i
ii
iii
iv
v
MOTTO
PERSEMBAHAN
vi
ABSTRAK
Sri Sulastri Arif, 2018. Analisis Semiotika Tari Pa’bitte Passapu Pada
Upacara Pelantikan Labbiriyah di Desa Possitanah Kecamatan Kajang Kabupaten
Bulukumba (Perspektif Teori Roland Barthes). Skripsi Fakultas Seni dan Desain
Universitas Negeri Makassar.
Penelitian ini bermaksud untuk menambah pengetahuan tentang semiotika
(denotasi) ragam gerak tari Pa’bitte Passapu dan kostumnya melalui teori Roland
Barthes, untuk menjawab permasalahan yaitu, 1) denotasi ragam gerak 1-12 Tari
Pa’bitte Passapu, 2) makna (denotasi) kostum Tari Pa’bitte Passapu pada upacara
Pelantikan Labbiriyah di desa Possitanah Kecamatan Kajang. Penelitian ini
menggunakan penelitian kualitatif, melalui wawancara, observasi, dan
dokumentasi. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa 1) Denotasi pada ragam gerak
pertama diambil dari lantunan syair yang membuat penari membentuk fomasi
melingkar (pemanasan untuk ayam yang akan bersabung) disusul dengan ragam
kedua yang memiliki makna memberi makan ayam, lalu ragam ketiga yang sedang
mencar lawan kemudian ragam keempat saling memperkenalkan ayam, ke lima
menukar ayam, keenam saling menyerang, ragam ke tujuh yaitu kaki ayam
sabungan akan diselipkan sebuah pisau kecil, ragam ke delapan sedang
membacakan mantra untuk ayam sabungan, kesembilan ayam yang sedang
bersabung, kesepuluh pertanda ayam sabungan sedang sekarat, keseblas pertanda
salah satu pesabung telah memenangkan pertarungan dengan meminta upah dari
taruhan tersebut dan yang kedua belas puncak dari pertarungan dengan yaitu
terjadinya perkelahian antara pemenang dengan petarung ayam yang kalah, 2)
kostum tari Pa’bitte Passapu ialah keseluruhannya berwarna hitam yang bermakna
kesederhanaan, kesamaan, kesamarataan dan sebagainya, serta passapu yang
dikenakan oleh penari disimbolkan sebagai jengger dan ayam, dengan manusia atau
masyarakat Kajang punya kedekatan yang saling melengkapi satu sama lain. Serta
inti pada penelitian ini mengetahui adanya arti simbol penanda, petanda (denotasi)
dari setiap ragam gerak dan makna (denotasi) kostum tari Pa’btte Passapu melalui
perspektif semiotika Roland Barthes.
Kata kunci: Semiotika, Denotasi, Pa’bitte Passapu.
vii
KATA PENGANTAR
Tak lupa salawat serta salam, tetap tercurahkan kepada junjungan Nabi kita
Muhammad Sallallahu Alaihi Wasallam sebagai suri tauladan dan sumber inspirasi
dalam berbagai aspek kehidupan dunia maupun akhirat setiap insan termasuk
penulis, aamiin.
Penulis menyadari karya ilmiah ini terwujud tidak terlepas dari dukungan
dan bantuan banyak pihak. Melalui tulisan ini, penulis menyampaikan ucapan
terima kasih yang tulus, teristimewa kepada kedua orang tua tercinta, Ibu Murniati,
S.Pd. SD., dan Ayah Muh Arifuddin, S.Pd. I., tercinta yang telah mengasuh,
membimbing dan membiayai penulis selama dalam pendidikan hingga selesainya
skripsi ini, kepada mereka penulis senantiasa memanjatkan doa semoga Allah SWT
membahagiakan mereka serta mengasihi dan mengampuni mereka. Oleh karena itu,
pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Ir. H. Husain Syam, M.TP., IPU., ASEAN Eng., selaku Rektor
Universitas Negeri Makassar beserta Wakil Rektor yang telah menyediakan
fasilitas perkuliahan.
2. Kepada Dekan Fakultas Seni dan Desain bapak Dr. Tangsi, M. Sn., dan Wakil
Dekan yang telah menyediakan sarana dan fasilitas di dalam kampus.
viii
3. Kepada Ketua Prodi ibu Dr. Syakhruni, S.pd., M.Sn., serta Ketua Jurusan Seni
Pertunjukan ibu Dr. Sumiani, M.Hum., yang telah membantu melancarkan
jalannya skripsi ini dengan memberikan arahan dan tanda tangan
persetujuannya.
