Zaman Neolithikum hasil budayanya dibedakan menjadi dua yaitu kapak lonjong
dan kapak persegi. Persebaran kapak persegi dari daratan Asia melalui jalan barat
dan peninggalannya terutama di Indonesia bagian barat. Sementara kapak lonjong
perseberannnya melalui jalan timur dan peninggalannya banyak tersebar di
Indonesia bagian timur. Pendukung budaya kapak persegi adalah bangsa
Austronesia dan pendukung kapak lonjong adalah bangsa Papua-Melanesoide
(sama-sama disebut bangsa Austronesia).
Proses migrasi berlangsung mulai tahun 2000 SM berjalan terus hingga tahun 500
SM. Sehingga hubungan dengan Asia terjalin dalam waktu yang cukup lama pada
tahun 500 SM, masuk gelombang kedua yang memiliki kebudayaan lain dari pada
yang lain. Mereka telah mampu mengolah logam dan membuat alat-alat dari logam.
Kebudayaan logam semula adalah kebudayaan Dongsong yang masuk Indoenesia
melalui jalan darat.
Hasil budayanya seperti nekara, kapak corong, kapak lonjong. Mereka masuk ke
Indonesia melalui jalan barat yaitu Asia melalui Thailand dan Malaysia Barat dan
terus ke seluruh nusantara. Pendukung kebudayaan perunggu adalah bangsa
Deutero Melayu atau Melayu Muda. Keturunan bangsa Proto Melayu atau Melayu
Muda atau bangsa Austronesia adalah suku Batak, Toraja dan Papua. Adapun
keturunan bangsa Deutero Melayu antara lain suku Jawa, Sumatera, Bugis.
1. 3. Flakes berupa alat alat kecil terbuat dari batu yang disebut dengan flakes
atau alat serpih. Flakes selain terbuat dari batu biasa juga ada yang dibuat dari
batu-batu indah berwarna seperti calsedon.
Flakes mempunyai fungsi sebagai alat untuk menguliti hewan buruannya, mengiris
daging atau memotong umbi-umbian. Jadi fungsinya seperti pisau pada masa
sekarang. Selain ditemukan di Sangiran flakes ditemukan di daerah-daerah lain
seperti Pacitan, Gombong, Parigi, Jampang Kulon, Ngandong (Jawa), Lahat
(Sumatera), Batturing (Sumbawa), Cabbenge (Sulawesi), Wangka, Soa,
Mangeruda (Flores).
2. KEBUDAYAAN DONGSON.
Benda-benda ini dibawa masuk ke Indonesiaoleh bangsa Deutero Melayu atau Melayu
Muda. Mereka masuk ke Indonesiakurang lebih tahun 500 SM melalui jalur barat.
Benda-benda perunggu yang ditemukan di Indonesiaantara lain nekara, kapak
corong, moko, manik-manik, bejana perunggu dan arca perunggu.
Penemuan benda-benda dari kebudayaan Dongson, sangat penting karena benda-
benda logam yang ditemukan di wilayah Indonesia pada umumnya bercorak
Dongson, dan bukan mendapat pengaruh budaya logam dari India maupun Cina.
Budaya perunggu bergaya Dongson tersebar luas di wilayah Asia Tenggara dan
kepulauan Indonesia. Hal ini terlihat dari kesamaan corak hiasan dan bahan-bahan
yang digunakan. Budaya Dongson sangat besar pengaruhnya terhadap
perkembangan budaya perunggu di Indonesia, bahkan tidak kurang dari 56 nekara
yang berhasil ditemukan di beberapa wilayah Indonesia dan terbanyak nekara
ditemukan di daerah pulau Sumatera, Jawa dan Maluku Selatan.
Dari uraian di atas jelas bahwa kebudayaan Bacson Hoabin dan budaya Dongson
ada hubungan erat dengan kebudayaan zaman Mesolitikum dan budaya perunggu
diIndonesia.
Arkaekum, zaman paling tua dimana diperkirakan sudah berumur 2.500 juta tahun
yang lalu. Pada zaman ini lapisan kulit bumi masih sangat panas dan belum memiliki
tanda-tanda untuk kehidupan. Paleozoikum, zaman ini berumur kira-kira 340 juta tahun
yang lalu. Bumi berangsur-angsur mendingin. Pada zaman ini tanda-tanda kehidupan
sudah mulai nampak, dengan munculnya nenek moyang makhluk bersel
satu(mikroorganisme) dan juga jenis binatang bertulang belakang, seperti ikan, reptil,
dan amphibi walaupun jumlahnya belum banyak.
Mesozoikum, zaman ini diperkirakan telah ada lebih dari 150 juta tahun Yang
lalu. Bentuk kehidupan semakin beragam. Ikan, reptil, dan amphibi makin banyak
jenisnya. Hewan bertubuh besar, seperti Dinosaurus telah ada di zaman ini.
Neozoikum atau Kainozoikum, zaman ini berumur kurang lebih 60 juta tahun yang lalu.
