Anda di halaman 1dari 10

Peran Manajerial Kepala Sekolah dalam meningkatkan mutu

Pendidikan Karakter bagi Guru dan Siswa dalam lingkungan Yayasan


Pendidikan Al Chasanah
(Studi Pustaka Kepemimpinan Dalam Manajemen Mutu Pendidikan
Karakter )

Affan Rahmana
Magister Administrasi Pendidikan
Universitas UHAMKA Jakarta
Email: affan.rahmana99@gmail.com

Abstrak
Penulisan ini memiliki tujuan utama yaitu untuk mengetahui peran kepala sekolah
dalam peningkatan mutu pendidikan, kepemimpinan, tugas, dan peran kepala
sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan, kepemimpinan, tugas, dan peran
kepala sekolah secara tertib menghasilkan proses dan produk pendidikan yang
berkualitas. Pendidikan karakter di beberapa negara sudah mendapatkan prioritas
sejak pendidikan dasar dimulai. Namun di Indonesia, pendidikan karakter masih
dipandang sebagai wacana dan belum menjadi bagian yang terintegrasi dalam
pendidikan formal. Artikel ini membahas tentang pentingnya pendidikan karakter dalam
sistem pendidikan formal. Dimulai dengan melihat contoh manfaat pendidikan karakter
di negara lain. Kemudian, dilanjutkan dengan usaha-usaha yang dilakukan oleh
pendidika dan tenaga kependidikan untuk merancang pendidikan karakter yang
sistematis dan terintegrasi dalam kurikulum bagi siswa sebagai persiapan menuju ke
dunia kerja. Usaha tersebut antara lain penetapan pendidikan karakter sebagai salah
satu rencana strategis jurusan, penetapan tim, perancangan dan pelaksanaan program
pendidikan karakter, evaluasi, serta usaha perbaikan terus menerus. Kualitas
pendidikan adalah harapan kami dalam menghadapi ketatnya pertukaran
kehidupan di beberapa sektor terutama di bidang pendidikan sektor untuk masa
depan yang lebih baik. Demi terciptanya pendidikan yang berkualitas, hal ini
perlu peran pemimpin dalam lembaga pendidikan. Salah satunya adalah kepala
sekolah karena itu adalah pionir yang menggerakkan segala perubahan menuju
pendidikan yang berkualitas. Khusus kepala sekolah peran dalam peningkatan
mutu pendidikan adalah melakukan monitoring, evaluasi terus-menerus menuju
program yang ditentukan, perencanaan dan pengaturan yang sukses rencana kata
sepakat dengan peningkatan kebutuhan mutu pendidikan yang berorientasi pada
misi sekolah, melakukan komunikasi intensif dengan guru, siswa, orang tua siswa
dan masyarakat..
Kata Kunci: Kepemimpinan Kepala Sekolah, Manajemen Mutu Pendidikan,
Pendidikan Karakter, Perencanaan dan Pelaksanaan Program

