Anda di halaman 1dari 14

e-ISSN: 2502-6445 https://ejurnal.stkip-pessel.ac.id/index.

php/kp
P-ISSN: 2502-6437 Maret 2019

KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH PADA SATUAN


PENDIDIKAN ISLAM DALAM UPAYA MENINGKATKAN
PROFESIONALISME GURU
Radia Hijrawan1)
1
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Jln. Laskda Adi Sucipto Yogyakarta
Email: radithijrawan25@gmail.com

Abstrak

The leader in the organization is very important because the leader determines whether or not
the wheels of government are running. Given the importance of leaders, it can be seen that the
main function of leadership in education units, such as the headmaster is to create teaching and
learning situations so that teachers can teach and students can learn well. This research is
descriptive analytic which examines the theories of experts on all matters relating to the
leadership of principals in Islamic education units, then analyzes it to find the efforts of teacher
professionalism in teaching. What will be discussed in this paper is how the leadership of the
principal, the task of the principal, develops the professionalism of the teacher and the
leadership of the principal in an effort to improve teacher proceduralism, so that the purpose of
this research is to develop teachers as reliable teachers, and can shape character and morality
children of the nation.

Keyword: Leadership, Principal, Professional Teacher

Abstrak

Pemimpin dalam organisasi sangat penting karena pemimipin menentukan berjalan atau
tidaknya roda pemerintahan. Mengingat pentingnya pemimpin, dapat diketahui bahwa fungsi
utama pimimpin pada satuan pendidikan, seperti kepala madrasah adalah menciptakan situasi
belajar mengajar sehingga guru-guru dapat mengajar dan murid-murid dapat belajar dengan
baik. Penelitian ini bersifat deskriptif analitik yang mana mengkaji teori-teori para ahli tentang
segala hal yang berkaitan kepemimpinan kepala sekolah dalam satuan pendidikan islam,
kemudian di lakukan analisa agar menemukan upaya prefesionalisme guru dalam mengajar. Hal
yang akan di bahas pada tulisan ini bagaimana kepemimpinan kepala sekolah, tugas kepala
sekolah mengembangkan profesionalisme guru serta kepemimpinan kepala sekolah dalam
upaya meningkatkan prosionalisme guru, sehingga tujuan penelitian ini dapat mengembangkan
guru sebagai pengajar yang andal, dan dapat membentuk watak dan akhlak serta mencedaskan
kehidupan anak bangsa.

Kata Kunci: Kepemimpinan, Kepala Sekolah, Guru Profesional

PENDAHULUAN bersama. Pemimpin sebagai


Kepemimpinan, sampai hari ini komunikator merupakan pihak yang
dianggap sebagai faktor yang sangat menentukan, apa, bagaimana, bila mana,
penting dalam sebuah organisasi dan di mana perintah itu dikerjakan agar
(Handoyo, 2010) Leadership is a keputusan dapat dilaksanakan secara
relational process and involves efektif. Kepemimpinan yang efektif
connections with individualis (Odom, membutuhkan kompetensi atau
2013). Kepemimpinan dalam hal ini kemampuan untuk menggerakkan dan
dimaknai sebagai proses mempengaruhi memotivasi orang lain agar mau
orang lain dalam suatu komunitas yang melaksanakan sesuatu yang diinginkan
diarahkan untuk tercapainya tujuan

JURNAL KEPEMIMPINAN DAN PENGURUSAN SEKOLAH 69


Vol. 4 No. 1, Maret 2019 (Page 69-82)
oleh pemimpin (Rivai & Mulyadi, Dalam prakteknya di lapangan,
2012). Kepala madrasah menghadapi tanggung
Kepemimpinan dalam organisasi jawab yang berat, untuk itu ia harus
memiliki peran yang sangat besar dalam memiliki persiapan memadai dalam
membangun hubungan antar individu melaksanakan pekerjaannya, khususnya
dan pembentuk nilai organisasi yang dalam meningkatkan kompetensi tenaga
dijadikan sebagai pondasi dasar bagi pendidik di lembaga yang dipimpinnya,
pencapaian tujuan organisasi. Pengaruh sehingga mampu menciptakan suasana
kepemimpinan terhadap efektivitas pendidikan dan pembelajaran yang
organisasi dapat dilihat sebagai efek efektif dan efisien (Soetopo &
kepemimpinan langsung dan tidak Soemanto, 2003). Hal ini diperlukan,
langsung (Herminingsih, 2011). mengingat guru merupakan ujung
tombak dari kegiatan pendidikan dan
Mengingat pentingnya pembelajaran yang menjadi motivator
pemimpin, dapat diketahui bahwa fungsi bagi peserta didik dalam memacu
utama pimpinan pada satuan pendidikan, aktivitas belajarnya, guru merupakan
seperti kepala madrasah adalah sosok yang menjadi panutan atau uswah
menciptakan situasi belajar mengajar hasanah yang mampu mengarahkan dan
sehingga guru-guru dapat mengajar dan mengubah perilaku dan karakter peserta
murid-murid dapat belajar dengan baik. didik kea rah yang lebih baik, bahkan
Dalam melaksanakan fungsi tersebut, lebih dari itu, guru merupakan orang
kepala madrasah memiliki tanggung yang paling bertanggung jawab dalam
jawab ganda yaitu melaksanakan melahirkan generasi penerus bangsa
administrasi madrasah sehingga tercipta yang memiliki keilmuan, akhlakul
situasi belajar mengajar yang baik dan karimah dan kedalaman spiritual yang
melaksanakan supervisi sehingga menjadi ujung tombak bagi kemajuan
kompetensi guru bertambah dan menjadi suatu bangsa.
profesional. Sebagai pemimpin
pendidikan, Kepala madrasah Menurut Oding Saputra (2009)
memegang peranan yang penting dalam dalam penelitiannya, Pengembangan
meletakkan pondasi pendidikan bagi Profesionalisme Guru Sekolah Dasar,
pengelolaan dan pengembangan sumber mengatakan bahwa profesional guru
daya manusia di lembaganya. ditekankan pada tiga kemampuan dasar,
yaitu: kemampuan profesi, kemampuan
Oleh karena itu, kepala pribadi dan kemampuan sosial. Nur
madrasah harus membekali dirinya Cahya Edi Sukendar (2013) mengatakan,
dengan jiwa kepemimpinan, inovasi, Pengaruh Keterampilan Kepemimpinan
kompetensi, skill dan kreativitas yang Kepala Sekolah dan Motivasi Kerja
tinggi agar lembaganya dapat Guru Terhadap Kinerja Guru Smp
berkembang dengan pesat Negeri Di Sub Rayon 03 Kabupaten
(Widiarochmawati, 2010). Hal ini sesuai Jepara, keterampilan kepemimpinan kepala
dengan Kepmendiknas Nomor 13 Tahun sekolah berpengaruh positif dan signifikan
2007 tentang Standar kompetensi yang terhadap kinerja guru SMP Negeri. Pada
harus dimiliki oleh Kepala penelitian Sri Setiyati (2014) Pengaruh
Sekolah/Kepala Madrasah, yaitu; Kepemimpinan Kepala Sekolah,
kompetensi kepribadian, kompetensi Motivasi Kerja, Dan Budaya Sekolah
manajerial, kompetensi kewirausahaan, Terhadap Kinerja Guru. Ada pengaruh
kompetensi supervisi dan kompetensi positif yang signifikan antara
sosial (Tarsono, 2012). kepemimpinan kepala sekolah, motivasi

