Oleh :
NIM : G000180221
Kelas/Smt : D/4
Manusia sejak kelahirannya di muka bumi telah membawa peran legitimasi sebagai
seorang pemimpin (khalifah) dengan tanpa mengeliminir peran lainnya selaku hamba Allah
SWT. Pandangan ini dapat dilihat dari kandungan kalam ilahi yang terdapat dalam Q.S Al-
Baqarah: 30. Kemudian, bandingankan dengan firman Allah SWT yang menunjukan
penghambaan manusia dan merupakan bagian dari tujuan esensial penciptaannya, terdapat
dalam Q.S. Adz-Dzariyat: 56. Kepemimpinan merupakan qadrat atau fitrah yang dimiliki
oleh setiap individu manusia. Fitrah kepemimpinan adalah fotensi atau kekuatan yang
menopang setiap individu supaya mampu memanfaatkan dan memberdayakan segala sesuatu
yang terdapat di alam semesta, baik yang berupa sumber daya manusia atau sumber daya
alamnya. Bagi seorang khalifah yang sekaligus hamba, pemberdayaan dan pemanfaatan
segala sesuatu tersebut bertujuan hanya untuk meningkatkan pengabdian diri kepada Allah
SWT semata. Sebagai makhluk yang paling sempurna, manusia mengawali proses
kepemimpinannya mulai dari dirinya sendiri. Kesuksesan ia dalam memimpin dirinya dari
berbagai problematika dan kompetensi yang terdapat pada dirinya, sangat mempengaruhi
pada proses kepemimpinan berikutnya. Di mana ruang lingkup dan jangkauan serta
problematika kepemimpinanya jauh lebih luas dan bersifat kompleks (kepemimpinan dalam
tataran makro).
Proses pada tingkat kedua itulah yang menjadikan banyak para ahli yang menilai
kepemimpinan seakanakan peranannya hanya untuk mempengaruhi sesuatu yang berada di
luar dirinya sendiri. Asumsi tersebut seringkali menimbulkanpemikiran bahwa
kepemimpinan seakan tidak terlepas dari suatu kelompok, organisasi, golongan atau yang
lainnya di mana basisnya jauh lebih banyak dan lebih luas. Padahal sebagaimana Rasulullah
SAW mengungkapkan dalam satu riwayat hadits, bahwa kepemimpinan seseorang diawali
dari dirinya sendiri. Hal ini sebagaimana terungkap dalam salah satu isi hadits yang
diriwayatkan dalam kitab Al-Muwaththa karya Imam Malik, yang artinya: “Setiap kalian
adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinnannya. Dan Amir
(pemimpin) yang memimpin masyarakat, ia akan dimintai pertanggungjawaban atas
kepemimpinannya. Dan seorang laki-laki adalah pemimpin bagi keluarganya dan ia akan
dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Seorang perempuan pemimpin atas
harta suaminya dan ia akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Seorang
hamba sahaya pemimpin atas harta tuannya dan ia pun akan dimintai pertnggungjawaban ata
kepemimpinannya. Kemudian setiap kalian adalah pemimpin dan akan dimintai
pertanggungjawaban atas kepemimpinannya.”
Sebagai seorang muslim yang memiliki pedoman hidup yang bersumber dari al-Quran
dan as-Sunah, maka setiap gerak dan tingkah laku sepantasnya berpijak pada kedua tuntunan
hidup tersebut. Suatu keniscayaan yang dapat menjadi tuntunan atau pijakan bagi setiap
individu umatm Islam dalam mengemban amanahnya sebagai khalifah.
Pemimpin harus mengutamakan tugas, tanggung jawab dan membina hubungan yang
harmonis, baik dengan atasannya maupun dengan bawahannya. Jadi pemimpin harus
mengadakan komunikasi keatas dan kebawah, baik komunikasi formal maupun komunikasi
informal. Dalam kenyataannya para pemimpin dapat mempengaruhi moral dan kepuasan
kerja, keamanan, kualitas kehidupan kerja dan terutama tingkat prestasi suatu organisasi. Di
samping itu, para pemimpin juga memainkan peranan penting dalam membantu kelompok,
organisasi atau masyarakat untuk mencapai tujuan yang diinginkan1.
