SKRIPSI SARJANA
OLEH :
140710004
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya
Tinggi dan sepanjang pengetahun saya juga tidak terdapat karya atau pendapat
yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis
Materai
6000
140710004
140710004
ABSTRAK
140710004
ABSTRACT
This thesis title is " The Acculturation of Chinese Communities in
Padangsidimpuan City". The purpose of the research in writing this thesis is to
explain the cultural elements found in the Chinese community in the city of
Padangsidimpuan and describe the elements of cultural acculturation in the
Chinese community in the city of Padangsidimpuan. The method used in this
study is a descriptive analysis method with a qualitative approach. Data collection
techniques in this study are based on field studies, namely observation, interviews,
and documentation. This study uses the acculturation theory of John Widdup
Berry, which is about his search in cultural aspects. The results that the authors
obtained from this study are: (1) the element of cultural acculturation in the
Chinese community in the city of Padangsidimpuan namely the element of
acculturation of Angkola Batak culture, in which the authors analyze the
language, marriage, and clan sowing between the Chinese community and the
Angkola Batak community. (2) from the analysis that the author did about the
cultural acculturation of the Chinese community with the Batola Angkola
community regarding the language, marriage, and surname of the clan can be
declared to work well.
Keywords: Acculturation; Chinese society; Padangsidimpuan City
ii
gelar Sarjana dari Program Studi Sastra Cina, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas
Sumatera Utara.
Dalam penyelesaian skripsi ini, tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak
yang telah memberikan dukungan, semangat, waktu, nasehat, dan doa kepada
penulis. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis dengan segenap hati ingin
mengucapkan terima kasih kepada semua yang telah membantu penulis sehingga
skripsi ini dapat terselesaikan. Ucapan terima kasih ini penulis tujukan kepada:
1. Bapak Dr. Budi Agustono, M.S selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya
2. Bapak Mhd. Pujiono, M.Hum., Ph.D, selaku Ketua Program Studi Sastra
ini.
iii
4. Ibu Juliana B.A., MTCSOL, dan Bapak Rudiansyah S.S., M.Hum, selaku
6. Kedua orang tua saya yang sangat luar biasa, Bapak Binu Hajar Nasution
8. Abang saya Ali Marwan Nasution juga kakak ipar saya Sunita Dewi yang
waktu dan kesempatan dan juga pengetahuan kepada penulis, yaitu Ibu
Juliana dan Bapak Olly Japar Siregar sebagai informan kunci yang
iv
11. Seluruh teman-teman sastra cina 2014 yang tidak bisa penulis sebutkan
belum bisa dikatakan sebagai penelitian yang sempurna. Oleh sebab itu, penulis
skripsi ini. Akhirnya penulis mengharapkan agar nantinya skripsi ini bermanfaat
ABSTRAK ................................................................................................................. i
ABSTRACT ................................................................................................................. ii
KATA PENGANTAR ................................................................................................ iii
DAFTAR ISI .............................................................................................................. vi
DAFTAR TABEL ...................................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. ix
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................ 8
1.3 Batasan Penelitian ..................................................................................... 8
1.4 Tujuan Penelitian....................................................................................... 9
1.5 Manfaat Penelitian..................................................................................... 9
1.5.1 Manfaat Teoritis................................................................... 9
1.5.2 Manfaat Praktis ................................................................... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep ............................................................................................. 11
2.1.1 Kebudayaan ......................................................................... 11
2.1.2 Akulturasi Budaya ............................................................... 12
2.1.3 Inkulturasi Budaya ............................................................... 13
2.1.4 Enkulturasi Budaya .............................................................. 14
2.1.5 Sistem Kepercayaan ............................................................. 15
2.1.5.1 Buddhisme ............................................................... 18
2.2 Landasan Teori .......................................................................................... 20
2.2.1 Teori Akulturasi ................................................................... 26
2.3 Tinjauan Pustaka ....................................................................................... 26
vi
vii
viii
di Padangsidimpuan.................................................................................. 67
ix
PENDAHULUAN
berbagai aspek, seperti adanya keberagaman suku bangsa, agama, adat istiadat,
dan sebagainya. Dilain pihak, perkembangan dunia yang sangat pesat saat ini
dengan mobilitas dinamika yang sangat tinggi telah menyebabkan dunia menuju
kearah Desa dunia “global village” yang hampir tidak memiliki batas-batas lagi
sebagai akibat dari perkembangan teknologi modern. Oleh karena nya masyarakat
(dalam arti luas) harus siap menghadapi situasi-situasi baru dalam konteks
Indonesia yang terdiri dari berbagai suku bangsa memiliki warisan budaya
yang sangat kaya. Berbagai macam tradisi dan adat-istiadat yang dimiliki
karena budayanya. Kekayaan budaya itu ditambah lagi dengan masuknya unsur
Akulturasi adalah proses bercampurnya dua budaya atau lebih yang mana
unsur-unsur dari kebudayaan asli masih terlihat dan tidak hilang. Menurut
sehingga unsur-unsur kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah ke
dalam budaya tamu (Diaz &Greiner,1998: 219). Akulturasi juga dapat dipandang
sebagai suatu proses dimana individu, keluarga, atau masyarakat dengan latar
memasuki suatu kelompok (dalam hal ini yang dimaksud adalah etnis Tionghoa
perilakunya.
sejak Tiongkok di perintah oleh Dinasti Ming (1368-1644). Pada tahun 1412
sebuah armada Tiongkok di bawah pimpinan Cheng Hoo datang di pulau Bangka
1997:74).
sekitar 318000 orang, 40% diantaranya bertempat di jawa dan 60% sisanya
2004:27).
dikenal oleh pelaut-pelaut Tionghoa, antara lain yang dipimpin oleh Laksamana
Cheng Hoo yang menjelajah ke Pulau Jawa, Laksamana Cheng Hoo juga telah
menyusuri Pantai Timur Sumatera dan juga singgah di Nakur yaitu wilayah
budaya batak di Pantai Timur (Basyral, 2003:203). Etnis Tionghoa yang datang
berimigrasi ke Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa. Etnis Tionghoa yang
suka merantau adalah suku Hokien namun ada juga suku Hakka (Khek), Teochiu
dan Hailam (Hainan). Suku inilah yang paling banyak melakukan migrasi ke
Kabupaten Tapanuli Selatan. Dimana Kabupaten Tapanuli Selatan ini terdiri dari
musim ini terjadi pada bulan Maret sampai dengan bulan Agustus dan musim
penghujan yang terjadi pada bulan September sampai dengan bulan Februari.
Menurut Ahmad Rivai Harahap selaku Lurah Kelurahan Wek II, kota
Sersan Mayor (Serma) Lian Kosong. Namanya kini ditabalkan menjadi nama
jalan di tengah kota Padangsidimpuan. Serma Lian Kosong telah turut aktif
berjuang melawan tentara/pasukan Belanda pada masa agresi militer kedua. Pada
dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor pendorong adalah faktor yang timbul dari
daerah asal dan faktor penarik merupakan faktor yang barasal dari daerah yang di
sendiri atau pengarahan dari luar, etnis Tionghoa meninggalkan daerah asal.
Sedangkan faktor penarik kegiatan migrasi yang timbul karena adanya daerah-
daerah yang mempunyai kondisi lebih menguntungkan dari pada daerah asal.
sosial ekonomi yang lebih baik, serta menjanjikan perluasan usaha dalam bidang
perdagangan.
dan Teochiu ini berdiam di pinggiran kota Medan seperti Sunggal, Pulo Brayan
bahkan sampai Stabat,Pematang Siantar dan kota-kota di luar Medan. Tetapi Etnis
erat antara kelompok masyarakat setempat yang berupa kerja sama etnis Tionghoa
2003:205).
yang berbeda. Etnis Tionghoa yang berimigrasi ke Indonesia lamban laun mereka
akan beradaptasi dengan masyarakat setempat sehingga bukan menjadi suatu hal
yang asing bagi kita jika ada laki-laki Tionghoa yang mengawini wanita setempat
komunitas etnis Tionghoa atau etnis baru yang lebih dikenal sebagai peranakan
kelahiran Tiongkok, Lie Kak dijodohkan dan sudah dikawinkan sebelum dia
istri, ini merupakan tradisi Tiongkok antara kerabat sehingga menjodohkan anak-
anak mereka. Tradisi memperkuat ikatan hubungan dengan kerabat dari negeri
Tiongkok sendiri. Keadaan ini penting bagi perantau agar kecintaan terhadap
negeri leluhur tetap terpelihara. Para suami muda merantau kelak setelah berhasil
akan datang menjemput istrinya. Lie Kak bahkan disebut sebagai salah satu
seorang pendiri kota Padangsidimpuan. Lie Kak pandai bergaul, karena itu ia
Baginda Saif, salah seorang raja Losung Batu yang menguasai tanah-tanah di
(Basyral, 2003:207). Hubungan sangat baik terjadi antara bumi putera (penduduk
misalnya dalam bidang hubungan politik dan bidang perniagaan, kaum bumi
pencaharian mereka. Hal ini sesuai dengan jiwa dagang mereka yang telah
kota Padangsidimpuan, antara lain di bidang industri (PT. Kirana Sapta, PT.
Virgo, PT. Sihitang Raya Baru), perbengkelan (Toko Honda Surya Lestari, Toko
Suzuki), Toko Emas, Toko Mebel, dan Toko Besi. Ada juga yang melibatkan diri
kerja yang tinggi dapat menjadi nilai baik sekaligus contoh tauladan bagi
adat (ritual adat) yang dihadiri oleh tetua adat Batak Angkola, serta melengkapi
marga yang diinginkan. Selain melalui proses perkawinan sebuah marga juga bisa
Padangsidimpuan yaitu dengan memakai adat kedua belah pihak yakni adat Batak
kerukunan antar etnis Tionghoa dengan Batak Angkola dan etnis lainnya yang ada
di kota Padangsdimpuan.
Padangsidimpuan”.
Padangsidimpuan?
Padangsidimpuan?
Supaya penulisan dan pembahasan skripsi ini dapat berjalan dengan baik
Padangsidimpuan.
kota Padangsidimpuan.
kota Padangsidimpuan.
Adapun manfaat yang dapat diambil dari hasil penelitian ini adalah
sebagai berikut:
wawasan penulis dan pembaca tentang bagaimana unsur akulturasi budaya pada
bahan referensi bagi peneliti lain yang ingin meneliti masalah yang sama di
ini sebagai pedoman serta masukan sebagai bahan pertimbangan aspek maupun
budaya dari berbagai unsur budaya yang ada di kota Padangsidimpuan. Secara
perbandingan penelitian yang akan datang serta dapat menjadi sumber referensi
pada penulisan proposal, skripsi dan jurnal di Program Studi Sastra Cina, Fakultas
10
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep
dan filsafat pemikiran manusia. Konsep merupakan abstraksi suatu ide atau
gambaran mental yang dinyatakan dalam suatu kata atau simbol (Brownislaw,
1944: 182).
