Anda di halaman 1dari 88

UNIVERSITAS INDONESIA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA YANG


MENGALAMI DEPRESI DENGAN PENERAPAN
ART THERAPY (AKTIVITAS MEWARNAI) DI
SASANA TRESNA WERDHA RIA
PEMBANGUNAN CIBUBUR

KARYA ILMIAH AKHIR NERS

RADEN AJENG NUURIZQIA UTAMI PRAWIRO


1906400715

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
DEPOK
2023
UNIVERSITAS INDONESIA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA YANG


MENGALAMI DEPRESI DENGAN PENERAPAN
ART THERAPY (AKTIVITAS MEWARNAI) DI
SASANA TRESNA WERDHA RIA
PEMBANGUNAN CIBUBUR

KARYA ILMIAH AKHIR NERS


Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners

RADEN AJENG NUURIZQIA UTAMI PRAWIRO


1906400715

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
DEPOK
OKTOBER 2023
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Karya Ilmiah Akhir Ners (KIAN) ini adalah hasil karya saya sendiri,

dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk

telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : Raden Ajeng Nuurizqia Utami Prawiro

NPM : 1906400715

Tanda Tangan :

Tanggal : 17 Oktober 2023

2 Universitas Indonesia
HALAMAN PERSETUJUAN

Karya Ilmiah Akhir Ners (KIAN) ini diajukan oleh:


Nama : Raden Ajeng Nuurizqia Utami Prawiro
NPM : 1906400715
Program Studi : Profesi Ners
Judul KIAN : Asuhan Keperawatan pada
Lansia yang Mengalami Depresi dengan
Penerapan Art Therapy (Aktivitas Mewarnai)
di Sasana Tresna Werdha Ria Pembangunan
Cibubur

Telah disetujui oleh pembimbing untuk dipertahankan di hadapan


Dewan Penguji dalam Sidang Akhir sebagai bagian persyaratan yang
diperlukan untuk memperoleh gelar Ners pada Program Studi Profesi
Ners, Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia.

3 Universitas Indonesia
HALAMAN PENGESAHAN

4 Universitas Indonesia
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir Ners (KIAN) ini.
Penulisan KIAN yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada Lansia yang
Mengalami Depresi dengan Penerapan Art Therapy (Aktivitas Mewarnai) di
Sasana Tresna Werdha Ria Pembangunan Cibubur” ini dilakukan dalam
rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners di Fakultas
Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
Saya menyadari dalam penyusunan KIAN ini, saya didukung oleh berbagai
pihak. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ns. Utami Rachmawati, M.Kep, Sp.Kep.Kom. selaku dosen pembimbing
yang selalu bersedia dan penuh kesabaran memberikan waktu, tenaga, dan
pikiran untuk membimbing saya dalam pembuatan KIAN ini
2. Dr. Widyatuti, S.Kp., M.Kes., Sp.Kom. dan Ns. Arief Andriyanto,
M.Kep., Sp.Kep.Kom. selaku penguji pada ujian KIAN yang telah
meluangkan waktu dan memberikan masukan agar KIAN saya dapat lebih
baik.
3. Pihak STW Ria Pembangunan (pengurus, perawat, pekerja sosial, dan
caregiver klien) yang telah mendukung dan memfasilitasi selama saya
praktik di STW.
4. Opa S, Opa O, dan Oma T yang telah bersedia menjadi klien kelolaan
selama saya praktik di STW Ria Pembangunan Cibubur.
5. Papa yang selalu berusaha memenuhi segala kebutuhan saya, mendoakan,
memotivasi, dan memberikan dukungan terbaiknya. Terima kasih ini juga
diucapkan kepada almh. Mama yang telah menjadi motivasi terkuat saya
untuk terus melanjutkan hidup demi menjalankan amanah-amanahnya,
termasuk amanah untuk mengenyam pendidikan yang setinggi-tingginya.
6. Teman-teman mahasiswa profesi ners peminatan keperawatan gerontik
(Kak Aep, Kak Octa, Kak Efa, Kak Adinda, Kak Elvira, Kak Tri, Kak
Yohana) serta mahasiswa student exchange dari Brunei Darussalam (Ayu
dan Qai) yang telah membersamai saya selama proses praktik KIAN.

5 Universitas Indonesia
7. Rekan seperjuangan profesi ners 2023 (kakak ekstensi 2020, kakak reguler
2018, dan teman reguler 2019 percepatan) yang saling mendukung dan
menyemangati demi kelancaran profesi ners ini.
8. Kak Firliana Yuniar selaku mentor dan kakak asuh saya di FIK UI yang
selalu hadir memberikan dukungan.
9. Kakak-kakak tingkat di FIK UI yang bersedia memberikan pengetahuan
dan pengalamannya untuk membantu saya dalam proses penyusunan
KIAN.
10. Nanda, May, Alma, dan Mayang selaku sahabat yang telah menenami dan
mendukung saya selama perkuliahan di FIK UI.
11. Feby dan Nala selaku sahabat yang selama ini selalu memotivasi saya
untuk semangat menjalani studi profesi ners.
12. Septia Eka Ilhami selaku adik tingkat di FIK UI yang selalu memberikan
dukungan dan semangatnya serta menemani saya menyusun KIAN di
perpustakaan UI hingga malam hari.
13. Seluruh pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu, tetapi
kehadirannya mendukung saya dalam kehidupan profesi ners termasuk
penyelesaian KIAN ini.

Saya berharap Tuhan Yang Maha Esa akan membalas segala kebaikan dan
memberikan keberkahan kepada semua pihak yang telah membantu dan
mendukung saya. Adapun saya menyadari KIAN ini masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun agar saya dapat melakukan perbaikan dalam penulisan.

Depok, 17 Oktober 2023

Raden Ajeng Nuurizqia Utami Prawiro

6 Universitas Indonesia
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS
AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di


bawah ini:
Nama : Raden Ajeng Nuurizqia Utami Prawiro
NPM : 1906400715
Program Studi : Profesi Ners
Fakultas : Ilmu Keperawatan
Jenis karya : Karya Ilmiah Akhir Ners (KIAN)
demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Non Eksklusif (Non-exclusive
Royalty-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:

Asuhan Keperawatan pada Lansia yang Mengalami Depresi dengan


Penerapan Art Therapy (Aktivitas Mewarnai) di Sasana
Tresna Werdha Ria Pembangunan Cibubur

beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalih
media/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat,
dan memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya
sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Depok
Pada tanggal : 17 Oktober 2023
Yang menyatakan

(Raden Ajeng Nuurizqia Utami Prawiro)

7 Universitas Indonesia
ABSTRAK

Nama : Raden Ajeng Nuurizqia Utami Prawiro


Program Studi : Profesi Ners
Judul : Asuhan Keperawatan pada Lansia yang Mengalami Depresi
dengan Penerapan Art Therapy (Aktivitas Mewarnai) di Sasana
Tresna Werdha Ria Pembangunan Cibubur
Pembimbing : Ns. Utami Rachmawati, M.Kep, Sp.Kep.Kom.

Depresi merupakan masalah psikologis yang sering ditemukan pada lansia.


Depresi pada lansia berisiko memengaruhi kesejahteraan dan kualitas hidup
lansia. Karya ilmiah ini bertujuan untuk menggambarkan asuhan keperawatan
pada lansia dengan depresi yang tinggal di nursing home melalui penerapan
intervensi art therapy (aktivitas mewarnai). Aktivitas mewarnai dilakukan selama
empat kali dengan durasi 1 jam setiap pertemuan. Hasil intervensi menunjukkan
adanya penurunan tingkat depresi pada klien dari skor GDS 9 menjadi 7. Aktivitas
mewarnai dapat menjadi alternatif tindakan mandiri keperawatan untuk
menurunkan depresi pada lansia. Aktivitas mewarnai disarankan menjadi salah
satu kegiatan rutin lansia yang tinggal di nursing home. Disarankan ketika akan
melakukan intervensi ini, perawat perlu menyiapkan lingkungan yang kondusif
minim distraksi dan peralatan mewarnai.

Kata Kunci: Lansia, Depresi, Art Therapy (Aktivitas Mewarnai)

8 Universitas Indonesia
ABSTRACT

Name : Raden Ajeng Nuurizqia Utami Prawiro


Study Program : Ners Program
Title : Nursing Care for Elderly with Depression by Providing
Art Therapy Intervention (Coloring Activities) at Sasana
Tresna Werdha Ria Pembangunan Cibubur
Counsellor : Ns. Utami Rachmawati, M.Kep, Sp.Kep.Kom.

Depression is a psychological problem that is often found in the elderly.


Depression in the elderly has the risk of affecting the well-being and quality of
life of the elderly. This scientific work aims to describe nursing care for elderly
people with depression who live in nursing homes through the application of art
therapy interventions (coloring activities). The coloring activity was carried out
four times with a duration of 1 hour per session. The results of the intervention
showed a decrease in the level of depression in clients from a GDS score of 9 to 7.
Coloring activities can be an alternative independent nursing intervention to
reduce elderly’s depression. Coloring activities are recommended to be one of the
routine activities of elderly people living in nursing homes. It is recommended
that when carrying out this intervention, nurses need to prepare a conducive
environment with minimal distractions and coloring equipment.

Keywords: Elderly, Depression, Art Therapy (Coloring Activities)

9 Universitas Indonesia
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...............................................................................................................................
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS....................................................................................
HALAMAN PERSETUJUAN................................................................................................................
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................................................
KATA PENGANTAR.............................................................................................................................
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS................................................................................................
ABSTRAK..............................................................................................................................................
ABSTRACT............................................................................................................................................
DAFTAR ISI...........................................................................................................................................
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN...........................................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................................................
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................................
1.2 Tinjauan Pustaka.........................................................................................................................
1.2.1 Teori Penuaan yang memiliki Keterkaitan dengan Depresi Lansia...................................
1.2.2 Perubahan Fungsi Psikologis dan Afektif pada Lansia......................................................
1.2.3 Konsep Depresi pada Lansia..............................................................................................
1.2.4 Art Therapy (Aktivitas Mewarnai) pada Lansia.................................................................
1.2.5 Asuhan Keperawatan Depresi pada Lansia........................................................................
1.2.6 Nursing Home....................................................................................................................
1.3 Tujuan Penulisan.........................................................................................................................
1.3.1 Tujuan Umum.....................................................................................................................
1.3.2 Tujuan Khusus....................................................................................................................
1.4 Manfaat Penulisan.......................................................................................................................
1.4.1 Manfaat untuk Pelayanan Keperawatan.............................................................................
1.4.2 Manfaat untuk Pendidikan dan Pengembangan Ilmu Keperawatan...................................
1.4.3 Manfaat untuk Studi Lanjut................................................................................................
BAB 2 GAMBARAN KASUS KELOLAAN UTAMA.........................................................................
2.1 Pengkajian...................................................................................................................................
2.1.1 Identitas Klien....................................................................................................................

10 Universitas Indonesia
2.1.2 Alasan Masuk STW............................................................................................................
2.1.3 Riwayat Kesehatan.............................................................................................................
2.1.4 Kebiasaan Sehari-hari.........................................................................................................
2.1.5 Pemeriksaan Fisik...............................................................................................................
2.1.6 Informasi Penunjang...........................................................................................................
2.1.7 Keadaan Lingkungan Sekitar..............................................................................................
2.2 Analisis Data dan Penegakkan Diagnosis Keperawatan.............................................................
2.3 Rencana Asuhan Keperawatan....................................................................................................
2.4 Implementasi Asuhan Keperawatan (Intervensi Aktivitas Mewarnai)........................................
2.5 Evaluasi Asuhan Keperawatan....................................................................................................
BAB 3 PEMBAHASAN.........................................................................................................................
3.1 Analisis Asuhan Keperawatan dengan Masalah Depresi pada Lansia........................................
3.2 Analisis Penerapan Intervensi Art Therapy (Aktivitas Mewarnai).............................................
3.3 Rekomendasi Praktik...................................................................................................................
3.4 Implikasi......................................................................................................................................
3.4.1 Implikasi untuk Pelayanan Keperawatan...........................................................................
3.4.2 Implikasi untuk Pengembangan Ilmu Keperawatan...........................................................
BAB 4 KESIMPULAN...........................................................................................................................
4.1 Kesimpulan..................................................................................................................................
4.2 Saran............................................................................................................................................
4.2.1 Saran untuk Pelayanan Keperawatan.................................................................................
4.2.2 Saran untuk Pendidikan dan Pengembangan Ilmu Keperawatan.......................................
4.2.3 Saran untuk Penelitian Selanjutnya....................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................
LAMPIRAN............................................................................................................................................

11 Universitas Indonesia
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Instrumen Geriatric Depression Scale (GDS)......................................................................


Gambar 2.1 Grafik Perbandingan Skor GDS Sebelum Intervensi dan Sesudah
Intervensi Aktivitas Mewarnai................................................................................................................

12 Universitas Indonesia
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Pengkajian Individu Lansia..................................................................................................


Lampiran 2 Analisis Data........................................................................................................................
Lampiran 3 Rencana Keperawatan..........................................................................................................
Lampiran 4 Catatan Perkembangan.........................................................................................................

13 Universitas Indonesia
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Lansia atau lanjut usia merupakan kelompok usia dengan populasi yang cukup
besar di Indonesia. Per tahun 2022, jumlah penduduk lanjut usia (lansia) Indonesia
yang berusia >60 tahun mencapai 29.660 jiwa (Badan Pusat Statistik, 2023).
Jumlah populasi tersebut meningkat jika dibandingkan dengan populasi lansia usia
> 60 tahun pada tahun 2021, yaitu 28.198 jiwa (Badan Pusat Statistik, 2022).

Lansia akan mengalami proses penuaan. Penuaan tersebut dapat mengakibatkan


perubahan serta penurunan struktur dan fungsi pada sistem tubuh lansia.
Perubahan yang terjadi pada lansia tidak hanya perubahan pada aspek fisik, tetapi
perubahan pada psikologis, kehidupan sosial, keyakinan kultural, dan kebiasaan
spiritual. Penuaan merupakan hal yang pasti terjadi pada manusia seiring
pertambahan usia (Meiner, 2015). Penuaan seharusnya menjadi pengalaman yang
menyenangkan untuk lansia. Namun, dalam proses penuaan tersebut, ada
kemungkinan lansia mengalami gangguan, seperti gangguan terkait kemampuan
fungsi fisik, psikologis, sosial, kultural, dan spiritual.

Spesifik mengenai perubahan psikologis pada lansia, permasalahan psikologis


yang paling sering dialami lansia adalah depresi. Prevalensi depresi pada
kelompok usia > 65 tahun mencapai 53.432 jiwa (Kementerian Kesehatan RI,
2018). Penyebab umum depresi meliputi efek samping pengobatan yang membuat
lansia merasa terpuruk secara fisik dan mental, kehilangan pasangan/teman/orang
yang dicintai, dan harus berpindah dari rumah pribadi ke tempat tinggal lansia
atau perawatan jangka panjang karena menurunnya kemampuan untuk hidup
mandiri (Mauk, 2014).

Depresi serta kesedihan teridentifikasi menjadi masalah psikologis yang paling


umum dialami lansia yang tinggal di nursing home atau fasilitas perawatan long-
term care. McCusker et al. (2014) melaporkan bahwa 19% lansia usia > 65 tahun
di long-term care mengalami depresi (Ching-Teng et al., 2019). Fenomena depresi
pada lansia yang tinggal di nursing home dapat terjadi berkaitan dengan

1 Universitas Indonesia
perpisahan dengan keluarga dan ketidaksiapan lansia terhadap perpindahan
(Meiner, 2015). Penelitian sebelumnya oleh Pramesona & Taneepanichskul
(2018) kepada 181 lansia yang tinggal di nursing home di Indonesia menunjukkan
bahwa prevalensi depresi pada lansia mencapai 42,5%. Di samping itu, penelitian
lain mengungkapkan bahwa prevalensi depresi pada 323 lansia yang tinggal di
nursing home yaitu 26.6% (Zhao et al., 2018). Hasil penelitian-penelitian tersebut
menggambarkan bahwa banyak terjadi kejadian depresi pada lansia yang tinggal
di nursing home.

Depresi pada lansia membutuhkan penatalaksanaan yang tepat karena depresi


berisiko memengaruhi quality of life seorang lansia. Padahal lansia seharusnya
merasakan kesejahteraan, termasuk kesejahteraan psikologis. Menurut Teori
Erikson, ketidaksejahteraan psikologis pada lansia berisiko menyebabkan lansia
merasa putus asa, memandang kehidupan sebagai serangkaian kemalangan,
kekecewaan, dan kegagalan (Meiner, 2015). Dampak negatif depresi pada lansia
terhadap kualitas hidup lansia. diantaranya: merasakan ketidakpuasannya dalam
kehidupan di hari tua, ketidakpuasan terhadap hidup, dan memiliki persepsi yang
buruk terhadap kesehatan fisik dan mental. Di samping itu, gejala depresi pada
lansia yang dimanifestasikan dengan peningkatan kekhawatiran, perasaan sedih,
keputusasaan, gangguan tidur dan kehilangan minat, secara langsung dapat
mengganggu kesejahteraan dan kualitas hidup lansia. Studi sebelumnya
membahas bahwa lansia yang tinggal di komunitas yang mengungkapkan
perasaan sedih, mudah tersinggung, ansietas, dan kurangnya pengaruh positif
merupakan karakteristik signifikan atas depresi pada lansia (Miller, 2012).
Penelitian lain juga membuktikan bahwa depresi pada lansia memiliki korelasi
negatif dengan kualitas hidup dimana depresi meningkat seiring dengan
menurunnya kualitas hidup (Shrestha et al., 2020).

Salah satu metode yang telah terbukti untuk mengurangi tingkat depresi pada
lansia yaitu dengan art therapy. Art Therapy merupakan sebuah kegiatan yang
melibatkan penggunaan media artistik untuk kreasi seni visual untuk
mengeksplorasi emosi pribadi, menyenangkan suasana hati, meningkatkan
pemahaman diri, mengembangkan keterampilan sosial, mengurangi kecemasan,
meningkatkan harga diri, dan mengurangi tingkat depresi (Ching-Teng et al.,

2 Universitas Indonesia
2019). Salah satu bagian dari art therapy adalah aktivitas mewarnai. Aktivitas
mewarnai berkaitan dengan peningkatan keterampilan kognitif, harga diri,
perasaan terhubung dengan orang lain, ekspresi diri, keberdayaan diri, kualitas
hidup, efikasi diri, penurunan kecemasan, dan pelepas stres psikososial (Vaartio-
Rajalin et al., 2021). Selain itu, aktivitas mewarnai terbukti efektif dalam
menurunkan tingkat depresi pada lansia. Penelitian Ahmadi et al. (2023)
membuktikan bahwa kegiatan mewarnai dengan pensil warna selama 4 minggu (2
kali per minggu, 1 sesi 20 menit) mampu mengurangi depresi, kecemasan, dan
stres pada lansia. Samuel et al. (2022) dalam penelitiannya juga menunjukkan
bahwa terapi mewarnai mampu meningkatkan suasana hati yang positif dan
mengurangi emosi negatif, kecemasan, dan depresi pada lansia. Penelitian lain
juga menunjukkan bahwa terapi mewarnai mandala efektif dalam mengurangi
tingkat depresi pada lansia yang tinggal di nursing home (Sreetha et al., 2021).
Selain menurunkan tingkat depresi, mewarnai juga dapat meningkatkan suasana
hati. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa mewarnai mampu mengurangi
tingkat kecemasan dan memperbaiki mood (suasana hati) pada lansia yang tinggal
di komunitas karena mewarnai memberikan perasaan tenang, aman, nyaman,
puas, dan perasaan lebih baik (Koo et al., 2020).

Dengan demikian, depresi merupakan masalah yang umum dialami oleh lansia.
Fenomena depresi pada lansia memerlukan penatalaksanaan yang tepat untuk
memelihara dan meningkatkan kesejahteraan hidup atau quality of life seorang
lansia. Maka dari itu, perawat (khususnya perawat di fasilitas pelayanan long-
term care) memiliki peran penting untuk membantu lansia menjalani kehidupan
masa tua yang berkualitas. Salah satu intervensi yang dapat diterapkan untuk
mengurangi tingkat depresi pada lansia adalah art therapy (aktivitas mewarnai).

