Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

Kepemimpinan diartikan sebagai segala daya upaya bersama untuk semua sumber
dan alat (resources) yang tersedia dalam suatu organisasi. Resources tersebut dapat
dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu:human resource dan non human resources.
Dalam lembaga pendidikan, khususnya lembaga pendidikan Islam yang termasuk salah
satu unit organisasi juga terdiri dari berbagai unsur atau sumber, dan manusia
merupakan unsur terpenting. Sehingga dapat dikatakan bahwa sukses tidaknya suatu
organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sangat tergantung atas
kemampuan pemimpinnya untuk menumbuhkan kerja sama dengan mudah dan dapat
menggerakkan sumber daya yang ada agar didayagunakan dengan semestinya secara
efektif dan efesien.

Oleh sebab itu, kehidupan suatu lembaga atau organisasi sangat ditentukan oleh
peran seorang pemimpin. Dalam lembaga pendidikan Islam, sosok pemimpin
mempunyai peran yang strategis untuk mewujudkan visi kelembagaan. Ada pun visi yang
paling penting adalah dalam pengembangan mutu kelembagaan, selain itu juga untuk
meningkatkan sumber daya manusia (SDM) dan daya saing dalam berbagai bidang.
Dengan demikian, peran aktif kepemimpinan tentu bukan sekedar untuk mengemban
fungsi secara struktural saja tapi juga untuk perealisasi tujuan dan program kerja sama
kelembagaan yang telah direncanakan secara kolektif.

Kepemimpinan dalam lembaga pendidikan Islam haruslah mampu menumbuhkan


dan mengembangkan usaha kerja sama serta memelihara iklim yang kondusif dalam
kehidupan organisasi. Kepemimpinan yang baik merupakan kepemimpinan yang dapat
mengintegrasikan orientasi tugas dan orientasi hubungan manusia. Dalam tulisan ini
akan diuraikan seberapa penting peran kepemimpinan dan kerjasama lembaga
pendidikan Islam.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A.Konsep Kepemimpinan Lembaga Pendidikan Islam


1. Pengertian Kepemimpinan

Kepemimpinan merupakan terjemahan dari kata “leadership” yang


berasal dari kata leader. Kata leader diambil dari bahasa inggris. Pemimpin
(leader) adalah orang yang memimpin sedangkan pimpinan merupakan
jabatannya. Dalam bahasa Arab pemimpin disebut dengan Khalifah, imamah,
dan imarah, yang berarti menuju, meneladani, pemimpin orang yang
memimpin. Secara etimologi, istilah berasal dari kata “pimpin” yang artinya
bimbing atau tuntun. Dari kata pimpin maka lahirlah kata kerja “memimpin”
yang artinya membimbing dan menuntun.1
Studi tentang kepemimpinan dalam lembaga pendidikan sudah
dilakukan. Sehingga istilah dan definisi tentang kepemimpinan sangat
beragam pendefinisiannya biasanya berdasarkan perspektif dan fenomena
yang ditemukan oleh para peneliti. Namun untuk memperkaya pengetahuan
dan definisi mengenai kepemimpinan di bawah ini penulis sajikan beberapa
definisi kepemimpinan.
Menurut Mujamil Qomar Kepemimpinan pendidikan adalah suatu
variabel penyebab yang diharapkan mampu membawa perubahan-perubahan
yang baik paa beberapa aspek seperti ekonomi, hukum, politik, budaya,
kesehatan, dan lain sebagainya. Aspek-aspek ini akan mengalami perubahan
yang positif-konstruktif apabila dalam lembaga pendidikan memiliki
kepemimpinan yang berkualitas.2
Kepemimpinan menurut Seokarto Indrafachrudi dkk, merupakan
kemampuan dan kesiapan yang dimiliki oleh seseorang untuk dapat
mempengaruhi, mendorong, mengajak, menggerakkan, menuntun dan kalau

1Utari, “ Kepemimpinan Pendidikan Menurut Prespektif Al-Qur’an”, Jurnal Pendidikan dan


Dakwah, Vol. 3, No.3 (2021), hal. 483.
2 Mujamil Qomar, Manajemen Pendidikan Islam, (Jakarta: Erlangga, 2002), hal 270.