1
Pendahuluan
Karakter seorang individu terbentuk sejak dia kecil karena pengaruh genetik
dan lingkungan sekitar. Proses pembentukan karakter, baik disadari maupun tidak,
akan mempengaruhi cara individu tersebut memandang diri dan lingkungannya
dan akan tercermin dalam perilakunya sehari-hari. Kegiatan akademik sangat
menuntut konsentrasi mahasiswa sehingga porsi bagi kegiatan-kegiatan sosial
menjadi semakin sedikit. Dorongan untuk berinteraksi secara sosial dengan
sesama sangat kurang, padahal hal ini sangat penting dalam pembentukan
karakter. Menyadari bahwa karakter individu tidak bisa dibentuk hanya melalui
satu atau dua kegiatan saja, maka akan disusun kurikulum pembinaan karakter
yang berkesinambungan dan terintegrasi dalam perkuliahan, dimana proses
tersebut juga melibatkan dosen, karyawan, dan lembaga lain dalam universitas,
sehingga manfaat pembinaan karakter dapat dirasakan.
Mutu adalah keseluruhan ciri atau karakteristik produk atau jasa dalam
tujuannya untuk memenuhi kebutuhan dan harapan pelanggan. Pelanggan dalam
dunia pendidikan adalah siswa, orang tua siswa, masyarakat maupun pemerintah.
Para pelanggan ini membutuhkan lembaga pendidikan yang bermutu, yaitu
lembaga pendidikan yang bisa melahirkan generasi-generasi emas, yaitu generasi
yang mempunyai iman, ilmu, akhlak dan keterampilan yang mumpuni. Lembaga
pendidikan yang selalu diminati masyarakat yaitu lembaga pendidikan yang baik
dalam pengelolaan sumber daya yang ada, akuntabel, berkualitas, mampu
bersaing dengan lembaga lain dan dapat mengantarkan peserta didiknya ke
jenjang pendidikan yang leibh tinggi ataupun ke dunia kerja dengan bekal ilmu
pengetahuan dan tekhnologi serta ketrampilan teknis yang sangat diperlukan oleh
dunia usaha dan industri, lembaga seperti inilah yang kita namakan lembaga
pendidikan yang baik dan bermutu. Oleh karena itu, berbicara mengenai mutu
pendidikan ini tak lepas dari peran kepemimpinan kepala sekolah itu sendiri
sebagai pemimpin.
Dalam konsep manajemen mutu pendidikan, peran kepemimpinan sangat
dibutuhkan dalam memajukan sebuah lembaga pendidikan. Lembaga pendidikan
yang berkualitas, bukan hanya dipengaruhi oleh seberapa bagusnnya sarana dan
prasarana pendidikan, ataupun para tenaga pendidikan maupun tenaga

2
kependidikan. Namun, kualitas sebuah lembaga pendidikan juga tak luput dari
peran manajerial seorang kepala sekolah di sekolah.
Para pemimpin memainkan peranan yang sangat penting dalam membantu
kelompok, organisasi, dan masyarakat dalam mencapai tujuan. Kemampuan
kepemimpinan dan keterampilan dalam mengarahkan merupakan faktor penting
dalam efektivitas manajer. Banyak organisasi yang tampaknya akan bangkrut
seakan mendapatkan tenaga baru ketika direkturnya diganti. Jika dapat mengenali
kualitas yang berkaitan dengan kepemimpinan, maka kemampuan untuk memilih
pemimpin yang efektif bertambah. Dan dalam sebuah lembaga pendidikan, kepala
sekolah adalah nahkoda dalam menentukan kemana arah lembaga pendidikan itu
dibawah sampai ke tujuan. Namun begitu, kepala sekolah juga tak bisa
melaksanakan kepemimpinannya tanpa adanya bantuan dan kerja sama dengan
seluruh sumber daya manusia di sekolah.

Metodologi Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan yang
menitikberatkan pada kajian pustaka terhadap buku-buku para akademisi dan
jurnal-jurnal. Dalam pembahasannya, penulis mengambil beberapa buku dan
jurnal tentang kepemimpinan dalam manajemen mutu terpadu pendidikan, dimana
penulis punya sudut pandang, bahwasannya dalam menyelenggarakan pendidikan
yang bermutu sebuah lembaga pendidikan tak lepas dari peran seorang pemimpin
(kepala sekolah). Oleh karenaa itu penting untuk dibahas bagaimana peran
kepemimpinan mutu terhadap mutu pendidikan.

Hasil dan Pembahasan


Kepemimpinan Kepala Sekolah
Kepemimpinan dalam bahasa inggris disebut Leadership dan dalam bahasa
arab disebut Zi’amah atau Imamah. Secara terminologi yang dikemukakan oleh
Marifield dan Hamzah, Kepemimpinan adalah menyangkut dalam menstimulasi,
memobilisasi, mengarahkan, mengkoordinasi motif-motif dan kesetiaan orang-
orang yang terlibat dalam usaha bersama. Dalam bahasa Indonesia pemimpin

