Anda di halaman 1dari 28

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu berfungsi sebagai bahan referensi membandingkan

penelitian yang sekarang dengan penelitian yang sebelumnya. Untuk menghindari

duplikasi, penulis melakukan penelusuran terhadap penelitian terdahulu. Dari hasil

penelitian terdahulu, diperoleh beberapa masalah yang berkaitan dengan masalah

yang akan diteliti yaitu :

Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Ridha, tentang “Pengaruh

Kompetensi Kepribadian Guru PAI Terhadap Pembentukan Karakter Peserta didikDi

SDIT Rabbani Kota Bengkulu”1

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan bahwa kompetensi kepribadian

guru PAI mempunyai pengaruh terhadapa pembentukan karakter peserta didikSDIT

Rabbani Kota Benkulu. Hasil tersebut dilihat melalui persamaan regresi linier

sederhana Y = 47,88 + 0,32X, yang mana kontribusi/sumbangan kompetensi

kepribadian guru PAI peserta didikterhadap naik turunya pembentukan karakter

peserta didikadalah sebesar 10,5%, sedangkan sisahnya (89,5%) dipengaruhi oleh

variabel lain. Maka hipotesis yang diterima dalam penelitian ini adalah hipotesis

alternatif (Ha: ρ ≠ 0). Meskipun penelitian di atas meneliti mengenai kompetensi

kepribadian guru tetapi terdapat beberapa perbedaan dengan penelitian yang


1
Ridha. Pengaruh Kompetensi Kepribadian Guru PAI Terhadap Pembentukan Karakter
Peserta didikDi SDIT Rabbani di Kota Bengkulu. (Skripsi), (Bengkulu: Institut Agama Islam
Bengkulu, 2018). 96. http://repository.iainbengkulu.ac.id/3135/SKRIPSI%20RIDHA.pdf (di akses
pada tanggal 9 September 2021)

12
13

dilakukan penulis, sebagai berikut: penelitian sebelumnya meneliti mengenai

pengaruh kompetensi kepribadian guru sedangkan penulis meneliti mengenai

pembinaan kompetensi kepribadian guru. Dan tempat penilitian madrasah yang

berbeda yaitu Madrasah Dasar (SD), sedangkan penulis memilih Madrasah

Menengah Atas (SMA). Dan pendekatan penelitian yang digunakan peneliti

sebelumnya yaitu kuantitatif, sedangakan penulis memilih pendekatan kualitatif.

Namun penelitian di atas juga memiliki persamaan yakni sama-sama membahas

tentang kompetensi kepribadian guru.

Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Nur Afifah, S.Pd.I., tentang “Upaya

Kepala Madrasah Dalam Meningkatkan Kompetensi Kepribadian Dan Profesional

Guru Din MIN Yogyakarta 1”2

Dari hasil penelitan yang dilakukan oleh peneliti terdahulu tentang

kompetensi kepribadian guru di MIN Yogyakarta1. Berjiwa pendidikan sesuai

dengan norma yang berlaku, para guru telah mempunyai kompetensi kepribadian

yaitu : sifat jujur, saling menghormati, kasih sayang, dan menjadi teladan bagi peserta

didik serta keluarga dirumah. Berahlak mulia, jujur, dan menjadikan teladan yang

baik dengan memberikan contoh dalam bentuk ucapan dan tindakan dihadapan

peserta didik. Dewasa, stabil, dan berwibawah, ditunjukkan seorang guru dihadapan

peserta didik dalam kegiatan pembelajaran maupun di luar pembelajaran secara stabil.

Memiliki etos kerja, tanggung jawab dan percaya diri, dibuktikan dengan semangat
2
Nur Afifah. Upaya Kepala Madrasah Dalam Meningkatkan Kompetensi Kepribadian Dan
Profesional Guru Din MIN Yogyakarta 1. (Tesis), (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2016), 135 –
136. http://digilib.uin-suka.ac.id/22704/1/1420421005_BAB_I_IV-atau -V_DATAR-PUSTAKA.Pdf.
(diakses pada tanggal 9 September 2021).
14

para guru untuk mendidik peserta didik, para guru datang ke madrasah dan pulang

dari madrasah sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan Kementerian Agama atau

Dinas Pendidikan yang terkait. Penelitian di atas meneliti mengenai peningkatkan

kompetensi kepribadian guru, terdapat beberapa perbedaan dalam penelitian ini

yakni: subjek yang akan diteliti masalah upaya kepala madrasah dalam meningkatkan

kompetensi kepribadian dan profesional guru, sedangkan penulis mengenai peran

kepemimpinan kepala madrasah dalam pembinaan kompetensi kepribadian guru.

Namun penelitian di atas juga memiliki persamaan yakni metode penelitian yang

digunakan khususnya teknik pengumpulan data yaitu observasi, wawancara, dan

dokumentasi.

Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Moh. Subhan Zubaidi, tentang “Peran

Kepala Madrasah dalam Meningkatakan Kompetensi Guru Di madrasah Dasar Islam

Wahid Hasyim Malang”3

Dari hasil penelitan yang dilakukan, guru di SDI Wahid Hasyim Malang

sudah bisa dikatakan memenuhi kompetensi, karena sudah memiliki potensi

pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Guru di SDI Wahid Hasyim Malang

dari segi akademik, latar belakang pendidikan, performens, intelegasi (pengetahuan)

sudah memenuhi syarat, serta kreatif dan inovatif dalam proses pembelajaran dan

rata-rat telah tersertifikasi semua. Secara umum kompetensi guru di SDI Wahid

Hasyim Malang sudah cukup baik. Dapat dilihat dari segi pedagogik, kepribadian,
3
Moh. Subhan Zubaidi. Peran Kepala Madrasah dalam Meningkatakan Kompetensi Guru Di
madrasah Dasar Islam Wahid Hasyim Malang. (Skripsi), (Malang: UIN Maulana Malik Ibrahim
Malang, 2014). 100 – 101. http://etheses.uin-malang.ac.id/7404/1/09140075.pdf (diakses pada tanggal
10 September 2021).
15

sosial, serta profesionalismenya di SDI Wahid Hasyim Malang para guru sudah

memenuhi standar S1 dan mereka juga mampu melaksanakan tugas-tugas sesuai yang

diberikan oleh kurikulum. Peran yang dilakukan kepala madrasah yakni cenderung

mulai disiplin lagi dan lebih baik lagi dari tahun sebelumnya. Dimana kepala

madrasah mengutamakan musyawara mufakat serta membina dan memberi contoh

yang baik. Penelitian di atas memiliki perbedaan penelitian yaitu, Objek penelitian,

lokasi penelitian dan waktu penelitian dan memiliki kesamaan pendekatan yang

digunakan peneliti sebelumnya dan penulis yaitu kuantitatif.

