GURU
ABSTRACK
motivasi kerja terhadap kinerja guru. Dalam penyusunannya didasarkan pada penelitian
penelitian lapangan.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Tujuan dari penelitian ini
agar kita dapat mengetahui apa saja yang dapat mempengaruhi kinerja guru, baik
faktor yang mempermudah maupun yang menghambat kinerja guru di SDN 01 Lawang
Rejo Pemalang.
berpengaruh positi terhadap kinerja guru SDN 01 Lawang Rejo Pemalang. Sedangkan
faktor motivasi kerja berpengaruh kurang baik terhadap kinerja guru SDN 01 Lawang
Rejo Pemalang. Hal ini dapat dijadikan acuan untuk mencari solusi dari permasalahan
diatas, baik dengan cara pendataan dan diserahkan kepada Lembaga Pendidikan agar
mendapatkan bantuan. Sehingga semua faktor diatas dapat berjalan dengan baik dan
efisien untuk menunjang kinerja para guru dalam mendidik calon penerus bangsa.
Kata Kunci : kepemimpinan transfromasional, budaya, motivasi kerja, dan kinerja guru
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Keberhasilan suatu bangsa sangat erat kaitannya dengan keunggulan sumber daya
manusia (SDM) yang dapat diperbarui (renewable). Strategi pengembangan SDM yang
dilakukan secara konsisten dan berkesinambungan telah terbukti memiliki peran strategis bagi
upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat luas. Tenaga kerja yang berdaya saing dan
terampil salah satu di antaranya dilahirkan dari pendidikan dan pelatihan vokasi yang bermutu
dan relevan dengan tuntutan dunia usaha dan industri (DUDI) yang terus menerus berkembang.
Oleh karena itu, pengelolaan kegiatan pendidikan di sekolah juga sebaiknya harus mempunyai
perencanaan yang baik, pengorganisasian sumber daya manusia yang efektif dan efisien,
pengerahan guru, dan personil sekolah sesuai bidangnya agar kinerjanya meningkat, serta
Dalam dunia pendidikan baik secara umum maupun khusus, guru merupakan garda
terdepan dan menempati posisi sentral dalam pelaksanaan proses pembelajaran (Jones,
Jenkin, & Lord, 2006). Karenanya, segala sesuatu yang berhubungan dengan guru merupakan
poin penting dalam perjalanannya, terutama berkaitan dengan motivasinya, kinerja, dedikasi,
totalitas, budaya dan loyalitas baik terhadap kepala sekolah maupun tentunya terhadap
sekolah. Guru akan berada dalam posisi rawan sorotan yang bermuara kepada mampu atau
tidaknya mereka menjalankan perannya, yang tentunya berhubungan erat dengan naik atau
turunnya hasil belajar siswa, tercapainya tujuan pembelajaran siswa dan yang terpenting adalah
hasil belajar siswa sangat mempengaruhi mutu sekolah. Gaya kepemimpinan sangatlah
berpengaruh terhadap kinerja guru, dari cara para pemimpin memimpin bawahannya, guru-guru
akan dapat termotivasi untuk menjalankan pembelajaran dikelas dengan menarik dan tidak
membosankan. Jika guru-guru termotivasi dan memiliki kinerja yang tinggi tentu akan
menghasilkan siswa-siswa dengan lulusan yang baik, apalagi Taman Kanak-Kanak merupakan
suatu fondasi dari seorang siswa yang dapat menjadikannya sebagai manusia yang seperti apa
di kemudian hari. Siswa sebagai penerus bangsa sangatlah penting menjadi pribadi yang cakap
akan semua hal. Para siswa ketika dewasa akan dihadapkan dengan berbagai permasalahan
pelik dan rumit, jika kemampuan untuk memecahkan masalah tidak ditanamkan dari sejak dini
tentu mereka akan sulit untuk menghadapi masalah-masalah yang akan datang menghadang.
Hal ini dapat diperoleh jika para guru mendapatkan bimbingan dan juga pengelolahan yang baik
dari segi penempatan bidang ajar sesuai kriteria dan kemampuan, fasilitas, dan juga informasi
terkini mengenai perkembangan dunia kerja agar dapat di implementasikan dalam proses
belajar mengajar.
