SKRIPSI SARJANA
DIKERJAKAN
O
L
E
H
DITERIMA
OLEH :
Hari :
Tanggal :
1. ( )
2. ( )
3. ( )
4. ( )
iii
iv
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk memperoleh gelar Kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis
atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam skripsi ini dan
TIMOTIUS AGI
NIM 120707046
vi
Segala puji syukur dan hormat penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
karena berkat dan Karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini, dan kira
skripsi ini merupakan suatu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Seni (S.Sn) di Program
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat di dalam tulisan
ini. Oleh karena itu, terlebih dahulu penulis minta maaf kepada pembaca dan pembaca pun
Dalam proses penyelesaian studi dan skripsi ini, tentunya banyak orang-orang yang
secara bersama membantu dan memberi dukungan kepada penulis. Untuk itu pada
kesempatan ini penulis memberikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang sebesar -
besarnya kepada:
1. Bapak Dr. Budi Agustono, M.S. selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya,
vii
4. Seluruh Staff Pengajar di Program studi Etnomusikologi yang tidak bisa saya
sebutkan satu persatu, atas segala bantuan, arahan, pengalaman, saran bahkan
5. Orang Tua tercinta penulis, ayah Jonrit Wantoni Surbakti, ibu Christina
Paulus Kaka Surbakti, atas segala bantuan, dukungan dan pengorbanan kalian,
atas segala yang saya jalani, seperti dalam penyelesaian skripsi ini.
semangat dan kerja sama kalian selama ini baik suka maupun duka. Saya
sangat-sangat berterima kasih atas semua pengalaman yang luar biasa ini.
runggun Berastagi Kota yang telah memberikan doa dan semangat kepada
penulis. Penulis pun tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada teman-
Saragih, Nikro Tarigan, Elo Ginting, Ray Ginting, Arjun Barus, Haganta
viii
viii
viii Universitas Sumatera Utara
8. Seluruh informan yang telah bersedia membantu dan menerima penulis
Sinulaki, salah satu seniman Karo, bapak Malem Ukur Ginting, salah satu
selaku tokoh adat desa Lingga, serta Saudara-saudara tercinta yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu untuk dukungan moril maupun materi yang
telah diberikan.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis masih banyak memiliki kekurangan dan masih jauh
dari kesempurnaan dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, dengan rendah hati penulis
menerima kritik dan saran dari pembaca hingga pada akhirnya penulis berharap skripsi ini
Akhir kata, kira tulisan ini bermanfaat bagi usaha peningkatan mutu pendidikan
TIMOTIUS AGI
NIM 120707046
ix
xi
xii
xiii
PENDAHULUAN
Indonesia memiliki begitu banyak ragam etnis budaya dari Sabang hingga
Merauke, salah satunya berada di provinsi Sumatra Utara. Provinsi Sumatra Utara
Melayu, Nias hingga Aceh. Karo terletak di wilayah kabupaten Karo secara
Dairi, Aceh Tenggara dan sekitar. Masyarakat Karo memiliki beragam budaya
upacara dan adat yang sudah adat sejak dulu. Upacara adat terdiri dari upacara
adat erdemu bayu (upacara adat perkawinan) dan upacara adat simate-mate
(upacara adat kematian), sedangkan upacara ritual terdiri dari Ndilo Wari Udan
roh halus), Ralengi Tendi (upacara menyembuhkan diri) dan lain sebagainya.
ukir seperti contoh adalah Tapak Raja Sulaiman, Tupak Salah Silima-lima, Bendi-
Bendi, Desa Siwaluh, Bindu Metagah, Cimba lau, Bindu Matagoh, dan lain-lain.
Seni tenun seperti contoh adalah Uis Nipes, Uis Gara, Uis julu dan lain-lain.
Seni tari seperti contoh adalah Tari Lima Serangkai, tari Baka, tari Begu Deleng,
tari Muncang dan lain-lain. Seni bela diri contohnya adalah Ndikkar. Seni bela
ini disebabkan oleh minat generasi muda yang sudah berkurang, regenerasi pelaku
Ndikkar yang tidak berjalan dan kurang nya perhatian dari pemerintah.1
musik dan tari-tarian yang dimainkan oleh muda-mudi Karo. Pertunjukkan ini
dilaksanakan pada saat musim panen telah tiba, yang dimana awal pelaksanaan
Gendang Guro-guro Aron bertujuan sebagai upacara ucapan syukur karena telah
Sekitar tahun 1930-an awal mula nya Gendang Guro-guro Aron, Hal ini di
atau perkolong-kolong adalah kesenian yang diperankan oleh sepasang pria dan
wanita sebagai penyanyi dan sekaligus sebagai penari pada Gendang Guro-guro
tersebut seperti pantun yang berisikan nasehat dan canda untuk menghibur
penonton. Pada era ini ndikkar masih belum ditampilkan atau dengan kata lain
Karo sangat pesat dan menjadi awal mula kebangkitan budaya Karo. hal ini di
tandai dengan terciptanya berbagai tari-tarian seperti Tari Lima Serangkai, Tari
1
Wawancara dengan Bapak Jonson Sinulingga tanggal 4 Januari 2017
atau mati suri. Hal ini disebabkan pecahnya G 30 S/PKI pada tahun tersebut, yang
Hal ini ditandai dengan adanya rekaman kaset, disetiap desa di Tanah Karo sudah
tahun ini lah Ndikkar mulai masuk kedalam Gendang Guro-guro Aron. Hal ini
bermula dari para muda-mudi yang lelah bermain atau menari dalam acara
Pada tahun 1980-an sampai sekarang, Gendang Mayan sudah bisa lepas
dari Gendang Guro-guro Aron. Hal ini tidak lepas dari perkembangan musik
indonesia. Gendang Mayan dalam hal ini adalah Ndikkar sudah bisa
dipertunjukkan dalam suatu acara seperti pesta bunga dan buah, penyambutan
pengiring musik dalam suatu acara. Guru-guru Ndikkar yang masih bertahan
yakinsah Brahmana.
binatang, seperti ular (mematuk), kuda (menerjang), harimau (menerkam) dan lain
Sinulingga, pelaku Ndikkar bisa juga disebut Mayan, perbedaannya adalah Mayan
mayan juga belum tentu disebut sebagai Pandikkar. Fungsi Ndikkar sendiri adalah
untuk mendapatkan ilmu membela diri, pengeras tubuh dan merileksasikan badan.
Gendang Lima Sendalanen adalah lima ensambel musik yang dimainkan secara
2
Wawancara dengan Bapak Iyahmin Sinulingga tanggal 5 Januari 2017
gendang mayan. Di dalam Gendang Mayan terdapat jenis lagu yaitu Gendang
Mayan3 dan Perang Alas4. Jenis reportoar ini hanya digunakan untuk mengiringi
ndikkar. Musik sangat berkaitan dengan gerakan Ndikkar, sebab musik lah yang
terdapat gerakan tari, seperti contoh di gendang Mayan terdapat gerakan Tare-
Tare Bintang. Tare-Tare Bintang terdapat pula di dalam nya beberapa gerakan
3
Gendang Mayan adalah jenis repertoar
4
Perang alas adalah jenis repertoar
3. Untuk menyelesaikan salah satu syarat agar memperoleh gelar sarjana seni
Sumatera Utara.
