Anda di halaman 1dari 153

PEMBELAJARAN VOKAL MELALUI PENDEKATAN

APRESIASI DI SMP YAYASAN MARDI RAHAYU UNGARAN


Jika dilihat dari bab 4 maka penelitian ini sebenarnya hanya

Proses Pembelajaran musik materi vocal di kelas VII SMP Mardi


Rahayu

Skripsi

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar


Sarjana Pendidikan Seni Musik

Oleh

Trizky Kandi Amalia


NIM. 2501414179

JURUSAN PENDIDIKAN SENI DRAMA,TARI DAN MUSIK


FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2020
PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk ditujukan ke sidang


Panitia Ujian Skripsi.

Semarang, November 2020


Pembimbing

?
Drs. Suharto, S.Pd., M.Hum
NIP. 196510181990031002
PENGESAHAN KELULUSAN
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan ini saya:


Nama : Trizky Kandi Amalia
NIM : 2501414179
Program Studi : Pendidikan Seni Musik (S1)
Jurusan : Pendidikan Seni Drama, Tari, dan Musik
Fakultas : Bahasa dan Seni

Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil
karya saya sendiri, bukan jiplakan karya dari orang lain, baik sebagian atau
seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini
dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
.

Semarang, November 2020


Yang membuat pernyataan,

?
Trizky Kandi Amalia
NIM 2501414179
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto :

1. “Education is the most powerful weapon which you can use to change
the world”. (Nelson Mandela)
2. “Jangan biarkan kesulitan membuatmu gelisah karena bagaimanapun
juga hanya dimalam yang paling gelap bintang – bintang tampak
bersinar lebih terang.” (Ali Bin abi Thalib)

Skripsi ini saya persembahkan untuk :

1. Allah SWT, berkat rahmat dan restu-Nya


saya dapat menyelesaikan skripsi ini.
2. Ayah dan ibu saya, Oentoeng Legowo, dan
Anycita Indah Hartani yang telah
memberikan dukungan dan doa yang tak
henti – hentinya untuk kesuksesan saya.
3. Kakak kandung saya, Karina Lega Ayu
dan Tusiana Wismandani yang selalu
memberikan semangat.
4. Serta sahabat – sahabat Prodi Pendidikan
Seni Musik yang selalu memberikan
semangat tiada henti.
PRAKATA

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa (YME), atas segala rahmat

dan hidayah-Nya yang telah diberikan kepada peneliti sehingga skripsi yang

berjudul “Pembelajaran Vokal melalui Pendekatan Apresiasi di SMP

Yayasan Mardi Rahayu Ungaran”, dapat diselesaikan dengan baik tanpa ada

hambatan yang berarti.

Skripsi ini disusun guna memenuhi salah satu syarat kelulusan Strata Satu

(SI) pada jurusan Pendidikan Seni Drama Tari dan Musik, Fakultas Bahasa dan

Seni, Universitas Negeri Semarang. Tujuan mendasar dari skripsi ini adalah untuk

mengukur sejauh mana kemampuan peneliti dalam menuangkan ide ke dalam

bentuk tulisan yang tersusun secara rapi, dan mengorganisir serta

mengintregasikan pengetahuan, penelitian, pengalaman dan kecakapan yang

bersifat ilmiah.

Peneliti mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah banyak

memberikan dorongan, bantuan, dan petunjuk yang sangat berarti besar bagi

penyusunan skripsi ini. Pada kesempatan ini, peneliti ingin menyampaikan

terimakasih yang sebesar-besarnya kepada

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang,

yang telah memberikan kesempatan untuk menyelesaikan studi di

Pendidikan Sendratasik FBS Universitas Negeri Semarang.

2. Prof.Dr. Muhammad Jazuli, M.Hum., Dekan Fakultas Bahasa dan Seni

Universitas Negeri Semarang yang juga telah memberikan ijin penelitian

kepada peneliti.
3. Dr. Udi Utomo, M.Si., Ketua Jurusan Pendidikan Seni Drama Tari dan

Musik, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang, yang

telah membantu proses perizinan penelitian.

4. Drs. Suharto, S.Pd., M.Hum., Dosen pembimbing yang senantiasa

dengan sabar membimbing dan mengarahkan peneliti dalam penyusunan

skripsi.

5. Thomas Sugiyanto, S.Pd, Kepala SMP Mardi Rahayu Ungaran, yang telah

memberikan ijin kepada peneliti untuk melakukan penelitian.

6. Tendian Febriagazzi selaku guru seni musik SMP Mardi Rahayu Ungaran,

yang secara kooperatif dalam membantu dan memberikan informasi

kepada peneliti selama penelitian.

7. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu-persatu yang telah

terlibat, baik secara langsung maupun tidak langsung selama peneliti

menjalankan proses pembuatan skripsi.

Semoga jasa baik dari semua pihak yang telah membantu dengan ikhlas

kepada peneliti menjadi amal baik dan mendapatkan imbalan yang setimpal dari

Tuhan YME. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca khususnya dan dunia

pendidikan pada umumnya.

Semarang, 2020

Penulis
SARI

Amalia, Trizky Kandi. 2020. Pembelajaran Vokal melalui Pendekatan Apresiasi


di SMP Yayasan Mardi Rahayu Ungaran. Skripsi, Jurusan Pendidikan Seni
Drama, Tari dan Musik, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri
Semarang. Dosen Pembimbing Dr. Suharto, S.Pd., M.Hum.
Kata Kunci : pembelajaran seni musik, vokal, dan apresiasi.
Pembelajaran seni budaya sub seni musik merupakan mata pelajaran yang
memberikan sebuah pengalaman musik terhadap peserta didik dan terkandung
unsur estetika didalamnya. Untuk meningkatkan sensitivitas dan musikalitas
peserta didik perlu adanya strategi pembelajaran salah satunya melalui suatu
pendekatan, maka penelitian ini memiliki maksud dan tujuan untuk (1)
mendeskripsikan pembelajaran vokal dua suara melalui pendekatan apresiasi di
SMP Mardi Rahayu Ungaran. +tanbah manfaat
Lokasi dan sasaran yang dipilih untuk penelitian ini adalah SMP Mardi
Rahayu Ungaran. Sasaran kajian dalam penelitian ini adalah pendekatan
apresiasi yang ditinjau dari langkah – langkahnya dan metode pembelajaran
berdasarkan prinsip dan langkah pelaksanaannya dalam pembelajaran. Jenis
penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif.yg mana
Tekhnik pengumpulan data yang digunakan yakni teknik observasi, wawancara,
dan studi dokumen. Teknik keabsahan data menggunakan triangulasi data. Teknik
analisis data menggunakan analisis data interaktif meliputi pengumpulan data,
reduksi data, menyajikan data dan membuat kesimpulan.
Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat materi dan proses pembelajaran
vokal melalui apresiasi. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa terdapat materi
dan proses pembelajaran vokal melalui apresiasi (1) guru melatih sensitivitas
siswa melalui tahapan apresiasi dengan pendekatan auditori (2) peserta didik
diperdengarkan audio instrumental tentang materi terkait yaitu Mozart’s Cradle
Song (3) peserta didik mengidentifikasi sesuai interpertasi masing – masing dan
mengumpulkan informasi (3) mempresentasikan hasil belajar dengan
menyanyikan Mozart’s Cradle Song secara berkelompokBerdasarkan simpulan
peneliti(ini menggunakan pendekatan apresiasi yg mana ), maka saran yang
pertama hendaknya guru lebih memberikan suatu inovasi – inovasi dalam
pembelajaran supaya pembelajaran tidak monoton, menciptakan suasana yang
baru, dan siswa dapat memaknai pembelajaran.
DAFTAR IS

HALAMAN JUDUL …………………………..………………….....................….i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING …………….....……...………….ii

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ……………...………………………....iii

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ……...………………………......…...…iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ………………....…………….......…………...v

PRAKATA ……………….......……………………………………………….…vii

SARI ……………………………......………............…………………………..viii

DAFTAR ISI..........................................................................................................ix

DAFTAR TABEL.................................................................................................xii

DAFTAR GAMBAR ..........................................................................................xiii

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................xiv

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

1.1 Latar belakang masalah......................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................9

1.3 Tujuan Penelitian...............................................................................................9

1.4 Manfaat Penelitian.............................................................................................9

1.5 Sistematika Skripsi...........................................................................................10

BAB II LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA ............................12

2.1 Tinjauan Pustaka..............................................................................................12

2.2 Pembelajaran....................................................................................................16

2.2.1 Tujuan Pembelajaran....................................................................................17

2.2.2 Komponen Pembelajaran .............................................................................18

2.2.3 Pengelolaan Pembelajaran............................................................................26


2.2.4 Penilaian dan Evaluasi..................................................................................29

2.2.5 Media ...........................................................................................................34

2.2.5.1 Media Pembelajaran...................................................................................35

2.3 Pembelajaran Seni Musik.................................................................................37

2.4 Apresiasi...........................................................................................................38

2.5 Vokal................................................................................................................45

2.5.1 Teknik Vokal.................................................................................................45

2.6 Kerangka Berpikir............................................................................................50

BAB III METODE PENELITIAN........................................................................52

3.1 Metode dan Pendekatan Penelitian .................................................................52

3.2 Lokasi dan Sasaran Penelitian..........................................................................52

3.3 Sumber Data.....................................................................................................54

3.4 Teknik Pengumpulan Data...............................................................................54

3.5 Teknik Keabsahan Data...................................................................................57

3.6 Teknik Analisis Data........................................................................................60

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ......................................62

4.1 Gambaran Umum ............................................................................................63

4.2 Pembelajaran Vokal melalui Pendekatan Apresiasi di SMP Yayasan Mardi

Rahayu Ungaran ....................................................................................................68

4.2.1 Tahap Perencanaan Pembelajaran.................................................................69

4.2.2 Mengembangkan Silabus..............................................................................69

4.2.3 Menyusun RPP .............................................................................................70

4.2.4 Bahan Ajar....................................................................................................70

4.2.5 Penilaian........................................................................................................71
4.2.2 Tahap Pelaksanaan Pembelajaran.................................................................72

4.2.2.1 Pengamatan Pertama .................................................................................72

4.2.2.2 Pengamatan Kedua.....................................................................................84

4.2.3 Tahap Evaluasi..............................................................................................96

BAB V SIMPULAN DAN SARAN......................................................................98

5.1 Simpulan .........................................................................................................98

5.2 Saran.................................................................................................................98

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................100

LAMPIRAN.........................................................................................................106
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 2.1 Nilai Ketukan Notasi ......................................................................... 49
Tabel 4.1 Jumlah Rombongan Belajar SMP Mardi Rahayu .............................. 66
DAFTAR GAMBAR
Halaman

Bagan 2.1 Alur Kerangka Berpikir .................................................................... 50

Gambar 3.1 Triangulasi Teknik Pengumpulan Data .......................................... 59

Gambar 3.2 Triangulasi Sumber Pengumpulan Data ......................................... 60

Gambar 4.1 SMP Mardi Rahayu Ungaran ......................................................... 64

Gambar 4.2 Sarana Dan Prasarana ..................................................................... 67

Gambar 4.3 Guru Mempersiapkan Kondisi Kesiapan Siswa ............................. 75

Gambar 4.4 Guru Mengaitkan Pembelajaran

dengan Metode Tanya Jawab ........................................................................... 81

Gambar 4.5 Guru Mengajak Siswa Melakukan Pemanasan

untuk melatih teknik vokal ............................................................................... 85

Gambar 4.6 Notasi Vocalizing........................................................................... 86

Gambar 4.7 Partitur ........................................................................................... 88

Gambar 4.8 Guru Menerangkan Materi dengan Metode Demonstrasi ............. 89

Gambar 4.9 Keterlibatan Peserta Didik dengan Guru dalam Pembelajaran ...... 91

Gambar 4.10 Siswa Mempresentasikan Lagu Mozart’s Cradle Song ............... 93

Gambar 4.11 Berdoa Pada Akhir Pembelajaran ................................................ 96


DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Surat Keputusan Pembimbing....................................................... 107

Lampiran 2 Surat Keterangan Penelitian.......................................................... 108

Lampiran 3 Pedoman Observasi....................................................................... 109

Lampiran 4 Pedoman Wawancara.................................................................... 112

Lampiran 5 Pedoman Dokumentasi.................................................................. 115

Lampiran 6 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.............................................. 116

Lampiran 7 Partitur........................................................................................... 126

Lampiran 8 Daftar Tenaga Pengajar SMP Mardi Rahayu................................ 127

Lampiran 9 Daftar Peserta Didik SMP Mardi Rahayu..................................... 128

Lampiran 10 Daftar Karyawan SMP Mardi Rahayu........................................ 130

Lampiran 11 Struktur Organisisai SMP Mardi Rahayu ................................. 131

Lampiran 12 Hasil Wawancara dengan Guru................................................... 136

Lampiran 13 Hasil Wawancara dengan Siswa I................................................. 136

Lampiran 14 Hasil Wawancara dengan Siswa II............................................... 137

Lampiran 15 Hasil Wawancara dengan Siswa III............................................ 138

Lampiran 16 Dokumentasi............................................................................... 139


BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah alasan meneliti

Pada hakekatnya fungsi dan tujuan dari pendidikan yaitu untuk

mencerdaskan, membentuk karakter, mencetak siswa siswi yang berprestasi dan

kreatif, namun untuk meningkatkatkan suatu mutu dan kualitas sumber daya pikir

manusia setiap WNI diwajibkan menjalani program pendidikan dasar.

Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014 menyatakan bahwa satuan pendidikan

dasar adalah Sekolah Dasar /Madrasah Ibtidaiyah/Sekolah Dasar Luar Biasa

(SD/MI/SDLB), Sekolah Menengah Pertama /Madrasah Tsanawiyah/Sekolah

Menengah Pertama Luar Biasa (SMP/MTS/SMPLB), Sekolah Menengah

Atas/Madrasah Aliyah/ Sekolah Menengah Atas Luar Biasa (SMA/MA/SMALB),

dan Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan/Sekolah Menengah

Kejuruan Luar Biasa (SMK/MAK/SMKLB). terlalu jauh ancang2nya

Dalam mengembangkan kemampuan, keterampilan, dan pola pikir peserta

didik supaya menjadi manusia yang dewasa maka hal tersebut dapat diperoleh

salah satunya melalui seni. Secara umum seni memiliki sifat yang sensitif, bersifat

intuisi, dan terdapat skill. Selain itu seni dalam perspektif pendidikan memiliki

sifat multilingual, multidimensional, dan multikultural. Multilingual berarti seni

bertujuan mengembangkan kemampuan mengekspresikan diri dengan berbagai

cara seperti melalui bahasa rupa, bunyi, gerak dan paduannya. Multidimensional

berarti seni mengembangkan kompetensi kemampuan dasar siswa yang mencakup

persepsi, pengetahuan, pemahaman, analisis, evaluasi, apresiasi dan produktivitas


dalam menyeimbangkan fungsi otak kanan dan kiri, dengan memadukan unsur

logika, etika dan estetika, dan multikultural berarti seni bertujuan menumbuh

kembangkan kesadaran dan kemampuan berapresiasi terhadap keragaman budaya

lokal dan global sebagai pembentukan sikap menghargai, toleran, demokratis,

beradab dan hidup rukun dalam masyarakat dan budaya yang majemuk

Depdiknas, 2001 yang dikutip (Utomo & Sinaga, 2009).

Dalam mata pelajaran seni di sekolah, seni memiliki subtansial nya menurut

Depdiknas, 2006 yang dikutip (Rahmat, 2013) menegaskan bahwa ruang lingkup

mata pelajaran Seni Budaya di Sekolah Menengah Pertama meliputi empat aspek,

yaitu; 1) Seni rupa, mencakup pengetahuan, keterampilan, dan nilai dalam

menghasilkan karya seni berupa lukisan, patung, ukiran, cetak-mencetak, dan

sebagainya, 2) Seni musik, mencakup kemampuan untuk menguasai olah vokal,

memainkan alat musik, apresiasi karya musik; 3) Seni tari, mencakup

keterampilan gerak berdasarkan olah tubuh dengan dan tanpa rangsangan bunyi,

apresiasi terhadap gerak tari; dan 4) Seni teater, mencakup keterampilan olah

tubuh, olah pikir, dan olah suara yang pementasannya memadukan unsur seni

musik, seni tari dan seni peran. Berdasarkan pernyataan diatas maka pembelajaran

seni musik khususnya bernyanyi dengan dua suara akan menjadi bahasan

selanjutnya.

Pembelajaran seni budaya sub seni musik di SMP merupakan mata pelajaran

yang memiliki aktivitas belajar yang cenderung lebih banyak terdapat kegiatan

praktek baik pada saat guru menyampaikan materi maupun aktivitas belajar biasa.

Siswa akan lebih mudah memahami apabila guru melibatkan peserta didik secara
langsug, hal ini sejalan dengan pernyataan Regelski (dalam Utomo, 2013)

mengemukakan bahwa pembelajaran seni budaya sub seni musik berbasis action

learning merupakan bentuk pembelajaran yang merujuk pada suatu aktivitas

learning by doing. Aktivitas learning by doing merupakan keterlibatan peserta

didik secara langsung dalam belajar musik disertai arahan dan penjelasan dari

guru sehingga peserta didik memperoleh informasi dan memiliki pengalaman

musik yang cukup.

BSNP, 2006 yang dikutip (Alfianto, 2015) menjelaskan bahwa pada mata

pelajaran seni pelajaran estetika yang harus dipelajari peserta didik mempunyai

arah pengembangan untuk meningkatkan sensitivitas, kemampuan

mengekpresikan, kemampuan mengapresiasi, keindahan, dan harmoni yang

mencakup apresisi dan ekspresi yang baik dalam kehidupan individual, sehingga

mampu menikmati dan mesnyukuri hidup maupun dalam kehidupan

kemasyarakatan sehingga mampu menciptakan kebersamaan yang harmonis. Dari

pernyataan diatas bahwa belajar seni musik dalam pendidikan dasar tidak

mengajarkan siswa untuk menjadi seorang seniman namun mengajarkan siswa

untuk menigkatkan sensitivitas dan musikalitas, memiliki perilaku yang baik,

menghargai keberagaman budaya, dan berbudi pekerti luhur didalam lingkup

sekolah maupun luar lingkup sekolah.

Menurut Ayu (Alfianto, 2015) apresiasi merupakan cara menghargai,

mengamati, menghayati yang dilakukan secara kritis yang menggunakan ke

pekaan pikiran sebagai bentuk dari penghargaan terhadap seni. Pendidikan seni

dan apresiasi memiliki keterkaitan yang erat didalam proses menghargai


keindahan karya seni. Dalam menghargai karya seni perlu adanya penghayatan

yang mana dalam menilai dibutuhkan pemikiran mendalam supaya hasil dari

mengapresiasi dapat dimaknai oleh siswa sehingga siswa mampu memahami dan

mengerti bagaimana caranya menilai suatu karya seni dan dapat menjabarkan apa

yang telah diamati melalui identifikasi karya seni menurut pengetahuan siswa atau

melalui pengalaman seni yang sudah didapat, namun segala bentuk proses

pembelajaran tersebut dapat berlangsung dengan baik apabila terjalin interaksi

yang baik antara guru dan peserta didik disertai dengan implementasi komponen

pembelajaran yang telah sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan (SNP).

Seharusnya di BAB 2

Pembelajaran menurut (Sanjaya, 2009 : 17) adalah suatu sistem. Dengan

demikian, pencapaian standar proses untuk meningkatkan kualitas pendidikan

dapat dimulai dari menganalisis setiap komponen yang dapat membentuk dan

memengaruhi proses pembelajaran. Pencapaian standar proses dapat terlaksana

apabila dengan menerapkan komponen - komponen pebelajaran. Macam - macam

komponen pembelajaran menurut Sudaryo (dalam Saputro, 2013) meliputi (1)

materi, (2) metode, (3) evaluasi hasil belajar, (4) media pembelajaran, (5)

administrasi pembelajaran (6) sarana dan prasarana Seharusnya di BAB 2

Administrasi pembelajajaran merupakan bentuk konkrit dari komponen –

komponen pembelajaran yang terintegrasi dengan fungsi Standar Nasional

Pendidikan (SNP) yang mana SNP menjadi dasar dan acuan dalam perencanaan,

pelaksanaan, dan pengawasan pendidikan dalam rangka mewujudkan pendidikan

nasional yang bermutu (BSNP, 2018). Administrasi pembelajaran dapat diartikan


sebagai kewajiban guru disekolah yang harus diselesaikan dan bukti nyata dari

implementasi kurikulum. Dalam hal ini guru menyusun, merancang, atau

mendesain dari awal proses atau bagaimana alur pembelajaran hingga penentuan

hasil akhir belajar siswa.

Menurut Sistem Pendidikan Nasional UU No.20 Tahun 2003 menyatakan

bahwa kurikulum merupakan seperangkat rencana dan peraturan mengenai tujuan,

isi dan lahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman

penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar. Implementasi kurikulum menurut

Pinar (dalam Ridwan, 2016) dapat dipahami dari dua hal, yaitu: implementasi

kurikulum sebagai tindakan instrumental dan implementasi kurikulum sebagai

praktik situasional (curriculum implementation as instrumental action and as

situational praxis). Kurukulum dapat digunakan sebagai alat pendidikan dan

penerapannya disekolah.

Setelah mengalamai lintas generasi di Indonesia dalam dunia pendidikan kerap

mengalami pergantian dan penyesuaian kurikulum setiap periode hal ini

disebabkan salah satunya karena adanya modernisasi dan perkembangan

tekhnologi yang berpengaruh terhadap pelaksanaan pengajaran disekolah.

Sebelum diberlakukannya K13 Standar Kompetensi masih mengacu pada

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Namun dalam periode ini

kurikulum telah diperbarui menjadi Kurikulum 2013. Hal ini seperti pernyataan

Permendikbud Nomor 65 (dalam Mastur, 2017) menyatakan perlunya dilakukan

perubahan Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah, serta sistem

pembelajaran dan sistem penilaian sebagai implikasi dari perubahan pada standar
proses tersebut. Acuan dan prinsip penyusunan kurikulum 2013 mengacu pada

pasal 36 Undang-Undang No. 20 tahun 2003 penyusunan kurikulum harus

memperhatikan peningkatan iman dan takwa; peningkatan akhlak mulia;

peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat peserta didik; keragaman potensi

daerah dan lingkungan; tuntutan pembangunan daerah dan nasional; tuntutan

dunia kerja; perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni; agama;

dinamika perkembangan global; dan persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan

(Kurniaman & Noviana, 2017). Maka hal ini sejalan dengan pendapat (Setiadi,

2016) yang menegaskan bahwa K13 pada proses pendidikan yang holistik

sehingga menyentuh pada cakupan yang lebih luas yaitu ranah kognitif, afektif,

dan psikomotor.

Implementasi K13 adalah bahwa segala sesuatunya menitik beratkan pada

siswa dalam arti untuk memperoleh pengetahuan siswa mencari tahu sendiri atau

mengeksplorasi segala sesuatu yang ada disekitar dengan arahan dan petunjukdari

guru, karena didalam kegiatan mengeksplorasi terdapat upaya menyelidiki,

mencari tahu, dan menjelajahi yang mengakibatkan siswa akan (1) mengetahui

potensi (2) memperoleh informasi, (3) mengenal lebih dalam fenomena yang ada

disekitar.

Penerapan K13 ini sudah diterapkan di berbagai Sekolah Dasar dan Menengah

manapun. Salah satunya di SMP Yayasan Mardi Rahayu Ungaran yang

beralamatkan di Jalan Diponegoro No.741, Sembungan, Ungaran, Kecamatan

Ungaran Barat, Semarang, Jawa Tengah. SMP Mardi Rahayu Ungaran

memberikan kebebasan guru dalam memgembangkan materi dan cara


pengajarnnya. Melalui pengamatan dan observasi di SMP Mardi Rahayu, sekolah

tersebut merupakan sekolah yang menjunjung tinggi nilai – nilai budi pekerti

luhur. Hal ini sesuai dengan Kurikulum 2013 yang disesain untuk semua rumpun

mata pelajaran supaya para peserta didik mandiri dan dapat berperan aktif dalam

setiap kegiatan disekolah sehingga murid dalam menerima pelajaran dapat

diterima secara optimal, lalu diharapkan peserta didik dapat berpikir dewasa, dan

dapat mengembangkan suatu kreativitas dalam dirinya.

Bernyanyi adalah sarana pengungkapan pikiran dan perasaan, sebab kegiatan

bernyanyi penting bagi pendidikan anak-anak, selain itu bernyanyi adalah

kegiatan menyenangkan yang memberi kepuasan kepada anak-anak, Kamtimi

(dalam Ekaputri, 2007). Kegiatan bernyanyi dapat dilakukan secara perseorangan

(solo) atau secara berkelompok (group). Apabila bernyanyi solo maka seseorang

bebas untuk mengekspresikan diri sesuai dengan interpretasi individu namun

apabila bernyanyiberkelompok maka perlu adanya suatu koordinasi sehingga akan

tercipta harmonisasi. Harmonisasi merupakan keselarasan nada yang didalamnya

terdapat pembagian suara yang berbeda - beda ada yang cenderung suara tinggi

atau suara rendah dengan adanya penggolongan suara maka akan tercipta harmoni

itu sendiri.

Bernyanyi dengan dua suara dalam pembelajaran seni musik di SMP Mardi

Rahayu Ungaran khususnya kelas VII memiliki kompetensi dasar di Kurikulum

2013, yaitu Kompetensi Dasar 3.2 meahami konsep dasar bernyanyi dengan dua

suara secara berkelompok dan KD 4.2 Menyanyikan lagu dengan dua suara secara

berkelompok. Guru diberi kebebasan dalam mengembangkan materi namun hal


tersebut harus sesuai dengan Kurikulum 2013 yang berlaku bahwa didalam

pelaksanaan pembelajaran seni musik terdapat standar kompetensi yang perlu

dikembangkan juga yaitu apresiasi.

SMP Mardi Rahayu Ungaran merupakan sekolah yayasan katholik yang

menjunjung nilai budi pekerti luhur setiap peserta didik maupun elemen yang ada

di SMP mardi rahayu menghargai hal tersebut. Selain itu SMP Mardi Rahayu

Ungaran memiliki prestasi baik akademik dan non-akademik. Salah satunya

prestasi non-akademik dalam bidang seni yang pernah dijuarai yaitu vocal group

tingkat kabupaten/kota.

Berdasarkan uraian di atas penelitian ini memiliki maksud dan tujuan untuk

menganalisis dan mendeskripsikan pelaksanaan pemeblajaran vokal pada mata

pelajaran seni budaya sub musik kelas VII di SMP Mardi Rahayu Ungaran

melalui pendekatan apresiasi.


1.2 Rumusan Masalah

Berkaitan dengan latar belakang yang telah dikemukakan oleh peneliti, maka

permasalahan yang hendak diangkat sebagai berikut.