4. Kepada dosen pembimbing saya ibu Dr. Johar Linda, M.A dan ibu Bau
Salawati, S.Pd., M.Sn., yang senantiasa selalu mendamping dan memberikan
arahan kepada saya sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
5. Kepada para dosen penguji ibu Dr. A. Jamilah, M.Hum., dan ibu Rahma M,
S.Pd., M.Sn., yang telah memberikan masukan dalam penulisan skripsi ini agar
menjadi lebih baik.
6. Kepada Bapak dan Ibu Dosen serta Pegawai dilingkungan Universitas Negeri
Makasaar khususnya pada Fakultas Seni dan Desain, yang memberikan ilmu
pengetahuan bagi penulis sehingga dapat menyusun Skripsi ini.
7. Kepada saudara saya kak Dedy Riswadi Arif, S.kep dan kakak ipar saya Sri
Yulfa Mulvika, S.keb yang selalu merawat dan mendukungku dari jauh dalam
menyelesaikan skripsi ini.
8. Kepada senior saya kak Jusriadi Kahar, S.Sn dan Kak Fadil sebagai informan
atau narasumber serta adik-adik Sanggar Seni Budaya Turiolo Kajang yang
membantu dalam proses pendokumentasian.
9. Kepada sahabat saya Nurul Masita Anwar dan Miftahul Jannah, S.I.P yang
selalu ada menyempatkan diri untuk memberikan bantuan serta tak lupa juga
selalu memberikan semangat saat penulis merasa stres dan membutuhkan
rangkulan serta motivasi hidupku bahwa orang baik dan tulus itu ada.
10. Kepada teman-teman lainnya seni tari angkatan 2018 dan berbagai pihak
lainnya yang tidak sempat penulis sebutkan satu-persatu semoga amal baiknya
mendapatkan pahala dari Tuhan Yang Maha Esa.
ix
Penulis menyadari bahwa penulisan karya ilmiah ini masih banyak
kekurangan, oleh karena itu, saran dan kritik dari pembaca sangat penulis
harapkam. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat sebagaimana mestinya.
Penulis
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………………….………....………………………i
PERSETUJUAN PEMBIMBING .....................Error! Bookmark not defined.
SURAT PERNYATAAN ..................................Error! Bookmark not defined.
PERSETUJUAN PUBLIKASI UNTUK KEPENTINGAN
AKADEMIK…………………………………………………………..……..iv
PENGESAHAN SKRIPSI……………………………………………….…...v
MOTTO ......................................................................................................................vi
ABSTRAK .................................................................................................................vii
KATA PENGANTAR .............................................................................................. viii
DAFTAR ISI ...............................................................................................................xi
PENDAHULUAN ...................................................................................................... 1
A. Latar Belakang .................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................... 3
C. Tujuan ................................................................................................................. 4
D. Manfaat Penelitian .............................................................................................. 4
BAB II ......................................................................................................................... 5
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR ................................................. 5
A. Tinjauan Pustaka ................................................................................................. 5
1. Penelitian Terdahulu ........................................................................................... 5
2. Deskripsi Konsep ................................................................................................ 6
2) Semiotika Roland Barthes ................................................................................... 7
3. Pengertian Tari .................................................................................................. 10
4. Tari Pa’bitte Passapu ........................................................................................ 11
B. Kerangka Pikir .................................................................................................. 13
METODE PENELITIAN .......................................................................................... 15
A. Jenis Penelitian.................................................................................................. 15
B. Lokasi Penelitian ............................................................................................... 15
C. Desain Penelitian .............................................................................................. 16
D. Sumber Data...................................................................................................... 17
E. Teknik Pengumpulan Data ................................................................................ 17
F. Teknik Analisis Data......................................................................................... 19
xi
BAB IV ..................................................................................................................... 20
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN......................................................... 20
A. Penyajian Hasil Penelitian ................................................................................ 20
1. Gambaran Umum Desa Possitanah dan Masyarakat Kajang ............................ 20
2. Pa’bitte Passapu dan Upacara Pelantikan Labbiriyah ....................................... 22
3. Tari Pa’bitte Passapu ........................................................................................ 27
B. Pembahasan........................................................................................................... 44
1. Analisis Teori Roland Barthes .......................................................................... 44
2. Tabel Semiotika (Denotasi) Roland Barthes Ragam Gerak dan Kostum Tari
Pa’bitte Passapu................................................................................................ 45
3. Denotasi Ragam Gerak Tari Pa’bitte Passapu .................................................. 50
4. Makna Denotasi Kostum Tari Pa’bitte Passapu ............................................... 57
BAB V....................................................................................................................... 59
KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................................. 59
A. Kesimpulan ....................................................................................................... 59
B. Saran ................................................................................................................. 60
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 61
LAMPIRAN .............................................................................................................. 63
xii
DAFTAR TABEL
xiii
DAFTAR GAMBAR
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
xv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
memiliki 10 kecamatan 24 kelurahan, dan 123 desa yang salah satunya yaitu
Kecamatan Kajang. Kajang juga terbagi menjadi dua yaitu, Kajang kawasan
luar dan Kajang kawasan adat (Tana Tona). Daerah Kajang luar adalah daerah
yang sudah menerima teknologi seperti listrik, perabot rumah tangga dan lain
sebagainya. Sedangkan kawasan Kajang dalam tidak ada sama sekali aliran
listriknya, bukan hanya itu saat ingin memasuki kawasan Kajang adat (Tana
Toa) kita tidak boleh memakai sandal karena itu dibuat dari teknologi modern.