2
perlu memaksa orang lain agar ia pengaruh, dan selanjutnya akan berbuat
sesuatu yang dapat membantu percapaian tujuan-tujuan tertentu.3
Hadari Nawawi berpendapat bahwa kpemimpinan adalah kemampuan
menggerakkan, memberikan motivasi dan mempengaruhi orang-orang agar
bersedia melakukan tindakan-tindakan yang terarah pada suatu pencapaian
yang bertujuan, melalui keberanian pemimpin itu sendiri dalam mengambil
keputusan tentang kegiatan yang akan dilakukan.4
Muwahid Shulhan, memberikan defenisi dari kepemimpinan yang erat
kaitannya dengan lembaga pendidikan Islam, kepemimpinan itu merupakan
kemampuan untuk, melakukan koordinasi atau menggerakkan,
mempengaruhi anggota dan segala sumber daya manusia yang ada di
sekolah/madrasah sehingga dapat di daya gunakan secara maksimal untuk
mencapai tujuan.5
Kepemimpinan menurut Syafaruddin sangat menentukan bagaimana
kualitas pendidikan, kepemimpinan tersebut berlangsung sebagai suatu
proses mempengaruhi seseorang yang terlibat dalam pengelolahan lembaga
pendidikan atau sebuah kegiatan belajar-mengajar agar mencapai tujuan
pendidikan secara efektif dan efisien.6
Secara Operasional, untuk mewujudkan produk pendidikan dengan
tenaga-tenaga profesional, figur pemimpin yang handal. Adapun figur
pemimpin yang dimaksud adalah pemimpin-pemimpin pendidikan yang
mampu melahirkan berbagai konsep pendidikan yang akan mewadahi dan
mengadaptasi perubahan sosial, ekonomi dan teknologi, sehingga mereka
siap menghadapi perubahan-perubahan dalam era globalisasi.
Berdasarkan defenisi mengenai kepemimpinan tersebut maka penulis
memberikan pandangan bahwa kepemimpinan itu sebagai upaya secara

3 Seokarto Indrafacrudy dkk, Pengantar Kepemimpinan Pendidikan, ( Surabaya: Usaha


Offset Printing, 1993), hal. 107.
4 Hadari Nawawi, Administrasi Pendidikan, (Jakarta: Haji Masagung, 1988) hal. 81.
5 Muwahid Shulhan, Model Kepemimpinan Kepala Madrasah Dalam Meningkatkan Kinerja

Guru, ( Yogjakarta: Teras, 2013), hal. 13.


6 Syafaruddin, Manajemen Lembaga Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press, 2005), hal.

161.

3
kolektif dalam berpikir, bertindak, dan memecahkan masalah yang sedang
dihadapi oleh sebuah lembaga secara bersama-sama supaya tujuan yang
telah direncanakan dapat direalisasikan dengan baik.

2. Konsep Kepemimpinan Pendidikan Dalam Prespektif Al-Qur’an

Kemajuan dan kemunduran suatu organisasi tergantung pada


pemimpinnya. Pemimpin harus memiliki pedoman atau konsep dalam
menjalankan tugasnya. Islam sebagai rahmat bagi seluruh manusia, banyak
membahas tentang persoalan kepemimpinan dalam Al Qurannnya. Al-
Qurannya dapat dijadikan pedoman dan konsep berorgansisasi agar
mencapai tujuan yang telah direncanakan bersama. Konsep menggambarkan
ciri umum seperti objek, peristiwa dan fenomena. Konsep didefinisikan
sebagai gambaran penataan dari beberapa objek atau kejadian yang
sesungguhnya.
Menurut Siti Fatimah, konsep kepemimpinan adalah peran dan aktivitas
seseorang yang mempengaruhi orang lain berdasarkan aturan islam yaitu Al
Qur‟an dan hadist. Konsep kepemimpinan dalam Al-Qur‟an memiliki
dasardasar yang sangat kuat dan kokoh. Dasar-dasar ini telah dibangun sejak
berabad-abad dahulu dan telah menjadi pedoman agama Islam hingga saat
ini. Pedoman inilah yang membuat kepemimpipnan Islam sebagai salah satu
kepemimpinan yang dikagumi dunia internasional. Konsep Islam tentang
kepemimpinan adalah menjadi pemimpin yang ideal. Seperti Rasulullah yang
dikarunia empat sifat utama yaitu Sidiq, Amanah, Tabligh dan Fathonah. Sidiq
berarti jujur dalam perkataan, amanah dapat dipercaya, tabligh artinya
menyampaikan dan fathonah atinya cerdas.7
Ayat Al-Qur‟an yang berkaitan dengan pemimpin terdapat pada surat An
Nisa ayat 58: َ “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat
kepada yang berhak menerimanya dan meyuruh kamu apabila menetapkan
hukum diantara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil.