3
disebut penghulu, pemuka, pelopor, pembina, panutan, pembimbing, pengurus,
penggerak, ketua, kepala, penuntun, raja, tua-tua, dan sebagainya
Kepemimpinan mempunyai penekanan yang sama yaitu arah dan tujuan bagi
organisasi. Kepemimpinan lebih banyak berfokus menciptakan visi ke depan bagi
organisasi dan mengembangkan strategi jauh ke depan tentang perubahan-
perubahan yang dibutuhkan untuk mewujudkan visi tersebut bagi organisasi.
Kepemimpinan lebih banyak memandang pada horizon yang luas (keeping eye on
the horizon) dan menekankan hasil-hasil jangka panjang.
Seseorang dapat menjadi pemimpin apabila memiliki sifat yang dibutuhkan
oleh seorang pemimpin. Titik tolak teori : keberhasilan seorang pemimpin
ditentukan oleh sifat kepribadian baik secara fisik maupun psikologis. Keefektifan
pemimpin ditentukan oleh sifat, perangai atau ciri kepribadian yang bukan saja
bersumber dari bakat, tapi dari pengalaman dan hasil belajar.1 Dengan demikian
pemimpin merupakan seseorang yang menggunakan kemampuannya, sikapnya,
nalurinya, dan ciri-ciri kepribadiannya yang mampu menciptakan suatu keadaan,
sehingga orang lain yang dipimpinnya dapat saling bekerja sama untuk mencapai
tujuan.
Goetch & Davis dalam bukunya Introduction to Total Quality Management
mendefinisikan leadership is the ability to inspire people to make a total, willing
and voluntary commitment to accomplishing or exceeding organizational goals.
Definisi mengartikan kepemimpinan (leadership) adalah kemampuan
menginspirasi orang-orang agar mempunyai keinginan yang total, komitmen yang
sukarela untuk mencapai target bahkan melebihi tujuan-tujuan organisasi. Kata
penting dari definisi Goetsch adalah “menginspirasi” yang diartikan sebagai suatu
motivasi yang sudah terinternalisasikan ke dalam diri setiap individu anggota
organisasi sehingga komitmen dan kemauan tumbuh dari dalam diri mereka.
Kepemimpinan dan manajemen diperlukan dalam mengimplementasikan
MMT. Para birokrat pendidikan sekali waktu berposisi sebagai pemimpin dan lain
waktu perlu menjadi manajer. Lebih lanjut Arcaro menjelaskan bahwa peran
birokrat bisa menjadi seorang fasilitator yang dimaksudkan agar staf dan guru
termasuk siswa berkreasi dan berinovasi dalam rangka mengimplementasikan
1
Djafri Syamsu Badu & Novianty, Kepemimpinan Dan Perilaku Organisasi, (Jakarta: Ideas Publishing,
2017), h. 27.

4
kebijakan birokrat.2 Kepemimpinan dalam manajemen mutu melepaskan diri dari
nuansa kewenangan dan kekuasaan.
Kepala sekolah/madrasah adalah guru yang diberikan tugas tambahan untuk
menjadi seorang pemimpin di sekolah. Kepala sekolah memiliki peran yang kuat
dalam mengkoordinasikan, menggerakkan dan menyerasikan semua sumber daya
pendidikan yang tersedia. Kepemimpinan kepala sekolah/madrasah merupakan
salah satu faktor yang dapat mendorong sekolah untuk dapat mewujudkan visi,
misi, tujuan dan sasaran madrasah melalui program-program yang dilaksanakan
secara terencana dan bertahap. Oleh karena itu kepala sekolah dituntut untuk
memiliki kemampuan mengambil keputusan dan inisiatif/prakarsa untuk
meningkatkan mutu madrasah. Secara umum kepala madrasah memiliki
kemampuan memobilisasi sumber daya madrasah, terutama sumber daya manusia
untuk mencapai tujuan madrasah. Itulah sebabnya, dalam pelaksanaan perannya
sebagai seorang manajer sekaligus leader di sekolah, kepala sekolah harus
melibatkan dan mengkoordinasikan dengan seluruh stakeholder yang ada di
dalamnya, sehingga memungkinkan pengembangan mutu pendidikan.3
Apalagi dalam pendidikan, kepala sekolah dibantu oleh para guru dalam
mengsukseskan penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran di sekolah.
Sehingga dibutuhkan kepala sekolah yang sangat begitu loyal dan punya gaya
yang kharismatic dan bisa menjadi motivator dalam mendorong para guru untuk
bekerja. Dalam mengoptimalkan kinerja mengajar guru yakni dalam rangka
melaksanakan tugas dan pekerjaannya, maka kepala sekolah yang berkualitas
harus mampu mempengaruhi, menggerakkan, memotivasi, mengajak,
mengarahkan, menasehati, membimbing, menyuruh, memerintahkan, melarang,
dan bahkan memberikan sanksi, serta membina dalam rangka mencapai kinerja
sekolah secara efektif dan efisien. Melalui peningkatan kinerja mengajar guru
dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya, diharapkan prestasi kerja guru
dapat mencapai hasil yang optimal sehingga hasilnya bisa memberikan kualitas
yang bagus untuk lembaga pendidikan. Para pimpinan lembaga pendidikan mutlak

