakan tugas beserta fungsinya, dan ditunjukkan
dalam penampilan, perbuatan, dan prestasi guru merupakan pengertian lain dari kinerja
guru.
Kinerja dipengaruhi oleh banyak faktor, baik internal maupun eksternal. Kinerja
yang baik dapat dipengaruhi oleh kemampuan dan motivasi. Kemampuan merupakan
hasil dari pendidikan, pelatihan, dan pengalaman. Sedangkan motivasi adalah suatu
daya pendorong (driveng force) yang menyebabkan seseorang melakukan atau berbuat
sesuatu.23
Penjelasan lain mengenai faktor yang mempengaruhi kinerja yakni pendapat
Sutermeister di dalam bukunya yang mengatakan bahwa kinerja dipengaruhi oleh
“kemampuan (ability) dan motivasi (motivation)”. Selanjutnya dikatakan bahwa
kemampuan dipengaruhi oleh pengetahuan (knowledge) dan keterampilan (skill).
Pengetahuan dipengaruhi oleh pendidikan, pengalaman, latihan dan minat.
Keterampilan dipengaruhi oleh bakat dan kepribadian. Motivasi dipengaruhi oleh
interaksi faktor-faktor dari: lingkungan fisik pekerjaan, lingkungan sosial pekerjaan
yang terdiri dari; kepemimpinan, organisasi formal atau lingkungan organisiasi yang
mencakup struktur organisasi, iklim kepemimpinan, efisiensi organisasi dan
manajemen.24

21
Abd. Madjid, Pengembangan Kinerja Guru Melalui Kompetensi, Komitmen Dan Motivasi Kerja,
(Yogyakarta, 2016), 9-14.
22
Siti Nurbaya M. Ali, dkk., “Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kinerja Guru
Pada Sd Negeri” , Jurnal Administrasi Pendidikan 3, no. 2, (Mei 2015): 120.
23
Siti Nurbaya M. Ali, dkk., “Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kinerja Guru
Pada Sd Negeri” , Jurnal Administrasi Pendidikan 3, no. 2, (Mei 2015): 121.
24
Abd. Madjid, Pengembangan Kinerja Guru Melalui Kompetensi, Komitmen Dan Motivasi Kerja,
(Yogyakarta, 2016), 13.
Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa kinerja guru
dipengaruhi oleh dua faktor
1. Faktor internal
Meliputi kemampuan, yang dipengaruhi oleh pengetahuan dan keterampilan.
Sedangkan pengetahuan dipengaruhi oleh pendidikan, pengalaman, latihan
dan minat. Dan keterampilan dipengaruhi oleh bakat dan kepribadian.
2. Faktor eksternal
Meliputi motivasi, yang dipengaruhi lingkungan, baik lingkungan fisik
pekerjaan maupun lingkungan sosial pekerjaan. Lingkungan sosial pekerjaan
terdiri dari faktor kepemimpinan, organisasi formal atau lingkungan
organisiasi yang mencakup struktur organisasi, iklim kepemimpinan,
efisiensi organisasi dan manajemen.
Oleh karena itu, dalam hal ini peran lingkungan madrasah seperti suasana
sekolah, gaya kepemimpinan, iklim organisasi, dan kerjasama dengan rekan sejawat
sangat penting karena dapat berpengaruh terhadap kinerja pekerja baik secara individual
maupun secara kelembagaan.
Standar kinerja perlu dirumuskan untuk dijadikan acuan dalam mengadakan
perbandingan terhadap apa yang dicapai dengan apa yang diharapkan, atau kualitas
kerja adalah wujud perilaku atau kegiatan yang dilaksanakan dan sesuai dengan harapan
dan kebutuhan atau tujuan yang hendak dicapai secara efektif dan efesien. 25
Standar kinerja dapat dijadikan patokan dalam mengadakan
pertanggungjawaban terhadap apa yang telah dilaksanakan. Menurut Invancevich dalam
bukunya, patokan tersebut meliputi:
1. Hasil, mengacu pada ukuran output utama organisasi sekolah
2. Efisiensi, mengacu pada penggunaan sumber daya langka oleh organisasi
sekolah.
3. Kepuasan, mengacu pada keberhasilan organisasi sekolah dalam memenuhi
kebutuhan semua pihak yang terlibat dalam organisasi sekolah tersebut.

