Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

PENDEKATAN DALAM PEMBELAJARAN SENI


Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Pengembangan Seni Drama, Musik Dan
Tari Koreografi

Dosen Pengampu : Ajeng Teni Afriliani, M.Pd

Oleh :

Wafa Nawal

Tiara Dina Cahyani

PROGRAM PIAUD 7

INSTITUT MADANI NUSANTARA

Jl. Lio Balandongan Sirnagalih (Beugeg) No.74 Kel.Cikondang Kec.Citamiang Kota Sukabumi
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya
dapat menyelesaikan makalah tugas pada mata kuliah Pengembangan Seni Drama, Music Dan
Tari Koreografi tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Pengembangan Seni
Drama, Music Dan Tari Koreografi . Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan Seni Drama, Music Dan Tari Koreografi Sebagai Sumber Belajar bagi para pembaca
dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya
tekuni.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Saya menyadari, tugas yang saya buat ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini

Sukabumi, 01 November 2023


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Seni
B. Pengertian Pendekatan Pembelajaran
C. Pendekatan Dalam Pembelajaran Seni
D. Kompetensi Yang Diharapkan Dari Pendidikan Seni
E. Pembelajaran Seni Sebagai Stimulus Uuntuk Membemtuk Potensi Seni Pada AUD
F. Pembelajaran Seni Sebagai Bentuk Rekreasi Pada AUD

BAB III PENUTUP


A. SIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Memilih suatu pendekatan dalam pendidikan seni hendaknya mengacu kepada misi
dan tujuan pendidikan seni, karakteristik siswa, jenis dan karakteristik bahan ajar, dan
lingkungan belajar. Misi pendidikan seni yang utama adalah mengembangkan kepekaan
rasa, dengan tujuan agar terbentuk manusia yang memiliki kepribadian seimbang secara
jasmani-rohani, mental-spiritual, dan intelektual-emosional. Pelaksanaan pendidikan seni
rupa pada jenjang pendidikan dasar dan menengah harus mempertimbangkan bahwa
pendidikan seni sebagai wahana bermain yang bermuatan edukatif dan membangun
kreativitas. Jika kita menggunakan pendidikan seni sebagai sarana pendidikan, maka
pendekatannya pun harus sesuai dengan tujuan penciptaaan seni, meskipun seninya tidak
kita tempatkan sebagai tujuan pendidikan.
Jenis dan karakteristik bahan ajar dapat dipilah-pilah antara bahan ajar seni
rupa/kerajinan yang bersifat teori, ada yang bersifat praktik pelatihan (drill) penguasaan
kecakapan teknis-motorik, ada yang mengembangkan kemampuan berekspresi-kreatif, ada
yang menekankan pengembangan apresiasi. Secara garis besar, dapat pula dibedakan
antara “belajar pemertahanan” (maintenance learning) dan “belajar inovatif” (innovative
learning) (Botkin, 1984).
Pendidikan Seni Rupa dapat mencakup kognisi, apresiasi dan berkreasi. Kegiatan
kognisi dan apresiasi memberi bekal kepada anak untuk mengenal dan memahami
pengetahuan kesenirupaan, seperti: mengenal unsur-unsur dasar seni, prinsip-prinsip seni,
fungsi seni, hubungan seni dengan kehidupan masyarakat. Kegiatan kreasi dalam
pelaksanaannya memberikan kebebasan berekspresi dan memberikan saluran emosi serta
memiliki peran dalam mengembangkan mental-spiritual anak-anak.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud Pengertian Seni ?
2. Apa yang dimaksud Pengertian Pendekatan Pembelajaran ?
3. Apa yang dimuksud Pendekatan Dalam Pembelajaran Seni ?
4. Bagaimana Kompetensi Yang Diharapkan Dari Pendidikan Seni ?
5. Bagaimana Pembelajaran Seni Sebagai Stimulus Uuntuk Membemtuk Potensi
Seni Pada AUD ?
6. Apa yang dimaksud Pembelajaran Seni Sebagai Bentuk Rekreasi Pada AUD ?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui Pengertian Seni
2. Untuk mengetahui Pengertian Pendekatan Pembelajaran
3. Untuk mengetahui Pendekatan Dalam Pembelajaran Seni
4. Untuk mengetahui Kompetensi Yang Diharapkan Dari Pendidikan Seni
5. Untuk mengetahui Pembelajaran Seni Sebagai Stimulus Uuntuk Membemtuk
Potensi Seni Pada AUD
6. Untuk mengetahui Pembelajaran Seni Sebagai Bentuk Rekreasi Pada AUD
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian seni
Seni adalah aktivitas manusia untuk menciptakan berbagai produk/artefak rupa,
pertunjukan, atau pendengaran yang mengekspresikan keahlian teknis, ekspresi
seniman, pesan, kearifan, atau unsur ekstrinsik lainnya dari seniman itu sendiri agar
dapat diapresiasi dan memberikan output estetis atau nilai-nilai lainnya kepada
penikmatnya.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) seni memiliki beberapa arti.
Pertama, seni adalah keahlian membuat karya yang bermutu (dilihat dari segi
kehalusan dan keindahan). Kedua, seni merupakan karya yang diciptakan dengan
keahlian luar biasa, seperti tarian, lukisan, dan ukiran.
"Seni adalah segala perbuatan manusia yang timbul, dari perasaannya yang hidup
dan bersifat indah, hingga dapat menggerakkan jiwa perasaan manusia." (Ki Hajar
Dewantara, tokoh pendidik nasional).
"Seni dapat diartikan sebagai kegiatan menciptakan bentuk-bentuk yang dapat
dimengerti atau dipersepsi yang mengungkapkan perasaan manusia." (Susanne K.
Langer, filsuf seni Amerika).