1.2 Tinjauan Pustaka


1.2.1 Teori Penuaan yang memiliki Keterkaitan dengan Depresi Lansia
Penuaan merupakan proses yang pasti dialami manusia seiring pertambahan usia.
Secara umum, teori penuaan yang berkaitan dengan depresi pada lansia meliputi
teori penuaan sosiologis, psikologis, dan moral/spiritual (Meiner, 2015).
1.2.1.1 Teori Penuaan Sosiologis

3 Universitas Indonesia
Menurut Hogstel (1995), teori penuaan sosiologis berfokus terhadap keterlibatan
peran dan hubungan individu di usia lanjut (Meiner, 2015). Teori sosiologis terdiri
atas Disengagement Theory, Activity/Developmental Task Theory, Continuity
Theory, Age Stratification Theory, Person–Environment Fit Theory. Menurut
Cummingg & Henry (1961), Disengagement Theory didasarkan atas pemikiran
bahwa seiring bertambahnya usia individu, lansia akan menarik diri dari
masyarakat dan masyarakat mendorong penarikan diri tersebut. Menurut
Havighurst, Neugarten, & Tobin (1963), Activity/Developmental Task Theory
didasarkan atas pemikiran bahwa individu harus tetap aktif agar dapat menua
dengan sukses karena aktivitas diperlukan untuk menjaga kepuasan hidup dan
konsep diri yang positif. Menurut Havighurst, Neugarten, & Tobin (1963),
Continuity Theory menjelaskan bahwa kebiasaan, komitmen, preferensi, dan
karakteristik kepribadian yang dikembangkan selama masa dewasa akan
dipertahankan di masa lanjut usia sehingga lansia akan merespons penuaan
dengan cara yang sama seperti lansia merespons peristiwa kehidupan sebelumnya.
Menurut Riley (1985), Age Stratification Theory menjelaskan bahwa terdapat
tingkat saling ketergantungan yang tinggi antara orang lanjut usia dan masyarakat.
Menurut Lawton (1982), Person–Environment Fit Theory didasarkan atas gagasan
bahwa setiap individu memiliki kompetensi pribadi yang berperan dalam
menghadapi lingkungan dan dapat berubah seiring bertambahnya usia sehingga
mempengaruhi kemampuan lansia untuk berhubungan dengan lingkungan
(Meiner, 2015).
1.2.1.2 Teori Penuaan Psikologis
Teori penuaan psikologis dipengaruhi oleh aspek biologi dan sosiologi dan
berfokus membahas respon individu dalam menjalankan tugas-tugas
perkembangan sesuai usia (Meiner, 2015). Teori penuaan psikologis terdiri atas
Maslow’s Hierarchy of Human Needs, Jung’s Theory of Individualism, Erikson’s
Eight Stages of Life, Peck’s Expansion of Erikson’s Theory, dan Selective
Optimization with Compensation. Maslow’s Hierarchy of Human Needs
didasarkan atas pemikiran bahwa manusia dipandang sebagai hierarki kebutuhan
yang penting untuk pertumbuhan dan perkembangan semua orang dan individu
dipandang sebagai partisipan aktif dalam kehidupan yang berjuang untuk
aktualisasi diri. Jung’s Theory of Individualism didasarkan atas pandangan bahwa
seiring bertambahnya usia, seseorang mampu bertransformasi menjadi makhluk
yang lebih spiritual. Erikson’s Eight Stages of Life didasarkan atas pemikiran
bahwa semua individu mengalami delapan tahap psikososial sepanjang hidupnya
dimana setiap tahapan mewakili sebuah krisis yang tujuannya untuk
mengintegrasikan kematangan fisik dan tuntutan psikososial dan individu
berpeluang menyelesaikan tugas perkembangan di setiap tahap. Peck’s Expansion
of Erikson’s Theory didasarkan atas pemikiran bahwa tujuh tugas perkembangan
diidentifikasi terjadi selama dua tahap terakhir Erikson. Selective Optimization
with Compensation didasarkan atas pemikiran bahwa kapasitas fisik berkurang
seiring bertambahnya usia dan lansia dapat berhasil mengkompensasi defisit ini
melalui seleksi, optimalisasi, dan kompensasi (Meiner, 2015).
1.2.1.3 Teori Penuaan Moral/Spiritual

4 Universitas Indonesia
Menurut Edelman & Mandle (2003), teori penuaan moral/spiritual berkaitan
dengan usaha individu dalam menjelaskan dan memvalidasi keberadaannya
(Meiner, 2015). Penjelasan dan validasi keberadaan tersebut terjadi melalui
perkembangan individu sebagai pemikir moral dan spiritual. Dalam proses
kehidupan, hanya sebagian kecil dari populasi yang berhasil mencapai tingkat
moral tertinggi dimana kebutuhan pribadi individu disublimasikan demi kebaikan
masyarakat. Adapun terkait spiritual, spiritualitas tidak hanya sekadar
menunjukkan afiliasi keagamaan, tetapi spiritualitas merupakan sintesis
pengalaman kontemplatif individu. Spiritualitas dapat ditemukan sebagai hasil
renungan individu atas penyakit, krisis hidup, atau kesadaran individu terhadap
hal-hal yang terjadi di kehidupan seseorang. Menurut Hogstel (1995), perawat
dapat membantu lansia menemukan makna dalam krisis hidupnya serta mengakui
dimensi spiritual seseorang dan mendukung ekspresi spiritual individu (Meiner,
2015).
1.2.2 Perubahan Fungsi Psikologis dan Afektif pada Lansia
Lansia mengalami berbagai perubahan, termasuk perubahan psikologis.
Perubahan psikologis pada lansia bervariasi berdasarkan pengalaman hidup dan
perilaku sebelumnya. Perubahan psikologis pada lansia berkaitan dengan
perubahan peran di kehidupan saat ini (masa lanjut usia), misalnya kehilangan
pekerjaan yang berarti, penurunan fungsi, penurunan status kesehatan atau
munculnya penyakit terkait pertambahan usia, kehilangan kemandirian,
kehilangan pasangan/teman/kerabat. Lansia yang mengalami perpisahan dengan
pasangan (misal akibat kematian pasangan) sangat berpengaruh terhadap adaptasi
peran dan berdampak terhadap kesehatan psikologis lansia. Lansia yang tidak
mampu beradaptasi dengan perubahan di masa lanjut usia akan merespon penuaan
dengan respon maladaptif yang ditunjukkan dengan gejala keraguan terhadap diri
sendiri, persepsi diri yang negatif, kecemasan, dan depresi (Mauk, 2014).
1.2.3 Konsep Depresi pada Lansia
Depresi merupakan salah satu masalah psikologis yang berkaitan dengan suasana
hati individu. Depresi merujuk pada kondisi gangguan suasana hati, munculnya
sindrom berbagai keluhan psikosomatis (Miller, 2012). Depresi dapat dialami oleh
individu dengan berbagai usia, tetapi lansia termasuk kategori usia yang berisiko
mengalami depresi. Diperkirakan 20% hingga 25% individu usia > 55 tahun
memiliki gangguan kesehatan mental, termasuk depresi (Meiner, 2015). Depresi
pada lansia menggambarkan kumpulan gejala yang sangat berpengaruh terhadap
kualitas hidup lansia (Miller, 2012).
Onset terjadinya depresi dapat terjadi secara tiba-tiba atau ketika dikaitkan dengan
peristiwa kehidupan maupun bertahap dengan durasi minggu hingga bertahun-
tahun. Adapun mood dan perilaku lansia dengan depresi ditunjukkan secara
konsisten dengan perasaan putus asa, ketidakberdayaan, tidak berharga, adanya
keluhan psikosomatis, kesedihan, kecemasan, mudah tersinggung, sifat lekas
marah. Depresi juga ditandai dengan pemikiran selektif yaitu selektif atau
menghindari pikiran terkait hal-hal yang menyebabkan depresi. Di samping itu,
depresi dapat dimanifestasikan melalui berbagai tanda, diantaranya: kelelahan,
konstipasi, penurunan fungsi psikomotor, penurunan konsentrasi, perasaan

5 Universitas Indonesia
suasana hati yang tertekan, kehilangan minat, penurunan energi dan libido,
perubahan nafsu makan, perubahan berat badan, gangguan pola tidur, agitasi,
kecemasan, dan perasaan kesedihan hingga menangis (Miller, 2012; Mauk, 2014;
Meiner, 2015).
Depresi pada lansia berkaitan dengan teori Late-life Depression. Pada teori ini,
depresi dikaitkan sebagai akibat dari hubungan yang kompleks. Depresi pada
lansia terjadi berkaitan dengan adanya perubahan kehidupan di masa tua.
Perubahan pada lansia yang berisiko menyebabkan depresi meliputi penurunan
fungsi kesehatan fisik, kehilangan pekerjaan dan pendapatan, kehilangan keluarga
dan teman, serta kehilangan rumah dan lingkungan yang nyaman. Faktor-faktor
yang berpotensi berkontribusi terhadap depresi pada lansia diantaranya: usia,
hilangnya peran sosial, dan status sosial ekonomi yang lebih rendah, pengalaman
tidak menyenangkan di masa lalu, stres yang baru dialami akhir-akhir ini,
kehilangan dukungan sosial (misal, tidak ada pasangan, sedikit teman, jaringan
keluarga kecil), berkurangnya interaksi sosial, lingkungan penuh tekanan,
kurangnya spiritualitas dengan agama. Dampak perubahan tersebut akan semakin
parah ketika perubahan terjadi dalam waktu yang relatif singkat, misalnya ketika
lansia diharuskan tinggal di nursing home (Meiner, 2015).
Selain teori Late-life Depression, depresi pada lansia juga berkaitan dengan teori
Ketidakberdayaan. Menurut Seligman (1981), depresi digambarkan sebagai defisit
dalam aspek kognitif, motivasi, harga diri, dan afektif-somatik (Miller, 2012).
Depresi pada lansia terjadi ketika lansia mengharapkan hal buruk terjadi dan
mempercayai bahwa lansia sudah tidak mampu melakukan apapun
(ketidakberdayaan).
Depresi pada lansia akan memberikan sejumlah dampak. Dampak tersebut dapat
dirasakan lansia pada fungsi fisik dan psikososial. Dampak depresi pada fungsi
fisik diantaranya: penurunan nafsu makan, perubahan berat badan, keluhan pada
sistem pencernaan (misal, konstipasi), insomnia/hipersomnia/gangguan tidur
lainnya, kelelahan, kehilangan energi, nyeri, ketidaknyamanan, sensasi dispnea,
keluhan badan lesu, perubahan aktivitas psikomotorik (peningkatan atau
perlambatan), dan hilangnya libido atau masalah fungsi seksual lainnya.
Sedangkan dampak depresi pada fungsi psikososial meliputi: afek sedih, ansietas,
mudah tersinggung, penurunan kemampuan konsentrasi, perasaan tidak bahagia,
merasa hampa/kosong, ketidakpuasan hidup, harga diri rendah, penurunan
minat/kesenangan, pasif, hilangnya motivasi dalam melakukan sesuatu, penurunan
kemampuan memperhatikan penampilan pribadi, perasaan bersalah, keputusasaan,
ketidakberdayaan, menyalahkan diri sendiri, ketidakmampuan mengambil
keputusan, dan lebih banyak merenung tentang masalah atau kegagalan di masa
lalu dan masa kini (Miller, 2012).
Penentuan depresi pada lansia dapat diketahui dengan berbagai instrumen
skrining, salah satunya Geriatric Depression Scale (GDS). Depresi pada lansia
perlu penanganan yang tepat dengan tujuan agar mencegah keparahan depresi
pada lansia dan meningkatkan kualitas hidup lansia. Adapun perawat mempunyai
peran penting dalam mengatasi depresi karena terdapat serangkaian intervensi
keperawatan yang dapat memberikan dampak positif yang signifikan terhadap

6 Universitas Indonesia
kualitas hidup lansia. Perawat dapat membantu lansia dengan memberikan
dukungan sosial (memfasilitasi lansia memiliki hubungan dengan orang lain) dan
meningkatkan efikasi diri lansia terhadap kehidupannya untuk menanggulangi dan
melindungi lansia dari depresi (Miller, 2012). Depresi dapat diatasi dengan cara
farmakologi dan non farmakologi. Salah satu terapi non farmakologi untuk
membantu mengurangi depresi pada lansia yaitu dengan terapi seni (art therapy).
1.2.4 Art Therapy (Aktivitas Mewarnai) pada Lansia
Art Therapy merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengatasi
atau menurunkan gejala depresi pada lansia. Menurut Art Therapy Association
(2013), Art Therapy merupakan sebuah kegiatan yang melibatkan penggunaan
media artistik untuk kreasi seni visual untuk mengeksplorasi emosi pribadi,
menyenangkan suasana hati, meningkatkan pemahaman diri, mengembangkan
keterampilan sosial, mengurangi kecemasan, meningkatkan harga diri, dan
mengurangi tingkat depresi (Ching-Teng et al., 2019).
Penurunan tingkat depresi terjadi karena art therapy dapat menjadi media untuk
ekspresi diri (paling penting), komunikasi, pemikiran simbolik, eksplorasi sensasi,
eksplorasi diri, integrasi, kreativitas, serta pemahaman dan penjelasan. Dalam art
therapy ini, lansia dapat menggunakan warna, gambar, garis, dan simbol untuk
berkreasi di lingkungan yang menyenangkan dan bebas. Seni tersebut dapat
membantu lansia untuk mengekspresikan perasaannya sehingga merangsang
kemampuan sensorik dan memfasilitasi pemikiran kognitif (Ching-Teng et al.,
2019). Penciptaan seni terdiri atas empat dimensi, yaitu kinestetis dan perasaan
(mengungkapkan perasaan melalui gerakan tubuh), persepsi dan emosi (mengubah
perasaan menjadi gambaran tertentu untuk melepaskan emosi yang tertekan),
kognisi dan simbolisme (mengidentifikasi makna simbol), dan kreativitas.
Seni teridentifikasi mampu menjadi media komunikasi nonverbal lansia untuk
melakukan introspeksi diri, refleksi diri masa lalu, dan interaksi antarpribadi
sehingga lansia dapat mengekspresikan perasaan, memahami diri, menenangkan
emosi, dan memperoleh keterampilan baru serta kebahagiaan (Ching-Teng et al.,
2019). Seni pada lansia juga bermanfaat untuk mengurangi kecemasan,
mengurangi depresi, menghilangkan rasa bosan dan kesepian, mengurangi isolasi
sosial, meningkatkan harga diri, dan meningkatkan kegembiraan lansia dalam
hidup di masa tua. McCaffrey et al. (2011) melakukan penelitian pada lansia yang
mengalami depresi dengan intervensi pembuatan seni dua kali setiap minggu
dalam 6 minggu (1-2 jam per sesi) dan hasilnya menunjukkan bahwa terdapat
penurunan kesedihan, kesepian, dan depresi pada lansia (Ching-Teng et al., 2019).
Salah satu bagian dari art therapy adalah mewarnai. Mewarnai memberikan efek
positif terhadap kesehatan mental individu. Penelitian sebelumnya menunjukkan
bahwa mewarnai mampu mengurangi tingkat kecemasan dan memperbaiki mood
(suasana hati) pada lansia yang tinggal di komunitas karena mewarnai
memberikan perasaan tenang, aman, nyaman, puas, dan perasaan lebih baik (Koo
et al., 2020). Penelitian sebelumnya juga menunjukkan bahwa mewarnai dapat
menurunkan tingkat depresi pada lansia. Penelitian Ahmadi et al. (2023)
membuktikan bahwa kegiatan mewarnai dengan pensil warna selama 4 minggu (2
kali per minggu, 1 sesi 20 menit) mampu mengurangi depresi, kecemasan, dan

7 Universitas Indonesia
stres pada lansia. Samuel et al. (2022) dalam penelitiannya juga menunjukkan
bahwa terapi mewarnai mampu meningkatkan suasana hati yang positif dan
mengurangi emosi negatif, kecemasan, dan depresi pada lansia. Penelitian lain
juga menunjukkan bahwa terapi mewarnai mandala efektif dalam mengurangi
tingkat depresi pada lansia yang tinggal di nursing home (Sreetha P et al., 2021).
1.2.5 Asuhan Keperawatan Depresi pada Lansia
Secara umum, asuhan keperawatan terdiri atas lima proses, yaitu pengkajian,
penetapan diagnosis keperawatan, rencana asuhan keperawatan, implementasi,
dan evaluasi (Berman et al., 2016). Tahap pertama asuhan keperawatan adalah
pengkajian. Pada bagian pengkajian, perawat melakukan pengkajian dari mulai
anamnesis, pemeriksaan fisik, hingga pemeriksaan penunjang. Spesifik mengenai
pengkajian asuhan keperawatan gerontik, perawat dapat melakukan pengkajian
klien lansia individu yang disertai penggunaan instrumen Pengkajian Paripurna
klien Geriatri (P3G). Pengkajian pada lansia mencakup pengkajian identitas klien,
alasan masuk rumah sakit/panti sosial tresna werdha/sasana tresna werdha,
riwayat kesehatan, kebiasaan sehari-hari, pemeriksaan fisik, keadaan lingkungan
sekitar, dan informasi penunjang. Pengkajian lansia tersebut di dalamnya
mencakup skrining dengan instrumen P3G yang meliputi skrining status nutrisi,
fungsi kognitif, tingkat depresi, risiko jatuh, tingkat kemandirian, dan kemampuan
keseimbangan. Spesifik pengkajian depresi pada lansia, perawat dapat
menggunakan instrumen Geriatric Depression Scale (GDS) untuk mengetahui
gambaran tingkat depresi lansia. Instrumen ini merupakan instrumen praktis yang
terdiri atas 10 pertanyaan yang dapat mengukur tingkat depresi lansia. Setiap
pertanyaan diberikan skor 1. Adapun skor > 5 mengindikasikan lansia mengalami
depresi (Meiner, 2015).

Gambar 1.1 Instrumen Geriatric Depression Scale (GDS)


Tahap asuhan keperawatan setelah pengkajian adalah analisis data dan
penegakkan diagnosis keperawatan. Merujuk pada NANDA-I 2021-2023,
diagnosis keperawatan yang berkaitan dengan kondisi klinis depresi diantaranya
Sindrom Lansia Lemah, Keputusasaan, Harga Diri Rendah Situasional/Kronik,
Isolasi Sosial, Ketidakefektifan Peran, Sindrom Post-Trauma, Sindrom Relokasi
Stres, Ansietas akan Kematian, Duka Maladaptif, Gangguan Religiusitas, Distres
Spiritual, dan Risiko Bunuh Diri (Herdman et al., 2021).
Setelah penegakkan diagnosis keperawatan, tahap selanjutnya adalah rencana
asuhan keperawatan. Rencana asuhan keperawatan terdiri atas tujuan yang ingin

8 Universitas Indonesia
dicapai dan intervensi yang akan dilakukan. Penentuan tujuan tersebut merujuk
pada Nursing Outcomes Classification (NOC) dan rencana intervensi merujuk
pada Nursing Intervention Classification (NIC). Outcomes asuhan keperawatan
lansia dengan depresi diantaranya Harga Diri, Dukungan Sosial, Harapan,
Keterlibatan Sosial, dan Kinerja Peran (Moorhead, 2018). Selanjutnya terkait
intervensi, beberapa intervensi yang relevan untuk masalah depresi pada lansia
diantaranya: Peningkatan Koping, Konseling, Dukungan Emosional, Promosi
Latihan, Fasilitasi Duka, Penanaman Harapan, Manajemen Alam Perasaan, Terapi
Musik, Peningkatan Peran, Peningkatan Harga Diri, Pencegahan Bunuh Diri, dan
Pengajaran: Individu (Butcher et al., 2018).
Selanjutnya adalah tahap implementasi asuhan keperawatan. Implementasi ini
merupakan penerapan rencana keperawatan yang telah disusun sebelumnya.
Pelaksanaan intervensi disesuaikan dengan kondisi klien. Setelah implementasi,
tahap terakhir dari asuhan keperawatan adalah evaluasi. Tahap evaluasi akan
menentukan keberhasilan tindakan keperawatan yang telah dilakukan. Evaluasi ini
merujuk terhadap tujuan yang telah ditetapkan pada tahap perencanaan. Dalam
proses evaluasi ini, perawat dapat menggunakan format data Subjektif, Objektif,
Analisis, dan Perencanaan (SOAP) untuk menyampaikan hasil tindakan
keperawatan (Meiner, 2015). Pada lansia dengan masalah depresi, evaluasi asuhan
keperawatan ini secara umum akan mengukur perubahan tingkat depresi lansia
setelah diberikan intervensi. Perasaan yang dirasakan klien sebelum dan sesudah
intervensi dapat ditanyakan secara subjektif. Adapun evaluasi tingkat depresi
lansia secara objektif dapat menggunakan instrumen GDS untuk membandingkan
skor sebelum dan sesudah diberikan intervensi.
1.2.6 Nursing Home
Nursing home atau fasilitas keperawatan merupakan lingkungan/lembaga tempat
tinggal untuk individu yang membutuhkan bantuan dengan beberapa ADL.
Nursing home harus memiliki izin dari lembaga negara dan disertifikasi. Di
samping pelayanan keperawatan, nursing home juga perlu menyediakan layanan
lainnya, misalnya terapi fisik. Meskipun nursing home menyediakan berbagai
layanan kesehatan yang serupa dengan fasilitas perawatan akut, tetapi penerima
layanan tersebut disebut penduduk bukan klien (Miller, 2012).
Secara umum, nursing home dikategorikan sebagai skilled nursing home care
(umumnya jangka pendek) dan intermediate nursing home care (umumnya jangka
panjang). Pada skilled nursing home care atau disebut juga skilled rehabilitation
care, individu harus memenuhi kriteria berikut: 1) menjalani rawat inap di rumah
sakit minimal 3 hari berturut-turut dalam 30 hari sebelumnya karena kondisi
medis yang berhubungan dengan kebutuhan akan perawatan di nursing home; 2)
memiliki rujukan dokter untuk layanan yang harus diberikan oleh profesional
berlisensi, seperti perawat atau terapis; 3) memerlukan perawatan terampil setiap
hari yang dapat diberikan di fasilitas keperawatan terampil bersertifikasi.
Sedangkan pada intermediate nursing home care, pelayanan ini mengacu pada
pelayanan keperawatan yang disediakan untuk individu dengan penyakit kronis
yang membutuhkan bantuan dalam aktivitas sehari-hari, misalnya, gangguan
fungsional dan gangguan fungsi kognitif. Fasilitas nursing home diharapkan dapat
menyediakan perawatan restoratif, yaitu pendekatan yang membantu penghuni

9 Universitas Indonesia
mengkompensasi gangguan fungsional agar kemampuan lansia tidak menurun.
Secara umum, alasan lansia dipindahkan ke nursing home yaitu karena perubahan
yang signifikan terkait kondisi kesehatan lansia dan keterbatasan kemampuan
keluarga atau pengasuh dalam merawat lansia (Miller, 2012).
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Penulisan ini bertujuan untuk menganalisis hasil asuhan keperawatan pada lansia
yang mengalami depresi dengan penerapan art therapy (aktivitas mewarnai) di
Sasana Tresna Werdha Ria Pembangunan Cibubur.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Teridentifikasi hasil pengkajian lansia dengan masalah depresi
1.3.2.2 Teridentifikasi analisis data dan diagnosis keperawatan yang muncul pada
lansia dengan masalah depresi
1.3.2.3 Teridentifikasi rencana asuhan keperawatan pada lansia dengan masalah
depresi
1.3.2.4 Teridentifikasi implementasi tindakan keperawatan yang telah dilakukan
pada lansia dengan masalah depresi
1.3.2.5 Teridentifikasi evaluasi hasil implementasi yang telah dilakukan pada
lansia dengan masalah depresi
1.3.2.6 Teridentifikasi analisis intervensi art therapy (aktivitas mewarnai) pada
lansia dengan masalah depresi
1.4 Manfaat Penulisan
1.4.1 Manfaat untuk Pelayanan Keperawatan
Hasil penulisan ini diharapkan menambah sumber informasi untuk pihak
STW maupun pelayanan keperawatan gerontik lainnya dalam memberikan
asuhan keperawatan pada lansia dengan depresi.
1.4.2 Manfaat untuk Pendidikan dan Pengembangan Ilmu Keperawatan
Penulisan ini diharapkan menjadi mampu memperluas studi sebelumnya
mengenai Keperawatan Gerontik, khususnya terkait asuhan keperawatan
pada lansia yang mengalami depresi.
1.4.3 Manfaat untuk Studi Lanjut
Penulisan ini diharapkan mampu mengembangkan studi keperawatan
gerontik yang telah dilakukan sebelumnya terkait asuhan keperawatan
pada lansia dengan depresi dan menjadi rujukan untuk studi-studi
selanjutnya dengan topik yang serupa.

