Anda di halaman 1dari 5

Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Motivasi Kerja Guru

Oleh

Raudatul Jannah

Abstrak

Gaya kepemimpinan seorang kepala sekolah memberikan pengaruh yang cukup besar
bagi keberlangsungan kegiatan belajar mengajar di sekolah. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis pengaruh gaya kepemimpinan kepala sekolah terhadap motivasi kerja guru di MI
Assyafi’iyah NW Penangsak. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode
studi kasus, dengan jenis studi kasus tunggal. Peneliti mengumpulkan data dengan menggunakan
teknik observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisa data menggunakan reduksi data,
penyajian data, dan penarikan kesimpulan dari data yang telah dipaparkan dan direduksi. Dalam
menjamin keabsahan data menggunakan triangulasi teknik dan sumber. Hasil dari penelitian ini
menunjukkan bahwa kepemimpinan kepala sekolah MI Assyafi’iyah NW Penangsak
menggunakan dua gaya kepemimpinan yakni otoriter dan demokratis. Otoriter artinya disini
kepala sekolah berusaha mendisiplinkan guru dalam kehadiran sehari-hari, penyelesaian
administrasi agar selesai tepat waktu. Sedanggkan demokrasi artinya kepala sekolah memberikan
kebebasan bagi guru untuk mengembangkan kemampuannya dan guru dibebaskan bagaimana
memanajemen kelasnya.gaya kepemimpinan Otoriter dalam mendisiplinkan guru dalam
kehadiran sehari – hari.

Kata kunci : gaya kepemimpinan, kepala sekolah, motivasi kerja guru.

Pendahuluan

Kepala sekolah dan guru merupakan kunci untuk keberhasilan sekolah dalam mencapai
visi dan misinya. Kepala sekolah sebagai atasan harus mampu menjadi pemimpin yang dapat
memberikan motivasi terhadap guru dan sebagai guru harus taat kepada perintah kepala sekolah
selama itu tujuannya untuk kebaikan sekolah. Scott (1962) menyatakan bahwa kepemimpinan
merupakan proses memengaruhi kegiatan yang diselenggarakan dalam kelompok, dalam upaya
mereka untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Pigors (1935) kepemimpinan adalah proses
mendorong dan mendorong melalui interaksi yang berhasil dari perbedaan individu,
pengendalian kekuatan seseorang dalam mengejar tujuan bersama.

Sebuah lembaga dengan kepala sekolah yang menerapkan gaya kepemimpinan yang
mengayomi serta peduli terhadap karyawan, juga berperan dengan baik terhadap kemajuan
lembaga dan juga sebagai langkah untuk mewujudkan visi dan misi dari sebuah lembaga.
Kemampuan mengelola tenaga kependidikan dan kinerja guru oleh kepala sekolah dapat
menentukan keberhasilan pendidikan dalam sebuah sekolah.

Kemampuan seorang kepala sekolah dalam melaksanakan kepemimpinan di lembaga


dapat berefek pada adanya situasi yang menimbulkan kemauan guru dalam melakukan tugas dan
perintah dari atasan dengan seluruh kepatuhan dan kemampuan yang dimilikinya. Dengan kata
lain bahwa kepemimpinan seorang kepala sekolah dapat dikatakan efektif dan berhasil yakni
ketika dalam kepemimpinannya mampu mengolah, menerapkan serta menciptakan suasana kerja
yang kondusif dalam organisasi yang dipimpin olehnya. Kepemimpinan yang efetif menuntut
seorang guru untu meningkatkan kinerjanya dalam segala bidang dan aspek yang dimampu
secara optimal. Peningkatan kinerja guru yang optimal melalui kesinambungan kerja antar
pegawai diantaranya seperti kepala sekolah, guru, tenaga administrasi dan juga siswa secara
berkesinambungan dan terus menerus memberikan dukungan.

Pengaruh kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru berupa penciptaan iklim
sekolah yang dapat memacu atau menghambat efektifitas kerja guru. Sebagai pemimpin, kepala
sekolah harus menjadi motor penggerak bagi berjalannya proses pendidikan. Kemampuan yang
harus dimiliki seorang pemimpin dalam hal ini kepala sekolah adalah memiliki kepribadian yang
menjadi teladan bagi bawahannya, kemampuan memotivasi, pengambilan keputusan,
komunikasi dan pendelegasian wewenang (Juniarti, dkk.2020).

Kajian Pustaka

Menurut Nigro (1965) kepemimpinan adalah cara khusus untuk memengaruhi aktivitas
orang lain. Coon (1995) mmenyatakan bahwa kepemimpinan adalah sikap individu yang
memimpin berbagai kegiatan kelompok terhadap tujuan yang akan dicapai bersama-sama.
Selanjutnya menurut Behling (1984) kepemimpinan adalah proses memengaruhi aktivitas
kelompok yang terorganisir terhadap pencapaian tujuan.
Menurut Fahmi (2016:122) kepemimpinan merupakan suatu ilmu yang mengkaji secara
komprehensif tentang bagaimana mengarahkan, mempengaruhi, dan mengawasi orang lain untuk
mengerjakan tugas sesuai dengan apa yang telah direncanakan.