Dalam hal ini defenisi konsep bertujuan untuk merumuskan istilah yang
digunakan secara mendasar. Selain itu juga sebagai penyamaan persepsi tentang
2.1.1 Kebudayaan
kebudayaan, sebenarnya secara khusus dan lebih teliti dipelajari oleh antropologi
istiadat, dan setiap kemampuan atau kebiasaan yang dilakukan oleh seseorang
11
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang, dimiliki bersama oleh
dari bayak unsur yang rumit, termasuk sistem agama, politik, adat istiadat, bahasa,
perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa dan budaya merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari diri manusia, sehingga banyak orang
adalah suatu pola hidup menyeluruh, bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak
kebudayaan yang berbeda. Dari sanalah terjadi perubahan pola kebudayaan yang
1996:117).
12
melalui kontak atau pemaparan langsung dengan kultur lain (misalnya, melalui
Indonesia (kultur tuan rumah), kultur mereka sendiri akan akan dipengaruhi oleh
kepercayaan dari kultur tuan rumah semakin menjadi bagian dari kultur kelompok
imigran itu. Pada waktu yang sama, tentu saja kultur tuan rumah berubah juga.
Tetapi, pada umumnya, kultur imigran lah yang lebih banyak berubah (Joseph A
5. Adanya peperangan/konflik
13
Secara garis besar, inkulturasi yang akan dibahas dalam studi ini adalah
suatu interaksi yang sedemikian, sehingga budaya lama maupun budaya baru
berbagai masalah sosial yang timbul sebagai akibat masa depresi ekonomi
(Poerwanto, 1997:56).
dari pernyataannya itu, ia lebih menekankan suatu proses yang terjadi pada tingkat
itulah yang disebut enkulturasi. Selain itu Thurnwald juga berpendapat bahwa
“suatu hubungan bukan hanya peristiwa tuggal semata, tapi secara tidak langsung
14
orang hidup untuk berkomunikasi dengan roh-roh. Karena itu agama adalah
sebagian dari budaya. Budaya Tionghoa yang asli terdapat dalam empat kitab suci
Su Si yang merupakan ajaran Konghucu. Hal ini meliputi empat pasal sebagai
berikut:
kehidupan di bumi (alam dunia nyata). Mereka percaya bahwa alam semesta ini
sebagai akibat dari inkarnasi kekuatan alam. Alam dikuasai oleh spirit-spirit yang
kekuatan alam yang dipengaruhi oleh spirit-spirit yang mendiami alam. Beberapa
spirit itu berada dan hidup di dalam fenomena-fenomena alam seperti langit,
15
dan kekuatan hidupnya sangat besar serta sebuah keluarga dapat melanjutkan
dapat dibagi dua klasifikasi yaitu Yin dan Yang. Yin adalah sebuah prinsip yang
digambarkan seperti wanita, bulan, arah utara, dingin, gelap (malam), dan segala
yang bersifat pasif, sedangkan Yang merupakan prinsip dasar untuk seorang laki-
laki, matahari, arah selatan, panasnya cahaya (siang), dan segala sesuatu yang
dapat menyesuaikan diri dengan ritme alam semesta. Kehidupan harus harmonis
dengan tiga dasar yaitu, kehidupan langit, bumi, dan kehidupan manusia itu
sendiri. Di samping itu harus disesuaikan pula dengan fengsui yang berarti angin
dan air. Penyesuaian itu berarti hidup manusia itu harus disesuaikan dengan arah
angin dan keadaan air di mana manusia bertempat tinggal. Sebuah bangunan yang
terhindar dari segala malapetaka. Kedua prinsip Yin dan Yang ini merupakan
sebuah nafas dan kekuatan yang dilambangkan dalam bentuk lingkaran yang
dibagi kedalam dua bagian, yaitu dengan garis yang saling melingkar yang
terwujud oleh karena kedua prinsip kesatuan antara Yin dan Yang. Yin
merupakan daya cipta suatu sifat Tuhan yang memberi gerakan dan kehidupan
kepada sesuatu. Yang bersifat bahan atau zat yang diberi kemampuan menerima,
16
kesatuan hidup ini tergambar oleh sebuah fenomena alam semesta seperti air,
kayu, bumi, dan makhluk hidup di dalamnya. Penciptaan dan pergerakan kesatuan
Yin dan Yang tunduk dan mengikuti hukum tata kehidupan alam semesta,
sehingga dengan demikian bergerak dengan teratur dan berirama. Ritme ini
mengisi dan mengatur setiap ruangan di alam semesta ini seperti jalannya
matahari, bintang, bulan, pergantian musim, dan lain-lain.Ritme ini juga disebut
Tao, yaitu bagaimana sesuatu di dunia itu dijadikan dan jalan bagaimana
Dalam kehidupan masyarakat Tionghoa, ada tiga ajaran yang mereka anut
yaitu Taoisme, Konfusianisme, dan Buddhisme. Ketiga ajaran ini saling menyatu
(sinkretisme) dan dikenal dengan nama San Jiao atau Sam Kauw (dialek Hokkian).
masalah agama. Setiap agama di anggap baik dan bermanfaat, begitu pula ajaran
menjadi satu ( Lasiyo, 1995:72). Dari tinjauan lapangan yang dilakukan peneliti,
Oleh karena itu pada sub bab selanjutnya akan dibahas lebih mendalam mengenai
17
melainkan pengaruh dari India, tetapi ajaran Buddha mempunyai pengaruh yang
cukup berarti pada kehidupan masyarakat Tionghoa. Tema pokok ajaran agama
(akan Buddhisme) akan sangat mudah terkena kejahatan dan sulit untuk
menjauhkan Sidharta dari segala macam bentuk penderitaan dunia, sampai pada
suatu hari tidak sengaja ia melihat orang-orang yang selama ini belum dilihatnya
yaitu orang-orang tua, seorang yang sakit dan yang meninggal. Kenyataan
dengan menemukan obat penawar bagi penderitaan, jalan keluar dari lingkaran
tanpa akhir yaitu melalui kelahiran kembali kepada suatu jalan menuju Nirwana.
Jalan ini kemudian dikenal juga sebagai inti dari ajaran Buddha.
Konfusiansianisme. Hal yang paling kentara dari pencampuran ini ialah dengan
18
merupakan Buddhisme India bercorak Taoisme Tiongkok. Wujud dari agama ini
Welas Asih (Guan Yin atau Kwan Im). Dewi ini sangat populer sekali dikalangan
putih, Kwan Im membawa botol air suci, dan Kwan Im bertangan seribu. Dalam
seorang yang bertubuh gemuk dan raut muka yang selalu tertawa. Dewa ini
yaitu:
Para dewata golongan ini dipimpin oleh dewata tertinggi yaitu Yu Huang
Da Di, Yuan Shi Tian Sun, dan termasuk di dalamnya antara lain dewa-
dewata yang menguasai Wu-Xing (lima unsur), yaitu: (a) kayu (dewa hutan,
dewa kutub, dan lain sebagainya), (b) api (dewa api, dewa dapur), (c)
19
dewa sungai, dewa laut dewa hujan, dan sebagainya), (e) tanah (dewa
bumi, dewa gunung, dewa penguasa akhirat, dewa pelindung kota, dan lain
sebagainya)
mengandung tiga hal. Pertama, teori adalah serangkaian proposisi antar konsep-
atau fenomena sosial dengan cara menentukan hubungan antar konsep. Ketiga,
20
dalam tulisan ini. Pembahasan yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah
melalui teori akulturasi. Penulis memilih teori akulturasi, karena dengan teori ini
di Kota Padangsidimpuan secara mendetail, maka pada tinjauan teoritis ini akan
diuraikan lebih lanjut mengenai teori yang melandasi penelitian. Teori yang
digunakan yaitu teori Akulturasi Budaya yang merupakan teori dari John Widdup
Nama lengkap dari tokoh ini adalah John Widdup Berry, tetapi lebih
sering disebut dengan John Berry. Dia adalah seorang Profesor Emeritus pada
dan pada tahun 1966, beliaumeraih gelar Ph.D., di University of Edinburgh. Minat
psikologis yang terjadi sebagai akibat kontak antara dua atau lebih kelompok
21
mencoba untuk melihat kembali semua referensi yang terkait dengan masalah
dia mencoba untuk menggali perbedaan individu dalam berakulturasi; dan ketiga,
2005:698).
yang dihasilkan oleh kelompok individu yang memiliki budaya yang berbeda
seseorang (Berry,2005:699).
akulturasi. Setiap individu atau kelompok terlibat dalam akulturasi. Strategi mana
yang akan digunakan dalam akulturasi tersebut sangat tergantung pada variasi dari
variabel yang merupakan konsekuensi dari stategi yang berbeda yang sudah
22
budaya asli dan memilih untuk memelihara budaya yang dominan, yang mana
(ada dua kemungkinan dalam akulturasi yaitu memelihara budaya asli atau
with psycological well being”, bahwa yang pertama apa yang paling banyak
berinteraksi dengan individu lain dari kelompok etnik yang berbeda dan
strategi dalam akulturasi. Strategi yang dipilih kelompok etnik yang tidak
melakukan upaya mereka dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain siapa yang
merantau, alasan merantau, dukungan dari keluarga, apa yang menjadi harapan
23
tersebut juga yang memberikan keterangan mengenai pilihan yang dipilih masing-
masing kelompok etnik apakah suka atau tidak suka dengan akulturasi yang
budaya lain.
yang ada pada budaya aslinya dan pada waktu yang bersamaan meghindari
yang berada pada strategi ini mencoba untuk mencari (sebagai anggota
24
lebih besar).
karena hal itu merupakan pilihan yang secara sadar dibuat oleh seseorang
dan hal itu juga bisa terjadi sebagai akibat dari kegagalannya mencoba
strategi asimilasi.
Integrasi terjadi jika ada pilihan bebas atau bisa juga terjadi jika kelompok yang
sedemikian rupa sehingga kelompok yang tidak dominan dapat berperan. Asumsi
yang kedua adalah kelompok yang tidak dominan melakukan adopsi niali-nilai
dasar yang ada pada kelompok sosial yang lebih besar, dan pada waktu yang
hidup dalam situasi masyarakat yang plural. Dengan kata lain, semua strategi
tersebut terjadi jika suatu masyarakat bersifat multikultur dan memiliki prakondisi
etnokultural lain, dan memiliki kedekatan pada kelompok sosial yang lebih besar.
25
ukur pada unsur budaya tersebut. Melalui konsep akulturasi, maka dihasilkan
Padangsidimpuan.