7Siti Fatimah, Manajemen Pendidikan Islam: Aplikasi dalam Organisasi Pendidikan,


(Bandung: Alfa Beta,2015) hal. 23

4
Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadau.
Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat. Ayat diatas
menjelaskan tentang seorang pemimpin yang harus baik dalam menunaikan
amanahanya. Jika Allah memerintahkan untuk memimpin suatu organisasi
berarti Allah telah percaya dan memberikan amanat kepada kita. Setiap
amanat yang diberikan kepada umatnya akan dipertanggungjawabakan di hari
kiamat kelak.
Segala bentuk konsep, fenomana, segala bentuk pencapain akan
dipertanggungjawabkan semuanya. Selain itu pemimpin diharuskan untuk
bersifat adil, adil dalam memutuskan hukum diantara manusia. Adil terhadap
diri sendiri, istri, anak-anak, dalam organisasi, mendamaikan perselisihan,
dalam berkata dan kepada musuh sekalipun. Di dalam Al-Quran , Islam tidak
mengajarkan diskriminasi dalam memutuskan keadilan. Semua orang
mendapatkan perlakuan yang sama.

3. Teori Kepemimpinan Lembaga Kepemimpinan Pendidikan Islam

Berbagai studi tentang kepemimpinan hasilnya mengarah pada


bagaimana konsep, rumusan dan teori kepemimpinan itu sendiri. Konsep
maupun teori kepemimpinan lembaga pendidikan Islam yang dihasilkan tentu
tidak lepas dari bagaimana metodologinya, Berikut beberapa teori
kepemimpinan yang diuraikan oleh kartini kartono dalam bukunya
“kepemimpinan pendidikan dan pembangunan karakter” yaitu sebagai berikut:
a. Otokratis dan Pemimpin Otokratis
Kepemimpinan menurut teori ini didasarkan atas perintah-perintah
yang memaksa, berupa tindakan-tindakan yang arbiter. Contohnya
sebagai seorang wasit yang pengawasan agar semua pekerjaan
berlangsung secara efisien. Kepemimpinannya berorientasi pada
struktur organisasi dan tugas-tugas.

b. Teori Psikologis

5
Teori ini menyatakan, bahwa fungsi seorang pemimpin
mengembangkan dan memunculkan sistem motivasi terbaik, untuk
memotivasi kesediaan bekerja dari para anggota dan anak buah.
Pemimpin merangsang bawahan, agar mereka mau bekerja guna
mencapai sasaran-sasaran organisatoris maupun memenuhi tujuan-
tujuan pribadi.
c. Teori Sosiologis
Kepemimpinan dalam teori ini dianggap sebagai usaha-usaha
untuk melancarkan antar-relasi dalam organisasi dan sebagai usaha
untuk menyelesaikan setiap konflik organisatoris antara para
pengikutnya, agar tercapai kerja sama yang baik. Sehingga pemimpin
menetapkan tujuan-tujuan, dengan menyertakan para pengikut dalam
pengambilan keputusan akhir.
d. Teori Suportif
Menurut teori ini, para pengikut harus berusaha sekuat mungkin,
dan bekerja dengan penuh gairah, sedangkan pemimpin akan
membimbing dengan sebaik-baiknya melalui kebijakan tertentu. Dalam
hal ini, pemimpin perlu menciptakan suatu lingkungan tempat kerja
yang menyenangkan, dan agar mampu mempertebal keinginan setiap
pengikutnya untuk melaksanakan pekerjaan sebaik mungkin, sanggup
untuk berkerja sama dengan pihak lain, dan mau mengembangkan
bakat dan keterampilannya, dan menyadari benar keinginan untuk
maju. Teori suportif ini biasa disebut juga dengan teori Partisipatif atau
teori kepemimpinan demokratis.
e. Teori Laissez Faire
Kepemimpinan Laissez Faire ditampilkan oleh seorang tokoh
“ketua dewan” yang sebenarnya tidak mampu mengurus dan dia
menyerahkan tanggung jawab serta pekerjaan kepada bawahan atau
kepada semua anggota. Kepemimpinan semacam ini pemimpin adalah
seorang “ketua” yang bertindak hanya sebagai simbol. Pemimpin
semacam ini biasanya tidak memiliki keterampilan teknis.

6
Kepemimpinannya tidak mampu mengkoordinasikan semua jenis
pekerjaan, tidak berdaya menciptakan suasana kooperatif. Sehingga
lembaga atau organisasi yang dipimpinnnya menjadi berantakan. Pada
intinya pemimpin Laissez Faire itu bukanlah seorang pemimpin dalam
pengertian yang sebenarnya.
f. Teori Kelakuan Pribadi
Teori Kelakuan Pribadi ini menyatakan, bahwa seorang pemimpin
itu tidak melakukan tindakan-tindakan yang identik sama dalam setiap
situasi yang dihadapi. Maksudnya, pemimpin dalam kategori ini harus
fleksibel, disiplin dan bijaksana serta harus mampu mengambil langkah-
langkah yang paling tepat untuk suatu masalah.

g. Sifat Orang-Orang Besar (Traits Great Men)


