Anda di halaman 1dari 11

1

HUBUNGAN KEPEMIMPINAN VISIONER KEPALA SEKOLAH DAN


IKLIM ORGANISASI DENGAN KINERJA GURU SMA NEGERI DI
KOTA KEDIRI

Candra Mey Shanti


Ahmad Yusuf Sobri
Imam Gunawan
Universitas Negeri Malang, Jalan Semarang No. 5 Malang 65145
E-mail: candrameys11@gmail.com

Abstract : This research was conducted to determine the visionary leadership of high school in
Kediri city, high school organizational climate in the of Kediri, the performance of high school
teachers in the city of Kediri. A quantitative approach and the type of research used is descriptive
correlational. This research was conducted in the state senior high school in Kediri with 186 teachers
as respondents. The result showed that the visionary leadership of the principal of the senior high
school in Kediri was in the high category, the organizational climate of high school in the Kediri city
is in the high category, the performance of high school theachers in the city of Kediri in the high
category, there is a relationship between visionary leadership and the performance of high school
teachers in Kediri city, there is a relationship between organizational climate and the performance of
high school teachers in Kediri city, and there is a relationship between visionary leadership with
organizational climate and the performance of high school teachers in Kediri city.

Keywords: visionary leadership, organizational climate, teacher performance

Abstrak: Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui kepemimpinan visioner kepala SMA Negeri
di Kota Kediri, iklim organisasi SMA Negeri di Kota Kediri, kinerja guru SMA Negeri di Kota
Kediri. Pendekatan kuantitatif dan jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelasional.
Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri Kota Kediri dengan responden sebanyak 186 guru. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa kepemimpinan visioner kepala SMA Negeri di Kota Kediri berada
pada kategori tinggi, iklim organisasi SMA Negeri di Kota Kediri berada pada kategori tinggi, kinerja
guru SMA Negeri di Kota Kediri berada pada kategori tinggi, terdapat hubungan antara
kepemimpinan visioner kepala sekolah dengan kinerja guru SMA Negeri Kota Kediri, terdapat
hubungan antara iklim organisasi dengan kinerja guru SMA Negeri Kota Kediri, dan terdapat
hubungan secara simultan antara kepemimpinan visioner dan iklim organisasi dengan kinerja guru
SMA Negeri di Kota Kediri.

Kata Kunci: kepemimpinan visioner; iklim organisasi, kinerja guru

Sekolah merupakan organisasi atau tempat untuk bekerja sama dalam upaya melakukan
kegiatan yang berhubungan dengan aktivitas pendidikan. Organisasi merupakan suatu sarana yang
terdiri dari kelompok orang, masing-masing setiap individu membawa tujuan sendiri dalam rangka
mencari tujuan bersama. Berhasil atau tidaknya organisasi dalam mencapai tujuan dan
mempertahankan eksistensinya ditentukan oleh faktor manusia yang berada di dalam organisasi
tersebut. Oleh sebab itu, anggota yang ada di dalam organisasi perlu didorong dengan memberikan
stimulus dan fasilitas yang dibutuhkan sehingga dapat meningkatkan gairah kerjanya. Pemimpin tidak
hanya bertugas mengarahkan dan membimbing orang lain sebagai individu, tetapi pemimpin juga
harus bisa mempengaruhi atau menggerakan orang lain sebagai anggota kelompok (Zulkarnain,
2013).
Kinerja merupakan suatu kegiatan yang berhubungan dengan tiga aspek pokok yaitu perilaku,
hasil, dan keefektifan organisasi, Smith (dalam Kempa, 2015). Kinerja guru menyangkut seluruh
aktivitas yang dilakukan oleh seorang guru dalam mengembangkan amanat dan tanggung jawabnya
2