10 Universitas Indonesia
11 Universitas Indonesia
BAB 2
GAMBARAN KASUS KELOLAAN UTAMA

Bab 2 akan membahas mengenai asuhan keperawatan pada klien kelolaan utama,
dari mulai pengkajian, penegakkan diagnosis keperawatan, rencana keperawatan,
dan implementasi serta evaluasi proses keperawatan.

2.1 Pengkajian
Pengkajian dilakukan dengan metode autoanamnesis dengan klien, alloanamnesis
dengan perawat dan pekerja sosial, observasi, pemeriksaan fisik, dan data
sekunder dari rekam medis. Format pengkajian yang digunakan yaitu format
pengkajian lansia individu.
2.1.1 Identitas Klien
Klien berinisial S, jenis kelamin laki-laki, usia 69 tahun lahir di Jakarta, 09 April
1954. Klien beragama Islam dan Suku Sunda. Status perkawinan cerai hidup
(tahun perceraian dikatakan lupa). Pendidikan terakhir SMA dan pekerjaan
terakhir sebagai karyawan swasta (manajer di hotel bidang entertainment). Alamat
klien sebelumnya di Pondok Gede Bekasi dengan keluarga adiknya.

2.1.2 Alasan Masuk STW


Klien masuk STW Ria Pembangunan Cibubur pada 26 Juni 2023. Alasan masuk
STW yaitu klien ingin bersosialisasi dengan teman sebayanya, menjadi lebih
mandiri, dan tidak ingin merepotkan keluarganya. Setelah berdiskusi dengan
keluarga, klien dan keluarga sepakat klien tinggal di STW.

2.1.3 Riwayat Kesehatan


Klien mengatakan saat ini tidak ada keluhan yang dirasa mengganggu. Klien
mengatakan memiliki riwayat penyakit hipertensi dan diabetes melitus. Selain itu,
klien memiliki riwayat kecelakaan motor (tahun kecelakaan dikatakan lupa).
Terkait riwayat keluarga, klien mengatakan ayahnya menderita hipertensi dan
kakak laki-lakinya memiliki penyakit kolesterol.
2.1.4 Kebiasaan Sehari-hari
2.1.4.1 Biologis
Klien mengatakan makan 3x dalam sehari, yaitu sarapan (07.00), siang (11.30),
dan sore (17.00). Klien makan mandiri dan porsi dihabiskan. Terkadang klien
membeli cemilan (misal, ubi rebus). Alergi makanan disangkal. Skor skrining
MNA yaitu 12 yang bermakna normal/tidak berisiko. Terkait pola minum, klien
mengatakan minum yang cukup dalam sehari. Klien biasanya minum

12 Universitas Indonesia
menggunakan botol dan gelas. Dalam sehari, klien mengatakan minum kurang
lebih sebanyak 1 botol dan 1 gelas. Klien terkadang malas minum karena posisi
pengambilan air minum yang jauh.
Selanjutnya mengenai pola istirahat dan tidur, klien mengatakan tidur malam
sekitar sehabis isya dan bangun sekitar jam 04.30. Klien mengatakan terkadang
ada periode terbangun saat tidur karena ingin BAK. Klien sering tidur siang.
Selanjutnya terkait eliminasi, klien mengatakan frekuensi BAK dalam sehari 3-5x.
BAK tidak ada keluhan. BAB 3-4x dalam seminggu, tidak ada keluhan. Klien
mengatakan masih mampu menahan rasa ingin BAK dan BAB.
Adapun secara umum, tampilan diri klien baik, kebersihan diri baik, hanya saja
saat ini kumis dan jenggot klien tampak mulai memanjang. Klien tampak
berpakaian rapi dan sesuai. Tidak tercium aroma badan yang tidak sedap.
Kebersihan mulut cukup baik meskipun banyak gigi yang sudah tanggal.
2.1.4.2 Psikologis
Secara fungsi kognitif-afektif, klien mampu berkomunikasi secara baik dan
kooperatif. Klien masih mampu mengingat momen yang terjadi di masa lampau,
tetapi ada beberapa memori masa lalu dan memori jangka pendek yang sulit
diingat klien. Klien beberapa kali tampak sulit menemukan kata yang tepat saat
berbicara dan klien kesulitan dalam berhitung. Hasil skor MMSE 25 yang
bermakna aspek kognitif dan fungsi mental baik.
Selanjutnya secara psikologis, secara umum klien responsif selama proses
pembicaraan. Afek sesuai. Kondisi psikologis klien tampak stabil. Namun, klien
tampak langsung menunduk, ekspresi sedih, dan lebih banyak diam saat
membahas mengenai perceraian dengan istrinya dan hubungannya dengan anak-
anak kandungnya. Klien juga secara verbal mengatakan sedih dengan
kehidupannya. Jika sedang sedih, klien hanya diam menangis di kamar sendiri.
Beberapa kali klien tampak berusaha mengalihkan pembicaraan jika sedang
membahas mengenai istri dan anak-anaknya. Jika pembahasan kemudian
dialihkan dengan membahas hal lain, klien langsung mengangkat kepala, kontak
mata adekuat, dan kembali riang. Skor GDS 9 yang bermakna depresi sedang.
2.1.4.3 Sosial
Klien mengatakan selama tinggal di STW belum ada keluarganya yang
menjenguknya. Klien dijanjikan keluarganya (anak) akan ada yang mengunjungi,
tetapi hingga saat ini belum ada keluarga yang mengunjungi. Namun, segala
keperluan klien dipenuhi oleh penanggung jawab klien, yaitu adik perempuan
klien. Dari hasil observasi, klien tampak memiliki teman di STW, klien juga
tampak rutin mengikuti kegiatan senam dan berkeliling STW.
2.1.4.4 Spiritual-Kultural
Klien mengatakan masih berusaha untuk memenuhi kewajiban ibadah sholat 5
waktu. Klien sholat di kamar. Klien memahami kondisi kesehatannya saat ini.
Klien mengetahui memiliki riwayat DM. Klien mengatakan masih merasa dirinya
sehat.

13 Universitas Indonesia
2.1.4.5 Aktivitas Sehari-hari dan Rekreasi
Dalam kesehariannya, ADL klien meliputi makan, tidur, senam, menonton TV,
mendatangi kamar werdha lain untuk berinteraksi. Skor bartel indeks 95
(mandiri). Terkait ekonomi, pendapatan klien selama tinggal di STW diberikan
oleh keluarganya. Adapun rekreasi yang dilakukan yaitu mengikuti senam dan
kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh STW.

2.1.5 Pemeriksaan Fisik


Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan data sebagai berikut. Keadaan umum
baik, kesadaran compos mentis. Tekanan darah 140/80 mmHg, nadi 90x/menit,
suhu 36.5 C, frekuensi pernapasan 18 x/menit. Berat badan klien 47 kg dengan
tinggi badan 159 cm, IMT 18.6 (normal).

Pada pemeriksaan fisik head to toe, didapatkan data bahwa rambut klien dalam
kondisi bersih, kulit kepala tidak ada lesi, tidak ada ketombe, rambut tipis,
persebaran rambut kurang merata (rambut bagian depan tampak lebih jarang),
warna rambut beruban. Pada mata klien, tampak sklera tidak ikterik, konjungtiva
tidak anemis, terdapat arcus senilis, fungsi mata dikatakan sedikit buram dan
berbayang, rabun dekat. Klien memiliki kacamata, tetapi tampak jarang
digunakan. Selanjutnya terkait hidung, tidak tampak deformitas pada hidung,
tidak ada sekret/obstruksi hidung. Pada area gigi dan mulut, tampak bibir klien
kering, tidak ada stomatitis, gigi mulai banyak yang tanggal terutama gigi
geraham, tampak beberapa sisa akar gigi. Pada telinga, tampak penumpukan
serumen di telinga kanan dan fungsi pendengaran dikatakan sedikit menurun,
tetapi komunikasi tidak terganggu.

Leher klien tidak ada masalah, tidak tampak pembesaran kelenjar getah bening.
pada area dada, tampak napas spontan, tidak ada retraksi dada, suara napas
vesikuler, tidak ada ronkhi maupun wheezing, dan bunyi jantung S1 S2 normal,
tidak terdengar bunyi jantung tambahan. Pada abdomen, kesan supel, tidak ada
asites, dan bising usus (+). Kulit klien tampak keriput dan turgor kulit kembali
cepat. Terkait muskuloskeletal, tidak tampak deformitas pada muskuloskeletal,
tetapi ada keluhan kaki berat. Gaya berjalan lambat dan beberapa kali kaki tampak

14 Universitas Indonesia
diseret. Klien juga mengeluhkan badan terasa pegal. Klien memiliki tongkat di
kamar, terkadang digunakan terutama jika ke toilet. Tonus otot (+), kekuatan otot:
5555 | 5555
4444 | 4444
Berdasarkan skrining, klien mendapatkan skor MFS = 65 (risiko jatuh tinggi),
skor BBT = 29 (risiko jatuh sedang dan perlu menggunakan alat bantu jalan
seperti tongkat, kruk, dan walker).
2.1.6 Informasi Penunjang
Data dari rekam medis menunjukkan bahwa klien didiagnosis medis hipertensi
dan diabetes melitus. Data pada rekam medis juga menunjukkan bahwa glukosa
puasa klien 92 mg/dl, glukosa 2 jam PP 223 mg/dl (H), LED 30 mm/jam (H) dan
hemoglobin 10,1 g/dl (L). Hasil rontgen thoraks dan EKG klien menunjukkan
tidak tampak kelainan radiologi pada jantung dan paru. Selain itu, penulis juga
melakukan pemeriksaan Gula Darah Sewaktu (GDS) dan asam urat pada
25/09/2023, didapatkan hasil GDS klien 134 mg/dl dan asam urat 9.4 mg/dl (H).
2.1.7 Keadaan Lingkungan Sekitar
Klien tinggal di kamar lantai 2. Secara umum kondisi kamar cukup bersih,
ketinggian tempat tidur rendah, lantai rata, tidak licin. Klien mobilisasi dari kamar
ke lantai 1 dan sebaliknya menggunakan lift. Pencahayaan lingkungan sekitar
cukup terang.
2.2 Analisis Data dan Penegakkan Diagnosis Keperawatan
Analisis data merupakan tahap mengelompokkan berbagai data yang telah
ditentukan untuk menentukan diagnosis keperawatan. Diagnosis keperawatan
yang ditegakkan merujuk pada NANDA-I edisi 2021-2023. Berdasarkan data-data
yang diperoleh dari pengkajian, tiga diagnosis keperawatan utama yang muncul
pada klien meliputi Duka Maladaptif (Kode 00301, Domain 9 Koping/Toleransi
Stres, Kelas 2 Respon Koping), Gangguan Berjalan (Kode 00088, Domain 4
Aktivitas/Istirahat, Kelas 2 Aktivitas/Latihan), dan Risiko Jatuh Orang Dewasa
(Kode 00303, Domain 11 Keselamatan/ Perlindungan, Kelas 2 Cedera Fisik).
Diagnosis keperawatan yang ditemukan pada klien yaitu Duka Maladaptif. Duka
maladaptif merupakan suatu kelainan yang terjadi setelah kematian orang
terdekat, dimana pengalaman kesusahan yang menyertai kehilangan tidak sesuai
dengan harapan sosiokultural (Herdman et al., 2021). Diagnosis ini ditegakkan
atas dasar data bahwa klien mengatakan sedih dengan kehidupannya dan klien
hanya akan diam menangis di kamar sendiri jika sedang sedih. Klien juga
mengatakan selama tinggal di STW belum ada keluarganya yang menjenguknya.
Klien dijanjikan keluarganya (anak) akan ada yang mengunjungi, tetapi hingga
saat ini (per 20/09/2023) belum ada keluarga yang mengunjungi. Duka Maladaptif
ditemukan pada klien karena secara objektif klien tampak langsung menunduk,
ekspresi sedih, dan lebih banyak diam saat membahas mengenai perceraian
dengan istrinya dan hubungannya dengan anak-anak kandungnya. Beberapa kali
klien tampak berusaha mengalihkan pembicaraan jika sedang membahas

15 Universitas Indonesia
mengenai istri dan anak-anaknya. Jika pembahasan kemudian dialihkan dengan
membahas hal lain, klien langsung mengangkat kepala, kontak mata adekuat, dan
kembali riang. Hasil skrining GDS klien 9 yang bermakna depresi sedang. Data
temuan pada klien tersebut sesuai dengan batasan karakteristik pada NANDA-I
2021-2023 untuk masalah Duka Maladaptif yaitu gejala depresi, mengekspresikan
perasaan terpisah dari orang lain, mengekspresikan perasaan hampa, penghindaran
duka. Faktor risiko diagnosis ini yang relevan dengan klien adalah
ketidakadekuatan dukungan sosial. Klien juga menjadi individu yang berisiko
mengalami Duka Maladaptif karena klien merupakan individu dengan riwayat
kesedihan yang belum terselesaikan. Kondisi terkait yang sesuai dengan klien
adalah depresi (Herdman et al., 2021).
Diagnosis keperawatan selanjutnya yang muncul pada klien adalah Gangguan
Berjalan. Gangguan Berjalan adalah pembatasan gerak mandiri dalam lingkungan
dengan berjalan kaki (Herdman et al., 2021). Diagnosis Gangguan Berjalan
ditegakkan atas dasar data subjektif bahwa klien mengeluh kakinya terasa berat,
badan terasa pegal, dan klien mengatakan memiliki tongkat di kamar, terkadang
digunakan terutama jika ke toilet. Adapun data objektif yang mendukung
diagnosis ini meliputi gaya berjalan lambat dan beberapa kali kaki tampak diseret,
tonus otot (+), kekuatan otot ekstremitas atas 5555 | 5555 dan ekstremitas bawah
4444 | 4444, skor MFS = 65 (risiko jatuh tinggi), skor BBT = 29 (risiko jatuh
sedang dan perlu menggunakan alat bantu jalan seperti tongkat, kruk, dan walker),
dan asam urat yang tinggi yaitu 9.4 mg/dl (25/09/2023). Data temuan pada klien
tersebut sesuai dengan batasan karakteristik pada NANDA-I 2021-2023 untuk
masalah Gangguan Berjalan yaitu kesulitan ambulasi pada jarak yang diperlukan,
kesulitan menaiki tangga. Faktor yang terkait yaitu kekuatan otot dan ketahanan
fisik tidak mencukupi. Kondisi terkait yaitu gangguan muskuloskeletal dan
gangguan penglihatan (Herdman et al., 2021).
Diagnosis keperawatan lainnya adalah Risiko Jatuh Orang Dewasa. Risiko Jatuh
Orang Dewasa didefinisikan sebagai orang dewasa yang rentan mengalami suatu
peristiwa yang mengakibatkan jatuh secara tidak sengaja di tanah, lantai, atau
tingkat lain yang lebih rendah yang dapat membahayakan kesehatan (Herdman et
al., 2021). Diagnosis keperawatan ini ditegakkan atas dasar data subjektif bahw
klien mengatakan fungsi mata sedikit buram dan berbayang. Risiko Jatuh pada
klien juga dapat dilihat secara objektif, yaitu gaya berjalan lambat dan beberapa
kali kaki tampak diseret, kekuatan otot ekstremitas bawah 4444 | 4444, skor MFS
= 65 (risiko jatuh tinggi) dan skor BBT = 29 (risiko jatuh sedang dan perlu
menggunakan alat bantu jalan seperti tongkat, kruk, dan walker). Data temuan
pada klien tersebut sesuai dengan faktor risiko pada NANDA-I 2021-2023 untuk
masalah Risiko Jatuh Orang Dewasa yaitu penurunan kekuatan otot ekstremitas
bawah. Risiko Jatuh Orang Dewasa juga berisiko terjadi pada populasi individu
berusia > 60 tahun, individu yang tinggal di tempat perawatan lansia, individu
yang tinggal sendiri. Kondisi terkait Risiko Jatuh Orang dewasa yaitu depresi dan
masalah muskuloskeletal (Herdman et al., 2021).
2.3 Rencana Asuhan Keperawatan
Rencana asuhan keperawatan memuat tujuan yang diharapkan dan intervensi yang
akan dilakukan. Tujuan serta intervensi ini merujuk kepada panduan Nursing

16 Universitas Indonesia
Outcomes Classification (NOC) dan Nursing Intervention Classification (NIC).
Tiga diagnosis keperawatan pada klien adalah Duka Maladaptif, Gangguan
Berjalan, dan Risiko Jatuh Orang Dewasa.
Pada untuk diagnosis keperawatan Duka Maladaptif, outcomes yang akan dicapai
yaitu Keseimbangan Alam Perasaan (1204) dengan kriteria hasil menunjukkan
afek yang sesuai dengan situasi meningkat, menunjukkan alam perasaan yang
stabil, dan tingkat depresi menurun. Selain itu, outcomes lainnya yaitu Tingkat
Depresi menurun dengan kriteria hasil penurunan mood depresi dan penurunan
kesedihan. Rencana intervensi yang akan dilakukan adalah Manajemen Alam
Perasaan (5330) dengan aktivitas berikut: evaluasi alam perasaan; monitor
kemampuan perawatan diri; berikan kesempatan untuk melakukan aktivitas fisik;
monitor fungsi kognitif; interaksi dengan klien dengan menggunakan interval
waktu yang teratur; menunjukkan perhatian dan/atau menyediakan kesempatan
untuk klien membicarakan perasaannya; dan bantu klien untuk memventilasikan
perasaan dengan perilaku yang tepat (misal, kegiatan seni). Selain Manajemen
Alam Perasaan, rencana intervensi lainnya adalah Terapi Milieu (4390) dengan
aktivitas berikut: tentukan faktor-faktor yang ada di lingkungan yang
berkontribusi pada perilaku klien; dan sediakan buku, majalah, dan seni serta
material untuk melakukan aktivitas kerajinan tangan yang sesuai dengan
kebutuhan rekreasi klien, budaya, dan latar belakang klien (Butcher et al., 2018;
Moorhead, 2018).
Lalu pada diagnosis Gangguan Berjalan, outcomes yang diharapkan tercapai yaitu
Gaya Berjalan (0222) meningkat dengan kriteria hasil: kemantapan gaya berjalan,
keseimbangan saat berjalan, postur lebih tegak saat, keseimbangan irama
melangkah, dan tidak ada kejadian tersandung. Selanjutnya terkait rencana
intervensi yang akan dilakukan yaitu Promosi latihan: Latihan Kekuatan (0201)
dengan rencana aktivitas: identifikasi keyakinan, nilai, dan tujuan lansia terkait
untuk kebugaran dan kesehatan otot; edukasi terkait pentingnya latihan fisik untuk
menjaga fungsi otot; monitor gaya berjalan; monitor tingkat kekuatan otot;
berikan latihan ROM; dan berikan latihan fisik lanjut usia (LAFISKA), jika
memungkinkan. Selain itu, intervensi lain yang direncanakan adalah Pencegahan
Jatuh (6490) dengan aktivitas berikut: latih lansia untuk modifikasi gaya berjalan
yang aman, bantu lansia untuk mobilisasi/berpindah, jika perlu, dan sediakan alat
bantu mobilisasi (Butcher et al., 2018; Moorhead, 2018).
Selanjutnya pada diagnosis Risiko Jatuh Orang Dewasa, outcomes yang
diharapkan tercapai yaitu Kejadian Jatuh (1912) menurun dengan kriteria hasil
tidak ada kejadian jatuh. Outcomes lainnya yang akan dicapai yaitu Pengetahuan:
Pencegahan Jatuh (1828) meningkat dengan kriteria hasil peningkatan
penggunaan sandal yang aman, penggunaan pegangan yang benar, dan melakukan
aktivitas berpindah dengan aman. Intervensi yang direncanakan yaitu Pencegahan
Jatuh (6490) dengan aktivitas berikut: identifikasi perilaku dan faktor yang
mempengaruhi risiko jatuh; identifikasi riwayat jatuh; identifikasi karakteristik
lingkungan yang dapat meningkatkan risiko jatuh; pantau aktivitas,
keseimbangan, dan tingkat kelelahan; memastikan lantai tidak licin, penerangan
yang cukup; memastikan sandal yang digunakan masih layak, pas, kencang, aman,

