Anda di halaman 1dari 153

CARITA KUDA KOSONG DALAM EKSPRESI VISUAL MIXED MEDIA

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk mencapai Gelar Sarjana


S-1 Program Studi Pendidikan Seni Rupa FPSD

Oleh :
Maskanah
NIM 1507428

DEPARTEMEN PENIDIKAN SENI RUPA


FAKULTAS PENDIDIKAN SENI DAN DESAIN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2019
CARITA KUDA KOSONG DALAM EKSPRESI VISUAL MIXED MEDIA

Oleh

Maskanah

Skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana
pada Fakultas Pendidikan Seni dan Desain

©Maskanah

Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2019

Hak Cipta dilindungi oleh undang – undang

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian,

Dengan dicetak ulang, difotokopi atau cara lainnya tanpa izin penulis.
LEMBAR PENGESAHAN

MASKANAH
157428

CARITA KUDA KOSONG DALAM EKSPRESI VISUAL MIXED MEDIA

Disetujui dan disahkan oleh pembimbing :

Pembimbing

Dr. Ayat Suryatna. M.Si.


NIP. 196401031989011001

Pembimbing II

Ardiyanto, M.Sn.
NIP. 196907062008121002

Mengetahui :

Ketua Departemen Pendidikan Seni Rupa

Fakultas Pendidikan Seni dan Desain

Universitas Pendidikan Indonesia

Dr. Taswadi, M. Sn.

NIP. 196501111994121001
LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi penciptaan yang berjudul


“CARITA KUDA KOSONG DALAM EKSPRESI VISUAL MIXED MEDIA”
ini beserta seluruh isinya adalah benar- benar ciptaan karya saya sendiri, yang
didalamnya tidak ada hasil tiruan dari karya orang lain. Saya tidak melakukan
penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika ilmu
yang berlakudalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap
menanggung resiko atau sanksi apabila dikemudian hari ditemukan adanya
pelanggaran etika keilmuan atau mengklaim phak lain terhadap keaslian karya saya
ini.

Bandung, Agustus 2019

Penulis

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan Kepada Allah SWT, yang menciptakan
alam dan isinya sebagai mahakarya segalanya. Shalawat dan salam semoga selalu
tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, sosok manusia yang menjadi teladan
dimuka bumi ini.
Penulis mengangkat judul “CARITA KUDA KOSONG DALAM EKSPRESI
VISUAL MIXED MEDIA”, sebagai karya tugas akhir dalam menempuh ujian
sidang dalam menempuh ujian sidang program Sarjana Pendidikan Seni Rupa.
Skripsi yang dibuat penulis merupakan penciptaan karya seni rupa degan
teknik media campuran dengan latarbelakang ide dari cerita dibalik kesenian Kuda
Kosong. Penulis mengambil cerita Kuda Kosong dari seniman sekaligus sastrawan
yang mengerti betul bagaimana sejarah Kuda Kosong yaitu Tatang Setiadi. Cerita
tersebut sarat akan makna dan sejarah kota Cianjur yang bias menjadi salah satu
identitas masyarakt Cianjur sebagai orang yang bertutur kata baik dan pandai
berdiplomasi. Penulis melakukan interpretasi cerita Kuda Kosong dalam bentuk
karya seni rupa non konvensional menggunakan teknik Mixed Media. Fokus penulis
pada skripsi ini adalah bagaimana tafsir Kuda Kosong menjadi gagasan berkarya
seni dan analisis visual terhadap karya yang diciptakan.
Akhirnya, semoga skripsi penciptaan ini dapat digunakan sebagai
pembelajaran dan menjadi awal baru bagi penulis untuk mengembangkan
kesenirupaan lewat karya seni rupa Mixed Media. Untuk itu penulis masih
membutuhkan kritik dan saran yang membangun, agar penulis bisa membuat karya
tulis yang jauh lebih baik. Semoga skripsi penciptaan ini dapat berguna dan
bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.

Bandung, Agustus 2019

Penulis

ii
UCAPAN TERIMA KASIH
Dalam proses pembuatan skripsi ini, hambatan dan kesulitan kerap hadir
dalam setiap kegiatan yang dilakukan. Begitu pula dengan yang penulis rasakan
ketika proses pembuatan karya hingga sidang. Alhamdulillah segala puji dan syukur
penulis panjatkan kepada Allah SWT sehingga dimudahkan dalam rezeki, dan
memperoleh do’a restu, bimbingan, dan dorongan dari berbagai pihak sehingga
permasalahan tersebut dapat menemukan jalan keluar. Untuk itu penulis
menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar – besarnya kepada:

1. Keluarga penulis, orang tua tercinta, Mamah Wati Karim, Babah Maskur
Sulaiman, dan saudara , Masfufah dan Yusuf yang senantiasa memberikan
motivasi dan semangat dalam kehidupan penulis.
2. Bapak Dr. Ayat Suryatna. M.Si. selaku Dosen Pembimbing 1 yang selalu
memotivasi penulis untuk berkarya.
3. Bapak Ardiyanto, M.Sn. selaku Dosen Pembimbing 2 yang senantiasa
memberikan sumber-sumber buku yang relevan pada skripsi penulis dan
ilmu yang bermanfaat.
4. Penguji 1
5. Penguji 2
6. Penguji 3
7. Bapak Bandi Sobandi, M. Pd. Selaku Ketua Departemen Pendidikan Seni
Rupa.
8. Bapak Drs. Taswadi, M. Sn. Selaku Dosen Pembimbing Akademik.
9. Bapak Tatang Setiadi sebagai narasumber dari karya seni penulis.
10. Seluruh Dosen Seni Rupa UPI, khususnya Dosen Seni Lukis, Ibu Yulia
Puspita M. Pd yang memberikan ilmu dan mengetahui perkembangan
kekaryaan penulis.
11. Seluruh staf Tata Usaha Departemen Pendidikan seni Rupa FPSD UPI.
Khususnya Bapak Yayat yang senantiasa membantu administrasi dan
birokrasi mahasiswa dalam proses perkuliahan.
12. DIKTI, yang memberi beasiswa BIDIKMISI selama penulis menjalani
perkuliahan.

iii
13. Sahabat penulis, Dela Waluya, Tri Zaenab, Tawi Toriya, Arradya
Rachmania dan Rahmi Syafira yang senantiasa menghibur dan memotivasi
penulis dalam berkarya. Sani Siti Saadah sebagai teman kosan yang sangat
membantu dalam semua hal, terima kasih atas saran, hiburan, kritik,
dukungan dan semangatnya.
14. Kawan-kawan Rupa Warna 15 yang berjuang sama-sama dan memotivasi
dalam menulis skripsi.
15. Pak Anton Susanto selaku kurator Griya Popo Iskandar yang selalu
memberi masukan penulis dalam berkarya.
16. Muhammad Ilham Ramadhan yang selalu sabar memotivasi penulis untuk
segera menyelesaikan skripsi, meminjamkan buku-buku sumber, membantu
dalam setiap studi dan kajian kesundaan.
17. HIMASRA UPI yang memberikan pengalaman seni dan organisasi.
18. Pondok Resik sebagai tempat yang nyaman untuk penulis berkontemplasi.
19. Seluruh pihak yang telah berjasa dalam pembuatan skripsi penciptaan ini,
yang tidak bisa penulis sebut satu persatu. Terima kasih atas kerjasama dan
jasanya.

Terima kasih semoga Allah SWT membalas semua kebaikan yang lebih
besar. Aamiin

Bandung 14 Agustus 2019

Penulis

iv
ABSTRAK
Cianjur merupakan kota di Jawa Barat yang memiliki banyak kesenian dan kebudayaan
sunda contohnya Kuda Kosong. Kuda Kosong atau Pawai Kuda Kosong adalah budaya dan
tradisi Cianjur yang ada sejak zaman dahulu. Dalam kesenian tersebut akan diarak keliling
kota Cianjur untuk mengenang sejarah perjuangan Bupati Cianjur pertama yaitu Aria
Wiratanu. Fokus pembahasan dalam penciptaan karya ini adalah dari segi cerita Kuda
kosong tersebut. Tujuan penciptaan ini adalah untuk mengetahui, mendekripsikan,
memvisualisasikan, dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesadaran Identitas
Lokal Masyarakat Cianjur dalam Karya Seni Rupa Cerita Kuda kosong. Data yang
dikumpulkan dalam penciptaan ini yaitu, tinjauan pusataka dengan studi literasi, obsevasi
lapangan melalui mewawancarai narusumber, studi-studi bahan dan teknik dalam
penciptaannya. Penggunaan etnopedagogic untuk menafsirkan cerita tersebut dari sejarah
dan refleksi dari keadaan saat ini. Ekplorasi dengan mengadaptasi seni kelas rendah yang
mementingkan konseptual dan simbol- simbol yang saling berhubungan dengan cerita dari
Kuda Kosong dengan menampilkan seni rupa rendah atau perkembangan Postmodernisme
dengan meminjam label suatu produk tauco Cianjur dan kesenian kriya Lampu Gentur yang
menjadi tranformasi kuda kosong sebagai wujud mencerminkan ikon-ikon yang terdapat di
Cianjur. Maka dari itu untuk berkarya seni rupa kelas bawah dapat dielaborasi dengan
sejarah Kuda Kosong untuk mencerminkan identitas lokal dan kultural Cianjur, dengan
studi literatur, teknik dan media lebih giat lagi untuk menciptakan karya yang lebih baik
secara konsep dan pesan yang akan disampaikan.

Kata kunci : Carita Kuda Kosong, seni rupa bawah, mixed media

v
ABSTRACT

Cianjur is a city in West Java which has a lot of Sundanese arts and culture, for example
the Kuda Kosong. Kuda Kosong or Kuda Kosong Parade is a Cianjur culture and tradition
that has existed since ancient times. In this art, the Kuda Kosong will be paraded around
the city of Cianjur to commemorate the history of the struggle of the first Cianjur Regent,
Aria Wiratanu. The focus of discussion in the creation of this work is in terms of the Kuda
Kosong story. The purpose of this creation is to know, describe, visualize, and raise
awareness of the importance of awareness of the Local Identity of the Cianjur Society in
the Kuda Kosong Story Art Work. The data collected in this creation is a review of the
center with literacy studies, field observations through interviewing sources, material
studies and techniques in its creation. The use of etnopedagogic to interpret the story from
history and reflection from the current situation. Exploration by adapting low-class art that
focuses on conceptual and symbols that are interconnected with the story of the Kuda
Kosong by displaying low fine art or postmodernism development by borrowing the label
of a Tauco Cianjur product and the art of Gentur Lights which transforms the Kuda Kosong
as a form of reflecting icons in Cianjur. Art from the lower classes can be elaborated with
the history of the Kuda Kosong to reflect the local and cultural identity of Cianjur, with the
study of literature, techniques and media more actively will create works that are better in
concept and message to be conveyed.

Keywords: Carita Kuda Kosong, lower art, mixed media

vi
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. 1
LEMBAR PERNYATAAN .................................................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
UCAPAN TERIMA KASIH ................................................................................ iii
ABSTRAK ............................................................................................................. v
ABSTRACT .......................................................................................................... vi
DAFTAR ISI ........................................................................................................ vii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ ix
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xii
DAFTAR BAGAN .............................................................................................. xiii
BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Penciptaan ........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .....................................................................................................3
1.3 Tujuan penciptaan......................................................................................................4
1.4 Manfaat penciptaan ...................................................................................................4
1.5 Sistematika Penulisan ................................................................................................4
BAB II LANDASAN PENCIPTAAN .................................................................. 6
2.1 Kajian Teori ...............................................................................................................6
2.1.1 Seni Rupa ..............................................................................................................6
2.1.2 Ruang Lingkup Seni Rupa ....................................................................................8
2.1.3 Carita Kuda Kosong ............................................................................................32
2.1.4 Kesenian Cianjur .................................................................................................35
2.1.5 Ekspresi Visual ....................................................................................................40
2.1.6 Mixed Media........................................................................................................41
2.2 Kajian Faktual .........................................................................................................50
2.2.1 Studi Karya seniman ...........................................................................................50
2.3 Kajian Empiris .........................................................................................................52
2.4 Kolerasi Tema, Ide, dan Judul .................................................................................52
2.5 Konsep Penciptaan ..................................................................................................53
2.6 Batasan Karya..........................................................................................................58
BAB III METODE PENCIPTAAN ................................................................... 59
3.1 Ide Berkarya ............................................................................................................59
3.2 Stimulus ...................................................................................................................62
3.3 Kontemplasi.............................................................................................................63
3.4 Proses Pengerjaan Karya .........................................................................................65

vii
viii

3.5 Studi Karya ..............................................................................................................82


BAB IV ANALISIS VISUAL DAN KONSEPTUAL ....................................... 86
4.1 Carita Kuda kosong dalam Ekspresi Visual Mixed Media ......................................86
4.2 Teknik Pengumpulan Data.......................................................................................86
4.3 Hasil Karya ..............................................................................................................89
4.3.1 Karya Pertama .....................................................................................................89
4.3.2 Karya kedua.........................................................................................................90
4.3.3 Karya ketiga ........................................................................................................91
4.3.4 Karya keempat.....................................................................................................91
4.5 Deskripsi Karya .......................................................................................................93
4.5.1 Deskripsi Karya pertama .....................................................................................93
4.5.2 Deskripsi Karya Kedua ..................................................................................... 100
4.5.3 Deskripsi Karya ketiga ...................................................................................... 105
4.5.4 Deskripsi Karya Keempat ................................................................................. 110
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 117
5.1 Kesimpulan ............................................................................................................ 117
5.2 Saran ...................................................................................................................... 118
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 120
DAFTAR ISTILAH ........................................................................................... 125
LAMPIRAN ....................................................................................................... 130
RIWAYAT HIDUP............................................................................................. 134
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Titik .................................................................................................. 14


Gambar 2. 2 Garis ................................................................................................ 14
Gambar 2. 3 Bentuk .............................................................................................. 16
Gambar 2. 4 Stilasi ................................................................................................ 17
Gambar 2. 5 Distorsi ............................................................................................. 18
Gambar 2. 6 Transformasi .................................................................................... 18
Gambar 2. 7 Disformasi ........................................................................................ 19
Gambar 2. 8 Tekstur .............................................................................................. 19
Gambar 2. 9 Warna teori Munsell ......................................................................... 21
Gambar 2. 11 Kontras ........................................................................................... 22
Gambar 2. 12 Kesatuan ........................................................................................ 23
Gambar 2. 13 Keseimbangan ............................................................................... 23
Gambar 2. 14 Dominasi ....................................................................................... 24
Gambar 2. 15 Proporsi .......................................................................................... 25
Gambar 2. 16 intensitas ........................................................................................ 25
Gambar 2. 17 ruang .............................................................................................. 26
Gambar 2. 18 Komposisi ...................................................................................... 27
Gambar 2. 19 repetisi ........................................................................................... 27
Gambar 2. 20 Harmoni .......................................................................................... 28
Gambar 2. 21 Aquarele ........................................................................................ 29
Gambar 2. 22 Opaque .......................................................................................... 30
Gambar 2. 23 wet to wet ........................................................................................ 30
Gambar 2. 24 wet to dry ........................................................................................ 31
Gambar 2. 25 Lelehan ........................................................................................... 32
Gambar 2. 26 Asal usulna Hayam Pelung ............................................................ 34
Gambar 2. 27 Ngaos ............................................................................................. 35
Gambar 2. 28 maenpo .......................................................................................... 36
Gambar 2. 29 Mamaos ......................................................................................... 37
Gambar 2. 30 Lampu Gentur ............................................................................... 38
Gambar 2. 31 Tauco ............................................................................................. 39
Gambar 2. 32 Beras Cianjur ................................................................................. 40
Gambar 2. 33 Benang wool................................................................................... 42
Gambar 2. 34 Benang Polyester ........................................................................... 42
Gambar 2. 35 Benang nylon ................................................................................ 43
Gambar 2. 36 benang smoke ................................................................................ 44
Gambar 2. 37 alumunium foil................................................................................ 44
Gambar 2. 38 kertas ............................................................................................. 45
Gambar 2. 39 tissue ............................................................................................... 46
Gambar 2. 40 Chain ............................................................................................. 47
Gambar 2. 41 Single crochet ................................................................................. 47
Gambar 2. 42 Double crochet ............................................................................... 48
Gambar 2. 43 triple crochet .................................................................................. 48
Gambar 2. 44 magic ring ...................................................................................... 49
Gambar 2. 45 untitle karya Amin Taasha ............................................................ 50
Gambar 2. 46 Karya Wilma Poot ......................................................................... 51

ix
x

Gambar 2. 47 Diego Maxx ................................................................................... 52


Gambar 2. 48 Berita ............................................................................................. 54
Gambar 2. 49 Berita 2 .......................................................................................... 54
Gambar 2. 50 Berita DKC.................................................................................... 55

Gambar 3. 1 buku sketsa ....................................................................................... 65


Gambar 3. 2 penghapus ......................................................................................... 66
Gambar 3. 3 pensil mekanik ................................................................................. 66
Gambar 3. 4 blacu (atas) kanvas (bawah) ............................................................. 66
Gambar 3. 5 kain majun ........................................................................................ 67
Gambar 3. 6 Cat Mowilex ..................................................................................... 68
Gambar 3. 7 Cat Aquaproof .................................................................................. 68
Gambar 3. 8 Akrilik .............................................................................................. 68
Gambar 3. 9 Kuas .................................................................................................. 69
Gambar 3. 10 Palet ................................................................................................ 69
Gambar 3. 11 Lap .................................................................................................. 70
Gambar 3. 12 Air................................................................................................... 70
Gambar 3. 13 Benang............................................................................................ 71
Gambar 3. 14 Kanji ............................................................................................... 72
Gambar 3. 15 Lem Kayu ....................................................................................... 72
Gambar 3. 16 Jarum jahit,jarum rajut dan Jarum pentul ....................................... 73
Gambar 3. 17 hakpen ............................................................................................ 73
Gambar 3. 18 Cutter .............................................................................................. 74
Gambar 3. 19 Cat Air ............................................................................................ 74
Gambar 3. 20 Gunting ........................................................................................... 75
Gambar 3. 21 Varnish .......................................................................................... 75
Gambar 3. 22 Solatip kertas .................................................................................. 76
Gambar 3. 23 alumunium foil................................................................................ 76
Gambar 3. 24 Tissue .............................................................................................. 77
Gambar 3. 25 Sketsa ............................................................................................. 77
Gambar 3. 26 Pembentukan kanvas ...................................................................... 78
Gambar 3. 27 Melebur kanvas .............................................................................. 78
Gambar 3. 28 pemakuan kanvas ........................................................................... 79
Gambar 3. 29 cat dasar abu- abu ........................................................................... 80
Gambar 3. 30 Pembuatan Background.................................................................. 80
Gambar 3. 31 Liquide painting ............................................................................. 80
Gambar 3. 32 pembuatan background .................................................................. 80
Gambar 3. 34 pemindahan sketsa pada kanvas ..................................................... 80
Gambar 3. 35 pewarnaan....................................................................................... 81
Gambar 3. 36 hasil rajut ........................................................................................ 81
Gambar 3. 37 penempelan tisu .............................................................................. 81
Gambar 3. 38 hasil studi........................................................................................ 84
Gambar 3. 39 hasil studi material ......................................................................... 85

Gambar 4. 1 Arab pegon ...................................................................................... 87


Gambar 4. 2 cacarakan ......................................................................................... 87
xi

Gambar 4. 3 cacarakan ......................................................................................... 87


Gambar 4. 4 Arab Pegon ...................................................................................... 87
Gambar 4. 5 Karya 1 ............................................................................................. 89
Gambar 4. 6 Karya 2 ............................................................................................. 90
Gambar 4. 7 Karya 3 ............................................................................................. 91
Gambar 4. 8 Karya 4 ............................................................................................. 92
Gambar 4. 9 Titik pada karya pertama ................................................................. 94
Gambar 4. 10 Garis pada karya 1 .......................................................................... 95
Gambar 4. 11 Bangun pada karya Pertama .......................................................... 96
Gambar 4. 12 Warna pada Karya pertama ........................................................... 96
Gambar 4. 13 Ruang pada karya pertama ............................................................ 97
Gambar 4. 14 tekstur pada karya pertama ............................................................ 97
Gambar 4. 15 Kesatuan pada karya pertama ........................................................ 98
Gambar 4. 16 komposisi pada karya pertama ...................................................... 98
Gambar 4. 17 Proporsi karya pertama.................................................................. 99
Gambar 4. 18 Dominsi pada karya pertama .......................................................... 99
Gambar 4. 19 repetitif karya pertama ................................................................. 100
Gambar 4. 20 Titik Karya kedua ........................................................................ 101
Gambar 4. 21 Garis karya kedua ........................................................................ 102
Gambar 4. 22 Bangun pada Karya kedua............................................................ 102
Gambar 4. 23 Warna pada karya kedua ............................................................. 103
Gambar 4. 24 tekstur pada karya kedua ............................................................. 104
Gambar 4. 25 repetisi pada karya kedua ............................................................ 105
Gambar 4. 26 Garis pada karya ketiga ............................................................... 107
Gambar 4. 27 Bangun pada karya ketiga ........................................................... 108
Gambar 4. 28 Warna pada Karya ketiga ............................................................ 108
Gambar 4. 29 Tekstur pada karya ketiga ........................................................... 109
Gambar 4. 30 Proporsi pada karya ketiga .......................................................... 110
Gambar 4. 31 Garis karya keempat .................................................................... 112
Gambar 4. 32 bentuk karya keempat.................................................................. 113
Gambar 4. 33 Warna karya keempat .................................................................. 113
Gambar 4. 34 Tekstur karya keempat ................................................................ 114
Gambar 4. 35 repetisi pada karya keempat ........................................................ 115
Gambar 4. 36 repetisi karya keempat ................................................................. 116
DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 perlambangan warna .......................................................................... 21


Tabel 2. 2 Isi Serat Kalih....................................................................................... 56
Tabel 2. 3 Analisis etnopedagogik Sunda ............................................................. 57

Tabel 3. 1 perbandingan bahan peleburan kanvas ............................................... 82


Tabel 3. 2 Perbandingan pencampuran bahan pelebur kanvas ............................ 83
Tabel 3. 3 Hasil Studi ........................................................................................... 84

Tabel 4. 1 Alih Aksara ......................................................................................... 88


Tabel 4. 2 alih aksara ............................................................................................ 88

xii
DAFTAR BAGAN
Bagan 3. 1 Kerangka Berpkir ................................................................................ 60
Bagan 3. 2 Proses berkenian ................................................................................. 64

xiii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penciptaan

Seni sebagai suatu bentuk ekspresi seniman sifat- sifat kreatif, emosional,
individual, abadi dan universal. Sesuai dengan salah satu sifat seni yakni kreatif,
maka seni sebagai kegiatan manusia selalu melahirkan kreasi - kreasi baru,
mengikuti nilai yang berkembang di masyarakat. Seni juga merupakan hal yang
menjadikan dunia terasa indah. Karena seni itu sendiri merupakan ekspresi yang
muncul dari dalam diri seniman, yang dituangkan dalam berbagai macam karya,
skhususnya seni lukis tidak mempunyai batasan dalam berkarya sehingga dapat
membuat lukisan dengan teknik yang konvensional ataupun non-konvensional.
Konten dalam suatu lukisan bisa merujuk pada fenomena yang menarik
dalam kehidupan sehari hari seperti pemandangan, tumbuhan, hewan, manusia dan
lain lain, melalui interpretasinya terdorong untuk menciptakan sebuah karya seni.
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Iskandar (2000:125), bahwa:
...natura artis magistra. Alam adalah guru terbaik bagi seniman, kerap kali
menyesatkan. Tidak dapat disangkal lagi seniman harus kenal betul dengan
alam, ia harus bersatu padu dan menghayatinya. Akan tetapi interpretasi dan
demikian seni, hanya mungkin lahir dari diri seniman, dimana alam hanya
merupakan titik dari luar,tanpa ada dialog dengan seniman.

