Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

KEPEMIMPINAN EKTIF DALAM PENDIDIKAN ISLAM


Mata Kuliah : Kepemimpinan dan Prilaku
Organisasi Pendidikan

Dosen Pengampu : Dr. Musli, S.Ag., M.Pd.I


Dr. Jamrizal, M.Pd.I

Disusun oleh :
FAHRIZAL NOVER
NIM. 801210098

MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
TAHUN 2023

i
ii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT. Shalawat dan


salam kita panjatkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW.
karena atas hidayah-Nya-lah makalah ini dapat diselesaikan.
Makalah ini penulis sampaikan kepada pembina mata kuliah
Kepemimpinan dan Prilaku Organisasi Pendidikan. sebagai salah satu
syarat kelulusan mata kuliah tersebut. Tidak lupa saya ucapkan terima
kasih kepada bapak dosen yang telah berjasa mencurahkan ilmu kepada
penulis dalam mengajar mata kuliah ini.
Penulis memohon kepada bapak khususnya. umumnya para
pembaca untuk memberikan saran perbaikan apabila menemukan
kesalahan atau kekurangan dalam sistematika penulisan maupun dalam
penyampaian isi. Selain itu. penulis mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun kepada semua pembaca demi lebih baiknya karya-
karya tulis yang akan datang.

Jambi. Maret 2023

Penulis  
A. Pendahuluan
Eksistensi manusia sebagai makhluk hidup dikenal sebagai
makhluk yang multidimensional. Hal ini disebabkan karena banyaknya
julukan yang diberikan kepada manusia dikenal sebagai makhluk sosial
(homo socius), makhluk bekerja (homo laden), makhluk yang suka
menggunakan lambang-lambang (homo simbolicum), mahkluk
organisasional, homo homini socius (sosok manusia sebagai makhluk
individu, tapi pada saat bersamaan manusia sebagai kawan sosial bagi
manusia lainnya), sebaliknya, ada yang menyebut manusia sebagai
serigala bagi manusia yang lain (homo homini lupus).1, dan lain
semacamnya.
Pandangan yang mendasari setiap aktifitas pemimpin dalam
kepemimpinannya baik dalam penyusunan perencanaan maupun
pelaksanaan di lembaga, atau tempat yang dipimpinnya. Karena
pemimpin sangat dibutuhkan dalam suatu organisasi kelompok individu
sebagai pembimbing, motivator, dan penggerak yang menyebabkan orang
lain bertindak sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.
Seseorang dapat menduduki jabatan pemimpin biasanya
disebabkan oleh berbagai faktor, di antaranya: a) Faktor Situasi dan
Kondisi, b) Faktor Kemampuan, c) Faktor Keturunan, d) Faktor
Pengangkatan (Penunjukan), dan e) Faktor Kepentingan.
Kepemimpinan (leadership) merupakan pembahasan yang selalu
menarik, karena ia merupakan salah satu faktor penting dan menentukan
keberberhasilan atau gagalnya suatu organisasi dalam mencapai
tujuannya.2 Pentingnya hal itu ditandai dengan berlangsungnya berbagai
jenis kegiatan pelatihan (training) kepemimpinan, terutama bagi individu
yang dipersiapkan untuk menjadi pemimpin suatu organisasi atau
lembaga. Dan sangat maklum bahwa setiap organisasi apapun jenisnya
pasti memiliki dan memerlukan seorang pimpina tertinggi (pimpinan
1
Dinn Wahyuddin, Pengantar Pendidikan (Jakarta: Penerbit Universitas Terbuka, 2008),
hal. 1.3
2
Sukamto, Kepemimpinan Kyai dalam Pesantren (Jakarta: LP3ES, 1999), hal. 19

