SKRIPSI
OLEH :
160710005
Disusun oleh :
WINDA AYUTIA NINGRUM
160710005
Skripsi ini diterima oleh Panitia Ujian Program Studi Bahasa Mandarin
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi
persyaratan memperoleh gelar sarjana.
Panitia Ujian
PERNYATAAN ORISINALITAS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya
yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu
Pergururan Tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya
atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali
yang secara tertulis diacu oleh naskah ini dan disebutkan dalam daftar
pustaka.
Materai
6000
ii
ABSTRAK
Penelitian ini berjudul : “Tata Cara Pemakaman Marga 王 (Wang) di Yayasan
Marga Raja Deli Serdang Sumatera Utara. Penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan prosesi upacara kematian yang dilakukan oleh etnis Tionghoa
Marga 王 (Wang) yang berada disekitar wilayah Yayasan Sosial Marga Raja yaitu
perkuburan khusus etnis Tionghoa Marga Raja “Ong” yang berlokasi di
Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara. Teori yang digunakan dalam
skripsi ini adalah teori upacara keagamaan yang dikemukakan oleh
Koetjaraningrat. Penelitian ini menggunakan metode penelitian lapangan (field
research) yang didukung oleh studi kepustakaan (library research) dengan
pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan
teknik observasi dan wawancara. Hasil dari penelitian ini menggambarkan tata
cara pemakaman yang dilakukan oleh etnis Tionghoa Marga 王 (Wang) disebuah
Yayasan sosial Marga Raja yang hanya menerima perkuburan keluarga marga
Raja “Ong” secara khusus. Secara garis besar prosesi pemakaman etnis Tionghoa
dapat dibagi kedalam tiga tahap : Pertama, Persiapan. Kedua, Pelaksanaan.
Ketiga, Pasca-Pemakaman (masa berkabung). Pada umumnya tidak banyak
perbedaan dalam tradisi upacara kematian yang dilakukan oleh etnis Tionghoa
baik ketika etnis Tionghoa itu menganut ajaran Buddha, Konghucu, ataupun
Taoisme, dan meskipun etnis Tionghoa itu ber-suku Hokkian, Hakka, Tiochiu,
Hainan ataupun suku lainnya. Pada pelaksanaan prosesi upacara kematian etnis
Tionghoa yang terpenting adalah memperoleh nilainya yaitu, nilai dari rasa bakti
kepada almarhum, nilai perwujudan sosial dan nilai pelimpahan jasa. Perbedaan-
perbedaan yang ada biasanya terjadi atau akibat dari akulturasi budaya daerah
setempat dimana etnis Tionghoa menjalani kehidupannya semasa hidup.
iii
苏北德里区太原王氏宗亲会规定的土葬程序
《Sū běi délǐ qū tàiyuán wáng shì zōng qīn huì guīdìng de tǔzàng chéngxù》
ABSTRACT
This research is entitled: "Procedures for Clan 王 (Wang) Burial" in a King Clan
social foundation at districts Deli Serdang, North Sumatra. This study aims to
describe the funeral procession carried out by the ethnic Chinese Clan 王 (Wang)
are around the King Clan Social Foundation area which is a special cemetery for
the King Clan Chinese ethnicity located in Deli Serdang Regency, North Sumatra
Province. The theory used in this thesis is the theory of religious ceremonies
proposed by Koetjaraningrat. This research uses field research methods supported
by library research with a qualitative approach. Data collection techniques in this
study using observation and interview techniques. The results of this study
describe the burial procedures performed by the ethnic Chinese Clan 王 (Wang) in
a King Clan Social Foundation which only accepts the burial of the King Clan
family specifically. Broadly speaking, the Chinese ethnic funeral procession can
be divided into three stages: First, preparation. Second, implementation. Third,
post-burial (mourning period). In general, there is not much difference in the
tradition of funeral ceremonies carried out by ethnic Chinese, whether they adhere
to Buddhism, Confucianism, or Taoism, and even though they are Hokkian,
Hakka, Tiochiu, Hainanese or other tribes. In carrying out the procession of the
Chinese ethnic death ceremony, the most important thing is to get the value,
namely, the value of devotion to the deceased, the value of social manifestation
and the value of the transfer of services. The differences that exist usually occur or
are a result of the acculturation of the local culture where the ethnic Chinese lived
their lives during their lifetime.
iv
vi
vii
viii
ix
xi
2.1.1 Kebudayaan
Kata kebudayaan sudah sangat sering terdengar oleh telinga kita,
kebudayaan hadir ditengah-tengah kehidupan yang kita jalani setiap hari, disadari
atau tidak disadari dalam menjalankan aktivitas kehidupan sehari-hari yang kita
lakukan merupakan sebuah kebudayaan. Kehidupan manusia tidak mungkin
dipisahkan dari budaya. Kebudayaan adalah nilai luhur hasil dari pola pikir dan
tindakan yang terus-menerus diturunkan oleh nenek moyang umat manusia.