Hubungan manusia dengan limgkungan alam semesta tak terpisahkan. Pada


dasarnya sebuah seni merupakan suatu imitasi dari alam. Ketika sebuah kesenian
berkembang di masyarakat maka terciptalah peradaban. Dalam konteks peradaban
secara umum, seni adalah bagian dari dialektika kehidupan yang memiliki peran
penting dalam perubahan sosial di dalamnya. Karena seni memiliki peran penting
dalam perubahan sosial di dalam sebuah peradaban, maka sebagai anggota
masyarakat, seniman yang melahirkan gagasan dan karya konkret adalah subjek
kesenian pendorong terciptanya interaksi sosial melalui karya-karyanya

1
2

Hubungan seni dan masyarakat sangat berkaitan satu sama lain meskipun
memiliki kepentingan masing- masing. Sehingga adanya kenyataan sebuah karya
seni seniman tergantung pada masyarakat dalam hal yang lebih kompleks dari
sekedar persoalan ekonomi, politik, dan agama. Ideologi seorang seniman yang
selalu berusaha mengangkat masyarakatnya ke tingkat yang lebih tinggi. Namun
tidak semua hal dapat mudah diterima atau dipahami oleh masyarakat. Sehingga
perlu peran lain untuk menerjemahkan pesan tersebut. Pengangkatan masyarakat
disini dalam lingkup penguatan identitas dan patriotisme masyarakat dimana
penulis tinggal yaitu tanah Sunda.
Di Indonesia, Sunda merupakan etnis terbesar kedua setelah Jawa. Dengan
segala kebesarannya, Sunda – yang meliputi orangnya, wilayahnya, kulturnya –
telah memberi kontribusi besar bagi bangsa dan negara Indonesia. Seiring dengan
kencangnya laju globalisasi sebagai konsekuensi dari perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, selain berpengaruh positif bagi kemajuan peradaban,
juga pada saat yang sama membawa dampak negatif. Bukan sekedar itu, perubahan
yang dikhawatirkan adalah perubahan yang bertentangan dengan nilai-nilai kultur
kesundaan, khususnya di kultur Cianjur.
Cianjur merupakan kota di Jawa Barat yang memiliki banyak kesenian dan
kebudayaan sunda contohnya Kuda Kosong. Kuda Kosong atau Pawai Kuda
Kosong adalah budaya dan tradisi Cianjur yang ada sejak zaman dahulu. Dalam
kesenian tersebut Kuda Kosong akan diarak keiling kota Cianjur untuk mengenang
sejarah perjuangan Bupati Cianjur pertama yaitu Aria Wiratanu. Namun kisah
dibalik perjuangan beliau untuk memertahankan identitas masyarakat Cianjur
sebagai masyarakat yang memiliki keberanian besar dalam perjuangan bangsa
belum banyak diketahui oleh masyarakat Cianjur itu sendiri.
Kuda Kosong pernah diangkat menjadi salah satu dongeng yang
menceritakan sejarah dibalik tradisi Kuda Kosong atau Pawai kuda itu sendiri,
cerita tersebut diprakarsai oleh sastrawan sekaligus seniman sunda bernama Tatang
Setiadi. Selain menekuni keahliannya di bidang rumpun tari rakyat, juga menguasai
hampir semua jenis kesenian Sunda. Sudah 1.000 lebih naskah drama, pidato dan
dongeng berbahasa Sunda yang ia hasilkan. Lagu-lagu berbahasa Sunda yang ia
buat juga sudah mencapai ratusan judul. Ia juga menciptakan seni tari baru yang
3

kini menjadi milik masyarakat, yakni ’Nyalawena’ (1991), ’Kuda Kosong’ (1996)
dan ’Pelung Manggung’ (2001). Selain pentas di dalam negeri, beliau juga sering
berkeliling ke sejumlah negara di Asia dan Eropa di antaranya pada tahun 2004
menjadi salah seorang duta budaya Indonesia ke Yunani.
Selain itu, Tatang Setiadi membuat buku Asal-usulna Hayam Pelung jeung
Dongéng-dongéng Cianjur Lianna. Dalam berita www.diCianjur.com yang dirilis
pada tanggal 31 Mei 2012 karya Tatang Setiadi mengalahkan empat buku bacaan
anak-anak berbahasa Sunda karya Aan Merdeka Permana dalam perebutan untuk
mendapatkan Hadiah Samsudi, penghargaan untuk bacaan anak-anak dalam bahasa
Sunda yang diberikan Yayasan Kebudayaan Rancage setiap tahunnya. Dalam
keputusan yang disiarkan Ajip Rosidi, Ketua Dewan Pembina Yayasan Rancage,
pada Selasa, 31 Januari 2012, buku Tatang dinyatakan sebagai penerima Hadiah
Samsudi 2012.
Setelah penulis membaca sejarah dan dongeng Kuda Kosong dan
mengkaitkannya dalam patriotisme dan penguatan identitas, dengan pengalaman
estetis, penulis ingin mewujudkan kedalam karya seni rupa dengan media non-
konvensional yaitu mixed media menggunakan akrilik, benang dengan teknik
crochet dan needlework.
Pada masa sekarang, banyak sekali cara untuk mengabadikan suatu objek
visual, misal dengan teknik fotografi, videografi, dan sebagainya. Akan tetapi
teknik rajut dalam lukisan termasuk media non-konvensional yang masih jarang
digunakan sebagai cara mengabadikan suatu objek visual. Berdasarkan masalah
tersebut, maka penulis tertarik membuat judul skripsi penciptaan ”CERITA KUDA
KOSONG DALAM EXSPRESI VISUAL MIXED MEDIA” dalam wujud karya
seni rupa kontemporer dengan kuda kosong sebagai subject matter yang digarap.
Harapan penulis juga dapat dijadikan sebagai media penguatan identitas,
pembelajaran bagi penulis dan masyarakat pada umumnya.
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, adapun rumusan masalah penelitian


adalah sebagai berikut:
a. Bagaimana mengembangkan konsep Cerita Kuda Kosong dalam Exspresi
Visual Mixed Media?
4

b. Bagaimana visualisasi karya Cerita Kuda Kosong dalam Karya Seni Rupa
Mixed Media?

1.3 Tujuan penciptaan

Berdasarkan rumusan masalah diatas, adapun tujuan penulisan adalah sebagai


berikut:
1. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan proses pengembangan konsep
berkarya seni Cerita Kuda Kosong dalam Ekspresi Visual Mixed Media.
2. Untuk memvisualisasikan Cerita Kuda Kosong dalam Ekspresi Visual Mixed
Media.
3. Meningkatkan kesadaranakan pentingnya kesadaran Identitas Lokal
Masyarakat Cianjur dalam Karya Seni Rupa.

1.4 Manfaat penciptaan

Adapun manfaat dari penciptaan karya ini adalah sebagai berikut:


1.4.1 Manfaat bagi penulis
1.4.1.1 Penulis lebih dapat memahami dan meningkatkan kemampuan dalam
berkarya seni lukis dengan teknik mixed media.
1.4.1.2 Sebagai wadah penyampaian gagasan untuk kepuasan batin penulis dalam
kehidupan melalui pengungkapan ke dalam karya seni lukis mixed media.
1.4.2 Manfaat bagi Departemen Pendidikan Seni Rupa UPI adalah sebagai kajian
dan apresiasi dalam pendidikan seni rupa terhadap seni lukis dengan teknik
mixed media.
1.4.3 Manfaat bagi masyarakat umum adalah menjadi motivasi dan referensi
dalam berkesenian, serta menjadi stimulan ide bagi seniman lain dalam
menciptakan karya seni lukis dengan teknik mixed media.
1.4.4 Manfaat bagi pembaca adalah untuk menambah pengetahuan dan wawasan
tentang seni lukis mixed media melalui visualisasi Cerita Kuda Kosong
dalam Ekspresi Visual Mixed Media.
1.5 Sistematika Penulisan
5

Dalam skripsi penciptaan ini terdiri dari lima bab, dengan sistematika penulisan
sebagai berikut :

BAB 1 Pendahuluan, berisi latar belakang penciptaan, rumusan masalah


penciptaan, tujuan penciptaan, manfaat penciptaan, dan sistematika
penulisan laporan penciptaan.
BAB II Landasan Penciptaan, berisi kajian pustaka sebagai landasan berisi
teori seni rupa, ruang lingkup seni rupa, carita kuda kosong, kesenian
Cianjur, ekspresi visual dan mixed media. Kajian faktual berisi studi
seniman (Aamin tashaa, Wilma poot dan Diego maxx) kajian dan
kajian empiris, kolerasi tema, ide dan judul, konsep penciptaan dan
batasan karya.
BAB III Metode Penciptaan, proses penciptaan karya yang diuraikan menjadi
empat bagian, yaitu ide berkarya, stimulus, kontemplasi, proses
pengerjaan karya dan studi karya.
BAB IV Tafsir penulis mengenai sejarah Kuda Kosong dan visualisasi serta
deskripsi visual karya, pada bab ini menjelaskan bagaimana proses
tafsir terhadap sejarah Kuda Kosong yang menjadi ide atau gagasan
untuk menciptakan karya dan penjelasan deskripsi secara visual.
BAB V Simpulan dan saran, merupakan penutup berupa simpulan akhir dari
penciptaan karya serta sara yang diharapkan berguna bagi
mahasiswa seni rupa UPI.
BAB II
LANDASAN PENCIPTAAN

2.1 Kajian Teori


2.1.1 Seni Rupa
Karya seni adalah suatu media untuk menyampaikan suatu pesan secara
tersirat, pesan yang disampaikan dari karya seni itu bersifat subjektif tergantung
kepada orang yang mengapresiasinya, karya seni harus bisa berbicara sebagai
media penyampai pesan, seperti yang dikatakan Sobur (2007) Karya seni itu media.
Media itu pesan. Karya seni mengandung pesan. Kalau karya seni itu tidak bisa
dimengerti, maka pesan seni bakal macet. Seni yang macet adalah seni yang tidak
bisa “berbicara”. Jika seni sudah bisu, maka seni tidak lagi menjadi media.
Pandangan tersebut mewakili apa itu seni pada umumnya yang merupakan sebuah
media penyampai yang dipakai seseorang dengan berbeda.
Dalam pengantar Supangkat dalam Yuliman (2001), istilah seni rupa secara
harfiah ke dalam bahasa Inggris akan didapat pengertian visual art (rupa yang dekat
dengan visual ). Namun jika definisi “seni rupa” dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia bila diterjemahkan kedalam bahasa ingris akan tidak lain adalah fine art.

Pengertian tersebut menjadi berbeda dan dibedakan, bahwa seni rupa dalam
konteks visual art menunjukan konteks seni yang lebih luas dari pada fine art.
Wacana visual art senatiasa berawal dari kategorisasi. Melingkupi deretan jenis
seni seperti seni lukis, gambar hingga seni terapan. Oleh sebab itu seni rupa dalam
pengertian visual art dikatakan setua kebudayaan umat manusia, karena memang
ada di semua kebudayanb di segala jaman. Supangkat dalam Yuliman (2001)

Wacana dalam tradisi fine art tidak hanya membatasi kegiatan seni rupa ke
kegiatan seni lukis , seni patung dan seni arsitektur. Menimbang hirarki keindahan
, wacana ini menempatkan seni lukis sebagai paradigma perkembangan seni rupa
secara keseluruhan. Sehingga memiliki lingkup seni yang sempit dan terikat pada
tradisi dalam budaya barat. Selain itu seni rupa dalam pengertian fine art , Yuliman

6
7

(2001) mengemukakan bahwa desain, citra dan populer seni rupa dalam bingkai
tradisi yang feodalis yakni, sederetan seni rupa atas.

Kendati memiliki pengertian yang tumpang tindih, Sanento (2001) mencoba


meilhat seni rupa sebagai visual art dan memasukan seni rupa fine art di Indonesia
sebagai dari bagian seni rupa atau visual art ini.

2.1.1.1 Seni Rupa Atas

Seni Rupa Atas ini berkaitan dengan impor teknologi maju, terutama di bidang
konstruksi, manufaktur, dan media. Ia berhubungan dengan pertumbuhan lapisan
atas dan menengah lebih tepatnya menengah-atas masyarakat di kota-kota besar.
Selain produk berhubungan dengan lapisan menengah keatas, pencapaiannya pun
masuk pada lapisan menengah kebawah. Akan tetapi dibedakan untuk produk
eksklusif untuk pasar eksklusif. Sanento (1984)

2.1.1.2 Seni Rupa Bawah

Menurut Sanento (1984) Pada umumnya seni rupa bawah adalah seni rupa yang
lemah dan miskin – nampak dalam alat dan perlengkapan yang usang, dalam cara
kerja, bahan, dan jenis produk yang tidak mengenal banyak alternatif, dalam tenaga
yang kurang terdidik, dan dalam bahan yang pembinaan industri, dan dihinakan
oleh sebagian besar kalangan terpelajar dan perupa atas.

Dalam prakteknya, seni rupa bawah mencoba mengimitasi seni rupa atas
dengan keadaan yang sederhana bahkan menggunakan sikap tradisional. Maksud
sikap tradisional disini adalah bekerja dengan pola dan skema sedemikian sehingga
alam nyata tidak diamati samasekali. Contoh praktek Seni Rupa bawah menurut
Sanento (1984) mengenal jenis-jenis baru, lukisan pada badan becak, misalnya.
Lukisan pemandangan alam jenis yang dijual dikaki lima atau di toko adalah
serapan dari seni rupa atas.

Dalam ikon Cianjur banyak terdapat pada usaha-usaha kecil dan industry
rumahan,seperti produk tauco dengan layout yang masih sederhana sejak
didirikannya pabrik tersebut, dan lampu gentur yang awal sejarahnya berasal dari
potongan kaca patri yang disusun sedemikian rupa.
8

2.1.1.3 Wacana Postmodern

Identitas mulai dipersoalkan pada era postmodern. Kecenderungan postmodern


Pada keadaan mendobrak seni rupa golongan atas yang didominasi seniman
akademis tersebut, mengilhami paham-paham wacana seni postmodern dalam
bidang seni yang disebutkan Sugiharto dalam Djuli (2016:30)

bahwa hilangnya batasan antara dunia seni dan sehari hari, tumbangnya
batas antar budaya tinggi dan budaya pop, pencampuran budaya yang bersifat
ekletik, parody, pastiche, kebermainan dam merayakan budaya ‘permukaan’
tanpa peduli pada pedalaman, hilangnya orisinalitas dn kejeniusan, dan
akhirnya, asumsi bahwa seni hanya bias mengulang-ulang masa lalu belaka.
Wacana-wacana yang ada pada seni rupa postmodern memiliki hubungan erat
dengan seni kontemporer karena memiliki konsep dan paham yang hampir sama.
Sementara postmodern lahir dari gerakan menolak modernism yang hanya bercokol
pada birokrasi museum dan akademis. Sugiharto dalam Djuli (2016:30).

Sehingga gerakan seni rupa bawah atau lowbrow bisa terinisiasi dari wacana
seni postmodern yang mengesampingkan akademis dan konvensional demi
mewujudkan cara ekspresi mereka dalam berkarya seni.

2.1.1.3.1 Lowbrow

Pada dasarnya seni lowbrow dalam pandangan Robert williams dalam Mukti
(2016), mengatakan bahwa lowbrow merupakan seni rendahan, gerakan seni bawah
tanah, ketika itu dunia seni rupa didominasi oleh seni abstrak dan konseptual.
Gerakan seni lowbrow selalu dikesampingkan dari pikiran-pikiran akademis yang
konvensional.

2.1.2 Ruang Lingkup Seni Rupa


2.1.2.1 Nilai Estetis

Nilai adalaah sebuah anggapan bagi suatu benda atau sebuah hitungan, tapi
dalam sisi filsafat nilai itu berarti kedudukan yang mewakili sebuah keberhargaan.
bukan hanya sekedar nominal. Kartika (2017:12) menyatakan, dalam bidang
filsafat, istilah ini sering dipakai sebagai suatu kata benda abstrak yang berarti
9

keberhargaan (worth) atau kebaikan (goodness). Oleh karena, sebuah kata nilai itu
sangat luas artinya tergantung kontek yang dibawanya.

Sebuah seni bersangkut paut dengan nilai, karena seni itu adalah sebuah nilai
bukan hanya sekedar benda, nilai dalam sebuah seni mengandung subjektifitas,
makanya setiap individu atau kelompok mempunyai sebuah penilaian yang berbeda
terhadap seni itu sendiri. Nilai seni itu diperoleh dari kebiasaan, lingkungan,
pergaulan, dan pendidikan, Sumardjo (2000:136) menyatakan bahwa nilai-nilai
seni yang dimiliki seseorang adalah akibat dari pergaulan dan pendidikan. Diluar
itu, sebuah penilaian juga didasari juga oleh potensi diri.

Hakekatnya, nilai seni itu mempunyai kedudukan yang tetap yaitu nilai
keindahan didalam seni itu sendiri, Sumarjo (2000:137) menyatakan setiap artefak
seni mengandung nilai intrinsik-artsitik, yakni berupa bentuk-bentuk menarik atau
indah.

Selain nilai Intrinsik-artisitik dalam seni, Sumarjo menyatakan didalam


bukunya (2000:137-138) ada nilai kognitif dan nilai hidup. ringkasnya, nilai
kognitif bersangkut paut dalam pengetahuan, tetapi nilai seni kognitif banyak
terkandung dalam seni rupa, film dan sastra karena berifat tekstual beda dengan
musik yang mengandung bunyi, tetapi alatnya mengandung sifat tekstual.

Sumarjo (2000:138) menyatakan seni dalam nilai hidup itu adalah nilai yang
diluar nilai artistik, seperti nilai sosial, nilai agama, nilai psikologi. Kesimpulannya,
nilai hidup dalan seni itu adalah nilai yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari,
baik itu moral sampai psikologi, nilai-nilai itulah bersifat umum atau universal.

Estetis dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah 1. mengenai keindahan;


menyangkut apresiasi keindahan (alam, seni, dan sastra); 2. mempunyai penilaian
terhadap keindahan. Dapat disimpulkan bahwa estetis itu adalah sebuah kegiatan
apresiasi atau kegiatan penciptaan sebuah karya yang menyangkut dengan
keindahan alam, seni, dan sastra. Tapi dalam penciptaan disini lebih kepada cabang
seni dan sastra tidak untuk alam, karena alam itu bukan diciptakan tapi lebih kepada
pengapresiasian, termasuk dalam merawat, merawat itu sudah menjadi kegiatan
pengapresiasian.
10

Gie dalam Widya Susanti (2009) mengatakan bahawa nilai estetis adalah nilai
yang berhubungan dengan segala sesuatu yang tercakup dalam keindahan. Bisa
disimpulkan dalam kesulurahn pembahasan nilai dan estetis, bahwa nilai estetis itu
adalalah pengharagaan yang mencakup keindahan.

2.1.2.2 Komponen Seni

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Online (2019), Komponen adalah


bagian dari keseluruhan; unsur. Dapat disimpulkan bahwa komponen adalah unsur-
unsru terpenting dari suatu objek, obek yang disebutkan adalah objek seni.

Menurut HB. Sutopo dalam Kartika (2017:19) ada tiga komponen utama
pendukung kehidupan seni, yaitu Seniman, karya seni, dan penghayat. Tidak
satupun komponen terebut dapat diabaikan keberadaannya. Komponen-komponen
itulah yang menjadi sumber kehidupan seni, tidak bisa dikurangi lagi.

Seniman adalah orang yang menciptakan karya seni, tetapi didalam


menciptakan sebuah karya, seniman dituntut dalam segala aspeknya, yaitu dalam
penciptaan sampai kepada apresiatornya. Seniman ada dua pengertian menurut
Primadi dalam Dharsono (2017:21) yaitu seniman sebagai profesi dan seniman
sebagai manusia yang mengalami proses kreativitas atau proses imajinasi, yaitu
proses interaksi antara persepsi memori dan persepsi luar.

Penghayat seni adalah komponen lainnya yang penting dalam kesenian,


dikarenakan penghayat adalah seorang yang melihat karya seni dengan sensitivitas
dan subjetivitasnya. Menurut Dharsono (2017:20) pengahayat seni adalah
penghayat makna pengalaman kehidupan batiniah yang sadar akan ragam
kemungkinan bentuk estetis, yang sanggup mewadahi dan memacu terciptanya
beragam makna dengan nilai-nilainya. Kesimpulannya, pengahayat seni adalah
apresiator yang menikmati karya seni. Penghayat seni juga harus mempunyai
pengalaman dalam berkesenian, dan mempunyai kesadaran bahwa dia tidak punya
kewenangan dalam merubah, dan mengarahkan.

Penghayat bisa diartikan juga sebagai seniman, jika melihat arti seniman dalam
proses kreativitasnya, Dharsono (2017:21) mengatakan dalam menanggapi sebuah
11

karya seni akan terlibat proses kreatif atau proses imaginasi. Itulah mengapa
penghayat juga dikatakan sebagai seniman. Begitupula dengan seniman, disamping
sebagai pencipta, seniman juga sekaligus sebagai penghayat karya seni itu sendiri.

2.1.2.3 Fungsi Seni

Fungsi secara harfiah adalah kegunaan suatu hal yang diciptakan atau
diadakan. Dapat ditarik kesimpulan fungsi seni adalah kegunaan sebuah seni yang
diciptakan. Dharsono (2017:29) mengemukakan tiga macam fungsi, yaitu fungsi
personal, fungsi sosial, dan fungsi fisik

Manusia adalah makhluk sosial dan mempunyai sifat individu juga, dalam
kesahariannya manusia membutuhkan waktu untuk menyendiri memikirkan hal
pribadi, alam, dan masyarakat disekitarnya. Fungsi personal dalam seni adalah
fungsi untuk pribadi (individu) yaitu ekpressi, dimana seseorang menuangkan
ekspresinya kedalam sebuah bentuk seni yang didasari oleh kehidupan sehari-hari,
hal inilah yang menjadikan seni itu bersifat subjektif atau personal. Mulyadi (1986)
mengatakan di dalam seni modern, unsur personal mendapat penhargaan yang
tinggi, terutama karya seni yang mengutamakan estetika sebagai tujuan utama
kehadiran karya.

Karena manusia itu makhluk sosial, seni lalu mempunyai fungsi lainnya yaitu
fungsi sosial, sosial itu adalah hal yang berkaitan dengan masyarakat (kelompok).
karya seni berfungsi sosial dikarenakan karya seni itu berkaitan dengan apresiator
dan penciptaannya, Dharsono (2017:30) mengatakan bahawa semua karya seni
yang berkaitan dengannya (seniman) akan berfungsi sosial, karena karya seni
diciptakan untuk penghayat. Memang pada dasarnya karya seni itu bersifat subjektif
dan pribadi, tetapi tidak bisa dipungkri juga, bahwa karya seni itu membutuhkan
pengahayatan dan pengakuan dari yang lainnya, begitu juga dengan penciptaannya,
karya seni juga dipengaruhi oleh respon sosial disekitarnya

Setelah fungsi pribadi dan fungsi sosial, munculah fungsi fisik, yang dimana
seni itu berkaitan dengan kebutuhan sehari-hari atau fungsionalnya dalam
kehidupan sehari-hari, seni ini lebih kepada seni rupa (kriya) yang berorientasi pada
kebutuh fisik selain estetika, Dharsono (2017:31) mengatakan fungsi fisik yang
12

dimaksud adalah kreasi yang secara fisik dapat digunakan untuk kebutuhna praktis
sehari-hari. Karya seni yang ia buat benar-benar merupakan kesenian yang
berorientasi pada lebutuhan fisik selain keindahan barang itu sendiri.

2.1.2.4 Struktur Seni

Karya seni yang baik tercipta karena seniman itu baik, didalam proses
penciptaan seniman mungkin memikirkan matang-matang proses dari penciptaan
itu. Aspek-aspek yang mempengaruih terciptanya sebuah karya seni dipengaruihi
oleh pengalaman pribadi seniman itu sendiri, baik itu pendidikan sampai dengan
kehidupan dilingkungannya senidiri. Lingkungan dan seniman sangat erat
berkaitan, karena seni dipengaruhi lingkungan, dan karya seni mempengaruhi
lingkungannya, Dharsono (2017:25) mengatakan bahwa masyarakat akan dapat
merasakan manfaat karya seni, seniman yang kreatif akan membawa masarakat ke
selera estetik yang lebih dalam, bukan selera yang mengarah pada kedangkalan
seni.