1
2

puncak) dan atau manajer tertinggi (top manajer) yang harus menjalankan
kepemimpinan dan manajemen.
Di tengah persaingan global ini, diakui atau tidak, lembaga
pendidikan atau sistem persekolahan Islam dituntut mengemuka dengan
kinerja kelembagaan yang efektif dan produktif. Kepala madrasah sebagai
penanggungjawab pendidikan dan pembelajaran di madrasah hendaknya
dapat meyakinkan kepada masyarakat bahwa segala sesuatunya telah
berjalan dengan baik, termasuk perencanaan dan implementasi kurikulum,
penyediaan dan pemanfaatan sumberdaya murid, kerjasama madrasah
dan orang tua, serta sosok out come madrasah yang prospektif. Untuk
memenuhi tuntutan ini, kepala madrasah harus memiliki bekal yang
memadai, termasuk pengetahuan profesional, kepemimpinan
instruksional, ketrampilan administratif, dan ketrampilan sosial.
Bagaimanapun, kepala madrasah merupakan unsur vital bagi
efektivitas lembaga pendidikan. Tidak akan pernah kita jumpai madrasah
yang baik dengan kepala madrasah yang buruk atau madrasah yang
buruk dengan kepala madrasah yang baik. Kepala madrasah yang baik
akan bersikap dinamis untuk menyiapkan berbagai macam program
pendidikan. Bahkan tinggi rendahnya suatu mutu madrasah akan
dibedakan oleh kepemimpinan di madrasah.
Kepemimpinan berkaitan dengan masalah kepala madrasah dalam
meningkatkan kesempatan untuk mengadakan pertemuan secara efektif
dengan para guru dalam situasi yang kondusif. Perilaku kepala madrasah
harus dapat mendorong kinerja para guru dengan menunjukkan rasa
bersahabat, dekat dan penuh pertimbangan terhadap para guru, baik
sebagai individu maupun sebagai kelompok. Perilaku pemimpin yang
positif dapat mendorong kelompok dalam mengarahkan dan memotivasi
individu untuk bekerja sama dalam kelompok dalam rangka mewujudkan
tujuan lembaga pendidikan Islam.
3

Manajer madrasah adalah pemimpin yang berhubungan langsung


dengan madrasah. adalah panglima pengawal pendidikan yang
melaksanakan fungsi kontrol berbagai pola kegiatan pengajaran dan
pendidikan di dalamnya. Suksesnya sebuah madrasah tergantung kepada
sejauh mana pelaksanaan misi yang bebankan di atas pundaknya,
kepribadian, dan kemampuannya dalam bergaul dengan unsur-unsur
masyarakat. Oleh sebab itu, kepala madrasah harus berupaya
mewujudkan kondisi social yang mendukung kegiatan madrasah yang
dipimpinnya.

B. Pembahasan
1. Kepemimpinan Pendidikan
Jika kita berbicara tentang kepemimpinan pendidikan, hendaklah
kita berusaha memahami bahwa dalam pelaksanaan tugas itu ada
seorang yang berfungsi sebagai pemimpin. Ia adalah orang yang dapat
bekerjasama dengan orang lain dan yang dapat bekerja untuk orang lain.
Siapakah yang sebenarnya dapat disebut pemimpin pendidikan? Tiap-tiap
orang yang merasa terpanggil untuk melaksanakan tugas memimpin di
dalam lapangan pendidikan, misalnya orang tua di rumah, guru di sekolah,
kepala kantor Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, serta pengawas
pendidikan di Kantor Pembinaan Pendidikan dan di daerah pelayanannya,
juga pendidik lain. Kepemimpinan sangat dibutuhkan dalam pembinaan
pendidikan.3
Kepemimpinan dapat berlangsung dimana saja dan kapan saja.
Kepemimpinan merupakan kemampuan mempengaruhi orang lain
sehingga mau melakukan suatu tindakan dengan sukarela untuk
mencapai tujuan tertentu. Menurut Mondy dan Premeaux bahwa
“leadership or leading involves influencing others to do what the leader

3
Soekarto Indrafachrudi, Mengantar Bagaimana Memimpin Sekolah Yang Baik (Jakarta:
Ghalia Indonesia, 1993), hal. 11.
4

wants them to do”.4 Pendapat ini berarti menekankan adanya pengaruh


yang diberikan para pemipin terhadap anggota organisasi agar mereka
melakukan suatu kegiatan yang diinginkan. Hal ini salah satu cara yang
ditempuh oleh manajer pada suatu organisasi.
Kepemimpinan adalah suatu kegiatan dalam membimbing suatu
kelompok sehingga tercapai tujuan dari kelompok itu, yaitu tujuan
bersama. Kepemimpinan adalah kemampuan dan kesiapan yang dimiliki
seseorang untuk dapat mempengaruhi, mendorong, mengajak, menuntun,
menggerakkan, orang lain agar ia menerima pengaruh itu. 5
Kepemimpinan harus ada jika suatu organisasi hendak berjalan
efektif. Oleh sebab itu kepemimpinan dalam organisasi adalah
kepemimpinan administratif atau kepemimpinan manajerial. Karena
pemimpin dalam organisasi merupakan manajer yang menjalankan fungsi-
fungsi manajemen sejak dari perencanaan (planning), pengorganisasian
(organizing), penggerakan (actuating) dan pengawasan (controling) dalam
rangka mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efesien.
Kepemimpinan dalam organisasi disebut juga kepemimpinan
kedudukan (status leadership), dan kepemimpinan yang ada pada diri
individu tanpa jabatan disebut kepemimpinan personal (kepemimpinan
pribadi). Kouzes dan Posner menjelaskan “Leadership is relationship, one
between constituent and leader what base on mutual needs and interest”.6
Pendapat ini menekankan bahwa kepemimpinan itu terdiri dari adanya
pemimpin (anggota) dan situasi saling memerlukan satu sama lain.
Dalam bahasa Arab, kepemimpinan sering diterjemahkan sebagai
Al-Ri’ayah, Al-imaroh, Al-qiyadah, atau Al-zaamah. Kata-kata tersebut
memiliki satu makna sehingga disebut sinonim atau murodif, sehingga kita
bisa menggunakan salah satu dari keempat kata tersebut untuk

