Anda di halaman 1dari 69

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pendidikan yang bermutu menurut E. Mulyasa (2009: 4-6) merupakan

syarat untuk mewujudkan kehidupan bangsa yang maju, modern dan sejahtera.

Sebagaimana diketahui bahwa banyak negara yang tidak memiliki sumber daya

alam yang melimpah namun dapat mewujudkan kemakmuran dan kesejahteraan

rakyatnya. Hal tersebut dapat terjadi akibat dari pendidikan yang mereka miliki

mempunyai kualitas yang baik, sehingga menghasilkan sumber daya manusia

yang berkualitas. Agar pendidikan dapat berkualitas salah satu faktor penting yang

harus dipenuhi adalah pada keberadaan guru, kepala sekolah yang bermutu, yang

professional, sejahtera dan bermartabat. Semua faktor tersebut dapat diwujudkan

dalam lingkungan sekolah.

Sekolah adalah organisasi yang komplek dan unik, terdiri dari beberapa

manusia dalam rangka mencapai visi dan misi, sehingga memerlukan tingkat

koordinasi yang tinggi. Faktor sumber daya manusia (SDM) merupakan faktor

yang paling besar peranannya dalam mencapai tujuan organisasi. Faktor SDM

merupakan faktor yang dapat menggerakkan tercapainya tujuan organisasi secara

efektif dan efisien, namun SDM juga dapat sebagai faktor penghambat menuju

tercapainya tujuan organisasi. Hal ini dikarenakan faktor manusia sebagai penentu

arah kebijaksanaan dan pelaksana langsung pencapaian tujuan organisasi. Dalam

hal ini kepala sekolah yang akan menjadi faktor penentu untuk

mengorganisasikan visi dan misi sekolah dalam mencapai tujuan.

1
2

Pendapat di atas sejalan dengan yang dikemukakan oleh Wahjosumidjo

(2003: 109) menyatakan bahwa :

“Kepala sekolah selayaknya mampu memobilitasi atau memberdayakan


semua potensi dan sumber daya yang dimiliki, terkait dengan berbagai
program, proses, evaluasi, pengembangan, kurikulum, pembelajaran di
sekolah, pengelolaan tenaga kependidikan, sarana prasarana, pelayanan
terhadap siswa, hubungan masyarakat sampai pada penciptaan iklim
sekolah yang kondusif. Semua ini akan terlaksana manakala kepala
sekolah memiliki kemampuan untuk mempengaruhi semua pihak yang
terlibat dalam kegiatan pendidikan di sekolah, yaitu untuk bekerja dalam
mewujudkan tujuan sekolah”.
Kepala sekolah merupakan supervisor yang memiliki tugas mengawasi

kinerja dari para guru, mengingatkan apabila ada yang melakukan kekeliruan atau

kesalahan, bekerjasama dan bermusyawarah apabila ada suatu masalah yang

menyangkut kepentingan bersama. Ada potensi dan kemampuan yang harus

dimiliki oleh seorang pempimpin sehingga dapat mengatur dan mempengaruhi

bawahannya.

Sebagaimana Sondang P Siagin dalam bukunya Organisasi Kepemimpinan

dan Perilaku Administrasi (2002), menyebutkan bahwa :Untuk berpikir dan

bertindak sedemikian rupa sehingga melalui perilakuyang positif ia dapat

memberi sumbangan yang nyata guna mencapai tujuanyang dalam hal ini adalah

lembaga pendidikan.Hendyat Soetopo dan Soemanto (2002) dalam Pengantar

Operasional Administrasi Pendidikan juga menyatakan :“Dengan demikian

pemimpin dalam lembaga pendidikan dapat mempengaruhi, mengkoordinir dan

mengarahkan para pemandu pendidikan dan tenaga pengajar agar supaya kegiatan

dijalankan lebih efektif dan efisien dalam mencapai tujuan pendidikan dan

pengajaran”.
3

Adanya suatu perubahan konsepsi tentang peran pemimpin yang pada

mulanya sebagai perencana, pemikir dan penanggung jawab kepada pelatih dan

koordinator, akan memberikan warna baru bagi pemimpin atas peran yang

dimainkan namun sebenarnya bukanlah suatu perubahan peran akan tetapi adanya

peran ganda yang harus diperankan oleh seorang pemimpin.Sebagai konsekwensi

dari peran ganda tersebut adalah bertambahnya beban pada seorang pemimpin

yang membutuhkan kerjasama yang baik agar tidak menimbulkan kecemburuan

sosial antara anggotanya. Bila sudah begitu maka kerja pemimpin akan bekerja

dengan mulus.

Kerja sama harus dimulai dari faktor-faktor yang dekat seperti contohnya

seorang guru. Karena gurulah yang dituntut untuk bekerja dengan memberikan

pelayanan sebaik-baiknya kepada pemakai sekolah seperti siswa, orang tua, dan

masyarakat. Salah satu faktor yang menunjang guru untuk bekerja dengan sebaik-

baiknya yaitu kepuasan kerja. Artinya jika guru puas terhadap perlakuan

organisasi (sekolah) maka mereka akan bekerja penuh semangat dan bertanggung

jawab.

Pendapat diatas dipertegas yang dikemukakan Sri Sarjana (2013- 101)

yang mengatakan melalui supervisi kepala sekolah dan pemberian hukuman bagi

yang melanggar aturan diharapkan terciptanya disiplin kerja guru yang lebih baik

dengan tujuan utama demi tercapainya visi dan misi sekolah. Sehingga guru

diharapkan tetap konsisten dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik yang

profesional salah satunya dengan meningkatkan kedisiplinan dalam bekerja

sehingga mampu mencerdaskan anak bangsa untuk meraih masa depan yang lebih

baik.
4

Edy Sutrisno (2011: 88) menyatakan bahwa “disiplin kerja mempunyai

manfaat yang besar bagi kepentingan organisasi maupun bagi individu”. Bagi

organisasi, adanya disiplin kerja akan menjamin terpeliharanya tata tertib dan

kelancaran pelaksanaan tugas, sehingga diperoleh hasil yang optimal. Bagi

individu, akan diperoleh suasana kerja yang menyenangkan sehingga akan

menambah semangat kerja dalam melaksanakan pekerjaannya.

Dalam kaitannya dengan pekerjaan, pengertian disiplin kerja adalah suatu

sikap dan tingkah laku yang menunjukkan ketaatan karyawan terhadap peraturan

organisasi. Artinya, sikap dan perilaku untuk mentaati peraturan organisasi

muncul dari dalam dirinya. Niat juga dapat diartikan sebagai keinginan untuk

berbuat sesuatu atau kemauan untuk menyesuaikan diri dengan aturan-aturan.

Sikap dan perilaku dalam disiplin kerja ditandai oleh berbagai inisiatif, kemauan,

dan kehendak untuk mentaati peraturan. Sikap guru dalam mentaati peraturan

untuk menegakkan kedisiplinan, lahir dan tercipta apabila ada penciptaan suasana

yang dibuat oleh kepala sekolah, contoh dalam kehadiran di sekolah, kepala

sekolah sudah hadir 1 jam sebelum pelajaran dimulai setiap hari.

Hal ini akan memberikan dampak yang positif bagi guru untuk mengikuti

jejak kehadiran kepala sekolah, karena tidak ingin terlambat dan punya rasa malu

kepada kepala sekolah. Produktivitas kerja atau kinerja guru akan baik, bila

didukung oleh suasana iklim sekolah yang nyaman, kondusif dan kompetitif.

Situasi ini mendorong guru lebih bergairah, berdisiplin dan memberikan kinerja

yang baik dalam mengajar. Bila suasana iklim sekolah tidak mendukung, seperti

gaya kepemimpinan kepala sekolah bersikap acuh terhadap guru yang rajin dan

yang malas, guru sering mangkir atau datang terlambat, mengurangi jam mengajar
5

kepada siswa, hal ini akan berdampak pada pekerjaan atau kinerja guru yang

menurun. Hal ini sebagaimana yang diungkap oleh Robbins (2001 : 14)

“...karyawan tidak loyal, karyawan mengabaikan seperti mangkir atau datang

terlambat, mengurangi kualitas dan kuantitas kerja serta tingkat kesalahan

pekerjaan meningkat, pada akhirnya berdampak pada kinerja yang menurun.

Untuk menghindari hal ini perlu adanya gaya kepemimpinan kepala sekolah yang

mampu menciptakan sikap guru yang baik, tingkat kedisiplinan guru yang positif

dan kinerja guru yang meningkat.

Penciptaan tersebut akan terealisasi bila kepemimpinan kepala sekolah

yang diterapkan tepat dan cocok untuk iklim di sekolah. Sehingga diharapkan

dapat menciptakan suasana kerja yang nyaman di sekolah sehingga sikap guru,

kedisiplinan guru dan kinerja guru akan tampak baik dan positif untuk kegiatan

proses pembelajaran di sekolah

Sri rahayu (2014-106) memberikan kontribusi tentang disiplin guru yang

menyatakan Disiplin merupakan alat yang dimanfaatkan kepala sekolah untuk

berkomunikasi dengan dengan guru agar bersedia mengubah perilaku sebagai

upaya meningkatkan keselarasan dan kesediaan menaati peraturan dan norma

sosial. Untuk mengoptimalkan kedisiplinan guru, harus diusahakan meningkatkan

persepsi guru tentang kepemimpinan kepala sekolah. Dengan legitimasi formal

dan non formal, persepsi ini sangat berpengaruh pada perilaku disiplin guru.

Dalam hal ini pendekatan kepala sekolah terhadap guru diperlukan

ditingkatkan agar terjalinnya hubungan yang baik sehingga mempengaruhi

kedisiplinannya. Pernyataan tersebut sesuai dengan yang diungkapkan oleh


6

Annisa Liani (2014) yang mengatakan kepala sekolah harus lebih mendekatkan

diri kepada para guru agar tercipta hubungan yang baik antara guru dan kepala

sekolah sehingga dapat tercipta hubungan yang baik dan dapat mempengaruhi

kedisiplinan yang ada di sekolah. Serta sikap saling menghormati antara sesama.

Berdasarkan uraian di atas dan juga gejala yang terjadi maka penulis

tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Kepemimpinan

KepalaSekolah Terhadap Disiplin Kerja Guru Di SMP Negeri 3 Lubuk Pakam

Deli Serdang”.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasi beberapa masalah

yaitu sebagai berikut:

1. Perubahan konsep peran kepala sekolah

2. Peraturan yang dibuat kepala sekolah menuntut guru untuk bekerja sama

3. Penciptaan kedisiplinan guru terealisasi dengan kepemimpinan kepala

sekolah

1.3. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang diajukan di atas, maka dalam hal

inipeneliti merumuskan permasalahannya yaitu “ Apakah terdapat

pengaruhkepemimpinan kepala sekolah terhadap disiplin kerja Guru di SMP

Negeri 3 Lubuk Pakam Deli Serdang”.


7

1.4. Tujuan Penelitian.

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

pengaruhkepemimpinan kepala sekolah terhadap disiplin kerja Guru di SMP

Negeri 3 Lubuk Pakam Deli Serdang.

1.3. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain:

1. Bagi Sekolah, sebagai informasi bagi pihak sekolah SMP Negeri 3 Lubuk

Pakam Deli Serdang untuk meningkatkan disiplin kerja Guru di SMP

Negeri 3 Lubuk Pakam Deli Serdang

2. Bagi Guru, sebagai informasi dan bahan tentang pentingnya gaya

kepemimpinan kepala sekolah terhadap disiplin kerja Guru di SMP Negeri

3 Lubuk Pakam Deli Serdang.

3. Bagi Penulis, untuk menambah wawasan dalam bidang

pentingnyakepemimpinan kepala sekolah terhadap disiplin kerja.

4. Bagi Penelitian selanjutnya, sebagai bahan acuan untuk peneliti lebih

lanjut.
8

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Kepemimpinan

2.1.1. Pengertian Kepemimpinan

Wahjosumidjo, (2002:349). Mengemukakan bahwa dalam praktek

organisasi,kata “memimpin” mengandung konotasi menggerakkan,

mengarahkan,membimbing, melindungi, membina, memberikan teladan,

memberikan dorongan,memberikan bantuan, dan sebagainya. Betapa banyak

variabel arti yang terkandungdalam kata memimpin, memberikan indikasi betapa

luas tugas dan peranan seorangpemimpin organisasi. Kepemimpinan biasanya

didefinisikan oleh para ahli menurutpandangan pribadi mereka, serta aspek-aspek

fenomena dari kepentingan yang palingbaik bagi pakar yang bersangkutan.

Lebih lanjut Yulk, (2006 : 3). Mendefensikan kepemimpinan secara

luassebagai proses-proses mempengaruhi, yang mempengaruhi interprestasi

mengenaiperistiwa-peristiwa bagi para pengikut, pilihan dari sasaran-sasaran bagi

kelompokatau organisasi, pengorganisasian dari aktivitas-aktivitas kerja untuk

mencapaisasaran-sasaran tersebut, motivasi dari para pengikut untuk mencapai

sasaran,pemeliharaan hubungan kerja sama dan team work, serta perolehan

dukungan dankerjasama dari orang-orang yang berada diluar kelompok atau

organisasi.