1.2.1 Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran vokal pada mata pelajaran seni

budaya (musik) kelasVII melalui pendekatan apresiasi?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan pertanyaan penelitian diatas, penelitian ini

bertujuan untuk mengethaui, mendeskripsikan, dan menganalisis:

1.3.1 Pelaksanaan pembelajaran vokal pada mata pelajaran seni budaya (musik)

kelas VII melalui pendekatan apresiasi

Bagaimanakah pembelajaran vocal dengan pendekatan apresiasi di

kelas VII SMP Mardi Rahayu ……

1.4 Manfaat Penellitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan memiliki manfaat sebagai berikut:

1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitianini diharapakan dapat menjadi referensi untuk penelitian

selanjutnya.Apanya yang dimanfaatkan ( konsepnya, prosesnya , metodenya atau

apa?

1.4.2 Manfaat Praktis

1.4.2.1 Bagi Jurusan Seni Drama Tari dan Musik


Dengan hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah koleksi bacaan

dan referensi diperpustakaan, selain itu diharapkan dapat menambah

pengetahuan serta pemahaman mengenai pembelajaran vokal melalui

pendekatan apresiasi, khususnya jurusan Pendidikan Seni Musik.


1.4.2.2 Bagi Siswa

Diharapkan dapat meningkatkan ketrampilan bernyanyi dengan tekhnik

yang benar dan dengan penjiwaan atau pembawaan.

1.4.2.3 Bagi Guru Seni Budaya

Menciptakan suasana dan proses pembelajaran vokal yang menyenangkan

tidak monoton dan kreatif supaya peserta didik dalam menerima materi baik

praktik maupun teori dapat dipahami secara optimal.

1.5 Sistematika Skripsi

Sistematika skripsi ini adalah kerangka awal penyusunan penelitian,

sehingga peneliti dapat menyusun tahap demi tahap sesuai dengan kerangka

yang dipersiapkan. Adapun susunannya sebagai berikut :

1. Bagian awal skripsi berisi tentang :

Halaman judul, halaman pengesahan, moto dan persembahan, prakata, dan

daftar isi.

2. Bagian pokok terdiri atas :

Bab I. Pendahuluan, berisi tentang latar belakang masalah, tujuan penelitian,

manfaat penelitian, dan sistematika skripsi.

Bab II. Landasan teori, berisi tetang telaah pustaka dari berbagai sumber yang

berkaitan dengan masalah penelitian ini.

Bab III. Metode penelitian, yang berisi tentang pendekatan penelitian, lokasi

dan sasaran penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik anilisis

data. Pada bab ini berisikan metodelogi penelitian yang dimana terdapat
pendekatan penelitian, sasaran penelitian, teknik pengumpulan data,

teknik analisis, serta pemeriksaan keabsahandata.

Bab IV. Pembahasan, yang berisi tentang profil SMP Yayasan Mardi Rahayu

Ungaran gambaran umum lokasi penelitian, pelaksanaan pembelajaran

vokal kelas VII di Sekolah Menengah Pertama Yayasan Mardi Rahayu.

Bab V. Penutup, yang berisi kesimpulan dan saran.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

2.1 Tinjauan Pustaka (cukup judul, simpulan, kesamaan dan perbedaan ..untuk

melihat kedudukan penelitian saudara)

Dalam penyusunan skripsi ini penelitimelakukan peninjauan terhadap

penelitian terdahulu baik berupa buku, jurnal, skripsi, maupun artikel -

artikelterkait dengan masalah penelitian untuk dijadikan acuan atau landasan teori.

Supaya dalam pengerjaan skripsi dapat memperkuat argumen dan gagasan

penulis.

Penelitian oleh Zahidi Sedyadiasto dalam jurnal “Pemberian Penguatan utnuk

Meningkatkan Motivasi dan Prestasi Seni Budaya Siswa Kelas VIID SMP Islam

Sudirman Ambarawa”. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan

menganalisis motivasi dan prestasi belajar siswa kelas VIID SMP Islam Sudirman

Ambarawa. Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah untuk

mengembangkan konsep tentang pemberian penguatan kepada siswa serta sebagai

bahan masukan kepada guru seni budaya untuk meningkatkan motivasi dan

prestasi belajar siswa akan lebih baik dengan pemberian penguatan. Dalam

prosess pembelajaran guru tidak hanya sekedar memberikan materi pada siswa,

namun perlu diberikannya suatu motivasi pada siswa supaya pikiran siswa lebih

terbuka mengenai wawasan dan pengetahuan, memicu siswa untuk lebih giat

belajar, mendorong siswa untuk dapat bersaing dan berkompetisi dalam pelajaran,

dan diharapakan terdapat peningkatan dalam prestasi akademik siswa.


Dalam jurnal Yohanes Hermawan Pratamayang berjudul Pembelajaran

Ansambel Musik melalui Pendekatan Apresiasi dan Ekspresi menjelaskan tujuan

pembelajaran ini pada akhir pembelajaran siswa diharapkan dapat

mengidentifikasi teknik dan gaya bermain musik ansambel campuran dari video

yang dipertontonkan dan membedakan elemen-elemen musik, irama, tempo, nada,

dinamika dalam memainkan musik secara bersama dari video contoh ansambel

musik campuran. Tekhik pengumpulan data yang digunakan berkaitan dengan

topik penulis yakni deskriptif kualitatif yang mana terdapat kegiatan

obsevasi,wawancara, dan dokumetasi.

Dalam jurnal Maryani tentang Pembuatan Media Pembelajaran Interaktif

Bangun Ruang Matematika menjeaskan bahwa supaya siswa memahami pelajaran

maka dengan membuat suatu media pembelajaran berupa visual dan verbaldengan

bantuan media multimedia seperti software merupakan suatu perangkat halus atau

aplikasi yang bekerja pada suatu komputer atau hardwear untuk membantu

mengembangkan bahan atau materi dari user. Bahan yang hendak diolah dapat

berupa objek, unsur – unsur – unsur, dan komponen- komponen terkait degan

pelajaran tersebut. Setelah melalui penggabungan maka akan terbentuk suatu

media pembelajaran yang interaktif sehingga bila dimanfaatkan semaksimal

mugkin dapat meningkatkan minat siswa terhadap mata pelajaran tersebut, siswa

mudah menangkap pelajaran, karena media pengajaran didesain bersifat tidak

monoton, bervariasi, dan terdapat animasi. Terkait dengan topik penulis mengenai

pembelajaran vokal melalui pendekatan apresiasi dan ekspresi apabila suatu

pembelajaran vokal mengguanakan suatu media proyeksi gerak atau yang biasa
disebut media audio visual diharapakan saat media audio visaul yang

dipertontonkan dan diperdengarkan maka siswa mempuyai pandangan sehingga

saat siswa hendak unjuk ketrampilan didepan kelas akan lebih percaya diri.

Penggunaan media pebelajaran yang tepat.

Dalam penelitian Rika Njau yang berjudul Penerapan Metode Drill dalam

Pembelajaran Seni Musik di kelas XI IPA SMA Negeri 1 Tanjung Selor

Kabupaten Bulungan Kalimantan Timur menyatakan bahwa supaya tercapainya

tujuan pembelajaran seni budaya guru menyusun suatu strategi dan menggunakan

metode yang tepat sehingga siswa dapat mengerti dan tertananm dibenak siswa

mengenai pokok - pokok dari materi seni budaya. Salah satunya dengan

mengguakan metode dril yang mana metode ini merupakan bentuk latihan yang

diulang – ulang supaya murid terbiasa. Hal ini guru mencari bagian mana yang

tepat dan sesuai untuk dijadikan bahan penerapan metode drill. Penelitian ini

memiliki keterkaitan bagaimana cara pengumpulan datanya yakni menggunakan

deskriptif kualitatif karena pada pokok permasalahan yang dikaji pengurarain

tentang kejadian – kejadian berdsarkan data – data baik yang tertulis maupun yang

tidak tertulis.

Dalam penelitian Uluul Khakiim, I Nyoman Sudana DegengPendidikan Dasar

Pascasarjana-Universitas Negeri Malang dengan judul Pelaksanaan Membuka dan

Menutup Pelajaran oleh Guru Kelas 1 Sekolah Dasar. Didalam manajemen kelas

salah satunya pentingnya pelaksanaan membuka dan menutup pelajaran dikelas

sangat mempengaruhi mood siswa siswi terhadap pembelajaran kedepannya.

Untuk mengawali pelajaran guru dapat membuka kelas dengan berdoa terlebih
dahulu yang bisa dipimpin oleh ketua kelas atau guru itu sendiri, mengucapkan

salam dan menanyakan kabar kepada siswa. Tujuan adanya pelaksanaan

membuka dan menutup dikelas supaya pembelajaran tidak terasa kaku dan

mebosankan. Hal ini dapat beraitan dengan mata pelaaran atau hal – positif yang

mengakibatkan siswa lebih termotivasi untuk mengikuti keiatan belajar dikelas.

Kegiatan membuka dan menutup tidak hanya semaata – mata hanya mengawali

dan mengakhiri suatu pelajaran dikelas, melainkan terdapat bagian pembuka, inti,

dan penutup. Dalam hal ini ada beberapa aspek yang dikesampingkan namun

penting diterapkan, yakni (1) menarik perhatian siswa dapat dengan bercerita,

mengajak siswa menyanyi dll (2) Menimbulkan motivasi (3) menyimpulkan

bersama selama proses pembelajaran berlangsung (4) mengevaluasi.

Dalam penelitian Fitri, Indrayuda, & Kadir (2013) dengan judul Aktivitas

Belajar Siswa dalam Pembelajaran Seni Musik di SMP Negeri 3 Padang Panjang.

Pada aktivtas belajar terdapat hal - hal kompleks yang sering terjadi dalam

kegiatan belajar mengajar disekolah maka dari itu pentingnya kemampuan guru

sangat menentukan sukses atau tidaknya membelajarkan siswa dalam proses

pembelajaran. Agar guru sukses membelajarkan siswa- siswanya, seorang guru

harus menguasai kemampuan-kemampuan professional seorang yang

berkompeten. Guru dituntut untuk menguasai materi dan menyiapkan bahan ajar.

Namun sebelum guru terjun langsung ke dalam kelas segala sesuatunya harus

sudah terprogram atau terencana sedemikian rupa agar kelas terkelola dengan baik

dan menjadi kondusif. Dengan kelas yang kondusif maka siswa menerima

pelajaran secara optimal sehingga pembelaajaran pun menjadi efektf. Semua hal
itu tercantum dan tersusun dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan

silabus.

Landasan Teori

2.2 Pembelajaran Pembelajaran vocal di smp

Menurut (Sanjaya, 2009) dalam kegiatan mengajar merupakan proses

mengatur lingkungan supaya siswa belajar, dan setiap proses pembelajaran

selamanya akan berbeda tergantung kepada tujuan, materi pelajaran, serta

karakteristik siswa sebagai subjek belajar. Indikator aktifitas belajar siswa dalam

pembelajaran menurut Djamarah (dalam Herminingrum & Florentinus, 2013)

setiap situasi dimanapun dan kapanpun memberikan kesempatan belajar pada

seseorang. Oleh karena itu, berikut ini dibahas beberapa aktivitas belajar menurut

Djamarah, yaitu: (1) mendengarkan, (2) memandang, (3) meraba, membau dan

mencicipi/ mengecap, (4) menulis dan mencatat, (5) membaca,(6) membuat

ikhtiar atau ringkasan dan menggarisbawahi, (7) mengamati table-tabel, diagram-

diagram dan bagan-bagan, (8) menyusun paper dan kertas kerja, (9) mengingat,

(10) berfikir, (11) latihan dan praktik. Keaktifan belajar dikatakan tinggi jika

mencangkup semua indikator aktivitas belajar, dikatakan sedang jika hanya

mencakup dua indikator aktivitas belajar. Menurut Paul B. Diedrich yang dikutip

Sardiman (dalam Fitri, 2013) membuat suatu daftar yang berisi 177 macam

kegiatan siswa yang antara lain: (a) Visual activities, yang termasuk didalamnya

misalnya, membaca, dan memperhatikan gambar demonstrasi, (b) Oral activities,

seperti: menyatakan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, diskusi,

(c) Listening activities, sebagai contoh mendengarkan dan menyimak, (d) Writting
activities, seperti misalnya: menulis dan menyalin, (e) Drawing activities,

misalnya: menggambar, (f) Motor activities, contohnya: bermain musik, (g)

Mental activities, sebagai contoh misalnya: menanggapi dan memahami materi

pelajaran, (h) Emotional activities, seperti misalnya: menaruh minat, merasa

bosan, gembira, bersemangat.

2.2.1 Tujuan Pembelajaran

Tujuan pembelajaran merupakan hasil yang akan dicapai melalui proses

belajar menurut Bloom (dalam Amriani, 2013) mengemukakan taksonomi tujuan

pembelajaran pada tiga ranah (domain), yakni ranah kognitif, afektif dan

psikomotor. Ranah kognitif meliputi tujuan yang berhubungan dengan berfikir,

megetahui, dan memecahkan masalah. Ranah afektif mencakup tujuan-tujuan

yang berkaitan dengan sikap, nilai, minat dan apresiasi. Ranah psikomotor

meliputi tujuan-tujuan yang berhubungan dengan keterampilan manual dan

motorik.

Hamalik (dalam Arismunandar, Ismawan, & Fitri, 2016) mengemukakan

bahwa “Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur

manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yangsaling

mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran progresif dan interprestatif. Lalu

menurut Hamalik (dalam Triyanto, 2013) pembelajaran adalah suatu kombinasi

yang tersusun meliputi unsur-unsur manusia, material, fasilitas, perlengkapan dan

prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran.

2.2.2 Komponen – Komponen Pembelajaran


Dalam proses pembelajaran terdapat tiga komponen yang saling berhubungan,

yaitu: (1) pembelajar (dosen, guru, instruktur dan tutor) yang berfungsi sebagai

komunikator, (2) pebelajar (mahasiswa dan siswa) yang berperan sebagai

komunikan, dan (3) bahan ajar yang merupakan pesan yang akan disampaikan

kepada pebelajar untuk dipelajari Situmorang (dalam Marjoni, 2016) Lalu Macam

- macam komponen pembelajaranmenurut Sudaryo (dalam Saputro & Utomo,

2013) meliputi (1) materi, (2) metode, (3) evaluasi hasil belajar, (4) media

pembelajaran, (5) administrasi pembelajaran (6) sarana dan prasarana.

2.2.2.1 Implemenasi Kurikulum 2013

Menurut Fullan & Pomfret yang dikutip Marsh (dalam Ridwan, 2016) bahwa

istilah “implementasi” menunjuk pada “penggunaan nyata (actual use)” dari

kurikulum/silabus, atau hal- hal apa saja yang ada dalam praktik. Menurut Sistem

Pendidikan Nasional ( UU No. 20 Tahun 2003), kurikulum merupakan

seperangkat rencana dan peraturan mengenai tujuan, isi dan lahan pelajaran serta

cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar

mengajar. Rumusan ini lebih spesifik mengandung pokok pikiran sebagai berikut:

1. Kurikulum merupakan suatu rencana/perencanaan.

2. Kurikulum merupakan pengaturan, berarti mempunyai sistematika dan

struktur tertentu.

3. Kurikulum memuat/berisikan isi dan bahan pelajaran, menunjukkan

kepada perangkat mata ajaran atau bidang pengajaran tertentu.

4. Kurikulum mengandung cara, atau metode atau strategi penyampaian

pengajaran.
5. Kurikulum merupakan pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar

mengajar.

6. Kendatipun tidak tertulis, namun telah tersirat di dalam kurikulum, yakni

kurikulum dimaksudkan untuk mencapai tujuan pendidikan.

7. Berdasarkan butir 6, maka kurikulum sebenarnya adalah suatu alat

pendidikan.

2.2.2.2 Metode

Menurut Fathurrohman (dalam Ifrianti, 2015) metode secara harafiah adalah

“cara” namun secara umum metode diartikan sebagai suatu prosedur yang dipakai

untuk mencapai tujuan tertentu.

Metode pengajaran berfungsi sebagai salah satu alat untuk mencapai tujuan

pembelajaran yang sudah ditentukann yang sudah ditentukan didalam sebuah

lembaga pendidikan.metode penyajian dapat dipandang sebagai proses usaha

untuk menimbulkan dorongan belajar menurut minat dan perhatian siswa. Dengan

demikan siswa diharapkan tidak mendapat kesukaran dalam belajar sekaligus

tercipta hubungan yang serasi antara siswa dan guru [ CITATION San09 \l 1033 ]

Menurut Subari(dalam Nurjanna, 2016)“Metode pembelajaran adalah cara -

cara atau teknik penyajian bahan pelajaran yang akan digunakan oleh guru pada

saat menyajikan bahan pelajaran.

2.2.2.2.1 Metode Ceramah

Menurut [CITATION Jam81 \l 1033 ] metode ceramah ini murid mendengar

secara pasif dan guru menerangkan pelajaran seabagian besar melalui bahasa

lisan.
2.2.2.2.2 Metode Tanya Jawab / Question & Answer

Menurut Smyth (dalam Muslicha, 2016) metode tanya jawab adalah cara

yang digunakan guru untuk menyampaikan pelajaran dengan mengajukan

pertanyaan- pertanyaan kemudian peserta didik menjawabnya atau sebaliknya.

Kelebihan: (a) pertanyaan menarik dapat menarik dan memusatkan perhatian

peserta didik; (b) merangsang peserta didik untuk mengembangkan cara berfikir

termasuk ingatan; (c) merangsang peserta didik untuk berani dan aktif dalam

mengemukakan pendapat. Kelemahan: (a) peserta didik kurang bebas dalam

belajar karena pikirannya ditentukan oleh pertanyaan-pertanyaan, (b) beberapa

peserta didik dapat cenderung kurang aktif dan kurang dapat menangkap materi

yang dimaksud.

2.2.3.1.3 Metode Demonstrasi

Menurut Putra, dkk (dalam Prawati, 2016) menyatakan bahwa metode

demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan mempertunjukkan secara

langsung objek atau cara melakukan sesuatu mempertunjukkan proses

tertentu.Dalam metode ini, konsep (pengertian) tidak diterangkan dengan kata –

kata saja, melainkkan diperlihatkan dengan contoh dalam bentuk perbuatan yang

dapat dilihat/didengar murid dengan jelas. Sebagai contoh penerapan metode ini

banyak digunakan dalam pelajaran olahraga dilapagan, misalnya guru

mendemonstrasikan bagaimana cara menangkap bola. Lalu dalam pelajaran seni

tari guru mendemonstrasikan bagaimana gerak tari yang bagus yang diinginkan,

lantas siswa menirukan gerakan tersebut [CITATION Jam81 \l 1033 ].


Menurut Djamarah (dalam Stoicynen, 2014) metode demonstrasi adalah

metode yang digunakan untuk memperlihatkan suatu proses atau cara kerja suatu

benda yang berkenaan dengan bahan pelajaran maka dapat dijelaskan bahwa

metode demonstrasi adalah memberikan variasi dalam cara - cara guru mengajar

dengan menunjukkan bahan yang diajarkan secara nyata baik dalam bentuk benda

asli maupun tiruan sehingga siswa - siswi dapat mengamati dengan jelas dan

pelajaran lebih tertuju untuk mencapai hasil yang dinginkan. Sudirman (Siahaan,

Fretisari, & Munir, 2017). Metode demontrasi merupakan metode mengajar yang

berusaha untuk, mengkombinasikan cara-cara penjelasan lisan, seperti metode

ceramah dengan perbuatan yang berusaha membuktikan apa yang dijelaskan

secara lisan, juga memperlihatkan bagaimana proses terjadinya sesuatu Sudjana

(dalam Supardi, Ghozali, & Fretisari, 2015).

Lalu keunggulan atau kelebihan metode demonstrasi menurut Roehstiyah

(dalam Supardi et al., 2015) adalah sebagai berikut: (1) Perhatian siswa lebih

dapat dipusatkan pada pelajaran yang sedang diberikan; (2) Kesalahan - kesalahan

yang terjadi apabila pelajaran diceramahkan dapat diatasi melalui pengamatan dan

contoh konkret, dengan menghadirkan obyek sebenarnya; (3) Konsep yang

diteima siswa lebih mendalam sehingga lebih lama dalam jiwanya; (4)

Memberikan motivasi yang kuat pada siswa agar lebih giat belajar karena siswa

dilibatkan dengan pelajaran;(5) Siswa dapat berpartisipasi aktif dan memperoleh

pengalaman langsung serta dapat memperoleh kecakapan; (6) Dapat menjawab

semua masalah yang timbul di dalam pikiran setiap siswa karena ikut serta

berperan secara langsung.


2.2.3.1.4 Metode latihan (Drill)

Metode drill adalah suatu cara mengajar dimana siswa melaksanakan kegiatan

– kegiatan latihan agar siswa memiliki ketaangkasan atau keterampilan yang lebih

tinggi dari apa yang dipelajari menurut Ahmad (dalam Rusni, Fretisari, & Munir,

2016). Metode ini dipakai untuk menanamkan suatu keterampilan tertentu

terhadap siswa dengan melakukannya secara berulang – ulang, sampai siswa itu

mampu melakukannya secara otomatis Selain itu menurut Sudjana (dalam

Soginem et al., 2015) metode drill adalah suatu kegiatan melakukan hal yang

sama,berulang-ulang secara sungguh-sungguh dengan tujuan untuk

menyempurnakan suatu keterampilan agar menjadi permanen. Sebagai contoh

pelajaran bahasa, drill itu dilakukan dengan menyuruh siswa mengulang kata –

kata sulit tertentu beberapa kali sampai siswa mampu mengucapkannya dengan

lafal dan intonasi yang tepat [CITATION Jam81 \l 1033 ]

Menurut Irwahyudi (dalam Maryani, Fretisari, & Munir, 2017) metode drill

biasanya digunakan agar siswa : (1) Memiliki kemampuan motoris/gerak, seperti

menghafalkan kata-kata, menulis, mempergunakan alat. (2) Mengembangkan

kecakapan intelek, seperti mengalikan, membagi, dan menjumlahkan. (3)

Memiliki kemampuan menghubungkan antara sesuatu keadaan dengan yang lain.

Adapun langkah – langkah penerapannya [CITATION Jam81 \l 1033 ] :


1. Guru menetapkan tujuan yang hendak dicapai dalam pelajaran itu sesuai

dengan pelaksanaan pembelajaran.


2. Guru menyusun atau memilih materi pelajaran yang akan disampaikan

kemudian dopetimbangkan bagian mana yang tepat untuk di drill.biasanya

bagian itu sulit dilaukan siswa kalau tidak dilatih berulang – ulang.

3. Dalam pelaksanaannya dikelas atau dilapangan biassanya guru muli

menerangkan sedikit dengan ceramah. Kemudian tiba pada bagian yang

sulitt, guru mendmonstrasikan terlebih dahulu, kemudian siswa

menirukannya. Selanjutnya siswa dilatih berulang – ulang, samai mereka

dapat melakukannya.

4. Biasanya selesai pelajaran, guru masih memberi tugas agar siswa terus

berlatih secara teratur supaya keterampilan anak tidak hilang atau lupa.

2.2.3.1.4.1 Metode Bermain Peran

Metode bermain adalah suatu bentuk kegiatan yang memberikan kepuasan

pada diri anak dan bersifat non serius, lentur, dan bahan bermain terkandung

dalam kegiatan secara imajinatif ditransformasi sepadan dengan dunia orang

dewasa. Oleh karena itu bermain sambil belajar (bermain peran) adalah

merupakan suatu hal yang penting untuk meningkatkan perkembangan daya sikap

(afektif) peserta didik Moeslicatoen (dalam Ifrianti, 2015)

Ahmadi dan Prasetyo (dalam Hayati, 2016) mengemukakan bahwa metode

role playing disebut juga “sosiodrama maupun bermain peranan yaitu suatu cara

mengajar yang memberikan kesempatan kepada para anak untuk

mendramatisasikan sikap, tingkah laku atau penghayatan seseorang, seperti yang

dilakukan dalam hubungan sosial sehari-hari dalam masyarakat”. Dalam proses

role palying peserta diminta untuk (1) Mengandaikan suatu peran khusus, apakah
sebagai mereka sendiri atau sebagai orang lain (2) Masuk dalam situasi yang

bersifat skenario, yang dipilih berdasarkan relevansi dengan pengetahuan yang

sedang dipelajari oleh peserta atau kurikulum (3) Bertindak persis sebagaimana

pandangan mereka terhadap orang yang diperankan dalam situasi-situasi tertentu

ini, dengan menyepakati untuk bertindak “seolah-olah“ peran-peran tersebut

adalah peran-peran mereka sendiri dan bertindak berdasar asumsi tersebut.

Metode role playing memiliki beberapa keunggulan, sebagaimana yang

dikemukakan olehDjamarah (dalam Hayati, 2016) menjelaskan bahwakeunggulan

metode ini adalah (1) anak melatih dirinya untuk memahami, dan mengingat isi

bahan yang akan didramakan oleh aktor harus memahami, menghayati isi cerita

secara keseluruhan, terutama untuk materi yang harus diperankannya (2) anak

akan terlatih untuk berinisiatif dan berkreatif (3) bakat yang terdapat pada anak

dapat dipupuk sehingga dimungkinkan akan muncul atau tumbuh bibit seni drama

dari sekolah; (4) kerjasama antar pemain dapat ditumbuhkan dan dibina dengan

sebaik-baiknya; (5) anak memperoleh kebiasaan untuk menerima dan membagi

tanggung jawab dengan sesamanya; dan 6) bahasa lisan anak dapat dibina menjadi

bahasa yang baik agar mudah dipahami oleh orang lain.

2.2.3.1.5 Metode Pemberian Tugas

Menurut Supriatna dkk (dalam Prawati, 2016) metode pemberian tugas dalam

pelajaran adalah suatu penyajian bahan pembelajaran dimana guru memberikan

tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar dan memberikan laporan

sebagai hasil dari tugas yang dikerjakannya.


Dalam memberikan tugas kepada siswa sebaiknya guru memperhatikan enam

saran seperti yang dikemukakan oleh Raymond (dalam Nurjanna, 2016) yakni: (1)

Buatlah tugas-tugas secara langsung dan relevan dengan pelajaran atau unit yang

dilaksanakan di kelas, (2) Memberikan tugas-tugas yang jelas dan memerlukan

kecakapan dan pengetahuan yang ada dalam wilayah kemampuan siswa, (3)

Berikan tugas-tugas yang menantang dan memberi stimulus, (4) Perhatikan

kemampuan siswa dalam penyelesaian tugas, (5) Berilah komentar atas tugas yang

terselesaikan baik secara lisan maupun tulisan, dan (6) Terangkan secara singkat

mengenai fungsi dan harapan-harapan dari tugas-tugas tersebut.

2.2.3.1.6 Metodik Khusus Pengajaran Musik / Seni Suara

Metodik khusus pengajaran musik/ seni suara, bukanlah suatu jenis metode

yang berdiri sendiri, melainkan gabungan dari beberapa metode, yaitu metode

ceramah, tanya jawab, drill, demonstrasi, bermain peranan, dan eksperimen.

Adapun penjelasnnya sebagai berikut [CITATION Jam81 \l 1033 ] :

1. Dengan metode ceramah, guru menerangkan tujuan pelajaran musik, jenis

– jenis lagunya, pengarangnya, dan beserta riwayat hidupnya jika

diperlukan.

