Anda di halaman 1dari 63

EKSPRESI MUSDALIFAH ASROFI DAN NIKEN AYU UTAMI

SISWA TUNARUNGU-WICARA DALAM TARI MERAK

TESIS
Untuk memenuhi sebagian persyaratan
guna mencapai derajat sarjana S2
Program Studi Penciptaan dan Pengkajian Seni
Minat Studi Pengkajian Tari

Diajukan oleh:

Retno Utari
13211126

Kepada
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT SENI INDONESIA (ISI)
SURAKARTA
2017
Tesis

EKSPRESI MUSDALIFAH ASROFI DAN NIKEN AYU UTAMI


SISWA TUNARUNGU-WICARA DALAM TARI MERAK

dipersiapkan dan disusun oleh

Retno Utari
13211126

Telah disahkan dan disetujui oleh pembimbing

Surakarta, 6 Februari 2017


Pembimbing,

Prof. Dr. Sri Rochana Widyastutieningrum,S.Kar.,M.Hum.


NIP. 195704111981032002

ii
TESIS

EKSPRESI MUSDALIFAH ASROFI DAN NIKEN AYU UTAMI


SISWA TUNARUNGU-WICARA DALAM TARI MERAK

Dipersiapkan dan disusun oleh

Retno Utari
13211126

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji


Pada tanggal 6 Februari 2017

Susunan Dewan Penguji

Pembimbing Ketua Dewan Penguji

Prof. Dr. Sri Rochana W, S. Kar., M.Hum Dr. Aton Rustandi Mulyana, M.Sn

Penguji Utama

Dr. R M. Pramutomo

Tesis ini telah diterima


sebagai salah satu persyaratan
Memperoleh gelar Magister Seni ( M.Sn.)
Pada Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta

Surakarta, 6 Februari 2017


Direktur Pascasarjana

Dr. Aton Rustandi Mulyana, M.Sn


NIP. 197106301998021001

iii
PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul “EKSPRESI

MUSDALIFAH ASROFI DAN NIKEN AYU UTAMI SISWA

TUNARUNGU-WICARA DALAM TARI MERAK” ini beserta seluruh

isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak

melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang

tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam

masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung

risiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila di kemudian

hari ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan

dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap

keaslian karya saya ini.

Surakarta, 6 Februari 2017


Yang membuat pernyataan

Retno Utari

iv
ABSTRACT

The expression of the deaf student Musdalifah Asrofi and


Niken Ayu Utami in Merak dance is an interesting phenomenon.
That is a remarkable fact deaf or mute students can dance to
music, although they can’t hear the music. How developes the
learning process and how could be formed the presented
expression. That case study presented by the learning process of
the mentioned children.I choosed these 2 children, because they
have natural ability to dance, and their abilities were better than
the other students have in SLB B YPSLB Gemolong. Ability of
dancing consists of postures, flexibility, repetition and being in
accordance with the rhythms.
It is a qualitative research based on data collection that
includes interviews, observations and literature reviews. The
results of research demonstrates that using imitative and
informative patterns in teaching method – as imitation and
explanations - along the learning process is very effective. It results
students can realize and visualize the dance aesthetically. The
specificity of the system is the gesture language which able to be
used for everyday communication, but can be used as teaching
resource as well, and not least can expresses the range and
combinations of motions. Practically its realized in 5 phases as:
Introduction of the motions, imitation through system of mirrors,
routines, leading by counting and interactions between the teacher
and childrens by touching.
The presentation of Merak dance by these students seemed
not really different from other dancers presentation, because the
dancers seemed very confident during the presentation. The
dancers were very fixated on gestures – symbols that were given by
the teacher. The impressive gestures and movements are very
important in this dance, especially because presenters are deaf
people so they can’t being in accordance with the rhythms so the
students can’t always in Mungkus.

v
INSTISARI

“EKSPRESI MUSDALIFAH ASROFI DAN NIKEN AYU UTAMI


SISWA TUNARUNGU-WICARA DALAM TARI MERAK” merupakan
fenomena yang menarik untuk dikaji bahwa siswa tunarungu-
wicara bisa menari dengan mengikuti musik yang ada, sementara
sebetulnya mereka tidak bisa mendengar musik itu. Bagaimana
proses pembelajaran dan bentuk ekspresi mereka menarik untuk
di kaji. kajian ini akan diarahkan pada Musdalifah Asrofi dan
Niken Ayu Utami dikarenakan kedua siswa tersebut memiliki
kemampuan menari lebih bagus dibandingkan siswa yang lain di
SLB B YPSLB Gemolong. Kemampuan menari tersebut meliputi
keluwesan, hafalan, bentuk, dan kesesuaian gerak dengan irama.
Penelitian ini adalah kualitatif dengan teknik pengumpulan
data yaitu meliputi observasi, wawancara, dan studi pustaka.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses pembelajaran mereka
menggunakan pola imitatif dan informatif (peragaan dengan
meniru dilengkapi dengan berbagai penjelasan) dengan metode
drill dilaksanakan secara klasikal untuk kemudian
mengkomunikasikan, mengenangkan kembali, melaksanakan dan
menciptakan bentuk dalam tubuh penari yang mampu mereaksi,
merespons, berinteraksi, dan menyapa dengan “kecerdasannya”
terhadap elemen-elemen estetis. Kekhususan metode terletak pada
sistem isyarat sebagai sarana instruksional baik untuk
komunikasi bahasa sehari-hari maupun isyarat untuk penyebutan
nama-nama ragam gerak pada tari Merak. Dalam penerapannya
pengajar menerapkan lima tahap metode yakni: pengenalan gerak,
metode imitasi melalui sistem cermin, metode driil, penghayatan
ritme melalui hitungan, dan interaksi dengan siswa melalui
sentuhan.
Bentuk dan ekspresi tari Merak yang disajikan sepintas tidak
jauh berbeda dengan penari Merak pada umumnya bahwa terlihat
penari sangat percaya diri dalam membawakannya. Peran isyarat
sangat tampak pada perubahan setiap vokabuler tari. Penari
sangat terpaku pada isyarat yang diberikan oleh gurunya. Isyarat
berpengaruh sangat penting pada bentuk ekspresi pada tari Merak
yang disajikan. Untuk musik karena siswa tidak mendengar jadi
irama tidak selalu pada mungkus.

vi
KATA PENGANTAR

Penelitian dengan judul “Ekspresi Tari Merak Siswa

Tunarungu-wicara di SLB-B YPSLB Gemolong (Studi Kasus

Musdalifah Asrofi dan Niken Ayu Utami)”, mengulas persoalan

pendidikan seni tari yang diajarkan bagi siswa penyandang cacat

tunarungu-wicara atau mengalami keterbatasan pada

pendengaran. Secara umum tujuan dari penelitian ini adalah

memberikan wacana mengenai bentuk dan ekspresi tari Merak

yang ditarikan oleh “Musdalifah Asrofi dan Niken Ayu Utami”

siswa tunarungu-wicara di SLB-B YPSLB Gemolong.

Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada

Prof. Dr. Sri Rochana Widyastutieningrum,S. Kar., M. Hum selaku

pembimbing sekaligus Rektor Institut Seni Indonesia Surakarta

yang tidak hanya sabar dalam membimbing namun membantu

segala kebutuhan untuk mendapatkan data selengkap mungkin.

Tak kalah penting selalu memberikan semangat dan solusi dalam

penelitian ini.

Kepada Penguji Utama Dr. R M . Pramutomo, Ketua Dewan

Penguji kelayakan Proposal Dr. Slamet, M.Hum, Ketua Dewan

Penguji Dr. Aton Rustandi Mulyana, M.Sn yang memberikan

kesempatan kepada penulis untuk tetap melanjutkan dan

vii
menyelesaikan penelitian, dan memberikan banyak kontribusi

terhadap keberlangsungan penelitian.

Kepada Direktur Pascasarjana ISI Surakarta Dr. Aton

Rustandi Mulyana beserta staf administrasi Pascasarjana ISI

Surakarta, Mas Kirun, Ibu Latifah, Mbak Wulan, Mas Bayu, dan

Mas Johan kalian luar biasa melayani dengan baik dan penuh

kemakluman.

Kepada kedua orang tua yang selalu memberikan dukungan

dalam segala hal yang juga selalu sabar dan memaklumi melihat

putrinya sejauh ini belum bisa membahagiakan. Terimakasih

sudah mengijinkan putri satu-satunya untuk tetap melanjutkan

pendidikan hingga jenjang S2 walaupun dalam keadaan yang bisa

dikatakan nekat bagi keluarga penulis.

Terima kasih penulis haturkan kepada Ibu Sri Subekti,

Musdalifah Asrofi dan Niken Ayu Utami selaku nara sumber

utama. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

atas kebijaksanaan, keterbukaan, dan kerelaan hati untuk

meluangkan waktu dan pikiran demi memberikan segala bentuk

informasi yang penulis butuhkan. Penulis mengucapkan terima

kasih untuk Poernami Sary Dewi guru seni tari di SLB BC Hamong

Putro Sukoharjo dan Indras Sri Harjanti guru seni tari di SLB BC

YPCM Boyolali, seluruh siswa dan pengajar SLB se Solo Raya yang

menerapkan pembelajaran seni tari pada siswa tunarungu-wicara

viii
yang telah menerima penulis dengan segenap kehangatan dan

kasih sayang, sehingga kegiatan penelitian yang penulis lakukan

dipenuhi dengan semangat dan keyakinan.

Khusus seluruh siswa tunarungu-wicara, rasa bangga dan

sejuta harapan telah terbangun untuk kalian. Semoga penelitian

ini dapat menjembatani mata dunia agar dapat melihat anak-anak

yang siap menjadi penerang kehidupan, serta penakluk mimpi

dengan segudang kemampuan dalam memahami rasa syukur.

Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada semua pihak

yang tidak dapat penulis sebutkan satu per-satu yang telah

memberikan dukungan, bantuan, dan segala bentuk kontribusi

sehingga penelitian ini dapat di selesaikan. Kritik dan saran selalu

penulis harapkan untuk penyempurnaan wawasan dan

intelektualitas penulis dalam seni dan keilmuan.

Surakarta, 6 Februari 2017

Penulis

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................. I

HALAMAN PERSETUJUAN ................................................. ii

HALAMAN PENGESAHAN .................................................. iii

HALAMAN PERNYATAAN ................................................... iv

ABSTRACT ......................................................................... v

INTISARI ............................................................................ vi

KATA PENGANTAR ............................................................ vii

DAFTAR ISI ........................................................................ X

DAFTAR GAMBAR .............................................................. xiv

BAB I PENDAHULUAN ................................................ 1

A. Latar Belakang ............................................. 1

B. Rumusan Masalah ........................................ 8

C. Tujuan Penelitian ......................................... 8

D. Manfaat Penelitian ........................................ 9

E. Tinjauan Pustaka ......................................... 10

F. Landasan Konseptual ................................... 15

G. Metode Penelitian ......................................... 17

H. Sistematika Penulisan .................................. 25

x
BAB II PROSES PEMBELAJARAN TARI SISWA SLB
TUNA RUNGU-WICARA SE-SOLO RAYA
....................................................................... 27

A. Gambaran umum Sekolah Luar Biasa

Tunarungu-wicara (SLB-B) Se-Solo Raya 27

1. Kabupaten Boyolali ................................. 28

2. Kabupaten Sragen .................................. 30

3. Kabupaten Sukoharjo .............................. 31

4. Kota Madya Surakarta ............................. 31

5. Kabupaten Karanganyar .......................... 34

6. Kabupaten Klaten .................................... 35

7. Kabupaten Wonogiri ................................ 36

B. Pembelajaran Seni Tari di Sekolah Luar Biasa

Tunarungu-Wicara (SLB-B)……………………… 38

1. SLB BC YPCM Boyolali………………………. 38

2. SLB B YPSLB Gemolong Sragen…………… 44

3. SLB BC Hamong Putro Sukoharjo….…….. 56

BAB III PROSES PEMBELAJARAN DAN BENTUK TARI


MERAK MUSDALIFAH ASROFI DAN NIKEN 66
AYU UTAMI……………...............

A. Proses Pembelajaran Tari Merak................... 66

1. Pengajar…………………………………………. 66

xi
2.Siswa atau Penari…………………………….. 67

3. Pemilihan Materi……………….……………. 72

4. Penyampaian Materi dengan Bentuk

Isyarat……………………………………………. 74

5. Penerapan Pembelajaran Tari Merak….... 83

6. Aspek Pendukung Khusus…………………. 90

7. Evaluasi Hasil Pembelajaran……………… 93

B. Bentuk Tari Merak .................................. 95

1. Musik.. ………………………………………… 98

2. Rias dan Busana……………………………… 102

3. Deskripsi Tari Merak di SLB B YPSLB

Gemolong………………………………………. 103

BAB IV EKSPRESI TARI MERAK “MUSDALIFAH


ASROFI DAN NIKEN AYU UTAMI”
………………..................................................... 130

A. Ekspresi yang Terkait Gerak (wiraga)….……. 132

B. Ekspresi yang Terkait Musik (wirama)..……… 140

C. Ekspresi yang Terkait Penjiwaan (wirasa)…… 146

BAB V PENUTUP………………………………………………. 156

Kesimpulan…………………………………………….. 156

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………. 158

DAFTAR NARASUMBER…………………………………………… 161

GLOSARIUM…………………………………………………………. 163

xii
LAMPIRAN……………………………………………………………. 168

1. Koran Tribun Solo…………………………….... 168

2. Koran Solopos…………………………………… 169

3. Koran Joglo Semar……………………………… 170

xiii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Bentuk isyarat untuk menginstruksikan 39


tempo lambat di SLB BC YPCM Boyolali.

Gambar 2. Bentuk isyarat untuk menginstruksikan 39


gerakan berputar di SLB BC YPCM
Boyolali.

Gambar 3. Bentuk isyarat untuk menginstruksikan 40


mulai gerakan dan waktu pergantian gerak
di SLB BC YPCM Boyolali.

Gambar 4. Tangan untuk menginstruksikan mulai 40


gerakan dan waktu pergantian gerak di
SLB BC YPCM Boyolali.

Gambar 5. Bentuk isyarat untuk menginstruksikan 41


gerakan sudah selesai di SLB BC YPCM
Boyolali.

Gambar 6. Bentuk isyarat untuk menginstruksikan 41


gerakan loncat kanan/kiri di SLB BC
YPCM Boyolali.

Gambar 7. Bentuk isyarat untuk menginstruksikan 42


gerakan Srisig di SLB BC YPCM Boyolali.

Gambar 8. Bentuk isyarat untuk menginstruksikan 42


gerakan Mendek di SLB BC YPCM
Boyolali.

Gambar 9. Bentuk isyarat untuk menginstruksikan 43


gerakan Njumbul (tubuh level atas) di SLB
BC YPCM Boyolali.

Gambar 10. Tepuk kedua tangan yaitu bentuk isyarat 45


tanda mulai dan pergantian gerak
(alternatif 1) di SLB B YPSLB Gemolong.

Gambar 11. Tangan kanan menepuk punggung tangan 45


kiri atau sebaliknya yaitu bentuk isyarat
untuk tanda mulai dan pergantian gerak

xiv
(alternatif 2) di SLB B YPSLB Gemolong.

Gambar 12. Tangan menunjuk pinggul yaitu bentuk 46


isyarat untuk tanda gerakan pada pinggul
di SLB B YPSLB Gemolong.

Gambar 13. Bentuk isyarat untuk tanda kedua penari 46


sejajar lurus hadap depan di SLB B YPSLB
Gemolong.

Gambar 14. Jari telunjuk digerakkan memutar. Bentuk 47


isyarat pola lantai berputar (alternatif 1) di
SLB B YPSLB Gemolong.

Gambar 15. Jari telunjuk digerakkan memutar. Bentuk 47


isyarat untuk pola lantai berputar
(alternatif 2) di SLB B YPSLB Gemolong.

Gambar 16. Jari telunjuk menunjuk salah satu sisi 48


pojok. Bentuk isyarat untuk pola lantai
menuju pojok kanan di SLB B YPSLB
Gemolong.

Gambar 17. Jari telunjuk menunjuk salah satu sisi 48


pojok.Bentuk isyarat untuk pola lantai
menuju pojok kiri di SLB B YPSLB
Gemolong.

Gambar 18. Jari tangan digerakkan kedalam. Bentuk 49


isyarat untuk pola lantai atau gerakan
maju di SLB B YPSLB Gemolong.

Gambar 19. Bentuk isyarat untuk pola lantai penari 49


mendekat di SLB B YPSLB Gemolong.

Gambar 20. Bentuk isyarat untuk pola lantai penari 50


menjauh di SLB B YPSLB Gemolong.

Gambar 21. Tangan digerakkan ke atas. Bentuk isyarat 50


untuk level ke atas/njumbul di SLB B
YPSLB Gemolong.

Gambar 22. Tangan digerakkan ke atas. Bentuk isyarat 51


untuk level bawah di SLB B YPSLB
Gemolong.

xv
Gambar 23. Tangan menunjuk kepala. Bentuk isyarat 51
untuk memberikan instruksi gerakan
kepala di SLB B YPSLB Gemolong.

Gambar 24. Bentuk isyarat untuk instruksi gerakan 52


srisig. (Alternatif 1) di SLB B YPSLB
Gemolong.

Gambar 25. Bentuk isyarat untuk instruksi gerakan 52


srisig. (Alternatif 2) di SLB B YPSLB
Gemolong.

Gambar 26. Bentuk isyarat untuk instruksi maju di 53


SLB B YPSLB Gemolong.

Gambar 27. Tangan ditarik ke belakang. Bentuk 53


isyarat untuk instruksi mundur di SLB B
YPSLB Gemolong.

Gambar 28. Bentuk isyarat untuk tanda gerakan 54


penari pola lantai hadap belakang dalam
tari di SLB B YPSLB Gemolong.

Gambar 29. Bentuk isyarat tanda gerakan berhenti 54


pada tari di SLB B YPSLB Gemolong.

Gambar 30. Bentuk isyarat untuk tanda gerakan pada 55


saat kedua penari jéjér dan mendhek
dalam tari di SLB B YPSLB Gemolong.

Gambar 31. Bentuk isyarat tanda gerakan kepala 55


nengkleng kiri di SLB B YPSLB Gemolong.

Gambar 32. Bentuk isyarat untuk posisi penari jejer. 57


di SLB BC Hamong Putro Sukoharjo.

Gambar 33. Bentuk isyarat untuk menginstruksikan 57


siaga bahwa gerakan akan segera dimulai
di SLB BC Hamong Putro Sukoharjo.

Gambar 34. Bentuk isyarat untuk menginstruksikan 58


gerakan dimulai di SLB BC Hamong Putro
Sukoharjo.

xvi
Gambar 35. Bentuk isyarat tepuk tangan untuk 58
pergantian gerakan di SLB BC Hamong
Putro Sukoharjo.

Gambar 36. Bentuk isyarat untuk menginstruksikan 59


level atas di SLB BC Hamong Putro
Sukoharjo.

Gambar 37. Bentuk isyarat untuk menginstruksikan 59


gerakan melingkar dan atau diulang-
ulang di SLB BC Hamong Putro
Sukoharjo.

Gambar 38. Bentuk isyarat untuk gerakan srisig di 60


SLB BC Hamong Putro Sukoharjo.