70 JURNAL KEPEMIMPINAN DAN PENGURUSAN SEKOLAH


Vol. 4 No. 1, Maret 2019 (Page 69-82)
kerja dan budaya sekolah secara METODE PENELITIAN
bersama-sama terhadap kinerja guru Penelitian ini bersifat deskriptif
SMK Negeri di Kabupaten analitis. Penelitian mendeskripsikan
Gunungkidul. Hal ini dapat diartikan secara terperinci fenomena yang menjadi
bahwa kepimpinan kepala sekolah yang pokok permasalahan. Penelitian
meningkat, motivasi kerja yang baik deskriptif dimaksudkan untuk
serta budaya sekolah yang kondusif memberikan data yang diteliti, keadaan
memberikan dukungan terhadap kinerja atau gejala-gejala lainnya. Penelitian
guru di SMK Negeri di Kabupaten deskriptif ini untuk mengetahui masalah
Gunungkidul menjadi lebih meningkat. (kasus) yang dihubungkan dengan
Eko Djatmiko (2006), dalam fenomena atau gejala lain yang
penelitiannya Pengaruh Kepemimpinan berhubungan tentang kepemimpinan
Kepala Sekolah dan Sarana Prasarana kepala sekolah pada satuan pendidikan
Terhadap Kinerja Guru Smp Negeri islam dalam upaya meningkatkan
Kota Semarang. Hasil analisis deskripsi profesionalisme guru. Penelitian ini
kepemimpinan visi kepala sekolah lebih memfokuskan pada satuan
sangat baik, kepribadian, pemahaman pendidikan tingkat MAN dengan ruang
misi, dan kemampuan berkomunikasi lingkup Indonesia, karena masih banyak
baik. Akan tetapi dalam hal pemahaman guru di indonesia yang belum bisa
terhadap kondisi guru dan keberanian menjadi guru yang di harapkan
dalam mengambil keputusan 53% pemerintah, bahkan ada sebahagian guru
responden menilai kurang baik. hanya sebatas mengajar. Oleh karena itu
Dari berbagai informasi dan guru sangat di harapkan perannya untuk
literasi yang ada, peneliti menyimpulkan membentuk akhlak dan budi pekerti
bahwan peran kepemimpinan kepala yang baik, bukan sebagai pengajar mata
madrasah belum berjalan dengan baik pelajaran saja, akan tetapi
atau belum sesuai harapan yang mengembangkan kepribadian dan
diharapkan pemerintah. Karena masih membentuk diri siswa-siswi untuk
banyak kepemimpin pendidikan dalam mematuhi ajaran agama.
hal ini kepala madrasah yang belum Disinilah sangat di butuhkan
cakap atau terampil memimpin sesuai peran kepala sekolah untuk memahami
dengan situasi dan kondisi lembaga yang kebutuhan dan keadaan gurunya, karena
dipimpinnya. Artinya memimpin tanpa tugas kepala sekolah adalah sebagai
konsep, kurang memperhatikan tingkat pemimpin yakni sebagai pelayan dan
kesiapan, kamampuan, kematangan pembina dari sekolah yang di pimpin.
bawahan yang dipimpinnya, memberi Pendekatan yang digunakan dalam
instruksi tanpa petunjuk dan arahan yang penelitian ini adalah yuridis empiris.
jelas, kurang mampu berkomunikasi Sumber data yang diperoleh adalah
secara intensif. Dengan adanya dengan cara melakukan penelitian
kemampuan seorang pemimpin yakni kepustakaan untuk mendapatkan
kepala madrasah baik secara, keilmuan konsepsi teori atau doktrin, pendapat
dan kemampuan dalam memimpin atau pemikiran konseptual dari bahan-
bawahannya, akan dapat mencapai apa bahan hukum dan karya ilmiah yang
yang di inginkan dan dibutuhkan oleh berhubungan dangan masalah yang
madrasahnya. diteliti. Data juga berasal dari penelitian
lapangan yang digunakan untuk
mendapatkan penjelasan yang berkenaan
dengan peran kepemimpinan kepala

JURNAL KEPEMIMPINAN DAN PENGURUSAN SEKOLAH 71


Vol. 4 No. 1, Maret 2019 (Page 69-82)
sekolah pada satuan pendidikan islam teori kemungkinan. Teori kemungkinan
dalam upaya meningkatkan disebut juga dengan teori situasional
profesionalisme guru. yang mendasarkan bukan pada tingkah
laku seorang pemimpin, melainkan pada
HASIL DAN PEMBAHASAN efektivitas kepemimpinan dipengaruhi
Kepemimpinan Kepala Madrasah oleh situasi tertentu. Dalam situasi
tertentu memerlukan gaya
Teori tentang kepemimpinan kepemimpinan tertentu, demikian pula
memang terus berkembang seiring pada situasi yang lain memerlukan gaya
dengan perkembangan zaman, dan kepemimpinan yang lain pula. Hal ini
sampai saat ini terdapat empat fase sejalan dengan yang diungkapkan oleh
pendekatan. Pertama, pendekatan Tannenbaum bahwa gaya kepemimpinan
berdasarkan sifat-sifat (trait) kepribadian yang baik adalah perpaduan yang serasi
umum yang dimiliki oleh seorang antara suatu macam gaya dengan
pemimpin. Kedua, berdasarkan struktur tugas dan kekuatan sosial.
pendekatan tingkah laku pemimpin. Pendekatan ini melihat bahwa pemimpin
Ketiga, berdasarkan pendekatan yang efektif adalah yang bisa fleksibel,
situasional. Keempat, pendekatan mampu memilih perilaku kepemimpinan
kembali kepada sifat atau ciri pemimpin yang diperlukan dalam waktu dan situasi
yang menjadi acuan bagi orang lain tertentu.
(Nurkholis, 2003).
Teori kepemimpinan yang
Pendekatan prilaku merupakan berkembang selanjutnya tidak lagi
suatu pendekatan yang berdasarkan didasarkan pada sifat, tingkah laku atau
pemikiran bahwa keberhasilan atau situasi tertentu, tetapi didasarkan pada
kegagalan seorang pemimpin ditentukan kemampuan lebih pada seorang
oleh sikap dan gaya kepemimpinan yang pemimpin dibandingkan dengan yang
dilakukan oleh pemimpin. Sikap dan lain, yang termasuk dalam teori
gaya kepemimpinan itu akan tampak kepemimpinan ini adalah kepemimpinan
ketika pemimpin itu memberi perintah, transformasional, transaksional,
membagi tugas dan wewenangnya, cara patternalistik, laissez faire, demokratis,
berkomunikasi, cara mendorong otoriter dan karismatik. Kepala
semangat kerja bawahan, cara memberi madrasah adalah padanan dari shcool
bimbingan dan pengawasan, cara principal, yang tugas kesehariannya
membina disiplin kerja bawahan, cara menjalankan principalship atau kepala
memimpin rapat anggota, cara sekolahan. Istilah kepala sekolahan
mengambil putusan, dan lain sebagainya mengandung makna sebagai segala
(Purwanto, 2006). Perilaku yang sesuatu yang berkaitan dengan tugas
mendukung adalah sejauh mana seorang pokok dan fungsi sebagai kepala
pemimpin dapat melibatkan diri dalam sekolah. Penjelasan ini dipandang
komunikasi dua arah, misalnya penting, karena terdapat beberapa istilah
mendengar, menyediakan dukungan dan untuk menyebut jabatan kepala sekolah,
dorongan, memudahkan interaksi, dan seperti administrasi sekolah (shcool
melibatkan para pengikut dalam administrator), pimpinan sekolah
pengambilan suatu keputusan (Thoha, (shcool leader), manajer sekolah (shcool
2004). manajer), dan lain-lain (Sudarwan, 2003).
Pada tahun-tahun selanjutnya Kepala madrasah adalah tenaga
berkembanglah kajian-kajian fungsional guru yang diberi tugas untuk
kepemimpinan yang mendasarkan pada

