Pipihnurasiahj08@gmail.com
Abstract
subordinates.Without the person who regulates and directs an organization,it is certain that the
organization can achieve its objectives in accordance with is vision and mission.Therefore,a
leader figure is needed to be able to manage and regulate the organization to achieve its
objectives.This study aims to examins the important of leadership in organizations with a literary
approach.This type of reseach is a study with a literature study approach which is carried out by
finding a theoretical reference in accordance with the case obtained.The leader is a positive and
confident person who has a high vision,mission and ethical values, with the ability to convery
ideas and be able to encourage and relate well to others.Leadership will be a determining factor
for success in an organization.This is because leadership is a central point for significant changes
Keywords
Leadership,organisasi
Abstrak
Pemimpin adalah sebuah organisasi memiliki peranan penting dalam mengarahkan dan
mempengaruhi para bawahannya.Tanpa adanya orang yang mengatur dan mengarahkan suatu
organisasi niscaya organisasi tersebut dapat mencapai tujuannya sesuai dengan visi dan
misinya.Oleh sebab itu,diperlukan figurseorang pemimpin untuk dapat mengelola dan mengatur
kepemimpinan dalam organisasi dengan pendekatan literatur.Jenis penelitian ini ialah penelitian
dengan pendekatan studi literatur dimana dilakukan dengan menemukan referensi teori yang
sesuai dengan kasus yang diperoleh. Pemimpin merupakan seorang yang positif dan penuh
percaya diri yang memiliki visi,misi dan nilai etika yang tinggi,dengan kemampuan
menyampaikan gagasan dan mampu dalam rangka mendorong dan berhubungan baik dengan
orang lain. Kepemimpinan akan menjadi fakor penentu keberhasilan dalam suatu organisasi.Hal
ini dikarenakan kepemimpinan menjadi titik pusat adanya perubahan signifikan dalam
Kata kunci
Kepemimpinan,organisasi
I.Pendahuluan
Kepemimpinan bukanlah tentang hirarki atau sebutan atau juga status melainkan hal tersebut
memiliki pengaruh dan menguasai untuk berubah.Kepemimpinan bukanlah sekitar membuat hal-
pemimpin tidak bisa lagi memandang strategi dan eksekusi menjadi hal yang dipentingkan ketika
hanya mampu mengandalkan konsep-konsep yang abstrak.Akan tetapi,seorang pemimpin
diharapkan mampu menyadari bahwa kedua unsur tersebut pada akhirnya hanya membicarakan
keberadaan seorang pemimpin sangat dibutuhkan sekali guna menetapkan dan memutuskan
Posisi kepemimpinan ditetapkan dalam pengaturan kerja untuk membantu organisasi submit
untuk mencapai tujuan keberadaannya dalam sistem yang lebih besar.Tujuan organisasi
mereka dan memfasilitasi atau memungkinkan proses organisasi yang seharusnya menghasilkan
pencapaian tujuan.Tujuan dan arah organisasi menjadi jelas dalam banyak hal,termasuk melalui
misi,visi,strategi,tujuan,rencana,dan tugas.(Zaccaro,2001:453).1
pengaruh pada individu atau sekelompok orang untuk memproleh visi atau tujuan.Seperti halnya
pada organisasi formal,dampak ini dapat menjadi bersifat formal yang diberikan oleh pimpinan
yang memegang sebuah jabatan pada organisasi sehingga harus dipatuhi dan dilaksanakan oleh
bawahannya
II.Pembahasan
1.Zaccaro.The Nature of Organizational Leadrership.Journal of George Mason University.2001.hlm.453
1.Pengertian Tanggung jawab kepemimpinan
Tanggung jawab kepemimpinan adalah mengurus dan melayani bukan mengeruk harta rakyat
sebagai rakyat biasa,tentunya kami amat berharap kepada pemerintahan yang baru ini agar
A.pengertian kepemimpinan
Kepemimpinan adalah merupakan sebuah bidang riset dan juga suatu keterampilan praktis yang
pandang,membandingkan antara pendekatan Timur dan Barat dalam kepemimpinan,dan juga (di
seseorang dapat melibatkan bantuan dan dukungan selainnya dalam usaha mencapai suatu tugas
bersama.kajian tentang kepemimpinan telah menghasilkan berbagai teori yang meliputi sifat-
kecerdasan,di antaranya.