4
Mondy, R. W. and Premeaux, S.H, Managemen: Concepts, Practices and Skills (New
Jersey: Prentice Hall Inc Englewood Cliffs, 1995), hal. 345
5
Hendiet Soetopo, Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan (Jakarta: Bina Aksara,
1982), hal. 1
6
Kouzes J. M and Posner, B. Z, Credibility, (San Francaisco: Jossey Bass Publishers,
1993), h. 11.
5

menerjemahkan kata kepemimpinan. Sementara itu, untuk menyebut


istilah kepemimpinan pendidikan, para ahli lebih memilih istilah qiyadah
tarbawiyah.7
Dalam Islam, kepemimpinan begitu penting sehingga mendapat
perhatian yang sangat besar. Begitu pentingnya kepemimpinan ini,
mengharuskan perkumpulan untuk memiliki pimpinan, Makna hakiki
kepemimpinan dalam Islam adalah untuk mewujudkan khilafah di muka
bumi, demi terwujudnya kebaikan dan reformasi. Perintah Allah demikian
jelas dalam firman-Nya:
          
        
Artinya: Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman
hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang
mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati
mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan,
dan mereka menerima dengan sepenuhnya. (Q.S. An-Nissa’ 65). 8

Model keberadaan seorang pemimpin sebagaimana terdapat dalam


hadis tersebut adalah model pengangkatan. Model ini merupakan model
yang paling sederhana karena populasinya hanya tiga orang. Jika
populasinya banyak, mungkin saja modelnya lebih sempurna karena ada
beberapa model perwujudan pemimpin. Jamal Madhi menjelaskan bahwa
“hasil studi menyatakan bahwa yang terbaik dalam pelaksanaan tugas
adalah pemimpin yang dipilih langsung, selanjutnya pemimpin yang
memenangkan suara terbanyak, lalu yang terakhir pemimpin yang
diangkat.9
Kepemimpinan dalam defenisi di atas memiliki konotasi general,
bisa kepemimpinan Negara, oraganisasi politik, organisasi social,
perusahaan perkantoran, maupun pendidikan. Madhi selanjutnya
menegaskan bahwa di antara jenis kepemimpinan yang paling spesifik
7
Mujamil Qomar, Manajemen Pendidikan Islam (Jakarta: Gelora Aksara Pratama, 2007),
hal. 268-269
8
Kementrian Agama RI, Al-Quran Terjemahan (Bandung: Darus Sunnah, 2015), hal. 121
9
Jamal Madhi, Menjadi Pemimpin yang efektif dan Berpengaruh: Tinjauan Manajemen
Kepemimpinan Islam, terj. Anang Syafruddin dan Ahmad Fauzan (Bandung: Syaamil
Cipta Media, 2002), hal. 14
6

adalah kepemimpinan pendidikan (qiyadah tarbiyah atau educative


leadership), karena kesuksesan mendidik generasi, membina umat, dan
berusaha dan membangkitkannya terkait erat dengan pemenuhan
kepemimpinan pendidikan yang benar.10
Dengan demikian, jika kita memperhatikan keadaan pendidikan
Islam sebaiknya melihat tipologi pemimpinnya. Dari tipologi pemimpin ini
segera didapatkan gambaran tentang kualitas pendidikan Islam tersebut.
Ismail Raji’ Al-Faruqi menegaskan, “pemimpin-pemimpin pendidikan di
dunia Islam adalah orang-orang yang tidak mempunyai ide, kultur, atau
tujuan”.11 Gambaran tipologi pemimpin seperti ini melambangkan
pemimpin yang pasif, jauh dari kreativitas, solusi, inovasi, produktivitas
dan lain sebagainya. Dengan pengertian lain, pemimpin-pemimpin yang
hanya secara formalitas menduduki jabatannya sebagai pemimpin dan
bekerja secara rutin meneruskan tradisi yang telah berjalan, merupakan
pemimpin yang kontraproduktif bagi kelangsungan apalagi kemajuan
lembaga pendidikan Islam.
2. Konsep Dasar Kepemimpinan Pendidikan Islam
Kepemimpinan dapat diartikan sebagai kegiatan untuk
mempengaruhi orang-orang yang diarahkan terhadap pencapaian tujuan
organisasi. Menurut Sutisna sebagaimana dikutip Sulistyorini merumuskan
kepemimpinan sebagai “proses mempengaruhi kegiatan seseorang atau
kelompok dalam usaha ke arah pencapaian tujuan dalam situasi tertentu”.
Sementara Soepardi mendefinisikan kepemimpinan sebagai “ emampuan
untuk menggerakkan, mempengaruhi, memotivasi, mengajak,
mengarahkan, menasehati, membimbing, menyuruh, memerintah,
melarang dan bahkan menghukum (kalau perlu), serta membina dengan
maksud agar manusia sebagai media manajemen mau bekerja dalam
rangka mencapai tujuan administrasi secara efektif dan efisien”. 12 Hal
10
Ibid., hal. 2
11
Ismail Raji al-Faruqi, Islamisasi Ilmu Pengetahuan, terj. Anas Mahyuddin (Bandung:
Pustaka: 1984), hal. 15
12
Sulistyorini. Manajemen Pendidikan Islam; Konsep, Strategi, dan Aplikasi (Yogyakarta:
Teras, 2009), hal. 24
7