Dari uraian tersebut jelaslah bahwa manusia telah dikaruniai sifat dan sekaligus tugas
sebagai seorang pemimpin. Pada masa sekarang ini setiap individu sadar akan pentingnya
ilmu sebagai petunjuk/alat/panduan untuk memimpin umat manusia yang semakin besar
jumlahnya serta komplek persoalannya. Atas dasar kesadaran itulah dan relevan dengan
upaya proses pembelajaran yang mewajibkan kepada setiap umat manusia untuk mencari
ilmu. Dengan demikian upaya tersebut tidak lepas dengan pendidikan, dan tujuan pendidikan
tidak akan tercapai secara optimal tanpa adanya manajemen atau pengelolaan pendidikan
yang baik, yang selanjutnya dalam kegiatan manajemen pendidikan diperlukan adanya
paradigma pemimpin yang memiliki kemampuan untuk menjadi seorang pemimpin.
Rumusan Masalah
1. Apa konsep dasar kepemimpinan dalam manajemen pendidikan?
2. Bagaimana faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas paradigma kepemimpinan
dalam manajemen pendidikan?
3. Apa fungsi dan Tipe Pemimpin dalam manajemen pendidikan?
4. Bagaimana Profesionalita Kepemimpinan dalam manajemen Pendidikan
Tujuan Penelitian
1. Mengetahui konsep dasar kepemimpinan dalam manajemen pendidikan?
2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas paradigma kepemimpinan
dalam manajemen pendidikan?
3. Mengetahui Profesionalita Kepemimpinan dalam manajemen Pendidikan
Pembahasan
Konsep dasar kepemimpinan dalam manajemen pendidikan
Kepemimpinan sebagai istilah umum mungkin dapat dirumuskan sebagai proses
memengaruhi kegiatan seseorang atau kelompok dalam usaha-usaha kearah pencapaian
tujuan dalam situasi tertentu. Definisi kepemimpinan ini membawa kepada kesimpulan
1
Soleh Subagja, “Paradigma Nilai-Nilai Kepemimpinan Profetik”, Progresiva, Vol.3, No. 1 Januari – Juni
2010, hal. 24.
bahwa proses kepemimpinan itu ialah suatu fungsi dari pemimpin, pengikut, dan variabel-
variabel situasi lain. (Oteng Sutisna, 1989:31).
Definisi kepemimpinan menurut stogdill (Husaini Usman, 2009:279) ialah:
1. Kepemimpinan adalah pembentukan awal serta pemeliharaan struktur dalam harapan dan
interaksi.
2. Kepemimpinan adalah pengaruh antar pribadi yang dijalankan dalam suatu situasi
tertentu, serta diarahkan melalui proses komunikasi ke arah pencapaian satu atau
beberapa tujuan tertentu.
3. Kepemimpinan adalah peningkatan pengaruh sedikit demi sedikit, pada dan berada diatas
kepatuhan mekanis terhadap pengarahan-pengarahan rutin organisasi.
2
Clara Prameswari, “Makalah Kepemimpinan Pendidikan”, hal. 3.
8. Merupakan bagian dari kelompok (exemplar)
9. Merupakan lambing dari pada kelompok (symbol of the group)
10. Pemegang tanggung jawab para anggota kelompoknya (surrogate for individual
responsibility)
11. Sebagai pencipta/memiliki cita-cita (ideologist)
12. Bertindak sebagai seorang ayah (father figure)
13. Sebagai kambing hitam (scape goat).
Berdasarkan dari peranan pemimpin tersebut, jelaslah bahwa dalam suatu
kepemimpinan harus memiliki peranan-peranan yang dimaksud, di samping itu juga bahwa
pemimpin memiliki tugas yang embannya, sebagaimana menurut M. Ngalim Purwanto,
sebagai berikut :
1. Menyelami kebutuhan-kebutuhan kelompok dan keinginan kelompoknya.
2. Dari keinginan itu dapat dipetiknya kehendak-kehendak yang realistis dan yang
benar-benar dapat dicapai.
3. Meyakinkan kelompoknya mengenai apa-apa yang menjadi kehendak mereka, mana
yang realistis dan mana yang sebenarnya merupakan khayalan.
