Disusun Oleh:
SATRIA PASHA WIRATAMA
18206241054
Peninggalan seni rupa India pada periode dinasti Asoka dan dinasti Kusana
Menurut TSG. Mulya (1952: 15), perpindahan bangsa Arya ke India berlangsung pada satu masa
yang berabad-abad lamanya dapat juga dibuktikan kalau dibandingkan syair-syair Weda yang
tertua dengan yang terkemudian. Penyelidikan ini menyatakan bahwa mula-mulanya sungai Indus
dianggap oleh orang Arya sebagai sungai yang keramat dan menjadi sumber dari sekalian kebaikan
bagi orang Arya. Bangsa Arya adalah bangsa yang berasal dari Asia Barat.
India merupakan salah satu negara dengan perkembangan seni dan arsitektur yang pesat. Setiap
periode peradaban, pemerintahan, kepercayaan, maupun wilayah memiliki perbedaan langgam
arsitektur yang memperkaya karya seni dan arsitektur India.
Perkembangan seni dan arsitektur India dimulai di lembah sungai Indus, yaitu peradaban Harappa
dan Mahenjodaro pada abad 2500 SM. Namun, pada abad 1600 SM semua peninggalan peradaban
Harappa dan Mahenjodaro mengalami kehancuran. Pada abad 150 SM, arsitektur yang
berkembang di India berupa rumah-rumah vernakular, dengan material kayu.
a. Dinasti Ashoka
Masa kejayaan kerajaan maghada adalah pada mas pemerintahan Asoka. Ashoka vardhana
memerintah India (maghada) tahun 272-232 SM. Ashoka mempunyai ketrampilan memimpin
kerajaan yang luar biasa hebatnya. Masa Ashoka yang menjadi titik sentral kekuatan kerajaan
adalah angkatan perang. Dengan kuatnya angkatan perang Maghada maka Maghada menjadi
kerajaan yang disegani kawan maupun lawan. Ashoka juga banyak menakulukan di daerah-daerah
sekitar India, seperti Gandara, Kabul, Jonas, Kamboja, Godavari, Krisna, Mysore, Supara dan
Girnar, dan daerah-daerah lainnya. Luas kerajaan Maghada saat itu melebihi luas negara India
pada saat sekarang.
Agama Buddha mencapai puncak kejayaannya pada zaman kekuasaan Raja Asoka (273-232 SM)
yang menetapkan agama Buddha sebagai agama resmi negara. Tempat-tempat suci umat Buddha
antara lain Bodh-Gaya, tempat bersemedi Sidharta Gautama.
Selain banyak melakukan penaklukan, Ashoka juga banyak meninggalkan jejak sejarah yang
berbentuk tulisan yang kemudian menjadi sumber sejarah yang cukup penting hingga sekarang.
Banyak prasasti yang ditinggalkan pada dinding-dinding dan tiang batu yang berisi tentang
peristiwa, undang-undang, pesan perdamaian, maupun ajaran dan pesan-pesan ashoka.
Pada masa Ashoka terdapat peristiwa besar yang sulit dilupakan oleh para sejarawan.Peristiwa
tersebutlah yang akhirnya merubah haluan jalan hidup Ashoka dari penganut Hindu menjadi
seorang yang memeluk Agama Budha. Peristiwa tersebut adalah perang Kalingga. Menurut
sumber yang ada, Ashoka memipin sendiri perang tersebut. Sebanyak kurang lebih 100.000 nyawa
orang Kalingga melayang dan dijadikan budak. Sedangkan masih banyak lagi yang akhirnya mati
karena kelaparan. Sejak saat ia berubah haluan, dan tidak mau lagi memakai kekerasan dalam
hidupnya. Ia mulai mementingkan Agama Budha seperti yang telah disinggung sebelumnya.
Meskipun hanya sebagi Upasa (pengikiut atau penganut biasa) saja, dia juga sudah menerapkan
larangan berburu hewan, dan tidak boleh menyembelih burung merak dan rusa. Dia juga berusaha
menyiarkan hukum Dharma. Salah satuinya adalah dengan mengangkat pegawai-pegawai tinggi
yang dinamakan
Kepercayaan bangsa Arya didasarkan pada ajaran Veda, yang menjadi awal munculnya agama
Vedic dan dianut kaum Brahmana. Dari agama kuno inilah kemudian agama Hindu muncul.
