SKRIPSI
Disusun Oleh:
Nama : Anik Purwati
NIM : 2501401012
Program Studi : Pendidikan Seni Tari
Jurusan : Pendidikan Sendratasik
Hari : Selasa
Panitia Ujian
Ketua Sekretaris
Pembimbing I Penguji I
Pembimbing II Penguji II
Penguji III
ii
SARI
Anik Purwati. 2005. Pola Pewarisan Pemain Wanita Wayang Orang Ngesti
Pandawa Semarang. Skripsi : Jurusan Pendidikan Seni Drama, Tari dan Musik.
Fakultas Bahasa dan Seni. Universitas Negeri Semarang.
iii
PERNYATAAN
Anik Purwati
NIM. 2501401012
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
“Apa yang terlalu sukar bagimu jangan kau cari, dan apa yang
melampaui kemampuanmu jangan kau selidiki “(Sirakh, 3: 21)
PERSEMBAHAN
Dengan penuh rasa hormat, karya kecil ini
kupersembahkan kepada:
1. Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan kekuatan dan kelancaran.
2. Bapak, ibu, mas Dodik, dik Prastiyo
yang tercinta, yang memberi dorongan
material dan spiritual.
3. Mas Yanto, mbak Ani, mas Budi,
Vincent, mas Moerid, ibu A. Suyati yang
memberi dorongan spiritual dan saran,
serta mas Yan tersayang, yang selalu
mendampingi dalam setiap saat.
4. Candra, Intan, Philip, Yuli, Maya, Bayu,
heni, Ayok, teman-teman eks SMKI,
teman Puri Nimas Kost, Paramesthi, dan
teman-teman angkatan 2001, terima
kasih atas dorongannya.
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, penulis panjatkan atas
pelimpahan rahmat dan karunia yang diberikan sehingga penyusunan skripsi ini
dapat terselesaikan.
Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, pada kesempatan yang baik ini perkenankan penulis menyampaikan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Dr. Ari Tri Soegito, SH, M.M Rektor Universitas Negeri Semarang dan Prof.
Dr Rustono, M. Hum Dekan Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri
Semarang, yang telah memberikan ijin untuk mengadakan penelitian.
2. Drs. Syahrul Syah Sinaga, M. Hum Ketua Jurusan Pendidikan Sendratasik
Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang, yang telah banyak
membantu dalam menyediakan fasilitas dan ijin penelitian.
3. Dra. Malarsih, M.Sn pembimbing I dan Drs. Agus Cahyono, M, Hum
pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan dengan penuh
kesabaran, saran yang membangun sehingga penelitian dapat mencapai
sasaran.
4. Semua Dosen Jurusan Sendratasik, terima kasih atas segala bimbingan dan
bekal ilmu yang telah diberikan.
5. Paguyuban Wayang Orang Ngesti Pandawa Semarang, yang telah memberi
ijin, khususnya Pemain Wanita Wayang Orang Ngesti Pandawa Semarang
beserta keluarga yang telah memberi informasi dalam penelitian.
Atas kebaikan dari semua pihak, penulis mengucapkan terima kasih.
Semoga semua bantuan yang telah diberikan menjadi kebaikan dan diberkati
Tuhan Yang Maha Esa. Amin.
Semarang, 23 Agustus 2005
Penulis
vi
DAFTAR ISI
PERNYATAAN .............................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN
vii
BAB III METODE PENELITIAN
A. Simpulan ................................................................................................ 75
B. Saran ....................................................................................................... 76
LAMPIRAN .................................................................................................... 80
viii
DAFTAR GAMBAR
Hal
No.9. Tokoh karakter cakil yang diperankan oleh anak pemain wanita. ..... 64
ix
viii
DAFTAR TABEL
Hal
ixx
DAFTAR LAMPIRAN
xi
x
BAB I
PENDAHULUAN
khas suatu kebudayaan, yaitu kesenian adalah milik bersama yang memiliki
seperangkat nilai, gagasan dan dasar berpijak dari tingkah laku, ia adalah
bahwa kesenian dipelajari dan dialih wariskan dari suatu generasi ke generasi
enkulturasi.
dan apresiasi yang panjang, dan didukung oleh kemampuan atau kualitas
manusia baik dari pihak pendidik (pemain wanita wayang orang) maupun
1
2
mana pemuasan akan kebutuhan estetis manusia semakin mudah dan praktis
untuk dikonsumsi.