Utara.
1.4.1. Konsep
unsur pokok didalam suatu penelitian, kalau masalah dan kerangka teorinya sudah
jelas, biasanya sudah diketahui pula fakta mengenai hal yang menjadi pokok
lepas dari masyarakat. Struktur musik merupakan bagaimana musik dibentuk dari
Lima Sendalanen dalam hal ini berarti “lima alat musik”, lima berarti “lima”, dan
sendalanen berarti “sejalan”, jadi dengan kata lain pengertian Gendang Lima
Sendalanen adalah lima buah alat musik yang dimainkan secara bersama-sama.
Gendang Lima Sendalanen terdiri dari 5 instrumen musik Karo, terdiri dari Sarune
oleh Sarune, sedangkan untuk tempo dan ritem dibawakan oleh Gung, Penganak,
1.4.2. Teori
ditawar kan oleh Bruno nettl. Menurut Bruno nettl,hal yang di perlukan dalam
1. Material Nada
2. Ritem
3. Tempo, dan
4. Elemen-elemen lainnya
4. Sekelompok pemain
5. Sekelompok penonton
6. Tempat pertunjukan,dan
165)
aktifitas penelitian dalam disiplin etnomusikologi yaitu: kerja lapangan (field work)
dan kerja laboratorium (desk work). Kerja lapangan meliputi pemilihan informan,
melakukan hal ini terlebih dahulu dilakukan studi kepustakaan yakni mendapatkan
mendukung dalam penelitian yaitu sumber bacaan atau literatur yang berupa jurnal,
sebagainya. Penulis dalam hal ini telah membaca berbagai skripsi sarjana
Barus, Novalinda Ginting, Jakup Pranata Sinulingga, Jayanta Surbakti, dan lain-
lain. Penulis juga membaca buku-buku yang berhubungan dengan tulisan penulisan
lainnya
Untuk melakukan hal ini, beberapa tahapan yang dilakukan penulis yaitu
1.5.2.1. Observasi
serta mengambil data yang diperlukan. Selain mengamati, penulis juga dapat
pengambilan data.
1.5.2.2. Perekaman
Perekaman dilakukan dengan cara perekaman visual atau gambar selama kesenian
perekaman audio atau suara dalam hal ini adalah musik pengiring Ndikkar yaitu
Gendang Mayan. Rekaman ini juga nantinya akan dijadikan materi musik untuk
hal ini adalah Gerakan Ndikkar dan di jadikan sebagai pendukung tulisan penulis.
1.5.2.3. Wawancara
Wawancara bebas (free interview) yaitu tidak hanya terfokus pada pokok
agar penulis mendapatkan beragam data, namun tidak menyimpang dari pokok
10
Penulis tidak hanya terfokus terhadap satu informan saja, tetapi mencari
Kerja laboratorium adalah tahap untuk menganalisa data-data yang telah diperoleh.
menganalisis dan mendeskripsikan apa yang didengar, dan (2) kita dapat dengan
cara menuliskannya apa yang kita dengar tersebut diatas kertas lalu
dilengkapi dengan analisis yang didasarkan atas materi yang terlihat dalam bentuk
notasi. Oleh karena itu dalam kerja laboratorium penulis akan melakukan
11
di desa Lingga masih dilakukan kesenian Ndikkar. Selain itu, salah satu
narasumber utama penulis yaitu bapak Iyahmin Sinulingga juga bertempat tinggal
di desa Lingga.
12
Jarak desa Lingga dari ibukota kecamatan Simpang Empat lebik kurang
5km,dari ibukota kabupaten Karo Kabanjahe yaitu lebih kurang 4,5 km. Desa
Lingga terletak di dataran rendah dengan dikelilingi oleh desa lain yang merupakan
13
Luas keseluruhan desa Lingga adalah 16,24 km² yang terdiri dari areal
pemukiman, ladang, hutan, jalan, dan lain-lain. Jika dibandingkan dengan desa-
desa yang ada pada Kecamatan Simpang Empat yang terdiri dari 40 desa, desa
Desa Lingga terletak pada ketinggian 1300 m diatas permukaan laut jadi
secara umum desa Lingga mempunyai permukaan yang datar, dimana temperatur
udara didesa tersebut 18° C sampai dengan 23° C. Namun demikian desa Lingga
juga memiliki daerah perbukitan, daerah dataran rendah yang dijadikan sebagai
temapat pemukiman dan bercocok tanam. Keadaan tahan di desa ini bisa dikatakan
sangat subur sehingga cocok dijadikan sebagai lahan pertanian , hal ini terlihat
dengan adanya tanaman yang terdapat disana seperti jeruk, cabe, jagung, kentang,
kol, dan lain-lain. Luas tanah kering yang ditamanami tanaman seperti jeruk, cabe,
rakyat yang dimana terdapat suatu komunitas yang menunjukkan kondisi dari suatu
14
2.1.3.1 Pendidikan
sehingga memiliki pandangan yang luas kedepan untuk mencapai suatu cita- cita
yang di harapkan dan mampu beradaptasi secara cepat dan tepat di dalam berbagai
lingkungan. Orang yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi umumnya
memiliki pola berpikir yang lebih maju dibandingkan dengan orang yang memiliki
pendidikan yang lebih rendah. Bila dilihat keadaan penduduk di desa Lingga
4 SD 864 37.00 %
dilihat dari tingkat pendidikan tergolong cukup baik bahkan terdapat 80 orang yang
15
berjumlah 521 orang. Banyak nya yang tidak mengenyam pendidikan disebabkan
oleh lokasi dan perkerjaan di desa Lingga lebih ke Agraris atau pertanian .