B. Peran Kepala Madrasah

a. Pengertian Kepala Madarasah

Kepala madrasah dapat didefinisikan sebagai seorang tenaga fungsional guru

yang diberi tugas untuk memimpin suatu madrasah dimana diselenggarakan proses

belajar mengajar.4 Pemimpin yang dalam bahasa Inggris disebut leader dari akar kata

to lead yang terkandung arti yang saling erat berhubungan: bergerak lebih awal,

berjalan di depan, mengambil langkah pertama, berbuat paling dulu, memelopori,

mengarahkan pikiran-pendapattindakan orang lain, membimbing, menuntun,

menggerakkan orang lain melalui pengaruhnya.

Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi atau memberi contoh oleh

pemimpin kepada bawahannya dalam upaya mencapai tujuan organisasi.

4
Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, Tinjauan Teoritik dan
Permasalahannya, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 1999), 81.
16

Kepemimpinan adalah proses untuk mempengaruhi orang lain agar dapat bekerja

sesuai dengan perintah pemimpinnya.

Berikut beberapa pengertian kepemimpinan menurut beberapa tokoh yaitu:

George R. Tery mengatakan bahwa

“Kepemimpinan adalah aktifitas mempengaruhi orang-orang untuk berusaha


mencapai tujuan kelompok secara sukarela” 5 Sedangkan menurut E Mulyasa
“Kepemimpinan adalah kekuatan dinamis penting yang memotivasi dan
mengkoordinasikan organisasi dalam rangka mencapai tujuan“6.

Kemudian adapula pengertian dari beberapa ahli lainnya yaitu Muwahid

Shulhan dan Soim mengatakan bahwa :

“Kepemimpinan adalah usaha yang dilakukan untuk mempengaruhi anggota


kelompoknya agar mereka dengan suka rela menyumbangkan kemampuannya
secara maksimal demi pencapaian tujuan kelompok yang yang telah
ditetapkan.”7

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan upaya atau kemampuan yang

dimiliki seseorang dalam mempengaruhi, membimbing, menggerakan, dan

mengarahkan orang lain agar dapat bekerja sesuai perintah pemimpinnya, yang

dimana tujuannya yaitu untuk mencapai suatu target yang telah ditetapkan bersama

dalam organisasi atau lembaga tertentu.

Pemimpin adalah mereka yang menggunakan wewenang formal untuk

mengorganisasikan, mengarahkan, mengontrol para bawahan yang bertanggung

jawab, supaya semua bagian pekerjaan dikoordinasi demi mencapai tujuan yang ingin

dicapai. Pemimpin pertama-tama harus seorang yang mampu menumbuhkan dan

5
Geoge R. Terry, Lesli W Rue, Dasar – Dasar Manajemen (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), 192.
6
E Mulyasa, menjadi kepala madrasah Profesional (Bandung; PR Remaja Rosdakarya, 2009),
75.
7
Muwahid Shulhan, Soim, Manajemen Pendidikan Islam, ( Yogyakarta: Teras, 2013 ), 119.
17

mengembangkan segala yang terbaik dalam diri para bawahannya. Secara sederhana

pemimpin yang baik adalah seorang yang membantu mengembangkan orang lain,

sehingga akhirnya mereka tidak lagi memerlukan pemimpinnya itu.

Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa kepala madrasah merupakan seseorang

yang diberi tugas oleh bawahannya untuk memimpin suatu madrasah dimana di

dalam madrasah diselenggarakan proses belajar mengajar. Di dalam menjalankan

tugasnya kepala madrasah bertanggung jawab terhadap kualitas sumber daya manusia

yang ada. Hal ini bertujuan agar mereka mampu menjalankan tugas-tugas yang telah

diberikan kepada mereka. Selain itu seorang kepala madrasah juga bertanggung

jawab tercapainya pendidikan. Ini dilakukan dengan menggerakkan bawahan ke arah

tercapainya tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.

b. Peran Kepala Madrasah

Kepemimpinan dalam pendidikan merupakan tanggung jawab dari para

pemimpin pendidikan, seperti kepala madrasah. Kepala madrasah merupakan salah

satu komponen pendidikan yang berperan meningkatkan kualitas pendidikan.

Sebagaimana diungkapkan Ngalim Purwanto yaitu :

“dapat dilaksanakan atau tidaknya program pendidikan dan tercapai atau


tidaknya tujuan pendidikan itu, sangat bergantung pada kecakapan dan
kebijaksanaan kepala madrasah sebagai pemimpin pendidikan”8

Dari ungkapan di atas menjelaskan bahwa peran kepala madrasah dalam

memajukan suatu lembaga pendidikan sangatlah besar. Karena maju atau

berkembangnya sebuah lembaga pendidikan dapat terlihat dari pemimpinnya, jika


8
M. Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2006), 50.
18

pemimpin di suatu madrasah atau lembaga pendidikan tersebut memiliki integritas

dan tanggung jawab yang baik maka hal ini dapat mempengaruhi maju atau

berkembang dan tidaknya suatu lembaga pendidikan atau madrasah tersebut.