Menurut Handoko, (2001: 294). Mendefinisikan kepemimpinan

merupakankemampuan yang dipunyai seseorang untuk mempengaruhi orang lain

agar bekerjamencapai sasaran. Sedangkan menurut Stoner dalam Handoko,

(2001 : 295).Kepemimpinan adalah suatu proses pengarahan dan pemberian

pengaruh padakegiatan-kegiatan dari sekelompok anggota yang saling

8
9

berhubungan tugasnya.Menurut Toha, (2007:264). Kepemimpinan adalah

kegiatan untuk mempengaruhiperilaku orang lain, atau seni mempengaruhi

perilaku orang lain, atau senimempengaruhi manusia baik perorangan maupun

kelompok.Selanjutnya Stogdill mengemukakan bahwakepemimpinan memiliki 10

dimensi yaitu:

1) Kepemimpinan adalah seni untuk menciptakan kesesuaian paham dalam

suatu kelompok.

2) Kepemimpinan merupakan upaya persuasi atau himbauan, bukan paksaan

3) Kepemimpinan adalah kepribadian yang tercermin dalam sifat dan watak

yang unggul sehingga keunggulan itu menimbulkan pengaruh terhadap

pihak yang dipimpin.

4) Kepemimpinan adalah tindakan atau perilaku untuk mengarahkan kegiatan

bersama dalam mencapai kepentingan dan tujuan bersama .

5) Kepemimpinan merupakan focus dari proses kegiatan kelompok sehingga

kepemimpinan itu mendapatkan gagasan baru, perubahan baru, dan

suasana yang kondusif untuk menumbuhkan aktivitas kelompok.

6) Kepemimpinan merupakan hubungan kekuasaan

7) Kepemimpinan merupakan sarana untuk mencapai tujuan

8) Kepemimpinan terjadi karena adanya interaksi antara seseorang dengan

orang lain atau kelompok.

9) Kepemimpinana adalah peran orang-orang yang dipimpin.

10) Kepemimpinan merupakan jabatan inisiasi yang berstruktur.

Menurut Purwanto, (2005 : 24). Ditinjau dari sejarah perkembangannya

ada tiga konsep kepemimpinan, yaitu:


10

1) Suatu konsep yang menganggap bahwa kepemimpinan merupakan suatu

kemampuan yang berupa sifat-sifat yang dibawa sejak lahir yang ada pada

diri seorang pemimpin.

2) Konsep ini memandang kepemimpinan sebagai fungsi kelompok. Menurut

konsep ini sukses tidaknya suatu kepemimpinn tidak hanya dipengaruhi

oleh kemampuan atau sifat-sifat yang ada pada seseorang, tetapi justru

yang lebih penting adalah dipengaruhi oleh sifat-sifat dan ciri kelompok

yang dipimpinnya.

3) Menurut konsep ini kepemimpinan dipandang sebagai suatu fungsi dari

situasi (function of the situation). Konsep ketiga ini menunjukkan bahwa,

betapapun seorang pemimpin telah memiliki sifat-sifat kepemimpinan

yang baik dan dapat menjalankan fungsinya sebagai anggota kelompok,

sukses tidaknya kepemimpinannya masih ditentukan pula oleh situasi yang

selalu berubah yang mempengaruhi perubahan dan perkembangan

kelompok yang dipimpinnya.

Berdasarkan konsep-konsep di atas, pengertian kepemimpinan dapat

ditelaah dari berbagai segi seperti yang dikemukakan oleh Atmosudirji dalam

Purwanto, (2005 : 25) antara lain :

1) Kepemimpinan dapat dirumuskan sebagai suatu kepribadian (personality)

seseorang yang mendatangkan keinginan pada kelompok orang-orang

untuk mencontohnya atau mengikutinya, atau yang memancarkan suatu

pengaruh yang tertentu, suatu kekuatan atau wibawa, yang demikian rupa

sehingga membuat sekelompok orang-orang mau melakukan apa yang

dikehendakinya.
11

2) Kepemimpinan dapat pula dipandang sebagai penyebab dari pada

kegiatankegiatan, proses atau kesediaan untuk mengubah pandangan atau

sikap (mental/fisik) dari pada kelompok orang-orang, baik dalam

hubungan organisasi formal maupun informal.

2.1.1.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepemimpinan

Purwanto, (2005: 33). Mengemukakan mengenai faktor yang

mempengaruhi perilaku kepemimpinan itu adalah sebagai berikut:

a. Perilaku kepemimpinan struktur tugas:

1) Mengutamakan tercapainya tujuan organisasi

2) Mementingkan produksi yang tinggi

3) Mengutamakan penyelesaian tugas menurut jadwal yang telah ditetapkan

4) Lebih banyak melakukan pengarahan

5) Melaksanakan tugas dengan melalui prosedur kerja yang ketat

6) Melakukan pengawasan dengan ketat

7) Penilaian terhadap bawahan semata-mata berdasarkan hasil kerja.

b. Perilaku kepemimpinan tenggang rasa:

1) Memperhatikan kebutuhan bawahan

2) Berusaha menciptakan suasana saling mempercayai

3) Berusaha menciptakan suasana saling menghargai

4) Simpati terhadap perasaan bawahan

5) Menumbuhkan peran serta bawahan dalam pembuatan keputusan dan kegiatan

lain

6) Mengutamakan pengarahan diri, disiplin diri, dan pengontrolan diri.


12

.2. Hakekat Kepemimpinan Kepala Sekolah

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dalam pengelolaan Sekolah

Dasar (1995) menjelaskan, bahwa ”kepemimpinan pendidikan adalah kemampuan

kepala sekolah untuk memberikan pengaruh pengaruh yang dapat menyebabkan

guru tergerak untuk melaksanakan tugas dan kegiatan secara bersama-sama dalam

mencapai tujuan pendidikan secara efesien dan efektif. Atmodiwirio (2003)

menyebutkan seorang kepala sekolah yang efektif berdsarkan penelitian Nasional

Association of Secondary SchoolProncipals merupakan paduan antara sifat-sifat

pribadi dan gaya kepemimpinan, yaitu : (1) memberikan contoh : (2)

berkepentingan dengan kualitas ; (3) bekerja dengan landasan hubungan

kemanusiaan; (4) memahami masyarakat sekitar; (5) memiliki sikap mental yang

baik dan stamina fisik yang prima; 6) berkepentingan dengan staff dan sekolah;

(7) melakukan kompromi untuk mencapai kesepakatan; (8) mempertahankan

stabilitas; (9) mampu mengatasi stress; (10) menciptakan struktur agar sesuatu

bisa terjadi; ( 11)mentoilelir adanya kesalahan; (12) tidak menciptakan konflik

pribadi; 13) memimpin melalui pendekatan yang positif; (14) tidak menjauhi atau

mendahului orang-orang yang dipimpinya; (15) mudah dihubungi oleh orang; (16)

memiliki keluarga yang serasi.

Pengelolaan sekolah harus benar-benar dipimpin oleh seorang kepala

sekolah yang mempunyai acceptability, karena keberhasilan pendidikan di

sekolah sangat ditentukan oleh gaya kepemipinan kepala sekolah dengan motor

penggerak aktivitas yang ada dalam mencapai tujuan. Aktivitas kepala sekolah

sebagai seorang manajer meliputi pengelolaan 3 M, yaitu pertama, manusia

sebagai faktor penggerak utama aktivitas sekolah, kedua, money yaitu sebagi
13

modal aktivitas, ketiga, method sebagai alat untuk menggarahkan manusia dan

uang menjadi efektif dalam mencapai tujuan. Namun peranan kepala sekolah

sebagai manajer tidaklah cukup.

Pada era globalisasi ini paradigma kepala sekolah sebagai hanya manajer

kurang cocok, tetapi selain sebagai manajer, kepala sekolah harus mampu menjadi

seorang pemimpin Menurut Warren Bennis dan Robert Tonwsend, membedakan

antara pemimpin dan manajer. Pemimpin adalah orang yang melakukan hal-hal

yang benar, dan manajer adalah orang yang melakukan hal-hal dengan benar.

Pemimpin berkepentingan dengan reaksi, wawasan, tujuan, sasaran, itikad,

maksud dan efektivitas hal-hal yang benar. Manajer berkepentingan dengan

efesien, cara melakukan, urusan sehari-hari jalan singkat untuk melakukan banyak

hal dengan benar. Lebih lanjut dijelaskan bahwa manajer cenderung memikirkan

anak buahnya sebagai sumber daya, dan bertanya-tanya dalam hati sebesar apa

penghasilan mereka dan bagaimana dia bisa membantu mereka menjadi pahlawan.

Orientasi kepala sekolah sebagai pemimpin sangatlah cocok dengan misi

daripada sekolah sebagai organisasi terbuka dan Agent of Change, yang mana

sekolah dituntut inovatif, aspiratif dan tanggap terhadap perkembangan zaman.

Kesempatan ini lebih didukung dengan adanya otonomi pendidikan dengan

program Manajemen Berbasis sekolah (School based Management). Dengan

program tersebut kepala sekolah mempunyai kewenangan yang lebih luas dalam

rangka mengelola sekolah, sehingga dituntut memahami secara komprehensif

manajemen sekolah. Kemampuan manajerial yang tinggi menjadikan sekolah

efesien. Tetapi juga tidak dikendalikan dengan kemampuan kepemimpinannya

yang efektif, maka kepala sekolah akan menjadi manajer yang tangguh yang
14

menggunakan kekuasaannya dengan semena-mena, dengan kurang begitu

memperhatikan aspek-aspek moral, etika dan sosial. Harus diingat bahwa kepala

sekolah sebagai pemimpin harus memegang pada prinsip utama saat

melaksanakan tugasnya yaitu bahwa orang lebih penting ketimbang benda-benda

mati.

Kepemimpinan kepala sekolah pada hakikatnya adalah kepala sekolah

yang memahami dan menguasai kemampuan manajerial dan kepemimpinan yang

efektif seperti yang diakronimkan bahwa kepala sekolah sebagai EMASLIM

(educator, manajer, adminstrator, supervisor, leader, inovator, dan motivator)

adapun salah satu rincian aspek dan indikatornya sebagai berikut:

Tabel 2.1 Peran Kepala Sekolah sebagai Leader


No Komponen Aspek Indikator
.
1) Memiliki  Jujur
kepribadian yang  Percaya diri
kuat  Bertanggungjawab.
 Berani mengambil resiko
 Berjiwa besar
2) Memahami  Memahami kondisi guru,
kondisi guru, karyawan dan siswa.
karyawan dan
siswa
3) Memiliki visi dan  Memiliki visi tentang sekolah.
1. Leader memahami misi  Memiliki misi yang diemban
sekolah sekolah.
4) Kemampuan  Mampu mengambil keputusan
mengambil intern.
keputusan.  Mengambil keputusan untuk
kepentingan ekstern.
5) Kemampuan  Mampu berkomunikasi secara
berkomunikasi lisan dengan baik.
 Mampu menuangkan gagasan
dalam bentuk lisan.
15

Dari Tabel 2.1 di atas merupakan kepemimpinan kepala sekolah yang


sangat diharapkan pada era globalisasi ini. Kemampuan manajerial dan
kepemimpinan harus menjadikan dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan
dalam kinerja kepala sekolah. Lemahnya salah satu sisi akan menimbulkan
berbagai persoalan. Untuk memahami lebih jauh perbedaan antara pemimpin
dengan manajer, Warren dan Bennis membuat daftar perbedaan, yaitu:
1) Manajer mengurus administrasi, pemimpin membuat inovasi.
2) Manajer adalah salinan, pemimpin adalah asli
3) Manajer memelihara, pemimpin mengembangkan
4) Manajer berfokus pada sistem dan struktur, pemimpin berfokus pada orang.
5) Manajer mengandalkan pengendalian pemimpin mengilhamkan kepercayan.
6) Manajer mempunyai pandangan jangka pendek, pemimpin menanyakan apa
dan mengapa.
7) Manajer menunjukkan matanya, ke lini dasar, pemimpin menunjukkan
matanya ke cakrawala.
Dari uraian di atas dapat disintesakan bahwa kepala sekolah sebagai
manajer, administrator, supervisor, manajer berada pada ruang lingkup kepala
sekolah sebagai manajer, dan educator, inovator dan leader berada pada ruang
lingkup kepala sekolah sebagai pemimpin. Lebih lanjut AF Stoner seperti yang
dikutip oleh Wahjosumidjo dalam bukunya yang berjudul Kepemimpinan Kepala
Sekolah, tinjauan Teoritik dan Permasalahannya, kepemimpinan kepala sekolah
merinci fungsi kepala sekolah sebagai manajer, yaitu:
1) Bekerja dengan dan melalui orang.
2) Bertanggungjawab dan mempertanggungjawabkan.
3) Dengan waktu dan sumber yang terbatas mampu menghadapi berbagai
persoalan.
4) Berfikir secara realistis dam konseptual
16

2.3.2.1 Prinsip-Prinsip Kepemimpinan

Sebagai pemimpin tentunya prinsip-prinsip kepemimpinanyaharus di

pahami dalam rangka mengembangkan sekolahnya. Prinsip-prinsipkepemimpinan

secara umum antara lain:

1. Konstruktif kepala sekolah harus memberikan dorongan dan pembinaan

kepada setiap guru dan stafnya untuk mengembangkan kemampuannya

secara optimal.