tersebut menunjukkan bahwa kepemimpinan sedikitnya mencakup tiga hal


yang saling berhubungan, yaitu adanya pemimpin dan karakteristiknya;
adanya pengikut; serta adanya situasi kelompok tempat pemimpin dan
pengikut berinteraksi.
Unsur-unsur yang terlibat dalam situasi kepemimpinan adalah: 1)
orang yang dapat mempengaruhi orang lain di satu pihak, 2) orang yang
dapat pengaruh di lain pihak, 3) adanya maksud-maksud atau tujuan-
tujuan tertentu yang hendak dicapai, 4) adanya serangkaian tindakan
tertentu untuk mempengaruhi dan untuk mencapai maksud atau tujuan
tertentu itu.13
Berdasarkan penjelasan yang dikemukakan oleh para ahli tersebut,
maka dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan kepala sekolah adalah
kemampuan yang dimiliki oleh kepala sekolah untuk memberikan
pengaruh kepada orang lain melalui interaksi individu dan kelompok
sebagai wujud kerjasama dalam organisasi untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan.
3. Peran dan Tanggung Jawab Kepemimpinan Pendidikan Islam
Kepemimpinan pendidikan islam dalahm karya ilmiah ini adalah
kepala madrasah sebagai pemimpin pendidikan dituntut untuk
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya yang berkaitan dengan
kepemimpinan pendidikan dengan sebaik mungkin, termasuk di dalamnya
sebagai pemimpin pengajaran. Harapan yang segera muncul dari
kalangan guru, siswa, staf administrasi, pemerintah dan masyarakat
adalah agar kepala madrasah dapat melaksanakan tugas dan
kepemimpinannya dengan seefektif mungkin untuk mewujudkan visi, misi
dan tujuan yang diemban dalam mengoperasionalkan madrasah; selain itu
juga memberikan perhatian kepada pengembangan individu dan
organisasi.

13
Dirawat dkk., dalam Muwahid Shulhan, Administrasi Pendidikan (Jakarta: Bina Ilmu,
2004), hal. 53
8

Kepala madrasah sebagai pemimpin pendidikan mempunyai tugas


dan menjalankan fungsi-fungsi manajemen, yaitu perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, pengkoordinasian, pengawasan dan
evaluasi. Pelaksanaan fungsi-fungsi pokok manajemen tersebut
memerlukan adanya komunikasi dan kerja sama yang efektif antara
kepala madrasah dan seluruh stafnya. Dengan demikian, kepala
madrasah mempunyai peran yang sangat penting dan menjadi kunci atas
keberhasilan terhadap madrasah yang dipimpinnya. Oleh karena itu,
seorang kepala madrasah yang efektif adalah kepala madrasah yang
mempunyai kemampuan manajerial yang handal dan visioner, yaitu
mampu mengelola madrasah dengan baik dan mempunyai gambaran
mental tentang masa depan yang diacu bagi sekolah yang dipimpinnya. 14
Kepala madrasah mempunyai tugas dan tanggung jawab sebagai;
stateperson leadership, educational leadership, administrative leadership,
supervisory leadership and team leadership. Berdasarkan uraian tersebut
di atas, maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa peran dan tanggung
jawab kepala madrasah pada hakekatnya erat dengan administrasi atau
manajemen pendidikan, kepemimpinan pendidikan, dan supervisi
pendidikan.
Bahkan, Allah Swt. telah mengingatkan umat manusia agar segala
pekerjaan yang akan dilakukan, dikoordinasi dengan kompak, disiplin, dan
saling bekerja sama agar bisa terbangun sistem kerja yang kokoh dan
tidak goyah oleh berbagai macam rintangan yang akan dihadapi, laksana
bangunan yang tersusun dengan kokoh dan rapi. Hal ini akan berjalan jika
pemimpinan dapat mejalankan fungsi dan peranya dengan baik. Dalam
surah Ash-Shaf ayat 4, Allah Swt. memberikan gambaran sebagai berikut:
         