72 JURNAL KEPEMIMPINAN DAN PENGURUSAN SEKOLAH


Vol. 4 No. 1, Maret 2019 (Page 69-82)
memimpin suatu sekolah di mana lembaga pendidikan dengan cara
diselenggarakan proses belajar merumuskan visi, misi, tujuan, dan
mengajar, atau tempat di mana terjadi strategi pencapaian. (b)
interaksi antara guru yang memberi Mengorganisasikan sekolah dalam arti
pelajaran dan murid yang me nerima membuat struktur organiasasi
pelajaran.(Wahdosumidjo, 2003, hlm. hlm. (stucturing), menetapkan staff (staffing)
83.) Kepala madrasah mempunyai lima dan menetapkan tugas dan fungsi
fugsi utama. Pertama bertanggungjawab masing-masing staff (functionalizinng).
atas keselamatan, kesejahteraan, dan (c) Menggerakkan staf dalam arti
perkembangan murid-murid yang ada di memotivasi staf melalui internal
lingkungan madrasah. Kedua, marketing dan memberi contoh external
bertanggungjawab atas keberhasilan dan marketing. (d) Mangawasi dalam arti
kesejahteraan profesi guru. Ketiga, melakukan supervisi, mengendalikan,
berkewajiban memberikan layanan dan membimbing semua staf dan warga
sepenuhnya yang berharga bagi murid- sekolah. (e) Mengevaluasi proses dan
murid dan guru-guru yang mungkin hasil pendidikan untuk dijadikan dasar
dilakukan melalui pengawasan resmi peningkatan dan pertumbuhan kualitas,
yang lain. Keempat, bertanggungjawab serta melakukan problem solving baik
mendapatkan bantuan maksimal dari secara analitis sistematis maupun
semua institusi pembantu. Kelima, pemecahan masalah secara kreatif, dan
bertanggung jawab untuk menghindarkan serta menanggulangi
mempromosikan murid-murid terbaik konflik (Departemen, 2006).
melalui berbagai cara. Pada dasarnya tugas kepala
Fungsi utama tersebut, sesuai madrasah itu sangat luas dan kompleks.
dengan firman Allah swt sebagai Rutinitas kepala madrasah menyangkut
berikut: serangkaian pertemuan interpersonal
secara berkelanjutan dengan murid, guru

‫ك لِْل َملَئِ َك ِة إِ ِّن جاَ ِع ٌل ِىف‬ َ ُّ‫َوإِ ْذقاَ َل َرب‬


dan orang tua, atasan dan pihak-pihak
terkait lainnya. Dalam perspektif

‫ض َخلِْي َفة‬
ِ ‫اْالَْر‬
kebijakan pendidikan nasional, terdapat
tujuh peran utama kepala sekolah
Artinya: “Ingatlah ketika yaitu:(Muhaimin, 2005).
Tuhanmu berfirman kepada para Educator atau pendidik, kepala
malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak madrasah melaksanakan kegiatan
menjadikan seorang khalifah di muka perencanaan, pengelolaan, dan evaluasi
bumi." (Q.S. Al-Baqarah:2 (30) ) pembelajaran. Peran inilah yang sangat
berkaitan erat dengan peningkatan
Ayat tersebut menjelaskan bahwa kompetensi guru di madrasah, utamanya
jabatan kepala madrasah yang diberikan dalam menciptakan guru yang handal
kepada seseorang merupakan amanah dan professional. Kegiatan perencanaan
yang harus dilaksanakan secara menuntut kapabilitas dalam menyusun
sungguh-sungguh dan profesional, perangkat-perangkat pembelajaran;
karena kelak akan dipertanggung kegiatan pengelolaan mengharuskan
jawabkan kepada Allah swt. Tugas kemampuan memilih dan menerapkan
pokok dan fungsi kepala madrasah strategi pembelajaran yang efektif dan
sebagai pemimpin pendidikan adalah: efisien; dan kegiatan mengevaluasi
(a) Perencanaan sekolah dalam arti mencerminkan.
menetapkan arah sekolah sebagai