dalam mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, dan memandu siswa untuk mencapai tingkat
kedewasaan dan kematangan siswa (Kompri, 2017). Guru disetiap sekolah memiliki kinerja yang
berbeda-beda. Perbedaan kinerja guru disebabkan oleh beberapa faktor salah satunya kepemimpinan
kepala sekolah dan iklim organisasi yang ada di sekolah. Kinerja guru merupakan merupakan wujud
perilaku kegiatan guru dalam proses pembelajaran (Madjid, 2016). Terdapat dua faktor yang
mempengaruhi kinerja guru yaitu “a. faktor internal yang terdiri dari dalam keaadaan pada diri guru
tersebut, b. faktor eksternal yang terdiri dari fasilitas sekolah, peraturan serta kebijakan, kualitas
manajerial, dan kepemimpinan kepala sekolah”.
Kepemimpinan merupakan kemampuan seseorang untuk mempengaruhi, menggerakkan, dan
mengarahkan tingkah laku orang lain atau kelompok untuk mencapai tujuan kelompok dalam situasi
tertentu (Zulkarnain, 2013). Kepemimpinan kepala sekolah harus bersifat mendorong kinerja guru
dengan menunjukkan rasa bersahabat, dekat, dan penuh pertimbangan terhadap guru baik secara
individu maupun kelompok. Kepemimpinan begitu kuat memengaruhi kinerja organisasi sehingga
sangat rasional jika keterpurukan pendidikan salah satunya kepemimpinan yang tidak dapat
menyesuaikan diri dengan perubahan dan juga tidak memiliki perencanaan strategi pendidikan yang
adaptif terhadap perubahan (Hidayah, 2016). Keterpurukan bidang pendidikan nasional adalah salah
satunya disebabkan karena belum adanya visi yang strategis, hal ini membuktikan betapa kuatnya visi
pendidikan memengaruhi kinerja pendidikan. Tujuan dari merumuskan visi adalah untuk memberikan
arahan terhadap organisasi di masa yang akan mendatang, secara sederhana adalah memberi
pandangan jauh ke depan tentang organisasi. Menurut Prijosaksono dan Sembel (dalam Prihatin,
2011) menyatakan bahwa visi yang akan menjadi daya atau kekuatan untuk melakukan perubahan,
mendorong personel di dalam organisasi menjadi lebih aktif dan kreatif dalam berbagai keahlian, di
samping itu pendapat lain mengemukakan visi merupakan pernyataan tujuan sekolah, sebuah masa
depan sekolah menuju yang lebih baik dan berhasil. Oleh karena itu visi merupakan kunci energi
sumber daya manusia untuk meningkatkan kinerja dan kunci atribut sekolah dalam pembuatan
kebijakan (Priansa, 2017). Pemimpin masa depan adalah pemimpin yang memiliki visi yang kuat,
pemimpin tersebut sering disebut dengan pemimpin visioner yang menerapkan kepemimpinan
visioner. Kepemimpinan visioner salah satunya ditandai oleh kemampuan dalam membuat
perencanaan yang jelas sehingga dari rumusan visinya tersebut akan tergambar sasaran apa yang
hendak dicapai dari pengembangan lembaga yang dipimpinnya. Pemimpin visioner mampu
memberdayakan karyawan karena pemimpin ini memiliki pandangan bahwa orang lain merupakan
aset berharga yang harus diperhatikan dan mengembangkan profesionalisme karyawan melalui
pendidikan dan pelatihan.
Iklim organisasi melukiskan lingkungan internal organisasi. Iklim organisasi sekolah pada
dasarnya tidak terlepas dan bahkan terbentuk oleh iklim organisasi sekolah dan iklim kerja. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa iklim organisasi sekolah merupakan persepsi-persepsi yang muncul dari
guru berakar dari apa yang mereka rasakan. sehingga iklim organisasi seklolah perlu diciptakan
secara
3

kondusif dimana penampilan sekolah harus rapi, nyaman, bersih selain itu hubungan antara kepala
sekolah dengan guru harmonis hal ini membuat guru menjadi lebih nyaman (Ngalimun, 2017).
Iklim yang kondusif akan mendorong guru lebih berprestasi optimal sesuai dengan minat dan
kemampuannya. Lingkungan kerja yang kurang mendukung seperti lingkungan fisik pekerjaan dan
hubungan kurang serasi antar seorang guru dengan guru lainnya ikut menyebabkan kinerja akan jadi
buruk. Iklim organisasi yang kondusif sangat dibutuhkan bagi guru untuk menumbuhkan dorongan
dalam diri guru tersebut untuk bekerja lebih bersemangat (Ngalimun, 2017:82). Iklim organisasi jika
dikaitkan dengan iklim organisasi sekolah dalam organisasi merupakan suasana dalam suatu
organisasi yang diciptakan oleh pola hubungan antar pribadi (interpersonal relationship) yang
berlaku. Pola hubungan ini bersumber dari hubungan antar guru dengan guru lainnya atau
memungkinkan hubungan antara guru dengan pemimpin membentuk sesuatu jenis kepemimpinan
dalam melaksanakan fungsi- fungsi kepemimpinannya (Ngalimun, 2017:79). Kepala sekolah sebagai
pemimpin harus bisa memaksimalkan dalam mengelola iklim organisasi sekolah, agar kondisi
menjadi kondusif sehingga guru menjadi nyaman dalam bekerja (Ngalimun, 2017).