Gambar 39. Bentuk isyarat untuk menginstruksikan 60


gerakan loncat di SLB BC Hamong Putro
Sukoharjo.

Gambar 40. Bentuk isyarat untuk tanda hadap 61


belakang di SLB BC Hamong Putro
Sukoharjo.

Gambar 41. Bentuk isyarat untuk tanda hadap 61


ungkur-ungkuran di SLB BC Hamong
Putro Sukoharjo.

Gambar 42. Bentuk isyarat untuk tanda gerakan 62


loncat di SLB BC Hamong Putro
Sukoharjo.

Gambar 43. Bentuk isyarat untuk tanda level bawah 62


di SLB BC Hamong Putro Sukoharjo.

Gambar 44. Bentuk isyarat untuk tanda level bawah 63


atau mendhek di SLB BC Hamong Putro
Sukoharjo.

Gambar 45. Bentuk isyarat tanda siswa berhadapan di 63


SLB BC Hamong Putro Sukoharjo.

Gambar 46. Bentuk isyarat siswa hadap depan di SLB 64


BC Hamong Putro Sukoharjo.

xvii
Gambar 47. Bentuk isyarat untuk instruksi sekaran 1 77
pada tari Merak. Diperagakan oleh Sri
Subekti di SLB B YPSLB Gemolong.

Gambar 48. Bentuk isyarat untuk instruksi sekaran 2 78


pada tari Merak di SLB B YPSLB
Gemolong.
Gambar 49. Bentuk isyarat untuk instruksi sekaran 3 78
pada tari Merak di SLB B YPSLB
Gemolong.

Gambar 50. Bentuk isyarat untuk instruksi sekaran 4 79


pada tari Merak di SLB B YPSLB
Gemolong.

Gambar 51. Bentuk isyarat untuk instruksi sekaran 4 79


saat badan berbalik pada tari Merak di
SLB B YPSLB Gemolong.

Gambar 52. Bentuk isyarat untuk instruksi sekaran 5 80


saat badan berbalik pada tari Merak di
SLB B YPSLB Gemolong.

Gambar 53. Bentuk isyarat untuk instruksi sekaran 6 80


pada tari Merak di SLB B YPSLB
Gemolong.

Gambar 54. Bentuk isyarat untuk instruksi sekaran 8 81


pada tari Merak di SLB B YPSLB
Gemolong.

Gambar 55. Bentuk isyarat untuk instruksi sekaran 9 81


pada tari Merak di SLB B YPSLB
Gemolong.

Gambar 56. Rias dan busana tari Merak. diperagakan 102


oleh Musdalifah Asrofi dan Niken Ayu
Utami.

Gambar 57. Salah satu sekaran dalam tari Merak oleh 138
Musdalifah Asrofi dan Niken Ayu Utami.
tampak penari melihat ke depan pada
saat pergantian gerak untuk melihat
isyarat yang diberikan guru.

xviii
Gambar 58. Gerakan penghubung dalam tari Merak 138
oleh Musdalifah Asrofi dan Niken Ayu
Utami. tampak penari melihat isyarat
yang diberikan guru.

Gambar 59. Sekaran tiga dalam tari Merak oleh 144


Musdalifah Asrofi dan Niken Ayu Utami.
Penari tampak tetap menari mengikuti
irama walau tidak melihat isyarat dari
guru saat menari.

Gambar 60. Gerakan akan srisig pada tari Merak oleh 144
Musdalifah Asrofi dan Niken Ayu Utami
saling berpandangan dan tidak melihat
isyarat dari guru.

Gambar 61. Tampak penari melakukan gerakan 145


menghadap belakang pada tari Merak
dengan pola lantai melingkar.

Gambar 62. Sekaran tiga dalam tari Merak oleh 147


Musdalifah Asrofi dan Niken Ayu Utami.
Penari tampak senyum saat menari.

Gambar 63. Gerakan aburan dalam tari Merak oleh 147


Musdalifah Asrofi dan Niken Ayu Utami.
Penari tampak percaya diri dalam
memainkan busana sayap.

xix
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945 isinya antara lain adalah mencerdaskan

kehidupan bangsa dan pendidikan merupakan hak asasi bagi

setiap warga Negara Indonesia. Terkait hal tersebut dalam tesis

Endah Dwi Astuti juga dinyatakan bahwa:

“UUD 1945 yang diatur di dalam pasal 28C Ayat 1


perubahan II 18 Agustus 2000 yang berbunyi setiap orang
berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan
dasarnya, berhak mendapatkan pendidikan dan memperoleh
manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan
budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi
kesejahteraan umat manusia” (Hastuti, 2014:2).

Ulasan di atas menjadi dasar bahwa pendidikan merupakan

hal penting yang harus didapat oleh semua warga Negara Republik

Indonesia tidak terkecuali. Begitu juga pada siswa berkebutuhan

khusus. Pendidikan wajib diberikan kepada semua anak,

termasuk kepada anak berkebutuhan khusus di antaranya adalah

anak tunarungu wicara.

Tunarungu adalah sebutan bagi seseorang yang mempunyai

keterbatasan pada indra pendengaran. Istilah tunarungu

digunakan untuk orang yang mengalami gangguan pendengaran

seperti kurang dengar dan tuli (Gunadi, 2011:128). Sebagian besar


2

seseorang yang mengalami keterbatasan pendengaran otomatis

mengalami kesulitan berbicara. Seperti yang diutarakan dalam

buku yang berjudul Anak Cacat Bukan Kiamat : Metode

Pembelajaran dan Terapi untuk Anak Berkebutuhan Khusus,

bahwa pada anak tunarungu, tidak hanya gangguan pendengaran

saja yang menjadi kekurangannya namun dia pun akan

mengalami kesulitan dalam berbicara (Smart,2010:34).

Terkait dengan kebutuhan tunarungu di Indonesia dikenal

bentuk pendidikan/lembaga luar biasa sesuai dengan

kekhususannya untuk sebutan tunarungu dikelompokkan pada B.

Siswa Sekolah Luar Biasa (SLB) B memiliki keterbatasan

pendengaran dan kesulitan dalam berbicara. Kondisi tersebut

membuat mereka mengalami kesulitan dalam berkomunikasi

dengan masyarakat umum. Untuk berkomunikasi di sekolah

menggunakan Sistem Isyarat Bahasa Indonesia (SIBI) yaitu bahasa

isyarat yang menggunakan satu tangan dengan membuat bentuk-

bentuk jari yang disesuaikan dengan ketentuan dalam SIBI untuk

menunjukkan simbol-simbol huruf abjad, penyebutan bagian

tubuh dan benda-benda serta penyebutan yang lain. Namun

untuk lingkungan keluarga mereka menggunakan bahasa isyarat

yang berbeda yaitu lebih memaksimalkan gerak bibir, ekspresi

wajah dan gerak tubuh. Bahasa isyarat yang berkembang untuk

komunikasi sesama komunitas menggunakan Bahasa Isyarat


3

Indonesia (BISINDO) yaitu menggunakan dua tangan untuk

menunjukkan huruf abjad.

Sekolah Luar Biasa (tunarungu=B) Yayasan Pembinaan

Sekolah Luar Biasa (SLB-B YPSLB) Gemolong menerapkan seni

tari sebagai mata pelajaran yang masuk dalam program

pendidikan Bina Komunikasi, Persepsi Bunyi dan Irama (BKPBI)

yang mana keterbatasan yang disandang siswa ternyata tidak

menghalangi diterapkannya seni tari. Penerapan tersebut oleh

guru tari dan pihak sekolah dirasa sesuai untuk diaplikasikan.

Penerapan materi tari yang diajarkan tidak lepas dari musik.

Fenomena pembelajaran tari bagi siswa tunarungu-wicara juga

diterapkan kepada SLB di Solo Raya.

Solo Raya terdiri dari enam kabupaten dan satu kota yaitu

(1) Sragen (2) Karanganyar (3) Sukoharjo (4) Wonogiri (5) Boyolali

(6) Klaten dan kota Surakarta. Setiap kabupaten dan kota

memiliki beberapa Sekolah Luar Biasa (SLB) yang menerapkan

pembelajaran seni tari khusus bagi siswa tunarungu-wicara.

Tahun 20015-2016 Di Solo Raya terdapat 5 SLB khusus

Tunarungu-wicara (B) dari 4 Kabupaten dan kota Surakarta yang

menerapkan pembelajaran seni tari dengan baik dan secara efektif

serta masuk dalam kurikulum yaitu (1) SLB B Yayasan Pembinaan

Sekolah Luar Biasa (YPSLB) Gemolong di Kabupaten Sragen, (2)

SLB B-C Hamong Putro di Kabupaten Sukoharjo, (3) SLB B-C


4

Yayasan Penderita Cacat Mental (YPCM) di Kabupaten Boyolali, (4)

SLB Yayasan Rehabilitasi Anak Tuna Rungu Wicara (YRTRW) dan

(5) SLB Negeri Surakarta. Adapun 2 kabupaten memiliki SLB B

yang menerapkan pembelajaran tari hanya pada kegiatan

ekstrakurikuler yaitu SLB-B Yayasan Pembinaan Anak Luar Biasa

(YPALB) di Kabupaten Karanganyar, dan SLB CYPAALB

Prambanan di Kabupaten Klaten.

Pembelajaran seni tari khususnya bagi siswa tunarungu-

wicara dapat berjalan cukup baik terutama yang memberikan

materi tari Jawa. Terbukti tahun 2003 diselenggarakan lomba seni

tari bagi siswa tunarungu-wicara dari tingkat kabupaten sampai

provinsi. Oleh karena itu setiap kabupaten diwajibkan kabupaten

mengirimkan delegasi untuk mengikuti lomba tersebut. Salah satu

tujuan diselenggarakan lomba seni tari adalah untuk memotivasi

siswa SLB-B untuk terus berlatih seni tari.

