SKRIPSI
untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
Nama : Budiharti
NIM : 2501915007
Program Studi : Pendidikan Sendratasi
Jurusan : Pendidikan Seni Tari
i
ii
iii
iv
MOTO DAN PERSEMBAHAN
Motto
“Anda harus melalui hari ini dengan irama. Biarkan seluruh kehidupanmu
berirama seperti lagu” (Sai Baba).
“Sekali Anda mengerjakan sesuatu jangan takut gagal dan jangan tinggalkan itu.
Orang-orang yang bekerja dengan ketulusan hati adalah mereka yang paling
bahagia” (Chanakya).
Persembahan
Skripsi ini kupersembahkan kepada:
1. Bapak, Ibu tercinta dan suami tersayang,
anak-anaku Maydrovaldo Debya Satya
Utama, Graciello Agusta Dwi Pradibya
dan semua keluarga besarku
2. Sahabat-sahabat PKG Sendratasik
UNNES Tahun 2015/2016
3. Sahabat-sahabat SMP N 2 Bangsri
4. Seluruh keluarga besar Sendratasik
UNNES
v
ABSTRAK
Budiharti. 2016. “Kajian Makna Dan Nilai Estetis Kostum Pada Pertunjukan
Emprak Sido Mukti Desa Kepuk Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara”.
Skripsi. Program Studi Pendidikan Sendratasik. Fakultas Bahasa dan Seni.
Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I. Dr. Agus Cahyono, M.Hum.
Pembimbing II. Dr. Wahyu Lestari, M.Pd.
vi
PRAKATA
Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, yang telah
berjudul “Kajian Makna Dan Nilai Estetis Kostum Pada Pertunjukan Emprak Sido
Mukti Desa Kepuk Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara”. Skripsi ini disusun
sebagai salah satu persyaratan meraih gelar Sarjana Pendidikan pada Program
Semarang.
Penelitian ini dapat diselesaikan berkat bantuan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, peneliti menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-
tingginya kepada pihak yang telah membantu penyelesaian penelitian ini. Ucapan
terima kasih peneliti sampaikan pertama kali kepada para pembimbing yaitu Dr.
Ucapan terima kasih peneliti sampaikan juga kepada semua pihak yang
ini.
2. Ketua Program Studi dan Sekretaris Program Studi Pendidikan Setratasik FBS
skripsi ini.
vii
3. Bapak dan ibu dosen Program Studi Pendidikan Sendratasik FBS UNNES,
yang telah banyak memberikan bimbingan dan ilmu kepada peneliti selama
menempuh pendidikan.
Budiharti
viii
DAFTAR ISI
Halaman
Judul ................................................................................................................. i
Persetujuan Pembimbing.................................................................................. ii
Abstrak ............................................................................................................. vi
Daftar Isi........................................................................................................... ix
Lampiran-lampiran ........................................................................................... 87
xi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Makna Warna ........................................................................... 23
xii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 4.2 Balai Desa Kepuk Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara ....... 41
Gambar 4.3 Tampilan Awal Emprak Sido Mukti Di Atas Panggung .......... 49
Gambar 4.4 Alat Musik pada Pertunjukan Emprak Sido Mukti .................. 50
Gambar 4.5 Alat Musik pada Pertunjukan Emprak Sido Mukti .................. 51
Gambar 4.12 Kemeja Putih yang Digunakan Pemain Emprak Sido Mukti ... 65
Gambar 4.13 Celana yang Digunakan Pemain Emprak Sido Mukti .............. 66
Gambar 4.14 Rompi yang Digunakan Pemain Emprak Sido Mukti .............. 66
Gambar 4.15. Tutup Kepala yang Digunakan Pemain Emprak Sido Mukti ... 67
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
yang merupakan suatu proses dari cipta, rasa dan karsa pada pola-pola perilaku
manusia yang terwujud dari kondisi lingkungan serta adanya tuntutan zaman.