Sedangkan menurut Effendi (2014:183) kepemimpinan merupakan suatu aktivitas untuk


memengaruhi dengan kamampuan untuk meyakinkan orang lainagar dapat di arahkan ke dalam
proses untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditentukan sebelumnya

Menurut pendapat Supardi dalam (Nilda, Hifza, & Ubabuddin, 2020) bahwa beberapa
aspek yang dapat dinilai dari kinerja pegawai dalam sebuah organisasi diantaranya: (1)
kemampuan teknik yakni mengenai kemampuan wawasan, pengetahuan, metode, teknik dan
media yang digunakan para pegawai dalam melaksanakan tanggung jawabnya, hal tersebut dapat
dimiliki dari pelatihan – pelatihan yang pernah diikuti oleh karyawan. (2) Kemampuan
konseptual, mengenai seberapa jauh pekerja dapat menyesuaikan diri pada iklim serta alur yang
ada dalam sebuah organisasi, meliputi penyesuaikan diri dengan karyawan lain, atasan, iklim
serta bagian keseluruhan dalam organisasi. (3) Kemampuan hubungan Interpersonal mengenai
kemampuan kerjasama dan kemampuan menjalankan tugas antar pegawai.

Motivasi kerja guru menambah energi untuk bekerja atau mengarahkan aktivitas selama
bekerja, dan menyebabkan seorang guru mengetahui adanya tujuan yang relevan antara visi misi
sekolah dengan tujuan pribadinya (Septiawan, dkk. 2020). Rorimpandey, (2020) kinerja
merupakan perwujudan kompetensi mencakup kemampuan, motivasi untuk menyelesaikan tugas
dan motivasi untuk berkembang serta motivasi untuk mengelola kondisi lingkungan.

Metode

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus, dengan
jenis studi kasus tunggal. Sedangkan untuk mengumpulkan data peneliti menggunakan teknik
observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisa data menggunakan reduksi data,
penyajian data, dan penarikan kesimpulan dari data yang telah dipaparkan dan direduksi. Dalam
menjamin keabsahan data menggunakan triangulasi teknik dan sumber.
Hasil

Gaya kepemimpinan kepala sekolah MI Assyafi’iyah pada tahun ajaran 2021/2022 ini
yakni lebih menekankan gaya kepemimpinan otoriter serta gaya kepemimpinan demokratis.
Dalam kepemimpinannya, kepala sekolah menekankan guru untuk lebih disiplin dan taat
terhadap peraturan yang di buat. Guru juga memastikan administrasi guru maupun siswa selesai
tepat waktu. Untuk guru sertifikasi kepala sekolaah menentukan jadwal piket setiap harinya.
Guru sertifikasi yang memiliki jadwal piket diwajibkan untuk hadir lebih awal dari pada guru
yang lain, tugas guru piket disini adalah mengumpulkan siswa dari kelas 1-6 di lapangan untuk
melakukan do’a bersama sebelum masuk kelas. Guru piket juga berkewajiban memastikan setiap
kelas telah bersih. Selain itu guru piket juga diwajibkan untuk memastikan setiap guru hadir,
guru yang tidak hadir atau kelas yang kosong maka tugas guru piket untuk mengisi kelas.
Sedangkan untuk guru non sertifikasi memiliki peran sebagai guru pendamping bagi guru kelas.
Guru kelas terdiri dari guru-guru yang sudah sertifikasi.

Kepala sekolah juga menyedikan absensi khusus guru sehingga dapat diketahui siapa saja
guru yang tidak hadir dan terlambat. Bagi guru non sertifikasi ketidak haddirannya dapat
berpengaruh terhadap gaji yang akan diperoleh.

Untuk gaya atau cara mengajar kepala sekolah membebaskan guru. Sekolah juga
menyediakan instrument-instrumen pembelajaran untuk meningkatkan motivasi kerja guru dan
motivasi belajar siswa.

Kebijakan-kebijakan kepala sekolah ini telah terbukti efektif dalam meningkatkan


disiplin guru dan itu mampu memberikan dampak pada bertambahnya kuantitas peserta didik.

Kesimpulan

Kepala MI Assyafi’iyah menerapkan dua gaya kepemimpinan yakni gaya kepemimpinan

otoriter dan gaya kepemimpinan demokratis. Gaya kepemimpinan otoriter diterapkan ketika

berhubungan dengan kedisiplinan guru,

. Gaya kepemimpinan demokratis diterapkan kepala sekolah ketika dalam rapat dan
dalam pengambilan keputusan yang tidak berhubungan dengan kedisiplinan guru khususnya
kedisiplinan dalam berangkat dan pulang sekolah. Penerapan dua gaya kepemimpinan tersebut
mengakibatkan peningkatan dalam kinerja guru. Kinerja guru meningkat karena dengan
diterapkannya gaya kepemimpinan otoriter, menyebabkan masing-masing guru dapat datang
tepat waktu dan melaksanakan pembelajaran dengan disiplin. Kinerja guru dalam administrasi
juga selalu diselesaikan dengan cepat dan tepat,

Kepala sekolah dalam memimpin berupaya untuk membangkitkan motivasi, memberi


arahan, sebagai contoh dan memberikan standar kerja yang tinggi dengan dasar peningkatan
mutu sekolah, harapan kepala sekolah yakni adanya mutu yang meningkat atau setidaknya mutu
yang sudah baik itu untuk dipertahankan sebaik mungkin, walaupun kepala sekolah menyadari
bahwasannya guru tak luput dari kesalahan dan memiliki beberapa kekuranganyang, sehingga
kepala sekolah perlu untu tetap memberikan arahan, perhatian serta dalam menindaklanjuti kritik
dan saran yang ada, yang diutarakan ketika rapat ataupun dalam forum biasa.

Daftar Pustaka

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta

Amirudin., Joen, S., Purnawati. (2022). KINERJA GURU : Pendekatan Kepemimpinan


Transformasional kepala Sekolah dan Motivasi Kerja Guru. Magama

Kompri. (2018). Manajemen & Kepemimpinan Pondok Pesantren. Prenada Media.

Puspitasari, D. Rofi, A. Asyari, H. Nasucha, J, C. (2022). Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah


dalam Peningkatan Kinerja Guru. Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, 3(1). 70-83.

Anda mungkin juga menyukai