Setiap suatu pendidikan memiliki suatu pemimpin, salah satu contohnya ialah

pemimpin di madrasah atau yang biasa kita sebut denga kepala madrasah. Secara

sederhana kepala madrasah dapat didefenisikan sebagai seorang tenaga fungsional

guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu madrasah dimana diselenggarakan

proses belajar mengajar atau tempat dimana terjadi interaksi antara guru yang

memberi pelajara dan peserta didik yang menerima pelajaran. 9 Kepemimpinan kepala

madrasah adalah kemampuan seseorang pemimpin untuk mempengaruhi

pengikutnya/bawahannya dalam upaya mencapai tujuan organisasi.

Dengan demikian seorang pemimpin yang profesional, kepala madrasah

dituntut untuk selalu mengadakan perubahan. Mereka harus memiliki semangat yang

berkesinambungan untuk mencari terobosan-terobosan baru demi menghasilkan suatu

perubahan yang bersifat pengembangan dan penyempurnaan, dari kondisi yang

memprihatinkan menjadi kondisi yang lebih dinamis, baik dari segi fisik maupun

akademik, seperti perubahan semangat keilmuan, atmosfer belajar, dan peningkatan

strategi pembelajaran.

Menurut Mulyasa dalam bukunya, kriteria kepemimpinan kepala madrasah

yang efektif adalah sebagai berikut:

9
Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Madrasah, Tinjauan Teoritik dan permasalahannya
(Cet.IV; Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,1999), 60.
19

a. Mampu memberdayakan guru-guru untuk melaksanakan proses


pembelajaran dengan baik, lancar dan produktif.
b. Dapat menjalankan tugas dan pekerjaan sesuai dengan waktu yang telah
ditetapkan.
c. Mampu menjalin hubungan yang harmonis dengan masyarakat, sehingga
dapat melibatkan mereka secara aktif dalam rangka mewujudkan tujuan
madrasah.
d. Berhasil menerapkan prinsip kepemimpinan yang sesuai dengan tingkat
kedewasaan guru dan pegawai lain di madrasah.
e. Mampu bekerja dengan tim manajemen madrasah.
f. Berhasil mewujudkan tujuan madrasah secara produktif sesuai dengan
ketentuan yang telah ditentuan.10

Kepala madrasah pada dasarnya bertugas mendinamisasi proses pengelolaan

pendidikan secara administratif maupun edukatif. Pengelolaan yang bersifat

administratif dilakukan oleh kepala madrasah terdiri atas kegiatan yng bertujuan

mengarahkan semua orang yang terlibat di madrasah dan mengerjakan hal tepat

sesuai dengan tujuan madrasah yang akan dicapai. Sedangkan pengelolaan edukatif

merupakan kegiatan mengarahkan dan membina setiap guru agar melaksanakan tugas

pengajaran secara tepat dan benar serta memiliki semangat dan motivasi yang tinggi

untuk kinerja yang baik dan unggul.

Kepala madrasah sebagai pemimpin pendidikan dituntut untuk melaksanakan

tugas dan tanggung jawabnya yang berkaitan dengan kepemimpinan pendidikan

dengan sebaik mungkin, termasuk di dalamnya sebagai pemimpin pengajar.11

Harapan yang segera muncul dari para guru, siswa, staf administrasi, pemerintah dan

masyarakat adalah agar kepala madrasah dapat melaksanakan tugasnya dengan

seefektif mungkin untuk mewujudkan visi, misi dan tujuan yang diemban dalam

10
Ibid, 29.
11
Sulistyorini, Manajemen Pendidikan Islam, (Surabaya: Elkaf, 2006), 133.
20

mengoptimalkan madrasah, selain itu juga memberikan perhatian kepada

pengembangan individu dan organisasi.

Peran seorang pemimpin, akan sangat menentukan kemana dan akan menjadi

apa organisasi yang dipimpinnya. Sehingga dengan kehadiran seorang pemimpin

akan membuat organisasi menjadi satu kesatuan yang memiliki kekuatan untuk

berkembang dan tumbuh menjadi lebih besar. Begitu juga dengan kepala madrasah

sebagai pemimpin lembaga pendidikan formal mempunyai peranan yang sangat

penting dalam pemberdayaan tenaga kependidikan berikut beberapa peran kepala

madrasah/madrasah yaitu :

1. Kepala madrasah sebagai educator (pendidik)

Dalam melaksanakan fungsinya sebagai educator, kepala madrasah harus

memiliki strategi yang tepat untuk meningkatkan profesionalisme tenaga

kependidikan di madrasahnya. Menciptakan iklim yang kondusif,

memberikan dorongan kepada warga madrasah, memberikan dorongan

kepada seluruh tenaga kependidikan, serta melaksanakan model

pembelajaran yang menarik.12 Dalam peranan sebagai pendidik, kepala

madrasah harus berusaha menanamkan, memajukan, dan meningkatkan

sedikitnya empat macam nilai yaitu pembinaan mental, moral, fisik, dan

artistik bagi para guru dan staf di lingkungan kepemimpinannya.13

12
Ibid., 99-100
13
E. Mulyasa, Menjadi Kepala Madrasah Profesional, dalam Konteks Menyukseskan MBS
dan KBK, (Bandung: Remaja Rosdakarya,2005), 98
21

1. Pembinaan mental yaitu membina para tenaga kependidikan tentang

hal-hal yang berkaitan dengan sikap batin dan watak. Dalam hal ini

kepala madrasah harus mampu menciptakan iklim kondusif agar setiap

tenaga kependidikan dapat melaksanakan tugas secara professional.

2. Pembinaan moral yaitu membina para tenaga kependidikan tentang

hal-hal yang berkaitan dengan ajaran baik buruk mengenai suatu

perbuatan, sikap, dan kewajiban sesuai dengan tugas masing-masing

tenaga kependidikan. Kepala madrasah harus berusaha memberi

nasehat kepada seluruh warga madrasah.

3. Pembinaan fisik yaitu membina para tenaga kependidikan tentang

halhal yang berkaitan dengan kondisi jasmani atau badan, kesehatan,

dan penampilan mereka secara lahiriah. Kepala madrasah profesional

harus mampu memberikan dorongan agar para tenaga kependidikan

terlibat secara aktif dan kreatif dalam berbagai kegiatan olahraga, baik

yang diprogramkan di madrasah maupun yang diselenggarakan oleh

masyarakat sekitar.