َفاَأْل ِمْيُر اَّلِذ ى, ُك ُّلُك ْم َر اٍع َو َم ْسُئْو ٌل َعْن َر ِع َّيِتِه: َأَّن َر ُسْو َل ِهللا َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َقاَل, َح ِدْيُث َع ْبِد ا ِهللا ْبِن ُع َم َر َر ِض َي هللا َع ْنُه
َو اْلَم ْر َأُة َر ا ِعَيٌة َع َلى َبْيِت َبْعِلَها َوَو َلِدِه, َو الَّر ُج ُل َر اٍع َع َلى َأْه َل َبْيِتِه َو ُهَو َم ْسُئْو ٌل َع ْنُهْم, َع َلى الَّناِس َر اٍع َو ُهَو َم ْسُئْو ٌل َع ْنُهْم
(اخرجه البخارى. َأاَل َفُك ُّلُك ْم َر اٍع َو ُك ُّلُك ْم َم ْسُئْو ٌل َعْن َر ِع َّيِتِه, َو اْلَعْبُد َر اٍع َع َلى َم اَل َسِّيِدِه َو ُهَو َم ْسُئْو ٌل َع ْنُه, َوِهَي َم ْسُئْو َلٌة َع ْنُهْم
]1[)فى كتاب العتق
‘’Hadits dari Abdullah bin Umar r.a bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Semua kamu adalah
pemimpin dan bertanggung jawab atas kepemimpinannya. Seorang imam (amir) pemimpin dan
bertanggung jawab atas rakyatnya. Seorang suami pemimpin dalam keluarganya dan
bertanggung jawab atas kepemimpinannya. Seorang isteri pemimpin dan bertanggung jawab atas
penggunaan harta suaminya. Seorang pelayan (karyawan) bertanggung jawab atas harta
majikannya. Seorang anak bertanggung jawab atas penggunaan harta ayahnya.’’ (HR. Bukhari).
[2]
Pemimpin adalah suatu lakon/peran dalam sistem tertentu; karenanya seseorang dalam
peran formal belum tentu memiliki ketrampilan kepemimpinan dan belum tentu mampu
memimpin
Hadist di atas sangat jelas menerangkan tentang kepemimpinan setiap orang muslim
dalam berbagai posisis dan tingkatnya. Mulai dari tingkatan pemimpin rakyat sampai ke tingkat
penggembala, bahkan sebernarnya tersirat sampai tingkatan memimpin diri sendiri. Semua orang
pasti memiliki tangung jawab dan akan di mintai pertanggungjawabannya oleh ALLAH SWT.
Atas kepemimpinannya kelak di akhirat.
Dengan demikian, setiap orang islam harus berusaha untuk menjadi pemimpin yang paling baik
dan segala tindakannya tanpa di didasari kepentngan sendiri dan kelompok tertentu. Akan tetapi,
pemimpin yang adil dan betul-betul memperhatikan dan berbuet dengan aspirasi rakyatnya,
sebagai mana di perintakan oleh ALLAH SWT.
Perihal mengenai kepemimpinan dalam islam merupakan suatu wacana yang selalu
menarik untuk didiskusikan, wacana dalam islam sudah ada dan berkembang, tepatnya pasca
Rasulullah SAW wafat. Wacana kepemimpinan ini timbul kerena Rasulullah SAW wafat.
seorang pemimpin harus memberikan suri tauladan yang baik kepada pihak-pihak yang
dipimpinnya. Suri tauladan ini tentunya harus diwujudkan dalam bentuk kebijakan-kebijakan
atau keputusan-keputusan pemimpin yang tidak menipu dan melukai hati rakyatnya.
Bagi siapa yang meminta jabatan pemerintahan maka ia tidak boleh diberi jabatan itu.
Islam tidak memberikan jabatan kekuasaan kepada orang yang memintanya, menginginkannya
dan berambisi untuk mendapatkannya. Orang yang paling berhak mendapatkan jabatan
kekuasaan adalah orang yang menjauhkan diri dan tidak suka menerimanya.