124). Kesenian tradisional merupakan salah satu bagian dari kesenian sebagai
terus menerus, agar keberlangsungannya tetap utuh, tidak punah, dan tidak
tergeser oleh kesenian lain yang lebih modern. Seperti yang ditegaskan oleh
lainnya dan dipandang sebagai suatu warisan atau tradisi sosial; 2) dipelajari dan
1
2
Salah satu kesenian tradisional yang sudah ada sejak lama di desa Kepuk,
Jepara. Cikal bakal timbulnya Emprak adalah ketika para petani sedang
menikmati hasil panen raya dan sebagai ungkapan syukur kepada Tuhan Yang
dari seni tari, seni suara dan seni drama yang dipentaskan dalam satu lakon.
bambu yang dibelah pada bagian ujungnya, hingga jika dipukul akan
menghasilkan bunyi “prak-prak”. Dengan bunyi musik bambu yang dibelah dan
pemain musik dan beberapa pasang penari baik pria maupun wanita.Terkadang
dari kebutuhan atau peran penari wanita digantikan oleh penari laki-laki yang
menimbulkan gelak tawa tersendiri dan menjadi lucu. Lokasi pementasan Emprak
berada di area persawahan, gang-gang jalan desa atau halaman rumah warga.
sesuai dengan nilai-nilai filosofi, historis dan estetis dan nilai religi. Menurut
Widjiningsih (1982: 2), untuk membuat kostum yang baik, ada beberapa hal yang
3
proporsinya serta dibuat dari bahan yang sesuai. Jika menggunakan bahan yang
bermotif, sebaiknya dipilih motif yang sesuai dengan makna yang terkandung dari
isi cerita yang akan dimainkan agar tidak menghilangkan unsur kebudayaannya.
desa yang masih kental unsur kesahajaannya. Awalnya kostum yang digunakan
pemain emprak adalah kaos dan celana pendek kolor, namun beriringnya waktu
Kostum yang dipakai saat ini merupakan hasil pemberian dari Pemerintah
Kabupaten Jepara.
Akhirnya kesenian Emprak saat ini menjadi sarana hiburan bagi masyarakat
pedesaan. Sampai saat ini Emprak masih mendapat tempat di hati masyarakat,
mendalam tentang “Kajian Makna dan Nilai Estetis Kostum pada Pertunjukan
kesenian tradisional, tidak terlepas dari tata kostum yang dipergunakan. Dari
sumber tradisi itulah berbagai ekspresi seni bisa dikembangkan ke dalam bentuk-
bentuk lain yang bersifat kreasi dan modern. Oleh karena itu, penelitian ini
dilaksanakan untuk mengetahui tentang makna dan nilai estetis kostum dalam
(1) Bagaimanakah kostum pada pertunjukan Emprak Sido Mukti di desa Kepuk,
(2) Bagaimana makna dan nilai estetis kostum pada pertunjukan Emprak Sido
Tujuan yang ingin dicapai oleh peneliti dalam penelitian ini, adalah untuk:
(2) Mendeskripsikan makna dan nilai estetis kostum pada pertunjukan Emprak
(1) Teoretis
Secara teoretis hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi dalam
keilmuan.
(2) Praktis
Secara praktis hasil penelitian ini: (a) dapat dijadikan sebagai bahan
masukan dalam seni pertunjukkan terkait dengan makna kostum dan nilai
estetisnya; (b) dapat dijadikan bahan rujukan bagi penelitian selanjutnya; dan (c)
secara pribadi, bagi peneliti dapat memberikan pengetahuan tata busana kesenian
tradisional.
Skripsi yang akan disusun terdiri dari bagian awal, bagian isi dan bagian
kelulusan, motto dan persembahan, prakata, sari, daftar isi daftar tabel, daftar
Bagian isi terdiri dari lima bab. Bab 1. Pendahuluan, akan dijelaskan
dilakukan. Landasan Teoretis berisi tentang teori tentang makna dan nilai estetis,
penelitian, data dan sumber data, teknik pengumpulan data, teknik analisis data
dan tenik pemaparan hasil analisis data. Bab 4. Hasil Penelitian dan Pembahasan
makna dan nilai estetis kostum yang digunakan. Bab 5. Penutup, berisi tentang
unsur yaitu tarian, musik dan lakon. Seni pertunjukan ini merupakan kesenian
cermin dari sebagian sifat masyarakat pedesaan, terjelma dalam Slawatan Angguk
Rame. Penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Soemaryatmi
Emprak Sido Mukti ini ditinjau dari makna dan nilai estetika kostum yang
digunakan.