25
Siti Nurbaya M. Ali, dkk., “Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kinerja Guru
Pada Sd Negeri” , Jurnal Administrasi Pendidikan 3, no. 2, (Mei 2015): 120.
4. Keadaptasian, mengacu kepada ukuran tanggapan organisasi sekolah
terhadap perubahan yang terjadi.26

METODOLOGI PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan
pendekatan kualitatif untuk mengkaji permasalahan dan memperoleh makna yang lebih
mendalam tentang gaya kepemimpinan kepala madrasah dalam mengelola kinerja guru.
Penelitian ini dilakukan di MTS Negeri 2 Mojokerto Jawa Timur. Waktu yang
diperlukan untuk menyelesaikan penelitian ini selama 2 bulan berlangsung dari bulan
Agustus hingga September. Teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara,
dan studi dokumentasi. Subjek penelitian dalam penelitian ini ditentukan dengan teknik
purposive yaitu penentuan informan tidak didasarkan strata, pedoman atau wilayah
tetapi didasarkan adanya tujuan tertentu yang tetap berhubungan dengan permasalahan
penelitian. Mereka yang dijadikan sebagai informan pada penelitian ini adalah
berdasarkan pertimbangan bahwa mereka telah mewakili dan disesuaikan dengan
bidang-bidang dalam struktur organisasi MTS Negeri 2 Mojokerto. Maka peneliti dalam
hal ini menggunakan informan yang terdiri dari:

1. Kepala madrasah MTS Negeri 2 Mojokerto


2. Wakil kepala sekolah MTS Negeri 2 Mojokerto
3. Beberapa guru MTS Negeri 2 Mojokerto
4. Siswa MTS Negeri 2 Mojokerto

Dalam penelitian ini, instrumen yang digunakan adalah pedoman wawancara, pedoman
observasi, dan angket. Teknik pengumpulan data yang dilakukan meliputi obervasi,
wawancara, dan dokumentasi. Setelah data terkumpul, maka langkah selanjutnya data
diolah. Adapun teknik pengolahan data yang digunakan yaitu teknik analisis kualitatif
dengan menggunakan metode deskriptif.

HASIL DAN PEMBAHASAN

26
Abd. Madjid, Pengembangan Kinerja Guru Melalui Kompetensi, Komitmen Dan Motivasi Kerja,
(Yogyakarta, 2016), 14.
Definisi mengenai kepemimpinan menurut Stephen P. Robbins dalam bukunya,
yakni “Leadership is the ability to influence a group toward the achievement of goals”.
(Kepemimpinan adalah suatu kemampuan mempengaruhi suatu kelompok ke arah
pencapaian tujuan). Serta menurut George R. Terry “Leadership is the activity of
influencing people to strive willingly for group objectives”. (Kepemimpinan adalah
suatu aktivitas mempengaruhi orang-orang untuk berusaha mencapai tujuan-tujuan
kelompok dengan sukarela).27
Berdasarkan penelitian yang telah peneliti lakukan di Mts Negeri 2 Mojokerto
penerapan gaya kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru di Mts Negeri 2
Mojokerto memiliki pengaruh positif. Gaya kepemimpinan sekolah sangat berpengaruh
dalam peningkatan kinerja guru.
Dilihat dari segi perilaku kepemimpinan kepala madrasah Mts Negeri 2
Mojokerto memiliki gaya kepemimpinan paternalistis. Kepemimpinan paternalistik
memiliki ciri mampu berperan layaknya seorang bapak dengan sifat yang selalu
melindungi bawahan.28 Kepala madrasah Mts Negeri 2 Mojokerto mampu berperan
layaknya seorang bapak, bersifat melindungi, dan mementingkan kesejahteraan
bawahannya. Kepala madrasah banyak memberikan instruksi kepada guru. Keputusan
diambil oleh pemimpin dan bawahan tinggal melaksanakannya saja. Konsekuensinya
dari gaya kepemimpinan ini adalah para bawahan tidak dimanfaatkan sebagai sumber
informasi, ide, dan saran namun, para bawahan tetap didorong untuk berfikir inovatif
dan kreatif.
Kepala sekolah didefinisikan sebagai seorang tenaga fungsional guru yang diberi
tugas tambahan untuk memimpin suatu lembaga atau sekolah dimana diselenggarakan
proses belajar mengajar, atau tempat dimana terjadi interaksi antara guru yang memberi
pelajaran dan murid yang menerima pelajaran. Kepala sekolah memiliki peranan yang
sangat penting dalam menggerakkan, dan menyerasikan semua sumber daya
pendidikan yang tersedia di sekolah dan mempergunakan sesuai kebutuhan. Artinya,
kepemimpinan kepala sekolah merupa-kan salah satu faktor yang dapat mewujudkan
visi, misi, tujuan dan sasaran sekolah melalui program-program yang dilaksanakan

