Anda di halaman 1dari 8

Critycal Book Report

Konsep Pendidikan Seni

Skor Nilai :

NAMA : 1. Prasti Sipangkar


2. Daniel Amstrong Tarigan
3. Fernando Adrain Tarigan
KELAS : A (2019)
DOSEN PENGAMPU : OCTAVIANA TOBING S.Pd,.M.Pd.
MATA KULIAH : KONSEP PENDIDIKAN SENI

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN SENI MUSIK


JURUSAN SENDRATASIK
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2020

KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kita panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga saya dapat menyusun tugas Critical Book
Review ini dengan baik dan benar, serta tepat pada waktunya.

Critical Book Review ini telah dibuat dengan dari beberapa sumber dan beberapa
bantuan dari berbagai pihak untuk membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama
mengerjakan tugas ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan tugas Critical Book
Review ini. Saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada Critical
Book Review ini. Oleh karena itu saya mengundang pembaca untuk memberikan saran serta
kritik yang dapat membangun saya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat saya harapkan
untuk penyempurnaan tugas selanjutnya.

Akhir kata semoga tugas yang saya buat ini dapat memberikan manfaat bagi kita
semua dan dapat memberikan nilai lebih pada proses pembelajaran mata kuliah ini.

Medan, Mei 2020

Penyusun

IDENTITAS BUKU

BUKU I
BUKU II

Judul : Paradigma
Kontekstual
Pendidikan Seni
Penulis: Prof. Dr. M. Jazuli, M.
Hum. Judul : Pendidikan Karakter
Halaman : 120 Lembar Melalui Seni
Tahun : 2016 Penulis: Hamdani
ISBN : 9789795181712 Halaman : 132 Lembar
Penerbit : Unesa University Tahun : 2014
Press Surabaya ISBN : 9789790761612
Penerbit : Pustaka Pelajar

BAB I
PENDAHULUAN
KONSEP PENDIDIKAN SENI
Pendidikan seni merupakan saran untuk pengembangan kreativitas anak. Pelaksanaan
pendidikan seni dapat dilakukan melalui kegiatan permainan. Tujuan pendidikan seni bukan
untuk membina anak-anak menjadi seniman, melainkan untuk mendidik anak menjadi kreatif.
Seni merupakan aktivitas permainan. Melalui permainan, kita dapat mendidik anak dan
membina kreativitasnya sedini mungkin. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa seni dapat
digunakan sebagai alat pendidikan. Melalui permainan dalam pendidikan seni anak memiliki
keleluasaan untuk mengembangkan kreativitasnya. Beberapa aspek penting yang perlu
mendapat perhatian dalam pendidikan seni antara lain kesungguhan, kepekaan, daya
produksi, kesadaran berkelompok, dan daya cipta.
Pendidikan seni adalah segala usaha untuk meningkatkan kemampuan kreatif
ekspresif anak didik dalam mewujudkan kegiatan artistiknya berdasrkan aturan-aturan
estetika tertentu. selain itu, pendidikan seni di SD bertujuan menciptakan cipta rasa
keindahan dan kemampuan mengolah menghargai seni. Jadi melalui seni, kemampuan cipta,
rasa dan karsa anak di olah dan dikembangkan.

TUJUAN
- Mengkritik dan membandingkan 2 buku

MANFAAT
- Memenuhi tugas matakuliah

BAB II
PEMBAHASAN

KONSEP
Konsep pendidikan seni yang pernah ada di jelaskan oleh Herawati dan Iriaji sebagai
berikut :
a. Gerakan Reform
Gerakan Reform adalah usaha pemberuan di bidang konsep pendidikan seni, yang
mengutamakan kebebasan ekspresi sebagai cara untuk memberi peluang kepada
anak didik mengembangkan kemampuan yang ada pada dirinya. Tujuannya untuk
mendewasakan anak didik bukan hanya pada segi intelektualnya saja, akan tetapi
mengkhendaki anak supaya belajar aktif melalui kegiatan seni, sekaligus melatih
syaraf otaknya.
b. Konsep pendidikan seni untuk apresiasi
Apresiasi memiliki arti sebuah penghargaan atau penilaian terhadap sesuatu.
Dengan pembelajaran apresiasi yang diberikan dalam pendidikan seni, siswa
diharapkan mampu menumbuhkembangkan potensi kreatif yang dimilikinya
dengan baik, dengan proses pengalaman yang diperoleh dari apresiasi.
c. Konsep pendidikan seni untuk pembentukan konsepsi
Dalam pendidikan seni baik kegiatan menggambar dan sebagainya merupakan
proses dari perkembangan persepsi anak terhadap bentuk visual yang dijuampai
dilingkungannya.
d. Konsep pendidikan seni untuk pertumbuhan mental dan kreatif
Peran pendidikan seni terhadap tumbuh kembang anak diantaranya adalah sebagai
sarana dalam pertumbuhan mental dan kreatif anak.
e. Konsep seni sebagai keindahan
Konsep keindahan merupakan bagian yang tidak lepas dari unsur seni itu sendiri.
Soehardjo (2012;103) memandang hubungan seni dan keindahan sebagai bentuk
kualitas dari segi tampilan visual sebagaimana dikemukakan bahwa : “keindahan
merupakan kualitas tampilan yang kasat indera. Karena tampilan itu secara formal
berwujud bentuk yaitu bentuk yang berkualitas indah, maka keindahan yang
dimaksud adalah keindahan bentuk. Bentuk yang dimaksud adalah perwujudan
karya seni yang berarti wujud kasat indera dari suatu karya seni. Karena itu
keindahan bentuk merupakan atribut dari sesuatu yang disebut karya seni.
f. Konsep seni sebagai imitasi
Berasal dari bahasa inggris yaitu immitation yang artinya peniruan. Herawati dan
iriaji (1997 : 8) mengemukakan bahwa : “peniruan yang dimaksud disini adalah
membuat bentuk baru yang sama dengan bentuk asal ditiru. Konsep imitasi seni
ini berasal dari estetika plato yaitu mimesis yang artinya meniru alam.
Proses meniru merupakan tahap awal sesorang dalam berkreasi seni. Dalam teori
yang telah ijelaskan diatas, alam merupan sarana atau model Dalam visualisasi
kegiatan seni atau pembeljaran dalam pendidikan seni itu sendiri.
g. Konsep Seni Sebagai Hiburan Yang Menyenangkan
Konsep ini berpendapat bahwa hasil karya seni harus dapat menghibur atau
menyenangkan pengamat. Hal itu dikemukakan oleh Soehardjo (2012 :106)
bahwa “Seni berpotensi utuk dimanfaatkan sebagai obyek pelipur lara bagi
khalayak. Artinya obyek yang pada awalnya dapat menstimulus khalayak agar
dapat merespon secara estetik’’. Sejalan dengan pendapat tersebut respon yang
dimaksud disini terdapat dua kemungkinan yaitu respon kesenangan dan respon
ketidaksenangan.