makna simbolik yang terkandung pada tari Bedhaya Tungga Jiwa. Hasilnya
menunjukkan bahwa makna simbolik terdapat pada gerak, pola lantai, kostum,
iringan tari dan properti yang sesuai dengan kondisi sosial budaya Kabupaten
penelitian yang dilakukan Pebrianti (2013) ini lebih luas cakupannya, sedangkan
penelitian tentang Emprak ini dalam kajian makna dan nilai estetika kostum yang
dipakai.
sebagai media ritual yang di dalamnya terdapat siar agama yang sangat diperlukan
oleh masyarakat dan sebagai media ekspresi estetis bagi para penari, pemusik dan
Sidomukti lebih fokus pada kajian kostum dari sudut makna dan nilai estetisnya.
mengenai yang ‘baik’ dan ‘indah’ dalam kesenian (Sedyawati, 2012: 364). Uraian
mengenai hal tersebut dapat dilihat pada operasi terhadap karya-karya seni itu
sendiri, baik ketika diciptakan maupun ketika diserap dan dinikmati. Wacana
Yunani kuno. Sedangkan nilai, dalam arti seni adalah bagaimana orang melihat
karya seni atau kegiatan berkesenian dalam kerangka fungsi-fungsi sosial yang
dipenuhinya.
9
dipandang baik dan indah, yang dipadu dalam pertunjukan tarian emprak
mempunyai nilai yang sangat baik untuk kehidupan sehari – hari di Desa Kepuk
Kecamatan Bangsri .Nilai estetika tersebut terkandung pada kostum yang dipakai
suatu daerah atau lokalitas tertentu, serta pada umumnya dapat tetap hidup pada
daerah yang memiliki kecenderungan terisolir atau tidak terkena pengaruh dari
masyarakat luar. Tradisional artinya sikap dan cara berpikir maupun bertindak
yang selalu berpegang teguh pada norma dan adat kebiasaan yang ada secara
turun-temurun. Jadi, dalam konsep ini ada acuan waktu. Selain masalah waktu,
konsep ini mengabaikan batasan norma dan adat kebiasaan mana yang diacu
tradisional dapat dikategorikan dalam lima cabang, yaitu: (a) Seni Rupa, meliputi
seni ukir, seni lukis, dan seni tatah, (b) Seni Tari, meliputi wayang kulit, jatilan
reog, (c) Seni Sastra, meliputi puisi dan prosa, (d) Seni Teater Drama, meliputi
yang tak terpisahkan dari kehidupan dalam masyarakat yang penuh makna (Hadi,
2010). Hapsari (2013: 139) menegaskan bahwa seni merupakan proses dari cipta,
10
rasa dan karsa. Menurut Bastomi (1992: 10), seni merupakan penjelmaan rasa
indah yang terkandung dalam jiwa orang, dilahirkan dengan perantaraan alat-alat
komunikasi dalam bentuk yang dapat ditangkap oleh indera dengar (seni musik),
indera pandang (seni lukis), atau dilahirkan dengan perantaraan gerak (seni tari),
oleh karena itu seni merupakan hasil aktifitas kreatif seseorang, maka seni
hidup masyarakat dalam suatu etnis tertentu. Kesenian tradisional adalah suatu
karya seni yang patuh pada asas, stereotip, dan memegang teguh ketentuan yang
ada sehingga kreatifitas sulit untuk dibentuk, berbeda dengan seni modern yang
haus akan perubahan dan amat menghargai inovasi dan kreasi. Kesenian
tradisional ini adalah karya yang dihasilkan oleh suatu kelompok masyarakat yang
selanjutnya harus menjaga dan melestarikan agar suatu identitas suku bangsa tetap
moyang yang diwariskan secara turun temurun merupakan suatu bentuk kesenian
yang sangat menyatu dengan masyarakat, sangat berkaitan dengan adat istiadat
dan berhubungan dengan sifat kedaerahan. Kesenian tradisional yang tumbuh dan
kehidupan masyarakatnya.