27
Farera Erlangga, dkk, “Pengaruh Gaya Kepemimpinan Paternalistik Terhadap Motivasi Kerja Pegawai
Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Padang” (Skripsi, Universitas Negeri Padang, 2013), 176.
28
Farera Erlangga, dkk, “Pengaruh Gaya Kepemimpinan Paternalistik Terhadap Motivasi Kerja Pegawai
Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Padang”, 177.
secara terencana dan bertahap. Kepala sekolah dituntut mempunyai kemampuan
manajemen dan kepemimpinan yang memadai agar mampu mengambil inisiatif dan
prakarsa untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah.29
Peran kepala madrasah Mts Negeri 2 Mojokerto dalam mengelola kinerja guru
sangatlah penting. Kepala madrasah setidaknya memiliki kemampuan dasar sebagai
berikut:

a. Manajerial
b. Kewirausahaan
c. Sosial
d. Supervisi dan evaluasi

Pendidikan akan dapat tercapai sesuai dengan tujuan yang telah diinginkan
bersama dengan adanya peningkatan kinerja yang baik. Peningkatan kinerja tersebut
harus didukung oleh kepatuhan guru sebagai bawahan terhadap kepala madrasah
sebagai atasannya.

Merujuk pada Peraturan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara No 16 Tahun 2009,


maka indikator penilaian kinerja guru ada lima, yaitu:
a. Menguasai bahan ajar
Guru perlu untuk menguasai bahan ajar yang bukan hanya sekedar materi
tertentu yang merupakan bagian dari mata pelajaran saja, namun perlu untuk
menguasai pemahaman yang lebih luas dari materi agar dapat mencapai hasil
yang lebih baik.
b. Merencanakan proses belajar mengajar.
Setiap perencanaan selalu berkenaan dengan pemikiran tentang apa yang akan
dilakukan. Perencanaan program belajar mengajar memperkirakan mengenai
tindakan apa yang akan dilakukan pada waktu melaksanakan pembelajaran.
c. Kemampuan melaksanakan dan mengelola proses belajar mengajar.
Di dalam proses belajar mengajar, tugas guru di dalam kelas sebagian besar
adalah memberikan materi pelajaran kepada siswa dengan menyediakan kondisi
belajar yang optimal. Kondisi belajar yang optimal dapat dicapai jika guru

