Anda di halaman 1dari 7

TUGAS MATA KULIAH

“TELAAH KURIKULUM”

OLEH
Gusti Ayu Agung Trisna Prameswari
201909002

Pendidikan Seni Pertunjukan


Fakultas Seni Pertunjukan
ISI Denpasar
2020
Kurikulum Seni Budaya
yang Ideal bagi Peserta Didik di Masa Depan

Kurikulum dapat dikatakan sebagai jantungnya dunia pendidikan. Untuk


menghasilkan lulusan pendidikan nasional yang sesuai dengan standar mutu nasional
dan internasional kurikulum di masa depan perlu dirancang dan disempurnakan. Seni
Budaya merupakan salah satu mata pelajaran yang memberikan sumbangan berupaka
pembekalan life skill agar berani dan bangga dalam menghadapi tantangan masa
depan. Oleh karena itu, diperlukan kurikulum Seni Budaya yang ideal bagi peserta didik
untuk di masa depan.
Dalam pendidikan seni, fondasi sejarah seni merupakan kompetensi umum yang
harus dikuasai oleh peserta didik di sekolah umum. Sedangkan fondasi lainnya seperti
fondasi produksi seni dan fondasi kritik seni masing-masing berkaitan dengan proses
kreasi dan kemampuan mengapresiasi serta menilai karya seni yang harus dikuasai di
tingkat pendidikan dasar dan menengah.

Prinsip Pendidikan Seni


Untuk menjelaskan tentang prinsip seni budaya, dapat dimulai dengan menarik garis
subtansi seni dengan seni budaya. Substansi seni antara lain :
1. Substansi ekspresi, salah satu contoh bidang latihnya yaitu melukis. Sedangkan
substansi kreasi dapat juga dikatakan penciptaan.
2. Ketrampilan, lebih menitikberatkan kemampuan teknis sehingga bersifat
reproduktif. Misalnya kerajinan tangan seperti menganyam atau mengukir.

Fungsi Pendidikan Seni

Berbeda dengan mata pelajaran lain yang hasilnya bisa dapat dirasakan dan
dibuktikan setelah berakhirnya pelajaran, hasil pendidikan seni tidak dapat langsung
dirasakan karena bersifat individual dimana pemahaman, penikmatan dan penghayatan
sifatnya sangat individual. Jadi, dapat dikatakan bahwa hasil tersebut bersifat kumulatif
artinya baru dapat dirasakan setelah semuanya berakhir. Mata pelajaran kesenian ini
membantu secara tidak langsung bagi kehidupan manusia dan mempunyai korelasi
dengan mata pelajaran lain sebagaimana yang dikatakan dalam Art and Everyday Life.
Manfaat Seni dalam Pendidikan
Manfaat seni dalam pendidikan yaitu membantu pertumbuhan dan
perkembangan anak, membina perkembangan estetik, serta membantu
menyempurnakan kehidupan. Manfaat dari bidang seni musik banyak sekali
diantaranya adalah mendorong gerak pikiran dan perasaan, membangkitkan kekuatan
dalam jiwa manusia, dan membentuk akhlak.
Dari sekian banyak manfaat seni budaya tersebut dapat disimpulkan bahwa
kehadiran seni budaya sangat penting karena pada hakekatnya seni budaya dapat
membantu mewujudkan harkat manusia.

Tujuan Pendidikan Kesenian


Seni budaya di Indonesia dapat dibagi menjadi dua bagian penting, antara lain :
1. Pendidikan Vokasional, dikenal sebagai sekolah kejuruan yang menitik beratkan
lulusannya sebagai seniman, juru, tenag ahli tingkat dasar atau pengelola.
2. Pendidikan Avokasional, yaitu seni budaya yang menitikberatkan seni sebagai
media pendidikan dan sebagai bagian integral dari keseluruhan pendidikan.
Adapun beberapa tujuan dari pendidikan seni antara lain :
1. Memberikan pengalaman estetik agar anak mampu mengembangkan kepekaan
artistic dan potensi kreatifitasnya.
2. Memberikan kesempatan anak untuk mengungkapkan ide gagasan dan fantasi
sesuai dengan tingkat perkembangan dalam berbagai medium seni.
3. Membentuk pribadi yang sempurna.