wayang orang masih bersifat tradisional dan dianggap kuno, pada dasarnya
manusia modern lebih berfikir tentang inovasi dan perkembangan masa depan
serta terbatasnya pemain yang berkualitas membuat wayang orang mulai sulit
masalah non teknik dalam pengembangan kesenian itu antara lain disiplin
wayang orang yang semakin terpuruk membentuk kelompok wayang orang itu
kondisi yang dialami kedua kelompok wayang orang tersebut, penulis hanya
Ngesti pandawa merupakan wayang orang yang hidup di tengah kota dengan
keterbatasan peminat, tidak hanya pada penonton tetapi juga pada regenerasi
Semarang lebih banyak terjadi pada keluarga pemain wayang orang, karena
umum tetapi sedikit peminat untuk menjadi pemain wayang orang, hal
Seorang seniman wanita di antara anggapan masyarakat yang kurang baik dan
mengasuh anak dalam penanaman nilai, norma dan moral menjadikan wanita
orang bagi wanita merupakan hal yang jarang ditemui, karena pada dasarnya
setiap wanita modern lebih memilih sesuatu kegiatan atau pekerjaan yang
Pandawa Semarang baik pria maupun wanita, disini hanya dipaparkan dalam
Semarang.
pria Wayang Orang Ngesti Pandawa Semarang yang disebabkan dorongan dan
anaknya dan anak menuruti sebagai tanda hormat kepada orang tua, sedangkan
ditekankan pada pewarisan keluarga yang bersifat alamiah dan tidak sengaja.
pemain wanita Wayang Orang Ngesti Pandawa Semarang karena melihat latar
Semarang dari sisi kehidupan pekerjaan dan pola pewarisan sebagai pemain
wayang orang dari keluarga pemain wanita Wayang Orang Ngesti Pandawa
Semarang.
Semarang terjadi pada keluarga pemain wanita wayang orang merupakan hal
yang bersifat alamiah, dengan cara yang alamiah pula pemain wanita wayang
berdasarkan pada alasan kondisi, lingkungan, dan latar belakang dari Wayang
pernah diteliti, antara lain: Upaya Inovasi Bentuk Penyajian Wayang Orang
Seniman (Studi Kasus Peran Ganda Pemain Wanita Wayang Orang) yang di
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang ada, maka masalah yang akan dikaji
adalah:
Pandawa Semarang ?
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
berikut:
Ngesti Pandawa Semarang dan dapat menjadi acuan bagi peneliti yang
akan datang.
E. Sistematika Penulisan
sebagai berikut :
Motto dan Persembahan, Kata Pengantar, Daftar Isi, dan Daftar Gambar,
Bab IV, Hasil Penelitian dan pembahasan berisi paparan tentang gambaran
BAB II
LANDASAN TEORI
sedangkan menurut Wojowasito dalam Subiarti (2001: 9), kata wang / wong
berarti orang atau manusia. Jadi wayang wong dapat diartikan sebuah
adalah suatu permainan atau pertunjukan tarian drama yang dilakukan oleh
manusia.
suatu drama tari berdialog yang mengambil cerita Ramayana dan Mahabarata.
Bandem (2001: 20) menyatakan bahwa wayang bukan hanya sekedar hiburan,
hiburan, tetapi merupakan karya seni yang mengandung filsafat yang “dalam”.
9
10
epos Mahabarata dan Ramayana dan cerita itu sendiri pada dasarnya
wayang orang merupakan sebuah genre tari yang dapat dikategorikan sebagai
suatu pertunjukan total (total theatre) yang didalamnya tercakup seni tari, seni
purwa. Hal ini diperkuat oleh Mustikawati (2002 : 3) yang menyatakan bahwa
wayang orang mulai di kenal sejak abad 11 – 12 yakni pada Majapahit dengan
wayang orang di Yogyakarta diperluas sebagai kesenian istana dan pada masa
pada tahun 1960. pada masa Sri Mangkunagoro V memerintah (abad 19),
selanjutnya, wayang orang difungsikan untuk menjamu para tamu dan tukar
hal diantaranya : keluarga, lingkungan, psikologi, fisik, pola pikir dan materi.
bagi pria dan wanita sangat dipengaruhi oleh psikologi dan fisik manusia.
naluriah dan dalam tatanan tradisi senantiasa terikat oleh perannya sebagai ibu
rumah tangga membuat wanita masih tetap dituntut untuk lebih banyak
bahagia, terutama secara khusus mengasuh dan merawat anak (Ratih, 2000:1-
2).