Setelah itu, kreativitas seniman dituntut dalam prose penciptaan karya seni.
Penciptaan karya seni membutuhkan proses yang benar-benar matang, secara
teoritis, ada landasan-landsan yang harus diperhatikan oleh seniman dalam
membuat sebuat karya, yaitu tema, bentuk, dan isi, sebagai mana telah dijelaskan
Dharsono (2017:26) ada tiga komponen dalam proses cipta seni sebagai landasan
berkarya, yaitu tema, bentuk dan isi. Walaupun secara teoriti bisa dipisahkan namun
ketiga komponen itu tidak bisa dipisah-pisahkan.

2.1.2.5 Seni dan Masyarakat

Seni dan masyarakat merupakan hubungan yang tak terpisahkan, seperti pernah
disinggung diatas bahwa keduanya saling berkaitain dan menguntungkan. Seniman
menciptakan karyanya karena ada respon sosial, membutuhkan penghayat untuk
menilai karyanya, sedangkan masayarakat terbantu atas adanya seniman, apalagi
senimah yang kreati, karena seniman yang kreatif akan membawa selera estetik
masarakat yang lebih dalam. Plato dalam Dharsono (2017:24) menerangkan bahwa
seni dan masyarakat merupakan hubungan yang tak terpisahkan; seni integral
dengan msyarakatnya satu konsep yang tidak dapat dipisahkan baik seni dan
13

masyarakat terwujud diantaranya hubungan tak terpisahkan antara manusia dan


lingkungannya.

Dharsono (2017:25) mengatakan bahwa seni dilihat dari kepentingannya,


kepentingan seniman terhadap masayarakat adalah ikut mengangkat dengan pantas
dan mengajak persepsi masyarakat ke tingkat yang lebih baik. Bisa ditarik
kesimpulan bahwa hubungan seni dan masyarakat sangat erat hubungannya,
dimana dua-duanya saling menguntungkan dan membutuhkan satu samalainnya.

2.1.2.6 Struktur Seni Rupa


2.1.2.6.1 Titik
Menurut Sadjiman, (2009:94) secara umum dimengerti bahwa suatu bentuk
disebut sebagai titik karena ukurannya yang kecil, dikatakan kecil karena objek
tersebut berada pada area yang luas dan manakala dengan objek yang sama dapat
dikatakan besar apabila diletakan pada area yang sempit, sedangkan menurut
Georges Seurat, titik adalah salah satu elemen dalam seni rupa yang paling kecil,
dan merupakan elemen paling dasar dalam seni rupa.
Titik mempunyai peran yang sama dengan elemen seni yang lain seperti
garis dan warna. penggunaan titik biasanya pada bagian-bagian yang terkecil dalam
suatu karya seni. Misalkan dalam lukisan manusia titik digunakan pada bagian
datail wajah, mata, dan dalam lukisan pemandangan. Penggunaan titik biasanya
dipakai pada bagian pohon, daun, tanah dan batu-batuan. Menurut Sadjiman,
(2005:70) dalam seni lukis ada suatu aliran yang disebut dengan pointilis, melukis
atau menggambar dengan teknik titik-titik ini disebut dengan pointilisme.
Pointilisme kemudian menjadi suatu aliran dalam seni lukis yang menggunakan
teknik titik menitik. Suatu karya hasil susunan pecahan-pecahan kaca atau keramik
yang terlihat sebagai susunan titik-titik disebut muzaik. Bisa juga membuat muzaik
tiruan dengan sobekansobekan kertas pada permukaan yang mengandung lem.
Kalau kita mengatur pasir, kerikil, atau batu-batu, sesungguhnya perbuatan
menyusun titik-titik, (Sadjiman 2005: 70).
14

Gambar 1. 1 Titik
Gambar (Sumber
2. 1 Titik
(sumber : www.zonareferensi.com/unsur-unsur-
seni-rupa/)

2.1.2.6.2 Garis

Garis dalam seni Rupa adalah awal dari ekspresi dan ide dalam berkarya,
garis juga dapat mereduksi seni pada bentuk yang paling sederhana. Menurut
Djelantik dalam Made (2009 : 107) garis sebagai bentuk mengandung arti lebih dari
pada titik, karena dengan bentuknya sendiri garis menimbulkan kesan tertentu pada
pengamat. Berkaitannya dengan karya seni, Sunaryo dalam Majid (2016)
menjelaskan beberapa pengertian tentang garis; pertama, garis merupakan tanda
yang memanjang dan membekas pada suatu permukaan; kedua, garis merupakan
suatu bidang atau permukaan, bentuk dan warna. Garis dapat menjadi refleksi pesan
dari seniman, seperti pernyataan Dharsono (2017:38) Garis merupakan symbol
ekspresi dari ungkapan seniman, seperti garis- garis yang terdapat dalam seni non
figurative atau juga pada seni ekspresionisme dan abstraksionisme.

Gambar 2. 2
Garis
(Sumber : i0.wp.com/hidupsimpel.com/wp-
content/uploads/2017/04/garis.jpg?resize=616%2C346)
15

Intensitas dalam garis dapat dirasakan , karena setiap garis memiliki kekuatan,
seperti emosional yang dapat diterjemahkan melalu garis yang dibuat. Dalam
hubungannya dengan seni rupa, garis memiliki karakteristik dalam penggunaannya,
dikarenakan garis mempunyai arti atau varian yang tercipta karena proses stimulasi
dari apa yang dilihat sehari-hari secara sederhana.

Beberapa varian garis beserta suasananya :

 Horizontal : Memberi sugesti ketenangan atau hal yang tak bergerak.

 Vertikal : Stabilitas, kekuatan atau kemegahan.

 Diagional : Tidak stabil, sesuatu yang bergerak atau dinamika.

 Lengkung S : Grace, keanggunan.

 Zig-zag : Bergairah, semangat, dinamika atau gerak cepat.

 Bending up right : Sedih, lesu atau kedukaan.

 Diminishing Perspective : Adanya jarak, kejauhan, kerinduan dan sebagainya.

 Concentric Arcs : Perluasan, gerakan mengembang, kegembiraan dsb.

 Pyramide : Stabil, megah, kuat atau kekuatan yang masif.

 Conflicting Diagonal : Peperangan, konflik, kebencian dan kebingungan.

 Spiral : Kelahiran atau generative forces.

 Rhytmic horizontals : Malas, ketenangan yang menyenangkan.

 Upward Swirls : Semangat menyala, berkobar-kobar, hasrat yang tumbuh.

 Upward Spray : Pertumbuhan, spontanitas, idealisme.

 Inverted Perspective : Keluasan tak terbatas, kebebasan mutlak, pelebaran tak


terhalang.

 Water Fall : Air terjun, penurunan yang berirama, gaya berat.

 Rounded Archs : Lengkung bulat mengesankan kekokohan.

 Rhytmic Curves : Lemah gemulai, keriangan.

 Gothic Archs : Kepercayaan dan religius.

 Radiation Lines : Pemusatan, peletupan atau letusan


16

Garis mempunyai peranan sebagai garis, peranan garis dalam seni rupa,
yaitu :
- Simbol bentuk logis
- Simbol informasi.
- Simbol ilustrasi.
- Simbol ekspresi.

Garis disamping memiliki peranan juga mempunyai sifat formal dan non
formal, misalnya garis-garis geometrik yang bersifat formal, beraturan, dan resmi.
Garis-garis non geometrik bersifat tak resmi dan cukup fluwes, lemah-gemulai,
lembut, acak-acakan, yang semuanya tergantung pada intensitas pembuat garis.
Namun yang paling penting sebenarnya bukan simbol atau lambang, tetapi
bagaimana merasakan intensitas garis yang tergores pada setiap karya seni. Dalam
melihat garis harus dapat merasakan lewat mata batin untuk merasakan setiap
getaran yang terdapat pada setiap goresan

2.1.2.6.3 Shape

Shape adalah suatu bidang kecil yang terjai karena dibatasi oleh sebuah kontur
(garis) dan atau dibatasi oleh adanya warna yang berbeda atau oleh gelap terang
pada arsiran atau karena adanya tekstur (Dharsono, 2017, hlm.38).

Gambar 2. 3 Bentuk
(Sumber : https://moondoggiesmusic.com/wp-content/uploads/2018/09/3.-Unsur-Seni-Rupa-
Bentuk.png)
17

Dari segi perwujudannya, menurut Majid (2016) raut dapat dibedakan


menjadi tiga, yaitu :

2.1.2.6.3.1 Raut geometris

Raut Geometris adalah raut yang berkontur atau dibatasi oleh garis lurus
atau lengkung yang mekanis, seperti bangun yang terdapat dalam geometri atau
ilmu ukur.

2.1.2.6.3.2 Raut organis atau biomorfis

Raut organis merupakan raut yang bertepi lengkung bebas, sedangkan raut
yang bersudut banyak memiliki banyak sudut berkontur garis zigzag.

2.1.2.6.3.3 Raut tak beraturan

mungkin karena tarikan tangan bebas, terjadi secara kebetulan, atau melalui
proses khusus yang mungkin sulit dikendalikan.

Dalam pembuatan karya seni, biasanya seniman akan mengubah objek


sesuai dengan latar belakang dan kemampuannya. Seperti yang dikemukakan
Dharsono (2017:39), dalam pengolahan objek akan terjadi perubahan bentuk, antara
lain:

1) Stilasi merupakan cara pengambaran untuk mencapai bentuk keindahan


dengan cara penggayaan objek atau benda yang digambar sesuai dengan
penggayaan kontur pada objek atau benda tersebut.

Gambar 2. 4 Stilasi
18

(Sumber : https://infobatik.id/wp-content/uploads/2018/07/stilasi1.jpg

2) Distorsi adalah penggambaran bentuk yang menekankan pada pencapaian


karakter, dengan cara menyangatkan wujud-wujud objek atau benda yang
digambar.

Gambar 2. 5 Distorsi
(Sumber : https://wisnujadmika.files.wordpress.com/2013/02/distorsi-1.jpg?w=477
3) Tranformasi ialah penggambaran bentuk yang menekankan pada pencapaian
karakter, dengan cara memindahkan wujud atau figur dari objek lain ke objek
yang digambar.

Gambar 2. 6 Transformasi
(Sumber :www.dictio.id/uploads/db3342/original/3X/3/b/3bc168de5c40303ba3f2d05611ac93a0e5
ac8705.jpg )

4) Disformasi merupakan penggambaran bentuk yang menekankan pada


interpretasi karakter, dengam cara mengubah bentuk objek dengan cara
menggambarkan objek tersebut dengan hanya sebagian yang dianggap mewakili
19

Gambar 2. 7 Disformasi
(Sumber : wisnujadmika.files.wordpress.com/2013/02/deformasi.jpg)

2.1.2.6.4 Texture

Menurut Kartika (2017:45) texture (tekstur) adalah unsur rupa yang


menunjukan rasa permukaan bahan, yang sengaja dibuat dan dihadirkan dalam
susunan untuk mencapai bentuk rupa, sebagai usaha untuk memberikan rasa
tertentu pada permukaan bidang pada perwajahan bentuk pada karya seni rupa
secara nyata atau semu.

Gambar 2. 8 Tekstur
(Sumber : www.zonareferensi.com/unsur-unsur-seni-rupa/)
20

2.1.2.6.3 Warna

Warna merupakan salah satu unsur terpenting dalam seni rupa. Menurut jurnal
Bandung Ibnu Majid Arty: Journal of Visual Arts 5 (1) (2016 Warna ialah kualitas
rupa yang dapat membedakan kedua obyek atau bentuk yang identik raut, ukuran,
dan nilai gelap terangnya. Warna dalam sebuah karya seni rupa meliputi beberapa
fungs. Seperti yang dikemukakan Kartika (2017:47) yaitu:

2.1.2.6.3.1 Warna sebagai warna: kehadiran warna tersebut sekedaruntuk memberi


tanda pada suatu benda atau barang, atauhanya untuk membedakan ciri
benda satu dengan lainnya tanpamaksud tertentu dan tidak memberikan
pretensi apapun. Warna-warna tidak perlu dipahami Atau dihayati
karena kehadirannya hanya sebagai tanda dan lebih dari itu hanya
sebagai pemanis permukaan.
2.1.2.6.3.2 Warna sebagai representasi alam. Kehadiran warna merupakan
penggambaran sifat objek secara nyata, atau penggambaran dari suatu
objek alam sesuai dengan apa yang dilihatnya. Misalnya : hijau untuk
menggambar daun, rumput, dan biru untuk laut, gunung, langit dan
sebagainya. Warna-warna tersebut sekedar memberikan ilustrasi dan
tidak mengandung maksud lain kecuali memberikan gambaran dari apa
yang dilihatnya. Warna-warna ini banyak dipakai oleh kaum naturalis
dan realis dan juga pada karya representatif lain.
2.1.2.6.3.3 Warna sebagai tanda/lambang/symbol. Di sini kehadiran warna
merupakan lambang atau melambangkan sesuatu yang merupakan
tradisi atau pola umum (Kartika 2017:47). Arti perlambangan warna
adalah warna mempunyai pengaruh terhadap emosi dan asosiasinya
terhadap macam-macam pengalaman yang dianggap penting.
(Darmaprawira 2002:41). Berikut ini merupakan gambaran warna yang
memiliki nilai perlambangan secara umum
21

Tabel 2. 1
perlambangan warna

Warna Sifat Penampilan


Merah Darah, marah, berani, seks, bahaya, kekuatan, kejantanan,
cinta, kebahagiaan,
Merah Mulia, agung, kaya, bangga (sombong) dan mengesankan
keunguan
Ungu Sejuk, negatif, mundur, dan menyerah
Biru Sejuk, pasif, tenang dan damai
Hijau Perenungan, kepercayaan (Agama), keabadian, kesegaran,
mentah, muda, belum dewasa, pertumbuhan, kehidupan,
harapan, terlahir kembali, dan kesuburan
Kuning Kesenangan atau kelincahan, intelektual, pengertian, dan
kemuliaan cinta
Putih Positif, merangsang, cemerlang, ringan dan sederhana,
kesucian, jujur, polos dan murni, penyerahan, maha tinggi,
lambang cahaya, kemenangan
Abu-abu Ketenangan, sopan, dan sederhana, pasif, sabar dan rendah hati,
intelegensi, penengah dan ragu –ragu
Hitam Gelap, misteri, malam, kehancuran atau kekeliruan, tegas,
kukuh, formal, struktur yang kuat,
( sumber : Darmaprawira, 2002 : 45)

Gambar 2. 9 Warna teori Munsell


(sumber : https://www.justpaint.org/wp-content/uploads/2017/06/Munsell-Illustration-w-Title-
2.jpg)
22

2.1.2.6.5 Kontras

Menururut Dharsono (2017:52) Kontras merupakan paduan unsur-unsur yang


berbeda tajam. Semua matra sangat berbeda (interval besar), gelombang panjang
pendek yang tertangkap oleh mata/telinga menimbulkan warna/suara.

Kontras sangat berpengaruh dalam komposisi visual, jika dibuat berlrbihan


akan sangat mengganggu.

Gambar 2. 10 Kontras
(sumber :https://daccent.files.wordpress.com/2009/11/kontrswarna2.jpg?w=300&h=296)
2.1.2.7 Prinsip Seni Rupa
2.1.2.7.1 Kesatuan

Kesatuan merupakan hasil akhir dari penggabungan prinsip-prinsip secara


keseluruhan guna mencari sebuah keharmonisan. Menurut Dharsono (2017:56)
kesatuan adalah kohensi, konsistensi, ketunggalan atau keutuhan ysng merupakan
pokok dari komposisi. Prinsip kesatuan diterapkan di dalam karya seni lukis dengan
menghadirkan beberapa subyek lukisan yang di dalamnya terdapat prinsip
keseimbangan, irama, dan dominasi yang membentuk satu kesatuan Majid (2016).
23

Gambar 2. 11
Kesatuan
( Sumber : https://4.bp.blogspot.com/-
Tc4ss5q2V8w/V8PPiol5j8I/AAAAAAAADQk/Q6UweYGONlY7OoXIPlgkjQpS
B6_VLqkFwCLcB/s1600/kesatuan-unity-desain-blogernas-3.png)

2.1.2.7.2 Keseimbangan

Keseimbangan (balance) merupakan prinsip desain yang berkaitan dengan


pengaturan ”bobot” akibat “gaya berat” dan letak kedudukan bagian-bagian,
sehingga susunan dalam keadaan seimbang Sunaryo dalam Majid (2016). Menurut
Dharsono (2017:56) bobot visual ditentukan oleh ukuran, wujud, warna, tekstur,
dan kehadiran semua unsur dipertimbangkan dan diperhatikan keseimbangan.

Gambar 2. 12
Keseimbangan
( Sumber :https://2.bp.blogspot.com/-Qv4C17wE3I8/V8Q2xiL-
0OI/AAAAAAAADRw/ALc14rhon3I4bEW88VLgGtZR4f6TTrItQCLcB/s1600/keseimbangan-
simetris-blogernas-4.png)
24

2.1.2.7.3 Dominasi

Dominasi adalah pengaturan peran atau penonjolan bagian atas bagian


lainnya dalam suatu keseluruhan Sunaryo dalam Majid (2016). Dengan peran yang
menonjol pada bagian itu maka menjadi pusat perhatian (center of interest) dan
merupakan tekanan (emphasis), karena itu menjadi bagian yang penting dan yang
diutamakan, diperkuat dengan pernyataan Dharsono (2017:60) ada berbagai cara
untuk menarik perhatian kepada titik berat tersebut, yaitu dapat dicapai dengan
melalui perulanan ukuran serta kontras dan tekstur.

Gambar 2. 13
Dominasi
(sumber :https://nurlailyfitriah.weebly.com/uploads/4/2/5/9/42590581/7855644_orig.png )

2.1.2.7.4 Proporsi

Proporsi dan skala mengacu kepada hubungan antara bagian dari suatu
desain dan hubungan antara bagian dengan keseluruhan. Suatu ruangan yang kecil
dan sempit bila diisi dengan benda besar, massif, tidak akan kelihatan baik dan juga
tidak bersifat fungsional Kartika ( 2017: 62)
25

Gambar 2. 14
Proporsi
(sumber :https://www.yuksinau.id/wp-content/uploads/2016/04/Proporsi.png)
2.1.2.7.5 Intensity

Dharsono (2017:50) menjelaskan bahwa intensity/chroma diartikan sebagai


gejala kekuatan/intensitas warna (jernih atau suramnya warna). Warna yang
mempunyai intensity penuh/tinggi adalah warna yang sangat mencolok dan
menimbulkan efek yang brillian, sedangkan warna yang intensitynya rendah adalah
warna-warna yang lebih berkesan lembut. Warna ini dapat menyenangkan bila
digunakan untuk area yang luas dengan intensity yang penuh digunakan sebagai
aksen.

Gambar 2. 15
intensitas
( Sumber : www.zonareferensi.com/unsur-unsur-seni-rupa/)
26

2.1.2.7.6 Ruang dan Waktu

Ruang dalam unsur rupa merupakan wujud tiga dimensi yang mempunyai
volume. Menurut Dharsono (2017:50) ruang dalam seni rupa dibagi atas dua
macam yaitu ruang nyata dan ruang semu. Ruang semu, artinya indera penglihatan
menangkap bentuk dan ruang sebagai gambaran sesungguhnya yang tampak pada
taferil/layar/kanvas dua matra seperti yang dapat kita lihat pada karya lukis, karya
desain, karya illustrasi dan pada layar film. Ruang nyata adalah bentuk dan ruang
yang benar-benar dapat dibuktikan dengan indera peraba.

Gambar 2. 16
ruang
(Sumber :https://i2.wp.com/carajuki.com/junkies/wp-
content/uploads/2015/08/2THMN.jpg?resize=750%2C403)

2.1.2.7.7 Komposisi

Komposisi dalam seni rupa merupakan hal yang penting dan menujang suatu
karya seni. Dharsono (2017:51) Hakekat suatu komposisi yang baik, jika suatu
proses penyusunan unsur pendukung karya seni, senantiasa memperhatikan prinsip
prinsip komposisi: harmoni, kontras, unity, balance, simplicity, aksentuasi, dan
proporsi.
27

Gambar 2. 17
Komposisi
(Sumber:https://www.dictio.id/uploads/db3342/original/3X/2/b/2b1497fe8bfb84102ee226573edb4
9e5f4e4ea20.jpg)

2.1.2.7.8 Repitisi

Repetisi merupakan pengulangan unsur-unsur pendukung karya seni. Repetisi


atau ulang merupakan selisih antara dua wujud yang terletak pada ruang dan waktu,
maka sifat paduaannya bersifat satu matra yang dapat diukur dengan interval ruang,
serupa dengan interval waktu antara dua nada musik beruntun yang sama. Interval
ruang atau kekosongan atau jarak antar objek adalah bagian penting di dalam desain
visual seperti interval waktu adalah kesunyian antara suara adalah bagian penting.
Puisi, desain, musik, dan semua unsur dalam kesenian memungkinkan adanya
repetisi (ulang).

Gambar 2. 18
repetisi
( Sumber :www.whiteboardjournal.com/interview/idea
s/simbol-dan-repetisi-bersama-albert-yonathan/)
28

2.1.2.7.9 Harmoni

Dharsono ( 2017:52 )Harmoni atau selaras merupakan paduan unsur-unsur


vang berbeda dekat. Jika unsur-unsur estetika dipadu secara berdampingan maka
akan timbul kombinasi tertentu dan timbul keserasian (harmony).

Gambar 2. 19 Harmoni
(Sumber : https://www.yuksinau.id/prinsip-seni-rupa-dan-
gambarnya/)

2.1.2.8 Teknik lukis dalam seni rupa


2.1.2.8.1 Aquarelle
Menurut Mario Viani, teknik aquarel dibuat dengan banyak campuran air
sehingga dalam penuangannya teknik ini akan lebih encer dari teknik plakat. Teknik
ini banyak digunakan dalam pembuatan latar belakang karena lebih
menguntungkan dalam memberikan efek leleran serta efek dari hisapan dengan
menggunakan kain dan hasilnya bisa memberikan kesan artistik pada karya.

Sedangkan menurut Satrio Kurnia teknik aquarel Teknik ini merupakan teknik
yang menggunakan cat dengan mencampurkan banyak medium pengencernya yang
membuat cat bersifat tipis dan transparan sehingga tidak menutup penuh warna di
bawahnya.

Kesimpulannya teknik aquarel adalah teknik yang menggunakan air lebih


banyak dan memiliki kesan transparan.
29

Gambar 2. 20
Aquarele
(Sumber : https://www.aquarelle-
passion.fr/en/villages-perches/212-toscane-1.html)

2.1.2.8.2 Opaque

Menurut Satriyo Kurnia Opak atau opaque dalam Bahasa Inggris dan opacus
dalam Bahasa latin berarti digelapkan, tidak tembus pandang atau tidak transparan.

Sedangkan menurut Brinda Adi Juang, melukis dengan teknik opaque, cat yang
mempunyai sifat sebagai penutup bidang yang dikenainya, jika ditumpuk dapat
mengganti atau mengubah warna yang ditutupi atau ditumpangi. Teknik saling
menutup ini sebagai blok juga sangat cocok untuk digunakan pada bahan cat akrilik.
Pelukis menggunakan teknik sebagai warna dasar background dan warna dasar
yang dominan pada objek sebelum detailnya pewarnaan gelap terang. Teknik ini
digunakan pada semua karya.
30

Gambar 2. 21
Opaque
(Sumber : https://donnazagotta.com/what-is-
opaque-watercolor/

2.1.2.8.3 Wet to wet

Menurut Rangga Patriani, Teknik basah (wet-on-wet) yaitu teknik cat air dengan
cara menuangkan kuas basah pada kertas basah.