B. Pengertian Pendekatan Pembelajaran


Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang
kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya
suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi,
menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan
teoretis tertentu.
Menurut Gulo, pendekatan pembelajaran merupakan sudut pandang untuk
mengundang seluruh masalah pada kegiatan belajar mengajar. Uang tersebut bisa
diketahui cara berpikir dan sikap seorang pendidik untuk menyelesaikan persoalan
ketika menghadapi kegiatan pembelajaran
Terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1) pendekatan pembelajaran yang
berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach) dan (2) pendekatan
pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach).

C. Pendekatan Dalam Pembelajaran Seni


Enam pendekatan yang dikenal, yaitu: (1) pendekatan otoritatif, (2) pendekatan
permisif dan (3) pendekatan demokratis (4) pendekatan proses kelompok (5)
pendekatan keterampilan proses (6) pendekatan inspiratif dapat dipilih untuk
disesuaikan dengan kebutuhan belajar.
1. Pendekatan Otoritatif
Pendekatan ini menekankan pada disiplin dan penegakan kewibawaan. Cara ini
penting untuk melatih dan membina aspek kedisiplinan, ketelitian, prosedur/teknik
pembuatan karya tertentu. Ada kegiatan-kegiatan belajar dan aturan kerja yang harus
diikuti untuk mencapai sasaran tertentu. Pebelajar tidak bisa berlaku dan bekerja
seenaknya.
Dalam pelaksanaannya, pendekatan otoritatif dapat digabungkan dengan
pendekatan kompetensi, misalnya untuk pebelajar menghasilkan sejumlah barang
dengan kualitas minimal tertentu dalam jangka waktu tertentu. Di pusat-pusat
industri kerajinan misalnya, yang sudah menghasilkan barang untuk diekspor perlu
dilatih para calon pekerja melalui sistem magang. Karena ketatnya persaingan dan
aturan perdagangan (ada kendali mutu dan perlu tepat waktu), maka disiplin kerja
harus ditanamkan pemagang yang kelak mungkin menjadi tenaga kerja di perusahaan
tersebut. Dalam proses pembelajaran kerajinan tangan, pendekatan otoritatif juga
digunakan untuk pembelajaran yang memerlukan disiplin penggunaan alat misalnya :
a) Menggunakan dan memelihara alat-alat. Ada alat-alat harus dipelihara dan
digunakan menurut cara yang benar. Jika tidak, alat akan rusak atau
membahayakan. Contoh: bagaimana menggunakan gergaji dan ketam serta
pahat, bagaimana menyimpannya.
b) Mencapai penguasaan tertentu. Misalnya, setiap peserta didik harus bisa
mencapai mutu tertentu dalam kerapihan anyaman atau ukiran. Jika belum
dicapai harus dilatih berulang terus.
2. Pendekatan Permisif
Jenis pendekatan ini menekankan pada segi kebebasan penuh terhadap anak
didik. Kebebasan adalah hak setiap orang. Belajar itu sendiri berlangsung dalam diri
masing-masing, tak dapat dipaksakan. Hasil belajar dianggap akan optimal jika
sesuai dengan minat dan keinginan peserta didik. Oleh sebab itu, menurut pandangan
ini, jangan ada pengarahan-pengarahan atau petunjuk-petunjuk.
Pendekatan permisif digunakan sewaktu-waktu untuk memberi kesempatan
peserta didik menciptakan bentuk baru atau mencoba bahan baku. Misalnya,
pembelajaran kerajinan membatik teknik ikat celup untuk siswa kelas Sekolah Dasar;
setiap siswa dibolehkan menciptakan sendiri bentuk-bentuk baru. Contoh lainnya,
dalam kegiatan menggambar ekspresi (menggambar bebas). Namun sesungguhnya
pendekatan permisif penuh jarang dilakukan, karena ada saja keharusan mentaati
aturan kerja atau ada saat-saat siswa perlu petunjuk instruktur.