11
tradisional adalah suatu bentuk seni yang bersumber dan berakar serta telah
dirasakan sebagai milik sendiri oleh masyarakat yang berada di lingkungan tempat
termasuk nilai kehidupan tradisi, pandangan hidup, pendekatan falsafah, rasa etis
sebuah tradisi yaitu adat, dengan mengikat diri pada masyarakat lama menjadi
sebuah tradisi, yaitu memuja pandangan dan praktek lama serta menjaga supaya
luar.Seperti halnya emprak Sido mukti yang lahir dari budaya daerah yang ada
merupakan bagian dari lingkungan kehidupan yang bulat yang tidak terbagi-bagi
dan mulai ada sejak masyarakat feodal, terpelihara dalam istana raja-raja dan telah
yang tumbuh dari kalangan rakyat secara langsung, dari masyarakat kecil yang
daerah-daerah pada umumnya dapat berkreasi dengan seni sederhana, spontan dan
raya atau acara bersih desa, hal ini merupakan ciri-ciri dari kesenian tradisional
13
sangat lambat karena dinamika masyarakat pada waktu itu sangat rendah.
a) Segi Geografis: wilayah atau ruang penyebaran dari seni tradisional akan
penggemarnya.
b) Fungsi Sosial: daya tarik dari pertunjukan rakyat terletak pada kemampuannya
akan memahami kembali nilai-nilai dan pola perilaku yang berlaku dalam
lingkungan sosialnya.
pada pria dan wanita, diantara lapisan atas dan bawah, serta antar golongan tua
dan muda.
tardisional memiliki fungsi sebagai sarana ritual dan sebagai hiburan. Di negara-
kalangan masyarakat yang dalam tata kehidupannya masih mengacu pada nilai-
nilai budaya agraris. Secara garis besar seni pertunjukan ritual memiliki ciri-ciri
khas yaitu: (a) Diperlukan tempat pertunjukan yang terpilih, yang biasanya
dianggap sakral; (b) Diperlukan pemilihan hari serta saat yang terpilih yang
biasanya juga dianggap sakral; (c) Diperlukan pemain terpilih, biasanya mereka
yang dianggap suci, atau yang telah membersihkan diri secara spiritual; (d)
macamnya; (e) Tujuan lebih dipentingkan daripada penampilan secara estetis, dan
participation). Dalam jenis seni tari yang berfungsi sebagai hiburan pribadi, setiap
orang penikmat memiliki gaya pribadi sendiri-sendiri. Tak ada aturan yang ketat
untuk tampil di atas pentas. Biasanya asal penikmat bisa mengikuti irama lagu
akan tercipta. Ketiga, Seni pertunjukan yang berfungsi sebagai presentasi estetis.
Sistem manajemen seperti ini lazim disebut pendanaan yang yang ditanggung
mengandung nilai-nilai seni pada kesenian emprak Sido Mukti. Adapun fungsi
yang lain adalah fungsi geografis karena terdapat didaerah tertentu dengan banyak
ini, tradisi yang diwariskan pun tumbuh bersama masyarakat yang ingin
ditengah-tengah masyarakat, maka akan memberi kehidupan yang baru bagi para
pada seni tradisi, kecenderungan perubahan yang bersifat umum yang tampak
melakukan perubahan pada bagian atau unsur tertentu dari pertunjukan tersebut.
16
ciri khas identitas atau kepribadian baru bagi suatu bangsa. Mengusung
nilai tradisi yang tumbuh di masyarakat dan terus dibina secara bersama-sama
Dijelaskan oleh Narawati (Ahmad, 2011: 29), apabila seni tradisi sudah
berkembang menjadi seni pertunjukan yang dapat diterima oleh masyarakat, maka
jarang seni pertunjukan tradisi untuk kebutuhan upacara tertentu (bersifat sakral)
motivasi baru. Maka perlu adanya pembinaan sehingga menjadi seni pertunjukkan
Emprak Sido Mukti yang dipadu dengan kostum yang indah akan memberi daya
sesuatu yang dilihat dan didengar. Hal tersebut dipertegas oleh Murgiyanto (1996:
49) seni pertunjukan meliputi berbagai macam tontonan, semua tontonan dapat
tontonan harus memenuhi empat syarat pertunjukan yaitu: 1) harus ada tontonan
serta dan lakon yang mengangkat sebuah tema berupa cerita tentang kehidupan
18
dengan maksud memberikan pesan moral kepada masyarakat. Dilihat dari ciri-ciri
Bentuk penyajian terdiri dari elemen-elemen pelaku gerak pada pola lantai, musik
iringan dan tembang, tata rias, tata busana serta waktu dan tempat pertunjukan.