Materi tari yang ditampilkan dalam lomba meliputi tari

Merak (tahun 2003-2004), tari Soyong (tahun 2005), tari Bondan

(tahun 2006), tari Manipuri (tahun 2007), tari Kukila (tahun 2008

dan 2010). Beberapa kali penyelenggaraan lomba tersebut tampak

sebagian besar peserta mampu menyajikan repertoar tari hampir

sesuai dengan musiknya. Hal menarik yang perlu dicermati adalah

ketika anak tunarungu-wicara dengan keterbatasan pendengaran


5

dan kesulitan dalam berbicara mampu menari sesuai tempo musik

karawitan tari yang digunakan.

Hasil dari penyelenggaraan lomba dapat diketahui SLB yang

mempunyai prestasi sebagai hasil pembelajaran seni tari. Dilihat

dari proses pembelajaran serta hasil yang didapat SLB-B

Gemolong memiliki banyak prestasi dalam lomba tersebut,

terbukti tahun 2003-2004 Juara I lomba tari Merak tingkat

Provinsi, tahun 2005 Juara I lomba tari Soyong tingkat Provinsi,

tahun 2007 Juara Harapan I lomba tari Kukila tingkat Provinsi,

tahun 2008-2009 Juara I lomba tari Merak tingkat Provinsi.

SLB-B YPSLB Gemolong di Kabupaten Sragen menerapkan

pembelajaran seni tari secara disiplin. Pembelajaran seni tari tetap

diterapkan sesuai jadwal yang sudah ditentukan dengan materi

tari antara lain Gambyong, Merak, Manipuri, Soyong, Kukilo, dan

Bondan Tani. Materi tari tersebut tidak diajarkan pada SLB yang

lain karena dianggap memiliki kesulitan yang tinggi bagi siswa

tunarungu-wicara.

Proses pembelajaran seni tari di SLB-B YPSLB Gemolong

diterapkan sejak adanya kegiatan lomba tari tingkat kabupaten

pada tahun 2003. Dalam mempersiapkan lomba tersebut pihak

sekolah memilih materi tari kreasi yang kemudian menghantarkan

siswa SLB-B YPSLB Gemolong ke tingkat eks Karesidenan

Surakarta. Lomba tari diikuti oleh enam kontingen yaitu Sragen,


6

Sukoharjo, Karanganyar, Boyolali, Klaten, dan Kota Surakarta

dengan materi tari Merak. Dalam perlombaan tersebut SLB-B

YPSLB Gemolong meraih juara I yang kemudian maju ke tingkat

Provinsi dengan materi tari Merak. Lomba tingkat Provinsi SLB-B

kembali meraih juara I. Prestasi yang diukir oleh siswa dengan

materi tari Merak tersebut mendapat penilaian yang baik dari

dewan juri dengan dasar penilaian lomba di antaranya adalah

keluwesan, variasi pola lantai, rias dan busana, serta kesesuaian

gerak dengan musik.

Siswa tunarungu-wicara mampu menyajikan tari Merak

sesuai dengan musik yang mereka bangun sendiri sehingga dia

mampu merasakan atau bahkan menghayati. Beberapa kali

menyaksikan siswa tunarungu-wicara menyajikan tari Merak

dalam acara hajatan pernikahan, acara “Nemlikuran“,

perlombaan, dan dalam acara “Menari Tanpa Bunyi” yang

diselenggarakan oleh Lembaga Penelitian Pengabdian Masyarakat

dan Pengembangan Pendidikan (LPPMPP) Institut Seni Indonesia

Surakarta peneliti dapat mengamati ada kemampuan siswa

tunarungu-wicara yang masih tetap konsisten melakukan gerakan

tanpa berhenti terutama di saat pola lantai yang menghadap

belakang sekalipun kode isyarat yang diberikan tidak bisa dilihat

namun anak melakukannya dengan baik sesuai dengan musik.

Kenyataan tersebut menjadi bukti bahwa mereka memiliki sesuatu


7

untuk dapat melakukannya dan hal ini sangat menarik untuk

diteliti.

Pertimbangan dalam penelitian difokuskan pada dua penari

Musdalifah Asrofi dan Niken Ayu Utami yaitu karena siswa

tersebut dinilai memiliki kemampuan lebih baik dibandingkan

dengan siswa yang lain. Mereka sudah cukup lama dipercaya

pihak sekolah untuk mementaskan tari Merak di berbagai acara.

Sejak mereka duduk di bangku Sekolah Dasar (SD) bakat menari

sudah terlihat pada Musdalifah Asrofi dan Niken Ayu Utami yaitu

lebih luwes dalam menirukan gerakan, respons terhadap materi

lebih cepat dan bentuk fisik yang ideal. Adanya beberapa faktor

tersebut memungkinkan siswa SLB B YPSLB Gemolong diajar

materi tari Merak.

Penerapan pembelajaran tari Merak kepada Musdalifah

Asrofi dan Niken Ayu Utami cukup berhasil terbukti bahwa tidak

jarang mereka diminta membawakan tari Merak dalam berbagai

acara seperti perlombaan, penyambutan tamu, perayaan hari

besar dan pementasan di tempat orang punya hajat. Oleh karena

mereka sering membawakan tari Merak dalam berbagai acara

tersebut, mereka semakin hafal gerakan, menguasai dengan baik

pola lantai serta irama yang dibawakan dengan percaya diri

sehingga mampu mewujudkan ekspresi yang diharapkan.


8

B. Rumusan Masalah

Penelitian ini berjudul “Ekspresi Musdalifah Asrofi dan

Niken Ayu Utami Siswa Tunarungu-wicara Dalam Tari Merak”.

Pertimbangan memilih dua penari tersebut yaitu untuk

memfokuskan dan memperjelas dalam menganalisis bentuk

ekspresi yang diungkapkan penari. Berikut dua rumusan masalah

yang digunakan sebagai batasan dalam mengungkap ekspresi tari

Merak :

1. Bagaimana proses pembelajaran tari Merak bagi tunarungu-

wicara di SLB-B YPSLB Gemolong?

2. Bagaimana bentuk dan ekspresi tari Merak yang disajikan

oleh “Musdalifah Asrofi dan Niken Ayu Utami”?

C. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian terhadap ekspresi Musdalifah Asrofi

dan Niken Ayu Utami siswa tunarungu-wicara dalam tari Merak

bertujuan memberikan kontribusi terhadap eksistensi siswa

tunarungu-wicara melalui seni tari. Memberikan wacana yang

dapat disampaikan kepada masyarakat secara luas bahwa siswa

tunarungu-wicara juga memiliki minat terhadap seni tari. Melalui

seni tari mereka dapat membangun potensi, eksistensi, dan


9

kesempatan untuk terlibat dalam kegiatan kesenian baik secara

amatir maupun secara profesional. Secara khusus tujuan dari

penelitian ini adalah menjawab ke dua rumusan masalah itu

dengan penjabaran sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan dan menganalisis proses pembelajaran tari

Merak di SLB-B YPSLB Gemolong dengan mengulas metode

dan capaian dari pembelajaran seni tari.

2. Mengkaji secara analis bentuk dan ekspresi tari Merak yang

ditarikan oleh Musdalifah Asrofi dan Niken Ayu Utami.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi

terhadap pengkayaan materi khususnya dalam keragaman fungsi

dan tujuan dari pembelajaran seni tari, serta dapat dijadikan

kajian bagi perkembangan seni tari dengan melengkapi kajian-

kajian serupa yang sudah ada.

Penelitian ini diharapkan mampu menjembatani

kesenjangan informasi sehingga mampu menempatkan seni

pertunjukan Indonesia pada posisi yang wajar dan memberikan

wacana disiplin ilmu seni tari yang dikaji secara teks dan

kontekstual.
10

E. Tinjauan Pustaka

Buku yang berjudul Pendidikan Seni Tari Buku Guru Sekolah

Menengah Pertama, oleh R.M Wisnoe Wardhana tahun 1990

menjelaskan bagaimana menanggulangi hambatan-hambatan

yang dihadapi oleh para guru dalam melaksanakan proses belajar

mengajar mata pelajaran seni tari di Sekolah Menengah Pertama.

Di dalamnya juga membahas mengenai penerapan senitari untuk

terapi kepada siswa berkebutuhan khusus. Buku ini memberikan

kontribusi mengenai perspektif tentang seni tari secara umum dan

khusus disampaikan secara obyektif. Secara umum buku ini

membahas tentang pendidikan seni tari. Akan tetapi segmentasi

atau objek dari buku ini adalah siswa Sekolah Menengah Pertama

(SMP) dan bukan penyandang cacat. Pertama, di dalam buku ini

memaparkan fungsi pendidikan kesenian, yang menjelaskan

tentang: pengertian kesenian dan seni tari; fungsi ganda

pendidikan seni tari; dan fungsi kegiatan seni tari. Kedua, Isi dan

tujuan pendidikan seni tari, yang menjelaskan tentang: jangkauan

materi untuk jenjang SMP; pengalaman sajian tari; pengenalan

bentuk klasik dan bentuk masa kini; penghayatan fungsional tari;

pelaksanaan tari tematik dan nontematik; gaya; dan sifat tari.

Ketiga, proses belajar mengajar, menjelaskan tentang: pemahaman

dan pelaksanaan GBPP; sistem; didaktik; metode; dan motivasi.


11

Keempat, evaluasi pendidikan kesenian, menjelaskan tentang:

tolok ukur; hubungan unsur-unsur seni dengan watak; nilai;

petunjuk penilaian; dan tingkat-tingkat kemampuan apresiasi

seni. Buku ini dijadikan acuan atau perbandingan dalam

memahami substansi serta berbagai aspek dalam penerapan

pembelajaran seni tari.