2
Sutarto Hp, Manajemen Mutu Terpadu (MMT-TQM): Teori dan Penerapan di Lembaga Pendidikan,
(Yogyakarta: UNY Press, 2015), h. 48-55.
3
Musfirotun Mudzi’ah, “Problematika Dan Solusi Pelaksanaan Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis
Madrasah Di Madrasah Tsanawiyah Negeri (Mtsn) Teras Kabupaten Boyolali”, dikutip dari Skripsi Iain
Surakarta, 2010, H.70.

5
memerlukan kemampuan berfikir kreatif dalam menjalankan kepemimpinannya
sehingga sebagai seorang pemimpin ia mampu memberikan inspirasi, membangun
kelompok kerja yang kompak, menjadi teladan dan memperoleh penerimaan dari
para pegawainya.4

Manajemen Mutu Pendidikan


Mutu mempunyai arti kualitas, derajat, tingkat. Dalam bahasa Inggris, mutu
diistilahkan dengan “quality”. Sedangkan dalam bahasa Arab disebut dengan
istilah “juudah”. Secara esensial istilah mutu menunjukan kepada sesuatu ukuran
penilaian atau penghargaan yang diberikan atau dikenakan kepada barang dan
atau kinerjanya. Mutu berarti baik butuk suada benda; kadar, taraf atau derajat
(kepandaian kecerdasan, dsb), kualitas. Melihat pengertian tersebut mutu juga
diartikan dengan kualitas secara umum yang bermaksan sama. (Ismail, 2017).
Mutu mempunyai makna ukuran, kadar, ketentuan dan penilaian tentang kualitas
sesuatu barang maupun jasa (produk) yang mempunyai sifat absolut dan relatif.
Dalam pengertian yang absolut, mutu merupakan standar yang tinggi dan tidak
dapat diungguli. Biasanya disebut dengan istilah baik, unggul, cantik, bagus,
mahal, mewah dan sebagainya.5 Peningkatan mutu pendidikan merupakan salah
satu pilar pokok dalam membangun pendidikan di Indonesia, karena jika
pendidikan sudah bermutu, maka akan menghasilkan sumber daya manusia yang
cerdas dan kompetitif. Organisasi pendidikan harus memiliki sistem jaminan
kualitas sebagai bagian dari manajemen mereka. Organisasi pendidikan berusaha
merancang output mereka dengan memperhatikan kebutuhan pelanggan dan
merencanakan serta mengendalikan semua proses dan kegiatan dengan standar
kualitas tinggi.6
Mutu bukanlah sesuatu yang terjadi secara tiba-tiba dan muncul dihadapan para
guru, karyawan dan kepala sekolah. Manajemen mutu merupakan suatu proses
yang sistematis yang terus-menerus meningkatkan kualitas proses belajar
mengajar dan faktor-faktor yang berkaitan dengan itu, dengan tujuan agar menjadi

4
Fachruddin, “Kepemimpinan Pendidikan Dalam MBS”, (Medan: IAIN Press, 2004), h. 14-15.
5
Aan Komariah dan Cepi Triatna, “Visionary Leadership: Menuju Sekolah Efektif”, (Jakarta: PT. Bumi
Aksara, 2008), h. 9.
6
Lantip Diat Prasojo, “Manajemen Mutu Pendidikan”, (Yogyakarta: UNY Press, 2016), h. 2.