2. Kreatif kepala sekolah jangan terjebak kepada pola-pola kerja lama yang

dikerjakan oleh kepala sekolah sebelumnya, namun dia harus selalu kreatif

mencari gagasan-gagasan baru dalam menjalankan tugasnya.

3. Partisipasif memberikan kepercayaan kepada semua pihak untuk selalu

terlibat dalam setiap aktivitas sekolah.

4. Kooperatif: kepala sekoalh harus senantiasa bekerja sama dengan semua

komponen yang terkait dalam melaksanakan setiap kegiatan.

5. Delegatif: kepala sekolah berupaya memberikan kepercayaan kepada staf

untuk melaksanakan tugas sesuai dengan kemampuan dan deskripsi tugas/

jabatanya.

6. Integratif: untuk menghasilkan suatu sinergi yang besar, kepala sekolah

harus mengintegrasikan semua kegiatannya agar tujuan sekolah dapat

tercapai.

7. Rasional dan objektif: kepala sekolah berupaya untuk menjadi pemimpin

yang bijak dalam melaksanakan tugasnya dan bertindak berdasarkan

pertimbangan rasio dan obyektif, bukan dengan emosional.


17

8. Pragmatis: kepala sekolah dalam menetapkan kebijakan dan target harus

mendasarkan pada kondisi dan kemampuan riil yang dimiliki oleh sekolah.

Tidak memaksakan diri untuk melakukan kegiatan di luar kemampuan dan

target.

9. Keteladanan : kepala sekolah sebagai seorang figur yang patut

memberikan keteladanan kepada seluruh staf, guru dan para siswa. Oleh

karena itu kepala sekolah harus senantiasa menunjukkan perilaku-perilaku

yang baik dan mampu menunjukkan perilakunya sebagai pemimpin.

10. Adaptable dan Fleksibel: kepala sekolah harus mampu beradaptasi dan

fleksibel dalam menghadapi situasi baru dan juga menciptakan kondisi

kerja yang mendukung staf untuk cepat beradaptasi.

2.3. Disiplin Kerja

2.3.1. Pengertian Disiplin Kerja

Disiplin kerja merupakan cerminan sejauh mana besarnya rasa tanggung

jawab dan pengabdian seseorang terhadap tugas dan tanggung jawabnya. Secara

etimologis disiplin berasal dari bahasa Inggris “discipline” yang berarti pengikut

atau penganut pengajaran, latihan dan sebagainya. Menurut kamus Indonesia

Depdikbud, (2002 : 268). Kata disiplin mengandung arti tata tertib di sekolah, di

kantor, di kemiLikertan, dan lembaga lainnya. Disiplin juga mengandung arti

sebagai ketaatan atau kepatuhan terhadap peraturan tata tertib yang berlaku

disekitarnya. Dalam hal ini disiplin dapat dipandang sebagai sikap patuh

seseorang terhadap aturan-aturan yang berlaku. Kedisiplinan adalah kesadaran dan

kesediaan seseorang mentaati semua peraturan perusahaan dan norma-norma


18

sosial yang berlaku. Kesadaran adalah sikap mental seseorang yang secara

sukarela mentaati semua peraturan dan sadar akan tugas dan tanggung jawabnya.

Jika dia akan mematuhi dan mengerjakan semua tugasnya dengan baik, bukan atas

paksaan.

Menurut Rivai, (2009 : 825) disiplin adalah suatu alat yang digunakan para

manajer untuk berkomunikasi dengan karyawan agar mereka bersedia untuk

mengubah suatu perilaku serta sebagai suatu upaya untuk meningkatkan

kesadaran dan kesediaan seseorang mentaati semua peraturan perusahaan dan

norma sosial yang berlaku. Sedangkan pendapat Sastrohadiwiryo, (2005 : 291).

Menyatakan disiplin kerja dapat didefinisikan sebagai suatu sikap menghormati,

menghargai, patuh, dan taat terhadap peraturan-peraturan yang berlaku baik yang

tertulis maupun tidak tertulis serta sanggup menjalankannya dan tidak mengelak

untuk menerima sanksisanksinya apabila ia melanggar tugas dan wewenang yang

di berikan kepadanya.

Menurut Pandji, (2001 : 46). Disiplin adalah suatu sikap, perbuatan untuk

selalu mentaati tata tertib. Pada pengertian disiplin juga tersimpul dua faktor yang

penting, yaitu faktor waktu dan kegiatan atau perbuatan. Didalam suatu

organisasi, usaha-usaha untuk menciptakan disiplin, selain adanya tata

tertib/peraturan yang jelas, juga harus ada penjabaran tugas dan wewenang yang

jelas, tata cara atau tata kerja yang sederhana yang dapat dengan mudah diketahui

oleh setiap anggota organisasi.

Dengan demikian penerapan disiplin bertujuan untuk menegakkan tata

tertib dan peraturan agar guru dalam bekerja patuh dan taat terhadap seluruh

aturan yang telah disepakati dalam organisasi. Jadi, disiplin merupakan sutau
19

proses latihan dan belajar untuk meningkatkan kemampuan dalam bertindak,

berfikir dan bekerja yang aktif dan kreatif. Disiplin juga merupakan suatu

kepatuhan dari orang-orang dalam suatu organisasi terhadap peraturan-peraturan

yang telah ditetapkan sehingga menimbulkan keadaan tertib.

Dalam sebuah organisasi, diperlukan sebuah pembinaan bagi pegawai

untuk mencegah terjadinya pelanggaran-pelanggaran terhadap ketentuan yang

telah ditetapkan. Dan seorang pimpinan memerlukan alat untuk melakukan

komunikasi dengan para karyawanya mengenai tingkah laku para pegawai dan

bagaimana memperbaiki perilaku para pegawai dan bagaimana memperbaiki

perilaku para pegawai menjadi lebih baik lagi. Dan disiplin kerja yang diterapkan

merupakan alat komunikasi pimpinan seperti dikemukakan oleh Rivai, (2006 : 44)

yang menyebutkan bahwa :“Disiplin kerja adalah suatu alat yang digunakan para

manajer untuk mengubah suatu perilaku serta sebagai suatu upaya untuk

meningkatkan kesadaran dan kesediaan seseorang mentaati semua peraturan

perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku“.

Sementara itu Hasibuan, (2008:193). Mengungkapkan bahwa disiplin

kerja adalah kesadaran diri melaksanakan pekerjaan, bekerja sesuai dengan

tuntutan tugas, mematuhi peraturan. Menurutnya, ketaatan merupakan prilaku

seseorang yang bersedia dan mempunyai kesadaran untuk mematuhi segala

peraturan dan tata tertib serta norma-norma yang berlaku di sekitarnya. Sementara

itu kesediaan menunjukkan perilaku dan perbuatan seseorang dengan tanpa

paksaan mengindahkan dan mengikuti peraturan dan norma yang ada, baik tertulis

maupun tidak tertulis. Sedangkan kesadaran menunjukkan adanya sikap

pengendalian diri yang ditandai dengan adanya mental dan moral kerja yang baik.
20

Dengan tingkat disiplin kerja yang baik akan terlihat pada keadaan sebagai

berikut:

a. Tingginya semangat dan kegairahan kerja karyawan dalam melaksanakan

pekerjaan.

b. Tingginya tanggung jawab karyawan dalam melaksanakan pekerjaan.

c. Tingginya tingkat kepedulian karyawan terhadap pencapaian tujuan

perusahaan.

d. Tingginya tingkat solidaritas di kalangan karyawan.

e. Meningkatnya rasa memiliki di kalangan karyawan.

f. Meningkatnya efisiensi dalam melaksanakan pekerjaan.

g. Meningkatnya produktivitas kerja karyawan. (Nurmansyah 2011: 261).

Demikian pula bila terjadi lemahnya tingkat disiplin kerja karyawan akan

terlihat dengan keadaan sebagai berikut

a. Menurunnya semangat dan kegairahan kerja karyawan.

b. Tingginya tingkat absensi karyawan.

c. Seringnya keterlambatan karyawan datang masuk kerja.

d. Pulang cepat sebelum waktu yang telah ditentukan.

e. Sering merasa saling curiga dan saling melempar tanggung jawab.

f. Sering terjadi konflik antar karyawan dan pimpinan.

g. Sering penyelesaian pekerjaan terlambat dari jadwal yang telah ditentukan.

h. Pengawasan pekerjaan tidak berjalan dengan baik. (Nurmansyah 2011:

262)

Selanjutnya bila karyawan melakukan pekerjaan tanpa disiplin akan

berpengaruh negatif pada perusahaan, seperti :


21

a. Tidak tercapainya target pekerjaan yang sudah ditetapkan.

b. Terjadinya pemborosan dalam pemakaian material.

c. Terjadinya kerusakan peralatan kerja milik perusahaan.

d. Tingginya tingkat kecelakaan kerja.

e. Kurangnya rasa hormat antara karyawan dengan pimpinan.

f. Tidak mematuhi peraturan yang telah ditetapkan perusahaan.

g. Menurunnya kualitas pekerjaan.

h. Menurunnya produktivitas kerja.

i. Menurunnya moral kerja. (Nurmansyah, 2011: 262)

.3.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Disiplin Kerja

Tulus, (2004 : 23). Mengemukakan bahwa ada empat hal yang dapat

mempengaruhi dan membentuk disiplin seseorang di antaranya: mengikuti dan

menaati peraturan, kesadaran diri, alat pendidikan, hukuman. Keempat faktor ini

merupakan faktor dominan yang mempengaruhi dan membentuk disiplin dengan

alasan sebagai berikut:

1. Kesadaran diri sebagai pemahaman diri bahwa disiplin dianggap penting

bagi kebaikan dan keberhasilan dirinya. Selain itu, kesadaran diri menjadi

motif yang sangat kuat terwujudnya disiplin.

2. Pengikutan dan ketaatan sebagai langkah penerapan dan praktek atas

peratuiran-peraturan yang mengatur perilaku individunya. Tekanan dari

luar dirinya sebagai upaya mendorong, menekan dan memaksa agar

disiplin diterapkan dalam diri seseorang sehingga peraturan-peraturan

diikuti dan dipraktekkan.


22

3. Alat pendidikan untuk mempengaruhi, mengubah, membina dan

membentuk perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai yang di tentukan atau

diajarkan.

Hasibuan, (2006 : 214). Mengemukakan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi disiplin kerja antara lain :

1. Tujuan dan kemampuan

2. Teladan pimpinan

3. Balas jasa

4. Keadilan

5. Pengawasan melekat

6. Sanksi hukuman

7. Ketegasan

8. Hubungan kemanusiaan.

Tujuan dan kemampuan ikut mempengaruhi tingkat kedisiplinan guru.

Tujuan yang akan dicapai harus jelas dan ditetapkan ideal serta cukup menantang

bagi kemampuan guru. Hal ini berarti bahwa tujuan (Pekerjaan) yang di bebankan

kepada seorang guru harus sesuai dengan kemampuan guru yang bersangkutan,

agar ia bekerja sungguh-sungguh dan disiplin dalam mengerjakanya. Tetapi jika

pekerjaan itu di luar kemampuanya atau pekerjaan itu dibawah kemampuanya,

maka kesungguhan kedisiplinan guru ini rendah.

Menurut Sudarmanto, (2009 : 103). Disiplin tidak dapat dilakukan apabila

pada diri masing-masing anggota organisasi tidak terdapat komitmen tinggi untuk

melaksanakannya. Komitmen sendiri didefinisikan sebagai tanggung jawab atau

kemauan yang tinggi untuk menjalankan tugas atau pekerjaan, sehingga adanya
23

komitmen pada diri karyawan akan berpengaruh kepada kedisiplinannya. Setiap

pimpinan pasti menginginkan setiap anggotanya memiliki komitmen yang kuat

terhadap organisasi, sebab komitmen yang tinggi, selain menimbulkan loyalitas,

juga dapat menimbulkan kepatuhan (kedisiplinan) pada diri individu untuk

mematuhi peraturan yang telah menjadi nilai atau budaya perusahaan.