Pengelolaan pengorganisasian sekolah yang baik tentunya ditunjang oleh peran kepala
sekolah. Hal ini dikarenakan keberhasilan implementasi usaha perbaikan mutu atau kualitas
sekolah itu sendiri. Kepemimpinan dimulai dengan karakter pemimpin, diekspresikan melalui
nilai- nilai personal kesadaran diri, kapabilitas, dan moral. Dalam organisasi sekolah, pemimpin
yang baik adalah kepala sekolah yang mampu meningkatkan kinerjanya untuk mencapai tujuan
sekolah yaitu meningkatkan kualitas pendidikan. Selain itu, kepala sekolah harus mampu
memotivasi guru untuk terus bekerja sesuai dengan kemampuanya dan sebaik-baiknya,
positif yang signifikan pada individu, kelompok, dan organisasi dengan meng-gunakan inspirasi,
visi, dan kemampuan untuk memotivasi pengikutnya serta mengatasi kepentingan diri sebagai
Peace (2006) iklim organisasi jauh lebih penting daripada keterampilan-keterampilan terkait
atau teknik komunikasi semata- mata dalam menciptakan suatu organisasi yang efektif. Budaya
kerja yang sehat, baik, dan juga efisien juga dapat menunjang keberhasilan para siswa-siswi
dalam menyerap ilmu dan dapat mengembangkan minat dan bakat yang mereka miliki. Tidak
hanya bagi murid, para guru juga dapat memperoleh banyak manfaat apabila budaya kerja
yang diterapkan sesuai, menurut Junaidah (2008) manfaat budaya kerja antara lain memelihara
lingkungan kerja yang serasi serta harmonis, menciptakan kondisi kerja yang teratur,
menciptakan kondisi kerja yang tertib dan aman, memastikan pelaksanaan hak dan kewajiban
kerja, memakmurkan dan mensejahterakan pekerja, dan meningkatkan etos kerja yang tinggi
dan dinamis.
Guru menjadi sosok panutan bagi para siswa. Semangat guru dalam mengajar akan
memberikan pengaruh terhadap kemampuan anak didik. Sayangnya, beberapa guru justru
memiliki motivasi yang rendah sehingga tidak menjalankan tugas secara maksimal. Penyebab
rendahnya motivasi guru dalam bekerja karena banyak faktor, salah satunya banyak guru yang
tidak menjalankan profesi berdasarkan panggilan hati. Faktor selanjutnya karena upah yang
tidak sesuai atau jauh lebih rendah daripada bidang lainnya. Winardi (2002) berpendapat
bahwa motivasi adalah suatu kekuatan potensial yang ada dalam diri seorang manusia yang
dapat dikembangkannya sendiri, atau dikembangkan oleh sejumlah kekuatan luar yang pada
intinya berkisar sekitar imbalan moneter dan imbalan non moneter, yang dapat mempengaruhi
hasil kinerjanya secara positif atau negatif, tergantung pada situasi dan kondisi yang dihadapi
oleh orang yang bersangkutan. Berdasarkan teori-teori diatas dapat disintesiskan bahwa
motivasi kerja merupakan daya penggerak untuk dapat menyelesaikan pekerjaannya dengan
optimal. Indikator dari motivasi kerja antara lain: 1) Penghargaan, 2) Keberhasilan dalam
bekerja, 3) Pembentukan keahlian, 4) Pembentukan keterampilan, 5) tanggung jawab, 6) tujuan
kerja.
RUMUSAN MASALAH
Mengacu pada pernyataan diatas maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini
2. Bagaimana pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja guru SDN 01 Lawang Rejo
Pemalang?
3. Bagaimana pengaruh budaya kerja sekolah terhadap kinerja guru SDN 01 Lawang
Rejo Pemalang?
TUJUAN PENELITIAN
2. Untuk menganalisis pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja SDN 01 Lawang Rejo
Pemalang?
3. Untuk menganalisis pengaruh iklim sekolah terhadap kinerja SDN 01 Lawang Rejo
Pemalang?