Membuat Tinjauan Pustaka yang baik tidak lah mudah dan memerlukan
keterampilan dan usaha dari kita. Perlu diketahui bahwa Tinjauan Pustaka bukan
hanya sekedar daftar hasil penelitian sebelumnya yang sudah diterbitkan. Lebih
dari pada itu, kita harus melakukan evaluasi dan sintesis sehingga sebuah
Tinjauan Pustaka yang kita hasilkan memiliki nilai akademik yang tinggi. Dalam
karena hasil dari suatu karya harus memiliki data-data yang kuat dan memiliki
hubungan dengan yang diteliti. Penulis menemukan beberapa buku, jurnal, skripsi
maupun tesis yang isinya relevan dengan judul penelitian ini. Adapun sumber
refrensinya yaitu :
26
di rumah, gereja dan gedung , dimana dalam proses tersebut terdapat tahapan yang
beberapa komponen. Genre yaitu warisan tradisi secara turun-temurun, topik yaitu
menghormati garis keturunan tionghoa, fungsi dan tujuan yaitu menghargai dan
menghormati leluhur dan keluarga garis keturunan tionghoa, partisipan yaitu garis
keturunan tionghoa dan tamu undangan, bentuk pesan yaitu bahasa indonesia, isi
yaitu lamaran, sanjit, teapai, pemberkatan, pesta pernikahan, kaidah interaksi yaitu
aturan tradisi kegiatan terdahulu, norma interpretasi yaitu prosesi upacara menjadi
dan Betawi dalam Busana Pengantin Wanita Betawi”. Dalam jurnal ini penulis
Betawi dalam busana pernikahan pengantin wanita Betawi . Dari hasil penelitian
Masyarakat betawi sendiri memahami dengan jelas tentang arti dari simbol simbol
27
memakainya.
budaya yang terjadi pada Etnis Betawi dengan Tionghoa melalui beberapa
kehidupan sosio-budaya Betawi dan mulai mengetahui lebih jauh lagi tentang
berbagai unsur dalam sistem sosio-budaya Betawi. Dan hasil pembauran kedua
Budaya pada Rumah Tjong A Fie di Kota Medan.” Dalam Tesis ini penulis
dan menjelaskan unsur-unsur budaya apa saja yang terkandung pada rumah Tjong
A Fie. Dari hasil analisa yang dilakukan nya, terdapat unsur-unsur arsitektur
budaya Melayu dan Eropa pada bangunan rumah Tjong A Fie. Unsur arsitektur
28
Etnis Jawa Dan Etnis Batak Di Desa Malasori Kecamatan Dolok Masihul
Kebupaten Serdang Bedagai Provinsi Sumatra Utara.” Dalam jurnal ini penulis
menjelaskan tentang proses Akulturasi antara Etnis Jawa dan etnis Batak yang
terjadi di Desa Malasori berjalan dengan sangat baik. Baik dalam bidang sosial
ekonomi, dan budaya. Peroses akulturasi yang terjadi antar etnis Jawa dan etnis
Batak ini juga menjadi pertambahan pengetahuan bagi kedua etnis ini karena
kedua etnis ini dapat belajar kebudayaan dari masing-masing etnis. Selain dari
pada itu agar proses akulturasi Desa Malasori berjalan dengan baik dan tidak
lakukan, karena masih banyak informasi di dalamnya yang belum digali secara
mendalam. Dengan semakin banyaknya penelitian terhadap seni dan budaya yang
salah satunya adalah mengenai akulturasi budaya yang terjadi pada masyarakat
ini yaitu, dapat membantu penulis di dalam menjelaskan akulturasi budaya yang
Padangsidimpuan.
29
30
31
32
33
34
METODE PENELITIAN
paradigma teori kepada metode yang digunakan dalam penelitian agar berjalan
beriringan.
situasi atau peristiwa. Penelitian ini tidak mencari atau menjelaskan hubungan,
(Rakhmat, 2000:24).
disiplin ilmu. Dalam hal ini ilmu yang digunakan adalah mencakup ilmu budaya.
35
Padangsidimpuan.
sejarah, perkataan data merupakan bentuk jamak dari kata tunggal datum yaitu
36
sumber primer dan sumber skunder. Untuk memungkinkan hasil yang diharapkan
dan data yang yang diperoleh benar-benar memang akurat, maka data yang
1. Data Primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden berupa
atau pelaku yamg benar-benar dan menguasai masalah, serta terlibat langsung
dalam masalah penelitian. Informan sangat penting bagi peneliti karena akan
diteliti.
berdasarkan pada asas subjek yang mengusai permasalahan, memiliki data, dan
sebagai sumber data dan informasi harus memenuhi syarat yaitu informan yang
kota Padangsidimpuan. Oleh sebab itu, yang akan menjadi informan narasumber
37
Lurah dari Kelurahan Wek II, bapak Olly Japar Siregar (Lim Pao Oei) selaku
tetua adat etnis Tionghoa, dan Juliana (Yinni Shangye Nianjian) salah satu etnis
Kemudian ada juga beberapa informan pendukung lainnya seperti bapak Ampera
Jaya Alam (Meng Tji Lai), Sin Pin, Hasitahari Harahap, Ali Surya Siregar (Fung
Fa Lie), Hendra Gunawan Siregar (Min Jih Pao), Jei Sitorus (Tjeng Tjang Tjiang),
sebagai berikut:
3.5.1 Observasi
Tionghoa di kelurahan Wek II. Observasi juga dilakukan ke kantor Lurah Wek II
38
metode pengambilan sampel yang tidak acak yaitu purposive sampling (sampel
seperti ini ialah penulis memilih informan kunci (sampel) dari populasi
sedemikian rupa sehingga sampel yang dipilih mempunyai sifat yang sesuai
dengan sifat-sifat populasi. Jadi dalam hal ini kita harus mengetahui terlebih
dahulu sifat-sifat populasi tersebut dan sampel yang akan di tarik di usahakan
Singarimbun,1985:122).
Tionghoa sendiri penulis memilih bapak Olly Zapar Siregar (Lim Pao Oei) karena
dialah yang paling banyak mengetahui seperti apa kebudayaan etnis tionghoa di
kota Padangsidimpuan selain itu dia merupakan cucu dari Lie Kak yang
merupakan salah satu etnis Tionghoa yang pertama kali berimigrasi ke kota
bekerja di kantor pemerintahan yakni di kantor Kelurahan Wek II. Kemudian ada
39
Alam (Meng Tji Lai), Sin Pin, Hasitahari Harahap, Ali Surya Siregar (Fung Fa
Lie), Hendra Gunawan Siregar (Min Jih Pao), Jei Sitorus (Tjeng Tjang Tjiang),
3.5.3 Dokumentasi
sumber-sumber informasi khusus dari sebuah tulisan, wasiat, arsip, buku, foto,
dokumen, foto-foto, catatan formal, jurnal, skripsi, tesis, internet, dan sebagainya
40
Wek II, Olly Japar Siregar (Lim Pao Oei) dan Juliana (Yinni Shangye
yaitu bapak Ampera Jaya Alam (Meng Tji Lai), Sin Pin, Hasitahari
Harahap, Ali Surya Siregar (Fung Fa Lie), Hendra Gunawan Siregar (Min
Jih Pao), Jei Sitorus (Tjeng Tjang Tjiang), Iwan Siregar (Coan), dan Asun
secara sistematis.
41
Dalam hal ini peneliti menginterpretasikan dari data hasil pengamatan dan
akulturasi budaya yang terjadi pada etnis Tionghoa terhadap etnis Batak Angkola
diketahui dan dapat dinyatakan baik agar dapat dipersiapkan ke tahap proses
selanjutnya.
42
GAMBARAN UMUM
10 21’20’’ Lintang Utara dan 990 14’30’’- 990 16’10” Bujur Timur (Yusri,
2014:1).
Tabel 4.1
Statistik Geografi dan Iklim Kecamatan Padangsidimpuan Utara
43
Bukit Barisan yang sebagian bermuara ke Batang Ayumi yang mengalir di tengah
sebagai berikut: Aek Silangkitang, Aek Ratta, Batang Alundi, dan banyak anak-
anak sungai lainnya yang menyatu dengan Batang Ayumi. Batang Ayumi
sungguh menambah keindahan kota ini dan merupakan pendukung utama bagi
sebuah kawasan kotadi daerah Tapanuli Selatan adalah bahwa sekarang kota
tersebut telah tumbuh dan berkembang menjadi pusat untuk berbagai aktivitas,
dihuni oleh penduduk yang berasal dari berbagai etnis dengan berbagai latar
belakang sosial, budaya, dan ekonomi yang berbeda. Di samping etnis Batak
etnis lainnya, yaitu mereka yaitu mereka yang hadir sebagai perantau, seperti
orang-orang yang berasal dari sub etnis Batak lainnya (Batak Toba, Batak
Mandailing) dan etnis Minangkabau, Jawa, Nias, serta minoritas etnis Tionghoa.
Menurut perhitungan tahun 2018 oleh Badan Pusat Statistik (BPS) kota
44
Batu Nadua dengan ibu kota kecamatan Batu Nadua berjumlah 15983 orang.
sebagian kecil etnis Jawa, Mandailing, Batak, Toba, Nias, penduduk di kecamatan
55080 orang. Diantaranya terdapat sebagian besar penduduk etnis Batak Angkola,
dan sebagian kecil etnis Mandailing, Batak Toba, Jawa, Minangkabau, Nias dan
terdapat sebagian besar etnis Batak Angkola dan sebagian kecil etnis Batak Toba,
Mandailing, Jawa.
45
Batak Angkola berjumlah 18843 orang, Batak Mandailing 12080 orang, Batak
Toba berjumlah 18843. Diantara tiga etnis Batak ini yang paling banyak adalah
Batak Angkola dan etnis inilah yang merupakan etnis mayoritas penduduk
berjumlah 6810 orang, etnis Nias 321 orang, etnis Tionghoa berjumlah 951 orang
Tabel 4.2.1
46
Kelurahan Wek I Jl. Merdeka Gang Abdul Jalil tahun 2018 memperlihatkan
bahwa etnis Tionghoa di daerah tersebut terdiri dari 25 kepala keluarga dengan
berdasarkan jenis kelamin dapat dapat di lihat, laki-laki 45 orang (36%) dan
seluruh populasi etnis Tionghoa yang ada di Kelurahan Wek I dari usia 0-24 tahun
atau usia anak-anak sampai dewasa 40 orang dan usia antara 25-80 tahun berkisar
85 orang.