4. Pembinaan artistik yaitu membina tenaga kependidikan tentang hal-hal

yang berkaitan dengan kepekaan manusia terhadap seni keindahan. Hal

ini biasanya dilakukan setiap akhir tahun ajaran.

2. Kepala madrasah sebagai manajer

Manajemen pada hakikatnya merupakan suatu proses merencana,

mengorganisasikan, memimpin dan mengendalikan upaya organisasi


22

dengan segala aspeknya agar tujuan organisasi tercapai secara efektif dan

efisien.14 Kepala madrasah sebagai manajer mempunyai peran yang

menentukan dalam pengelolaan manajemen madrasah, berhasil tidaknya

tujuan madrasah dapat dipengaruhi bagaimana kepala madrasah

menjalankan fungsi-fungsi manajemen. Fungsi-fungsi manajemen tersebut

adalah planning (perencanaan), organizing (pengorganisasian), actuating

(penggerakan), dan controlling (pengontrol).

Peranan kepala madrasah sebagai manajer sangat memerlukan ketiga macam

keterampilan yaitu sebagai berikut:

1. Technical Skills, Kemampuan menguasai pengetahuan tentang metode proses

prosedur dan teknik untuk melaksanakan kegiatan khusus. Kemampuan untuk

memanfaatkan serta mendayagunakan sarana peralatan yang diperlukan dalam

mendukung kegiatan yang bersifat khusus tersebut.

2. Human Skills, Kemampuan untuk memahami perilaku manusia dan proses kerja

sama. Kemampuan untuk memahami isi hati sikap dan motif orang lain, mengapa

mereka berkata dan berperilaku. Kemampuan untuk berkomunikasi secara jelas

dan efektif. Kemampuan untuk menciptakan kerjasama yang efektif, kooperatif,

praktis dan diplomatis.

3. Conceptual Skill, Kemampuan analisis. Kemampuan berpikir rasional. Ahli dan

cakap dalam berbagai macam konsepsi.

14
Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000), 1.
23

Peran kepala madrasah, yang menjalankan peran dan fungsinya sebagai

manajer, sebagaimana yang diungkapkan oleh Wahjosumidjo yaitu: (a) peranan

hubungan antar perseorangan, (b) peranan informasional, dan (c) sebagai pengambil

keputusan. Dari tiga peranan kepala madrasah sebagai manajer tersebut, dapat

diuraikan sebagai sebagai berikut:

a. Peranan Hubungan antar Perseorangan (Interpersonal roles)

1. Figurehead, berarti lambang. Kepala madrasah dianggap lambang

madrasah. Oleh karena itu seorang kepala madrasah harus selalu dapat

memelihara integritas diri agar peranannya sebagai lambang madrasah

tidak menodai nama baik madrasah.

2. Kepemimpinan (leadership). Kepala madrasah adalah pemimpin yang

mencerminkan tanggung jawab untuk menggerakkan seluruh sumber

daya yang ada di madrasah, sehingga dapat melahirkan etos kerja dan

produktivitas yang tinggi untuk mencapai tujuan.

3. Penghubung (liasion). Kepala madrasah menjadi penghubung antara

kepentingan madrasah dengan kepentingan lingkungan di luar

madrasah. Sedangkan secara internal fungsi penghubung kepala

madrasah menjadi alat perantara antara guru, staf madrasah lainnya, dan

siswa, untuk memperoleh informasi dari berbagai pihak demi

tercapainya keberhasilan pendidikan.

b. Peranan Informasional (Informational roles)


24

1. Sebagai Sebagai monitor. Kepala madrasah selalu mengadakan

pengamatan terhadap lingkungan, karena kemungkinan adanya

informasi-informasi yang berpengaruh terhadap madrasah.

2. Sebagai disseminator. Kepala madrasah bertanggungjawab untuk

menyebarluaskan dan membagi-bagi informasi kepada para guru, staf

madrasah, dan orang tua murid.

3. Spokesman. Kepala madrasah menyebarkan informasi kepada

lingkungan di luar yang dianggap perlu.

c. Sebagai Pengambil Keputusan (Desicional roles)

1. Entrepreneur. Kepala madrasah selalu berusaha memperbaiki

penampilan madrasah melalui berbagai macam pemikiran

programprogram yang baru serta malakukan survei untuk mempelajari

berbagai persoalan yang timbul di lingkungan madrasah.

2. Orang yang memperhatikan gangguan (Disturbance handler). Kepala

madrasah harus mampu mengantisipasi gangguan yang timbul dengan

memperhatikan situasi dan ketepatan keputusan yang diambil.

3. Orang yang menyediakan segala sumber (A resource allocater). Kepala

madrasah bertanggungjawab untuk menentukan dan meneliti siapa yang

akan memperoleh atau menerima sumber-sumber yang disediakan dan

dibagikan. Sumber-sumber yang dimaksud meliputi; sumber daya

manusia, dana, peralatan, dan berbagai sumber kekayaan madrasah yang

lain.
25

4. A negotiator roles. Kepala madrasah harus mampu untuk mengadakan

pembicaraan dan musyawarah dengan pihak luar untuk menjalin dan

memenuhi kebutuhan.15

3. Kepala madrasah sebagai administrator

Peranan kepala madrasah sebagai administrator pendidikan pada

hakekatnya, kepala madrasah mempunyai pengetahuan yang cukup

tentang kebutuhan nyata masyarakat serta kesediaan dan ketrampilan

untuk mempelajari secara kontinyu perubahan yang sedang terjadi di

masyarakat sehingga madrasah melalui program-program pendidikan yang

disajikan senantiasa dapat menyesuaikan diri dengan kebutuhan baru dan

kondisi baru.16 Kepala madrasah sebagai administrator memiliki hubungan

yang sangat erat dengan berbagai aktifitas pengelolaan administrasi yang

bersifat pencatatan, penyusunan, pendokumenan seluruh program

madrasah secara spesifik, kepala madrasah harus memiliki kemampuan

untuk mengelola kurikulum, mengelola administrasi peserta didik,

mengelola administrasi sarana prasarana, mengelola administrasi

personalia, mengelola administrasi keuangan dan mengelola administrasi

kearsipan. Kegiatan tersebut perlu dilakukan secara efektif dan efisien

agar dapat menunjang produktifitas madrasah.