Lalu Dessy Silitinga menjelaskan, pada dasarnya, seniman menambahkan cat


basah di area yang masih basah (wet-on-wet) guna menghasilkan warna yang
menyebar. Sapuan-sapuan warna yang lembut dan tercampur jadi satu.

Gambar 2. 22 wet to wet


(Sumber : https://watercolorpainting.com/wetinwet/
31

2.1.2.8.4 Wet to dry


Menurut Sepbianti, teknik kering (wet-on-dry) yaitu teknik cat air dengan
cara menuangkan kuas yang telah dibasahi pada kertas kering. Sehingga nanti
menghasilkan dan gestur yg unik, tetapi didalam penggunaannya biasanya
menunggu kering untuk ditumpuk warnanya.

Gambar 2. 23 wet to dry


(sumber : https://www.pinterest.com/pin/443745369504505049/)

2.1.2.8.5 Lelehan

Lelehean adalah teknik lukis yang sering dipergunaka, teknik ini dilakukan
dengan kadar air yang sanagat banyak dan digoreskan dengan kuas. Ada beberapa
lelehan yang tercipta yaitu lelehan yang disengaja dan lelehan yang tidak disengaja.
Menurut Helmi lelehan yang tidak sengaja tercipta adalah cat yang meleleh pada
saat pewarnaan teknik goresan kuas dengan kadar air yang berlebih. Sedangkan
lelehan yang secara sengaja tercipta adalah dengan cara menuang cat pada kanvas,
membuat lelehan dengan goresan-goresan kuas besar, lelehan yang dibuat dengan
warna berbeda, lelehan dibuat dengan ukuran yang berbeda, lelehan dibuat dengan
arah yang berbeda

Sedangkan menurut Arifin, teknik lelehan adalah suatu teknik pewarnaan


dengan mencampur warna agak sedikit cair yang diterapkan pada kanvas dengan
32

menggunakan kuas, warna yang cair dibiarkan leleh sehingga menimbulkan suatu
efek warna yang artistik.

Dapat ditarik kesimpulan, teknik lelehan adalah teknik yang menggunakan cet
dengan kadar air yang banyak lalu digoreskan ke kanvas menggunakan kuas.

Gambar 2. 24 Lelehan
(sumber : https://docplayer.info/46743033-Kontemplasi-konflik-diri-
sebagai-ide-penciptaan-lukisan-tugas-akhir-karya-seni.html

2.1.3 Carita Kuda Kosong


2.1.3.1 Sejarah Kuda Kosong
Kuda kosong adalah sebuah seserahan yang diberikan oleh raja Mataram
pada masa penjajahan mataram ke tanah Sunda, awal mulanya, Cianjur dijajah oleh
Cirebon lalu Cirebon takluk oleh Mataram, secara otomatais Cianjur ada dibawah
kepemimpinan Mataram dan meminta upeti setiap tahunnya. Cianjur pada masa itu
keberatan dengan adanya upeti tersebut karena pada saat itu Cianjur masih dalam
tahap daerah yang baru atau berkembang, sehingga mempengaruih kepada hasil
panen dan yang lainnya. Elis Khoeriyah dkk (2013) mengatakan bahwa sejarah
kuda kosong berkaitan dengan sejarah berdirinya kabupaten Cianjur, Konon
daerah-daerah kesundaan pada waktu itu sedang berada dibawah pimpinan raja
33

Mataram, dan Mataram mengetahui bahwa ada salah satu kota kecil bernama
Cianjur yang sedang dibangun.
Bupati saat itu yang bernama Arya Wiratanu I bingung lalu mengumpulkan
kedua adiknya yang bernama Arya Kidul dengan sastra dan berdiplomasi dan Arya
Cikondang yang ahli beladiri untuk diajak diskusi mengenai masalah tersebut, Arya
Cikondang yang ahli bela diri, berpendapat untuk perang melawan mataram, karena
dia menganggap mataram sudah keterlaluan meminta upeti kepada daerah yang
tidak punya hasil alam banyak, tetapi Arya Kidul dan Arya Wiratanu menolak
karena sangat beresiko besar bagi mereka dan masarakatnya, akhirnya Arya Kidul
memberi pendapat, dia menyarankan dengan cara berdiplomasi dengan
mengirimkan surat kepada kerajaan Mataram dengan isi bahawa Cianjur tidak
mampu meberi upeti dikarenakan sedang dalam tahap pembangunan dan daerah
kecil. Akhirnya keputusan itu didukung sepenuhnya oleh Arya Wiratanu I dan
mengutus Arya Kidul dan Arya Cikondang beserta beberapa orang yang lainnya
menuju kerajaan Mataram untuk menyampaikan surat tersebut. Setelah samapai di
kerajaan Mataram, utusan yang tadi dibawa langsung ke hadapan Raja Mataram
dan mereka memberikan surat yang dibawa dari Cianjur dan tiga buah cabe, tiga
butir merica, dan tiga butir padi, sang raja pertama membuka surat itu dan
membacanya, sambil membaca surat itu sang raja menangis karena tulisan dalam
surat itu sangatlah indah, dan akhirnya raja Mataram mengerti dengan kondisi yang
ada di Cianjur, raja Mataram membebaskan dari upeti untuk Cinajur lalu memberi
mereka Kuda besar yang berwarna hitam, pohon saparantu, dan keris milik raja
mataram sebagai bukti mereka telah datang dan menyampaikan pesan dari Cianjur
ke Mataram.
Dinamakan sebagai kuda kosong, dikarenakan ketika dibawa ke Cianjur
kuda itu tidak ditunggangi oleh siapa-siapa, sebab Arya Kidul menghormati
kakanya karena kuda yang diberikan oleh Raja Mataram itu milik kakanya, Elis
Khoeriyah dkk (2013) mengatakan Setelah sesampainya di Cianjur kuda tersebut
diarak mengelilingi kota Cianjur dimana kuda tersebut menjadi suatu kebanggan
bagi kabupten Cianjur. Karena pada saat pulang dari kerjaan Mataram Kuda
tersebut tidak ditunggangi maka kuda tersbut akhirnya disebut sebagai Kuda
Kosong.
34

Gambar 2. 25 Asal usulna Hayam Pelung


(Sumber : www.percekaartcentre.org/2011/12/asal-usulna-hayam-pelung-jeung-dongeng-
dongeng-Cianjur-lianna/)

2.1.3.2 Kuda Kosong Masa Kini

Masa kemasa sebuah kebudayaan semakin berkembang dengan sendirinya,


ada yang disengaja ataupun tidak disengaja, perkembangan budaya yang tidak
disengaja contohnya seperti bahasa yang dimana hari demi hari semakin mebaharui
dirinya sendiri. Dalam kasus perkembangan budaya yang disengaja, contonya yaitu
kuda kosong. Kuda kosong hari ini menjadi salah satu budaya sekaligus hiburan
bagi masarakat Cianjur, bentuknya yaitu arak-arakan dimana si kuda yang berwarna
hitam diberi pakaiaan atau kostum supaya terlihat lebih gagah, lalu diarak
mengelilingi alun-alun Cianjur. Awalnya arak-arakan kuda kosong diadakan setiap
perayaan hari besar Islam, Elis Khoeriyah dkk (2013) pernah menjelaskan bahwa
Kuda Kosong diadakan untuk memperingati hari besar Islam, dan jika sedang
diadakannya kegiatan yang penting di pendopo kabupaten Cianjur. Sehingga pada
zaman dahulu pertunjukan Kuda Kosong tidak terbatas hanya satu kali saja dalam
setahun melainkan bisa lebih dari satu kali.Lalu pada saat ini kuda kosong diadakan
hanya pada hari jadi Cianjur 12 Juli dan hari Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus.
35

2.1.3.4 Tujuan Kuda Kosong

Setelah dijelaskan sejarah kuda kosong dan kuda kosong masa kini,
tetntunya ada tujuan-tujuan teretentu dengan diadakannya arak-arakan kuda kosong
ini, salah satunya yaitu untuk mengenang perjuangan Cianajur dari kekangan pajak
Mataram dengan cara berdiplomasi, dan kuda inilah yang menjadi saksi
keberhasilan itu.

Tujuan lainnya yaitu untuk mengenalkan nama Cianjur kepermukaan umum


atau wilayah lain, dengan diadakannya helaran ini banyak masyarakat tahu tentang
sejarah Cianjur, mau itu masayarakat lokal ataupun luar, seperti yang dijelaskan
oleh Elis Khoeriyah dkk (2013), helaran atau arak-arakan kuda kosong dari segi
pariwisata yaitu untuk menarik para wisatawan baik lokal maupun dari luar daerah
untuk datang ke kabupaten Cianjur sehingga hal tersebut bisa meningkatkan nilai
pariwisata kabupaten Cianjur, serta menjadi salah satu cara untuk mengenalkan
nama kabupaten Cianjur.

2.1.4 Kesenian Cianjur


2.1.4.1 Ngaos

Kota Cianjur merupakan kabuoaten berlandaskan religious yang tinggi,


salah satunya adalah ngaos. Menurut Lestari dan Harding (2017) Ngaos adalah
tradisi mengaji yang mewarnai suasana dan nuansa Cianjur dengan masyarakat
yang dilekati dengan keberagamaan. Ngaos mencerminkan perilaku masyarakat
Cianjur yang berakhlakul karimah.

Gambar 2. 26
Ngaos
(Sumber : http://2.bp.blogspot.com/-h78g9NfaRIo/WIefQJuI9WI/AAAAAAAADR0/6Ybhw9Ld_K4-
aMadVx3414L5K4gOVttuACK4B/s1600/ngaos-1-620x350.jpg)
36

2.1.4.2 Maenpo
Maenpo adalah salah satu silat yang berasal dari Cianjur, maenpo juga biasa
disebut Silat Cikalongan, karena berasal dari Cikalong Cianjur. Menurut
hardjawinata dalam Agus Heryana, menjelaskan bahwa istilah pencak silat atau di
Jawa Barat sering disebut penca saja tanpa diikuti kata silat atau ulin, ameng atau
disebut juga maen po. Kata ‘po’ berasal dari bahasa Mandarin yang berati
pertahanan. Maenpo berarti ”maen pertahanan’

Gambar 2. 27
maenpo
(Sumber : https://static.pikiran-
rakyat.com/public/medium/public/image/2016/08/silat.jpg)

2.1.4.3 Mamaos

Mamaos adalah kesenian yang berasal dari Cianjur, biasanya disebut juga
dengan Tembang Cianjuran, tembang juga bisa diartikan dengan lagu atau
senandung. Menurut Natamihardja dalam Aprillia Adawiyah dkk, mamaos
berdasarkan asal kata (etimologi) yaitu mamaos berasal dari kata maos bahasa lain
dari maca. Jadi, kata maca menjadi maos yang bermakna banyak yang dibaca,
bukan hanya membaca tulisan, dan kata mamaos hanya ada di Cianjur. Di daerah
lain sering disebut dengan tembang Sunda Cianjuran
37

Gambar 2. 28
Mamaos
(Sumber :https://static.pikiran-
rakyat.com/public/medium/public/image/2017/03/2203Cianjuran.jpg
2.1.4.4 Lampu Gentur

Lampu gentur adalah lampu yang khas dibuat dari Cianjur, awal mulanya
lampu gentur dibuat oleh orang Cianjur untuk penerangan jalan-jalan yang gelap
yang dibuat dari kaleng beka dan kaca, namun lampu gentur tidak memiliki ciri
khas yang dominan, hanya saja desainnya khas dengan lampu pada jaman kolonial
Belanda. Menurut data wawancara Devnny Gumulya dkk, Novi Siti Juleiha sebagai
generasi keempat pemilik Uni Antique Lamp, awalnya lampu ini dibuat atas
inisiatif para santri untuk membuat alat penerangan pada tahun 1920dengan meniru
alat-alat penerangan yang terpasang di rumah-rumah orang belanda dan jadilah
hingga kini bentuk lampu Gentur yang klasik dan tradisional.
38

Gambar 2. 29
Lampu Gentur
( sumber :http://4.bp.blogspot.com/-r5-
KnEX_TR4/WInjlsmKTHI/AAAAAAAACMM/TA_tfAvDhyE0VYSo5VGIT-
whuMQpKe9dgCK4B/s1600/Lentera%2BGentur2.jpg)
2.1.4.5 Tauco

Tauco adalah bahan makan yang khas dari Cianjur, tauco pembuatannya
dari fermentasi kacang sekilas seperti natto dari jepang dan pembuatannya juga
sama dengan cara fermentasi namun natto sanagat lengket dan bisa dimakan
langsung, kalau tauco bisanya menjadi bahan masakan atau penyedap makanan.
Menurut Sadiah Djayasupena Makanan hasil fermentasi yang bahan baku utamanya
kedelai cukup banyak di Indonesia dan salah satu pengolahan kedelai melalui
proses fermentasi adalah produk yang dikenal sebagai tauco.
39

Gambar 2. 30
Tauco
( Sumber :https://www.kabarsidia.com/wp-content/uploads/2018/12/Tauco-Cap-Meong-1880.jpg)

2.1.4.6 Beras Cianjur

Beras dalah makanan pokok orang Indonesia, beras di Indonesia banyak


jenisnya, salah satunya yaitu beras Pandanwangi dari Cianjur, yang membedakan
beras pandanwangi dengan yang lainnya adalah aromanya yang khas, tdan textur
nasinya. Beras pandawangi menjadi beras unggulan dari Jawa barat karena
kekhasannya itu dan menjadi komoditas unggul dari Cianjur. Menurut Dika
Supyandi mengatakan bahwa Padi Pandanwangi mempunyai keunggulan dari segi
aroma, rasa dan tekstur nasi yang pulen. Kekhasan yang dimiliki Pandanwangi
tersebut membuat beras Pandanwangi bergengsi dan diminati masyarakat
menengah ke atas meskipun harganya tinggi.
40

Gambar 2. 31
Beras Cianjur
( Sumber : https://cf.shopee.co.id/file/1262a41374e1310f2e06d3f8f52e0d02

2.1.5 Ekspresi Visual


Ekspresi adalah pengungkapan suatu maksud, perasaan yang dibebani oleh
suatu individu dan dituangkan dalam berbagai bentuk, bentuk tersebut bisa
berbentuk, tulisan, gerakan, musik, bahkan gambar. Egi Sugiarto menyebutkan
ekspresi Seni merupakan bentuk ungkapan manusia yang telah ada berabad-abad
lamanya, sejak manusia ada di muka bumi.
Ekspresi dilatar belakangi oleh lingkungan hidup seseorang, dan ekpresi itu
sendiri menjadi identitas sosial bagi masarakat disekitarnya. Identitas sosial adalah
anggapan suatu masyarakat (kelompok) kepada pribadi (individu). hubungan
ekspresi dengan lingkungan sangat erat kaitannya, Menurut Suparlan dalam Egi
Sugiarto mengatakan bahwa seni sebenarnya bukan semata - mata sebagai
hubungan ketergantungan manusia dengan lingkungannya, tetapi jugaterjadi
hubungan timbal balik.
Visualisasi adalah merekayasa atau menggambarkan suatu hal kedalam
bentuk gambar, diagram dll, Visualisasi menurut Porter dan'Foster (1986: 67) dan
Wilkinson dalam Sukadiyanto (2000) adalah melihat dengan mata hatinya (seeing
with the mind's eye). Dimana gerak teknik itu dilihat, direnungkan, dirasakan dalam
bayangan dan selanjutnya dipraktekkan secara fisik.
Sedangkan menurut Sukadiyanto (2000) visualisasi adalah suatu proses
mengingat, membayangkan dengan penghayatan terhadap apa yang pemah dilihat,
didengar, dan dirasakan untuk dimuneulkan kembali ke dalam aktivitas sesuai
41

dengan kejadian sebelumnya. Maka dengan demikian, Visualisasi adalah melihat


kejadian, membayangkan, dan menghayati suatu fenomena lalu direnungkan dan
dibuat sebuah bentuk tegantung yang diinginkan.
Bisa disimpulkan dari pengertian-pengertian diatas bahwa exspresi visual
adalah pengungkapan suatu maksud yang dibayangkan, diahayati sehingga menjadi
sebuah bentuk.
2.1.6 Mixed Media
Mixed media dalam penciptaannya menggunakan media lebih dari satu media,
sebuah teknik yang melibiatkan dua atau lebih. Menurut Sutarti, mixed media yaitu
suatu teknik melukis yang menggunakan perpaduan beragam media. Mixed media
juga menggunakan teknik teknik yang lebih dari satu, Suwarna menjelaskan bahwa
teknik media itu adalah gambar yang dibuat dengan perpaduan berbagai
media/teknik.

Kesimpulannya, Mixed Media adalah tuangan ekpressi seorang seniman untuk


membuat karya yang menggunakan dua atau lebih media dan teknik dalam
pembuatannya. Dalam karya mixed media banyak sekali material yang dapat digali,
salah satunya dengan material tekstil seperti berikut

2.1.6.1 Benang
2.1.6.1.1 Benang wool

Menurut Ahyadi, Benang wol adalah benang yang digunakan untuk


membuat bermacam-macam hiasan, misalnya bunga, lukisan pada kain strimin,
boneka, merenda, dan sebagainya. Biasanya benang ini berbentuk gulungan.
Benang qol terbuat dari bulu domba yang tebal, karena itu, benang wol digunakan
juga untuk membuat bau hangat, mantel, dan selimut.
42

Gambar 2. 32
Benang wool
(Sumber : www.mayacrafts.asia/shop/benang-rajut-akrilik-dk-karpet-
amigurumi/)

2.1.6.1.2 Benang polyester

Menurut Dekoruma, bahan polyester adalah salah satu bahan kain yang
dibuat oleh manusia. Bahan polyester bukan berasal dari alam, melainkan melalui
proses kimiawi. Kata polyester sendiri berasal dari dua kata, polymer yang berarti
plastik dan ester yang merupakan hasil pencampuran minyak bumi, alkohol, dan
asam karboksilat.

Gambar 2. 33
Benang Polyester
(Sumber : https://www.mayacrafts.asia/shop/benang-rajut-polyester/
43

2.1.6.1.3 Benang nylon

Menurut Ahyadi, benang nilon beraal dari serat yang dibuat dari minyak
bumi, batu bara, dan bahan kimia. Serat inila yang menghasilkan benang nilon. Sifat
benang nilon keras dan kuat. Kain yang dihasilkan oleh benang nilon bersifat kaku
dan tidak menyerap keringat. Oleh karena itu, benang nilon banyak digunakan
untuk bahan parasut, tenda, jas hujan, tali ikat atau digunakan untuk menjahit
sepatu, sandal, dan kain terpal untuk tenda.

Gambar 2. 34
Benang nylon
( Sumber : https://www.mayacrafts.asia/shop/benang-rajut-nilon-pp-
kristal/

2.1.6.1.4 Benang smoke

Benang smoke adalah benang yang terbuat dari bahan rayon, biasanya agak
sediki keras, sedangkan bahan rayon adalah serat yang terbuat dari regenerasi
selulosa, menurut Shafira, bahan rayon atau yang sering disebut juga dengan kain
rayon ini merupakan salah satu jenis kain yang bahan dasarnya berupa serat hasil
dari regenerasi selulosa. Selulosa ini asalnya adalah dari dinding sel tumbuhan dan
ada juga yang berasal dari katun serta pulp kayu yang dilarutkan. Bahan rayon ini
tidak bisa kita golongkan sebagai serat alami atau serat sintetis sepenuhnya, karena
istilah yang lebih cocok digunakan untuk menyebutnya adalah serat semisintesis.
44

Gambar 2. 35
benang smoke
( sumber : https://id.carousell.com/p/benang-smock-132554290/

2.1.6.1.5 Aluminm foil


Amunium foil adalah almunium yang berbentuk kertas, biasanya dipakai
untuk memasak, dalam artian alat masak. Menurut Dinii Lidya, Aluminium foil
merupakan salah satu hasil produksi yang berbahan dasar aluminium. Aluminium
jenis foil rata-rata mengandung aluminium sebesar 92-99%. Aluminium sendiri
biasanya terbuat dari bahan bauksite, silikat dan alumina. Bahan aluminium ini
yang saya sebutkan tersebut bisa disebut juga dengan bahan Alloy.

Gambar 2. 36 alumunium foil


( Sumber : https://www.indiamart.com/proddetail/aluminum-foil-8207767830.html
45

2.1.6.1.6 Kertas
Kertas adalah media yang terbuat dari serat pohon, biasanya media kertas
dipergunakan untuk menulis. Kertas mempunyai ciri khas tipis dan bisa dilipat,
namun kertas juga bukan hanya dipakai oleh media menulis saja tapi banyak
kegunaan lainnya. Menurut Mukhofas Kertas adalah bahan yang tipis dan rata yang
dihasilkan dengan kompresi serat yang berasal dari pulp. Serat yang digunakan
biasanya adalah alami, dan mengandung selulosa dan hemiselulosa. Kertas dikenal
sebagai media utama untuk menulis, mencetak serta melukis dan banyak kegunaan
lainnya.

Gambar 2. 37 kertas
(sumber : www.edysupraeko.com/2015/11/sejarah-dan-proses-pembuatan-
kertas.html)

2.1.6.1.7 Tissue
Tissu merupakan kertas yang berdaya serap tinggi, tissue masuk kedalam
benda yang convenience, dikarenakan tidak membutuhkan pertimbangan dalam
membelinya atau bisa disebut bahan baku skunder. Tissue banyak macamnya,
macam itu juga dalam penggunaanya berbeda, ada tissue wajah, toilet, makan dan
yang lainnya, karena banyak macamnya itu, tissue dibuat berbeda ketebalan dan
daya serepanya tergantung tissue itu dibuat untuk kebutuhan apanya, tiisu terbuat
dari bahan baku bubur kertas. Bayu Wicaksono menjelaskan bahwa tissue pada
dasarnya sama, "lap" sekali pakai yang terbuat dari bubur kertas. Mereka sama-
46

sama digunakan sebagai lap meskipun objek yang dilap harusnya berbeda sesuai
fungsi/namanya.

Gambar 2. 38 tissue
( sumber : https://mostaco.ph/products/office-supplies/cleaning-
and-personal-supplies/tissue-paper-cleene-facial-tissue/)

2.1.6.1.8 Rajut

` Merajut atau crochet adalah teknik mengait berupa simpul-simpul benang


panjang yang dirangkai dengan jarum rajut yang disebut dengan hakken, atau
hakpen, mengikuti suatu pola dengan rumus-rumus tertentu.

1) Teknik Rajut
a) Chain

Chain atau rantai pada teknik rajut biasanya digunakan pada pola awal
untuk memulai merenda. Cara membuat rantai dengan cara membuat simpul,
masukan hakpen pada simpul, tarik benang menggunakan hakpen.
47

Gambar 2. 39
Chain
( sumber : https://amigurumi.today/wp-content/uploads/2016/07/basic-crochet-stitches-how-to-
crochet-chain-ch.jpg)
b) Single Crochet

Single crochet atau tusuk tunggal adalah teknik rajut yang menarik benang
melewati dua lubang lalu menarik benang keluar. Untuk melakukan teknik ini,
tidak mengambil benang sebelum masuk ke dua lubang.

Gambar 2. 40 Single crochet


(sumber : https://i.pinimg.com/originals/30/c7/5e/30c75e5540f5066ca23bafbb898aa41b.jpg

c) Double crochet

Double Crochet tusuk ganda adalah teknik rajut yang menarik benang
melewati dua lubang lalu menarik benang keluar. Untuk melakukan teknik ini,
mengambil satu benang sebelum masuk ke dua lubang.
48

Gambar 2. 41 Double crochet


( sumber : https://fitinline.com/data/article/20160211/Tusuk-Rajut-005.jpg)

d) Triple crochet

Triple crochet adalah teknik rajut yang menarik benang melewati dua
lubang lalu menarik benang keluar. Untuk melakukan teknik ini, mengambil
dua benang sebelum masuk ke dua lubang.