12
kajian analisis gender dan besarnya emansipasi wanita dalam sektor pekerjaan
kesempatan bekerja.
Wanita pada saat ini telah ikut berperan tidak hanya terbatas di
lingkungan keluarga saja, tetapi telah melangkah jauh keluar rumah untuk
Wanita bekerja diluar rumah sudah hampir menjadi pandangan umum, dan
pada umumnya masyarakat sudah menerima hal ini sebagai suatu kenyataan
Salah satu jenis pekerjaan yang dilakukan oleh kaum wanita adalah
bakat dalam dirinya, namun disisi lain menjadi tantangan bagi pendidikan
keluarga karena tugas yang dijalankan malam hari yaitu di saat-saat seorang
memerlukan bakat, talenta seni, dan keseriusan. Hal tersebut lebih ditekankan
oleh seperangkat nilai dan azas yang berlaku dalam masyarakat, dan oleh
selalu mempunyai kapasitas untuk berbagi pengalaman dan cara hidup yang
Generasi tua lebih konservatif dalam sikap hidupnya, yang dalam berkesenian
kebudayaan makhluk manusia, tidak hanya terjadi secara vertikal atau kepada
anak cucu mereka, melainkan dapat pula dilakukan secara horizontal atau
manusia yang satu dapat belajar kebudayaan dari manusia lain. Berbagai
tingkah laku yang dipelajari dan disampaikan dari satu generasi ke generasi
berikutnya. Paling tidak, ada tiga proses belajar kebudayaan yang penting,
yaitu dalam kaitannya dengan manusia sebagai makhluk hidup, dan sebagai
manusia adalah bagian dari suatu system social, maka setiap individu harus
internalisasi, dimana proses ini berawal dari manusia itu sendiri dalam
social, dan yang ketiga yaitu proses enkulturasi adalah system pembelajaran
233).
(Triyanto, 1993: 6). Dalam proses itu, seorang individu mempelajari dan
Seringkali anak belajar dengan cara meniru saja berbagai macam tindakan,
setelah perasaan dan nilai budaya yang memberi motivasi akan tindakan
17
meniru maka tindakannya menjadi berpola yang mantap dan norma yang
nilai yang dimiliki oleh manusia sebagai mahkluk sosial, yang isinya
muncul karena adanya dorongan dalam diri manusia yang secara hakiki
angsur dan tanpa adanya batas waktu atau jenjang (Cahyono, 2000: 119).
Demikian pula bagi subjek didik, merka belajar materi yang diberikan
melalui kegiatan praktek langsung atau latihan kerja. Kendati proses yang
28-29).
20
2000: 24).
keahlian generasi penerus terhadap materi yang bersifat estetis dan unsur
a. Gerak tari
tokoh yang diperankan, dan tetap menggunakan tata baku atau aturan
tari pada umumnya, seperti tata aturan tari gaya Surakarta hasta
sawanda. Perwatakan gerak tari dalam wayang orang terbagi atas gerak
tari putra dan gerak tari putri, dimana di dalam gerak tari putra maupun
gerak tari putri ada pembagian tipe tari, yaitu luruh (lemah lembut) dan
Menurut Jazuli (1994: 34) Gerak tari adalah gerak yang ritmis,
melahirkan gerak murni dan gerak maknawi. Gerak murni atau disebut
tokoh yang diperankan, rias harus tampak rapi dan bersih, garis-garis
rias harus jelas sesuai dengan ketepatan desain yang dihendaki (Jazuli,
2000: 116).
c. Antawecana
keras dan kasar, sedangkan Arjuna ksatria yang sabar, tampan dan
d. Karakter
Telah dijelaskan di bagian gerak tari dan tata rias dan busana,
pengaruhi antara perpaduan gerak tari, tata rias dan busana, sehingga
dapat disimpulakan segara jelas suatu karakter di lihat dari tipe garak
wirasa dari tokoh yang diperankan. Ulat adalah ekspresi mimik guna
sebuah tari yang dinamis dan mempunyai daya hidup bila dinikmati.
25
Musik ini sangat cocok untuk konsep garapan drama tari, meskipun
tarinya.
sajian tari.
terdiri dari faktor inten dan ekstern, dimana faktor intern dan ekstern muncul
dalam proses pewarisan dari individu (orang tua) kepada individu lain (anak).