Kawasan Kajang adat memiliki sebuah tarian yang sangat menarik dan
juga terkenal, yaitu Tari Pa’bitte Passapu. Konon tari ini mempunyai kaitan
dengan Lagaligo yang merupakan putra dari Raja Sawerigading yang sangat
gemar menyabung ayam. Tari ini sendiri merupakan warisan dari Raja
dijadikan taruhan dalam berjudi yaitu ayam. Pemenang taruhan ini pastinya
akan senang dan yang kalah akan tersiksa, sehingga raja dan kepala suku
berkata “kita tidak bisa membunuh tetapi juga tidak ada yang bisa dilakukan”.
Sehingga suatu ketika ada seseorang yang berkata kepada raja “apa yang bisa
kita lakukan dengan tidak berjudi tetapi juga tidak melupakannya”. Sehingga
ada seorang lagi yang langsung berkata itulah sehingga kita melakukan suatu
1
2
permainan (akkarena Pa’bitte Passapu), dan dari sinilah asal mulanya tari
Tradisi adu ayam atau sabung ayam cukup melekat pada masyarakat
asing lagi dengan tarian ini, karena tarian ini biasa ditampilkan dalam acara adat
penjemputan tamu kehormatan. Sekarang juga sudah biasa kita jumpai pada
Labbiriyah karena tari ini pernah ditampilkan di kegiatan tersebut pada tahun
2014, tari Pa’bitte Passapu ini bersifat sebagai hiburan dan juga bisa sebagai
sampai lima tahun. Acara pelantikan tersebut dilakukan hanya dalam sehari, dan
tidak semua orang yang menyaksikan tarian tersebut memahami apa maksud
3
dan tujuan yang telah disampaikan oleh penari. Diantara berbagai teori seni
yang ada, peneliti menggunakan teori semiotika yang berfokus pada teori
makna-makna yang terdapat dalam seni tari terutama pada makna gerakan tari
itu sendiri baik yang terlihat maupun yang tidak terlihat. Maka dari itu peneliti
berkeinginan untuk meneliti dan mencari tahu arti makna serta pesan yang
terkandung dalam setiap gerakan tari Pa’bitte Passapu. Peneliti mengambil teori
tersebut.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
Tujuan penelitian adalah sebagai berikut:
1. Menganalisis penanda dan petanda ragam gerak Tari Pa’bitte Passapu
pada upacara Pelantikan Labbiriyah di desa Possitanah Kecamatan
Kajang dari sudut pandang makna denotasi Roland Barthes.
2. Menganalasis makna (denotasi) kostum Tari Pa’bitte Passapu pada
upacara Pelantikan Labbiriyah di desa Possitanah Kecamatan Kajang
melalui teori Roland Barthes.
D. Manfaat Penelitian
A. Tinjauan Pustaka
1. Penelitian Terdahulu
Kajang” oleh Rahma M (2019) dalam jurnal ini memiliki rumusan masalah
yaitu bagaimana makna simbolik dalam gerak tari pabitte passapu pada saat
pada rumusan masalahnya yaitu, bagaiamana penanda dan petanda pada ragam
Barthes.
Kedua, jurnal yang dibuat oleh Indriawati, dkk (2016) dengan judul
“Nilai Estetis Tari Pa’bitte Passapu’ di Desa Tana Toa Kecamatan Kajang
Kabupaten Bulukumba” dalam jurnal ini membahas rumusan masalah yaitu apa
nilai estetis yang terkandung di dalam tari Pa’bitte Passapu’, kembali lagi ke
rumusan masalah pada penelitian ini sangat jelas perbedaannya yaitu peneliti
membahas bagaimana penanda dan petanda pada ragam gerak tari Pa’bitte
5
6
dengan topik kajian ini yaitu, Penelitian yang dilakukan oleh Hastari Mayrita
analisis pemaknaan tari gending sriwijaya dari segi gerak, musik, dan
membahas bagaimana penanda dan petanda pada ragam gerak tari Pa’bitte
tersebutlah menjadi salah satu contoh acuan untuk peneliti dalam mengkaji tari
Pa’bitte Passapu melalui perspektif teori semiotika dari Roland Barthes yang
lebih difokuskan terhadap penanda dan petanda serta makna kostum secara
denotatif/denotasi.