Dengan demikian bentuk dan penyajian tari akan berkaitan dengan elemen-elemen
1. Pelaku
seniman yang terlibat langsung atau tidak langsung dalam mengetengahkan atau
menyajikan bentuk seni pertunjukan. Bentuk penyajian tari tertentu ada yang
melibatkan pelaku laki-laki atau pelaku wanita dan menampilkan pelaku laki-laki
bersamaan dengan pelaku wanita. Demikian pula halnya dengan usia atau umur
seni pertunjukan juga bervariasi, yaitu anak-anak, remaja, dan orang dewasa.
kelompok (Cahyono, 2002: 79). Pelaku emprak terdiri dari pemain lakon,
waranggono yang sekaligus sebagai pemain lakon dan pemain musik berupa
gamelan.
19
2. Unsur Gerak
penggarapan. Gerak yang dilakukan sehari-hari atau gerak wantah diolah menjadi
gerak tari. Menurut Murgiyanto (1992: 4) bahwa tidak semua gerak dapat
dikatakan bahan penyusunan tari atau merupakan gerak tari. Setiap gerak dapat
(pengindahan) atau distorsi (perubahan) dari bentuknya yang biasa. Unsur gerak
tari juga mewarnai kesenian Emprak. Unsur gerak tari pada kesenian Emprak
tidak mendominasi dan tidak ada patokan gerak tari yang digunakan, karena
3. Kostum
tari. Kostum yang baik bukan hanya menutup tubuh saja tetapi mendukung desain
ruang disaat penari sedang menari (Jazuli, 1989: 16). Kostum yang dipakai
rompi berwarna biru. Bagian penutup kepala pula berupa topi bayi. Bagian bawah
berupa celana dengan warna yang sama, dan ditutup dengan jarik yang diikat
4. Musik
20
Musik iringan dalam tari merupakan sarana pendukung yang tidak dapat
dipisahkan dengan yang lainnya karena keduanya berasal dari sumber yang sama.
Fungsi iringan dalam tari menurut Jazuli (1989: 9) antara lain: 1) sebagai
pengiring tari maksudnya dalam musik yang dapat berperan untuk mengiringi
suatu tarian saja sehingga tidak banyak menentukan atau lebih mengutamakan isi
tari; 2) sebagai pemberi suasana tari seperti suasana sedih, gembira, tegang,
memberi suasana pada saat tertentu jika dibutuhkan pada suatu garapan tari.
adalah terbang atau rebana besar, rebana kecil, kentongan pada awalnya dan
dalam perkembangan saat ini alat musik yang digunakan bertambah semakin
modern. Menurut hasil penelitian Kristanto (2012), ada beberapa alat musik yang
digunakan yaitu kendang, rebana, demung, saron, bonang, kenong, kempul, gong,
pemainnya dalam hal usia bervariasi, kostum cenderung sederhana kocak atau
lucu. Peralatan music yang digunakan: terbang atau rebana besar, rebana kecil dan
Pakaian yang digunakan biasanya disesuaikan dengan kesempatan pada saat itu,
yang biasanya digunakan untuk pertunjukan tari. Kostum dapat berupa pakaian
secara umum atau gaya berpakaian tertentu pada masyarakat atau periode tertentu.
Istilah ini juga berhubungan dengan pengaturan artistik aksesoris pada gambar,
patung, puisi sesuai dengan jaman, tempat atau keadaan (Surtiretna, 1993: 27).
Menurut Soedarsono (1978: 34) dalam lingkup dunia tari, kostum dapat
dikatakan sebagai segala sesuatu yang menutupi tubuh penari. Sesuai dengan
proporsi tubuh, maka kostum pun memiliki bagian-bagiannya yaitu bagian kepala
(penutup kepala), badan bagian atas (baju), dan badan bagianbawah (kain dan
celana). Menurut Soedarsono (1978: 34) secara umum warna kostum yang dipilih
warna tata rias wajah dan rambut sehingga terbentuk suatu kesatuan di dalam
penerapan tokoh atau karakter yang akan dimunculkan. Kostum merupakan unsur
pelengkap yang tidak kalah pentingnya untuk menunjang kreasi antara kostum,
tatarias wajah, hiasan dan asesoris. Kostum yang pertama kali tampak membantu
atau mengubahnya menurut keperluan pemeran atau pemain. Kostum dan make-
up merupakan sesuatu yang berkaitan satu sama lainnya. Kostum dan make-up
22
merupakan element secara fisik dan simbolik yang paling dekat dengan seseorang
Menurut Nelot (2009: 22), fungsi kostum dalam pagelaran adalah untuk
dramatik.
