Anda di halaman 1dari 3

UAS Mata Kuliah Pendidikan Seni

Nama : Gusti Ayu Agung Trisna Prameswari

NIM : 201909002

Soal;

1. Bagaimana pandangan saudara mengenai pendidikan estetik dalam pendidikan seni tari
pada situasi pandemi? Jelaskan!
2. Bagaimana pandangan saudara tentang Pendidikan seni Multikultural pada masa
pandemi? Jelaskan!
3. Jelaskan bagaimana pendidikan seni berbasis kearifan lokal ?
4. Jelaskan pendidikan seni ditingkat menengah berbasis lingkungan, dan berikan
contohnya?
5. Jelaskan secara singkat, padat dan jelas perkembangan pendidikan seni di indonesia?

Jawaban

1. Pandangan saya yaitu pendidikan estetik dalam pendidikan seni tari tetap ada meskipun
di saat pandemi seperti ini. Namun, akses yang dimiliki pendidikan seni tari disaat
pandemi seperti ini memang terbatas dimana pendidikan seni tari yang biasanya diajarkan
di sekolah kini diharuskan untuk belajar secara daring dan pendidikan seni tari yang ada
di sanggar-sanggar untuk saat ini tidak dapat berjalan seperti keadaan normal. Hal ini
menyebabkan eksistensi pendidikan estetik yang ada dalam pendidikan seni tari pun
menurun karena pendidikan estetik tersebut ada karena pendidikan seni tari terlaksana.
Meskipun begitu, sebenarnya walau pendidikan seni tari saat ini hanya diajarkan melalui
daring pendidikan estetiknya juga tetap ada selama pendidikan seni tari tersebut
diajarkan.
2. Salah satu tujuan dari Pendidikan Seni Multikultural adalah mengembangkan
kemampuan untuk berapresiasi seni dan dapat menghargai berbagai macam budaya lokal
maupun global sebagai sarana pembentukan saling toleransi dan demokratis dalam
masyarakat yang majemuk. Oleh karena itu, pandangan saya mengenai Pendidikan Seni
Multikultural di masa pandemi seperti ini semestinya tetap dapat dilaksanakan. Salah satu
cara pelaksanaannya yaitu dengan memanfaatkan era 4.0, jadi pendidikan seni
multicultural yang seharusnya diterapkan di sekolah tersebut dapat tetap dilaksanakan
dan diajarkan kepada para peserta didik melalui aplikasi pembelajaran yang sudah
tersedia seperti zoom, google meet, google classroom dan yang lainnya. Pendidik tetap
dapat mengajarkan pendidikan seni multicultural misalnya mengenalkan seni dari daerah
lain melalui aplikasi-aplikasi tersebut sehingga sikap toleransi dan demokratis dari
peserta didik tetap dapat terbentuk meskipun di saat pandemi seperti ini.
3. Pendidikan seni berbasis kearifan lokal yaitu pendidikan seni yang mengajarkan peserta
didik untuk selalu berhubungan erat dengan situasi konkret yang mereka hadapi di
lingkungan sekitar mereka. Kearifan lokal yang dimaksud merupakan nilai-nilai atau
pandangan masyarakat setempat seperti peraturan-peraturan tertulis maupun tidak tertulis
yang ada di masyarakat, hubungan harmonis antar sesama di masyarakat, ataupun
bentuk-bentuk kesenian yang dianggap memiliki nilai untuk membangkitkan rasa
kebersamaan dan keteladanan. Oleh karena itu, pendidikan seni yang berbasis kearifan
lokal sebaiknya dapat menanamkan nilai-nilai yang ada pada masyarakat sekitar dalam
pembelajaran sehingga nantinya peserta didik terbiasa untuk berhubungan erat dengan
kerifan lokal. Selain itu, pendidikan seni juga harus mampu menanamkan pemahaman
kepada peserta didik agar dapat berkesenian dengan memperhatikan kearifan lokal yang
ada. Dengan seperti itu, pendidikan seni berbasis kearifan lokal ini tidak hanya
mengembangkan ranah kognitif dan ranah psikomotorik tetapi juga mengembangkan
ranah moral, dan spiritual (ranah afektif) dari peserta didik.
4. Pendidikan seni di tingkat menengah berbasis lingkungan merupakan pendidikan seni
yang bertujuaan agar peserta didik mampu mengapresiasi lingkungan dan karya seni serta
dapat memanfaatkan pengalamannya untuk berkomunikasi melalui berkarya dalam usaha
menjunjung tinggi nilai nilai budaya bangsa. Pendidikan seni berbasis lingkungan
memiliki kegiatan berupa menjadikan lingkungan sebagai sebagai karya seni dan
lingkungan dalam karya seni. Dalam pendidikan seni berbasis lingkungan, lingkungan
dijadikan sebagai media atau sumber belajar. Jadi, melalui pendidikan seni berbasis
lingkungan ini peserta didik dapat menambah wawasannya mengenai seni dan dapat
menyadari betapa pentingnya lingkungan bagi kehidupan manusia dan makhluk lainnya.
Contoh dari pendidikan seni berbasis lingkungan yaitu keadaan di kebun kopi dapat
dijadikan inspirasi dalam menggarap suatu tari yang bertema pertanian. Contoh tersebut
merupakan salah satu bentuk dari kegiatan lingkungan sebagai karya seni.
5. Pendidikan Seni pada masa penjajahan Belanda disesuaikan dengan pendidikan seni di
Belanda sedangkan pada masa penjajahan Jepang pendidikannya bercorak Jepang-
Indonesia. Setelah ditinggalkan oleh penjajah, perubahan terjadi seperti adanya upaya
untuk menciptakan pendidikan seni yang berjati diri Indonesia dan menyesuaikan dengan
modernisasi yang ada pada negara lain. Namun karena hal itu sulit dilaksankan akibat
SDM yang tidak siap, konsep pendidikan modern hanya diterima sebagai wacana
sedangkan konsep pendidikan Belanda digunakan untuk membangun pembaharuan di
Indonesia. Kemudian pada tahun 1947 lahirlah sebuah kurikulum baru, dimana
pendidikan seni mengajarkan bagaimana cara menggambar dan tekniknya yang baik.
Kemudian pada tahun 1968, muncul kurikulum baru dimana pendidikan seni yang ada
tidak hanya menggambar melainkan pendidikan seni yang mencakup bidang seni rupa,
seni suara, dan seni tari. Kemudiaan pada tahun 1975, pendidikan seni mencakup 4
bidang termasuk seni rupa. Pada tahun ini pengaruh pendidikan Belanda juga sudah
hilang. Pendidikan seni juga dikembangkan menjadi 3 program yaitu sebagai bagian dari
sektor pendidikan umum, sektor pendidikan akademik, dan sektor prakejuruan.
Kemudian pada tahun 1989 muncul UU yang berakibat munculnya 3 bahan ajaran bagi
pendidikan seni yaitu kerjinan tangan, kesenian dan menggambar. Pada kurikulum 1994
menampilkan pendidikan seni dengan karakteristik non seni sehingga kehadiran mata
pelajaran seni menjadi tidak jelas. Kemudian pada tahun 2006 diberlakukan kurikulum
baru yaitu KTSP dimana pendidikan seni tercantum sebagai mata pelajaran Seni Budaya.
Dengan demikian, mata pelajaran Seni Budaya dalam kurikulum 2006 ini dapat dikatakan
sebagai periode perkembangan sejati dari periodisasi pendidikan seni di Indonesia yang
memuat kegiatan berkesenian apresiasi dan kreasi.

Anda mungkin juga menyukai