JURNAL KEPEMIMPINAN DAN PENGURUSAN SEKOLAH 73


Vol. 4 No. 1, Maret 2019 (Page 69-82)
Manager (pengelola), kepala menggerakkan potensi tersebut, kepala
sekolah secara operasional sekolah dituntut menerapkan prinsip-
melaksanakan pengelolaan kurikulum, prinsip dan metode-metode
peserta didik, ketenagaan, keuangan, kepemimpinan yang sesuai dengan
sarana dan prasarana, hubungan sekolah- mengedepankan keteladanan,
masyarakat, dan ketatausahaan sekolah. pemotivasian, dan pemberdayaan staf.
Semua kegiatan-kegiatan operasional Pencipta iklim kerja, kepala
tersebut dilakukan melalui oleh sekolah berfungsi sebagai katalisator
seperangkat prosedur kerja berikut: bagi meningkatnya semangat kerja guru.
perencanaan, pengorganisasian, Kepala sekolah perlu mendorong guru
penggerakan, dan pengawasan. dan tenaga kependidikan lainnya dalam
Berdasarkan tantangan yang dihadapi bekerja di bawah atmosfir kerja yang
sekolah, maka sebagai pemimpin, kepala sehat. Atmosfir kerja yang sehat
sekolah melaksanakan pendekatan- memberikan dorongan bagi semua staf
pendekatan baru dalam rangka untuk bekerjasama dalam mencapai
meningkatkan kapasitas sekolah. tujuan sekolah.
Administrator, dalam pengertian Wirausahawan, kepala sekolah
yang luas, kepala sekolah merupakan berfungsi sebagai inspirator bagi
pengambil kebijakan tertinggi di munculnya ide-ide kreatif dan inovatif
sekolahnya. Sebagai pengambil dalam mengelola sekolah. Ide-ide kreatif
kebijakan, kepala sekolah melakukan diperlukan terutama karena sekolah
analisis lingkungan (politik, ekonomi, memiliki keterbatasan sumber daya
dan sosial-budaya) secara cermat dan keuangan dan pada saat yang sama
menyusun strategi dalam melakukan memiliki kelebihan dari sisi potensi baik
perubahan dan perbaikan sekolahnya. internal maupun lingkungan, terutama
Dalam pengertian yang sempit, kepala yang bersumber dari masyarakat
sekolah merupakan penanggung-jawab maupun dari pemerintah setempat.
kegiatan administrasi ketatausahaan
sekolah dalam mendukung pelaksanaan Selain itu, kepala madrasah harus
kegiatan pembelajaran. memiliki skill dalam sistem
kepemimpinannya, yaitu:(Muhaimin,
Supervisor, berkaitan dengan 2005). (1) General life skill, yang
fungsi kepala sekolah sebagai pemimpin mencakup : (a) Personal skill
pengajaran, kepala sekolah berfungsi (kecakapan personal atau kecakapan
melakukan pembinaan professional mengenal diri) yang meliputi : kesadaran
kepada guru dan tenaga kependidikan. sebagai mahluq Tuhan, Kesadaran akan
Untuk itu kepala sekolah melakukan ekstistensi diri, kesadaran akan potensi
kegiatan-kegiatan pemantauan atau diri. (b) Thinking skill (kecakapan
observasi kelas, melakukan pertemuan- berfikir), yang meliputi : kecakapan
pertemuan guna memberikan menggali informasi dan menemukan
pengarahan teknis kepada guru dan staf informasi, kecakapan mengolah
memberikan solusi bagi permasalahan informasi, kecakapan memecahkan
pembelajaran yang dialami guru. masalah. (c) Social skill, yang meliputi:
Pemimpin (Leader), kepala kecakapan komunikasi lisan, kecakapan
sekolah berfungsi menggerakkan semua komunikasi tertulis, dan Kecakapan
potensi sekolah, khususnya tenaga guru bekerja sama. (2) Spesific life skill, yang
dan tenaga kependidikan bagi mencakup : (a) Academic skill
pencapaian tujuan sekolah. Dalam upaya (kecakapan akademis) meliputi

74 JURNAL KEPEMIMPINAN DAN PENGURUSAN SEKOLAH


Vol. 4 No. 1, Maret 2019 (Page 69-82)
kecakapan: Mengidentifikasi variable, perlu diperhatikan.
merumuskan hipotesis dan Namun, Kepala Sekolah
melaksanakan penelitian (b) Vocational memainkan peran kunci yang sangat
skill (kecapan vocational) atau menentukan. Studi pendekatan sosiologi
ketrampilan kejuruan, yakni tentang efektivitas sekolah menunjukkan
keterampilan yang dikaitkan dengan bahwa kepemimpinan Kepala Sekolah
pekerjaan tertentu yang terdapat memainkan peranan yang sangat penting
dilingkungan atau masyarakatnya. dan vital. Penelitian yang dilakukan
Kompetensi tersebut merupakan Wohlstetter Priscilla (1997)
kerangka dasar harus selalu dimiliki menyimpulkan bahwa perhatian Kepala
dalam rangka menciptakan pelaksanaan Sekolah yang tinggi terhadap pembinaan
kependidikan yang efektif dan efisien. mutu, perilakunya yang terpuji, dan
Keberhasilan kepemimpinan kepala sikap responsifnya dalam menangani
madrasah dipengaruhi oleh gaya persoalan yang timbul di sekolah secara
terhadap bawahan (guru). Gaya signifikan meneurunkan frekuensi
kepemimpinan tersebut, dapat dijelaskan perilaku tak terpuji pada siswa dan
dalam teori path-goal, yaitu gaya sebaliknya meningkatkan kehidupan
pemimpin mempengaruhi kepuasan dan sekolah. Gustad (1992) menemukan
kinerja bawahan.(Yukl, 1994). Fungsi bahwa kepala sekolah terbukti
memotivasi dari pemimpin tersebut menunjukkan peranan kunci dalam
terdiri atas bertambahnya keuntungan menegakkan disiplin sekolah melalui
(pay off) pribadi bawahan bagi kemampuannya dalam mengelola
pencapaian kerja, tujuan dan membuka sekolah, memberikan teladan kepada
jalan agar keuntungan tersebut menjadi siswa dan guru, serta melakukan tekik-
lebih mudah dijalankan dengan teknik “social reword” kepada siswa
memperjelasnya, mengurangi halangan- dan guru.
halangan dan perangkap-perangkap di Peran utama yang harus
jalan, serta meningkatkan peluang bagi diemban oleh kepala sekolah yang
kepuasan pegawai terhadap pemimpin membedakannya dari jabatan-jabatan
tersebut. Para pemimpin juga kepala unit lainnya adalah peran sebagai
mempengaruhi kepuasan dari bawahan, pememimpin pendidikan.
khususnya dengan pemimpin tersebut. Kepemimpinan pendidikan mengacu
Kepala Sekolah Sebagai Pemimpin pada kualitas yang harus dicapai kepala
Pendidikan Islam sekolah untuk dapat mengemban
Di antara pemimpin pendidikan tanggungnya secara berhasil. Diantara
tingkat nasional sampai tingkat lokal, kualitas itu paling tidak kepala sekolah
seperti Menteri Pendidikan Nasional, harus, (a) tahu secara benar tentang
Dirjen, Kepala Dinas Pendidikan, sesuatu yang ingin dicapainya (visi) dan
Pengawas, dan Kepala Sekolah; Kepala upaya mencapainya, (b) memiliki
Sekolah merupakan pemimpin sejumlah kompetensi untuk
pendidikan pada tingkat operasional melaksanakan misi guna mewujudkan
yang berada di garis terdepan yang visi yang dicanangkan, (c) memiliki
mengkoordinasikan upaya meningkatkan karakter tertentu yang menunjukkan
kualitas pendidikan. Tentu saja Kepala integritasnya.
Sekolah bukan satu-satunya determinan Upaya meningkatkan kualitas
bagi efektif tidaknya suatu sekolah pendidikan, pemimpin pendidikan,
karena masih banyak faktor lain yang terutama kepala sekolah sebagai

