Anda di halaman 1dari 15

PENGARUH KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL,

BUDAYA, DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA

GURU

ABSTRACK

Penelitian ini membahas pengaruh kepemimpinan transformasional, budaya, dan

motivasi kerja terhadap kinerja guru. Dalam penyusunannya didasarkan pada penelitian

lapangan dengan menggunakan instrument penelitian yaitu; observasi, wawancara dan

dokumentasi. Dengan prosedur pengumpulan data yaitu; penelitian kepustakaan dan

penelitian lapangan.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Tujuan dari penelitian ini

agar kita dapat mengetahui apa saja yang dapat mempengaruhi kinerja guru, baik

faktor yang mempermudah maupun yang menghambat kinerja guru di SDN 01 Lawang

Rejo Pemalang.

Hasil yang didapatkan adalah, kepemimpinan trasnformasional dan budaya kerja

berpengaruh positi terhadap kinerja guru SDN 01 Lawang Rejo Pemalang. Sedangkan

faktor motivasi kerja berpengaruh kurang baik terhadap kinerja guru SDN 01 Lawang

Rejo Pemalang. Hal ini dapat dijadikan acuan untuk mencari solusi dari permasalahan

diatas, baik dengan cara pendataan dan diserahkan kepada Lembaga Pendidikan agar

mendapatkan bantuan. Sehingga semua faktor diatas dapat berjalan dengan baik dan

efisien untuk menunjang kinerja para guru dalam mendidik calon penerus bangsa.

Kata Kunci : kepemimpinan transfromasional, budaya, motivasi kerja, dan kinerja guru
PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Keberhasilan suatu bangsa sangat erat kaitannya dengan keunggulan sumber daya

manusia (SDM) yang dapat diperbarui (renewable). Strategi pengembangan SDM yang

dilakukan secara konsisten dan berkesinambungan telah terbukti memiliki peran strategis bagi

upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat luas. Tenaga kerja yang berdaya saing dan

terampil salah satu di antaranya dilahirkan dari pendidikan dan pelatihan vokasi yang bermutu

dan relevan dengan tuntutan dunia usaha dan industri (DUDI) yang terus menerus berkembang.

Oleh karena itu, pengelolaan kegiatan pendidikan di sekolah juga sebaiknya harus mempunyai

perencanaan yang baik, pengorganisasian sumber daya manusia yang efektif dan efisien,

pengerahan guru, dan personil sekolah sesuai bidangnya agar kinerjanya meningkat, serta

melakukan pengendalian dan pengawasan secara berkelanjutan (Wukir, 2013).

Dalam dunia pendidikan baik secara umum maupun khusus, guru merupakan garda

terdepan dan menempati posisi sentral dalam pelaksanaan proses pembelajaran (Jones,

Jenkin, & Lord, 2006). Karenanya, segala sesuatu yang berhubungan dengan guru merupakan

poin penting dalam perjalanannya, terutama berkaitan dengan motivasinya, kinerja, dedikasi,

totalitas, budaya dan loyalitas baik terhadap kepala sekolah maupun tentunya terhadap

sekolah. Guru akan berada dalam posisi rawan sorotan yang bermuara kepada mampu atau

tidaknya mereka menjalankan perannya, yang tentunya berhubungan erat dengan naik atau

turunnya hasil belajar siswa, tercapainya tujuan pembelajaran siswa dan yang terpenting adalah

hasil belajar siswa sangat mempengaruhi mutu sekolah. Gaya kepemimpinan sangatlah

berpengaruh terhadap kinerja guru, dari cara para pemimpin memimpin bawahannya, guru-guru

akan dapat termotivasi untuk menjalankan pembelajaran dikelas dengan menarik dan tidak
membosankan. Jika guru-guru termotivasi dan memiliki kinerja yang tinggi tentu akan

menghasilkan siswa-siswa dengan lulusan yang baik, apalagi Taman Kanak-Kanak merupakan

suatu fondasi dari seorang siswa yang dapat menjadikannya sebagai manusia yang seperti apa

di kemudian hari. Siswa sebagai penerus bangsa sangatlah penting menjadi pribadi yang cakap

akan semua hal. Para siswa ketika dewasa akan dihadapkan dengan berbagai permasalahan

pelik dan rumit, jika kemampuan untuk memecahkan masalah tidak ditanamkan dari sejak dini

tentu mereka akan sulit untuk menghadapi masalah-masalah yang akan datang menghadang.