2. Untuk menarik minat siswa, guru menyajikan atau mendemonstrasikan

lagu melalui suatu media sesuai dengan perencanaan guru

3. Dengan metode tanya jawab, guru menanyakan kesan murid terhadap lagu

itu (sedih, gembira, bersemangat, bagus, tidak bagus)

4. Untuk memulai pelajaran bernyanyi, selanjutnya murid dilatih

menyanyikan tangganada dengan tepat melalui metode drill


5. Dalam situasi tertentu, siswa mengadakan eksperimen untuk mengiringi

sebuah lagu dengan botol kosong yang dipukul, tamburin, kastanyet dan

sebagainya

6. Untuk menghayati lirik sebuah lagu yang melukiskan beberapa tokoh,

misalnya ayah, ibu, adik, kakak, anak, maka siswa akan bermain peranan

sebagai tokoh – tokoh yang terdapat dalam lagu itu.


2.2.3 Pengelolaan pembelajaran

Menurut (Mariana, 2016) pengelolaan pembelajaran secara garis besar dapat

diuraikan menjadi beberapa langkah atau tahapan. Pengelolaan pembelajaran

secara garis besarnya dapat diuraikan menjadi beberapa langkah atau tahapan

yang harus dijalani oleh seorang guru dalam pengelolaan kelas pebelajaran.

Tahapan pengelolaan pembelajaran sesuai mata pelajaran meliputi: tahap

persiapan atau perencanaan, pelaksanaan pembelajaran, dan penilaian atau

evaluasi.

2.2.3.1 Tahapan Perencanaan

Menurut Sanjaya (dalam Anggraeni & Akbar, 2018) kegiatan mengajar

merupakan proses mengatur lingkungan supaya siswa belajar, dan setiap proses

pembelajaran selamanya akan berbeda tergantung kepada tujuan, materi pelajaran,

serta karakteristik siswa sebagai subjek belajar. Maka pentingnya penyusunan

perencanaan menurut Seel, Lehmann, Blumschein, & Podolskiy yang dikutip

Reiser & Dempse(dalam Anggraeni & Akbar, 2018)perencanaan pembelajaran

didefinisikan sebagai prosedur sistematis di mana program pendidikan dan

pelatihan dikembangkan dan disusun dengan tujuan untuk peningkatan

pembelajaran yang substansial.

Adapun tujuan utama dari perencanaan pembelajaran adalah untuk

menunjukkan perencanaan, pengembangan, penilaian dan pengelolaan proses

pembelajaran menurut Isman (dalam Anggraeni & Akbar, 2018) Hal ini

menunjukkan betapa pentingnya perencanaan pembelajaran bagi setiap proses

pembelajaran.
Tahapan perencanaan menurut (Mariana, 2016) merupakan tindakan

professional lanjutan dari pengkajian kurikulum, mengembangkan silabus,

pengembangan bahan ajar dalam pembelajaran dan penyususnan RPP.

a) Mengembangka Sillabus

Permendikbud No. 22 tahun 2016 dijelaskan silabus merupakan acuan

penyusunan kerangka pembelajaran untuk setiap bahan kajian mata pelajaran yang

terdiri dari beberapa komponen yaitu identitas mata pelajaran, identitas sekolah,

kompetensi inti, kompetensi dasar, tema, materi pokok, pembelajaran, penilaian,

alokasi waktu, dan sumber belajar.

b) Penyusuna Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Sebagaimana tercantum dalam Permendikbud No.22 tahun 2016, Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana kegiatan pembelajaran tatap

muka untuk satu pertemuan atau lebih. RPP dikembangkan dari silabus untuk

mengarahkan kegiatan pembelajaran peserta didik dalam upaya mencapai

Kompetensi Dasar (KD). Lebih lanjut dijelaskan juga mengenai komponen RPP

dalam Kurikulum 2013 meliputi (1) identitas mata pelajaran, (2) standar

kompetensi, (3) kompetensi dasar, (4) indikator pencapaian kompetensi, (5) tujuan

pembelajaran, (6) materi ajar, (7) alokasi waktu, (8) metode pembelajaran, (9)

kegiatan pembelajaran, (10) penilaian hasil belajar dan (11) sumber belajar

2.2.3.2 Tahapan Pelaksanaan

Langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran meliputi yaitu: kegiatan awal

(pendahuluan), kegiatan inti, dan kegiatan akhir.


1. Kegiatan Awal (Pendahuluan)

Seperti yang disampaikan oleh Hasibuan, dkk(dalam Ikut, 2019:29)bahwa

dalam kegiatan pendahuluan, tugas guru bukan hanya sekedar membuka

pembelajaran melainkan menciptakan kenyamanan dan ketertarikan serta kesiapan

bagi peserta didik untuk memulai kegiatan pembelajaran agar peserta didik dapat

fokus belajar. Dalamkegiatan ini guru memberi petunjuk, pengarahan dan

appersepsi, atau dapat juga dengan menyampaikan tujuan yang akan dicapai dan

memberikan beberapa pertanyaan (pretest). Berikut penjelasan (Mariana, 2016)

mengenai appersepsi dan kegiatan pendahuluan lainnya, yaitu :

1.1 Orientasi,

Orientasi dalam pelaksanaanya dikelas adalah suatu tindakan untuk menarik

perhatian siswa terhadap isu sesuai materi yang akan dibahas. Dapat dilakukan

dengan menunjukkan benda yang menarik, memberikan illustrasi, membaca berita

di surat kabar yang sedang hangat diberitakan dan sebagainya.

1.2 Appersepsi,

Apersepsi yaitu memberikan persepsi awal kepada siswa tentang materi yang

akan diajarkan dan mengaktivasi pengetahuan relevan yang telah dimilikinya.

1.3 Motivasi

Motivasi adalah memberikan gambaran manfaat dalam kehidupan sehari-hari

mempelajari mata pelajaran dan tema yang dipelajari dan proses ilmiah yang

dipraktekkan dalm inferesi ilmiah

.
1.4 Pemberian Acuan

Pemberian acuan merupakan penjelasan materi pokok dan uraian materi

pelajaran secara garis besar. Strategi pengelolaan kelas, berupa pembagian

kelompok belajar dan penjelasan mekanisme pelaksanaan pembelajaran (sesuai

dengan rencana langkah- langkah pembelajaran) dari awal sampai dengan akhir

serta kesiapan diri (Mariana, 2016).

2. Kegiatan Inti

(Mariana, 2016) Dalam kegiatan inti, guru menjelaskan materi dengan

menggunakan pendekatan, metode atau teknik

3. Kegiatan penutup

Permendikbud No. 22 tahun 2016 dalam kegiatan penutup guru bersama

siswa secara individual maupun kelompok melakukan refleksi untuk

mengevaluasi seluruh rangkaian aktivitas pembelajaran dan hasil-hasil yang

diperoleh untuk selanjutnya secara bersama menemukan manfaat langsung

maupun tidak langsung dari hasil pembelajaran yang telah berlangsung,

memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran, melakukan

kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pemberian tugas, baik tugas individual

maupun kelompok; dan menginformasikan rencana kegiatan pembelajaran untuk

pertemuan berikutnya.

2.2.4 Tahapan Penilaian atau Evaluasi

Menurut Permendiknas No. 20 Tahun 2007 (dalam Setiadi, 2016), agar proses

penilaian berjalan dengan baik maka penilaian harus sahih, objektif, adil, terpadu,

terbuka, menyeluruh dan berkesinambungan, sistematis, beracuan kriteria, dan


akuntabel. Domain penilaian dalam K13 meliputi domain spiritual, sikap sosial,

pengetahuan, dan keterampilan. Secara lebih umum dapat dikategorikan menjadi

tiga domain yaitu kognitif (pengetahuan), afektif (sikap sosial dan spiritual), dan

psikomotor (keterampilan).

a. Domain Kognitif

Domain kognitif mencakup hasil yang berhubungan dengan aspek

pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berpikir Bloom (dalam Setiadi, 2016).

Sikap enam kategori pokok ranah kognitif dengan urutan mulai dari jenjang yang

rendah sampai dengan jenjang yang paling tinggi yakni: (1) pengetahuan

(knowledge); (2) pemahaman (comprehension); (3) penerapan (application); (4)

analisis (analysis); (5) sintesis (synthesis); dan (6) evaluasi (evaluation) menurut

Anderson & Krathwohl dalam (Setiadi, 2016). Sedangkan domain dalam

penilaian pembelajaran ini meliputi (Baharun, 2016)

Domain kognitif meliputi hal – hal sebagai berikut;

1. Tingkatan hafalan, mencakup kemaampuan menghafal verbal atau menghafal

paraphrase materi pembelajaran berupa fakta, konsep prinsip, dan prosedur.

2. Tingkatan pemahaman, mencakup kemampuan membandingkan menunjukan

persamaan dan perbedaan), mengidentifikasi karakteristik, meng-genneralisasi

dan menyimpulkan

3. Tingkatan aplikasi, mencakup kemampuan menerapkan rumus, dalil atau prinsip

terhadap kasus – kasus nyata yang terjadi dilapangan.

4. Tingkatatan analisis meliputi mengklasifikasi, menggolongan merinci, mengurai

suatu objek.
5. Tingkatan sintesis meliputi kemampuan memadukan berbagai unsur atau

komponen, menyusun, membentuk bangunan, mengarang, melukis, menggambar

dan sebagainya.

6. Tingkatan evaluasi penilaian mencakup kemampuan menilai (judgement) terhadap

objek studi dengan menggunakan kriteria tertentu.

b. Domain Afektif

Penilaian sikap afektif dalam berbagai mata pelajaran secara umum dapat

dilakukan dalam kaitannya dengan berbagai objek sikap yang menurut Zakaria

dalam (Setiadi, 2016) sebagai berikut.

1. Sikap terhadap mata pelajaran. Siswa perlu memiliki sikap positif terhadap

mata pelajaran. Dengan sikap positif dalam diri siswa akan tumbuh dan

berkembang minat belajar, akan lebih mudah diberi motivasi, dan akan lebih

mudah menyerap materi pelajaran yang diajarkan. Oleh karena itu, guru perlu

menilai tentang sikap siswa terhadap mata pelajaran yang diajarkannya.

2. Sikap terhadap guru mata pelajaran. Siswa perlu memiliki sikap positif

terhadap guru, yang mengajar suatu mata pelajaran. Siswa yang tidak memiliki

sikap positif terhadap guru, akan cenderung mengabaikan hal-hal yang

diajarkan. Dengan demikian, siswa yang memiliki sikap negatif terhadap guru

pengajar akan sukar menyerap materi pelajaran yang diajarkan oleh guru.

3. Sikap terhadap proses pembelajaran. Siswa juga perlu memiliki sikap positif

terhadap proses pembelajaran yang berlangsung. Proses pembelajaran di sini

mencakup: suasana pembelajaran, strategi, metodologi, dan teknik

pembelajaran yang digunakan. Tidak sedikit siswa yang merasa kecewa atau
tidak puas dengan proses pembelajaran yang berlangsung, namun mereka tidak

mempunyai keberanian untuk menyatakan. Akibatnya, mereka terpaksa

mengikuti proses pembelajaran yang berlangsung dengan perasaan yang

kurang nyaman. Hal ini dapat mempengaruhi terhadap penyerapan materi

pelajarannya.

4. Sikap terhadap materi dari pokok-pokok bahasan yang ada. Siswa juga perlu

memiliki sikap positif terhadap materi pelajaran yang diajarkan, yang menjadi

kunci keberhasilan proses pembelajaran.

5. Sikap berhubungan dengan,nilai-nilai tertentu yang ingin ditanamkan dalam

diri siswa melalui materi suatu pokok bahasan. Misalnya, pengajaran pokok

bahas- an koperasi dalam mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial.

Berhubungan dengan pokok bahasan ini, ada nilai luhur tertentu yang relevan

diajarkan dan diinternalisasikan dalam diri siswa. Misalnya: kerja sama, keke-

luargaan, hemat, dan sebagainya.

c. Domain Psikomotorik

Domain Psikomotorik Domain psikomotor menurut (Mahnun, 2012)

meliputi hal-hal berikut ;

1. Tingkatan penguasaan gerakan awal berisi kemampuan peserta didik

dalam menggerakkan anggota badan.

2. Tingkatan gerakan semi rutin meliputi kemampuan melakukan atau

menirukan gerakan yang melibatkan seluruh anggota badan.

3. Tingkatan gerakan rutin berisi kemampuan melakukan gerakan secara

menyeluruh dengan sempurna dan sampai pada tingkatan otomatis.


Tujuan evaluasi untuk melihat pemahaman siswa terhadap pembelajaran

yang berlangsung, dengan demikian beberapa hal perlu dilihat dalam evaluasi

tersebut berupa: pertama, melihat pemahaman siswa terhadap materi belajar, dan

kedua melihat ketercapaian indikator belajar.(Zufriady, 2017).

Bentuk evaluasi dilakukan bukan hanya diakhir pembelajaran, melainkan

dilaksanakan pada proses berkreativitas. Dengan demikian proses betul-betul

menjadi penentu untuk melihat hasil belajar siswa. Bentuk evaluasi yang

digunakan berbentuk unjuk kerja, pengamatan, penilaian sikap, penilaian tertulis.

Secara rinci bentuk evaluasi dapat dilihat pada panduan guru (Zufriady, 2017).

Unsur-unsur pokok dalam kegiatan penilaian yang dilakukan oleh guru yakni :

adanya obyek yang mau dinilai atau dievaluasi, adanya tujuan pelaksanaan,

adanya alat pengukuran (standar pengukuran / perbandingan) dan adanya hasil

evaluasi yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif yang telah diemukakan oleh

Thoha (dalam Baharun, 2016). Evaluasi dalam sistem pembelajaran tersebut

meliputi kegiatan sebagai berikut:

1. Menginformasikan silabus mata pelajaran yang di dalamnya memuat RPP

dan kriteria penilaian pada awal semester.

2. Mengembangkan indikator pencapaian KD dan memilih teknik penilaian

yang sesuai pada saat menyusun silabus mata pelajaran.

3. Mengembangkan instrumen dan pedoman penilaian sesuai dengan bentuk

dan teknik penilaian yang dipilih.

4. Melaksanakan tes, pengamatan, penugasan, dan/atau bentuk lain yang

diperlukan.
5. Mengolah hasil penilaian untuk mengetahui kemajuan hasil belajar dan

kesulitan belajar peserta didik.

6. Mengembalikan hasil pemeriksaan pekerjaan peserta didik disertai

balikan/komentar yang mendidik.

2.2.5 Media

Menurut Latuheru (dalam Rizkiansyah, 2013) bahwa media adalah semua

bentuk perantara yang digunakan oleh manusia untuk menyampaikan atau

menyebar ide, sehingga hal yang dikemukakan itu bisa sampai pada

penerima.Rudy Bretz (dalam Mahnun, 2012) mengklasifikasi media menurut ciri

utama media menjadi tiga unsur, yaitu suara, visual, dan gerak. Selanjutnya,

klasifikasi tersebut dikembangkan menjadi tujuh kelompok, yaitu: (1) Media

audio-visual-gerak; merupakan media paling lengkap karena menggunakan

kemampuan audio-visual dan gerak, (2) Media audio-visual-diam; memiliki

kemampuan audio-visual tanpa kemampuan gerak, (3) Media audio-semi-gerak;

menampilkan suara dengan disertai gerakan titik secara linear dan tidak dapat

menampilkan gambar nyata secara utuh, (4) Media visual-gerak; memiliki

kemampuan visual dan gerakan tanpa disertai suara, (5) Media visual-diam;

memiliki kemampuan menyampaikan informasi secara visual tetapi tidak

menampilkan suara maupun gerak, (6) Media audio; media yang hanya

memanipulasi kemampuan mengeluarkan suara saja, (7) Media cetak; media

yang hanya mampu menampilkan informasi berupa huruf-huruf dan simbol-

simbol verbal tertentu saja.


2.2.5.1 Media pembelajaran

Sudjana dan Rivai (dalam Nurseto, 2012) mengemukakan beberapa manfaat

media dalam proses belajar siswa, yaitu: (1) dapat menumbuhkan motivasi belajar

siswa karena pengajaran akan lebih menarik perhatian mereka; (2) makna bahan

pengajaran akan menjadi lebih jelas sehingga dapat dipahami siswa dan

memungkinkan terjadinya penguasaan serta pencapaian tujuan pengajaran; (3)

metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata didasarkan atas

komunikasi verbal melalui kata-kata; dan (4) siswa lebih banyak melakukan

aktivitas selama kegiatan belajar, tidak hanya mendengarkan tetapi juga

mengamati, mendemonstrasikan, melakukan langsung, dan memerankan.

Menurut teori Rossi dan Breidle (dalam Gunawan, Marzuki, & Suryani,

2013) menyatakan “media pembelajaran adalah seluruh alat dan bahan yang

dapat di pakai untuk tujuan pendidikan, seperti radio, televisi, buku, koran,

majalah dan sebagainya”.. Kemudian menurut National Education Associaton

(NEA) mengungkapkan bahwa media pembelajaran merupakan sarana

komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandang-dengar, termasuk teknologi

perangkat keras (dalam Triyanto, 2013). Menurut Briggs (dalam Triyanto, 2013)

media pembelajaran adalah sarana fisik untuk menyampaikan isi atau materi

pembelajaran seperti: buku, film, video dan sebagainya

2.2.5.2 Jenis – Jenis Media Pembelajaran

a. Media Cetak

Modul adalah bahan ajar yang disusun secara sistematis dan menarik yang

mencakup isi materi, metode, dan evaluasi. Menurut Prastowo (dalam Tjiptiany,
As’ari, & Muksar, 2016) pembelajaran dengan menggunakan modul bertujuan (1)

siswa mampu belajar secara mandiri atau dengan bantuan guru seminimal

mungkin, (2) peran guru tidak mendominasi dan tidak otoriter dalam

pembelajaran, (3) melatih kejujuran siswa, (4) mengakomodasi berbagai tingkat

dan kecepatan belajar siswa, dan (5) siswa dapat mengukur sendiri tingkat

penguasaan materi yang dipelajari. Modul menurut Prastowo (dalam Yunita &

Hakim, 2014) merupakan sebuah bahan ajar yang disusun secara sistematis

sehingga penggunanya dapat belajar secara mandiri dengan atau tanpa seorang

guru.

b. Multimedia Interaktif
Multimedia menurut Schwier & Misanchuk (dalam Rusdewanti & Gafur,

2014) adalah “program pembelajaran yang terdiri atas berbagai sumber belajar

dengan pengoperasian menggunakan komputer”.Menurut Hake yang dikutip oleh

Cahyadi(dalam Rizkiansyah & Sukardiyono, 2009) pembelajaran interaktif adalah

lawan dari pembelajaran tradisional yaitu elemen yang disusun untuk

meningkatkan pemahaman konsep secara interaktif dari siswa melalui kegiatan

berpikir dan bekerja yang menghasilkan umpan balik melalui diskusi dengan

petunjuk atau tanpa petunjuk dari pendidik (guru).

Menurut Sudjana dan Rivai (dalam Rusdewanti & Gafur, 2014) menyatakan

bahwa multimedia bermanfaat dalam proses pembelajaran, maka menjadikan: (1)

pengajaran lebih menarik perhatian.


2.3 Pembelajaran Seni Musik

Secara eksplisit dalam implementasi kurikulum bahwa tujuan pembelajaran

seni musik disekolah pendidikan dasar menurut Jamalus (dalam Wicaksono,

2009) adalah untuk: (1) memupuk rasa seni pada tingkat tertentu dalam diri tiap

anak melalui perkembangan kesadaran musik, tanggapan terhadap musik,

kemampuan mengungkapkan dirinya melalui musik (2) mengembangkan

kemampuan menilai musik melalui intelektual dan artistik sesuai dengan budaya

bangsanya (3) bekal melanjutkan studi ke pendidikan musik yang lebih tinggi.

Lalu menurut Regelski (Utomo, 2013) mengemukakan bahwa pembelajaran seni

musik berbasis action learning merupakan bentuk pembelajaran yang merujuk

pada suatu aktivitas learning by doing yang artinya siswa ikut terlibat secara

langsung. Kegiatan pengalaman musik terdiri atas: (1) mendengarkan musik, (2)

bernyanyi, (3) bermain musik, (4) bergerak mengikuti musik, dan (5) membaca

musik (Jamalus, 1988:91).

Regelski (dalam Asmarani, 2018) menjelaskan bahwa pembelajaran seni

musik berbasis action learning, dilakukan dengan cara guru memberikan

pengalaman musikal secara langsung kepada peserta didik dengan tujuan agar

para peserta didik dapat membangun konsep-konsep musik dalam dirinya. Konsep

musik yang dimaksud merupakan formulasi unik yang dipelajari oleh peserta

didik berdasarkan tindakan langsung dengan atau pada bahan musik.

Jamalus (dalam Utomo, 2013) juga menyatakan bahwa pembelajaran seni

musik di sekolah harus dilakukan melalui pengalaman musik. Maksudnya, setiap

bentuk pembelajaran musik sebagai upaya untuk mencapai kompetensi dasar yang
ditentukan baik dalam kompetensi berapresiasi, berekspresi, dan berkreasi harus

dilakukan melalui kegiatan terpadu dengan memasukkan kegiatan musik sebagai

salah satu komponenya. Jamalus menjelaskan bahwa aktivitas musikal tersebut

dapat berupa kegiatan mendengarkan musik, merespon musik dengan gerak

berirama, bernyanyi, membaca notasi musik, bermain alat musik, dan mencipta

musik. Melalui aktivitas musikal, peserta didik akan memperoleh kesempatan

mengalami dan menghayati fungsi unsur-unsur musik dalam lagu atau musik yang

dipelajari sehingga memberikan pemahaman yang bermakna.

2.4 Apresiasi ( pendekatan apresiasi ) silahkan yang akan diambil teorinya

siapa

Apresiasi menurut Read yang dikutip Soebandi (dalam Wiyono, Ismunandar,

& Asfar, 2016) yang menyatakan bahwa “seni sebagai bagian dari wilayah

pembelajaran perlu dikembangkan melalui pembelajaran apresiasi. Hal ini diatur

dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional

Pendidikan Pasal 6 Ayat (1) yang menyatakan bahwa kelompok mata pelajaran

estetika atau bentuk lain yang sederajat dimaksudkan untuk meningkatkan

sensitifitas, kemampuan mengekspresikan dan kemampuan mengapresiasi

keindahan dan harmoni (Wiyono et al., 2016). Menurut Bastomi (dalam

Miqdadiyyah, 2015) apresiasi adalah suatu aktivitas dalam rangka menikmati,

serta merasakan nilai-nilai yang ada pada suatu karya seni dengan terlebih dahulu

dilandasi oleh minat estetik.

Sehubungan dengan aspek berapresiasi seni Tarjo (dalam Sugiartawan,

Marhaeni, & Lasmawan, 2014) menyatakan bahwa “aspek apresiasi berkaitan


dengan kepekaan dalam menerima, menghayati, menilai proses atau karya seni“.

Tahapan apresiasi sebagaimana dikatakan oleh Bastomi yang dikutp Bandi (dalam

Sugiartawan et al., 2014) bahwa tahapan apresiasi yaitu kegiatan mengamati,

kegiatan menghayati, kegiatan mengevaluasi, dan kegiatan berapresiasi. Adapun

tahapan tahapan apresiasi sebagai berikut :

Apresiasi memiliki beberapa tahapan yang dijabarkan Wadiyo dalam

(Sa’dullah, 2016) tahapan-tahapan tersebut meliputi :

1. Tahap Penikmatan

Ini merupakan tahap dari apresiasi dimana didalam tahap ini adalah

masih awal dari bagian mendengarkan. Setelah itu akan meningkat

ketahap selanjutnya.

2. Tahap Penghargaan

Untuk dapat menghargai karya seni, tentu saja terlebih dahulu harus

dapat melihat kebaikannya, nilainya, manfaatnya serta dapat merasakan

pengaruh karya seni tersebut kedalam jiwa kita

3. Tahap Pemahaman

Dalam tahap ini apresiator harus sudah mengerti unsur-unsur karya seni

serta dapat menyimpulkannya.

4. Tahap Penghayatan

Pada tahap penghayatan ini, apresiator harus melakukan analisis,

menafsirkan, dan menyusun pendapatnya.

5. Tahap Penerapan
Tahapan dimana melahirkan ide baru dan mendayagunakan hasil-hasil

apresiasi yang diperoleh.

Tingkat apresiasi musik yang sesungguhnya dapat dicapai tergantung besarnya

sikap seseorang sebagai pendengar, dalam pengalaman musikal terdapat empat

macam cara mendengarkan yang dapat dibedakan yaitu: (1) mendengarkan secara

pasif, (2) mendengarkan secara menikmati, (3)mendengarkan secara emosional,

dan (4) mendengarkan secara perspektif Miller (dalam Sa’dullah, 2016)

2.3.1.1 Mendengarkan Secara Pasif

Dalam beberapa situasi musik tidak diharapkan menuntut perhatiansepenuhnya

dari pendengar. Musik makan malam dipergelarkan tidak sebagai musik konser

melainkan sebagai “musik latar belakang” yang dimaksudkan untukmendorong

kenikmatan santap malam dan percakapan. Musik yang sangat bagus dari ilustrasi

film dimaksudkan semata-mata untuk memperkuat suasana adegan- adegan visual.

Marching band di lapangan sepak bola lebih merupakan pertunjukan dibanding

sebagai sebuah konser. Dalam situasi-situasi seperti itu, hubungan pendengar

kepada musik adalah bersifat pasif. Orang mendengar musik tetapi tidak

sesungguhnya mendengarkan, dan karena itu apresiasi yang sebenarnya tidak

terdapat dalam kondisi demikian. Tetapi bila musik dipergelarkan untuk

kepentingannya sendiri, pendengar akan menyadari bahwa sesuatu yang lebih dari

sekedar sikap pasif adalah hal penting agar dapat menyukainya Miller (dalam

Sa’dullah, 2016)

2.3.1.2 Mendengarkan Secara Menikmati


Mendengarkan untuk menikmati dituntut suatu tingkat perhatian yanglebih

besar. Disini pendengar mencapai kesenangan dari kesadaran untuk mencari

keindahan bunyi. Nada-nada yang jernih dari sebuah flute,saxophone, biola atau

suara lonceng di kejauhan, sonoritas suara organ Katedral atau bunyi paduan suara

yang besar, kemegahan orkes simfoni, semuanya merupakan bunyi yang dapat

dinikmati dengan sendirinya tanpa pendengar memiliki pengertian musik

sekalipun. Sensasi-sensasi yang dapat dinikmati dari nada musikal memiliki

beberapa nilai berharga bagi apresiator, tetapi kesemuanya itu tidak menjanjikan

sejumlah besar dari apa yang disebut dengan apresiasi yang sebenarnya Miller

(dalam Sa’dullah, 2016).

2.3.1.3 Mendengarkan Secara Emosional


Mendengarkan musik dengan sikap semacam ini mengakibatkan pendengar

menyadari terutama atas reaksi-reaksinya sendiri terhadap musik, dengan emosi

serta ungkapan yang dibangkitkan oleh musik. Inilah sikap yang dengan cara

apapun tidak dapat dibenarkan. Musik dapat menyediakan pengalaman keindahan

bagi para pendengarnya. Mendengarkan secara emosional adalah suatu sikap yang

melekat terhadap musik, dan karena itu hal ini tidak menuntut konsentrasi atau

latihan yang sungguh-sungguh Miller (dalam Sa’dullah, 2016).