kebanyakan penduduk di Desa Lingga. Hampir setiap orang ikut terlibat dalam
usaha pertanian, bahkan tidak sedikit diantara mereka yang bertani sambil
berdagang. Hasil dari pertanian seperti kentang, jagung, cabe, kol, jeruk dan lain-
lain biasanya dibawa kepasar dan didagangkan di sana, tetapi ada sebagian dari
mereka tidak membawanya kepasar tetapi dijual kepada agen dan harganya
tentunya lebih murah. Biasanya hasil tanaman yang dijual kepada agen hanya yang
sedikit tidak mencapai puluhan kilo karena menurut masyarakat desa Lingga jika
itu negeri maupun swasta. Sebagian pegawai negeri yang ada di desa Lingga
bekerja di kantor Kecamatan, kantor Bupati, guru baik itu guru negeri maupun
misalnya seperti pegawai rumah sakit, penjaga toko, penjual konter pulsa, dan lain-
lain. Biasanya pegawai-pegawai ini bekerja di ibu kota Kabupaten, berangkat pagi
hari dan pulang pada sore hari, karena jarak dari kota Kabanjahe ke desa Lingga
tidak jauh maka kebenyakan dari pegawai- pegawai ini pulang balik dari desa
16
desa Lingga tidak dapat terlepas dari adanya kerajaan Lingga yang asalnya dari
keturunan Pak-Pak (Dairi) yang pertama ditempati di kuta Suah di lembah uruk
Gungmbelin. Raja Sibayak Lingga yang diangkat menjadi raja berasal dari Pak-pak
Dairi yaitu Desa Lingga Raja. Sebelum datang ke desa Lingga Sibayak ini pernah
singgah atau sempat tinggal di desa Nodi. Setelah dari desa Nodi baru Raja Lingga
(Sibayak) pindah ke desa Lingga yang awalnya bertempat di kuta Suah di lembah
uruk Gungmbelin, namun desa Lingga pindah ke desa yang sekarang, di desa ini
sangat sulit mendapatkan air minum. Perkampungan Suah yang berada di lembah
uruk Gungmbelin dulu sekarang dijadikan ladang atau tempat bercocok tanaman.
17
berubah menjadi sistem pemerintahan yang seperti sekarang ini di mana pemilihan
Kepala Desa tidak lagi berdasarkan keturunan Raja melainkan dengan cara
pemilihan, sesuai dengan suara yang terbanyak. Raja Lingga (Sibayak), yang
diangkat dulu adalah marga Sinulingga, dan penduduk desa Lingga sekarang masih
kebanyakan marga Sinulingga, namun keturunan raja dulu sudah banyak yang
terjadinya perkawinan antara marga yang satu dengan marga yang lain yang
terjadilah sistem kekerabatan yang baru pula. Maka pihak keluarga laki-laki dalam
pihak perempuan disebut “kalimbubu” oleh pihak keluarga laki-laki. Dalam hal ini
terjadi proses keluarga baru disamping adanya keluarga lamanya. Maka akhirnya
timbullah sistem kekerabatan yang dikenal dengan istilah “sangkep nggeluh” atau
“rakut sitelu". Sangkep ngeluh berarti kelengkapan hidup. Sangkep ngeluh sering
juga disebut ikatan rakut sitelu/daliken sitelu, artinya kelengkapan dari tiga unsur
sukut atau tuan rumah. Sangkep nggeluh tersebutlah membahas suatu rencana
kerja menyangkut kegiatan dalam suatu kelompok keluarga. Apa yang dihasilkan
18
dalam tiga jenis kekerabatan yaitu kalimbubu, senina, anak beru. Ketiga janis
kekerabatan itu biasa disebut dengan istilah daliken si telu “tungku yang berkaki
tiga” atau telu sendalanen “tiga sejalan”, “tiga seiring”, “tri tunggal” ataupun
sangkep si telu “tiga yang lengkap atau tri tunggal”. Setiap anggota masyarakat
Karo berada diantara senina, anak beru, dan kalimbubu, selalu berada di atas
beru. Senina artinya saudara, karena satu nenek, dalam hal ini dari pihak ayah.
Dalam keluarga masyarakat etnis Karo senina terbagi lagi dalam beberap
kelompok yaitu:
1.Senina Bapa, saudara karena ayah bersaudara kandung berarti satu nenek.
x satu empung.
Kalimbubu ialah pihak keluarga perempuan yang dikawini. Dalam hal ini bila
pihak kita kawin dengan seorang perempuan, maka keluarga pihak perempuan itu
adalah kalimbubu kita. Di sebabkan adanya perkawinan tersebut maka nenek, ayah
dan anak-anaknya semua telah masuk jadi golongan kalimbubu. Dalam adat Karo
niIdah” artinya Tuhan yang dapat dilihat. Kalimbubu punya perbedaan dengan
19
kebawah. Oleh karena itu kalimbubu untuk setiap jenjang atau tingkat diberi
yang termasuk pendiri kampung. Jadi dalam hal ini dikaitkan dengan
nama itu.
3.Kalimbubu Tua, ialah kalimbubu setingkat nenek, dalam hal ini termasuk
tingkatannya.
Anak beru ialah pihak keluarga laki-laki yang menikah dengan anak
perempuan suatu keluarga. Golongan anak beru sama dengan golongan kalimbubu
dalam hal jenjang atau tingkatan derajat berdasarkan keturunan, oleh karena itu
untuk anak beru juga diberi nama sesuai dengan jenjang/ tingkatnya untuk dapat
20
sebagai berikut :
1. Anak Beru Taneh, ialah golongan anak beru yang ikut mendirikan suatu
kampung.
3. Anak Beru Sincekuh Baka Tutup, ialah anak beru langsung dari ayah,
4. Anak Beru Menteri (menteri asal katanya minteri) yaitu anak beru dari
5. Anak Beru Singikuri asal katanya singkuri yaitu anak beru dari anak beru
menteri.
Adapun fungsi dan tugas dari ketiga unsur sangkep nggeluh pada
masyarakat Karo tentunya berbeda satu sama lainnya tergantung pada siapa yang
sesuaikan dengan tugas sangkep nggeluh yaitu ikut bertanggung jawab atas
dalam kegiatan atau pelaksanaan suatu pekerjaan, baik berat amaupun ringan.
tugas-tugas sangkep nggeluh, dalam hal ini terutama sebagai penasehat, memberi
dan kepeloporan. Fungsi anak beru dalam kesatuan sangkep nggeluh tugasnya
disesuaikan dengan tugas sangkep, yaitu memberi saran, memberi usul, memberi
21
rokok para kalimbubu, dan menyelesaikan semua tugas sampai acara adat selesai.
kedudukan anak beru lebih rendah dari pada kedudukan senina dan kalimbubu.
Biasanya anak beru, diambil dari perempuan dimana anak perempuan harus
merupakan kalimbubu yang harus dihargai dan dihormati, karena jika hati mereka
tersinggung maka rejeki akan berkurang, mala petaka akan data seperti tidak
mendapat keturunan.
2.4 Kesenian
yang berasal dari jiwa manusia. Tidak hanya itu saja, kesenian dapat digunakan
untuk melanggengkan norma dan adat istiadat suatu masyarakat agar tidak lekang
dimakan jaman. Maka tidak heran selain merujuk pada sisi estetika, kesenian
menjadi simbol terhadap budaya suatu tempat. Kesenian memiliki fungsi yaitu :
22
manusia butuh dorongan dari luar berupa hal-hal yang mengandung estetika.