Agama ini memuja tiga dewa utama yaitu Vishnu, Brahma, dan Shiva. Pada zaman Vedic sendiri,
masyarakat sudah diklasifikasi menjadi empat kelas atau strata, yaitu Brahmana, Ksatria, Waisya,
dan Sudra. Klasifikasi tersebut didasarkan pada mata pencaharian masyarakat saat itu.
Agama Hindu dan Budha berkembang hampir secara bersamaan. Penerapan pada bidang arsitektur
dan seni muncul pada bangunan kuil. Teknologi yang digunakan pertama kali adalah penggunaan
material kayu, namun sayangnya tidak ada peninggalan bangunan jenis tersebut karena sudah
hancur termakan waktu dan cuaca. Teknologi yang berkembang selanjutnya adalah membangun
dengan metode pahat batu (rock cut). Metode ini dilakukan dengan memahat sebongkah besar batu
ataupun mencoak gunung, sehingga hasil karya seni dan arsitekturnya mirip seperti patung.
Metode pahat batu dibagi menjadi dua jenis, yang pertama adalah dengan mencoak ke dalam
sebuah gunung atau bukit sehingga menciptakan ruang ke dalam. Yang kedua adalah dengan cara
memahat sebongkah batu dan tidak membuat ruang di dalamnya. Bentuk yang pertama lebih
meruang daripada yang kedua. Contoh kuil jenis yang pertama adalah kuil di Elaphanta dan Ellora.
Mamallapuram adalah contoh kuil yang dibangun dengan metode pahat batu jenis kedua. Di kuil
tersebut terdapat empat jenis ratha yang memiliki perbedaan pada bentuk dan pahatannya. Kuil
Kailasa di Ellora menggunakan gabungan kedua metode tersebut.
b. Dinasti Kusana
Pada zaman-raja-raja Maurya (322-184 SM), akibat pengaruh kebudayaan Achaemenid, Persia,
tampak pula pengaruh Hellenisme. Seniman-pada saat itu beralih dari bahan teracotta untuk
membuat bangunan dengan menggunakan bahan baru. Karya seni Rupa yang dihasilkan pada
zaman ini berupa stambha, yaitu tanda peringatan yang terbuat dari batu (monolit). Stambha yang
terkenal pada masa ini adalah stambha kepala singa yang ditemukan di Sarnath, menunjukkan
adanya pengaruh Persia. Bangunan lainnya adalah stupa, merupakan tanda peringatan yang sangat
penting dalam kesenian Budhha. Pada mulanya stupa berfungsi untuk menyimpan abu jenazah dan
benda-benda suci. Ada dua macam stupa yang terkenal di India yaitu Stupa Barhut dan Stupa
Sanchi. Disamping tempat pemujaan, seni bangunan India juga mengenal Wihara sebagai tempat
para bhiksu dan tamu dari luar negeri atau sebagai tempat pendidikan, dan Chaitya Graha, yaitu
tempat pemujaan yang berisi stupa. Chatya Graha ini seluruhnya dipahat pada bukit karang dengan
teknik pahatan seperti teknik pahatan kayu.
Seni patung dan seni lukis India berkembang lagi pada zaman Raja-raja Kushana (500SM –
300M). Peninggalan pada zaman ini banyak ditemukan didaerah Ghandara berupa lukisan-lukisan
fresco. Seni patung pada zaman ini mendapat pengaruh Yunani, karena daerah Ghandara
merupakan daerah yang banyak dilalui bangsa-bangsa asing. Patung Budha yang dihasilkan pada
zaman ini sudah berupa patung manusia dan bukan merupakan lambang-lambang seperti pada
masa sebelumnya di India Tengah. Seni rupa pada masa Kushana ini berkembang pula di daerah
Mathura (50-200 M), Amarawati (150-300 M) dan mencapai puncaknya pada masa-raja-raja
Gupta (300-600 SM).
Pengaruh arca Budhistik gaya Gandara India terhadap arca-arca Diyani Buda candi
Borobudur
Ada perbedaan antara seni tari di kalangan atas (bangsawan & orang kaya) dengan tarian di
kalangan rakyat biasa. Tarian bagi kalangan atas mengacu pada kaidah tari klasik Hindu,
sebagaimana dipaparkan dalam kitab Natyasastra. Sikapsikap tungkai, lengan, serta tangan, kaki,
dan kepala mengikuti kaidah-kaidah sebagaimana diajarkan dalam tradisi tari Hindu
Khepri: Para kumbang scarab-dewa, yang diidentifikasi dengan Re sebagai pencipta-dewa; sering
direpresentasikan sebagai kumbang dalam matahari .