2.3.1.4 Mendengarkan Secara Perspektif

Mendengarakan musik secara perspektif bila dibandingkan dengan

mendengarkan secara pasif, secara menikmati, dan mendengarkan secara

emosional, sikap ini lebih menuntut konsentrasi pada musik itu sendiri serta

kesadaran yang tajam tentang apa yang terjadi pada musik. Inilah cara

mendengarkan musik yang lebih daripada yang lain, yang membawa kepada

apresiasi sebenarnya. Apresiasi musik, dalam pengertian ini, berarti mengetahui

untuk apa mendengarkan, memahami apa yang didengar, dan oleh sebab itu

memiliki dasar-dasar obyektif untuk mengalami seni musical.

Pengembangan dari mendengar secara persepektifmenurut Miller

dalam(Sa’dullah, 2016:9-12) dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Perhatian

Syarat pertama untuk mendengarkan secara penuh pengertian adalah

perhatian. Ini penting sekalibahwa anda harus belajar konsentrasi kepada musik.

Karena sebelum sikap-sikap itu diperoleh tidaklah mudah untuk mengembangkan

kebiasaan konsentrasi.

2. Pengulanagan

Tak seorang dapat berharap untuk memahami dalam sekali dengar segala hal

yang terjadi dalam sebuah bagian musik.Kita tidak dapat menangkap kesan-kesan

pendengaran secara visual. Oleh sebab itu, adalah keharusan bagi anda untuk

mendengarkan secara berulang-ulang sebuah lagu yang ingin anda pahami (inilah

manfaat yang paling berarti dari musik rekaman).


3. Pengenalan

Mendengarkan musik secara berulang-ulang membawa kepada pengenalan.

Untuk mecapai apresiasi anda tidak dapat bergabung semata-mata dengan kepada

komposisi yang sudah dikenal saja. Sebab hal itu akan menghilangkan kepuasan

yang dapat anda peroleh dari penjelajahan terhadap musik baru serta memperluas

wawasan-wawasan musikal anda.

4. Latar Belakang Pengetahuan

Tak secuilpun pencapaian apresiasi musik berarti pencapaian suatu latar

belakang musikal. Ini berarti tidak hanya suatu pengetahuan umum dengan

sejumlah literatur musik tetapi juga pengetahuan tentang musik tersebut. dalam

hal ini latar belakang musik dibagi atas dua yaitu latar belakang umum dan

khusus. Latar belakang umum merupakan sejumlah keseluruhan dari pengalaman

musikal anda berhubungan dengan latar belakang musikal secara umum.Termasuk

misalnya, kegiatan-kegiatan musikal seperti mengunjungi konser-konser,

mendengarkan radio atau rekaman-rekaman, menyanyi kelompok-kelompok

paduan suara dan bermain dalam orkes atau band. Termasuk juga belajar secara

formal : Pelajaran-pelajaran musik, biografi dan sejarah musik, serta buku-buku

tentang teori musik.

Latar belakang khusus dilaksanakan seseorang membangun apresiasi dengan

mempelajari karya-karya individual. Apa yangseseorang dapat pelajari dari

sebuah komposisi yang khusus menciptakan suatu latar belakang khusus untuk

komposisi tersebut, dan latar belakang itu, sebaliknya, meningkatkan apresiasi

musik itu sendiri. Misalnya, hal-hal seperti bentuk dari sebuah komposisi,
karakter-karakter yang sangat istimewa dari musik (gayanya), keterangan

mengenai komposernya, serta informasi yang berhubungan dengan dengan

komposisi (kapan ditulisnya, dalamkeadaan-keadaan apa, untuk fungsi atau tujuan

apa, serta gagasan –gagasan apa yang ada dalam pikiran komposernya).

2.2.6.1 Pendekatan Apresiasi

Pendekatan sehubungan dengan pengembangan apresiasi musik, adalah 1)

pendekatan auditori dan 2) pendekatan visual Miller (dalam Sa’dullah, 2016 :12-

15)

1. Pendekatan Auditori ( kurang banyak literaturnya ttg hal ini agar dapat

digunalah sebagai pisau analisis ) missal dari deskripsi, langkah2nyanya

agar dapat digunakan dalam pembelajaran vokal

Pendekatan auditori secara sederhana berarti mempelajari musik dengan cara

mendengarkannya. Karena musik pada hakikatnya adalah kesenian auditori, yaitu

medium bunyi, pendekatan adalah jauh lebih penting dalam mencapai apresiasi

musik.

2. Pendekatan visual

Anda dapat mengembangkan sebesar-besarnya daya persepsi anda dengan

mengembangkan kemampuan untuk mengikuti partitur sementara musik

dimainkan. Anda akan segera dapat mengembangkan kemampuan untuk melihat

sesuatu dalam musik yang tak tertangkap oleh telinga anda. Namun

kecenderungannya yang wajar adalah melihat pemain. Dengan penampildan

lagak-lagaknya, pemain solo tidak membawa banyak hal mengenai hakekat


musik. Melihat pemain adalah gangguan visual yang sebenarnya dari bunyi musik

Menurut Miller (dalam Sa’dullah, 2016:16-17) .

2.5 Vokal

Ada tiga cara dalam penyajian musik: Pertama, secara vokal, yaitu memakai

pita suara di dalam mulut kita sebagai sumber suara, cara ini disebut menyanyi.

Yang kedua adalah secara instrumental yaitu yang memakai alat musik atau

instrumen sebagai penghasil nada atau bunyinya. Untuk cara yang ketiga adalah

gabungan atau penyajian bersama dari kedua cara di atas menurut Suharto dalam

(Yesheiskiel, 1989).

Menurut Jamalus (dalam Fithrah, Toruan, & Maestro, 2012) kegiatan

bernyanyi merupakan kegiatan dimana kita mengeluarkan suara secara beraturan

dan berirama baik diringi oleh iringan musik ataupun tanpa iringan musik. Dalam

bernyanyi pun dibutuhkan suatu tekhnik – tekhnik dasar yang tepat. Tekhnik –

tekhnik dasar bernyanyi yang perlu dipelajari mencakup (1) sikap badan, (2)

pernafasan, (3) pembentukan suara, (4) pengucapan (5) resonansi (Jamalus, 1988).

Kegiatan bernyanyi akan maksimal jika didukung dengan pembelajaran teknik

vokal yang baik. Beberapa teknik vokal menurut Destiannisa (dalam Ekaputri et

al., 2007) terdiri dari intonasi, artikulai, pernafasan, resonansi, frasering, vibrasi,

dan interpretasi.

2.5.1 Tekhnik Vokal


Teknik vokal merupakan cara yang digunakan untuk menghasilkan suara yang

indah. Hal yang termasuk teknik vokal adalah (1) sikap badan; bernyanyi dapat

dilakukan dengan sikap badan berdiri maupun duduk dengan posisi tegak, rilek,

dan bebas sehingga tidak mengganggu suara, (2) pernafasan; untuk menghasilkan

suara yang indah diperlukan mengatur pernafasan dengan cara mengambil udara

sebanyak banyaknya, ditahan sejenak, dan dikeluarkan dengan sangat hemat dan

penuh kesadaran, (3) pembetukan suara ; suara yang dikeluarkan diolah

sedemikian rupa sehingga dapat menghasilkan suara yang bulat seperti membuka

mulut, posisi lidah lemas dan tidak kaku, (4) resonansi; membuat suara menjadi

bergema dengan memanfaatkan rongga mulut; (5) pengucapan/artikulasi; lirik

lagu yang akan dinyanyikan dengan kata-kata yang jelas dan pemenggalan kata

yang tepat (Desyandri, 2012).

Sedangkan menurut (Jamalus, 1988 : 7) materi seni musik tidak terlepas dari

unsur-unsur yang saling terkait. Terbentuknya sebuah musik yang sering kita

dengar terdapat unsur-unsur yang saling mendukung satu sama lainnya, seperti

irama, melodi, harmoni, ekspresi, dan lain sebagainya. Lalu dikelompokkan

menjadi unsur – unsur musik, yakni : (1) unsur – unsur pokok yang berisi irama,

melodi, harmoni, bentuk atau struktur lagu, (2) unsur – unsur ekspresi yang berisi

tempo, dinamika, dan warna nada. Sulaiman (Ikut, 2019:40) menjelaskan bahwa

teori musik merupakan cabang ilmu yang menjelaskan unsur-unsur musik. Lebih

lanjut Sulaiman menegaskan cabang ilmu ini mencakup pengembangan dan

penerapan metode untuk menganalisis maupun menggubah musik dan keterkaitan

antara notasi musik dan pembawaan musik. Unsur-unsur musik tersebut meliputi
(1) Irama

Menurut Jamalus (dalam Gunawan et al., 2013) irama ialah urutan rangkaian

gerak yang menjadi unsur dasar dalam musik irama dalam musik terbentuk dari

sekelompok bunyi dan diam dengan bermacam – macam lama waktu atau panjang

– pendeknya, membentuk pola irama, bergerak menurut pulsa dalam alunan

birama. Untuk menulis bunyi dan diam degan bermacam – macam lama waktu

atau panjang – pendeknya bunyi dan diam ini diguakan notasi irama dengan

bentuk nilai tertentu [CITATION Jam81 \l 1033 ]. Irama adalah urutan rangkaian

gerak dalam sebuah musik yang membentuk pola irama dan bergerak teratur

sehingga menyebabkan lagu enak didengar dan dirasakan menurut Jamalus (dalam

Ikut, 2019:40).

Tabel 2.1
Nilai Ketukan Notasi
(Oleh : Trizky Kandi Amalia)

(2) Melodi

Melodi diartikan sebagai rangkaian nada atau bunyi yang terdengar teratur,

berirama untuk mengungkapkan suatu gagasan Jamalus (dalam Hariyadi, 2014).

Lalu menurut Suharto (dalam Hariyadi, 2014) melodi adalah rangkaian dari

beberapa nada yang dinyanyikan atau dimainkan sesuai dengan tinggi rendahnya.

1) Tangga Nada
Tangga nada merupakan urutan dari suatu nada yang disusun membentuk tangga

dimana tangga dibagi menjadi dua yaitu diatonik yag terdiri dari tujuh nada

dengan jarak (1/2 dan 1) dan tangga nada pentatonik yang terdiri dari lima nada

pokok Jamalus (dalam Ikut, 2019:41).

2.5.1.1 Harmoni

Harmoni adalah paduan dari nada-nada yang apabila dibunyikan secara

bersama-sama akan menghasilkan keselarasan bunyi.

2.5.1.2 Nada

Nada ialah bunyi yang dihasilkan oleh suatu sumber bunyi yang yang bergetar

dengan kecepatan yang teratur. Kecepatan getar ini dinamakan frekuenssi, dapat

diukur dengan menhitung jumlah getar ini dinamakan frekuensi, daat diukur

dengan menghitung.

2.5.1.3 Tempo

Tempo merupakan ukuran kecepatan birama lagu, semakin cepat suatu lagu

dimainkan maka semakin besar juga nilai tempo dari lagu tersebut Jam (dalam

Ikut, 2019). Tempo menjadi hal pokok dalam bermusik, jika tempo tidak tepat

maka seorang penyanyi bisa saja akan menyanyi lebih cepat dari iringan

musiknya.

2.5.1.4 Dinamika

Dinamika dalam seni musik dapat diartikan sebagai tanda untuk memainkan

nada dengan volume nyaring atau lembut menurut Jamalus (dalam Ikut, 2019:41 )

dinamika merupakan unsur yang paling kuat menunjukan emosi atau perasaan
yang terkandung dalam sebuah karya seni musik jika dibandingkan dengan unsur-

unsur seni musik lainnya.

Dinamika dapat menujukan sebuah karya seni musik memiliki nuansa sedih,

riang, agresif, atau datar. Dinamika akan memainkan perasaan seniman maupun

pendengarnya sehingga akan masuk kedalam musik yang didengarkan.

2.5.1.5 Ekspresi

Menurut Dostia dan Aminudin dalam (Rismawan, 2014) ekspresi seni adalah

suatu pengenalan seni melalui perasaan dan kepekaan batin terhadap seni yang

diperkenalkan sampai kememahami serta mengakui terhadap nilai-nilai keindahan.

Dalam pembelajaran seni musik kegiatan berekspresi dapat dilakukan melalui

beberapa cara, seperti: (1) kegiatan merespon musik dengan gerak berirama, yakni

kegiatan yang dilakukan dengan cara menggerakan bagian anggota tubuh (tangan,

kaki, badan, dan kepala) sesuai dengan irama musik yang ada; (2) bernyanyi, yakni

merupakan kegiatan olah vokal yang dilakukan dengan memperhatikan beberapa

aspek seperti, intonasi, artikulasi, pernafasan, phrasering, dan pembawaan; dan (3)

membaca notasi musik, yakni kegiatan membaca simbol-simbol musik atau notasi

musik dari sebuah karya musik. Menurut (Rondhi, 2017) berekspresi diri merupakan

kebutuhan yang ada di dalam diri setiap orang atau siswa untuk mengungkapkan,

menyatakan dan mengkomunikasikan pikiran, perasaan, atau emosinya pada orang

lain.

2.5.1.6 Timbre
Menurut Jamalus (dalam Ikut, 2019:41)timbre merupakan kualitas atau warna bunyi

dalam seni musik Timbre sangat dipengaruhi oleh sumber bunyi dan cara bergetarnya,

biasa dikatakan timbre akan bergantung dari instrumen musik yang dibunyikan, timbre

yang dihasilkan alat musik tiup tentu saja akan berbeda dengan timbre yang dihasilkan

dari alat musik petik, meskipun keduanya dimainkan dalam nada yang sama.

Mana pendekatan apresiasinya ???????????????????????????????


2.6 Kerangka Berpikir

Kurikulum 2013

Langkah Pendekatan Metode Apresiasi

Pembelajaran
Pembelajaran Vokal
Vokal melalui
melalui Pendekatan
Pendekatan Apresiasi
Apresiasi

Perencanaan Pelaksanaan Evaluasi

Capaian pembelajaran vokal

Bagan 2.1
Alur Kerangka Berpikir
Oleh (Trizky Kandi Amalia)

Kerangka berpikir merupakan suatu pemahaman dan konsep yang dituliskan

secara ringkas. Penyusunan kerangka berpikir dapat diterangkan dalam bentuk

susunan alenia paragraf, diagaram, balon teks, diagram, maupun tabel. Bagan

diatas adalah kerangka berpikir dari judul penelitian “Pelaksanaan Pembelajaran


Vokal pada Mata Pelajaran SBK (Musik) Kelas VII melalui Pendekatan Apesiasi

dan Ekspresi di SMP Yayasan Mardi Rahayu Ungaran”.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode dan Penedekatan Penelitian

Metode penelitian merupakan suatu cara kerja atau metode ilmiah yang

memerlukan sistematika dan prosedur yang harus ditempuh dengan tidak

meninggalkan setiap unsur, dan komponen yang diperlukan dalam suatu

penelitian. Jenis penelitian yang akan dilakukan adalah kualitatif dengan metode

deskriptif. Pilih metode kualitatid deskriptif yg ada lihat macam2 metode

kualitatif deskriptif: fenomenologo, observasi alami, etnografi, dll) lalu

pendekatan yang dipakai apa

Menurut Moleong (dalam Ulfa, Marzam, & Wimbrayardi, 2013) menyatakan

bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami

fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku,

persepsi, motivasi, tindakan, secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam

bentuk kata-kata dan bahasapada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan

memanfaatkan berbagai metode ilmiah. Data diperoleh dari wawancara,

dokumentasi dan observasi. Dengan kata lain penelitian deskriptif untuk

memperoleh informasi – informasi dilapangan, dan melihat antara kaitan variabel

– variabel yang ada (Mardalis, 2008).

3.2 Lokasi dan Sasaran Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian


Penelitian ini di lakukan di SMP Yayasan Mardi Rahayu yang beralamat di Ja

lan Diponegoro No.741, Sembungan, Ungaran, Kecamatan Ungaran Barat,

Semarang, Jawa Tengah 50511

3.2.2 Sasaran Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang telah dikemukakan, sasaran penelitian ini

adalah (1) guru pengajar Seni Budaya dan Keterampilan oleh Bapak Tendian

Febriagazzi sebagai subjek penelitian, dan (2) Objek penelitian ini yaitu

bagaimanaproses pembelajaran vokal melalaui pendekatan apresiasai pada mata p

elajaran seni budaya (musik) kelas VII di SMP Yayasan Mardi Rahayu Ungara

nsebagai objek penelitian.

3.3 Sumber Data

Untuk memperoleh data atau informasi yang diperlukan maka ditentukan

sumber data atau informasi yang berasal dari narasumber yang dipandang

memiliki pengetahuan dan wawasan yang memadahi tentang informasiyang

diperlukan. Narasumber yang dimaksud adalah kepala sekolah, guru Seni Budaya,

peserta didik (siswa/siswi), dan bagian TU, lalu yang menjadi instrumen utama

adalah peneliti itu sendiri. Peneliti sebagai instrumen juga harus “divalidasi”

seberapa jauh peneliti siap melakukan penelitian yang selanjutnya terjun ke

lapangan. Validasi terhadap peneliti sebagai instrumen meliputi valiadasi terhadap

pemahaman metode penelitian kualitatif, penguasaan wawasan terhadap bidang

yang diteliti, kesiapan peneliti unuk memasuki objek penelitian, baik secara

akademik maupun logistiknya. Yang melakukan validasi adalah peneliti itu

sendiri, melalui evaluasi diri seberapa jauh pemahaman terhadap metode


kualitatif, penguasaan teori dan wawasan terhadap bidang yang diteliti, serta

kesiapan dan bekal memasuki lapangan menurut [ CITATION Sug13 \l 1033 ].


3.4 Teknik Pengumpulan Data

Berdasarkan sumbernya data digolongkan menjadi dua, yaitu data primer dan

data sekunder. Data primer didapatkan oleh peneliti sesuai dengan keperluannya

di lapangan, data primer disebut juga dengan data asli atau data baru, sedangkan

data sekunder merupakan data yang diperoleh dari sumber yang sudah ada,

biasanya dari perpustakaan, laporan penelitian sebelumnya, internet, dll. Data

primer dapat diperoleh melalui wawancara, kuesioner, maupun observasi,

sedangkan data sekunder dapat diperoleh melalui telaah literatur menurut (Hasan,

2012 : 33). Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer

karena peneliti secara aktif berinteraksi dengan subjek. Proses pengumpulan data

dapat diubah dan hal tersebut bergantung pada situasi. Peneliti bebas

menggunakan intuisi dan dapat memutuskan bagaimana merumuskan pertanyaan

atau bagaimana melakukan pengamatan. Individu yang diteliti dapat diberi

kesempatan agar secara sukarela memberikan gagasan, presepsinya dan malah

berpartisipasi dalam analisis data, [ CITATION Moe16 \l 1033 ]. Peneliti

menggunakan pemikiran medalam dan ilmiah dalam penyususunan karya ilmiah.

Teknik yang digunakan dalam pengambilan data yakni dengan observasi,

wawancara, dan teknik dokumentasi.

Untuk memproleh data yang lengkap, maka peneliti memilih teknik yaitu :

3.4.1 Observasi

Observasi yang digunkan dalam penelitian ini adalah observasi partisipatif

dikutip dari Susan Stainback 1988 [ CITATION Sug13 \l 1033 ] menjelaskan “In

participant observation, the researcher observes what people do, listen to what
they say, and participates in their activities” observasi partisipatif, peneliti

mengamati apa yang dikerjakan orang, mendengarkan apa yang mereka ucapkan,

dan berpartisipasi dalam aktivitas mereka guna mendapatakan data melalui

narasumber.

3.4.2 Wawancara (Interview)

Wawancara merupakan pengumpulan data dengan cara menanyai informan

secara langsung untukmendapatkan informasi dan data terkait dengan karya

ilmiah peneliti. Menurut Esterberg [ CITATION Sug13 \l 1033 ] mengemukakan

beberapa macam – macam wawancara yaitu (1) wawancara terstruktur (2)

semierstruktur (3) tidak terstruktur maka dari itu peneliti memilih wawancara

semiterstruktur karena wawancara jenis ini adalah untuk menemukan

permasalahan lebih terbuka, dimana pihak yang diajak wawancara dimintai

pendapat dan ide – idenya. Dalam melakukan wawancara, peneliti perlu

mendengarkan secara teliti dan perlu mencatat apa yang dikemukakan oleh

informan.

Adapun langkah – langkah wawancara menurut lincoln dan Guba yang dikutip

Sanipiah Faisal [ CITATION Sug13 \l 1033 ] yaitu (1) menetapkan kepada siapa

wawancara itu akan dilakukan (2) menyiapkan pokok – pokok masalah yang akan

menjadi bahan pembicaraan (3) mengawali atau membuka alur wawancara (4)

melangsungkan alur wawancara (5) mengkonfirmasikan ikhtisar hasil wawancara

dan mengakhirinya (6) menuliskan hasil wawancara kedalam catatan lapangan (7)

mengidentifikasi tindak lanjut hasil wawancara yang telah diperoleh.


3.4.3 Teknik Dokumentasi

Menurut [ CITATION Sug13 \l 1033 ] dokumen merupakan catatan peristiwa

yang mudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya – karya,

monumental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan

harian, sejarah kehidupan life histories, cariter, biografi, peraturan, kebijakan.

Dokumen yang berbentuk gambar misalnya, foto, gambar hidup, sketsa, dan lain –

lain. Lalu, dokumen yang berbentuk karya misalnya, karya seni yang dapat berupa

gambar, patung, film, dan lain - lain.

3.5 Teknik Keabsahan Data

Menurut Alwasilah (dalam Asmarani, 2018) menjelaskan bahwa “tantangan

bagi segala jenis penelitian pada akhirnya adalah terwujudnya produksi ilmu

pengetahuan yang valid, sahih, benar dan beretika”. Lebih lanjut Alwasilah

menegaskan bahwa kebenaran atau validitas harus dirasakan merupakan tuntutan

yang terdiri dari tiga hal “yakni: 1) deskriptif, 2) interpretasi, dan 3) teori dalam

penelitian kualitatif”. Untuk menetapkan keabsahan data diperlukan teknik

pemeriksaaan.

Selain itu, dalam keabsahan data ini juga dilakukan proses triangulasi.

Dalamteknik pengumpulan data menurut Sugiyono (dalam Asmarani, 2018)

triangulasi diartikan sebagai teknik yang bersifat menggabungkan dari berbagai

teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Dalam hal ini, Susan

Stainback (1988) menyatakan bahwa “the aim is not to determine the truth about

some social phenomenom, rather the purpose of triangulation is to increase one’s

understanding of what ever is being investigated”. Tujuan dari tiangulasi bukan


untuk mencari kebenaran tentang beberapa fenomena, tetapi lebih pada

peningkatan pemahaman peneliti terhadap apa yang telah ditemukan, Sugiyono

(dalam Asmarani, 2018). Menurut Moleong (dalam Laksono, 2011 : 330-331)

mengutarakan hal itu dapat dicapai dengan jalan: (1) membandingkan data hasil

pengamatan dengan data hasil wawancara; (2) membandingkan apa yang

dikatakan orang didepan umum dengan apa yang dikatakannyasecara pribadi; (3)

membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian

dengan apa yang dikataannya sepanjang waktu; (4) membandingkan keadaan dan

perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang seperti

rakyat biasa, orang yang berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada, orang

pemerintahan; (5) membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen

yang berkaitan.

Triangulasi teknik, berarti peneliti menggunakan teknik pengumpulan data

yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. Peneliti

menggunakan observasi partisipatif, wawancara mendalam dan dokumentasi

untuk sumber data yang sama dan serempak. Tujuan dari triangulasi adalah untuk

mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama,

Sugiyono (dalam Asmarani, 2018).

Terdapat dua jenis triangulasi, yaitu triangulasi teknik dan triangulasi

sumber.Triangulasi teknik berarti peneliti menggunakkan teknik pengumpulan

data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. Peneliti

menggunakkan metode observasi partisipatif di sekolah SMP Mardi Rahayu,

wawancara mendalam dan dokumentasi untuk sumber data yang sama secara
serempak. Pada penelitian ini peneliti melakukan teknik pemeriksaan data yaitu

dengan cara membandingan antara hasil observasi, wawancara dan dokumentasi

dari sumber yang sama yaitu: (1) peneliti melakukan observasi pembelajaran

dengan guru berkaitan dengan proses pembelajaran, (2) peneliti melakukan

wawancara dengan guru tentang metode pembelajaran yang digunakkan tentang

pelaksanaan pembelajaran vokal dua suaramelalui pendekatan apresiasi, dan (3)

peneliti mengambil dokumentasi dan video dalam proses pembelajaran bernyanyi

dengan dua suara.

Selanjutnya adalah triangulasi sumber. Triangulasi sumber dilakukan

dengancara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber dengan

teknik yang sama Sugiyono (dalam Ikut, 2019). Dari beberapa sumber, data

dideskripsikan, dikategorisasikan, mana pandangan yang sama, yang berbeda, dan

mana spesifik dari sumber data tersebut. Pada triangulasi sumber ini, peneliti

melakukan pengumpulan data dengan guru pengajar dan tiga siswa melalui

wawancara mendalam tentang pelaksanaan pembelajaran vokal melalui

pendekatan apresiasi dan ekspresi di SMP Mardi Rahayu Ungaran.


3.6 Tekhnik Analisis Data

Teori Bogdan yang dikutip [ CITATION Sug13 \l 1033 ] menjelaskan bahwa

analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang

diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan bahan – bahan lain,

sehingga mudah dipahami, dan temuan dapat diinformasikan kepada orang lain.

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan pada saat pengumpulan data

berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Pada

saat wawancara, peneliti sudah melakukan analisis terhadap jawaban yang

diwawancarai setelah dianalisis dan dirasa belum memuaskan maka peneliti akan

melanjutkan pertanyaan lagi sampai tahap tertentu, hingga diperoleh data yang

kredibel. Menurut Miles and Huberman (dalam [ CITATION Sug13 \l 1033 ]

mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara

interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya

sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data kualitatif yaitu data reduction, data

display, dan conclusion drawing/verivication.


3.6.1 Reduksi data

Menurut [ CITATION Sug13 \l 1033 ] data yang diperoleh dari lapangan

cukup banyak, untuk itu perlu dicatat secara teliti dan rinci. Seperti telah

dikemukakan, makin lama penelii ke lapangan, maka jumlah data yang diterima

akan bertambah, kompleks dan rumit. Untuk itu perlu segera dilakukan analisis

data melalui reduksi data. Mereduksi data berarti merangkum, memiih hal – hal

yang pokok, memfokuskan pada hal – hal yang penting, dicari tema dan polanya

dan membuang yang tak perlu. Dengan demikian data yang telah direduksi akan

memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk

melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.

3.6.2 Penyajian Data / Data Display

Menurut [ CITATION Sug13 \l 1033 ] setelah mereduksi data, maka langkah

selanjutnya adalah menampilkan. Jika dalam penelitian kuantitatif penyajian data

dapat berupa tabel, grafik, phie chart, pictogram, dan sejeisnya.

Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa berupa uraian singkat, bagan,

hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Menurut Miles dan Huberman

(dalam [ CITATION Sug13 \l 1033 ] menyatakan yang paling sering digunakan

untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang

bersifat naratif.

3.6.3 Menarik Kesimpulan / Verifikasi

Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles and

Huberman dalam [ CITATION Sug13 \l 1033 ]adalah penarikan kesimpulan dan


verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan

akan berubah bila tidak ditemukan bukti – bukti kuat yang mendukung pada tahap

pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada

tahap awal didukung oleh bukti – bukti yang valid dan konsisten saat peneliti

kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan

merupakan kesimpulan yang kredibel.


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi tentang hasil uraian penelitian dan pembahasan pembelajaran

vokal melalui pendekatan apresiasi. Bab ini terdiri dari dua bagian yang pertama

mengenai gambaran umum lokasi penelitian dan yang kedua adalah pembahasan

pembelajaran vokal melalui pendekatan apresiasi dan ekspresi di SMP Mardi

Rahayu Ungaran.

4.1 Gambaran Umum kaitkan data dengan yg diteliti

Bagian ini akan menguraikan tentang gambaran umum tempat penelitian yang

dilakukan di SMP Mardi Rahayu Ungaran yang meliputi lokasi penelitian yaitu

letak geografis SMP Mardi Rahayu Ungaran, sejarah singkat berdirinya SMP

Mardi Rahayu Ungaran, visi dan misi sekolah, tenaga pengajar, karyawan, peserta

didik, sarana dan prasarana, serta struktur organisasi SMP Mardi Rahayu

Ungaran.

4.1.1 Letak dan Sejarah Singkat

SMP Mardi Rahayu merupakan sekolah swasta katolik yayasan Santa Maria

milik kongergasi suster - suster Abdi Kristus Ungaran yang berdiri pada tanggal 2

2 Juni 1983. Pada awal berdirinya yaitu tahun pelajaran 1983/1984 kegiatan belaja

r megajar dilaksanakan disalah satu gedung milik biara Kongergasi Abdi Kristus

Ungaran. Pada masa yayasan tersebut hanya membuka satu kelas saja. Lalu pada

bulan Juli 1984 gedung sekolah sudah bertambah yakni dengan ruang kelas selesa

i dibangun, sehingga tahun ajaran 1984/1985 SMP Mardi Rahayu Ungaran dapat
menerima peserta didik baru. Dengan demikian jumlah kelas sudah bertambah me

njadi dua yakni kelas 1 dan kelas 2. Awal tahun ajaran 1989/1990 bangunan gedu

ng baru sudah bertambah menjadi kelas satu, dua, dan tiga dan infrastruktur sudah

mulai berkembang. Setelah itu tanggal 21 Mei 1987SMP Mardi Rahayu Ungaran

disahkan, dengan SK Mendikbud RI Nomor.881/I.03/I.87. Saat ini SMP Mardi

Rahayu Ungaranterletak di Jalan Diponegoro No.741, Sembungan, Ungaran,

Kecamatan Ungaran Barat.

Gambar 4.1
SMP Mardi Rahayu Ungaran
(Hasil Observasi : Amalia, Oktober 2019)
4.1.2 Visi dan Misi SMP Mardi Rahayu Ungaran

Visi :

Komunitas pendidikan yang beriman, cerdas, terampil, berbudi pekerti luhur,

dan berwawasan global.

Misi :

1. Komunitas aktif mengembangkan iman berpolakan semangat mari hamba

Allah

2. Komunitas aktif mengembangkan kecerdasan intelektual, emosional dan

spiritual secara utuh dan seimbang.

3. Komunitas aktif mengembangkan keterampilan dan kecakapan hidup.

4. komunitas aktif mengembangkan kepribadian yang berbudi pekerti luhur dan

berbudaya bagi warga sekolah.

5. komunitas aktif meningkatkan manusia yang berwawasan global

4.1.3 Tenaga Pengajar, Karyawan, dan Peserta Didik SMP Mardi Rahayu

SMP Mardi Rahayu Ungaran pada tahun ajaran 2019/2020 memiliki tenaga

pengajar, kayawan, dan peserta didik dengan rincian berikut :

4.1.3.1 Tenaga Pengajar

SMP Mardi Rahayu Ungaran pada tahun pelajaran 2019/2020 memiliki 19

tenaga pengajar. Dua diantaranya mengampu mata pelajaran prakarya dan seni

budaya, yakni Ibu Dra. Rini Haryas S. mengampu mata pelajaran prakarya dan

Bapak Tendian Febriagazi selaku guru tidak tetap (GTT) yang mengajar mata
pelajaran seni budaya disekolah Mardi Rahayu Ungaran. Selebihnya akan

disertakan pada lampiran.

4.1.3.2 Karyawan

Selain tenaga pengajar SMP Mardi Rahayu Ungaran pada tahun pelajaran 2019

/ 2020 memiliki 8 karyawan untuk membantu bagian adimistrasi dan fungsional

sekolah. Adapun jabatannya sebagai administrasi kurikulum, administrasi

perpustakaan, pelaksana kebersihan dan pengadaan, cleaning service, dan petugas

keamanan. Untuk keterangan lebih lanjut dapat dilihat pada lampiran.

4.1.3.3 Peserta Didik

Pada tahun pelajaran 2019 / 2020 jumlah peserta didik di SMP Mardi

Rahayu Ungaran dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 4.1
Jumlah Peserta Didik SMP Mardi Rahayu Ungaran.
(Hasil Observasi : Trizky Kandi Amalia, Oktober 2019)

No. Kelas Jumlah Peserta Didik


1. VII 95
2. VIII 89
3. IX 115
Jumlah 299 Siswa

4.1.4Sarana dan Prasarana SMP Mardi Rahayu

Sarana dan prasarana merupakan fasilitas yang ada di SMP Yayasan Mardi

Rahayu Ungaran yang disediakan untuk menunjang selama kegiatan belajar

mengajar berlangsung dan kegiatan diluar jam pelajaran. Sarana yang ada meliputi

meja, kursi, LCD, proyektor, CCTV, speaker, papan absen, whiteboard,


perlengkapan kegiatan peraga pendidikan, perlengkapan kegiatan pramuka,

peralaatan olahraga, komputer, dan peralatan ekstrakurikuler lainnya.

SMP Mardi Rahayu Ungaran juga memiliki prasarana untuk mendukung

sarana guna menunjang pembelajaran disekolah seperti lapangan upacara,

laboratorium IPA, laboratorium bahasa, laboratorium komputer, kantin, ruang

kepala sekolah, ruang tata usaha, ruang OSIS, perpustakaan, ruang kesenian, dan

koperasi.

Gambar 4.2
Sarana dan Prasarana SMP Mardi Rahayu Ungaran.
(Hasil observasi : Amalia, Oktober 2019)
4.1.5 Struktur Organisasi

Struktur organisasi merupakan susunan komponen – komponen yang

didalamnya terdapat suatu pembagian kerja, fungsi, dan tugas pada setiap bidang

nya masing – masing yang dijalankan dengan rasa penuh tanggung jawab.

SMP Mardi Rahayu Ungaran bearada dibawah naungan sebuah yayasan

katholik yang menaungi beberapa sekolah seperti PAUD/TK/SD/dan SMP, maka

pengelolaan dan pelaksananaan kegiatan sekolah akan diawasi oleh komite

sekolah dan segenap komponen – komponen yang bertanggung jawab dalam

membantu penjaminan mutu sekolah, dengan adanya pengawasan maka salah satu

dari tujuan pendidikan dapat tercapai.

4.2 Pembelajaran Vokal melalui pendekatan apresiasi pada Mata Pelajaran Seni

Budaya Sub Seni Musik Kelas VII di SMP Mardi Rahayu Ungaran

Berdasarkan pada rumusan masalah penelitian yakni bagaimana pembelajaran

vokal pada mata pelajaran seni budaya sub seni musik kelas VII melalui

pendekatan apesiasi di SMP Yayasan Mardi Rahayu Ungaran sebelum data

dianalisis dan dijabarkan secara terperinci peneliti melakukan observasi,

wawancara dengan narasumber, dan dokumentasi di SMP Mardi Rahayu

Ungaran. Setelah data terkumpul maka data akan diolah berdasarkan kondisi –

kondisi yang terjadi di SMP Mardi Rahayu Ungaran, kondisi dan situasi diruang

kelas, kondisi guru maupun peserta didik, serta menjabarkan lebih lanjut kegiatan

belajar mengajar (KBM) dan pelaksanaan pembelajaran vokal kelas VII

khususnya kelas VIIB di SMP Mardi Rahayu Ungaran.Pendekatan apresiasi

adalah upaya yang dilakukan guru agar peserta didik lebih aktif dan kreatif, hal
tersebut seperti yang dikatakan oleh Bapak Tendian Febriagazi selaku guru seni

budaya pada saat wawancara.

Sebelum dilaksanakannya pembelajaran terdapat langkah – langkah maupun

tahapan yang perlu diperhatikan guru guna kelancaran dan kesuksesan KBM

dikelas yang terdiri dari tahapan perencanaan, tahapan pelaksanaan, dan tahapan

penilaian.

4.2.1 Tahap Perencaaan Pembelajaran

Persiapan dan perencanaan pembelajaranmerupakan kewajiban yang perlu

disusun oleh guru SMP Mardi Rahayu Ungaran sebelum kegiatan belajar

mengajar berlangsung, karena hal tersebut telah tercantum dalam kurikulum 2013

dan silabus. Kesiapan guru juga sangat berepengaruh pada kelancaran dan

kesuksesan KBM. Adapun yang perlu dipersiapkan guru seni budaya sub seni

musik SMP Mardi Rahayu Ungaran didalam kelas yaitu mengembangkan silabus,

menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), melakukan penilaian dan

evaluasi pada siswa.

4.2.1.1 Mengembangkan Silabus

Silabus merupakan ikhtisar, pokok – pokok yang menjelaskan secara garis

besar kompetensi inti dan kompetensi dasar rencana pelajaran sesuai acuan

Kurikulum 2013. Dalam Permendikbud No.22 tahun 2016 dijelaskan silabus

merupakan acuan penyusunan kerangka pembelajaran untuk setiap bahan kajian

mata pelajaran yang terdiri dari beberapa komponen yaitu identitas mata
pelajaran, identitas sekolah, kompetensi inti, kompetensi dasar, tema, materi

pokok, pembelajaran, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar.

4.2.1.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Lebih lanjut dijelaskan juga mengenai komponenRPP dalam Kurikulum 2013

meliputi (1) identitas mata pelajaran, (2) standar kompetensi, (3) kompetensi

dasar kompetensi dasar, (4) indikator pencapaian kompetensi, (5) tujuan

pembelajaran, (6) materi ajar, (7) alokasi waktu, (8) metode pembelajaran, (9)

kegiatan pembelajaran, (10) penilaian hasil belajar dan, (11) sumber belajar

(Permendikbud No. 22 tahun 2016). Rencana pelaksanaan pembelajaran yang

telah dirancang, dan disusun oleh guru seni budaya SMP Mardi Rahayu Ungaran

dengan mengacu pada silabus dapat dilihat pada lampiran.

4.2.1.3 Bahan Ajar

Bapak Tendian selaku guru pengampu mata pelajaran seni buadaya sub seni

musik telah mempersiapkan satu macam lagu yang telah diarransir sendiri. Lagu

tersebut diarransir secara sederhana setelah itu dibagikan pada siswa berupa

partitur vokal dua suara dengan judul Mozart’s Cradle Song yang sebelumnya

lirik lagu tersebut menggunakan bahasa inggris lalu diterjemahkan oleh bapak

Tendian Febriagazi kedalam lirik lagu bahasa indonesia.

4.2.1.4 Penilaian

Dalam melakuakan penilaian guru memperhatikan tiga aspek yang menentukan

hasil belajar siswa dan tolok ukur penilaian seperti yang telah dikemukakan

(Zufriady, 2017) bahwa domain penilaian dalam K13 meliputi domain spiritual,

sikap sosial, pengetahuan, dan keterampilan. Secara lebih umum dapat


dikategorikan menjadi tiga domain yaitu kognitif (pengetahuan), afektif (sikap

sosial dan spiritual), dan psikomotor (keterampilan).

Maka dalam mata pelajaran seni budaya sub seni musik guru melakukan dua

cara pengambilan nilai yakni test keterampilan dan test tertulis. Test tertulis dapat

dikatakan sebagai (ulangan harian) atau pengayaan dilaksanakan pada akhir

pertemuan setelah tes unjuk keterampilan. Butir – butir soal yang diberikan dapat

berupa pilihan ganda, benar-salah danmenjodohkan, uraianatau isisan singkat

yang berkaitan dengan materi vokal dua suara seperti tekhnik, dan unsur – unsur

musik didalamnya. Tes tersebut merupakan penilaian kognitif untuk meninjau

sejauh mana pengetahuan siswa dalam memahami, mendalami materi yang telah

diberikan.

Tes praktik merupakan sebuah tes unjuk keterampilan yang ditampilkan oleh

siswa. Dalam penilaian guru membagi beberapa kelompok berdasarkan daftar

peserta didik siswa, untuk pengamatan unjuk keterampilan yang dinilai yaitu

tekhnik, dan kesiapan siswa. Materi lagu yang digunakan untuk penilaian

keterampilan bapak Tendian Febriagazzi memilih lagu Mozart’s Cradle Song.


4.2.2 Tahap Pelaksanaan Pembelajaran

Dalam tahappelaksanaan pembelajaran guru mulai menerapkan perencanaan

dan rancangan yang telah disusun dalam RPP dengan memperhatikan Kurikulum

2013 dan silabus sehingga pada saat KBM berlangsung maka pembelajaran akan

lebih terarah. Berdasarkan pada pokok permasalahanpeneliti akan menguraikan

bagaimana proses pembelajaran yang dilakukan antara guru dan peserta didik

terkait dengan judul yaitu pembelajaran vokal melalui pendekatan apresiasi pada

mata pelajaran seni budaya sub seni musik kelas VII di SMP Mardi Rahayu

Ungaran. Terdapat tiga kegiatan dalam pelaksanaan pembelajaran yakni kegiatan

awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.

(1) Pengamatan pertama

Kegiatan pembelajaran pada pengamatan pertama akan diuraikan sebagai

berkut :

(a)Kegiatan Pendahuluan

Pada saat akan memulai pelajaran guru bersama dengan murid megawali

pelajaran dengan berdoa. Salah satu murid kelas VIIB memimpin doa dengan

menggunakan bahasa inggris. Penggunaan bahasa inggris dalam doa dilakukan

hanya pada jam pelajaran pertama saja, lalu dilanjutkan persembahan doa melalui

speaker yang dipimpin oleh guru diruang operasional. Setelah kegiatan pembuka

selesai guru mengucapkan salam dan menanyakan kabar pada siswa guna

menciptakan suasana yang lebih akrab, membangun mood siswa agar suasana

kelas lebih nyaman dan kondusif sehingga pembelajaran akan terasa tidak kaku.
Kegiatan pendahuluan merupakan kegiatan membuka pelajaran yang tidak

terlepas dari segala komponen – komponen pembelajaran dan didukung dengan

pemberian motivasi yang membangun supaya siswa lebih terpacu dan

berkompetisi dalam mengikuti pelajaran Hal ini sejalan dengan pernyataan

Hasibuan, Ibrahim, dan Toenlioe, (dalam Asmarani, 2018:29) bahwa dalam

kegiatan pendahuluan, tugas guru bukan hanya sekedar membuka pembelajaran

melainkan menciptakan kenyamanan dan ketertarikan serta kesiapan bagi peserta

didik untuk memulai kegiatan pembelajaran agar peserta didik dapat fokus belajar.

Setelah kegiatan pembuka guru memberikan acuan pada siswa. Langkah awal

guru adalah menyampaikan kompetensi dasar dan Indikator – indikator yang

harus dicapai siswa pada mata pelajaran seni budaya sub seni musik yang mana

hal tersebut sudah tercantum dalam silabus.

b) Kegiatan Inti

Seperti yang dikemukakan Mahanani (dalam Asmarani, 2018:29) bahwa

kegiatan inti merupakan kegiatan paling utama pembelajaran yang menuntun

peserta didik untuk lebih mengembangkan kreatifitas secara aktif melalui kegiatan

yang menarik perhatian sehingga peserta didik lebih tertantang untuk melakukan

hal yang mereka senangi dan kuasai namun tetap dalam batas. Guru merupakan

salah satu sumber belajar dan pembimbing bagi siswanya. Pada saat pengamatan

pertama guru menggunakan model pembelajaran konvevsional hal ini disebabkan

pembelajaran model tersebut lebih fleksibel dan mudah disesuaikan dengan

kondisi kesiapan siswa dan kelas. Berikut akan diuraikan hasil pengamatan

pertama pada kegiatan inti:


Pada saat pertemuan sebelumnya guru menanyakan keterkaitan penugasan

minggu lalu pada siswa yaitu untuk mendengarkan materi lagu yang berjudul

Mozart’s Cradle Song. Penugasan tersebut dilakukan secara mandiri atau

individual supaya pesera didik lebih fokus dengan apa yang didengar. Setelah itu

guru mempersiapkan media pembelajaran. Media pembelajaran merupakan sarana

yang digunakan guru supaya pembelajaran lebih menarik perhatian siswa, seperti

yang diemukakan Rossi dan Breidle (dalam Gunawan & Suryani, 2013) yang

menyatakan “media pembelajaran adalah seluruh alat dan bahan yang dapat di

pakai untuk tujuan pendidikan, seperti radio, televisi, buku, koran, majalah dan

sebagainya” dalam hal ini guru menggunakan bantuan media audio yang hanya

mengeluarkan suara saja. Penggunaan media audio supaya siswa lebih

konsentrasi, fokus dengan apa yang didengar. Setelah itu guru mulai memasuki

tahap – tahap penerapan apresiasi dalam pembelajaran vokal dua suara yang akan

diuraikan sebagai berikut :

Apresiasi menurut Read yang dikutip Soebandi (dalam Wiyono, Ismunandar,

& Asfar, 2016) menyatakan bahwa “seni sebagai bagian dari wilayah

pembelajaran perlu dikembangkan melalui pembelajaran apresiasi. Hal ini serupa

dengan pernyataan bapak Tendian Febriagazzi pada saat wawancara dilapangan

yang mengatakan bahwa :

Dalam serangkaian pelaksanaan pembelajaran vokal dua suara apresiasi


merupakan metode atau langkah - langkah yang saya gunakan untuk
mengembangkan sensitivitas atau kepekaan seni musik pada siswa walaupun
pada kenyatannya dikelas dalam berlatih vokal siswa tidak begitu paham
tentang apresiasi namun apresiasi bagi saya merupakan salah satu komponen
juga yang tak bisa dilepaskan dari mata pelajaran seni budaya.
Pada tahap ini guru menjelaskan bahwa pentingnya tujuan dari mendengarkan

adalah untuk melatih kepekaan atau sensitivitas siswa terhadap suatu karya musik,

hal ini sejalan dengan pernyataanMiller (dalam Sa’dullah, 2016:12-15)

mengungkapkan pendekatan auditori secara sederhana berarti mempelajari musik

dengan cara mendengarkannya, karena musik pada hakikatnya adalah kesenian

auditori yaitu medium bunyi, pendekatan adalah jauh lebih penting dalam

mencapai apresiasi musik, maka dapat dikatakan bahwa medium bunyi untuk

menstimulus pendengaran siswa supaya melatih konsentrasi terhadap apa yang

didengar.

Dalam melatih kepekaan siswa hanya dengan mendengarkan tidaklah cukup

namun perlu suatu pengembangan supaya menuju tingkat yang lebih lanjut.

Tahapan mendengarkan merupakan pendekatan pertama yang dilakukan oleh guru

supaya tujuan pembelajaran seni tercapai. Tarjo (dalam Sugiartawan, Marhaeni, &

Lasmawan, 2014) bahwa “aspek apresiasi berkaitan dengan kepekaan dalam

menerima, menghayati, menilai proses atau karya seni“.


Gambar 4.3
Guru mempersiapkan kondisi kesiapan siswa supaya lebih kondusif
(Hasil observasi : Amalia, Oktober 2019)

Gambar tersebut menjelaskan bahwa sebelum memasuki tahap mendengarkan

guru memusatkan perhatian siswa dengan mengkondisikan siswa dan suasana

kelas terlebih dahulu supaya kelas lebih tenang dan kondusif sehingga siswa dapat

menikmati apa yang akan didengarnya. Setelah itu siswa diminta untuk lebih

rileks dan santai, hal ini seperti yang dikemukakan Wadiyo (dalam Sa’dullah,

2016:75) bahwa tahap penikmatan merupakan tahap dari apresiasi dimana

didalam tahap ini adalah masih awal dari bagian mendengarkan.

1. Siswa memasuki tahap mendengarkan secara menikmati

Guru mulai memutarkan lagu Mozart’s Cradle Song menggunakan speaker

aktif. Lagu diputar dengan volume sedang atau medium. Komponen yang terdapat

pada lagu tersebut terdiri dari vokal dan instrumen piano sebagai piano pengiring.

Dalam hal ini guru hanya memberi kesempatan pengulangan atau pemutaran lagu

Mozart’s Cradle Song sebanyak dua kali guna menghemat waktu pembelajaran

dan efektivitas pembelajaran. Kemudian guru menginstruksikan siswa untuk

mendengarkan lagu tersebut dan merasakannya. Pada saat mendengarkan secara

menikmati siswa merasakan keindahan lagu Mozart’s Cradle Song dengan

mengangguk – angguk menikmati iramanya, alunan melodi yang merdu, serta

merasakan sensasi yang terkandung dalam musik lagu Mozart’s Cradle Song.

Meskipun hanya sekedar menikmati siswa sudah mulai memiliki gambaran atau

pandangan tentang gaya (style) mengenai lagu tersebut, hal ini seperti yang

dikemukakan Miller (dalam Sa’dullah, 2016) bahwa mendengarkan untuk


menikmati dituntut suatu tingkat perhatian yanglebih besar. Disini pendengar

hanya untuk mencapai kesenangan dari kesadaran untuk mencari keindahan

bunyi.

2. Siswa mendengarkan secara perspektif

Sebelum mendengarkan secara perspektif pentingnya siswa memahami

penghargaan suatu karya terlebih dahulu perlu diajarkan sehingga siswa dapat

lebih menghargai apa yang terkandung dalam suatu karya musik seperti pada lagu

Mozart’s Cradle Song, hal ini sejalan pernyataan Miller (dalam Sa’dullah, 2016)

untuk dapat menghargai karya seni tentu saja terlebih dahulu harus dapat melihat

kebaikannya, nilainya, manfaatnya serta dapat merasakan pengaruh karya seni

tersebut kedalam jiwa kita. Salah satu upaya guru agar siswa memliki orientasi

terhadap bentuk penghargaan ada kalanya guru memeberikan suatu motivasi atau

gambaran. Hal ini disampaikan pada saat wawncara oleh Bapak Tendian

Febriagazzi:

Karena saya mengajar mata pelajaran seni budaya maka suatu dorongan atau
arahan yang saya berikan pada siswa tidak terlepas dari pengalaman hidup saya
yang telah saya dapat ketika menimba ilmu. Saya mengatakan pada siswa apa
yang melekat pada diri kita adalah pemberian Tuhan sudah sepatutnya untuk
dijaga dan menghargai ciptaan-Nya. Seperti halnya ketika menyanyi kita harus
sadar betul bahwa yang menjadikan kita bisa bernyanyi karena berfungsinya
pita suara, jika kita tidak mempergunakan dan tidak menjaga pita suara dengan
baik maka sama saja kita tidak menghargai karuniaNya.
Setelah siswa mengerti pentingnya suatu nilai penghargaan maka akan lebih

mudah menghargai suatu bentuk karya musik. Guru melanjutkan kembali tahap

mendengarkan selanjutnya. Pada tahap ini kepekaan siswa dalam mendengarkan

perlu dikembangkan lebih lanjut, siswa tidak hanya menikmati keindahan lagu

yang diperdengarkan, namun siswa diminta untuk mendengarkan melalui sudut


pandang yang berbeda supaya siswa dapat menghayati, mendeskripsikan,

mengidentifikasi, serta mengumpulkan informasi yang terdpat pada lagu Mozart’s

Cradle Song. Seperti yang dikemukakan Miller (dalam Sa’dullah, 2016) cara

mendengarkan secara perspektif musik ini lebih daripada yang lain, yang

membawa kepada apresiasi sebenarnya. Apresiasi musik dalam pengertian ini

berarti mengetahui untuk apa mendengarkan, memahami apa yang didengar, dan

oleh sebab itu memiliki dasar-dasar obyektif untuk mengalami seni musikal.

Sebelum mendengarkan secara perspektif guru mengkondisikan dan

memusatkan perhatian siswa kembali supaya perhatian siswa fokus dengan apa

yang akan didengar. Seperti yang dikemukakakn Miller (dalam Sa’dullah, 2016).

Syarat pertama untuk mendengarkan secara penuh pengertian adalah perhatian. Ini

penting sekali bahwa anda harus belajar konsentrasi kepada musik, karena

sebelum sikap-sikap itu diperoleh tidaklah mudah untuk mengembangkan

kebiasaan konsentrasi.

Pada tahap ini siswa tidak hanya sekedar medengarkan musik saja namun

disertai dengan mengidentifikasi lagu tersebut. Guru melakukan pengulangan lagu

Mozart’s Cradle Song sebanyak dua kali. Apabila hanya diputar sekali siswa tidak

dapat menjelajahi lagu tersebut hal ini untuk megembangkan pola pikir siswa

sehingga memahami sedikit demi sedikit apa yang didengar. Tujuan dari

pengulangan audio dilakukan guru supaya siswa menjadi lebih familiar dengan

lagu tersebut, karena menuurt Miller (dalam Sa’dullah, 2016) mengemukakan

merupakan mendengarkan musik secara berulang-ulang membawa kepada

pengenalan, untuk mecapai apresiasi anda tidak dapat bergabung semata-mata


dengan kepada komposisi yang sudah dikenal saja. Sebab hal itu akan

menghilangkan kepuasan yang dapat anda peroleh dari penjelajahan terhadap

musik baru serta memperluas wawasan-wawasan musikal.

Pengulangan lagu pertama siswa diminta untuk mendengarkan dengan

menggunakan daya imajinasi siswa. Disaat siswa tengah mendengarkan lagu

Mozart’s Cradle Song guru memberikan gambaran mengenai harmonisasi,

dinamika, dan yang terkait dengan segala bentuk unsur – unsur musik serta pesan

dan kesan apa yang terkandung dalam lagu Mozart’s Cradle Song. Sembari guru

menjelaskan siswa dinstruksikan untuk mencoba mengidentifikasi,

mendeskripsikan tentang pesan atau kesan apa yang terkandung pada lagu

tersebut. Dalam menggambarkan lagu Mozart’s Cradle Song siswa

mengidentifikasi tentang kesan dan pesan lagu tersebut. Pesan lagu tersebut pada

intinya merupakan lagu pengantar tidur atau biasa disebut dengan seperti lagu

Nina Bobo.