9. Guna
sistem kesenian yang fungsinya dirasakan oleh mereka sendiri maupun orang
diluar mereka. Adapun sejumlah kesenian yang telah diusung masyarakat Karo
23
seseorang. Memanggil binatang tidak hanya dilakukan oleh satu orang saja,
lahirlah seni suara yang disebut Erkata Gendang. Orang yang menyanyikannya
2. Seni musik : di dalam budaya masyarakat Karo, sebutan untuk para pemusik
adalah Sierjabaten, yang secara denotatif artinya adalah yang memiliki tugas.
singindungi, penganak, dan gung. Setiap pemain alat musik dalam etnosains
penggual, dan pemain penganak disebut simalu penganak, dan pemain gung
Seni tari : Dalam bahasa Karo, tari disebut Landek. Pola dasar dari tari Karo
ialah: posisi tubuh, gerakan tangan, gerakan naik turun (endek) disesuaikan
dengan tempo gendang dan gerak kaki. Pola dasar tari itu harus pula ditambah
variasi tertentu sehingga tarian tersebut menarik dan indah. Di antara makna-
24
ndeher adi langa sioraten”, artinya siapa pun tak boleh mendekat jika
belum tahu hubungan kekerabatan, ataupun tak kenal maka tak sayang.
berguna.
sepenanggungan.
25
I. Gerakan tangan kiri dan tangan kanan ke tengah posisi badan berdiri
Tari tradisional Karo dilihat dari bentuk dan acara penampilannya dapat
Tari yang berkaitan dengan adat ialah tari yang dibawakan sewaktu adanya
kegiatan adat. Misalnya, pada acara memasuki rumah baru disertai pemukulan
gendang, pesta perkawinan, acara kematian, dan lain sebaginya. Tari adat
Titik berat dalam penampilan tari pada acara adat ialah keseragaman dan
menyampaikan sepatah kata bagi keluarga yang mengadakan acara adat. Jadi tari
yang dibawakan bukan untuk hiburan namun disisi lalin sebagai pelengkap kata
26
Tari yang berkaitan dengan religi biasanya dibawakan oleh datu (guru) yang
pada saat-saat tertentu boleh diikuti oleh keluarga pelaksana acara religi. Tari
yang dibawakan oleh datu, dukun, atau guru, disesuaikan dengan tari khusus
bercorak religi, seperti: Tari Mulih-mulih, tari Tungkat, tari Erpangir ku Lau,
tari Baka, tari Begu Deleng, tari Muncang, dan sebagainya. Semua gerakan
Jadi jelas bahwa gerakan itu tidak merupakan gerakan yang teratur berdasarkan
Tari yang berkaitan dengan hiburan dapat digolongkan sebagai tari umum.
Penampilan tari itu agak luwes namun tidak terlepas dari unsur kehormatan,
keserasian, dan keindahan. Tari yang sifatnya hiburan dibawakan oleh sepasang
atau lebih muda-mudi, biasa juga dilakukan secara kelompok (aron). Tari yang
gundala) salah satu tari yang dibawakan penari khusus yang berpengalaman. Tari
ceria.
Seni teater : Salah satu teater tradisional di Sumatera Utara adalah Tembut-
tembut dari budaya Karo. Tembut-tembut di daerah Karo yang terkenal sampai
27
tembut Seberaya. Tema ceritanya adalah hiburan bagi raja yang ditinggal mati
ndilo wari udan (upacara memanggil hujan). Kapan mulai pemakaian tembut-
tembut dalarn konteks ndilo wari udan pun tidak diketahui secara pasti. Tembut-
tembut Seberaya terdiri dari dua jerris karakter (perwajahan) yaitu karakter
manusia dan karakter hewan. Karakter manusia terdiri dari empat tokoh (peran)
yaitu: satu bapa (ayah), satu nande (ibu), satu anak dilaki (putra), dan satu. anak
diberu (putri). Karakter binatang hanya mempunyai satu tokoh (peran) yaitu si
28
musik supaya memainkan gendang dengan ucapan: “palu gendang ena” artinya
tembut mulai menari. Posisi pernain tembut-ternbut menari pada mulanya sejajar
memainkan dua buah lagu yaitu lagu Perang Empal Kali dan lagu Simalungen
Rayat. Pada lagu ketiga yaitu lagu Kuda-kuda posisi penari mulai berubah, pola
tarinya tidak mempunyai struktur yang baku dilakukan secara improvisasi. Penari
yang memainkan karakter burung enggang selalu seolah-olah ingin mematuk tokoh
(peran) anak diberu (anak perempuan). Penari yang berkarakter ayah berusaha
ayah gagal menghalanginya maka pemain yang berkarakter anak laki-laki datang
29
diiringi dengan lagu Kuda-kuda dan Lagu Tembutta, tetapi gerakan tari yang
diiringi lagu Tembutta lebih cepat karena meter lagu Tembutta lebih cepat
Seni ukir :
Pada awalnya masyarakat Karo memakai ukiran untuk jimat tolak bala, namun
melambangkan manusia, binatang, dan alam. Beberapa motif ukiran khas Karo
seperti.
kekuatan dari alam sendiri untuk menerangi jagad raya pada malam hari.
masuk rumah adat Karo yang menunjukkan kesatuan dari Merga Silima
30
adat. Dipahat dari kayu Kempawa yang memiliki arti kayu yang sudah tua.
Karo. Terdapat pada dinding bagian bawah rumah adat sebagai petunjuk
4. Bindu Metagah: Ornamen ini berupa garis yang menyilang diagonal dan
31
32
1. Seni tenun :
Masyarakat Karo menyebut seni tenun sebagai Mbayu. Tenunan ini salah
satunyan menjadi pakaian, ataupun kain hias. Pakaian ini di tenun oleh para
benang dan dicelup dengan alat pewarna yang dibuat dari bahan kapur, abu
tradisional Karo dapat dibagi tiga bagian, yaitu: pakaian sehari hari, pakaian
untuk pesta, dan pakaian kebesaran. Pakaian sehari terdiri dari pakaian untuk
pria yaitu batu gunting cina lengan panjang, tutup kepala yang disebut bulang
serta sarung. Sedangkan untuk wanita terdiri dari baju kebaya leher bulat,
sarung (abit), tutup kepala (tudung), dan kain adat bernama Uis Gara yang
Hanya saja, pakaian pesta lebih bersih atau baru dan dikenakan dengan sopan.