MANFAAT PENELITIAN
Dalam penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat yang bersifat teoritis, manfaat yang
transformasional kepala sekolah, motivasi kerja, dan iklim sekolah terhadap kinerja guru secara
lebih mendalam. Penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai dasar penelitian yang akan
datang.
informasi secara praktis, bagi para pengelola manajemen pendidikan baik di daerah atau
sekolah dalam rangka meningkatkan kualitas kerja guru dengan memperhatikan kepemimpinan
transformasional , motivasi kerja guru, dan iklim sekolah menuju ke arah tujuan pendidikan
organisasional, terutama bagi pengambil kebijakan oleh Dinas Pendidikan dan Kementerian
Agama untuk menambah informasi dan masukan dalam rangka peningkatan kinerja guru,
sehingga mampu meningkatkan kualitas lulusan peserta didik dan mutu pendidikan nasional.
KAJIAN PUSTAKA
Kepemimpinan Transformasional
gaya kepemimpinan yang berupaya mentransformasikan nilai- nilai yang dianut oleh bawahan
bahwa untuk menjadi pemimpin yang sukses, ia harus membangkitkan komitmen pengikutnya
Karakteristik pemimpin transfor- masional menurut Luthans (2006) adalah: (1) Karisma,
yaitu memberikan visi dan misi, memunculkan rasa bangga, menda-patkan respek dan
simbol untuk memfokuskan usaha, mengekspre-sikan tujuan penting dengan cara seder-hana;
(3) Stimulasi intelektual, yaitu me-nunjukkan intelegensi, rasional, peme-cahan masalah secara
hati-hati; dan (4) Memperhatikan individu, yaitu menun-jukkan perhatian terhadap pribadi, mem-
Indikator dan dimensi dari kepemimpinan transformasional menurut Gary Yukl (2010)
sebagai berikut:
1. Pengaruh ideal (Idealized Influence) meliputi mempunyai visi dan misi yang jelas,
menanamkan kebanggaan pada bawahan, menanamkan rasa hormat dan kepercayaan pada
bawahannya,
cara-cara sederhana;
3. Stimulasi intelektual(Intellectual Stimulation) yang meliputi memiliki kecerdasan,
Motivasi Kerja
Robbins dan Judge (2015) mendefinisikan motivasi sebagai proses yang menjelaskan
mengenai kekuatan, arah, dan ketekunan sesorang dalam upaya mencapai tujuan organisasi.
menjadi pusat motivasi. Namun, kekuat-an yang besar tidak mungkin memberi-kan hasil kinerja
yang memuaskan kecu-ali upaya tersebut disalurkan dalam suatu arahan (direction) yang
Ketekunan mengukur berapa lama sese-orang dapat mempertahankan upayanya. Individu yang
termotivasi akan bertahan cukup lama dengan tugasnya untuk men-capai tujuan.
merupakan faktor pendorong orang untuk bertindak dengan cara tertentu. Ada dua faktor yang
mempengaruhi seseorang bekerja, yaitu faktor ekstrinsik dan ins-trinsik. Termasuk dalam faktor
ekstrinsik (hygienes) adalah hubungan interperso-nal antara atasan dan bawahan, teknik
supervisi, kebijakan administratif, kondi-si kerja, dan kehidupan pribadi. Sedang-kan faktor
instrinsik (motivator) adalah faktor yang kehadirannya dapat menim-bulkan kepuasan kerja dan
Dimensi dan indikator motivasi menurut Gusti (2012) yaitu : 1. Kebutuhan akan prestasi
(need for achievement), merupakan daya penggerak yang memotivasi semangat bekerja
seseorang. 2. Kebutuhan akan afiliasi (need for Affiliation) menjadi daya penggerak yang akan
memotivasi semangat bekerja seseorang. 3. Kebutuhan akan kekuasaan (need for Power).
Budaya Kerja
Budaya kerja adalah suatu kondisi atau suasana sekolah dan lingkungan belajar yang
dapat dirasakan oleh orang-orang yang terlibat di dalam proses pembelajaran. Ndraha (2005),
mendefinisikan budaya kerja sebagai sekelompok pikiran dasar atau program mental yang
dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan efisiensi kerja dan kerjasama manusia yang dimiliki
Budaya kerja yang baik memiliki nilai – nilai yang dikandungnya. Menurut Kreitner dan
Kinicki (2003: 80), nilai-nilai dan keyakinan dalam budaya memiliki lima komponen kunci yaitu:
nilai adalah kepercayaan, mengenai perilaku yang dikehendaki, keadaan yang amat penting,
pedoman menyeleksi atau mengevaluasi kejadian dan perilaku dan urut dari yang relatif
penting, adalah penting untuk membedakan nilai pendukung dengan yang diperankan.