Pada zaman ini kehidupan sudah sangat beranekaragam. Zaman Neozoikum terbagi
menjadi dua, yaitu terersier dan era kuarter. Pada era tersier binatang menyusui,
seperti berbagai jenis monyet telah berkembang pesat. Sementara itu, era kuarter
berumur kurang lebih 600.000 tahun yang lalu. Era kuarter dibagi menjadi dua kala,
yaitu kala pleistosen(devluvium) dan holosen(aluvium).
ZAMAN BATU
Zaman batu dimulai kurang lebih pada tahun 590.000 SM. Peralatan yang
digunaka pada zaman itu terbuat dari batu, untuk mempertahankan diri dan mencari
makanan. Zaman Batu sendiri dibedakan menjadi empat zaman, yaitu zaman Batu Tua,
zaman Batu Madya, zaman Batu Muda, dan zaman Batu Besar.
ZAMAN LOGAM
Zaman ini disebut zaman logam karena manusia pada waktu itu telah dapat
menghasilkan peralatan dari logam. Untuk memenuhi kebutuhannya berbagai upaya
dilakukan. Namun, tidak semua orang memiliki keahlian dalam membuat benda-benda
logam. Muncullah golongan undagi (golongan yang terampil membuat suatu jenis
usaha). Zaman Logam umumnya terbagi atas zaman Tembaga, zaman Perunggu, dan
zaman besi. Pada zaman Tembaga, namun peralatan dari tembaga ini tidak ditemukan
di indonesia. Pada zaman Perunggu, peralatan dari perunggu telah dikenal luas hampir
diseluruh Asia. Penguasaan teknologi pengolahan logam campuran antara timah dan
tembaga ini membentuk keterampilan pertukaran masyarakat zaman perunggu. Oleh
sebab itu, zaman ini disebut zaman perundagian.
2. Perkembangan Teknologi dan Sistem Kepercayaan Awal Masyarakat di
Indonesia
Perkembangan teknologi di Indonesia dimulai pada masa perundagian, diawali
dengan kepandaian menuang logam. Untuk melebur logam dan menjadikan suatu alat
diperlukan cara-cara khusus yang belum dikenal sebelumnya. Logam harus dipanaskan
hingga mencapai titik leburnya, kemudian dicetak menjadi perkakas yang diperlukan.
Sementara zaman logam berkembang di Indonesia, kebudayaan batu tidaklah punah
bahkan keduanya berkembang dan tetap dipergunakan.
Dalam perkembangannya kehidupan masyarakat sudah teratur dan telah
mengenal bentuk-bentuk pertama sistem pemerintahan kerajaan.
Manusia purba telah mampu menghasilkan bangunan-bangunan yang dibuat dari batu-
batu besar dan digunakan dalam hubungannya dengan kepercayaan zaman prasejarah
atau dinamakan kebudayaan megalitikum, antara lain:
Menhir. Adalah tugu dari batu tunggal. Berfungsi sebagai tanda perigatan
suatu peristiwa atau sebagai tempat pemujaan roh nenek moyang.
Ditemukan di Sumatera Selatan, Sulawesi Tengah, dan Kalimantan.
Dolmen. Adalah sebuah meja batu. Berfungsi sebagai tempat meletakkan
sesaji peti mayat. Ditemukan di Jawa Timur terutama di daerah Bondowoso.
Sarkofagus atau keranda. Adalah sebuah peti batu besar yang berbentuk
seperti palung/lesung dan diberi tutup. Berfungsi sebagai kuburan atau peti
mayat. Ditemukan di Bali.
Kubur batu. Adalah kuburan dalam tanah sisi samping, alas, dan tutupnya
diberi semacam papan-papan dari batu. Berfungsi untuk mengubur mayat.
Ditemukan di daerah Kuningan, Jawa Barat.
Punden Berundak. Adalah bangunan yang terbuat dari batu yang disusun
bertingkat. Merupakan cikal bakal candi. Berfungsi sebagai tempat pemujaan
roh nenek moyang. Ditemukan di Lebak Sibedug daerah Banten Selatan.
Arca. Adalah bangunan dari batu yang berbentuk manusia dan ada yang
berbentuk binatang. Berfungsi sebagai perwujudan dari roh nenek moyang.
Ditemukan di Sumatera Selatan, Lampung, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.
Masyarakat telah mengenal teknik-teknik pengolahan logam (perunggu dan
besi), yaitu:
Teknik bivalve, yaitu cetakan yang terdiri dari dua bagian, kemudian diikat
dan ke dalam rongga dalam cetakan itu dituangkan perunggu cair. Cetakan
tersebut kemudian dilepas dan jadilah barang yang dicetak.
Teknik a cire perdue (membuat model benda dari lilin). Benda yang akan
dicetak dibuat dari lilin atau sejenisnya, kemudian dibungkus dengan tanah
liat yang diberi lubang. Setelah itu dibakar maka lilin akan meleleh. Rongga
bekas lilin tersebut diisi dengan cairan perunggu. Sesudah dingin perunggu
membeku dan tanah liat dibuang maka jadilah barang yang dicetak.