METODE
Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan
teknik deskriptif korelasional yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antar variabel yang diteliti.
Pendekatan kuantitatif merupakan suatu metode penelitian yang digunakan untuk meneliti suatu
populasi dan sampel dengan instrumen penelitian sebagai metode untuk pengumpulan data
menggunakan analisis data yang bersifat statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah
ditentukan (Sugiyono, 2012). Rancangan hubungan antar variabel pada penelitian ini dapat dilihat
pada Gambar 1.

Gambar 1 Model Rancangan Penelitian

Instrumen penelitian ini menggunakan angket atau kuisioner tertutup dengan responden yang
telah dipilih yaitu guru SMA Negeri di Kota Kediri. Jumlah keseluruhan populasi yang diteliti
memiliki sebanyak 349 guru, sedangkan dalam pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan
teknik proportional stratified random sampling yaitu peneliti mengambil sampel dilakukan secara
proporsional sesuai dengan jumlah populasi. Berdasarkan hasil pengambilan sampel yang telah
4

dilakukan dengan menggunakan rumus slovin, maka diperoleh jumlah sampel sebanyak 186 guru
sebagai responden dalam penelitian ini.
Teknik analisis data dalam penelitian ini mengunakan analisis deskriptif, uji asumsi data, dan
uji hipotesis. Teknik analisis data digunakan untuk mengolah angka-angka yang diperoleh dari skor
yang mudah dibaca dan disimpulkan. uji asumsi data diperlukan untuk mengetahui bisa atau tidaknya
analisis data untuk dilanjutkan pada pengujian hipotesis. Uji asumsi data pada penelitian ini meliputi
uji normalitas, uji linearitas, uji multikolinearitas, dan uji heterokedastisitas. Senua uji asumsi data
yang dilakukan oleh peneliti merupakan syarat yang harus dipenuhi sebelum melanjutkan pengujian
hipotesis. Pengujian hipotesis pada penelitian ini menggunakan analisis korelasi product moment
pearson dan analisis korelasi ganda.

HASIL
Deskripsi Variabel Kepemimpinan Visioner Kepala Sekolah
Data pada variabel kepemimpinan visioner (X1) dijabarkan dalam 15 indikator dan diwakili
39 item pernyataan dengan jumlah responden 186 guru. Analisis deskriptif dalam penelitian ini diolah
menggunakan SPSS statistic 24 for windows. Hasil analisis data terhadap variabel kepemimpinan
visioner (X1) menunjukkan nilai: skor rata-rata 132,93; simpangan baku 7,873; skor maksimum 155;
dan skor minimum 112. Selanjutnya, menentukan jumlah kualifikasi yang digunakan untuk
mengetahui tingkat kepemimpinan visioner kepala sekolah. Untuk mengetahui tingkat tersebut, maka
harus diketahui panjang kelas interval. Variabel kepemimpinan visioner kepala sekolah memiliki skor
maksimum 155 dan skor minimum 112. Berdasarkan perhitungan, skor tertinggi 155 dikurangi skor
terendah 112 diperoleh hasil 43, kemudian dibagi 4 sehingga diperoleh hasil kelas interval sebesar
10,8 yang kemudian dibulatkan menjadi 11.
Tabel 1 Frekuensi dan Persentase Variabel Kepemimpinan Visioner Kepala Sekolah
No Alternatif Jawaban Kode Interval Kategori Frekuensi Presentase %
1 SS 4 145 - 155 Sangat Tinggi 5 2,7
2 S 3 134 - 144 Tinggi 100 53,8
3 TS 2 123 - 133 Rendah 60 32,3
4 STS 1 112 - 122 Sangat Rendah 21 11,3
Total 186 100

Berdasarkan Tabel 1 menunjukkan bahwa dari 186 responden yang berada dalam interval skor
112 s.d 122 dengan klasifikasi sangat rendah sebanyak 21 responden (11,3%); interval skor 123 s.d
133 dengan klasifikasi rendah sebanyak 60 (32,3%); interval skor 134 s.d 144 dengan klasifikasi
tinggi sebanyak 100 responden (53,8%); dan interval skor 145 s.d 155 dengan klasifikasi sangat tinggi
sebanyak 5 responden (2,7%). Sehingga nilai persentase terbesar atau paling dominan yang diperoleh
pada variabel kepemimpinan visioner adalah 53,8%. Nilai persentase 53,8% berada dalam interval
5