Hal yang perlu diperhatikan oleh pimpinan untuk memelihara disiplin

pegawainya antara lain: (Widodo Supriyono, 2001 : 98).

a. Mengadakan pengawasan yang konsisten dan kontinyu

b. Memberi koreksi terhadap berbagai kekurangan dan atau kekeliruan

c. Memberi reward atau penghargaan.

d. Mengadakan komunikasi intensif dengan bawahan.

e. Mengubah pengetahuan bawahan, sehingga dapat meningakatkan nilai

dirinya untuk kepentingan maupun organisasi atau lembaga tempat

bekerja.

f. Memberikan kesempatan berdialog demi meningkatkan keakraban antara

pimpinan dan bawahan

Menurut Guntur, (2000 : 34-35). Adapun kriteria yang dipakai dalam

disiplin kerja dapat dikelompokkan menjadi tiga indikator disiplin kerja yaitu

diantaranya.

a. Disiplin waktu, diartikan sebagai sikap/tingkah laku yang menunjukkan

ketaatan terhadap jam kerja yang meliputi: kehadiran dan kepatuhan

pegawai pada jam kerja, pelaksanaan tugas dan pekerjaan dengan tepat

waktu dan benar.


24

b. Disiplin peraturan. Peraturan maupun tata tertib yang tertulis dan yang

tidak tertulis dibuat agar tujuan suatu organisasi dapat dicapai dengan

baik. Untuk itu dibutuhkan sikap setia dari pegawai terhadap komitmen

yang telah ditetapkan tersebut. Kesetiaan disini berarti taat dan patuh

dalam melaksanakan perintah dari atasan dan peraturan, tata tertib yang

telah di tetapkan. Serta ketaatan pegawai dalam menggunakan

kelengkapan pakaian seragam yang telah ditentukan organisasi atau

lembaga.

c. Disiplin tanggung jawab. Salah satu wujud tanggung jawab pegawai

adalah penggunaan dan pemeliharaan peralatan yang sebaik-baiknya

sehingga dapat menunjang kegiatan kantor berjalan dengan lancar. Serta

adanya kesanggupan dalam menghadapi pekerjaan yang menjadi tanggung

jawabnya sebagai seorang pegawai.

2.4. Kerangka Berfikir

Kepemimpinan adalah norma perilaku yang digunakan oleh

seseorangpemimpin pada saat dia mencoba mempengaruhi perilaku orang lain

seperti yangia lihat. Norma perilaku tersebut diaplikasikan dalam bentuk

tindakan-tindakandalam aktifitas kepemimpinannya untuk mencapai tujuan suatu

organisasimelalui orang lain.Kepemimpinan Kepala Sekolah sangat mewarnai

kondisi kerja.Kebijakan, pengaruh sosial dengan para guru serta para murid dan

jugatindakannya dalam membuat berbagai kebijakan, kondisi tersebut

memberikandampak pula terhadap kedisplinankerja para guru. Disiplin kerja

dapat diartikan sebagai kesadaran diri melaksanakan pekerjaan, bekerja sesuai


25

dengan tuntutan tugas, mematuhi peraturan. Dengan demikian diduga

terdapathubungan positif kepemimpinan kepala sekolah dengan disiplin guru di

sekolah. Hal ini dapat dikatakan pula semakin baik kepemimpinan kepala

sekolahsemakin meningkat pula disiplin kerja guru.

Secara ringkaskerangka berfikir penelitian ini dapat dilihat pada desain


penelitian padagambar 2.1 sebagai berikut.

Kepemimpinan Kepala Disiplin Kerja Guru


Sekolah Y
X

Gambar 2.1. Model Kerangka berfikir Tentang Pengaruh Kepemimpinan


Kepala Sekolah Terhadap Disiplin Kerja Guru. Sumber : Wahjosumidjo,
(2002 : 349)

2.5. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dan kajian teori diatas, maka peneliti

mengangkat hipotesis, yaitu :

Ha : Ada pengaruh kepemimpinan kepala sekolah terhadap disiplin kerja guru di

SMP Negeri 3 Lubuk Pakam Deli Serdang.

Ho : Tidka ada pengaruh kepemimpinan kepala sekolah terhadap disiplin kerja

guru di SMP Negeri 3 Lubuk Pakam Deli Serdang.


26

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Metode penelitian adalah cara yang dipakai dalam menggumpulkan data,

sedangkan instrumen adalah alat bantu yang digunakan dalam mengumpulkan

data itu (Arikunto, 2002: 194). Sedangkan menurut Sugiyono (2013: 2), metode

penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan

tujuan dan kegunaan tertentu. Pendapat ini juga diperjelas oleh Darmadi, (2013:

153), Metode penelitian adalah suatu cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan

tujuan kegunaan tertentu. Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan

bahwa metode ilmiah adalah car ayang dilakukan untuk mengumpulkan dan

mengelola data secara ilmiah dengan tujuan dan kegunaan tertentu.

3.1. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di SMP Negeri 3 Lubuk Pakam. Lokasi ini

dipilih karena memebuhi syarat penelitian dan terjangkau oleh peneliti. Waktu

penelitian akan dilakukan pada Maret 2017.

3.2. Populasi dan Sampel

3.2.1. Populasi

Menurut Sugiyono, (2013: 119), populasi diartikan sebagai wilayah

generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan

karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian

ditarik kesimpulannya. Sedangkan menurut Burhan Nurgiyantoro, (2012: 20)

26
27

menyatakan bahwa: “Populasi merupakan keseluruhan subjek yang menjadi fokus

penelitian, dan keseluruhan anggota subjek penelitian yang memiliki kesamaan

karakteristik. Berdasarkan pendapat tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa

populasi merupakan keseluruhan subjek yang menjadi objek penelitian sebagai

wilayah generalisasi. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 51 orang guru.

3.2.2. Sampel

Menurut Arikunto, (2010: 174) menyatakan bahwa : “Sampel adalah

sebagian atau wakil populasi yang diteliti”. Sedangkan menurut Sugiyono, (2013:

120), menyatakan bahwa: “Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik

yang dimiliki oleh populasi. Untuk mengetahui besarnya sampel dapat digunakan

rumus:

N
n=
1+ Ne2

n = adalah ukuran sampel

N = ukuran populasi

e = persen kelonggaran ketidaktelitian, 10%

(Umar, 2000: 78)

Berdasarkan rumus tersebut, maka data yang mewakili sampel penelitian

adalah sebgai berikut:

N
n=
1+ Ne2
28

51
¿
1+51( 0,01)

51
¿
1+ 0,51

51
¿
1,51

¿ 33,77

Dalam perhitungan tersebut, maka peneliti mengambil sampel penelitian sebanyak

30 orang. Metode yang digunakan adalan random sampling (sampling acak).

3.3. Variabel Penelitian

Menurut Sugiyono, (2013: 63) menyatakan bahawa: “Variabel penelitian

adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari sehingga diperoleh informasi tentnag hal tersebut, kemudian ditarik

kesimpulannya”. Variabel dalam penelitian ini adalah variabel bebas

(kepemimpinan kepala sekolah) dan variabel terikat (kedisiplinan guru).

3.3.1. Variabel Bebas

Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang

menjadi sebab perubahannya atau timbulnya varibel dependen (terikat)” (.

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kepemimpinan kepala sekolah (x).
29

3.3.2. Variabel Terikat

Menurut Sugiyono, (2012: 59) menyatakan bahwa: “Varibel terikat

merupakan yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat adanya varibel bebas”.

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kedisiplinan guru (Y).

3.4. defennisi Oprasional Variabel

Defenisi oprasional dalam penelitian adalah :

1. Kepemimpinan kepala sekolah adalah pola perilaku kepala sekolah dalam

melaksanakan tugasnya mampu mempengaruhi orang lain agar bersedia

bekerja bersama-sama dalam tugas yang berkaitan untuk mencapai yang

diinginkan dengan indikator : (1) memiliki kepribadian yang kuat; (2)

memahami kondisi guru karyawan dan siswa; (3) memiliki visi dan

memahami misi sekolah; (4) kemampuan mengambil keputusan, dan (5)

kemampuan berkomunikasi.

2. Kediplinan guru adalah

3.5. Jenis dan Desain Penelitian

Menurut Sugiyono (2006: 3) metode peneliitan dapat diartikan sebagai

cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan,

dibulatkan dan dikembangkan suatu pengetahuan sehingga pada gilirannya dapat

digunakan untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah dalam

bidang bisnis. Desain penelitian ini menggunakan metoe kuantitatif. Penelitian

kuantitatif menekankan pada pengujian teori melalui pengukuran variabel

penelitian dengan angka dan melakukan analisis data dengan prosedur statistik

(Erlina dan Mulyani, 2007: 12).


30

Jenis penelitian ini adalah ex-post facto. Penelian ex-post facto dipilih

karena hanya mengungkapkan data peristiwa yang sudah berlangsung dan telah

ada pada responden tanpa memberikan perlakuan atau manipulasi terhadap

variabel yang diteliti. Menurut Sugiyono (2007: 3) menyatakan bahwa :

“Penelitian ex-post facto dilakuakn untuk meneliti peristiwa yang terjadi dan

kemudia meruntut ke belakang melalui data tersebut untuk menentukan sebab

yang mungkin atas peristiwa yang diteliti. Penelitian ex-post facto dipilih untuk

mengungkapkan seberapa besar pengaruh variabel bebas (kepemimpinan kepala

sekolah) terhadap variabel terikat (disiplin guru).

3.6. Prosedur Penelitian

Prosedur yang dilakukan pada penelitian ini antara lain adalah sebagai

berikut:

1. Tahap persiapan

a. Menentukan tempat dan jadwa penelitian

b. Menetapkan populasi dan sampel penelitian

c. Menyusun angket penelitian

2. Tahap pelaksanaan

a. Melaksanakan penelitian ex-post facto di SMP Negeri 3 Lubuk

Pakam

b. Memberikan angket kepada guru-guru SMP Negeri 3 Lubuk Pakam.

3. Tahap akhir

a. Mengumpulkan data penelitian

b. Mengorganisasikan dan mendeskripsikan data sesuai variabel


31

c. Melakukan analisis data

d. Membuat laporan penelitian dan menarik kesimpulan

3.7. Instrumen Pengumpulan Data

Menurut Arikunto, (2005: 126) menyatakan bahwa: “Instrumen penelitian

adalah alat bantu yang digunakna penelitin untuk mengumpulkna data”. Instrumen

pengumpulan data dalampenelitian ini adalah dengan menggunakan angket.

Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket tertutup. Menurut

Ridwan, (2007: 27) menyatakan bahwa “Angket tertutup (angket terstruktur)

adalah angket yang disajikan dalam bentuk sedemikian rupa sehingga responden

diminta untuk memilih satu jawaban yang sesuai dengan karakteristik dirinya

dengan cara memberikan tanda silang (x) atau tanda checlist (√).

Angket digunakan untuk mengumpulkan data penelitian tentang pengaruh

kepemimpinan kepala sekolah terhadap kedisiplinan guru adalah skala likert.

Menurut Ridwan, (2010: 12) menyatakan bahwa: “Skala likert digunakan untuk

mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau kelompok...dengan

menggunakan skala likert, maka variabel-variabel yang akan diukur dijabarkan

menjadi sub variabel, kemudian dijabarkan menjadi indikator”. Angket ini

menggunakan pernyataan positif dan negatif pada tabel 3.1sebagai berikut:

Tabel 3.1 Pernyataan Positif dan Negatif Skala Likert

Pernyataan positif Pernyataan negatif


Sangat setuju (SS) = 5 Sangat setuju (SS) = 1

Setuju (S) = 4 Setuju (S) = 2

Netral (N) =3 Netral (N) =3


32

Pernyataan positif Pernyataan negatif


Tidak setuju (TS) = 2 Tidak setuju (TS) = 4

Sangat Tidak Setuju (STS) = 1 Sangat Tidak Setuju (STS) = 5

Dengan perhitungan skala mengikuti skala likert sebagai berikut:

0%_____20%______40%______60%______80%_______100%
Sangat lemah lemah cukup kuat sangat kuat

Gambar 3.1 Rentang Skala Guttman

Keterangan:

Angka 0% - 20% = sangat lemah

Angka 21% - 40% = lemah

Angka 41% - 60% = cukup

Angka 61% - 80% = kuat

Angka 81% - 100% = sangat kuat

Sebagai mana pendapat Nana Sudjana dan Ibrahim (2001: 98) langkah-

langkah instrumen penelitian adalah sebagai berikut:

1. Analisis variabel penelitian dan membuat indikator variabel

berdasarkan teori atau konsep ilmiah

2. Menetapkan jenis instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel

3. Menyusun item atau pertanyaan dengan jenis instrumen

Berdasarkan pendapat tersebut, maka kisi-kisi angket yang digunakan

untuk penelitian adalah sebagai berikut:


33

Tabel 3.2 Kisi-kisi Angket Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Kedisiplinan

Guru

Variabel Dimensi Indikator No Item Ket


Kepemimpinan 1) Memiliki  Jujur 1, 12, 1(+),
kepribadian  Percaya diri
Kepala yang kuat  Bertanggungjawab. 12(+)
 Berani mengambil
Sekolah (X) resiko
 Berjiwa besar
2) Memahami  Memahami kondisi 2, 5, 2 (-),
kondisi guru, karyawan dan
guru, siswa. 5(+)
karyawan
dan siswa
3) Memiliki  Memiliki visi tentang 8, 9, 8(-),
visi dan sekolah.
memahami  Memiliki misi yang 9(+)
misi sekolah diemban sekolah.
4) Kemampua  Mampu mengambil 6, 7, 11, 6(-),
n keputusan intern.
mengambil  Mengambil keputusan 7(+),
keputusan. untuk kepentingan
ekstern. 11(+)
5) Kemampua  Mampu berkomunikasi 3, 4, 3(+),
n secara lisan dengan
berkomunik baik. 4(-)
asi  Mampu menuangkan
gagasan dalam bentuk
lisan.