JURNAL KEPEMIMPINAN DAN PENGURUSAN SEKOLAH 75


Vol. 4 No. 1, Maret 2019 (Page 69-82)
pemimpin yang berada pada garis paling dipercaya memiliki kejujuran yang tidak
depan perlu memiliki sejumlah diragukan; (b) konsisten, artinya dalam
kompotensi (a) memfasilitasi mengoperasionalkan kebijakan
pengembangan, penyebarluasan, dan pendidikan secara tegas dan bijaksana,
pelaksanaan visi pembelajaran yang tidak ”mencla-mencle” atau tidak perlu
dikumunikasikan dengan kepada semua menjadi anggota ”bunglon” sosial untuk
komponen sekolah sehingga semua mengamankan kebijakan yang dibuat;
komunitas sekoah mengetahui arah yang (c) komit, terikat secara emosional dan
dituju, (b) membantu, membina, dan intelektual untuk mengabdikan diri
mempertahankan lingkungan sekolah sepenuhnya bagi kepentingan warga
dan program pengajaran yang kondusif sekolahnya; (d) bertanggung jawab,
bagi proses pembelajaran peserta didik memiliki kewajiban sosial, hukum, dan
dan pertumbuhan professional para guru moral dalam menjalankan perannya; dan
dan staf lainnya; (c) menjamin bahwa (e) mempunyai kecerdasan emosi yang
manajemen organisasi dan tinggi, artinya menyadari pengaruh
pengorganisasian sumberdaya sekolah emosinya dan emosi orang lain terhadap
digunakan dalam rangka menciptakan proses pemikirannya dan interaksinya
lingkungan belajar di sekolah yang terhadap orang lain.(Ekosiswoyo, 2007)
aman, sehat, efektif, dan efisien; (d) Pengembangan Profesionalisme Guru
berupaya menciptakan kerjasama dengan Kemampuan profesional setiap
orang tua peserta didik dan anggota guru tidaklah sama. Hal ini merupakan
masyarakat yang diarahkan pada dilema didalam mencapai tujuan
mobilisasi sumberdaya masyarakat pendidikan secara umum. Guru dituntut
untuk mendukung berlangsungnya untuk tanggap terhadap perubahan yang
proses pembelajaran yang berkualitas; terjadi pada masyarakat, sebagai akibat
dan (e) memberi contoh, memahami, dari kemajuan arus informasi dan
menanggapi, dan mempengaruhi perkembangan Iptek. Pengembangan
lingkungan sekitar yang dapat profesi dapat dilakukan oleh diri sendiri,
mendukung proses pembelajaran. melalui kegigihan dalam melaksanakan
Di samping itu agar upaya tugasnya. Dipihak lain guru sebagai
pencapian kualitas pendidikan dapat personil di sekolah, merupakan bawahan
direalisasikan apabila Kepala Sekolah kepala sekolah.
sebagai pemimpin pendidikan Secara langsung kepala sekolah
mempunyai kepemimpinan yang berkewajiban mengembangkan
ditunjang adanya integritas. Integritas kemampuan professional guru. Fakry
adalah ketaatan pada nilai-nilai moral Gaffar mengatakan konsep
dan etika yang diyakini seseorang dan pengembangan professional
membentuk perilakunya sebagai mengandung dua arti, yaitu (1) dikaitkan
manusia yang berharkat dan dengan usaha peningkatan kemampuan
bermartabat. Adapun integritas Kepala professional yang dapat dilakukan secara
Sekolah sebagai pemimpin pendidikan independen pada tingkat sekolah oleh
ditunjukkan beberapa ciri, yaitu (a) individe masing-masing dan (2)
dapat dipercaya, artinya seorang Kepala dikaitkan dengan jenjang karir
Sekolah haruslah orang yang dapat kepegawaian dan ini harus dipolakan
dipercaya, kepercayaan itu diperolehnya dari tingkat yang lebih tinggi.(Supriadi,
secara sukarela, tidak dengan meminta 2009)
apalagi memaksa orang lain untuk
mempercayainya. Kepala Sekolah yang

76 JURNAL KEPEMIMPINAN DAN PENGURUSAN SEKOLAH


Vol. 4 No. 1, Maret 2019 (Page 69-82)
Pembinaan berkaitan dengan memberikan perhatian serius terhadap
fungsi dan usaha untuk meningkatkan perkembangan pendidikan bagi
daya guna dan hasil guna manusia dalam kelangsungan hidup manusia.
suatu proses kerjasama untuk mencapai Pendidikan sebagai sebuah proses akan
tujuan bersama. Pembinaan professional melahirkan banyak manfaat dan hikmah
adalah usaha memberi bantuan kepada besar bagi keberlangsungan hidup
guru untuk memperluas pengetahuan, manusia.(Baharun, 2016)
meningkatkan keterampilan mengajar, Saat ini, pendidikan di Indonesia
dan menumbuhkan sikap professional memiliki tiga permasalahan pokok, yaitu
sehingga para guru lebih ahli dalam permasalahan finansial, administratif
mengelola KBM dalam membelajarkan dan kultural.(Hadi, 2006) Permasalahan
anak didik. yang cukup signifikan tersebut membuat
Sasaran pembinaan professional kondisi pendidikan di negara ini semakin
guru menurut Djaujak Ahmad memprihatinkan. Laporan Indeks
meliputi:(Ahmad, 1995). (1) perencanaan Pembangunan Manusia 2015 yang
kegiatan belajar mengajar sesuai dengan dikeluarkan Badan PBB menyatakan
strategi belajar efektif, (2) mengelola bahwa Indeks Pembangunan Manusia
kegiatan belajar mengajar yang (IPM) Indonesia menempati peringkat
menantang dan menarik, (3) menilai ke 110 dari 187 negara, dengan nilai
kemajuan belajar siswa, (4) memberikan indeks 0,684. Jika dihitung dari sejak
umpan balik, (5) membuat dan tahun 1980 hingga
menggunakan alat Bantu belajar 2014.(“http://www.voaindonesia.com,
mengajar, (6) memanfaatkan lingkungan 2019). Hal tersebut menunjukkan bahwa,
sebagai sumber belajar dan media kualitas pendidikan di Indonesia
pengajaran, (7) membimbing dan dikategorikan “memprihatinkan”. Untuk
melayani siswa yang mengalami meningkatkan mutu pendidikan di
kesulitan belajar, (8) mengelola kelas Indonesia, perlu adanya ikhtiar bersama
sehingga tercipta suasana belajar yang dari seluruh rakyat Indonesia dalam
kondusip, dan (9) menyusun dan rangka mewujudkan pendidikan yang
mengelola catatan kemajuan anak. berkualitas dan bermartabat sesuai
Dengan demikian pembinaan dengan karakter bangsa Indonesia. Salah
professional guru adalah upaya satunya adalah peningkatan kualitas
perbaikan kelemahan, yang dilakukan Sumber Daya Manusia melalui kegiatan
kepada bawahan (termasuk guru), kependidikan yang dilaksanakan pada
mengacu kepada kepentingan organisasi. setiap satuan dan jenjang pendidikan.
Pembinaan professional guru mengacu Dalam kegiatan kependidikan,
pada tugas dan tanggung jawab untuk menurut Samsul Nizar, unsur penting
meningkatkan kualitas proses belajar dari proses pendidikan bahwa di pundak
mengajar. pendidik terletak tanggungjawab yang
Kepemimpinan Kepala Madrasah amat besar terhadap perkembangan
Dalam Meningkatkan Profesional seluruh potensi peserta didik, baik
Guru potensi afektif, kognitif, maupun
Pendidikan memiliki posisi psikomotorik sesuai dengan nilai-nilai
penting dalam kehidupan manusia. ajaran Islam, dalam upaya mengantarkan
Mengingat pentingnya pendidikan bagi peserta didik ke arah tujuan pendidikan
kehidupan manusia, maka Islam sebagai yang dicita-citakan.(Nizar, 2002, hlm.
agama yang rahmatan lil alamin, hlm. 41.) Fungsi pendidik tersebut juga