50,1% - 75% yang berkategori tinggi. Hal ini berarti bahwa tingkat kepemimpinan visioner kepala
SMA Negeri di Kota Kediri tergolong tinggi.
Deskripsi Variabel Iklim Organisasi
Data pada variabel iklim organisasi (X2) dijabarkan dalam 18 indikator dan diwakili 49 item
pernyataan dengan jumlah responden 186 guru. Analisis deskriptif dalam penelitian ini diolah
menggunakan SPSS statistic 24 for windows. Hasil analisis data terhadap variabel iklim organisasi
(X2) menunjukkan nilai: skor rata-rata 167,34; simpangan baku 12,203; skor maksimum 191; dan
skor minimum 140. Selanjutnya, menentukan jumlah kualifikasi yang digunakan untuk mengetahui
tingkat iklim organisasi. Untuk mengetahui tingkat tersebut, maka harus diketahui panjang kelas
interval. Variabel iklim organisasi memiliki skor maksimum 191 dan skor minimum 140. Berdasarkan
perhitungan, skor tertinggi 191 dikurangi skor terendah 140 diperoleh hasil 51, kemudian dibagi 4
sehingga diperoleh hasil kelas interval sebesar 12,8 yang kemudian dibulatkan menjadi 13.
Tabel 2. Frekuensi dan Persentase Variabel Iklim Organisasi
Presentase
No Alternatif Jawaban Kode Interval Kategori Frekuensi %
1 SS 4 179 – 191 Sangat Tinggi 25 13,4
2 S 3 166 – 178 Tinggi 112 60,2
3 TS 2 153 – 165 Rendah 13 7
4 STS 1 140 – 152 Sangat Rendah 36 19,4
Total 186 100

Berdasarkan Tabel 2 menunjukkan bahwa dari 186 responden yang berada dalam interval skor
140 s.d 152 dengan klasifikasi sangat rendah sebanyak 36 responden (19,4%); interval skor 153 s.d
165 dengan klasifikasi rendah sebanyak 13 responden (7%); interval skor 166 s.d 178 dengan
klasifikasi tinggi sebanyak 112 responden (60,2%); dan interval skor 179 s.d 191 dengan klasifikasi
sangat tinggi sebanyak 29 responden (13,4%). Sehingga nilai persentase terbesar atau paling dominan
yang diperoleh pada variabel iklim organisasi adalah 60,2%. Nilai persentase 60,2% berada dalam
interval 50,1% - 75% yang berkategori tinggi. Hal ini berarti bahwa tingkat iklim organisasi di SMA
Negeri di Kota Kediri termasuk tinggi.
Deskripsi Variabel Kinerja Guru
Data pada variabel kinerja guru (Y) dijabarkan dalam 9 indikator dan diwakili 21 item
pernyataan dengan jumlah responden 186 guru. Analisis deskriptif dalam penelitian ini diolah
menggunakan SPSS statistic 24 for windows. Hasil analisis data terhadap variabel kinerja guru (Y)
menunjukkan nilai: skor rata-rata 72,56; simpangan baku 5,757; skor maksimum 84; dan skor
minimum
61. Selanjutnya, menentukan jumlah kualifikasi yang digunakan untuk mengetahui tingkat kinerja
guru. Untuk mengetahui tingkat tersebut, maka harus diketahui panjang kelas interval. Variabel
kinerja guru memiliki skor maksimum 84 dan skor minimum 61. Berdasarkan perhitungan, skor
tertinggi 84
6

dikurangi skor terendah 61 diperoleh hasil 23, kemudian dibagi 4 sehingga diperoleh hasil kelas
interval sebesar 5,8 yang kemudian dibulatkan menjadi 6.
Tabel 3 Frekuensi dan Persentase Variabel Kinerja Guru
Alternatif
No Kode Interval Kategori Frekuensi Presentase %
Jawaban
1 SS 4 79 – 84 Sangat Tinggi 22 11,8
2 S 3 73 – 78 Tinggi 96 51,6
3 TS 2 67 – 72 Rendah 36 19,4
4 STS 1 61 – 66 Sangat Rendah 32 17,2
Total 186 100

Berdasarkan Tabel 3 menunjukkan bahwa dari 186 responden yang berada dalam interval skor
61 s.d 66 dengan klasifikasi sangat rendah sebanyak 32 responden (17,2%); interval skor 67 s.d 72
dengan klasifikasi rendah sebanyak 36 (19,4%); interval skor 73 s.d 78 dengan klasifikasi tinggi
sebanyak 96 responden (51,6%); dan interval skor 79 s.d 84 dengan klasifikasi sangat tinggi sebanyak
22 responden (11,8%). Sehingga nilai persentase terbesar atau paling dominan yang diperoleh pada
variabel kinerja guru adalah 51,6%. Nilai persentase 51,6% berada dalam interval 50,1% - 75% yang
berkategori tinggi. Hal ini berarti bahwa tingkat kinerja guru di SMA Negeri di Kota Kediri termasuk
tinggi.
Hubungan antara Kepemimpinan Visioner Kepala Sekolah dengan Kinerja Guru SMA Negeri
di Kota Kediri
Hubungan kepemimpinan visioner (X1) dengan kinerja guru (Y) dalam penelitian ini dihitung
dengan menggunakan analisis Korelasi Pearson Product Moment (2 tailed) SPSS 24.0 for windows
dengan signifikansi sebesar 5% (0,05).