Kedisiplinan 1) Waktu dan  Masuk dan keluar 1, 2, 9, 1(+),


Guru (Y) kehadiran kelas tepat waktu 10, 2(-),
guru  Hadir setiap jam 9(+),
palajaran 10(-)
 Mengisi daftar hadir
2) Tugas dan  Mengikuti aturan yang 3, 4, 6, 3(+),
tanggung berlaku sebagai 7, 8, 12, 4(-),
jawab pendidik 13 6(-),
sebagai guru  Melaksanakan KBM 7(+),
sesuai dengan RPP 8(-),
yang telah 12(+),
direncanakan 13(+)
3) Disiplin  Mampu bekerja sama 5, 11, 5(+),
34

Variabel Dimensi Indikator No Item Ket


dalam untuk meningkatkan 11(+)
bekerja kinerja
sama

3.8. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik

analisis data statistik deskriptif dan analisis data statistik regresi linier sederhana

yang akan dijelaskan sebagai berikut:

3.8.1. Analsis Deskriptif

MenurutSugiyono (2013:199) “statistikdeskriptifadalahstatistik yang

digunakanuntukmenganalisis data

dengancaramendeskripsikanataumenggambarkan data yang

telahterkumpulsebagaimanaadanyatanpabermaksudmembuatkesimpulan yang

berlakuuntukgeneralisasi”. Adapun statistik yang dipakai dalam penelitiani ini

yaitu dengan mendeskripsikan mean, modus, median, distribusi frekuensi,

histogram, dan simpangan baku yang akan dihitung dengan bantuan SPSS versi

20.

3.8.2. Uji Persyaratan Analisis

Uji normalitas silakukan untuk mengetahui apakah data populasi

berdistribusi normal atau tidak.Penguji normalitas menggunakan uji Saphiro-Wilk

dengan perumusan hipotesis sebagai berikut:


35

H0 : Data berdistribusi normal.

Ha : Data berdistribusi tidak normal.

Pengujian normalitas dihitung dengan bantuan software SPSS versi 20

dengan menggunakan taraf signifikansi 5% dengan kriteria:

a. Jika nilai signifikasi (Sig) ≥ 0,05 maka H0 diterima.

b. Jika nilai signifikasi (Sig) < 0,05 maka H0 ditolak.

3.8.3. Uji Homogenitas

Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah data kepemimpinan

kepala sekolah dan kedisiplinan guru mempunyai varians data yang sama atau

tidak. Pengujian homogenitas menggunakna uji Lavene dengan perumusan

hipotesis sebagai berikut:

H0 : Data bervarians homogen.

Ha : Data bervarians tidak homogen.

Pengujian homogenitas dihitung menggunakan bantuan sofware SPSS

versi 20 dengan menggunakan taraf signifikansi 5% dengan kriteria:

a. Jika nilai signifikansi (Sig.) ≥ 0,05 maka H0 diterima.

b. Jika nilai signifikansi (Sig.) < 0,05 maka H0 ditolak.

3.8.4. Uji Linieritas

Uji linieritas digunkan untuk mengetahui apakah variabel bebas dan terikat

memiliki hubungan yang linier atau tidak. Menurut Sugiarto dan Siagian, (2006:
36

225) menyatakan bahwa: “Untuk memberikan gambaran hubungan dua variabel,

sebelum mengetahui apakah berhubungan linier atau tidak, sebaiknya dilakukan

plotting (tebaran titik) terhadap pasangan nilai-nilai X dan Y. Hasil Plot ini

disebut dengan diagram pencar (scatter diagram). Suatu data yang linier jika

kenaikan skor variabel bebas diikuti kenaikan skor variabel terikat. Perhitungan

uji linieritas menggunakan bantuan SPSS versi 20, Dengan ketentuan sebagai

berikut:

1. Dilihat melalui arah titik pada gars lurus

Jika terdapat gejala bahwa letak titik-titik data menyebar disekitar garis

lurus maka antara kedua variabel terdapat hubungan linier, maka uji

regresi dilanjutkan. Sebaliknya, jika titik-titik data itu tidak berasa

disekitar garis lurus, maka kedua variabel tersebut tidak terdapat hubungan

yang linier, uji regresi tidak dapat dilanjutkan.

2. Dilihat melalui hasil perhitungan SPSS versi 20 dengan ketentuan hasil

perhitungan kurang dari 5% berarti data tersebut linier. Hasil perhitungan

juga dapat dilihat pada tabel anova, yaitu pada kolom taraf signifikan 5%.

3.9. Analisis Statistik Pengujian Hipotesis

Untuk menguji hipotesis penelitian digunakan langkah-langkah sebagia

berikut:

3.9.1. Regresi Linier Sederhana


37

Untuk mengetahui pengaruh kepemimpinan kepala sekolah terhadap

kedisiplinan guru, digunakan analisis regresi linier sederhana. Adapun rumus

regresi linier sederhana yaitu sebagai berikut:

Y = a + bX

(Sumber : Sugiyono, 2009: 204)

Keterangan:

Y = subjek variabel terikat yang diprediksi (kedisiplinan guru)

X = Subjek variabel bebas yang mempunyai nilai tertentu (Kepemimpinan

kepala sekolah

a = Bilangan konstanta regresi untuk X = 0 (nilai y pada saat x nol)

b = Koefisien arah regresi yang menunjukkan angka peningkatan atau

penurunan variabel Y bila Bertambah atau berkurang 1 unit

Nilai a dan b dapat diketahui dengan menggunakan rumus least square

sebagai berikut:

2
(∑ Y )( ∑ X )−( ∑ X )( ∑ Y )
a=
n( ∑ X 2 )−( ∑ X 2 )

n ( ∑ XY )−( ∑ X )(∑ XY )
b=
n( ∑ X 2 )−( ∑ X )2

Sumber : Sugiyono (2009:206)

Keterangan:

n = jumlah data sampel

Hasil analisis regresi linier sederhana akan mengetahui uji F dan uji t. Uji

F dalam analisis regresi linier sederhana bertujuan untuk mengetahui pengaruh


38

dari dua variabel yaitu X terhadap Y. Terdapat dua cara yang bisa digunakan

untuk mengetahi ada atau tidaknya pengaruh signifikan dalam uji F. Cara yang

pertama adalah dengan menlihat nilai F hitung dengan nilai F tabel. Cara yang

kedua adalah dengan membandingkan nilai signifikan atau nilai probabilitas dari

hasil perhitungan SPSS. Nilai signifikan tersebut lebih besar atau lebih kecil dari

0,05. Dengan ketentuan kedua cara tersebut adalah sebagai berikut:

1. Jika nilai F hitung > F tabel maka variabel bebas secara simultan

berpengaruh terhadap variabel terikat.

2. Jika nilai F hitung < F tabel maka variabel bebas secara simultas tidak

berpnegaruh terhadap variabel terikat.

3. Jika nilai signifikan < 0,05, maka variabel bebas secara bersama-sama

berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat.

4. Jika nilai signifikan > 0,05, maka variabel bebas secara bersama-sama

tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat.

Selain uji F, hasil analisis regresi linier sederhana juga menyajikan uji t.

Uji t dalam analisis regresi linier sederhana bertujuan untuk mengetahui apakah

variabel bebas berpengaruh terhadap variabel terikat. Terdapat dua cara yang

dapat digunakan untuk mengetahui adanya pengaruh yang signifikan dalam uji t.

Cara yang pertama adalah dengan membandingkan nilai t hitung dan nilai t tabel.

Cara yang kedua adalah berdasarkan nilai signifikan hasil output SPSS. Dengan

ketentuan kedua cara tersebut adalah sebagai berikut:

1. Jika nilai t hitung dan > t tabel, maka variabel bebas berpengaruh

terhadap variabel terikat.


39

2. Jika nilai t hitung < t tabel, maka variabel bebas tidak berpengaruh

terhadap variabel terikat

3. Jika nilai signifikan < 0,05, maka variabel bebas berpengaruh

signifikan terhadap variabel terikat.

4. Jika nilai signifikan > 0,05, maka variabel bebas tidak berpengaruh

signifikan terhadap variabel terikat.

http://www.spssindonesia.com/2014/02/cara-mudah-melakukan-uji-t-dengan-

spss.html diakses 20 Maret 2017.

3.9.2. Analisi Korelasi

Analisis korelasi digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel.

Dalam penelitian ini, analisis korelasi digunakan untuk mengetahui hubungan

kepemimpinan kepala sekolah (X) terhadap kedisiplinan guru (Y). Rumus yang

digunakan untuk mencari koefisien korelasi sebagaimana yang dikemukakan oleh

Arikunto, (2005: 240) sebagai berikut:

Analisis korelasi akan dihitung dengan bantuan SPSS versi 20. Dengan kriteria

sebagai berikut:
40

1. Ho = tidak ada hubungan yang signifikan antara kepemimpinan kepala

sekolah terhadap kedisiplinan guru

2. Ha = terdapat hubungan yang dignifikan antara kepemimpinan kepala

sekolah terhadap kedisiplinan guru

Bentuk hubungan korelasi antara dua variabel adalah sebagai berikut:

1. Korelasi linier positif (+1)

Jika nilai variabel X mengalami kenaikan, maka variabel Y akan ikut

turun. Apabila nilai koefisien korelasi mendekari +1 (positif satu)

berarti pasangan data variabel X dan variabel Y memiliki korelasi

linier positif yang kuat/erat.

2. korelasi linier negatif (-1)

Apabila nilai koefisien korelasi mendekati -1 (negatif satu) maka hal

ini menunjukkan pasangan data variabel X dan variabel Y memiliki

korelasi linier negatif yang kuat/erat.

3. Tidak berkorelasi (0)

Apabila nilai koefisien korelasi mendekati 0 (nol) berarti pasangan data

variabel X dan variabel Y memiliki korelasi yang sangat lemah atau

berkemungkinan tidak berkorelasi.

BAB IV

HASIL PENELITIAN
41

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 3 Lubuk Pakam Kabuaten Deli

Serdang. SMP Negeri 3 Lubuk Pakam merupakan sekolah percontohan program

adiwiyata. Program adiwiyata merupakan sekolah peduli dan berbudaya

lingkungan. Untuk melaksanakan program tersebut dibutuhkan kepemimpinan

kepala sekolah yang memiliki berbagai macam keterampilan diantranya adalah

vision building atau kemampuan untuk memandang jauh kedepan. Dengan kata

lain kepemimpinan yang memiliki visi dan misi yang jelas. Keterampilan yang

kedua adalah decision making atau kemampuan untuk mengambil keputusan.

Mengambil keputusan adalah sifat alami seorang pemimpin. Dalam hal ini, kepala

sekolah SMP Negeri 3 Lubuk Pakam mengambil keputusan secara bijak. Sifat

yang ketiga adalah conducting meeting atau memimpin jalannya rapat. Setiap hari

senin, sekolah tersebut selalu mengadakan rapat mingguan dan apel setiap harinya

untuk merivew, memonitoring dan mengevaluasi seluruh kegiatan yang telah

dilakukan setiap minggu. Hal ini dilakukan secara konsisten. Kemudian kegiatan

pembelajaran di SMP Negeri 3 Lubuk Pakam setiap senin siswa melakukan

kegiatan membaca di perpustakaan mini yang telah ada disetiap kelas. Dan

kegiatan tersebut dimasukkan kedalam mata pelajaran.

Dalam menangani konflik, kepala sekolah memiliki mekammpuan untuk

mengelola konflik menjadi sesuatu yang bermanfaat untuk kemajuan organisasi.

Hal ini ditunjukkan dari kerja sama yang dilakukan pikah SMP Negeri 3 Lubuk

Pakam dan orang tua siswa dalam memajukan sekolah. Orang tua siswa atau

komite masing-masing kelas menyumbangkan


41 pavling blok dan tempat duduk

serta fasilitas kipas angin di dalam ruangan guna memberikan rasa nyaman kepada
42

peserta didik. Keterbatasan biaya untuk mengatasi permasalahan tentang

kerindangan sekolah, pembuatan pavling blok, fasilitas kipas angin akhirnya

teratasi dengan adanya kerja sama pihak sekolah dan komite sekolah atau orang

tua siswa. Hal ini menunjukkan pemanfaatan konflik menjadi solusi untuk

kemajuan sekolah.