JURNAL KEPEMIMPINAN DAN PENGURUSAN SEKOLAH 77


Vol. 4 No. 1, Maret 2019 (Page 69-82)
termaktub dalam UU No. 20 Tahun 2003 Masyarakat menaruh harapan
tentang SISDIKNAS Pasal 3, yaitu ; besar pada guru guna melahirkan
“Mengembangkan kemampuan dan generasi masa depan yang lebih baik.
membentuk watak serta peradaban Mereka diharapkan menjadi suri
bangsa yang bermartabat dalam rangka tauladan bagi anak didiknya dan mampu
mencerdaskan kehidupan bangsa, membimbing mereka menuju pola hidup
bertujuan untuk berkembangnya potensi yang menjunjung tinggi moral dan etika.
peserta didik agar menjadi manusia yang Guru telah diposisikan sebagai faktor
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan terpenting dalam proses belajar
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, mengajar. Kualitas dan kompetensi guru
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan dianggap memiliki pengaruh terbesar
menjadi warga negara yang demokratis terhadap kualitas pendidikan (Nasution,
serta bertanggungjawab”.(UUSPN No. 20 2001).
Tahun 2003, 2003, hlm. hlm. 7.) Persoalan Oleh sebab itu, sudah sewajarnya
guru dalam dunia pendidikan senantiasa apabila guru dituntut untuk bertindak
mendapat perhatian besar dari secara profesional dalam melaksanakan
pemerintah maupun proses belajar mengajar guna
masyarakat,(Hamalik, 2003). utamanya meningkatkan kualitas pendidikan yang
dalam aspek profesionalisme, mengingat mereka lakukan. Tuntutan seperti ini
aspek tersebut merupakan hal yang sejalan dengan perkembangan
paling dominat. Oleh karena itu, masyarakat modern yang menghendaki
rendahnya sikap profesionalisme guru bermacam-macam spesialisasi yang
hendaknya harus segera mendapat solusi sangat diperlukan dalam masyarakat
agar supaya tidak menghambat kegiatan yang semakin lama semakin kompleks.
kependidikan. Tuntutan kerja secara profesional juga
Di antara faktor-faktor yang dimaksudkan agar guru berbuat dan
menyebabkan rendahnya bekerja sesuai dengan profesi yang
profesionalisme guru antara lain: 1) disandangnya.
Masih banyak guru yang tidak menekuni Mengingat pentingnya tenaga
profesinya secara utuh, hal ini pendidik dalam menciptakan peserta
disebabkan oleh banyak guru yang didik yang berkualiatas, maka kepala
bekerja di luar jam kerjanya untuk madrasah sebagai decicon maker harus
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari memiliki strategi khusus dalam
sehingga waktu untuk membaca dan menciptakan tenaga pendidik yang
menulis untuk meningkatkan diri tidak memiliki kompetensi yang
ada; 2) Kemungkinan disebabkan oleh dipersyaratkan. Strategi ini hanya
adanya perguruan tinggi swasta sebagai dimiliki oleh kepala madrasah yang
pencetak guru yang lulusannya asal jadi visioner dan tranformatif. Kepala
tanpa mempehitungkan outputnya kelak madrasah tersebut berusaha untuk
di lapangan sehingga menyebabkan mengubah kesadaran guru,
banyak guru yang tidak patuh terhadap membangkitkan semangat dan
etika profesi keguruan; 3) Kurangnya mengilhami bawahan atau anggota
motivasi guru dalam meningkatkan organisasi untuk mengeluarkan usaha
kualitas diri karena guru tidak dituntut ekstra dalam mencapai tujuan organisasi,
untuk meneliti sebagaimana yang tanpa merasa ditekan atau tertekan.
diberlakukan pada dosen di perguruan Dengan adanya sifat visioner kepala
tinggi (Mustofa, 2007). madrasah dengan menerapkan gaya
trasnformatif, maka hal-hal yang dapat