1. Faktor Intern
tertentu dalam mencapai suatu tujuan yang berakar pada adanya suatu
kebutuhan.
sesuatu.
keluarganya.
ketrampilan dan sumber daya manusia dari orang tua sendiri dalam
pertunjukan.
2. Faktor Ekstern
a. Keluarga
mempelajari materi, dengan alat dan sarana yang ada sehingga materi
kesenian yang akan diwarisi di luar dorongan atau pengaruh dari orang
tua.
29
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Wayang Orang Ngesti Pandawa Semarang, maka satuan yang dikaji tentang
tanggapan, sikap dan motivasi pemain wanita wayang orang ngesti pandawa
kualitatif, latar (settings) dan manusia yang menjadi obyek penelitian dilihat
secara utuh (holistic), perilaku manusia tidak dapat dilepaskan pada latar
dimana dia berada dan hidup. Metode ini memberi peluang pada penulis untuk
2000: 1-2).
30
31
1. Lokasi Penelitian
2. Sasaran Penelitian
Ngesti Pandawa Semarang, sampai pada hasil dan bukti nyata pewarisan
adalah:
1. Observasi.
alat indera (Arikunto, 1998: 146). Observasi dilakukan pada saat pemain
didalam pertunjukan itu terdapat pula anak dan keluarganya yang ikut aktif
observasi yang berisi apa saja yang harus diobservasi serta keadaan apa
saja yang diharapkan dari hasil observasi. Hal-hal yang diobservasi adalah
2. Wawancara
pertanyaan secara lisan dan dijawab secara lisan pula. Ciri utama
wanita wayang orang dan keluarga pemain wanita yang terlibat dalam
3. Dokumentasi
data, dokumen atau arsip yang ada. Metode dokumentasi adalah mencari
data mengenai hal-hal atau variael yang berupa catatan, transkrip, buku,
menelusuri dokumen atau arsip yang ada pada Paguyuban Wayang Orang
naskah-naskah dari surat kabar, majalah, buku, foto atau gambar saat
Ngesti Pandawa Semarang dan hasil dari pola pewarisan pemain wanita
membandingkan minimal tiga atau lebih diantara data yang sama dari
sumber yang berbeda, terutama pada saat pengumpulan data dengan teknik
wawancara dari tiga atau lebih informan tentang objek penelitian dan pola
pemain wanita wayang orang, sehingga sajian data yang dipaparkan tidak
bersifat subjektif dan keabsahan dan kebenaran data dapat diungkap secara
yang diteliti. Semua data dianalisis guna menjelaskan sasaran yang diteliti.
Pengumpulan data
Penyajian data
Reduksi data
Penarikan simpulan/verifikasi
permasalahan. Apabila semua data telah terkumpul dan telah melalui tiga
BAB IV
pada tanggal 1 Juli 1943 di kota Madiun. Tokoh pendiri Wayang Orang Ngesti
Paguyuban di bawah lima tokoh tersebut mengadakan pentas keliling dari satu
kota ke kota yang lain dan diberi nama Ngesti Pandawa. Nama Ngesti
Pandawa berasal dari kata Ngesti berarti menyatu dan Pandawa berarti lima
Orang Ngesti Pandawa Bapak Narta Sabda. Biaya tersebut didapat dari laba
penjualan karcis pada masa keemasan Wayang Orang Ngesti Pandawa (1950-
1964).
36
37
Tengah wayang Orang Ngesti Pandawa disambut baik dan banyak penonton,
hal tersebut dilihat dengan banyaknya karcis yang terjual dan sampai
mulai dari gedung GRIS, TBRS, Istana Majapahit dan terakhir kembali ke
0588/SK/VII/1980.
38
penonton, baik yang berasal dari kota Semarang maupun dari luar kota
Semarang)
1978. Setelah tahun itu penonton mulai menurun kembali karena cara
tetap dan sikap individualisme masyarakat. Pada masa ini juga telah ada
Ngesti Pandawa pada masa ini mulai menata diri. Jadwal pementasan
mulai disusun rapi setiap malamnya dan dibuat dalam bentuk selebaran
dan dipromosikan melalui media radio. Pada akhir masa ini jadwal
membosankan.