Kelurahan Wek II Jl. Merdeka Gang Surau tahun 2018 memperlihatkan bahwa
etnis Tionghoa di daerah tersebut terdiri dari 181 kepala keluarga dengan jumlah
kelamin dapat di lihat, laki-laki 328 orang (42,43%) dan perempuan 445 orang
(57,57%). Menurut kelompok usia dapat diketahui bahwa seluruh populasi etnis
Tionghoa yang ada di Kelurahan Wek II dari usia antara 0-24 tahun 258 orang dan
47
Kelurahan Wek III Jl. Selamat Riadi tahun 2018 memperlihatkan bahwa etnis
Menurut kelompok usia dapat diketahui bahwa seluruh populasi etnis Tionghoa
yang ada di kelurahan Wek III dari usia 0-24 tahun 17 orang dan usia antara 25-80
Dari penjelasan di atas dapat di dilihat bahwa etnis Tionghoa lebih banyak
mendiami daerah Kelurahan Wek II karena memang daerah ini merupakan pusat
dari segala aktivitas di kota Padangsidimpuan dan inilah alasan mengapa penulis
memilih lokasi penelitian di kelurahan wek II karena daerah ini merupakan basis
Selatan pada tahun 1810 seperti Mandailing dan Angkola. Namun agama Kristen
Tabel 4.2.2
N Kecamatan Agama
o Islam Khatolik Kristen Budha
1 Padangsidimpuan tenggara 90,13 0,67 9,15 0,04
48
Dari tabel di atas dapat juga diketahui bahwa agama yang paling
bertempat tinggal dan membuka usaha dalam bidang perdagangan. Agama Budha
Namun ada juga etnis Tionghoa yang menganut agama lain yaitu agama Kristen
Protestan, Khatolik, dan agama Islam. Alasan dari beberapa etnis Tionghoa untuk
memeluk agama Islam atau Kristen sehingga mendorong etnis Tionghoa untuk
diantara ke enam agama yang ada di Indonesia adalah dikarenakan sesudah tahun
1965 pemerintah Indonesia secara resmi mengakui enam (enam) agama : Islam,
beberapa tahun terakhir ini pemerintah tidak lagi mengakui Konghucu sebagai
49
siding kabinet pada tanggal 27 Januari 1979 secara tegas menyatakan bahwa
Tionghoa dan menjadi suatu keharusan untuk memilih salah satu agama yang sah
terhadap agama yang akan di yakininya.Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa
adalah mereka yang masih totok, sedangkan yang berpindah memeluk agama lain
yang dianut oleh penduduk setempat adalah mereka yang terutama sudah
peranakan.
50
Sumatera Utara. Kemudian ada juga tanaman keras seperti : karet, kemiri, kelapa,
kelapa sawit, kopi, coklat, cengkeh, kulit manis, dan pinang. Dalam bidang
peternakan seperti : kambing, kerbau, sapi, ayam, itik, dan ikan. Dalam bidang
pertukangan seperti tukang kayu (panglong), servis Honda dan mobil, tukang gigi,
tukang foto dan lain-lain. Dalam bidang industry ada PT. Kirana Sapta, PT.
Padangsidimpuan Utara menurut mata pencaharian dapat dilihat dari tabel berikut:
Tabel 4.2.3
51
Tabel 4.2.3
sebanyak 15,88%. Mereka yang bekerja di bidang jasa 0,45%, sebagai pegawai
52
DI KOTA PADANGSIDIMPUAN
Pada zaman dahulu ketika etnis Tionghoa datang dan menginjakkan kaki di
beranak cucu dan mati di daerah baru mereka. Semenjak itulah mereka mulai
disekitarnya termasuk dalam pembauran adat dan tradisi atau yang disebut dengan
akulturasi budaya.
Dalam wawancara dengan bapak Olly Japar Siregar (Lim Pao Oei) sebagai
salah satu tetua adat dari etnis Tionghoa di kota Padangsidimpuan beliau
Padangsidimpuan memiliki sifat yang terbuka terhadap berbagai etnis yang datang
Toba, Minagkabau, Jawa, Nias, Aceh, dan etnis Batak Angkola yang merupakan
53
pribumi Padangsidimpuan).
Tapi keadaan sekarang lebih bersifat gabungan antara adat Tionghoa dengan adat
rumah (belum di makamkan). Selain itu pembakaran uang kertas pun dilakukan
dengan harapan arwah yang bersangkutan tidak menemui kesulitan di akhirat sana.
memakai pakaian berkabung putih (biasanya kain kaci) dan dipakai secara terbalik
(jahitan di luar) untuk menandakan bahwa keluarga sedang berduka. Tanda duka
beraneka bentuk sesuai ikatan dengan keluarga yang meninggal, dan kebiasaaan
seperti ini merupakan pemandangan biasa dan telah di mengerti oleh etnis
laksanakan tanpa protes. Mereka tahu tradisi tersebut adalah turun temurun yang
54
berkepanjangan serta masa depan keluarga tidak menemui hambatan onak atau
Etnis Tionghoa yang beraganma Budha maupun Kristen Khatolik ada juga
yang masih mengikuti adat serta tradisi mereka sepanjang tidak bertentangan
dengan ajaran agama kecuali etnis Tionghoa yang menganut agama Islam tidak
adat serta tradisi lantaran mereka masih keturunan Tionghoa dan hal itu memang
tidak bisa di ingkari. Misalnya kebiasaan jagong di malam hari pada keluarga
yang lebih baik. Pesta pernihan bagi etnis Tionghoa di Padangsidimpuan ada yang
orang-orang terdekat. Namun tak sedikit juga yang di rayakan secara sederhana.
tangga.
55
kertas merah) dua bagian. Satu disebut sebagai uang dapur yakni pengganti biaya
yang dikeluarkan pihak wanita, satu lagi diberikan pada ibu calon pengantin
dan tradisi. Dimana pada keluarga pengantin laki-laki, kedua orang tua (kalau
keduanya masih lengkap) akan mendan-dani anaknya untuk yang terakhir kalinya.
kemudian menyematkan hiasan bunga pada salah satu kerah jas. Sedangkan
pengantin laki-laki sujud memohon restu ucapan terima kasih kepada kedua orang
dengan keluarga pengantin wanita, kedua orang tua sibuk menyiapkan segala
sesuatu bagi anaknya yang akan meninggalkan rumah untuk bersatu dengan
pemakaian mahkota serta cadar penutup, kedua orang tua yang akan
melakukannya. Kedua orang tua pengantin wanita juga menyisir rambut anaknya.
Pada wanita etnis Tionghoa yang sedang hamil atau melahirkan tidak lepas
dari adat dan tradisi kuno. Seorang ibu yang hamil muda akan di jajali berbagai
aturan dan larangan oleh pihak tetua keluarga. Salah satu contoh sang ibu hamil
keluarga maka sang ibu hamil harus di bekali bawang putih pada perutnya serta
sebuah gunting kecil sebagai penangkal sang calon jabang bayi. Namun dalam hal
56
saja). Sekalipun hamil, para istri etnis Tionghoa di Padangsidimpuan tetap bekerja
seperti biasanya seperti tidak terjadi sesuatu. Tapi menjelang usia kandungan
Kemudian dalam hal persiapan untuk menyambut bayi pun tidak boleh di
beli sebelum usia kehamilan mencapai tujuh bulan, kalau hal itu di langgar maka
di yakini akan terjadi hal-hal yang tidak di inginkan pada calon sang jabang bayi.
demi kesehatan sang ibu serta calon jabang bayinya. Kelahiran sang jabang bayi
bagi etnis Tionghoa merupakan harapan akan datangnya hoki (rezeki) baru bagi
keluarganya. Maka pada saat sang jabang bayi di bawa pulang, ada yang
mengadakan upacara penyambutan secara khusus atas kehadiran keluarga baru ini.
Padangsidimpuan. Daun ubi tumbuk dan gulai ikan Mas Hollat yang merupakan
ciri khas masakan Batak Angkola menjadi makanan yang mereka sukai (hasil
57
istiadat ketiga masyarakat tersebut tidak banyak berbeda, demikian juga dengan
kelompok kekerabatan yang disebut marga (clan) sebagai gabungan dari orang-
orang yang merupakan keturunan dari seorang kakek bersama. Oleh karena itu di
mempunyai namanya sendiri. Seperti marga Siregar, marga Harahap, marga Pane,
marga Huta Suhut, marga Ritonga, marga Rambe, dan lain-lain.Para anggota dari
(berabang-adik).
Adat masyarakat Batak Angkola lazim disebut adat dalihan natolu, karena
58
sistem sosial masyarakat Batak Angkola yang dinamakan dalihan natolu (tiga
tumpuan). Ketiga unsur fungsional dari sistem sosial dalihan natolu itu masing-
masing disebut mora, kahanggi, dan anak boru. Mora merupakan anggota kerabat
yang berstatus sebagai pemberi anak dara dalam perkawinan. Kahanggi adalah
anggota kerabat satu keturunan atau satu klen.Anak boru adalah anggota kerabat
yang berstatus sebagai penerima anak dara dalam perkawinan. Antara para kerabat
yang berstatus sebagai mora dan berstatus sebagai anak boru terdapat hubungan
afinal (perkawinan), dan diantara sesame kerabat yang berstatus sebagai kahanggi
bermasyarakat. Tiga komponen fungsional yang terdiri dari mora, kahanggi, anak
boru yang masing-masing anggota kerabat yang satu sama lainnya terikat oleh
sistem sosial itu, dikonsepsikan oleh masyarakat Batak Angkola sebagai suatu
dalihan (tungku) penumpu yang terdiri dari tolu (tiga) memberikan kepada
seseorang hak dan kewajiban tertentu yang satu sama lain berbeda. Hak dan
kewajiban seseorang dalam statusnya sebagai mora berbeda dengan hak dan
kewajiban sebagai orang yang berstatus sebagai kahanggi dan anak boru.
Pelaksanaan hak dan kewajiban yang di tentukan oleh status kekerabatan itu dapat
59
(ritual adat) yang dinamakan mangupa. Upacara tersebut merupakan bagian dari
serangkaian upacara adat yang penting bagi masyarakat Batak Angkola. Karena
menurut adat dan tradisi masyarakat tersebut upacara mangupa merupakan sarana
utama bagi para kerabat untuk menyampaikan doa dan harapan mereka agar
jenis bahan makanan yang ditempatkan pada suatu wadah yang khusus. Masing-
masing bahan perlengkapan upacara itu melambangkan doa dan harapan para
upacara yang terdiri dari sejumlah kerabat pengantin laki-laki dan tokoh
tersendiri yang mengandung nilai sastra tradisional dan juga menggunakan sastra
lisan.
60
di Padangsidimpuan
atas indikator dari penyesuaian diri antar budaya di arahkan pada masalah
Maka dari itu peneliti menempatkan bahasa pada urutan pertama karena
bahasa Batak Angkola dan bahasa Indonesia untuk beradaptasi dengan etnis Batak
5.2.1 Bahasa
bahasa, yakni bahasa Batak Angkola dan bahasa Indonesia sebagai bahasa
61
Bahasa daerah setempat yaitu bahasa Batak Angkola jugabanyak diketahui dan
dikuasai oleh etnis Tionghoa yang ada di Padangsidimpuan dengan baik, karena
dirumah maupun dalam pergaulan sesama etnis Tionghoa, tetapi mereka mengerti
bahasa Batak Angkola, sedangkan bahasa Indonesia dan bahasa Batak Angkola
akan dapat diketahui melalui penjelasan berikut. Yang akan dikemukakan di sini
bahasa Tionghoa, bahasa Indonesia, dan bahasa Batak Angkola sebagai bahasa
daerah, baik pemakaian dalam rumah tangga, sesama kelompok maupun dalam
Tionghoa.
Tabel 5.2.1
Bahasa Percakapan dalam Rumah Tangga Masyarakat Tionghoa
di Padangsidimpuan
62
(30%), bahasa Indonesia 5 orang (50%) dan bahasa Batak Angkola 2 orang
(20%).