lebih indah dari penampilan sehari-hari. Kostum pagelaran dibuat secara khusus
dan dilengkapi dengan asesoris sesuai kebutuhan pagelaran. Kostum juga dapat
membedakan satu dengan yang lain dalam pagelaran, menampilkan tokoh dengan
karakter yang berbeda dan latar belakangnya. Melalui kostum, karakter seseorang
dapat dilihat. Perbedaan karakter dalam kostum dapat ditampilkan melalui model,
bentuk, warna, motif, dan garis yang diciptakan. Kostum bukan sebagai
adegan dalam lakon. Gerak pemain akan lebih ekpresif dan dramatik dengan
menjelaskan tentang makna simbolik dari berbagai warna, seperti tercantum pada
Tabel 2.1.
23
Berdasarkan tabel tersebut, maka warna kostum yang dipakai oleh pelaku seni
ditampilkan.
artistic aksesoris artinya warna yang dipilih memiliki makna teatrikal dan
sentuhan emosional, perpaduan warna, tata rias dalam kesatuan penerapan tokoh
24
atau karakter. Paduan Emprak Sido Mukti dengan paduan kostum sangat artistik
(Bastomi, 1990: 42). Seni pertunjukan diadakan agar dapat dinikmati oleh
masyarakat. Jadi seni pertunjukan lahir dari masyarakat dan ditonton oleh
keliling yang terdiri dari enam orang dengan alat musik kendang besar dan kecil
seniman dari negeri Arab yang masing masing membawa alat musik terbang,
peralatan yang terbuat dari bambu yang dibelah/dipecah pada ujungnya, hingga
masyarakat yang merupakan perpaduan dari musik, gerak (tari) dan peran (lakon)
dengan mengangkat sebuah tema berupa cerita tentang kehidupan dengan maksud
agama Islam. Kesenian Emprak yang dipopulerkan oleh Kyai Derpo Tahun 1927.
Awalnya kesenian ini berasal dari Pleret, Gamping, Sleman Daerah Istimewa
(sejarah) Nabi.
kentongan dan rebana) merupakan kolaborasi antara musik, cerita banyolan, tari
sebagai sarana hiburan dan sarana komunikasi (Moeshadi, 1989: 6).Agama Islam
Dipandang dari sudut budaya, kesenian Emprak Sido Mukti merupakan kesenian
jawa.Pertunjukan Emprak Sido Mukti ini terangkum menjadi satu dari seni tari,
seni suara dan seni drama yang dipentaskan dalam satu lakon.
Emprak jaman dulu dimainkan oleh 9-15 orang dan semuanya laki-laki,
bila ada peran wanita, maka sebagian pemain berdandan seperti wanita. Alat
musik yang digunakan berupa terbang (rebana) besar, rebana kecil dan
kentongan. Pakaian pemain adalah kaos, sarung dan koplak (topi bayi). Rias
wajahnya ala kadarnya yang penting dapat menghibur penonton dan waktu
dari laki-laki dan perempuan. Laki-laki yang berdandan peremuan juga masih ada
kecil, kentongan dan ditambah alat musik modern seperti orgen, gitar dan suling.