Tabel 4. Hasil Uji Korelasi Variabel X1 dengan Y

Correlations
Kepemimpinan_Visioner Kinerja_Guru
Kepemimpinan_Visioner Pearson 1 .353**
Correlation
Sig. (2-tailed) .000
N 186 186
Kinerja_Guru Pearson .353** 1
Correlation
Sig. (2-tailed) .000
N 186 186
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Berdasarkan Tabel 4 diperoleh hasil nilai signifikansi variabel kepemimpinan visioner (X1)
sebesar 0,000 dan nilai pearson correlation sebesar 0,353. Sehingga diketahui bahwa nilai
signifikansi 0,000 ≤ 0,05. Maka menghasilkan hipotesis bahwa H0 ditolak dan H1 diterima. Jadi,
kesimpulannya
7

yaitu terdapat hubungan antara variabel kepemimpinan visioner kepala sekolah (X1) dengan kinerja
guru (Y).

Hubungan antara Iklim Organisasi dengan Kinerja Guru SMA Negeri di Kota Kediri

Hubungan iklim organisasi (X2) dengan kinerja guru (Y) dalam penelitian ini dihitung dengan
menggunakan analisis Korelasi Pearson Product Moment (2 tailed) SPSS 24.0 for windows dengan
signifikansi sebesar 5% (0,05).

Tabel 5 Hasil Uji Korelasi X2 dengan Y


Correlations
Iklim_Organisasi Kinerja_Guru
Iklim_Organisasi Pearson 1 .385**
Correlation
Sig. (2-tailed) .000
N 186 186
Kinerja_Guru Pearson .385** 1
Correlation
Sig. (2-tailed) .000
N 186 186
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Berdasarkan Tabel 5 diperoleh nilai signifikansi variabel iklim organisasi (X2) sebesar 0,000
dan nilai pearson correlation sebesar 0,428. Sehingga diketahui bahwa nilai signifikansi 0,000 ≤ 0,05.
Maka menghasilkan hipotesis bahwa H 0 ditolak dan H1 diterima. Jadi, kesimpulannya yaitu terdapat
hubungan antara variabel iklim organisasi (X2) dengan kinerja guru (Y).

Hubungan antara Kepemimpinan Visioner dan Iklim Organisasi dengan Kinerja Guru SMA
Negeri di Kota Kediri

Hubungan kepemimpinan visioner kepala sekolah (X1) dan iklim organisasi (X2) dengan
kinerja guru (Y) dalam penelitian ini perhitungan analisis korelasi berganda dengan menggunakan
analisis statistik SPSS 24.0 for windows dengan signifikansi sebesar 5% (0,05).

Tabel 6. Uji Korelasi Berganda


Model Summary
Change Statistics
R Adjusted Std. Error of R Square F Sig. F
Model R Square R Square the Estimate Change Change df1 df2 Change
1 .450a .202 .194 5.170 .202 23.505 2 183 .000
a. Predictors: (Constant), Iklim_Organisasi, Kepemimpinan_Visioner

Berdasarkan Tabel 6 diperoleh nilai signifikansi variabel kepemimpinan visioner (X1), iklim
organisasi (X2), dan kinerja guru (Y) sebesar 0,000 dan diperoleh hasil koefisien sebesar 0,450.
Sehingga diketahui bahwa nilai signifikansi 0,000 ≤ 0,05. Maka menghasilkan hipotesis bahwa H 0
8

ditolak dan H1 diterima. Jadi, kesimpulannya yaitu terdapat hubungan antara kepemimpinan visioner
kepala sekolah (X1), variabel iklim organisasi (X2) dengan kinerja guru (Y) secara simultan.

