ABSTRACT
Entrepreneur education should be started in early-childhood start from introduction stages
then be an entrepreneur agent. It is taught to children to be mentally an entrepreneur. Due
to this activity which is design to support their business. The students began to
comprehend themselves, control their emotion and stress, time management, flexible
communication, and decision maker. Developing student's entrepreneur mentality
increases the students’ characteristic and behavior, responsibility towards an entrepreneur
theoretical and practically, which is taken the long term period process.
ABSTRAK
Pendidikan kewirausahaan sebaiknya dimulai sejak dini mulai dari tahap pengenalan
kemudian menjadi agen pengusaha. Hal ini diajarkan kepada anak-anak untuk bermental
entrepreneur. Karena kegiatan ini yang dirancang untuk mendukung bisnis mereka. Para
siswa mulai memahami diri mereka sendiri, control emosi dan stres mereka, manajemen
waktu, komunikasi yang fleksibel, dan pengambil keputusan. Menumbuhkan mental
wirausaha siswa meningkatkan sifat dan perilaku siswa, tanggung jawab terhadap
wirausaha secara teoritis dan praktis, yang dilakukan dalam jangka panjang proses
periode..
Kata Kunci : Nilai Kewirausahaan, Anak Usia Dini, Strategi Kewirausahaan
PENDAHULUAN
Pendidikan kewirausahaan memang sangat penting untuk semua aspek kehidupan.
Begitu pula pada sebuah Negara berkembang, karena peranan kewirausahaan atau
enterpreuner tidak dapat diabaikan dalam pelaksanaan pembangunan. Oleh sebab itu
diperlukannya untuk berkreasi serta inovasi untuk mencari gagasan-gagasan baru sehingga
bangsa tersebut dapat berkembang dengan lebih cepat. Wirausaha adalah hasil dari belajar,
seseorang bisa saja mempunyai bakat wirausaha dari lahir akan tetapi bakat tersebut jika
tidak di stimulus dalam proses pembelajaran bisa saja bakat tersebut menghilang dengan
sendirinya. Oleh sebab bakat tersebut harus distimulus dalam proses pembelajaran. Maka
disinilah perannya pendidikan kewirausahaan, bahkan di tanamkan sejak dini.(Wahyuni &
Suyadi, 2020)
Pembelajaran kewirausahaan pada diri anak tidak serta merta ada, tapi memerlukan
latihan bertahap. Bisa dimulai dari hal-hal kecil dalam aktivitas keseharian anak. Misalnya,
membereskan mainan selesai bermain, rajin sikat gigi sebelum tidur dan membereskan
tempat tidur. Ini merupakan latihan berdisiplin (Reski, 2017), bertanggung jawab dan awal
pengajaran tentang kepemilikan, mengajarkan anak untuk mampu mengelola uang dengan
baik. Latihan yang perlu diajarkan bukan hanya cara membelanjakan, tapi juga menabung
dan mencari uang.
Pendidikan kewirausahaan bagi anak usia dini adalah bagian dari upaya
menumbuhkan budaya dan nilai kewirausahaan sejak usia dini. Diantara nilai-nilai
kewirausahaan tersebut adalah memaksimalkan potensi diri, mendapatkan keuntungan,
orientasi perencanaan, manajemen strategis, inovatif, meningkat kualitas kerja, dan
memiliki kemauan untuk meraih peluang, berani, memiliki tujuan, memiliki harapan, kuat,
percaya diri, memiliki inisiatif, bertanggung jawab, membantu, menerima pendapat dari
para ahli, melaksanakan tugas secara sistematis (Nugrahani et al., 2021).
Kegiatan anak di PAUD bersama guru dan teman sebayanya dapat dimaksimalkan
dalam menanamkan pola pikir untuk menjadi seorang wirausaha (entrepreneur). Hal-hal
yang dapat guru lakukan antara lain memberikan fasilitas, metode mengajar yang kreatif,
mengaitkan apa yang diajarkan dengan berpikir layaknya seorang wirausaha. Kelak ketika
dewasa nanti anak akan terbiasa dengan kegiatan kewirausahaan dan yang terpenting lagi
anak tidak akan takut mengambil resiko. Kegiatan sekolah yang berkaitan dengan
kewirausahaan merupakan penyeimbang bagi anak untuk menerapkan apa yang anak
peroleh dari pelajaran yang diajarkan oleh guru misalnya ketika ada tema tanaman guru
bisa mengajarkan cara menanam tanaman merawatnya sampai bagaimana memanfaatkan
tanaman.
Hal lain yang juga penting adalah dukungan dari orangtua kepada anak. Dukungan
tidak hanya dapat berupa finansial tapi juga motivasi agar anak mau berpikir kritis untuk
mengeluarkan ide. Bentuk motivasi itu antara lain bisa berwujud ucapan selamat ketika
tanaman yang dipelihara anak dapat tumbuh dan anak dapat memetik hasilnya atau
dorongan semangat untuk pantang menyerah. Pengakuan dan dukungan dari orang tua
akan menentukan perkembangan minat dan percaya diri anak. Sekolah sebagai wadah bagi
anak mendapatkan ilmu dan menerapkan ilmunya untuk mengembangkan pembelajaran
kewirausahaan anak, Sekolah dan orangtua merupakan kunci sukses dari program
kewirausahaan pada anak usia dini.