Kinerja
melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya serta kemampuan untuk mencapai tujuan dan
standar yang telah ditetapkan (Rachmawati, 2013). Menurut Calquitt, et al. (2015:68) kinerja
adalah nilai dari semua perilaku karyawan yang memberikan kontribusi atau sumbangan timbal
balik positif atau negatif untuk tercapainya tujuan organisasi. Perilaku kerja meliputi perilaku
perilaku positif maupun negatif yang sesuai atau tidak sesuai dengan pencapaian hasil kerja
(Karwati. 2013)
Dimensi dan indator penilaian kinerja menurut Permendiknas No. 41 Tahun 2007
2. program semester,
3. silabus dan
1. Kegiatan pendahuluan
2. Kegiatan inti
3. Kegiatan Penutup
Evaluasi atau penilaian pembelajaran. Penialaian hasil belajar adalah kegiatan atau cara
yangditujukan untuk mengetahui tercapai atau tidaknya tujuan pembelajaran dan juga proses
METODE PENELITIAN
analisis jalur (Path Analysis) (Hardinata et al., 2021). Cara untuk mengumpulkan data yang
diperlukan dalam penelitian ini dilakukan melalui kuesioner yang telah disusun terlebih dahulu.
Penelitian ini mengkaji keterkaitan antar variable penelitian, serta mengukur pengaruh variable
yang satu dengan variable lainnya. Dalam penelitian ini terdapat empat variable yang dikaji,
yaitu Kepemimpinan Transformasional (X1), Budaya Kerja (X2), Motivasi Kerja (X3) dan Kinerja
Guru (Y).
HASIL DAN PEMBAHASAN
transformasional terhadap kinerja guru di SDN 01 Lawang Rejo Pemalang berpengaruh. Artinya
bahwa kepemimpinan transformasinal berkontribusi positif untuk meningkatkan kinerja guru. Hal
ini dikarenakan guru yang ada di SDN 01 Lawang Rejo Pemalang dikepalai oleh guru yang
sudah memiliki pengalaman mengajar dan berorganisasi yang cukup. Demikian, guru tersebut
memiliki idealisme diri yang baik, namun masih mudah dikontrol melalui peraturan atau sosok
berbagai nilai dan kepercayaan, serta upaya-upaya terpadu. Kepemimpinan Kepala Sekolah
memiliki pengaruh yang luar biasa terhadap kinerja para guru. Beliau menaruh perhatian pada
kekhawatiran dan kebutuhan dari para guru, mengubah kesadaran diri para guru atas
permasalahan dengan membantu mereka melihat pada permasala-han lama dengan cara yang
baru, mem-bangkitkan semangat dan menginspirasi para guru untuk menempatkan upaya
akan sangat efektif keti-ka para guru dapat melihat dampak posi-tif dari pekerjaan mereka
melalui interaksi langsung. Hal ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Freddy Arifin
Motivasi Kerja Berpengaruh Positif terhadap Kinerja Guru SDN 01 Lawang Rejo
Pemalang
Hasil kuesioner dapat disimpulkan bahwa hipotesis pengaruh motivasi kerja terhadap
kinerja guru di SDN 01 Lawang Rejo Pemalang tidak berpengaruh. Hal ini dilandasi karena
masih minimnya upah yang diterima oleh pada tenaga kerja. Keterlambatan pembayaran juga
menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi kurangnya motivasi yang seharusnya dapat
ditunjukkan. Robbins dan Jud-ge (2015) berpendapat bahwa ada dua faktor yang
mempengaruhi seseorang bekerja, yaitu faktor ekstrinsik dan intrinsik. Termasuk dalam faktor
ekstrinsik (hygienes) adalah hubungan interpersonal antara atasan dan bawahan, teknik
supervisi, kebijakan administratif, kondi-si kerja, dan kehidupan pribadi. Sedangkan faktor
instrinsik (motivator) adalah faktor yang kehadirannya dapat menim-bulkan kepuasan kerja dan
tujuan kerja yang tidak hanya berupa kebutuhan hidup saja tetapi juga memiliki keinginan untuk
memajukan sekolah, membuat sekolah berkembang. Bila kedua indikator ini diperbaiki menjadi
lebih baik, sekolah tersebut bisa menjadi sekolah yang berkualitas. Berdasarkan penjelasan
sebelumnya dapat disimpulkan bahwa motivasi kerja memiliki pengaruh signifikan terhadap
kinerja guru sehingga implikasinya adalah tingginya motivasi kerja dapat mempengaruhi kinerja
guru.