Buku dengan judul Inklusi Sekolah Ramah Untuk Semua,

oleh J.David Smith tahun 2009 adalah buku terjemahan dari

bahasa Inggris menjadi bahasa Indonesia yang memberikan

sumber informasi tentang pendidikan inklusif dan pendidikan

anak berkebutuhan khusus. Buku ini berisi tentang pengajaran

dan tenaga pengajar berkemampuan cukup yang inklusif bagi

semua siswa dan lingkungan pengajaran yang bisa menerima

berbagai ragam karakter siswa. Menjelaskan juga tentang berbagai

perbedaan kemampuan dan kebutuhan siswa, serta berbagai

kebutuhan umum manusia dan aspirasi setiap orang. Membahas

juga bagaimana menangani anak penyandang cacat tunarungu

wicara secara khusus. Buku ini memberikan kontribusi

penyusunan tesis yaitu pengkayaan materi terhadap pemahaman

mengenai hal-hal yang dihadapi bagi siswa berkebutuhan khusus

tunarungu-wicara

Buku yang berjudul The Story of My Life : Kisah Nyata

Perempuan Buta, Bisu, dan Tuli yang Mengguncang Dunia, oleh


12

Helen Keller tahun 2010 menceritakan pegalaman pribadi yang

memiliki tiga kecacatan sekaligus yaitu buta, bisu dan tuli.

Menceritakan bagaimana menghadapi hidup yang baik setara

dengan anak normal pada umumnya, hingga menempuh

pendidikan di perguruan tinggi yang kesemua itu terwujud atas

peran penting dari gurunya yang selalu mendampingi setiap

kegiatan dan menciptakan metode-metode yang sesuai kebutuhan

Keller. Kontribusi dari buku ini adalah memberikan gambaran

jenis metode khusus terhadap siswa yang berkebutuhan khusus

bahkan siswa yang memiliki multi kecacatan seperti Keller yang

hal itu tidak menghambat untuk bisa meraih pendidikan tinggi

dan menjalani hidup yang baik di masyarakat.

Skripsi dengan judul “Hubungan Kreativitas Kegiatan

Ekstrakurikuler Tari dengan Kemandirian Siswa Sekolah

Menengah Pertama Luar Biasa Tunarungu-wicara (SMPLB-B)

Kecamatan Gemolong, Kabupaten Sragen tahun ajaran

2009/2010” (2010) oleh Sri Subekti, Universitas Veteran Bangun

Nusantara Sukoharjo menjelaskan pada aspek kejiwaan atau

kepribadian anak yakni hubungan antara kreativitas dan

kemandirian siswa dengan mengulas dampak dari pembelajaran

tari terhadap psikologi anak.

Tesis dengan judul “ Sukarno dan Suwargo : Dua Pengrawit

Tuna Netra Mumpuni” oleh Singgih Sri Cundomanik (2012)


13

mengulas tentang faktor-faktor yang mengantarkan Sukarno dan

Suwargo memilih menjadi seorang pengrawit, proses

pengembaraan dalam membangun kepengrawitannya dan peran di

wilayah masing-masing. Penelitian ini berorientasi pada dua tokoh

tuna netra yang dikaji dari seni musik. Perbedaan penelitian

terlihat jelas pada obyek material dan obyek penelitian.

Tesis dengan judul “Penanaman Rasa Percaya Diri Siswa

Tuna Rungu-Wicara Melalui Pembelajaran Tari di SLB-B YPSLB

Gemolong-Jawa Tengah (2013) oleh Maria Denok Bekti

Agustiningrum mengulas tentang proses pembelajaran seni tari di

SLB-B YPSLB Gemolong sebagai salah satu media untuk

membangun rasa percaya diri siswa. Agustiningrum memaparkan

tentang bagaimana seni tari yang salah satunya adalah tari

Gambyong dapat memberikan dampak atau pengaruh terhadap

perkembangan pribadi siswa ditinjau dari aspek psikologi.

Tesis dengan judul “Implementasi Muatan Lokal Seni Tari

pada Peserta Didik SMALB Tuna Rungu di SLB B-C Hamong Putro

Jombor Bendosari Sukoharjo” oleh Endah Dwi Hastuti (2014)

mengulas tentang perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi, serta

mengidentifikasi ketercapaian berikut kendala dalam implementasi

pembelajaran muatan lokal seni tari pada peserta didik SMALB di

SLB B-C Hamong Putro Jombor, Kecamatan Bendosari, Kabupaten

Sukoharjo, Provinsi Jawa Tengah. Hastuti menyusun tesisnya


14

memfokuskan kepada SMALB di SLB B-C Hamong Putro sebagai

objek material dan mengulas implementasi pembelajaran seni tari

ditinjau dari sudut pandang kependidikan.

Penelitian ini merupakan tindak lanjut dan pengembangan

penelitian sebelumnya yaitu penelitian dalam bentuk skripsi

dengan judul “Pembelajaran Seni Tari Penyandang Cacat

Tunarungu-wicara di SLB-B YPSLB Gemolong Kabupaten Sragen ”

Jurusan Seni Tari Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni

Indonesia Surakarta 2011 oleh Retno Utari. Dalam penelitian ini

memiliki sudut pandang dan substansi yang berbeda dengan

penelitian berikutnya meskipun obyeknya sama namun lebih

mengulas proses serta menganalisis bentuk dan ekspresi tari

Merak lebih mendalam pada dua penari. Ulasan mengenai proses

pembelajaran tari pada skripsi tidak khusus ke salah satu materi

tari tetapi proses pembelajaran tari secara secara umum. pada

tesis langsung spesifik kepada materi tari Merak yang proses

pembelajarannya petama kali ditulis dan terfokus lagi pada dua

siswa yaitu Musdalifah Asrofi dan Niken Ayu Utami.

Berbagai penelitian yang sudah pernah dilakukan belum

ada yang meneliti tentang tari Merak yang ditarikan oleh siswa

tunarungu-wicara yaitu Musdalifah Asrofi dan Niken Ayu Utami

siswa SLB B YPSLB Gemolong.


15

F. Landasan Konseptual

Tesis yang berjudul ekspresi Musdalifah Asrofi dan Niken

Ayu Utami siswa tunarungu-wicara dalam tari Merak terdiri dari

dua pokok pikiran. Pokok pikiran pertama adalah tentang

bagaimana proses pembelajaran tari Merak bagi siswa tunarungu-

wicara di SLB-B YPSLB Gemolong. Pokok pikiran yang kedua

adalah analisis terhadap ekspresi tari Merak yang disajikan oleh

siswa tunarungu-wicara di SLB-B YPSLB Gemolong.

Mengenai pelaksanaan pembelajaran seni tari di SLB-B

YPSLB Gemolong, peneliti menggunakan konsep yang

dikemukakan oleh Widyastutieningrum dalam bukunya yang

berjudul Revitalisasi Tari Gaya Surakarta, yakni:

“Metode pengajaran tari yang diterapkan di lembaga


pendidikan formal pada umumnya adalah perpaduan antara
imitatif dan informatif (peragaan dengan meniru dilengkapi
dengan berbagai penjelasan) serta metode drill yang
dilaksanakan secara klasikal”(Widyastutieningrum,
2012:91).

Metode pengajaran tari yang dinyatakan oleh Sri Rochana W

tersebut mempunyai persamaan dengan metode yang diterapkan

dalam proses pembelajaran tari di SLB-B YPSLB Gemolong akan

tetapi memiliki cara berkomunikasi yang berbeda dalam

pemberian materi mengingat keterbatasan yang disandang

siswanya. Dasar dan pertimbangan itulah yang diungkapkan


16

peneliti untuk mendeskripsikan proses pembelajaran seni tari bagi

anak tunarungu-wicara di SLB-B YPSLB Gemolong.

Selanjutnya mengulas pokok pikiran kedua tentang ekspresi

tari Merak yang disajikan oleh siswa tunarungu-wicara di SLB-B

YPSLB Gemolong. Untuk membedah ekspresi digunakan teori

tentang ekspresi dalam tari yang dikemukakan oleh Doubler,

yakni:

“Tari adalah ekspresi motorik dari perasaan yang berirama,


mempunyai nilai estetik, yang simbol gerakannya dirancang
untuk menimbulkan kesenangan dan kepuasan dalam
mengekspresikan, mengkomunikasikan, mengenangkan
kembali, melaksanakan dan menciptakan bentuk” (Doubler,
1959:109-110).

Teori tentang ekspresi tari yang disebutkan oleh Doubler

tersebut digunakan oleh peneliti untuk melakukan analisis

terhadap ekspresi tari Merak yang disajikan sebagai hasil dari

pembelajaran seni tari bagi anak tuna rungu-wicara di SLB-B

YPSLB Gemolong. Analisis dilakukan dengan mengidentifikasi

pengembangan teknik yang dilakukan oleh pelatih dan siswa

dalam mengaplikasikan vokabuler gerak tari Merak.

Selain itu, digunakan pula konsep Wahyu Santoso Prabowo

tentang pemahaman dan kesadaran terhadap tubuh sebagai media

ekspresi yang dapat dicermati melalui beberapa hal, antara lain:

(1) bahwa tubuh sebagai media dan sumber ekspresi tidak


semata-mata fisik saja, tetapi menghadirkan kekuatan dari
dalam tubuh; (2) tubuh sebagai alat dan sumber ekspresi
dipahami secara total yaitu tidak hanya gerak, namun juga
17

dapat dijelajahi melalui unsur lain yang salah satunya


adalah suara; (3) tubuh penari adalah tubuh yang mampu
mereaksi, merespon, berinteraksi, dan menyapa dengan
“kecerdasannya” terhadap elemen-elemen estetis yang lain,
seperti: pencahayaan, musik, setting panggung, kostum dan
make up, keruangan yang berlapis-lapis (Prabowo, 2014:20).