42
Gambar No. 2 Taman Hiburan Wonderia (dok. Anik purwati, 25 Juni 2005)
pesaing yang kuat bagi Wayang Orang Ngesti Pandawa Semarang, dengan
sampai 30 orang.
43
kejayaan yang dipenuhi penonton sampai di luar gedung. Data ini di ambil
pada saat pertunjukan telah sampai adegan goro-goro atau adegan 10,
pekerja seni atau wayang orang yang bekerja pada malam hari adalah
pekerjaan yang tidak baik karena menyimpang akan norma tradisi wanita
orang yakin akan segala keputusan dan resiko yang dihadapi, dengan
memang tidak menjanjikan dalam hal upah atau gaji, sebagian besar dari
yang adiluhung.
bawah ini :
Tabel No. 2
wayang orang melalui proses apresiasi dan pelatihan berperan yang cukup
lama berkisar 20an tahun dan terus menerus guna memperoleh hasil yang
maksimal.
Ngatirah, Pariah dan wiyati. Para pemain Wanita Wayang Orang Ngesti
menjadi bakat tetapi juga merupakan penyaluran hobby dan di dasari oleh rasa
Semarang.
1. Bebas biaya sekolah untuk semua anak pemain Wayang Orang Ngesti
Pandawa Semarang
tahun 1979, karena pada tahun 1979 wayang orang sudah mengalami masa
sulit dan kondisi negara yang masih labil. Penaggungan biaya sekolah
46
Penanggungan biaya pengobatan ini juga berakhir pada tahun 1979, karena
3. Biaya melahirkan
Pandawa Semarang. Pemberian biaya ini juga berakhir pada tahun 1979.
anaknya bisa ditinggal bekerja dan biasanya dijaga oleh saudara pemain
lobby dan hubungan secara cepat dan terjaga kerukunan sesama pemain
2005).
hanya berkisar pada kebutuhan yang berskala kecil tetapi lebih pada
sendiri.
48
Pandawa Semarang.
hidup, seperti yang dialami oleh munjaenah (57 Tahun) yang selain
di Semarang.
49
Gambar No. 5 Kerja sampingan salah satu Pemain Wanita Wayang Orang Ngesti
Pandawa Semarang ( Andi, 02 Juli 2005).
pemain Wayang Orang Ngesti Pandawa Semarang sudah tidak dapat dijadikan
Semarang pada dewasa ini hanya melakukan pementasan satu kali dalam
seminggu.
50
kebutuhannya.
tidak sengaja dan terus menerus sehingga tercipta suatu kondisi pembiasaan
menuju pertunjukan wayng orang, seperti: pada waktu latihan bersama, waktu
dimulai dari alam pikiran, baik dari dalam keluarga maupun lingkungan
bermain atau bergaul. Berawal dari lingkungan keluarga yang berciri keluarga
Wayang Orang Ngesti Pandawa Semarang lebih terarah pula pada kehidupan
dibina dan ditanam keluarga dengan proses baik dalam perilaku, bertutur kata,
Semarang dalam hal moral dan berperilaku sopan serta pola pikir dalam
menyikapi situasi dan kondisi, misalnya : cara menghormati orang tua, cara
Mei 2005).
52
Besarnya keinginan didukung motivasi dari orang tua agar dapat ikut
seorang pemain wayang orang mulai dari gerak tari, rias busana, antawecana
yang semakin terhimpit oleh seni hiburan modern membuat anak pemain
dan minat sebagai pemain wayang orang sangat besar dan berusaha ikut
Pandawa Semarang.
53
Semarang, tidak lepas akan proses enkulturasi yang sama dalam diri pemain
wanita wayang orang, yaitu dengan proses apresiasi yang cukup lama dan
motivasi dalam diri anak Pemain Wanita Wayang Orang Ngesti Pandawa
membawa anak-anaknya bekerja pada malam hari atau pada waktu anak libur
membentuk jiwa akan hasrat ikut berperan seperti orang tuanya. Situasi
seluk beluk pementasan mulai dari gerak tari, iringan, rias busana, antawecana
mempersiapkan kostum, menabuh iringan yang berpola pukul mudah dan ikut
mencoba mengetahui kegiatan tersebut secara detail. Proses apresiasi anak ini
disambut baik oleh pemain wanita Wayang Orang Ngesti Pandawa Semarang
seperti : dalam hal penguasaan iringan, pemain wanita Wayang Orang Ngesti
sesuai, misalnya sabetan pada kempul kosong, besut pada kempul isi dan
sebagainya.