6
target lembaga pendidikan Islam agar dapat dicapai dengan lebih efektif dan
efisien.7
Total Quality Management (manajemen kualitas total) adalah strategi
manajemen yang ditujukan untuk menanamkan kesadaran kualitas pada semua
proses dalam organisasi. Total Quality Management (TQM) adalah suatu
pendekatan manajemen untuk suatu organisasi yang terpusat pada kualitas,
berdasarkan partisipasi semua anggotanya dan bertujuan untuk kesuksesan jangka
panjang melalui kepuasan pelanggan serta memberi keuntungan untuk semua
anggota dalam organisasi serta masyarakat. Dari uraian diatas dapat ditarik
kesimpulan bahwa manajemen mutu adalah ilmu atau seni yang mengatur tentang
proses pendayagunaan sumber daya manusia maupun sumber-sumber lainnya
yang mendukung pencapaian tujuan secara efektif dan efisien.
Kepemimpinan yang efektif adalah kepemimpinan yang mampu
menumbuhkan dan mengembangkan usaha kerja sama serta memelihara iklim
yang kondusif dalam kehidupan organisasi. Kepemimpinan yang baik adalah
kepemimpinan yang dapat mengintegrasikan orientasi tugas dengan orientasi
hubungan manusia sehingga para anggota organisasi juga bisa memberikan
kinerja yang bagus bagi organisasinya. Dalam suatu kepemimpinan diperlukan
adanya kemampuan kepemimpinan individu yang diserahi tanggung jawab
memimpin, kemampuan komunikasi dengan bawahan/staf, adanya individu yang
menjadi bawahan/staf, dan adanya kepengikutan bawahan/staf terhadap
pemimpin. Tak dapat dipungkiri jika suatu instansi dan atau lembaga pasti
memiliki tujuan, akan dibawa kemana dan dijadikan apa suatu lembaga tersebut
pastinya sudah ada rancangan dan angan-angan tersendiri bagi sumberdaya yang
ada didalamnya, terlebih pimpinan yang memiliki tanggung jawab penuh terhadap
lembaga yang dipimpinnya. Oleh karena itu, keempat hal tersebut menjadikan
aktifitas kepemimpinan dapat efektif dan efisien dalam mencapai tujuan
organisasi.8 Apalagi dalam pencapaian tujuan lembaga pendidikan, kinerja yang
bagus terjadi manakala seorang pimpinan mengetahui tentang faktor-faktor yang

7
George R. Terry, “Prinsip-Prinsip Manajemen”, terj. J. Smith D. F.M. (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), h.
152-153.
8
Abdul Hadi, “Konsepsi Manajemen Mutu Dalam Pendidikan”, Jurnal Idhaarah, Vol. II, No. 2, 2018, h.
270.

7
mempengaruhi terhadap kinerja bawahannya. Menurut Robert L. Mathis dan John
H. Jackson7 faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja individu tenaga kerja,
yaitu; kemampuan mereka, motivasi, dukungan yang diterima, keberadaan
pekerjaan yang mereka lakukan, dan hubungan mereka dengan organisasi.9 Oleh
karena itu mengapa diperlukan seorang kepala sekolah yang bisa menjadi
motivator bagi para bawahannya.
Dalam Islam, konsep kepemimpinan diyakini mempunyai nilai yang khas dari
sekedar kepengikutan bawahan dan pencapaian tujuan organisasi. Dalam
pendidikan, kepala sekolah diharapkan dapat mempengaruhi dan mengarahkan
bawahannya serta dapat menjadi contoh teladan bagi orang lain. 10 Hal ini
dikarenakan, dalam manajemen mutu pendidikan sangat dibutuhkan kerja sama
dengan semua stakeholder yang ada, sehingga kepala sekolah harus
mengkoordinasikan semua sumber daya manusia di sekolah dalam
menyeleggarakan pendidikan yang berkualitas. Sebab, kegiatan manajemen akan
berhasil jika dilakukan secara bersama, karena menejemen akan timpang jika
hanya berjalan serorang diri.11 Maka dari itu semua kegiatan manajemen termasuk
manajemen mutu mau tidak mau harus melibatkan orang lain, dengan begitu akan
timbul koordinasi antara pelaku manajemen.