Gambar 2. 42 triple crochet


(sumber : https://amigurumi.today/wp-content/uploads/2016/07/basic-crochet-stitches-tutorial-
how-to-crochet-triple-treble-crochet-tr.jpg)

e) Magic ring

Magic ring atau lingkaran ajaib adalah teknik untuk membuat amigurumi
atau membuat pola melingkar.
49

Gambar 2. 43 magic ring


( sumber : https://amigurumi.today/wp-content/uploads/2016/07/basic-crochet-
stitches-tutorial-how-to-make-magic-ring.jpg)

2.1.6.1.9 Kolase

Miky Chiang dkk (2010) mengatakan, kolase adalah sebuah cabang dari
seni rupa yang meliputi kegiatan menempel potongan-potongan kecil berbagai
macam benda seperti potongan kertas, kain, bunga, bahan bekas, daundaunan
kering, ampas kelapa, biji-bijian, dan lain sebagainya,yang direkatkan pada suatu
permukaan sehingga membentuk sebuah desain atau rancangan tertentu.

Sedangkan menurut Hajar Pamadhi, dkk dalam Miki Chiang dkk (2010:52),
Kolase merupakan karya seni rupa dua dimensi yang menggunakan bahan yang
bermacam-macam selama bahan dasar tersebut dapat dipadukan dengan bahan
dasar lain yang akhirnya dapat menyatu menjadi karya yang utuh dan dapat
mewakili ungkapan perasaan estetis orang yang membuatnya.

Lalu Sumanto dalam Nurhalimah juga menjelaskan kolase adalah teknik


menggabungkan beberapa objek menjadi satu. Kolase adalah kreasi aplikasi yang
dibuat dengan menggabunghkan tehnik melukis (lukisan tangan) dengan
menempelkan bahanbahan tertentu bisa berupa bahan alam, bahan buatan, bahan
50

bekas dan sebagainya. Misalnya kertas berwarna, kertas koran, kertas kalender,
kain prca, benang dan lain sebagainya.

Kesimpulannya, kolase adalah cabang dari seni rupa yang pekerjaannya


memotong dan menempelkan media yang berfariatip yang digabungkan dengan
teknik lukis sehingga menghasilkan gambar dua dimensi yang mempunyai nilai
estetis.

2.2 Kajian Faktual


2.2.1 Studi Karya seniman
2.2.1.1 Amin Taasha
Amin Taasha merupakan seniman asal Afganistan, memiliki kesukaan dan
kemampuan membaca puisi-puisi klasik Afghanistan yang penuh aphorisma, nilai-
nilai kehidupan dengan bahasa puitik-simbolik. Amin juga mempertanyakan atau
mempersoalkan perkara kebebasan, keterbatasan, dan seperti atau bagaimana pula
kaitannya dengan takdirnya.

Gambar 2. 44
untitle karya Amin Taasha
( Sumber : www.tembi.net/wp-content/uploads/2018/06/Untitled-6-mix-media-silver-and-gold-on-
book-paper-13-x-19-cm-2018-karya-Amin-Taasha-Foto-A.Sartono.jpg )

.
2.2.1.2Wilma Poot
Wilma Poot adalah seniman serat dari Belanda yang membuat seni merenda
bentuk bebas yang menakjubkan. Potret binatang dan orang-orangnya
menampilkan mata yang ekspresif, tekstur yang indah dan bulu atau kulit. Karyanya
51

terinspirasi oleh gaya lukisan impresionis, fauvistisch, dan naturalistik, yang sering
diisi dengan warna-warna yang kuat dan bentuk yang energik. Untuk membuat
karya-karyanya, Wilma menggunakan bahan-bahan seperti akrilik, nilon, viscose
alpaca, wol merino, sutra, dan kapas.

Gambar 2. 45
Karya Wilma Poot
(Sumber : www.crochetconcupiscence.com/2017/07/interview-with-crochet-artist-wilma-poot)

2.2.1.2 Diego Maxx

Seni Diego Max menyoroti hubungan yang kuat antara dua aspek, seni dan
anatomi. Dari tahun-tahun awalnya, Diego Max terpesona oleh fitur retro dari
cetakan antik yang ditemukan di ensiklopedia ibunya. Ibunya, yang telah bekerja di
dekat beberapa dokter, dan saudara perempuannya yang memiliki latar belakang
keperawatan, memicu dan tidak menghiraukan pekerjaannya. Bersemangat dengan
ilustrasi medis dan gambar-gambar anatomis yang ditemukan dalam buku-buku,
Diego berhasil melampaui besarnya tubuh manusia menjadi alam semesta baru
yang menakjubkan dan membawa kita pada pesona yang unik. Terinspirasi oleh
dunia kuno dan simbol-simbolnya, alam dan bunga, binatang dan anatomi manusia,
karyanya kaya akan detail grafis dan menangkap mata dan jiwa pengamat.
52

Gambar 2. 46
Diego Maxx
(Sumber :
https://i.pinimg.com/236x/38/dc/72/38dc72cf1d54f11f899eb0ab8261dce2--
collage-art-surrealism.jpg

2.3 Kajian Empiris

Kajian empiris merupakan kajian yang berasal dari pengalaman penulis dalam
berkarya. Dalam jenjang perkuliahan penulis mulai tertarik dalam lukis sejak masuk
dalam divisi murni HIMASRA, yang mana banyak pengalaman bukan hanya
berkarya seni, melainkan diskusi seni dan bedah buku seni. Ketertarikan tersebut
tidak berhenti sampai pada ranah organisasi melainkan pada saat mengikuti
perkuliahan lukis 1, on top Seni Lukis 2, dan on top Seni lukis 3. Diskusi dan
mengikuti submisi pameran untuk menambah wawasan dan pengalaman dalam
berkesenian.

Mengambil mixed media merupakan cara penulis untuk menuangkan


kegemaran penulis dalam ranah kriya khususnya rajut yang telah ditekuni penulis
sejak SD. Selain dari dalam diri, ada dorongan luar diri dari dosen seni lukis untuk
melakukan eksperimen dengan tekstil dan di aplikasikan dalam lukis 2.

2.4 Kolerasi Tema, Ide, dan Judul

Tema yang penulis ambil dalam tugas akhir ini adalah tentang kebudayaan
berbasis sejarah. Dalam hal ini fokus utama dari penciptaan karya penulis adalah
53

mengekspresikan sejarah masa lalu dengan kolerasi yang ada pada masa sekarang
dengan tujuan memperkuat identitas masyarakat yang terlibat dalam kebudayaan
tersebut. Ide yang dituangkan adalah mengambil salah satu bentuk dari kebudayaan
Cianjur yaitu Kuda Kosong. Sehingga, fokus dalam memperkuat identitas
masyarakat Cianjur dengan merefleksikan peristiwa sejarah kepemimpinan dari
Carita Kuda Kosong dalam bentuk memperkenalkan kebudayaan Cianjur maupun
ironi dalam keadaan kepemimpinan saat ini.

2.5 Konsep Penciptaan

Konsep berkarya dalam penciptaan ini adalah mengkespresikan secara visual


cerita dalam dongeng Kuda Kosong. Hal- hal yang akan di visualisasikan berkaitan
dengan sejarah Kuda Kosong, muali dari perjalanan, ikon ikon yang berhubungan
Cianjur dengan Mataram, pasca merdeka dengan di divisualisasikannya
kebudayaan atau ikon- ikon yang mencerminkan Cianjur.

Pengambilan ikon Cianjur yang merupakan bentuk dari seni rupa bawah untuk
menunjang konsep penulis dalam mengekspresikan dalam bentuk visual dengan
mengadaptasi paham seni rupa bawah.

Serta kritik sosial yang berkaitan dengan kepimpinan Cianjur jaman sekarang.
Ide dalam melakukan kritik sosial berasal dari pengalaman empiris penulis dan data
faktual dari berita dalam sumber internet yang dilansir www.cnnindonesia.com
pada hari rabu 12 desember 2018, dimana Bupati aktif melakukan korupsi,
menghamburan uang untuk kepentingan membuat tugu seperti yang dilansir
www.pikiranrakyat.com pada tanggal 23 Mei 2018 dan tidak terawatnya gedung
DKC yang dilansir Cianjurtoday.com pada tanggal 18 April 2019. Dibawah ini
meupakan kritik sosial dalam refleksi keadaan kepemimpinan Cianjur saat ini
didukung dengan data faktual dari internet yang menjadi ide dalam berkarya.
54

Gambar 2. 47
Berita
( Sumber : https://www.cnnindonesia.com/nasional/20181212233434-12-
353270/kronologi-ott-bupati-Cianjur-korupsi-dana-pendidikan)

Gambar 2. 48
Berita 2
( Sumber : https://www.pikiran-rakyat.com/jawa-barat/2018/05/23/ini-kata-
budayawan-dan-akademisi-soal-tugu-bubur-Cianjur-424857)
55

Gambar 2. 49
Berita DKC
(Sumber :https://Cianjurtoday.com/2019/04/18/dewan-kesenian-Cianjur-dkc-
riwayatmu-kini/)

Oleh karena itu judul Carita Kuda Kosong dalam Ekspresi Visual dipilih
karena setiap karya mengandung makna filosofis yang diinterpretasikan penulis
dalam bentuk ekspresi visual dengan mengangkat seni rupa bawah atau biasa di
sebut seni Lowbrow, yang selalu dikesampingkan dari pikiran-pikiran akademis
yang konvensional. Sehingga elaborasi antara seni tradisi kelas rendah
dihubungkan dalam seni lowbrow, mixed media, untuk menciptakan karya dalam
konteks memperkenalkan Cianjur dengan meminjam bentuk kuda, dan terdapat
kritikan dalam bentuk ironi untuk merefleksikan pada keadaan kepemimpinan
Cianjur saat ini.

Isi Serat Kalih yang merupakan surat dari Cianjur untuk Kerajaan Mataram

Tabel 2.2
Terjemahan surat kalih

Isi Serat Kalih Terjemahan

Serat Kalih Sembah Pangabakti : Isi surat Kalih yang berbahasa Jawa itu
adalah tentang menyerahnya Kabupaten
Medal saking iklasing wedaya, abdi
Cianjur kepada Sultan Mataram, Bupati
dalem Sunda Kilen kangdahat
Cianjur menyerahkan seluruh kekayaan
budipunggung, kanggé senggah pasitén
Cianjur kepada Sultan Mataram. Bupati
56

Gusti, Kita Ing Pamoyanan tepining Cianjur berjanji akan setia dan patuh
Cianjur Aria Wiratanudatar II, mugi kepada Sultan Mataram, dan apabila ia
konjuk ing dalem Kanjeng Sinuhun Ing melanggar bersedia dihukum jiwa
Mataram sasampuning kadya sapu niki. raganya

Kebak Dalem nyaoskeun raga, nagri


sareng isine, pitik ogé katur sumangga
kersaning dalem. Kula darma tengga,
ayahan pakulun cipta ulun kumawula
siang dalu, mung nyadung adoh jeng
Gusti sumangga raga pasrah.Setiadi
(2012:100)

Tabel 2. 2 Isi Serat Kalih


(Sumber : Data Pribadi )

Dalam terjemahan ke bahasa Indonesia, surat tersebut terkesan bahwa


Cianjur menyerahkan diri pada kerajaan Mataram. Namun dijelaskan oleh Aria
Wiratanu II pada buku Carita Kuda Kosong karya Setiadi (2012:101) bahwa :

Maksad dina éta serat téh urang coba seukeutna pikir nu dilarapkeun ku
aksara, urang coba seukeutna basa malar nyerep kana rasa. Dina unggel éta
serat ciga éléh tapi meunang.

Etnopedagogik merupakan pendidikan berbasis etnografis. Menurut


Kartadinata dalam Sudaryat (2015:150) ,model pendidikan ini ditujukan untuk
membangun dan mewariskan nilai-nilai budaya local yang merupakan jati diri
(identitas) kultural bangsa

Etnopedagogik yang menulis ambil dalam Kesundaan untuk mendukung


konsep penciptaan.
57

Tabel 2. 3
Analisis etnopedagogik Sunda
Karya Citra / amanat kesundaan Terjemahan

1 bisa ngindung ka usum orang Sunda harus menyesuaikan dengan


ngabapa ka jaman, bisa perubahan waktu tanpa melupakan adat
ngigelan jeung ngingeulen yang di pegang teguh.
jaman. Sudaryat (2015:124)
2 kudu ngahulu ka hukum, orang sunda sebagai pribadi hidup
nunjang ka nagara, mupakat berkembang di alam semesta yang
ka balaréa. Sudaryat merupakan sistem teratur, dimana harus
(2015:124) menjunjung tinggi hukum, berpijak pada
ketentuan negara, dan bermufakat kepada
kehendak rakyat.

3 Ulah ngomong sagéto-géto, Jangan bicara tanpa dipikirkan, jangan


ulah lémék sadaék-daék, menjadi pencuri, jangan berzina, tetap
ulah maling papanjingan, harus berbicara jujur dan besikap
ulah jinah papacangan, bijaksana.
kudu ngadék sacékna, nilas
saplasna (Ahman Sya dalam
Sudaryat( 2015:132))

4 Matak burung jadi ratu, Gagal jadi pemimpin, kehilangan


matak édan jadi ménak, pengaruh, kehilangan wibawa, kalah
matak pupul pangaruh, berperang, kehilangan kekuatan dan
matak hambar komara, karisma.
matak teu mahi juritan,
matak teu jaya perang,
matak éléh jajatén, matak
éléh kasaktén (Ahman Sya
dalam Sudaryat(
2015:132))
58

2.6 Batasan Karya

Pada karya yang akan penulis ciptakan berbentuk persegi panjang sebanyak 4
karya dengan ukuran 120 cm x100 cm dengan mengangkat Seni rrupa bawah atau
gaya lowbrow menggunakan media campuran pada material kanvas dari kain blacu.
BAB III
METODE PENCIPTAAN
3.1 Ide Berkarya

Dalam hal ini, proses berpikir kreatif khususnya membuat karya seni rupa tidak
dapat dipisahkan dari ide dan gagasan, karena karya seni rupa merupakan hasil
interpretasi dari sebuah ide atau gagasan yang bersumber dari apa yang dialami,
dirasa, atau dilihat.

Kuda Kosong yang merupakan salah satu kisah sejarah berdirinya Cianjur
menjadi inspirasi menafsirkan gagasan penulis dalam berkarya seni rupa dengan
teknik Mixed Media. Tafsir Kuda Kosong ini menjadi pijakan awal penulis untuk
membuat ide karya seni rupa yang akan diciptakan.

Keberadaan Kuda Kosong yang merupakan kesenian Cianjur yang sering


digelar bersamaan dengan hari berdirirnya Cianjur memiliki sejarah dan
berpengaruh dalam berdirinya Cianjur. Ketertarikan penulis tidak sebatas sejarah
dari kesenian tersebut, melainkan pandangan atau refleksi pada kepemipinan
Cianjur pada masa sekarang yang mengalami kemunduran, mulai dari kasus politik
dinasti – setelah turunnya monarki, dan korupsi yang merupakan masalah identitas
sosial Cianjur masa kini.

Tugas akhir ini penulis akan mengangkat Kuda Kosong dari sudut pandang
historisnya dan ditafsirkan dalam bentuk visual sebagai upaya penguatan Kuda
Kosong sebagai identitas kultural dari cara mengkritisi kepemimpinan dan identitas
Cianjur ini .

Pemilihan teknik Mixed Media dalam karya seni rupa Tafsir Visual Carita Kuda
Kosong sebagai simbol keberagaman kultur dalam diri kuda yang dihadiahkan dari
raja Mataram, dimana kuda tersebut bukan merupakan jenis kuda endemik dari
Indonesia yang dimiliki Raja Mataram dan kemudian diberikan sebagai hadiah
kepada Dalem Cianjur pada waktu itu. Referensi literasi berasal dari buku
kumpulan dongeng karya Tatang Setiadi yang berjudul Asal – usulna Hayam
Pelung, selain beliau ahli dalam literasi khususnya filologi kesundaan,
60

buku dongeng karangan beliau dianugerahi hadiah Samsudi tahun 2012 sebagai
buku bacaan anak terbaik. Oleh karena itu, penulis memilih buku tersebut sebagai
referensi untuk studi pustaka.

Sekaran dalam Sugiyono (2012:60) mengemukakan bahwa, kerangka berpikir


merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan
berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting

Setiap orang memiliki alur proses berpikir yang berbeda-beda, penulis membuat
kerangka alur berpikir dalam proses berpikir ini sesuai proses bekerja penulis,
seperti yang ada pada bagian berikut ini :

Kajian Pustaka : Observasi Lapangan :


•Carita Kuda Kosong •Wawancara Narasumber( Tatang
•Wawasan Kesundaan Setiadi )

Crosscheck

Kesimpulan penulis tentang Carita Kuda


Kosong dalam Ekspresi Visual Mixed
Media

Pembentukan Ide / gagasan


berkarya seni rupa

Bagan 3. 1 Kerangka Berpkir


( sumber : Dokumentasi Pribadi )

Ide berkarya seni rupa ini merupakan sumber pokok yang ada dalam diri
maupun luar dari penulis. Berikut adalah penjabaran ide berkarya:
61

3.1.1 Ide dalam Diri


Internal ide merupakan ide yang diapat dari dalam diri, dimana ketika
penulis membaca sumber – sumber yang berkaitan dengan kesenian Kuda Kosong
dan merasa tertarik dengan kisah dibalik terciptanya kesenian tersebut. Akhirnya,
muncul keinginan untuk membuat karya seni rupa berlatar belakang kesenian kuda
kosong dengan teknik Mixed Media, selain bahan baku yang beragam, penulis juga
berperan dalam pelestarian budaya Cianjur.
3.1.2 Ide luar Diri
Eksternal ide merupakan ide yang bersumber dari luar, seperti ketika
penulis merasa begitu mudahnya masuk budaya asing sementara budaya khususnya
kesenian tradisional mulai tenggelam dan terkikis ditengah peradaban saat ini.
Pergeseran idealisme dan kurangnya informasi historis tentang kuda kosong pula
sering mengalami perubahan yang kurang konsisten. Kemudian setelah penulis
melakukan bimbingan kepada dosen dan melihat beberapa referensi karya seni
Mixed Media, sehingga penulis membuat rencana kekaryaan dengan teknik Mixed
Media menggunakan bahan tekstil.
Pengolahan ide menjadi karya seni rupa merupakan proses pengolahan
konsep yang kemudian diwujudkan menjadi bentuk karya seni rupa, dimulai dengan
rasa, melihat faktor dalam diri dan luar diri, sampai penuangan ide dalam bentuk
sketsa.

Dalam proses pengolahan dan ide, penulis melakukan studi literatur yang
penulis dapatkan dari beberapa sumber yang ada seperti buku sumber, artikel,
maupun jurnal, juga penulis melakukan wawancara langsung kepada Tatang Setiadi
mengenai sejarah, karya yang beliau ciptakan, dan pemikirannya dalam literasi
yang beliau terbitkan.

Dari kelima karya seni rupa ini penulis menafsirkan dalam bentuk visual
dengan teknik Mixed Media diatas kanvas yang dibuat sedemikian rupa
menyesuaikan dengan konsep penulis dalam karya yang dibuat sehingga
menjadikan karya ini sebagai karya non - konvensional, memiliki makna serta
konsep tentang permasalahan yang penulis angkat dalam karya seni rupa Mixed
Media ini.
62

3.2 Stimulus

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia online stimulasi adalah dorongan,


rangsangan. Dalam proses penciptaan karya seni, stimulasi adalah sesuatu yang
mendorong seseorang dalam menciptakan sebuah karya seni. Penulis mendapatkan
stimulus atau rangsagan yang mendorong dalam menciptakan karya seni atau
memacu kreatifitas dalam proses penciptaan,. Rangsangan ini muncul dari dalam
diri maupun luar diri penulis yang berupa dorongan dan pada akhirnya bentuk dari
ide atau gagasan terlahir untuk dieksekusi ke dalam bentuk karya seni rupa Mixed
Media yang diciptakan penulis. Pada tahap ini, penulis melakukan kegiatan-
kegiatan yang merangsang atau menggugah kreatifitas dalam proses penciptaan
karya seni rupa Mixed Media ini. Stimulus itu berasal dari pencarian data-data yang
bersumber dari pustaka dan juga visual.
3.2.1 Sumber Pustaka
Untuk menunjang kekaryaan yang dibuat, penulis perlu melakukan kajian-
kajian pustaka agar karya yang dibuat penulis ditunjang oleh pengetahuan juga.
Pada tahap ini, penulis menstimulusi kreatifitas melalui belajar tentang
perkembangan seni rupa dan cerita rakyat Sunda dengan cara berdiskusi dengan
dosen, dosen pembimbing, seniman dan teman sebaya yang memilik kesenangan
dalam bidang seni rupa dan sastra. Selain berdiskusi, penulis pun mencari informasi
mengenai seni Mixed Media dengan bahan serat seperti kain atau benang dan
dongeng Cianjur melalui buku-buku referensi., artikel, sampai berita, dengan
mengunjungi perpustakaan UPI, Perpustakaan ITB dan perpustakaan daerah..
Mencari referensi melalui internet pun dilakukan penulis untuk menunjang
kekaryaannya, baik berupa gambar seniman acuan atau artikel.

3.2.2 Sumber Visual

Selain dari sumber pustaka, penulis pun melakukan pencarian data mengenai
kekaryaan. Penulis melakukan beberapa hal dalam pencarian data visual seperti
datang ke pameran-pameran seni rupa, melihat-lihat karya dengan Mixed Media
menggunakan serat. Dalam hal ini, penulis pun mendapat referensi dari beberapa
seniman untuk mendukung karya seni rupa Mixed Media yang akan diciptakan.
63

Beberapa seniman yang penulis jadikan referensi seperti seniman dari luar negeri
seperti Anahata Katkin, Amin Taasha , Kazuhito Takadoi dan Christian Hook, Dari
keempat seniman ini, penulis mempelajari mengenai bentukan-bentukan karya
yang dibuat. Untuk mempelajari kekaryaan seniman sebagai referensi, penulis
mempelajari karya-karya seniman tersebut dalam mengkaji visualnya dan mencari
tahu kehidupan senimannya. Ini dilakukan agar referensi yang diambil selaras
dengan karya yang dibuat oleh penulis.

3.3 Kontemplasi

Kata kontemplasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia online adalah


renungan dan sebagainya dengan kebulatan pikiran atau perhatian penuh.
Dalam proses berkarya seni sendiri, perlu dilakukan kontemplasi atau
perenungan untuk mendapatkan ide atau gagasan.
Menurut Mustopo dalam Darmawan (2015) , Kontemplasi ide merupakan
kegiatan perenungan dengan sepenuh hati atau proses bermeditasi untuk
merenungkan dan berpikir penuh secara mendalam untuk mencari nilai-nilai,
karena manfaat dan tujuan atau niat suatu hasil penciptaan.
Dalam hal ini penulis mempertimbangkan alasan-alasan hingga dapat
menetapkan dongeng Kuda Kosong sebagai gagasan dalam seni rupa Mixed Media
yang digunakan dalam penggarapan karya ini bersumber dari buku, narasumber (
Tatang Setiadi ), internet, seniman lokal dan pengalaman penulis dalam
kehidupannya berkesenian. Hal ini dilakukan untuk mengembangkan ide awal
menjadi lebih matang dan dapat dikerjakan secara maksimal.

Pembuatan bagan proses berpikir akan memudahkan seseorang dalam membuat


karya yang sistematis dan terstuktur. Berikut ini merupakan bagan proses penulis
dalam berkarya seni rupa :
64

Eksternal: Internal: Memori,


Melihat, dan Ide Gagasan Persepsi
mengamati dan Intelegensi

Studi Pustaka Kontemplasi Pengumpulan


(renungan) data

Studi Awal: Stimulasi Telaah Fakta


Sketsa Objek (rangsangan)

Berkarya Seni
Rupa

Eksplorasi Teori Seni,


Teknik dan filsafat Seni,
Media Sejarah

Karya Seni

Ujian Sidang Penyajian


Apresiator
Karya

Bagan 3. 2 Proses berkenian


(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

Proses penciptaan karya merupakan proses kreatif terdiri dari berbagai kegiatan
yang kompleks. Kompleks karena dapat berkaitan dengan banyak orang, dengan
berbagai aktivitas, serta ruang-ruang yang bervariatif. Dalam rancangan alur kerja
ini penulis menjabarkan keseluruhan proses terkait penciptaan karya mulai dari
latar belakang penciptaan, gagasan penulis hingga proses eksekusi karya. Untuk
membuatnya lebih teratur dan sesuai dengan harapan yang diinginkan, maka
penulis membuat rancangan bagan proses berkarya sebagai berikut:
65

3.4 Proses Pengerjaan Karya

Ada beberapa proses yang harus dilakukan secara sistematis dalam skripsi
pencipaan ini, tetapi sebelumnya diperlukan persiapan alat dan bahan, pembuatan
sketsa, peggarapan lukisan di kanvas dan finishing karya. Berikut adalah alat dan
bahan yang digunakan serta proses pembuatan karya seni rupa Mixed Media.