Hal ini dapat diperoleh jika para guru mendapatkan bimbingan dan juga pengelolahan yang baik

dari segi penempatan bidang ajar sesuai kriteria dan kemampuan, fasilitas, dan juga informasi

terkini mengenai perkembangan dunia kerja agar dapat di implementasikan dalam proses

belajar mengajar.

Pengelolaan pengorganisasian sekolah yang baik tentunya ditunjang oleh peran kepala

sekolah. Hal ini dikarenakan keberhasilan implementasi usaha perbaikan mutu atau kualitas

pendidikan di sekolah bergantung pada kapasitas atau kemampuan kepemimpinan kepala

sekolah itu sendiri. Kepemimpinan dimulai dengan karakter pemimpin, diekspresikan melalui

nilai- nilai personal kesadaran diri, kapabilitas, dan moral. Dalam organisasi sekolah, pemimpin

yang baik adalah kepala sekolah yang mampu meningkatkan kinerjanya untuk mencapai tujuan

sekolah yaitu meningkatkan kualitas pendidikan. Selain itu, kepala sekolah harus mampu

memotivasi guru untuk terus bekerja sesuai dengan kemampuanya dan sebaik-baiknya,

sehingga guru akan menampilkan sikap positif terhadap pekerjaanya. Kepemimpinan

transformasional menggambarkan suatu proses dimana para pemimpin membawa pertukaran

positif yang signifikan pada individu, kelompok, dan organisasi dengan meng-gunakan inspirasi,

visi, dan kemampuan untuk memotivasi pengikutnya serta mengatasi kepentingan diri sebagai

tuju-an kepemimpinan (Warrick, 2011).


Selain faktor kepemimpinan, kinerja juga ditunjang oleh iklim sekolah. Menurut R Wayne

Peace (2006) iklim organisasi jauh lebih penting daripada keterampilan-keterampilan terkait

atau teknik komunikasi semata- mata dalam menciptakan suatu organisasi yang efektif. Budaya

kerja yang sehat, baik, dan juga efisien juga dapat menunjang keberhasilan para siswa-siswi

dalam menyerap ilmu dan dapat mengembangkan minat dan bakat yang mereka miliki. Tidak

hanya bagi murid, para guru juga dapat memperoleh banyak manfaat apabila budaya kerja

yang diterapkan sesuai, menurut Junaidah (2008) manfaat budaya kerja antara lain memelihara

lingkungan kerja yang serasi serta harmonis, menciptakan kondisi kerja yang teratur,

menciptakan kondisi kerja yang tertib dan aman, memastikan pelaksanaan hak dan kewajiban

kerja, memakmurkan dan mensejahterakan pekerja, dan meningkatkan etos kerja yang tinggi

dan dinamis.

Guru menjadi sosok panutan bagi para siswa. Semangat guru dalam mengajar akan

memberikan pengaruh terhadap kemampuan anak didik. Sayangnya, beberapa guru justru

memiliki motivasi yang rendah sehingga tidak menjalankan tugas secara maksimal. Penyebab

rendahnya motivasi guru dalam bekerja karena banyak faktor, salah satunya banyak guru yang

tidak menjalankan profesi berdasarkan panggilan hati. Faktor selanjutnya karena upah yang

tidak sesuai atau jauh lebih rendah daripada bidang lainnya. Winardi (2002) berpendapat

bahwa motivasi adalah suatu kekuatan potensial yang ada dalam diri seorang manusia yang

dapat dikembangkannya sendiri, atau dikembangkan oleh sejumlah kekuatan luar yang pada

intinya berkisar sekitar imbalan moneter dan imbalan non moneter, yang dapat mempengaruhi

hasil kinerjanya secara positif atau negatif, tergantung pada situasi dan kondisi yang dihadapi

oleh orang yang bersangkutan. Berdasarkan teori-teori diatas dapat disintesiskan bahwa

motivasi kerja merupakan daya penggerak untuk dapat menyelesaikan pekerjaannya dengan

optimal. Indikator dari motivasi kerja antara lain: 1) Penghargaan, 2) Keberhasilan dalam
bekerja, 3) Pembentukan keahlian, 4) Pembentukan keterampilan, 5) tanggung jawab, 6) tujuan

kerja.

RUMUSAN MASALAH

Mengacu pada pernyataan diatas maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh kepemimpinan transformasional terhadap kinerja guru SDN 01

Lawang Rejo Pemalang?

2. Bagaimana pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja guru SDN 01 Lawang Rejo

Pemalang?