17 Universitas Indonesia
dan telapak sandal tidak licin, dan berikan latihan fisik untuk memperkuat
muskuloskeletal (Butcher et al., 2018; Moorhead, 2018).
Adapun intervensi unggulan yang akan dilakukan pada klien yaitu Art Therapy:
Aktivitas Mewarnai. Intervensi ini merupakan intervensi modifikasi dari
penelitian sebelumnya oleh Sreetha P et al. (2021) yang membahas tentang efek
mewarnai mandala terhadap depresi pada lansia yang dilakukan 30 menit setiap
hari selama 8 hari berturut-turut. Intervensi yang telah dilakukan pada penelitian
Sreetha P et al. (2021) dimodifikasi untuk diterapkan pada klien. Modifikasi yang
akan dilakukan yaitu penulis mengubah sketsa mewarnai dari seni mandala
menjadi sketsa mewarnai pemandangan alam atau bentuk-bentuk sederhana
lainnya. Rasionalnya karena menyesuaikan dengan kondisi dan kemampuan klien
serta preferensi klien. Hal tersebut didasarkan atas rasional bahwa melihat gambar
pemandangan alam dapat menstimulasi relaksasi atau melepas stres pada lansia
(Wolf & Housley, 2016).
Berikut rencana prosedur intervensi aktivitas mewarnai yang telah dimodifikasi
dari berbagai referensi.
1. Persiapan
a. Persiapan diri perawat. Persiapan diri perawat merujuk kepada
kesiapan dan kepercayaan diri perawat dalam memberikan
intervensi, khususnya menyiapkan segala keperluan berkaitan
dengan pelaksanaan intervensi aktivitas mewarnai.
b. Persiapan alat dan bahan. Alat dan bahan yang diperlukan dalam
intervensi aktivitas mewarnai meliputi sketsa mewarnai, alat
mewarnai (pensil warna, crayon), dan papan jalan.
c. Persiapan klien. Kriteria klien yang diperlukan dalam intervensi
aktivitas mewarnai yaitu klien yang teridentifikasi depresi (GDS
>4), mampu memegang alat mewarnai, dan bersedia untuk
mewarnai. Jika terdapat lansia yang memenuhi kriteria tersebut,
tetapi memiliki masalah fisik (misal, demensia, gangguan
mobilitas), maka perawat perlu menyesuaikan dengan kondisi
klien. Intervensi harus dilakukan di waktu yang tidak mengganggu
aktivitas harian klien.
d. Persiapan lingkungan. Lingkungan yang dibutuhkan untuk
pelaksanaan intervensi aktivitas mewarnai adalah lingkungan yang
nyaman dan tenang untuk meminimalkan distraksi dari lingkungan
sekitar. Persiapan lingkungan juga mencakup pengaturan tempat,
yaitu menyiapkan kursi untuk duduk dan meja untuk mewarnai.
2. Rencana Pelaksanaan
a. Perawat membina hubungan saling percaya, membuat kontrak
pertemuan, dan melakukan pertemuan dengan klien sesuai dengan
waktu dan tempat yang telah disepakati.
b. Perawat mengucapkan salam dan mengevaluasi perasaan dan
kondisi klien di hari tersebut.
c. Perawat dan klien duduk berhadapan dan berdekatan di tempat
yang nyaman dan tenang.

18 Universitas Indonesia
d. Perawat menegaskan kembali mekanisme mewarnai yang akan
klien lakukan dan durasi. Intervensi dirancang akan dilakukan
sebanyak 8 hari/sesi dengan durasi 30 menit.
e. Perawat memberikan sejumlah sketsa mewarnai dan
mempersilakan klien memilih sketsa gambar yang ingin diwarnai.
f. Klien mewarnai sketsa gambar yang dipilih dengan alat mewarnai
(pensil warna dan crayon) selama minimal 30 menit.
g. Selama mendampingi klien mewarnai, perawat dapat mengajak
klien berbincang beberapa topik. Topik utama yang perlu
diucapkan perawat adalah pemberian afirmasi positif atau
memberikan apresiasi atas kemauan dan kemampuan klien dalam
mewarnai. Pemberian afirmasi positif semakin dikuatkan setelah
klien menyelesaikan kegiatan mewarnai. Topik selanjutnya yaitu
membahas hal-hal positif yang dimiliki klien dan hal-hal yang
disenangi klien dengan tujuan untuk meningkatkan suasana hati
positif dan harga diri klien. Topik lainnya yang dapat perawat
bahas adalah perasaan atau pikiran yang sedang menganggu klien
dengan tujuan untuk eksplorasi dan mengeluarkan emosi/perasaan
negatif klien. Selain berbincang, selama proses mendampingi klien
mewarnai, perawat juga mengobservasi secara objektif perubahan-
perubahan yang muncul pada klien selama mewarnai.
h. Setelah klien selesai mewarnai, perawat memberikan afirmasi
positif atas karya yang dihasilkan serta mengevaluasi perasaan
(evaluasi subjektif) klien setelah mewarnai. Pada tahap ini, perawat
juga melakukan evaluasi objektif terhadap perubahan klien setelah
mewarnai.
i. Perawat membuat kontrak pertemuan selanjutnya.
j. Perawat mengucapkan salam dan berpamitan dengan klien.
2.4 Implementasi Asuhan Keperawatan (Intervensi Aktivitas Mewarnai)
Implementasi pertama aktivitas mewarnai dilakukan pada hari Selasa, 26
September 2023 pukul 09.00 WIB di ruang televisi lantai 2 Cempaka STW Ria
Pembangunan Cibubur setelah klien senior fitness. Penulis memberikan sejumlah
pilihan kertas sketsa mewarnai dan klien memilih sketsa mewarnai pemandangan
alam gunung dan laut. Klien mewarnai dengan pensil warna. Selama mewarnai,
penulis inisiatif menyalakan lagu dari youtube dan klien meminta diputarkan lagu
dari penyanyi Batak yaitu Trio Ambisi. Selama mewarnai yang diiringi musik ini,
klien tampak fokus mewarnai, bermain dengan warna-warna, dan sesekali ikut
bernyanyi serta mengangguk-anggukkan kepala sesuai tempo lagu. Aktivitas
mewarnai berlangsung selama hampir 1 jam (55 menit).
Implementasi kedua dilakukan pada hari Rabu, 27 September 2023 pukul 09.00
WIB di ruang televisi lantai 2 Cempaka STW Ria Pembangunan Cibubur setelah
klien senam bugar lansia. Pada implementasi kedua ini, klien memilih sketsa
mewarnai pemandangan rumah di pedesaan. Klien mewarnai dengan crayon dan
sesekali klien menggunakan pensil warna untuk melengkapi bagian-bagian
gambar yang kecil. Aktivitas mewarnai pada implementasi kedua ini tidak diiringi
lagu karena klien mengatakan sedang tidak ingin mendengarkan lagu. Aktivitas
mewarnai ini berlangsung selama 1 jam 10 menit.

19 Universitas Indonesia
Implementasi ketiga dilakukan pada hari Kamis, 28 September 2023 pukul 08.40
WIB di ruang televisi lantai 2 Cempaka STW Ria Pembangunan Cibubur. Pada
implementasi ketiga ini, klien memilih sketsa gambar gunung dan sungai. Klien
mewarnai dengan crayon dan sesekali klien menggunakan pensil warna untuk
melengkapi bagian-bagian gambar yang kecil. Aktivitas mewarnai berlangsung
selama 1 jam.
Implementasi keempat dilakukan pada hari Jumat, 29 September 2023 pukul
09.00 WIB di ruang televisi lantai 2 Cempaka STW Ria Pembangunan Cibubur.
Pada implementasi hari keempat ini, klien memilih gambar pemandangan gunung.
Klien mewarnai menggunakan crayon. Aktivitas mewarnai berlangsung selama 40
menit.
Intervensi aktivitas mewarnai juga dilakukan pada klien kelolaan 2 (Opa O) dan 3
(Oma T) pada rentang hari Selasa, 26 September 2023 hingga Jumat, 06 Oktober
2023. Intervensi aktivitas mewarnai dilakukan sebanyak 7 sesi (beda hari) dengan
durasi 5-20 menit pada Opa O, sedangkan pada Oma T intervensi dilakukan
sebanyak 7 sesi (beda hari) dengan durasi 5-30 menit.
2.5 Evaluasi Asuhan Keperawatan
Evaluasi asuhan keperawatan dilakukan setelah klien diberikan tindakan
keperawatan. Evaluasi yang penulis lakukan adalah evaluasi secara formatif dan
sumatif. Evaluasi formatif dilakukan setiap kali pertemuan (evaluasi subjektif dan
objektif), sedangkan evaluasi sumatif dilakukan di akhir pertemuan dengan klien
(evaluasi subjektif dan objektif, termasuk penilaian kembali skor GDS klien).
Pada implementasi pertama aktivitas mewarnai, secara subjektif klien mengatakan
senang karena hari ini dapat menyalurkan perasaan dan hobinya, klien senang
mewarnai tetapi rasanya sulit jika menggunakan pensil warna karena warnanya
sulit dibaurkan. Adapun secara objektif klien tampak fokus dan banyak tertawa
selama proses mewarnai dan sesekali bernyanyi selama proses mewarnai. Namun,
pada hari pertama ini klien tampak mudah terdistraksi dengan orang yang lalu
lalang, terutama werdha yang menyapa klien.
Pada implementasi kedua, secara subjektif klien mengatakan perasaannya lebih
senang setelah mewarnai dan mewarnai hari ini terasa lebih mudah dengan crayon
karena warnanya lebih nyata. Adapun secara objektif klien tampak fokus selama
mewarnai, tampak mudah tertawa ketika diajak berbincang saat proses mewarnai,
dan tampak bangga dengan hasil mewarnainya (tampak beberapa kali mengangkat
dan melihat hasil karyanya dari jauh lalu tersenyum). Pada hari kedua ini, klien
tidak terdistraksi karena posisi duduk klien diatur menghadap jendela dan
membelakangi area lalu lalang orang lain.
Pada implementasi ketiga, secara subjektif klien mengatakan sedih karena teringat
mantan istri dan anak-anaknya. Selain itu, klien mengatakan merasa bangga
dengan hasil karya mewarnainya. Adapun secara objektif, kondisi umum klien
baik, kooperatif, responsif, afek sesuai, tampak fokus selama mewarnai, dan
ekspresi murung sedih ketika mengingat keluarganya, tampak mata berkaca-kaca.
Pada implementasi keempat, secara subjektif klien mengatakan perasaannya
bangga terhadap hasil karyanya dan perasaannya lebih tersalurkan, perasaan bosan

20 Universitas Indonesia
berkurang. Secara objektif kondisi umum klien baik, kooperatif, responsif, afek
sesuai, dan klien tampak fokus selama mewarnai.
Berikut grafik perbedaan skor GDS sebelum dan sesudah intervensi aktivitas
mewarnai pada klien kelolaan 1 (Opa S), 2 (Opa O), dan 3 (Oma T).

Gambar 2.1 Grafik Perbandingan Skor GDS Sebelum Intervensi dan Sesudah
Intervensi Aktivitas Mewarnai

21 Universitas Indonesia
BAB 3
PEMBAHASAN

Bab 3 ini akan membahas mengenai analisis asuhan keperawatan dengan masalah
depresi pada lansia, analisis penerapan intervensi art therapy (aktivitas
mewarnai), rekomendasi praktik berdasarkan hasil kajian praktik berbasis bukti,
dan implikasi keperawatan.

3.1 Analisis Asuhan Keperawatan dengan Masalah Depresi pada Lansia


Depresi merupakan gangguan psikologis yang sering terjadi pada lansia, terutama
lansia yang tinggal di nursing home. Menurut Mauk (2014), penyebab umum
depresi pada lansia yaitu efek samping pengobatan yang membuat lansia merasa
terpuruk secara fisik dan mental, kehilangan pasangan/teman/orang yang dicintai,
dan harus berpindah dari rumah pribadi ke tempat tinggal lansia atau perawatan
jangka panjang karena menurunnya kemampuan untuk hidup mandiri. Adapun
faktor risiko terjadinya depresi pada lansia diantaranya: usia, hilangnya peran
sosial, dan status sosial ekonomi yang lebih rendah, pengalaman tidak
menyenangkan di masa lalu, stres yang baru dialami akhir-akhir ini, kehilangan
dukungan sosial (misal, tidak ada pasangan, sedikit teman, jaringan keluarga
kecil), berkurangnya interaksi sosial, lingkungan penuh tekanan, kurangnya
spiritualitas dengan agama.

Beberapa faktor risiko depresi ditemukan pada klien. Pertama, faktor risiko usia
dimana klien merupakan laki-laki berusia 69 tahun. Menurut WHO (2017), lebih
dari 20% lansia berusia 60 tahun ke atas mengalami masalah mental. Di samping
itu, penelitian sebelumnya menunjukkan sebanyak 11,9% dari 4.682 lansia berusia
75-90 tahun mengalami gejala depresi (Idris & Hasri, 2023). Selanjutnya, jenis
kelamin klien yaitu laki-laki relevan dengan hasil penelitian Londono & Gonzalez
(2016) bahwa depresi dapat terjadi pada laki-laki karena berkaitan dengan
pengalaman kejadian yang penuh tekanan dan buruknya fungsi keluarga sebelum
laki-laki tersebut tinggal/menetap di sebuah lembaga (Shrestha et al., 2020).
Depresi pada laki-laki juga terjadi akibat transisi peran dari kehidupan kerja ke
masa pensiun/tidak bekerja (Shrestha et al., 2020).

22 Universitas Indonesia
Faktor risiko depresi selanjutnya yang dialami klien adalah kehilangan peran
sosial. Klien saat ini sudah tidak bekerja padahal sebelumnya klien bekerja
belasan tahun di bidang entertainment. Penurunan kondisi fisik juga menyebabkan
klien kehilangan peran sosialnya dalam bekerja. Penelitian sebelumnya
menemukan bahwa lansia yang tidak bekerja berisiko mengalami depresi (Idris &
Hasri, 2023). Kondisi klien yang sudah tidak bekerja ini berpengaruh terhadap
pendapatan ekonomi klien yang menurun. Saat ini, pendapatan klien diberikan
oleh keluarganya (adik dan anak perempuan ke-3). Penurunan kemandirian untuk
mencari penghasilan menyebabkan rasa ketidakberdayaan yang dapat berkembang
menjadi depresi. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa ketidakmandirian
lansia dalam mencari finansial berdampak terhadap depresi (Vishwakarma et al.,
2023).

Perpindahan klien ke long term care juga menjadi faktor yang berisiko
menyebabkan depresi. Perpindahan atau relokasi lansia ke fasilitas long-term care
secara signifikan berdampak terhadap kondisi stres fisik dan psikologis lansia
(Fitzpatrick & Tzouvara, 2019). Penelitian sebelumnya oleh Pramesona &
Taneepanichskul (2018) kepada 181 lansia yang tinggal di nursing home di
Indonesia menunjukkan bahwa prevalensi depresi pada lansia tersebut mencapai
42,5%. Di samping itu, penelitian lain mengungkapkan bahwa prevalensi depresi
pada 323 lansia yang tinggal di nursing home yaitu 26.6% (Zhao et al., 2018).
Hasil penelitian-penelitian tersebut menggambarkan bahwa banyak terjadi
kejadian depresi pada lansia yang tinggal di nursing home atau long-term care.
Depresi pada lansia yang tinggal di long-term care memiliki keterkaitan dengan
teori kebutuhan dasar Maslow’s Hierarchy of Human Needs yang menyatakan
bahwa salah satu kebutuhan dasar manusia adalah kebutuhan sosial (rasa cinta,
kasih sayang, dan hak kepemilikan) (Meiner, 2015). Namun, lansia yang tinggal
di long-term care otomatis akan berpisah dengan keluarga sehingga berisiko
kekurangan rasa loved and belonging yang merupakan kebutuhan dasar manusia
sehingga berpotensi menyebabkan depresi. Kondisi tersebut dialami oleh klien
dimana klien saat ini berpisah jauh dengan keluarga dan keluarga jarang
menjenguknya sehingga meningkatkan perasaan sepi dan menurunkan perasaan
dicintai.

23 Universitas Indonesia
Faktor risiko depresi selanjutnya adalah pengalaman tidak menyenangkan. Klien
mengatakan memiliki pengalaman yang tidak menyenangkan yaitu terkait
perceraian dengan istri yang berdampak terhadap perpisahan dengan 4 anaknya.
Klien mengatakan perceraiannya dengan istri disebabkan karena sering
bertengkar, tetapi saat pengkajian, klien tidak menceritakan lebih jauh terkait
perceraiannya tersebut. Perceraian merupakan salah satu faktor yang
teridentifikasi menyebabkan depresi pada lansia (Idris & Hasri, 2023). Perpisahan
klien dengan keluarganya berisiko menimbulkan rasa sepi dan kesepian berkaitan
erat dengan depresi (Zhang et al., 2023).

Faktor risiko depresi lainnya adalah kehilangan dukungan sosial dan hal ini terjadi
pada klien. Per Juni 2023, klien mulai tinggal di STW yang berarti klien terpisah
dari keluarganya. Selanjutnya, klien mengatakan keluarganya jarang
menjenguknya (hal ini sudah dikonfirmasi dan dibenarkan oleh pekerja sosial).
Penurunan dukungan sosial dari keluarga tersebut menjadi salah satu alasan yang
dapat meningkatkan tingkat depresi pada klien. Hal tersebut relevan dengan
penelitian longitudinal sebelumnya oleh Tang et al. (2022) kepada 1.167 lansia
bahwa dukungan sosial memiliki hubungan negatif dengan depresi, yaitu semakin
berkurangnya dukungan sosial maka semakin meningkatkan tingkat depresi pada
lansia. Selain itu, kesepian dan kurangnya dukungan sosial terbukti berdampak
terhadap kejadian depresi pada lansia yang tinggal di nursing home (Zhao et al.,
2018).

Adapun tanda khas depresi yang ditemukan pada klien adalah perasaan kesedihan
hingga menangis. Klien mengatakan sedih karena kepikiran dengan mantan istri
dan anak-anaknya yang sudah jarang bertemu. Klien mengatakan jika sedang
sedih hanya mampu menangis sendirian dalam kamar. Di samping itu, tanda
depresi lain yang ditemukan pada klien adalah perilaku selektif (menghindari
pikiran/pembahasan terkait hal-hal yang menyebabkan depresi). Klien tampak
langsung menunduk, ekspresi sedih, dan lebih banyak diam saat membahas
mengenai perceraian dengan istrinya dan hubungannya dengan anak-anak
kandungnya. Beberapa kali klien juga tampak berusaha mengalihkan pembicaraan
jika sedang membahas mengenai istri dan anak-anaknya. Jika pembahasan

24 Universitas Indonesia
kemudian dialihkan dengan membahas hal lain, klien langsung mengangkat
kepala, kontak mata adekuat, dan kembali riang. Hal tersebut menunjukkan bahwa
klien sangat menghindari pengalamannya yang tidak menyenangkan, yaitu terkait
perpisahannya dengan mantan istri dan anak-anaknya. Penelitian sebelumnya oleh
Devita et al. (2022) juga menunjukkan bahwa tanda depresi yang muncul pada
lansia adalah perasaan sedih berkepanjangan dan sikap menghindari topik
pembicaraan yang tidak menyenangkan.