Khnum: Ram-headed Elephantine dewa, dewa Katarak-daerah; diperkirakan telah dibentuk pria
di atas roda tembikar.
Khons: dewa bulan, digambarkan sebagai seorang laki-laki; dengan Amun dan Mut sebagai ayah
dan ibu, membentuk Theba triad.
Maat: Dewi kebenaran, benar, dan tertib melakukan; digambarkan sebagai seorang wanita dengan
bulu burung unta di kepalanya. Dikatakan bahwa dalam penghakiman orang mati ia memegang
timbangan yang beratnya hati manusia.
Horus adalah salah satu yang paling tua dan paling penting para dewa dalam agama Mesir Kuno
yang dipuja dari setidaknya akhir periode Predinastik melalui Yunani-Romawi kali.
Berbagai bentuk Horuses dicatat dalam sejarah dan ini berbeda diperlakukan sebagai dewa oleh
Mesir Kuno. ini berbagai bentuk yang mungkin akan berbeda persepsi yang sama dewa berlapis-
lapis di mana atribut-atribut tertentu atau hubungan sinkretis ditekankan, tidak harus dalam oposisi
tetapi saling melengkapi satu sama lain, konsisten dengan cara bangsa Mesir Kuno memandang
berbagai aspek dari realitas. bentuk tercatat paling awal adalah Horus Falcon yang merupakan
dewa pelindung Nekhen di Mesir Hulu dan yang pertama yang diketahui dewa nasional, khususnya
berhubungan dengan raja yang pada waktunya menjadi dianggap sebagai manifestasi dari Horus
dalam hidup dan Osiris dalam kematian. yang paling sering dijumpai hubungan keluarga
menggambarkan Horus sebagai putra dari Isis dan Osiris tetapi dalam tradisi lain Hathor dianggap
sebagai ibu dan kadang-kadang sebagai istrinya. Horus melayani berbagai fungsi dalam jajaran
Mesir, terutama karena dewa langit dan dewa perang.
Badan Pharaoh/Fir'aun yang telah menjadi korban, akan diselamatkan sebagai pertanda bagi orang
yang datang kemudian. Piramid-piramid raksasa, kuil-kuil raksasa, tiang-tiang obelisk dan Spinx,
semua itu cuma saksi bisu yang tiada bisa bercerita apapun kepada manusia, apalagi akan
menjumpai dan menyaksikan batang tubuh Pharaoh masa itu.
Dalam abad ke-19 dengan kunci batu-Rosetta, yang pada akhirnya berhasil diterjemahkan huruf-
huruf Demotik dan Hiroglipik pada batu-Rosetta itu oleh Jean Francois Champollion (1790-1832
M), maka coretan-coretan cakar ayam pada dinding-dinding Pyramid, dinding-dinding kuil
dan tiang-tiang obelisk, mulai bercerita tentang masa silam.
Jika menjelang abad ke-19 pengetahuan manusia tentang sejarah cuma sampai abad ke-4 sebelum
Masehi, maka sejak abad ke-19 pengetahuan sejarah telah menjangkau masa tiga puluh abad
sebelum masehi.
Tetapi jasad Pharaoh dari setiap dinasti, yang dikisahkan sedemikian rupa oleh tiang-tiang obelisk
dan dinding-dinding piramid belum juga dijumpai.
Expedisi berbagai bangsa bagaikan kena rangsang untuk mengerahkan
kegiatan dan pembiayaan untuk menemukannya. Pada tanggal 6 Juli 1879
terjadilah apa yang dipandang 'peristiwa terbesar' bagi dunia sejarah.
The Historian's History of The World vol.1 edisi 1926, dalam puluhan
halamannya melukiskan peristiwa terbesar itu dengan sangat indahnya dan
panjang lebar.
Ir. Muhammad Ahmad Abdar-Rasul, seorang Arkeolog Mesir yang mengabdikan hidupnya untuk
melakukan riset tanpa jemu-jemunya, telah berhasil pada akhirnya memberikan petunjuk kepada
ekspedisi ilmiah Jerman - Mesir yang berada dibawah pimpinan Messrs, Emil Brugsch dan
Ahmad Effendi Kamal itu, yaitu sebuah lubang kecil yang terletak tinggi pada dinding batu karang
di 'lembah raja' (Valley of Kings) dalam wilayah Mesir atas.