3. Bagaimana pengaruh budaya kerja sekolah terhadap kinerja guru SDN 01 Lawang

Rejo Pemalang?

TUJUAN PENELITIAN

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:

1. Untuk menganalisis pengaruh kepemimpinan transformasional terhadap kinerja guru

SDN 01 Lawang Rejo Pemalang?

2. Untuk menganalisis pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja SDN 01 Lawang Rejo

Pemalang?

3. Untuk menganalisis pengaruh iklim sekolah terhadap kinerja SDN 01 Lawang Rejo

Pemalang?

MANFAAT PENELITIAN

Dalam penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat yang bersifat teoritis, manfaat yang

bersifat manajerial dan manfaat yang bersifat organisasional sebagai berikut:


1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan secara

teoritis dan melengkapi penelitian terdahulu mengenai pengaruh kepemimpinan

transformasional kepala sekolah, motivasi kerja, dan iklim sekolah terhadap kinerja guru secara

lebih mendalam. Penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai dasar penelitian yang akan

datang.

2. Manfaat Manajerial Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dan

informasi secara praktis, bagi para pengelola manajemen pendidikan baik di daerah atau

sekolah dalam rangka meningkatkan kualitas kerja guru dengan memperhatikan kepemimpinan

transformasional , motivasi kerja guru, dan iklim sekolah menuju ke arah tujuan pendidikan

yang lebih berkualitas.

3. Manfaat Organisasional Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi secara

organisasional, terutama bagi pengambil kebijakan oleh Dinas Pendidikan dan Kementerian

Agama untuk menambah informasi dan masukan dalam rangka peningkatan kinerja guru,

sehingga mampu meningkatkan kualitas lulusan peserta didik dan mutu pendidikan nasional.
KAJIAN PUSTAKA

Kepemimpinan Transformasional

Pengertian Kepemimpinan Transformasional Kepemimpinan trasformasional merupakan

gaya kepemimpinan yang berupaya mentransformasikan nilai- nilai yang dianut oleh bawahan

untuk mendukung visi dan tujuan organisasi. Kepemimpinan transformasional dinyatakan

bahwa untuk menjadi pemimpin yang sukses, ia harus membangkitkan komitmen pengikutnya

untuk dengan kesadarannya membangun nilai-nilai organisasi, mengembangkan visi

organisasi, melakukan perubahan, dan mencari terobosan-terobosan baru dalam meningkatkan

produktivitas organisasi (Suchyadi, 2017).

Karakteristik pemimpin transfor- masional menurut Luthans (2006) adalah: (1) Karisma,

yaitu memberikan visi dan misi, memunculkan rasa bangga, menda-patkan respek dan

kepercayaan; (2) In-spirasi, yaitu mengkomunikasikan harap-an tingggi, menggunakan simbol-

simbol untuk memfokuskan usaha, mengekspre-sikan tujuan penting dengan cara seder-hana;

(3) Stimulasi intelektual, yaitu me-nunjukkan intelegensi, rasional, peme-cahan masalah secara

hati-hati; dan (4) Memperhatikan individu, yaitu menun-jukkan perhatian terhadap pribadi, mem-

perlakukan karyawan secara individual, melatih, menasehati.

Indikator dan dimensi dari kepemimpinan transformasional menurut Gary Yukl (2010)

sebagai berikut:

1. Pengaruh ideal (Idealized Influence) meliputi mempunyai visi dan misi yang jelas,

menanamkan kebanggaan pada bawahan, menanamkan rasa hormat dan kepercayaan pada

bawahannya,

2. Motivasil (Inspirational Motivation) meliputi mengkomunikasikan harapan yang tinggi,

menggunakan simbol-simbol untuk memfokuskan upaya mengungkapkan tujuan penting dalam

cara-cara sederhana;
3. Stimulasi intelektual(Intellectual Stimulation) yang meliputi memiliki kecerdasan,

memiliki rasionalitas yang baik dan pemecahan masalah dengan hati-hati;

4. Pertimbangan individual (Individual Consideration) meliputi memberikan perhatian

pribadi, memberikan pelatihan individu pada bawahan, dan memberikan nasehat.

Motivasi Kerja

Robbins dan Judge (2015) mendefinisikan motivasi sebagai proses yang menjelaskan

mengenai kekuatan, arah, dan ketekunan sesorang dalam upaya mencapai tujuan organisasi.