78 JURNAL KEPEMIMPINAN DAN PENGURUSAN SEKOLAH


Vol. 4 No. 1, Maret 2019 (Page 69-82)
dilakukan oleh kepala madrasah dalam dilaksanakan secara demokrasi dan
meningkatkan kompetensi gurunya cooperative, supervisi harus kreatif dan
adalah; Supervisi Pendidikan merupakan konstruktif, supervisi harus scientife dan
suatu aktivitas pembinaan yang efektif, supervisi memberi perasaan
direncanakan untuk membantu para guru aman kepada guru, supervisi
di madrasah dalam melakukan pekerjaan berdasarkan kenyataan, supervisi
secara aktif (Purwanto, 2003). memberi kesempatan kepada supervisor
Supervisi bukanlah kegiatan dan guru-guru untuk mengadakan self
sesaat seperti inspeksi, tetapi merupakan evaluation (Soetopo, 2001). Masalah yang
kegiatan yang continue dan dihadapi dalam melaksanakan supervisi
berkesinambungan sehingga guru selalu di lingkungan pendidikan, khususnya di
berkembang dalam mengerjakan tugas madrasah adalah bagimana cara
dan mampu memecahkan berbagai mengubah pola pikir yang bersifat
masalah pendidikan dan pengajaran otokrat dan korektif menjadi sikap yang
secara afekitf dan efisien. Secara implisit konstruktif dan kreatif. Suatu sikap yang
definisi supervisi memiliki wawasan dan menciptakan situasi dan relasi di mana
pandangan baru tentang supervisi yang guru-guru merasa aman dan merasa
mengandung ide-ide pokok, seperti diterima sebagai subyek yang dapat
menggalakkan pertumbuhan profesional berkembang sendiri. Untuk itu supervisi
guru, mengembangkan kepemimpinan harus dilaksanakan berdasarkan data,
demokratis, melepaskan energi, dan fakta yang obyektif.
memecahkan berbagai masalah yang Pendidikan dan pelatihan
berkaitan dengan efekitivitas proses merupakan upaya pengembangan
belajar mengajar. kualitas sumber daya manusia, melalui
Pada hakekatnya supervisi beberapa proses dan mekanisme agar
mengandung beberapa kegiatan pokok, supaya tercipta hasil yang sesuai dengan
yaitu pembinaan yang continue, apa yang diharapkan. Seorang guru pada
pengembangan kemampuan profesional dasarnya sudah dipersiapkan melalui
personil, perbaikan situasi belajar lembaga pendidikan guru sebelum terjun
mengajar, dengan sasaran akhir ke dalam jabatannya. Pendidikan
pencapaian tujuan pendidikan dan persiapan itu disebut pre-service
pertumbuhan pribadi peserta didik. education. Diantara mereka banyak yang
Dengan kata lain, dalam supervisi ada sudah cukup lama meninggalkan pre-
proses pelayanan untuk membantu atau service education dan bertugas di
membina guru-guru, pembinaan ini lingkungan yang tidak memungkinkan
menyebabkan perbaikan atau untuk mengikuti berbagai perkembangan
peningkatan kemampuan kemudian dan kemajuan. Di samping itu banyak
ditransfer kedalam perilaku mengajar pula dari mereka yang memang tidak
sehingga tercipta situasi belajar berusaha untuk berkembang di dalam
mengajar yang lebih baik, yang akhirnya meningkatkan kemampuan sebagai guru
juga meningkatkan pertumbuhan peserta atau pendidik dan tenggelam dalam
didik. kegiatan mengajar secara rutin.
Hendiyat Soetopo Untuk mengejar ketinggalan itu
mengungkapkan beberapa prinsip agar guru selalu up-date, aktual dan
supervisi yang diharuskan diperhatikan sesuai dengan harapan masyarakat,
oleh supervisi dalam melaksanakan dalam menjalankan tugas-tugasnya
tugasnya yaitu; supervisi harus diperlukan inservice training secara

JURNAL KEPEMIMPINAN DAN PENGURUSAN SEKOLAH 79


Vol. 4 No. 1, Maret 2019 (Page 69-82)
terarah dan berencana. Inservice training pengaruh dari luar individu, apakah
merupakan kegiatan yang diberikan dan karena adanya ajakan, suruhan atau
diterima oleh para petugas pendidikan paksaan dari orang lain sehingga dengan
yang bertujuan untuk menambah dan kondisi yang demikian akhirnya ia mau
mempertinggi mutu pengetahuan, melakukan peningkatan kompetensi
kecakapan dan pengalaman guru-guru keguruannya. Melalui motivasi yang
atau petugas pendidikan lainnya, dalam diberikan oleh kepala madrasah, baik
menjalankan tugas kewajibannya. secara langsung maupun tidak langsung,
Program inservice training dapat akan memberikan makna mendalam bagi
melingkupi berbagai kegiatan seperti guru dalam rangka meningkatkan
mengadakan aplikasi kursus, ceramah- kompetensi keguruannya. Guru akan
ceramah, workshop, pelatihan, seminar- merasa mendapatkan perhatian lebih
seminar, mempelajari kurikulum, survey besar dari pimpinannya, sehinga mereka
masyarakat, kunjungan ke obyek-obyek harus melakukan yang terbaik dalam
tertentu, demonstrasi-demonstrasi aktivitas pendidikan dan pembelajaran di
mengajar menurut metode-metode yang madrasah.
baru, fieldtrip, kunjungan-kunjungan ke Perubahan budaya kerja,
sekolah-sekolah di luar daerah dan merupakan suatu variasi dari corak
persiapan-persiapan khusus untuk tugas- hidup yang diterima, yang disebabkan
tugas baru. Olivia mengemukakan ciri- oleh perubahan kondisi geografis,
ciri program in service training yang kebudayaan, material, komposisi
efektif adalah desain program in service penduduk, ideologi, maupun karena
education secara integratif yang adanya difusi penemuan baru dalam
memberikan dorongan organisasi masyarakat tersebut (Baharun, 2017).
menjalankan fungsinya (Olivia, 1984). Perubahan budaya kerja dalam hal ini
Pemberian Motivasi secara dapat dilakukan dengan cara
Continue, motivasi adalah suatu pembentukan budaya disiplin bagi
pendorong yang mengubah energi dalam tenaga pendidik agar supaya mereka
diri seseorang ke dalam bentuk aktivitas mempu melaksanakan tugas dan
nyata untuk mencapai tujuan tertentu. tanggung jawabnya dengan sungguh-
Motivasi merupakan suatu perubahan sungguh di madrasah.
energi dalam pribadi seseorang yang Disiplin berarti tertib, taat atau
ditandai dengan timbulnya afektif dan mengendalikan tingkah laku, punya
reaksi untuk mencapai tujuan (Hamalik, kemampuan penguasaan diri dan
2005). Dalam hal ini motivasi terbagi mengendalikan diri. Disiplin merupakan
menjadi dua, yaitu: Motivasi Intrinsik, bentuk ketaatan serta pengendalian diri
jenis motivasi ini timbul sebagai akibat secara sadar, rasional, dan tidak
dari dalam individu apakah karena memaksakan perasaan sehingga tidak
adanya ajakan, suruhan, atau paksaan emosional. Kedisiplinan merupakan
dari orang lain sehingga dengan kondisi fungsi operasional dari manajemen
yang demikian akhirnya ia mau sumber daya manusia. Kedisiplinan
melakukan. Motivasi instrinsik adalah adalah fungsi operatif yang paling
motif-motif yang menjadi aktif atau penting karena semakin baik suatu
berfungsinya tidak perlu dirangsang dari kedisiplinan karyawan maka semakin
luar karena dalam setiap diri individu tinggi disiplin kerja yang bisa diraih.
sudah ada dorongan untuk melakukan Disiplin kerja bisa diartikan sebagai
sesuatu. Motivasi ekstrinsik, enis bentuk dari ketaatan atas perilaku
motivasi ini timbul sebagai akibat

