Anda di halaman 1dari 3

RESUME SOSIOLOGI SENI RUPA

LATAR SOSIAL SENI

OLEH:

ARI NOPRI (17020068)

DOSEN PENGAMPU:

Drs. Syafwan,M.Si.

Nessya Fitriyona,S.Pd, M.Sn.

PRODI PENDIDIKAN SENI RUPA

JURUSAN SENI RUPA

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNUVESITAS NEGERI PADANG

2020
LATAR SOSIAL SENI

Sebuah karya seni ada karena ada seroang seniman yang menciptakanyya, Dan, seniman
berasal dari masyarakat tertentu. Kehidupan mayarakat merupakan kenyataan yang dihadapi
sebagai rangsangan atau memicu kreatifitas kesenian.dalam hal ini seniman memainkan
peran yang bebas dari nilai yang dianut masyarakat. Jadi meskipun seniman hidup dalam
masyarakat dengan nila lain sendiri dia juga belajar dengan tata nilai tersebut dia punya
kebebasan mengaut tata nilai masyarakat tersebut.

Namun sebelum muncul sebagai seniman,sebagai anggota masyarakat belajar dari kehidupan
masyarakat. Didik tata nilai masyarakat. Mengkondisikan dengan nilai nilai masyarakat.
Kalau seorang pelukis dia akan belajar melukis dengan masyarakat. Seorang seniman mulai
mendidik dirinya dengan kehidupan di zamannya dan tradisi kesenian masyarakatnya,
kemungkinanan belajar seni dengan apa yang dikenalnya di masyarakat. Pada masa inilah dia
menciptakan karya seni.

Berdasakan tradisi masyarakatnya, di tempat dia belajar menjadi seniman. Tapi dalam
perkembanganya dia seorang seniman anggota masyarakat, mulai kurang menyetuji tradisi
seni yang diakui masyarakat sebagai yang venar benar seni, maka mulailah menjadi pembelot
terhadap nilai seni masyarakat.

Pada dasarnya seorang seniman bekerja berdasarkan pemahaman seni yang terdapat dari
masyarakat. Seorang seniman di jogja akan belajar berdasarkan karya seni yang baru, yang
belum pernah ada yang menciptakanyya, karya seninya akan selalu muncul sesuatu yang
akan memnujukkan di mana dia belajar seni.

Dalam istilah teori seniman bekerja berdasarkan pengaruh teks atau karya seni yang
pernahdikenalnya. Dalam sebuah karya selalu kembali dikenal pkembali karya seni lain yang
mempengaruhinya, baik nilai atau seniman menunjukkan berbagai ciri yang sama.

Tetapi, seniman juga dapat belajar berkesenian dari tradisi masyarakat lain, misalnya belajar
seni dari tradisi eropa atau belajar menulis sejak dari persajakan amerika latin. Cara belajar
lazim karena memang meminjam dari tradisi masyarakat lain.

Seting masyarakat asal seorang seniman cukup penting untuk lebih memeahami karya
seninya, dengan demikian juga lebih menghayatinya. Pemahaman terhadap karya seni
tidaklah mudah sebab dari berbagai bangsa terdapat berbagai jenis dan golongan masyarakat.
Penggolangan banyak teorinya karena wujud masyarakat tidak segera tampak. Masyarakat
amana apakah berdasarkan pendidikan assal etniknya, kekayaan, yang umum kita kenal
adalah penggolongan masyarakat berdasarkan ideologi yakni berdasarkan ideologi kesadaran
sosial berupa seperangkat kaidah atau ajaran sosial. Dalam nilai dasar inilah manusia harus
hidup dan bertindak. Setiap manusia harus belajar mengkondisikan hidupnya dengan ideologi
masyarakat tempatnya berasal dan hidup didalamnya.
Dalam masyarakat kota misalnya kita mengenal adanya kelompok “orang kampung” yang
beridieologi kampung, kelas menengan terdidik dan kelas atas dengan ideologinya sendiri
pula. Setiap ideologi mengandung masing masing nilai dasar yang merupakan keutuhan dan
kesatuan filosofinya, mengapa dan cara berpakaian berkesenian suatu masyarakat jawabanya
terletak pada ideologi sosial yang dianut masyarakat tersebut.

Berdasarkan pandangan ini mulai mencari mengapa ideologi dapat berbeda. Ada yang
menjelaskan ditentukan oleh infrastruktur masyarakat yang bersumber pada ekonomi.

Tentang infrastruktur ini ada yang menambhakan selain ekonomi juga pendidikan (tradisi),
teknologi dan kependudukan. Infrastuktur inilah yang menyebabkan penataan sosial
masyarakat lengakap dengan berbagai normanya. Norma masyarakatkampung berbeda
dengan masyarakat terpelajar kelas menengah di kota. Berbeda juga dengan kelompok eli
jabatan atau pendidikan. Norma ini yang sering kita lihat dalam kenyataan seperti cara
berpakaian membangun rumah, berpesta dan lain laim. Yang terpenting adalah
superstrukturnya, yakni nilai moral nilai regilius yang semuanya merupakan nilai simbol
masyarakat. Nilai inilah yang mewujudkan dalam befikir dalam praktiik kehidupan.

Setiap seniman sebagai anggota suatu kelompok masyarakat, dalam pandangan ini masusia
sebenarnya tidak bebas karena tunduk pada struktur trtentu.

Tetapi semua seniman juga bukan seniman, adalah manusia yang memiliki kemauan beba. Ia
tidak harus terikat pada perangkat yang dianut masyarakat. Ia bahkan dapat mengubah nilai
itu. Ia dapat mengenalkan nilai baru yang belum dikenal masyarakat.ia bisa bertidak sebagai
saksi zaman , sebagai kritikus nilai masyarakat, sebagai alternatif nilai yang berbeda dari
yang sudah dikenal masyarakatnya.

Jadi seniman bebas dari struktur tetapi kebebasanyya tetap demi perbaikanidelistik
strukturnya. Bagaimanapun seniman denga karyanya mencerminkan idealistik strukturnya.
Karena dia bebas nilai, seniman juga akan memasuki bergbagai nilai yang dimiliki kelompik
lain. Seniman yang bersal dari edeologi kampung dapat mmasuk dalm ideologi elit dan
mengabdi pada strktur nilai elit, begitu pula seniman di lingkkunag terpelajar dapat
memasuki lingkungan nilai nilai kampung. Di zaman dahulu di indoensia banyak pujangga
istana atau seniman yang berasal dari ideologi masyarakat desan. Dari karyanya akan tampak
adanya percampuran nilai kelompok yang dihidupinya, tidak jarang pula seniman istana
yang bergelar bangsawan keluyuran di desa desa untuk menggali ideologi seni pedesaan yang
pastilah terasa asing di lingkungan istana.

Sejauh mana sebuah karya seni mencerminkan masyarakatnya harus dicermati dari asal usul
senimannya, pendidkan dan kelompok mana yang menciptakan karya sen. Dengan meneliti
itu semua akan terlihat anasir mana dalam karyanya yang membawa dasar ideologi sosial
tertentu yang pernah dikenal seniman terhadap rangsangan yang menjadi objek seninya.

Anda mungkin juga menyukai