Keterampilan yang keempat adalah pulling the team together atau

menggerakkan tim bersama-sama menuju ke target yang ingin dicapai. Hal ini

dilakukan kepala sekolah untuk memotivasi dan menggerakan para warga sekolah

untuk konsisten menjaga dan mengurus serta memajukan sekolah. Dengan selalu

memberikan motivasi, monitoring dan evaluasi, seluurh perencanaan visi dan

misis sekolah dapat tercapai dengan baik. Oleh karena itu SMP Negeri 3 Lubuk

Pakam dijadikan sekolah percontohan program adiwiyata dan sekarang menuju

sekolah adipura.

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian

Penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu variabel kepemimpinan

kepala sekolah sebagai variabel X dan kedisiplinan guru sebagai variabel

Y.Kepemimpinan kepala sekolah menggunakan angket atau kuesioner yang

diberikan kepada 30 orang guru yang menrupakan anggota populasi dari guru-

guru SMP Negeri 3 Lubuk Pakam. Dengan jumlah angket positif 6 pernyataan,

dan angket negatif sebanyak 6 pernyataan. Angket tersebut menggunakan model

sklala likert, dimana jawaban memiliki skor yang berbeda. Pernyataan favorable

pada angket untuk pernyataan positif memiliki skor 5 untuk yang paling tinggi
43

dan 1 untuk yang rendah. Pernyataan unfavorable pada angket untuk pernyataan

negatif memiliki skor aling tinggi 1 dan paling rendah 5.

Kedisiplinan guru juga diukur menggunakan angket skala likert yang

diberikan kepada 30 orang guru yang merupakan anggota populasi SMP Negeri 3

Lubuk Pakam. Jumlah Pernyataan untuk mengukur kedisiplinan guru adalah

sebanyak 13 butir. Dengan pernyataan positif berjumlah 7 dan pernyataan negatif

berjumlah 6. Untuk mengetahui hubungan antara kepemimpinan kepala skolah

dan kedisiplinan guru dilakukan dengan menggunakan SPSS versi 20.

Hasil perhitungan statistik deskriptip yang meliputi nilai mean, median,

modus, distribusi frekuensi dan standart deviasi akan disajikan secara rinci untuk

masing-masing variabel sebagai berikut:

4.2.1. Kepemimpinan Kepala Sekolah

Angket untuk variabel kepemimpinan kepala sekolah terdiri dari 12

pernyataan. Skor pernyataan positif yang berjumlah 8 untuk jawaban tertinggi

adalah 5 dan terendah adalah 1. Maka kemungkinan skor tertinggi yang hendak

dicapai adalah 8 x 5 = 40, dan skor terendah yang mungkin dicapai adalah 1 x 8 =

8. Untuk pernyataan negatif sebanyak 4 buah, untuk jumlah skor tertinggi adalah

1 dan terendah adalah 5. Maka kemungkinan skor tertinggi yang hendak dicapai

adalah 1 x 4 = 4 dan skor terendah adalah 5 x 4 = 20. Banyak responden adalah

30. Hasil perhitungan secara keselurhan 30 x 5 = 150. Hasil perhitungan angket

berjumlah 1266. Maka angket kepemimpinan kepala sekolah yaitu: 1266/150 x

100% = 84,4% dalam kategori sangat kuat. Dari hasil perhitungan data yang

dilakukan maka diperoleh skor tertinggi untuk variabel kepemimpinan kepala


44

sekolah adalah 45 dan peling rendah adalah 38. Hasil analisis statistik deskriptif

akan disajikan pada tebel sebagai berikut:

Tabel 4.1 Hasil Perhitungan Statistik Deskriptif Kepemimpinan Kepala


Sekolah

Statistics
kepemimpinan_

Valid 30
N
Missing 0
Mean 42,20
Std. Error of Mean ,350
Median 42,00
Mode 41a
Std. Deviation 1,919
Variance 3,683
Skewness -,336
Std. Error of Skewness ,427
Kurtosis -,705
Std. Error of Kurtosis ,833
Range 7
Minimum 38
Maximum 45
Sum 1266

a. Multiple modes exist. The smallest


value is shown

Dari tebel 4.1 dapat diketahui bahwa nilai tertinggi sebesar 45 terendah

sebesar 38, nilai mean sebesar 42,20; nilai mode sebesar 41; nilai median sebesar

42,00; nilai standart eviasi sebesar 1,919; jumlah secara keseluruhan adalah 1266.

Data akan disajikan dalam grafik sebagai berikut:

Grafik 4.1 Kepemimpinan Kepala Sekolah


45

4.2.2. Kedisiplinan Guru

Angket untuk variabel kedisiplinan guru terdiri dari 13 pernyataan. Jumlah

pernyataan positif adalah 8 dan pernyataan negatif adalah 5. Skor jawaban

tertinggi untuk pernyataan positif adalah 5 dan terendah adalah 1. Maka

kemungkinan skor tertinggi yang hendak dicapai adalah 8 x 5 = 40, dan skor

terendah yang mungkin dicapai adalah 8 x 1 = 8. Skor tertinggi untuk pernyataan

negatif adalah 1 dan terendah adalah 5. Maka kemungkinan skor tertinggi yang

hendak dicapai untuk pernyataan negatif adalah 1 x 5 = 5 dan terendah adalag 5 x

5 =25. Hasil perhitungan secara keseluruhan dengan 30 responden adalah 30 x 5 =


46

150. Maka hasil perhitungan angket secara keseluruhan yaitu: 1254/150 x 100% =

83,6% dalam kategori sangat kuat. Dari hasil perhitungan data yang dilakukan

maka diperoleh skor tertinggi untuk variabel kedisiplinan guru adalah 46 dan

peling rendah adalah 35. Hasil analisis statistik deskriptif akan disajikan pada

tebel sebagai berikut:

Tabel 4.2 Hasil Analisis Statistik Deskriptip Kedisiplinan Guru

Statistics
kedisiplinan_guru

Valid 30
N
Missing 0
Mean 41,80
Std. Error of Mean ,461
Median 42,00
Mode 40a
Std. Deviation 2,524
Variance 6,372
Skewness -,461
Std. Error of Skewness ,427
Kurtosis ,491
Std. Error of Kurtosis ,833
Range 11
Minimum 35
Maximum 46
Sum 1254

a. Multiple modes exist. The smallest


value is shown

Dari tebel 4.2 dapat diketahui bahwa nilai tertinggi sebesar 46 terendah

sebesar 35, nilai mean sebesar 41,80; nilai mode sebesar 40; nilai median sebesar

42,00; nilai standart eviasi sebesar 2,524; jumlah secara keseluruhan adalah 1254.

Data akan disajikan dalam grafik sebagai berikut:


47

Grafik 4.2 Kedisiplinan Guru

4.3. Pengujian Pesyaratan Analisis

Dalam penelitian regresi linier sederhana diperlukan pengujian syarat

analisis data yaitu uji normalitas, uji homogenitas dan uji linieritas. Data akan

disajikan sebagai berikut:

4.3.1. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk menguji data berdistribusi normal atau


tidak.Rumusanhipotesisuntukmengujinormalitas data yaitu:
H0 : Sampelberasaldaripopulasiberdistribusi normal.
48

Ha :Sampelberasaldaripopulasiberdistribusitidak normal.

Jika nilai sig lebih besar dari α (=0,05) maka H0diterima. Uji normalitas

datayang digunakanuji Shapiro-Wilkdengan bantuan SPSS versi 20. Hasil

perhitungannya disajikan dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 4.3 Uji Normalitas Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Kedisiplinan

Guru

Tests of Normality

kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

kepemimpinan kepala
,159 30 ,051 ,940 30 ,089
nilai sekolah

kedisiplinan guru ,105 30 ,200* ,965 30 ,414

*. This is a lower bound of the true significance.


a. Lilliefors Significance Correction

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa data kepemimpinan kepala sekolah

mempunyai nilai signifikan sebesar 0,089 lebih besar dari nilai α (0,05) dan

kedisiplinan guru mempunyai nilai signifikan sebesar 0,414 lebih besar dari nilai

α (0,05) sehingga Ho diterima. Normal Probality Plot atau Normal Q-Q Plot akan

disajikan pada gambar 4.1 sebagai berikut:


49

Gambar 4.1 Normal Probality Plot atau Normal Q-Q Plot Kepemimpinan
Kepala Sekolah

Gambar 4.2 Normal Probality Plot atau Normal Q-Q Plot Kedisiplinan Guru
50

Normal Probality Plot atau Normal Q-Q Plot kepemimpinan kepala

sekolah dan kedisiplinan guru terletak berdekatan pada satu garis lurus atau garis

normal. Berdasarkan gambar tersebut dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan

kepala sekolah dan kedisiplinan guru berada pada populasi berdistribusi normal.

4.3.2. Uji Homogenitas

Rumusanhipotesisuntukmengujihomogenitas data yaitu:


H0 : σ12 = σ22 (varians data homogen)

Ha : σ12 ≠ σ22 (varians data tidak homogen)

Jika nilai signifikan lebihbesardari α (=0,05) maka H0diterima.

UjihomogenitasmenggunakanujiLavene dengan bantuan SPSS versi 20. Hasil

perhitungan homogenitas disajikan pada tabel 4.4 sebagai berikut:

Tabel 4.4 Uji Homogenitas Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Kedisiplinan

Guru

Test of Homogeneity of Variance

Levene Statistic df1 df2 Sig.


Based on Mean 1,064 1 58 ,307

Based on Median ,920 1 58 ,341


nilai Based on Median and with
,920 1 49,789 ,342
adjusted df

Based on trimmed mean ,956 1 58 ,332

Tabel 4.4 menunjukkan bahwa kedua data tersebut yakni kepemimpinan


kepala sekolah dan kedisiplinan guru mempunyai nilai signifikan sebesar
0,307lebihbesardarinilai α (=0,05) sehingga H0diterima. Dengan demikian, maka
dapat disimpulkan bahwa keduasampel berasal dari populasi yang
memilikibervarians yanghomogen.
51

4.3.3. Uji Linieritas

Secara umum uji linieritas bertujuan untuk mengetahui apakah dua variabe
mempunyai hubungan yang linier atau tidak.
Rumusanhipotesisuntukmengujilinieritas data yaitu:
H0 : terdapat hubungan linier dua variabel
Ha: tidak terdapat hubungan linier dua variabel

Jika nilai sig lebih besar dari α (=0,05) maka H0diterima. Uji linieritas

datayang digunakandengan bantuan SPSS versi 20. Hasil perhitungannya

disajikan dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 4.5 Uji Linieritas Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Kedisiplinan

Guru

ANOVA Table

Sum of df Mean F Sig.


Squares Square

(Combined) 75,943 7 10,849 2,193 ,075

Linearity 26,500 1 26,500 5,356 ,030


kedisiplinan_gu Between
Deviation 6 1,665 ,177
ru * Groups
from 49,442 8,240
kepemimpinan_
Linearity
kepala_sekolah
Within Groups 108,857 22 4,948

Total 184,800 29

Dasar pengambilan keputusan uji linieritas dapat dilakukan dengan dua

cara yakni melihat nilai signifikansi dan nilai F. Berdasarkan nilai signifikansi

dari hasil output SPSS sebesar 0,177 lebih besar dari nilai α (=0,05) maka

H0diterima. Artinya terdapat hubungan linier secara signifikan antara variabel

kepemimpinan kepala sekolah terhadap kedisiplinan guru.


52

Berdasarkan nilai F dari hasil output SPSS nilai F hitung sebesar 1,665

sedangkan nilai Ftabel pada tabel distribusi nilai F (5%) dengan df 6.22 (angka

yang dilingkari merah pada tabel df menunjukkan nilai Ftabel sebesar 2,55. Maka

dapat disimpulkan bahwa nilai F hitung lebih kecil dari F tebel, berarti terdapat

hubungan linier secara signifikan antara variabel kepemimpinan kepala sekolah

dan kedisiplinan guru.

4.4. Analisis Statistik Pengujian Hipotesis

4.4.1. Uji Regresi Linier Sederhana

Analisis regresi sederhana digunakan untuk menguji pengaruh satu

variabel bebas dan satu variabel terikat. Pengambilan keputusan dalam uji regresi

linier sederhana dapat mengacu pada dua hal yaitu dengan membandingkan nilai t

hitung dengan t tabel, atau dengan membandingkan nilai signifikan dengan nilai

probalilitas 0,05. Ketentuan dalam membandingkan nilai t hitung dan t tabel

adalah sebagai berikut:

1. Jika nilai t hitung lebih besar dari ilai t tabel, artinya variabel bebas

berpengaruh terhadap variabel terikat.

2. Jika nilai signifikan lebih dari nilai t tabel, artinya variabel bebas tidak

berpengaruh terhadap variabel terikat.

