NIM : 19027009
Mata Kuliah : Sejarah Kebudayaan Indonesia
1. Kebudayaan Bacson-Hoabinh
Kebudayaan Bacson-Hoabinh diperkirakan berasal dari tahun
10.000 SM-4000 SM, kira-kira tahun 7000 SM. Kebudayaan ini
berlangsung pada kala Holosen yang merupakan pertanda kehidupan
yang hangat setelah melewati musim dingin yang sangat panjang.
Awalnya masyarakat Bacson-Hoabinh hanya menggunakan alat dari
gerabah yang sederhana berupa serpihan-serpihan batu tetapi pada
tahun 600 SM mengalami perubahan dalam bentuk batu-batu yang
menyerupai kapak yang berfungsi sebagai alat pemotong.
Pusat peradaban di lembah sungai Mekong. Bacson berada di
pegunungan, sedangkan Haobinh berada di dataran rendah. Keduanya
mendiami teluk Tonkin. Peradaban awal adalah mesolitikum dengan
kebudayaan batu : kapak sumatera ( pebble ) yang diasah. Sedangkan
manusia pendukungnya adalah Papua Melanosoid. Istilah Bacson
Hoabinh pertama kali digunakan oleh arkeolog Prancis yang bernama
Madeleine Colani pada tahun 1920-an. Nama tersebut untuk
menunjukkan tempat pembuatan alat-alat batu yang khas dengan ciri
dipangkas pada satu atau dua sisi permukaannya.
Wilayah Indo Cina yang jauh letaknya ternyata turut memengaruhi
kebudayaan batu yang muncul di Indonesia. Penelitian yang dilakukan
di Pegunungan Bacson-Hoabinh, telah menemukan alat-alat batu
kehidupan masyarakat prasejarah. Alat-alat yang ditemukan di tempat
tersebut menunjukkan suatu kebudayaan Mesolithikum. Pebbles
(Kapak Sumatra) dan Kapak Pendek merupakan salah satu jenis hasil
budaya yang ditemukan di pegunungan tersebut.
Selain itu, ditemukan juga sejumlah alat-alat tulang. Mme
Madeleine Colani, seorang ahli prasejarah Prancis, memberi nama
kebudayaan tersebut dengan nama kebudayaan Bacson-Hoabinh.
Kebudayaan tersebut tersebar ke berbagai wilayah seperti Thailand
dan Malaysia Barat.
2. Wujud Kebudayaan
Kapak Genggam
Kapak genggam yang ditemukan di dalam bukit kerang tersebut
dinamakan dengan pebble atau kapak Sumatera (Sumatralith) sesuai
dengan lokasi penemuannya yaitu di pulau Sumatera.
Tahun 1925, Dr. P.V. Van Stein Callenfels melakukan penelitian di bukit
kerang tersebut dan hasilnya menemukan kapak genggam. Kapak
genggam yang ditemukan di dalam bukit kerang tersebut dinamakan
dengan pebble/kapak genggam Sumatra (Sumatralith) sesuai dengan
lokasi penemuannya yaitu dipulau Sumatra. Bahan-bahan untuk
membuat kapak tersebut berasal batu kali yang dipecah-pecah.
Kapak Dari Tulang dan Tanduk
Di sekitar daerah Nganding dan Sidorejo dekat Ngawi, Madiun (Jawa
Timur) ditemukan kapak genggam dan alat-alat dari tulang dan tanduk.
Alat-alat dari tulang tersebut bentuknya ada yang seperti belati dan
ujung tombak yang bergerigi pada sisinya. Adapun fungsi darialat-alat
tersebut adalah untuk mengorek ubi dan keladi dari dalam tanah, serta
menangkapikan.
Flakes
Flakes berupa alat alat kecil terbuat dari batu yang disebut dengan
flakes atau alat serpih. Flakes selain terbuat dari batu biasa juga ada
yang dibuat dari batu-batu indah berwarna seperti calsedon. Flakes
mempunyai fungsi sebagai alat untuk menguliti hewan buruannya,
mengiris daging atau memotong umbi-umbian. Jadi fungsinya seperti
pisau pada masa sekarang. Selain ditemukan di Sangiran flakes
ditemukan di daerah-daerah lain seperti Pacitan, Gombong, Parigi,
Jampang Kulon, Ngandong (Jawa), Lahat (Sumatera), Batturing
(Sumbawa), Cabbenge (Sulawesi),Wangka, Soa, Mangeruda (Flores).
Kjokkenmoddinger
Kjokkenmoddinger adalah bukit-bukit sampah kerang yang
berdiameter sampai 100 meter dengan kedalaman 10 meter.
Peninggalan ini ditemukan di Sumatra. Lapisan kerang tersebut
diselang-selingi dengan tanah dan abu. Tempat penemuan bukit
kerang ini pada daerah dengan ketinggian yang hampir sama dengan
permukaan air laut sekarang dan pada kala Holosen daerah tersebut
merupakan garis pantai. Namun, ada beberapa tempat penemuan
yang pada saat sekarang telah berada di bawah permukaan laut. Tetapi,
kebanyakan tempat-tempat penemuan alat-alat dari batu di sepanjang
pantai telah terkubur di bawah endapan tanah, sebagai akibat
terjadinya proses pengendapan yang berlangsung selama beberapa
millennium yang baru. Kebudayaan Bacson – Hoabinh yang terdiri dari
pebble, kapak pendek serta alat-alat dari tulang masuk ke Indonesia
melalui jalur barat. Sedangkan kebudayaan yang terdiri dari flakes
masuk ke Indonesia melalui jalur timur.
3. Unsur Kebudayaan
REFERENSI
https://www.hariansejarah.id/2016/12/kebudayaan-bacson-hoabinh-dan-kebudaya
an-dongson.html
https://sugionosejarah.wordpress.com/2014/05/08/kebudayaan-bacson-hoabin-don
gson-dan-sa-hyunh/
http://deyeshare.blogspot.com/2014/03/makalah-perkembangan-budaya-bacson-h
oa.html