pertunjukan wayang orang baik dari ibu maupun keluarga yang lain, misalnya:
meminta komentar anak pemain wanita tentang hal-hal salah satu kegiatan
dalam pementasan dan anak pemain wanita Wayang Orang Ngesti Pandawa
pementasan/lapangan.
senang dan bangga apabila anaknya ada yang mewarisi sebagai pemain
dari nenek moyang pemain wanita Wayang Orang Ngesti Pandawa Semarang
sendiri dan bagi anak pemain wanita Wayang Orang Ngesti Pandawa
moyang. Di samping itu minat anak yang sangat besar terhadap kelestarian
wayang orang. Pemahaman anak dan pemain wanita Wayang Orang Ngesti
penerus pemain wayang orang yang baik dan sesuai dengan kreteria sebagai
pemain wayang orang, yaitu : gerak tari, rias dan busana, antawecana, karakter
wayang orang. Gerak tari dalam wayang orang selalu berkaitan dengan
lanyap, luruh, mbranyak dan telang, begitu juga gerak tokoh wanita dan
anak yang tinggi dan naluri bakat yang mengalir dalam diri anak. Hal
dilakukan pada waktu anak masih pada tahap awal sebagai pemain
wayang orang, setelah mengetahui dan paham dengan jelas pemain wanita
pemain wayang orang yang lain yang sudah mahir dalam bagiannya
masing-masing).
57
Gambar No. 6 Anak Pemain Wanita pada Waktu Menari dalam Salah Satu
Adegan Wayang ( Andi, 25 Juni 2005).
Ngesti Pandawa Semarang yang lain, agar proses pewarisan dari gerak
dalam diri anaknya dapat dengan tehnik dan bentuk yang benar. Di bawah
ini merupakan gambar, dimana semua anak dari Pemain Wanita Wayang
Semarang.
58
Gambar No. 7 Tempat Belajar Anak Pemain Wanita Wayang Orang Ngesti
Pandawa Semarang ( anik Purwati, 02 juli 2005).
Pandawa Semarang hanya satu atau dua orang anak, seperti anak dari Bu
Pariah yang memiliki delapan anak, tetapi hanya satu yang mewarisi
dibawakan.
yang sangat lama, hal inipun perlu apresiasi yang terus menerus. Setiap
peranan mempunyai ciri khas dan bentuk rias busana yang berbeda,
Proses belajar dari rias dan busana wayang orang, pemain wanita
dengan contoh praktek sendiri atau menunjuk salah satu pemain sesuai
dengan bentuk rias yang ditanyakan anaknya, apabila telah ikut berperan
pemain wayang orang laki-laki yang mahir pada rias busana karakternya
masing-masing).
karakter yang akan diperankan, sehingga proses belajar rias dan busana
pada anak menguasai teknik rias dan busana, setelah memahami dan
mampu untuk mandiri anak pemain wanita akan dibebaskan untuk mandiri
Gambar No.8 Proses Rias dan Busana Anak Pemain Wanita yang dilakukan
secara bersama sama ( Andi, 25 Juni 2005).
61
seniman yang sudah biasa membawakan peran luruh, dan sebagainya. Jadi
akan pentas dan tidak tergantung pada diri Pemain Wanita Wayang Orang
pandawa Semarang memang sangat sulit dan perlu keahlian khusus untuk
menyuarakan timbre suara atau warna suara yang berbeda dari setiap
penuangan secara lisan, dan para pemain melakukan atau mencari kata-
kata yang diucapkan di atas panggung, sesuai dengan karakter dan cerita
Keterangan :
Karakter dari seorang tokoh akan keluar didukung dengan gerak tari, rias
2005).
mempunyai tubuh kurus dan gesit dalam gerak. Selain hal tersebut,
bertanya dan meminta penjelasan pada pemain wayang orang lain yang
sama seperti pembagian gerak tari dan antawecana yaitu: luruh, lanyap,
bawah ini adalah gambar karakter yang diperankan oleh anak dari pemain
Gambar No. 9 Peran Cakil yang Di perankan anak Pemain Wanita Wayang
Orang (Andi, 25 Juni 2005).