3. Pendekatan demokratis
Pendekatan ini bertumpu pada pandangan bahwa tiap orang memiliki hak untuk
menyatakan pendapat. Berbeda dengan pendekatan permisif, gagasan pendekatan
demokratis tidak menghendaki kebebasan penuh, sebab kebebasan seseorang harus
juga memperhatikan kebebasan orang lain dalam kehidupan bermasyarakat.
Pendekatan demokratis lebih cocok digunakan sebagai kebijakan umum, terutama
jika mengingat bahwa peserta didik adalah manusia dewasa yang sudah memiliki
kesadaran diri dan kesadaran sebagai warga negara. Setiap warga negara atau peserta
didik dapat mengajukan gagasannya dalam rangka memperbaiki mutu hasil
karya. Mereka hanya akan senang belajar dalam suasana kondusif-demokratis. Peran
guru dalam hal ini sebagai fasilitator dan dinamisator.
4. Pendekatan proses kelompok
Menekankan pada pembentukan kelompok yang erat (kohesif). Kelompok yang
bekerja sama secara erat akan menghasilkan nilai lebih. Kelompok bukan sekedar
penjumlahan dari individu-individu, tetapi kesatuan yang memiliki kekuatan.
Pendekatan ini ditunjang oleh psikologi massa khususnya dinamika kelompok.
Manfaat yang diperoleh dari kegiatan kelompok adalah membina kerja sama di antara
siswa dalam menyesaikan permasalahan bersama. Dalam hal ini mereka saling
melakukan interaksi dan sekaligus saling mengenal lebih dekat mengenai kekuatan
dan kekurangan fotensi yang dimilikinya sehingga diharapkan saling mangisi, saling
membantu dan mentolelir antara yang satu dengan yang lainnya.
Pendekatan-pendekatan ini dapat dipilih secara silih berganti sesuai keperluan; bisa
jadi pula suatu proses kegiatan menggunakan beberapa pendekatan. Maka kita
katakan bahwa pendekatan eklektik (gabungan) adalah cocok digunakan.
5. Pendekatan Keterampilan Proses
Pendekatan keterampilan proses menekankan pembentukan keterampilan
memperoleh pengetahuan dan mengkomunikasikannya. Keterampilan meliputi
makna yang luas, meliputi segi fisik/perbuatan, psikis/mental dalam bentuk oleh fikir
dan sikap--termasuk kreativitas--, serta sosial budaya (pendayagunaan lingkungan),
yang difungsikan untuk mencapai hasil tertentu.
Guru dapat memberi stimulasi untuk penciptaan model-model inovatif. Pendekatan
yang sering dipakai biasanya pendekatan Inspiratif, pendekatan analisis hasil karya
dan pendekatan empatik
6. Pendekatan Inspiratif
Pelaksanaan pendidikan seni rupa pada jenjang pendidikan dasar dan menengah
harus memperhatikan dan mempettimbangkan bahwa pendidikan seni sabagai
wahana bermain yang bermuatan edukatif dan membangun kreativitas. Jika kita
menggunakan pendidikan seni sebagai sarana pendidikan, maka pendekatannya pun
harus sesuai dengan tujuan penciptaaan seni, meskipun seninya tidak kita tempatkan
sebagai tujuan pendidikan. Pendekatan yang yang utama dalam pembelajaran
pendidikan seni rupa ialah pendekatan inspiratif.
Karya seni merupakan curahan emosi yang diberi bentuk yang indah dan kreatif.
Karya ini lahir dari keharuan, dari hari nurani yang paling dalam. Bagi dunia anak,
jenis pendekatan inspiratif ini diharapkan dapat menggugah keharuan anak untuk
mencurahkan ekspresinya ke dalam bentuk karya seni. Bentuk penggugah keharuan
yang oleh Lansing disebut dengan istilah stimulation dan cultural stimulation yang
terdiri dari: Direct experience as a form stimulation (pemberian rangsangan melalui
pengalaman), Verbal stimulation (perangsangan malalui cerita/dongeng), Art material
as stimulation (perangsangan melalui bahan), dan Audio-visual aids as
stimulation (perangsangan melalui media audio visual)