Dari data diatas peneliti melakukan analisa bahwa proses akulturasi dalam
bidang bahasa dapat dilkasanakan dengan baik, terbukti 50% orang Tionghoa
Tabel 5.2.1
Bahasa Percakapan dalam Kelompok Etnis Tionghoa di Padangsidimpuan
No. Bahasa yang digunakan Jumlah %
1. Bahasa Tionghoa 4 40
2. Bahasa Indonesia 5 50
3. Bahasa Batak Angkola 1 10
Jumlah 10 100
63
orang (10%).
Tabel 5.2.1
Bahasa Percakapan dalam Pergaulan Sehari-Hari
dengan Masyarakat Padangsidimpuan
No. Bahasa yang digunakan Jumlah %
1. Bahasa Tionghoa - -
2. Bahasa Indonesia 5 50
3. Bahasa Batak Angkola 5 50
Jumlah 10 100
(50%). Ini tergantung juga pada orang apa yang dihadapi berkomunikasi apabila
dengan orang tua, mereka lebih banyak mempergunakan bahasa Batak Angkola
dan dengan orang muda mereka lebih sering memperrgunakan bahasa Indonesia,
dan 5 orang (50%) etnis Tionghoa menggunkan bahasa Batak Angkola apabila
Tabel 5.2.1
No Tingkat/kwalifikasi Jumlah
Nama bahasa Baik % Sedang % Kurang % % orang
1. Tionghoa 2 20 5 50 3 30 100 10
2. Indonesia 7 70 3 30 - - 100 10
3. Batak Angkola 5 50 3 30 2 20 100 10
64
baik (tahu arti dan pengucapan bagus) 2 orang (20%), kualifikasi sedang (tahu arti
tapi pengucapan kurang bisa, dialek sedang) 5 orang (50%), dan kualifikasi
kurang (tidak tahu arti dan pengucapan bahasanya) 3 orang (30%). Yang
sedang 3 orang (30%), dan dengan kualifikasi kurang tidak ada, dan yang tidak
tahu sama sekali tidak ada. Sedangkan responden yang menguasai bahasa Batak
Angkola sebagai bahasa dsaerah setempat dengan kualifikasi baik 5 orang (50%),
kualifikasi sedang 3 orang (30%), dan dengan kualifikasi kurang 2 orang (20%),
karena itu faktor penggunaan bahasa dalam proses akulturasi etnis Tionghoa di
5.2.2 Pernikahan
dapat lebih luas artinya dari sekedar asimilasi. Di Indonesia pernikahan campur
antar etnis di anggap sebagai salah satu faktor yang menguntungkan dalam usaha
65
datang ke Padangsidimpuan.
sekarang lebih bersifat gabungan antara adat-istiadat etnis Tionghoa dengan adat-
pada seorang pemudi, maka diutus seorang meiren (媒人) atau mak comblang
kerumah pemudi tersebut untuk bertemu dengan orang tua pemudi tersebut. Mak
comblang juga segera menukarkan kartu yang berisi nama, usia dan hal lainnya
kecocokan. Apabila kedua pihak telah sepakat, maka dibuatlah acara pernikahan.
Apabila mak comblang telah ditanggapi positif, maka selanjutnya kedua pihak
sudah dapat menentukan tanggal baik dan bulan baik untuk acara lamaran dan
pernikahan. Tanggal itu ditentukan setelah melihat kecocokan dari tanggal lahir
66
mempelai. Setelah tidak ada masalah maka akan di lanjutkan pada prosesi
(dukun). Pada masa sekarang pemilihan hari baik oleh bayo datu sudah jarang
sekali dilakukan karena perbuatan yang demikian itu dianggap perbuatan yang
bersifat tahayul dan bertentangan dengan agama.Jadi tentang penetuan hari pada
penentuan hari, tanggal dan waktu yang baik untuk melaksanakan pernikahan.
Namun seiring berjalannya waktu, acara Sangjit dilaksanakan lebih kepada acara
resepsi pernikahan dan berlangsung siang hari antara jam 10.00 sampai dengan
teguh pentingnya penanggalan yang tepat untuk setiap momen yang sakral.Harus
dipilih jam, hari dan bulan yang baik. Biasanya semuanya serba muda yaitu : jam
67
bulan yang baik adalah bulan naik atau menjelang purnama. Masalah ini juga
mempelai wanita yang nantinya akan digunakan oleh kedua calon mempelai untuk
kehidupan setelah masa pernikahan. Dalam tradisi etnis Tionghoa proses lamaran
barang seserahan diletakkan diatas nampan yang akan diserahkan kepada pihak
sebagai berikut:
pria.
4. Uang susu (ang pao) dan uang pesta (masing-masing di amplop merah).
Pihak mempelai wanita biasanya akan mengambil uang susu (ang pao)
Kalau keluarga wanita mengambil seluruh uang pesta, maka berarti pesta
68
6. Dua pasang lilin merah yang cukup besar diikat dengan pita merah sebagai
happiness yang bermakna agar kedua calon mempelai dapat terus bahagia
sampai tua nanti. Kemudian ada kaca yang bermakna agar kedua calon
boks yang dibawa oleh para pria atau gadis lajang dari pihak calon mempelai pria.
dikembalikan pada pihak pria. Pihak calon mempelai wanita kemudian akan
memberikan balasan, antara lain berupa permen atau coklat manis dan kue-kue
untuk dibawa pulang pihak pengantin pria sebagai harapan bahwa hubungan
Selain itu, ada juga tradisi bagi pihak calon pengantin wanita memberikan
balasan berupa perlengkapan keperluan pria (baju, baju dalam, sapu tangan –
69
karena wakil keluarga wanita memberikan ang pao kepada setiap pembawa
Dalam tradisi etnis Batak Angkola acara lamaran dilakukan setelah ada
pendamping hidupnya ke masa depan. Dalam proses lamaran pihak mempelai pria
berupa uang, emas, seperangkat alat sholat dan lain-lain, sebagai bekal dan untuk
proses lamaran inilah biasanya akan dimusyawarahkan kapan hari yang baik
bahwa sang pria telah siap menjadi pemimpin keluarga. Di era modern, menghias
kamar dapat dilakukan oleh para perias pengantin. Namun bagi masyarakat
para keluarga kedua calon mempelai. Orang yang menghias kamar pengantin
biasanya ialah kerabat yang sudah menikah dan kehidupan pernikahannya terkenal
langgeng misalnya pasangan yang telah menikah kurang lebih 25 tahun lamanya,
ini melambangkan agar dapat menjadi contoh bagi kedua calon mempelai.
70
kebahagiaan dan semangat hidup, lampu lentera juga kerap diletakkan di dalam
kamar. Dengan maraknya lampu yang ada, diharapkan pernikahan ini akan
Dari semua arti positif yang terkandung dalam setiap barang dan
perbuatan, ada juga larangan yang tidak boleh dilakukan oleh para mempelai di
dalam kamar ini yaitu salah seorang mempelai, baik itu mempelai pria maupun
langsung hal ini berarti menjauhkan mereka dari kehilangan salah satu pasangan,
mempelai pria diharuskan memakai pakaian putih. Sambil disisir 3 kali dari
kepala hingga ujung rambut oleh kerabat dekat yang masih lengkap keluarganya,
diucapkanlah juga tiga kalimat ini: sisiran pertama “hidup bersama sampai rambut
beruban.” sisiran kedua “diberkahi keturunan.” dan sisiran ketiga “rumah tangga
harmonis.
71
mudah, yang mana pada keluarga pengantin laki-laki (kalau keduanya masih
menyematkan hiasan bunga pada salah satu krah jas. Sedangkan pengantin laki-
laki sujud memohon restu dan ucapan terima kasih kepada kedua orang tuanya
keluarga pengantin wanita, kedua orang tua sibuk menyiapkan segala sesuatu bagi
anaknya yang akan meninggalkan rumah untuk bersatu dengan suaminya. Perias
cadar penutup kedua orang tua yang akan melakukannya. Kedua orang tua
72
haru, menyadari tidak lama lagi dia akan meninggalkan rumah serta kedua orang
doa restu dan ucapan terima kasih pada kedua orang tuanya.
Gambar 5.2.2.4 Pengantin Tionghoa Sedang Memohon Doa Restu dan Ucapan Terima
Kasih Kepada Kedua Orang Tuanya
Dokumentasi: Sofwan,2018
Angkola dalam proses pernikahannya yaitu adat mangupa, yang mana pengertian
mangupa itu sendiri ialah mempersembahkan dengan cara tertentu sesuatu yang
disebut upa-upa kepada orang-orang tertentu melalui suatu upacara adat (ritual
tua pengantin laki-laki, yakni dalam ruang depan rumah yang bersangkutan.
rumah , pada posisi yang disebut juluan dimana kedua pengantin disandingkan,
ditutup dengan kain hiasan yang disebut tabir. Bagian atas dari ruangan itu pada
73
Sebagian lantai ruangan biasanya dilapisi dengan ambal (permadani) dan tikar
Panusunan Bulung disediakan tikar adat yang dinamakan lage lapisan atau amak
lapisan yang terbuat dari anyaman daun pandan. Tempat duduk kedua pengantin
juga dilapisi dengan tikar adat yang sama. Tikar adat itu ada yang berlapis tiga
dan ada pula yang berlapis lima. Tikar yang terbanyak lapisannya disediakan
Seluruh peserta dan pemimpin upacara serta kedua pengantin yang akan
dilapisi dengan tikar. Disebelah kiri kedua pengantin duduk para perempuan yang
tergolong sebagai anak boru, disebelah kanan keduanya duduk para perempuan
kerabat dekat dari tuan rumah (orang tua pengantin laki-laki) bersama-sama
dengan kerabat mereka yang tergolong sebagai kahanggi. Dalam posisi termuka
yang tergolong sebagai kahanggi. Di hadapan kedua pengantin pada arah pintu
(tuan rumah). Di sebelah kanannya duduk para kerabatnya yang tergolong sebagai
kahanggi dan disebelah kirinya duduk para kerabatnya yang tergolong sebagai
anak borudan pisang raut. Berhadapan dengan ayah pengantin laki-laki duduk
para tokoh harajaondan hatobangon, dan mora dari tuan rumah serta Raja
Panusunan Bulung dalam satu barisan. Biasanya Raja Panusunan Bulung duduk di
tengah, di sebelah kanannya tokoh harajaon dan di sebelah kirinya para tokoh
74
tapian mandi di sungai) yang diselenggarakan pada saat matahari sedang naik.
Setelah kedua pengantin diarak kembali dari tepian mandi yang disebut tapian
sedang naik atau belum tengah hari, kira-kira pukul 11.00 pagi. Pemilihan waktu
yang demikian itu didasarkan kepada keyakinan yang berisi harapan agar kedua
1. Tiga butir telur ayam rebus yang telah dikupas (dinamakan pira manuk
75
4. Beberapa jenis ikan sungai berukuran kecil dan udang sungai serta
kerabat mereka.
Batak Angkola atau Parompa sadung kepada kedua pengantin yang tujuannya
tantangan kehidupan dalam rumah tangganya dan supaya kedua pengantin cepat
mendapatkan anak atau keturunan.Dapat dilihat pada gambar berikut ketika orang
tua menyelempangkan Ulos Batak Angkola atau Parompa Sadung kepada kepada
keduapengantin.