Sebelum mengkaji pendidikan seni dari sisi konsep, perlu dikaji lebih dahulu dari sisi
peristilahan yang digunakan dalam buku ini. Mengapa memberikan sebutan “mata peljaran
pendidikan seni”, dan bukan “mata pelajaran seni”. Bukankah kepada mata pelajaran bidang
lain penyebutan itu cukup menggabungkan kata pendidikan dengan substansinya. Sperti mata
pelajaran matematika, dan bukan mata pelajaran pendidikan matematika. Mata pelajaran
Bahasa Inggris, dan bukan mata pelajaran pendidikan bahasa Inggris.
Istilah mata pelajaran pendidikan seni digunakan untuk menunjukkan bahwa substansi
mata pelajaran yang dimaksud adalah pendidikan seni dan bukan seni. Artinya sebagai
substansi pendidikan seni setara dengan seni. Berdasarkan premis ini dapat disimpulkan
bahwa istilah pendidikan seni yang terpisah dari mata pelajaran, seharusnya “pendidikan
pendidikan-seni”. Memang janggal kedengarannya, dan bisa membingungkan. Namun
kesimpulan itu adalah benar. Tidak kalah membingungkan jika ditinggalkan pendidikan-seni
saja dengan pengertian sama. Dan itulah yang terjadi. Artinya rangkain kata pendidikan seni
itu dapat diartikan sama dengan seni ataupun dapat diartikan berbeda tergantung konteksnya.
Tentang konsep pendidikan secara jelas dapat ditangkap dalam ilustrasi di atas.
Bahwa dalam KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi) pada segmen mata pelajaran
pendidikan seni dengan empat standar kompetensinya itu secara jelas ingin mengantarkan
peserta didik agar dapat menguasai kemampuan seni, yang mencakup pemahaman seni,
apresiasi seni, kreasi seni, dan gelar/ pameran seni. Lepas apakah semua kompetensi tersebut
dapat dicapai atau tidak. Sebab semuanya sangat tergantung pada kondisi sarana dan
prasarana yang tersedia dan digunakan termasuk para guru seni, serta potensi dasar peserta
didik. Dan tidak bisa diabaikan muatan kurikulumnya sendiri, apakah konsep pendidikan
seninya terungkap secara jelas atau tidak, serta linier atau bias.
Setiap kurikulum tentu menetapkan konsep yang dimuat. Permasalahannya adalah
penetapan itu pada umumnya dikemas secara secara implicit, sehingga untuk menangkap
maknanya diperlukan pendalaman serta pemahaman interpretative.
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Berdasarkan Makalah ini penulis dapat memberi kesimpulan, bahwa pentingnya Sistem
dan Pendidikan Seni itu untuk membangun, mendidik dan menciptakan anak didik yang
memiliki potensi dan pola pikir yang baik dan positif. Sebab bukan hal yang mudah untuk
menjadi seorang guru yang profesional dan menjalankan tugas pangilanya untuk memberikan
apa yang telah diketahui kepada siswa/i di kelas. Tanggung jawab dalam melayani siswa/i
adalah besar dan itu yang menentukan arah pendidikan suatu bangsa. Bukan hanya
kecerdasan intelektual saja yang dibutuhkan melainkan harus pandai dalam menyampaikan
kepada peserta didik dengan metode-metode, teknik-teknik dan strategi yang bijaksana agar
proses belajar mengajar itu tidak monoton dan menyenakan bagi siswa/i serta mudah dicerna
dan di pahami.

SARAN
Penulis menyarankan agar di dalam melakukan tugas panggilan sebagai seorang
pelayan siswa/i atau sering kita katakan guru haruslah cerdas dalam Intelektual, Emosional
dan Spiritual agar proses belajar mengajar itu berjalan dengan lancar. Pandai dalam
menggunakan waktu, dapat membedakan kepentingan pribadi dengan kepentingan
pendidikan. Sebab kita sebagai calon/guru sebagai alat untuk menciptakan generasi penerus
bangsa yang lebih baik dari pada kita saat sekarang ini, untuk mereka di masa yang akan
datang.

Anda mungkin juga menyukai