Teori ini memandang bahwa untuk mengidentifikasi sifat-sifat
unggul seorang pemimpin dapat diketahui melalui sifat, karakter dan
perilaku orang-orang besar yang sudah terbukti sukses dalam
menjalankan kepemimpinannya.
h. Teori Humanistik/Populistik
Menurut teori Humanistik, fungsi kepemimpina adalah untuk
mengorgani manusia dan memenuhi segenap kebutuhan insani, yang
dapat dicapai melalui interaksi pemimpin dengan rakyat. Untuk
melakukan hal ini, perlu adanya organisasi yang baik dan pemimpin
yang baik, yang mau memperhatikan kepentingan dan kebutuhan
rakyat.
i. Teori Situasi
Teori ini menjelaskan, bahwa harus terdapat daya lenting yang
tinggi pada diri seorang pemimpin untuk dapat menyesuaikan diri,
tuntutan situasi, lingkungan dan zaman yang terus mengalami
perubahan.8

8 Op. Cit., hal 488.

7
4. Ciri-ciri Seorang Pemimpin dalam Lembaga Pendidikan Islam

Mujamil Qomar menyebut beberapa ciri-ciri dari seorang pemimpin


dalam kepemimpinan pendidikan Islam antara lain:
a. Memiliki pengetahuan dan kemampuan yang cukup untuk
mengendalikan lembaga atau organisasinya.
b. Memfungsikan keistimewaannya yang lebih disbanding orang lain (QS.
al-Baqarah:247).
c. Mampu memahami kebiasaan dan bahasa orangyang menjadi
tanggung jawabnya (QS. Ibrahim: 4)
d. Mempunyai kharisma atau wibawa dihadapan anggota nya atau orang
lain (QS. Huud: 91).
e. Bermuamalah dengan lembut dan kasih sayang terhadap bawahannya,
agar orang lain simpatik kepadanya (QS. Ali Imran:159).
f. mampu bermusyawarah dengan para pengikut serta mintalah
pendapat dan pengalaman mereka (QS. Ali Imran: 159).
g. Mempunyai power dan pengaruh yang dapat memerintah serta
mencegah karena seorang pemimpin harus melakukan control
pengawasan atas pekerjaan anggota, meluruskan kekeliruan, serta
mengajak mereka untuk berbuat kebaikan dan mencengah
kemungkaran (QS al-Hajj: 41).
h. Bersedia mendengar nasehat dan tidak memiliki sifat sombong, karena
mendapat nasehat dari orang yang jarang sekali kita peroleh (QS. al-
Baqarah: 206).9
Selanjutnya, Mujamil Qomar juga mengatakan bahwa jabatan pemimpin
adalah jabatan yang istimewa karena, pemimpin organisasi atau lembaga
apapun dipersyaratkan memiliki berbagai kelebihan yang menyangkut tentang
pengetahuan, sikap, perilaku maupun keterampilan dibandingkan dengan
orang lain.10

9 Qomar, Op. Cit., 278


10 Ushansyah,”Kepemimpinan Lembaga Pendidikan Islam”, Jurnal Kopertais Wilayah XI
Kalimantan, Vol.14, No.26, (2017), hal.55.

8
Figur seorang pemimpin yang ideal sangatlah diharapkan oleh
Masyarakat, lantaran bagaimana kepemimpinan seorang pemimpin menjadi
contoh terbaik dalam segala ucapan, perbuatan, dan kebiasaan, termasuk
juga dalam hal berpakaian. Sementara dalam konteks pendidikan Islam,
pemimpin harus memiliki keunggulan yang lebih lengkap.

5. Karakteristik Kepemimpinan dalam Prespektif Al-Quran

Untuk menjadi pemimpin diperlukan adanya syarat-syarat tertentu, yakni


karakteristik atau sifat-sifat yang baik yang harus dimiliki oleh seorang
pemimpin. Berikut beberapa karakteristik seorang pemimpin islam
berdasarkan ayat-ayat al-quran :
a. Shiddiq
Kunci dari kepemimpinan adalah kejujuran, karena kejujuran akan
membawa kebaikan. Pemimpin yang jujur akan disenangi dan disegani
masyarakat. Sikap pemimpin yang shiddiq (jujur) senantiasa
mendasarkan pada kebenaran dari keyakinannya, jujur serta tulus, adil,
dan menghormati yang diyakini pihak lain yang bisa jadi berbeda dengan
keyakinan, bukan merasa diri paling benar. Karaker ini dapat dikatakan
hal yang sangat urgent untuk pemimpin. Seorang pemimpin yang
membiasakan jujur dan adil akan membuat bawahan menjadi lebih
percaya terhadapnya sehingga bawahan dapat bekerja tanpa adanya
kecurigaan dan dapat bekerja dengan semangat yang lebih.
b. Amanah
Pemimpin yang amanah adalah pemimpin yang dapat bertanggung
jawab. Dengan baik dan dapat dipercaya. Kepercayaan masyarakat
berupa penyerahan segala nya sama urusan kepada pemimpin agar
dikelola dengan baik dan untuk kemashalatan bersama. Dalam
menanggung amanah kepemimpinan, Rasulullah saw. Sangat melarang
kepada semua pemimpin untuk mengambil segala sesuatu yang bukan
haknya.
Dalam surat Al-Ahzab ayat 72 dijelaskan bahwa :