Kekuatan (intensity) menggambarkan seberapa ke-rasnya seseorang dalam berusaha dan

menjadi pusat motivasi. Namun, kekuat-an yang besar tidak mungkin memberi-kan hasil kinerja

yang memuaskan kecu-ali upaya tersebut disalurkan dalam suatu arahan (direction) yang

memberikan ke-untungan bagi organisasi. Motivasi me-miliki dimensi ketekunan (persistence).

Ketekunan mengukur berapa lama sese-orang dapat mempertahankan upayanya. Individu yang

termotivasi akan bertahan cukup lama dengan tugasnya untuk men-capai tujuan.

Motivasi menurut Suchyadi dan Nurjanah (2018), mengemukakan bahwa motivasi

merupakan faktor pendorong orang untuk bertindak dengan cara tertentu. Ada dua faktor yang

mempengaruhi seseorang bekerja, yaitu faktor ekstrinsik dan ins-trinsik. Termasuk dalam faktor

ekstrinsik (hygienes) adalah hubungan interperso-nal antara atasan dan bawahan, teknik

supervisi, kebijakan administratif, kondi-si kerja, dan kehidupan pribadi. Sedang-kan faktor

instrinsik (motivator) adalah faktor yang kehadirannya dapat menim-bulkan kepuasan kerja dan

meningkat-kan prestasi atau hasil kerja individu.

Dimensi dan indikator motivasi menurut Gusti (2012) yaitu : 1. Kebutuhan akan prestasi

(need for achievement), merupakan daya penggerak yang memotivasi semangat bekerja

seseorang. 2. Kebutuhan akan afiliasi (need for Affiliation) menjadi daya penggerak yang akan
memotivasi semangat bekerja seseorang. 3. Kebutuhan akan kekuasaan (need for Power).

Merupakan daya penggerak yang memotivasi semangat kerja karyawan.

Budaya Kerja

Budaya kerja adalah suatu kondisi atau suasana sekolah dan lingkungan belajar yang

dapat dirasakan oleh orang-orang yang terlibat di dalam proses pembelajaran. Ndraha (2005),

mendefinisikan budaya kerja sebagai sekelompok pikiran dasar atau program mental yang

dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan efisiensi kerja dan kerjasama manusia yang dimiliki

oleh suatu golongan masyarakat.

Budaya kerja yang baik memiliki nilai – nilai yang dikandungnya. Menurut Kreitner dan

Kinicki (2003: 80), nilai-nilai dan keyakinan dalam budaya memiliki lima komponen kunci yaitu:

nilai adalah kepercayaan, mengenai perilaku yang dikehendaki, keadaan yang amat penting,

pedoman menyeleksi atau mengevaluasi kejadian dan perilaku dan urut dari yang relatif

penting, adalah penting untuk membedakan nilai pendukung dengan yang diperankan.

Kinerja

Kinerja adalah tingkat keberhasilan seseorang atau kelompok orang dalam

melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya serta kemampuan untuk mencapai tujuan dan

standar yang telah ditetapkan (Rachmawati, 2013). Menurut Calquitt, et al. (2015:68) kinerja

adalah nilai dari semua perilaku karyawan yang memberikan kontribusi atau sumbangan timbal

balik positif atau negatif untuk tercapainya tujuan organisasi. Perilaku kerja meliputi perilaku

yang mengendalikan karyawan, apakah karyawan memberikan sumbangan perilaku baik,

perilaku positif maupun negatif yang sesuai atau tidak sesuai dengan pencapaian hasil kerja

(Karwati. 2013)

Dimensi dan indator penilaian kinerja menurut Permendiknas No. 41 Tahun 2007

meliputi: Perencanaan pembelajaran yang meliputi :


1. kegiatan membuat program tahunan,

2. program semester,

3. silabus dan

4. rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) b

Pelaksanaan proses pembelajaran merupakan implementasi dari RPP, meliputi:

1. Kegiatan pendahuluan

2. Kegiatan inti

3. Kegiatan Penutup

Evaluasi atau penilaian pembelajaran. Penialaian hasil belajar adalah kegiatan atau cara

yangditujukan untuk mengetahui tercapai atau tidaknya tujuan pembelajaran dan juga proses

pembelajaran yang telah dilakukan.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kuantitatif dengan pendekatan

analisis jalur (Path Analysis) (Hardinata et al., 2021). Cara untuk mengumpulkan data yang

diperlukan dalam penelitian ini dilakukan melalui kuesioner yang telah disusun terlebih dahulu.