Dengan peralatan dan tenaga manusia yang dipersiapkan sedemikian rupa pada tanggal 6 Juli
1879 dilakukan penerobosan kedalam relung sempit yang berceruk-ceruk dan berliku-liku itu, dan
pada suatu ruangan besar yang terletak jauh disebelah dalam dijumpailah sekian puluh mummi
dari para Pharaoh, termasuk mummi Rhamses II (Fir'aun) yang hidup pada masa Nabi Musa as,
yaitu Pharaoh terbesar dan teragung dalam sejarah dinasti-dinasti Pharaoh ditanah Mesir.
Buku sejarah terbesar yang puluhan jilid tebalnya terbitan 'Encyclopedia Britannica Inc'
menyimpulkan penemuan terbesar itu pada halaman 155 dengan kalimat :
"Tiada sesuatupun didalam penemuan baru yang lebih menggemparkan dan mendadak yang
membawa dunia kuno kepada dunia sekarang ini daripada penemuan jenasah yang sesungguhnya
dari Pharaoh-pharaoh dalam bentuk daging dan darah, yang dipersiapkan untuk kita secara
menakjubkan sekali oleh kepintaran luar biasa dari ahli rempah-rempah yang membalutnya.
Penemuan itu telah menutup jurang antara masa purba dengan masa baru bagai pancaran kilat
malam hari dari balik mendung keatas
bumi.
Karya seni Mesir pada umumnya conceptual dan stylistic dgn karakteristik consistency,
continuity, conservative & inflexible to change. Terutama bila membuat patung atau relief raja
atau keluarga bangsawan. Tidak banyak variant dan harus stick pada “pakem” nya. Beda halnya
jika membuat patung atau relief orang biasa, mereka lebih bebas mendekati naturalist. Pada Old
Kingdom para pengrajin menggunakan CANON PROPORTION yaitu satuan ukuran (biasanya
telapak tangan yg direntangkan) dan skala perbandingan yg baku, misal dari ujung kepala ke tapak
kaki, tingginya 18 kali rentangan jari tangan. Tidak ada karya seni bercorak khas yg mudah
dikenali sekuat Mesir. Hanya seni China yg dapat menandinginya. Hal itu tdk hanya oleh
penggunaan Canon Proportion pada berbagai seni tapi sikap Conservatism yg dipegang erat oleh
penguasa dan penduduknya, terutama bila menciptakan patung atau relief raja yg adalah dewa.
Salah satu contoh akibat conservatism adalah inovasi Firaun Akhenaton dalam Amarna Revolution
yg berakhir dgn dikembalikan ke bentuk semula oleh Tutankhamon dan seni Amarna banyak
dihancurkan, termasuk ibukotanya yg kini menjadi “The Lost City.” Tidak berarti seni Mesir
kurang inovatif dan wilayahnya tdk pernah diserang oleh bangsa luar, tapi konsistensi dgn canon
dan conservatism yg membuat seni Mesir memiliki bentuk serupa.
EGYPTIAN ARTS: ceramics, sculpture, relief, faience, architecture
Pre Dynasty Arts: Seni yg berkembang pada periode ini mirip dgn peradaban lain, yaitu keramik
berupa patung wanita dan jambangan bermotif serta relief pada batu atau gading.
JAMBANGAN HIERAKONPOLIS: Pra Dinasti 3500 – 3400 SM – Keramik – 17,5 x 20,9 cm
– Abstrak. Bermotif garis zigzag dibagian mulut jambangan yg menggambarkan sungai Nil.
Dibagian tengah laki2 & perempuan sedang berperahu mengarungi sungai kehidupan dan
kematian. Daun palm di pinggir menyiratkan arah angin yg membawa kapal tsb
Fragment Painting Gebilin Dinasti Awal 3200 SM. Kehidupan di sepanjang sungai Nil. Image
mengambang seperti Pre-History painting. Tapi subyek manusia dan kegiatannya berbeda dgn Pre-
History painting
Early Dynasty Arts: NARMER/ Menes (3150 – 3125 SM) dari Mesir Atas pd thn 3150
SM berhasil menyatukan Mesir Atas & Bawah menjadi satu wilayah kekuasaannya.