Pertumbuhan budaya diawali oleh pertumbuhan manusia karena budaya lahir dari
manusia.
Koentjaraningrat (1986:180) berkata “kebudayaan adalah seluruh sistem
gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat
yang dijadikan sebagai panduan maupun pegangan bangsa Indonesia belajar.
Yang perlu mendapat perhatian untuk bangsa Indonesia adalah pandangan dari Ki
Hajar Dewantara (1987:65) yang mengatakan bahwa budaya adalah buah dari
10
2.1.2 Upacara
Upacara atau perayaan adalah suatu sistem kegiatan atau rangkaian tindakan
yang diatur oleh adat istiadat atau undang-undang yang berlaku di masyarakat
yang berkaitan dengan berbagai jenis peristiwa yang biasanya terjadi di
masyarakat yang bersangkutan (Koentjaraningrat, 1980: 140).
Upacara merupakan suatu tindakan simbolik dari kebudayaan yang ada
dalam masyarakat yang harus terus dilakukan karena upacara bagian dari
kebudayaan yang ada ditengah-tengah kehidupan umat manusia. Dalam
kehidupan etnis Tionghoa ada beberapa upacara yang dilakukan selama mereka
hidup diantaranya : upacara Cheng Beng (ziarah kubur leluhur),upacara
pernikahan, Upacara kematian, dan masih banyak ritual upacara lainnya.
Upacara kematian menurut Hertz adalah Upacara kematian yang selalu
dilakukan oleh manusia dalam konteks adat istiadat sosial dan konstruksi
komunitasnya yang berbentuk ide kolektif. Pesta kematian (upacara)
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
Bapak Acai, begitulah sapaan oleh para pekerja yang ada di lingkungan
Yayasan Marga Raja, beliau merupakan pengelola Yayasan Marga Raja. Orang
yang dihormati di lingkungan Yayasan Marga Raja. Penulis memilih beliau
sebagai informan dalam penelitian saya karena beliau adalah orang yang
mengizinkan penulis masuk kedalam lingkungan Yayasan untuk melakukan
penelitian di Yayasan Marga Raja sebagai pengelola Yayasan. Dari beliau juga
penulis mendapatkan beberapa informasi seputar Yayasan Marga Raja yang
berkaitan dengan judul penelitian penulis.
Tabel 3.2
Data informan bu Wati sebagai naraumber utama
2. Nama : Bu Wati
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 39 Thn
Suku : Etnis Tionghoa
Keterangan : Pengurus jenazah
Ibu Wati seorang pelaku pengurus jenazah yang sudah sering sekali
menangani dalam pengurusan persiapkan prosesi kematian baik yang akan
dikremasi atau dimakamkan. Bu Wati merupakan salah satu informan utama bagi
penulis karena berkat bu Wati penulis mendapatkan banyak sekali informasi mulai
dari awal hingga akhir jalannya prosesi yang dilakukan jenazah, dari bu Wati pula
22
Tabel 3.3
Data informan Zulkifli sebagai narasumber tidak utama
3. Nama : Zulkifli
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 31 Tahun
Suku : Batak
Keterangan : Penggali kubur
Tabel 3.4
Data informan H. Pasaribu sebagai narasumber tidak utama
4. Nama : H. Pasaribu
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 56 Tahun
Suku : Batak
Keterangan :Pekerja bagian
kremasi jenazah
23
3.4.2 Wawancara
Wawancara (tanya jawab) adalah percakapan yang dilakukanuntuk
maksud tertentu yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara
(interviewer)yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara
(informan/narasumber)yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu
(Moleong, 2012:186). Wawancara yang digunakan adalah wawancara semi
terstruktur, termasuk dalam ketegori in dept interview, dalam
pelaksanaannya ini lebih bebas dibandingkan dengan wawancara terstruktur,
wawancara ini bertujuan untuk menemukan masalah secara lebih terbuka,
dimana pihak yang diwawancarai diminta memberikan informasi, pendapat,
serta ide-idenya.
24
25
3.4.3 Dokumentasi
26
27
28
Pada Bab IV ini berisi hasil dan pembahasan mengenai prosesi upacara
kematian etnis Tionghoa marga 王 yang dikuburkan diperkuburan khusus
keluarga Marga Raja yaitu Yayasan Sosial Marga Raja yang berlokasi diJl. Limau
Manis, Gang Bambu, Limau Manis. Kec. Tanjung Morawa, Kab. Deli Serdang,
Provinsi Sumatera Utara.