76
77
Mereka menabalkan marga dengan melakukan upacara adat Batak Angkola yang
di ketuai oleh pengetua adat yang ada di daerah tersebut. Dalam menabalkan
marga ini lembu harus dikurbankan (sesuai kesanggupan) dengan jumlah tertentu
Siregar, Ali Surya Siregar, Ahmad Rifai Harahap,) bahwa sebagian dari etnis
juga dalam proses perkawinan dengan etnis Batak Angkola atau umumnya si
78
marga (ditabatalkan) yaitu dengan menyembelih satu kerbau atau lembu (sesuai
dibatalkan marganya menjadi Ali Surya Siregar begitu juga dengan Lim Pao Oei
Pada waktu Olly Japar mau menikah dia bersama calon isterinya Nyo Lan
Ing mereka sama-sama menabalkan marga, Lim Pao Oei ditabalkan menjadi Olly
Japar Siregar sedangkan isterinya Nyo Lan Ing di tabalkan menjadi Nur Siti
atau lembu (bagi yang sanggup) serta mengundang tetua adat, raja, cerdik pandai
marga terhadap seseorang sebagai suatu ke habsahan atas marga baru nya
tersebut.
orang yang akan ditabalkan marga untuk menyatakan kesediaan orang tersebut
untuk menjadi etnis Batak Angkolasetelah itu pengetua adat akan menaburkan
beras kuning di atas kepala yang akan ditabalkan marga untuk pengharapan bahwa
jiwa raga yang bersangkutan telah menjadi jiwa etnis Batak Angkola. Setelah
selesai acara menaburkan beras kuning etnis Tionghoa yang ditabalkan marga
akan di arak melakukan tarian tor-tor dengan raja-raja Batak Angkola di daerah
79
dengan masyarakat Batak Angkola. Setiap menjelang lebaran yaitu hari besar
80
yatim. Mereka selalu memberikan beras dengan jumlah yang cukup besar dan
juga memberikan bantuan dana berupa uang, sandang dan pangan kepada korban
besar, dari keterangan ini bisa kita lihat bahwa etnis Tionghoa Padangsidimpuan
81
PENUTUP
6.1 Simpulan
masyarakat setempat, yaitu dengan cara bersikap ramah tamah dan berkomunikasi
adat (ritual adat) yang dihadiri oleh raja-raja dan tetua adat Batak Angkola, serta
melengkapi persyaratan yang telah ditetapkan oleh tetua adat untuk mendapatkan
sebuah marga yang diinginkan. Selain melalui proses perkawinan sebuah marga
juga bisa dimilki oleh seseorang atas dasar keinginannya sendiri. Disini
yakni adat Batak Angkola dan adat etnis Tionghoa, tentunya juga dengan
82
undangan pesta, syukuran dan terutama melayat kepala keluarga yang kemalangan
lebaran memberikan sumbangan kepada fakir miskin dan etnis Tionghoa juga
bencana alam.
Padangsidimpuan. Daun ubi tumbuk yang merupakan ciri khas makanan etnis
Batak Angkola menjadi makanan yang mereka sukai. Ikan Mas yang di panggang
dengan berbagai macam masakan seperti ikan Mas yang “holat” dan lain-lain.
Etnis Tionghoa juga melakukan adaptasi dengan marga yang ada pada masyarakat
Jadi dari hasil penelitian tentang akulturasi budaya Tionghoa yang ada di
masyarakat Padangsidimpuan.
83
ada di Padangsidimpuan. Selain itu perlu kiranya kerja sama yang lebih efektif
dapat dilestarikan.
Bagi etnis Batak Angkola sebagai etnis penetap yang telah lama tinggal di
kebudayaan, agar kebudayaan-kebudayaan dari setiap etnis tidak luntur, dan tetap
84
Abdul Rodzik, Ali. 2008. Akulturasi Budaya Betawi Dengan Tionghoa. Jakarta:
Baru Algesindo.
Astrini. 2013. Akulturasi Budaya Cina dan Betawi dalam Busana Pengantin Wanita
University Press.
Dias & Greiner. 1998. Migration and acculturation. Washington, DC: American
Psychological association.
85
Bandung.
Udayanan Press.
Kwek. J.S. 2006. Mitologi China dan Kisah Alkitab. Yogyakarta: Graha Ilmu.
LkiS.
Rosdakarya.
86
Silalahi, Lidawani. 2015. Proses Akulturasi Antar Etnis Jawa Dan Etnis Batak Di
Gramedia.
PELKRINDO.
Twang, P. 2004. Elit Bisnis Cina di Indonesia dan Masa Transisi Kemerdekaan
87
Daftar Wawancara
88
89
90
91
92
Wawancara dengan Ampera Jaya Alam(Meng Tji Lai)beserta isterinya Sin Pin
93
94
95
论文题目:印尼帕当西登普安华裔习俗的研究
学生姓名 : 马训湾
学 号 : 140710004
导师姓名 : 叶铧蒂
学 院 : 人文学院
学 系 :中文系
苏北大学中文系
2018 年 11 月 23 日
96
摘要
本科毕业论文题为“印尼帕当西登普安华裔习俗的研究”。撰写本论文
的研究目的是解释在帕当西登普安市华人社区中发现的文化因素,并描述帕
当西登普安华人社区文化适应的要素。本研究中使用的方法是采用定性方法
的描述性分析方法。本研究中的数据收集技术基于实地研究,即观察,访谈
和文档。这项研究使用了 John Widdup Berry 的文化理论,这是关于他在文
化方面的研究。作者从这项研究中得到的结果是:(1)华人社区文化适应
的要素,即马达 Angkola 文化的文化适应因素,作者分析了语言,婚姻和宗
族在华人社区和马达 Angkola 社区之间播种。(2)通过分析,作者对马达
Angkola 社区关于宗族语言,婚姻和姓氏的华人社区文化适应性的分析可以
说是进展顺利。
摘要.................................................. i
目录................................................. ii
第一章 绪论.......................................... 1
1.1 选题背景........................................... 1
1.2 研究目的........................................... 2
1.3 研究现状........................................... 3
1.4 研究方法........................................... 4
第二章 概念.......................................... 5
2.1 文化............................................... 5
2.2 文化适应........................................... 7
第三章 在帕当西登普安华裔文化的适应.................. 9
3.1 帕当西登普安市华裔社区的文化因素................... 9
3.1.1 马达 Angkola 文化............................ 11
3.2 在帕当西登普安华裔文化适应的要素................... 12
3.2.1 语言......................................... 12
3.2.2 婚姻......................................... 13
3.2.3 氏族加冕礼................................... 20
第四章 结论与建议.................................... 22
4.1 结论............................................... 22
4.2 建议............................................... 23
参考文献.............................................. 24
致谢.................................................. 25
ii
1.1 选题背景
众所周知,印度尼西亚社会在许多方面都是异质的,例如种族群体的多
样性、宗教、风俗习惯等等。另一方面,当今世界的快速发展和高度的动态
性使得世界走向了“地球村”的地球村,这是现代技术发展的结果,几乎没
有任何限制。因为社区(在广义上)必须准备好面对文化多样性背景下的新情
印度尼西亚由不同的民族组成,有着非常丰富的文化遗产。各种各样的
传统和习俗使印度尼西亚成为印度尼西亚的骄傲。印度尼西亚因其文化而富
有。通过同化和文化适应的过程,外国文化元素被纳入印度尼西亚,使这种
文化财富更加丰富。
文化适应是指两种或两种以上的文化相互融合的过程,在这一过程中原
始文化的元素仍然可见,而且不会消失。根据 Koentjaraningrat(2009:202)时
出现的文化适应是一个社会过程与特定文化是一群人面对外国文化的元素,
外国文化的元素逐渐接受并加工成文化本身不会造成损失的文化人格本身。
因此,文化适应意味着在不破坏或消除土著文化元素的情况下接受、管理外
来文化并将其与土著文化相结合。
中国人正在干涉婚姻),他是不可能避免接触群体成员(夫妇的家庭)。因为
婚姻不仅仅是两个个人之间的结合,而是两个家庭之间的结合。与伴侣家人
的接触会影响他的思维和行为。
在帕当西登普安市,华人社区采用友好的方式进行调整,并使用马达
Angkola 语言与当地社区进行沟通。华人社区也与当地社区同化,没有创建
中国人定居点(唐人街),因此这个地方的华人社区与当地社区相互交融。
仪式(传统仪式)在帕当西登普安市使用部族,并完成习惯领导人为获得所
需部族而制定的要求。除了经历婚姻过程之外,一个氏族也可以根据自己的
欲望被某人拥有。在这里,华人社区也介入(合并)与帕当西登普安社区,
1.2 研究目的
本研究中问题的表述如下:
1.在帕当西登普安市的华人社区中发现了哪些文化元素?
2.帕当西登普安市华人社区文化适应的要素是什么?