Penelitian ini difokuskan pada ekspresi tari Merak oleh

Musdalifah Asrofi dan Niken Ayu Utami. Kedua siswa tersebut

sejak lahir memiliki keterbatasan pendengaran dan wicara. Kajian

ini mencermati penggunaan pola imitatif dan informatif dengan

metode drill yang dilaksanakan secara klasikal oleh Sri Subekti

untuk kemudian mengkomunikasikan, mengenangkan kembali,

melaksanakan dan menciptakan bentuk dalam tubuh penari yang

mampu mereaksi, merespon, berinteraksi, dan menyapa dengan

“kecerdasannya” terhadap elemen-elemen estetis yang lain.

G. Metode Penelitian

Metode yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif.

Hal ini dilakukan sesuai dengan sifat dan jenis penelitian yang

lebih menekankan pada proses adanya suatu pembelajaran

terhadap siswa tunarungu-wicara di SLB-B YPSLB Gemolong.

Pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan estetik sesuai

dengan bidang ilmu yang peneliti tekuni yaitu seni tari maka

dalam penelitiannya menekankan pada obyek tari Merak yang


18

dilakukan oleh Musdalifah Asrofi dan Niken Ayu Utami. Adapun

teknik pengumpulan datanya meliputi observasi, wawancara dan

studi pustaka.

1. Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi

Observasi dilakukan dengan dua tahap yaitu observasi

pertama, peneliti melakukan pengamatan dengan cara merekam

dan mencatat aktivitas objek secara bertahap. Pada observasi

kedua peneliti melibatkan diri secara langsung dengan objek

maupun subjek yang diteliti.

Observasi dilakukan kurang lebih 1 tahun efektif ke Sekolah

Luar Biasa (SLB) se Karesidenan Surakarta yang terdiri dari tujuh

daerah yaitu enam Kabupaten antara lain Sragen, Boyolali,

Karanganyar, Klaten, Wonogiri, Sukoharjo dan satu kota

Surakarta. hal tersebut dilakukan guna melihat perkembangan

seni tari se Karesidenan Surakarta dan proses pembelajaran seni

tari yang diterapkan di SLB tunarungu-wicara. Untuk

Memfokuskan dan memudahkan pengambilan data perkembangan

pembelajaran seni tari di masing-masing daerah dilakukan

observasi pendataan jumlah SLB yang menerapkan pembelajaran

tari. Observasi berikutnya memilih SLB tunarungu-wicara yang

menerapkan pembelajaran seni tari secara konsisten dan memiliki

prestasi.
19

b. Wawancara

Wawancara diawali dengan menentukan sejumlah nara

sumber sesuai dengan kompetensinya dalam rangka memperoleh

data dan informasi dalam bentuk pandangan dan pengalaman

secara empiris. Nara sumber utama yaitu (1) Sri Subekti sebagai

guru atau pelatih dalam pembelajaran seni tari di SLB-B YPSLB

Gemolong bertujuan menggali data secara detail dan mendalam

mengenai proses pembelajaran tari Merak yang diterapkan di SLB-

B YPSLB Gemolong dan pengalaman emik pengajar serta hal-hal

yang terkait (2) Siswa yang menjadi bagian dalam pembelajaran

seni tari di SLB-B YPSLB Gemolong khususnya Musdalifah Asrofi

dan Niken Ayu Utami bertujuan menggali data secara mendalam

berupa pengalaman emik siswa saat proses pembelajaran serta

pementasan tari Merak sehingga mereka mampu melakukan tari

Merak hampir sesuai iringan.

Adanya keterbatasan pendengaran dan bicara pada kedua

siswa tersebut pun juga merupakan kendala yang menjadi

tantangan untuk peneliti bagaimana dapat menggali informasi dari

siswa semaksimal mungkin. Diketahui bahwa siswa tunarungu

memiliki kesulitan bergaul dengan masyarakat secara umum

maka hal tersebut menjadikan siswa kebanyakan menutup diri

dari orang baru yang dilihat atau yang belum pernah dijumpainya.

Butuh waktu untuk bisa diterima oleh siswa dan kemudian


20

berbicara. Dalam penelitian ini peneliti membaur dengan siswa

tunarungu-wicara di SLB B YPSLB sejak tahun 2008 yang pada

saat itu Musdalifah Asrofi dan Niken Ayu Utami masih duduk di

kelas Sekolah Dasar (SD). Untuk bisa diterima siswa dan bisa

berkomunikasi lebih dekat peneliti ikut mengajar tari selama

kurang lebih 3 tahun dengan intensitas tatap muka satu minggu 2

kali.

Ditahun pertama siswa belum bersedia terbuka namun

ditahun kedua pada saat itu tahun 2009 pada saat peneliti

membawa siswa untuk pentas di TVRI Jawa Tengah kemudian

terjalin hubungan emosional cukup baik dengan siswa. Barulah

setelahnya mengambil langkah berkomunikasi supaya

mendapatkan data yang diharapkan sebelum melakukan

wawancara. Untuk kebutuhan komunikasi dengan siswa peneliti

menghafal dan belajar menggunakan bahasa isyarat yang

diajarkan di sekolahan yaitu Sistem Isyarat Bahasa Indonesia

(SIBI).

Nara sumber berikutnya yaitu guru-guru seni tari SLB yang

menerapkan pembelajaran seni tari se Karesidenan Surakarta

yang memberikan data dan penjelasan tentang situasi dan

pembelajaran tari yang diterapkan. Dalam hal ini diperlukan data

mengenai penerapan pembelajaran seni tari yang memiliki

konsistensi. Guru yang menjadi nara sumber yaitu (1) Indras Sri
21

Harjanti adalah guru dari SLB BC YPCM (2) Poernami Sary Dewi

adalah guru dari SLB BC Hamong Putro Sukoharjo.

Nara sumber berikutnya adalah nara sumber ahli atau

pakar dan tokoh yang dianggap berkompeten dalam bidang

pendidikan dan pembelajaran seni tari yaitu Daryono Darmo

Rejono S.Kar.,M.Hum adalah seniman dan pencipta beberapa

karya tari tradisi sekaligus Dosen seni tari di Institut Seni

Indonesia (ISI) Surakarta (4) pakar dan tokoh selanjutnya yang

dianggap berkompeten dalam bidang pendidikan dan

pembelajaran seni tari yaitu Wahyu Santoso Prabowo S.Kar.,M.S

adalah seniman dan pencipta beberapa karya tari tradisi sekaligus

dosen seni tari di Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta (5)

seniman yang dianggap berkompeten dalam bidang seni musik

yaitu Antonius Wahyudi Sutrisno yang sering dipanggil dengan

nama Dedek. Komposer yang menggeluti instrumen musik

Gamelan sekaligus tenaga Laboran di Institut Seni Indonesia (ISI)

Surakarta yang pada saat eksperimen kali kedua sebagai

pengendangnya. Wahyu Santoso Prabowo S.Kar.,M.S saat ini

adalah dosen di jurusan seni tari di ISI Surakarta dan juga

seniman yang sudah cukup lama berkecimpung dalam seni tari

gaya Surakarta yang banyak melahirkan karya-karya tari tradisi,

mahir dalam pewayangan, dan karawitan. Serta menulis konsepsi-

konsepsi mengenai ketubuhan penari (2) Daryono Darmo Rejono


22

S.Sn., M.Hum saat ini juga sebagai dosen di Jurusan Seni Tari di

ISI Surakarta pun seorang seniman yang cukup lama menggeluti

dan mendalami tari tradisi gaya Surakarta dan banyak

menciptakan karya tari gaya Surakarta yang cukup dikenal (3)

Antonius Wahyudi Sutrisno yang sering dipanggil Dédék adalah

tenaga laboran di ISI Surakarta yang kiprahnya dalam dunia

musik karawitan juga tidak diragukan lagi. Dédék sering

bekerjasama dengan banyak seniman baik dalam negeri maupun

luar negeri sebagai komposer dalam banyak karya tari. dari

pengalamannya tersebut dan seringnya berproses dengan banyak

penari, beliau dianggap memiliki kemampuan yang baik

dibidangnya.

c. Studi Pustaka

Studi pustaka dilakukan untuk beberapa tujuan. Pertama:

untuk mendapatkan data dan informasi dari berbagai sumber

pustaka yang berkaitan dengan objek penelitian sehingga peneliti

lebih memahami objek sebelum terjun secara langsung di

lapangan. Kedua: untuk melengkapi data dan informasi yang tidak

diperoleh di lapangan. Ketiga: sebagai data dan perbandingan

terhadap penelitian yang dilakukan. Studi pustaka dilakukan

dengan penjelajahan untuk mencari buku, jurnal, koran dan video

yang dianggap memiliki keterkaitan dengan objek kajian dari

penelitian yang dilakukan oleh peneliti.


23

Sumber pustaka buku: buku yang dicari mengenai seni tari

dan dan pengungkapan mengenai ekspresi tari serta hal-hal yang

berkaitan dengan seni tari banyak ditemukan dalam beberapa

buku yaitu antara lain Tari Tinjauan dari Berbagai Segi yang

ditulis Edi Sedyawati tahun, Pendidikan Seni Tari : Buku Guru

Sekolah Menengah Pertam yang ditulis oleh Wisnoe Wardhana,

Revitalisasi Tari Gaya Surakarta, Sejarah Tari Gambyong: Seni

Rakyat Menuju Istana yang ditulis oleh Sri Rochana W. Buku

tersebut memberikan informasi beberapa definisi tentang tari.