D. Kompetensi yang diharapkan dari pendidikan seni


1. Mampu memadukan unsur etika, logika dan estetika, meliputi: pengetahuan,
pemahaman, persepsi, analisis, evaluasi, apresiasi, dan berproduksi melalui
bahasa rupa, bunyi, gerak dan peran;
2. Memiliki kepekaan inderawi, perasaan estetis dan artistik melalui pengalaman
bereksplorasi, berekspresi dan berkreasi secara lintas bidang dalam mendukung
kecerdasan emosional, intelektual, moral, spiritual dan adversitas sesuai dengan
kebutuhan dan perkembangan anak;
3. Mampu berkreasi dalam bahasa rupa, bunyi, gerak dan peran dalam
mengembangkan kemampuan perseptual, pemahaman, apresiasi, kreativitas,
dalam berproduksi;
4. Memiliki keterampilan dasar dan mampu berkreasi berdasarkan inspirasi yang
bersumber pada alam dan lingkungan sekitar anak dalam mengolah medium seni;
5. Mampu menghargai karya sendiri dan karya orang lain serta keragaman seni
budaya setempat dan nusantara;
6. Mampu mempergelarkan, menyajikan karya seni dan atau merancang,
memamerkannya di kelas dan atau di linglkungan sekolah

E. Pembelajaran Seni sebagai stimulus untuk membentuk potensi seni pada anak
usia dini
Berbeda dengan seni pada pembelajaran jenjang pendidikan sekolah dasar,
sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas yang sifatnya pengembangan
potensi seni, seni pada anak usia dini cenderung bersifat untuk menstimulus potensi
seni yang ada. Hal ini diartikan seni sebagai rangsangan yang digunakan oleh
pendidik untuk merangsang potensi seni yang ada dalam diri anak-anak sehingga
potensi seni yang ada kemudian terbangun untuk dapat dikembangkan.
Hal ini tentu akan sangat bergantung dari bagaimana pendidik sensitif untuk
mampu melihat potensi-potensi yang ada dalam diri anak khususnya potensi seninya.
Seni berkaitan dengan pengembangan potensi memiliki relevansi yang sangat erat,
anak usia dini sebagai jenjang pertumbuhan yang penting memiliki hakekat
pembelajaran yang harus menyesuaikan dengan kebutuhan anak itu sendiri, sehingga
menjadi tanggung jawab bagi orang tua dan Pendidik untuk mampu mengakomodir
kebutuhan anak tersebut dalam proses belajarnya terutama dalam asfek-asfek
perkembangn kognitif, psikomotorik, sosial-emosional dan bahasanya (Mulyani, 2017
)