15
Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Madrasah (Tinjauan Teoritik Dan
Permasalahannya), 97-99
16
Akhmad Sanusi, dkk, Produktivitas Pendidikan Nasional, (Bandung: IKIP Bandung,
1986), 17.
26

4. Kepala madrasah sebagai supervisor

Supervisi pendidikan merupakan bantuan yang sengaja diberikan

supervisor kepada guru untuk memperbaiki dan mengembangkan situasi

belajar mengajar termasuk menstimulir, mengkoordinasi dan membimbing

secara berlanjutan pertumbuhan guru-guru secara lebih efektif dalam

tercapainya tujuan pendidikan. Salah satu tugas kepala madrasah sebagai

supervisor adalah mensupervisi pekerjaan yang dilakukan oleh tenaga

kependidikan.17 Kepala madrasah sebagai supervisor harus diwujudkan

dengan kemampuan menyusun, dan melaksanakan program supervisi

pendidikan, serta manfaatkan hasilnya. Kemampuan menyusun program

supervisi pendidikan harus diwujudkan dalam penyusunan program

supervisi kelas, pengembangan program supervisi untuk kegiatan

ekstrakulikuler, pengembangan program supervisi perpustakaan,

laboratorium dan ujian.

5. Kepala madrasah sebagai leader

Kemampuan yang harus diwujudkan kepala madrasah sebagai leader

dapat dianalisis dari kepribadian, pengetahuan terhadap tenaga

kependidikan, visi dan misi madrasah, kemampuan mengambil keputusan,

17
Saiful Sagala, Manajemen Strategi Dan Peningkatan Mutu Pendidikan, (Bandung: Alfabeta,
2009), 117.
27

dan kemampuan berkomunikasi.18 Kepala madrasah sebagai leader tidak

hanya sebatas sebagai performa dan image saja, tetapi bagaimana sikap

seorang kepala madrasah dapat memberikan teladan bagi semua

komponen yang ada dimadrasah sehingga dapat memberikan wibawa

dalam menjalankan tugasnya.

6. Kepala madrasah sebagai inovator

Dalam rangka melakukan peran dan fungsinya sebagai inovator, kepala

madrasah harus memiliki strategi yang tepat untuk menjalani hubungan

yang harmonis dengan lingkungan, mencari gagasan baru,

mengintregasikan setiap kegiatan, memberikan teladan kepada seluruh

tenaga kependidikan di madrasah, dan mengembangkan model-model

pembelajaran inofatif.19 Kepala madrasah sebagai innovator harus mampu

mencari, menemukan, dan melaksanakan berbagai pembaharuan di

madrasah. Gagasan baru tersebut misalnya moving class. Moving class

adalah mengubah strategi pembelajaran dari pola kelas tetap menjadi kelas

bidang studi, sehingga setiap bidang studi memiliki kelas tersendiri, yang

dilengkapi dengan alat peraga dan alat-alat lainnya.

7. Kepala madrasah sebagai motivator

Sebagai motivator, kepala madrasah harus memiliki strategi yang tepat

untuk memberikan motivasi kepada para tenaga kependidikan dalam

18
Ibid, 117
19
Saiful Sagala, Manajemen Strategi Dan Peningkatan Mutu Pendidikan, 89.
28

melakukan berbagai tugas dan fungsinya.Motivasi ini dapat ditumbuhkan

melalui pengaturan lingkungan fisik, pengaturan suasana kerja, disiplin,

dorongan, penghargaan secara efektif, dan penyediaan pusat sumber

belajar melalui pengembangan pusat sumber belajar.20 Kepala madrasah

sebagai motivator berarti bagaimana ia memiliki kemampuan mengatur

lingkungan madrasah, sehingga tercipta suasana kondusif bagi

pelaksanaan proses pembelajaran.

Pertama, pengaturan lingkungan fisik. Lingkungan yang

kondusif akan menumbuhkan motivasi tenaga kependidikan dalam

melaksanakan tugasnya. Oleh karena itu kepala sekolah harus mampu

membangkitkan motivasi tenaga kependidikan agar dapat melaksanakan

tugasnya secara optimal. Pengaturan lingkungan fisik tersebut antara lain

mencakup ruang kerja yang kondusif, ruang belajar, ruang perpustakaan,

ruang laboratorium, bengkel, serta mengatur lingkungan sekolah yang

nyaman dan menyenangkan.

Kedua, pengaturan suasana kerja. Suasana kerja yang tenang dan

menyenangkan juga akan membangkitkan kinerja para tenaga

kependikan. Untuk itu, kepala sekolah harus mampu menciptakan

hubungan kerja yang harmonis dengan para tenaga kependidikan, serta

menciptakan lingkungan sekolah yang aman dan menyenangkan.

20
E. Mulyasa, Menjadi Kepala Madrasah Profesional, 120
29

Ketiga, disiplin. Disiplin dimaksudkan bahwa dalam

meningkatkan profesionalisme tenaga kependidikan di sekolah, kepala

sekolah harus berusaha menanamkan disiplin kepada semua bawahannya.

Melalui disiplin ini diharapkan dapat tercapai tujuan secara efektif dan

efesien, serta dapat meningkatkan produktifitas sekolah.

Keempat, dorongan. Keberhasilan suatu organisasi atau lembaga

dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor dari dalam maupun dari

lingkungan. Dari berbagai faktor tersebut, motivasi merupakan suatu

faktor yang cukup dominan dan dapat menggerakkan faktor-faktor lain

kearah efektifitas kerja, bahkan motivasi sering disamakan dengan mesin

dan kemudi mobil, yang berfungsi sebagai penggerak dan pengarah.

Kelima, penghargaan. Penghargaan (reward) ini sangat penting

untuk meningkatkan profesionalisme tenaga kependidikan. Melalui

penghargaan ini para tenaga kependidikan dapat dirangsang untuk

meningkatkan profesionalisme kerjanya secara positif dan produktif.