9
ُۗ ‫س‬
‫ان‬ ِ ْ ‫ض َو ْال ِجبَا ِل فَاَبَيْنَ اَ ْن يَّحْ ِم ْلنَ َها َواَ ْش َف ْقنَ ِم ْن َها َو َح َملَ َها‬
َ ‫اْل ْن‬ ِ ‫ت َو ْاْلَ ْر‬
ِ ‫علَى السَّمٰ ٰو‬ َ َ‫ضنَا ْاْلَ َمانَة‬ َ ‫اِنَّا‬
ْ ‫ع َر‬
‫ظل ْو ًما َجه ْو ًْلا‬َ َ‫اِنَّهٗ َكان‬

“Sesungguhnya Kami telah menawarkan amanat kepada langit, bumi dan


gunung-gunung; tetapi semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan
mereka khawatir tidak akan melaksanakannya (berat), lalu dipikullah amanat
itu manusia. Sungguh, manusia itu sangat zhalim dan sangat bodoh”
c. Tabligh
Tabligh adalah sifat rasulullah yang ke tiga, Sifat Ini adalah sebuah sifat
Rasul untuk tidak menyembunyi-kan informasi yang benar apalagi untuk
kepentingan umat dan agama. Beliau tidak pernah sekalipun menyimpan
informasi berharga untuk dirinya sendiri. Beliau sering memberikan berita
gembira mengenai kemenangan dan keberhasilan yang akan diraih oleh
pengikutnya di kemudian hari.11
Firman Allah yang menjelaskan tentang tabligh ini terdapat dalam QS. Ali
-„Imran ayat 104 :
ٰۤ
‫ع ِن ْالم ْنك َِر ُۗ َواو ٰلىِٕكَ هم‬ ِ ‫َو ْلتَك ْن ِم ْنك ْم ا َّمةٌ يَّدْع ْونَ اِلَى ْال َخي ِْر َو َيأْمر ْونَ ِب ْال َم ْعر ْو‬
َ َ‫ف َو َي ْن َه ْون‬
َ‫ْالم ْف ِلح ْون‬
Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada
kebaikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang
mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.”

d. Fathanah
Fathanah merupakan sifat Rasul yang keempat, yaitu akalnya panjang
sangat cerdas sebagai pemimpin yang selalu berwibawa. Menyelesaikan
masalah dengan tangkas dan bijaksana. Sifat pemimpin adalah cerdas dan
mengetahui dengan jelas apa akar permasalahan yang dia hadapi serta
tindakan apa yang harus dia ambil untuk mengatasi permasalahan yang terjadi
pada umat. Sang pemimpin harus mampu memahami betul apa saja bagian-

11Sakdiah, “Karakteristik Kepemimpinan Dalam Islam ( Kajian Historis Filosofis ) Sifat-Sifat


Rasulullah,” Jurnal Al-Bayan 22, no. 33 (2016): 44

10
bagian dalam sistem suatu organisasi/lembaga tersebut, kemudian ia
menyelaraskan bagian-bagian tersebut agar sesuai dengan strategi untuk
mencapai sisi yang telah digariskan. Seorang pemimpin harus dapat
memahami tugas dan mampu memutuskan sesuatu dengan cepat dan benar.
Keempa karakter tersebut merupakan hal wajib yang harus dimiliki seorang.
Karena karakter yang ada didalam kepemimpinan itu sangat berpengaruh bagi
perkembangan sebuah lembaga pendidikan maupun di dalam sebuah
organisasi.
Dalam kaitan ini, karakteristik kepemimpinan merupakan gaya ideal yang
ditunjukkan oleh seorang pemimpin dalam setiap pengambilan keputusan
hingga menyangkut aktualisasi diri baik beruapa bahasa, tindakan dan
perilaku. Maka persoalan-persoalan yang muncul dalam lembaga pendidikan
Islam bisa jadi karenadisebabkan karakteristik kepemimpinannya. Oleh
karena itu, karakteristik merupakan bagian dari kekuatan yang harus dimiliki
oleh seorang pemimpin agar menjadi keunggulan dan nilai lebih dalam
menjalankan tugas dan tanggung jawabnya. Karena suatu lembaga
pendidikan dapat dikatakan efektif jika lembaga tersebut mempunyai
kapasitas untuk memaksimalkan tujuan dan fungsi-fungsinya.12