3.4.1 Persiapan Alat dan bahan


1) Sketch book
Sketch book merk Kiky berukuran A4 210 x 297 mm, berisi 30 lembar digunakan
sebagai media membuat sketsa kasar sebelum dipindahkan pada media kanvas yang
sudah dibuat sesuai konsep penulis.

Gambar 3. 1 buku sketsa


(Sumber : Dokumen Pribadi )

2) Pensil dan penghapus


Penggunaan alat tulis seperti pensil mekanik merk "Faber Castle" 2Bukuran 0,5
digunakan untuk membuat sketsa kasar lukisan yang diciptakan penulis, sedangkan
penghapus digunakan untuk menghapus sketsa yang salah. Selain digunakan untuk
membuat sketsa yang kasar, pensil dan penghapus ini digunakan juga untuk
membuat sketsa di media kanvas yang digunakan.
66

Gambar 3. 2 penghapus Gambar 3. 3 pensil mekanik


(Sumber : Dokumen Pribadi) (Sumber : Dokumen Pribadi)

3) Kanvas dan blacu

Kanvas jadi salah satu jenis bahan yang paling umum dipakai dalam
produksi tote bag. Kanvas juga terbuat dari mori, hanya saja sudah melewati tahap
pemutihan dan menghasilkan warna agak keabu-abuan atau putih gading. Kanvas
digunakan sebagai media melukis. Kanvas ini dibuat berukuran 120 cm x 100 cm
sehanyak 2 buah. Kain blacu
Blacu pada dasarnya adalah turunan dari kain mori; yaitu kain tenun berwarna
putih yang terbuat dari kapas dan biasanya dipakai sebagai bahan untuk membuat
kain batik. Dalam proses berkarya ini penulis membuat 3 buah berukuran 120 cm
x 100 cm kanvas olahan dari kain blacu.

Gambar 3. 4 blacu (atas)


kanvas (bawah)
(Sumber : Dokumen Pribadi)
67

4) Kain perca sisa produksi atau majun

Secara umum sisa hasil produksi majun biasa disebut limbah. Namun limbah
disini bukan berarti bekas pakai. Kain potongan yang penulis kumpulkan
merupakan sisa produksi kerudung yang diperoleh dari salah satu pengepul majun
di daerah Leuwi Gajah.

Gambar 3. 5 kain majun


(Sumber : Dokumen Pribadi)

5) Cat Tembok Putih


Cat berwarna putih ini digunakan sebagai bahan dasar membuat warna yang
akan digunakan penulis. Selain itu, digunakan juga untuk melabur kanvas agar
dapat menutupi pori-pori kain kanvas sehingga dapat menyerap cat dengan baik.
Cat tembok putih yang digunakan adalah cat tembok dengan merk Mowilex yang
berbahan dasar akrilik. Karena cat ini mudah kering dan warna putih yang
dihasilkan sangat pekat.
68

Gambar 3. 6 Cat Mowilex


(Sumber : Dokumen Pribadi)
Gambar 3. 7 Cat Aquaproof
(Sumber : Dokumen Pribadi)

6) Cat Akrilik

Cat akrilik, Menurut Susanto dalam rakhman (2002:45) media akrilik adalah
media atau bahan melukis yang mengandung polimeter ester poliakrilat, sehingga
memiliki daya rekat yang sangat kuat terhadap medium lain, dan standar pengencer
yang digunakan adalah air. Warna yang berbeda diperoleh dari berbagai macam
pigmen ke dalam emulsi polimer akrilik. Cat akrilik yang digunakan penulis dalam
membuat karya adalah cat bermerek Maries dengan berbagai warna, cat akrilik
dalam tube dipilih agar penggunaanya lebih praktis.

Gambar 3. 8 Akrilik
(Sumber : Dokumen Pribadi)
69

7) Kuas
Kuas digunakan untuk menciptakan teknik dalam pewarnaan. Kuas yang
digunakan adalah kuas kuas V-Tec, Lyra, dan Reeves dengan jenis round brush,
flat brush dan bright brush. Ukuran kuas yang digunakan bermacam-macam seperti
ukuran

Gambar 3. 9 Kuas
( Sumber : Dokumen Pribadi)

8) Palet
Palet digunakan untuk mempermudah dalam pencampuran warna dan letak cat
serta memudahkan pengambilan cat. Palet yang digunakan adalah Paint Tray
Palette berbahan plastik berukuran besar dan palet berbentuk bunga dengan partisi
yang lebih sedikit dengan volume lebih dalam sehingga dapat menampung lebih
banyak cat.

Gambar 3. 10 Palet
(Sumber : Dokumen Pribadi)
70

9) Lap
Penulis menggunakan lap dari sisa produksi berbahan kaus. Lap ini dipilih
karena cepat menyerap air sehingga cocok untuk membersihkan peralatan berkarya,
seperti membersihkan kuas yang sudah dipakai. Karena kebersihan kuas sangat
berpengaruh terhadap karya yang akan diciptakan.

Gambar 3. 11 Lap
(Sumber : Dokumen Pribadi)

10) Air
Air yang digunakan adalah air mentah sebagai campuran cat agar bisa
disesuaikan degan kebutuhan penulis dalam berkarya dan membersihkan kuas.

Gambar 3. 12 Air
(Sumber : Dokumen Pribadi)
71

11) Benang
Pada karya ini penulis menggunakan empat jenis benang yaitu benang
polyester, benang nilon, benang smock, dan benang wol. Benang polyester
merupakan benang sintetis yang memiliki tekstur yang padat dan kaku. Warna
benang polyester ini lebih mengkilat daripada benang katun namun tidak
semengkilat benang nilon. Benang Nilon adalah benang rajut yang karena sifatnya
yang kuat dan elastis serta mengkilat. Sedangkan wool merupakan serat yang
diambil dari bulu domba dan hewan tertentu lainnya, sifat dari bulu domba ini
sangat unik sehingga cocok digunakan untuk bahan produksi tekstil. Benang
Smock Benang smock adalah benang yang terbuat dari bahan rayon yang khusus
digunakan untuk membuat hiasan pada bagian pinggir jilbab.

Gambar 3. 13 Benang
(Sumber : Dokumen Pribadi)

12) Tepung kanji

Tapioka adalah tepung pati yang diekstrak dari umbi singkong. Tepung
tapioka juga mempunyai beberapa sebutan lain, seperti tepung singkongatau tepung
kanji.
72

Gambar 3. 14 Kanji
(Sumber : Dokumen Pribadi)

13) Lem kayu


Lem kayu atau lem PVA atau lem PVAc (polyvinyl acetate) ini dapat
digunakan untuk merekatkan kayu, kertas, koraltex, bahan, dan bahkan dapat
digunakan sebagai plamur tembok. Dalam hal ini penulis memanfaatkan kandungan
elastis dalam lem kayu untuk menjadi cmapuran cat tembok, dan menempelkan
kain majun pada kanvas.

Gambar 3. 15 Lem Kayu


(Sumber : Dokumen Pribadi)

14) Jarum
Pilihan lain untuk proses rajut merajut adalah jarun Tapestry. Jarum
Tapestry mempunyai bentuk dan lubang yang memanjang, dengan badan
tebal dan ujungnya tumpul akan tetapi penulis menggunakan jarum tapestri
73

yang runcing, untuk menjahit di kanvas. Jarum pentul digunakan untuk


membuat pola dan jarum jahit untuk mmbuat pola lebih detail.

Gambar 3. 16 Jarum jahit,jarum rajut dan Jarum pentul


(Sumber : Dokumen Pribadi)

15) Hakpen
Jarum rajut atau hakpen, ada juga yang menyebut hakken yang bahasa
Inggrisnya adalah crochet hook. Jarum rajut atau crochet hook memiliki ujung
berkait yang panjang jarum keseluruhannya berkisar antara 13-15 cm. Jarum rajut
yang penulis gunakan dalam berkarya adalah ukuruan 3/0 – 4/0 merk Tulip, 1/0-2/0
Merk Rose dan 1.75-4 merk JMRA.

Gambar 3. 17 hakpen
Sumber : Dokumen Pribadi

16) Cutter
Pisau cutter adalah Alat yang di gunakan untuk memotong sebuah benda. Pisau
cutter yang penulis gunakan merk deli, berfungsi untuk memotong kebutuhan
berkarya dan lain-lain.
74

Gambar 3. 18 Cutter
(Sumber : Dokumen Pribadi)

17) Cat air


Cat air merupakan salah satu media seni lukis berbasis air dengan aplikasi yang
ideal diatas kertas. Pigmennya yang halus membuat cat air bersifat transparan dan
mudah larut sekalipun sudah mengering di atas palet. Bahan ini digunakan penulis
untuk mewarnai hasil sketsa.

Gambar 3. 19 Cat Air


(Sumber : Dokumen Pribadi)

18) Gunting

Gunting yang digunakan ada dua jenis dengan fungsi yang berbeda, yaitu
gunting kertas dan gunting benang. Gunting kertas digunakan untuk menggunting
objek kecil seperti potongan kertas, majun, dan lain-lain. Sedangkan guntimg
benang digunakan dalam memotong benang dan bagian terkecil dalam serat yang
tidak dapat dijangkau oleh gunting kertas.
75

Gambar 3. 20 Gunting
(Sumber : Dokumen Pribadi)

19) Varnish

Varnish merk Lyra digunakan untuk memfinishing karya. Penulis memilih


meris dengan hasil dop pada lukisan

Gambar 3. 21
Varnish
(Sumber : Dokumen Pribadi)

20) Solatip kertas

Solatip kertas digunakan untuk menempekan blacu pada tembok atau pola rajut
pada bidang yang ingin dijahit.
76

Gambar 3. 22 Solatip kertas


(Sumber : Dokumen Pribadi)

21) Alumunium foil

Alumunium foil merupakan kertas alumunium yang biasa digunakan untuk


membungkus makanan. Penulis memanfaatkan tekstur dari alumunium bekas
pakai untuk kebutuhan artistik.

Gambar 3. 23 alumunium foil


( sumber : dokumentasi pribadi)
22) Tissue

Tissue terbuat dari bubur kertas yang asli atau daur ulang dan dipergunakan
sebagaimana produk yang dihasilkan , seperti tissue wajah. Penulis menggunakan
tissu wajah untuk membuat tekstur pada karya.
77

Gambar 3. 24 Tissue
(Sumber : Dokumentasi Pribadi )

3.4.2 Penggarapan Karya


Pembuatan sketsa adalah langkah awal dalam pembentukan visual akhir
pada karya seni lukis ini. Proses sketsa untuk pembuatan karya seni rupa Mixed
Media dengan tafsir visual Kuda Kosong, sebagai berikut :

3.4.2.1 Pembuatan sketsa


Sketsa yang dibuat berdasarkan hasil elaborasi antara tema dan media yang
digunakan. Sketsa tersebut dibuat menggunakan sketchbook ukuran A4
menggunakan pensl dan penghapus dengan pewarnaan menggunakan watercolour.

Gambar 3. 25 Sketsa
(Sumber : dokumentasi pribadi )
78

3.4.2.2 Pembentukan kanvas


Sebelum proses peleburan kain blacu, terlebih dahulu penulis mengukur
kain sesuai dengan yang direncanakan penulis. Kain blacu yang dibeli penulis
berupa lembaran kain panjang sehingga perlu di ukur dan digunting sesuai dengan
rencana yaitu berukuran 120 cm x 100 cm. Penggunaan spanram memengaruhi
ukuran kain yang harus di bentuk, karena spanram memiliki volume berukuran 3
cm x 2 cm, sehingga setiap sisi diukur 4 cm lebih lebar dari ukuran yang
direncamakan untuk memenuhi kebutuhan pemasangan kanvas pada spanram.

Gambar 3. 26 Pembentukan kanvas


(Sumber : dokumentasi pribadi )

3.4.2.3 Melabur Kanvas


Melakukan peleburan kanvas dimaksudkan untuk menutupi pori-pori kain
blacu. Penulis melalukan pelaburan kain menjadi siap untuk berkarya
menggunakan cat tembok merk Mowilex, latex karet dari lem kayu, dan lateks dari
Aquaproof ( perbandingan dijelaskan pada table studi bahan ). Lakukan peleburan
hingga pori-pori kain tertutup sempurna agar memudahkan penulis untuk berkarya
seni.

Gambar 3. 27 Melebur kanvas


(Sumber : dokumentasi pribadi )
79

3.4.2.4 Pemasangan paku pada samping kanvas

Pemasangan paku pada kanvas digunakan untuk memudahkan penulis


dalam berkarya seni. Pemasangan paku menggunakan paku kecil dan hanya pada
sudut kanvas, agar tidak merusak tekstur kanvas

Gambar 3. 28 pemakuan kanvas


(Sumber : dokumentasi pribadi )
.

3.4.2.5 Pembuatan warna dasar pada kanvas

Setelah melabur kanvas , selanjutnya penulis membuat warna dasar dengan


teknik aquarel dan liquid secara berlayer untuk menciptakan efek mencair.
80

Gambar 3. 30 Pembuatan Background


(Sumber : dokumentasi pribadi )

Gambar 3. 29 cat dasar abu- abu


(Sumber : dokumentasi pribadi )

5. Pemindahan Sketsa pada Kanvas

Setelah membuat warna dasar dan background kanvas, selanjutnya penulis


memindahkan sketsa yang sudah dibuat ke kanvas berukuran 120cm x 100cm,
menggunakan pensil, penghapus kuas dan cat hitam.

Gambar 3. 34
pemindahan sketsa pada kanvas
( Sumber : dokumentasi pribadi )

6. Pewarnaan pada Objek Lukisan

Selanjutnya adalah mewarmai objek yang sudah disketsa dengan warna –


warna yang sesuai dengan sketsa yang sudah diwarnai. Pewarnaan objek ini
meliputi pewarnaan dasar dan pewarnaan shade pada objek.
81

Gambar 3. 35 pewarnaan
(Sumber : dokumentasi pribadi )

7. Pembuatan Mixed Media


Menempelan bahan tekstil untuk membuat media campuran, seperti
penempelan majun, alumunium foil menggunakan lem kayu, merajut benang lalu
menjahit objek tersebut pada kanvas.

Gambar 3. 36 hasil rajut Gambar 3. 37 penempelan tisu


(Sumber : dokumentasi pribadi ) (Sumber : dokumentasi pribadi )

8. Pemasangan kanvas pada spanram


Setelah karya sudah berada pada tahap finishing, karya tersebut dipasangkan
spanram ukuran 120 cm x 100 cm, dipasangkan pada spanram dengan bantuan gun
tracker.
9. Penyelesaian
Tahap ini adalah tahap terakhir dari proses pembuatan karya seni Mixed Media.
Tahap terakhir atau finishing dilakukan guna membuat karya menjadi lebih terjaga
82

dan tahan lama. Penulis menggunakan varnish merk Merries untuk memfinishing
karya.
3.5 Studi Karya
3.3.1Studi Bahan
3.3.1.1 Kain blacu dan kain kanvas

Kain blacu dan kain kanvas digunakan sebagai media untuk berkarya.
Kedua kain ini dalam keadaan belum diolah (mentah). Penulis membeli kedua
bahan tersebut langsung ke salah satu kawasan penjualan kain terbesar di Bandung,
yaitu Cigondewah.

Perbandingan kain blacu dan kain kanvas terletak pada tekstur kain blacu
lebih tipis dan ringan serta memiliki serat yang rapat dan lebih halus dibandingkan
kain kanvas yang berat dan serat kain yang bertekstur agak kasar.

Pada saat mengolah kanvas, penulis menggunakan berbagai bahan. Mulai


dari cat tembok dicampur dengan lem kayu,cat tembok merk Mowilex, cat pelapis
bermerk Aquaproof, tepung kanji, dan air.

Hasil studi bahan dalam mengolah kain menjadi kanvas yang siap
digunakan untuk berkarya adalah sebagai berikut

Tabel 3. 1
perbandingan bahan peleburan kanvas
(Sumber: Dokumen Pribadi)
No Bahan Perbandingan Keterangan

1 Cat tembok + Lem kayu 2:1 Fungsi campuran ini untuk


menutupi pori pori kain blacu.

2 Mowilex + air 1:1 Mowilex mengandung Acrylic


Closs Enamel yang kedap
terhadap air , jamur dan lumut.

3 Aquaproof + air 1:1 Aquaproof mengandung


polymer sintetis yang lebih
83

elastis dibandingkan bahan


akrilik.

Setelah melakukan perbandingan, penulis membuat campuran dari bahan


yang telah diteliti sebagai berikut :

Tabel 3. 2
Perbandingan pencampuran bahan pelebur kanvas
( sumber : data pribadi)
No Bahan Perban- Hasil Keterangan
Dingan
1 Mowilex dan air 1:1 Elastis Cukup menutupi pori pori.

2 Cat tembok, lem 2 : 1 : 2 Kurang Permukaan kanvas kasar


kayu dan air elastis
4 Aquaproof dan air 1:1 Elastis Permukaan kanvas menjadi
licin, akan tetapi tidak
kokoh.

5 Olahan cat tembok 2:1 Elastis Lapisan awal adalah cat


dan lem kayu dan tembok, jika sudah menutup
Lateks dari semua serat dan cat
Aquaproof mengering , lapis kembali
dilarutkan dengan dengan Aquaproof agar
air semakin elastis.

6 Larutan kanji, cat 1 : 2 : 1 Elastis Larutan kanji digunakan


tembok dan lem pada saat mendasarkan kain
kayu kanvas. Karena permukaan
kain akan menjadi lentur,
sehingga memudahkan
proses penyetrikaan. Setelah
larutan kanji , lapisi dengan
84

larutan cat tembok dan lem


kayu.

Gambar 3. 38 hasil studi


( sumber : dokumentasi pribadi )

Catatan :
 Lapisan cat tembok terlalu banyak, permukaan kanvas akan retak
 Semua larutan tidak dicampur, melainkan dilapisi diatas kanvas, jadi, jika lapisan
awal mengering, ulang kembali dengan campuran yg lain.

Berdasarkan hasil penelitian diatas, kemungkinan untuk melebur kanvas


dengan baik adalah no. 1, no. 4, no.5 dan no. 6 . Harga mowilex cukup tinggi yakni
90.000,-/kg , akan sangat mengeluarkan budget yang lebih, sehingga penulis
menekan pengeluaran dengan cara menyempurnakan peleburan dengan
menggunakan no. 6 sebagai langkah pertama, lalu no. 1, kemudian no. 4 agar
permukaan kanvas elastis dan licin saat digunakan. Hasilnya seperti ini

Tabel 3. 3
Hasil Studi
Studi Hasil Studi Keterangan
85

 2 lapis campuran cat  Cat tembok dan latex dari lem kayu
tembok dan lem kayu berfungsi untuk menutup pori-poi
 2 lapis Mowilex kanvas
 1 lapis Aquaproof  Cat Mowilex berfungsi untuk
melapisi permukaan kanvas setelah
diberi cat tembok dan lateks agar
permukaan kain menjadi kokoh dan
rata.
 Cat Aquaproof mengandung
Gambar 3. 39 hasil polimer sintetis yang berfungsi
studi material
(sumber: Dokumen untuk membuat kain menjadi licin
pribadi) dan elastis.

(Sumber : Dokumen pribadi)

3.3.1.2 Cat akrilik

Selain menggunakan cat akrilik Merk Merries, penulis pun mengolah cat
dengan bahan dasar cat tembok yang mengandung akrilik yaitu cat Mowilex. Cat
mowilex disampur sedikit cat aquaproof dengan perbandingan 3 : 1, untuk
medapatkan tekstur yang mirip dengan cat akrilik. Kelebihan menggunakan cat
olahan ini yaitu

1) Menambah wawasan dalam pengolahan bahan dan media.


2) Menekan anggaran pengeluaran, karena lebih banyak secara kuantitas.
3) Memiliki fungsi ganda, sebagai bahan untuk melebur kanvas dan membuat
akrilik.
Disamping memiliki kelebihan, penggunakan cat olahan pun memiliki kekurangan
yaitu:
1) Kurang efektif
2) Memiliki bau yang menyengat
BAB IV
ANALISIS VISUAL DAN KONSEPTUAL

4.1 Carita Kuda kosong dalam Ekspresi Visual Mixed Media

Tafsiran atau biasa disebut dengan interpretasi merupakan cara atau kegiatan
yang terdapat pada suatu karya, dimana kegiatan tersebut melingkupi tafsiran
tentang bahasa atau pesan, makna dan nilai yang ada dalam suatu karya seni. Latar
belakang budaya, kepercayaan dan hasrat seniman diperhitungkan dalam proses
interpretasi. Kegiatan interpretasi tersebut dapat mengungkapkan hal-hal yang
berkait dengan diciptakannya suatu karya dengan analisis melalui metode penyajian
kritik seni. Menurut Bangun (2000, hlm 14) tahapan aktivitas kritik seni mulai dari
hal yang khusus ke hal yang umum, fokusnya adalah fakta visual, kemudian
menarik kesimpulan tentang nilai secara keseluruhan.

Cerita Kuda Kosong yang dipelajari penulis melalui literasi buku dongeng
Cianjur yang berasal dari fakta sejarah yang terjadi di Cianjur. Perjalanan seorang
pemimpin suatu daerah yang memiliki otoritas mengelola suatu wilayah, akan tetapi
belum menemukan kemakmuran dan kesejahteraan atas wilayah tersebut karena
wilayah tersebut masih berada dibawah kekuasaan Kerajaan Mataram, sehingga
harus membayar upeti pada raja yang berkuasa atas daerah tersebut. Perjalanan
dalam memperoleh kebebasan membayar upeti adalah pokok dari ide dalam
membuat karya seni rupa mixed media ini. Pemilihan askpek visual dengan paham
lowbrow digunakan penulis pada peminjaman label suatu produk tauco yang hanya
ada di Cianjur.

4.2 Teknik Pengumpulan Data

Pada penelitian ini, penulis mengumpulkan data dengan cara melakukan


kegiatan wawancara dengan ekspert dalam sejarah Kuda Kosong yaitu Tatang
Setiadi. Dalam hasil wawancara tersebut penulis lebih tau asal- usul Kuda kosong
serta sejarah kepemimpinan di Cianjur. Penulis perlu mengaitkan tafsiran kuda
kosong dengan visualisasi. Setelah analisis sejarah dilakukan, proses penafisiran

86
87

secara visual oleh penulis dan mengkaitkannya dengan pragmatic yang berkaitan
dengan fenomena masa kini sebagai ide gagasan penulis dalam berkarya seni.

Surat kalih tersebut, penulis interpretasikan pada keadaan Sunda jaman


dahulu, dimana aksara sunda jaman dahulu menggunakan dua jenis huruf atau
aksara, yaitu Sunda Kuno atau Cacarakan dan Arab Pegon. Penulis mengalihkan
secara aksara pada aksara Sunda Kuno (Cacarakan) dan Arab Pegon ditulis pada
kertas sebagai kebutuhan konsep berkarya.