Ketentuan dalam membandingkan nilai signifikan dengan probabilitas 0,05

adalah sebagai berikut:

1. Jika nilai signifikan tidak lebih dari nilai probabilitas 0,05, artinya

variabel bebas berpengaruh secara signifikan terhadap variabel terikat.


53

2. Jika nilai signifikan lebih dari nilai probabilitas 0,05, artinya variabel

bebas tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel terikat.

Hasil analisis regresi linier sederhana dapat menjawab hipotesis penelitian

sebagai berikut:

1. Ho = Tidak terdapat pengaruh yang signifikan kepemimpinan kepala

sekolah terhadap kedisiplinan guru.

2. Ha = Ada pengaruh yang signifikan kepemimpinan kepala sekolah

terhadap kedisiplinan guru

Hasil output kedua analisis regresi sederhana akan disajikan pada tebel 4.6

sebagai berikut:

Tabel 4.6 Model Summary Hail Output Kedua Analisis Regresi Linier
Sederhana

Model Summary

Model R R Square Adjusted R Std. Error of the


Square Estimate

1 ,379a ,143 ,113 2,378

a. Predictors: (Constant), kepemimpinan_kepala_sekolah

Tabel di atas menunjukkan nilai korelasi/hubungan R sebesar 0,397 dan

dijelaskan besarnya pengaruh persentase variabel bebas terhadap variabel terikat

yang disebut dengan koefisien determinan yang merupakan hasil dari

penguadratan R. Dari output tersebut diperoleh bahwa koefisien determinan (R2)

sebesar 0,143, artinya bahwa pengaruh variabel bebas (Trust) terhadap variabel

terikat (partisipasi) adalah sebesar 14,3%, sedangkan sisanya dipengaruhi oleh

variabel yang lain. Hasil output ketiga perhitungan dengan SPSS akan disajikan

pada tabel 4.7 sebagai berikut:


54

Tabel 4.7 Hasil Pehitungan Anova Output Ketiga Analisis Regresi

Linier Sederhana

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Regression 26,500 1 26,500 4,687 ,039b

1 Residual 158,300 28 5,654

Total 184,800 29

a. Dependent Variable: kedisiplinan_guru


b. Predictors: (Constant), kepemimpinan_kepala_sekolah

Tabel 4.7 menjelaskan pengaruh signifikan variabel trust (terikat) tehadap

variabel partisipan (bebas). Data tersebut menunjukkan bahwa nilai F hitung

sebesar 04,687 dengan tingkat signifikan 0,039 lebih kecil dari nilai α (0,05),

maka model regresi dapat dipakai untuk mempresiksi variabel kedisiplinan. Hasil

output keempat akan disajikan pada tabel 4.8 sebagai berikut:

Tabel 4.8 Hasil Coefficients Output Keempat Analisis Regresi Linier

Sederhana

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized t Sig.


Coefficients

B Std. Error Beta

(Constant) 20,779 9,719 2,138 ,041

kepemimpina 2,165 ,039


1
n_kepala_sek ,498 ,230 ,379
olah

a. Dependent Variable: kedisiplinan_guru


55

Pada tebel 4.8 kolom B pada Constant (a) adalah 20,779, sedangkan nilai

Trust (b) adalah 0,496 sehingga persamaan regresinya dapat ditulis sebagai

berikut:

Y = a + bX

Y = 20,779 + 0,496X

Koefisien B dinamakan koefesien arah regresi dan menyatakan perubahan

rata-rata variabel Y untuk perubahan variabel X sebesar satu satuan. Maka dari

persamaan tersebut dapat diinterpretasikan bahwa:

1. Konstanta sebesar 20,779 menyatakan bahwa jika tidak ada nilai trust

(variabel X) mana nilai partisipasi (variabel Y) adalah sebesar 20,779

2. Koefisien regresi X sebesar 0,496 menyatakan bahwa setiap

penambahan 1 nilai trust, maka nilai partisipasi bertambah sebesar

0,496.

Dari hasil output pada tabel4.8 nilai t hitung = 2,165 dengan nilai

signifikansi 0,039 < 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini berarti ada

pengaruh signifikan variabel kepemimpinan kepala sekolah terhadap kedisiplinan

guru.

4.4.2. Analisis Korelasi

Analisi korelasi dihitung untuk menentukan keeratan hubungan antara

kepemimpinan kepala sekolah terhadap kedisiplinan guru. Berdasarkan nilai

signifikan, jika nilai signifikan < 0,05 maka terdapat korelasi, sebaliknya jika nilai

signifikan > 0,05 maka tidak terdapat korelasi. Berdasarkan tanda bintang (*)

yang diberikan SPSS hal ini menunjukkan bahwa antara variabel yang dianalisis
56

terjadi korelasi, sebaliknya jika tidak terdapat tanda bintang maka antara variabel

yang dianalisis tidak terjadi korelasi. Hasil perhitungan SPSS versi 20 akan

disajikan pada tabel 4.9 sebagai berikut:

Tabel 4.9 Hasil Perhitungan Korelasi

Correlations

kepemimpinan_ kedisiplinan_gur
kepala_sekolah u

Pearson Correlation 1 ,379*


kepemimpinan_kepala_seko
Sig. (2-tailed) ,039
lah
N 30 30
*
Pearson Correlation ,379 1

kedisiplinan_guru Sig. (2-tailed) ,039

N 30 30

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Berdasarkan nilai signifikan kepemimpinan kepala sekolah (X) dengan

kedisiplinan guru (Y) sebesar 0,039 < 0,05 berarti terdapat korelasi yang

signifikan. Berdasarkan tanda bintang SPSS, dari output di atas diketehui bahwa

nilai korelasi yang dihubungkan dengan tanda merah memiliki bintang. Hal ini

menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang signifikan antara variabel

kepemimpinan kepala sekolah terhadap kedisiplinan guru.

4.5. Pembahasan Hasil Penelitian

Pembahasan hasil penelitian dilakukan untuk memaparkan hasil penelitian

yang diperoleh dan hubungannya dengan tujuan penelitian yang ingin dicapai.

Pembahasan dalam penelitian ini meliputi kepemimpinan kepala sekolah terhadap

kedisiplinan guru.
57

4.5.1. Hasil Analisi Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Kedisiplinan Guru

Kepemimpinan kepala sekolah diukur denganmengunaan angket skala

likert. Dan hasil perhitungan statistik deskriptif diketahui bahwa nilai tertinggi

sebesar 45 terendah sebesar 38, nilai mean sebesar 42,20; nilai mode sebesar 41;

nilai median sebesar 42,00; nilai standart eviasi sebesar 1,919; jumlah secara

keseluruhan adalah 1266. Hasil perhitungan statistik deskriptik yagn disajikan

dalam grafik menunjukkan kurva normal. Setelah dilakukan uji normalitas

shapiro-Wilk sengan bantuan SPSS versi 20, kepemimpinan kepala sekolah

mempunyai nilai signifikan sebesar 0,089 lebih besar dari nilai α (0,05). Hal ini

menunjukkan bahwa Ho diterima dengan pernyataan sampel berasal dari distribusi

normal.

Kedisiplinan guru diukur dengan menggunakan skala likert. Dari hasil

perhitungan statistik deskriptif diketehui bahwa nilai tertinggi sebesar 46 terendah

sebesar 35, nilai mean sebesar 41,80; nilai mode sebesar 40; nilai median sebesar

42,00; nilai standart eviasi sebesar 2,524; jumlah secara keseluruhan adalah 1254.

Hasil perhitungan statistik deskriptik yagn disajikan dalam grafik menunjukkan

kurva normal. Setelah dilakukan uji normalitas shapiro-Wilk sengan bantuan

SPSS versi 20, kedisiplinan guru mempunyai nilai signifikan sebesar 0,414 lebih

besar dari nilai α (0,05) sehingga Ho diterima. Setelah diuji homogenitasnya

menggunakan uji Lavene dengan bantuan SPSS versi 20, hasilnya adalah nilai

signifikan sebesar 0,307 lebihbesardarinilai α (=0,05) sehingga H0diterima. Dapat

disimpulkan bahwa keduasampel berasal dari populasi yang memilikibervarians

yanghomogen.
58

Hasil uji linieritas nilai signifikansi dari hasil output SPSS sebesar 0,177

lebih besar dari nilai α (=0,05) maka H0diterima. Artinya terdapat hubungan linier

secara signifikan antara variabel kepemimpinan kepala sekolah terhadap

kedisiplinan guru. Berdasarkan nilai F, dengan df 6.22 (angka yang dilingkari

merah pada tabel df menunjukkan nilai Ftabel sebesar 2,55. Maka dapat

disimpulkan bahwa nilai F hitung lebih kecil dari F tebel, berarti terdapat

hubungan linier secara signifikan antara variabel tersebut.

4.5.2. Hasil Analisis Statistik Pengujian Hipotesis

Hasil uji regresi sederhana menunjukkan bahwa kolom B pada Constant

(a) adalah 20,779, sedangkan nilai Trust (b) adalah 0,496 sehingga persamaan

regresinya dapat ditulis sebagai berikut:

Y = a + bX

Y = 20,779 + 0,496X

Konstanta sebesar 20,779 menyatakan bahwa jika tidak ada nilai trust

(variabel X) mana nilai partisipasi (variabel Y) adalah sebesar 20,779. Koefisien

regresi X sebesar 0,496 menyatakan bahwa setiap penambahan 1 nilai trust, maka

nilai partisipasi bertambah sebesar 0,496. Dari hasil output anova, nilai F hitung

sebesar 04,687 dengan tingkat signifikan 0,039 lebih kecil dari nilai α (0,05),

maka model regresi dapat dipakai untuk mempresiksi variabel kedisiplinan. Jika

dilihat dari nilai t hitung = 2,165 dengan nilai signifikansi 0,039 < 0,05, maka Ho

ditolak dan Ha diterima. Hal ini berarti ada pengaruh signifikan variabel

kepemimpinan kepala sekolah terhadap kedisiplinan guru.


59

Jika silihat dari hasil output korelasi, nilai signifikan kepemimpinan kepala

sekolah (X) dengan kedisiplinan guru (Y) sebesar 0,039 < 0,05 berarti terdapat

korelasi yang signifikan. Berdasarkan tanda bintang SPSS, dari output di atas

diketehui bahwa nilai korelasi yang dihubungkan dengan tanda merah memiliki

bintang. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang signifikan antara

variabel kepemimpinan kepala sekolah terhadap kedisiplinan guru.


60

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Kepemimpinan kepala sekolah memberikan pengaruh terhadap

kedisiplinan guru. Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian, dan hasil

penelitian, maka dapat disimpulkan terdapat pengaruh yang signifikan variabel

kepemimpinan kepala sekolah terhadap kedisiplinan guru. Hasil perhitungan

angket kepemimpinan kepala sekolah yaitu 84,4% dalam kategori sangat kuat dan

kedisiplinan guru yaitu 83,6% dalam kategori sangat kuat.Dengan persamaan

regresi adalah:

Y = a + bX

Y = 20,779 + 0,496X

Konstanta sebesar 20,779 menyatakan bahwa jika tidak ada nilai trust

(variabel X) mana nilai partisipasi (variabel Y) adalah sebesar 20,779. Koefisien

regresi X sebesar 0,496 menyatakan bahwa setiap penambahan 1 nilai trust, maka

nilai partisipasi bertambah sebesar 0,496. Nilai t hitung = 2,165 dengan nilai

signifikansi 0,039 < 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Nilai korelasi

kepemimpinan kepala sekolah (X) dengan kedisiplinan guru (Y) sebesar 0,039 <

0,05 berarti terdapat korelasi yang signifikan.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sri

Rahayu, Sutama, dan Sabar Narimo (Magister Manajemen Pendidikan UMS)

hasilnya adalah Besarkontribusisecarasimultan77,1%. Hal ini

bermaknakompetensi profesional, motivasi, dan persepsi guru tentang

60
61

kepemimpinan kepala sekolah mampu menjelaskan keragaman total dari kinerja

guru sebesar 77,1%. Kontribusi persepsi guru tentang kepemimpinan kepala

sekolah sebesar

11,09% terhadap kedisiplinan guru. Tinggi rendahnya kedisiplinan guru

dijelaskan oleh persepsi guru tentang kepemimpinan kepala sekolah

5.2. Saran

Dari hasil perhitungan output analisis regresi linier sederhana, terdapat

bahwa koefisien determinan (R2) sebesar 0,143, artinya bahwa pengaruh variabel

bebas (Trust) terhadap variabel terikat (partisipasi) adalah sebesar 14,3%,

sedangkan sisanya dipengaruhi oleh variabel yang lain. Berarti sisanya adalah

85,7% yang dipengaruhi variabel lain perlu diteliti. Hasil miiriset ini dapat

dijadikan bahan acuan dalam memimpin suatu organisasi.