PEMBAHASAN

Hasil uji deskripsi data penelitian mengenai variabel kepemimpinan visioner kepala sekolah
memberikan hasil bahwa tingkat kepemimpinan visioner kepala sekolah yang mencapai persentase
53,8% yang artinya berada dalam kategori tinggi. Hal ini dapat disimpulkan bahwa kepala SMA
Negeri di Kota Kediri telah mencerminkan perilaku kepemimpinan visioner dan menjalankan
tugasnya dengan baik. Hasil tersebut menunjukkan bahwa kepala SMA Negeri di Kota Kediri
menerapkan empat pilar kepemimpinan visioner dalam bekerja. Empat pilar dalam penelitian ini
kepala sekolah sebagai penentu arah, agen perubahan, juru bicara, dan pelatih (Komariah dan Triatna,
2008). Kepala SMA Negeri di Kota Kediri dalam bekerja telah menerapkan tahapan-tahapan
kepemimpinan visioner. Tahapan- tahapan yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu mulai penciptaan
visi, perumusan visi, transformasi visi, dan implementasi visi (Komariah dan Triatna, 2008). Melihat
tingkat kepemimpinan visioner yang berada dalam kategori tinggi selain menerapkan empat pilar
kepemimpinan visioner dan tahapan- tahapan kepemimpinan visioner, kepala SMA Negeri di Kota
Kediri memiliki karakteristik kepemimpinan visioner. Karakteristik kepemimpinan visioner dalam
penelitian ini adalah berwawasan visioner dan mampu menyiasati masa depan, pemikir dan perencana
yang strategis, inovatif dan berani mengambil risiko, imajinatif, optimis dan antusias, pemberdayaan
karyawan, komunikator yang baik (Hidayah, 2016). Berdasarkan hasil perhitungan deskriptif dari data
kepemimpinan visioner kepala sekolah di SMA Negeri Kota Kediri berada dalam kategori tinggi.
Keterpurukan bidang Pendidikan salah satunya belum adanya visi yang strategis, hal ini membuktikan
betapa kuatnya visi memengaruhi kinerja, tujuan dari merumuskan visi adalah untuk memberikan
arahan terhadap organisasi di masa yang akan mendatang, secara sederhana adalah memberi
pandangan jauh ke depan tentang organisasi, Tilaar (dalam Komariah dan Triatna, 2008). Visi yang
akan menjadi daya atau kekuatan untuk melakukan perubahan, mendorong personel di dalam
organisasi menjadi lebih aktif dan kreatif dalam berbagai keahlian. Kepemimpinan kepala sekolah
sangat berhubungan dengan kinerja seorang guru, karena ada hakikatnya kepemimpinan merupakan
kegiatan untuk mempengaruhi perilaku seseorang di dalam kerjanya dengan menggunakan
kekuasaaan. Dalam hal ini kepala sekolah harus mendorong kinerja guru dengan menunjukkan rasa
bersahabat, dekat, dan penuh pertimbangan terhadap para guru, baik sebagai individu maupun sebagai
kelompok (Mulyasa, 2015).

Hasil uji deskripsi data penelitian mengenai variabel iklim organisasi memberikan hasil
bahwa tingkat iklim organisasi yang mencapai persentase 60,2% yang artinya berada dalam kategori
tinggi. Hal ini dapat disimpulkan bahwa iklim organisasi SMA Negeri di Kota Kediri berada dalam
kondisi yang kondusif. Iklim organisasi ini meliputi (a) keadaan lingkungan fisik; (b) keadaan
lingkungan sosial; (c) pelaksanaan sistem manajemen; (d) produk; (e) konsumen yang dilayani; (f)
kondisi fisik dan
9

kejiwaan anggota organisasi, (g) budaya organisasi. Iklim organisasi mempengaruhi perilaku
organisasi yang kemudian memengaruhi kinerja mereka dan kemudian memengaruhi kinerja
organisasi. Pengaruh iklim organisasi terhadap perilaku organisasi dapat bersifat positif maupun
bersifat negatif. Misalnya ruang kerja yang tidak baik, hubungan atasan dan bawahan tidak yang
konflik, dan birokrasi yang kaku dapat menimbulkan sifat negatif, stres kerja tinggi, serta motivasi
dan kepuasan kerja rendah. Iklim organisasi seperti ini akan menciptakan kinerja organisasi rendah.
Sebaliknya, jika karyawan bekerja di ruangan yang nyaman, hubungan antara atasan dan bawahan
yang kondusif dan birokrasi yang longgar akan menimbulkan sikap positif, stress kerja rendah, serta
motivasi dan kepuasan kerja yang tinggi, (Wirawan, 2007). Iklim yang kondusif akan mendorong
guru lebih berprestasi optimal sesuai dengan minat dan kemampuannya. Lingkungan kerja yang
kurang mendukung seperti lingkungan fisik pekerjaan dan hubungan kurang serasi antar seorang guru
dengan guru lainnya ikut menyebabkan kinerja akan jadi buruk. Iklim organisasi yang kondusif sangat
dibutuhkan bagi guru untuk menumbuhkan dorongan dalam diri guru tersebut untuk bekerja lebih
bersemangat (Ngalimun, 2017:82).