Depresi yang terjadi pada klien penting untuk diatasi. Depresi menjadi tanda
bahwa lansia belum mampu beradaptasi dengan perubahan di usia lanjut,
sedangkan salah satu tugas perkembangan lansia adalah penerimaan kondisi
penuaan saat ini. Selain itu, urgensi pentingnya penanganan depresi pada lansia
karena berkaitan dengan kualitas hidup seorang lansia. Menurut teori
perkembangan Erikson, individu usia >66 tahun akan mengalami tahap Integritas
vs Keputusasaan (Meiner, 2015). Pada tahap tersebut, individu akan
merefleksikan kehidupan serta pencapaiannya di masa lalu. Menurut teori
Erikson, jika individu merasa hidupnya tidak produktif atau merasa tidak memiliki
hal yang bisa dibanggakan dari masa lalunya, maka individu tersebut akan
mengalami perasaan putus asa. Putus asa memiliki keterikatan yang kuat dengan
depresi. Sebaliknya, jika individu sukses pada tahap perkembangan ini, maka
individu tersebut akan merasakan perasaan puas dan bijaksana (Meiner, 2015).
Dengan demikian, perawat memiliki peran untuk membantu lansia dalam
mencapai tugas perkembangan agar lansia tidak mengalami putus asa yang
semakin memicu munculnya depresi (Meiner, 2015).

Salah satu cara menurunkan tingkat depresi yaitu dengan terapi seni. Seni dapat
dimanfaatkan menjadi media dalam pengekspresian emosi lansia. Penelitian-
penelitian sebelumnya juga menunjukkan bahwa seni dapat menurunkan tingkat
depresi pada lansia. Hal tersebut terjadi karena seni menjadi media untuk ekspresi
diri, komunikasi, eksplorasi diri, integrasi, kreativitas, serta pemahaman dan
penjelasan (Ching-Teng et al., 2019). McCaffrey et al. (2011) melakukan
penelitian pada lansia yang mengalami depresi dengan intervensi pembuatan seni
dua kali setiap minggu dalam 6 minggu (1-2 jam per sesi) dan hasilnya

25 Universitas Indonesia
menunjukkan bahwa terdapat penurunan kesedihan, kesepian, dan depresi pada
lansia (Ching-Teng et al., 2019). Aktivitas seni untuk mengurangi tingkat depresi
ini dapat diterapkan pada klien karena sesuai dengan kepribadian klien yang
secara verbal mengatakan senang dengan seni dan sebelumnya bekerja di bidang
entertainment selama belasan tahun.

3.2 Analisis Penerapan Intervensi Art Therapy (Aktivitas Mewarnai)


Sebelum intervensi, klien dilakukan pengkajian untuk mengukur tingkat depresi
dengan instrumen GDS. Hasil GDS klien adalah 9 (depresi sedang). Intervensi
unggulan pada asuhan keperawatan ini adalah aktivitas mewarnai yang bertujuan
utama untuk memfasilitasi lansia dalam mengeksplorasi dan mengekspresikan
perasaannya yang nantinya diharapkan dapat menurunkan tingkat depresi.
Intervensi aktivitas mewarnai ini direncanakan akan dilakukan selama delapan
kali dalam durasi 30 menit. Rencana intervensi tersebut disesuaikan dengan
penelitian sebelumnya oleh Sreetha et al. (2021) yang meneliti pengaruh
mewarnai mandala terhadap depresi pada lansia dan intervensi dilakukan
sebanyak delapan kali dengan durasi 30 menit. Penelitian tersebut menunjukkan
bahwa mewarnai mandala efektif untuk mengurangi tingkat depresi pada lansia
yang tinggal di nursing home. Adapun modifikasi intervensi yang dilakukan yaitu
pemilihan sketsa gambar mewarnai dimana intervensi pada klien tidak
menggunakan pola mandala, tetapi menggunakan sketsa-sketsa gambar
pemandangan alam. Hal tersebut didasarkan atas rasional bahwa melihat gambar
pemandangan alam dapat menstimulasi relaksasi atau melepas stres pada lansia
(Wolf & Housley, 2016). Selain itu, pemilihan gambar pemandangan alam juga
disesuaikan dengan preferensi klien yang memilih gambar pemandangan alam
untuk diwarnai.
Pada pelaksanaannya, intervensi aktivitas mewarnai dilakukan sebanyak empat
kali dengan durasi + 1 jam. Intervensi yang dilakukan hanya empat kali terjadi
karena klien tiba-tiba dijemput pulang oleh keluarganya padahal klien masih
memiliki jatah tinggal di STW hingga pertengahan Oktober (klien dalam tahap uji
coba tinggal di STW selama tiga bulan). Meskipun demikian, durasi pelaksanaan
intervensi mewarnai dua kali lebih lama (1 jam) daripada durasi yang
direncanakan (30 menit). Hal tersebut terjadi karena klien memang menyukai seni
dan tampak berusaha untuk menyelesaikan hampir seluruh bagian sketsa gambar.

Pelaksanaan intervensi aktivitas mewarnai pada klien kelolaan memerlukan


pendekatan khusus karena klien tinggal di fasilitas long-term care. Klien yang
merupakan werdha atau penghuni STW memiliki jadwal kegiatan harian yang
telah disusun oleh pihak STW. Hal tersebut menyebabkan pelaksanaan intervensi

26 Universitas Indonesia
aktivitas mewarnai perlu menyesuaikan dengan kegiatan harian klien (agar tidak
mengganggu jadwal kegiatan rutin klien). Pelaksanaan intervensi dilakukan
sehabis klien beraktivitas pagi (senam pagi). Selain itu, kondisi STW cukup ramai
dengan para lansia, pekerja sosial, perawat, dan caregiver. Hal tersebut
menyebabkan pelaksanaan intervensi aktivitas mewarnai perlu dilakukan di
tempat yang jauh dari area lalu lalang atau posisi klien harus membelakangi area
lalu lalang orang lain agar tidak terdistraksi selama proses intervensi mewarnai.
Meskipun demikian, intervensi terapi seni termasuk aktivitas mewarnai tetap
dapat dilakukan di fasilitas long-term care karena penelitian-penelitian
sebelumnya telah membuktikan bahwa seni menjadi media terapi untuk
mengurangi depresi pada lansia yang tinggal di fasilitas long-term care (Ching-
Teng et al., 2019; Sreeta et al., 2021).

Perubahan yang jelas terlihat dengan adanya intervensi aktivitas mewarnai adalah
klien tampak mengekspresikan perasaannya. Selama klien mewarnai, penulis juga
mengajak klien berbincang. Tindakan mengajak klien berbincang tersebut
merujuk pada penelitian sebelumnya bahwa interaksi antarpribadi selama proses
pembuatan karya seni dapat memaksimalkan efek terapeutik seni (Ching-Teng et
al., 2019). Tujuan utama perbincangan yang diterapkan pada klien adalah
pemberian afirmasi positif dan eksplorasi perasaan klien. Pemberian afirmasi
positif diterapkan atas dasar merujuk pada teori kebutuhan dasar Maslow bahwa
salah satu kebutuhan dasar manusia adalah kebutuhan atas penghargaan (Meiner,
2015). Saat klien mewarnai, penulis memberikan apresiasi dan afirmasi positif
terhadap kemauan dan kemampuan klien dalam mewarnai. Pemberian afirmasi
positif dan apresiasi dilakukan secara berulang kali dan semakin ditegaskan
setelah klien menyelesaikan kegiatan mewarnai. Hal tersebut dilakukan agar klien
menyadari bahwa klien masih memiliki kemampuan positif sehingga diharapkan
klien semakin mudah dalam menerima penuaan yang dialaminya saat ini. Dengan
kata lain, pemberian afirmasi positif dan apresiasi dilakukan untuk memfasilitasi
klien dalam memenuhi tugas perkembangan lansia, yaitu menerima kondisi
penuaannya saat ini.

27 Universitas Indonesia
Tujuan utama lain perbincangan selama klien mewarnai adalah eksplorasi
perasaan klien. Perbincangan ini diterapkan dengan membahas hal-hal yang
mengganggu pikiran atau perasaan yang membuat klien tidak nyaman. Dasar
rasional penerapan eksplorasi perasaan tersebut merujuk pada teori penuaan
moral/spiritual menurut Menurut Edelman & Mandle (2003) bahwa lansia akan
berusaha menjelaskan dan memvalidasi keberadaannya (Meiner, 2015). Maka dari
itu, klien diajak untuk membicarakan hal-hal yang dapat mengeksplorasi seluruh
perasaan klien, baik perasaan yang menyenangkan maupun emosi negatif yang
selama ini terpendam, kemudian seluruh perasaan tersebut divalidasi sehingga
klien merasa dianggap keberadaannya.

Topik perbincangan yang pertama mengenai kenangan menyenangkan klien


semasa muda. Selama proses mewarnai dan berbincang tersebut, klien tampak
senang dan banyak tertawa. Klien juga tampak menggores warna dengan
gorengan yang santai dan tampak enjoy. Namun, pada hari yang berbeda, topik
perbincangan mengenai keluarga klien (terutama terkait mantan istri dan anak-
anaknya). Hasilnya, klien langsung tampak sedih dan secara verbal mengatakan
“saya sedih”, lalu klien langsung tampak mewarnai/menggoreskan crayon dengan
penekanan yang kuat di sketsa gambar. Klien tampak tetap melanjutkan proses
mewarnai, tetapi pandangan tampak kosong dan secara tiba-tiba klien menangis.

Kejadian klien yang menggoreskan crayon dengan kuat serta menangis


menunjukkan bahwa aktivitas seni (mewarnai) ini dapat menjadi media untuk
klien untuk mengeluarkan emosi atau perasaannya yang terpendam. Perubahan
tekanan goresan crayon menunjukkan adanya aspek emosi yang dilepaskan oleh
klien. Hal tersebut sesuai dengan penelitian Vaartio-Rajalin et al. (2021)
menemukan bahwa seni menjadi media untuk menciptakan kelegaan emosional.
Penelitian sebelumnya juga menunjukkan bahwa seni dapat menjadi media untuk
ekspresi diri (Yin et al., 2023). Selain itu, seni (khususnya seni visual) secara
signifikan mengurangi depresi karena seni visual tersebut bentuk simbolis dari
ekspresi diri dan komunikasi nonverbal untuk membantu pengungkapan emosi
yang sulit diungkapkan dengan kata-kata (Yin et al., 2023).

28 Universitas Indonesia
Di samping itu, aktivitas mewarnai dapat menjadi media untuk klien menyalurkan
hobinya di bidang seni. Setelah melakukan aktivitas mewarnai, klien mengatakan
“senang karena hobi tersalurkan”. Perasaan senang tersebut terjadi karena
kegiatan seni menimbulkan perasaan bahagia dan bebas (Ching-Teng et al., 2019).
Seni juga dapat menjadi media untuk melepaskan stres (Ahmadi et al., 2023).
Perasaan yang diungkapkan klien sesuai dengan penelitian sebelumnya yang
menemukan bahwa mewarnai dapat memberikan efek “I feel good” (Koo et al.,
2020). Penelitian Koo et al. (2020) juga menghasilkan temuan bahwa mewarnai
memberikan perasaan positif lainnya, seperti perasaan puas, aman, menenangkan,
tenteram, dan menurunkan tingkat kecemasan. Selain itu, perasaan senang dan
puas yang dirasakan klien setelah mewarnai terjadi karena klien dapat
melanjutkan hobi atau kesenangannya di masa muda. Klien mengatakan pernah
bekerja di bidang entertainment selama belasan tahun sehingga klien menyukai
seni. Kondisi klien tersebut relevan dengan teori penuaan sosiologis Continuity
Theory yang menyatakan bahwa kebiasaan, komitmen, preferensi, dan
karakteristik kepribadian di masa muda akan dipertahankan di masa lanjut usia
(Meiner, 2015). Dengan kata lain, aktivitas mewarnai yang merupakan bagian dari
seni dapat menjadi momen untuk klien melanjutkan hobi atau kesenangannya di
masa lalu.

Adapun efek aktivitas mewarnai yang terjadi pada klien adalah meningkatkan
kepercayaan diri. Setelah proses mewarnai, klien beberapa kali tampak
mengangkat karyanya dan melihat hasil mewarnainya dengan senyum bangga.
Hal tersebut relevan dengan penelitian sebelumnya oleh Koo et al. (2020) yang
menemukan salah satu perasaan positif setelah mewarnai adalah perasaan puas. Di
samping itu, perasaan puas dan bangga tersebut akan meningkatkan kepercayaan
diri klien. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa kegiatan seni dapat
meningkatkan kepercayaan diri. Peningkatan harga diri terjadi karena individu
merasa kagum dengan kinerja atau hasil karya yang dihasilkan dan merasa
memiliki kemampuan sehingga meningkatkan kepercayaan diri (Ching-Teng et
al., 2019).

29 Universitas Indonesia
Respon yang ditemukan pada klien selama proses intervensi mewarnai sesuai
dengan respon yang ditunjukkan oleh responden pada penelitian-penelitian
sebelumnya. Klien mengatakan senang dengan adanya kegiatan mewarnai.
Respon klien tersebut sejalan dengan responden penelitian oleh Koo et al. (2020)
yang menemukan bahwa respondennya mengalami peningkatan suasana hati
setelah proses mewarnai. Adapun pada intervensi hari ke-3, klien mengatakan
sedih dan tampak menangis ketika mewarnai. Hal tersebut menunjukkan adanya
emosi yang diekspresikan klien. Respon klien tersebut serupa dengan responden
penelitian Yin et al. (2023) yang melepaskan emosi ketika sedang melakukan
kegiatan visual art therapy.

Setelah proses implementasi aktivitas mewarnai, klien dilakukan evaluasi. Dari


hasil evaluasi, terlihat penurunan tingkat depresi (GDS) klien dari skor 9 menjadi
7. Penurunan tingkat depresi tersebut serupa dengan hasil penelitian sebelumnya
oleh Sreeta et al. (2021) yang menunjukkan adanya penurunan tingkat depresi
setelah dilakukan intervensi aktivitas mewarnai. Kesamaan hasil tersebut dapat
terjadi salah satunya karena durasi pelaksanaan dilakukan dalam lama waktu yang
sama. Adapun penurunan skor GDS pada klien relevan dengan penelitian
sebelumnya yang mengungkapkan bahwa penurunan depresi terjadi karena
keterampilan seni dapat membuat individu merasa bahagia dan kagum dengan
karya yang dihasilkan sehingga meningkatkan kepercayaan diri dan menurunkan
depresi (Ching-Teng et al., 2019). Adapun penurunan tingkat depresi pada klien
tampak tidak berubah secara signifikan atau tidak mengatasi masalah depresi,
tetapi aktivitas mewarnai tersebut dapat menjadi momen untuk klien untuk
mengekspresikan perasaannya sehingga menguraikan perasaan-perasaan yang
selama ini terpendam yang menyebabkan depresi.

Mewarnai merupakan bagian dari seni mengekspresikan diri. Penelitian


sebelumnya oleh Vaartio-Rajalin et al. (2021) membuktikan bahwa expressive art
therapy memang tidak menyelesaikan kasus/masalah, tetapi membantu individu
dalam melepaskan perasaannya sehingga meningkatkan kesejahteraan psikologis
pada lansia. Dengan kata lain, mewarnai memang tidak menyelesaikan masalah
depresi pada klien, tetapi mewarnai membantu klien dalam mengekspresikan

30 Universitas Indonesia
perasaannya. Hal tersebut relevan dengan teori penuaan psikologis Selective
Optimization with Compensation yang menyatakan bahwa keberhasilan di usia
lanjut bergantung pada tiga faktor, yaitu seleksi, optimalisasi, dan kompensasi
(Meiner, 2015). Adapun mewarnai dapat menjadi salah satu kegiatan untuk
mengompensasi kehilangan dan perasaan negatif yang dirasakan klien.

Selain itu, intervensi aktivitas mewarnai dapat menjadi salah satu kegiatan yang
bermanfaat untuk klien. Mewarnai merupakan kegiatan aktif dan teori penuaan
sosiologis Activity/Developmental Task Theory menyatakan bahwa kegiatan atau
aktivitas aktif diperlukan lansia untuk menjaga kepuasan hidup dan konsep diri
yang positif (Meiner, 2015). Kepuasan hidup menjadi salah satu outcomes utama
dalam merawat lansia karena berkaitan dengan pemenuhan tugas perkembangan
lansia. Selain itu, tercapainya kepuasan hidup juga menjadi tujuan utama atas
intervensi penanganan depresi pada lansia (relevan dengan kondisi klien kelolaan
yang mengalami depresi). Maka dari itu, aktivitas mewarnai dapat diterapkan
sebagai kegiatan rutin agar lansia tetap aktif beraktivitas sehingga tercapai
kepuasan hidup dan konsep diri yang positif sesuai dengan teori
Activity/Developmental Task Theory.

Selain dilakukan pada klien kelolaan 1 (Opa S), intervensi aktivitas mewarnai ini
juga dilakukan pada klien kelolaan 2 dan 3, yaitu Opa O dan Oma T. Pelaksanaan
intervensi mewarnai pada klien kelolaan 2 dan 3 dilakukan sebanyak tujuh kali
dengan durasi 5-20 menit pada klien kelolaan 2 dan 5-30 menit pada klien
kelolaan 3. Durasi pelaksanaan lebih singkat terjadi karena klien kelolaan 2 dan 3
mengalami masalah kerusakan aspek fungsi mental berat atau demensia sehingga
cenderung tidak fokus dan sering disorientasi selama proses mewarnai. Kondisi
demensia tersebut menyebabkan klien mudah terdistraksi selama proses mewarnai
dan tiba-tiba berhenti mewarnai karena disorientasi. Hal tersebut sesuai dengan
konsep demensia bahwa lansia dengan demensia mengalami gangguan perhatian
(sulit fokus) dan gangguan mood (Arvanitakis et al., 2019).

Pelaksanaan intervensi mewarnai pada klien kelolaan 2 dan 3 hanya efektif


dilakukan selama 5-30 menit. Temuan tersebut berbeda dengan klien kelolaan 1
yang tidak memiliki masalah kognitif sehingga cenderung fokus dan stabil untuk

31 Universitas Indonesia
mewarnai hingga 1 jam. Adapun lingkungan sekitar kamar klien kelolaan 2 dan 3
cenderung tenang, tetapi selama proses mewarnai, klien kelolaan 2 dan 3 sering
terdistraksi dengan sekitar, kemudian disorientasi dengan kegiatan mewarnai yang
sedang dilakukannya. Meskipun demikian, intervensi aktivitas mewarnai ini tetap
dapat dilakukan pada klien kelolaan 2 dan 3 karena penelitian sebelumnya telah
membuktikan bahwa art therapy bermanfaat untuk mempertahankan dan
meningkatkan fungsi kognitif sehingga memengaruhi kualitas hidup lansia
(Arvanitakis et al., 2019).

Secara umum, intervensi mewarnai pada klien kelolaan 2 dan 3 memberikan


manfaat yaitu membantu klien kelolaan 2 dan 3 mengurangi rasa bosan dan
mengekspresikan perasaannya. Namun, pada klien kelolaan 2 (Opa O) tidak
terjadi penurunan skor GDS, sedangkan pada Oma T terjadi penurunan 1 poin
skor GDS. Perbedaan hasil GDS setelah intervensi pada klien kelolaan 1 (Opa S)
dengan klien kelolaan 2 dan 3 terjadi karena adanya perbedaan jumlah dan durasi
intervensi, perbedaan latar belakang, kondisi demensia, aspek mood, dan faktor
lingkungan.

Intervensi aktivitas mewarnai pada klien kelolaan 1 (Opa S) dilakukan sebanyak 4


hari pertemuan dengan durasi 1 jam. Hal tersebut memang tidak memenuhi
jumlah sesi sesuai referensi rujukan, tetapi durasi 1 jam telah memenuhi durasi
pelaksanaan intervensi sesuai referensi rujukan (8 kali dengan durasi 30 menit per
sesi). Dengan kata lain, pelaksanaan intervensi pada klien kelolaan 1 telah
memenuhi durasi sesuai referensi rujukan. Namun, pada klien kelolaan 2 dan 3,
jumlah dan durasi intervensi tidak terpenuhi. Intervensi mewarnai dilakukan pada
klien kelolaan 2 dan 3 sebanyak 7 hari/sesi dengan durasi 5-30 menit. Secara
jumlah dan durasi tidak memenuhi banyak dan lamanya intervensi sesuai referensi
rujukan. Maka dari itu, rasional yang paling mendasar atas perbedaan hasil
evaluasi GDS antara klien kelolaan 1 dengan klien kelolaan 2 dan 3 adalah
perbedaan jumlah sesi dan durasi intervensi dimana klien kelolaan 1 lebih sering
dan lebih lama durasinya serta telah memenuhi jumlah dan durasi sesuai referensi
rujukan.