Seni Membantu Belajar Bidang yang Lain


Salah satu contoh bahwa seni dapat membantu belajar bidang yang lain dapat
dilihat dari bidang seni rupa. Secara konseptual pembelajaran Seni Rupa adalah suatu
proses berlatih mempelajari ide, gagasan, dan memahami suatu yang diwujudkan
dalam gambar. Misalnya ketika seorang anak mempelajari perkembangbiakan sapi
dalam pelajaran IPA, maka secara otomatis ia juga mengingat struktur tubuh sapi
karena telah mengamatinya saat dalam pelajaran menggambar. Proses inilah yang
disebut dengan transfer of training.
Kajian Kurikulum

Konsep Standar Isi Kelompok Mata Pelajaran Estetika


Standar isi untuk satuan Pendidikan Dasar dan Menengah yaitu lingkup materi
minimal dan tingkat kompetensi minimal dengan tujuan untuk mencapai kompetensi
minimal pada jenjang tertentu. Terdapat dua komponen penting dalam hal tersebut
yaitu ditetapkannya materi dan juga kompetensi dasar.
Jika diperhatikan dalam standar isi kelompok mata pelajaran estetika seharusnya
dalam mata pelajaran seni budaya, pengetahuan estetika menjadi basis dalam
pembelajaran. Namun hal itu tidak tercantum dalam standar kompetensi lulusan
pendidikan dasar dan menengah. Kelemahan ini harus diatasi agar mata pelajaran
estetika tidak hanya menjadi ornamentasi atau dianggap tidak bermakna karena tidak
tercakup sebagai kompetensi lulusan.
Jika mata pelajaran seni budaya ditinjau pada jenjang SMP dan SMA maka
dapat dilihat bahwa seni budaya diterjemahkan menjadi empat jenis kesenian, yakni:
seni rupa, seni tari, seni musik dan seni teater, tanpa seni sastra. Dari hal itu peran kata
budaya yang tercantum menjadi tidak jelas karena isinya hanya terkait dengan
pembelajaran seni. Dengan demikian penamaan mata pelajaran seni budaya menjadi
tidak tepat penamaannya.
Mata pelajaran Seni Budaya sangatlah kontekstual, karenanya para pendidik
harus memiliki wawasan yang baik mengenai seni budaya yang ada di wilayah tempat
ia mengajar sehingga nantinya dapat memenuhi standar isi “Memanfaatkan lingkungan
untuk kegiatan apresiasi dan kreasi seni”. Namun jika hal tersebut belum dapat dikuasai
dan tidak terdapat buku refrensi maka pendidik dapat menggunakan silabus yang telah
diujicobakan pada sekolah-sekolah tertentu, sehingga mendapat acuan dan dapat
menyesuaikannya dengan konteks seni budaya di wilayahnya. Sementara itu, standar
isi tentang apresiasi seni akan sulit dikuasai oleh guru seni budaya, karenanya
diperlukan buku yang baik sebagai pegangan para pendidik seni. Misalnya komponen
apresiasi yang terdiri dari feeling, valuing, dan emphatizing jangan sampai tidak
diberikan oleh pendidik seni budaya.
Untuk mencapai target standar kompetensi lulusan, para pendidik seni perlu
dibekali dengan buku pegangan seni budaya yang merangkum pengetahuan estetika,
seni rupa, seni musik, seni tari, dan seni teater. Sedangkan untuk mencapai target
ketrampilan menulis bidang seni, membutuhkan buku standar sebagai acuan untuk
penulisan, baik keberbahasaannya maupun metode penulisan sederhana yang
diperlukan.
Standar isi dan standar kompetensi lulusan mata pelajaran seni budaya di
sekolah menengah atas/kejuruan hanya mencakup dua domain, yaitu apresiasi seni
dan kreasi seni. Sedangkan untuk tingkat sekolah dasar dan menengah pertama adalah
apresiasi seni pelaksanaannya pun tidak konsisten, karena mencakup pula masalah
penciptaan dan aktivitas pameran. Hal ini sering membingungkan bagi pendidik seni di
lapangan dan kiranya perlu dikemukakan apa yang sebenarnya menjadi hakikan dari
pendidikan seni.