Kesimpulan
Dari uraian diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa kepala sekolah
sebagai seorang leader sekaligus manajer di sekolah adalah penentu pencapaian
visi dan misi lembaga pendidikan. Dalam penyelenggaraan pendidikan, setiap
customer lembaga pendidikan pasti menginginkan kualitas yang terbaik dari
lembaga pendidikan. Dalam mewujudkan sebuah lembaga pendidikan yang
bermutu, maka kerja sama dan dukungan dari setiap stakeholder sekolah sangat
penting, untuk itu kepala sekolah harus bisa menjadi seorang inspirator dan
motivator yang dapat mengkoordinasikan semua staf dan guru dalam

9
Hasan Baharun dan Zamroni, “Manajemen Mutu Pendidikan”: Ikhtiar dalam Meningkatkan Mutu
Pendidikan Madrasah melalui Pendekatan Balanced Scorecard, (Tulunganggung: Akademia Pustaka, 2017),
h. 43.
10
Achyar Zein, “Ayat-Ayat Al-Qur’an Tentang Manajemen Pendidikan Islam”, (Medan: Lembaga Peduli
Pengembangan Pendidikan Indonesia, 2017), 174-281.
11
Khoirul Huda, “Problematika Madrasah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Islam”, Jurnal
Dinamika Penelitian, Vol. 16, No. 2, 2016, h. 314-315.

8
menyelenggarakan pendidikan dengan kinerja yang baik. Selain itu, peran
kepemimpinan sekolah sebagai motivator ditambah dengan dukungan yang penuh
bagi kemampuan para siswa juga bisa mendorong para siswa untuk belajar dan
menghasilkan prestasi yang terbaik bagi sekolah.

Daftar Pustaka
Badu, Djafri Syamsu & Novianty. Kepemimpinan Dan Perilaku Organisasi.
Jakarta: Ideas Publishing. 2017.
Hp, Sutarto. Manajemen Mutu Terpadu (MMT-TQM): Teori dan Penerapan di
Lembaga Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press. 2015.
Mudzi’ah, Musfirotun. Problematika Dan Solusi Pelaksanaan Manajemen
Peningkatan Mutu Berbasis Madrasah Di Madrasah Tsanawiyah Negeri
(Mtsn) Teras Kabupaten Boyolali. dikutip dari Skripsi Iain Surakarta. 2010.
Fachruddin. Kepemimpinan Pendidikan Dalam MBS. Medan: IAIN Press. 2004.
Komariah, Aan dan Cepi Triatna. Visionary Leadership: Menuju Sekolah Efektif.
Jakarta: PT. Bumi Aksara. 2008.
Prasojo, Lantip Diat. Manajemen Mutu Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.
2016.
Terry, George R. Prinsip-Prinsip Manajemen, terj. J. Smith D. F.M. Jakarta:
Bumi Aksara, 2003.
Hadi, Abdul. Konsepsi Manajemen Mutu Dalam Pendidikan. Jurnal Idhaarah.
Vol. II. No. 2. 2018.
Baharun, Hasan dan Zamroni. Manajemen Mutu Pendidikan: Ikhtiar dalam
Meningkatkan Mutu Pendidikan Madrasah melalui Pendekatan Balanced
Scorecard. Tulunganggung: Akademia Pustaka. 2017.

9
Zein, Achyar. Ayat-Ayat Al-Qur’an Tentang Manajemen Pendidikan Islam.
Medan: Lembaga Peduli Pengembangan Pendidikan Indonesia. 2017.
Huda, Khoirul. Problematika Madrasah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan
Islam. Jurnal Dinamika Penelitian. Vol. 16. No. 2. 2016.
Umar, Mardan dan Feiby Ismali, Peningkatan Mutu Lembaga Pendidikan Islam,
Jurnal Pendidikan Islam Iqra’ Vol. 11 No. 2 2017.

10

Anda mungkin juga menyukai