29
Siti Nurbaya M. Ali, dkk., “Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Kinerja Guru
Pada Sd Negeri Lambaro Angan”, Jurnal Administrasi Pendidikan 3, no. 2 (Mei 2015) 117-120.
mampu mengatur siswa dan sarana prasarana dan media pembelajaran, serta
mengendalikannya dalam suasana yang kondusif dan menyenangkan untuk
mencapai tujuan pelajaran.
d. Kemampuan melakukan evaluasi atau penilaian.
Dalam proses penilaian proses dan hasil belajar siswa di sekolah, aspek-aspek
yang sangat berperan penting adalah berkenaan dengan pemilihan penyusunan
soal, alat penilaian, dan tahapan evaluasi pembelajaran. Dengan adanya hasil
penilaian akan dapat diketahui kemajuan dan perkembangan siswa dari waktu ke
waktu.
e. Kemampuan melaksanakan bimbingan belajar (perbaikan dan pengayaan).
Pembelajaran perbaikan merupakan layanan pendidikan yang diberikan kepada
siswa tertentu untuk memperbaiki prestasi belajarnya sehingga mencapai kriteria
ketuntasan yang ditetapkan. Oleh karena itu guru harus memiliki kemampuan
untuk melakukan perbaikan atau pengayaan.30

Sependapat dengan kepala madrasah Mts Negeri 2 Mojokerto, yang menjelaskan


bahwa standar kinerja guru harus memenuhi unsur sebagai berikut :

a. Memenuhi standar proses pembelajaran


b. Melaksanakan proses KBM di dalam ataupun diluar kelas
c. Melaksanakan kegiatan seperti administrasi madrasah, administrasi
pembelajaran, bimbingan layanan terhadap siswa, dan penilaian/evaluasi

Kendala yang dihadapi kepala sekolah dalam mengelola kinerja guru adalah
kemampuan guru tidak merata, sarana prasarana yang kurang memadai. Upaya yang
dilakukan kepala madrasah dalam menyikapi masalah yaitu dengan cara mengadakan
pembinaan dan pelatihan bagi guru-guru yang masih kurang kemampuan dalam
kinerjanya serta memberi contoh sikap disiplin dan selalu berkoordinasi dengan unsur
pimpinan mengenai pembagian tugas yang di tuangkan pada program madrasah sesuai
RKM, RKJTM

30
Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara, Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya,
Menpan dan Reformasi Birokrasi, Jakarta, hal. 10
Strategi yang dilakukan kepala madrasah Mts Negeri 2 Mojokerto dalam
mengelola kinerja guru yakni dengan cara membuat program terencana dan mengawal
setiap terlaksananya kegiatan madrasah, serta mengadakan evaluasi setiap kegiatan dan
program yang telah dilaksanakan. Memberikan motivasi berupa apresiasi, dan
penghargaan. Sosialisasi program, pembagian tugas sesuai tupoksi Membuat team
(dengan keanggotaan unsur pimpinan, guru seminar yang dituangkan pada SK).

KESIMPULAN

Berdasarkan data dan hasil penelitian tentang penerapan gaya kepemimpinan


dalam meningkatkan kinerja guru di Mts Negeri 2 Mojokerto, maka dapat disimpulkan
bahwa Gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh kepala madrasah di Mts Negeri 2
Mojokerto cenderung menggunakan gaya kepemimpinan paternalistik yang
mengutamakan kesejahteraan bawahannya. Gaya kepemimpinan paternalistik berperan
layaknya seorang bapak terhadap anak. Lebih menekankan perlindungan yang berlebih
kepada para bawahan. Namun, gaya kepemimpinan ini kurang memberikan kesempatan
kepada bawahan dalam menyampaikan pendapat sehingga membuat para pegawai
kurang dapat berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang ada di madrasah.
Kepemimpinan kepala madrasah sangat berpengaruh dalam peningkatan kinerja
guru di madrasah. Strategi kepala madrasah Mts Negeri 2 Mojokerto dalam
meningkatkan kinerja guru dengan cara membuat program terencana dan mengawal
setiap terlaksananya kegiatan madrasah, serta mengadakan evaluasi setiap kegiatan dan
program yang telah dilaksanakan. Memberikan motivasi berupa apresiasi, dan
penghargaan.
Adapaun kendala yang dihadapi kepala madrasah dalam meningkatkan kinerja
guru yaitu kemampuan guru yang masih tidak merata, sarana dan prasarana madrasah
yang kurang memadai. Upaya yang dilakukan kepala madrasah dalam menyikapi
masalah yaitu dengan cara mengadakan pembinaan dan pelatihan bagi guru –guru yang
masih kurang kemampuan dan mencari dana melalui infaq oleh para pegawai, siswa,
dan wali murid.
SARAN

