Anda di halaman 1dari 3

Perkembangan pendidikan seni rupa di indonesia

Konsep seni rupa di Indonesia mulai digunakan setidaknya pada masa


pendudukan Jepang. Setelah Indonesia merdeka, tahun 1950 berdirilah
ASRI (akademi seni rupa Indonesia). Kemudian ASRI berkembang menjadi
Sekolah Tinggi Seni Rupa Indonesia (STRSI) dan berkembang lagi menjadi
Institut Seni Indonesia (ISI).
Awal perkembangannya istilah seni dipahami sebagai fine art seperti di
dunia barat yang mencakup seni lukis, seni patung, seni grafis.
Berkembang ke seni rupa lainya yang mencakup nilai estetik seperti
kerajinan dan desain.
ASRI menunjukan bahwa seni rupa masuk kedalam dunia pendidikan
khususnya di perguruan tinggi. Pada jenjang sekolah dasar dan menengah
pendidikan seni baru muncul di tahun 1964 setelah pemerintah menyusun
kurikulum 1964.
Istilah yang digunakan sebelum tercantum pada kurikulum sekolah adalah
menggambar dan pekerjaan tangan. Mata pelajaran ini sudah digunakan
sejak masa kolonial Belanda. Keterampilan ini dimaksudkan untuk melatih
nanti ketika akan menjadi pegawai dipemerintahan seperti menggambar
peta, arsitektural dan ilustrasi. Dua sekolah yang menonjol dalam
pendidikan seni rupa yakni Taman Siswa dan indonesische-netherlanche
(INS) (Salam, 2001).
Keahlian menggambar dan kerajinan tangan menekankan hanya pada
metode mencontoh dan drill.
Pendidikan seni rupa dilaksanakan lebih sistematis ketika ditetapkannya
kurikulum 1975 dengan nama mata pelajaran pendidikan kesenian. Terdiri
dari sub mata pelajaran seni rupa, seni musik, dan seni tari. Di jenjang
SMA, selain pelajaran pendidikan kesenian sebagai mata pelajaran mayor,
ada juga pelajaran minor ( program IPA dengan materi menggambar
mistar, proyeksi dan perspektif. Di IPS materi menggambar reklame,
dekorasi dan sebagainya. Kemudian setelah kurikulum 1984 posisi
pendidikan seni rupa submata pelajarn ditetapkan sebagai mata pelajaran
utama dalam rumpun mata pelajaran pendidikan kesenian, dan submata
pelajaran lain bersifat fakultatif (tidak wajib).
Ketika kurikulum 1994 ditetapkan mata pelajaran kesenian berubah nama
menjadi kerajinan tangan dan kesenian (kertangkes). Dalam kurikulum
1994 ini alokasi waktu mapel kertangkes lebih sedikit, terkesan
mengalami penurunan status dan kewibawaannya. Di SMA pendidikan

seni hanya diberi alokasi waktu 2 jam setiap minggu hanya pada kelas
satu.
Setelah itu diberlakukanlah kurikulum 2004 yakni kurikulum berbasis
kompetensi (KBK). Nama mata pelajaran tetap dipertahankan hanya saja
diajarkan dari kelas satu sampai kelas tiga. Dalam mata pelajaran
pendidikan seni rupa siswa dihadapkan pada lingkungannya, yakni
pengenalan karya dari daerah setempat, nusantara dan lebih luas seni
rupa manca negara.
Kemudian pada kurikulum 2006 kurikulum KTSP namanya berubah
menjadi Seni Budaya di jenjang SMA. Dan seni budaya dan keterampilan
di jenjang SMP dan SD.

SENI RUPA

Anda mungkin juga menyukai