6. Peran Kepemimpinan dalam Lembaga Pendidikan Islam

Salah satu bentuk kepemimpinan dalam lembaga pendidikan Islam


adalah kepala sekolah. Kepala sekolah adalah salah satu komponen
pendidikan yang paling berperan dalam menentukan keberhasilan suatu
lembaga pendidikan, karena ia merupakan pemimpin di lembaganya. Lebih
lanjut ia mengatakan bahwa kegagalan dan keberhasilan sekolah banyak
ditentukan oleh kepala sekolah, karena mereka merupakan pengendali dan
penentu arah yang hendak ditempuh sekolah menuju tujuannya, yaitu sekolah
yang efektif, bermutu, dan favorit tidak lepas dari peran kepala sekolahnya.
maka ia harus mampu membawa lembaganya ke arah tercapainya tujuan

12Djunair, “Teori Kepemimpinan Dalam Lembaga Pendidikan Islam”, Jurnal Manajemen


Pendidikan Islam,UIN SUKA Yogjakarta, 2017, Vol.3, No.1, hal. 152.

11
yang telah ditetapkan, ia harus mampu melihat adanya perubahan serta
mampu melihat masa depan dalam kehidupan global yang lebih baik. Kepala
sekolah harus bertanggung jawab atas kelancaran dan keberhasilan semua
urusan pengaturan dan pengelolaan sekolah secara formal kepada atasannya
atau secara informal kepada masyarakat yang telah menitipkan anak didiknya.
Sebagai pemimpin pendidikan yang professional, kepala sekolah dituntut
untuk selalu mengadakan perubahan. Mereka harus memiliki semangat yang
berkesinambungan untuk mencari terobosan-terobosan baru demi
menghasilkan suatu perubahan yang bersifat pengembangan dan
penyempurnaan, dari kondisi yang memprihatinkan menjadi kondisi yang lebih
dinamis, baik segi fisik maupun akademik seperti perubahan semangat
keilmuan, atmosfer belajar dan peningkatan strategi pembelajaran. Di
samping itu, kepala sekolah juga harus berusaha keras menggerakkan
parabawahannya untuk berubah, setidaknya mendukung perubahan yang
dirintis kepala sekolah secara proaktif, dinamis, bahkan progresif.13

B. Konsep KerjaSama Lembaga Pendidikan Islam

1. Pengertian Kerjasama Lembaga Pendidikan Islam

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kerjasama merupakan sesuatu


yang ditangani oleh beberapa pihak. Kerjasama adalah sebuah sikap mau
melakukan suatu pekerjaan secara bersama-sama tanpa melihat latar
belakang orang yang diajak bekerjasama untuk mencapai suatu tujuan.
Landsberger kerjasama atau belajar bersama adalah proses berkelompok
dimana anggota-anggotanya mendukung dan saling mengandalkan untuk
mencapai suatu hasil mufakat. Selain itu kemampuan kerjasama mampu
meningkatkan rasa percaya diri dan kemampuan berinteraksi, serta melatih
peserta didik beradaptasi dengan lingkungan baru.

13
Mulyasa, Menjadi Kepala SekolahProfessional,( Bandung: PT RemajaRosdakarya, 2004), hal. 114

12
Dalam istilah administrasi, pengertian kerjasama sebagaimana yang
dijelaskan oleh Hadari Nawawi adalah suatu usaha untuk mencapai tujuan
bersama melalui pembagian kerja, bukan pengkotakan kerja, akan tetapi
sebagai suatu satu kesatuan kerja yang semuanya terarah pada pencapaian
tujuan.
Sedangkan menurut B. Suryo Subroto bahwa kerjasama adalah
menempatkan hubungan antara orang-orang dalam kewajiban-kewajiban,
hak-hak dan tanggung jawab masing-masing, penentuan struktur hubungan
tugas dan tanggung jawab itu dimaksudkan agar tersusun suatu pola kegiatan
untuk menuju tercapainya tujuan bersama.14
Secara umum kerjasama adalah sesuatu bentuk tolong menolong, yaitu
kerjasama yang tidak dalam bentuk dosa dan permusuhan sebagaimana
dinyatakan dalam al-Qur‟an Surat Al-maidah ayat 2:
ِ ‫ش ِديْد ْال ِعقَا‬
‫ب‬ َ ‫ّٰللا ُۗا َِّن ه‬
َ ‫ّٰللا‬ ِ ‫علَى ْاْلِثْ ِم َو ْالعد َْو‬
َ ‫ان َۖواتَّقوا ه‬ َ ‫علَى ْالبِ ِر َوالت َّ ْق ٰو ۖى َو َْل تَ َع َاون ْوا‬
َ ‫َوتَ َع َاون ْوا‬

Artinya:“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan


takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.
dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-
Nya.”