65
sebagainya.
dengan adanya musik gamelan atau gending pengiring wayang orang, dan
tak jarang dari anak-anak Pemain Wanita Wayang Orang Ngesti Pandawa
Gambar No. 10 Anak Pemain Wanita Ikut Berpartisipasi dalam Memukul Iringan
Wayang Orang ( Andi, 25 Juni 2005).
gerakan sabetan dimulai dari kempul kosong, gerak besut dimulai dari
kempul isi dan sebagainya, serta beberapa jenis iringan ang mempengaruhi
karakter gerak.
67
Gambar No.11 Penguasaan Iringan dalam Gerak Tari Bondoyudo sebagai tari
pembuka pementasan ( Andi, 25 Juni 2005).
dengan ragam gerak tari yang digunakan, serta beberapa jenis iringan
yang mempengaruhi gerak tari, seperti: lancaran kebo giro, lancaran singo
Pola pewarisan sebagai pemain wayang orang dari para Pemain Wanita
Wayang Orang Ngesti Pandawa Semarang, tidak mutlak dari peran Pemain
Pandawa Semarang.
68
Wayang Orang Ngesti Pandawa Semarang tidak bisa disebut pekerjaan karena
moyang yang sudah dibangun sejak dahulu, jadi model perekrutan generasi
pemain Wayang Orang Ngesti Pandawa Semarang baru sangat terbuka, siapa
1. Faktor Intern
berikutnya.
orang.
Semarang dapat di lihat pada hasil belajar dan sikap anak saat
2. Faktor Ekstern
a. Keluarga
Semarang.
anak-anak muda sangat kreatif dan penuh dengan ide baru. Jadi
Semarang
Pandawa Semarang.
75
BAB V
A. Simpulan
wanita Wayang Orang Ngesti Pandawa Semarang dengan cara enkulturasi dan
materi terjadi secara tidak sengaja dan bersifat tanya jawab biasa. Materi yang
antara lain: gerak tari, rias busana, antawecana, karakter dan penggarapan
gending.
doing yaitu mengajar dan belajar sambil bekerja, di mana proses pewarisan
materi terjadi setiap saat baik sebelum pementasan, saat pementasan maupun
di rumah.
Orang Ngesti pandawa Semarang adalah faktor intern yang terdiri motivasi
orang tua, dan kemempuan orang tua, sedangkan faktor ekstern terdiri dari
keluarga, lingkungan yang kondusif dan minat anak pemain wanita Wayang
75
76
B. Saran-saran
alamiah, akan lebih terarah dan tercapai secara maksimal jika ada
sebagai pemain wayang orang dapat diajarkan secara teoritis dan praktis
DAFTAR PUSTAKA
Ratih, Endang dkk. 2000.”Peran Ganda Wanita Pemain Wayang Orang (Study
Peranan Wanita pada Kelompok Wayang Orang di Jawa Tengah)”,
Dalam Sari Hasil Penelitian Th. 1999 / 2000. Lembaga Penelitian
Universitas Negeri Semarang.
J, Susetyo EY dan Djoko D. 1999. “Peranan dan Fungsi Wanita dalam Industri
Logam Tradisional di Yogyakarta dan Jawa Tengah : Study
Etnoarkeologi”, dalam Humaniora no. 12 September-desember 1999
Fakultas Sastra Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Jazuli, M. 1994. Telaah Teoritis Seni Tari. Semarang IKIP Semarang Press.
Masrukhi. 2000. “Konflik Peran Ganda Wanita Pekerja”. Dalam Sari Hasil
Penelitian Th. 2000. Lembaga Penelitian Universitas Negeri Semarang.
Miles, M.B., dan A.M. Hubberman, 1992, Analisis Data kualitatif, diterjemahkan
oleh Tjetjep R.R., Jakarta: UI Press.
77
78
Palupi, Tri D. 1999.”Bentuk Rias dan Busana Karakter Tokoh Wayang Orang
Kajian Pada Pertunjukan Wayang Orang Ngesti Pandawa Semarang”,
dalam Skripsi S 1 Jurusan Sendratasik Fakultas Bahasa dan Seni
Universitas Negeri Semarang.
Soedarsono, R.M..2000. Wayang Wong: The State Ritual Dance Drama in The
Court of Yogyakarta, Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
-----------. 2001.” Kode Bahasa Tuturan Wanita dalam Pengasuhan”. Dalam Sari
Hasil Penelitian Th. 2001. Lembaga Penelitian Universitas Negeri
Semarang.
