Anda di halaman 1dari 2

Nama : DINDA NOVIA PUTRI

NIM : 19027009
Mata Kuliah : Estetika
Jadwal : Kamis, 13.20 - 15.00

Keterkaitan Estetika dengan Panca Indera Penglihatan, Pendengaran


dan Perasaan
Keindahan yang berdasarkan penglihatan adalah keindahan yang dapat dicerap oleh
penglihatan, yaitu berupa keindahan bentuk, dan warna secara kasat mata (visual). Berarti
ukuran keindahan sebagai sesuatu yang menyenangkan bila dilihat. Sama hal nya apa bila
keindahan berdasarkan pendengaran, dimana indera pendengaran menangkap suara-suara
yang menyenangkan telinga. Bila dicermati arti keindahan diatas, dapat ditarik kesimpulan
bahwa suatu kesatuan arti hubungan-hubungan bentuk yang terdapat di antara pencerapan-
pencerapan inderawi manusia.

Pada dasarnya ketika manusia melihat suatu objek atau karya dan mengatakan bahwa itu
benar-benar indah, dapat dipastikan si penikmat (penglihat/pendengar) keindahan sudah
memiliki beberapa faktor/kriteria keindahan dalam dirinya. Pertama adalah kemampuan
menganalisa (ilmu dasar) si penikmat (penglihat/pendengar) terhadap keindahan
objek/karya itu sendiri. Kedua adalah keadaan perasaan subyetif atau pertimbangan selera
yang dibantu oleh media. Ketiga adalah faktor si artis atau pembuat karya, bagaimana
deskripsi dari sang pembuat karya mengenai objek atau karyanya itu. Penjelasan ini
membuktikan bahwa ketika manusia menyatakan suatu objek/karya itu indah, maka
terjadilah hubungan-hubungan yang selaras dalam suatu objek/karya dan diantara
objek/karya itu dengan si pengamat.

Hubungan Estetika dengan Persepsi Seseorang


Sesuai dengan Teori Estetika Psikologis yang berdasarkan pada aspek psikologis manusia
serta berhubungan dengan aspek mental (emosi) manusia tersebut dimana juga termasuk
dalam proses persepsi manusia, terutama dengan persepsi visualnya. Pada teori ini, wacana
estetika yang berkembang banyak mengacu pada teori estetika psikologis yang berbasis
pada pengalaman manusia yang kompleks. Diungkapkan juga dalam teori subyektif, bahwa
keindahan hanyalah tanggapan perasaan pengamat dan bergantung pada persepsi
pengamat tersebut berdasarkan pengalaman yang dimilikinya.

Proses Estetis Subjek Estetis

Kenikmatan estetis dalam seni merupakan bidang dalam filsafat seni. Kenikmatan
estetis dalam seni merupakan bentuk ontologi dalam seni. Di dalamnya
mengadaikan proses estetis manusia dalam menangkap estetika seni. Estetika seni
merupakan sifat dasar dari suatu karya seni. Manusia menangkap sinyal estettis
tersebut sebagai sebuah rangkaian “kerja” dari rasa. Seni menampilkan keindahan
sebagaimana adanya dan manusia menangkap hal tersebut. Proses menangkap
estetis tesebut sebagai sebuah proses yang filosofis. Filososfis di sini diandaikan
adannya proses-proses yang panjang dalam diri manusia. Di sini rasa memainkan
peran yang penting. Di samping rasa ada fantasi dari diri manusia sebagai makhluk
yang mempunyai rasa estetis, dengan kadar yang berbeda-beda.
Manusia sebagai pencipta dan penikmat seni memainkan peran penting di dalam
proses estetis. Peran tersebut seperti interpretasi atas suatu karya seni. Interpretasi
tersebut sebagai suatu kenikmatan estetis. Realitas estetis dalam seni diciptakan
seniman sebagai bentuk kreasi dan kreativitas estetisnya. Namun, kenikmatan
estetis muncul tidak begitu saja. Ada beberapa proses atau pun realitas estetis lain
yang melingkupinya. Suatu kesan estetis tidak akan berdiri dalam ruang kosong,
tanpa dimensi yang lain. Kenikmatan estetis dalam seni sebagai kesatuan utuh ruang
lingkup estetis dalam karya dan senimannya.

Di dalam estesis (proses estetis) melibatkan tiga elemen pokok yaitu Subjek, Objek,
dan Nilai. Masing-masing elemen saling berkaitan secara resiprokal. Subjek Estetis
dipecah lagi menjadi dua bagian yaitu spektator (penikmat) dan kreator (pencipta).
Spektator mengalami Pengalaman Estetis ketika bertemu dengan Objek Estetis, dan
kreator mengalami Pengalaman Artistik ketika menciptakan Objek Estetis.
Pengalaman Estetis dan Pengalaman Artistik tersebut di dalam diri Subjek menjadi
seperangkat konsep yang disebut Nilai Estetis. Subjek Estetis pun tidak terbatas pada
individu, namun bisa pula masyarakat. Elemen ke dua, Objek Estetis, dijabarkan
menjadi dua yaitu Objek Estetis Natural dan Objek Estetis Kultural.

Objek Estetis Karya Seni Natural dan Kultural


Objek Estetis Kultural dipecah menjadi Objek Seni dan Objek non Seni. Dengan
konsep ini, teori estetika yang ditawarkannya menjadi lebih luas. Tidak hanya
berkaitan dengan seni, namun juga objek non seni, bahkan objek natural. Karena
realitas memang menunjukkan bahwa Pengalaman Estetis tidak hanya dipicu oleh
Objek Seni. Objek Seni juga tidak selalu berupa benda, namun bisa juga kegiatan
atau persitiwa, serta bahasa. Seperti pada elemen-elemen sebelumnya, elemen ini
juga dijabarkan secara lebih rinci. Nilai Estetis terbagi menjadi dua yaitu nilai
independen dan nilai dependen. Nilai independen merupakan nilai estetis yang tidak
terikat pada nilai-nilai lain. Oleh karenanya bersifat umum dan universal. Adapun
nilai estetis dependen adalah nilai estetis yang tergantung pada nilai lain seperti nilai
etis misalnya. Nilai dependen ini bergantung pada pandangan hidup (world view)
Subjek Estetis.

Kekayaan nilai estetik yang terkandung dalamnatural beauty, manusia dapat


menyentuh dan bersinggungan langsung dengan natural beauty didalam kehidupan
sehari hari, tetapi kita jarang mengapresiasi secara menyeluruh atau mendalam
mengenai natural beauty yang kita jumpai. Sebenarnya nilai estetik yang ada dalam
natural beauty
sangat penting untuk diajarkan dan diperkenalkan sejak awal agar manusia semenjak
usia kecil memahami nilai-nilai estetika yang paling dekat dengan kehidupanya,
karena pada dasarnyamanusia akan sering sekali untuk bersinggungan langsung
dengan alam, seharusnya hal inimenjadi pemicu bagi manusia untuk mengenalkan
natural beauty dan mengapresiasi natural beauty itu kedalam konsep estetik yang
lebih mendalam dan bermakna.

Anda mungkin juga menyukai