Hasil uji deskripsi data penelitian mengenai kinerja guru memberikan hasil bahwa tingkat
kinerja guru yang mencapai persentase 51,6% yang artinya berada dalam kategori tinggi. Hal ini dapat
disimpulkan bahwa guru SMA Negeri di Kota Kediri telah mencerminkan dan melakukan tugas serta
kewajibannya sebagai pendidik melalui perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan
penilaian hasil belajar. Kinerja guru menyangkut seluruh aktivitas yang dilakukan oleh seorang guru
dalam mengembangkan amanat dan tanggung jawabnya dalam mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, dan memandu siswa untuk mencapai tingkat kedewasaan dan kematangan siswa
(Kompri, 2017). Maka para guru khususnya di SMA Negeri Kota Kediri lebih meningkatkan
kinerjanya sebab kinerja yang tinggi akan mampu mengelola pembelajaran lebih baik.

Hasil penelitian menjelaskan bahwa terdapat hubungan yang positif antara kepemimpinan
visioner kepala sekolah dengan kinerja guru SMA Negeri di Kota Kediri. Hal ini terbukti dengan hasil
dari pengujian hipotesis yang menggunakan analisis korelasi product moment pearson yang
memperoleh hasil nilai signifikansi sebesar 0,000 < 0,05 yang berarti bahwa H0 ditolak dan H1
diterima, sehingga secara parsial terdapat hubungan yang signifikan antara kepemimpinan visioner
dan kinerja guru di SMA Negeri Kota Kediri. Hasil penelitian yang kedua menjelaskan bahwa
terdapat hubungan yang positif antara iklim organisasi dengan kinerja guru SMA Negeri di Kota
Kediri. Hal ini terbukti dengan hasil dari pengujian hipotesis yang menggunakan analisis korelasi
product moment pearson yang memperoleh hasil nilai signifikansi sebesar 0,000 < 0,05 yang berarti
bahwa H0 ditolak dan H1 diterima, sehingga secara parsial terdapat hubungan yang signifikan antara
kepemimpinan visioner dengan kinerja guru di SMA Negeri Kota Kediri. Hasil penelitian yang ketiga
bahwa terdapat hubungan yang positif antara kepemimpinan visioner dan iklim organisasi dengan
kinerja guru SMA Negeri di Kota Kediri. Hal ini terbukti dengan hasil dari pengujian hipotesis yang
menggunakan teknik korelasi
10

berganda yang memperoleh hasil nilai signifikansi sebesar 0,000 < 0,05 yang berarti bahwa H 0 ditolak
dan H1 diterima, sehingga terdapat hubungan yang signifikan antara kepemimpinan visioner kepala
sekolah dan iklim organisasi dan kinerja guru di SMA Negeri Kota Kediri. Hasil penelitian ini
memperkuat hasil temuan penelitan terdahulu yang telah dilakukan oleh: (a) Amalia (2018); (b)
Kalimah, Soegito, dan Nurkolis (2018); (c) dan Dharmawan (2017).