4.1 Hasil
Hasil penelitian yang diperoleh penulis pada saat menyaksikan prosesi
upacara kematian etnis Tionghoa Marga 王 yang bertempat di Yayasan Sosial
Marga Raja. Ada beberapa tahapan yang harus dipersiapkan dan dilakukan pada
saat pelaksanaan, diantaranya yaitu secara garis besar prosesi pemakaman etnis
Tionghoa dibagi kedalam tiga tahap : Pertama Persiapan. Kedua Pelaksanaan.
Ketiga Pasca-Pemakaman (masa berkabung). Pada tahap persiapan
perlengkapan yang harus dipersiapkan yaitu peti mati, pakaian untuk jenazah dan
pakaian untuk keluarga yang berduka, tempat persemayaman dan perlengkapan
lain. Pada tahap pelaksanaan terbagi kedalam tiga upacara utama yaitu, upacara
sebelum masuk peti mati, upacara masuk peti dan tutup peti, dan upacara
pemakaman. Dantahap terakhirpasca-pemakaman (masa berkabung) yaitu masa
yang akan dilalui anggota keluarga mendiang, umumnya memakan waktu relatif
tidak sebentar yang akan dilakukan oleh keluarga almarhum.
Yayasan Sosial Marga Raja 《 棉 兰 太 原 王 室 宗 亲 会 》 sebagai lokasi
penelitian dipilih peneliti bukan tanpa alasan, yayasan ini merupakan satu-satunya
yayasan yang terdapat perkuburan khusus marga Raja, menjadi objek penelitian
penulis berada di Sumatera Utara. Di Yayasan ini peneliti telah melihat
serangkaian prosesi perkuburan yang dilakukan oleh etnis Tionghoa Marga 王.
29
30
2) Pakaian
Dalam tradisi pemakaman etnis Tionghoa, ada dua jenis pakaian yang
dipersiapkan untuk prosesi upacara kematian yang akan dilakukan. Jenis
pakaian tersebut terdiri dari pakaian yang akan dipakai oleh yang meninggal
(almarhum) dan pakaian yang akan dipakai oleh keluarga yang berkabung.
31
Gambar : Anggota keluarga dengan kain blacu warna biru tua dan merah
Sumber : Winda Ayutia Ningrum, 2019
3) Tempat persemayaman
Dalam tradisi etnis Tionghoa, jenazah biasanya disemayamkan
beberapa hari dirumah duka, sekaligus mencari hari baik untuk prosesi
pemakaman. Bila jenazah disemayamkan di rumah duka, maka pelaksanaan
upacara persembayangan adalah tanggungjawab keluarga. Jika jenazah
disemayamkan di Thing Thi maka pelaksanaan upacara dipimpin oleh
rohaniawan Buddha. Tetapi tidak menutup kemungkinan, rohaniawan
diminta memimpin upacara jenazah yang disemayamkan dirumah. Jangka
32
33
34
35
Diatas adalah gambar dari lubang makam yang akan digunakan oleh
jenazah, tidak ada standart ukuran untuk lubang makam namun lubang
makam ini disebutkan oleh narasumber berukuran yaitu 225 cm x 110
cm dengan kedalaman yang tidak diukur, menurutnya kedalaman lubang
dibutuhkan agar peti tidak berada diatas permukaan tanah, menurut
narasumber yaitu penggali kubur, orang Tionghoa tidak terlalu menyukai
lubang makam yang terlalu dalam dengan alasan agar tidak terlalu lama
proses pembusukannya.
Selanjutnya peti digotong oleh beberapa orang untuk langsung
dimasukkan kedalam makam dengan posisi yang tepat seperti yang ada pada
gambar berikut :
36
Gambar 4.12 : Sesajian yang ada disudut kiri Gambar 4.13 : Sesajian yang ada
didepan
Sumber Dokumentasi : Winda Ayutia N, 2020
37
Gambar 4.14 Keluarga mengeliling jenazah Gambar 4.15 Melempar gumpalan tanah
Gambar 4.18 Biksu melempar Go Khok Gambar 4.19 keluarga menampung Go Khok
Sumber : Winda Ayutia N, 2019
38
Gambar 4.20 pelepasan kain blacu Gambar 4.21 pengormatan terakhir pada
jenazah
Sumber : Winda Ayutia Ningrum, 2020
39
40
Gambar tradisi Kongtek yang dilakukan anggota keluarga dipimpin oleh Saikong.