2. Deskripsi Konsep
1) Pengertian Semiotika
berarti tanda (Sudjiman dalam Sudjiman & Zoest, 1992: vii). Kata semiotika
berasal dari bahasa inggris semiotcs yang berarti ilmu tentang ‘tanda’ (Santosa,
1993: 2). Dalam penelitian ini semiotika yang dimaksud adalah ilmu yang
sebagai tanda. Tanda itu sendiri sebenarnya telah membentang luas di sekitar
7
kehidupan kita seperti pada gerak isyarat, lampu lalu lintas, sesaji dalam
Secara umum ada dua tokoh pelopor semiotika modern, yakni Charles
yang diminati Peirce cukup banyak, namun ia lebih cenderung interes dengan
bidang ilmu lebih penting dari yang lain dalam kaitannya dengan semiotika
(Nur Sahid, 2016: 3). Sementara Ferdinand de Saussure adalah seorang ahli
Seussure bahasa adalah ilmu tanda yang paling lengkap, sehingga dapat
dijadikan menjadi pokok kajian. Saussure mulai menyusun ilmu tanda dengan
ilmu baru yang disebut dengan semiologi (semiotika) (Nur Sahid, 2016: 4).
Dari beberapa teori diatas peneliti akan menggunakan teori Roland Barthes.
25 Maret 1980, Perancis. Ia adalah seorang penulis esai, kritikus sosial dan
8
asumsi dari suatu masyarakat tertentu dalam waktu tertentu (Sobur, 2003:
dengan lambang-lambang atau teks dalam suatu pesan, maka teori Barthes
langsung, pasti atau makna umum yang mutlak dipahami oleh banyak orang.
interaksi yang terjadi ketika suatu tanda bertemu dengan perasaan emosional
dari pembaca. Jadi, denotasi yaitu tanda Bahasa tersebut yang terdesak oleh
aspek makna konotasinya, dan konotasi merupakan arti tambahan atau arti
kedua yang digunakan terhadap sebuah kata, frasa, dan kalimat (Nur Sahid,
2019: 9).
tersebut tertuang dalam tiga buku yang ditulis oleh Roland Barthes yaitu: S/Z,
9
1. SIGNIFIER 2. SIGNIFIED
(Penanda) (Petanda)
3. DENOTATIVE SIGN
(Tanda Denotatif)
5. CONNOTATIVE
Tabel Roland Barthes diatas telah terlihat bahwa tanda denotatif (3)
terdiri dari penanda (1) dan petanda (2). Namun, pada saat bersamaan
denotatif juga penanda konotatif (4). Jadi, tanda konotatif tidak sekedar
berarti bagi penyempurnaan dari teori semiologi Saussure, yang berhenti pada
padanan denotatif.
makna khusus yang terdapat dalam sebuah tanda, dan pada intinya
10
55).
kata yang didasarkan atas perasaan atau pikiran yang timbul pada
263).
3. Pengertian Tari
Seni tari adalah salah satu cabang kesenian yang sangat melekat erat
dapat dilihat dari banyaknya tari modern yang sudah bermunculan dan eksis
pada saat ini. Namun disini peneliti akan membahas tentang salah satu tari
tari sebagai suatu gerak ritmis yang dapat menghadirkan karakter manusia
saat mereka bertindak. Pengertian seni tari menurut Atik Soepandi (1944)
adalah ekspresi jiwa manusia melalui gerak-gerak ritmis dan melodi yang
indah. Tari menurut Drs. Soedarsono adalah ekspresi jiwa manusia yang
Sulawesi Selatan, ialah suatu bentuk tari yang mengandung nilai-nilai luhur,
bermutu tinggi, yang dibentuk dalam pola-pola gerak tertentu dan terikat,
filosofis yang dalam, simbolis, religius dan tradisi yang tetap (Najamuddin
11
Munasiah, 1983: 13). Tari tradisional juga merupakan tari yang lahir dan
diciptakan secara turun temurun yang tidak diketahui siapa pencipta aslinya.