符号的含义。在新娘的衣服中也使用动物符号,这是中国帝国的典型象征,
即龙和凤凰。Betawi 人对自己的婚礼服装有自己的看法和自豪感,尤其是
Betawi 新娘的服装。他们认为,穿着带有凤凰和龙符号的婚纱的人会增加佩
戴它的人的权威。
作者通过文化适应的几个传播变量来描述贝多瓦族与中国人发生的文化适应
过程。在社会交往过程的实施过程中,中国人被证明能够参与 Betawi 社会
建筑的元素。马来建筑的元素以装饰品的形式主宰建筑,而欧洲建筑的元素
生的爪哇种族和巴塔克族之间的文化适应过程非常顺利。无论是在社会经济
和文化领域。在爪哇和巴塔克族群之间发生的这种文化适应过程也增加了两
个民族的知识,因为这两个民族可以从每个民族文化中学习。除此之外,马
拉索里村的文化适应进程顺利,没有冲突,马拉索里村社区最大限度地减少
了可能导致每个民族之间发生冲突的事情。
1.4 研究方法
在这项研究中,作者使用定性方法,使用描述性分析方法。首先描述
已获得的数据然后进行分析。仅暴露情境或事件。本研究不寻求或解释关系,
不检验假设或做出预测。描述性方法是注重观察和科学氛围(自然主义背
景)。在科学氛围中,研究人员希望直接参与其中(Rakhmat, 2000:24)。
在这项研究中,研究人员使用了数据收集技术,即观察,访谈和记录。
2.1 文化
文化是非常广泛和最具人文意味的概念,简单来说文化就是地区人类
的生活要素形态的统称:即衣、冠、文、物、食、住、行等。给文化下一
个准确或精确的定义,的确是一件非常困难的事情。对文化这个概念的解
读,人类也一直众说不一。但东西方的辞书或百科中却有一个较为共同的
解释和理解:文化是相对于政治、经济而言的人类全部精神活动及其活动
产品。
成就文化。信息文化指一般受教育本族语者所掌握的关于社会、地理、历
史、等知识;行为文化指人的生活方式、实际行为、态度、价值等,它是
成功交际最重要的因素;成就文化是指艺术和文学成就,它是传统的文化
概念。斯特恩 H. Stern(1992:208)根据文化的结构和范畴把文化分为广
文化的哲学定义
文化的定义:文化是相对于经济、政治而言的人类全部精神活动及其
产品。文化是智慧群族的一切群族社会现象与群族内在精神的既有,传承,
创造,发展的总和。它涵括智慧群族从过去到未来的历史,是群族基于自
然的基础上所有活动内容。是群族所有物质表象与精神内在的整体。具体
生活方式、宗教信仰,文学艺术、规范,律法,制度、思维方式、价值观
念、审美情趣,精神图腾等等
具体人类文化分为物质文化、哲学思想(制度文化和心理文化)这里
把非人类的智慧群族的文化称之为亚文化比较恰当一些。虽然它们具有人
类文化的共同点,但是一个本质区别是人类的自主价值与自主意志是完全
不同与其他智慧群族的。
文化既包括世界观、人生观、价值观等具有意识形态性质的部分,又
包括自然科学和技术、语言和文字等非意识形态的部分。文化是人类社会
特有的现象。文化是由人所创造、为人所特有的。文化是智慧群族的一切
群族社会现象与群族内在精神的既有,传承,创造,发展的总和。文化包
含着八大艺术和第九艺术其中中国文化烙印着民族与时代的特点,既有传
承又有发展,中国文化的主要内容是新时代的儒学思想。
人类传统的观念认为,文化是一种社会现象,它是由人类长期创造形
成的产物,同时又是一种历史现象,是人类社会与历史的积淀物。确切地
说,文化是凝结在物质之中又游离于物质之外的,能够被传承的国家或民
族的历史、地理、风土人情、传统习俗、生活方式、文学艺术、行为规范、
思维方式、价值观念等,它是人类相互之间进行交流的普遍认可的一种能
够传承的意识形态,是对客观世界感性上的知识与经验的升华。
海洋文化学者李二和早在《舟船的起源》和多篇文章中就曾指出:相
信随着历史的发展和时间推移,随着人类更理性地认识事物和探索世界,
从更宽泛的生命文化谱系中更加的获益。李二和第一次将“文化”这个概
念引入到更开放、更宽容的生命思维高度,从而更真实的思考和解读文化。
作为一种对文化与生命的独特思考现象,已经引起社会各界的普遍关注。
在日常生活中,人们经常谈论文化,在日常生活中,人们无法应对文
是由文化人类学专门和更彻底地研究。 人类学家说文化是一个复杂的整体,
包括知识,道德艺术,法律,风俗以及社会成员的所有能力或习惯。为了
更容易解释文化,它通过描述特定文化中一群人的知识,艺术,道德,法
律,习惯,优势或习惯的细节(Alo,2003:10)。
文化是一种发展的生活方式,由社会共享,代代相传。文化由许多复杂
的元素组成,包括宗教,政 治,习俗,语言,工具,服装,建筑和艺术品
系统。语言和文化是人类不可分割的一部分,因此许多人倾向于认为它们是
遗传上遗传的。当有人试图与不同文化的人交流并调整他们的差异时,要证
明文化是学到的。文化是一种全面,复杂,抽象和广泛的生活方式。文化的
许多方面也决定了交际行为。社会文化因素得到传播,包括许多人类社会活
2.2 文化适应
文化适应是反映文化特性和文化功能的基本概念。主要指文化对于环
境的适应,有时也指文化的各个部分的相互适应。文化是人类社会特有的
美国文化人类学家 L.A.怀特认为,文化是特定的动物有机体用来调适自身
与外界环境的明确而具体的机制。文化对于环境的适应主要表现为工具和
技术适应、组织适应、思想观念适应这 3 个方面。
Redfiled(1936)定义:当不同文化群体的人们进行持续不断的直接接
触时,一方或双方的原文化类型所产生的变化称为文化适应。Berry (1990)
提出一个 文化适应模型,将文化适应分为四个类型:同化(assimilation),
分离(separation),融合(integration),边缘化(marginalization);并且
在研究文化适应过程中个体所面临的问题时提出了一个双维度文化适应模
型,将少数族群在文化适应过程中的问题归纳为 1)是否保持和发展源文
化的特征特性;2)是否倾向于同主导社会进行跨族群的交流来评估和建立
一个积极的关系。
文化适应是两种或两种以上文化的结合,这是由于一群具有特定文化的
人与具有不同文化的其他人群之间发生的相互作用。 从那里开始,原始文
化模式发生了变化,没有造成这些文化元素的丧失(Suryanto, 1996:117)。
文化适应是指通过接触或直接暴露于其他文化(例如,通过大众媒体)
来改变一个人的文化的过程。例如,如果一群移民然后居住在印度尼西亚
(宿主文化),他们自己的文化将受到该宿主文化的影响。渐渐地,来自寄
宿文化的价值观,行为方式和信仰越来越成为移民群体文化的一部分。与此
同时,宿主文化当然也在发生变化。但是,总的来说,移民文化的变化更大
3.1 帕当西登普安市华裔社区的文化因素
传统长老之一的采访中,他解释说,在中国人到达帕当西登普安后,他们受
到了帕当西登普安社区的欢迎,因为帕当西登普安人有一个开放的性格对各
种族群体。来到帕当西登普安。这可以从居住在帕当西登普安的大量种族中
普安占多数人口。在华人族群抵达帕当西登普安之后,例如他是帕当西登普
和建立良好的关系,为帕当西登普安人民提供社交和闪亮的款待。Lie Kak
还通过中国男人和当地女人(帕当西登普安原住民)之间的婚姻建立了关系。
关于中国民族的习俗和传统,他们帕当西登普安的生活圈中使用它。例
如,在死亡,分娩,婚姻,宗族厚度和许多其他仪式的仪式上。但目前的情
况更多的是中国习俗与习惯传统的结合,适用于当地人民,特别是在行政,
服装和执行程序方面。
在佛教徒死亡的仪式上,华人在棺材前提供完整的食物设施,并且每天
只要尸体放在家里(尚未埋葬)就提供洗漱用品。此外,进行纸币燃烧是希
望有关精神在那里没有遇到困难。然后在穿衣中,悲伤的家庭通常穿着白色
的哀悼衣服(通常是布)并将其颠倒(穿针外)以表明家人正在悲伤。根据
被华人所理解。只要遗体保存在家中,禁忌就很重要,也是在没有抗议的情
况下进行的。他们知道传统是世袭必须为中国人做的。禁止的是禁止在身体
前面提供面条和沙拉水果。目标是悲伤不会延长,家庭的未来在未来不会遇
到荆棘或荆棘的障碍。
在帕当西登普安父母的华人,在为孩子寻找生活伴侣时,父母不会强加
他们的意志。他们让孩子有自由决定他们潜在的伴侣。作为父母,他们只能
走向更好。在帕当西登普安有一个华人派对,邀请家人,亲戚和最亲近的人
一起庆祝。但也有一些人只是简单地庆祝。在婚姻方面,中国人在帕当西登
普安的主要优先事项是他们的孩子穿越家庭方舟的快乐。
在继续结婚的申请中,新郎的家人给了红包(用红纸包着的钱)两部分。
一种被称为厨房用钱,它代替了女性所产生的费用,另一种被称为新娘的母
亲作为牛奶钱。
`然后在一个充满风俗和传统的中国民族婚礼。在新郎家里,父母双方
(如果两人都完整的话)将最后一次帮助他们的孩子。他们梳理新郎的头发,
穿上新娘的衣服,然后在其中一件西装上钉上花朵装饰。当新郎为了感谢他
的父母照顾他的婚姻水平而牺牲了他的祝福。与新娘的家人一样,父母双方
都忙着为孩子准备一切,这些孩子将离开家与丈夫团聚。新娘化妆美化新娘,
但戴上皇冠和面纱时,父母会这样做。新娘的父母也梳理着孩子的头发。
10
从上面对话的节选中可以看出,孙中山对中国的褒扬、赞赏、自豪,努
力维护祖国的美名。孙中山在声明中说,中国拥有大量的自然资源,中国银
行提供了新的资本,中国有大量的铁路。孙中山的这句话是对中国的爱的特
征之一,是对自己民族的赞美或骄傲,也是对自然美景的欣赏和维护民族的
美名。据信,中国的财富能够带来现金。这使得孙中山越来越想恢复国家的
尊严,中国曾因清朝的行为而丧失。
boru。莫拉是一个在婚姻中具有处女地位的家庭成员。kahanggi 是一个后代
11
正如前面在概念框架中所解释的,跨文化自我调整的指标针对的是帕当
华人社区中的文化适应问题帕当西登普安。在这里,将更深入地探讨文化适
应的要素,从几个文化元素,即语言,婚姻和宗族播种。
因此,研究人员将语言置于第一顺序,因为它涉及他们与帕当西登普安
3.2.1 语言
普安市的华人交流语言。印度尼西亚语是语,的官方语言由帕当西登普安市
的华人社区主导,无论是中国人还是土生华人。当地语言,即马达 Angkola
语言,在帕当西登普安很好地由中国人控制,因为除了印度尼西亚语之外,
当地语言也是帕当西登普安市华人社区日常互动的语言。
马达 Angkola 语言和印尼语通常在与当地社区和其他家庭成员交流时,
在日常互动中使用。 中国老年人在家中和中国的关系中使用更多的中国人,
12
以宣称,在帕当西登普安的中国文化适应过程中使用语言的因素进展顺利。
3.2.2 婚姻
混合婚姻通常被称为融合,这意味着族群之间的婚姻,但合并实际上可
能比仅仅同化更具广泛意义。在印度尼西亚,种族群体之间的混合婚姻被认
为是加速适应和同化过程的有益因素之一(Soekanto, 1982:220)。 有关
种族间的婚姻是中国族裔的婚姻,其中包括帕当西登普安的马达 Angkola 族,
这是自中国人来到帕当西登普安以来发生的。
婚礼之前的准备事项
1. 聘礼:婚前男方要将娶亲的聘礼送到女方家,每个地方送的种类都不
相同:广东风俗送活鸡、椰子、喜饼和礼金,鸡寓意生机勃勃,椰子
寓意有长有幼,尽享天伦之福,喜饼是用来让女方送亲戚的,礼金则
象征着娶方多金,暗示着新娘嫁过去可以享福,让女方家放心。
2. 回礼:收到聘礼女方要给回礼,有的地方女方家会给订婚戒指,有的
地方会给槟榔,有一郎到尾的意思。
3. 安床:在结婚的前一天晚上,要由女方家出一个家庭和睦、父母双全、