1. Untuk kepala sekolah


Dalam meningkatkan kinerja guru di Mts Negeri 2 Mojokerto kepala madrasah
perlu untuk meningkatkan kemampuannya dalam menerapkan gaya
kepemimpinan yang telah di milikinya secara tepat sehingga dapat digunakan
dalam memimpin bawahannya. Terus berupaya meningkatkan kinerja guru
dengan memberikan penghargaan, mendengarkan ide-ide guru sehingga guru
lebih semangat dalam bekerja juga lebih kreatif dan inovatif.
2. Untuk guru di Mts Negeri 2 Mojokerto
Agar senantiasa menjalankan kewajibannya sesuai dengan standar kinerja guru
dan arahan kepala madrasah. Serta selalu dapat bekerja sama menjadi panutan
bagi guru sekolah lainnya di Kabupaten Mojokerto.
3. Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk dapat meneliti selain variabel
kepemimpinan, motivasi, dan kinerja yaitu seperti didplin kerja, budaya
organisasi, lingkungan kerja, semangat kerja, komunikasi, komitmen kerja,
kepuasan kerja dan variabel lainnya sehingga peneliti akan lebih mengetahui
faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja secara keseluruhan.
DAFTAR PUSTAKA

Nurbaya, Siti. M. Ali. dkk. Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan
Kinerja Guru Pada Sd Negeri. Volume 3. No. 2. 2015.

Madjid, Abd. Pengembangan Kinerja Guru Melalui Kompetensi, Komitmen Dan


Motivasi Kerja. Yogyakarta. 2016.

Baihaqi, M Fauzan. Pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kepuasan kerja dan kinerja
dengan komitmen organisasi sebagai variabel intervening. Skripsi. 2010.

Erlangga, Farera. “Pengaruh Gaya Kepemimpinan Paternalistik Terhadap Motivasi


Kerja Pegawai Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Padang” Ilumanus 12. no. 2.
2013.

Andriansyah. Kepemimpinan Visioner Kepala Daerah Kajian Dan Teori. Fakultas Ilmu
Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Prof. Dr. Moestopo Beragama. Jakarta. 2015.

Baihaqi, M Fauzan. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Kepuasan Kerja Dan


Kinerja Dengan Komitmen Organisasi Sebagai Variabel Intervening. Program
Sarjana Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro. Semarang. 2010.

Adam, Adlan. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru
SD Negeri Di Kecamatan Gondokusuman Daerah Istimewa Ygyakarta. Fakultas
Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta. 2014.

Ishaq dkk. Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Kinerja Guru Pada
SMA Negeri 4 Wira Bangsa Meulaboh Dan SMA Negeri 3 Meulaboh. Jurnal
Administrasi Pendidikan Pascasarjana Universitas Syiah Kuala. Aceh. Vol 4 No
1. 2016.

Kepemimpinan Dalam Organisasi Modul Pendidikan Dan Pelatihan Kepemimpinan


Tingkat III. Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia. Jakarta. 2008.

Eka, Hagi. “Hubungan Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah Dengan Kinerja Guru Di
SMP N Kecamatan Palembayan Kabupaten Agam”. Jurnal Administrasi
Pendidikan. Vol. 2, No 3 (2014) hal 294-831.
Idawati. “Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah Dan Kinerja Guru”. Jurnal Eklektika.
Vol. 1. No. 2. 2013.

Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan


Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009 tentang Jabatan
Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. Menpan dan Reformasi Birokrasi.
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai