Anda di halaman 1dari 8

GAYA KEPEMIMPINAN MANAGERIAL GRID

KEPALA SEKOLAH DASAR

Wildan Zulkarnain

e-mail: anzwild@gmail.com
Universitas Negeri Malang, Jl. Semarang No. 5 Malang 65145

Abstract: the purpose of this study is to describe managerial grid leadership style of elementary
school principal in the district of Gadungsari Blitar. This study used a quantitative approach and
included in the descriptive research. The data source is the entire population of elementary school
principals in the district of Gadungsari Blitar. The results showed elementary school principal in the
district of Gadungsari Blitar most have a country club leadership style, and no one has reached the
team leadership style. So it is suggested that the principal is always trying to improve his leadership
style to the style of team management by developing teamwork through: participation of decision-
making in the face of conflict, open two-way communication, as well as the involvement of participants
(teachers, staff, and students) in the planning and implementation of activities or school work program.

Keywords: leadership model, managerial grid, communication.

Abstrak: Tujuan penelitian ini mendeskripsikan gaya kepemimpinan managerial grid kepala sekolah
dasar di Kecamatan Gadungsari Kabupaten Blitar. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif
dan termasuk dalam jenis penelitian deskriptif. Sumber data adalah seluruh populasi kepala sekolah
dasar di Kecamatan Gadungsari Kabupaten Blitar. Hasil penelitian menunjukkan kepala sekolah dasar
di Kecamatan Gadungsari Kabupaten Blitar sebagian besar memiliki gaya kepemimpinan country
club, serta belum ada yang mencapai gaya kepemimpinan tim. Sehingga disarankan agar kepala
sekolah selalu berusaha meningkatkan gaya kepemimpinannya menuju gaya manajemen tim dengan
mengembangkan kerja tim melalui: partisipasi pembuatan keputusan dalam menghadapi konflik,
komunikasi dua arah yang terbuka, serta pelibatan partisipan (guru, staf, dan siswa) dalam perencanaan
dan pelaksanaan kegiatan atau program kerja sekolah.

Kata kunci: gaya kepemimpinan, managerial grid, komunikasi.

Pendidikan merupakan sarana utama untuk berhubungan secara langsung dengan pelaksanaan
menyukseskan pembangunan nasional, karena program pendidikan di sekolah. Atau dengan kata
dengan pendidikan diharapkan dapat mencetak lain, dapat dilaksanakan atau tidaknya suatu
sumber daya manusia berkualitas yang dibutuhkan program pendidikan dan tercapai tidaknya tujuan
dalam pembangunan. Peningkatan mutu pendidikan pendidikan, sangatlah bergantung pada kecakapan
nasional dilakukan pemerintah melalui peningkatan dan kebijaksanaan kepala sekolah sebagai
kualitas pendidikan di sekolah, karena sekolah pemimpin pendidikan (Purwanto, 1990). Kepala
merupakan salah satu komponen sistem pendidikan sekolah har us memiliki per siapan yang
di Indonesia. Keberhasilan pendidikan di sekolah memadaiuntuk menghadapi tantangan yang berat
ditentukan oleh banyak faktor, antara lain adalah tersebut. Selain itu, banyaknya tanggung jawab
aspek kepemimpinan kepala sekolah sebagai menuntut kepala sekolah agar mampu
pimpinan lembaga pendidikan. Apabila kepala mendelegasikan wewenang dan tanggung
sekolah berhasil dalam melaksanakan fungsi jawabnya kepada para guru/stafnya. Sehingga ia
kepemimpinan pendidikan di sekolah, maka dapat memusatkan perhatiannya pada usaha
pelaksanaan pendidikan diharapkan dapat berjalan pembinaan program pengajaran. Kepemimpinan
efektif. kepala sekolah juga berperan sebagai motor
Kepala sekolah merupakan pemimpin penggerak bagi sumber daya sekolah terutama para
pendidikan yang sangat penting karena dialah yang guru dan staf sekolah. Sebagaimana pendapat

497
498 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 23, NOMOR 6, SEPTEMBER 2012: 497-503

Nawawi (1988) bahwa semangat kerja pendidik/ secara efektif, yaitu bertindak sebagai pemimpin
guru dan bawahan lainnya/karyawan, banyak yang kuat dengan harapan yang tinggi namun tetap
tergantung pada kepemimpinan kepala sekolah. realistis terhadap situasi dan kondisi di sekolahnya.
Para guru akan bekerja dengan baik, para pegawai Hal ini sesuai pernyataan Mortimore (dalam
akan bekerja dengan semangat yang tinggi, dan Preedy, 1993) bahwa kepala sekolah sebagai
para siswa akan bisa belajar dengan tenang, apabila pemimpin pendidikan harus dapat bertindak secara
kepala sekolah mampu mempengar uhi, efektif dan terlibat secara aktif dalam memimpin
mengarahkan, mendorong, dan menggerakkan sekolah, serta melakukan kontrol terhadap para
mereka ke arah pencapaian tujuan sekolah secara staf, guru, dan siswa. Berdasarkan latar belakang
efektif. pemikiran tersebut, maka penelitian ini bertujuan
Setiap pemimpin, termasuk juga kepala untuk mendeskripsikan atau menggambarkan gaya
sekolah, dalam menjalankan fungsi kepemimpinan kepemimpinan managerial grid kepala sekolah
akan mempunyai cara masing-masing yang dasar di Kecamatan Gadungsari Kabupaten Blitar.
tercermin dari perilakunya. Perilaku pemimpin
dapat dibedakan dalam dua jenis perilaku, yakni METODE
pemimpin yang relationship-oriented dan task-
oriented. Seorang pemimpin relationship- Penelitian ini menggunakan pendekatan
oriented menitikberatkan kepemimpinannya pada kuantitatif dengan rancangan atau desain survey
bermacam usaha memotivasi kelompok untuk cross-sectional ex-post-facto, dan termasuk
menerima apa yang telah digariskan sebagai tujuan dalam jenis penelitian deskriptif. Rancangan
kelompok dan memotivasi mereka guna bekerja penelitian tersebut merupakan suatu proses yang
mencapai tujuan. Sedangkan pemimpin task- diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan
oriented menitikberatkan pada cara dan sarana yang dapat berupa proses pengumpulan dan
pencapaian tujuan tertentu. Ia juga berusaha keras analisis data. Survey merupakan bagian dari studi
mengkoordinasikan sebaik mungkin para anggota deskriptif yang bertujuan untuk mendeskripsikan
kelompoknya. Hal ini sesuai analisa Sudjarwo peristiwa yang diteliti sebagaimana adanya dengan
(2011) bahwa jika membicarakan tipe pemimpin, sistematis (Ary dkk., 1982). Cross-sectional yakni
maka harus diketahui orientasi yang dituju yaitu: pengambilan data dilakukan secara serentak pada
task orientation, relationship orientation, and subjek berbeda dengan cara menyebarkan angket
effectiveness orientation. (Arikunto, 2002). Ex-post-facto yaitu data
Dua orientasi dasar kepemimpinan tersebut diperoleh dari peristiwa yang sudah terjadi dan
memunculkan berbagai jenis gaya kepemimpinan, peneliti tidak memanipulasi variabel.
salah satunya adalah model kepemimpinan Sumber data penelitian ialah kepala sekolah
managerial grid dari Blake & Mouton yang sebagai responden, yaitu orang yang merespons
menghasilkan lima macam gaya kepemimpinan. berupa jawaban tertulis melalui angket dari peneliti.
Yaitu kombinasi antara concern for people dan Sehubungan dengan wilayah sumber data yang
concern for production, yang terdiri dari gaya akan dijadikan subjek penelitian, maka penelitian
improverished, country club, team, task, dan ini termasuk dalam jenis penelitian populasi, karena
midle road. Blake & Mouton menyatakan gaya sumber datanya adalah seluruh populasi kepala
kepemimpinan tim merupakan gaya pemimpin tim sekolah dasar di Kecamatan Gadungsari
yang sesungguhnya (Buhanuddin, 1994). Sebab Kabupaten Blitar. Instrumen menggunakan angket
gaya ini mampu menyatupadukan dan menjaring dan data diolah dengan teknik analisis deskriptif.
kebutuhan produksi suatu organisasi dengan Analisis ini untuk menggambarkan peristiwa yang
kebutuhan individual para anggotanya. Atau diteliti sebagaimana adanya dengan sistematis
dengan kata lain gaya ini memaksimalkan perhatian sehingga diperoleh informasi tentang status gejala,
pada kedua hal yaitu produksi (tugas) dan orang yaitu gaya kepemimpinan managerial grid kepala
(manusia). Sehingga kepala sekolah sebagai sekolah dasar di Kecamatan Gadungsari
pemimpin pendidikan seharusnya mempunyai atau Kabupaten Blitar, pada saat penelitian dilakukan.
berusaha menuju gaya kepemimpinan manajemen
tim ini. HASIL
Kepala sekolah hendaknya juga bisa
mengetahui gaya kepemimpinannya agar dapat Deskriptif data gaya kepemimpinan kepala
mengevaluasi diri guna menjalankan tugasnya sekolah dasar menunjukkan bahwa: 33,3%
Zulkarnain, Gaya Kepemimpinan Managerial Grid Kepala Sekolah Dasar 499

responden bergaya impoverish; 51,1% responden mengarahkan, dan menggerakkan staf sekolah
bergaya country club; 6,7% responden bergaya agar bekerja secara efektif dalam rangka
middle of the road; 8,9% responden bergaya task; mencapai tujuan pendidikan dan pengajaran yang
dan tidak ada responden yang bergaya team. ditetapkan. Secara formal kepala sekolah sebagai
Sehingga sebagian besar kepala sekolah pemimpin, dan para guru dan karyawan sebagai
mempunyai gaya kepemimpinan country club. bawahannya. Kesemua jenis personil tersebut
Deskriptif data orientasi tugas dari perilaku melibatkan diri dalam suatu ikatan organisasi
kepemimpinan kepala sekolah menunjukkan sekolah untuk bekerja sama dalam rangka
bahwa: 8,9% responden berkategori tinggi; 8,9% mencapai tujuan sekolah. Situasi demikian sudah
responden berkategor i sedang; dan 82,2% menunjukkan proses fungsi kepemimpinan dalam
responden berkategori rendah. Sehingga sebagian aktivitas persekolahan.
besar orientasi tugas dari perilaku kepemimpinan Menurut Handoko (1999) terdapat beberapa
kepala sekolah termasuk dalam kategori rendah. pendekatan kepemimpinan yang diklasifikasikan
Deskriptif data orientasi manusia dari sebagai pendekatan kesifatan, perilaku, dan
per ilaku kepemimpinan kepala sekolah situasional. Pendekatan pertama memandang
menunjukkan bahwa: 33,3% r esponden kepemimpinan sebagai suatu kombinasi dari sifat-
berkategori tinggi; 28,9% responden berkategori sifat yang tampak. Pendekatan kedua
sedang; dan 37,8% responden berkategori mengidentifikasikan perilaku-perilaku pribadi yang
rendah. Sehingga sebagian besar orientasi berhubungan dengan kepemimpinan yang efektif.
manusia dari perilaku kepemimpinan kepala Kedua pendekatan ini beranggapan bahwa seorang
sekolah termasuk dalam kategori rendah. individu yang memiliki sifat atau memperagakan
perilaku tertentu akan muncul sebagai pemimpin
PEMBAHASAN dalam situasi kelompok apapun dimana ia berada.
Pendekatan ketiga yaitu pandangan situasional
Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah kepemimpinan. Pandangan ini menganggap kondisi
yang menentukan efektifitas kepempimpinan
Banyak teori oleh para ahli yang mengemu-
bervariasi dengan situasi tugas yang dilakukan,
kakan tentang pengertian kepemimpinan, namun
keterampilan dan pengharapan bawahan, lingkungan
pada dasarnya teori-teori dan pendapat tersebut
organisasi, pengalaman masa lalu pemimpin dan
secara umum saling melengkapi dan saling
bawahan, dan sebagainya. Pandangan ini telah
menunjang. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
menimbulkan pendekatan contingency pada
kepemimpinan merupakan kemampuan seseorang
kepemimpinan yang bermaksud untuk menetapkan
untuk mempengaruhi, menggerakkan, dan
faktor-faktor situasional yang menentukan seberapa
mengarahkan tingkah laku orang lain atau kelompok
besar efektifitas situasi gaya kepemimpinan tertentu.
untuk mencapai tujuan kelompok dalam situasi
Gaya kepemimpinan yang dimaksud adalah
tertentu. Soetopo (2010) lebih lanjut mendefinisikan
teori kepemimpinan dari pendekatan perilaku
kepemimpinan dalam lingkup pendidikan yaitu
pemimpin. Dari satu segi pendekatan ini masih
kepemimpinan pendidikan merupakan kemampuan
difokuskan lagi pada gaya kepemimpinan
untuk menggerakkan dan membimbing orang yang
(leadership style), sebab gaya kepemimpinan
terlibat dalam pelaksanaan pendidikan untuk
bagian dari pendekatan perilaku pemimpin yang
mencapai tujuan pendidikan. Pengertian ini sejalan
memusatkan perhatian pada proses dinamika
dengan sudut filosofi kepemimpinan yang pada
kepemimpinan dalam usaha mempengaruhi
pokoknya menjunjung tinggi arus hubungan
aktivitas individu untuk mencapai suatu tujuan
kemanusiaan (human relationship).
dalam suatu situasi tertentu. Atau dengan kata lain
Proses kepemimpinan bisa muncul kapan saja
gaya kepemimpinan ialah pola-pola perilaku
dan dimanapun jika terdapat unsu-unsur: (1) ada
pemimpin yang digunakan untuk mempengaruhi
orang yang memimpin; (2) ada orang-orang yang
aktivitas orang-orang yang dipimpin untuk
dipimpin; (3) ada kegiatan atau tindakan
mencapai tujuan dalam suatu situasi organisasinya.
penggerakan bawahan untuk mencapai tujuan; dan
Berkaitan dengan perilaku pemimpin, Soetopo
(4) terdapat tujuan yang ingin dicapai bersama.
(2010) menegaskan dua orientasi kepemimpinan,
Pada ruang lingkup sekolah, kepemimpinan
yaitu orientasi terhadap tugas (yang penting tugas
merupakan usaha kepala sekolah untuk
selesai tanpa memperhatikan aspek manusia) dan
mempengaruhi, mendorong, membimbing,
orientasi kepada manusia (yang penting orangnya
500 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 23, NOMOR 6, SEPTEMBER 2012: 497-503

sejahtera, tugas selesai lambat tidak apa-apa). C


Sehingga secara umum muncullah dua klasifikasi O 1-9 9-9
N COUNTRY
gaya kepemimpinan yang paling dasar, yaitu: 1) C
TEAM
CLUB
Gaya kepemimpinan yang berorientasi pada tugas. E
Yaitu kepemimpinan yang lebih menaruh perhatian R
N
pada tingkah laku pemimpin yang mengarah pada 5-5
penyusunan rencana kerja, penetapan pola F MIDLE
O ROAD
organisasi, saluran komunikasi, metode kerja, dan R
prosedur pencapaian tujuan. 2) Gaya kepemim-
P
pinan yang berorientasi pada manusia atau E
hubungan manusia. Kepemimpinan lebih menaruh O
P 1-1 9-1
perhatian pada tingkah laku pemimpin yang L IMPOVERISHED TASK
mengarah pada kesejawatan, saling mempercayai, E
saling menghargai, dan penuh kehangatan dalam
hubungan antara pimpinan dan anggota staf. CONCERN FOR PRODUCTION

Berdasarkan uraian tersebut maka gaya


kepemimpinan sebenarnya hampir sama dengan
model tipe kepemimpinan. Hanya saja gaya Gambar 1. Kisi-kisi Manajerial
kepemimpinan lebih banyak menyangkut aspek
operasionalisasi (yakni: persepsi, nilai, sikap, Inti pemikiran model managerial grid adalah
perilaku) dari tipe kepemimpinan. Gaya seorang pemimpin selain harus lebih memikirkan
kepemimpinan tersebut bisa berkembang serta mengenai tugas-tugas yang akan dicapainya juga
dapat ditinjau dari berbagai sudut pandang yang dituntut untuk memiliki orientasi yang baik terhadap
menghasilkan bermacam jenis gaya dalam suatu hubungan kerja dengan manusia sebagai
model kepemimpinan. Model kepemimpinan bawahannya. Artinya bahwa seorang pemimpin
didasarkan pada pendekatan yang mengacu tidak dapat hanya memikirkan pencapaian tugas
kepada hakikat kepemimpinan yang berlandaskan saja tanpa memperhitungkan faktor hubungan
pada perilaku dan keterampilan seseorang yang dengan bawahannya, sehingga seorang pemimpin
berbaur kemudian membentuk gaya kepemimpinan dalam mengambil suatu sikap terhadap tugas,
yang berbeda. kebijakan-kebijakan yang harus diambil, proses dan
prosedur penyelesaian tugas, maka saat itu juga
Model Kepemimpinan Managerial Grid pemimpin harus memperhatikan pola hubungan
dengan staf atau bawahannya secara baik.
Dua orientasi kepemimpinan, yaitu perilaku Blake & Mouton membentuk kisi-kisi (grid)
kepemimpinan berorientasi tugas dan perilaku dimana perhatian kepada or ang/karyawan
kepemimpinan berorientasi manusia, telah (manusia) dan produksi (tugas) berada pada jarak
memunculkan berbagai jenis gaya kepemimpinan. dari rendah ke tinggi. Setiap dimensi diberi nilai 1
Salah satunya adalah model kepemimpinan sampai 9. Para pemimpin dapat ditempatkan pada
managerial grid dari Robert K. Blake dan Jane grid ini sesuai dengan kriterianya tergantung dari
S. Mouton yang menghasilkan lima macam gaya tingkat perhatiannya. Gaya kepemimpinan
kepemimpinan. Pada dasarnya teori managerial dikelompokkan menjadi empat kecenderungan
grid atau kisi-kisi manajerial membagi lima gaya yang ekstrim dan satu kecenderungan yang
kepemimpinan berdasarkan pada dua aspek utama terletak di tengah-tengah keempat gaya ekstrim
yaitu kepemimpinan yang menekankan pada faktor tersebut.
produksi (concern for production) dan Gaya pertama (1.1) adalah gaya pengalah
menekankan pada hubungan antarindividu (impoverished management), ditandai oleh
(concern for people). Hasilnya terdapat kurangnya perhatian terhadap tugas. Sebanyak
kepemimpinan yang berorientasi kepada tugas 33,3% responden ber gaya ini. Pemimpin
saja, dan ada pula yang berorientasi pada faktor mempunyai ciri lemah cenderung menerima
hubungan individu saja (Burhanuddin. 1994). keputusan orang lain, menyetujui pendapat, sikap
Kelima gaya kepemimpinan sebagai hasil dari dan gagasan orang lain serta menghindari konflik
kombinasi antara dua aspek utama tersebut dapat dan menghindari sikap memihak. Jika ada konflik
dilhat pada gambar 1. maka pemimpin ini tetap netral dan berada di luar
Zulkarnain, Gaya Kepemimpinan Managerial Grid Kepala Sekolah Dasar 501

masalah. Dengan tetap netral, pemimpin pengalah respon pada gagasan orang lain yang logis dengan
jarang terlibat dan hanya sedikit saja mengatasi mengubah pendapatnya. Jika terjadi konflik, ia
keadaan. mencari alasan munculnya perbedaan dan mencari
Gaya kedua (1.9) adalah gaya santai (country penyebab utamanya. Dalam keadaan marah, ia
club style), ditandai oleh rendahnya perhatian dapat mengendalikan diri meskipun kadang
terhadap tugas dan perhatian yang tinggi terhadap menampakkan ekspresi tidak suka. Ia memiliki
manusia. Sebanyak 51,1% responden atau sebagian rasa humor yang tinggi meskipun dalam keadaan
besar responden penelitian bergaya ini. Artinya tertekan. Ia menunjukkan upaya yang keras dan
pemimpin sangat menghargai hubungan baik antara kuat untuk melibatkan orang lain untuk ikut
sesama manusia atau anggota organisasi termasuk bergabung dengannya. Pemimpin ini mampu
bawahannya. Ia lebih suka menerima pendapat, menunjukkan keinginannya untuk saling percaya
gagasan dan sikap orang lain daripada dan saling menghargai di antara sesama anggota
memaksakan kehendaknya. Ia menghindari konflik tim dan juga menghargai pekerjaan.
tetapi jika tidak dapat dihindari, maka ia akan Blake & Mouton menyatakan gaya
melunakkan perasaan orang dan menjaga agar kepemimpinan tim (9.9) merupakan gaya yang
mereka dapat tetap bekerja sama. lebih disukai oleh bawahan. Pada umumnya gaya
Gaya ketiga (5.5) adalah pemimpin ini berasumsi bahwa orang akan menghasilkan
pertengahan (middle of the road style), ditandai sesuatu yang terbaik apabila mereka bisa
oleh perhatian yang seimbang terhadap tugas dan memperoleh kesempatan untuk melakukan
manusia. Sebanyak 6,7% responden bergaya ini. pekerjaan yang berarti. Gaya ini memaksimalkan
Pemimpin jenis ini mencari cara-cara yang dapat perhatian pada kedua hal yaitu produksi (tugas)
berguna untuk dapat memecahkan masalah dan orang(manusia). Sehingga diharapkan agar
meskipun kadang cara tersebut kurang sempurna. kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan
Jika ada pendapat, gagasan dan sikap yang berbeda memiliki gaya ini. Namun tidak ada satupun
dengan yang dianutnya, maka pemimpin akan responden penelitian yang mempunyai gaya ini.
berusaha jujur tetapi tegas dan mencari pemecahan
yang tidak memihak. Jika mendapat tekanan, maka Perilaku Kepemimpinan
ia mungkin akan ragu dan mencari jalan untuk
keluar dari ketegangan. Ia akan berusaha untuk Setiap pemimpin, termasuk kepala sekolah,
mempertahankan keadaan untuk tetap menjadi dalam menjalankan fungsi kepemimpinan akan
baik. mempunyai cara masing-masing yang tercermin
Gaya keempat (9.1) adalah gaya kerja (task dari perilakunya. Berbagai kajian mengenai
style), ditandai oleh perhatian tinggi terhadap perilaku kepemimpinan berorientasi hubungan dan
pekerjaan tetapi sangat kurang memperhatikan perilaku kepemimpinan berorientasi tugas telah
manusianya. Sebanyak 8,9% responden bergaya dimulai sejak dekade 1950-an sampai sekarang.
ini. Pemimpin jenis inisangat menghargai keputusan Hasil kajian terhadap perilaku kepemimpinan
yang telah dibuat. Perhatian utama adalah tersebut telah memberikan banyak kontribusi
menyelesaikan pekerjaan secara efisien dan literatur pada teori kepemimpinan. Satu kontribusi
cenderung mempertahankan pendapat, gagasan penting yang telah didapatkan adalah penggunaan
dan sikapnya sekalipun didapat dengan cara konsep orientasi hubungan (manusia) dan orientasi
menekan orang lain. Jika ada konflik, maka ia tugas untuk membedakan berbagai jenis perilaku
cenderung akan menghentikan dan memenangkan kepemimpinan. Kontribusi lainnya menurut Brown
posisinya dengan cara membela diri, bersikeras (2003) adalah penggunaan konsep perilaku
pada pendapatnya,atau dengan berargumentasi. kepemimpinan berorientasi hubungan dan perilaku
Gaya ketiga (9.9) adalah gaya tim (team kepemimpinan berorientasi tugas untuk mengukur
style), ditandai oleh perhatian tinggi terhadap tugas efektifitas individu dan efektifitas organisasional.
dan manusia. Pemimpin gaya tim sangat Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Cartwright
menghargai keputusan yang logis dan kreatif & Zander (dalam Bass, 1990) yaitu perilaku
sebagai hasil dari kesepakatan anggota organisasi. kepemimpinan sebagai hasil performa fungsi tugas
Ia mau mendengarkan dan mencari gagasan, dan fungsi hubungan.
pendapat dan sikap yang berbeda dengan yang Perilaku kepemimpinan yang berorientasi
dianutnya. Ia juga memiliki keyakinan kuat tentang hubungan difokuskan pada kualitas hubungan
hal yang harus dilakukan tetapi tetap memberi dengan pengikut (anggota), sedangkan perilaku
502 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 23, NOMOR 6, SEPTEMBER 2012: 497-503

kepemimpinan berorientasi tugas tertuju pada tugas- inimerupakan pandangan yang berawal dari
tugas yang harus diselesaikan pengikut. Hasilnya pemikiran yang relatif sama denganmodel
menurut penelitian Koh et.al (1995) adalah sebelumnya, yaitu seberapa otokratis dan
kepemimpinan berorientasi hubungan memiliki efek demokratisnya kepemimpinan dari sudut pandang
lebih besar dibandingkan kepemimpinan berorientasi perhatiannya pada orang dan tugas. Dan hasil
tugas dalam memprediksi komitmen organisasional penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar
dan kepuasan kerja karyawan. Selanjutnya diperkuat orientasi tugas dan orientasi manusia dari perilaku
oleh hasil penelitian MacKenzie et.al (2001) yaitu kepemimpinan kepala sekolah termasuk dalam
perilaku kepemimpinan berorientasi hubungan kategori rendah.
berkorelasi positif dengan kinerja.
Pemimpin yang bijaksana lebih memperhati- KESIMPULAN DAN SARAN
kan kondisi bawahan guna pencapaian tujuan
organisasi. Gaya berorientasi hubungan yang Kesimpulan
digunakan akan mendapat sambutan hangat
Kepala SekolahDasar di Kecamatan
karyawan, sehingga proses mempengaruhi
Gadungsari Kabupaten Blitar sebagian besar
bawahan dapat berjalan baik serta di satu sisi timbul
memiliki gaya kepemimpinan country club, dimana
kesadaran diri karyawan untuk bekerja sama dan
pemimpin lebih mementingkan hubungan kerja atau
bekerja produktif. Pada lingkungan sekolah,
kepentingan bawahan, sehingga hasil atau tugas
hubungan antara kepala sekolah dengan guru,
kurang diperhatikan. Serta belum ada satupun
tenaga administrasi, dan siswa yang baik juga
kepala sekolah yang mencapai gaya maksimal yaitu
merupakan bagian dari lingkungan psikologis-
gaya kepemimpinan tim (9,9). Hasil penelitian juga
sosial-kultural sekolah yang kondusif bagi
menunjukkan bahwa sebagian besar orientasi
pengembangan karakter positif siswa.
tugas dan orientasi manusia dari perilaku
Hubungan yang baik antara kepala sekolah
kepemimpinan kepala sekolah termasuk dalam
dengan mereka tampak dari keramahan sikap kepala
kategori rendah, sehingga perlu ditingkatkan untuk
sekolah ketika berinteraksi dan kesantunan bahasa
mencapai kategori tinggi.
yang digunakan kepala sekolah ketika
berkomunikasi dengan mereka. Misalnya kepala
sekolah menyapa warga sekolah dengan bahasa Saran
yang santun, serta sikap perilaku kepala sekolah yang Kepala sekolah disarankan agar senantiasa
sopan ketika berinteraksi dengan warga sekolah. berusaha meningkatkan gaya kepemimpinannya
Kepala sekolah memperlakukan warga sekolah menuju gaya manajemen tim (9,9). Sebab Blake &
secaraadil dan menempatkan mereka semua penting Mouton menyatakan gaya ini memaksimalkan
sesuai dengan tugas dan fungsi mereka. Perlakuan perhatian pada kedua hal yaitu produksi (tugas) dan
seperti ini akan menimbulkan adanya rasa hormat orang (manusia), serta merupakan gaya yang lebih
dan segan yang bisa berdampak pada guru-staf- disukai bawahan. Hal ini dimaksudkan supaya para
siswa menjadi rela melaksanakan segala program warga sekolah (guru, staf, dan siswa) bersedia
sekolah dengan senang hati. Pada situasi seperti melaksanakan program sekolah dengan senang hati
itu, mereka cenderung akan memiliki komitmen dan mempunyai komitmen tinggi dalam melaksanakan
tinggi dalam melaksanakan tugas dan tanggung tugas dan tanggung jawab mereka di sekolah. Usaha
jawab mereka di sekolah. kepala sekolah menuju gaya kepemimpinan tim ialah
Berdasakan uraian di atas, maka pada dengan mengembangkan kerja tim melalui: partisipasi
dasarnya model kepemimpinan manajerial grid pembuatan keputusan dalam menghadapi konflik,
relatif lebih rinci dalam menggambarkan komunikasi dua arah yang terbuka, serta pelibatan
kecenderungan kepemimpinan. Namun demikian, partisipan (guru-staf-siswa) dalam perencanaan dan
tidak dapat dipungkiri bahwasanya model pelaksanaan kegiatan atau program kerja sekolah.

DAFTAR RUJUKAN

Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian: Suatu Ary, D., Jacobs, L. C., & Razavieh, A. Tanpa tahun.
Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Pengantar Penelitian dalam Pendidikan.
Cipta. Terjemahan oleh Arief Furchan. 1982.
Surabaya: Usaha Nasional.
Zulkarnain, Gaya Kepemimpinan Managerial Grid Kepala Sekolah Dasar 503

Bass, B. 1990. Bass & Stogdill’s Hand Book of MacKenzie, Scott B., Phillip M. Podsakoff
Leadership (3 rd ed.). New York: Free &Gregory A. 2001. Transformational and
Press. Transactional Leadership and Sales Person
Brown, B. 2003. Employees’ Organizational Performance. Journal of the Academy of
Commitment and Their Perception of Marketing Science, 29 (2): 115-134.
Supervisors’ Relation-Oriented and Task- Nawawi, H. 1988. Administrasi Pendidikan.
Oriented Leadership Behaviors. Jakarta: CV Haji Mas Agung.
w w w. e m e r a l d i n s i g h t . c o m / 0 9 5 3 - Preedy, M. (Ed.). 1993. Managing the
4814.htm. EffectiveSchool. London: PCP Ltd.
Burhanuddin. 1994. Analisis Administrasi Purwanto, N. 1990. Administasi dan Supervisi
Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosda
Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Karya.
Handoko, T. H. 1999. Manajemen: Edisi 2. Soetopo, H. 2010. Kepemimpinan Pendidikan.
Yogyakarta: BPFE Malang: FIP UM.
Koh, W.L., Steers, R.M., & Terborg, J.R. 1995. Sudjarwo. 2011. Dinamika Kelompok. Bandung:
The Effects of Transformational Leadership CV Mandar Maju.
on Teacher Attitude and Students Thoha, M. 2006. Kepemimpinan dalam
Performance in Singapore. Journal of Manajemen. Jakarta: RajaGrafindo
Organizational Behavior. Persada.
MANAJEMEN KURIKULUM BERBASIS INFORMATIKA
DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

Gunawan Widi Prastyo

e-mail: gunawan_wp@yahoo.co.id
Universitas Negeri Malang, Jl. Semarang 5 Malang 65145

Abstract: the purposeof this study describe: (1) planning; (2) implementation; (3) evaluation; (4)
obstacles and solution; and (5) curriculum development that based on informatics at SMK Sandhy
Putra. This research was qualitative study that used case study design. Data collection techniques
used are observation, interview and documentation. The result of data collection and data analysis
were: (1) the curriculum planning was done in accordance with the needs of the current and the future
of school, (2) the implementation of learning media that used in learning have to be based on IT, (3)
The evaluation of the curriculum that based on informatics was curriculum implementation, (4) there
were not major obstacles in curriculum management that based on informatics, (5) the development
was through apprenticeship such asprakerin, PKL, and etc.

Keywords: management, curiculum, information.

Abstrak: tujuan penelitian ini mendeskripsikan; (1) perencanaan; (2) pelaksanaan; (3) evaluasi; (4)
hambatan dan solusi; dan (5) pengembangan kurikulum berbasis informatika di SMK Sandhy Putra.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan rancangan studi kasus. Teknik pengumpulan
data yang digunakan ialah observasi, wawancara dan dokumentasi. Berdasarkan proses pengumpulan
dan analisis data didapatkan hasil, yaitu: (1) perencanaan kurikulum sekolah dilakukan sesuai dengan
kebutuhan sekolah sekarang dan akan datang, (2) pelaksanaannya media pembelajaran yang digunakan
dalam pembelajaran ialah harus berbasis IT, (3) evaluasi dalam kurikulum berbasis informatika ialah
implementasi kurikulum, (4) tidak ada hambatan-hambatan yang besar dalam manajemen kurikulum
berbasis informatika, dan (5) pengembangannya ialah melalui kegiatan magang misalnya prakerin,
PKL, dan sebagainya.

Kata kunci: manajemen, kurikulum, informatika

Pendidikan merupakan hal yang paling utama untuk dapat disimpulkan pendidikan bisa menghasilkan
dapat menghasilkan output yang berkompeten, generasi muda yang mampu memajukan bangsa
berperilaku, dan berperan aktif untuk membangun ini dari keterpurukan, untuk mencapai kualitas
dan memajukan bangsa, baik dari sektor saran terbaik maka komponen-komponen
perekonomian, politik, teknologi, budaya, dan sosial, pendidikan harus ditata dan dikelola dengan baik.
sebab pendidikan merupakan usaha pengembang- Komponen-komponen utama proses pendidikan
an manusia menjadi insan yang lebih baik. Hal ini yaitu: kurikulum, tenaga pendidik, tenaga
sejalan dengan tujuan pendidikan nasional seperti kependidikan, peserta didik, anggaran pendidikan,
tersurat dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun dan sarana prasarana.
2003, Pasal 1 tentang Sistem Pendidikan Nasional Salah satu komponen penting dari sistem
yang berbunyi: “Pendidikan nasional bertujuan pendidikan tersebut adalah kurikulum, karena
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar kurikulum merupakan komponen pendidikan yang
menjadi manusia yang beriman, bertaqwa kepada dijadikan acuan oleh setiap satuan pendidikan, baik
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, oleh pengelola maupun penyelenggara, khususnya
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga guru dan kepala sekolah. Oleh karena itu, sejak
negara yang demokratis”. Indonesia memiliki kebebasan untuk menyeleng-
Dilihat dari tujuan pendidikan nasional dan garakan pendidikan bagi anak-anak bangsanya,
arti pendidikan seperti yang telah disebutkan, maka sejak saat itu pula pemerintah menyusun kurikulum.
504

Anda mungkin juga menyukai