33
digunakan pada saat pesta seperti pesta perkawinan, memasuki rumah baru,
upacara kematian, dan pesta kesenian. Ragam atau jenis pakaian tradisional
a Uis Arinteneng
Uis Arinteneng terbuat dari kapas atau kembayat yang ditenun. Warnanya
digunakan untuk alas pinggan pasu-pasu tempat Emas Kawin, alas pinggan
pasu tempat makanan bagi pengantin sewaktu acara mukul (acara makan
bersama) pada malam setelah selesai pesta adat, sebagai pembalut tiang
pada peresmian atau acara memasuki adat rumah, dan membayar hutang
b Uis Julu
sirat yang diberi ragam corak ukiran. Pinggir ujungnnya memilii rambut
34
Hampir sama dengan sama dengan Uis Julu. Perbedaannya ialah garis-garis
Uis Teba agak jarang sedangkan Uis Julu agak rapat. Warnanya hitam,
keteng, warnanya merah putih ada juga yang berukir dan tebal. Pakaian ini
bagi perempuan, mengganti pakaian orang tua (bagi ibu), dan alas pinggan
mempelai perempuan.
d Uis Batu Jala, dan pakaian-pakaian yang lain seperti Uis Kelam-kelam,
Uis Beka Buluh, Uis Gobar Dibata, Uis Pengalkal, Gatib Gewang, Uis
Kapal Jongkit, Gatip Cukcak, Uis Gara-Gara, Uis Perembah, Uis Jujung-
Jujungen, Uis Nipes Ragi Mbacang, uis Nipes Padang Rusak, Uis Nipes
bangunan yang dihasilkan. Bukan semata rumah adat tetapi juga banyak lain.
Pada dasarnya fungsi dari bangunan lain itu, tidak jauh beda dengan fungsi
rumah adat si waluh jabu tersebut. Berikut adalah Beberapa jenis karya seni
a Geriten : rumah kecil yang beratap ijuk berbentuk segi empat dengan
35
b Jambur : Bangunan agak luas beratap ijuk, yang digunakan sebagai tempat
dewasa ini sudah digunakan untuk pesta karo, baik suka cita/ perkawinan
dan bambu, bersegi empat, dengan tinggi k.l. 15 meter dan di sekelilingnya
dipasang daun muda enau (janur). Ini merupakan tempat yang digunakan
untuk kuburan bagi para leluhur yang telah mati dan dikuburkan kembali.
beratap ijuk digunakan sebagai tempat mayat yang diusung dari rumah
duka ke kuburan.
36
Dalam berbagai hasil pekerjaan yang telah dilakukan oleh mereka tidaklah
terlepas dari unsur seni sekalipun mereka belum memberikan penggolongan atau
macam cabang seni. Kenyataan dapat ditemui bahwa mereka telah mampu
berkreasi sejak dulu dan hasilnya diwariskannya sampai sekarang antar lain
pakaian, perhiasan, alat-alat rumah tangga sehari-hari, alat bekerja maupun alat
pertanian, dan alat-alat kesenian. Adanya alat tersebut menunjukkan pada waktu
kesenian. Selain dari pada itu mereka juga menunjukkan karya dibidang kegunaan
bahasa Karo dalam berbagai bentuk seni bahasa, misalnya seperti mengenai
melestarikan hasil seni nenek moyang mereka sampai sekarang seperti masih
terawatnya rumah adat Karo yang dapat ditemuai di desa ini. Selain dari pada itu
Tari (landek) yang merupakan salah satu sarana dalam mengikuti suatu acara
tertentu misalnya dalam acara kerja tahun (pesta tahunan), acara pesta bunga dan
buah, atau acara perlombaan pada hari Kemerdekaan, hari Natal, selain untuk
mengikuti
acara-acara perlombaan tari (landek) sering juga dilaksanakan misalnya pada acara
memasuki rumah baru, pesta perkawinan. Tari dalam bahasa Karo disebut
“landek”. Pola dasar dari tari Karo ialah: posisi tubuh, gerakan tangan, gerakan
37
dasar tari itu harus pula ditambah variasi tertentu sehingga tarian tersebut menarik
dan indah.
Maha Esa. Di desa Lingga terdapat berbagai aliran kepercayaan yang sudah umum
3 DLL 24 KK 2.75 %
Berdasarkan tabel diatas, agama mayoritas di desa lingga adalah Kristen sebanyak
651 KK dengan protestan dan katolik didalam nya. Agama kedua adalah agama
islam dengan 196 KK. Terdapat juga banguan ibadah seperti gereja GBKP (Gereja
Batak Karo Protestan), gereja Katolik, GPDI (Gereja Pentakosta di Indonesia) dan
Mesjid. Selain Dua agama tersebut, terdapat sebuah kepercayaan yang disebut
leluhur. Namun seiring berjalan nya waktu dan masuk nya agama, kepercayaan ini
38
39
Pada bab ini penulis akan menjelaskan tentang penyajian dan sejarah
Ndikkar sudah ada dalam kebudayaan masyarakat Karo sejak ratusan tahun
lalu, sebagai seni bela diri yang memadukan gerak tari dengan teknik bertarung,
Ndikkar dulunya dipakai sebagai perlawanan terhadap penjajah pada masa itu
sebagai api penyemangat untuk menaikkan dan menimbulkan rasa percaya diri
Juara R. Ginting, Silat Karo pernah menjadi alat perjuangan melawan penjajah.
perguruan.
asing di bawah naungan asosiasi perkebunan Deli Maschapij untuk menjadi lahan
40
kekuasaan. Bentrokan fisik yang memakan banyak korban sering terjadi antara
tentara Jepang yang mengawal perkebunan dengan aron (pemuda) yang berusaha
merebut tanah-tanah perkebunan. Masih dari buku yang sama dan para orangtua
banyak digerakkan jago-jago Silat Karo. Salah satu di antaranya yang terkenal
adalah Pantuk Ginting yang di kalangan bangsawan Deli dan Serdang sebagai
pemimpin preman.
memadukan gerak seni dan bela diri dalam setiap penampilannya, dalam acara-
acara tertentu pertunjukkan Ndikkar kerap diiringi dengan musik tradisional karo.
Ndikkar selalu dipertunjukkan dengan iringan musik sebagai pemadu antara tari
dan musik, dan Ndikkar ini juga merupakan salah satu dari tari tradisional suku
Karo yang dikenal dengan nama tari-tari Bintang. Namun tarian ini bukanlah tari-
tarian biasa yang gerakannya bisa dihafal dari awal sampai akhir dan tinggal
dipraktekkan saja mengikuti alunan musik, tarian ini adalah suatu wadah dimana
para pandikar menunjukkan apa yang dimilikinya atau apa yang dipelajarinya
selama mengikuti sang guru atau dengan kata lain di dalam tarian ini sang
41
dalam hal ini ditunjukkan dalam sebuah gerakan tari-tarian, tentu saja hal ini
diberi sumpah agar kelak jika sudah ahli, dipergunakan untuk hal hal kebaikan.