又育有儿子的男丁安装婚房里的婚床,再将寓意早生贵子的四品:核
桃、莲子、红枣、花生铺在新床上面。
13
交给新娘。
5. 上头:婚礼举行前一晚,要选择一个吉时拜神求平安幸福,而且男方
也要在同一个时间在自家那边拜。
6. 梳头:新娘梳妆打扮的时候,会请一位有福气的长辈来给新娘梳头,
寓意跟安床的道理相似。
7. 吃汤圆:汤圆,寓意团圆美满,祝福新人可以圆满成婚。
婚礼当天的仪式
1. 迎亲:,男方要带着迎亲队伍来女方家接亲。接新娘绝对算得上是整
个婚礼的一大高潮。首先要“入门”。新郎要想顺利接得新娘归,可
不是进门带出那么容易,要通过姊妹群的考验,不光是智力要好,体
力要好,若有要求还得唱情歌,说情话,但这些都不是最重要的,给
红包才有可能打动新娘的姊妹们,这就是所谓的开门红包。婚礼当天
的上午而且新郎还要用花球去迎娶新娘(新娘不可自制花球)。
2. 找红鞋:新郎进门后也不能马上带走新娘,还要在新娘的房间里找到
准备好给新娘的红色婚鞋,帮新娘穿上后才可以带走新娘。
3. 敬茶:两位新人要向双亲跪拜,奉茶直到长辈喝下才能站起来(以前
的习俗是,新人在女方家时要站着奉茶,因为还未到男家拜见翁姑。
不过现在讲究没有这么多了,两边都跪拜以示同样的尊重。
14
同时往路旁撒米,意思是不要让鸡啄到新娘。
5. 绕吉祥路:新人上迎亲车后不能直达目的地,必须绕当地所有吉祥路
名的路开一圈。
6. 过门:即指新娘被接到男方家后,拜见翁姑及男家其他长辈的习俗。
7. 婚礼:跟西式婚礼蕾丝,在酒店举行仪式,请司仪主持婚礼仪式。
8. 敬客:婚礼仪式结束后,酒宴正式开始,待到上鱼的时候,新娘要换
上传统的龙凤褂跟新郎一起向每桌客人敬茶,客人都要说些祝福的话。
9. 入洞房:新郎新娘会带要好的朋友一起去新房参观,或者做些闹洞房
的娱乐。小编提醒大家在闹洞房的时候不要太过哦,喜事搞得不愉快
就不好了。
10. 三朝回门:指在结婚后的第三天,新娘由丈夫陪同回娘家,要带上
烧全猪和礼物等回去见女方父母,并且要祭祖。
总 的 来 说 , 可 以 看出 , 在 帕 当 西登普 安 华 人 社 区 的 盛行 婚 姻 马 达
15
确定一天的过程在新娘家完成。如果媒人得到积极回应,那么双方就可
以确定申请和结婚事件的好日期和月份。这个日期是在看到新娘和新郎的出
3.2.2.2 Sangjit 游行
在中国的民族传统中,Sangjit 最初是一个确定婚姻的好日子,日期和时
由了解约会问题的家长咨询。
举行,然后是午餐。 中国习俗在每个神圣时刻都坚持正确日历的重要性。
应选择小时,天和月。 通常一切都很年轻,即:太阳垂直前几小时; 这一
天取决于中国月份的计算,而好月份是满月之前或之前的月份。 还必须与
双方的家属讨论这个问题。
3.2.2.3 婚礼仪式
在洗澡结束后的仪式结束前的早晨,新郎必须穿白色衣服。虽然由一位
仍然满是家人的近亲从头到头梳理了 3 次,但也说了这三句话:先梳“一起
生活直到白发”。第二梳子“有后代祝福”。第三梳“和谐家庭。在完成早
晨的仪式后,是时候举行仪式了。仪式开始时为祖先祈祷,以便请求允许举
16
就像滚球一样。
在帕当西登普安的中国民族婚礼派对中,这很容易,在新郎的家庭(如
果两者仍然完整)将最后一次打扮他们的孩子。他们梳理新郎的头发,穿上
新娘的衣服,然后在其中一件西装上钉上花朵装饰。新郎跪拜他的祝福,并
感谢他的父母照顾他的婚姻水平。与新娘的家人一样,父母双方都忙着为孩
子准备一切,这些孩子将离开家与丈夫团聚。新娘化妆美化新娘,但使用皇
冠和面纱时,父母双方都会这样做。新娘的父母也梳理着孩子的头发。
图 3.1 : 在父母面前的新娘
在这样的时候,新娘会流下情感的泪水,意识到她很快就会离开家和她
的父母。 就像新娘的新郎也为了他的父母而牺牲了他的祝福。
17
式在新郎父母的房子里举行,在有关房屋的前室。前庭通常被称为 pantar
tonga(楼下)。
Mangupa 活 动 通 常是 在 两位 新娘 完成 之 后, 在 太阳 升起 时 举行 的
母的家中举行。仪式通常在太阳升起或不在正午时,早上 11 点左右完成。
这种时机基于一种信念,即包含希望新娘和新郎增加收入,例如早晨的太阳
升起。
18
这两位新娘身上,这两位新娘的目的是让两个新娘都能在家中生活,并让新
到两个新娘身上时,可以看到下图。
19
个氏族)。在铺设这个氏族时,必须由播种该氏族的中国人以一定的数量牺
牲牛(根据能力)。
Rifai Harahap)提供的信息,帕当西登普安的一些华人获得了部族,其中马
达 Angkola 部族正在给予或授予他们。当地社区基于中国人的民族需求。
执行通过屠宰水牛或牛(根据播种的能力)给予氏族的习俗)。例如,被他
的家族取消的 Fung Fa Lie 成为了 Ali Surya Siregar 以及 Lim Pao Oei(Olly
Japar Siregar)。
在这个过程中,传统的领导人会将溃疡布附在将要由该家族播种的人身
上,以宣布该人愿意成为一名安哥拉族人的巴塔克人,之后传统的长老们将
黄色的米饭撒在该家族为其播种的头上。希望身体的灵魂成为马达 Angkola
的民族灵魂。节目结束后,洒完中国民族黄米,该家族被告知是阿拉克人在
种该族的仪式被宣布为有效,之后将进行一顿饭。
20
因此,从以上信息来看,华人社区已经与帕当西登普安的马达 Angkola
人和孤儿一样经济弱势的帕当西登普安人做出贡献。他们总是提供大量的大
Natal 区也向地震灾民提供金钱,衣物和食物等方面的经济援助。他们总能
快速掌握有关周围社区灾难事件的信息。灵魂,请他们帮助他们是非常大的,
从这个信息我们可以看出,中国民族帕当西登普安真正关心周边社区,特别
是社区帕当西登普安。由此可以确定,帕当西登普安的中国文化的文化适应
能够被证明是有效的。
21
4.1 结论
笔者在帕当西登普安市对华人社区的文化适应性进行研究和研究后,可
以得出结论,到达帕当西登普安后,华人社区可以与当地社区进行文化适应
帕当西登普安市的华人社区也与当地社区同化,即不创建中国定居点,以便
然后在这个地方,华人社区也在帕当西登普安市使用氏族,即进行传统
长老的要求 获得所需的氏族。除了经历婚姻过程之外,一个氏族也可以根
据自己的欲望被某人拥有。在这里,华人社区也介入(合并)与帕当西登普
可以按照两个新娘的习俗进行婚礼。因此,预计将在帕当西登普安市创造华
华人社区也与帕当西登普安 的人民建立了友好关系,例如与周边邻居,
参加聚会邀请,感恩节,特别是悼念悲惨的家长,慷慨捐款。 他们也分别
在 Lebaran 为穷人做出贡献之前,华人也为受自然灾害等灾害影响的人们做
22
与帕当西登普安 朋社区融为一体。
4.2 建议
通过这项研究,预计当地政府将通过提高其中所包含的价值,努力保持
帕当西登普安文化元素的发展,使其能够展现出帕当西登普安文化元素的特
征。 此外,有必要进行更有效的可持续合作,以保持帕当西登普安的文化
者,他们希望能够更接近地接触和互动,从而确保文化和谐。作为一个移民
族群,预计中国人将能够接受帕当西登普安的文化,而不必离开原有的文化,
并能够遵守该地区的规定。最后,希望政府更多地关注文化适应过程,使每
个民族的文化不衰落,并保持对各民族文化的熟悉。
23
[3] Lǐ èr hé(李二和)。《中国水运史-舟船的起源》。北京:新华出版社。
2003。
[4] Luō gāng(罗钢)。文化研究读本:中国社会科学出版社。2000。
[5] Rénmín wǎng(人民网)。人民日报整版文章探讨“当今世界文化发展
趋势及其应对”2015。
[6] Rénmín wǎng(人民网)。人民日报大家手笔:中华文化是个大包容概
念。2015。
[7] Xīnhuá wǎng(新华网)。全面认识传统文化的内涵 。2015。
[8] Yanzhinan (闫志楠).中俄结婚礼仪的异同。[J] 文华中横谈。2012。
[9] 中国社会科学出版社。跨文化传播与适应研究[M]。安然,2011。
[10] Alo. 2003. Makna Budaya dalam Komunikasi Antar budaya. [M].
Yogyakarta: LkiS.
[11] Astrini. 2013. Akulturasi Budaya Cina dan Betawi dalam Busana Pengantin
Wanita Betawi.[S]. Jakarta Barat: Binus University.
[12] Devito, Joseph A. 1997. Komunikasi Antar manusia. [M]. Jakarta:
Professional Books.
[13] Koentjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. [M].Jakarta: Rineka
Cipta.
[14] Lubis, Andriani Lusiana. 2002. Penerapan Komunikasi Lintas Budaya
diantara Perbedaan Kebudayaan [S]. Sumatera Utara: Fisip.
[13] Mulyana. 2006. Komunikasi Antar budaya: Panduan Berkomunikasi dengan
Orang-Orang Berbeda Budaya. [M]. Bandung: RemajaRoskarya. Abdul
[14] Rodzik, Ali. 2008. Akulturasi Budaya Betawi dengan Tionghoa [S].Jakarta:
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
[15] Rudiansyah. 2017. Unsur Akulturasi Budaya Pada Rumah Tjong A Fie di
Kota Medan.[T]. Jatinangor: UniversitasPadjadjaran.
[16] Silalahi, Lidawani. 2015. Proses Akulturasi Antar Etnis Jawa Dan Etnis
Batak Di Desa Malasori Kecamatan Dolok Masihul Kebupaten Serdang
Bedagai Provinsi Sumatra Utara.[S]. PekanBaru: Universitas Riau.
24
首先本文要对耶稣基督感谢给了本人身体健康写好论文,本文的大学生
活也将结束了。写论文的过程中,本人得到了不少新的知识、新的经验。本
人能完成这篇论文得到了很多人的帮助,尤其是老师们的帮助。本文想借此
的导师,在百忙之中愿意抽时间来询问论文的情况,给本人建议、思想、细
心指导、开拓研究思路。本人还要感谢苏北大学中文系的老师们。
同时,本人要感谢亲爱的家人一直鼓励并支持。本文还要感谢中文系
2014 级的同学们,亲爱的好朋友,由于你们的鼓励这篇论文会顺利,写完
多谢你们的帮助而支持。最后,还要感谢所有帮助过我和关心过我的人。忠
心的说一声“谢谢”。希望本文会给读者带来帮助。
马训湾
2018 年 11 月 23 日
25