Pengulangan lagu kedua siswa diminta untuk mendengarkan dengan perspektif

menghayati. Menghayati diperlukan konsentrasi dan fokus sehingga

mengakibatkan siswa dapat menuliskan gagasan, menysunnya ke dalam buku

tentang apa yang didengar dapat berupa point penting dan menyimpannya dalam

pikiran siswa sehingga apabila guru bertanya siswa dapat menjelaskan apa yang

didengar. Hal ini seperti yang dikemukakan Wadiyo (dalam Sa’dullah, 2016) pada

tahap penghayatan ini, apresiator harus melakukan analisis, menafsirkan, dan

menyusun pendapatnya. Dalam upaya mengidentifikasi lagu Mozart’s Cradle

Song siswa perlu memahami unsur – unsur musik dan teori musik dasar terlebih
dahulu. Meskipun pemahaman siswa sudah lebih baik namun pemikirian siswa

masih belum terkonsep, hal ini disebabkan kecedurungan musikalitas siswa yang

berbeda – beda. Selain itu antara siswa yang satu dengan siswa lainnya memiliki

latar belakang musikalitas yang berbeda – beda karena sensitivitas musik siswa

ada yang sudah terlatih dan ada yang belum. Dalam menanggapi suatu karya

musik khususnya lagu Mozart’s Cradle Song guru membimbing dan membantu

siswa menterkaitkan informasi yang didapat melalui tahapan mendengarkana

dengan buku pelajaran seni budaya atau modul yang telah disediakan

perpustakaan sekolah guna membantu megembangkan pemahaman siswa seperti

yang dijelaskan Prastowo (dalam Tjiptiany, As’ari, & Muksar, 2016) modul

adalah bahan ajar yang disusun secara sistematis dan menarik yang mencakup isi

materi, metode, dan evaluasi.

Latar belakang pengetahuan peserta didik lebih banyak didapatkan disekolah,

melalui guru sebagai salah satu sumber belajar, dan berbagai sumber belajar yakni

dari buku referensi musik di perpustakaan, buku pelajaran seni budaya revisi,

maka berdasarkan pengalaman musik siswa hal tersebut termasuk dalam latar

belakang umum yang dikemukakan Miller (dalam Sa’dullah, 2016) bahwa

sejumlah keseluruhan dari pengalaman musikal anda berhubungan dengan latar

belakang musikal secara umum. Termasuk misalnya, kegiatan-kegiatan musikal

seperti mengunjungi konser-konser, mendengarkan radio atau rekaman-rekaman,

menyanyi kelompok-kelompok paduan suara dan bermain dalam orkes atau band.

Termasuk juga belajar secara formal : Pelajaran-pelajaran musik, biografi dan

sejarah musik, serta buku-buku tentang teori musik.


Setelah pengenalan terhadap karya musik lagu Mozart’s Cradle Song melalui

mendengarkan secara perspektif. Guru mulai menggunakan metode tanya jawab

untuk memicu penalaran siswa supaya dapat menterkaitkan apa yang telah

diperoleh melalui proes mendengarkan.

Gambar 4.4
Guru mengaitkan materi meggunakan metode tanya jawab
(Hasil observasi : Amalia, Oktober 2019)

Gambar tersebut menjelaskan bahwa guru tengah menghubungkan

keterkaitan proses mendengarkan melalui beberapa tahap yang telah dilalui siswa

dengan menggunakan metode tanya jawab. Dalam mengaitkan pertanyaan dengan

audio yang diperdengarkan pada siswa guru menanyakan tentang kesan murid

terhadap lagu tersebut apakah lagu tersebut ekspresif, megah, bersemangat,

syahdu, sedih, bagus atau tidak bagus. Dengan adanya metode tanya jawab akan

ada umpan balik (feedback) yang terjadi antara guru - murid atau murid dengan

murid sehingga pada saat dikelas kegiatan belajar mengajar tidak menjadi
monoton, mengakibatkan siswa terpacu untuk bertanya dan menjadi lebih aktif

dalam pembelajaran sehingga pembelajaran menjadi berkesinambungan. Hal ini

serupa dengan pernyaaan Smyth (dalam Muslicha, 2015) yang menjelaskan

bahwa metode tanya jawab adalah cara yang digunakan guru untuk

menyampaikan pelajaran dengan mengajukan pertanyaan- pertanyaan kemudian

peserta didik menjawabnya atau sebaliknya.

Menurut Dadang (dalam Asmarani, 2018) bahwa penalaran adalah proses

berfikir yang logis dan sistematis atas fakta-kata empiris yang dapat

diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Dapat dikatakan

penalaran merupakan informasi – informasi yang telah dikumpulkan oleh siswa

kelas VIIB melalui sumber belajar dapat berasal dari modul atau penjelasan guru

mengenai teori - teori yang berkaitan dengan vokal dua suara yang digunakan

sebagai jembatan siswa terhadap bernyanyi dengan dua suara.

(c) Kegiatan Penutup

Kegiatan penutup merupakan kegiatan yang dilakukan guru untuk menutup

kegiatan inti. Seperti yang sudah dijelaskan dalam (Permendikbud No. 22 tahun

2016) dalam kegiatan penutup guru bersama siswa secara individual maupun

kelompok melakukan refleksi untuk mengevaluasi seluruh rangkaian aktivitas

pembelajaran dan hasil-hasil yang diperoleh untuk selanjutnya secara bersama

menemukan manfaat langsung maupun tidak langsung dari hasil pembelajaran

yang telah berlangsung,memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil

pembelajaran, melakukan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pemberian tugas,


baik tugas individual maupun kelompok; dan menginformasikan rencana

kegiatan pembelajaran untuk pertemuan berikutnya.

1. Guru mengajak siswa untuk menyimpulkan kegiatan belajar mengajar

Setelah siswa mengumpulkan informasi melalui tahapan mendengarkan, guru

menyimpulkan hal – hal yang berkaitan dengan pemutaran audio. Tujuannya

supaya guru mengetahui sejauh mana pemahaman siswa terkait dengan pemutaran

audio guna mencapai tujuan pendidikan. Setelah itu guru mempersilahkan siswa

mencatat apa saja yang penting dan apa yang pelu dicatat.

2. Guru membagi kelompok presentasi dan membagikan materi

Guru membagi satu kelas menjadi dua kelompok besar. Kelompok satu

sebagai suara satu dan kelompok dua sebagai suara dua. Pengelompokan

dilakukan secara acak agar siswadapat menguasai materi dan mau belajar dengan

apa yang baru diterima. Setelah itu guru juga membagikan materi yang menjadi

pokok bahasan untuk pertemuan selanjutnya yaitu partitur vokal dua suara yang

sudah diarransir secara sederhana oleh guru pengampu dengan judul Mozart’s

Cradle Song.

(2)Pengamatan kedua

Pada pengamatan kedua, guru mulai mengajarkan tekhnik bernyanyi dua

suara pada siswa dan melanjutkan tahapan apresiasi lebih lanjut. Berikut akan

diurikan hasil pengamatan.


a. Kegiatan Pendahuluan

Pada saat guru memasuki kelas salah satu siswa memberikan salam dan

memimpin doa. Hal tersebut merupakan pembiasaan yang dilakukan sebelum

pelajaran dimulai. Setelah kegiatan pembiasaan selesai guru menciptakan kondisi

awal dengan menanyakan materi lagu yang telah dibagikan pada minggu lalu,

namun terdapat satu atau dua siswa yang tidak mengindahkan instruksi guru pada

pertemuan yang lalu, sehingga guru beranggapan bahwa siswa tersebut tidak

serius dalam mengikuti pelajaran. Penegasan yang dilakukan guru dengan tujuan

untuk mendisiplinkan siswa. Hal ini sejalan dengan pernyataan Hasibuan,

Ibrahim, dan Toenlioe (dalam Ikut, 2019:29) menjelaskan bahwa dalam kegiatan

pendahuluan, tugas guru bukan hanya sekedar membuka pembelajaran melainkan

menciptakan kenyamanan dan ketertarikan serta kesiapan bagi peserta didik untuk

memulai kegiatan pembelajaran agar peserta didik dapat fokus belajar.

Kegiatan selanjutnya yang dilakukan oleh guru adalah memberikan acuan

pada siswa. Memberikan acuan merupakan upaya guru dalam memberikan

gambaran umum tentang materi yang akan dipelajari dan kegiatan apa saja yang

akan dilakukan selanjutnya. Guru memberikan acuan melalui penyampaian judul

dan tujuan pembelajaran sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)

yang telah dibuat, kemudian guru menyampaikan cakupan materi secara umum

mengenai bernyanyi dua suara dan juga menyampaikan untuk penilaian unjuk

keterampilan (praktek) untuk dipersiapkan sebaik mungkin. Hal tersebut

diberitahukan pada awal pelajaran supaya siswa termotivasi dan ada persiapan.
Pada pertemuan minggu lalu siswa sudah mengumpulkan berbagai informasi

terkait dengan lagu tersebut dan beberapa unsur – unsur musik yang diperoleh.

Setelah itu guru memancing pertanyaan kepada siswa terkait dengan kesan dan

pesan terhadap lagu tersebut dengan tujuan supaya siswa mengingat kembali

serangkaian pembelajaran pada pertemuan lalu. Guru mengingatkan kembali

bahwa sebelum berkelompok menyayikan lagu Mozart’s Cradle Song pentingnya

siswa memahami perbedaan bernyanyi dengan dua suara dan bernyanyi unisono

perlu diketahui siswa bahwa pembelajaran itu berkesinambungan walaupun sudah

berlalu namun masih memiliki keterkaitan satu sama lain. Kegiatan apersepsi

menurut (Mariana, 2016) menjelaskan bahwa apersepsi yaitu memberikan

persepsi awal kepada siswa tentang materi yang akan diajarkan dan mengaktivasi

pengetahuan relevan yang telah dimilikinya.

Gambar 4.5
Guru mengajak siswa melakukan pemanasan untuk melatih teknik vokal
(Hasil observasi : Amalia, Oktober 2019)
Gambar tersebut menjelaskan bahwa sebelum memasuki inti pembelajaran

yaitu praktek menyanyikanMozart’s Cradle Song guru melatih tekhnik vokal pada

siswa salah satunya melalui pemanasan atau vocalizing. Kegiatan tersebut

merupakan kegiatan awal yang dilakukan supaya produksi suara siswa pada saat

bernyanyi akan lebih maksimal. Setelah itu guru mengajak siswa melakukan

vocalizing dengan membunyikan nada – nada yang dinyanyikan guru dengan

bantuan keyboard lalu siswa menirukan, hal ini sejalan dengan pernyataan

(Desyandri, 2012) yang mejelaskan teknik vokal merupakan suatu cara langkah -

langkah yang digunakan untuk menghasilkan suara yang indah.

Gambar 4.6
Notasi vocalizing
(Hasil observasi : Amalia, Oktober 2019)

Gambar tersebut merupakan notasi yang digunakan guru untuk pemanasan olah

suara atau vocalizing latihan awal dasar supaya siswa pada saat menyanyi dapat

menggunakan tekhnik vokal yang benar. Nada – nada yang dibunyikan siswa

yakni dari nada dasar hingga ke nada tinggi kemudian kembali ke nada rendah

begitu seterusnya hingga dirasa sudah cukup.

(3) Kegiatan inti

Memasuki kegiatan inti guru tidak menggunakan tahapan apresiasi melalui

mendengarkan untuk melatih kepekaan pendengaran siswa lagi namun sudah


memasuki praktek bernyanyi dengan dua suara. Dalam mengajarkan siswa

bernyanyi dengan dua suara guru menerangkan materi vokal dua suara dengan

menggunakan metode demonstrasi. Hal ini supaya siswa terlibat langsung dalam

kegiatan pembelajaran musik, maka siswa akan berlatih musik bersama – sama

dengan guru, hal ini serupa dengan pernyataan Regelski (dalam Utomo, 2013)

yang menjelaskan bahwa pembelajaran seni musik berbasis action learning

merupakan bentuk pembelajaran yang merujuk pada suatu aktivitas learning by

doing yang artinya siswa ikut terlibat secara langsung.Maka model pembelajaran

yang tepat untuk mata pelajaran seni budaya sub seni musik yakni pembelajaran

berbasis action learning. Hal ini seperti pernytaan Bapak Tendian Febriagazzi

bahwa ;

Dalam penyampaian materi saya tidak banyak berceramah namun


pembelajaran ini lebih pada pembelajaran konvensioanal saja sebetulnya. Saya
lebih banyak pada praktek yang melibatkan siswa secara langsung supaya
dapat belajar musik, maka dengan menggunakan model pembelajaran seni
berbasis action learning siswa dapat mengembangkan potensi diri dan lebih
dapat mengekspresikan diri. Metode yang saya padukan yakni demonstrasi
supaya pembelajaran lebih menarik dan tidak membosankan.
Berikut akan diuraikan dengan rinci hasil penelitian yang telah dilakukan :

Pada pertemuan minggu lalu guru telah membagi satu kelas menjadi dua

kelompok besar sehingga siswa langsung menempatkan diri pada kelompok yang

telah ditentukan dengan membawa partitur yang sudah dibagikan oleh guru. Pada

pertemuan minggu lalu siswa sudah familiar terhadap lagu tersebut. Guru memilki

alasan tersendiri dalam pemilihan lagu tersebut. Dalam wawancara dilapangan

Bapak Tendian Febriagazzi menjelaskan :

Alasan saya memilih lagu Mozart’s Cradle Song walaupun lagu ini musik barat
namun irama, melodi, dan nada – nada lagu tersebut merupakan lagu yang easy
listening mudah untuk dipelajari siswa. Aransemen yang saya susun juga
terbilang sederhana tidak rumit karena mengingat ke-efektifisan jam pelajaran
sehingga dalam beberapa pertemuan siswa sudah dapat mempresentasikan lagu
tersebut.

Gambar 4.7
Partitur Mozart’s Cradle Song
(Hasil observasi : Amalia, Oktober 2019)

Gambar 4.7 menunjukkan partitur Mozart’s Cradle Song yang digunakan

sebagai lagu model untuk materi bernyanyi dengan dua suara. Dalam

mengajarakan pembagian suara satu dan dua cara pengajaran atau langkah –

langkah pengajaran yang diterapkan sama saja tidak ada yang berbeda guru

menggunakan metode demonstrasi dalam melatih suara satu dan suara dua.

Setelah itu guru mempersiapkan keyboard sebagai media bantuan supaya suara

siswa tidak fals.


Langkah awal yang dilakukan guru dalam mengajarkan lagu Mozart’s Cradle

Song yaitu guru mengarahkan siswa untuk memegang masing – masing partitur

dan memperhatikan unsur – unsur yang terkandung didalamnya seperti melodi,

lirik, tempo, dan dinamika. Setelah itu guru mendekte melodi lagu tersebut dan

peserta didik menirukan nada yang dinyanyikan oleh guru dengan bantuan

keyboard untuk memeriksa ketepatan nada. Siswa kemudian menirukan notasi

melodi lagu frase demi frase dengan memperhatikan partitur begitu seterusnya

hingga siswa sudah dapat menyanyanyikan dengan benar beserta dengan liriknya.

Gambar 4.8
Guru tengah menggunakan metode demonstrasi dalam menyampaikan materi
(Hasil observasi : Amalia, Oktober 2019)

Gambar tersebut menjelaskan pada saat ditengah pelajaran guru

menyampaikan materi yang perlu diketahui siswa yaitu mengenai pentingnya

memahami bernyanyi dua suara sebelum berkelompok menyayikan lagu Mozart’s


Cradle Songdengan dua suara. Materi terkait yang disampaikan oleh guru yaitu

tentang unsur – unsur musik dan vokal.

Dalam pembagian range suara cakupan nada suara satu apabila dinyanyikan

akan lebih tinggi dibanding dengan suara dua maka antara suara satu dan suara

dua memliki nada – nada yang berbeda. Sehingga apabila dinyanyikan

menciptakan melodi yang indah dan keselarasan nada. Hal ini seperti pernyataan

Jamalus (dalam Ikut, 2019:40) yang menyatakan bahwa harmoni adalah paduan

dari nada-nada yang apabila dibunyikan secara bersama-sama akan menghasilkan

keselarasan bunyi. Selain itu guru juga mengingatkan dalam menyanyi

berkelompok pentingnya koordinasi antar siswa supaya antara suara satu dan

suara tidak saling menonjolkan masing – masing suaranya harus diatur seimbang

sesuai dengan kesan lagu tersebut.Hal ini seperti pernyataan (Ikut, 2019:41)

dinamika merupakan unsur yang paling kuat menunjukan emosi atau perasaan

yang terkandung dalam sebuah karya seni musik jika dibandingkan dengan unsur-

unsur seni musik lainnya. Dua point tersebut merupakan point penting yang perlu

diketahui siswa terlebih dahulu dalam bernyanyi dengan dua suara, hal ini sejalan

dengan pernyataan Sudjana (dalam Supardi, Ghozali, & Fretisari, 2017) yang

menyatakan bahwa metode demonstrasi merupakan metode atau cara mengajar

yang berusaha untuk mengkombinasikan cara-cara penjelasan lisan, seperti

metode ceramah dengan perbuatan yang berusaha membuktikan apa yang

dijelaskan secara lisan, juga memperlihatkan bagaimana proses terjadinya sesuatu.

Setelah siswa sudah dapat mengikuti dan merasakan alunan melodi dari lagu

Mozart’s Cradle Song siswa dipersilahkan berlatih bersama – sama menyatukan


dan memadukan suara satu dan suara dua menyanyikan Mozart’s Cradle Song

dengan menggunakan lirik, hal ini sejalan dengan pernyataan Jamalus (dalam

Ikut, 2019:41) yang menjelaskan bahwa irama adalah urutan rangkaian gerak

dalam sebuah musik yang membentuk pola irama dan bergerak teratur sehingga

menyebabkan lagu enak didengar dan dirasakan.

Gambar 4.9
Keterlibatan peserta didik dengan guru dalam pembelajaran
(Hasil observasi : Amalia, Oktober 2019)

Gambar tersebut menunjukan siswa telah membentuk kelompok kecil yang

sudah tergabung dalam suara satu dan suara dua. Guru memberikan kesempatan

pada siswa untuk berlatih sendiri dengan kelompoknya masing – masing dengan

diberikannya kesempatan tersebut maka secara tidak langsung timbul kegiatan

mengeksplorasi. Dalam kegiatan eksplorasi terdapat upaya menyelidiki, mencari

tahu, dan menjelajahi yang mengakibatkan siswa akan memperoleh informasi,

mengenal konsep – konsep musik. Regelski (dalam Asmarani, 2018) menjelaskan


bahwa pembelajaran seni musik berbasis action learning, dilakukan dengan cara

guru memberikan pengalaman musikal secara langsung kepada peserta didik

dengan tujuan agar para peserta didik dapat membangun konsep-konsep musik

dalam dirinya. Konsep musik yang dimaksud merupakan formulasi unik yang

dipelajari oleh peserta didik berdasarkan tindakan langsung dengan atau pada

bahan musik.

Setelah itu guru melakukan pengecekkan terhadap masing – masing

kelompok, melatih setiap siswa dengan melibatkan secara langsung karena dengan

guru melibatkan secara langsung dan membaur dengan siswa maka siswa akan

memperoleh pengalaman bermusik, serta siswa tidak pasif dan lebih aktif

sehingga psikomotorik (keterampilan) siswa pun dapat berkembang. Siswa tidak

hanya mendapatkan ilmu namun siswa mendapatkan pengalaman musik yang

dapat dijadikan sebagai pelajaran. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Jamalus

(dalam Utomo, 2013) menyatakan bahwa pembelajaran seni musik disekolah

harus dilakukan melalui pengalaman musik. Maksudnya, setiap bentuk

pembelajaran musik sebagai upaya untuk mencapai kompetensi dasar yang

ditentukan baik dalam kompetensi berapresiasi, berekspresi, dan berkreasi harus

dilakukan melalui kegiatan terpadu dengan memasukkan kegiatan musik sebagai

komponenya.

Setelah kemampuan musik siswa sudah lebih baik dan siswa dapat menguasai

lagu dalam artian siswa bernyanyi dapat memadukan suara satu dan dua. Lalu

guru meminta salah satu kelompok mempresentasikan atau menampilkan hasil

dari latihan vokal yang telah diajarkan oleh guru secara bergiliran.
Gambar 4.10
Siswa maju mempresentasikan lagu Mozart’s Cradle Song
(Hasil observasi : Amalia, Oktober 2019)

Gambar tersebut menunjukan siswa tengah mempresentasikan hasil belajar

mereka dengan menyanyikan lagu Mozart’s Cradle Song. Presentasi merupakan

suatu cara untuk mengekspresikan diri dan mengapresiasi seni yang telah didapat

selama proses pembelajaran. Siswa yang tidak melakukan presentasi diberi tugas

oleh guru untuk mengapresiasi dan menanggapi penampilan yang ditampilkan

oleh salah satu kelompok. Dalam proses mengapresiasi siswa yang tidak

melakukan presentasi menaggapi penampilan berdasarkan pemahaman musik

yang didapat melalui pengamatan masing – masing siswa dengan memperhatikan

partitur peserta didik mengamati dan mengidentifikasi penampil yang maju.

Dalam mengidentifikasi setiap penampil peserta didik memiliki pandangan yang

berbeda – beda. Berdasarkan hasil identifikasi siswa secara keseluruhan peserta

didik menemukan ekspresi dan pembawaan siswa dalam membawakan lagu


Mozart’s Cradle Song seperti ; dinamika, keselarasan nada yakni harmonisasi,

false atau tidakfalse, kurangnya koordinasi atau kurang kompak dalam bernyanyi

dengan kelompoknya, dan intonasi yakni kejelasan atau pelafalan siswa dalam

menyanyikan lagu Mozart’s Cradle Song. Hal ini sejalan dengan pernyataan

Miller (dalam Sa’dullah, 2016:16-17) mengenai pendekatan visual yang

menjelaskan bahwa pendekatan ini dapat mengembangkan sebesar-besarnya daya

persepsi dengan mengembangkan kemampuan ketika pada saat mengikuti partitur

sementara musik dimainkan. Setelah itu anda akan segera dapat mengembangkan

kemampuan untuk melihat sesuatu dalam musik yang tak tertangkap oleh telinga

anda. Namun kecenderungannya yang wajar adalah melihat pemain. Dengan

penampil dan lagak-lagaknya, pemain solo tidak membawa banyak hal mengenai

hakekat musik. Melihat pemain adalah gangguan visual yang sebenarnya dari

bunyi musik.

Siswa yang telah mempresentasikan penampilannya diberi tepuk tangan oleh

guru dan peserta didik yang tidak melakukan presentasi juga memberikan tepuk

tangan hal tersebut merupakan salah satu bentuk penghargaan yang dapat

membuat siswa menjadi lebih terpacu untuk lebih semangat lagi. Selain itu guru

perlu melakukan evaluasi supaya siswa mengerti mana yang salah dan mana yang

harus dibenahi, hal ini sejalan dengan pernyataan (Zufriady, 2017) bahwa bentuk

evaluasi dilakukan bukan hanya diakhir pembelajaran, melainkan dilaksanakan

pada proses berkreativitas. Dengan demikian proses betul-betul menjadi penentu

untuk melihat hasil belajar siswa.


Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, secara lebih rinci peneliti

menemukan bahwa model pembelajaran yang digunakan yaitu pembelajaran seni

musik berbasis action learning dengan langkah – langkah apresiasi yang

dikemukakan oleh Miller (dalam Sa’dullah, 2016 : 12 - 17) bahwa apresiasi dapat

dikembangkan melalui pendekatan auditori dan pendekatan visual lalu disertai

metode tanya jawab untuk memancing pemahaman siswa, dengan metode

demonstrasi yang digunakan untuk menyampaikan materi pembelajaran dan yang

terakhir peserta didik mempresentasikan hasil belajar mereka dengan unjuk

keterampilan yaitu menyanyikan lagu Mozart’s Cradle Song.

c. Kegiatan Penutup

Dalam kegiatan ini guru mengakhiri kegiatan inti pembelajaran. Diakhir

pembelajaran guru mengaitkan materi yang telah diterangkan pada pertemuan

yang sebelumnya dan mengajak siswa untuk menyimpulkan terkait dengan mata

pelajaran seni budaya sub seni musik. Lalu guru juga menayakan apa yang

menjadi kendala selama mengikuti pembelajaran. Selain itu guru memberikan

nasehat pada peserta didik walaupun nanti sudah memasuki materi baru namun

diharapkan setelah ini siswa dapat memaknai pembelajaran dan tidak melupakan

materi yang telah diajarkan oleh guru karena berkesinambungan yang artinya teori

– teori yang diterangkan guru masih memiliki keterkaitan pada pembelajaran

selanjutnya.
Gambar 4.11
Berdoa pada akhir pembelajaran
(Hasil observasi : Amalia, Oktober 2019)

Gambar tersebut menjelaskan pembelajaran ditutup dengan berdoa yang

dipimpin oleh ketua kelas dan diakhiri dengan mengucapkan salam oleh para

siswa. Setelah itu guru mempersilahkan siswa untuk meninggalkan kelas dan

siswa yang tidak memiliki kepentingan disekolahdiharapkan untuk segera pulang

ke rumah.

4.2.3 Tahap Evaluasi

Evaluasi merupakan bagian dari suatu penilaian yang mana guru dalam

melakukan penilaian terhadap peserta didik tidak hanya dilakukan pada akhir

pertemuan namun penilaian dapat dilakukan pada saat aktivitas belajar

berlangsung melalui pengamatan guru. Pada mata pelajaran seni budaya sub seni

musik khsusnya KD bernyanyi dengan dua suara rombel kelas VII pentingnya
evaluasi bertujuan untuk mengukursejauh mana kemampuan peserta didik

memahami materi yang telah diajarkan oleh guru.

Dalam hal ini fungsi evaluasi semata – mata tidak hanya ditujukan untuk

peserta didik namun akan menjadi penting bagi guru sebagai refleksi apakah

strategi yang guru terapkan melalui pendekatan apresiasi dalam membelajarkan

siswa berhasil sehingga nantinya dapat diperbaiki dan dikembangkan.


BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan

Didalam perencanaan pembelajaran guru telah mengembagkan silabus, menuyusun

RPP yang mencakup komponen – komponen pembelajaran seperti tujuan pembelajaran,

bahan ajar, metode, media pembelajaran, serta evaluasi.

Berdasarkan dari hasil penelitian dan pembahasan tentang pembelajaran vokal melalui

pendekatan apresiasi di SMP Mardi Rahayu Ungaran maka dapat disimpulkan bahwa

pelaksanaan pembelajaran seni budaya sub seni musik mengenai apresiasi terdiri dari

kegiatan awal, inti dan akhir. Dalam kegiatan inti pembelajaran bernyanyi dengan dua suara

guru menggunakan suatu pendekatan apresiasi melalui tahapan tahapan yakni tahap

mendengarkan audio, mengamati. Melalui tahapan tersebut maka siswa dapat mengumpulkan

informasi, mengidentifikasi unsur – unsur musik yang terdapat pada lagu Mozar’s Cradle

Song, mengamati penampilan siswa dan mengapresiasi karya sesuai sesuai pengalaman

musik yang didapat di sekolah. Silahkan di bab 4 dibahas secara detai dengan data2 yang ada

5.1 Saran (saran yang unggul dlm pembelajaran vocal dg pendekatan apresiasi di SMP

Mardi rahayu itu apa saja bs disarankan ke SMP lain, kekurangannya apa disarankan

ke SMP Mardi Rahayu)

Berdasarkan simpulan peneliti, maka saran yang pertama hendaknya guru lebih memberikan

suatu inovasi – inovasi dalam pembelajaran supaya pembelajaran tidak monoton,

menciptakan suasana yang baru, dan siswa dapat memaknai pembelajaran.