Gambar 4. 1 Gambar 4. 2
Arab pegon cacarakan
( Sumber : dokumentasi pribadi) ( Sumber : dokumentasi pribadi)

Gambar 4. 4
Gambar 4. 3 Arab Pegon
cacarakan ( Sumber : dokumentasi pribadi)
( Sumber : dokumentasi pribadi)
88

Tabel 4. 1
Alih Aksara
Karya Latin Cacarakan

1 bisa ngindung ka usum


ngabapa ka jaman, bisa
ngigelan jeung ngingeulen
jaman

2 kudu ngahulu ka hukum,


nunjang ka nagara, mupakat
ka balaréa

3 Ulah ngomong sagéto-géto,


ulah lémék sadaék-daék, ulah
maling papanjingan, kudu
ngadék sacékna, nilas
saplasna

4 Matak burung jadi ratu, matak


pupul pangaruh, matak
hambar komara

Tabel 4. 2 alih aksara


(Sumber : Data Pribadi )
Hasil alih aksara dari latin ke Cacarakan penulis aplikasikan dalam setiap
karya yang penulis buat.
89

4.3 Hasil Karya

4.3.1 Karya Pertama

Gambar 4. 5
Karya 1
( Sumber : dokumentasi pribadi)

Judul Karya : Perjalanan

Ukuran : 120 cm x 100 cm

Media : kertas, tissue, benang, cat akrilik diatas kanvas

Teknik : Mixed media

Tahun : 2019
90

4.3.2 Karya kedua

Gambar 4. 6
Karya 2
( Sumber : dokumentasi pribadi)

Judul Karya : Cap Kuda Kosong

Ukuran : 120 cm x 100 cm

Media : kertas, tissue, benang, cat akrilik diatas kanvas

Teknik : Mixed media

Tahun : 2019
91

4.3.3 Karya ketiga

Gambar 4. 7
Karya 3
( Sumber : dokumentasi pribadi)

Judul Karya : ngaos, mamaos, maenpo

Ukuran` : 120 cm x 100 cm

Media : kertas, tissue, benang, cat akrilik diatas kanvas

Teknik : Mixed media

Tahun : 2019

4.3.4 Karya keempat


92

Gambar 4. 8
Karya 4
(sumber : Dokumentasi Pribadi)

Judul Karya : Amanat Penderitaan Rakyat

Ukuran : 120 cm x 100 cm

Media : kertas, tissue, benang, cat akrilik diatas kanvas

Teknik : Mixed media

Tahun : 2019

.
93

4.5 Deskripsi Karya

Dari keempat karya yang dibuat oleh penulis. Terdapat subject matter yang
sama dengan interpretasi yang berbeda –beda pada setiap karyanya. Masing –
masing karya memvisualkan kebudayaan dan kritikan apa saja yang ada di Cianjur
dalam bentuk dongeng Kuda Kosong.

4.5.1 Deskripsi Karya pertama


4.5.1.1 Deskripsi ide atau gagasan karya ke- 1

Karya pertama berjudul Perjalanan dilukiskan seorang kakek tua yang


merepresentasikan Bupati Cianjur dan Kuda Kosong yang dibuat dengan kerangka
yang geometris hasil adaptasi dari kerangka lampu gentur. Bupati Cianjur tersebut
berjalan tanpa menunggangi kuda. Bisa disebut sebagai Kuda Kosong, karena kuda
tersebut berjalan tanpa di tunggangi oleh siapapun.

Background karya ini dibuat berwarna abu-abu untuk memberi kesan netral
dan tidak menonjolkan makna apapun. Dari setiap simbol, dibuat background
mengunakan warna hangat seperti coklat muda dan coklat tua melambangkan
tenang, bersahabat, kebersamaan, sentosa, rendah hati. Terdapat tulisan dengan
aksara Sunda Kuno yang berisi “bisa ngindung ka usum ngabapa ka jaman, bisa
ngigelan jeung ngingeulen jaman” dibuat repetasi hingga memenuhi kanvas.
Amanat ini mengandung arti bahwa rakyat Cianjur dapat mengikuti arus globalisasi
tanpa melupakan tradisi.

Pada karya ini memvisualkan keadaan setelah terjadinya peristiwa


diplomasi ke Mataram. Dengan ditampilkannya simbol keris, kuda hitam dan pohon
saparantu. Mencapai keberhasilan diplomasi seperti yang dilakukan oleh Aria
Wiratanu II tidak melewati jalan yang mudah, pro dan kontra pasti terjadi karena
dari pandangan Aria Cikondang bahwa jalan yang terbaik untuk terbebas dari upeti
dengan jalan perang, akan tetapi jalan tersebut tidak mencerminkan citra sunda
yang cinta damai, sehingga mufakat dicapai dengan saran Aria Kidul –yang berlatar
belakang ulama dan sastrawan, yaitu dengan cara diplomasi langsung ke Mataram
dengan cara yang lebh bijak, tanpa jalan perang. Akhir dari perjalanan tersebut
membuahkan hasil, dengan dibebaskannya Cianjur dari pembayaran upeti pada
94

Mataram, diberikannya Kuda Hitam jenis kuda Eropa untuk menemani perjalanan
pulang, benda pusaka yakni keris kuna kerajaan Mataram yang diberikan langsung
oleh Raja dan pohon Saparantu yang langka dan masih tetap tumbuh sampai saat
ini demi mengingatkan kembali pada peristiwa historis dibalik Parade Kuda
Kosong.

Pada bagian dasar lukisan dibuat sebuah panorama berbentuk siluet untuk
menunjang suasana perjalanan sejaraah Kuda Kosong. Bentuk kotak-kotak pada
panorama adalah disformasi ladang padi

4.5.1.2 Deskripsi Visual karya Pertama

4.5.1.2.1 Unsur Visual


1) Titik

Titik yan dibuat pada karya ini hanya sebagai kebutuhan titik pada akhir
kalimat, tidak memiliki makna apapun.

Gambar 4. 9
Titik pada karya pertama
(sumber : dokumentasi pribadi)

2) Garis

Garis pada karya pertama, sebagian besar digunakan untuk mendukung


objek yang dikonsep penulis. Garis yang terdapat pada karya penulis banyak
ditemui pada pembentukan simbol dengan menggunakan outline. Garis yang
cenderung dipakai adalah dan lengkung pada objek memberi kesan dinamis .Garis
yang dibuat hanya sebagai outline seperti pada objek keris yg memakai outline
berwarna kuning dan outline hijaua pada pohon saparantu dengan teknik opaque.
95

Garis tanpa pemaknaan adalah yang terdapat pada objek, simbol, tipografi, dan
garis sebagai drapery pada sorban objek Bupati Cianjur.

Gambar 4. 10 Garis pada karya 1


(sumber : dokumen pribadi)

3) Bangun

Bangun – bangun yang dibuat adalah merepresentasikan makna dari setiap


objek yang penulis ciptakan. Pada karya ini terdapat dua jenis bangun. Yaitu
bangun tranformasi dan deformasi. Bangun tranformasi terdapat pada objek kuda
yang bertransformasi menjadi kuda dengan kerangka lampu gentur. Terdapat
bangun deformasi atau bangun untuk mewakilkan karakter objek seperti yang
terdapat pada pohon saparantu, dengan upaya mewakilkan bentuk objek tanpa
menunjukan keseluruhan bentuk objek.
96

Gambar 4. 11
Bangun pada karya Pertama
(sumber : dokumentasi pribadi)

4) Warna

Terdapat beberapa warna bersifat simbolis pada karya, seperti warna kuning
pada outline keris yang melambangkan intelektual pada saat berdiplomasi Cianjur
pada Mataram. Outline berwarna hijau pada pohon saparantu sebagai lambang dari
perdamaian dan subur, dan representasi bentuk lading padi yang berwarna emas,
melambangkan tinggi, kemewahan, harta karena padi sangat berharga di Cianjur.
Warna dingin mendominasi karya ini, seperti biru, abu-abu tanpa memaknai apapun
dan hijau. Terdapat warna hangat pada background symbol keris dan pohon
saparantu.

Gambar 4. 12
Warna pada Karya pertama
(Sumber: Dokumen Pribadi)
97

5) Ruang

Karya yang penulis buat bukan karya yang memiliki ruang nyata maupun
maya. Karena pada karya pertama ini banyak objek yang dibuat sebagai symbol
tanpa kecenderungan ruang yang dibuat, terkecuali, kecenderungan ruang semu
pada objek kakek yang dibuat realis.

Gambar 4. 13
Ruang pada karya pertama
(sumber : dokumentasi pribadi)

6) Tekstur

Pada karya yang penulis buat tedapat banyak tekstur yang diterapkan.
Tektur kain yang dibuat menggunakan tissue yang ada pada karya yang pertama
terdapat pada kostum kuda dan baju sang Bupati. Tekstur dibuat dengan cara di
tempel menggunakan lem kayu dan air.

Gambar 4. 14
tekstur pada karya pertama
(Sumber : dokumentasi pribadi)
98

4.5.1.2.2 Prinsip-prinsip Seni Rupa

Pada setiap karya yang dibuat oleh penulis dengan mengutamakan konsep
yang ingin disamaikan, daripada visualisasi dan estetika yang dimunculkan utama.
Sehingga penggunaan prinsip seni rupa dengan upaya mendukung simbol dan objek
yang ingin penulis hadirkan.

1) Kesatuan

Pembuatan objek secara bertumpuk untuk mencapai kesatuan pada karya.


Seperti pada objek kuda dan kakek dalam karya pertama ini.

Gambar 4. 15
Kesatuan pada karya pertama
(sumber: Dokumentasi pribadi)

2) Komposisi

Pada karya ini cenderung menggunakan komposisi diagonal.

Gambar 4. 16
komposisi pada karya pertama
(Sumber : Dokumentasi pribadi)
99

3) Proporsi

Objek-objek pada karya ini dibangun atas kecenderungan pada proporsi


pada objek ideal sesungguhnya, seperti pada objek manusia dan siluet manusia dan
kuda.

Gambar 4. 17
Proporsi karya pertama
( Sumber: dokumentasi pribadi)
4) Dominasi

Pada semua objek lukisan yang dibuat penulis , Kuda Kosong dan kakek
yang menjadi ikon bupati Cianjur sangat mendominasi dan menjadi point of view
pada karya. Tipografi aksara cacarakan dibuat besar pun menjadi dominan, akan
tetapi karena memakai warna analogus, tidak membuat typografi tersebut menjadi
poin of view.

Gambar 4. 18 Dominsi pada karya pertama


100

5) Pengulangan

Repetisi pada karya yang penulis buat ini dengan banyaknya tulisan dengan
huruf yang sama, mengalami pengulangan terus menerus pada beberapa bidang.

Gambar 4. 19 repetitif karya pertama

4.5.1.2.3 PrinsipVisual

4.5.2 Deskripsi Karya Kedua


4.5.2.1 Deskripsi ide atau gagasan karya ke- 2

Karya kedua ini melukiskan keadaan Cianjur jaman sekarang. Objek kuda
kosong dibuat tunggal. Menghadirkan keadaan seni kelas rendah dengan
menduplikasi label suatu produk yang sangat terkenal dan mewakilkan icon tak
formal Cianjur.

Produk dan hasil alam dihadirkan karena, yang terlintas pada benak orang
orang saat mendengar kata Cianjur adalah, beras dan tauco. Tauco sendiri
merupakan produk hasil akulturasi dari budaya Cina yang tersebar di Cianjur lewat
perdagangan sejak tahun 1880 masehi seperti tahun berdirinya produk tauco yang
paling terkenal dengan ikon kucing.

Dalam seni rupa rendah keadaan meminjam visual lain adalah hal yang
biasa terjadi, entah berupa kritikan, ironi, dan sarkasme . Kebutuhan pada karya ini
adalah untuk membangga banggakan keadaan Cianjur. Hasil meminjam visual
salah satu produk tauco, dengan melakukan tranformasi ikonnya menjadi Kuda
101

Kosong dan kata-kata yang merepresentasikan bahwa sejarah Kuda Kosong


merupakan sejarah yang patut untuk diketahui, karena erat kaitannya dengan
berdirinya Cianjur. Beras Cianjur sudah terkenal dengan kualitasnya yang sangat
baik, penulis memvisualkannya dengan mengambil keadaan yang sangat dekat
dengan beras yaitu menghadirkan bentuk dan anatomi beras, mulai dari beras yang
masih berbentuk padi secara keseluruhan hingga biji beras.

4.5.2.2 Deskripsi Visual karya kedua

4.5.2.2.1 Unsur Visual


1) Titik
Titik yang terdapat pada karya kedua ini hanya kebutuhan dalam penulisan
tiografi seperti titik yang berasal dari huruf ‘i’.

Gambar 4. 20
Titik Karya kedua
(sumber : dokumentasi pribadi)

2) Garis

Garis pada karya kedua, sebagian besar digunakan untuk mendukung objek
yang dikonsep penulis, tidak memiliki makna tertentu, hanya mengikuti objek.
Terdapat pada botol tauco dan outline padi.
102

Gambar 4. 21
Garis karya kedua
(Sumber : Dokumntasi pribadi)

3) Bangun

Bangun – bangun yang dibuat adalah merepresentasikan makna dari setiap


objek yang penils ciptakan. Terdapat bangun deformasi dengan upaya mewakilkan
bentuk objek tanpa menunjukan keseluruhan bentuk objek.cukup mewakilkan.

Gambar 4. 22 Bangun pada Karya kedua


(sumber : dokumentasi pribadi )
103

4) Warna

Selain warna abu-abu yang dibuat background dan memberi kesan netral, warna
putih dan outline hitam yang dipakai pada karya ini diadaptasi dari label tauco yang
berada di Cianjur. Penggunaan warna panas pada outline botol tauco dan beras
Cianjur berwarna hijau

Gambar 4. 23
Warna pada karya kedua
(sumber : Dokumentasi pribadi)

5) Tekstur

Pada karya yang penulis buat tedapat banyak tekstur yang diterapkan.
Seperti tektur benang rajut di kepala kuda untuk memberi kesan menonjol dan
kertas pada botol tauco.
104

Gambar 4. 24
tekstur pada karya kedua
(sumber : Dokumentasi pribadi)

4.5.2.2.2 Prinsip-prinsip Seni Rupa

Pada setiap karya yang dibuat oleh penulis dengan mengutamakan konsep
yang ingin disamaikan, daripada visualisasi dan estetika yang dimunculkan utama.
Sehingga penggunaan prinsip seni rupa dengan upaya mendukung simbol dan
objek yang ingin penulis hadirkan.

1) Kesatuan

Kesatuan pada karya ini dihadirkan ikon-ikon yang erat kaitannya dengan
Cianjur seperti beras dan tauco.

2) Proporsi

Pada bidang kanvas 120cm x100cm penulis anggap sudah memenuhi setiap
ruang pada kanvas. Objek-objek yang dibuat berdasarkan referensi visual yang
sebenarnya. Seperti kuda dan label tauco. Peminjaman label tauco sesuai dengan
struktur desain tauco itu sendiri.
105

3) Dominasi

Pada semua objek lukisan yang dibuat penulis , Kuda Kosong sangat
mendominasi dan menjadi point of view pada setiap karya. Dalam karya kedua ini
pun kuda menjadi point of interest dibandingkan objek yang lain.

4) Pengulangan

Repetisi pada karya yang penulis buat dapat dilihat dengan tulisan latin yang
ditulis, dan pengulangan motif pinggiran labeltauc pada sisi kanan dan kiri objek
kuda kosong.

Gambar 4. 25
repetisi pada karya kedua
(sumber : dokumentasi pribadi)

4.5.3 Deskripsi Karya ketiga


4.5.3.1 Deskripsi ide atau gagasan karya ke- 3
Karya ketiga ini melukiskan keadaan sangat dekat dengan Cianjur yaitu
dengan visual peta Cianjur dan Kuda hitam dengan subjek tunggal. Dalam karya ini
tidak digunakannya atibut Kuda Kosong melambangkan bahwa carita kuda Kosong
sudah mengalami pergeseran seiring berkembangnya jaman.
106

Dimulai pada kepemimpinan salah satu bupati, dengan menambahkan unsur


mistik , hal tersebut bertentangan dan merupakan hal yang tabu di Cianjur karena
pedoman religious dijunjung tinggi, sehingga pernah dihilangkannya helaran Kuda
Kosong dengan alasan tersebut. Peristiwa ini menjadi ide gagasan untuk
memvisualkan muka kuda yang sudah kehilangan atribut keagungannya, akan
tetapi tidak akan pernah dihilangkan -dengan kebijakan baru , Kuda Kosong
dihadirkan kembali karena merupakan bagian dari kebudayaan Cianjur yang tidak
boleh dilhilangkan dan merupakan identitas masyarakat Cianjur, dilambangkan
dengan kuda yang menunjukan otot wajahnya.

Objek – objek pada karya ini juga menghadirkan sesuatu yang memang
hanya dimiliki oleh Cianjur yaitu kerajinan lampu gentur, dan tiga pilar budaya
Cianjur : ngaos, mamaos, maenpo.

Ngaos, merupakan tradisi membaca yang terdapat di masyarakat Cianjur,


biasanya dikaitkan dengan mambaca dan mempelajari agama, karena religius
merupakan pedoman Cianjur, dijadikan pilar untuk membangun generasi Cianjur
yang mencerminkan nilai-nilai akhlakul karimah. Mamaos merupakan kegiatan
melestarikan budaya tradisional Cianjur yakni kesenian khas orang Cianjur orang
luar Cianjur biasa menyebutnya kesenian Cianjuran identik dengan seni pantun
yang diiringi oleh alat musik kacapi, rebab dan suling. Maenpo merupakan seni bela
diri untuk menangkis atau menahan serangan tanpa mencederakan lawan dan
alangkah sempurna bagi setiap orang terutama masyarakat kota Cianjur untuk
mempelajari dan mengaplikasikan filosofi yang ada didalamnya.

Lampu – lampu gentur yang menyala dan terdapat tulisan cacarakan berisi
Ulah ngomong sagéto-géto, ulah lémék sadaék-daék, ulah maling papanjingan,
ulah jinah papacangan, kudu ngadék sacékna, nilas saplasna, tersebut sajalan
dengan tiga pilar kebudayaan Cianjur.
107

4.5.3.2 Deskripsi Visual Karya ketiga

4.5.3.2.1 Unsur Visual

1) Garis

Unsur garis terdapat pada peta sebagai garis penanda wilayah di Cianjur
pada peta dengan garis lengkung yang dinamis, bidang geometris yang kaku dan
serat otot,juga pada aksara Sunda kuno.

Gambar 4. 26
Garis pada karya ketiga
(sumber : Dokumentasi pribadi)

2) Bangun

Terdapat bangun dari lampu Gentur dan nyala api yang melambangkan
harapan dan kehidupan. Penulis membuat relief peta Cianjur menggunakan kertas,
alumunium foil, dan tissu untuk memberi kesan pulau yang sesungguhnya.
108

Gambar 4. 27
Bangun pada karya ketiga
(sumber : Dokumentasi pribadi)

3) Warna

Warna yang dipakai pada karya ini cenderung pada warna dingin karena warna
biru dan hijau cukup mendominasi. Terdapat warna komplementer antara merah
melambangkan keberanian dan gairah pada cerita Kuda Kosong dan hijau untuk
melambangkan kesuburan dan keagungan daerah Cianjur, analogus pada biru dan
hijau.

Gambar 4. 28
Warna pada Karya ketiga
(sumber : Dokumentasi pribadi)
4) Tekstur

Pada karya ketiga, penulis membuat relief peta Cianjur menggunakan


kertas, alumunium foil, dan tissu untuk memberi kesan pulau yang sesungguhnya.
109

Tektur –tekstur semu juga dapat ditemukan dari tektur kulit kuda, tekstur otot pada
karya ini.

Gambar 4. 29
Tekstur pada karya ketiga
(sumber : Dokumentasi pribadi)

4.5.3.2.2 Prinsip-prinsip Seni Rupa

Pada setiap karya yang dibuat oleh penulis dengan mengutamakan konsep
yang ingin disamaikan, daripada visualisasi dan estetika yang dimunculkan utama.
Sehingga penggunaan prinsip seni rupa dengan upaya mendukung simbol dan
objek yang ingin penulis hadirkan.

1) Kesatuan

Kesatuan dari karya ini objek yang dibuat bertumpuk membentuk satu
kesatuan dan objek yang dilukiskan membentuk kesatuan dari kebudayaan Cianjur
yang ditampilkan.
110

2) Proporsi

Pada bidang kanvas 120cm x100cm penulis anggap sudah memenuhi setiap
ruang pada kanvas. Objek objek yang dibuat berdasarkan referensi visual yang
sebenarmya. Seperti kuda , peta, lampu gentur.

Gambar 4. 30
Proporsi pada karya ketiga
(sumber : Dokumentasi pribadi)

3) Dominasi

Pada semua objek lukisan yang dibuat penulis , Kuda Kosong sangat
mendominasi dan menjadi point of view pada setiap karya. Dalam karya ketiga ini
pun kuda menjadi point of interest dibandingkan objek yang lain, meskipun peta
dibuat lebih besar.

4) Pengulangan

Repetisi pada karya yang penulis buat ini dengan banyaknya rulisan
dengan huruf yang sama, mengalami pengulangan terus menerus pada beberapa
bidang. Pengulangan warna biru terdapat pada panorama dan lampu gentur.

4.5.3.2.3 PrinsipVisual

4.5.4 Deskripsi Karya Keempat


4.5.4.1 Deskripsi ide atau gagasan karya ke- 4
111

Berbeda dengan karya sebelumnya. Karya terakhir ini merpakan bentuk


ironi dan kritik terhadap keadaan jaman sekarang. Inspirasi karya ini adalah ketika
penulis melakukan observasi, menemukan ketimpangan yang cukup signifikan
antara gedung Dewan Kesenian Cianjur yang kumuh tak terawat dan tidak adanya
inisiasi untuk melakukan renovasi, melalui wawancara yang dilakukan dengan
Tatang Setiadi di gedung DKC, penulis merasa prihatin, padahal kegiatan di dkc
sangat aktif dengan bimbingan beliau dan budayawan lainnya. Sementara tepat di
depan gedung DKC merupakan Alun – Alun Cianjur yang megah dan baru usai
direnovasi besar-besaran. Kebutuhan untuk tenar atau bisa disebut juga dengan
kebutuhan narsistik bisa penulis analisis pada masa jabatan Bupati yang dinonaktif
karena terkena OTT (operasi tangkap tangan).

Kritik tentang tidak menjunjung DKC sebagai pusat perkembangan


kebudayaan Cianjur merupakan bentuk kemunduruan peradaban. Karena
perkembangn seni dan tradisi membawa masyarakat pada perkembangan peradaban
yg lebih maju. Keadaan ini penulis visualkan dengan bentuk gedung DKC yang
tidak rapi, akan tetapi digores menggunakan marker dengan teknik continuous
lines, dimana dibuat dengan garis yang tak terputus. Melambangkan bahwa keadaan
yang memprihatinkan tidak menutup masyarakat Cianjur untuk tidak
mengembangkan dan melestarikan kebudayaan di DKC. Visual objek salah satu
pilar menggunakan warma merah, melambangkan gairah dan berani dan didukung
dengan outline berwarna kuning yang melambangkan harapan.

Gerbang pintu Alun- alun penulis lukiskan dengan background berwarna


hijau kebiruan yang melambangkan narsistik dan mengagung- agungkan diri
sendiri.

Objek Kuda Kosong dibuat tanpa kepala, sementara kepala kuda tersebut
muncul pada sisi yang lain. Kepala kuda pada lukisan tersebut melambangkan
keadaan kesuraman, depresi dan ironi melihat keadaan Cianjur yang maraknya
pembangunan akan tetapi belum tepat sasaran.
112

4.5.4.2 Deskripsi Visual Karya Keempat


4.5.4.2.1 Unsur Visual
1) Garis

Garis pada karya keempat, sebagian besar digunakan untuk mendukung


objek yang dikonsep penulis, tidak memiliki makna tertentu, anya mengikuti objek.
Garis yang memilik makna terdapat pada karya ke empat yaitu continuous line atau
garis yang tidak terputus. Garis tersebut dibuat dengan memaknai sifat dinamis,
alami, merepresentasikan sifat masyarakat Cianjur yang ramah.