32 Universitas Indonesia
Klien kelolaan 1 (Opa S) memiliki latar belakang sebagai seniman. Opa S
memiliki riwayat pekerjaan di bidang entertainment selama belasan tahun. Opa S
juga mengatakan senang dan menyukai seni apapun, termasuk seni mewarnai
sehingga Opa S bersedia untuk melakukan intervensi mewarnai hingga 1 jam.
Kondisi tersebut berbeda dengan klien kelolaan 2 (Opa O) dan 3 (Oma T) yang
tidak memiliki latar belakang sebagai seniman. Opa O dan Oma T mengatakan
mampu mewarnai, tetapi tidak menjadi hobi. Dari perbedaan tersebut
teridentifikasi bahwa klien kelolaan 1 (Opa S) mampu menyelesaikan mewarnai
hingga 1 jam karena menyenangi seni (termasuk seni mewarnai), berbeda dengan
klien kelolaan 2 dan 3 yang tidak hobi mewarnai. Temuan ini dapat menjadi
petunjuk untuk perawat bahwa sebelum melakukan intervensi, perawat harus
mengkaji kesenangan atau hobi klien terlebih dahulu.

Penyebab perbedaan hasil GDS antara klien kelolaan 1 dengan klien kelolaan 2
dan 3 berikutnya yaitu akibat aspek mood. Klien kelolaan 1 cenderung memiliki
mood yang stabil ketika mewarnai, berbeda dengan klien kelolaan 2 dan 3 yang
lebih sering mengalami perubahaan mood saat sedang mewarnai sehingga tiba-
tiba ingin berhenti mewarnai. Suasana hati atau mood yang mudah berubah
memiliki keterkaitan dengan demensia yang dialami klien kelolaan 2 dan 3.
Klien kelolaan 1 memiliki fungsi kognitif yang baik (MMSE 25), berbeda dengan
klien kelolaan 2 dan 3 yang memiliki masalah kognitif demensia. Kondisi
demensia menjadi tantangan selama proses intervensi mewarnai karena demensia
dapat menyebabkan klien 2 dan 3 disorientasi terhadap kegiatan yang sedang
dilakukannya. Pada beberapa sesi mewarnai, klien kelolaan 2 dan 3 tiba-tiba
berhenti mewarnai dan bingung dengan kegiatan yang sedang dilakukannya
sehingga intervensi mewarnai hanya berlangsung dengan durasi yang lebih
singkat (5-30 menit) dibandingkan klien kelolaan 1 yang konsisten mewarnai
selama 1 jam di setiap sesinya sehingga efeknya lebih terlihat.

Faktor lingkungan juga memengaruhi perbedaan hasil skor GDS kelolaan 1


dengan kelolaan 2 dan 3. Klien kelolaan 1 (Opa S) hanya satu kali di hari pertama
intervensi mengalami masalah mudah distraksi akibat lingkungan (karena posisi
duduk menghadap area lalu lalang dan ada beberapa werdha yang menyapa).

33 Universitas Indonesia
Namun, Opa S sudah tidak mudah terdistraksi ketika sesi selanjutnya (hari kedua
intervensi) karena posisi duduk diatur menghadap jendela dan membelakangi area
lalu lalang orang lain. Berbeda dengan klien kelolaan 1 tersebut, klien kelolaan 2
dan 3 yang tetap mengalami mudah terdistraksi meskipun posisi duduk telah
diatur menjauhi area lalu lalang orang. Hal tersebut dapat terjadi berkaitan dengan
kondisi penurunan kognitif sehingga menurunkan tingkat konsentrasi dalam
waktu lama (Arvanitakis et al., 2019).

3.3 Rekomendasi Praktik


Berdasarkan hasil analisis asuhan keperawatan ini, aktivitas mewarnai
teridentifikasi dapat menurunkan tingkat depresi pada lansia meskipun tidak
signifikan karena keterbatasan kondisi. Namun, penurunan tingkat depresi
tersebut menjadi gambaran bahwa aktivitas mewarnai ini dapat menjadi salah satu
alternatif intervensi untuk mengatasi atau menurunkan gejala depresi pada lansia.
Maka dari itu, pihak STW dapat menerapkan intervensi aktivitas mewarnai yang
terjadwal untuk werdha yang menetap di STW dengan tujuan untuk membantu
lansia eksplorasi dan mengekspresikan perasaannya yang harapannya mencegah
serta menurunkan depresi. Intervensi aktivitas mewarnai ini dapat dilakukan
selama 15-60 menit. Pada lansia dengan demensia lebih baik dilakukan dengan
durasi yang lebih singkat (5-30 menit), tetapi jumlahnya lebih sering.

3.4 Implikasi
3.4.1 Implikasi untuk Pelayanan Keperawatan
Hasil analisis asuhan keperawatan ini diharapkan menambah informasi untuk
mahasiswa keperawatan dan perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan
kepada lansia dengan depresi bahwa salah satu intervensi mandiri keperawatan
yang dapat dilakukan adalah aktivitas mewarnai. Aktivitas mewarnai dapat
menurunkan tingkat depresi pada lansia karena berkaitan dengan manfaat
pengekspresian diri dan mengurangi rasa bosan. Dalam pemberian intervensi
aktivitas mewarnai ini, perawat perlu mempersiapkan diri, alat dan bahan, klien,
dan lingkungan. Sebelum intervensi, perawat harus mengkaji terlebih dahulu latar
belakang dan kondisi klien. Aktivitas mewarnai akan lebih cocok diterapkan pada
lansia yang menyukai seni dan suasana hati yang stabil. Adapun lansia dengan

34 Universitas Indonesia
demensia tetap dapat diberikan intervensi mewarnai, tetapi perawat perlu
memperhatikan perubahan klien selama mewarnai (identifikasi orientasi klien)
dan durasi karena lansia dengan demensia tidak dapat mewarnai secara optimal
dalam rentang waktu yang lama. Kondisi lingkungan juga perlu diperhatikan agar
aktivitas mewarnai dilakukan pada lingkungan yang tenang (jauh dari lalu lalang
orang) sehingga meminimalkan distraksi lansia terhadap lingkungan sekitar.
Adapun intervensi aktivitas mewarnai berpotensi memicu pelepasan emosi pada
klien (misal, tertawa maupun menangis) sehingga perawat diharapkan dapat
merespon dengan memvalidasi seluruh perasaan klien serta membantu klien dalam
mengekspresikan perasaannya.

3.4.2 Implikasi untuk Pengembangan Ilmu Keperawatan


Aktivitas mewarnai dapat menjadi salah satu intervensi mandiri keperawatan yang
bertujuan memfasilitasi klien dalam mengekspresikan perasaannya, terutama pada
klien lansia dengan depresi. Hasil analisis asuhan keperawatan ini diharapkan
dapat menambah sudut pandang baru untuk pihak pengembangan ilmu
keperawatan (mahasiswa keperawatan, praktisi perawat, serta peneliti
keperawatan) mengenai pemanfaatan seni aktivitas mewarnai dalam menurunkan
tingkat depresi pada lansia yang tinggal di long-term care.

35 Universitas Indonesia
BAB 4
KESIMPULAN

Bab 4 akan menjelaskan kesimpulan asuhan keperawatan dan saran untuk


pelayanan keperawatan, pendidikan dan pengembangan ilmu keperawatan, serta
penelitian selanjutnya.

4.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari penerapan asuhan keperawatan ini sebagai berikut:
4.1.1 Klien merupakan laki-laki berusia 69 tahun yang tinggal di STW
sejak + 3 bulan yang lalu. Dari hasil pengkajian teridentifikasi klien
memiliki beberapa faktor risiko depresi, diantaranya: usia >60 tahun,
kehilangan peran sosial, perpindahan ke nursing home, riwayat
pengalaman tidak menyenangkan (perceraian), dan penurunan dukungan
sosial. Gejala depresi yang ditemukan pada klien: sedih dan perilaku
selektif.
4.1.2 Dari hasil analisis data, diagnosis keperawatan yang muncul pada
klien adalah Duka Maladaptif, Gangguan Berjalan, dan Risiko Jatuh Orang
Dewasa.
4.1.3 Rencana keperawatan dalam asuhan ini merujuk kepada NOC dan
NIC. Intervensi unggulan (aktivitas mewarnai) yang dilakukan dalam
asuhan keperawatan ini merupakan intervensi untuk mengatasi diagnosis
Duka Maladaptif, tetapi klien juga diberikan intervensi untuk diagnsosis
keperawatan lainnya.
4.1.4 Aktivitas mewarnai dilakukan sebanyak empat kali dengan durasi 1
jam.
4.1.5 Evaluasi dilakukan secara formatif dan sumatif. Secara umum,
klien mengatakan senang dengan kegiatan mewarnai ini karena dapat
menyalurkan perasaannya. Setelah empat kali intervensi, terjadi penurunan
skor GDS klien dari skor 9 menjadi 7.
4.1.6 Aktivitas mewarnai merupakan bagian dari art therapy yang dapat
diterapkan untuk mengurangi tingkat depresi pada lansia. Penurunan
depresi terjadi karena aktivitas mewarnai dapat menjadi media atau

36 Universitas Indonesia
momen untuk lansia mengeluarkan atau mengekspresikan perasaannya
yang selama ini terpendam.

4.2 Saran
Saran dari asuhan keperawatan ini sebagai berikut:
4.2.1 Saran untuk Pelayanan Keperawatan
Karya ilmiah ini diharapkan dapat menambah informasi mengenai intervensi
mandiri keperawatan dalam mengurangi tingkat depresi pada lansia dengan
aktivitas mewarnai. Maka dari itu, aktivitas mewarnai serta aktivitas seni lainnya
dapat dijadikan kegiatan rutin di STW untuk para werdha. Aktivitas seni
diharapkan menjadi momen untuk para lansia atau werdha mengekspresikan
perasaannya, terutama perasaan-perasaan yang telah terpendam. Intervensi
aktivitas mewarnai ini dapat dilakukan selama 15-60 menit. Namun, pada lansia
yang memiliki masalah kognitif demensia, durasi pelaksanaan intervensi dapat
disesuaikan menjadi 5-30 menit dengan jumlah sesi yang lebih sering. Sebelum
pelaksanaan intervensi, perawat perlu persiapan diri, alat dan bahan mewarnai,
klien (latar belakang, hobi/kesenangan, kondisi kestabilan mood, kondisi kognitif
(terutama keberadaan demensia)), dan lingkungan yang minim distraksi (termasuk
pengaturan posisi duduk yang jauh dari lalu lalang orang).
4.2.2 Saran untuk Pendidikan dan Pengembangan Ilmu Keperawatan
Hasil penulisan karya ilmiah ini diharapkan dapat menambah sumber referensi
mengenai penerapan intervensi aktivitas mewarnai dalam menurunkan depresi
lansia yang tinggal di long-term care.
4.2.3 Saran untuk Penelitian Selanjutnya
Karya ilmiah ini diharapkan menjadi salah satu acuan atau referensi untuk
penelitian selanjutnya dengan topik serupa yaitu mengenai depresi pada lansia.
Peneliti selanjutnya dapat mengembangkan intervensi ini dengan
mengombinasikan aktivitas mewarnai dengan kegiatan-kegiatan terapeutik
lainnya untuk mengurangi tingkat depresi pada lansia.

37 Universitas Indonesia
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, P., Alaee, N., & Foroughan, M. (2023). The Effect of Coloring Mandalas
on Depression, Anxiety and Stress in Elderly People Referred to Daily
Rehabilitation Center for the Elderly in Tehran: A Clinical Trial. Iran
Journal of Nursing, 35(140), 642–655.
https://doi.org/10.32598/ijn.35.140.3242
Arvanitakis, Z., Shah, R. C., & Bennett, D. A. (2019). Diagnosis and Management
of Dementia: Review. JAMA, 322(16), 1589.
https://doi.org/10.1001/jama.2019.4782
Badan Pusat Statistik. (2022). Statistik Indonesia 2022.
Badan Pusat Statistik. (2023). Statistik Indonesia 2023.
Berman, A., Snyder, S., & Frandsen, G. (2016). Kozier & Erb’s fundamentals of
nursing: Concepts, process, and practice (Tenth edition). Pearson.
Butcher, H. K., Bulechek, G. M., Dochterman, J. M., & Wagner, C. M. (2018).
Nursing Interventions Classification (NIC) (7th ed). Elsevier.
Ching-Teng, Y., Ya-Ping, Y., & Yu-Chia, C. (2019). Positive effects of art
therapy on depression and self-esteem of older adults in nursing homes.
Social Work in Health Care, 58(3), 324–338.
https://doi.org/10.1080/00981389.2018.1564108
Devita, M., De Salvo, R., Ravelli, A., De Rui, M., Coin, A., Sergi, G., & Mapelli,
D. (2022). Recognizing Depression in the Elderly: Practical Guidance and
Challenges for Clinical Management. Neuropsychiatric Disease and
Treatment, Volume 18, 2867–2880. https://doi.org/10.2147/NDT.S347356
Fitzpatrick, J. M., & Tzouvara, V. (2019). Facilitators and inhibitors of transition
for older people who have relocated to a long‐term care facility: A
systematic review. Health & Social Care in the Community, 27(3).
https://doi.org/10.1111/hsc.12647
Herdman, T. H., Kamitsuru, S., & Lopes, C. T. (Eds.). (2021). NANDA
International, Inc. Nursing Diagnoses: Definitions and classification,
2020-2023 (Twelfth edition). Thieme.
Idris, H., & Hasri, S. N. (2023). Factors Associated with the Symptom of

38 Universitas Indonesia
Depression among Elderly in Indonesian Urban Areas. Jurnal Psikologi,
50(1), 45. https://doi.org/10.22146/jpsi.72406
Kementerian Kesehatan RI. (2018). Laporan Nasional Riskesdas 2018.
Koo, M., Chen, H.-P., & Yeh, Y.-C. (2020). Coloring Activities for Anxiety
Reduction and Mood Improvement in Taiwanese Community-Dwelling
Older Adults: A Randomized Controlled Study. Evidence-Based
Complementary and Alternative Medicine, 2020, 1–6.
https://doi.org/10.1155/2020/6964737
Mauk, K. L. (2014). Gerontological Nursing: Competencies for Care (3rd ed.).
Jones & Bartlett Learning.
Meiner, S. (Ed.). (2015). Gerontologic nursing (Fifth edition). Elsevier.
Miller, C. A. (2012). Nursing for Wellness in Older Adults (6th ed.).
Moorhead, S. (Ed.). (2018). Nursing outcomes classification (NOC):
Measurement of health outcomes (6th ed). Elsevier.
Pramesona, B. A., & Taneepanichskul, S. (2018). Prevalence and risk factors of
depression among Indonesian elderly: A nursing home-based cross-
sectional study. Neurology, Psychiatry and Brain Research, 30, 22–27.
https://doi.org/10.1016/j.npbr.2018.04.004
Samuel, B., Wang, H., Shi, C., Pan, Y., Yu, Y., Zhu, W., & Jing, Z. (2022). The
effects of coloring therapy on patients with generalized anxiety disorder.
Animal Models and Experimental Medicine, 5(6), 502–512.
https://doi.org/10.1002/ame2.12256
Shrestha, K., Ojha, S. P., Dhungana, S., & Shrestha, S. (2020). Depression and its
association with quality of life among elderly: An elderly home-cross
sectional study. Neurology, Psychiatry and Brain Research, 38, 1–4.
Sreetha P, Sr. Dhanya, Gnanadura, Dr. A., & Valsan, Dr. N. (2021). Effect of
Colouring Mandala Art on Depression among Elderly Persons.
International Journal of Nursing Education and Research, 9(2).
Tang, L., Wang, D., Bai, Z., Zhu, Y., & Chen, R. (2022). Relationship between
social support and depression among older people from elderly care social
organizations in Anhui Province, China. Revue d’Épidémiologie et de
Santé Publique, 70(5), 222–229.

39 Universitas Indonesia
https://doi.org/10.1016/j.respe.2022.05.007
Vaartio-Rajalin, H., Santamäki-Fischer, R., Jokisalo, P., & Fagerström, L. (2021).
Art making and expressive art therapy in adult health and nursing care: A
scoping review. International Journal of Nursing Sciences, 8(1), 102–119.
https://doi.org/10.1016/j.ijnss.2020.09.011
Vishwakarma, D., Gaidhane, A., & Bhoi, S. R. (2023). Depression and its
associated factors among the elderly population in India: A review.
Cureus. https://doi.org/10.7759/cureus.41013
WHO. (2017). Mental health of older adults.
https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/mental-health-of-older-
adults
Wolf, K., & Housley, E. (2016). The benefit of nearby nature in cities for older
adult. TKF Foundation.
Yin, Z., Dong, X., & Zhang, M. (2023). Effects of visual-art therapy on
depression in patients: A systematic review and meta-analysis. Asian
Journal of Surgery, 46(5), 2259–2260.
https://doi.org/10.1016/j.asjsur.2022.12.005
Zhang, Y., Kuang, J., Xin, Z., Fang, J., Song, R., Yang, Y., Song, P., Wang, Y., &
Wang, J. (2023). Loneliness, social isolation, depression and anxiety
among the elderly in Shanghai: Findings from a longitudinal study.
Archives of Gerontology and Geriatrics, 110.
https://doi.org/10.1016/j.archger.2023.104980
Zhao, X., Zhang, D., Wu, M., Yang, Y., Xie, H., Li, Y., Jia, J., & Su, Y. (2018).
Loneliness and depression symptoms among the elderly in nursing homes:
A moderated mediation model of resilience and social support. Psychiatry
Research, 268, 143–151. https://doi.org/10.1016/j.psychres.2018.07.011

40 Universitas Indonesia
LAMPIRAN

Lampiran 1 Pengkajian Individu Lansia

FORMAT PENGKAJIAN INDIVIDU LANSIA


Nama Rumah Sakit/Panti Werdha : STW Ria Pembangunan Cibubur
Tanggal Masuk : 26 Juni 2023
Nomer Register :-

I. IDENTITAS
A. Nama :S
B. Jenis Kelamin : Laki-laki
C. TTL (Usia) : Jakarta, 09 April 1954 (69 tahun)
D. Agama : Islam
E. Suku Bangsa : Sunda
F. Status Perkawinan : Cerai hidup
G. Pendidikan Terakhir : SMA
H. Pekerjaan Terakhir : Karyawan swasta (manajer di hotel bidang
entertainment)
I. Alamat Rumah : Jl. H. Nawi No. 36 RT 005 RW 013, Kel. Jati
Makmur, Kec. Pondok Gede, Bekasi

II. ALASAN/KELUHAN MASUK RS/PANTI


Klien masuk STW dengan alasan ingin bersosialisasi dengan teman sebayanya
dan menjadi lebih mandiri. Klien cerai hidup dengan istrinya dan tinggal
bersama adiknya di Bekasi. Klien mengatakan tidak ingin merepotkan
keluarganya dan ingin hidup mandiri di STW. Setelah berdiskusi dengan
keluarga, klien dan keluarga sepakat klien tinggal di STW.

III. RIWAYAT KESEHATAN


A. Masalah kesehatan yang pernah dialami dan dirasakan saat ini
DM, Hipertensi, riwayat kecelakaan motor

41 Universitas Indonesia
B. Masalah kesehatan keluarga/keturunan
Klien mengatakan ayahnya menderita hipertensi dan kakak laki-laki klien
memiliki penyakit kolesterol. Berikut genogram keluarga klien.

Keterangan:

= Laki-laki meninggal

= Laki-laki hidup

= Perempuan meninggal

= Perempuan hidup

= Cerai

= Klien

IV. KEBIASAAN SEHARI-HARI


A. Biologis
A.1 Pola Makan
Klien mengatakan makan 3x dalam sehari, yaitu sarapan (07.00),
siang (11.30), dan sore (17.00). Klien makan mandiri dan porsi
dihabiskan. Terkadang klien membeli cemilan (misal, ubi rebus).
Alergi makanan disangkal. Skor skrining MNA yaitu 12 yang
bermakna normal/tidak berisiko

A.2 Pola Minum


Klien mengatakan minum yang cukup dalam sehari. Klien biasanya
minum menggunakan botol dan gelas. Dalam sehari, klien

42 Universitas Indonesia
mengatakan minum kurang lebih sebanyak 1 botol dan 1 gelas.
Klien terkadang malas minum karena posisi pengambilan air
minum yang jauh.

A.3 Pola Tidur


Klien mengatakan tidur malam sekitar sehabis isya dan bangun
sekitar jam 04.30. Klien mengatakan terkadang ada periode
terbangun saat tidur karena ingin BAK. Klien sering tidur siang.

A.4 Pola Eliminasi (BAB dan BAK)


Klien mengatakan frekuensi BAK dalam sehari 3-5x. BAK tidak
ada keluhan. BAB 3-4x dalam seminggu, tidak ada keluhan. Klien
mengatakan masih mampu menahan rasa ingin BAK dan BAB.

A.5 Kebersihan Diri


Secara umum, tampilan diri klien baik, kebersihan diri baik, hanya
saja saat ini kumis dan jenggot klien tampak mulai memanjang.
Klien tampak berpakaian rapi dan sesuai. Tidak tercium aroma
badan yang tidak sedap. Kebersihan mulut cukup baik meskipun
banyak gigi yang sudah tanggal.