 

14
Sulistyorini, Manajemen Pendidikan Islam: Konsep, Strategi dan Aplikasi (Jakarta:
Teras, 2009), hal. 170
9

Artinya: Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-


Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu
bangunan yang tersusun kokoh. (Q.S. Ash-Shaf: 4). 15
Kata shaffan (barisan) adalah sekolompok dari sekian banyak
anggotanya yang sejenis dan kompak serta berada dalam satu wadah
yang kukuh lagi teratur.Sedangkan kata marshushun berarti berdempet
dan tersusun dengan rapi.16
4. Kepala Madrasah sebagai Pemimpin (Leader) Pendidikan
Perubahan dalam peranan dan fungsi sekolah dan statis di jaman
lampau kepada yang dinamis dan fungsional-konstruktif di era
pembangunan, membawa tanggung jawab yang lebih luas kepada kepala
sekolah.
Menurut Hanson sebagaimana dikutip Sulistyorini, pada dasarnya
istilah kepemimpinan itu dipahami sebagai suatu konsep yang didalamnya
mengandung makna bahwa ada proses kekuatan yang datang dari
seseorang (pemimpin) untuk mempengaruhi orang lain, baik secara
individu maupun secara kelompok dalam organisasi. 17 Adapun menurut
Koontz, O’Donnel dan Weihrich antara lain dikemukakan bahwa yang
dimaksud dengan kepemimpinan secara umum, merupakan pengaruh,
seni atau proses mengetahui orang lain, sehingga mereka dengan penuh
kemauan berusaha ke arah tercapainya tujuan organisasi. 18
Dari konsep tersebut dapat dikembangkan lebih jauh makna yang
terkandung di dalamnya. Makna kata, “kemauan keras berusaha” di
dalamnya mencerminkan keinginan keras dengan penuh semangat dan
percaya diri (confidence to work with real and). Arti kata “semangat”
sebenarnya di dalamnya tercermin hasrat, kesungguhan dan intensitas

15
Kementrian Agama RI, Al-Quran Terjemahan (Bandung: Darus Sunnah, 2015), hal. 551
16
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, Vol. 1,
(Jakarta: Lentera Hati, Jakarta, 2002), hal. 191
17
Sulistyorini, Manajemen Pendidikan Islam: Konsep, Strategi dan Aplikasi (Jakarta:
Teras, 2009), hal. 165
18
Koontz, et. Al, Management, (New York: Mc. Grow Hill, Inc., Seventh Edition, 1980),
hal. 659
10

dalam melaksanakan pekerjaan. Demikian pula di dalam kata “percaya


diri” merefleksikan pengalaman dan kemampuan teknis (technical ability).
Kata “memimpin” mempunyai arti: memberikan bimbingan,
menuntun, mengarahkan dan berjalan di depan (precede). Pemimpin
berperilaku untuk membantu organisasi dengan kemampuan maksimal.
Dalam mencapai tujuan.
Pemimpin tidak berdiri di samping, melainkan mereka memberikan
dorongan atau memacu (to prod), berdiri di depan yang memberikan
kemudahan untuk kemajuan serta memberikan inspirasi organisasi dalam
mencapai tujuan. Seseorang pemimpin dapat dibandingkan dengan
seorang pemimpin orkes (orchestra). Pemimpin orkes berfungsi
menghasilkan bunyi yang terkoordinasi dan tempo yang betul, melalui
usaha terpadu dari para pemain musik (instrumentalis). Kualitas
kepemimpinan director orchestra akan mengalunkan suara suara yang
tidak menentu (desultory fashion) atau dengan penuh kecermatan dan
antusias.
Kepemimpinan adalah suatu kekuatan penting dalam rangka
pengelolaan, oleh sebab itu kemampuan memimpin secara efektif
merupakan kunci untuk menjadi seorang manajer yang efektif. Esensi
kepemimpinan adalah kepengikutan (followership), kemauan orang lain
atau bawahan untuk mengikuti keinginan pemimpin, itulah yang
menyebabkan seseorang menjadi pemimpin. Dengan kata lain pemimpin
tidak akan terbentuk apabila tidak ada bawahan.
5. Fungsi Kepemimpinan Pendidikan Islam
Koontz memberikan defenisi fungsi kepemimpinan sebagai berikut:
“The function of leadership, therefore, is to induce or persuade all
subordinates of followers to contribute willingly to organizational goals in
accordance with their maximum capability”. 19
Mengacu pada definisi di atas, agar para bawahan dengan penuh
kemauan serta sesuai dengan kemampuan secara maksimal berhasil