5. Memberi teladan
C.Pemimpin Adalah Pelayan Masyarakat
Pemimpin adalah imam yang patut diteladani. Seorang pemimpin atau imam harus
mampu menjalankan amanah yang diembannya. Sebagai seorang pemimpin harus mampu dan
mau menjadi pelayan masyarakat, karena pemimpin adalah pelayan masyarakat yang telah
dipilih oleh rakyatnya. Orang yang memegang jabatan, berarti telah bersedia menjadi pelayan
masyarakat.
Bila dalam tugas melayani masyarakat yang berhubungan dengan jabatan tersebut tidak
dilaksanakan sebagaimana mestinya (tidak profesional), sehingga masyarakat merasa dirugikan,
atau didzalimi, maka hukuman bagi orang tersebut adalah penghuni neraka kelak. Melaksanakan
pelayanan baik terhadap apa yang telah dipimpinnya merupakan tuntutan ajaran Islam, sebab jika
tidak dilaksanakan akan mendapatkan ancaman dan siksaan Allah SWT.[5] Hadis nabi SAW :
ِإِّنْي ُمَح ِّد ُثَك: َفَقاَل َل ُه َم ْع َق ٌل،َحِد ْيُث َم ْع َقِل ْبِن َيَس اٍر َع ِن اْلَح َس ِن َأَّن ُع َبْيَد ِهللا ْبِن ِزَياٍد َعاَد َم ْع َقَل ْبَن َيَس اٍر ِفى َم َر ِضِه اَّلِذ ْي َم اَت ِفْيِه
َم ْن ِم ْن َع ْب ٍد ِاْس َتْر َعاُه ُهللا َرِع َّي ًة َفَلْم:َحِد ْيًثا َسِم ْع ُتُه ِم ْن َر ُسْو ِل ِهللا َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َس ِم ْع ُت الَّنِبَّي َص َّلى ُهللا َع َلْي ِه َو َس َّلَم َيُق ْو ُل
) باب من استرعى رعية فلم ينصح:كتاب األحكام-93 (أخرجه البخاري فى.َيُح ْطَها ِبَنِص ْيَحٍة ِإَّال َلْم َيِج ْد َر اِئَح َة اْلَج َّنِة
Hadist ma’qil bin Yasar, dari hasan bahwasannya Ubaidillah bin yazid mengunjungi Ma’qal bin
Yasar ra., ketika ia sakit yang menyebabkan kematiannya, maka Ma’qal berkata kepada
Ubaidillah bin Ziyad, “Aku akan menyampaikan kepadamu sebuah hadits yang telah dengar
dari Rasulullah saw., aku telah mendengar Nabi saw. bersabda, “Tiada seorang hamba yang
diberi amanat rakyat oleh Allah lalu ia tidak memeliharanya dengan baik, melainkan Allah tidak
akan merasakan padanya harumnya surga (melainkan tidak mendapat bau surga)” (dikeluarkan
oleh Imam Bukhari dalam kitab “Hukum-hukum,” bab: Orang yang diberi amanat
Kepemimpinan)[6]
Dalam pandangan islam, seorang pemimpin adalah orang yang diberi amanat oleh Allah
SWT, untuk memimpin rakyat, yang diakhirat kelak akan dimintai pertanggungjawabannya oleh
Allah SWT sebagaimana telah dijelaskan diatas. Dengan demikian, bagi pemimpin yang sengaja
meloloskan diri dari tuntutan rakyatnya selama didunia, maka ia tidak mampu meloloskan diri
dari tuntutan Allah diakhirat.[7]
Oleh karena itu seorang pemimpin hendaknya tidak memposisikan diri sebagai orang
yang paling berkuasa, karena hakikatnya manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang semuanya
hanya amanat dari Allah Yang Maha Esa, maka tidak boleh bersikap sewenang-wenang terhadap
rakyatnya. Sebagimana firman Allah dalam Al-qur’an:
Oleh karena itu, agar kaum muslimin terhindar dari pemimpin yang dzalim, berhati-
hatilah dalam memilih seorang pemimpin. Pemilihan pemimpin harus betul-betul didasarkan
pada kualitas, integritas, loyalitas, dan yang paling penting adalah perilaku keagamaannya.
Jangan memilih seorang pemimpin yang didasarkan pada rasa emosional, baik karena ras, suku
bangsa, ataupun keturunan. Karena jika mereka menjadi pemimpin belum pasti bisa memimpin
rakyatnya dengan baik, hal yang semacam itu yang akan mengakibatkan kerugian pada rakyat.