Konsep Pendidikan Seni dan Realitas Kurikulum

Secara konseptual, pendidikan seni bersifat sebagai berikut :

1. Multilingual yakni pengembangan kemampuan peserta didik mengekspresikan


diri secara kreatif dengan berbagai cara dan media, dengan pemanfaatan
bahasa rupa, bahasa kata, bahasa bunyi, bahasa gerak, bahasa peran, dan
kemungkinan berbagai perpaduan di antaranya.
2. Multidimensional, yakni pengembangan beragam kompetensi peserta didik
tentang konsep seni, termasuk pengetahuan, pemahaman, analisis, evaluasi,
apresiasi, dan kreasi dengan cara memadukan secara har-monis unsur estetika,
logika, dan etika.
3. Multikultural, yakni menumbuhkembangkan kesadaran dan kemampuan peserta
didik mengapresiasi beragam budaya nusantara dan mancanegara.
4. Multikecerdasan, yakni peran seni membentuk pribadi yang harnonis sesuai
dengan perkembangan psikologis peserta didik, termasuk kecerdasan
intrapersonal, interpersonal, visual(spasial), verbal-linguistik, musikal,
matematiklogik, jasmani-kinestetis, dan lain sebagainya.

Dari deskripsi konsep diatas dapat dikatakan bahwa pendidikan seni memiliki
“multi tujuan”. Jika demikian, maka konsep pendidikan seni dalam kurikulum tidak
mencakup konsep pendidikan seni dalam arti yang utuh. Dengan kata lain kurikulum
tidak signifikan mengemban tujuan pembelajaran seni serta tidak mencerminkan
kompetensi profesional pendidik seni.

Kajian Lapangan

Hasil masukan dari lapangan masih mengalami beberapa masalah, misalnya


dalam aspek dokumen masalahnya adalah standar kompetensi dasar pada SD, SMP,
SMA cenderung sama dan tidak ada peningkatan. Adapun pemecahan masalah
tersebut adalah perlu dibuat gradasi agar guru dapat memahami kedalaman dan
keluasan materi. Lalu dalam aspek penyusunan program RPP dan silabus terdapat
beberapa masalah, salah satunya yaitu acuan pembuatan RPP tidak jelas apakah
berdasarkan jumlah pertemuan atau pokok bahasan. Pemecahan dari masalah tersebut
adalah guru perlu membuat peta materi yang diberikan sebagai rancangan dalam
pembuatan silabus. Sedangkan permasalahan di aspek pelaksanaan KBM adalah
ketersediaan guru yang sesuai dengan bidang sulit didapat. Adapun pemecahan
masalah tersebut yaitu perlunya panduan dan bahan ajar yang lengkap sehingga dapat
dijadikan contoh.

ULASAN MENGENAI ARTIKEL

Menurut saya, tujuan, fungsi dan manfaat dari pendidikan seni sangat banyak
dan sangat penting sekali dalam kehidupan ini. Salah satunya adalah membentuk ahlak
yang baik bagi setiap manusia. Selain itu pendidikan seni juga sebenarnya sangat
membantu untuk mempelajari mata pelajaran lainnya dimana proses ini disebut dengan
transfer of training. Namun, penerapan pendidikan seni dalam kurikulum masih banyak
sekali kekurangan salah satu contohnya adalah mata pelajaran seni budaya hanya
diterjemahkan menjadi 4 jenis kesenian, hal ini menjadikan mata pelajaran seni budaya
hanya terkait dengan pembelajaran seni saja sedangkan kata budaya yang tercantum
disana menjadi dipertanyakan dan tidak jelas. Jika terus seperti itu penamaan mata
pelajaran Seni Budaya menjadi kurang tepat dan sebaiknya jika nama ini tetap ingin
dipakai diperlukan materi pembelajaran budaya yang jelas di dalamnya. Selain itu,
dalam kurikulum juga tidak mencakup konsep pendidikan seni yang utuh. Artinya
kurikulum tidak menerapkan tujuan pendidikan seni secara signifikan. Dengan melihat
permasalahan-permasalahan tersebut sudah tampak jelas sekali bahwa pendidikan
seni dalam kurikulum masih mengalami banyak kekurangan, padahal sebenarnya
pendidikan seni memiliki manfaat dan fungsi yang sangat penting dalam kehidupan ini.
Oleh karena itu untuk kedepannya kurikulum perlu dibenahi, salah satunya dengan
adanya buku ajar yang mencakup tentang estetika, budaya, kesenian-kesenian
termasuk seni sastra, sehingga pendidik seni memiliki acuan dalam menjalankan tugas
profesinya di sekolah.

Anda mungkin juga menyukai