19
Koontz., et. Al, Management…, Op.Cit., hal. 662
11

mencapai tujuan organisasi, pemimpin harus mampu membujuk (to


induce) dan meyakinkan (persuade) bawahan.
Hal ini berarti, apabila seseorang kepala madrasah ingin berhasil
menggerakkan para guru, staf dan para siswa berperilaku dalam
mencapai tujuan sekolah, oleh karenanya kepala madrasah harus:
Menghindarkan diri dari sikap dan perbuatan yang bersifat memaksa atau
bertindak keras terhadap para guru, staf dan para siswa.
Sebaliknya kepala madrasah harus mampu melakukan perbuatan
yang melahirkan kemauan untuk bekerja dengan penuh semangat dan
percaya diri terhadap para guru, staf dan siswa, dengan cara: Meyakinkan
(persuade), berusaha agar para guru, staf dan siswa percaya bahwa yang
dilakukan adalah benar. Membujuk (induce), berusaha meyakinkan para
guru, staf dan siswa bahwa apa yang dikerjakan adalah benar.
Pendapat berbeda mengenai peranan kepemimpinan, dibicarakan
pula H.G. Hicks dan C.R Gulleti, ada delapan rangkaian peranan
kepemimpinan (leadership functions), yaitu: adil, memberikan sugesti,
mendukung tercapainya tujuan, sebagai katalisator, menciptakan rasa
aman, sebagai wakil organisasi, sumber inspirasi, dan yang terakhir
bersedia menghargai.20
Kepala madrasah sebagai pemimpin seharusnya dalam praktek
sehari-hari selalu berusaha memperhatikan dan mempraktekkan delapan
fungsi kepemimpinan di dalam kehidupan madrasah.
a. Dalam kehidupan sehari-hari kepala madrasah akan dihadapkan pada
sikap para guru, staf, dan para siswa yang mempunyai latar belakang
kehidupan, kepentingan serta tingkat social budaya yang berbeda
sehingga tidak mustahil terjadi konflik antar individu bahkan antar
kelompok.
b. Sugesti dan saran sangat diperlukan oleh para bawahan dalam
melaksanakan tugas.

20
Brooks, W, Organization: Theory and Behavior (London: Pearson educated 2009), hal.
306
12

c. Dalam mencapai tujuan setiap organisasi memerlukan dukungan,


dana, sarana dan sebagainya. Kepala madrasah bertanggung jawab
untuk memenuhi atau menyediakan dukungan yang diperlukan oleh
para guru, staf, dan siswa, baik berupa dana, peralatan, waktu,
bahkan suasana yang mendukung.
d. Kepala madrasah berperan sebagai katalisator, dalam arti mampu
menimbulkan dan menggerakkan semangat para guru, staf dan siswa
dalam mencapai tujuan yang ditetapkan.
e. Rasa aman merupakan salah satu kebutuhan setiap orang baik
secara individu maupun kelompok. Oleh sebab itu seorang kepala
madrasah sebagai pemimpin harus dapat menciptakan rasa aman di
lingkungan sekolah, sehingga para guru, staf dan siswa dalam
melaksanakan tugas secara aman, bebas dari segala perasaan
gelisah, kekhawatiran, serta memperoleh jaminan dari kepala
madrasah.
f. Seorang kepala madrasah selaku pemimpin akan menjadi pusat
perhatian, artinya semua pandangan akan diarahkan ke kepala
madrasah sebagai orang yang mewakili kehidupan madrasah dimana
dan dalam kesempatan apapun.
g. Kepala madrasah pada hakikatnya adalah sumber semangat bagi
para guru, staf dan siswa. Oleh sebab itu kepala madrasah harus
selalu membangkitkan semangat, percaya diri terhadap para guru,
staf dan siswa, sehingga mereka menerima dan memahami tujuan
sekolah secara antusias, bekerja secara bertanggung jawab kea rah
tercapainya tujuan madrasah.
h. Setiap orang dalam kehidupan organisasi baik secara pribadi maupun
kelompok, apabila kebutuhannya diperhatikan dan dipenuhi. Untuk itu
kepala madrasah diharapkan selalu dapat menghargai apapun yang
dihasilkan oleh para mereka yang menjadi tanggung jawabnya. 21