Sebelum bersumpah, seekor Manuk megara akan dipotong dan dimasak dan
sumpah pun dilaksanakan. Sumpah tersebut berisi “Sentabi guru, enda kami si
ersumpah aku, bapa ras nande ku la ku tokohi, la ku penangkoi, adi ajarina aku si
la payo, ku uai ken, tapi labo ku ikutken. Ras teman sada perguruen la ku tokohi la
ku penangkoi, kune pagi lit kami sada guru ngelawan bapa ras nande, penangkoi
na bapa ras nande, maka kami nagajarken ia. Enda kami penahang-nahang
daging, maka adi beluh kami pagi, labo man sirubat-rubat, tapi man kesehaten
daging, guru la ku persauken, ntah lit mberat bas bapa nande ras guru, maka ku
sampati asa ngasupku. Adi la pagi bage aku, bagi pepatei manuk megara enda
pagi aku”. “(permisi guru, ini kami merileksasikan badan dengan belajar mayan
ataupun ndikkar maka dari itu bersumpah aku, ayah dan ibu tidak ku dustai, tidak
ku bohongi. Jika diajari ayah dan ibu aku yang tidak baik, ku iyakan tapi tidak ku
Jika salah satu dari kami melawan ayah dan ibu, maka kami yang akan mengajari
dia. Ini kami merileksasikan tubuh, jika nanti kelak kami mahir, bukan untuk
berkelahi, tapi untuk kesehatan tubuh. Guru tidak ku khianati, jika ada kesulitan
ayah dan ibu, ku bantu sebisaku. Jika nanti aku tidak seperti itu, seperti mati nya
42
guru juga memiliki sumpah. Sumpah tersebut berisi “Asa pemeteh ku lit si man
pelajari muridku ntah pe anak anak ku, la ku kurangi la ku lebihi, ku turunken man
bana. Adi ku kurangi ntah pe ku lebihi, kena sumpah aku bagi pematei manuk
megara enda pagi aku”.(“Sejauh pengetahuanku yang ada untuk dipelajari murid
kurangi atau ku lebihi, maka aku terkena sumpah. Seperti matinya ayam ini kelak
aku)”.
Pandikar, atau mereka yang menguasai Ndikkar, ialah menjatuhkan lawan dengan
menggandakan daya tolak lawan dengan tenaga dari Pandikar itu sendiri. Pandikar
Keluwesan gerak tangan dalam Ndikkar sepintas mirip dengan tari piring dari
Padang, Sumatera Barat. Karenanya, dalam latihan perdana ini Yakinsyah meminta
memutar dari pinggang hingga ke atas kepala adalah agar terbiasa bila menerapkan
mempertunjukkan tarian ini tanpa belajar bela diri Ndikkar, karena dalam tarian ini
sama sekali tidak ada suatu gerakan baku yang bisa dihafal atau diikuti, tetapi para
penari atau para pandikar secara spontan harus membuat gerakan sendiri sesuai
43
memberi kesempatan kepada para pandikar untuk saling meyerang dan bertahan
pelan diawali gerakan sembah para pandikkar mulai menari dengan gerakan yang
pelan atau normal mengikuti alunan musik, tahap ini bisa diibaratkan sebagai tahap
pemanasan. Pada tahap ini para pandikar selain menari juga mulai berusaha untuk
mencari celah atau mengintip kelemahan sang lawan. Tahap selanjutnya pemusik
semakin cepat sesuai dengan iringan musik, pada tahap inilah para pandikar mulai
saat, biasanya pada tahap ini para penonton akan menyemangati para pandikkar
dengan teriakan dan juga memberikan aplaus bagi pandikar yang berhasil mencuri
atau menyarangkan pukulan ketubuh lawan atau juga kepada pandikkar yang
melambat dan kembali ke tempo awal, pergerakan sang pandikkar juga ikut
melambat dan akhirnya ditutup dengan gerakan sembah dari para pandikkar.
sebagai hiburan yang sering ditampilkan, baik itu dalam agenda penyambutan,
penjajah, para Pandikkar biasa mengirim sandi-sandi khusus melalui gerakan yang
44
penyambutan kepala daerah atau pemerintah, pesta tahunan atau yang biasa nya
disebut Pesta bunga dan buah, guro-guro aron, kerja tahun dan lain sebagainya.
Penulis dalam hal ini meneliti dan mengamati Ndikkar dari sanggar bapak Iyahmin
Sinulingga.
1. Kampuh (sarung)
2. Bulang-bulang
45
Kampuh dan bulang bulang wajib ada setiap pertunjukkan karena dalam
jurus pertahanan, kampuh dan bulang-bulang juga dapat digunakan sebagai akat
lima sendalanen adalah lima ensambel musik yang dimainkan secara sejalan atau
Penganak, dan Gung. Sebutan untuk yang memainkan Gendang Lima Sendalanen
Gendang Mayan. Di dalam Gendang Mayan terdapat jenis lagu yaitu Gendang
Mayan5 dan Perang Alas6. Jenis reportoar ini hanya digunakan untuk mengiringi
Ndikkar. Musik sangat berkaitan dengan gerakan Ndikkar, sebab musik lah yang
terdapat gerakan tari, seperti contoh di Gendang Mayan terdapat gerakan Tari-
5
Gendang Mayan adalah jenis repertoar
6
Perang alas adalah jenis repertoar
46
47
48
49
Alas terdapat jenis gerakan Silengguri. Di dalam tari ini lah pertarungan atau aksi
di mulai.
50
Gendang guro guro aron adalah Pesta yang didalamnya terdapat tari-tarian yang
dimainkan oleh muda-mudi Karo. Pesta ini dilaksanakan pada saat musim panen
telah tiba, yang dimana awal pelaksanaan gendang guro guro aron bertujuan
sebagai upacara ucapan syukur karena telah diberikan hasil panen yang
berlimpah.
Sekitar tahun 1930-an awal mula nya gendang guro-guro aron, Hal ini di
yang bernama Malem pagi ginting, Malem jenda ginting. Permangga -mangga atau
perkolong-kolong adalah kesenian yang dipernakan oleh sepasang pria dan wanita
sebagai penyanyi dan sekaligus sebagai penari pada gendang guro-guro aron.
Kehadiran mereka sekaligus mampu berbalas pantun yang berisikan nasehat dan
canda untuk menghibur penonton. Pada era ini ndikkar masih belum ditampilkan
karo sangat pesat dan menjadi awal mula kebangkitan budaya Karo. hal ini di
tandai dengan terciptanya berbagai tari-tarian seperti tari lima serangkai, tari tiga
serangkai dan tari aron, Hal ini menjadkan gendang guro-guro aron sangat
atau mati suri. Hal ini disebabkan pecahnya PKI pada tahun tersebut, yang
51
Hal ini ditandai dengan adanya rekaman kaset, disetiap desa di tanah Karo sudah
memiliki Jambur (balai desa). Pada era ini perubahan permangga-mangga menjadi
perkolong-kolong terjadi. Ini di prakarsai oleh Tipan sembiring. Pada tahun ini lah
ndikkar mulai masuk kedalam gendang guro-guro aron. Hal ini bermula dari para
muda-mudi yang lelah bermain atau menari dalam acara tersebut sehingga untuk
Dalam era ini terdapat perkolong-kolong yang terkenal seperti Kolam, Salam dan
Bengkel.
Pada tahun 1980-an sampai sekarang, Gendang mayan sudah bisa lepas dari
Gendang guro-guro aron. Hal ini tidak lepas dari perkembangan musik indonesia.