Dalam kehidupa seni tari di daerah Sulawesi Selatan, pada hakekatnya erat
dari sabung ayam. Maka dari itulah banyak anak raja dan juga pengawal
Tana Toa sampai saat ini dan hiburan di tempat tertentu. Tarian ini juga bisa
bersama kepala adat dan Ammatoa, ketika mereka sudah melakukan upacara
dan sudah di persilahkan untuk akkarena (bermain) barulah tari ini bisa
ditampilkan. Tari ini hanya ditarikan oleh laki-laki yang sudah dewasa atau
12
aqil balig, yang berjumlah minimal empat penari, maksimal delapan penari,
dua patunrung (pemain gendang) dan satu penyair. Namun sekarang hanya
hitungan hanya menggunakan rasa atau filing sendiri dari para penari.
Durasi dari tari ini sekitar lima menit, tetapi kalau ingin menarikanynnya
sedikit lama syairnyapun di ulang-ulang kembali. Akan tetapi tari ini juga
bisa di perankan oleh perempuan, hanya sebagai hiburan dan apabila mereka
B. Kerangka Pikir
Penanda Petanda
Kerangka Pikir dibuat berdasarkan apa yang akan diteliti, yaitu Analisis
semiotika Roland Barthes dari segi denotasinya (penanda dan petanda), adapun
14
rumusan masalahnya adalah pertama, bagaimana penanda dan petanda ragam gerak
tari Pa’bitte Passapu tersebut, kedua bagaimana denotasi penanda dan petanda
kostum tari Pa’bitte Passapu. Dari rumusan masalah yang telah diuraikan diatas
yang menjadi pokok permasalahannya yaitu denotasi dari ragam tari Pa’bitte
Seha, dan A’laga, sedangkan kostumnya terdiri dari Passapu, Baju Pokko, dan Tope
Le’leng. Dari semua pokok permasalahan yang ada diatas dapat tersimpulkan
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
penelitian dimulai dengan menyususn asumsi dasar dan aturan berpikir yang
B. Lokasi Penelitian
15
16
C. Desain Penelitian
Kesimpulan
D. Sumber Data
Sumber data adalah subjek dari mana data diperoleh, peneliti melakukan
sumber data secara kualitatif. Sumber data ini terbagi menjadi dua yaitu data
sekunder dan data primer. Data primer adalah data yang diperoleh peneliti
secara langsung (dari tangan pertama), sementara data sekunder adalah data
yang diperoeh peneliti dari sumber data seperti buku, artikel dll. Data yang
diperoleh peneliti dalam tulisan ini berupa sumber dari buku dan jurnal.
1. Studi Pustaka
2. Observasi
18
3. Wawancara
melalui tatap muka dan tanya jawab langsung antara peneliti dengan
makna dari setiap ragam tari Pa’bitte Passapu dan juga makna dari
4. Dokumentasi
berupa foto dan video, yaitu: Ragam gerak, alat musik, properti, dan
Teknik analisis data merupakan suatu proses atau upaya mengolah data
1. Analisis data pada penelitian ini yaitu dengan turun secara langsung
langsung peneliti juga melakukan pengamatan pada video tari dari hasil
Passapu.
Possitanah merupakan nama desa yang berasal dari satu situs bentuk
bangunan sakral oleh komunitas adat Kajang dengan berbentuk susunan batu
dalam ilmu arkeologi disebut sebagai batu temu gelang (stone enclosure).
Susunan dari batu temu gelang ini tersusun dari tumpukan batu-batu andesit
yang pipih dan ditumpuk tanpa menggunakan perekat. Indikasi unsur megalitik
ditandai dengan penempatan situs ini pada sebuah bukit Bongki atau bukit Sapo.
bersama. Selain itu, disitus ini juga biasanya dilakukan upacara pesta panen dan
yang berarti pusat jagad atau pusat tanah merupakan penjelmaan dari
Kajang Dalam/Kajang kawasan Adat Tana Toa dan Kajang Luar. Kehidupan
bercocok tanam dan budidaya hewan ternak (Hasanuddin, dkk, 2005: 55).
20
21
lahan yang ada di kawasan adat sudah memiliki aturan sendiri yang dibuat oleh
pemangku adat Tana Toa jadi tidak boleh dilakukan dengan sembarangan. Bagi
masyarakat dalam kawasan adat hutan merupakan elemen ekologi yang sangat
modern, misalnya tidak ada listrik, alat-alat perabot rumah tangga, dan
1) Pa’bitte Passapu
tari ini masih dilestarikan sampai sekarang. Pertunjukan tari Pa’bitte Passapu
dapat kita jumpai pada upacara adat pernikahan orang Kajang, pada saat
Panroli (upacara bakar linggis). Tarian ini merupakan bentuk pelestarian dari
kegemaran para bangsawan Bugis dan Makassar yang gemar menyabung ayam
awalnya dahulu kala yang disabung adalah manusia, namun itu dianggap
ayam.