Subiarti, Kanti. 2001. “ Upaya Inovasi Bentuk Penyajian Wayang Orang Ngesti
Pandawa Semarang dan Pengaruhnya bagi Penonton”, Dalam Skripsi S 1
Jurusan Sendratasik Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri
Semarang.
Zuriah, Siti. 2004. “Pola Pewarisan Kesenian Tradisional Emprak Sido Mukti di
Desa Kepuh Kec Bangsri Kab Jepara”, Dalam Skripsi S 1 Jurusan
Sendratasik Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang.
LAMPIRAN 1
Jl. Singosari
PS Peterongan
Jl. M T Haryono
Jl. Sriwijaya
Bioskop
lama
Gd.
Ke Solo
Perwil wanita
Perwil
Jl. Tegal Sari
LAMPIRAN 2
DAFTAR INFORMAN
LAMPIRAN 3
PEDOMAN WAWANCARA
1. Tujuan
2. Pembatasan
Pandawa Semarang.
4). Berapa umur ibu pada awal masuk Wayang Orang Ngesti Pandawa
Semarang ?
10). Apa yang mendorong anda untuk menjadi pemain wayang orang ?
pekerjaan anda ?
16). Setelah berjalan beberapa tahun, apa yang anda rasakan, apakah
hiburan ?
anda ?
18). Apa yang akan anda lakukan setelah melihat kondisi Wayang Orang
19). Apakah anda bangga dengan profesi anda sebagai pemain wayang
orang ?
21). Selama ibu hamil, apakah ada tunjangan atau dispensasi waktu ?
22). Selama menjadi pemain wayang orang, bagaimana cara ibu dalam
24). Jika anak ikut, apakah anda memotifasi anak anda untuk
memotifasinya ?
26). Apa harapan terhadap anak yang berprofesi sama dengan anda ?
27). Bagaimana cara mengajarkan semua materi wayang orang pada anak
anda ?
30). Hal apa saja yang mendukung pewarisan sebagai pemain wayang
orang ?
Semarang ?
2). Hal apa yang memotivasi anda untuk ikut berpartisipasi dalam
pertunjukan ini ?
3). Bagaimana cara anda dalam menguasai materi sebagai seorang pemain
wayang orang ?
5). Kepada siapa saja anda belajar materi sebagai pemain wayang orang ?
6). Hal apa aja yang harus anda kuasai untuk sebai pemain wayang orang?
85
8). Apakah pekerjaan sebagai pemain wayang ini akan anda jadikan
2). Bagaimana harapan anda terhadap pemain wayang orang yang baru ?
3). Bagaimana proses kedepan dari pemain wayang orang yang lama dan
baru ?
LAMPIRAN 4
PEDOMAN DOKUMENTASI
1. Tujuan
Peneliti dimaksudkan untuk kelengkapan data berkaitan dengan pola
pewarisan pemain wanita Wayang Orang ngesti pandawa Semarang.
2. Pembatasan
Dalam penelitian ini, penghimpunan data berupa dokumen dengan cara
menghimpun data berupa :
a. Gambar atau foto saat proses pewarisan, lingkungan, kondisi pemain
wanita Wayang Orang Ngesti pandawa Semarang, dan hasil pewarisan
pemain wanita Wayang Orang Ngesti Pandawa Semarang.
b. Naskah-naskah dari surat kabar.
c. Buku.
d. Penelitian terdahulu.
e. Majalah-majalah tentang pemain wanita Wayang Orang Ngesti Pandawa
Semarang.
Data-data tersebut ditelusuri, dan dianalisis dikaitkan dengan masalah yang di
kaji.
87
3. LAMPIRAN 5
PEDOMAN OBSERVASI
1. Tujuan
Observasi pada penelitian dimaksudkan untuk mengetahui pola pewarisan
pemain wanita Wayang Orang Ngesti Pandawa Semarang.
2. Hal-hal yang diobservasi
a. Gedung TBRS sebagai tempat pementasan Wayang Orang Ngesti
Pandawa Semarang, sarana dan prasarana pementasan, lingkungan, letak
geografis, denah gedung dan penonton.
b. Perumahan Arya Mukti (asrama pemain Wayang Orang Ngesti Pandawa
Semarang).
Pandawa Semarang
pewarisan.
dilapangan.
3. Pelaksanaan observasi
Pandawa Semarang, (2) mengamati dan menggali proses dan pola pewarisan