PALETTE NARMER ditemukan di Hierakonpolis merupakan lempengan batu tulis dipahat dlm
bentuk bas relief. Merupakan image field diatas groundline. Nama Narmer muncul dibagian atas
dalam bentuk Pictograph: ikan (NAR) dan tatah (MER). Dua kepala banteng adalah dewa
pelindung HATHOR. Palete tsb digunakan utk eyeshadow melindungi dari sengatan matahari atau
mencegah infeksi. Banyak palet make up serupa yg ditemukan berukuran lebih besar dgn motif
binatang, burung, manusia.
RELIEF. Relief mesir kuno ada yang dalam dan ada pula yang rendah. Kadang-kadang diberi
warna atau ditambah keterangan atau cerita dalam huruf hieroglif. Relief dipahatkan pada makam
dan kuil.
SENI LUKIS . Sebagai media seni lukis adalah papyrus. Fungsi lukisan terutama adalah untuk
kelengkapan upacara kematian atau upacara agama. Seperti halnya relief, lukisan mesir kuno juga
tidak mengenal perspektif. Bentuk manusianya sebagian tampak dari depan dan sebagian lagi
tampak dari samping, serta tidak memakai bayangan.
Laki-laki dilukis dengan warna merah kecoklatan, sedangkan wanita dilukiskan dengan warna
kuning. Muka kelihatan dari samping sementara badan menghadap ke muka. Gambaran ini
menggambarkan ekspresi hasil pemikiran, bukan gambaran yang sebenarnya.
Perubahan dalam seni lukis mesir kuno terjadi ketika Hellenisme masuk ke mesir. Lukisan yang
telah mendapat pengaruh hellenisme dinamakan lukisan fayum menurut tempat penemuannya.
Lukisan-lukisan yang didominasi oleh profil-profil manusia ini, memiliki ciri yang amat khas
dalam penggambarannya. Kedua tangan memiliki sisi yang sama dengan panjang jari yang sama,
dada menghadap ke depan, namun kedua kaki dan kepala menghadap ke samping, serta profil mata
yang digambar dengan perspektif depan. Gaya seni lukis ini tentu saja tidak menggambarkan
perspektif manusia yang tepat. Seniman Mesir tampaknya berusaha menggambar profil tubuh
manusia sejelas-jelasnya sehingga harus menggabungkan berbagai perspektif fitur tubuh dalam
satu profil lukis. Selama 3000 tahun ke depan, para seniman seni lukis Mesir kuno tetap
mempertahankan gaya seni lukis ini.
Gaya seni lukis bangsa Mesir kuno sepert ini ditemukan pada makam seorang pendeta bernama
Ramose. Adik Ramose adalah seorang kepala seniman bagi Firaun. Sebelum kematian Ramose,
adiknya menghiasi makam dengan berbagai lukisan dan relief yang indah. Sebelum karya itu
berhasil diselesaikan, Firaun meninggal, sehingga Ramose kehilangan pekerjaannya. Lukisan yang
dipersiapkan untuk menghiasi makamnya kelak pun, terhenti dan tidak selesai. Dari sinilah terlihat,
di sepanjang dinding lukis yang belum selesai, terdapat garis-garis halus berwarna merah yang
membentuk sebuah pola kotak-kotak simetris.
Arkeolog pun mencocokkan profil manusia dalam lukisan-lukisan Mesir lainnya, dengan kotak-
kotak simetris yang terdapat pada dinding lukis yang belum selesai. Ternyata setiap profil lukisan
yang ada memiliki ukuran yang sama dari berbagai skala. Ukuran untuk mata, kepala, tungkai
kaki, tinggi tubuh, tangan dan seterusnya. Kotak ukur untuk masing-masing bagian tubuh inilah
yang menyebabkan profil manusia pada lukisan Mesir tidak dapat dibuat dengan perspektif
realistis.
Karya-karya seni lukis ini merupakan salah satu perwujudan obsesi bangsa Mesir akan konsistensi
dan keteraturan. Nilai budaya inilah yang selama berabad-abad membuat lukisan dinding bangsa
Mesir memiliki pola yang sama.
Seni pada periode kerajaan dinasti awal, kerajaan dinasti tengah, dan kerajaan dinasti baru
peradaban Mesir kuno