Penelitian ini mengkaji keterkaitan antar variable penelitian, serta mengukur pengaruh variable

yang satu dengan variable lainnya. Dalam penelitian ini terdapat empat variable yang dikaji,

yaitu Kepemimpinan Transformasional (X1), Budaya Kerja (X2), Motivasi Kerja (X3) dan Kinerja

Guru (Y).
HASIL DAN PEMBAHASAN

Kepemimpinan Transformasional Berpengaruh Positif Terhadap Kinerja Guru SDN 01

Lawang Rejo Pemalang

Hasil kuesioner dapat disimpulkan bahwa hipotesis pengaruh kepemimpinan

transformasional terhadap kinerja guru di SDN 01 Lawang Rejo Pemalang berpengaruh. Artinya

bahwa kepemimpinan transformasinal berkontribusi positif untuk meningkatkan kinerja guru. Hal

ini dikarenakan guru yang ada di SDN 01 Lawang Rejo Pemalang dikepalai oleh guru yang

sudah memiliki pengalaman mengajar dan berorganisasi yang cukup. Demikian, guru tersebut

memiliki idealisme diri yang baik, namun masih mudah dikontrol melalui peraturan atau sosok

dari seorang pemimpin, sehingga kepemimpinan yang baik yaitu kepemimpinan

transformasional bisa meningkatkan kinerja guru secara signifikan.

Kepemimpinan transformasional yang menitikberatkan pada individu setiap guru adalah

perilaku yang memberda-yakan para guru secara individu untuk mengembangkan,

meningkatkan kemam-puan dan efektivitas diri (kinerja para guru). Kepemimpinan

tranformasional yang menitikberatkan pada tim mene-kankan pada tujuan-tujuan kelompok,

berbagai nilai dan kepercayaan, serta upaya-upaya terpadu. Kepemimpinan Kepala Sekolah

memiliki pengaruh yang luar biasa terhadap kinerja para guru. Beliau menaruh perhatian pada

kekhawatiran dan kebutuhan dari para guru, mengubah kesadaran diri para guru atas

permasalahan dengan membantu mereka melihat pada permasala-han lama dengan cara yang

baru, mem-bangkitkan semangat dan menginspirasi para guru untuk menempatkan upaya

tambahan demi mencapai tujuan kelompok. Kepemimpinan transformasional Kepala Sekolah

akan sangat efektif keti-ka para guru dapat melihat dampak posi-tif dari pekerjaan mereka

melalui interaksi langsung. Hal ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Freddy Arifin

(2014) yang berjudul Organiational Culture, Transformastinal Leadership, Work Enggaggemen


and Teacher’s Performance: Tes of Model yang menyatakan kepemimpinan transformasional

mendukung hasil kinerja guru adalah benar adanya.

Motivasi Kerja Berpengaruh Positif terhadap Kinerja Guru SDN 01 Lawang Rejo

Pemalang

Hasil kuesioner dapat disimpulkan bahwa hipotesis pengaruh motivasi kerja terhadap

kinerja guru di SDN 01 Lawang Rejo Pemalang tidak berpengaruh. Hal ini dilandasi karena

masih minimnya upah yang diterima oleh pada tenaga kerja. Keterlambatan pembayaran juga

menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi kurangnya motivasi yang seharusnya dapat

ditunjukkan. Robbins dan Jud-ge (2015) berpendapat bahwa ada dua faktor yang

mempengaruhi seseorang bekerja, yaitu faktor ekstrinsik dan intrinsik. Termasuk dalam faktor

ekstrinsik (hygienes) adalah hubungan interpersonal antara atasan dan bawahan, teknik

supervisi, kebijakan administratif, kondi-si kerja, dan kehidupan pribadi. Sedangkan faktor

instrinsik (motivator) adalah faktor yang kehadirannya dapat menim-bulkan kepuasan kerja dan

meningkat-kan prestasi atau kinerja.