Buku yang berkaitan dengan psikologi dan tentang tunarungu-

wicara yaitu antara lain Mereka Pun Bisa Sukses oleh Tri Gunadi,

Anak Cacat Bukan Kiamat oleh Aqila Smart, novel dengan judul

The Story of My Life : Kisah Nyata Perempuan Buta, Bisu, dan Tuli

yang Mengguncang Dunia oleh Helen Keller. Buku tentang

pendidikan bagi siswa berkebutuhan khusus yaitu buku yang

berjudul Pendidikan Kebutuhan Khusus: Sebuah Pengantar oleh

Berit H. Johnsen dan Miriam D. Skjorten, Inklusi: Sekolah Ramah

untuk Semua oleh J. David Smith.

Sumber pustaka jurnal: jurnal yang dibaca adalah jurnal

Ekspresi volume 7 tahun 3,2003 ISSN : 1411-4305 “ Seni Meretas

Ilmu” yang memberikan pengkayaan pemahaman terhadap

ekspresi seni tari.


24

Sumber pustaka Koran: Dalam Koran Kompas senin 1

februari 2016 dihalaman 16 “Sosok” bernama Sri Aemi dan I Made

Lila Arsana. Dengan judul “Menari Bersama Anak-anak

Tunarungu”. Dalam pembahasan, pengajar menjelaskan bahwa di

depan anak-anak, biasanya Arsana memperagakan gerakan

sambil tangannya memberi kode-kode tertentu, mencakup gerakan

tangan, kaki, mata, atau memainkan selendang. Anak- anak

lantas mengikutinya meskipun tidak bisa mendengar musik

pengiring tarian”. Penggalan penjelasan mengenai metode

pembelajaran tersebut adalah informasi yang meyakinkan bahwa

penerapan pembelajaran terhadap tunarungu-wicara

membutuhkan isyarat.

Sumber pustaka video: Dari youtube yang di publikasikan

pada tanggal 22 Oktober tahun 2013 dengan judul “Jemari

Jiwaku Menari” oleh Cakra Pangeran. Karya tersebut berbentuk

film documenter yang di produksi oleh matakarsafilm: Koordinator

Kegiatan Kesejahteraan Sosial. Video tersebut memberikan

kontribusi terhadap pegkayaan wacana terhadap pembelajaran

seni tari bagi tunarungu-wicara.

2. Teknik Analisis Data


Untuk menjelaskan proses pembelajaran dan bentuk

ekspresi tari Merak diungkapkan secara deskriptif. Kelompok

data kualitatif dianalisis dengan tiga alur kegiatan yang dilakukan


25

secara bersamaan yaitu reduksi data, penyajian data, dan

penarikan kesimpulan (verifikasi) dengan model Interaktif (Miles

dan Huberman dalam Widyastutieningrum, 2007 : 31).

Data dari hasil observasi se-Solo Raya yaitu Kota Surakarta

dan 6 Kabupaten yang terdiri dari Boyolali, Karanganyar, Klaten,

Sukoharjo, Sragen, Wonogiri, dan data dari hasil eksperimen

pementasan tari Merak menggunakan Gamelan sebanyak dua kali

sudah lengkap baru kemudian masuk pada reduksi yang

memilahkan data yang primer maupun skunder untuk

dikelompokkan guna kebutuhan sajian data. Setelah direduksi

kemudian data disajikan sesuai kebutuhan dalam pembahasan.

Terakhir penarikan kesimpulan data dengan model interaktif.

H. Sistematika Penelitian

Bab I Pendahuluan memuat: latar belakang masalah,

rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan

pustaka, landasan konseptual, metode penelitian, dan sistematika

penelitian.

Bab II Proses Pembelajaran Tari siswa SLB Tunarungu-

wicara Se-Solo Raya memuat gambaran umum SLB-B Se-Solo

Raya. Kabupaten Boyolali, Sragen, Sukoharjo, Surakarta,

Karanganyar, Klaten, dan Wonogiri. Pembelajaran tari di SLB


26

tunarungu-wicara. SLB BC YPCM Boyolali, SLB B YPSLB

Gemolong, SLB BC Hamong Putro Sukoharjo.

Bab III Proses Pembelajaran dan bentuk tari Merak

Musdalifah Asrofi dan Niken Ayu Utami terdiri dari beberapa sub-

bab, yakni proses pembelajaran tari Merak: berisi pengajar, siswa,

pemilihan materi, penerapan pembelajaran tari Merak, aspek

pendukung khusus, evaluasi hasil pembelajaran. Bentuk tari

Merak berisi: musik, rias dan busana, dan deskripsi tari Merak.

Bab IV Ekspresi tari Merak Musdalifah Asrofi dan Niken Ayu

Utami menuat ekspresi yang terkait dengan gerak (wiraga),

ekspresi yang terkait dengan musik (wirama), ekspresi yang terkait

dengan penjiwaan (wirasa).

Bab V Penutup berisi kesimpulan


27

BAB II

PROSES PEMBELAJARAN TARI


SISWA SLB TUNARUNGU-WICARA SE-SOLO RAYA
66

BAB III

PROSES PEMBELAJARAN DAN BENTUK TARI MERAK


MUSDALIFAH ASROFI DAN NIKEN AYU UTAMI
130

BAB IV

EKSPRESI TARI MERAK


"MUSDALIFAH ASROFI DAN NIKEN AYU UTAMI”
156

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

“Ekspresi Musdalifah Asrofi dan Niken Ayu Utami siswa

tunarungu-wicara dalam tari Merak” merupakan fenomena yang

menarik untuk dikaji bahwa siswa tunarungu-wicara bisa menari

dengan mengikuti musik yang ada, meskipun tidak bisa

mendengar musik itu. Penerapan yang digunakan untuk

mengupas semua permasalahan pada Musdalifah Asrofi dan Niken

Ayu Utami dikarenakan kedua siswa tersebut memiliki

kemampuan menari lebih bagus dibandingkan siswa yang lain di

SLB B YPSLB Gemolong. Kemampuan menari tersebut meliputi

keluwesan, hafalan, bentuk, dan kesesuaian gerak dengan irama.

Proses pembelajarannya menggunakan pola imitatif dan

informatif (peragaan dengan meniru dilengkapi dengan berbagai

penjelasan) dengan metode drill. Kekhususan metode terletak pada

sistem isyarat sebagai sarana instruksional baik untuk

komunikasi bahasa sehari-hari maupun isyarat untuk penyebutan

nama-nama ragam gerak pada tari Merak dan interaksi dengan

seluruh siswa melalui sentuhan. Penari sangat terpaku pada

isyarat yang diberikan oleh gurunya. Isyarat berpengaruh sangat


157

penting pada bentuk ekspresi pada tari Merak yang disajikan.

Untuk kesesuaian gerak tari dengan musik, karena siswa memiliki

keterbatasan dalam pendengaran jadi irama tidak selalu pada

mungkus. dalam penerapannya pengajar menerapkan tahap

metode yakni: pengenalan gerak, metode imitasi melalui sistem

cermin, metode driil, penguasaan ritme melalui hitungan.

Bentuk dan ekspresi tari Merak yang disajikan oleh

Musdalifa Asrofi dan Niken Ayu Utami sepintas tidak jauh berbeda

dengan penari Merak pada umumnya bahwa terlihat penari

memiliki percaya diri yang baik dalam membawakannya. Terlihat

bahwa mereka memiliki kepekaan musik yang muncul dari dalam

dirinya yang membuat bergerak mengalir dalam imajinasinya

meskipun ada bantuan isyarat dari gurunya. Peran isyarat sangat

pada perubahan setiap vokabuler tari. Latihan yang baik dengan

pengajar yang baik, lama kelamaan menjadi irama dalam hati

yang tertanam dan selanjutnya Niken dan Ida meyakini irama

yang terbangun. Keyakinan yang tinggi terhadap irama tersebut

membuat percaya diri yang bagus terhadap siswa sehingga mereka

sangat percaya diri dalam menari dan menikmati suasana

panggung. Meskipun mereka tidak mendengar musik itu, tetapi

ada kepekaan musikal yang mereka miliki sehingga mereka bisa

berekspresi dengan penuh penjiwaan dan mereka bisa berbahagia

dengan menari.
158

DAFTAR PUSTAKA

Agustiningrum, Maria Denok. “Penanaman Rasa Percaya Diri


Siswa Tuna Rungu-Wicara Melalui Pembelajaran Tari di
SLB-B YPSLB Gemolong-Jawa Tengah”. Tesis. Universitas
Negeri Semarang, 2013.

Anwar, Dessy. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: Karya


Abditama, 2001.

Doubler, Margaret N.H. Dance, Creative Art Experience. Madison:


The University of Winconsin Press, 1959.

Gunadi, Tri. Mereka Pun Bisa Sukses. Jakarta: Penebar Plus,


2011.

Hadi, Y.Sumandiyo. Kajian Tari Teks dan Konteks. Yogyakarta:


Pustaka Book Publisher, 2007.

Hamalik, O. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara, 2008.

Hastuti, Endah Dwi. “Implementasi Muatan Lokal Seni Tari pada


Peserta Didik SMALB Tuna Rungu di SLB B-C Hamong Putro
Jombor Bendo Sari Sukoharjo”. Tesis. Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta,
2014.

ISI Surakarta. Dancing Out Loud. Suara Tubuh Membuka Hati.


Buku Acara World Dance Day 2014. Surakarta: Institut Seni
Indonesia, 2014.

Keller, Helen. The Story of My Life : Kisah Nyata Perempuan Buta,


Bisu, dan Tuli yang Mengguncang Dunia. Terj. M.Rudi
Atmoko dan Salahuddien Gz. Jakarta: Genta Pustaka, 2010.

Levy, Fran J. Dance Movement Therapy A Healing Art. Virginia: The


American Alliance for Health, Physical Education,
Recreation, and Dance, 1988.

Mulyasa, E. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013.


Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013.
159

Ratna, Nyoman Kutha. Metodologi Penelitian, Kajian Budaya dan


Ilmu Sosial Humaniora pada Umumnya. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2010.

Sedyawati, Edi. Tari, Tinjauan dari Berbagai Segi. Jakarta: Dewan


Kesenian Jakarta Bekerjasama dengan PT. Dunia Pustaka
Jaya, 1984.

Smart, Aqila. Anak cacat bukan kiamat: Metode Pembelajaran &


Terapi Untuk Anak Berkebutuhan Khusus. Yogyakarta:
Katahati Media, 2010.

Smith, J.David, Inklusi: Sekolah Ramah untuk Semua. Terj. Denis,


Ny. Enrica. Bandung: Nuansa, 2009.

Soedarsono. Djawa dan Bali : Dua Pusat Perkembangan Drama Tari


Tradisional di Indonesia. Jogjakarta: Gadjah Mada University
Press, 1972.

Soekamto, Toeti, dan Winataputra, Udin Saripudin, Teori Belajar


dan Model-model Pembelajaran. Jakarta: PAU-PPAI
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, 1997.

Somad, P. dan Hernawati, T. Ortopedagogik Anak Tuna Rungu.


Bandung: Depdikbud. 1996.

Sri Prihatini, Nanik, Sutarno Haryono, R.M Pramutomo. Kajian


Tari Nusantara. Surakarta: ISI Press, 2012.

Subekti, Sri. “Hubungan Kreativitas Kegiatan Ekstrakurikuler Tari


dengan Kemandirian Siswa Sekolah Menengah Pertama Luar
Biasa Tunarungu-wicara (SMPLB-B) Kecamatan Gemolong,
Kabupaten Sragen tahun ajaran 2009/2010”. Skripsi.
Universitas Veteran Bangun Persada Sukoharjo, 2010.

Sumarsam. Hayatan Gamelan Kedalaman Lagu, Teori, &


Perspektif. Surakarta: STSI Press, 2002.

Sunarya, I Ketut. “Seni Motivasi Kehadiran,” Ekspresi, Seni


Meretas Ilmu 7, No. 3 (Maret 2003).

Utari, Retno. “Pembelajaran Seni Tari Penyandang Cacat Tuna


Rungu-Wicara di SLB-B YPSLB Gemolong Kabupaten
160

Sragen”. Skripsi. Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni


Indonesia Surakarta, 2011.

Wardhana RM, Wisnoe. Pendidikan Seni Tari: Buku Guru Sekolah


Menengah Pertama. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, 1990.

Wartono, Teguh, Pengantar seni tari Jawa. Gemolong: PT Intan


Pariwara, 1989.

Widyastutieningrum, Sri Rochana. Revitalisasi Tari Gaya


Surakarta. Surakarta: ISI Press Surakarta, 2012.
161

Daftar Nara Sumber

Antonius Wahyudi Sutrisno (55), Tenaga Laboran di ISI Surakarta.

Perumahan Ngringo Indah Jl. Petruk, Karanganyar.

Darmin (47), orang tua dari Niken Ayu Utami. Desa Jaten RT

08/03, Kelurahan Mojo, Kecamatan Andong, Boyolali.

Daryono (58), Dosen Seni Tari di ISI Surakarta. Triyagan Jl

Garuda No 11, RT 001/008 Mojolaban, Sukoharjo.

Indras Sri Harjanti (42), Guru seni tari di SLB BC YPCM. Jl Merapi

No 38, Boyolali 57316.

Jamiatur Rofiah (42), orang tua dari Musdalifah Asrofi. Desa

Kacangan Rt 13, Kelurahan Kacangan, Kecamatan

Sumberlawang, Kabupaten Sragen.

Musdalifah Asrofi (19), Siswa SLB B YPSLB Gemolong. Desa

Kacangan RT 13, Kelurahan Kacangan, Sumberlawang,

Sragen.

Niken Ayu Utami (18), Siswa SLB B YPSLB Gemolong. Desa Jaten

RT 08/03, Kelurahan Mojo, Andong, Boyolali.

Ninik Mulyani Sutrangi (58), Putri S.Maridi dan juga Dosen Seni

Tari di ISI Surakarta. Jl. Sinom 110 Perum RC, Ngringo,

Jaten, Karanganyar.
162

Poernami Sary Dewi (35), Guru Seni Tari di SLB BC Hamong Putro

Sukoharjo. Perum Korpri RT 01/13, Gayamsari, Gayam,

Sukoharjo.

Sri Subekti (47), Guru Seni Tari di SLB B YPSLB Gemolong.

Dukuh Gondangrejo, Desa Tegaldowo, Kecamatan

Gemolong, Sragen.

Wahyu Santoso Prabowo (64), Dosen Seni Tari di ISI Surakarta.

Desa Bogor RT 001/002 Kepuh, Nguter, Sukoharjo.


163

Glosarium

Aburan : Gerakan menyerupai burung terbang

Cethik : Tulang pinggul bagian depan

Debeg : Menghentakkan kaki bagian depan kelantai

Drill : Melakukan dengan diulang-ulang

Enjer : Berjalan kesampaing

Gedhek : Gerakan kepala

Gejuk : Kaki bagian depan dihentakkan ke lantai

Godek : Rias wajah yang posisinya di depan telingan

menyerupai rambut yang menjuntai ke bawah.

Jamang : Hiasan Kepala

Jarik : Kain

Jejer : Berjajar

Jinjit : Berdiri posisi kaki meruncing

Joged : Menari

Kalung kace : Hiasan Leher


164

Kantong gelung : Kain berbentuk kantong digunakan untuk

membungkus rambut.

Kebyok : Permainan selendang pada tari

Keluwesan : Tidak kaku dalam bergerak

Kemben : Busana yang dipakai untuk badan

Kendhang : Alat musik tradisional Jawa Tengah yang cara

memainkannya dengan di keplak

Kengser : Berjalan kesamping namun kaki tetap melekat

pada lantai

Kicat : Gerakan ujung jari kaki yang diangkat keatas

tapi dengan tempo cepat seperti kaget.

Klat bahu : Hiasan pada lengan dalam tari Jawa

Laler menclok : Rias wajah yang menyeruapai tai lalat yang

berada diantara kedua alis.

Lembehan : Gerakan tangan yang mengayun.

lêngggut : gerakan kepala bersumber pada dagu

Mabur : Terbang

Malang kerik : Berkacak pinggang


165

Mendhek : Posisi badan pada level bawah

Menthang : Bentuk kedua tangan yang direntangkan

Mungkus : Membungkus

Nekuk : Tekuk

Nemlikuran : Duapuluh enaman (acara rutin pementasan

tari di pendapa SMK N 8 Surakarta).

Nengkleng : Bentuk kepala merebah kesamping

Ngigel : Salah satu nama gerakan untuk penghubung

pada tari Merak

Ngrayung : Bentuk jari tangan merapat dan meruncing

keatas

Njumbul : gerakan badan dari level bawah ke level atas

Nuthul : Gerakan kepala dihentakkan kedepan

Nyekithing : Bentuk jari ditekuk dengan posisi jari ibu

menyentuk jari tengah

Ogek : Gerakan pinggang ke kanan dan ke kiri

Pacak gulu : Gerakan kepala yang suber gerak pada

pangkal leher
166

Sabuk : Ikat pinggang

Seblak sampur : Permainan sampur

Sekaran : Gabungan dari beberapa ragam gerak yang

bermakna dalam tari gaya Surakarta

Seleh : Diletakkan

Slulup : Gerakan kepala menyerupai memasukkan

Srisig : lari kecil-kecil dengan kaki jinjit

Sumping : Hiasan pada telinga

Tolehan : Gerakan kepala melihat ke kanan dan ke kiri

yang sumber gerak pada dagu.

Tumpang tali : Gerakan kedua tangan yang sumber gerakan

pada pergelangan tangan.

Ukel mlumah : Gerakan tangan dengan posisi tangan

membuka menghadap atas

Ukel utuh : Gerakan tangan depan memutar penuh

pergelangan tangan sehingga posisi tangan

kembali ke bentuk semula

Ula nglangi : Gerakan kepala menyerupai gerakan tubuh

ular pada saat berenang


167

Ulap-ulap : Posisi tangan berada dia pelipis mata

Ungkur-ungkuran : Saling berbalik badan/ saling membelakangi

Wiraga : Raga atau badan

Wirama : Irama

Wirasa : Jiwa
168

LAMPIRAN 1

Pementasan tari dengan tema “Menari Tanpa Bunyi” yang


diselenggarakan oleh LPPMPP ISI Surakarta dalam rangka pentas
eksperimen seni tari siswa tunarungu-wicara se Solo Raya pada
tanggal 26 Agustus 2016 di Teater Kecil ISI Surakarta. Acara
dimuat dalam surat kabar Tribun Solo edisi Senin 27 Agustus
2016.
169

LAMPIRAN 2

Pementasan tari dengan tema “Menari Tanpa Bunyi” yang


diselenggarakan oleh LPPMPP ISI Surakarta dalam rangka
pentas eksperimen seni tari siswa tunarungu-wicara se Solo
Raya pada tanggal 26 Agustus 2016 di Teater Kecil ISI
Surakarta. Acara dimuat dalam surat kabar Solopos edisi
Senin 27 Agustus 2016.
170

LAMPIRAN 3

Pementasan tari dengan tema “Menari Tanpa Bunyi” yang


diselenggarakan oleh LPPMPP ISI Surakarta dalam rangka
pentas eksperimen seni tari siswa tunarungu-wicara se
Solo Raya pada tanggal 26 Agustus 2016 di Teater Kecil
ISI Surakarta. Acara dimuat dalam surat Joglo Semar
edisi Senin 27 Agustus 2016.

Anda mungkin juga menyukai