F. Pembelajaran seni sebagai bentuk rekreasi pada anak usia dini


Konsep kedua dalam pembelajaran seni bagi anak usia dini adalah seni sebagai
rekreasi bagi anak. Pada masa awal-awal pertumbuhannya, anak cenderung lebih
senang bermain, karena melalui bermain anak-anak mengenal dunia beserta isinya,
melalui bermain anak membangun dunia dan pemahamannya akan lingkungan
sosialnya. Sehingga seni dalam hal ini menjadi media bermain kaitannya dengan
rekreasi sebagai hiburan.
Rekreasi secara makna menurut beberapa ahli (dalam Kusumawati & Anggraini,
2020) memiliki arti sebuah kegiatan yang dilakukan pada waktu-waktu tertentu yang
ditujukan untuk penyegaran kembali fisik dan psikis melalui hiburan-hiburan tertentu.
Berdasarkan hal tersebut maka seni dalam konteks rekreasi pada anak usia dini
memiliki pengertian sebagai penyegaran kembali fisik dan psikis anak-anak disaat
mereka lelah dalam belajar. Hal ini tentu menjadikan seni sebagai bagian dari mental
health bagi anak-anak disaat jenuh dengan berbagai pembelajaran eksakta yang
diterima. Melalui proses mewarnai, bernanyi dan menari menjadikan seni pada anak-
anak sebagai media hiburan mereka, selain juga seni pada saat bersifat sebagai
hiburan menjadi media komunikasi anak-anak dalam menyampaikan apa yang
menjadi pemikiran mereka tentang dunianya. Pada saat itu pula seni menjadi media
anak dalam bersosialisasi dan belajar berinteraksi dengan sesamanya saat bersama-
sama menikmati proses kesenian.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Seni adalah aktivitas manusia untuk menciptakan berbagai produk/artefak
rupa, pertunjukan, atau pendengaran yang mengekspresikan keahlian teknis,
ekspresi seniman, pesan, kearifan, atau unsur ekstrinsik lainnya dari seniman itu
sendiri agar dapat diapresiasi dan memberikan output estetis atau nilai-nilai
lainnya kepada penikmatnya.
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut
pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan
tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya
mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan
cakupan teoretis tertentu.
Enam pendekatan yang dikenal, yaitu: (1) pendekatan otoritatif, (2)
pendekatan permisif dan (3) pendekatan demokratis (4) pendekatan proses
kelompok (5) pendekatan keterampilan proses (6) pendekatan inspiratif dapat
dipilih untuk disesuaikan dengan kebutuhan belajar.
DAFTAR PUSTAKA
http://muryatisahrul.blogspot.com/2016/05/makalah-seni-pendekatan-model-
dan.html

https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&opi=89978449&url=https://
pustaka.ut.ac.id/lib/wp-content/uploads/pdfmk/PAUD420602-
M1.pdf&ved=2ahUKEwjEgI6Yt6KCAxVfzjgGHTWZDSA4ChAWegQICBAB&us
g=AOvVaw0xVCgO_FJelCrbgtMfofZl

Ana, N. Y. (2018). Penggunaan Model Pembelajaran Discovery Learning Dalam Peningkatan


Hasil Belajaran Siswa Di Sekolah Dasar. Jurnal Ilmiah Pendidikan Dan Pembelajaran, 2(1),
21–28. https://doi.org/10.23887/jipp.v2 i1.13851

https://www.cnnindonesia.com/edukasi/20221125141254-569-878682/pengertian-
seni-sifat-dan-fungsinya-dalam-kehidupan-manusia/amp

https://www.universitas123.com/news/pengertian-dan-jenis-jenis-pendekatan-
pembelajaran

Anda mungkin juga menyukai