Pemberian penghargaan dapat dikaitkan dengan prestasi tenaga

kependidikan secara terbuka, sehingga mereka memiliki peluang untuk

meraihnya.21

C. Kompetensi Kepribadian Guru

a. Pengertian Kompetensi

21
Ibid., 120-121
30

Kompetensi berarti (kewenangan) kekuasaan untuk menentukan atau

memutuskan sesuatu hal. Pengertian dasar kompetensi yakni kemampuan atau

kecakapan.22 Dalam kamus ilmiah populer diartikan sebagai kecakapan, kewenangan,

kekuasaan, kemampuan. Jadi kompetensi merupakan sesuatu kemampuan,

kewenangan, kekuasaan, dan kecakapan yang dimiliki oleh seseorang dalam

melaksanakan suatu kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya untuk menentukan

suatu tujuan.

Menurut Echols dan Shadily “Kata kompetensi berasal dari bahasa Inggris

“competency” sebagai kata benda “competence” yang berarti kecakapan, kompetensi,

dan kewenangan”23 Menurut Mc Achsan dalam Mulyasa

“Kompetensi bahwasanya memiliki arti sebagai pengetahuan, keterampilan


dan kemampuan yang dikuasai seseorang telah menjadi bagian dari dirinya
sehingga dia dapat melakukan perilaku-perilaku kognitif, afektif, dan
psikomotorik dengan sebaik-baiknya”24

Dari pengertian di atas, nampak bahwa kompetensi mengacu pada

kemampuan melaksanakan sesuatu yang diperoleh melalui pendidikan, kompetensi

menunjuk kepada performace dan perbuatan yang rasional untuk memenuhi

spesifikasi tertentu di dalam melaksanakan tugas-tugas pendidikan. Dikatakan

rasional karena memiliki tujuan dan arah, sedangkan performance merupakan

perilaku nyata dalam arti tidak hanya dapat diamati, tetapi mencakup sesuatu yang

yang tidak kasat mata. Untuk dapat mencapai keberhasilan suatu tujuan, seseorang

22
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru professional, (Bandung, Remaja Rosdakarya, Cet. 25), 14
23
Martini Yamin dan Maisyah, Standarisasi Kinerja Guru, (Jakarta: GP Press, 2010), 5.
24
E Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: Rosdakarya, 2008), 25.
31

harus mempunyai kompetensi seperti penguasaan terhadap suatu tugas, keterampilan,

sikap, apresiasi yang diperlukan untuk menunjang keberhasilan.

Kompetensi guru memiliki banyak makna. Hal ini sesuai dengan beberapa

pendapat, di antaranya adalah sebagai berikut:

1. Broke and Stone mengemukakan bahwa kompetensi guru sebagai suatu

gambaran kualitatif tentang hakikat perilaku guru yang penuh arti.

2. Charles mengemukakan bahwa kompetensi merupakan perilaku yang

rasional untuk mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi

yang diharapkan.

3. Dalam Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 pasal 1 No 10 tentang

Guru dan Dosen, dijelaskan bahwa kompetensi adalah seperangkat

pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan

dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.25

Kompetensi guru merupakan perpaduan antara kemampuan personal,

keilmuan, teknologi sosial, dan spiritual yang secara kaffah membentuk kompetensi

standar profesi guru, yang mencakup penguasaan materi, pemahaman terhadap

peserta didik, pembelajaran yang mendidik, pengembangan pribadi dan

profesionalisme.26

Dari beberapa uraian di atas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa

kompetensi guru adalah suatu kemampuan, kecakapan serta kewenangan yang harus

25
E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, 25.
26
Ibid. 26
32

dimiliki oleh seseorang dalam menyandang profesinya sebagai guru mencakup

pengetahuan dan perilaku yang mendukungnya dalam melaksanakan tanggungjawab

atau tugasnya sebagai guru secara baik dan profesional.

a. Pengertian Kompetensi Kepribadian Guru

Kompetensi kepribadian guru menurut undang- undang guru dan dosen adalah

kompetensi yang berkaitan dengan pribadi seseorang guru yang yang mantap,

berakhlak mulia, arif dan berwibawa serta menjadi teladan bagi peserta didik dan

berahlak mulia.27

Penjelasan kompetensi pribadi di atas, yang dijelaskan oleh Undang-Undang

guru dan dosen merupakan indikator-indikator kepribadian seseorang. Kepribadian

itu sendiri sebenarnya abstrak, yang dapat dilihat atau diketahui hanyalah

indikatornya. Kepribadian ini sesungguhnya abstrak (ma’nawi), sukar dilihat secara

nyata, yang dapat dilihat atau diketahui hanyalah indikator atau bekasnya dalam

segala segi dan aspek kehidupan. Kepribadian guru ini dapat dilihat melalui

penampilan, tindakan, ucapan, cara berpakaian dan dalan menghadapi persoalan.

Karakteristik kepribadian guru sangat berpengaruh terhadap keberhasilan

pengembangan siswa. Kepribadian guru yang mantap akan menjadi sosok teladan

bagi siswanya maupun masyarakat.28

Kepribadian adalah faktor yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan

seorang guru sebagai pengembang sumber daya manusia. Mengenai pentingnya

27
Undang – Undang Guru dan Dosen (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006), 67.
28
Hudiyono, Membangun Karakter Peserta didikMelalui Profesionalisme Guru dan Gerakan
Pramuka, (Surabaya: Erlangga, 2012), 27.
33

kepribadian guru, seorang psikolog terkemuka, Prof. Dr. Zakiyah Darajat

menegaskan :

“Kepribadian itulah yang akan menentukan apakah ia menjadi pendidik dan


pembina yang baik bagi anak didiknya, ataukah akan menjadi perusak atau
penghancur bagi hari depan anak didik terutama bagi anak didik yang masih
kecil (tingkat sekolah dasar) dan mereka yang sedang mengalami
kegoncangan jiwa (tingkat menengah).”29

Guru dituntut untuk memahami bagaimana karakteristik (ciri khas)

kepribadian yang diperlukan sebagai panutan para siswa. Krakteristik kepribadian

yang berkaitan dengan keberhasilan guru pendidikan agama Islam dalam menggeluti

profesinya adalah meliputi :

a. Fleksibilitas Kognitif

Fleksibilitas Kognitif (keluwesan rabah cipta) merupakan kemampuan

berpikir yang diikuti secara simultan dan memadai dalam situasi tertentu.