Allah dan Rasul-Nya sangat peduli terhadap hambanya agar terjaga dari kedzaliman para
pemimpin yang kejam dan tidak bertanggungjawab. Pemerintahan yang kejam dikategorikan
sebagai sejahat-jahatnya pemerintahan, hadist Nabi SAW:
ِاَّن َشَّر: َيُقْو ُل.م. َيا ُبَنَّي ِاّنِي َسِم ْع ُت َر ُسْو َل هللا ص: َو َع ْن َعا ِئِد ْبِن َع ْم ٍر و َر ِض َي هللا َع ْنُه َاَّنُه َد َخ َل َع َل ُع َبْيِد هللا ْبِن ِزَياٍد َقاَل
) (متفق عليه. َفاِء َّياَك َاْن اَل َتُك ْو ُن ِم ْنُهْم, الُّر َعاِء اْلُح َطَم ُة
Artinya: “A’idz bin amru r.a. ketika memasuki rumah Ubaidillah bin Ziyad, ia berkata,
hai anakku saya telah mendengar Rasulullah SAW bersabda. ‘Sesungguhnya sejahat-jahatnya
pemerintahan yaitu yang paling kejam, maka janganlah kau tergolong dari mereka.” (H.R.
Bukhori dan Muslim)[8]
Pemimpin adalah sebagai pelayan dan rakyat adalah sebagai tuan. Pengertian tersebut
juga tidak boleh serta merta diterjemahkan secara tekstual saja, melainkan maksud yang
terkandung. Bahwa agama islam memandang seorang pemimpin tidak lebih tinggi statusnya dari
rakyat, karena sekali lagi hakikat pemimpin adalah melayani kepentigan rakyat.
Apabila seorang pemimpin dapat melaksanakan tugasnya, maka sebagai rakyat juga
harus taat dan patuh kepada pemimpin tersebut, rakyat wajib mendengar dan patuh kepada
perintah pemimpinnya, selama yang diperintahkan itu tidak merupakan perbuatan maksiat.[9]
Teks Hadits
َح َّد َثَنا ُمَس َّدٌد َح َّد َثَنا َيْح َيى ْبُن َسِع يٍد َع ْن ُع َبْيِد ِهَّللا َح َّد َثِني َناِفٌع َع ْن َع ْبِد ِهَّللا َرِض َي ُهَّللا َع ْنُه َع ْن الَّنِبِّي َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َقاَل الَّسْم ُع
َو الَّطاَع ُة َع َلى اْلَم ْر ِء اْلُم ْس ِلِم ِفيَم ا َأَح َّب َو َك ِر َه َم ا َلْم ُيْؤ َم ْر ِبَم ْع ِصَيٍة َفِإَذ ا ُأِمَر ِبَم ْع ِصَيٍة َفاَل َسْمَع َو اَل َطاَع َة
Terjemah ;
Dari Abdullah Bin Umar, Dari Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam, berkata, “(keharusan)
mendengar dan taat atas orang muslim itu bergantung terhadap apa yang ia senangi dan benci,
selama belum diperintahkan berbuat maksiat, bila kemudian diperintahkan untuk berbuat maksiat
maka tidak ada lagi (keharusan untuk) mendengar taat”. (HR BUKHARI)[1].
Lewat ayat ini Allah memerintahkan kepada hamba-hambanya untuk menaatiNya, RasulNya
dan ulil amri, yang berarti tidak ada perintah untuk taat kepada sesame makhluk yang berlaku
durhaka kepada sang khaliq. Karena bila perintah untuk mentaati kemaksiatan itu dilaksanakan
akan mengurangi bobot ketaatan kepada Allah dan RasulNya. Ayat ini menjadi bukti penguat
apa yang di sabdakan Rasulullah bahwa tidak ada keharusan untuk taat kepada ulil amri yang
mengingkari Allah dan RasulNya.