B. Psikologis
B.1 Fungsi Kognitif-Afektif
Klien mampu berkomunikasi secara baik dan kooperatif. Klien
masih mampu mengingat momen yang terjadi di masa lampau,
tetapi ada beberapa memori masa lalu dan memori jangka pendek
yang sulit diingat klien. Klien beberapa kali tampak sulit
menemukan kata yang tepat saat berbicara dan klien kesulitan
dalam berhitung. Hasil skor MMSE 25 yang bermakna aspek
kognitif dan fungsi mental baik.

B.2 Fungsi Psikologis

43 Universitas Indonesia
Secara umum, klien responsif selama proses pembicaraan. Afek
sesuai. Kondisi psikologis klien tampak stabil. Namun, klien
tampak langsung menunduk, ekspresi sedih, dan lebih banyak diam
saat membahas mengenai perceraian dengan istrinya dan
hubungannya dengan anak-anak kandungnya. Klien juga secara
verbal mengatakan sedih dengan kehidupannya. Jika sedang sedih,
klien hanya diam menangis di kamar sendiri. Beberapa kali klien
tampak berusaha mengalihkan pembicaraan jika sedang membahas
mengenai istri dan anak-anaknya. Jika pembahasan kemudian
dialihkan dengan membahas hal lain, klien langsung mengangkat
kepala, kontak mata adekuat, dan kembali riang. Skor GDS 9 yang
bermakna depresi sedang.

C. Sosial
C.1 Dukungan Keluarga
Klien mengatakan selama tinggal di STW belum ada keluarganya
yang menjenguknya. Klien dijanjikan keluarganya (anak) akan ada
yang mengunjungi, tetapi hingga saat ini belum ada keluarga yang
mengunjungi. Namun, segala keperluan klien dipenuhi oleh
penanggung jawab klien, yaitu adik perempuan klien.

C.2 Hubungan dengan Orang Lain


Klien tampak memiliki teman di STW, klien juga tampak rutin
mengikuti kegiatan senam dan berkeliling STW.

D. Spiritual-Kultural
D.1 Pelaksanaan Ibadah
Klien mengatakan masih berusaha untuk memenuhi kewajiban
ibadah sholat 5 waktu. Klien sholat di kamar.

D.2 Keyakinan tentang Kesehatan

44 Universitas Indonesia
Klien memahami kondisi kesehatannya saat ini. Klien mengetahui
memiliki riwayat DM. Klien mengatakan masih merasa dirinya
sehat.

E. Aktivitas Sehari-hari (ADL)


ADL klien meliputi makan, tidur, senam, menonton TV, mendatangi
kamar werdha lain untuk berinteraksi. Skor bartel indeks 95 (mandiri).
Terkait ekonomi, pendapatan klien selama tinggal di STW diberikan oleh
keluarganya.

F. Rekreasi
Rekreasi yang dilakukan yaitu mengikuti senam dan kegiatan-kegiatan
yang diadakan oleh STW

V. PEMERIKSAAN FISIK
A. Tanda Vital
A.1 Keadaan Umum : Baik
A.2 Kesadaran : CM E4M6V5
A.3 Suhu : 36.5 C
A.4 Nadi : 90 x/menit
A.5 Tekanan Darah : 140/80 mmHg
A.6 Pernafasan : 18 x/menit
A.7 Tinggi Badan : 159 cm
A.8 Berat Badan : 47 kg

B. Pemeriksaan Fisik

B.1 Kepala

Rambut Kebersihan kulit kepala dan rambut baik, tidak ada lesi, tidak ada
ketombe, rambut tipis, persebaran rambut kurang merata (rambut bagian
depan tampak lebih jarang), warna rambut beruban

Mata Sklera tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis, Arcus senilis (+), fungsi

45 Universitas Indonesia
mata dikatakan sedikit buram dan berbayang, rabun dekat. Klien
memiliki kacamata, tetapi tampak jarang digunakan.

Hidung Tidak ada deformitas, tidak ada sekret/obstruksi hidung

Mulut Bibir kering, tidak ada stomatitis, gigi mulai banyak yang tanggal
terutama gigi geraham, tampak beberapa sisa akar gigi,

Telinga Penumpukan serumen (+) di telinga kanan, fungsi pendengaran


dikatakan sedikit menurun

B.2 Leher

Leher Tidak ada pembesaran KGB

B.3 Dada/Thorak

Dada Napas spontan, tidak ada retraksi dada

Paru-paru Suara napas vesikuler, ronki -/-, wheezing -/-

Jantung Bunyi jantung S1 S2 normal, tidak terdengar bunyi jantung tambahan

B.4 Abdomen

Abdomen Tidak ada asites, kesan supel, BU (+)

B.5 Muskuloskeletal

Muskuloskeletal Tidak ada deformitas, tetapi ada keluhan kaki berat. Gaya berjalan
lambat dan beberapa kali kaki tampak diseret. Klien juga mengeluhkan
badan terasa pegal. Klien memiliki tongkat di kamar, terkadang
digunakan terutama jika ke toilet.
Tonus otot (+), kekuatan otot:
5555 | 5555
4444 | 4444
Skor MFS = 65 (risiko jatuh tinggi), skor BBT = 29 (risiko jatuh sedang
dan perlu menggunakan alat bantu jalan seperti tongkat, kruk, dan

46 Universitas Indonesia
walker)

B.6 Lain-lain

Lain-lain Kulit keriput (+), turgor kulit kembali cepat

VI. KEADAAN LINGKUNGAN SEKITAR


Klien tinggal di kamar lantai 2. Secara umum kondisi kamar cukup bersih,
ketinggian tempat tidur rendah, lantai rata, tidak licin. Klien mobilisasi dari
kamar ke lantai 1 dan sebaliknya menggunakan lift. Pencahayaan lingkungan
sekitar cukup terang.

VII. INFORMASI PENUNJANG


A. Diagnosis Medis : Hipertensi, DM
B. Hasil Pemeriksaan Lab :
- Glukosa puasa : 92 mg/dl
- Glukosa 2 jam PP : 223 mg/dl (H)
- LED : 30 mm/jam (H)
- Hb : 10,1 g/dl (L)
C. Hasil Pemeriksaan Lainnya :
- GDS (25/09/2023) : 134 mg/dl
- Asam urat (25/09/2023) : 9.4 mg/dl (H)
- Rontgen thoraks dan EKG: tidak tampak kelainan radiologi pada
jantung dan paru

VIII. TERAPI MEDIS : -

47 Universitas Indonesia
SKRINING INSTRUMEN PENGKAJIAN

1. Form Full The Mini Nutritional Assessment (Formulir Pengkajian Nutrisi


Mini)
No Pertanyaan Keterangan Skor
Nilai
Screening
1. Apakah anda mengalami penurunan 0: mengalami penurunan 2
asupan makanan selama tiga bulan asupan makanan yang
terakhir dikarenakan hilangnya selera parah
makan, masalah pencernaan, 1: mengalami penurunan
kesulitan mengunyah atau menelan? asupan makanan
sedang
2: tidak mengalami penurunan
asupan makanan
2. Apakah anda kehilangan berat 0: kehilangan berat badan lebih 3
badan selama 3 bulan terakhir? dari 3 kg 1: Tidak tahu
2: kehilangan berat badan antara 1
sampai 3 kg
3: tidak kehilangan berat badan
3. Bagaimana mobilisasi 0: hanya di tempat tidur atau 2
atau pergerakan anda? kursi roda 1: dapat turun dari
tempat tidur namun
tidak dapat jalan-jalan
2: dapat pergi keluar/jalan-jalan
4. Apakah anda mengalami stres 0: ya 2
psikologis atau penyakit akut 2: tidak
selama 3 bulan terakhir?
5. Apakah anda memiliki 0: demensia atau 2
masalah neuropsikologi? depresi berat 1:
demensia ringan
2: tidak mengalami
masalah
neuropsikologi
6. Bagaimana hasil BMI (Body 0: BMI kurang dari 19 1
Mass Indeks) anda? (berat badan 1: BMI antara 19-21
(kg)/tinggi badan(m2)) 2: BMI antara 21-23
3: BMI lebih dari 23
Nilai Skrining ≥ 12:normal/tidak 12
(total nilai maksimal 14) berisiko, tidak

48 Universitas Indonesia
membutuhkan
pengkajian lebih
lanjut
≤ 11: mungkin
malnutrisi,
membutuhkan
pengkajian lebih
lanjut
No Pertanyaan Keterangan Skor
Nilai
Pengkajian
7. Apakah anda hidup secara 0: tidak
mandiri?(tidak di rumah 1: ya
perawatan,
panti atau rumah sakit)
8. Apakah anda diberi obat lebih dari 0: ya
3 jenis obat per hari? 1: tidak
9. Apakah anda memiliki luka 0: ya
tekan/ulserasi kulit? 1: tidak

10. Berapa kali anda makan dalam 0: 1 kali dalam sehari


sehari? 1: 2 kali dalam sehari
2: 3 kali dalam sehari
11. Pilih salah satu jenis asupan 0: jika tidak ada atau hanya 1
protein yang biasa anda konsumsi? jawaban diatas
a. Setidaknya salah satu produk 0.5: jika terdapat 2
dari susu (susu, keju, jawaban ya 1: jika
yoghurt per hari) semua jawaban ya
b. Dua porsi atau lebih
kacang- kacangan/telur
perminggu
c. Daging, ikan atau
unggas setiap hari
12. Apakah anda mengkonsumsi 0: tidak
sayur atau buah 2 porsi atau lebih 1: ya
setiap hari?
13. Seberapa banyak asupan cairan yang 0 : kurang dari 3 gelas 0,5 : 3-5
anda minum per hari (air putih, jus, gelas
kopi, the, susu, dsb) 1 : lebih dari 5 gelas
14. Bagaimana cara anda makan? 0: jika tidak dapat makan tanpa
dibantu 1: dapat makan sendiri
namun

49 Universitas Indonesia
mengalami kesulitan
2: jika dapat makan sendiri
tanpa ada masalah
15. Bagaimana persepsi anda tentang 0: ada masalah gizi pada dirinya
status gizi anda? 1: ragu/tidak tahu terhadap
masalah gizi dirinya
2: melihat tidak ada masalah
terhadap status gizi dirinya
16. Jika dibandingkan dengan orang 0 : tidak lebih baik dari
lain, bagaimana pandangan anda orang lain 0,5: tidak tahu
tentang status kesehatan anda? 1 : sama baiknya dengan orang lain
2 : lebih baik dari orang lain
17. Bagaimana hasil lingkar lengan 0: LLA kurang dari 21 cm
atas (LLA) anda (cm)? 0.5 : LLA antara 21-22
cm
1: LLA lebih dari 22
cm
18. Bagaimana hasil Lingkar betis 0: jika LB kurang dari 31
(LB) anda (cm)? 1: jika LB lebih dari 31
Nilai pengkajian:
(nilai maksimal
16)
Nilai Skrining
(nilai maksimal
14)
Total nilai skring dan pengkajian Indikasi nilai malnutrisi
(nilai maksimal 30) ≥ 24 : nutrisi baik
17-23.5: dalam risiko malnutrisi
< 17 : malnutrisi

Kesimpulan Pengkajian Nutrisi Mini:


● Opa S mendapatkan total skor skrining 12 yang bermakna normal/tidak
berisiko

50 Universitas Indonesia
2. Geriartic Depression Scale 15-Item (GDS-15)
No Keadaan yang Dialami Selama Seminggu Nilai Respon
Ya Tidak
1 Apakah anda sebenarnya puas dengan kehidupan anda? 0 1
2 Apakah anda telah banyak meninggalkan 1 0
kegiatan dan hobi anda?
3 Apakah anda merasa kehidupan anda kosong? 1 0
4 Apakah anda sering merasa bosan? 1 0
5 Apakah anda masih memiliki semangat hidup? 0 1
6 Apakah anda takut bahwa sesuatu yang buruk akan 1 0
terjadi pada anda?
7 Apakah anda merasa bahagia untuk sebagian besar 0 1
hidup anda?
8 Apakah anda sering merasa tidak berdaya? 1 0
9 Apakah anda lebih suka tinggal di rumah, daripada 1 0
pergi keluar untuk mengerjakan sesuatu yang baru?
10 Apakah anda merasa mempunyai banyak masalah 1 0
dengan daya ingat anda dibandingkan orang lain?
11 Apakah anda pikir bahwa hidup anda sekarang 0 1
menyenangkan?
12 Apakah anda merasa tidak berharga? 1 0
13 Apakah anda merasa penuh semangat? 0 1
14 Apakah anda merasa keadaan anda tidak ada harapan? 1 0
15 Apakah anda merasa bahwa orang lain lebih baik 1 0
keadaannya daripada anda?
Skor 9

Interpretasi
1. Normal :0–4
2. Depresi ringan :5–8
3. Depresi sedang : 9 – 11
4. Depresi berat : 12 – 15

Kesimpulan GDS 15:


● Opa S mendapatkan skor 9 yang artinya Depresi Sedang

51 Universitas Indonesia
3. Morse Fall Scale (MFS)
Pengkajian Skala Skor
1. Riwayat jatuh; apakah lansia pernah jatuh Tidak 0 0
dalam 3 bulan terakhir? Ya 25
2. Diagnosa sekunder; apakah lansia memiliki Tidak 0 15
lebih dari satu penyakit? Ya 15
3. Alat bantu jalan; 30
- Bed rest/dibantu perawat 0
- Kruk/tongkat/walker 15
- Berpegangan pada benda-benda di 30
sekitar (kursi, lemari, meja)
4. Terapi intravena; apakah saat ini lansia Tidak 0 0
terpasang infus? Ya 20
5. Gaya berjalan/cara berpindah 20
- Normal/bed rest/immobile (tidak 0
dapat bergerak sendiri) 10
- Lemah (tidak bertenaga) 20
- Gangguan/tidak normal (pincang,
diseret)
6. Status Mental 0
- Lansia menyadari kondisi dirinya 0
sendiri 15
- Lansia mengalami keterbatasan daya
ingat
Total Skala 65

Tingkatan Risiko Jatuh

Tingkatan risiko Nilai MFS Tindakan


Tidak berisiko 0 - 24 Perawatan dasar
Risiko rendah 25 - 50 Pelaksanaan intervensi pencegahan jatuh
standar
Risiko tinggi ≥ 51 Pelaksanaan intervensi pencegahan jatuh
risiko tinggi

Kesimpulan MFS

52 Universitas Indonesia
● Opa S memiliki skor MFS 65 yang bermakna Risiko Tinggi Jatuh
sehingga memerlukan Pelaksanaan intervensi pencegahan jatuh risiko
tinggi

53 Universitas Indonesia
4. Berg Balance Test (BBT)
1. Duduk ke berdiri 2. Berdiri tanpa bantuan
Instruksi: tolong berdiri, Instruksi: berdirilah selama
cobalah untuk tidak dua menit tanpa
menggunakan tangan sebagai berpegangan
sokongan
Skor
Skor : ( ) 4 mampu berdiri selama dua menit
( ) 4 mampu berdiri tanpa ( ✔ ) 3 mampu berdiri selama
menggunakan tangan dua menit dengan
( ✔ ) 3 mampu untuk berdiri namun pengawasan
menggunakan bantuan tangan ( ) 2 mampu berdiri selama
( ) 2 mampu berdiri menggunakan 30 detik tanpa bantuan
tangan setelah beberapa kali ( ) 1 membutuhkan beberapa
mencoba kali untuk mencoba
() 1 membutuhkan bantuan minimal berdiri selama 30 detik
untuk berdiri tanpa bantuan
( ) 0 membutuhkan bantuan sedang atau ( ) 0 tidak mampu berdiri
maksimal untuk berdiri selama 30 detik tanpa
bantuan

3. Duduk tanpa sandaran punggung 4. Berdiri ke duduk


tetapi kaki sebagai tumpuan di lantai Instruksi: silahkan
Instruksi: duduklah sambil melipat duduk
tangan Anda selama dua menit
Skor
Skor ( ) 4 duduk dengan aman dengan
( ✔ ) 4 mampu duduk dengan aman penggunaan minimal tangan
selama dua menit ( ✔ ) 3 duduk menggunakan bantuan
( ) 3 mampu duduk selama dua menit tangan
di bawah ( ) 2 menggunakan bantuan bagian
pengawasan belakan kaki untuk turun
( ) 2 mampu duduk ( ) 1 duduk mandiri tapi tidak
selama 30 detik ( ) 1 mampu mengontrol pada saat dari
mampu duduk selama 10 berdiri ke duduk
detik ( ) 0 membutuhkan bantuan untuk
( ) 0 tidak mampu duduk tanpa duduk
bantuan selama 10 detik
5. Berpindah 6. Berdiri tanpa bantuan dengan mata
Instruksi: buatlah kursi bersebelahan. tertutup
Minta klien untuk berpindah ke kursi Instruksi: tutup mata Anda dan
yang memiliki penyangga

54 Universitas Indonesia
tangan kemudian ke arah kursi yang berdiri selama 10 detik
tidak memiliki penyangga tangan
Skor
Skor ( ✔ ) 4 mampu berdiri selama 10
( ) 4 mampu berpindah dengan detik dengan aman
sedikit penggunaan tangan ( ) 3 mampu berdiri selama 10
( ✔) 3 mampu berpindah dengan bantuan detik dengan pengawasan
tangan ( ) 2 mampu berdiri selama 3 detik
( ) 2 mampu berpindah dengan ( ) 1 tidak mampu menahan mata
isyarat verbal atau pengawasan agar tetap tertutup tetapi tetap
( ) 1 membutuhkan seseorang untuk berdiri dengan aman
membantu ( ) 0 membutuhkan bantuan agar tidak
( ) 0 membutuhkan dua orang untuk jatuh
membantu atau mengawasi

7. Berdiri tanpa bantuan dengan dua 8. Meraih ke depan dengan


kaki rapat Instruksi: rapatkan kaki mengulurkan tangan ketika berdiri
Anda dan berdirilah tanpa Instruksi: letakkan tangan 90
berpegangan derajat. Regangkan jari Anda dan
raihlah semampu Anda (penguji
Skor meletakkan penggaris untuk
( ) 4 mampu merapatkan kaki dan mengukur jarak antara jari dengan
berdiri satu menit tubuh)
( ) 3 mampu merapatkan kaki dan
berdiri satu menit dengan pengawasan Skor
(✔) 2 mampu merapatkan kaki tetapi ( ) 4 mencapai 25 cm (10 inchi)
tidak dapat bertahan selama 30 ( ) 3 mencapai 12 cm (5 inchi)
detik ( ) 2 mencapai 5 cm (2 inchi)
( ) 1 membutuhkan bantuan untuk ( ✔ ) 1 dapat meraih tapi
mencapai posisi yang diperintahkan tetapi memerlukan pengawasan
mampu berdiri selama 15 detik ( ) 0 kehilangan keseimbangan
( ) 0 membutuhkan bantuan untuk ketika mencoba / memerlukan
mencapai posisi dan tidak dapat bantuan
bertahan selama 15 detik

9. Mengambil objek dari lantai dari 10. Melihat ke belakang melewati bahu
posisi berdiri Instruksi: Ambilah kanan dan kiri ketika berdiri
sepatu/sandal di depan kaki Anda Instruksi: tengoklah ke belakang
melewati bahu kiri. Lakukan
Skor kembali ke arah kanan
( ) 4 mampu mengambil dengan
mudah dan aman Skor

55 Universitas Indonesia
( ) 3 mampu mengambil tetapi ( ) 4 melihat ke belakang dari kedua
membutuhkan sisi
pengawasan ( ) 3 melihat ke belakang hanya dari
( ) 2 tidak mampu mengambil tetapi satu sisi
meraih 2-5 cm dari benda dan ( ) 2 hanya mampu melihat ke
dapat menjaga keseimbangan samping tetapi dapat menjaga
( ✔) 1 tidak mampu mengambil keseimbangan
dan memerlukan pengawasan ( ✔ ) 1 membutuhkan pengawasan
ketika mencoba ketika menengok
( ) 0 tidak dapat ( ) 0 membutuhkan bantuan
mencoba/membutuhkan bantuan untuk mencegah
untuk mencegah hilangnya ketidakseimbangan atau terjatuh
keseimbangan atau terjatuh

11. Berputar 360 derajat 12. Menempatkan kaki secara bergantian


Instruksi: berputarlah satu lingkaran pada sebuah pijakan ketika berdiri
penuh, kemudian ulangi lagi dengan tanpa bantuan
arah yang berlawanan Instruksi: tempatkan secara
bergantian setiap kaki pada
Skor sebuah pijakan. Lanjutkan
( ) 4 mampu berputar 360 derajat sampai setiap kaki menyentuh
dengan aman selama 4 detik pijakan selama 4 kali.
atau kurang
( ) 3 mampu berputar 360 derajat Skor
hanya dari satu sisi selama empat ( ) 4 mampu berdiri mandiri dan
detik atau kurang melakukan 8 pijakan dalam 20
(✔ ) 2 mampu berputar 360 derajat, detik
tetapi dengan gerakan yang ( ) 3 mampu berdiri mandiri dan
lambat melakukan 8 kali pijakan > 20
( ) 1 membutuhkan pengawasan atau detik
isyarat verbal (✔ ) 2 mampu melakukan 4 pijakan
( ) 0 membutuhkan bantuan untuk tanpa bantuan
berputar ( ) 1 mampu melakukan >2
pijakan dengan bantuan
minimal
( ) 0 membutuhkan bantuan untuk
mencegah jatuh/tidak mampu
melakukan

13. Berdiri tanpa bantuan satu kaki di 14. Berdiri dengan satu kaki
depan kaki lainnya Instruksi: berdirilah dengan satu
Instruksi: tempatkan langsung satu kaki semampu Anda tanpa

56 Universitas Indonesia
kaki di depan kaki lainnya. Jika berpegangan
merasa tidak bisa, cobalah
melangkah sejauh yang Anda bias Skor
( ) 4 mampu mengangkat kaki dan
Skor menahan >10 detik ( ) 3 mampu
( ) 4 mampu menempatkan kedua kaki mengangkat kaki dan menahan 5-10
(tandem) dan menahan selama 30 detik
detik ( ) 2 mampu mengangkat kaki dan
( ) 3 mampu memajukan kaki dan menahan >3 detik
menahan selama 30 detik ( ) 1 mencoba untuk mengangkat
(✔ ) 2 mampu membuat langkah kecil kaki, tidak dapat bertahan selama
dan menahan selama 30 detik 3 detik tetapi dapat berdiri
( ) 1 membutuhkan bantuan untuk mandiri
melangkah dan mampu menahan ( ✔ ) 0 tidak mampu mencoba
selama 15 detik
( ) 0 kehilangan keseimbangan ketika
melangkah atau berdiri

TOTAL SKOR : 31

Kesimpulan BBT:
● Opa S mendapatkan total skor 31 yang artinya memiliki risiko jatuh
sedang dan perlu menggunakan alat bantu jalan seperti tongkat, kruk, dan
walker.