Tugas pemimpin tersebut akan berhasil dengan baik apabila setiap pemimpin
memahami akan tugas yang harus dilaksanaknya. Oleh sebab itu kepemimpinan akan tampak
dalam proses di mana seseorang mengarahkan, membimbing, mempengaruhi dan atau
menguasai pikiran-pikiran, perasaan-perasaan atau tingkah laku orang lain.
Untuk keberhasilan dalam pencapaian suatu tujuan diperlukan seorang pemimpian yang
profesional, di mana ia memahami akan tugas dan kewajibannya sebagai seorang pemimpin,
serta melaksanakan peranannya sebagai seorang pemimpin. Di samping itu pemimpin harus
menjalin hubungan kerjasama yang baik dengan bawahan, sehingga terciptanya suasana kerja
yang membuat bawahan merasa aman, tentram, dan memiliki suatu kebebasan dalam
mengembangkan gagasannya dalam rangka tercapai tujuan bersama yang telah ditetapkan.
3
Ririnyonlikarlina, “Manajemen Kepemimpinan Pendidikan”, Universitas negeri padang Indonesia, hal. 4.
1. Kompetensi Kepribadian
2. Kompetensi Manajerial
3. Kompetensi Kewirausahaan
4. Kompetensi Supervisi
5. Kompetensi Sosial
Kemudian diikuti oleh PERMENDIKNAS No. 16 tahun 2007 tentang Standar Akademik
Guru dan Standar Kompetensi paedagogik dan pembelajaran. Untuk guru sekarang harus
bersantar S1 dan untuk Dosen berstanda S2.4
Kesimpulan
Manusia sejak kelahirannya di muka bumi telah membawa peran legitimasi sebagai
seorang pemimpin (khalifah) dengan tanpa mengeliminir peran lainnya selaku hamba Allah
SWT. Pandangan ini dapat dilihat dari kandungan kalam ilahi yang terdapat dalam Q.S Al-
Baqarah: 30. Kepemimpinan merupakan qadrat atau fitrah yang dimiliki oleh setiap individu
manusia. Fitrah kepemimpinan adalah fotensi atau kekuatan yang menopang setiap individu
supaya mampu memanfaatkan dan memberdayakan segala sesuatu yang terdapat di alam
semesta, baik yang berupa sumber daya manusia atau sumber daya alamnya. Bahwa
kesuksesan pemimpin dalam aktivitasnya dipengaruhi oleh factor-faktor yang dapat
menunjang untuk berhasilnya suatu kepemimpinan, oleh sebab itu suatu tujuan akan tercapai
apabila terjadinya keharmonisan dalam hubungan atau interaksi yang baik antara atasan
dengan bawahan, di samping dipengaruhi oleh latar belakang yang dimiliki pemimpin, seperti
motivasi diri untuk berprestasi, kedewasaan dan keleluasaan dalam hubungan social dengan
sikap-sikap hubungan manusiawi.
Daftar Pustaka
Iwan Hermawan, Kepemimpinan Dalam Manajemen Pendidikan (Managing and the Human
Factor, Motivation, Leadership, Communication), hal. 3-4.
Ir. Sere Saghranie Daulay M.Si, Kepemimpinan Dalam Manajemen Pendidikan ,
Widyaiswara Pusdiklat Industri, hal 6-9.
Soleh Subagja, “Paradigma Nilai-Nilai Kepemimpinan Profetik”, Progresiva, Vol.3, No. 1
Januari – Juni 2010, hal. 24.
Clara Prameswari, “Makalah Kepemimpinan Pendidikan”, hal. 3.
lis Prasetyo, “Kepemimpinan di Sekolah dalam Menghadapi Paradigma Baru Pendidikan di
Indonesia”, Manajemen Pendidikan No. 01/Th. Il/April 2006.
Husaini Usman, “Paradigma Baru Kepemimpinan Pendidikan Kejuruan”, Ft Universitas
Negeri Yogyakarta, hal. 3.
4
Ir. Sere Saghranie Daulay M.Si, Kepemimpinan Dalam Manajemen Pendidikan , Widyaiswara Pusdiklat
Industri, hal 6-9.
Ririnyonlikarlina, “Manajemen Kepemimpinan Pendidikan”, Universitas negeri padang
Indonesia, hal. 4.