Adapun indikator yang tetap dipertahankan adalah penghargaan, tanggung jawab,

keberhasilan dalam bekerja, dan pembentukan keterampilan. Dengan memperbaiki indikator

pembentukan keahlian, seperti mengikuti pelatihan-pelatihan, banyak belajar serta adanya

tujuan kerja yang tidak hanya berupa kebutuhan hidup saja tetapi juga memiliki keinginan untuk

memajukan sekolah, membuat sekolah berkembang. Bila kedua indikator ini diperbaiki menjadi

lebih baik, sekolah tersebut bisa menjadi sekolah yang berkualitas. Berdasarkan penjelasan

sebelumnya dapat disimpulkan bahwa motivasi kerja memiliki pengaruh signifikan terhadap

kinerja guru sehingga implikasinya adalah tingginya motivasi kerja dapat mempengaruhi kinerja

guru.
Budaya Kerja Berpengaruh Positif terhadap Kinerja Guru

Menurut Bidokhti (2000), dari perspektif organisasi budaya organisasi-onal mirip dengan

rantai yang kuat di-mana organisasi menjadi stabil. Budaya organisasional terbuat dari nilai-nilai

yang menjadi dasar perilaku anggota organisasi. Budaya organisasional mengacu pada

sistemmakna bersama yang diselenggarakan oleh anggota, yang membedakan organisasi satu

dengan lainnya.

Budaya kerja yang dimiliki oleh guru-guru SDN 01 Lawang Rejo Pemalang sangat baik.

Guru menyukai profesi yang dimilikinya, dan guru tidak terpaksa untuk melaksanakan

pekerjaan, apabila guru sudah menyukai dan merasa ikhlas dalam menjalankan tugas dan

tanggungjawabnya maka guru melaksanakan pekerjaannya dengan senang hati yang nantinya

akan berakibat pada hasil kinerja yang dimiliki khususnya dalam proses pembelajaran. Selain

itu sebagian besar guru tidak begitu puas dengan hasil pembelajaran atau hasil kinerjanya, hal

tersebut dapat terjadi karena guru ingin terus menambah kualitas dan meningkatkan

pembelajaran serta kinerja agar lebih baik lagi dari yang sebelumnya dengan memberikan

pelajaran tambahan/les diluar jam sekolah. Budaya kerja guru merupakan merupakan suatu

kebiasaan, tradisi yang dilakukan oleh guru dalam melaksanakan tugas atau kewajibannya.

Kebiasaan dan tradisi kerja guru tersebut terlihat dari bagaimana cara pemahaman guru

mengenai pekerjaannya, sikap dan perilaku dalam bekerja. Guru yang memiliki budaya kerja

yang baik akan melaksanakan pekerjaannya dengan penuh tanggungjawab, guru juga akan

meningkat kualitas kinerja yang dimilikinya (Bidokhti, 2000).

Agar memeperoleh hasil optimal dalam meningkatkan kinerja guru maka dapat

dilakukan dengan penguatan indikator-indikator budaya kerja. Urutan prioritas indikator yang

diperbaiki yaitu kebiasaan. Adapun indikator yang tetap dipertahankan adalah disiplin,

kepatuhan terhadap peraturan dan nilai-nilai. Dengan memperbaiki indikator kebiasaan, seperti

dari segi kedisiplinan kehadiran, ketepatan menyelesaikan tugas administratif kelas, dan dari
segi pembiasaan perilaku baik yang menjadi suri tauladan khususnya untuk peserta didik. Bila

indikator ini dapat dijalankan dengan baik tentu dapat berdampak positif bagi kemajuan

sekolah. Berdasarkan penjelasan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa budaya kerja memiliki

pengaruh signifikan terhadap kinerja guru sehingga implikasinya adalah tingginya budaya kerja

dapat mempengaruhi kinerja guru.


KESIMPULAN

Kesimpulan yang didapat yang ditarik dari fokus masalah dalam penelitian ini, sesuai

dengan yang dikemukakan di lapangan, yaitu :

1. Kepemimpinan transformasional berpengaruh baik terhadap kinerja guru SDN 01

Lawang Rejo Pemalang.

2. Motivasi kerja berpengaruh kurang baik terhadap kinerja guru SDN 01 Lawang Rejo

Pemalang

3. Budaya kerja sekolah sangat berpengaruh terhadap kinerja guru SDN 01 Lawang

Rejo Pemalang.

Saran yang dapat diberikan oleh penulis adalah :

1. Diadakannya seminar maupun pertemuan yang mencakup perwakilan dari para guru

di pemalang, untuk mewadahi aspirasi dan keluhan sehingga dapat disalurkan

kepada Lembaga pendikikan atau yang berwenang, sehingga Lembaga yang

bersangkutan mendapatkan data yang cukup untuk memberikan bantuan baik

berupa dana tunai, pembangunan fasilitas, maupun peningkatan mutu para

pengajar.

2. Memperbolehkan adanya Kerjasama antara orang tua murid dan juga guru pengajar

untuk mengadakan bimbingan tambahan bagi para murid yang mebutuhkan

Anda mungkin juga menyukai