dengan cerita Sawerigading yang merupakan putra dari raja Luwu Batara
Lattu’ dari kerajaan Luwu Purba, Sulawesi Selatan. Ia juga memiliki anak yang
mula tari Pa’bitte Passapu. Dalam sejarahnya ada dua versi mengenai kisah
merupakan seorang penjudi, yang ia judikan adalah ayam tetapi dia tidak selalu
tersebut, bahkan ia juga sudah memiliki ayam yang sabungan yang tidak
ayam sabungan dari negeri lain. Setelah ayamnya banyak mengalahkan ayam
mengalahkan ayamnya ini. Tiba akhirnya datanglah seorang raja yang juga
mempunyai ayam terkuat dan tidak ada yang mampu mengalahkannya, ia pun
ayam dimulai, terlihat ayam sabungan dari La Galigo sudah mulai melemah
itu dan memenggal lehernya lalu berkata “puli i manu a” yang artinya seri atau
ayam sama-sama mati. Sang rajapun tak tahan melihat ayamnya di bunuh
2019: 32).
Karaeng Kajang yaitu Raja Kajang Pertama yang menemukan tarian ini.
Diambil dari kisahnya saat ingin meminang wanita cantik yang ia damba-
dambakan dari negara tetangga, tetapi disaat yang bersamaan ada pula Raja
dari negara lain yang ingin mempersunting wanita tersebut. Sesuai dengan
budaya yang ada, apabila ada seorang wanita ingin dipersunting dengan dua
orang lelaki secara bersamaan maka harus dilakukan pertarungan atau saling
adu ketangkasan siapa yang menang maka ialah yang berhak meminang wanita
pertarungan berjalan lumayan lama tidak ada diantara mereka yang kalah dan
bahwa kedua Raja ini harus mencari ayam jago untuk disabungkan. Apabila
salah satu dari mereka ayamnya kalah maka harus mengundurkan diri dari
tersebut.
25
kesan yang mendalam yang tidak akan pernah ia lupakan semasa hidupnya
serta kejadian tersebut juga membuat para pengikut dan juga masyarakatnya
lama kenangan tersebut masih teringat oleh Karaeng Kajang, terbersitlah dihati
pada saat itu tidak ada ayam yang dapat disambungkan di hadapan Karaeng
Kajang. Salah satu dari merekanpun bertanya, “apa lani pa’bitte karaeng?”
(apa yang akan kita sabungkan Raja?) mendengar Karaeng Kajang dan para
sebagai simbol ayam jago yang sedang disabung, dan akhirnya mereka
Possitanah
biasa kita kenal sebagai upacara pemilihan camat atau masyarakat Kajang lebih
upacara ini bukan di tempat yang biasanya orang laksanakan seperti didalam
ruangan atau gedung tertentu melainkan di dalam bebatuan yang tersusun atau
batu temu gelang yang melingkar di desa Possitanah. Batu pelantikan terdiri
dari dua buah batu yang berbentuk bulat pipih dan telah terkena campurtangan
dan juga berfungsi sebagai tempat duduk Ammatoa dalam upacara Pelantikan.
(Hasanuddin, dkk, 2005: 79). Kegiatan upacara ini hanya dilaksanakan setiap
sampai lima tahun. Acara pelantikan tersebut dilakukan hanya dalam sehari, dan
Kapolda sebagai tamu agung, yang dikala itu ternyata dia juga pernah menjabat
minimal 4 orang dan maksimal 8 orang penari, serta memiliki 12 ragam gerak
sebagai berikut:
a) Ragam Gerak
tangan kanan lebih tinggi dari tangan kiri. Antara jari telunjuk dan jari
sayap ayam terbuka. Lalu kaki kiri diangkat sejajar kaki kanan gerakan
jarum jam dengan tetap pada pola lingkaran tersebut. Ragam ini diulang
sebanyak 3 kali.
28
tangan kanan serta kaki kanan penari berada di belakang kaki kirinya.
para penari saling maju satu sama lain untuk memutari lawannya.
30
kaki di ragam sebelumnya, pada ragam ini jari telunjuk tangan kiri
satu sama lain. Selanjutnya para penari memancing ayam lawan dengan
pasangan.
31
memegang bagian atas passapu atau ayamnya dan satu penari lagi
memenangkan pertarungan.
yang kalah tersebut sebanyak tiga kali, dikarenakan kalau ayam yang
menang ini tidak mampu mematuk sebanyak tiga kali mka pertarungan
dianggap seri.
penyabung tersebut.