Budaya Kerja Berpengaruh Positif terhadap Kinerja Guru
Menurut Bidokhti (2000), dari perspektif organisasi budaya organisasi-onal mirip dengan
rantai yang kuat di-mana organisasi menjadi stabil. Budaya organisasional terbuat dari nilai-nilai
yang menjadi dasar perilaku anggota organisasi. Budaya organisasional mengacu pada
sistemmakna bersama yang diselenggarakan oleh anggota, yang membedakan organisasi satu
dengan lainnya.
Budaya kerja yang dimiliki oleh guru-guru SDN 01 Lawang Rejo Pemalang sangat baik.
Guru menyukai profesi yang dimilikinya, dan guru tidak terpaksa untuk melaksanakan
pekerjaan, apabila guru sudah menyukai dan merasa ikhlas dalam menjalankan tugas dan
tanggungjawabnya maka guru melaksanakan pekerjaannya dengan senang hati yang nantinya
akan berakibat pada hasil kinerja yang dimiliki khususnya dalam proses pembelajaran. Selain
itu sebagian besar guru tidak begitu puas dengan hasil pembelajaran atau hasil kinerjanya, hal
tersebut dapat terjadi karena guru ingin terus menambah kualitas dan meningkatkan
pembelajaran serta kinerja agar lebih baik lagi dari yang sebelumnya dengan memberikan
pelajaran tambahan/les diluar jam sekolah. Budaya kerja guru merupakan merupakan suatu
kebiasaan, tradisi yang dilakukan oleh guru dalam melaksanakan tugas atau kewajibannya.
Kebiasaan dan tradisi kerja guru tersebut terlihat dari bagaimana cara pemahaman guru
mengenai pekerjaannya, sikap dan perilaku dalam bekerja. Guru yang memiliki budaya kerja
yang baik akan melaksanakan pekerjaannya dengan penuh tanggungjawab, guru juga akan
Agar memeperoleh hasil optimal dalam meningkatkan kinerja guru maka dapat
dilakukan dengan penguatan indikator-indikator budaya kerja. Urutan prioritas indikator yang
diperbaiki yaitu kebiasaan. Adapun indikator yang tetap dipertahankan adalah disiplin,
kepatuhan terhadap peraturan dan nilai-nilai. Dengan memperbaiki indikator kebiasaan, seperti
dari segi kedisiplinan kehadiran, ketepatan menyelesaikan tugas administratif kelas, dan dari
segi pembiasaan perilaku baik yang menjadi suri tauladan khususnya untuk peserta didik. Bila
indikator ini dapat dijalankan dengan baik tentu dapat berdampak positif bagi kemajuan
sekolah. Berdasarkan penjelasan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa budaya kerja memiliki
pengaruh signifikan terhadap kinerja guru sehingga implikasinya adalah tingginya budaya kerja
Kesimpulan yang didapat yang ditarik dari fokus masalah dalam penelitian ini, sesuai
2. Motivasi kerja berpengaruh kurang baik terhadap kinerja guru SDN 01 Lawang Rejo
Pemalang
3. Budaya kerja sekolah sangat berpengaruh terhadap kinerja guru SDN 01 Lawang
Rejo Pemalang.
1. Diadakannya seminar maupun pertemuan yang mencakup perwakilan dari para guru
pengajar.
2. Memperbolehkan adanya Kerjasama antara orang tua murid dan juga guru pengajar