62

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:


Rineka Cipta.
________. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka
Cipta.
Darmadi, Hamid. 2013. Metode Penelitian Pendidikan dan Sosial. Bandung:
Alfabeta.
E. Mulyasa. 2009. Menjadi Guru Profesional Menciprakan Pembelajaran Kreatif
dan Mneyenagkan. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Erlina, Sri Mulyani. 2007. Metodologi Penelitian Bisnis: untuk Akutansi dan
Manajemen. Medan: USU Pers.
Handoko, T. Hani. 2001. Manajemen Personalia dan Sumberdaya Manusia, Edisi
Kedua. Yogyakarta: BPFF.
Hasibuan, Melayu S.P. 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi
Aksara.
http://www.spssindonesia.com/2014/02/cara-mudah-melakukan-uji-t-dengan-
spss.html diakses 20 Maret 2017.
Husein, Umar. 2000. Metode Penelitian Untuk Skripsi Dan Tesis Bisnis. Jakarta:
Raja Grafindo Prasada.
Kamus besar bahasa Indonesia Online.

Nurgiyantoro, Burhan. 2012. Penelitian Pembelajaran Bahasa. Yogyakarta:


BPFE.
Nurmansyah. 2011. Manajemen Sumber Daya Manusia Suatu Pengantar.
Pekanbaru: Unilak Pers.
P. Siagian, Sondang. 2002. Kepemimpinan Organisasi & Perilaku Administrasi.
Jakarta: Gunung Agung.
Pandji, Anoraga. 2001. Pengantar Pasar Modal Indonesia. Jakarta: Mediasoft
Indonesia.
Purwanto. 2005. Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Edisi Revsisi. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Riduan. 2010. Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian. Bandung:
Alfabeta.
Rivai, Veithzal. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Perusahaan
Dari Teori ke Praktik.Jakarta: Slemba Empat.

62
63

Siagian dan Sugiarto. 2006. Metode Statistika. Jakarta: Gramedia.

Soetopo, Hendayat & Wasty Soemanto. 2002. Pengantar Oprasional


Administrasi Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.
Sudarmanto. 2009. Kinerja dan Pengembangan Kompetensi SDM Teori Dimensi
Pengukuran dan Implementasi Dalam Organisasi. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Sudjana & Ibrahim. 2007. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung : Sinar
Baru Algesindo.
Sugiyono. 2012. Statistik Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

________ 2013. Statistik Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Sutrisno, Edy. 2011. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Kencana.

Tulus. 2004. Peran Disiplin Pada Perilaku dan Prestasi Siswa. Jakarta: Gramedia
Widiasarana.
Wahjosunidjo. 2003. Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta: PT RajaGrasindo
Persada.
Yulk, Gary. 2006. Leadership In Organizations. 6th Edition.new Jersey: Pearson-
Prentice Hall.
Jurnal :

Liani, Anissa. 2014. Kedisiplinan Guru Pada ekolah Dasar Negeri 004 Tanjung
Pinang Barat. Naskah Publikasi. Tanjung Pinang: Universitas Maritim
Raja Ali Haji

Rahayu, Sri, Sutama, dan Narimo, Sabar. Kepemimpinan kepala sekolah dan
kedisiplinan guru SMPN Kota Surakarta. Jurnal Manajemen Pendidikan.
Vol 9, No 2. Juli 2014.

Sarjana, Sri. 2013. Disiplin Kerja (Studi Kasus Guru SMK Negeri Di Kecamatan
Cikarang Barat). Jurnal Humanus. Volume 12. No.1
64

Lampiran 1

ANGKET INSTRUMEN PENELITIAN

Identitas Responden
(responden tidak perlu menulis nama)
1. No. Responden : ________
2. Jenis Kelamin : Pria/Wanita *) 3. Usia : _____ tahun
:
________________________________________
3. Nama Sekolah _______
:
_______________________________________
4. Bidang studi/guru kelas _______
:
_______________________________________
5. Lama masa kerja _______
:
_______________________________________
6. Pendidikan terakhir _______

A. Kuesioner Penelitian Kepemimpinan Kepala Sekolah (X)

Petuntuk penelitian

Angket ini dimaksudkan untuk mengetahui kedisiplinan guru. Untuk itu


responden diharapkan dapat menjawab pernyataan dengan jujur. Atas ketersediaan
saudara peneliti ucapkan terimakasih.Berdasarkan atas pengalaman Bapak/Ibu,
berilah centang (√) pada bobot nilai alternatif jawaban yang paling merefleksi
persepsi Bapak/Ibu pada setiap pernyataan. Instrumen Kepemimpinan Kepala
Sekolah disusun denga menggunakan skla likert terdiri dari 12 pernyataan.

Keterangan:

SS = Sangat Setuju

S = Setuju

N = Netral

TS = Tidak setuju

STS = Sangat tidak setuju


65

NO DAFTAR PERNYATAAN Alternatif Jawaban


SS S N TS STS
5 4 3 2 1
1 Kepala sekolah mempunyai tanggung jawab
yang besar terhadap keberhasilan sekolah
2 Kepala sekolah melakukan monitoring dan
evaluasi PBM kalau ada instruksi dari
pengawas
3 Setiap ketemu guru, kepala sekolah selalu
menyapa
4 Kepala sekolah hanya melakukan komunikasi
kepada guru-guru yang berkompeten
5 Kepala sekolah bersedia menerima guru setiap
saat, baik pada jam dinas maupun di luar jam
dinas
6 Setiap terjadi permasalahan, kepala sekolah
meminta bantuan kepada pihak lain karena ia
tidak mampu menyelesaikannya dengan baik
7 Kepala sekolah selalu menanggapi masukan
pengembangan sekolah dengan positif
8 Kepala sekolah tidak melibarkan guru-guru
ketika menyusun rencana kegiatan sekolah
9 Kepala sekolah merencakan setiap kegiatan
dengan baik
10 Kepala sekolah mengkordinir tugas dengan
baik
11 Kepala sekolah menjadwalkan tugas guru
12 Kepada sekolah memberikan petunjuk
pelaksanaan tugas dengan jelas
66

Lampiran 2

Angket Penelitian Kedisiplinan Guru (Y)

Identitas Responden yang dinilai

1. Nama Responden yang Dinilai : ________


2. Jenis Kelamin : Pria/Wanita *) 3. Usia : _____ tahun
:
___________________________________
3. Nama Sekolah ____________
:
___________________________________
4. Bidang studi/guru kelas ___________
:
___________________________________
5. Lama masa kerja ___________
:
___________________________________
6. Pendidikan terakhir ___________

Petuntuk penelitian

Angket ini dimaksudkan untuk mengetahui kepemimpinan kepala sekolah. Untuk


itu responden diharapkan dapat menjawab pernyataan dengan jujur. Atas
ketersediaan saudara peneliti ucapkan terimakasih.Berdasarkan atas pengalaman
Bapak/Ibu, berilah centang (√) pada bobot nilai alternatif jawaban yang paling
merefleksi persepsi Bapak/Ibu pada setiap pernyataan. Instrumen Kepemimpinan
Kepala Sekolah disusun denga menggunakan skla likert terdiri dari 13 pernyataan.

Keterangan:

SS = Sangat Setuju

S = Setuju

N = Netral

TS = Tidak setuju

STS = Sangat tidak setuju

N DAFTAR PERNYATAAN Alternatif Jawaban


SS S N TS STS
O
5 4 3 2 1
1 Guru mengajar sesuai dengan jadwal yang
67

telah ditetapkan
2 Guru mengisi daftar hadir jika ada pemeriksaan
3 Guru selalu mengisi laporan pelaksanaan
pembelajaran
4 Guru melaksanakan tugas dengan tertib dan
teratur jika diawasi
5 Selain mengajar guru melaksanakan kegiatan
untuk peningkatan profesionalis secara teratur
6 Guru berada di kelas pada saat pembelajaran
ketika dilakukan monitoring
7 Pelaksanakan pembelajaran disesuaikan dengan
RPP yang dibuat
8 Guru mencatat batas pengajaran setiap
mengajar jika dilakukan pemeriksaan
9 Semua guru mempunyai agenda kegiatan
10 Setiap rencana kegiatan guru tidak selalu
ditulis dalam agenda kegiatan guru
11 Bersama siswa guru selalu mengikuti upacara
kenegaraan
12 Guru selalu mengenakan pakaian dengan rapi
13 Guru selalu mengenakan atribut dan seragam
yang telah ditentukan
68

Lampiran 3

Angket Kepemimpinan Kepala Sekolah

Jumla
NO
Angket h
Responden
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 5 1 5 1 5 1 5 2 5 5 5 5 45
2 5 1 5 1 5 1 5 2 5 5 5 5 45
3 5 1 5 1 5 1 5 2 5 5 5 5 45
4 5 1 4 2 5 1 5 1 5 5 5 5 44
5 5 1 4 1 5 1 5 1 5 5 5 5 43
6 4 1 4 2 4 2 4 1 4 4 4 4 38
7 4 2 3 2 4 2 4 2 4 4 4 4 39
8 4 2 4 1 4 1 5 1 5 5 5 5 42
9 5 1 4 1 3 1 5 2 5 5 4 5 41
10 5 1 4 2 5 4 3 2 5 4 4 4 43
11 5 2 3 3 4 3 3 3 5 4 4 4 43
12 5 2 3 3 5 2 4 2 4 4 4 4 42
13 5 1 5 1 5 1 5 1 5 5 5 5 44
14 5 1 5 1 5 1 5 1 5 5 5 5 44
15 4 2 4 2 4 2 4 2 5 4 4 4 41
16 5 1 4 1 3 1 5 1 5 5 5 5 41
17 5 1 5 1 5 1 5 1 5 5 5 5 44
18 4 4 4 2 2 2 4 2 4 4 4 4 40
19 5 2 2 3 3 4 3 4 4 4 4 3 41
20 4 2 4 2 3 2 4 2 4 4 4 4 39
21 5 1 4 1 3 1 5 1 5 5 5 5 41
22 5 1 5 1 5 1 4 2 5 5 5 5 44
23 5 2 4 2 2 2 5 1 5 5 5 5 43
24 5 2 5 1 5 1 5 2 4 5 5 4 44
25 5 1 3 2 4 1 5 1 5 5 5 5 42
26 5 1 3 2 3 1 5 1 4 5 5 5 40
27 5 1 3 2 4 1 5 1 5 5 5 5 42
28 5 1 4 1 3 2 4 1 5 5 5 5 41
29 5 1 3 4 3 2 4 2 5 5 5 5 44
30 5 1 3 2 3 1 5 1 5 5 5 5 41
14 4 11 5 11 4 13 4 14 14 14 13
  4 2 8 1 9 7 5 8 2 1 0 9 1266
69

Lampiran 4

Angket Kedisiplinan Guru

Jumla
NO Angket h
Responden 1
1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 11 12 13
1 5 1 5 1 4 1 4 2 4 2 5 5 5 44
2 5 1 5 1 3 1 5 1 5 1 5 5 4 42
3 5 1 4 2 4 1 5 1 4 2 5 4 5 43
4 5 2 3 1 5 1 5 1 4 1 4 5 5 42
5 5 1 5 1 3 2 4 1 5 1 5 5 5 43
6 4 3 3 1 3 2 4 1 3 3 3 5 3 38
7 4 2 4 2 4 2 4 1 4 2 4 5 4 42
8 4 1 5 1 4 1 5 1 5 2 4 5 5 43
9 4 1 3 2 1 4 1 5 1 5 2 3 3 35
10 5 1 5 1 5 1 5 1 5 1 4 4 4 42
11 4 1 2 2 3 1 5 2 3 3 4 4 4 38
12 5 1 5 1 5 1 5 1 3 3 3 5 5 43
13 5 1 5 1 5 1 5 1 5 1 5 5 5 45
14 4 2 4 1 4 2 3 2 4 1 4 4 5 40
15 4 2 4 1 4 1 4 2 4 1 4 4 4 39
16 5 1 5 1 4 1 4 2 4 1 4 4 4 40
17 4 2 4 1 4 2 4 2 4 1 4 4 4 40
18 4 2 4 1 4 2 4 2 4 1 4 4 4 40
19 5 2 4 1 5 1 3 3 4 2 5 5 5 45
20 4 2 4 2 4 2 4 2 4 1 4 4 4 41
21 4 1 5 1 4 2 4 1 4 1 5 5 5 42
22 5 1 5 1 4 1 5 2 4 2 4 5 5 44
23 4 2 4 2 5 1 4 2 4 1 4 4 4 41
24 5 1 5 1 4 2 5 2 4 2 5 5 4 45
25 5 1 5 1 5 1 5 2 5 1 5 5 5 46
26 5 2 4 1 4 2 4 1 4 2 4 4 4 41
27 5 2 5 1 5 1 5 1 5 1 5 5 5 46
28 4 2 4 2 4 2 4 1 4 2 4 4 4 41
29 5 1 4 2 4 2 5 1 4 2 4 4 5 43
30 5 2 4 1 4 1 4 1 4 2 4 4 4 40
13 4 12 3 12 4 12 4 12 5 12 13 13
  7 5 8 8 1 5 8 8 1 1 6 4 2 1254

Anda mungkin juga menyukai