36
1. Passapu
berwarna merah, juga dari segi bentuk dan warnanya sangat berbeda dengan
Patonro yang dari makassar, serta Passapu ini memiliki berbagai macam
38
2. Baju Pokko
Pa’bitte Passapu, kostum ini seperti baju masyarakat Kajang Adat pada
umumnyaa terkhusus laki-laki tetapi memiliki kain yang lebih tebal dan
melambangkan kesederhanaan.
39
Tope Le’leng atau sarung hitam juga merupakan salah satu dari
kostum tari Pa’bitte Passapu yang memiliki makna bagi orang Kajang
mereka, karena tope ini digunakan untuk kesehariannya serta dibuat atau
tenun tradisional. Tope le’leng juga menjadi salah satu ikon atau ciri
Musik iringan dalam tari Pa’bitte Passapu ada dua jenis yaitu
internal dan eksternal. Musik internal berasal dari syair yang dilantukan oleh
eksternal berasal dari alat-alat musik yang dimainkan oleh pengiring tari,
alat musik pengiring tari Pa’bitte Passapu yaitu dari tabuhan gendang
leluhur masyarakat Kajang dahulu kala yang senang akan berjudi tetapi kembali
diperingatkan agar tidak melakukan judi ayam atau persabungan ayam tersebut,
Bait pertama:
Hillee ee
E bosi memangmi kuklampa (sewaktu hujan datang, aku telah berangkat)
43
B. Pembahasan
langsung, pasti atau makna umum yang mutlak dipahami oleh banyak
dalam sebuah kata yang secara bebas memegang peran penting di dalam
ujaran. Makna denotasi bersifat langsung, yaitu makna khusus yang terdapat
dalam sebuah tanda, dan pada intinya dapat disebut sebagai gambaran
10) Ragam Tannang Ulu Manu Dua penari Penari yang satu
duduk sama- mematukkan
sama ayamnya
memegang sebanyak 3 kali
passapu.
kanan lebih tinggi dari tangan kiri. Antara jari telunjuk dan jari tengah
sayap ayam terbuka. Lalu kaki kiri diangkat sejajar kaki kanan gerakan
jarum jam dengan tetap pada pola lingkaran tersebut. Ragam ini diulang
sebanyak 3 kali.
diantara jari telunjuk dan jari tengahnya begitupun dengan tangan kanan
serta kaki kanan penari berada di belakang kaki kirinya. Para penari
1-10.
makan ayam.
mencari lawan.
Gerakan pada ragam ini sama saja dengan gerakan kaki di ragam
sebelumnya, pada ragam ini jari telunjuk tangan kiri dimasukkan pada
pemiliknya.
taji (piasu kecil) pada bagian kakinya. Satu penari memegang bagian
atas passapu atau ayamnya dan satu penari lagi membungkuk sedikit
memenangkan pertarungan.
kalau ayam yang menang ini tidak mampu mematuk sebanyak tiga kali
tersebut.
Pa’bitte Passapu.
Pada ragam ini penandanya yaitu salah satu penari yang dimintai
1) Passapu
denotasinya yaitu sebagai jengger seperti rambut diatas kepala ayam yang
berwarna merah, juga dari segi bentuk dan warnanya sangat berbeda dengan
ilmu dari seseorang serta Passapu ini memiliki berbagai macam bentuk
2) Baju Pokko
Baju pokko seperti baju masyarakat Kajang Adat pada umumnyaa terkhusus
laki-laki tetapi memiliki kain yang lebih tebal dan licin dengan lengan
panjang maupun pendek yang berwarna hitam serta makna dari warna
tersebut selain dari simbol kedalaman ilmu juga sebagai bentuk kesadaran
Tope Le’leng atau sarung hitam juga merupakan salah satu dari
kostum tari Pa’bitte Passapu yang memiliki makna (denotasi) bagi orang
Kajang yaitu sebuah kain yang wajib dan begitu penting dalam kehidupan
dibuat atau ditenun sendiri oleh perempuan Kajang dan masih menggunakan
alat tenun tradisional. Tope le’leng juga menjadi salah satu ikon atau ciri
A. Kesimpulan
makna langsung, pasti atau makna umum yang mutlak dipahami oleh banyak
interaksi yang terjadi ketika suatu tanda bertemu dengan perasaan emosional
pertama dalam sebuah kata yang secara bebas memegang peran penting di
dalam ujaran. Makna denotasi bersifat langsung, yaitu makna khusus yang
terdapat dalam sebuah tanda, dan pada intinya dapat disebut sebagai gambaran
sebuah pertanda.