21
Suryabroto, Manajemen Pendidikan di Sekolah (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), hal. 188
13

Menurut Paul Hersey Cs. Dalam rangka pelaksanaan tugas-tugas


manajerial paling tidak diperlukan tiga macam bidang keterampilan yaitu:
technical skills, human skills dan conceptual skill.
Technical skills
a. Menguasai pengetahuan tentang metode, proses, prosedur, dan
teknik untuk melaksanakan kegiatan khusus.
b. Kemampuan untuk memanfaatkan serta mendayagunakan sarana,
peralatan yang diperlukan mendukung kegiatan yang bersifat khusus
tersebut.
Human skills
a. Kemampuan untuk memahami perilaku manusia dan proses kerja
sama;
b. Kemampuan untuk memahami isi hati, sikap dan motif orang lain,
mengapa mereka berkata dan berperilaku;
c. Kemampuan untuk berkomunikasi secara jelas dan efektif;
d. Kemampuan menciptakan kerjasama yang efektif, kooperatif, praktis
dan diplomatis;
e. Mampu berperilaku yang dapat diterima.
Conceptual skills
a. Kemampuan analisis
b. Kemampuan berfikir rasional
c. Ahli atau cakap dalam berbagai macam konsepsi
d. Mampu menganalisis berbagai kejadian, serta mampu memahami
berbagai kecendrungan;
e. Mampu mengatasipasikan perintah
f. Mampu mengenali macam-macam kesempatan dan problem-problem
social.22
6. Kepemimpinan Pendidikan Islam yang Efektif
a. Sifat-sifat Kepemimpinan Islami.
Kepala madrasah Islam yang efektif hendaknya:

22
Ibid., hal. 188
14

1) Memiliki keinginan untuk memimpin dan kemauan untuk bertindak


dengan keteguhan hati dan melakukan perundingan dalam situasi
yang sulit.
2) Memiliki inisiatif dan upaya yang tinggi.
3) Berorientasi kepada tujuan dan memiliki rasa kejelasan yang tajam
tentang tujuan instruksional dan organisasional.
4) Menyusun sendiri contoh-contoh yang baik secara sungguh-sungguh.
5) Menyadari keunikan guru dalam gaya, sikap, keterampilan dan
orientasi mereka mendukung gaya-gaya mengajar yang berbeda.
6) Menjadual tuntutan-tuntutan waktu staff secara fleksibel
7) Mampu memunculkan guru sebagai pemimpin.
8) Menjelaskan peranan mereka dalam kaitannya dengan penyiapan
kepemimpinan pendidikan dan menciptakan lingkungan belajar.
Mereka kurang peduli dengan rutinitas administratif.
9) Menyadari dimensi kepemimpinan informal di sekolah, yaitu
kepemimpinan berdasarkan kekuasaan, prestise, atau kepribadian
yang mungkin sesuai dengan atau tidak dengan struktur
kepemimpinan formal sekolah.
10) Yang paling penting, mereka proaktif dari pada reaktif mereka
menguasai pekerjaan dan bukan pekerjaan menguasai mereka. 23
b. Kemampuan Memecahkan Masalah
Kepala sekolah Islam yang efektif hendaknya memiliki toleransi
yang tinggi dalam memecahkan masalah. Misalnya, pengabdian
keputusannya didasarkan kepada criteria praktek pendidikan,
kebijaksanaan politik, kekerabatan, efisiensi, kenyamanan, atau yang lain,
sebagaimana didasarkan oleh Greenfield. pemimpin mendekati masalah
berdasarkan perspektif analitik yang tinggi, dengan mencari hubungan

23
Oteng Sutisna, Supervisi dan Administrasi Pendidikan (Bandung: Yemmars, 1983), hal.
156
15

sebab akibat yang mungkin dapat menunjukkan solusi menghindari


pendekatan emosional.24
Wujud toleransinya ditunjukkan oleh kerjasama dengan pihak-pihak
terkait lain dalam penyelesaian masalah, tidak harus di tangan sendiri.
Tidak kalah pentingnya, untuk memecahkan masalah kepala sekolah
hendaknya memanfaatkan sistem komunikasi yang memberi kesempatan
informasi dan gagasan “mengalir ke atas dan ke bawah secara dinamis”. 25
c. Keterampilan Sosial
Secara normatif, Islam menganjurkan kepada umatnya untuk
menciptakan hubungan social (shilah al rahiem) cara sungguh-sungguh.
Kepala sekolah di lingkungan social sekolah membutuhkan keterampilan
dan kemampuan social, sebagai aktualisasi nilai hubungan manusiawi
Islam. Kepala madrasah seharusnya bersikap ramah dengan staf
madrasah, bahkan memelihara otoritas kepemimpinan dan memperoleh
rasa hormat dan kemauan untuk bekerja sama, kepala madrasah juga
harus bekerjasama dengan instansi pusat dan memelihara hubungan
dengan baik pihak lain dalam masyarakat.
Untuk itu, kepala sekolah islam hendaknya memiliki kompetensi
interpersonal yang tinggi. Yakni, mereka kuat dalam keterampilan social
dan kepemimpinan yang membuahkan dukungan dan kerjasama. Mereka
tinggi dalam keamanan pribadi dan memiliki rasa pengembangan diri yang
baik sebagai individu. Mereka memiliki fleksibilitas personal untuk menjadi
dirinya sejati apakah dengan mengawasi dan mengarahkan aktifitas yang
lain atau menunjukkan rasa iba dalam rangka memuaskan kebutuhan
guru secara individual.