41
PENUTUP
5.1 Simpulan
Bersumber dari hasil analisis data pada penelitian Tata Cara Pemakaman
Marga 王 (Wang) di Yayasan Marga Raja Deli Serdang Sumatera Utara, maka
dapat diambil beberapa kesimpulannya sebagai berikut :
1. Masyarakat etnis Tionghoa lazimnya menganggap kematian bukanlah
akhir ataupun pemberhentian dari kehidupan. Kematian tidak berarti
berakhirnya jalinan kekerabatan antara sanak saudara yang masih hidup
dengan yang telah meninggal. Masyarakat etnis Tionghoa meyakini
bahwa ada alam kehidupan selanjutnya (kehidupan setelah kematian)
bagi setiap orang yang meninggal (cut sie). Masyarakat etnis Tionghoa
berkeyakinan bahwa dalam menjalani kehidupan didunia ini terdapat
hukum karma/kamma yang mengatur perbuatan manusia, dan akan ada
pahala untuk setiap perbuatan baik, juga ada dosa untuk perbuatan
buruk yang dilakukan manusia selama hidup didunia. Kehidupan setelah
kematian ditentukan oleh perilakunya saat dia masih hidup. Orang yang
bertingkah laku baik dapat memiliki sifat-sifat yang baik ketika
meninggal, begitu juga sebaliknya. Nenek moyang yang sudah
meninggal (arwah leluhur) dapat diminta pada waktu-waktu tertentu
untuk datang memberikan pelayanan (ceng beng). Menghormati kakek
nenek dan orang pintar (tuapekong) adalah pekerjaan yang baik. Mereka
mempercayai bahwa arwah dari kakek-nenek bisa mengutuk seseorang
yang merusak makam atau nisan. Masyarakat etnis Tionghoa memiliki
tradisi turun-temurun dari para leluhur dalam melakukan ritual kematian
berupa prosesi pemakaman, serangkaian tata cara kematian telah
sedemikian rupa ditentukan adatnya, secara garis besar prosesi
pemakaman etnis Tionghoa dapat dibagi kedalam tiga tahap : Pertama,
Persiapan. Kedua, Pelaksanaan. Ketiga, Pasca-Pemakaman (masa
berkabung). Pada tahap persiapan yang perlu dipersiapkan seperti peti
mati, pakaian untuk jenazah dan pakaian untuk keluarga yang sedang
42
43
44
45
Jurnal
Mawiarti Mawardi (2010). Tradisi Upacara Kematian Umat Khonghucu dalam
Persfektif Psikologi. Jurnal Analisa. Volume XVII, No. 02.
46
47
jumlah dalam %
100.00%
50.00%
jumlah dalam %,
0.47%
0.00%
Islam Protestan Katholik Budha Konghucu Hindu
48
Gambar 4.1 : Peta lokasi Yayasan Sosial Marga Raja, Deli Serdang Sumatera utara
Sumber dokumentasi : Google Maps.
49
Gambar 4.2 & 4.3 : Bangunan Utama Yayasan Marga Raja tampak samping dan depan
50
51
Informan 2
Nama : Bu Wati
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku : Etnis Tionghoa
Keterangan : Pekerja pengurusan jenazah
Informan 3
Nama : Zulkifli
Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku : Batak
Keterangan : Penggali kubur
Informan 4
Nama : H. Pasaribu
Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku : Batak
Keterangan : Pekerja di Yayasan Marga Raja
52
Tanda Makna
Membakar Hio/Dupa untuk Hio artinya wangi dan harum. Hio
sembahyang berasal dari bubuk kemenyan atau kayu
gaharu/kayu cendana yang memiliki
aroma. Makna konotatif membakar hio
untuk bersembahyang adalah
melakukan komunikasi transendental
dengan esensi yang diyakini
keberadaannya melewati eksistensi.
Pada peristiwa kematian, lidi hio
biasanya berwarna hijau sebagai simbol
duka.
Sajian makanan di atas meja altar Makanan merupakan simbol kehidupan.
Sajian makanan diatas meja altar
sembahyang orang mati dalam tradisi
Tionghoa memiliki makna konotatif
yaitu tanda bakti dari anak kepada
orangtua yang meninggal.
Lilin putih atau merah yang dibakar Ketika lilin dibakar, lilin memberikan
dimeja altar cahaya terang, tetapi pada saat yang
sama lilin juga meleleh/mengorbankana
dirinya. Makna konotatif lilin adalah
memberikan atau melambangkan
terang, kebaikan, kasih sayang yang
mengiringi perjalanan almarhum. Lilin
merupakan objek yang banyak
ditemukan dalam tradisi Tionghoa
karena menyimbolkan kebaikan serta
semangat rela berbagi dan berkorban
53
54
55
56
Nama : Bu Wati
Jenis Kelamin: Perempuan
Suku : Tionghoa
Keterangan : Pengurus jenazah
HASIL WAWANCARA
Tanggal : Agustus 2020
Waktu : 11:30-14:00
Tempat : di Aula Yayasan Sosial Marga Raja
NO HASIL WAWANCARA
1. Pertanyaan :
Apa saja yang perlu dipersiapkan pada kematian etnis Tionghoa ?
Jawaban :
Ada banyak sekali perlengkapan yang perlu dipersiapkan jika ada kematian
diantaranya seperti peti mati, pakaian yang akan dikenakan jenazah dan
juga keluarga yang berduka, tempat persemayaman, meja altar, hidangan
untuk tetamu maupun hidangan untuk yang meninggal, berbagai pernak-
pernik tanda ada yang meninggal hingga ke persiapan akan dilakukan
kremasi atau pengkuburan pada jenazah yang meninggal.
2. Pertanyaan :
Secara umum ada berapa tahapan yang dilakukan dalam prosesi upacara
kematian pada etnis Tionghoa ?
Jawaban :
Ada tiga tahapan yang dilakukan secara umum : Pertama, Persiapan.
Kedua, Pelaksanaan. Ketiga, Pasca-Pemakaman(masa berkabung). Pada
tahap persiapan yang perlu dipersiapkan seperti peti mati, pakaian untuk
jenazah dan pakaian untuk keluarga yang berduka, tempat persemayaman
57
58
59
60
61
Nama : H. Pasaribu
Jenis Kelamin: laki-laki
Suku : Batak
Keterangan : Pekerja bagian kremasi
HASIL WAWANCARA
Tanggal : 19-01-2020
Waktu : 10:30-11.00
Tempat : di perkuburan
NO HASIL WAWANCARA
1. Pertanyaan :
Sebagai pekerja bagian kremasi, apakah bapak juga ikut serta dalam
prosesi penguburan ?
Jaawaban :
Iya, saya juga membantu dalam proses penguburan namun saya lebih
sering menangani proses kremasi.
2. Pertanyaan :
62
63
Foto salah satu makam Marga 王 foto tempat penyimpanan abu dilantai 1
Foto Peti dimasukkan keliang lahat foto keluarga sedang berdoa kepada abu
Jenazah yang baru saja dikremasi
64
Foto Biksu sedang memimpin upacara foto kain blacu yang dipakai dilengan
atas sebelah kanan (anggota keluarga
yang berduka)
65
Agama : Islam
Telp/Hp : 0812-6049-7788
66
论文题目:苏北德里区太原王氏宗亲会规定的土葬程序
学生姓名 : 温大
学号 :160710005
导师姓名 : 温霓莎
学院 : 人文学院
学系 :中文系
苏北大学中文系
2020 年 12 月 23 日
67
论文题目是:“ 苏北德里区太原王氏宗亲会规定的土葬程序。本研究旨在描
述中国“王”族的丧葬仪式、谁在 棉兰太原王氏宗亲会。本文使用的理论
是 Koetjaraningrat 提出的理论。本研究采用实地研究的方法、辅以图书馆
研究的定性研究方法。本研究采用观察和访谈的方法收集数据。本研究的结
果本研究旨在描述“王”族的丧葬仪式、谁在 棉兰太原王氏宗亲会。广义
上讲、中国民族送葬可分为三个阶段:第一阶段(葬礼前准备)。第二(葬礼仪
式阶段)、第三(葬礼后)。总的来说、华人的殡葬传统、无论是佛教、儒教
还是道教、即使是客家、客家、Tiochiu、海南或其他部落、也没有太大的
差别。在中华民族送葬仪式的实施中、最重要的是获得价值、即对死者奉献
的价值、社会表现的价值和服务转移的价值。这些差异通常是华人在其一生
中所生活的地方文化适应的结果。
关键词:葬礼仪式、华人家族王、中国的民族文化
ii
度尼西亚共和国是第四个世界上人口最多的国家,另一种常用的名字是
群岛,印尼是世界上最大的群岛,分为五大岛屿从沙璜在亚齐的尖端在巴布亚
Merauke 由各种民族、语言、宗教和文化。印度尼西亚的历史受到许多其他
国家的影响,包括在 7 世纪建立了 Srivijaya 王国,这是一个基于巴伦邦的
印度教-佛教帝国。然后,Srivijaya 王国与中国、印度和阿拉伯国家建立
了宗教和贸易关系。中国人进入群岛开始于数千年前中国人的祖先通过贸易
活动的浪潮。中国的词(或 Tionghwa)的闽南语方言词中华(中华)。在汉语
术语中华民族(中华民族)这意味着“中华民族”,也就是说,一个国家来自中
国的国家(中国),或中国(根据闽南语方言)或由西方世界被称为中国的土地。
(Wikipedia Tionghoa-Indonesia, 2020 年 2 月 19 日)。
“王族”在闽南语的拼写中是“Ong”, 客家拼法中的“Bong”, "衡"
在潮汕拼法中,和粤语中的“ Wong”。 普通话中的“ Wang”或“ Ong”
一词意为“国王”。最初使用这个词作为姓氏,是因为祖先王(阿尔加)来自
于商朝和周朝统治时期的皇室后裔, 所以人们叫它“王贾”汉字(王家)这意
味着它来自皇室家族, 然后他们的后代开始使用这个词王(王)家族的名称来
代替原来的. 除了作为中国最大的公路之一,据小道消息,印尼华人的生活谁
有河南王(王)有趣的了解文化和习俗王在他的生活中由于家族的祖先是帝国
的后裔在商、周王朝的统治你想了解的事情之一的生活中文-印尼(属于河南
王的人(王)是如何进行的传统的死亡过程。
在中国人的信仰中死亡时有两种方法, 即第一种是埋葬或埋葬,第二
种是火化或在尸体中燃烧, 这两种方法都很好,只是每个华人都有自己的理
由来选择,或者在某些情况下,死者或他自己的身体在他生前就他的遗愿给
了家人. 在这种情况下,本人兴趣的是讨论如何送葬队伍是由中国伦理学王
(王)。因此本人知道更多关于华人的葬礼的过程与一个特殊的对象,即河南
王的印尼华人少数民族(王). 本人之所以选择位于Deli Serdang区Tanjung
1.2 研究目的
根据问题的表述,本研究要达到的目标如下:
1. 本研究的目的是描述如何送葬队伍由华人,尤其是河南王, 葬在河
南拉贾葬礼基金会在得力沙登北苏门答腊。
1.3 研究现状
Depimadona (2017) 在其期刊《Ritual kremasi etnis Tionghoa di
rumah duka Rumbai Pekanbaru 》.中解释了中国民族遗骸火葬仪式的顺序
从一开始就是家庭会议来确定。 本文通过一个丧葬的过程,帮助笔者了解
中国民族的火葬仪式与中国民族的死亡仪式并没有太大的区别。
1.4 研究方法
描述法
本研究为描述性质的研究。描述性研究是以事实为基础,描述研究对
象的现状的研究。这项研究可以揭示问题或情况,因为他们只有事实的披露
(Moleong, 2008: 6)。数据源得到本研究的观察,对告密者的采访,目睹了送
葬的华裔人之一的河南王发现河南葬礼过程在河南王拉贾熟食Serdang基金
会,北苏门答腊。
2.1 概念
概念是思想的草案,将通过专家的理解和理解以具体方式表达。 概念
是指抽象为具体术语的设计,思想或含义,是对象的心理意象,或者是大脑
用来理解其他事物的语言之外的任何事物(KKBI,1990:456)。
这一概念旨在形成基本使用的术语,并分享对将要研究的内容的看法,
避免可能模糊研究目标的误解。本研究将使用几个概念作为下一章讨论的基
础,即:
2.1.1 文化
Koentjaraningrat(1986:180)说:“文化是社区生活中思想,行动
和人类工作的整个系统,被用作印度尼西亚国家学习的指南。 Ki Hajar
Dewantara(1987:65)的观点是印度尼西亚民族的指导思想,它指出文化
是人类思想的果实,即在人类生活得以证明的斗争中的自然与时代(自然与
社会) 克服生活和生计中的各种障碍和困难,以实现最终有序与和平的安
全与幸福。
在 Poerwodarminta(1987: 156)编撰的印尼语词典中,文化是人类心
灵活动和创造的结果,如信仰、艺术、习俗等。文化的形式包含在本研究还
开展一系列的仪式游行的死亡仪式的祖先的遗产仍然保留到今天发现在佛教
民族一般和正在研究的一个作者是华人家族在北苏门答腊省王。
2.1.2 仪式
仪式是一种由社会习俗或可适用的法律所规范的活动体系或一系列行
动,这些法律与通常在有关社区发生的各种事件有关(Koentjaraningrat,
1980: 140)。赫兹认为,死亡仪式是一种死亡仪式,通常由人类在习俗和社
会结构的背景下,以集体观念的形式进行。死亡仪式包含着文化价值,可以
作为共同生活的参照和未来生活的准备。这些价值观包括相互合作的价值观、
人道主义价值观和宗教价值观。
2.1.3 华人葬礼
根据印尼大字典(KBBI)的说法,坟墓是埋葬尸体的地方,或者是地上
的一个洞,用来存放或埋葬死去的人。坟墓”这个词来自于“坟墓”的词根,
来自阿拉伯语,意思是埋葬、插入、忘记、埋葬。每个华人都有不同的死亡
仪式,其不同之处在于华人的宗教信仰和种族。到目前为止,已经对华人的
尸体进行了两种方法,一种是埋葬/掩埋,第二种是将尸体火化或焚烧。
对于有宗族的华人来说,由死者家属的尸体进行的送葬过程,由送葬
仪式的几个阶段组成,研究人员将在本文的讨论中解释,这包括三个阶段,
即第一阶段,准备阶段。在这一阶段,所有的家庭成员都准备好了进行死亡
仪式所需的设施和基础设施。二,实施。 这个阶段是 in 仪馆休息的时间,
直到尸体被带到墓地。 第三,葬礼。 家庭阶段进行哀悼,警告和尊重。
2.1.4 华人家族王
华人被称为多民族,意思是有许多种类的民族。据史料记载,中国共
有氏族约 1.2 万。单字符部落达到 5000 个,多字符部落达到 4000 个,剩下
的部落从 3(3)个字符到 9(9)个字符。其中一个是中国民族的族王(拼音:王)
这意味着国王。王氏家族的起源可以追溯到 5000 年至 8000 年前,当时的中
国社会还是母系社会。两个字符兴(姓)和史(氏)家族的意义实际上不同用法。
随着华人社区的社会结构变得更加复杂,Xing 指的是氏族,Shi 指的是三 k
党(中文氏族的起源-维基百科:2020 年 2 月 19 日)。
Marga 在中国民族文化中有高低之分。这一观点主要出现并流行于晋
代及其后。这是因为地阳制与印度的种姓制度有相似之处。
2.2 理论基础
在讨论一个问题时,理论可以作为一个思维框架的基础。所使用的理
论基础应该是所有讨论的基础。本研究采用的理论基础是 :
根据 Koentjaraningrat(2002: 204)的说法,宗教仪式是一种信仰体
系,是上帝、神灵、神、天堂和地狱的概念,但也有一种仪式形式,有季节
性的,也有偶发的。
3.1.葬礼前准备
中国民族丧葬程序的第一阶段,即所谓的准备阶段。在这个阶段,必
须制造一些与逆境(死亡)有关的设备。装备包括棺材、衣服和休息的地方。
一. 棺材
在中国的民族传统中,棺材被比作他们死后要住的“房子”。这就是
为什么一些死者的物品会和尸体一起放进棺材的原因。中国传统的棺材是用
厚重的原木制成的,通常使用柚木。为死者父母购买的棺材的质量反映了一
个孩子的奉献精神。中国民族传统认为,棺材越贵,孩子越孝顺。
王的家庭谁是被研究者研究的对象没有提前准备棺材,但是王家庭正在
研究准备了坟墓。在中国文化中,它被称为“桑空”,是丈夫和妻子在临死
前所定规的坟墓,而“苏淇”则是单独定规的坟墓。王家族,研究者正在研
究已经准备坟墓自从她丈夫还活着,这意味着王家族世卫组织目前正在研究
订单”唱香港“准备死亡。
图 3.1 :“sangkong”坟墓定购一对.
二. 衣服
在中国民族的丧葬传统中,有两种服装是为送葬准备的。这类衣服包
括死者(已故的人)将穿的衣服和死者家属将穿的衣服。根据中国民族传统,
3.2.葬礼仪式阶段
第二阶段,即所谓中华民族实施丧礼的阶段,即从休眠期到丧葬期。
这第二阶段包括三个主要的仪式阶段,即进入胸前的仪式,进入胸合胸的仪
式,以及葬礼仪式(入葬仪式)。在葬礼仪式阶段或插入身体的队伍进入坟墓
洞是本研究的一个重要组成部分,因为这项研究的主要目的是找出葬礼程序
执行的华人家族在河南王拉贾的基础。
3.2.1 进入棺材之前的仪式
在把死者放进箱子之前,死者已经被清洗过,然后穿上好几层衣服,
里面是最好的衣服或者死者生前最喜欢的衣服。在等待死者被装进箱子的同
时,他们的子女和孙辈会烧银钱(以后的钱),同时为死者祈祷。有两个供香
炉的坛,即家庭香炉旁边的坛和客人香炉外面的坛。
3.2.2 板条箱进入和封底仪式
接下来是把遗体放进棺材的仪式,华人有这样做的习俗,即全家人都
要穿丧服。在身体被放入箱子之前,有很多东西需要准备,即先在箱子底部
装满茶粉,然后在上面撒上咖啡粉。这种茶和咖啡粉的目的是吸收或减少液
图3.2 : 钉在四角上的板条箱
3.2.3 葬礼队伍
10
图 3.3 : 前一天准备好的墓穴。
上面的图片使用的墓洞,将尸体,没有标准尺寸的墓洞,但是提到
了这个墓洞源测量 220 cm x 110 cm 的深度测量,根据他的需要
孔的深度,这样胸部不是离地面。据消息来源,也就是掘墓人说,
中国人不太喜欢太深的墓坑,因为它们不需要太长时间分解。然
后,棺材被几个人抬起来,立即放入坟墓的正确位置,如下图所
示 :
11
家人开始聚集在墓地前,穿着白色的衣服,三个和尚准备为家人
和尸体祈祷。