2. Gerakan dalam tari Pa’bitte Passapu memiliki arti di setiap ragamnya, pada
penelitian ini penulis menjelaskan tentang (denotasi) dari setiap ragam gerak
tari Pa’bitte Passapu tersebut melalui teori semiotika Roland Barthes. Tari
kostumnya ini sama seperti pakaian masyarkat Kajang Adat pada umumnya
59
60
lain. Pada pembahasan ini penulis mendeskripsikan makna kostum tari Pa’bitte
B. Saran
Sejalan dengan fokus permasalahan penelitian, maka sebagai akhir tulisan ini
masyarakat agar eksistensi kesenian rakyat tetap terjaga dan sebagai hasil
budaya dan kesenian tari Pa’bitte Passapu kepada masyarakat luar sebagai
wujud kebudayaan daerah yang masih ada dan masih terjaga sampai
sekarang.
DAFTAR PUSTAKA
A. Sumber Tercetak
Dian, S., Veronica, E.I. 2012. Bentuk Penyajian Tari Ledhek Barangan Di
Kabupaten Blora. Jurnal Seni Tari, 1(1), 4.
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jst
Hasanuddin., Umar, F, A., Asfriyanto. (2005). Spektrum Sejarah Budaya dan
Tradis Bulukumba. Makassar: Hasanuddin University Press.
Indriawati., Rahma, M., Ihsan, A., Nilai Estetis Tari Pa’bitte Passapu’ di Desa
Tana Toa Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba. Diakses pada 20
Maret 2022. http://eprints.unm.ac.id/19215/1/JURNAL.pdf
Kahar, Jusriadi. 2019. “Eksistensi Tari Pa’bitte Passapu Di Kecamatan Kajang
Kabupaten Bulukumba”. Skripsi. Tidak Diterbitkan. Fakultas Seni Dan
Desain. Makassar: Universitas Negeri Makassar.
Najamuddin, Munasiah. (1983). Tari Tradisional Sulawesi Selatan. Ujung
Pandang: Bhakti Centra Baru.
Nugraheni., Y., E., Wayhyudi., D. (2013). Pengetahuan Tari. Banjarmasin: P3AI
Universitas Lambung Mangkurat.
Sahid, Nur. (2016). Semiotika untuk Teater, Tari, Wayang Purwa, dan Film.
Yogyakarta: Gigih Pustaka Mandiri.
Sahid, Nur. (2019). Semiotika untuk Teater, Tari, Film dan Wayang Purwa.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Setyobudi., Munsi, F. M., Setianingsih, P. D., Sugiyanto. (2007). Seni Budaya SMP
Jilid 2 Untuk Kelas VIII. Gelora Aksara Pratama: Erlangga.
……….(2004). Kesenian SMP Jilid 1 Untuk Kelas VII. Gelora Aksara Pratama:
Erlangga.
Wahyudiyanto. (2008). Pengetahuan Tari. Surakarta: ISI Press Solo.
B. Sumber Tidak Tercetak
61
62
Rahma, M. 2019. Makna Simbolik Tari Pabitte Passapu Pada Upacara Pernikahan
di Kecamatan Kajang. Diakses pada 20 Maret 2022.
https://ojs.unm.ac.id/semnasslemlit/article/viewFile/1139/6676
Raras Christian Martha. Mitos Gerwani, FIB UI, 2009. Diakses pada 20 Maret
2022. https://lib.ui.ac.id/file?file=digital/127434-RB16R38m-
Mitos%20Gerwani-Analisis.pdf
Sahara, Shafira. 2018. “Analisis Semiotika Tarian Randai Minangkabau di Unit
Lembaga Kesenian Universitas Sumatera Utara”. Skripsi. Program Studi
Ilmu Komunikasi. Medan: Universitas Sumatera Utara.
C. Informan
63
64
Biodata Narasumber
Usia : 58 tahun
Alamat : Kajang
Pekerjaan : Petani
67
Nama : Wahidin
Usia : 42 tahun
Pekerjaan : Kepala Sekolah dan Pembina Sanggar Seni Budaya Turiolo Kajang
68
Usia : 26 tahun
Alamat : Kajang
Pekerjaan : Wiraswasta
69
Usia : 23 tahun
Pekerjaan : Wiraswasta
70
SURAT-SURAT
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
Riwayat Hidup
Barabba, tamat pada tahun 2012. Ditahun yang sama penulis melanjutkan sekolah
di SMP Negeri 5 Bulukumba. Kemudian setelah tamat SMP pada tahun 2015
dinyatakan lulus pada tahun 2018, penulis melanjutkan pendidikan ke salah satu
perguruan tinggi yang ada di Makassar yaitu Universitas Negeri Makassar (UNM).