Gambar 4. 31
Garis karya keempat
(sumber : Dokumentasi pribadi)
2) Bangun

Bangun – bangun yang dibuat adalah merepresentasikan makna dari setiap


objek yang penulis ciptakan. Terdapat bangun deformasi dengan upaya mewakilkan
bentuk objek tanpa menunjukan keseluruhan bentuk objek,cukup mewakilkan.
113

Gambar 4. 32
bentuk karya keempat
(sumber : Dokumentasi pribadi)

3) Warna

Warna yang dipakai pada karya inin cenderung pada warna dingin. Terdapat
warna komplementer antara merah dan hijau, analogus pada biru dan hijau.

Gambar 4. 33
Warna karya keempat
(sumber : Dokumentasi pribadi)
114

4) Ruang

Karya yang penulis buat bukan karya yang memiliki ruang nyata maupun
maya. Karena pada karya keempat ini banyak objek yang dibuat sebagai symbol
tanpa kecenderungan ruang yang dibuat.

5) Tekstur

Pada karya yang penulis buat tedapat banyak tekstur yang diterapkan.
Tektur kain yang dibuat menggunakan tissue yang ada pada karya yang pertama
terdapat pada kostum kuda dan baju sang Bupati. Tekstur dibuat dengan cara di
tempel menggunakan lem kayu dan air.

Gambar 4. 34
Tekstur karya keempat
(sumber : Dokumentasi pribadi)

Pada karya kempat, penulis membuat tektur pada kepla kuda Cianjur
menggunakan kertas, dan tissu untuk memberi kesan pulau yang sesungguhnya.
Pada karya keempat, teksur terdapat pada jubbah kuda yang menggunakan kain
perca. Dan visual gerbang alun-alun yang menggunakan gliter cair berwarna emas
untuk menunjukan kesan mewah dan timbul. Tektur –tekstur semu juga dapat
ditemukan dari tektur kulit kuda, tekstur otot pada karya ke tiga.
115

4.5.4.2.2 Prinsip-prinsip Seni Rupa

Pada setiap karya yang dibuat oleh penulis dengan mengutamakan konsep
yang ingin disamaikan, daripada visualisasi dan estetika yang dimunculkan utama.
Sehingga penggunaan prinsip seni rupa dengan upaya mendukung simbol dan
objek yang ingin penulis hadirkan.

1) Keseimbangan

Upaya penulis untuk menciptakan keseimbangan pada karya dengan


menggunakan keseimbangan dari warna, dimana warna dingin mendominasi karya
ini diseimbangkan dengan warna netral pada hijau dan panas pada merah.

2) Proporsi

Pada bidang kanvas 120cm x100cm penulis anggap sudah memenuhi setiap
ruang pada kanvas. Objek objek yang dibuat berdasarkan referensi visual yang
sebenarmya. Seperti kuda , burung, bagunan yang menggunakan prinsip satu titik
hilang.

3) Dominasi

Pada semua objek lukisan yang dibuat penulis , Kuda Kosong sangat
mendominasi dan menjadi point of view pada setiap karya. Dalam karya keempat
ini pun kuda menjadi point of interest dibandingkan objek yang lain.

Gambar 4. 35
repetisi pada karya keempat
(Sumber :dokumentasi pribadi)
116

4) Pengulangan

Repetisi pada karya yang penulis buat ini dengan banyaknya tulisan dengan
huruf yang sama, mengalami pengulangan terus menerus pada beberapa bidang.

Gambar 4. 36
repetisi karya keempat
(sumber : dokumentasi pribadi)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Carita Kuda Kosong penulis interpretasikan dalam empat karya berbentuk


ekspresi visual dari penulis itu sendiri. Karya seni yang berbentuk lukisan tersebut
berisi tentang kebudayaan dan identitas masyarakat Cianjur dicerminkan lewat
Kuda Kosong. Objek –objek yang dibuat melewati hasil analisis konseptual tentang
pendekatan citraan kesundaan. Studi pustaka didapatkan dari dongeng karya Tatang
Setiadi untuk mengembangkan konsep dan meninjau kembali hasil wawancara
dengan visualisasi karya tersebut di elaborasi yang dilakukan dengan memasukan
etnopedagogik kesundaan untuk cerminan identitas lokal yang harus dijunjung
tinggi.
Penggunaan warna netral dan cenderung kelam menggambarkan keadaan
politik yang terjadi di Cianjur. Identitas lokal dan kultural coba dimunculkan
dengan cara meminjam konsep seni rupa bawah, misal, label tauco yang menjadi
khas dari Cianjur. Deformasi bentuk pada kuda dengan meminjam kerangka lampu
Gentur. Karena kedua produk tersebut sangat ikonik di Cianjur.
Melalui observasi lapangan untuk wawancara, studi literatur dan studi material,
penulis mendapatkan pengalaman estetis dari semua yang dikerjakan. Dalam proses
berkarya, penulis ekspresikan dalam bentuk visual yang kebanyakan menggunakan
simbol untuk mewakilkan makna tertentu. Karya yang memuat unsur parodi atau
menggunakan idiom seni rupa bawah.
Dalam material alat dan bahan, penulis menggunakan kanvas olahan penulis
berukuran 120cmx 100cm berjumlah empat buah karya. Penggunaan akrilik, lem
kayu, mendominasi dalam pembuatan karya penulis yang menggunakan media
campuran. Subject matter yang sama dalam setiap karya dan dikaitkan dengan
warna warna heraldis , komplementer dan analogus dalam warna dan komposisi
objek pada kanvas. Kuda dijadikan point of view dalam setiap karya dan mengalami
deformasi bentuk, dengan dominan menggunakan symbol dalam objek dan
menyajikan konsep keCianjuran dalam diri Kuda Kosong.

117
118

Penggunaan aspek visual seni rupa bawah untuk menjadi simbol lokal Cianjur
seperti label pada produk tauco dan seni kriya lampu Gentur yang diadaptasi dan
diubah dengan mentranformasi objek objek yang terdapat pada lukisan. Pemilihan
teknik media campuran sebagai nilai estetis dalam berkarya seni karena memilih
paham postmodernisme yang tidak terpaku pada material yang konvensional.

5.2 Saran

Kreatif, inovatif dan eksploratif diharapkan hadir dalam mendorong penciptaan


karya seni rupa. Penggunaan alat dan bahan non-konvensional dapat dikembangkan
untuk berkarya seni lukis dan menjadi karakteristik dari karya-karya senimannya.

Ekspresi visual dari Carita Kuda Kosong dalam mixed media ini diharapkan
bias dijadikan alternatif untuk seuruh kalangan masyarakat dan tidak hanya
berputar pada ruang lingkup mahasiswa pendidikan seni rupa saja. Selain itu karya
ini diharapkan mampu memberi manfaat diantaranya :

5.2.1 Universitas Pendidikan Indonesia

Penelitian berbasis sejarah kebudayaan local dengan megimplementasikan


nilai-nilai etnopedagogik adalah upaya untuk ikut berkontribusi dalam
mengembangkan karya tulis dan karya seni tanpa menghilangkan latarbelakang
kampus Pendidikan.

5.2.2 Departemen pendidikan Seni rupa

Skripsi penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan, inspirasi dan


motivasi terhadap Departemen Pendidikan Seni Rupa. Semoga skripsi ini dapat
menjadi referensi dalam mengajar mata kuliah seni dan tinjauan seni. Karena
menjadi opsional dalam pengembangan ide/ gagasan berkarya seni rupa.

5.2.3 Dosen Pendidikan Seni Rupa

Pembelajaran baru dalam metode dosen dalam memberi materi dapat


mengkaji dari skripsi penelitian yang penulis ciptakan. Mengingat banyak aspek
seperti intertekstual dari karya sastra menjadi karya rupa, pelestarian citra dan
amanat kesundaan yang dapat menjadi materi berkarya seni berbasis etnografis.
119

5.2.4 Mahasiswa

Di era perkembangan teknologi yang semakin maju, kebutuhan mahasiswa


khususnya dalam mempelajari sebuah metode , teknik, dan material dalam
kesenirupaan semakin meningkat. Dengan dibuatnya karya ini diharapkan menjadi
penambahan wawasan kesenirupaan.

5.2.5 Masyarakat professional

Berkarya seni berbasis sejarah dan kebudayaan sudah marak dikalangan


seniman. Semoga dengan dibuatnya karya seni berbasis etnografis Sunda dapat
menambah khasanah kekaryaan dalam dunia seni rupa

5.2.6 Masyarakat umum

Kebudayaan local sangat erat kaitannya di masyarakat umum. Akan tetapi


pengetahuan lebih mendalam dari apa yang terus terjadi dan berulang –ulang
mereka rasakan belum mampu menyentuh sisi historis yang penting dalam
memperkuat identitas masyarakat Cianjur. Sehingga dibuatnya karya seni sebagai
media pembawa pesan untuk mempromosikan kebudayaan Cianjur kepada
masyarakat yang lebih luas.
DAFTAR PUSTAKA

Sumber buku :

Darmaprawira, Sulasmi.(2002) Warna : Teori dan Kreativitas Penggunaannya.


Bandung: Penerbit ITB

Djatiprambudi, Djuli. (2016). Seni Rupa Indonesia : Dalam Titik Simpang. Sidoarjo
: Satu Kata.

Hardiman.(2018). Dialek Visual : Perbincangan Seni Rupa Bali dan yang lainnya.
Depok: PT Raja Grafindo Persada.

Iskandar, Popo. (2000). Alam Pikiran Seniman. Bandung : Yayasan Popo Iskandar

Kartika, Dharsono Sony.(2017). Seni Rupa Modern. Bandung : Rekayasa Sains

Setiadi, Tatang.(2018). Asal usulna Hayam Pelung. Bandung : Kiblat

Sudaryat, Yayat.(2015). Wawasan Kesundaan. Bandung : Jurusan Pendidikan


Bahasa Daerah FPBS UPI

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung :


Alfabeta

Sumardjo, Jakob. (2011). SUNDA : Pola Rasionalitas Budaya. Bandung : Kelir

Sumardjo, Jakob.(2000). Filsafat Seni. Bandung : Penerbit ITB

Yuliman, Sanento. (2001). Dua Seni Rupa. Jakarta : Yayasan Kalam.

Sumber Jurnal :

Azis, Said Abdul dkk (2016). Dasar-Dasar Melukis Cat Air. Tanra Jurnal Desain
Komunikasi Visual Fakultas Seni Dan Desain. Volume. 3 No. 2 – 2016.

Chiang, Miky, dkk. Peningkatan Kreativitas Melalui Pembelajaran Kolase Dengan


Menggunakan Bahan Alam Pada Anak Usia 5-6 Tahun. Program Studi
Pendidikan Guru PAUD FKIP UNTAN, Pontianak

120
121

Fuad Rahman (2015). Wayang Onthel Komunitas Old Bikers Velocipede Old
Classic (Voc) Magelang. Jurnal Kajian Seni. Pengkajian Seni
Pertunjukan dan Seni Rupa Sekolah Pascasarjana, Universitas Gadjah Mada.
Volume. 01, No. 02, April 2015: 179-193

Gunawan (2014). Proses Terjadinya Suatu Karya Seni. Mahasiswa Pasca Sarjana
Pendidikan Seni Universitas Negeri Semarang. Vol. VIII No. 2 Juli 2014

Halimah, Nur. Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Melalui Kegiatan Kolase


Dengan Berbagai Media. PGPAUD Fakultaas Ilmu Pendidikan UNY

Junaedi, Deni, dkk (2018). Komposisi Efek Spontan Cat Air Dengan Sulur
Tradisional Yogyakarta Pada Penciptaan Lukisan. CORAK Jurnal Seni
Kriya Volume. 7 No.1

Kadiyono, Anissa Lestari & Harding, Diana. (2017). PENGARUH NILAI BUDAYA
SUNDA DALAM UPAYA PENINGKATAN KESEJAHTERAAN
PSIKOLOGIS KORBAN BENCANA TANAH LONGSOR. Journal of
Psychological Science and Profesion (JPSP) Vol.1, No- 2017

Khoeriyah Elis, dkk.(2013) Dokumentasi Budaya “Kuda Kosong” Cianjur


Rancang Bangun Bibliografi Beranotasi Sebagai Literasi
Dokumentasi Budaya, Kesenian Kuda Kosong Cianjur. The 1st
International Conference on Language, Literature and Teaching. Fakultas
Ilmu Komunikasi, Universitas Padjadjaran.

Kurnia Satriyo (2017). Kerusakan Lingkungan Sebagai Ide Penciptaan Karya Seni
Lukis. Jurnal Akhir Penciptaan Seni UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Lee, Liony Amanda, dkk.(2018). Pencarian Identitas Desain Lampu Gentur Cianjur
Dengan Pendekatan Teori Semiotik. Jurnal Universitas Pelita Harapan.

Majid Ibnu (2016) Refleksi Diri Sebagai Inspirasi Karya Lukis. Arty: Journal of
Visual Arts. Jurusan Seni Rupa, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas
Negeri Semarang,
122

Mario, Viano (2017). Hipokrit Sebagai Ide Penciptaan Karya Lukis. Jurnal Akhir
Penciptaan Seni UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Nugroho Roby (2017). Kehidupan Kupu-Kupusebagai Ide Penciptaan Seni Lukis.


Jurnal Akhir Penciptaan Seni UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Rondhi Mohammad (2014). Fungsi Seni bagi Kehidupan Manusia: Kajian


Teoretik. Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang Kampus
Sekaran Gunungpati Semarang. Vol. VIII No. 2.

Santoso , Haryono (2016). Penciptaan Karya Seni Lukis Impresionisme Mixed


Media. Asintya Jurnal Penelitian Seni Budaya ISI Surakarta. Volume. 8 No
2.

Sintawati Esin (2018). Pelatihan Keterampilan Merajut Pada Kelompok Pkk


Kelurahan Mojolangu Kecamatan Lowokwaru Kota Malang. Jurnal K
ARINOV Program Studi tata Busana, Fakultas Teknik, Universitas Negeri
Malang. Volume.1 No.1

Sobur Alex (2007). Karya Seni Sebagai Media. Jurnal Mediator. Volume. 8 No 2

Suryani Dewi (2016). Analisis Teknik Seni Lukis Mas Dibyo Periode 2013.
Jurnal Pendidikan Seni Rupa. Pendidikan Seni Rupa, Fakultas Bahasa dan
Seni, Universitas Negeri Surabaya. Volume 04 Nomor 02 Tahun 2016, 225–
230

Sutiarti.(-) Pembelajaran Ekstrakurikuler Seni Lukis Mixed Media Di Kelompok b


Tk Aba Karangmalang Yogyakarta. Jurnal Pendidikan Seni Rupa.
Pendidikan Seni Rupa Universitas Negeri Yogyakarta

Sutisna, Nia, dkk. Pengaruh Aktivitas Kolase Terhadap Peningkatan Kemampuan


Motorik Halus Pada Siswa Cerebral Palsy Tipe Spastik. PEDAGOGIA :
Jurnal Ilmu Pendidikan
123

Suyasa, I Nyoman (2017). Saput Poleng Dalam Penciptaan Karya Seni Lukis
Dengan Teknik Opaque Dan Impasito. Jurnla Seni Rupa Murni Fakultas
Seni Rupa dan Desain ISI Surakarta. Volume. 9 No. 1

Thomas Roxi (2015). Eksplorasi Pasir Sebagai Teknik City Scape Lukisan. Jurnal
Ekspresi Seni. Institute Seni Indonesia Padangpanjang. Volume 17,
Nomor1,Juni 2015,hlm.1-164

Heryana, Agus. (2018). Falsafah Penca Cikalong Dalam “Gerak Seser”. Balai
Pelestarian Nilai Budaya Jawa Barat Vol. 10 No. 2

Sumber Internet :

_____.(t.t).Diego Maxx. [online] diakses dari


http://www.medinart.eu/works/diego-max/

Ahyadi .(2016). Macam-macam Benang Menurut Jenis dan Kegunaannya.


[Online]. Diakses pada tanggal 10 Agustus 2019 dari
https://www.inirumahpintar.com/2016/09/macam-macam-benang-menurut-
jenis-dan-kegunaannya.html.

CNN Indonesia. (2018, 12 Fesember). Kronologi ott bupati Cianjur korupsi dana
pendidikan. [Surat Kabar Online]. Diakses pada 18 Agustus 2019 dari
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20181212233434-12-
353270/kronologi-ott-bupati-Cianjur-korupsi-dana-pendidikan

Dekoruma,Kania. (2018). Macam-Macam Bahan Polyester, Kelebihan, dan


Kekurangannya.[Online]. diakses pada tanggal 10 Agustus 2019
dari .https://www.dekoruma.com/artikel/75511/macam-macam-bahan-
polyester- kelebihan-dan-kekurangannya.

Hanan, Shofira. (2018, 23 Mei ). Ini Kata Budayawan dan Akademisi Soal Tugu
Bubur Cianjur [ Surat Kabar Online ]. Diakses pada 18 Agustus 2019 dari
https://www.pikiran-rakyat.com/jawa-barat/2018/05/23/ini-kata-
budayawan-dan-akademisi-soal-tugu-bubur-Cianjur-424857
124

Katryn. (2017). Interview with crochet artist Wilma Poot. [Online] diakses dari
http://www.crochetconcupiscence.com/2017/07/interview-with-crochet-
artist-wilma-poot

Liddya, Dini. (2016). Pengertian Almunium Foil dan Fungsinya. [Online]. diakses
pada tanggal 10 Agustus 2019 dari
https://almuniumindonesia.com/pengertian-almunium-foil-dan-fungsinya.

Parahyangan, Reza.(2019, 18 April) Dewan Kesenian Cianjur DKC , Riwayatmu


kini. [Surat Kabar Online] diakses 18 Agustus 2019 pada
https://Cianjurtoday.com/2019/04/18/dewan-kesenian-Cianjur-dkc-
riwayatmu-kini/

Shafira .(2018). Penjelasan Kain Rayon Lengkap dengan Kelebihan, Kekurangan,


Ciri-CiridanTekstur.[Online].Diakses Diakses pada tanggal 14 Agustus 2019
dari https://supplierpeci.com/bahan-rayon/.

Tien, Nguyen (2013). Arti dan Makna Garis. [Online]. Diakses pada tanggal 14
Agustus 2019 dari http://karib.ayobai.org/2013/05/arti-dan-makna-
garis.html

Wicaksono, Bayu D .(2017). Kenapa Tissue Jenisnya Banyak, Padahal Fungsinya


Hampir Sama Semua?. [Online]. Diakses pada tanggal 10 Agustus 2019
dari https://www.idntimes.com/sc ence/discovery/bayu/alasan-ada banyaknya-
jenis-tissue/.

Yuliman, Sanento. (1984, 23-24 Juli). Dua Seni Rupa. [Simposium Online]..
Dewan Kesenian Jakarta. Diakses dari http://archive.ivaa-
online.org/files/uploads/texts/JURNAL%20SENI%20RUPA%20DKJ_001%
20Dua%20Seni%20Rupa_Sanento%20Yuliman.pdf
125

DAFTAR ISTILAH

Aksen : Gaya berbicara

Aksentuasi : Tekanan bicara

Apresiasi : Kegiatan melihat, menilai

Apresiator : Orang yang mengapresiasi

Aquarel : Teknin lukisan Water color

Artefak : Peninggalan sejarah

Artsitik : Mempunyai nilai seni

Asosiasi : perkumpulan

Aspek : Bagian

Audio : Suara atau vokal

Balance : Seimbang

Biomorfis : Siklus kehidupan

Crochet : Merajut

Dialektika : Dialog dua arah

Dominan : Lebih banyak

Eksekusi : Pelaksanaan

Eksperimen : Percobaan

Ekspresi : Ungkapan perasaan

Ekspresif : Kemampuan untuk mengungkapkan perasaan

Emosional : Perasaan

125
126

Estetis : Keindahan

Etnis : Suku

Fenomena : Kejadian

Fermentasi : Proses penguraian metabolik

Figur : Tokoh

Figurative : Kiasan atau lambang

Filologi : Ilmu tentang aksara

Finishing : Tahap penyelesaiaan

Formal : Resmi

Harmoni : Keselarasan, keseimbangan

Identifikasi : Menelusuri

Identitas : Ciri khas

Imajinasi : Hayalan

Imitasi : Palsu

Individual : Prilaku yang dilakukan sendiri

Inisiatif : Kemampuan untuk mengambil tindakan

Intensitas : Ukuran

Interaksi : Tindakan sosial

Interpretasi : Penafsiran

Interval : Jarak

Intrinsik : Unsur dari dalam

Klasik : Mempunyai nila mutu yang tinggi dan abadi


127

Kognitif : Kemampuan memahami

Komponen : Bagian

Komposisi : Campuran

Konkret : Jelas

Konseptual : Berkonsep

Konteks : Isi dari statmen

Kontemporer : Penggabungan modern dengan tradisional

Konten : Isi dari konsep

Kontribusi : Membantu

Konvensional : Normal atau wajar

Kreasi : Daya cipta

Kreatif : Proses pemikiran daya cipta

Kultur : Budaya

Kultural : Kebudayaan

Literasi : Bacaan, tulisan

Majun : Kain bekas


Material : Bahan

Mixed Media : Campuran media dan teknik

Needlework : Jaitan

Opaque : Teknik water color

Orientasi : Tujuan

Patriotisme : Kepahlawanan
128

Persepsi : Opini

Prakarsa : Inisiatif

Profesi : Pekerjaan

Rancage : Ahli

Realis : Nyata

Referensi : Sumber

Refleksi : Renungan

Representasi : Menunjukan kembali

Respon : Jawaban

Rilis : Melahrikan , menyatakan

Simplicity : Sederhana

Sosial : Hubungan manusia

Stimulasi : Dorongan

Subject Matter : Gagasan pokok

Subjektif : Pemikiran pribadi

Symbol : Lambang

Tafsir : Penjelasan dari interpretasi

Tradisional : Kebiasaan turun temurun

Tranformasi : Perubahan bentuk

Unity : Bersatu

Universal : Umum

Variatif : Beragam
129

Visual : Terlihat

Volume : Isi dari ukuran

Wet To Wet : teknik sapuan basah pada basah


LAMPIRAN
1. Studi Material

130
131

2. Studi bentuk dan sketsa

131
132
133

3. Perubahan Karya

133
RIWAYAT HIDUP

Nama : Maskanah

Tempat, tanggal lahir : Taif , 10 September 1996

Alamat asal : Kp. Cijeblog , Desa. Peuteuycondong, Kec. Cibeber, Kab.


Cianjur Jawa Barat 43262

Alamat di Bandung : Jl. Terusan Sersan Bajuri

No. telepon : 0877-1465-4648

Media sosial : E-mail : maskanahsulaiman7@gmail.com

Facebook : Maskanah

Instagram : maskasu

Id Line : maska_su

Riwayat Pendidikan : TK Nurul Cholchach (2003)

SDN Sadagori 2 (2008)

SDN 1 Cilaku (2009)

SMPN 1 Cibeber (2012)

SMAN 1 Cibeber (2015)

Universitas Pendidikan Indonesia ( 2015-sekarang)


135

Pengalaman pameran : Pameran Angkatan Rupa Warna 2015 “Menolak Rupa”,


Bandung 2016

Pameran Angkatan 17 UKM Studio 229 “Festfun”,


Bandung 2016

Pameran Rohis Khotpen#1. Bandung 2016

Pameran Studio 229 X ASAS UPI “polbek dong”,


Bandung 2017

Pameran Komunitas PASER “ Kamuflase “, Bandung


2017

Pameran Div. Kriya HIMASRA “ Reka Rakit”, Bandung


2017

Pameran Rohis Khotpen#2. Bandung 2018

Pameran Angkatan Rupa Warna 2015 “ Intim”, Bandung


2018 Pameran Lukis 2015 “Binal”, Bandung 2018

Pameran DCG#14 “Revolusi Jiwa”, Yogyakarta 2018

Pengalaman Lokakarya: Pemateri workshop Embroidery “ Rekarakit “ 2017

Pemateri workshop Embroidery “Khotpen” 2018

Peseta Workshop kalung resin 2017

Peserta Workshop Eco Print “pupa art ground” 2018

Pengalaman Organisasi: Anggota Divisi Murni HIMASRA

Anggota Studio 229

Bendahara Umum HIMASRA

Koordinator Workshop DJAMOE #6

135

Anda mungkin juga menyukai