SIMPULAN DAN SARAN


Simpulan
Kesimpulan yang terdapat dalam penelitian ini adalah: (a) tingkat kepemimpinan visioner kepala
sekolah di SMA Negeri Kota Kediri dalam kategori tinggi; (b) Tingkat iklim organisasi di SMA
Negeri Kota Kediri dalam kategori tinggi; (c) tingkat kinerja guru di SMA Negeri Kota Kediri dalam
kategori tinggi; (d) Secara parsial terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara kepemimpinan
visioner kepala sekolah dengan kinerja guru di SMA Negeri di Kota Kediri; (e) Secara parsial terdapat
hubungan yang positif dan signifikan antara iklim organisasi dengan kinerja guru SMA Negeri di
Kota Kediri; (f) Secara simultan terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara kepemimpinan
visioner kepala sekolah dan iklim organisasi dengan kinerja guru SMA Negeri di Kota Kediri.
Saran
Berdasarkan simpulan diatas, maka saran yang dapat direkomendasikan yaitu ditujukan kepada: (a)
Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur, agar kepemimpinan visioner dapat dipertahankan dan
kinerja dapat ditingkatkan, maka perlu diadakan pelatihan dan membuka kesempatan seluas-luasnya
untuk mendapatkan pendidikan lanjut dan mengadakan workshop yang dapat diikuti kepala sekolah
ataupun guru; (b) Kepala SMA Negeri Kota Kediri, Kepala sekolah sebagai pemimpin visioner sudah
menerapkan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik, hal ini perlu dipertahankan dengan cara
melaksanakan tugas dan perannya sehari hari berusaha menjadi pemimpin yang dapat menjadi contoh
dan suri tauladan bagi guru, berusaha menjadi agen perubahan untuk mengarahkan sekolah yang
dipimpin melalui visi yang ada. Serta kepala sekolah dapat memberikan semangat, menghargai
keberhasilan yang telah dicapai oleh guru, dan meningkatkan kemampuan guru dalam mencapai visi;
(c) Guru SMA Negeri Kota Kediri, Guru SMA Negeri di Kota Kediri telah menjalankan tugas dan
perannya dengan baik sebagai pendidik, hal ini menunjukkan bahwa kinerja guru masih perlu
ditingkatkan lagi melalui dukungan dari kepala sekolah. Selain itu guru juga harus meningkatkan
kemampuannya dengan mengikuti pelatihan, workshop, maupun KKG; (d) Ketua Jurusan
Administrasi Pendidikan, sebagai informasi dan data terkait sumber pembelajaran dalam
mengembangkan ilmu administrasi pendidikan. Hendaknya dapat menemukan dan mengkaji faktor-
faktor apa saja yang dapat meningkatkan kinerja guru, sehingga dapat menambah ilmu dan wawasan
bagi mahasiswa Jurusan Administrasi Pendidikan; (e) dan Mahasiswa Administrasi Pendidikan dan
Peneliti lainnya, hasi penelitian dapat digunakan sebagai referensi dan sumber pembelajaran terkait
kepemimpinan visioner kepala sekolah, iklim organisasi, dengan kinerja guru SMA Negeri Kota
Kediri.
11

DAFTAR RUJUKAN

Amalia, F.N. 2018. Hubungan Kepemimpinan Visioner dan Kinerja Guru dengan Keefektifan
Sekolah Dasar Negeri Di Kecamatan Lawang Kabupaten Malang. Skripsi tidak diterbitkan.
Malang: FIP UM.

Dharmawan, A. 2017. Hubungan Antara Iklim Organisasi dan Motivasi Kerja dengan Kinerja Guru
di SD Negeri Se-Kecamatan Sutojayan Kabupaten Blitar. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: FIP
UM.

Hidayah, N. 2016. Kepemimpinan Visioner Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Kempa, R. 2015. Kepemimpinan Kepala Sekolah. Yogyakarta: Ombak.

Khalimah, S. N., Soegito. A. T. & Nurkolis. 2018. Pengaruh Kepemimpinan Visioner Kepala Sekolah
dan Kompensasi Terhadap Kinerja Guru Taman Kanak-Kanak di Kecamatan Tembalang Kota
Semarang. JMP Universitas PGRI Semarang, 7 (3). (online),
(http://journal.upgris.ac.id/index.php/jmp/article/view/3146/2178) , diakses 14 Januari 2020.

Komariah, A. & Triatna, C. 2008. Visionary Leadership Menuju Sekolah Efektif. Jakarta: Bumi

Aksara. Kompri. 2017. Manajemen Pendidikan Komponen Elementer Kemajuan Sekolah.

Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media.

Kompri. 2017. Manajemen Pendidikan Komponen Elementer Kemajuan Sekolah. Yogyakarta: Ar-
Ruzz Media.

Madjid, A. 2016. Pengembangan Kinerja Guru Melalui Komptensi, Komitmen, dan Motivasi Kerja.
Yogyakarta: Samudra Biru. Dari Research Repository, (Online), (http://repository.umy.ac.id/), di
akses 20 Desember 2019.

Mulyasa. 2015. Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara.

Ngalimun. 2017. Kapasitas Selekta Pendidikan Pembelajaran dan Bimbingan . Yogyakarta: Parama
Ilmu.

Priansa, D. J. 2017. Menjadi Kepala Sekolah dan Guru Profesional Konsep Peran Strategis dan
Pengembangan. Bandung: Pustaka Setia.

Prihatin, E. 2011. Teori Administrasi Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.

Wirawan. 2007. Budaya dan Iklim Organisasi Teori Aplikasi dan Penelitian. Jakarta:
Salemba Empat.

Zulkarnain, W. 2013. Dinamika Kelompok Latihan Kepemimpinan Pendidikan. Jakarta:


Bumi Aksara.

Anda mungkin juga menyukai