57 Universitas Indonesia
5. Mini Mental Status Exam (MMSE)
ASPEK NILAI NILAI KRITERIA
NO KOGNITIF MAKS KLIEN
1. ORIENTASI 5 5 Menyebutkan dengan benar:
~ Tahun
~ Musim
~ Tanggal
~ Hari
~ Bulan
2. ORIENTASI 5 5 Dimana kita sekarang ?
~ Negara Indonesia
~ Provinsi DKI Jakarta
~ Kota Jakarta Timur
~ STW Ria Pembangunan
Cibubur
~ Ruang Cempaka Lantai 2
3. REGISTRASI 3 3 Sebutkan 3 objek (oleh pemeriksa )
1 detik untuk mengatakan masing –
masing objek, kemudian tanyakan
kepada klien ketiga objek tadi
(untuk disebutkan)
~ Objek handphone
~ Objek meja
~ Objek kalender
4. PERHATIAN 5 1 Minta klien untuk memulai dari
DAN angka 100 kemudian dikurangi
KALKULASI 7 sampai 5 kali
~ 93
~ 86
~ 79
~ 72
~ 65

58 Universitas Indonesia
5. MENGINGAT 3 3 Minta klien untuk mengulangi
ke 3 objek pada nomer 2
(registrasi) tadi, bila benar 1
poin untuk masing – masing
objek.
6. BAHASA 9 8 Tunjukkan pada klien suatu
benda dan tanyakan namannya
pada klien (misal jam tangan
atau pensil)

Minta kepada klien untuk


mengulang kata berikut “ tak ada
jika ,dan , atau,tetapi” bila benar,
nilai 1 poin.
Pernyataan benar 2 buah : tidak ada
tetapi.

Minta klien untuk mengikuti


perintah berikut ini yang terdiri
dari 3 langkah: “ ambil kertas di
tangan anda ,lipat 2 dan taruh di
lantai “.
~ Ambil kertas
~ Lipat dua
~ Taruh di lantai
Perintahkan pada klien untuk hal
berikut (bila aktivitas sesuai
perintah nilai 1 poin)
~ Tutup mata anda
Perintah pada klien untuk
menulis satu kalimat dan
menyalin gambar

59 Universitas Indonesia
~ Tulis satu kalimat
~ Menyalin gambar.
Copying: Minta klien untuk
mengcopy gambar dibawah. Nilai 1
point jika seluruh 10 sisi ada dan 2
pentagon saling berpotongan
membentuk sebuah gambar 4 sisi

30 25 Aspek kognitif dan fungsi mental baik


TOTAL NILAI

Interpretasi hasil
>23 : Aspek kognitif dan fungsi mental baik
18-22 : Kerusakan aspek fungsi mental ringan
<17 : Terdapat kerusakan aspek fungsi mental berat

Kesimpulan MMSE
● Opa S mendapatkan total skor 25 yang artinya aspek kognitif dan fungsi
mental baik

60 Universitas Indonesia
6. Format Barthel Index
No. Aktivitas Kemampuan Skor Skor
1. Makan Mandiri 10 10
Perlu bantuan orang lain 5
Tergantung bantuan orang lain 0
2. Mandi Mandiri 5 5
Tergantung bantuan orang lain 0
3. Membersihkan Mandiri 5 5
diri (lap Perlu bantuan orang lain 0
muka, sisir
rambut, sikat gigi)
4. Berpakaian Mandiri 10 10
Sebagian dibantu 5
Tergantung orang lain 0
5. Mengontrol BAB Kontinen diatur 10 10
Kadang-kadang inkontinen 5
Inkontinen/ kateter 0
6. Mengontrol BAK Mandiri 10 10
Kadang-kadang inkontinen 5
Inkontinen/kateter 0
7. Penggunaan toilet Mandiri 10 10
(pergi ke/dari WC, Perlu bantuan orang lain 5
melepaskan/ Tergantung orang lain 0
mengenakan celana,
menyeka, menyiram
8. Transfer (tidur-duduk) Mandiri 15 15
Dibantu satu orang 10
Dibantu dua orang 5
Tidak mampu 0
9. Mobilisasi (Berjalan) Mandiri 15 15
Dibantu satu orang 10
Dibantu dua orang 5
Tergantung orang lain 0
10. Naik turun tangga Mandiri 10
Perlu bantuan 5 5
Tidak mampu 0
Total skor 95

Interpretasi

61 Universitas Indonesia
● Dependen Total jika skor 0-20
● Dependen Berat jika skor 21-40
● Dependen Sedang jika skor 41-60
● Dependen Ringan jika skor 61-90
● Mandiri jika skor 91-100
Kesimpulan Barthel Indeks
● Opa S mendapatkan total skor 95 yang artinya mandiri

62 Universitas Indonesia
Lampiran 2 Analisis Data
ANALISIS DATA

Data Etiologi Masalah Keperawatan


Subjektif: Perpisahan dengan Duka Maladaptif (00301)
● Klien mengatakan sedih orang lain Domain 9 Koping/Toleransi Stres,
dengan kehidupannya Kelas 2 Respon Koping
● Jika sedang sedih, klien hanya
diam menangis di kamar Definisi:
sendiri Suatu kelainan yang terjadi setelah
● Klien mengatakan selama kematian orang terdekat, dimana
tinggal di STW belum ada pengalaman kesusahan yang
keluarganya yang menyertai kehilangan tidak sesuai
menjenguknya. Klien dengan harapan sosiokultural.
dijanjikan keluarganya (anak)
akan ada yang mengunjungi,
tetapi hingga saat ini (per
20/09/2023) belum ada
keluarga yang mengunjungi.

Objektif
● Klien tampak langsung
menunduk, ekspresi sedih,
dan lebih banyak diam saat
membahas mengenai
perceraian dengan istrinya
dan hubungannya dengan
anak-anak kandungnya
● Beberapa kali klien tampak
berusaha mengalihkan
pembicaraan jika sedang
membahas mengenai istri dan
anak-anaknya. Jika
pembahasan kemudian
63 Universitas Indonesia
dialihkan dengan membahas
hal lain, klien langsung
mengangkat kepala, kontak
mata adekuat, dan kembali
riang
● Skor GDS 9 yang bermakna
depresi sedang
Subjektif: Kelemahan Gangguan Berjalan (00088)
● Klien mengeluh kaki terasa muskuloskeletal Domain 4 Aktivitas/Istirahat, Kelas
berat 2 Aktivitas/Latihan
● Klien mengeluhkan badan
terasa pegal Definisi
● Klien mengatakan memiliki Pembatasan gerak mandiri dalam
tongkat di kamar, terkadang lingkungan dengan berjalan kaki
digunakan terutama jika ke
toilet

Objektif:
● Gaya berjalan lambat dan
beberapa kali kaki tampak
diseret
● Tonus otot (+)
● Kekuatan otot:
5555 | 5555
4444 | 4444
● Skor MFS = 65 (risiko jatuh
tinggi)
● Skor BBT = 29 (risiko jatuh
sedang dan perlu
menggunakan alat bantu jalan
seperti tongkat, kruk, dan
walker)
● Asam urat (25/09/2023) : 9.4

64 Universitas Indonesia
mg/dl (H)
Subjektif: Faktor risiko: Risiko Jatuh Orang Dewasa
● Fungsi mata dikatakan sedikit - Usia > 60 (00303)
buram dan berbayang tahun Domain 11 Keselamatan/
Objektif: - Kelemahan Perlindungan, Kelas 2 Cedera Fisik
● Gaya berjalan lambat dan muskulosk
beberapa kali kaki tampak eletal Definisi:
diseret - Gangguan Orang dewasa rentan mengalami
● Kekuatan otot ekstremitas keseimban suatu peristiwa yang mengakibatkan
bawah gan jatuh secara tidak sengaja di tanah,
4444 | 4444 postural lantai, atau tingkat lain yang lebih
● Skor MFS = 65 (risiko jatuh rendah yang dapat membahayakan
tinggi) kesehatan
● Skor BBT = 29 (risiko jatuh
sedang dan perlu
menggunakan alat bantu jalan
seperti tongkat, kruk, dan
walker)

65 Universitas Indonesia
Lampiran 3 Rencana Keperawatan
RENCANA KEPERAWATAN
Diagnosis Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)
Keperawatan
Duka Keseimbangan Alam Perasaan Manajemen Alam Perasaan (5330)
Maladaptif (1204) Definisi: Menyediakan keamanan,
(00301) Definisi: stabilisasi, pemulihan, dan merawat
Penyesuaian emosi dalam klien yang mengalami disfungsi
menanggapi situasi yang tepat depresi atau peningkatan alam
Setelah dilakukan tindakan perasaan
keperawatan selama 2 minggu,
diharapkan lansia mencapai kriteria Aktivitas:
hasil: ● Evaluasi alam perasaan (misal,
● Menunjukkan afek yang tanda, gejala, riwayat pribadi)
sesuai dengan situasi di awal, dan teratur, selama
meningkat perkembangan penanganan
● Menunjukkan alam ● Monitor kemampuan
perasaan yang stabil perawatan diri (misalnya.,
● Tingkat depresi menurun berhias, kebersihan, mengatur
makanan/cairan, eliminasi)
Tingkat Depresi (1208) ● Berikan kesempatan untuk
Definisi: [melakukan] aktivitas fisik
Tingkat keparahan suasana hati (misal, berjalan, naik sepeda,
melankolis dan hilangnya minat latihan dengan sepeda)
pada peristiwa kehidupan ● Monitor fungsi kognitif
(misalnya., konsentrasi,
Setelah dilakukan tindakan perhatian, ingatan, kemampuan
keperawatan selama 2 minggu, untuk memproses informasi,
diharapkan lansia mencapai kriteria dan kemampuan pengambilan
hasil: keputusan)
● Mood depresi menurun ● Interaksi dengan klien dengan
● Kesedihan menurun menggunakan interval [waktu]

66 Universitas Indonesia
yang teratur dalam rangka
menunjukkan perhatian
dan/atau menyediakan
kesempatan untuk klien untuk
membicarakan mengenai
perasaannya
● Bantu klien untuk
memventilasikan perasaan
dengan perilaku yang tepat
(misal, kegiatan seni)

Terapi Milieu (4390)


Definisi: Penggunaan orang, sumber-
sumber, dan kejadian yang ada di
sekitar lingkungan klien untuk
mendukung fungsi psikososial yang
optimal

Aktivitas:
● Tentukan faktor-faktor yang
ada di lingkungan yang
berkontribusi pada perilaku
klien
● Sediakan buku, majalah, dan
seni serta material untuk
melakukan aktivitas kerajinan
tangan yang sesuai dengan
kebutuhan rekreasi klien,
budaya, dan latar belakang
klien
Gangguan Gaya Berjalan (0222) Promosi latihan: Latihan Kekuatan
Berjalan Definisi: (0201)

67 Universitas Indonesia
(00088) Kemampuan berjalan dengan Definisi:
keseluruhan tubuh yang benar Memfasilitasi latihan otot ketahanan
dengan siklus gait mulus, dan pada secara teratur untuk mempertahankan
kecepatan tetap atau meningkatkan kekuatan otot
Aktivitas:
Setelah dilakukan tindakan ● Identifikasi keyakinan, nilai,
keperawatan selama 2 minggu, dan tujuan lansia terkait untuk
diharapkan lansia mencapai kriteria kebugaran dan kesehatan otot
hasil: ● Edukasi terkait pentingnya
● Kemantapan gaya berjalan latihan fisik untuk menjaga
meningkat fungsi otot
● Keseimbangan saat berjalan ● Monitor gaya berjalan
meningkat ● Monitor tingkat kekuatan otot
● Postur lebih tegak saat ● Berikan latihan otot progresif
berjalan ● Berikan latihan ROM
● Irama melangkah ● Berikan latihan fisik lanjut usia
meningkat (LAFISKA), jika
● Tidak ada kejadian memungkinkan
tersandung
Pencegahan Jatuh (6490)
Definisi:
Melakukan tindakan pencegahan
khusus dengan klien yang berisiko
cedera karena jatuh
Aktivitas:
● Latih lansia untuk modifikasi
gaya berjalan yang aman
● Bantu lansia untuk
mobilisasi/berpindah, jika
perlu
● Sediakan alat bantu mobilisasi
Risiko Jatuh Kejadian Jatuh (1912) Pencegahan Jatuh (6490)

68 Universitas Indonesia
Orang Definisi: Definisi:
Dewasa Jumlah individu terjatuh Melakukan tindakan pencegahan
(00303) khusus dengan klien yang berisiko
Setelah dilakukan tindakan cedera karena jatuh
keperawatan selama 2 minggu, Aktivitas:
diharapkan lansia mencapai kriteria ● Identifikasi perilaku dan faktor
hasil: yang mempengaruhi risiko
● Tidak ada kejadian jatuh jatuh
● Identifikasi riwayat jatuh
Pengetahuan: Pencegahan Jatuh ● Identifikasi karakteristik
(1828) lingkungan yang dapat
Definisi: meningkatkan risiko jatuh
Pengembangan pemahaman yang ● Pantau aktivitas,
disampaikan tentang pencegahan keseimbangan, dan tingkat
jatuh kelelahan
● Memastikan lantai tidak licin,
Setelah dilakukan tindakan penerangan yang cukup
keperawatan selama 2 minggu, ● Memastikan sandal yang
diharapkan lansia mencapai kriteria digunakan masih layak, pas,
hasil: kencang, aman, dan telapak
● Penggunaan sandal yang sandal tidak licin
aman ● Berikan latihan fisik untuk
● Penggunaan pegangan yang memperkuat muskuloskeletal
benar
● Melakukan aktivitas
berpindah dengan aman
Lampiran 4 Catatan Perkembangan

EVALUASI (SOAP)
Tanggal Implementasi Evaluasi
Pelaksanaan

Selasa, 1. Mendampingi klien S:

69 Universitas Indonesia
26/09/2023 senior fitness
2. Intervensi aktivitas - Klien mengatakan senang karena hari
mewarnai dan diiringi ini dapat menyalurkan perasaan dan
musik pilihan klien hobinya
[penyanyi pilihan - Klien mengatakan senang mewarnai
klien: trio ambisi] tetapi rasanya sulit jika menggunakan
3. Fasilitasi klien karaoke pensil warna karena warnanya sulit
di pendopo STW dibaurkan
4. Meminimalkan risiko - Klien mengatakan masih mampu
jatuh klien: berjalan tanpa tongkat
memastikan sandal - Klien mengatakan kemarin (Senin,
klien tidak licin, 25/09/2023) ada keluarga yang
motivasi penggunaan berkunjung yaitu adik perempuan dan
tongkat keponakannya. [Informasi valid, telah
dikonfirmasi ke pekerja sosial dan
sesuai dengan pengakuan klien]
O:
- Tampak fokus dan banyak tertawa
selama proses mewarnai
- Tampak terdistraksi dengan werdha
lain yang menyapa
- Tampak sesekali bernyanyi selama
proses mewarnai
- Ekspresi senang ketika berkaraoke di
pendopo STW
- Gaya berjalan lambat, langkah kaki
pendek
A:
1. Duka Maladaptif
2. Gangguan Berjalan
3. Risiko Jatuh pada Orang Dewasa

70 Universitas Indonesia
P:
- Lanjutkan intervensi
- Setting tempat duduk agar klien tidak
terdistraksi dengan orang yang lalu
lalang

Rabu, 1. Evaluasi kondisi S:


27/09/2023 harian - Klien mengatakan kabar baik tidak ada
2. Intervensi aktivitas keluhan, sudah sarapan menu nasi
mewarnai kuning, sarapan dihabiskan
3. Mendampingi klien - Klien mengatakan perasaannya lebih
senam bugar lansia senang setelah mewarnai
4. Monitor gaya berjalan - Klien mengatakan lebih mudah
klien mewarnai dengan crayon karena
5. Monitor risiko jatuh warnanya lebih nyata
klien O:
- KU baik, kooperatif, responsif, afek
sesuai
- Tampak fokus selama mewarnai
- Tampak tidak terdistraksi dengan
orang yang lalu lalang karena posisi
duduk klien menghadap jendela dan
membelakangi area lalu lalang orang
- Tampak mudah tertawa ketika diajak
berbincang saat proses mewarnai
- Tampak bangga dengan hasil
mewarnainya
- Gaya berjalan lambat, langkah kaki
pendek, mobilisasi ke lantai 1 dengan
lift
- Klien mobilisasi menggunakan sepatu
olahraga karena hari ini ada agenda

71 Universitas Indonesia
senam bugar lansia
- Risiko jatuh tinggi
A:
1. Duka Maladaptif
2. Gangguan Berjalan
3. Risiko Jatuh pada Orang Dewasa
P:
1. Monitor gaya berjalan
2. Monitor risiko jatuh
3. Lanjutkan intervensi aktivitas
mewarnai

Kamis, 1. Evaluasi kondisi S:


28/09/2023 harian klien - Klien mengatakan sedih karena
2. Intervensi aktivitas teringat mantan istri dan anak-anaknya
mewarnai - Klien merasa bangga dengan hasil
3. Monitor gaya berjalan karya mewarnainya
klien O:
4. Melatih ROM aktif, - KU baik, kooperatif, responsif, afek
terutama kaki sesuai
5. Monitor risiko jatuh - Gaya berjalan lambat, langkah kaki
klien pendek, mobilisasi ke lantai 1 dengan
lift
- Tampak fokus selama mewarnai
- Ekspresi murung sedih ketika
mengingat keluarganya, tampak mata
berkaca-kaca
A:
1. Duka Maladaptif
2. Gangguan Berjalan
3. Risiko Jatuh pada Orang Dewasa
P:

72 Universitas Indonesia
1. Monitor gaya berjalan
2. Monitor risiko jatuh
3. Lanjutkan intervensi aktivitas
mewarnai

Jumat, 1. Evaluasi kondisi S:


29/09/2023 harian klien - Klien mengatakan perasaannya bangga
2. Intervensi aktivitas terhadap hasil karyanya
mewarnai - Klien mengatakan perasaannya lebih
3. Monitor gaya berjalan tersalurkan, perasaan bosan berkurang
klien O:
4. Monitor risiko jatuh - KU baik, kooperatif, responsif, afek
klien sesuai
- Gaya berjalan lambat, langkah kaki
pendek
- Tampak fokus selama mewarnai
- GDS: 7 (penurunan di poin “Apakah
anda telah banyak meninggalkan
kegiatan dan hobi anda?” dan “Apakah
anda sering merasa bosan?”
A:
1. Duka Maladaptif
2. Gangguan Berjalan
3. Risiko Jatuh pada Orang Dewasa
P:
1. Monitor gaya berjalan
2. Monitor risiko jatuh
3. Lanjutkan intervensi aktivitas
mewarnai

Sabtu, 1. Evaluasi kondisi S:


30/09/2023 harian klien - Klien mengatakan kabar baik, tetapi
hari ini sedang ingin di kamar saja,

73 Universitas Indonesia
tidak ingin ikut acara karena nanti
malam akan pergi jalan-jalan
O:
- KU baik, kooperatif, responsif, afek
sesuai
- Gaya berjalan lambat, langkah kaki
pendek, berpegangan pada benda-
benda di sekitar
A:
1. Duka Maladaptif
2. Gangguan Berjalan
3. Risiko Jatuh pada Orang Dewasa
P: Lanjutkan intervensi

Senin, – S: -
02/10/2023 O: -
A: klien dijemput pulang oleh keluarga pada
hari Minggu, 01/10/2023
P: Intervensi dihentikan

74 Universitas Indonesia

Anda mungkin juga menyukai