2. Bentuk-bentuk Kerjasama Lembaga Pendidikan Islam

a. Hubungan sekolah dengan orang tua siswa dan warga masyarakat. Bentuk
hubungan ini bisa secara individual dan organisasi.
b. Hubungan sekolah ddengan alumni. Dari para alumni, sekolah memperoleh
masukan tentang kekurangan sekolah yang perlu dibenahi, upaya-upaya
yang perlu dilakukan untuk perbaikan.
c. Hubungan dengan dunia usaha/dunia kerja merupakan bidang garapan
guru bimbingan dan konseling.

14 Kholilulah, “MENJALIN KERJASAMA DALAM PENDIDIKAN ISLAM”, Jurnal penelitian


sosial dan keagamaan, STAI AN-Nadwah Kuala Tungkal, 2023, Vol. 13, No.01, hal. 14.

13
Pelaksanaannya: 1) Mengundang tokoh yang berhasil untuk datang ke
sekolah, keberhasilan tokoh tersebut akan memotivasi semua pihak untuk
berbuat yang serupa, 2) Mengirim para anak didik ke dunia usaha/kerja
yang mana akan menguntungkan bagi kedua pihak karena dunia kerja
memperoleh tenaga yang murah sedangkan para siswa mendapatkan
pengalaman kerja yang berharga.
d. Hubungan dengan instansi lain: 1) Hubungan dengan sekolah lain,
hubungan kerjasama juga dapat dibina melalui MGMP, MKS, MGP, k3S,
K3M. 2) Hubungan dengan lembaga/badanbadan pemerintsh swasta,
contohnya kerjasama dengan bank dalam rangka penggalangan dana
“gemar menabung” pelajar. Atau kerjasama dengan pertamanan dalam
rangka penghijauan. 15
Pada dasarnya banyak cara yang dapat ditempuh untuk menjalin
kerjasama antara keluarga dengan sekolah, di antaranya melalui cara-cara
sebagai berikut:
a. Kunjungan pihak sekolah (guru) kerumah anak didik Cara ini berdampak
positif bagi anak karena merasa selalu diperhatikan, dan juga bagi orang
tua karena termotivasi untuk selalu mengadakan kerjasama dengan
sekolah. Bagi guru dan pihak sekolah manfaat yang biasa diambil adalah
adanya kesempatan untuk melakukan observasi secara langsung dan
melakukan wawancara.
b. Kunjuangan orang tua ke sekolah Kalau ada acara yang diselenggarakan
oleh sekolah yang memungkinkan untuk dihadiri oleh orang tua maka akan
berdampak positif jika orang tua diundang untuk menghadiri acara tersebut.
Kegiatan tersebut biasa berupa class meeting yang berisi lombalomba,
pameran hasil karya dan lain sebagainya.
c. Case conference Merupakan rapat atau konferensi tentang kasus tertentu
yang berkaitan dengan proses yang ada di sekolah dan keluarga. Kegiatan
ini biasanya dilaksanakan dalam konteks bimbingan dan konseling.

Ade Saeful Anwar, “MANAJEMEN HUBUNGAN LEMBAGA PENDIDIKAN DENGAN


15

MASYARAKAT”, JURNAL PENDIDIKAN MUTIARA, 2022, Vol.7 , No. 2, hal. 18-19.

14
d. Badan pembantu sekolah Adalah organisasi atau lembaga orang tua murid
dan guru untuk menjalin kerjasama secara terorganisasi antara keduanya.
Sampai sekarang ini organisasi semacam ini telah mengalami berbagai
perubahan karena disesuaikan dengan situasi pendidikan dan
masyarakat.16

3. Prinsip-Prinsip Kerjasama Lembaga Pendidikan Islam

Adapun beberapa prinsip kerja sama lembaga pendidikan Islam,


diantaranya:
a. Berorientasi pada tercapainya tujuan yang baik, yakni meningkatkan
mutu pendidikan dan citra positif lembaga pendidikan.
b. Memerhatikan kepentingan bersama, mendapatkan keuntungan atau
manfaat bagi kedua belah pihak secara bersama-sama.
c. Berkelanjutan, yakni tidak hanya bersifat musiman melainkan
sepanjang waktu.