Pembelajaran kewirausahaan perlu ditumbuhkan sejak dini bukan hanya dalam
tataran pembentukan kognitif dengan memberitahu anak tentang defenisi kewirausahaan,
manfaatnya dan caranya. Tetapi kewirausahaan dapat diintegrasikan dalam tema
pembelajaran melalui kurikulum tersembunyi hal ini dapat dilakukan oleh guru secara
kreatif pada saat pemberian materi (Nurhafizah, 2018)
METODE
Metode yang di dunakan dalam penelitian ini adalah dengan deskriftif analitik kepustakaan
dengan pendekatan kualitatif yang di pergunakan dengan tujuan untuk mengetahui dan
menjelaskan Hakikat Kewirausahaan (Entrepreneurship). Sumber data adalah dokumen,
buku-buku, artikel dan literatur lainnya.
Teknik ini digunakan dalam penelitian yang dilaksanakan adalah untuk memperoleh dasar-
dasar dan pendapat secara tertulis yang dilakukan dengan cara mempelajari berbagai
literatur yang berhubungan dengan masalah yang sedang di teliti, yaitu berkenaan Hakikat
Kewirausahaan (Entrepreneurship).
Karakter kewirausahaan
Karakter kewirausahaan tidak selalu mengarahkan anak-anak menjadi seorang
pembisnis dan menolak anak-anak untuk tumbuh menjadi pribadi yang lain. Justru dengan
dukungan jiwa kewirausahaan anak-anak akan tampil dengan karakter unggul karena
karakter seorang pengusaha mendukung bagi pembentukan pribadi. Seperti pembentukan
pribadi yang jujur, mandiri, pekerja keras, percaya diri, kreatif merupakan karakter yang
dimiliki oleh pengusaha. Oleh karena itu, perlu dikembangkan seiring perkembangan anak.
Seorang wirausaha yang sukses harus mempunyai karakteristik yang baik dan
menarik, karakteristik seorang wirausaha akan terlihat dan berkembang melalui ilmu
pengetahuan, pengalaman yang diperoleh dari hasil interaksi dengan lingkungannya.
Tidak dapat dipungkiri bahwasanya keberhasilan seorang wirausaha tentunya tidak lepas
dari pengalaman dan pendidikan kewirausahaan sejak dini. Hal ini selaras dengan pendapat
Collin, Moores, dan Zaleznik dalam buku Antonio bahwa, ”The act of entrepreneurship is
an act patterned after modes of coping with early childhood experience” yang artinya pada
kenyataanya kewirausahaan adalah suatu realita yang ditentukan setelah cara peniruan
dengan pengalaman anak kecil sedini mungkin.
Sikap seorang entrepreneur adalah hampir semua sikap positif yang perlu dimiliki
oleh siapa saja. Sikap-sikap itu antara lain mandiri, bertanggung jawab, kreatif, terbuka
pada hal-hal baru, yakin akan keberhasilan, dan tentu saja tangguh atau pantang menyerah.
Pemerintah telah memiliki 17 nilai yang dianggap paling pokok yang dapat dikembangkan
melalui pendidikan entrepreneurship, yaitu: mandiri, kreatif, berani mengambil resiko,
berorientasi pada tindakan, kepemimpinan, kerja keras, jujur, disiplin, inovatif, tanggung
jawab, kerjasama, pantang menyerah (ulet), komitmen, realistis, rasa ingin tahu,
komunikatif dan motivasi kuat untuk sukses. Implementasi dari 17 nilai pokok
kewirausahaan tersebut tidak secara langsung dilaksanakan sekaligus, namun dilakukan
secara bertahap.
Berdasarkan pendapat yang telah diuraikan di atas yang dimaksud karakter
entrepreneurship adalah jiwa-jiwa wirausaha yang ditanamkan sejak dini agar kelak
mampu menjadi seorang pengusaha muslim sejati dan tangguh. Jiwa-jiwa usaha tersebut
antara lain berani mengambil resiko dengan penuh perhitungan, memiliki komitmen dan
kemauan yang keras, memiliki kejujuran dan dapat dipercaya, kreatif, percaya diri,
mandiri, kemampuan bekerja sama dalam satu tim, dan mampu berkomunikasi serta
mampu membawa diri di berbagai lingkungan.
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Nugrahani, R., Munastiwi, E., & Suhendro, E. (2021). Strategi Pengembangan Nilai-Nilai
Entrepreneurship Pada Anak Usia Dini. Journal of Early Childhood Education
(JECE), 2(2), 138–154. https://doi.org/10.15408/jece.v2i2.17390
Nurhafizah, N. (2018). Bimbingan Awal Kewirausahaan pada Anak Usia Dini. 6, 62–67.
Reski, N. T. I. (2017). KONSEP DIRI DAN KEDISIPLINAN BELAJAR SISWA. 1999, 85–
91.
richard oliver ( dalam Zeithml., dkk 2018 ). (2021). hakikat kewirausahaan. Angewandte
Chemie International Edition, 6(11), 951–952., 2013–2015.
Wahyuni, A., & Suyadi. (2020). Best Practice Pendidikan Kewirausahaan Pada Anak Usia
Dini di TK Khalifah Baciro Yogyakarta. Yaa Bunayya : Jurnal Pendidikan Anak Usia
Dini, 4(1), 15–22. https://jurnal.umj.ac.id/index.php/YaaBunayya/article/view/6682