Gendang mayan dalam hal ini adalah Ndikkar sudah bisa dipertunjukkan dalam
suatu acara seperti pesta bunga dan buah, penyambutan kepala negara, perayaan
ensambel kesenian Karo dalam mengiringi seni pertunjukkan Gendang guro guro
aron. Hal ini dapat menjadikan keyboard sebagai satu-satunya pengiring musik
Pencak silat atau silat sendiri adalah seni bela diri yang berasal dari Asia
Tenggara. Seni bela diri ini secara luas dikenal di Indonesia, Malaysia, Brunei, dan
Singapura, Filipina selatan, dan Thailand selatan sesuai dengan penyebaran suku
52
Vietnam juga telah memiliki pesilat-pesilat yang tangguh. Kini silat sudah
mendunia. Dalam perkembangannya Silat Karo yang disebut Ndikkar atau Mayan
merupakan suatu tradisi yang sudah berusia ratusan tahun, dimana seni bela diri ini
dan mempertontonkan gerak tari yang di padukan dengan bela diri. Saat ini
dimasyarakat bahkan mirisnya lagi, sebagian masyarakat Karo sudah tidak lagi
mengetahui bahkan tidak percaya bahwa jejak pendekar pernah ada dalam tubuh
seni bela diri Silat Karo. Sebenarnya kata Ndikkar adalah terjemahan silat atau
pencak silat, tetapi sekarang ini orang Karo sendiri lebih sering memakai kata silat
daripada kata Ndikkar, bahkan cenderung kata Ndikkar semakin jarang didengar
atau diucapkan sehingga bagi sebagian kaum muda Karo kata Ndikkar merupakan
Ndikkar seperti juga pencak, tujuannya untuk tarian menghibur di saat silat
lahirlah pencak yang kesemua gerakannya adalah silat. Maka disebut pencak silat.
kesan mendalam terhadap ilmu dalam mempelajari silat. Pencak dalam Silat Karo
sumber dari media Karo Sora Sirulo terdapat sejumlah nama guru besar Silat Karo
53
(Berastagi).
Silat Karo terdapat 7 jurus Ndikkar. Satu di antara orang yang menguasai
jurus silat adalah Yakinsyah tinggal di Belanda. Jurus-jurus dasar Silat Karo antara
jile-jile sarudung, pertahanen harimau, pertahanen pedi, dan teknik dapat buang
olahraga bela diri tradisional khas dari daerah Karo yang memiliki ciri khas
tersendiri yang berbeda dari daerah lain, sedangkan Pandikar adalah kata sebutan
bagi orang-orang yang mendalami ilmu bela diri ini ataupun orang-orang yang
memiliki ilmu bela diri Ndikkar. Saat ini Ndikkar sangat jarang dipelajari atau
diajarkan baik di Tanah Karo ataupun di luar Tanah Karo, sehingga kemungkinan
suatu saat Ndikkar ini akan punah atau lenyap dari peradaban Suku Karo, sungguh
suatu hal yang sangat disayangkan mengingat Ndikkar ini juga merupakan aset
budaya Karo yang seharusnya dilestarikan untuk diwariskan kepada generasi yang
akan datang. Saat ini hanya segelintir orang-orang tertentu dan juga di desa-desa
mempraktikkan gerakan atau jurus dalam Ndikkar, rata-rata orang-orang ini adalah
para orang tua. Meskipun mereka mempunyai beberapa murid namun terkesan
ilmunya berhenti hanya sampai disitu saja tanpa ada generasi penerusny
54
4.1 Transkripsi
dalam bentuk simbol-simbol yang disebut dengan notasi. Dalam hal ini penulis
Sarune, penulis akan memakai sistem notasi deskriptif yang dikemukakan oleh
pembaca tentang ciri-ciri musik atau detail-detail komposisi musik yang belum
Dalam bab ini, penulis memilih untuk melakukan transkripsi dan analisis
melodi melodi Sarune dengan menggunakan notasi Barat. Penulis memilih notasi
Barat agar dapat menggambarkan pergerakan melodi melodi Sarune secara grafis
55
56
1. Pada gambar dibawah ini terlihat garis paranada yang memiliki lima garis
paranada dan 4 spasi, dan memiliki tiga tanda flat yang menunjukkan nada
dasar Es= do, dan memiliki birama 4/4 dalam tanda kunci G
2. Pada gambar dibawah ini merupakan simbol dari not 1/8 dan memiliki nilai 1/2
ketuk.
3. Pada gambar dibawah ini merupakan simbol dari not 1/4 dan memiliki nilai 1
ketuk.
4. Pada gambar dibawah ini merupakan simbol dari not 1/2 dan memiliki nilai 2
ketuk.
58
6. Pada gambar dibawah ini merupakan simbol dari not 1/4 yang bagian depan nya
diberikan tanda titik yang di artikan bahwa tanda titik itu memiliki nilai
setengah dari not yang ada dibelakangnya. Artinya jika not dibelangkanya
bernilai 1/4 maka tanda titik itu bernilai 1/8, dan memiliki nilai 1 + 1/2 ketuk.
7. Pada gambar dibawah ini merupakan simbol dari not 1/2 yang bagian depan nya
diberikan tanda titik yang di artikan bahwa tanda titik itu memiliki nilai
setengah dari not yang ada dibelakangnya. Artinya jika not dibelangkanya
bernilai 1/2 maka tanda titik itu bernilai 1/4, dan memiliki nilai 2 + 1 ketuk.
8. Pada gambar dibawah ini merupakan simbol dari not 1/8 dan not 1/16 yang
bagian depan not 1/8 diberikan tanda titik yang di artikan bahwa tanda titik itu
memiliki nilai setengah dari not yang ada dibelakangnya. Artinya jika not
59
9. Pada gambar dibawah ini merupakan simbol dari legato. Yang memiliki arti
dapat menyambungkan antara not yang satu dengan yang lainnya, contohnya
seperti dibawah ini jika not 1/4 dengan not 1/2 di berikan tanda legato maka not
10. Pada gambar dibawah ini merupakan tanda berhenti yang bernilai 2 ketuk
11. Pada gambar dibawah ini merupakan tanda berhenti yang bernilai 1 ketuk
12. Pada gambar dibawah ini merupakan tanda berhenti yang bernilai 1/2 ketuk
Tangga nada dalam musik barat dapat diartikan sebagai satu kumpulan not
yang diatur sedemikian rupa dengan aturan yang telah ada (baku) sehingga
60
urutan nada yang terendah sampai nada yang tertinggi berdasarkan pemakaian
nada.
Berdasarkan tangga nada yang dipakai dalam melodi Sarune di atas, penulis
melihat bahwa nada yang dipakai dalam melodi Sarune adalah nada Es-F-G-As-
Bes-C-D-Es’.