2)第二阶段,进入棺材后进入坟墓,所做的是完成坟墓周围的供品,
在左上角有一把香蕉,各种鲜花,和两支红色蜡烛。此外,棺材
上覆盖着白色和红色的布,然后放在身体的腿上或在僧侣和家人
面前,放置了祭品,例如水果,香/香,鲜花,灯笼,蜡烛,蛋糕
和照片 死者。
3). 此外,僧侣和他们的家人准备进行葬礼服务,即由僧侣带领
吟诵祷文,在祈祷期间,僧侣和他们的家人围绕着遗体三次。第
12
13
3.11 家庭成员拿着塑料袋
4) 下一阶段是去除附着的一块棉布布通过销的右臂失去亲人的家庭,作为一
个迹象表明,葬礼仪式已经结束,和僧侣们迅速脱下衣服穿在送葬队伍表明祈
祷已经完成。僧侣。此外,家庭对死者灵柩的尊重的最后阶段,在被埋葬前,
通过多次鞠躬,以示尊敬和最后告别遗体,并在遗体前拍照,如下图所示。
14
3.3.葬礼后
送葬队伍完成后,家庭将进入后送葬阶段,这是进入哀悼期。在哀悼期间,
家人会缅怀死者,并在接下来的几天继续祈祷。这段哀悼期的标志是在接下
来的几天里不穿红色或色彩鲜艳的衣服。在葬礼结束后,护送死者到最后安
息之地的死者家属做了几件事,包括 :
a) 如果死者死在家里,僧侣会帮助家人打扫房子,在房子里撒上盐
和米饭,但如果死者死在医院里或不在家里,家人就不需要打扫
房子。
b) 然后,这家人在祭坛上放上香、蜡烛、水果、茶、大米和蔬菜,
作为媒介为死者祈祷直到第七天。
c) 在第一天的第七天或第七天,家人带着香火、蛋糕和水果回到坟
墓,为逝者的坟墓祈祷。
d) d)在七天里,两个家庭仍然为死者祈祷,但在家里,就像第(b)部
分所做的那样,以此类推,直到第四十九天。
e) 在第 49 天,家人回到墓地为死者祈祷,坟墓被建造得坚固和美
丽。陵墓的建造过程将在 49 天内完成。
f) 除了上述事件,在中国民族传统中还有一个名字叫 kong tek 是为
死者烧房的传统。根据中国的民族信仰,这个事件意味着给死者
在另一个领域的房子。
15
根据已经开展的研究的数据分析结果,可以得出如下结论 :
一. 总的来说,华人仍然认为死亡不是生命的终结。死亡并不意味着活着
的亲人和死去的亲人之间关系的结束。华人社区相信每个人死后都有
来世。华人认为,在这个世界的生活中,有一种因果报应的规律,调
节着人类的行为,人类在这个世界上的每一个行为和对待都会得到回
报。死后的生命是由他活着时的行为决定的。行为端正的人死后会有
好的品质。在特定时间死去的祖先(祖先的灵魂)可以被要求来服务
(Cheng beng)。尊重祖先和聪明人是一件好事。祖先会诅咒打破坟墓
或墓碑的人(炸弹)。死后的生命是由他活着时的行为决定的。行为端
正的人死后会有好的品质。
二. 摘要中国民族社区在执行丧礼和送葬仪式方面,有祖传的传统,一系
列的丧礼就是这样确定的。一般来说,中国的民族送葬可分为三个阶
段 :第一葬礼前准备,第二葬礼一试阶段,第三葬礼后。在准备阶
段需要准备的东西,如棺材、尸体的衣服和死者家属的衣服、休息的
地方和其他设备。实施阶段分为三个主要的仪式,即进棺前的仪式、
进棺合棺仪式和葬礼仪式。而在葬礼后阶段,也就是需要相当长时间
的哀悼期。
三. 中国少数民族的死亡仪式有三种意义,一种是奉献感,一种是社会表
现,一种是功德转移。一种亲人在对死者生前研究的基础上对其进行
奉献的形式,社会行为的表现形式是对人的生活在社会中的描述,一
个人必须有良好的态度,实施 Pattidana 或转移服务作为一种形式的
关心和帮助行为从亲人到死者。
四. 一般而言,即使中国人自己信仰佛教,儒家,道教,即使该民族是福
建人,客家人,潮州人,海南人和其他部落,中国人举行的葬礼传统
也没有太大区别。在仪式上,关于华裔死亡的最重要的事情就是获得
16
一. 对于年轻一代,中国民族应该继续保持他们的祖先文化,即一系
列的死亡仪式和其他宗教仪式。不仅了解,而且了解细节和深度,
也了解如何准备和需要的装备,因为今天的年轻一代被认为不了
解细节,更充分地把它交给行凶者或尸体或葬礼的看护者。
二.通过了解中国文化的人,无论是社会基金会、克伦堂还是宝塔等
地的研究人员或信息寻求者,都可以更容易地获得信息。
17
Diakses darihttp://media.neliti.com
18
本人亦感谢几位愿意花时间提供资料及接受采访的线人。同时,几位资源人
士 :即 Acai 先生是基金会的经理太原王氏宗亲会, Wati 夫人是中国死亡和
设备的管理员和太原王氏宗亲会的几位员工非常友善,热情欢迎我。
邓礼安
2020 年 11 月 9 日
19