d. Pengetahuan dan Kompetensi Profesional

24
Sulistyorini, Manajemen Pendidikan Islam: Konsep, Strategi dan Aplikasi (Jakarta:
Teras, 2009), hal. 196
25
Peterfreud Associaes, Innovation and Change in Public School System (Englewood
Cliffs: Author, 1980), hal. 54
16

Kepala sekolah Islam hendaknya mengetahui dan dapat


menerapkan prinsip-prinsip belajar dan mengajar. Pelaksanaan
pembelajaran yang efektif dapat dicontohkan atau dilukiskan oleh kepala
madrasah. Mereka mempertimbangkan implikasi-implikasi belajar dan
mengajar pada saat pengambilan keputusan tentang jadual, anggaran,
perlengkapan dan bahan, tugas-tugas pembelajaran, dan pemanfaatan
guru. Kepala madrasah yang baik seirama dengan tujuan sekolah dan
memadukan ke dalam tujuan madrasah dan perencanaan pendidikan. 26
Dengan visinya, kepala madrasah Islam hendaknya menyadari
bahwa dirinya tidak terlahir dengan keterampilan dan sifat sentral.
Semuanya dipelajari dan dikembangkan tidak patut baginya tidak merasa
the best. Budaya ingin tahu atau haus informasi hendaknya ditumbuhkan
terus dalam diri kepala sekolah Islam.

C. Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
kepemimpinan adalah suatu kegiatan dalam membimbing suatu kelompok
sehingga tercapai tujuan dari kelompok itu, yaitu tujuan bersama.
Kepemimpinan yang efektif adalah kepemimpinan yang mempunyai
kemampuan dan kesiapan untuk dapat mempengaruhi, mendorong,
mengajak, menuntun, menggerakkan orang lain agar menerima pengaruh
itu.

26
Ibid., hal. 60
17

DAFTAR PUSTAKA

Dinn Wahyuddin, Pengantar Pendidikan. Jakarta: Penerbit Universitas


Terbuka, 2008.
Dirawat dkk., dalam Muwahid Shulhan, Administrasi Pendidikan. Jakarta:
Bina Ilmu, 2004.
Hendiet Soetopo, Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan. Jakarta: Bina
Aksara, 1982.
Brooks, W, Organization: Theory and Behavior. London: Pearson
educated 2009.
Ismail Raji al-Faruqi, Islamisasi Ilmu Pengetahuan, terj. Anas Mahyuddin.
Bandung: Pustaka: 1984.
Jamal Madhi, Menjadi Pemimpin yang efektif dan Berpengaruh: Tinjauan
Manajemen Kepemimpinan Islam, terj. Anang Syafruddin dan
Ahmad Fauzan. Bandung: Syaamil Cipta Media, 2002.
Kementrian Agama RI, Al-Quran Terjemahan. Bandung: Darus Sunnah.
2015.
Koontz, et. Al, Management. New York: Mc. Grow Hill, Inc., Seventh
Edition, 1980.
Kouzes J. M and Posner, B. Z, Credibility. San Francaisco: Jossey Bass
Publishers, 1993.
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, Pesan, Kesan dan Keserasian Al-
Qur’an, Vol. 1, Jakarta: Lentera Hati, Jakarta, 2002.
Mondy, R. W. and Premeaux, S.H, Managemen: Concepts, Practices and
Skills. New Jersey: Prentice Hall Inc Englewood Cliffs, 1995
Mujamil Qomar, Manajemen Pendidikan Islam. Jakarta: Gelora Aksara
Pratama, 2007.
Oteng Sutisna, Supervisi dan Administrasi Pendidikan. Bandung:
Yemmars, 1983.
Peterfreud Associaes, Innovation and Change in Public School System.
Englewood Cliffs: Author, 1984.
Soekarto Indrafachrudi, Mengantar Bagaimana Memimpin Sekolah Yang
Baik. Jakarta: Ghalia Indonesia, 1993.
Sukamto, Kepemimpinan Kyai dalam Pesantren. Jakarta: LP3ES, 1999.
Sulistyorini, Manajemen Pendidikan Islam: Konsep, Strategi dan Aplikasi.
Jakarta: Teras, 2009.
Suryabroto, Manajemen Pendidikan di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta,
2004.

Anda mungkin juga menyukai