Pakaian yang digunakan berupa rompi dan celana panjang atau sarung. Rias wajah
cenderung bagus, namun tetap memberikan kesan lucu. Waktu pementasan pada
malam hari dengan durasi semalam suntuk dan disesuaikan dengan permintaan.
kawin lari, kawin paksa, perselisihan rumah tangga, yang diakhiri dengan pesan-
pesan moral dan hikmah yang terkandung dalam cerita yang dipentaskan. Cerita
norma dan politik. Pola pemainannya terdiri dari musik pembuka, tarian khas
Mukti merupakan perpaduan budaya jawa dan arab yang dipopulerkan oleh kyai
Dipo dari Jepara.Seni ini pada mulanya berpijak pada budaya “islam” dengan
seni tari dan kostum sederhana kocak atau lucu yang dulu dimainkan 9-15 orang
dan sekarang 5 orang menjadikan seni petunjukkan ini sangat memikat atau punya
lagu (tembang), gerak tari dan lakon (cerita) memiliki fungsi menghibur
bonang, gong, slenthem) ditambah dengan rebana, drum serta goprak sebagai ciri
khas emprak. Gerak tari dimainkan pelaku atau pemain meliputi pemain laki-laki
Jawa (Sinden). Unsur lakon merupakan inti dari Emprak, karena selama
memiliki makna dan nilai estetis yang tersirat untuk secara mendalam perlu
sebagai berikut.
28
Emprak
Sido Mukti
Makna dan
Nilai Estetis
membahas tentang makna dan nilai estetis kostum pada pertunjukan Emprak Sido
Mukti yang telah digarap, dibuat dan disajikan secara tertata dan berbeda dari
Sejarah kesenian Emprak Sido Mukti dari awal terbentuk sampai sekarang
masih tetap eksis dalam berkesenian. Struktur organisasi yang dibuat agar
kesenian Emprak Sido Mukti dapat dikelola dengan baik dan memiliki
manajemen yang tertata, baik dari pemasaran maupun dari organisasi itu sendiri.
BAB V
5.1 Simpulan
secara historis merupakan suatu bentuk kesenian yang cikal bakalnya adalah suatu
ungkapan rasa syukur dan suka cita para petani atau masyarakat yang telah sukses
(keindahan) dalam ragam iringan gamelan yang didukung dengan ragam gerak
dan yang masih murni yaitu Plaungan, unsur lagu-lagu yang dibawakan, tarian,
tata busana dan properti lainnya. Hal tersebut membuktikan bahwa masih terdapat
zaman.
Kostum pemain laki-laki adalah baju putih diberi rompi warna biru atau
merah. bagian bawah berupa celana dengan warna yang sama dengan rompinya
dan balut dengan jarit serta diikat dengan kendit. Bagian kepala menggunakan
kehidupan di masyarakat Kepuk yang sebagaian besar sebagai petani. Warna putih
ingat kepada Sang Pencipta, warna biru melambangkan kedamaian, terbukti dari
79
80
memberikan pengaruh pula pada kostum dan tata rias yang digunakan pemain.
Topi bayi yang dipakai sebagai asesoris agar terlihat lucu, kocak untuk menarik
penonton dan dilengkapi dengan tata rias di wajahnya yang menyerupai badut.
5.2 Saran
dibarengi dengan peningkatan kualitas baik penabuh, penari dan peralatan yang
ada serta semua yang terlibat di dalamnya sehingga kesenian tradisional Emprak
tetap melekat di hati masyarakat mengingat kesenian modern sekarang ini terus
berkelas.
kelompok kesenian Emprak Sido Mukti terus berbenah diri dari sisi peralatan
musik hendaknya bisa dipadukan dengan alat musik modern misalnya keyboard
dan lain sebagainya sehingga akan lebih harmonis lagi dalam penyajian alunan
gending atau lagu-lagu seperti halnya pertunjukan wayang kulit purwo sekarang
baik teknis maupun non teknis agar kesenian tradisional Emprak ini dapat lebih
baik lagi dan jika memungkinkan setiap ada event baik tingkat kabupaten,
propinsi maupun tingkat Nasional (regional maupun nasional) agar diikut sertakan
(sejarah, nilai-nilai estetika, penari, musik dan lain sebagainya) sebagai dokumen
DAFTAR PUSTAKA
Moleong. 2012. Metode Penelitian Kualitatif (edisi revisi). Bandung: PT. Remaja
Rosda Karya
Pebrianti, S.I. 2013. “Makna Simbolik Tari Bedhaya Tunggal Jiwa”. Harmonia:
Jurnal Pengetahuan dan Pemikiran Seni. Vol 13, No 2. Halaman: 120-
131.
Sedyawati, Edi. 2012. Budaya Indonesia Kajian Arkeologi, Seni, dan Sejarah.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
83