Bruno Nettl mengemukakan ada tujuh cara untuk menentukan nada dasar
1. Patokan umum adalah melihat nada mana yang paling sering dipakai dan nada
2. Kadang-kadang nada yang harga ritmisnya besar dapat dianggap sebagai nada
3. Nada yang dipakai pada akhir (awal) komposisi atau pada akhir (awal) bagian-
4. Nada yang menduduki posisi paling rendah dalam tangga nada atau posisi persis
patokan.
6. Ada tekanan ritmis pada sebuah nada, juga dipakai sebagai tonalitas.
61
Dari kutipan diatas penulis melihat pernyataan pertama, ketiga dan ketujuh
disepakati penulis untuk menjadi patokan nada dasar pada melodi Sarune. Maka
nada dasar melodi Sarune dalam tulisan ini adalah nada Es.
Wilayah nada dalam sebuah komposisi musik adalah jarak antara nada
melodi Sarune tersebut akan dimasukkan ke dalam garis paranada untuk dapat
melihat dengan jelas susunan nada-nada yang ada pada lagu tersebut, dengan
tujuan untuk mempermudah penulis dalam melihat nada terendah dan tertinggi
dalam lagu tersebut. Wilayah nada melodi Sarune dapat kita lihat pada gambar
dibawah, berikut adalah wilayah nada dari yang terendah hingga tertinggi.
Jumlah nada dapat dilihat dari banyaknya pemakaian nada dalam sebuah
62
sebelumnya.
Berikut adalah jumlah nada yang digunakan dalam melodi Sarune adalah nada.
Es _ _
Es’ 90 _
F 48 _
G 60 _
As 32 _
Bes 70. _
C 32 _
D 178 _
D, 22 _
532
63
Interval adalah jarak antara satu nada dengan nada yang lainnya (Manoff
1991:50).Jarak antara nada satu dengan nada lainnya yang terdiri dari interval naik
maupun interval turun menurut jumlah larasnya yang dapat mempengaruhi jumlah
1P _ 32
2M 106
2M 92
3M 32
3M 64
4P ↑ 2
4P ↓ 44
8P ↑ 18
8P ↓ 20
64
Kadensa adalah suatu rangkaian harmoni atau melodi penutup pada akhir
lagu atau di tengah kalimat, sehingga dapat dengan sempurna menutup lagu
tersebut. Dalam melodi Sarune penulis memilih melodi akhir sebagai pola kadensa.
Pola Kadens
Formula melodi dalam hal ini terdiri atas bentuk, frasa, dan motif.Bentuk
adalah gabungan dari beberapa frasa yang terjalin menjadi satu pola melodi. Frasa
adalah bagian-bagian kecil dari melodi.Sedangkan motif adalah ide melodi sebagai
2. Ireratif yaitu bentuk nyanyian/melodi yang memakai formula melodi yang kecil
melodi.
65
bentuk melodi Sarune adalah bentuk strophic dan Reverting dimana dalam melodi
Sarune tersebut dinyanyikan dengan melodi yang sama namun teksnya bervariasi
awal.
Kontur adalah sebuah alur melodi yang biasanya ditandai dengan menarik
garis. Menurut Malm ada beberapa jenis kontur (Malm dalam Jonson 2000:76).
1. Ascending, yaitu garis melodi yang sifatnya naik dari nada rendah ke nada yang
2. Descending, yaitu garis melodi yang sifatnya turun dari nada yang tinggi ke
3. Pendulous, yaitu garis melodi yang sifatnya melengkung dari (a) nada yang
rendah ke nada yang tinggi, kemudian kembali ke nada yang rendah atau dari (b)
nada yang tinggi ke nada yang rendah, kemudian kembali ke nada yang tinggi.
(a) (b)
66
nada yang rendah ke nada yang lebih tinggi kemudian sejajar, seperti tampak pada
5. Statis, yaitu garis melodi yang sifatnya tetap atau apabila gerakan-gerakn
→
Dari jenis-jenis kontur yang tertera diatas, dalam lagu Kapri terdapat alur,
yaitu:
1. Pendulous
67
1. Tempo : 75
komposisi musik dan hal ini merupakan struktur dari keseluruhan sebuah
Frasa 1
Frasa 2
68
69
5.1 Kesimpulan
Dari seluruh bab yang telah penulis uraikan, penulis dapat menyimpulkan
5.2 Saran
pekerjaan rumah bagi semua pihak agar kedepannya dapat terlestarikan. Hal
ini harus disadari oleh pemerintah dan masyarakat saat ini. Kepada pemerintah
kemasan seni pertunjukan. Dengan itu kelestarian kesenian ini dapat terjaga.
tulisan yang baik. Penelitian yang penulis lakukan masih dalam tahap yang
pecinta budaya, khususnya budaya karo. Kritik dan saran dari kawan-kawan
100
Bangun, Roberto. 2006. Mengenal Suku Karo. Jakarta: Yayasan Merga Silima
Bangun, Tridah. 1986. Manusia Batak Karo. Jakarta: Inti Idayu Press
Bangun, Tridah. 1990. Adat Istiadat Karo. Bandung: Yayasan Merga Silima
Barus, Elieser. 2013. Fungsi dan Penggunaan Gendang Lima Sendalanen pada
Upacara Muncang di Dusun III Namo Rindang Desa Mbaruai kecamatan
Biru-biru Kabupaten Deli Serdang. Medan: Departemen Etnomusikologi
FIB Usu (Skripsi Sarjana)
Boedhisantoso. 1982. Kesenian dan Nilai-nilai Budaya. Jakarta: Depdikbud
Ginting, E.P. 1999. Religi Karo, Kabanjahe: Abdi Karya
Koendtjaraningrat. 1986. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineke Cipta
Koendtjaraningrat. 1985. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta:
Gramedia
Malinowski, Bronislaw. 1986. A Scientify Theory of Culture. Newyork: The
University of North Carolina Press
Merriam, Alan P. 1964. The Anthropology of Music. Chicago: Northwestern
University Press
Malm,William P. 1977. Music Culture of the Pacific, Near East, and Asia
(Diterjemahkan oleh Muhammad Takari). Medan: USU Press.
Nasution, S. 1982. Method Research. Bandung: Jemmars
Nettl, Bruno. 1964. Theory and Method in Etnomusicology. New York. The free
Press
Prins, Darwan. 2002. Kamus Karo Indonesia. Medan: Bina Media
Prins, Darwan. 2008. Adat Karo. Medan: Bina Media
Tan, Melly G. 1985. Metode Penelitian Masyarakat oleh Koentjaraningrat. Jakarta:
PT Gramedia Pustaka Utama.
101
http://sopopanisioan.blogspot.com/2012/03/ndikkar-mayan-memapah-jati-diri-
karo.html
102
Umur : 65 Tahun
Pekerjaan : Pesilat
Umur : 51 tahiun
Pekerjaan : Seniman
Umur : 57 Tahun
Umur : 53 Tahun
103