Anda di halaman 1dari 2

Sejarah Pendidikan Seni

Menurut Sumanto (2006:5) seni dapat diartikan sebagai berikut :


Seni adalah hasil atau proses kerja dan gagasan manusia yang melibatkan kemampuan terampil,
kreatif, kepekaan indera, kepekaan hati dan pikir untuk menghasilkan suatu karya yang memiliki
kesan indah, selaras, bernilai seni, dan lainnya. Dalam penciptaan/penataan suatu karya seni yang
dilakukan oleh para seniman dibutuhkan kemampuan terampil kreatif secara khusus sesuai jenis
karya seni yang dibuatnya. Bentuk karya seni yang ada sekarang ini cukup beragam dilihat dari
bentuk kreasi seni, proses dan teknik berkarya serta wujud media yang digunakannya.
Menurut pendapat di atas diketahui bahwa seni merupakan hasil karya manusia dengan
melibatkan jiwa dan perasaan serta kreativitas yang dimiliknya. Hasil karya seni tersebut
merupakan wujud ekspresi sang seniman yang kemudian diterapkan pada berbagai media yang
mendukung dalam teknik dan prosesnya.
Sejarah Seni Berdasarkan Masa
 Masa Hindia Belanda
Pada masa ini, Pendidikan Seni masih menggunakan nama Kesenian / Keterampilan, dan peran
mata pelajaran ini hanya sekedar sebagai tambahan, bukan pelajaran wajib.
 Masa Pendudukan Jepang
Masa yang singkat saat pendudukan Jepang ini tidak memberikan pengaruh yang berarti terhadap
perubahan atau perkembangan pendidikan seni rupa saat itu. Pelajaran seni (karena dianggap
tidak memiliki nilai strategis) upaya itu tidak dilakukan sehingga para guru membuat acauan
berdasarkan interpretasinya masing-masing dan cenderung mengikuti pola sebelumnya. Usaha
para guru ini pada umumnya tidak terlalu mempersoalkan peran pendidikan seni rupa terhadap
peserta didik. Dengan demikian dapat diduga kurikulum pendidikan seni rupa pada saat itu
cenderung masih berwarna vokasional yang menekankan pada penguasaan keterampilan
menggambar.
 Pada Masa Awal Kemerdekaan dan Orde Lama
Pada masa ini, Pendidikan Seni Rupa terbagi menjadi beberapa bidang studi yang terpisah, yaitu
Menggambar dan Pekerjaan Tangan. Namun dalam Rencana Pendidikan 1964, Istilah seni pun
telah merangkum semua cabang seni termasuk Seni Suara / Musik, Seni Lukis / Rupa, Seni Tari,
Seni Sastra / Drama.
 Masa Pemerintahan Orde Baru
Pada masa ini, keberadaan Pendidikan kesenian sudah mulai diperhatikan menjadi bidang studi
yang dapat meningkatkan keterampilan. Pada tahun1975 terjadi perubahan yang menyeluruh
pada mata pelajaran ekspresi, yang sebelum itu dalam kurikulum sekolah umum dikenal dengan
nama mata pelajaran menggambar dan seni suara. Pembaharuan dapat dilihat dengan
penggantian nama mata pelajaran itu menjadi ‘Pendidikan Kesenian’. Isi bidang studi pendidikan
kesenian itu merupakan penggabungan pelajaran menggambar dan seni suara ditambah sub
bidang studi lain yaitu seni tari dan teater.
Kurikulum 1975 disempurnakan lagi pada tahun 1984 dengan sebutan kurikulum 1984.
Penyempurnaan ini ditandai oleh penggantian istilah pendidikan kesenian menjadi pendidikan
seni. Pembaruan kurikulum 1984 dengan digunakannya Undang-undang Sistem Pendidikan
Nasional sebagai dasar dari pembuatan kurikulum.
Kurikulum 1994 mengunakan ‘integrated learning’ atau pembelajaran terpadu antara beberapa
cabang seni. Nama pendidikan seni berubah pula menjadi ‘Kerajinan Tangan dan Kesenian’.
 Masa Reformasi
Nama mata pelajaran Pendidikan Seni pun berubah menjadi mata pelajaran Seni Budaya dan
Keterampilan untuk jenjang sekolah dasar, sedangkan untuk tingkat sekolah-sekolah menengah
pertama dan atas, nama mata pelajaran ini disebut dengan Seni Budaya.
Dalam Permendiknas No 22 tahun 2006 tentang Standar Isi Kurikulum 2006 dijelaskan bahwa
mata pelajaran Seni Budaya pada dasarnya merupakan pendidikan seni yang berbasis budaya.
Dalam naskah yang sama disebutkan juga bahwa Pendidikan Seni Budaya dan Keterampilan
diberikan di sekolah karena keunikan, kebermaknaan, dan kebermanfaatan terhadap kebutuhan
perkembangan peserta didik. Kebermaknaan dan kebermanfaatan ini terletak pada pemberian
pengalaman estetik dalam bentuk kegiatan berekspresi/berkreasi dan berapresiasi melalui
pendekatan: “belajar dengan seni,” “belajar melalui seni” dan “belajar tentang seni.” Peran inilah
yang diyakini oleh para pakar pendidikan tidak dapat diberikan oleh mata pelajaran lain.
Tujuan Pendidikan Kesenian pada Kurikulum 1975 adalah memperkuat kepribadian
nasional, memperkuat kebangsaan nasional, memperkuat kesatuan nasional, menggali kesenian
daerah untuk memperkaya kesenian Indonesia, dan menanggulangi pengaruh kebudayaan asing
yang tidak cocok dengan kebudayaan Indonesia.
Tujuan Pendidikan Seni Budaya pada Kurikulum 2006 terangkum dalam tujuan mata
pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan, yaitu agar peserta didik memiliki kemampuan:
1. Memahami konsep dan pentingnya seni budaya dan keterampilan
2. Menampilkan sikap apresiasi terhadap seni budaya dan keterampilan
3. Menampilkan kreativitas melalui seni budaya dan keterampilan
4. Menampilkan peran serta dalam seni budaya dan keterampilan dalam tingkat lokal,
regional, maupun global.

Referensi
http://repository.upi.edu/4953/5/S_PSR_0900126_Chapter2.pdf
http://senidanrupa.blogspot.com/2013/04/sejarah-perkembangan-mata-pelajaran.html

Anda mungkin juga menyukai