Ulil amri adalah orang-orang yang diserahi kewenangan untuk mengemban kepentingan
masyarakat banyak dan mashlahat-mashlahat penting. Maka yang nasuk dalam kategori ini; raja,
menteri, kepala departemen, direktur, lurah, pejabat sipil, hakim, wakilnya, polisi maupun
tentara. Rasulullah telah memerintahkan kepada setiap muslim mendengarkan perintah mereka
ini dan untuk menindaklanjutinya baik perintah itu ia senangi atau tidak. “ boleh jadi kamu
membenci sesuatu , padahal ia amat baik bagimu”. Yakni ketika ulil amri itu menyeru kita
untuk berperang dan mengorbankan harta benda kita dijalan Allah, kita harus menyanggupinya,
ketika mereka meminta kita untuk mengeluarkan pajak yang disyariatkan itu kita harus
memberikannya: ketika mereka menganjurkan kita untuk membantu orang-orang yang tertimpa
bencana maka kita harus memenuhi anjuran mereka itu. Semua itu merupakan sesuatu keharusan
ntuk didengarkan dan dilaksanakan tanpa kita pedulikan apakah itu setuju dengan keinginan kita
atau tidak. Dan satu lagi kita juga tidak bisa memperhitungkan apakah itu menyulitkan kita atau
tidak, selama seruan itu untuk kemashlahatan orang banyak dan halal secara hukum syariat,
maka harus kita lakukan[2].
Dan juga berdasarkan sabda Rasulullah saw. “Barang siapa taatkepadaku, maka berarti ia
telah taatkepada Allah, dan barang siapa mendurhakaiku, maka berarti ia telah
durhaka kepada Allah. Barang siapa taatkepada pimpinannya, maka berarti ia
telah taatkepadaku. Dan barang siapa yang durhaka kepada pimpinannya, maka berarti ia telah
durhaka kepadaku.” (Muttafaq ‘alaih).[3]
Dan sabdanya, “Dengarkan dan taatilah (pimpinanmu)! Walaupun yang berkuasa atas kalian
adalah seorang hamba Habasyi (kulit hitam); yang seakan-akan kepalanya seperti kismis.” (HR.
Al-Bukhari).[4]
Sabdanya pula, “Engkau dengarkan dan taati pemimpin (mu)! Walaupun punggungmu dipukul
dan hartamu dirampas, maka dengarkan dan taatilah!” (HR. Muslim).
III.penutup
A.Kesimpulan
a.Tanggung jawab adalah keadaan Wajib menanggung segala sesuatunya (dalam artian terjadi
ialah suatu kedudukan atau jabatan yang diadakan untuk mengganti tugas kenabian dalam
c.Tanggungjawab Kepemimpinan adalah sikap dari suatu imam atau pemimpin yang menyadari
serta berorientasi menjaga dan memberikan kemaslahatan umat di dunia dan di akhirat.
b.menegakkan shalat
c.tidak penakut
e.Berilmu luas
f.Ahli dan memang berbakat untuk jabatannya
g.amanah.
Daftar Pustaka
Andy PP Undap. 1989. Pengaruh gaya Kepemimpinan dan Motivasi Kerja terhadap
Penampilan Kerja Guru SPG di Manado dan Minahasa. Tesis PPS IKIP Bandung: tidak
diterbitkan. Garry Yukl, 1989. Managerial Leadership: A Review of Theory and Research.
Journal of Management Volume I/ Nomor 02/ Juli 20 Jurnal Ilmu Akuntansi dan Bisnis
Syariah 273 Usep Deden Suherman Greenberg, Jerald & BaronRobert, A. 2003.Behavior in
Managing The Human side of work, 5th Ed, Prentice Hall International Kartini Kartono. 2011.
Persada. Kreitner, Robert and Kinicki, Angelo.2005. Perilaku Organisasi edisi 5. Jakarta.
PT.
Salemba empat. th Luthan, Fred. 1998. Organizational Behavior. 8 Ed, Irwin, Mc Graw-Hill
Emerging Realities for the Workplace Revolution, second Ed, Mc Graw Hill, Irwin. Nanjun
Aksara. Robbin, Stephen and Judge, Timothy. 2008. Perilaku Organisasi, edisi 12. Jakarta.
University.
https:Id.m.wikipedia.org
http//setiapmuslim.blogspot.com
http://ahmad-zam-11.blogspot.com/2015/06/pemimpin-adalah-pelayan-masyarakat.html?m=1
https://journal.uinsgd.ac.id