Kebalikannya adalah frigiditas kognitif atau kekakuan ranah cipta yang ditandai

dengan kekurangmampuan berpikir dan bertindak yang sesuai dengan situasi yang

sedang dihadapi.

b. Keterbukaan psikologis pribadi guru

Keterbukaan ini merupakan dasar kompetensi profesional (kemampuan dan

kewenangan melaksanakan tugas) keguruan yang harus dimiliki oleh setiap guru.

Guru yang terbuka secara psikologis biasanya ditandai dengan kesediannya yang

relatif tinggi untuk mengkomunikasikan dirinya dengan faktor-faktor ekstern antara

lain siswa, teman sejawat, dan lingkungan pendidikan tempatnya bekerja. Ia mau

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru (Cet-14, Bandung : PT.
29

Remaja Rosdakarya, 2008), 225-226.


34

menerima kritik dengan ikhlas. Keterbukaan Psikologis sangat penting bagi guru

mengingat posisinya sebagai anutan siswa.30

Dapat kita pahami dalam figur guru tampil sebagai sosok yang patut digugu

dan ditiru. Digugu artinya ditaati nasihat, perintah atau ucapan, sedangkan ditiru

berarti dicontoh sikap maupun perilakunya. Kompetensi kepribadian mencakup

kemampuan pribadi berkenaan dengan pemahaman diri, penerimaan diri, pengarahan

diri, dan perwujudan diri. Dalam UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen

dikemukakan bahwa kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang

mantap, berakhlak mulia, arif, dan berwibawa serta menjadi teladan peserta didik.

Uraian tersebut menggambarkan sosok guru sebenarnya. Berdasarkan uraian tersebut

kompetensi kepribadian guru tercermin dari indikator sikap dan keteladanan.

Dalam UU No. 14 Tahun 2005 ayat (5) menegaskan bahwa kompetensi

kepribadian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sekurangkurangnya mencakup

kepribadian yang :

1. Mantap dan stabil memiliki indikator esensial: bertindak sesuai dengan


norma hukum, bertindak sesuai dengan norma sosial, bangga sebagai guru,
dan memiliki konsistensi dalam bertindak sesuai dengan norma.
2. Dewasa memiliki indikator esensial: menampilkan kemandirian dalam
bertindak sebagai pendidik dan memiliki etos kerja sebagai guru.
3. Arif dan bijaksana memiliki indikator esensial: menampilkan tindakan
yang didasarkan pada kemanfaatan peserta didik, madrasah, dan
masyarakat serta menunjukkan keterbukaan dalam berpikir dan bertindak.
4. Berwibawa memiliki indikator esensial: memiliki perilaku yang
berpengaruh positif terhadap peserta didik dan memiliki perilaku yang
disegani.
5. Berakhlaq mulia dan dapat menjadi teladan bagi peserta didik dan
masyarakat memiliki indikator esensial: bertindak sesuai dengan norma
religius (iman dan taqwa, jujur, ikhlas, suka menolong), dan memiliki
perilaku yang diteladani peserta didik.

Ibid, 226-229
30
35

6. Secara objektif mengevaluasi kinerja sendiri, melakukan evaluasi pada


setiap selesai pengajarannya. Tujuan evaluasi kinerja diri adalah untuk
memperbaiki proses pembelajaran di masa mendatang.
7. Mengembangkan diri secara mandiri dan berkelanjutan memiliki indikator
esensial : sebagai pembelajar yang baik atau pembelajar mandiri, yaitu
semangat yang besar untuk menuntut imu dan terus belajar untuk
mengembangkan kemampuan dirinya.31

Esensi pembelajaran adalah perubahan perilaku, guru akan mampu mengubah

perilaku peserta didik jika dirinya telah menjadi manusia baik. Pribadi guru harus

baik karena inti dari pendidikan adalah perubahan periaku, sebagaimana makna

pendidikan adalah proses pembebasan peserta didik dari ketidak mampuan, ketidak

benaran, ketidak jujuran, dan dari buruknya hati, akhlak, dan keimanan. Guru harus

berakhlak mulia, karena ia adalah seorang penasihat bagi peserta didik, bahkan bagi

orang tua.

Sebagai pendidik dalam pendidikan Islam, guru harus memiliki kepribadian

yang baik sebagaimana dalam Al-Qur’an. memuat berbagai konsep yang bersifat utuh

dan komprehensif serta mencakup berbagai dimensi kehidupan manusia, termasuk

pula konsep tentang kepribadian guru. Salah satu ayat Al-Qur`an yang menjelaskan

tentang kepribadian guru yaitu Q.S al-Kahfi ayat 27-28:

ِ ‫َوا ْت ُل َما ُأو ِح َي ِإلَ ْيكَ ِم ْن ِكتَا‬


َ ‫) َواصْ بِرْ نَ ْف َس‬٢٧( ‫ب َربِّكَ ال ُمبَ ِّد َل لِ َكلِ َماتِ ِه َولَ ْن تَ ِج َد ِم ْن دُونِ ِه ُم ْلت ََحدًا‬
َ‫ك َم َع الَّ ِذينَ يَ ْد ُعون‬

‫َربَّهُ ْم بِ ْال َغدَا ِة َو ْال َع ِشي ي ُِري ُدونَ َوجْ هَهُ َوال تَ ْع ُد َع ْينَاكَ َع ْنهُ ْم تُ ِري ُد ِزينَةَ ْال َحيَا ِة ال ُّد ْنيَا َوال تُ ِط ْع َم ْن َأ ْغفَ ْلنَا قَ ْلبَهُ ع َْن ِذ ْك ِرنَا‬