4. Tahap-Tahap Pelaksanaan Kerjasama Pendidikan Islam

Tahapan-tahapan pelaksanaan dapat melihat beberapa butir poin


dibawah ini, antara lain: 17
a. Tahap penjajakan, yakni mempelajari kekuatan dan kelemahan
masing-masing baik dengan penjajakan maupun kunjungan untuk
saling berkenalan.
b. Penanda tanganan kerja sama dokumen kesepahamn kerja sama yang
telah dipersipakan, dikaji, dan dibahas sebelumnya.
c. Penyusunan program yang akan dilaksanakan bersama.
d. Pelaksanan kegiatan yang telah direncanakan.
e. Evaluasi secara objektif, kritis, transparan dan komprehensif.
f. Pelaporan kegiatan secara lengkap, sistematis dan jelas. Ada beberapa
cara yang dapat menjadikan kerjasama dapat berjalan dengan baik dan

17 Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Prenada Media Group, 2003) hal. 279

15
mencapai tujuan yang telah disepakati oleh dua orang atau lebih
tersebut yaitu

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Kepemimpinan dalam lembaga pendidikan Islam haruslah mampu


menumbuhkan dan mengembangkan usaha kerja sama serta memelihara iklim
yang kondusif dalam kehidupan organisasi. Kepemimpinan yang baik merupakan
kepemimpinan yang dapat mengintegrasikan orientasi tugas dan orientasi
hubungan manusia. Salah satu bentuk kepemimpinan dalam lembaga pendidikan
Islam adalah kepala sekolah. Kepala sekolah adalah salah satu komponen
pendidikan yang paling berperan dalam menentukan keberhasilan suatu lembaga
pendidikan, karena ia merupakan pemimpin di lembaganya. Lebih lanjut ia
mengatakan bahwa kegagalan dan keberhasilan sekolah banyak ditentukan oleh
kepala sekolah, karena mereka merupakan pengendali dan penentu arah yang
hendak ditempuh sekolah menuju tujuannya, yaitu sekolah yang efektif, bermutu,
dan favorit tidak lepas dari peran kepala sekolahnya. maka ia harus mampu
membawa lembaganya ke arah tercapainya tujuan yang telah ditetapkan, ia harus
mampu melihat adanya perubahan serta mampu melihat masa depan dalam
kehidupan global yang lebih baik. Kepala sekolah harus bertanggung jawab atas

16
kelancaran dan keberhasilan semua urusan pengaturan dan pengelolaan sekolah
secara formal kepada atasannya atau secara informal kepada masyarakat yang
telah menitipkan anak didiknya.
Konsep kerja sama lembaga pendidikan islam, secara umum kerjasama
adalah sesuatu bentuk tolong menolong, yaitu kerjasama yang tidak dalam bentuk
dosa dan permusuhan sebagaimana dinyatakan dalam al-Qur‟an Surat Al-maidah
ayat 2.

DAFTAR PUSTAKA

Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Prenada Media Group, 2003.

Ade Saeful Anwar, “MANAJEMEN HUBUNGAN LEMBAGA PENDIDIKAN


DENGAN MASYARAKAT”, JURNAL PENDIDIKAN MUTIARA, 2022.

Djunair, “Teori Kepemimpinan Dalam Lembaga Pendidikan Islam”, Jurnal Manajemen


Pendidikan Islam,UIN SUKA Yogjakarta, 2017.

Hadari Nawawi, Administrasi Pendidikan, Jakarta: Haji Masagung, 1988.

Kholilulah, “MENJALIN KERJASAMA DALAM PENDIDIKAN ISLAM”, Jurnal


penelitian sosial dan keagamaan, STAI AN-Nadwah Kuala Tungkal, 2023.

Mujamil Qomar, Manajemen Pendidikan Islam, Jakarta: Erlangga, 2002.

Mulyasa, Menjadi Kepala SekolahProfessional,( Bandung: PT RemajaRosdakarya, 2004.

Muwahid Shulhan, Model Kepemimpinan Kepala Madrasah Dalam Meningkatkan Kinerja


Guru, Yogjakarta: Teras, 2013.

Rasulullah,” Jurnal Al-Bayan 22, no. 33 (2016): 44

Sakdiah, “Karakteristik Kepemimpinan Dalam Islam ( Kajian Historis Filosofis ) Sifat-


Sifat

Seokarto Indrafacrudy dkk, Pengantar Kepemimpinan Pendidikan, Surabaya: Usaha


Offset Printing, 1993.

17
Siti Fatimah, Manajemen Pendidikan Islam: Aplikasi dalam Organisasi Pendidikan,
Bandung: Alfa Beta,2015.

Syafaruddin, Manajemen Lembaga Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat Press, 2005.

Ushansyah,”Kepemimpinan Lembaga Pendidikan Islam”, Jurnal Kopertais Wilayah XI


Kalimantan, Vol.14, No.26, 2017.

Utari, “ Kepemimpinan Pendidikan Menurut Prespektif Al-Qur’an”, Jurnal Pendidikan


dan Dakwah, Vol. 3, No.3 2021.

18

Anda mungkin juga menyukai