80 JURNAL KEPEMIMPINAN DAN PENGURUSAN SEKOLAH


Vol. 4 No. 1, Maret 2019 (Page 69-82)
seseorang di dalam mematuhi peraturan- Fakry Gaffar mengatakan konsep
peraturan dan ketentuan tertentu yang pengembangan professional
ada kaitannya dengan pekerjaan. mengandung dua arti, yaitu (1) dikaitkan
dengan usaha peningkatan kemampuan
professional yang dapat dilakukan secara
SIMPULAN independen pada tingkat sekolah oleh
Kepala Madrasah yang visioner dan individu masing-masing dan (2)
memiliki gaya transformative memiliki dikaitkan dengan jenjang karir
peluang besar untuk meningkatkan kepegawaian dan ini harus dipolakan
kompetensi guru di madrasah agar sesuai dari tingkat yang lebih tinggi.
dengan standar yang ditetapkan oleh
pemerintah. Melalui keputusan dan UCAPAN TERIMAKASIH
kebijakannya yang diterapkan di
Alhamdulillah saya ucapkan kepada Allah
madrasah, dengan melibatkan semua
SWT. Yang telah memberikan kekuatan dan
pihak yang terkait serta perhatiannya kesempatan kepada saya, sehingga dapat
terhadap aspek pengembangan nilai menyelesaikan tulisan ini. Serta tak lupa
budaya lokal yang melingkupi madrasah, saya ucapkan terima kasih kepada pustaka
maka kompetensi guru di madrasah Uin Sunan Kalijaga atas penyedian refrensi
dapat dikembangkan dengan baik, yang saya gunakan dalam tulisan saya pada
sehingga akan tercipta guru yang kesempatan ini.
profesional.
Tugas pokok dan fungsi kepala
madrasah sebagai pemimpin pendidikan REFERENSI
adalah: (a) Perencanaan sekolah dalam
Ahmad, D. (1995). Pedoman Pembinaan
arti menetapkan arah sekolah sebagai
Profesional Guru Sekolah dasar.
lembaga pendidikan dengan cara
Jakarta: Depdikbud RI.
merumuskan visi, misi, tujuan, dan
Baharun, H. (2016). Pemikiran
strategi pencapaian. (b)
Pendidikan Perspektif Filsuf
Mengorganisasikan sekolah dalam arti
Muslim, (Kajian Kritis terhadap
membuat struktur organiasasi
Pemikiran Muhammad Abduh
(stucturing), menetapkan staff (staffing)
dan Muhammad Iqbal), Vol. 3.
dan menetapkan tugas dan fungsi
no. 1, 55-69.
masing-masing staff (functionalizinng).
Baharun, H. (2017). Peningkatan
(c) Menggerakkan staf dalam arti
Kompetensi Guru Melalui Sistem
memotivasi staf melalui internal
Kepemimpinan Kepala
marketing dan memberi contoh external
Madrasah, Vol. 6, no. 1.
marketing. (d) Mangawasi dalam arti
Departemen. (2006). Pendidikan
melakukan supervisi, mengendalikan,
Nasional,.
dan membimbing semua staf dan warga
Ekosiswoyo, R. (2007). Kepemimpinan
sekolah. (e) Mengevaluasi proses dan
Kepala Sekolah yang Efektif
hasil pendidikan untuk dijadikan dasar
Kunci Pencapaian Kualitas
peningkatan dan pertumbuhan kualitas,
Pendidikan, Jilid 14, no.2., 76-
serta melakukan problem solving baik
82.
secara analitis sistematis maupun
Hadi, D. (2006, Mei 1). “Menyambut PP
pemecahan masalah secara kreatif, dan
Guru Dosen dan
menghindarkan serta menanggulangi
Konsekwensinya.” Jawa Pos.
konflik

JURNAL KEPEMIMPINAN DAN PENGURUSAN SEKOLAH 81


Vol. 4 No. 1, Maret 2019 (Page 69-82)
Hamalik, O. (2003). Sistem dan Purwanto, N. (2006). Administrasi dan
Prosedur Pengembangan Supervisi Pendidikan. Bandung:
Kurikulum Lembaga Pendidikan PT. Remaja Rosdakarya.
dan Pelatihan. Bandung: Rivai, V., & Mulyadi, D. (2012).
Trigenda Karya. Kepemimpinan dan Prilaku
Hamalik, O. (2005). Psikologi Belajar Organisasi. Jakarta: PT Raja
dan Mengajar. Bandung: Sinar Grafindo Persada.
Baru. Soetopo, H. (2001). Kepemimpinan dan
Handoyo, S. (2010). “Pengukuran Supervisi Pendidikan. Jakarta:
Servant Leadership Sebagai Bina Aksara.
Alternatif Kepemimpinan Di Soetopo, H., & Soemanto, W. (2003).
Institusi Pendidikan Tinggi Pada Kepemimpinan Dalam
Masa Perubahan Organisasi,” no. Pendidikan. Surabaya: Usaha
2, 130. Nasional.
Herminingsih, A. (2011). “Pengaruh Sudarwan. (2003). Menjadi Komunitas
Kepemimpinan Transformasional Pembelajar. Jakarta: Bumi
Terhadap Budaya Organisasi,” Aksara.
no. 5, 23. Supriadi, O. (2009). Jurnal Tabularasa
http://www.voaindonesia.com/a/undp- Pps Unimed, Vol.6. no. 1., 29.
indeks-pembangunan-manusia- Tarsono, T. (2012). “Pengaruh
indonesia-alami- Kompetensi Manajerial,
kemajuan/3110936.html. (2019, Supervisi Dan Kewirausahaan
Februari 8). Terhadap Kinerja Kepala MI
Muhaimin. (2005). Pengembangan Negeri Se Kabupaten Brebes,”
Kurikulum Pendidikan Agama 40.
Islam di Sekolah, Madrasah dan Thoha, M. (2004). Kepemimpinan
Perguruan Tinggi. Jakarta: PT Dalam Manajemen. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada. Raja Grafindo Persada.
Mustofa. (2007). Upaya Pengembangan UUSPN No. 20 Tahun 2003. (2003).
Profesionalisme Guru di Bandung: Citra Umbara.
Indonesia, Vol. 4. no. 1, 79. Wahdosumidjo. (2003). Kepimpinan
Nasution. (2001). Sosiologi Pendidikan. Kepala Sekolah. Jakarta: PT Raja
Bandung: Sinar Baru. Grafindo Persada.
Nizar, S. (2002). Filsafat Pendidikan Widiarochmawati, N. (2010).
Islam. Jakarta: Ciputat Pers. “Kepemimpinan Kharismatik
Nurkholis. (2003). Manajemen Berbasis Wanita Kepala Sekolah Dasar Di
Sekolah. Jakarta: PT. Grasindo. Kabupaten Tuban,” no. 1, 30.
Odom, S. F. (2013). “Social Media Yukl, G. (1994). Leadership in
Tools in the Leadership Organizations. New Jersey:
Classroom: Students’ Englewood Cliffs.
Perceptions of Use Journal of
Leadership Education,”, no. 1.
Olivia, P. F. (1984). Supervision for
today’s School. New York:
Logman.
Purwanto, N. (2003). Administrasi dan
Supervisi Pendidikan. Bandung:
Remaja RosdaKarya.

82 JURNAL KEPEMIMPINAN DAN PENGURUSAN SEKOLAH


Vol. 4 No. 1, Maret 2019 (Page 69-82)

Anda mungkin juga menyukai