‫) َواتَّبَ َع ه ََواهُ َو َكانَ َأ ْم ُرهُ فُ ُرطًا‬٢٨(

Terjemahnya

31
Fakhrizal, “Kompetensi Kepribadian Guru Menurut UU” dalam
http://www.jejakpendidikan.com/2016/12/kompetensi-kepribadian-guru-menurut-uu.htm?m=1l, (di
akses tangga l 9 September 2021)
36

Dan bacakanlah (Muhammad) apa yang diwahyukan kepadamu, yaitu kitab


Tuhanmu (Al-Qur’an). Tidak ada (seorangpun) yang dapat merubah kalimat-
kalimat-Nya. Dan kamu tidak akan dapat menemukan tempat berlindung
selain dari pada-Nya. Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-
orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap
keridhaan-Nya. Dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena)
mengharapkan perhiasan dunia ini. Dan janganlah kamu mengikuti orang
yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa
nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas. (Q.S al-Kahfi/18: 27-
28)32

Surah al-Kahfi ayat 27-28 bukanlah ayat yang secara langsung menjelaskan

tentang pendidikan, ayat tersebut mengandung pesan tersirat yang merupakan wujud

pendidikan Allah kepada Nabi Muhammad SAW. Dalam ayat tersebut Allah

berpesan kepada beliau agar selalu berkepribadian mulia dalam berdakwah.

Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa agar dapat melaksanakan

tugasnya dengan baik, sesuai dengan kandungan Q.S al-Kahfi ayat 27-28 guru harus

memiliki kompetensi kepribadian antara lain bersifat rabbani, sabar menghadapi

masalah, ikhlas dan mengharap ridho Allah SWT, zuhud dan menghindari hal-hal

yang tercela.

Dengan berakhlak mulia, guru dalam keadaan bagaimanapun harus memiliki

sifat istiqamah dan tidak tergoyahkan, guru yang berakhlak mulia akan menjadi

panutan bagi peserta didikdalam menghadapi berbagai situasi apapun. Kompetensi

kepribadian guru yang dilandasi dengan akhlak mulia, tentu tidak tumbuh dengan

sendirinya begitu saja, tetapi memerlukan usaha sungguh-sungguh, kerja keras, tanpa

32
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya (Edisi yang Disempurnakan), Jil. V,
(Jakarta: Lentera Abadi, 2010), 599.
37

mengenal lelah dengan niat ibadah tentunya, melalui guru yang demikianlah,

berharap pendidikan menjadi ajang pembentukan karakter bangsa.

Adapun faktor yang mempengaruhi kompetensi kepribadian. Guru juga

manusia yang memiliki kepribadian sebagai individu. Kepribadian guru seperti

halnya kepribadian individu pada umumnya terdiri dari aspek jasmaniah, intelektual,

sosial, emosional, dan moral. Seluruh aspek kepribadian tersebut terintegrasi

membentuk satu kesatuan yang utuh, yang memiliki ciri-ciri yang khas. Integrasi dan

kekhasan ciri-ciri individu terbentuk sepanjang perkembangan hidupnya.

Pembentukan pribadi guru dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari

lingkungan keluarganya, sekolahnya tempat dulu ia belajar, masyarakat sekitar serta

kondisi situasi sekolah dimana sekarang ia bekerja. Kepribadian sebagai seorang guru

sudah tentu, tidak dapat dipisahkan dari kepribadian sebagai individu.33

Secara umum dapat dikemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi

kepribadian itu dapat diperinci menjadi tiga golongan besar, yaitu :

a. Faktor biologis

Yaitu faktor yang berhubungan dengan keadaan jasmani, atau seringkali pula

disebut faktor fisiologis. Kita mengetahui bahwa keadaan jasmani setiap orang sejak

dilahirkan telah menunjukkan adanya perbedaan-perbedaan. Keadaan fisik/konstitusi

tubuh yang berlainan itu menyebabkan sikap dan sifat-sifat serta tempramen yang

berbeda-beda pula. Bahwa keadaan fisik, baik yang berasal dari keturunan maupun

Isjoni, Gurukah yang dipersalahkan ? Menakar Posisi guru di tengah Dunia


33

Pendidikan Kita (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2006), 76


38

yang merupakan pembawaan yang dibawa sejak lahir itu memainkan pernan yang

penting pada kepribadian seseorang, tidak ada yang mengingkarinya. Namun

demikian, itu hanya merupakan salah satu faktor saja. Kita mengetahui bahwa dalam

perkembangan dan pembentukan kepribadian selanjutnya faktor-faktor lain terutama

faktor lingkungan dan pendidikan tidak dapat kita abaikan.

b. Faktor sosial

Yang dimaksud dengan faktor sosial disini adalah masyarakat yakni manusia-

manusia lain di sekitar individu yang mempengaruhi individu yang bersangkutan.

Termasuk ke dalam faktor sosial ini juga tradisi-tradisi, adat istiadat, peraturan-

peraturan, bahasa, dan sebagainya yang berlaku dalam masyarakat itu.34

Pada masa selanjutnya, pengaruh lingkungan sosial yang diterima anak

semakin besar dan luas, melalui lingkungan keluarga meluas pada anggota-anggota

keluarga lain, teman-teman yang datang ke rumahnya, teman-teman sepermainan,

tetangga-tetangganya, lingkungan desa-kota, hingga pengaruh yang khusus dari

lingkungan sekolahnya mulai dari gurugurunya, teman-temannya, kurikulum sekolah,

peraturan-peraturan yang berlaku di sekolah, dan sebagainya.

c. Faktor kebudayaan

Kebudayaan yang tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakat.

Sebenarnya faktor kebudayaan ini sudah termasuk dalam faktor sosial seperti yang

Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung, Remaja Rosdakarya, 2007), 160-161


34
39

telah diuraikan. Namun disini kita hendak membicarakan kebudayaan lebih luas,

lengkap dan aspek-aspeknya.35

Baharuddin, Psikologi Pendidikan-Refleksi Teoritis terhadap Fenomena, (Jogjakarta : Ar


35

Ruzz Media, 2007), 225

Anda mungkin juga menyukai