Saran yang kedua yakni dalam kegiatan apresiasi hendaknya guru mengajarkan lebih detail

mengenai notasi, tekhnik vokal dan unsur – unsur musiknya tidak hanya menerangkan materi

namun namun perlu memastikan siswa dapat bernyanyi dengan baik dan benar.
DAFTAR PUSTAKA

Alfianto, F. (2015). Pengembangan Instrumen Penilaian Apresiasi Seni Musik Materi Seni
Budaya Sekolah Menengah Pertama. Journal of Educational Research and Evaluation,
4(2), 82–90.

Amriani, J. (2013). Pembelajaran Apresiasi Seni Musik Kelas VII di SMP N 18 Padang. E-
Jurnal Sendratasik FBS Universitas Negeri Padang, 2(1), 1–6.
https://doi.org/10.1097/aco.0000000000000254

Anggraeni, P., & Akbar, A. (2018). Kesesuaian Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Dan
Proses Pembelajaran. Jurnal Pesona Dasar, 6, 55–65.
https://doi.org/10.24815/pear.v6i2.12197

Arismunandar, R., Ismawan, & Fitri, A. (2016). Pembelajaran Vokal Dengan Menggunakan
Software Gitar Pro Pada Kegiatan Ekstrakurikuler Musik di SMP Negeri 1 Banda Aceh.
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Program Studi Pendidikan Seni Drama, Tari Dan Musik, 1(1),
73–83.

Asmarani, K. S. (2018). Model Pembelajaran Kooperatif dalam Pembelajaran Musik


Daerah Nusantara di SMP Negeri 4 Semarang. Skripsi, Jurusan Pendidikan Seni
Drama, Tari dan Musik, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang.

Baharun, H. (2016). Penilaian Berbasis Kelas pada Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di
Madrasah. Jurnal Program Studi PGMI, 3(2), 205–216.

BSNP, T. (2018). Pendidikan berbasis Standar. Buletin BSNP, 13(4), 3–28.

Desyandri. (2012). Penggunaan Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) untuk
Meningkatkan Proses dan Hasil Belajar Bernyanyi kepada Siswa Kelas III Sekolah
Dasar YPKK Universitas Negeri Padang. Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan, XII(1), 36–52.

Ekaputri, A. A. (2007). Pengaruh Olah Vokal Bernyanyi terhadap Kemampuan Olah Vokal
Drama. Jurnal Sendratasik, v, 1–13.

Fithrah, R., Toruan, J. L., & Maestro, E. (2012). Peningkatan Kemampuan Bernyanyi melalui
Solfegio dalam Pembelajaran Vokal di MAN Lubukalung. E-Jurnal Sendratasik FBS
Universitas Negeri Padang, 1(1), 59–68.

Fitri, J., Indrayuda, & Kadir, T. H. (2013). Aktivitas Belajar Siswa dalam Pembelajaran Seni
Musik di SMP Negeri 3 Padang Panjang. Jurnal Sendratasik, 2(1), 1–11.

Gunawan, R., & Suryani, M. (2013). Media Seni Musik dan Pemanfaatannya oleh Guru
Kelas V Sekolah Dasar Negeri Se-Kecamatan Sambas. Jurnal Pendidikan Dan
Pembelajaran Khatulistiwa, 2(9), 1–15.

Hariyadi, S. (2014). Upaya Meningkatkan Sikap Apresiatif Dan Kreatif Dalam Pembelajaran
Musik Nusantara Dengan Menggunakan Media Musik Keyboard Pada Peserta Didik
Kelas Viii a Smp Negeri 8 Pemalang. Jurnal Penelitian PendidikanA & A (Semarang),
31(2), 147–154. https://doi.org/10.15294/jpp.v31i2.5699

Hasan, M. I. (2012). Pokok-Pokok Materi Statistik 1 (Statistik Deskriptif). Jakarta: Bumi


Aksara.

Hayati, S. H. (2016). Penerapan Metode Bermain Peran dalam Meningkatkan Kemampuan


Berbahasa Anak Usia 5-6 Tahun di TK Kartika. Jurnal Primary Program Studi
Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas
Riau, 5(1), 115–124.

Herminingrum, E., & Sumaryanto, F. T. (2013). Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar
Apresiasi Musik Nusantara melalui Penggunaan Lagu Model pada Siswa Kelas VIIIA
SMP Negeri 1 Pangkah, Kabupaten Tegal. Jurnal Seni Musik, 2(1), 1–14.

Ifrianti, S. (2015). Implementasi Metode Bermain dalam Meningkatkan Hasil Belajar IPS di
Madrasah Ibtidaiyah. Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran Dasar, 2(2), 150–169.

Ikut, A. G. J. (2019). Penerapan Inovasi Pembelajaran Bernyanyi Unisono dengan Metode


Solatmingkom di SMP Nasima Semarang. Skripsi, Jurusan Pendidikan Seni Drama, Tari
dan Musik, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang.

Ilmiah, J., & Pendidikan, T. (2014). No Title. Jurnal Ilmiah Tekhnologi Pendidikan, (2089-
483X).

Jamalus. (1988). Pengajaran Musik Melalui Pengalaman Musik. Jakarta: Dikti Departeman
Pendidikan dan Kebudayaan.

Kemendikbud. (2016). Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik


Indonesia nomor 22 tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan
Menengah. Retrieved from http://luk.tsipil.ugm.ac.id/atur/bsnp/Permendikbud22-
2016SPDikdasmen.pdf

Kurniaman, O., & Noviana, E. (2017). Penerapan Kurikulum 2013 Dalam Meningkatkan
Keterampilan, Sikap, Dan Pengetahuan. Primary: Jurnal Pendidikan Guru Sekolah
Dasar, 6(2), 389–396. https://doi.org/10.33578/jpfkip.v6i2.4520

Laksono, B. T. (2011). Pembelajaran Seni Musik Sub Materi Mengekspresikan Karya Seni
Musik Kelas VIII di SMP N 1 Kaliwungu Kendal. Skripsi, Jurusan Pendidikan Seni
Drama, Tari dan Musik, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Sema.

Mahnun, N. (2012). Media Pembelajaran ( Kajian terhadap Langkah-langkah Pemilihan


Media dan Implementasinya dalam Pembelajaran ). Jurnal Pemikiran Islam, 37(1), 27–
35.

Mardalis. (2008). Metode Penelitian (Suatu Pendekatan Proposal). Jakarta: Bumi Aksara.

Mariana, I. M. A. (2016). Pengantar Perencanaan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Bali:


Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Bali.

Marjoni, I., & Indrapraja, D. K. (2016). Penggunaan Media Musik sebagai Aspek Pendukung
dalam Pembelajaran Seni Budaya di SMP. Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran, 5(1),
1–19.

Maryani, Fretisari, I., & Munir, A. (2017). Peningkatan Kemampuan Membaca Notasi Balok
melalui Metode Drill di SMP N 3 Sungai Raya Kepulauan. Jurnal Pendidikan Dan
Pembelajaran Khatulistiwa, 6(2), 1–12.

Maryani, D. (2014). Pembuatan Media Pembelajaran Interaktif Bangun Ruang Matematika.


Speed – Sentra Penelitian Engineering Dan Edukasi, 6(1979-9330), 18–24.

Mastur. (2017). Implementasi Kurikulum 2013 dalam Pelaksanaan Pembelajaran di SMP.


Jurnal Inovasi Teknologi Pedidikan, 4(1), 50–64.

Miqdadiyyah, S. (2015). Apresiasi Terhadap Ketoprak “ Sapta Mandala ” Dalam Lakon “ Sri
Huning Mustiko Tuban ” bagi Masyarakat Ngablak Pati. Jurnal Harmonia, 4(1), 1–9.

Muslicha, A. (2015). Metode Pengajaran dalam Pendidikan Lingkungan Hidup pada Siswa
Sekolah Dasar (Studi pada Sekolah Adiwiyata di DKI Jakarta). Jurnal Pendidikan,
16(2), 110–126.

Njau, R. (2013). Penerapan Metode Drill dalam Pembelajaran Seni Musik di Kelas XI IPA
SMA Negeri 1 Tanjung Selor Kabupaten Bulungan Kalimantan Timur. Jurnal
Pendidikan Sendratasik, 2(1), 1–20.

Nurjanna. (2016). Penggunaan Metode Pemberian Tugas untuk Meningkatkan Keterampilan


Menulis Surat Siswa Kelas IV SDN 2 Lais. Jurnal Kreatif Tadulako Online, 4(8), 135–
148.

Nurseto, T. (2012). Membuat Media Pembelajaran yang Menarik. Jurnal Ekonomi Dan
Pendidikan, 8, 19–35. https://doi.org/10.21831/jep.v8i1.706

Pratama, Y. H. (2015). Pembelajaran Ansambel Musik Melalui Pendekatan Apresiasi dan


Ekspresi di SMPN 27 Semarang. Jurnal Seni Musik UNNES, 4(1), 25–29.

Prawati, S. (2016). Penerapan Metode Pemberian Tugas untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Siswa dalam Pembelajaran IPS pada Siswa Kelas V SDN No 1 Pangalasiang. Jurnal
Kreatif Tadulako Online, 4(2354-614X), 1–17.

Rahmat, B. (2013). Peningkatan Kreativitas Siswa Kelas VIII-1 pada Mata Pelajaran Seni
Budaya dan Keterampilan melalui Model Pembelajaran Kontekstual di SMP Negeri 4
Parepare. 01(04), 1–8.

Ridwan. (2016). Pembelajran Seni Musik Tematik Sebagai Implementasi Kurikulum 2013.
Jurnal Ritme, 2(2), 18–29.

Rismawan, S. A. (2014). Ekpresi Musikal dan Fungsi Musik Saestu Band Reggae bagi
Masyarakat Kota Semarang. Jurnal Harmonia, 3(1), 1–7. Retrieved from
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jsm/article/view/4058

Rizkiansyah, I. (2013). Aplikasi Pembelajaran Interaktif Teknik Bermain Pada Berbasis


Multimedia Di Lembaga Kursus Musik “Ethnictro” Yogyakarta. Jurnal Inovasi Dan
Aplikasi Teknologi., 1(9), 1–8.

Rondhi, M. (2017). Apresiasi Seni dalam Konteks Pendidikan Seni. Jurnal Imajinasi, 11(1),
9–18.

Rusdewanti, P. P., & Gafur, A. (2014). Pengembangan Media Pembelajaran Interaktif Seni
Musik Untuk Siswa SMP. Jurnal Inovasi Teknologi Pendidikan, 1(2), 153–164.
https://doi.org/10.21831/tp.v1i2.2526

Rusni, Fretisari, I., & Munir, A. (2016). Peningkatan Keterampilan Membaca Pola Ritme
Notasi Balok dengan Metode Drill pada Siswa SMP Negeri 1 Belitang Hilir. Jurnal
Pendidikan Dan Pembelajaran Khatulistiwa, 5(12), 1–14.

Sa’dullah, M. (2016). Pembelajaran Apresiasi Seni Musik Kelas VIIA SMP Negeri 1
Welehan. Skripsi, Jurusan Pendidikan Seni Drama, Tari dan Musik, Fakultas Bahasa dan
Seni, Universitas Negeri Semarang.

Sanjaya, W. (2009). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta:


Kencana.

Saputro, A. H. (2013). Jurnal seni musik. Jurnal Seni Musik, 2(2), 1–8.

Sedyadiasto, Z. (2012). Pemberian Penguatan untuk Meningkatkan Motivasi dan Prestasi


Belajar Seni Budaya Siswa Kelas VIID SMP Islam Sudirman Ambarawa. Jurnal Seni
Musik, 1(1), 22–34.

Setiadi, H. (2016). Pelaksanaan Penilaian Pada Kurikulum 2013. Jurnal Penelitian Dan
Evaluasi Pendidikan, 20(2), 166–178. https://doi.org/10.21831/pep.v20i2.7173

Siahaan, T., Fretisari, I., & Munir, A. (2017). Peningkatan Keterampilan Bermain Rekorder
melalui Metode Demonstrasi Di SMP Negeri 3 Sanggau. Jurnal Pendidikan Dan
Pembelajaran Khatulistiwa, 6(2), 1–14.

Soginem, Ghozali, I., & Istiandi, W. (2015). Penerapan Metode Drill untuk Meningkatkan
Keterampilan Menyanyikan Lagu Daerah Nusantara Siswa SMP. Jurnal Pendidikan
Dan Pembelajaran Khatulistiwa, 4(1), 1–14.

Sugiartawan, N., Marhaeni, A. A. I. N., & Lasmawan, W. (2014). Pengubahan Pola Sikap
Meniru dan Apresiasi Karya Seni melalui Pengembangan Daya Cipta Berbasis
Pengolahan Barang Bekas dengan Teknik Kolase. E-Journal Program Pasca Sarjana
Universitas Pendidikan Ganesha, 4, 1–9.

Supardi, Ghozali, I., & Fretisari, I. (2015). Peningkatan Kemampuan Mendireksi melalui
Metode Demonstrasi dengan Pendekatan Tutor Sebaya di SMP Negeri 5 Selimbau.
Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran Khatulistiwa, 4(1), 1–16.

Tjiptiany, E. N., As’ari, A. R., & Muksar, M. (2016). Pengembangan Modul Pembelajaran
Matematika dengan Pendekatan Inkuiri untuk Membantu Siswa SMA Kelas X Dalam
Memahami Materi Peluang. Jurnal Pendidikan - Teori, Penelitian, Dan Pengembangan,
1(2502-471X), 1938–1942. https://doi.org/10.17977/jp.v1i10.6973

Triyanto. (2013). Peran Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Pemanfaatan Media


Pembelajaran sebagai Upaya Peningkatan Kualitas Proses Pembelajaran. Jurnal
Teknologi Pendidikan, 1(2), 226–238.

Ulfa, A., Marzam, & Wimbrayardi. (2013). Apresiasi Masyarakat dalam Pertunjukan Organ
Tunggal di Kenagarian Anding Kabupaten Lima Puluh Kota. E-Jurnal Sendratasik FBS
Universitas Negeri Padang, 2, 1–10. https://doi.org/10.1097/aco.0000000000000254
Uluul Khakiim, I Nyoman Sudana Degeng, U. W. (2016). Pelaksanaan Membuka dan
Menutup Pelajaran oleh Guru Kelas 1 Sekolah Dasar. Pendidikan : Teori, Penelitian.
Dan Pengembangan, 1(2502 - 471X), 1730–1734.

Utomo, U. (2013a). Analisis Kebutuhan Guru Seni Musik Berbasis Action Learning Di
Sekolah. Jurnal Harmonia, 13(2), 110–119. Retrieved from
http://www.mendeley.com/research/analisis-kebutuhan-guru-seni-musik-berbasis-
action-learning-di-sekolah

Utomo, U. (2013b). Analisis Kebutuhan Guru Seni Musik dalam Konteks Pelaksanaan
Pembelajaran Berbasis Action Learning. 13, 110–118.

Utomo, U., & Sinaga, S. S. (2009). Pengembangan Materi Pembelajaran Seni Musik Berbasis
Seni Budaya Berkonteks Kreatif, Kecakapan Hidup, dan Menyenangkan Bagi Siswa
SD/MI. Jurnal Harmonia, 9(2), 1–13.

Wicaksono, H. Y. (2009). Kreativitas dalam Pembelajaran Musik. Jurnal Cakrawala


Pendidikan, 28(1), 1–12. https://doi.org/10.21831/cp.v1i1.42

Wiyono, Ismunandar, & Asfar. (2016). Peningkatan Hasil Belajar Siswa dalam
Mengapresiasi Seni Musik melalui Model Pembelajaran Kooperatif Kelas VIII.
Pendidikan Dan Pembelajaran Khatulistiwa, 5, 1–12.
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004

Yesheiskiel. (1989). Meningkatkan Kemampuan Bernyanyi Meningkatkan Kemampuan


Bernyanyi Siswa Kelas IV SDN Lompio Kecamatan Sigi Biromaru dengan
Menggunakan Metode Solfegio. Jurnal Kreatif Online, 6(3), 88–104.

Yunita, I. E., & Hakim, L. (2014). Pengembangan Modul Berbasis Pembelajaran Kontekstual
Bermuatan Karakter pada Materi Jurnal Khusus. Jurnal Pendidikan Akuntansi, 2, 1–6.

Zufriady. (2017a). Model Pengembangan Kreativitas Anak melalui Pembelajaran Seni


Budaya Berbasis Musik Riau bagi Siswa Sekolah Dasar Kelas Atas. Jurnal Pendidikan
Guru Sekolah Dasar, 6(1), 344–363. https://doi.org/10.33578/jpfkip.v6i1.4113

Zufriady. (2017b). Model Pengembangan Kreativitas Anak, Pembelajaran Seni Budaya


Berbasis Musik. Jurnal Primary Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau, 6(2303-1514), 344–363.
LAMPIRAN
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3

PEDOMAN OBSERVASI
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN VOKAL PADA MATA PELAJARAN
SBK (MUSIK) KELAS VIIMELALUI PENDEKATAN APESIASI DI SMP
YAYASAN MARDI RAHAYU UNGARAN

1.1 Gambaran umum SMP Yayasan Mardi Rahayu Ungaran


1.1.1 Sejarah berdirinya SMP Yayasan Mardi Rahayu Ungaran
1.1.2 Lokasi SMP Yayasan Mardi Rahayu Ungaran
1.1.3 Visi dan Misi SMP Mardi Rahayu
1.1.4 Sarana dan prasarana di SMP Yayasan Mardi Rahayu Ungaran
1.1.5 Struktur organisasi di SMP Yayasan Mardi Rahayu Ungaran
1.2 Pelaksanaan Pembelajaran Vokal pada Mata Pelajaran SBK (Musik) Kelas VII
melalui Pendekatan Apesiasi dan Ekspresi di SMP Yayasan Mardi Rahayu
Ungaran
1.2.1 Komponen-komponen pembelajaran, meliputi :
1.2.1.1 Tujuan pembelajaran
1.2.1.2 Guru
1.2.1.3 Peserta Didik
1.2.1.4 Materi pembelajaran
1.2.1.5 Metode pembelajaran
1.2.1.6 Media pembelajaran
1.2.1.7 Evaluasi pembelajaran
1.2.2 Pelaksanaan pembelajaran, meliputi :
1.2.2.1 Kegiatan pembuka
1.2.2.1.1 Apa yang disampaikan guru pada saat pembukaan
1.2.2.2 Kegiatan inti
1.2.2.2.1 Apa yang disampaikan guru pada saat kegiatan isi pembelajaran
1.2.2.3 Kegiatan penutup
1.2.2.3.1 Apa yang disampaikan guru pada saat mengakhiri kegiatan pembelajaran
1.2.3 Langkah – langkah pelaksanaan pembelajaran vokal melalui pendekatan apresiasi.
1.2.3.1 Tahap persiapan meliputi komponen – komponen pembelajaran maupun strategi
pembelajaran.
1.2.3.1.1 Tahap pelaksanaan
1.2.3.1.1.1 Langkah pembukaan
1.2.3.1.1.2 Langkah pelaksanaan
1.2.3.1.1.3 Langkah mengakhiri
1.2.4 Lingkungan Kelas, meliputi:
1.2.4.1 Kondisi Fisik Ruangan
1.2.4.2 Situasi kelas saat guru melaksanakan pembelajaran
1.2.4.3 Sarana dan Prasarana Ruangan
1.2.5 Guru Seni Budaya sub materi Seni Musik, meliputi:
1.2.5.1 Kesiapan guru dalam mengajar
1.2.5.2 Kreativitas guru dalam memberikan pembelajaran bernyanyi unisono
1.2.6 Keberhasilan guru dalam mengajar melalui pendekatan apresiasi
1.2.7 Peserta didik, meliputi:
1.2.7.1 Sikap peserta didik saat pembelajaran berlangsung
1.2.7.2 Tanggapan/respon peserta didik saat guru menerapkan metode pendekatan
apresiasi.

1.3 Metode Observasi

Sebagai sarana dalam melakukan observasi, maka penelitian ini dilakukandengan

pengumpulan data melalui metode observasi yang dilaksanakan dengan cara terjun langsung

ke lokasi penelitian untuk mengadakan pengamatan terhadap subyek yang akan diteliti.

Penelitian menggunakan pedoman observasi sebagai alat bantu berupa buku dan alat bantu

berupa kamera digital atau denganhandphone Melalui observasi dilakukan usaha-usaha untuk

memperoleh gambaran konkret tentang pelaksanaan pembelajaran bernyanyi unisonodi SMP

Yayasan Mardi Rahayu Ungaran.


Lampiran 4
PEDOMAN WAWANCARA
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN VOKAL PADA MATA PELAJARAN
SBK (MUSIK) KELAS VII MELALUI PENDEKATAN APESIASI DI SMP
YAYASAN MARDI RAHAYU UNGARAN

1.4 Daftar Pertanyaan


1.4.1 Daftar pertanyaan untuk Kepala Sekolah SMP Yayasan Mardi Rahayu
Ungaran. Dengan responden
1.4.1.1 Kapan SMP Yayasan Mardi Rahayu Ungaran.berdiri?
1.4.1.2 Bagaimana sejarah berdirinya SMP Yayasan Mardi Rahayu Ungaran.?
1.4.1.3 Apa visi dan misi di SMP Yayasan Mardi Rahayu Ungaran?
1.4.1.4 Prestasi apa saja yang sudah ditorehkan siswa untuk sekolah baik akademis
maupun nonakademis?
1.4.2 Daftar pertanyaan untuk Staf Tata Usaha SMP Yayasan Mardi Rahayu
Ungaran. Dengan responden
1.4.2.1 Alamat lengkap SMP Yayasan Mardi Rahayu Ungaran?
1.4.2.2 Bagaimana struktur organisasi di SMP Yayasan Mardi Rahayu Ungaran.?
1.4.2.3 Bagaimana kondisi sarana dan prasarana di SMP Yayasan Mardi Rahayu
Ungaran?
1.4.3 Daftar pertanyaan untuk Guru Seni Musik SMP Yayasan Mardi Rahayu
Ungaran. Dengan responden Bapak Tendian Febriagazi.
Wawancara kepada guru SMP Yayasan Mardi Rahayu Ungaran, hal
yangditanyakan tentang kegiatan belajar mengajar meliputi:
1.4.3.1 Kurikulum apa yang digunakan dalam pembelajaran Seni Musik di SMP Yayasan
Mardi Rahayu Ungaran?
1.4.3.2 Materi lagu apa yang diberikan dalam pembelajaran vokal di kelas VII SMP
Yayasan Mardi Rahayu Ungaran?
1.4.3.3 Mengaa bapak memlih lagu tersebut?
1.4.3.4 Metode pembelajaran apa yang dipakai oleh bapak pada saat pembelajaran
berlangsung?
1.4.3.5 Sumber belajar apa saja yang digunakan dalam pembelajaran?
1.4.3.6 Dalam menerangkan pelajaran dikelas terdapat tahapan awal hingga akhir
pembelajaran, sikap apresiatif (menghargai, menghayati, mengamati,
mengidentifikasi, dan mendengarkan) bagaimana cara bapak menerapkannya pada
siswa?
1.4.3.7 Apa tujuan dengan adanya apresiasai?
1.4.3.8 Pada setiap pertemuan motivasi apa yang bapak berikansupaya siswalebih
semangat dan berminat dalam egkuti pelajaran?
1.4.3.9 Bagaimana keterkaitan antara matei vokal degan pedekatan apresiasi?
1.4.3.10 Apakah ada metode lain pada saat bapak menerangkan pelajaran supaya
pembelajaran lebih optimal?
1.4.3.11 Selama pembelajaran berlangsung bagaimana reaksi atau ekspresi siswa
setelah melalui kegiatan apresiasi?
1.4.3.12 Apa saja kendala yang dialami dalam proses pembelajaran berlangsung?
(penghambat/pendukung)
1.4.3.13 Bagaimana bapak mengatasinya?
1.4.3.14 Bagaimana cara bapak mengkondisikan kelas suaya kelas menjadi lebih
kondusif?
1.4.3.15 Adakah kesulitan dalam penggunaan metode pendekatan apresiasipilan unjuk
kerja didepan kelas apakah siswa mengekspresikan sesuai dengan yang
diinterpretasikan melalui aktivias apresiasi?
1.4.3.16 Media atau sumber belajar apa yang digunakan pada saat pelaksaan
pembelajaran vokal dua suara melalui pendekatan apresiasi dan ekspresi di SMP
Yayasan Mardi Rahayu Ungaran?
1.4.3.17 Bagaimaakah bentuk evaluasi dan penilaian?
1.4.3.18 Dalam setiap per-pertemuan evaluasi yang bagaimana yang bapak ambil
nilainya untuk mengukur sejauh mana siswa memahami materi seni budaya sub
musik kegiatan dikelas?
1.4.4 Daftar pertanyaan untuk Peserta Didik
1.4.4.1 Bagaimana belajar Seni Musik di sekolah?
1.4.4.2 Apakah suka dengan metode pembelajaran vokal musik di sekolah?
1.4.4.3 Apa yang menjadi kesulitan dalam belajar materi vokal pada mata peajaran seni
budaya (musik)?
Lampiran 5
PEDOMAN STUDI DOKUMEN

1.1 Profil SMP Mardi Rahayu Ungaran


1.2 Visi dan Misi SMP Mardi Rahayu Ungaran
1.3 Struktur Organisasi SMP Mardi Rahayu Ungaran
1.4 Sarana dan Prasarana SMP Mardi Rahayu Ungaran
1.5 Perangkat pembelajaran guru
1.6 Foto berkaitan dengan topik penelitian
Lampiran 6
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)

Sekolah : SMP MARDI RAHAYU UNGARAN


Mata Pelajaran : Seni Budaya (Musik)
Kelas/Semester : VII/I
Materi Pokok : Menyanyi dengan Lebih Satu Suara
Alokasi Waktu : 6×40 Menit

A. Kompetensi Inti

 KI1 dan KI2


Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya serta Menghargai dan
menghayati perilaku jujur,disiplin,santun,percaya diri,peduli, danbertanggung
jawabdalam berinteraksi secara efektif sesuai dengan perkembangan anak di
lingkungan, keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan alam sekitar, bangsa,
negara, dan kawasan regional.
 KI3
Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan
metakognitif pada tingkat teknis dan spesifik sederhana berdasarkan rasa ingin
tahunya tentangilmu pengetahuan,teknologi,seni,budayadengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan, dan kenegaraan terkait fenomena dan kejadian tampak
mata.
 KI4
Menunjukkan keterampilan menalar, mengolah, dan menyaji secarakreatif,
produktif,kritis,mandiri,kolaboratif, dan komunikatif, dalam ranah konkret dan ranah
abstrak sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam
sudut pandang teori.

B. Kompetensi Dasar Dan Indikator Pencapaian Kompetensi

Kompetensi Dasar Indikator


3.2 Memahami dasar bernyanyi  Mengidentifikasi bentuk-bentuk vokal
dengandua suara atau lebih grup
secaraberkelompok  Mendeskripsikan bentuk-bentuk vokal
grup
4.2 Menyanyikan lagu dengan  Menampilkan lagu-lagu dalam bentuk
duasuara atau lebih dalam vokal grup
bentukkelompok vocal  Mengomunikasikan penampilan vokal
grup secara lisan dan tertulis

C. Tujuan Pembelajaran

Setelah melakukan proses pembelajaran, siswa diharapkan dapat mengapresiasi dan


berkreasi seni musik, yaitu:
1. Mendeskripsikan pengertian bernyanyi dengan dua suara
2. Mendiskripsikan teknik vokal dalam bernyanyi dengan dua suara
3. Mengomunikasikan penampilan vokal grup secara lisan dan tertulis
D. Materi Pembelajaran
 Bernyanyi Banyak Suara
1. Latihan Vokal
a. Latihan Vokal Grup
b. Latihan Lagu Dua Suara

E. Metode Pembelajaran
1) Pendekatan : Saintifik
2) Model Pembelajaran :Discovery learning, action learning Problem Based Learning
(PBL)
3) Metode :Tanya jawab, demonstrasi
F. Media Pembelajaran
 Media :
 Media audio
 Perpustakaan
 Internet
 Alat/Bahan :
 Media elektronik
G. Sumber Belajar
 Buku seni budaya kelas VII, Kemendikbud, tahun 2013 edisi 2016
 Buku-buku lain yang relevan
 Buku-buku seni budaya di perpustakaan
 Buku lagu wajib nasional, daerah, dan popular

H. Langkah-Langkah Pembelajaran

Kegiatan Deskripsi Alokasi Waktu

Pendahuluan  Melakukan pembukaan dengan salam pembuka 10


dan berdoa untuk memulai pembelajaran
 Memeriksa kehadiran peserta didik sebagai sikap
disiplin
 Menyiapkan fisik dan psikis peserta didik dalam
mengawali kegiatan pembelajaran.
 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
dan cakupan materi pada pertemuan pertama

Inti  Peserta didik mendengarkan audio melalui 100


speaker aktif
 Peserta didik merumuskan pertanyaan-
pertanyaan terkait dengan pemutaran audio.
 Peserta didik diberikan materi terkait dengan
unsur – unsur musik dan vokal.
 Peserta didik mengapresiasi lagu Mozart’s
Cradle Song
Penutup  Guru bersama-sama dengan peserta didik 10
menyimpulkan hal – hal yang berkaitan dengan
pemutaran audio.
 Guru bersama-sama peserta didik melakukan
refleksi tentang proses dan hasil pembelajaran
yang telah dicapai.
 Peserta didik mencatat informasi guru tentang
kegiatan pembelajaran berikutnya.
 Guru bersama peserta didik membuat kelompok
bernyanyi dengan dua suara.
 Guru memberikan materi lagu Mozart’s Cradle
Song untuk dipelajari di rumah sebagai materi
minggu depan.

Kegiatan Deskripsi Alokasi Waktu

Pendahuluan  Melakukan pembukaan dengan salam 10


pembuka dan berdoa untuk memulai
pembelajaran
 Memeriksa kehadiran peserta didik sebagai sikap
disiplin
 Menyiapkan fisik dan psikis peserta didik dalam
mengawali kegiatan pembelajaran.
 Menyampaikan kompetensi yang akan dicapai
dan menunjukkan manfaat dalam kehidupan
sehari-hari.
 Mengaitkan materi/tema/kegiatan
pembelajaran yang akan dilakukan dengan
pengalaman peserta didik sebelumnya, yaitu
menyanyi dengan satu suara (unisono)
 Menggali pengetahuan siswa tentang materi yang
sudah diberikan pada pertemuan berikutnya

Inti 100
 Guru memberikan contoh membaca notasi
dengan metode demonstrasi
 Peserta didik dibimbing untuk membaca notasi
lagu Mozart’s Cradle Song melalui dekte melodi.
 Peserta didik menyanyikan lagu Mozart’s Cradle
Song dengan tepat.
 Peserta didi mempresentasikan materi lagu
Mozart’s Cradle Songdan peserta didik yang lain
mengapresiasi penampilan siswa yang maju.

Penutup 100
 Guru bersama peserta didik menyimpulkan
bernyanyi dengan dua suara dengan teknik yang
benar melalui pendekatan apresiasi.
 Guru menanyakan kendala peserta didik selama
mengikuti pelajaran
 Guru bersama-sama peserta didik melakukan
refleksi tentang proses dan hasil pembelajaran
yang telah dicapai.
 Guru memberikan gambaran materi yang akan
diajarkan untukpertemuan berikutnya
 Guru bersama dengan peserta didik mengakhiri
pelajaran dengan berdoa bersama

I. Penilaian Hasil Pembelajaran

1. Penilaian Sikap
- Penilaian Observasi
Penilaian observasi berdasarkan pengamatan sikap dan perilaku peserta didik
sehari-hari, baik terkait dalam proses pembelajaran maupun secara umum.
Pengamatan langsung dilakukan oleh guru. Berikut contoh instrumen penilaian
sikap

No Nama Siswa Aspek Perilaku yang Jumla Skor Kode

Dinilai h Skor Sikap Nilai


BS JJ TJ DS
1 … 75 75 50 75 275 68,75 C
2 … ... ... ... ... ... ... ...

Keterangan :
• BS : Bekerja Sama
• JJ : Jujur
• TJ : Tanggun Jawab
• DS : Disiplin

Catatan :
1. Aspek perilaku dinilai dengan kriteria:
100 = Sangat Baik
75 = Baik
50 = Cukup
25 = Kurang
2. Skor maksimal = jumlah sikap yang dinilai dikalikan jumlah kriteria = 100 x 4 =
400
3. Skor sikap = jumlah skor dibagi jumlah sikap yang dinilai = 275 : 4 = 68,75
4. Kode nilai / predikat :
75,01 – 100,00 = Sangat Baik (SB)
50,01 – 75,00 = Baik (B)
25,01 – 50,00 = Cukup (C)
00,00 – 25,00 = Kurang (K)
5. Format di atas dapat diubah sesuai dengan aspek perilaku yang ingin dinilai
- Penilaian Diri
Seiring dengan bergesernya pusat pembelajaran dari guru kepada peserta didik,
maka peserta didik diberikan kesempatan untuk menilai kemampuan dirinya
sendiri. Namun agar penilaian tetap bersifat objektif, maka guru hendaknya
menjelaskan terlebih dahulu tujuan dari penilaian diri ini, menentukan kompetensi
yang akan dinilai, kemudian menentukan kriteria penilaian yang akan digunakan,
dan merumuskan format penilaiannya Jadi, singkatnya format penilaiannya
disiapkan oleh guru terlebih dahulu. Berikut Contoh format penilaian :

No Pernyataan Ya Tida Jumlah Skor Kode

k Skor Sikap Nilai


1 Selama diskusi, saya ikut serta 50 250 62,50 C

mengusulkan ide/gagasan.
2 Ketika kami berdiskusi, 50

setiap anggota mendapatkan

kesempatan untuk berbicara.


3 Saya ikut serta dalam membuat 50

kesimpulan hasil diskusi

kelompok.
4 ... 100
Catatan :
1. Skor penilaian Ya = 100 dan Tidak = 50
2. Skor maksimal = jumlah pernyataan dikalikan jumlah kriteria = 4 x 100 = 400
3. Skor sikap = (jumlah skor dibagi skor maksimal dikali 100) = (250 : 400) x 100
= 62,50
4. Kode nilai / predikat :
75,01 – 100,00 = Sangat Baik (SB)
50,01 – 75,00 = Baik (B)
25,01 – 50,00 = Cukup (C)
00,00 – 25,00 = Kurang (K)
5. Format di atas dapat juga digunakan untuk menilai kompetensi pengetahuan dan
keterampilan

- Penilaian Teman Sebaya


Penilaian ini dilakukan dengan meminta peserta didik untuk menilai temannya
sendiri. Sama halnya dengan penilaian hendaknya guru telah menjelaskan maksud
dan tujuan penilaian, membuat kriteria penilaian, dan juga menentukan format
penilaiannya. Berikut Contoh format penilaian teman sebaya:

Nama yang diamati : ...


Pengamat : ...

No Pernyataan Ya Tidak Jumla Skor Kode

h Skor Sikap Nilai


1 Mau menerima pendapat 100 450 90,00 SB
teman.
2 Memberikan solusi terhadap 100
permasalahan.
3 Memaksakan pendapat sendiri 100
kepada anggota kelompok.
4 Marah saat diberi kritik. 100
5 ... 50
Catatan :
1. Skor penilaian Ya = 100 dan Tidak = 50 untuk pernyataan yang positif,
sedangkan untuk pernyataan yang negatif, Ya = 50 dan Tidak = 100
2. Skor maksimal = jumlah pernyataan dikalikan jumlah kriteria = 5 x 100 = 500
3. Skor sikap = (jumlah skor dibagi skor maksimal dikali 100) = (450 : 500) x 100
= 90,00
4. Kode nilai / predikat :
75,01 – 100,00 = Sangat Baik (SB)
50,01 – 75,00 = Baik (B)
25,01 – 50,00 = Cukup (C)
00,00 – 25,00 = Kurang (K)

2. Penilaian Pengetahuan
a. Teknik Penilaian: Tes Uraian
b. Instrumen Penilaian dan Penskoran
 Instrumen Penilaian
1) Jelaskan 4 syarat menyanyi secara vokal grup dengan baik dan benar.
2) Jelaskan 2 manfaat dalam menyanyi secara vokal grup.

 Penskoran
1) Penskoran
Skor 4, jika penjelasan benar dan lengkap
Skor 3, jika penjelasan benar tetapi kurang lengkap
Skor 2, jika sebagian penjelasan tidak benar dan kurang lengkap
Skor 1, jika hanya sebagian penjelasan yang benar dan tidak lengkap

2) Pengolahan skor
Skor maksimum: 24
Skor perolehan siswa: SP
Nilai yang diperoleh siswa: SP/24 X 100

3. Penilaian Keterampilan
a. Penilaian Praktek
1) Teknik Penilaian : Tes Praktek
2) Instrumen Penilaian : Nyanyikanlah salah satu lagu yang telah dipelajari
secara vokal grup.

Aspek Komponen Skor Bobot


1 2 3 4
… … 50%


Jumlah
… … 30%


Jumlah
… … 20%


Jumlah
Jumlah Keseluruhan
*) Aspek dan komponen disesuaikan dengan indikator masing-masing materi

3) Pedoman Penskoran
No Skor Aspek yang diamati

Butir
1 86- …

100
71-85 …

56-70 …

< 55 …

b. Penilaian Produk

Nama Proyek :
………………………………..
Nama Peserta Didik :
………………………………..
No Aspek Penilaian Skor
A B C D
. 86-100 71-85 56- < 55

70
1 Ide/gagasan
2 Komposisi
3 Kreativitas
4 Kerapihan dan Kebersihan
*) Aspek yang dinilai tergantung dari produk yang dibuat

4. Remedial dan Pengayaan


Pembelajaran Remedial dan Pengayaan dilakukan segera setelah kegiatan penilaian

Ungaran, Juni 2019

Mengetahui Guru Seni Budaya


Kepala Sekolah

Thomas Sugiyatno Tendian Febriagazi

Catatan Kepala Sekolah


......................................................................................................................................................
.
Lampiran 7
Lampiran 8
Tenaga Pengajar SMP Mardi Rahayu Ungaran.
(Hasil Observasi : Trizky Kandi Amalia, Oktober 2019)

No. Nama Jabatan


1. Cecilia suciningsih, S.Pd Pendidikan Agama
2. Lucia haryati, S.Pd Pendidikan Agama
3. Thomas Sugiyanto, S.Pd Pendidikan Kewarganegaraan
4. Yustina Parit Suparni Pendidikan Kewarganegaraan
5. A. Budi Yatmoko, S.Pd Bahasa Indonesia
6. Lusia Jayanti Harminingsih, S.Pd Bahasa Indonesia
7. Novianti Tri Wahyuningsih, S.Pd Matematika
8. Yosep dwi widyantoro, S.Pd Matematika
9. Mahardita Woro Palupi, S.Pd Bahasa Inggris
10. Dra. Christina Sunarti Bahasa Inggris
11. Dra. L. Wiwik Dwi S. IPA
12. Stefana Ida Ernani, S.Pd IPA
13. Drs. G. Wasis Waskito IPS
14. Novalino Pawori Mingge, S.Pd IPS
15. Tendian Febriagazzi Seni Budaya
16. Dra. Rini Haryas S. Prakarya
17. Susilo Widodo, S.Pd Penjaskes
18. M. Arif Amirulchaq Bahasa Jawa
19. Lusia Wahyu Erniyati, S.Pd BK
Lampiran 9

Daftar Peserta Didik SMP Mardi Rahayu Ungaran.


(Hasil Observasi : Trizky Kandi Amalia, Oktober 2019)

No. No. Induk Nama

1 4211 Aloysius Lovandhika Yulianto


2 4216 Angga Yulianto Pradana
3 4223 Chatarina Friesca Nayona
4 4226 Christian Maval Putera Prasetyo
5 4228 Corina Sansekar Anindita
6 4232 Desnata Frirasetya
7 4236 Edelwys Novia Rinjani
8 4241 Florianus Ernest Satrio Pamungkas
9 4242 Gabriel Mario Oktora Pasha
10 4246 Haryo Prakoso Wibowo
11 4250 Irine Dwi Julia Ningtyas
12 4251 Ivana Kyla Raharjo
13 4254 Jhon Baptise Narendra Rastra
14 4255 Joan Celine Noorsanto
15 4256 Jonathan Pierre Soeitoe
16 4257 Kagumichristaniyar Putri
17 4264 Marcel Nam Danicolla
18 4269 Mikael Jonathan Dwi Saputra Buntari
19 4270 Mikaela Wina Cahya Rosari
20 4271 Mosses Widi Saputra
21 4273 Naomi Indah Tiurma Aritonang
22 4278 Nickolas Rainer Cahyono Tan Tik Siu
23 4281 Priska Noviana Putri
24 4286 Rafelina Mutia Margareta
25 4287 Raisya Ika Dini Naisila Putri
26 4288 Regina Maria Brilliana Putri
27 4289 Repald Eben Haezer
28 4294 Tiara Nisa
29 4295 Tito Sammy Arsenio
30 4296 Toribio Titan Thedanulora
31 4297 Trifena Oktaviani
32 4300 Vincentius Adyatma Rajendra Pasha
Lampiran 10

Karyawan SMP Mardi Rahayu Ungaran.


(Hasil Observasi : Trizky Kandi Amalia, Oktober 2019)

No. Nama Jabatan


1. Y. Parit Suparini Tata Usaha
2. Sr. M. Ferdinanda, AK Tata Usaha
3. Okta Indah Susastra Administrasi kurikulum
4. Yosephine Slamet Lestari Administrasi perpustakaan
5. Cicilia Ratna N. Laboran
6. Petrus endro setianto Cleaning Service
7. Alb. Tri Anggoro B. Cleaning Service
8. Wahyu Doddy Petugas keamanan
Lampiran 11

STRUKTUR ORGANISASI SMP MARDI RAHAYU UNGARAN


Lampiran 12

HASIL WAWANCARA DENGAN GURU

Nama : Bapak Tendian Febriagazzi


Jabatan : Guru Tidak Tetap (GTT) Seni Budaya dan Keterampilan

1. Kurikulum apa yang digunakan dalam pembelajaran Seni Musik di SMP Yayasan
Mardi Rahayu Ungaran?
SMP Mardi Rahayu Ungaran sudah menerapkan kurikulum 2013 sejak dua tahun setengah ini
pada masing – masing rombel kelas 7, 8, dan 9 mbak.
2. Apa alasan menggunakan pendekatan apresiasi dalam pembelajaran?
Alasan saya menggunakan pendekatan tersebut karena apresiasi juga salah satu komponen
mata pelajaran seni budaya sub seni musik yang tidak dapat dipisahkan. Selain itu apresiasi
ada didalam Kurikulum 2013 dan silabus yang menjadi pedoman guru. Meskipun didalam
silabus hanya berisi point – point nya saja tidak secara spesifik. Hal tersebut sudah menjadi
tugas guru dalam mengembangkan KD dan indikator, mengajarkan dan menjadi pembimbing
bagi siswa. Sekolah telah memberikan kebebasan dan wewenang pada saya dalam
mengembangkan materi yang terpenting pembelajaran seni budaya tidak membosankan dan
siswa dapat memaknai pembelajaran. Maka pembelajaran seni budaya sub seni musik melalui
pendekatan apresiasi sangat cocok dengan materi kelas 7 dengan KD bernyanyi dua suara
secara berkelompok.
3. Dalam menerangkan pelajaran dikelas terdapat tahapan awal hingga akhir
pembelajaran, sikap apresiatif (menghargai, menghayati, mengidentifikasi, dan
mendengarkan) bagaimana cara bapak menerapkannya dalam bernyanyi dengan dua
suara?

Saya memilih menggunakan bantuan media audio, karena saya ingin siswa menikmati
keindahan lagu tersebut. Hal pertama yang saya lakukan adalah memusatkan perhatian siswa
supaya lebih fokus sehingga siswa dapat menghayati lagu tersebut. Lalu sikap menghargai
yang saya tanamkan adalah dengan memberikan suatu motivasi untuk menghargai
pemberian-Nya dengan kita menghargai dan merawat pemberian Tuhan maka dapat
memberikan suatu penilaian yang lebih berarti. Langkah selanjutnya saya menginstruksikan
siswa untuk mengumpulkan informasi. Langkah ketiga merupakan pertemuan selanjutnya,
namun saya akan menginstruksikan siswa untuk mempresentasikan dan siswa yang tidak
sedang presentasi mengapresiasi dan menanggapi penampilan temannya.
4. Apa tujuan dengan adanya apresiasai dalam pembelajaran vokal?
Sekolah membebaskan saya dalam mengembangkan materi dan cara pengajarannya, namun
musikalitas siswa berbeda – beda saya bisa paham. Daya serap dan daya tangkap dalam
menerima pelajaran siswa berbeda maka melalui pendekatan apresiasai diharapkan dapat
menstimulus sensitivitas siswa. Dengan begitu siswa dapat memaknai pembelajaran. Hal
tersebut merupakan salah satu bentuk dari sikap apresiatif.
5. Sumber belajar apa saja yang digunakan dalam pembelajaran?
Sumber belajar kalau sekolah sudah menyediakan modul berupa buku pelajaran yang dapat
dipinjam secara kolektif oleh masing – masing kelas. Buku – buku yang dapat diakses siswa
yaitu Buku seni budaya kelas VII, Kemendikbud, tahun 2013 edisi 2016, Buku-buku lain
yang relevan, Buku-buku seni budaya di perpustakaan, Buku lagu wajib nasional, daerah, dan
popular atau sumber belajar juga dapat melalui saya sendiri.
6. Media apa yang digunakan dalam proses pembelajaran?
Pada saat pertemuan pertama saya hanya menggunakan bantuan audio sajadalam melatih
kepekaan dan sensitivitas siswa selebihnya saya menggunakan gitar atau keyboarddalam
melatih bernyanyi siswa dengan dua suara.
7. Pada setiap pertemuan motivasi apa yang bapak berikansupaya siswa lebih semangat
dan berminat dalam egkuti pelajaran?
Beragam mbak ada yang motivasi untuk mendisiplinkan siswa dan motivasi biyar siswa
supaya lebih berminat dalam pembelajaran. Seperti yang sudah saya jelaskan tadi karena saya
mengajar mata pelajaran seni budaya maka suatu dorongan atau arahan yang saya berikan pada
siswa tidak terlepas dari pengalaman hidup saya yang telah saya dapat ketika menimba ilmu.
Saya mengatakan pada siswa apa yang melekat pada diri kita adalah pemberian Tuhan sudah
sepatutnya untuk dijaga dan menghargai ciptaan-Nya. Seperti halnya ketika menyanyi kita
harus sadar menjadikan kita bisa bernyanyi karena berfungsinya pita suara, jika kita tidak
mempergunakan dan tidak menjaga pita suara dengan baik maka sama saja kita tidak
menghargai karuniaNya.
8. Bagaimana keterkaitan antara matei vokal degan pedekatan apresiasi?
Alasan saya memilih lagu Mozart’s Cradle Song walaupun lagu ini musik barat namun irama,
melodi, dan nada – nada lagu tersebut merupakan lagu yang easy listening mudah untuk
dipelajari siswa. Sehingga dalam proses berapresiasi siswa tidak merasa kesulitan.
Aransemen yang saya susun juga terbilang sederhana tidak rumit karena mengingat ke-
efektifisan jam pelajaran sehingga dalam beberapa pertemuan siswa sudah dapat
mempresentasikan lagu tersebut.
9. Apakah ada metode lain pada saat bapak menerangkan pelajaran supaya
pembelajaran lebih optimal?
Disisa waktu pembelajaran saya melakukan sesi tanya jawab. Saya menanyakan tentang
kesan murid terhadap lagu tersebut apakah lagu tersebut ekspresif, megah, bersemangat,
syahdu, sedih, bagus atau tidak bagus. Dengan adanya metode tanya jawab akan ada umpan
balik (feedback) antara guru - murid sehingga pada saat dikelas kegiatan belajar mengajar
tidak menjadi monoton, siswa jadi terpacu untuk bertanya dan menjadi lebih aktif dalam
pembelajaran. Dalam penyampaian materi saya tidak banyak berceramah namun
pembelajaran ini lebih pada pembelajaran konvensioanal saja sebetulnya. Saya lebih banyak
pada praktek yang melibatkan siswa secara langsung supaya dapat belajar musik, maka
dengan menggunakan model pembelajaran seni berbasis action learning siswa dapat
mengembangkan potensi diri dan lebih dapat mengekspresikan diri. Metode yang saya
padukan yakni demonstrasi supaya pembelajaran lebih menarik dan tidak membosankan.
10. Bagaimana proses pembelajaran bernyanyi dua suara pada saat menggunakkan
metode demonstrasi?
Memasuki kegiatan inti yaitu bernyanyi dua suarasaya sudah membagi satu kelas menjadl
dua kelompok besar yang terdiri kelompok suara satu dan kelompok suara dua. Setelah itu
memberikan teori musik namun penjelasan yang saya berikan tidak secara teoretis karena
pasti siswa tidak sepenuhnya mengerti harus ada contoh dari saya, maka disamping saya
menynyikan saya juga menyelipkan materi dan teori – teori terkait dengan KD. Seperti dekte
melodi terlebih dahulu setelah itu lama – lama menyanyikan dengan liriknya.
11. Apa saja kendala atau hambatan yang dialami dalam proses pembelajaran bernyanyi
dengan dua suara berlangsung?
Sebenarnya para siswa sangat antusias dalam mata pelajaran ini. Sebelum pembelajaran
dimulai saja ketua kelas atau salah satu siswa membantu saya membawakan perangkat
pembelajaran atau membawakan keyboard dengan senang hati ke dalam kelas. Kendalanya
yaa peserta didik memiliki background musik yang berbeda – beda ada yang awam, ada
siswa yang otodidak belajar musik, ada yang keluarga murid memiliki basic bermusik maka
apabila ada yang siswa belum fasih memahami notasi musik atau belum peka dengan melodi.
Maka pada saat bernyanyi dengan dua suara masih ada yang fals, belum harmonis, dinamika,
dan kurang PD (percaya diri).
12. Bagaimana bapak mengatasinya?
Pada saat berlatih bersama suara satu dan suara dua saya hanya mengajarinya berulang –
ulang apabila dirasa ada yang fals atau kurang harmonis ditengah – tengah pelajaran saya
meng-cutdan mengomentari itu suara satu volume atau power nya kurang keras sedikit yaa
pokoknya terkait dengan tekhnik vokal.
13. Bagaimana cara bapak mengkondisikan kelas suaya kelas menjadi lebih kondusif?
Pengkondisian kelas selalu saya lakukan pada awal pembelajaran agarmempersiapkan
siswa lebih serius, dan lebih fokus dalam menerima pelajaran. Pengkondisian kelas yang
saya lakukan kadang saya menanyakan materi sebelumnya sudah dipelajari apa belum
atau masing – masing siswa sudah membawa partitur nya apa tidak membawa. Kalau ada
satu dua siswa yang tidak mengindahkan instruksi saya pada saat itu akan saya tegur. Hal
tersebut untuk mendisiplinkan para anak didik saya.
Lampiran 13

HASIL WAWANCARA DENGAN PESERTA DIDIK

Nama : Priska Noviana Putri


Kelas : VII B
No. Absen : 23

1) Apa yang kamu ketahui tentang bernyanyi berkelompok dengan dua suara?
Yaa kita nyanyi bersama – sama bu kalau suara satu nada atau suaranya tinggi kalau
suara duanya dominan laki – laki soalnya rendah.
2) Bagaimana respon kalian terkait dengan adanya tahapan – tahapan apresiasi?
Yaa jadi lebih paham bu.
3) Kesulitan apa yang kalian temui saat menggunakan tahapan apresiasi?
Kesulitannya kadang masih suka kurang serius bu
4) Apakah kamu senang mengikuti mata pelajaran ini?
Senang bu, karena pelajarannya menyenangkan, dan Pak Tendian sabar banget sama
kita – kita.
Lampiran 14

HASIL WAWANCARA DENGAN PESERTA DIDIK

Nama : Angga Yulianto Pradana


Kelas : VII B
No. Absen :2

1) Bagaimana respon kalian terkait dengan adanya tahapan – tahapan apresiasi?


Saya jadi lebih sedikit sedikit mengerti bu.
2) Apa yang kamu ketahui tentang bernyanyi berkelompok dengan dua suara?
Bernyanyi dua suara nyanyi kelompok bu lalu kalo suara satu yang nyanyi dominan
perempuannya kalau suara dua nya banyak yang laki – laki.
3) Kesulitan apa yang kalian temui saat menggunakan tahapan apresiasi?
Kesulitannya, saya bisa – bisa saja kok bu.
4) Apakah kamu senang mengikuti mata pelajaran ini?
Ya senang kok bu, asyik. Kaya katanya Pak Tendian sersan serius tapi santai.
Lampiran 15

HASIL WAWANCARA DENGAN PESERTA DIDIK

Nama : Irine Dwi Julia Ningtyas


Kelas : VII B
No. Absen : 11

1) Bagaimana respon kalian terkait dengan adanya tahapan – tahapan apresiasi?


Jadi paham bu, asyik, syahdu bu.
2) Apa yang kamu ketahui tentang bernyanyi berkelompok dengan dua suara?
Menyanyi bersama – sama dengan pembagian suara satu dan dua bu. Kalau saya
termasuk suara satu bu.
3) Kesulitan apa yang kalian temui saat menggunakan tahapan apresiasi?
Kesulitannya kadang kurang serius bu soalnya sebelumnya mapel olahraga bu.
4) Apakah kamu senang mengikuti mata pelajaran ini?
Senang kok bu, pelajarannya gak membosankan karena banyak prakteknya.
Lampiran 16

DOKUMENTASI

Proses Pembelajaran di Kelas VIIB

Proses Pembelajaran di Kelas VIIB


Proses Pembelajaran di Kelas VIIB

Latihan bernyanyi dengan kelompok

Anda mungkin juga menyukai