Anda di halaman 1dari 25

A.

Kebudayaan Dongson
• 1. Pengertian
Kebudayaan Dong Son adalah kebudayaan zaman
Perunggu yang berkembang di Lembah Song Hong,
Vietnam. Kebudayaan ini juga berkembang di Asia
Tenggara, termasuk di Indonesia.Bahannya meliputi
bahan yang terbuat dari logam ( umumnya tembaga,
besi, dan perunggu ). Kebudayaan dongson
berlangsung dalam waktu antara 1500 SM – 500 SM.
Kebudayaan Dongson secara keseluruhan dapat
dinyatakan sebagai hasil karya kelompok bangsa
Austronesia yang terutama menetap di pesisir
Annam, yang berkembang antara abad ke-5 hingga
abad ke-2 Sebelum Masehi. Kebudayaan ini sendiri
mengambil nama situs Dongson di Tanh hoa.
• Masyarakat Dongson adalah masyarakat petani dan
peternak yang handal. Mereka terampil menanam
padi, memelihara kerbau dan babi, serta memancing.
Mereka agaknya menetap di pematang-pematang
pesisir, terlindung dari bahaya banjir, dalam rumah-
rumah panggung besar dengan atap yang
melengkung lebar dan menjulur menaungi
emperannya. Selain bertani, masyarakat Dongson
juga dikenal sebagai masyarakat pelaut, bukan hanya
nelayan tetapi juga pelaut yang melayari seluruh Laut
China dan sebagian laut-laut selatan dengan perahu
yang panjang.
Fungsi Alat yang Dibuat
• Sebagai alat penunjang kehidupan manusia. Alat
hasil kebudayaan Dong Son dapat digunakan untuk
alat-alat rumah tangga, sebagai alat berburu dan alat
untuk beternak atau bertani.
• Sebagai alat untuk kebutuhan upacara / ritual.
• Sebagai perhiasan.
• Sebagai alat untuk menunjukkan status sosial.

• Teknik Pembuatan
1. Teknik Bivalve (Setangkap)
Teknik ini menggunakan 2 cetakan yang dirapatkan.
Cetakan ini terbuat dari tanah liat yang
dikeringkan, dibakar, dan diberi lubang yang
berfungsi untuk memasukkan cairan logam.
Setelah cairan logam dingin, cetakan dibuka.
Cetakan ini dapat dipergunakan berkali-kali.

• 2. Teknik A Cire Perdue (Cetakan lilin)


Teknik ini diawali dengan membuat bentuk benda
logam dari lilin yang berisi tanah liat sebagai intinya.
Setelah itu diberi lubang dan dijemur agar mengeras
kemudian dibakar. Masukkan cairan logam tunggu,
hingga dingin. Cara mengeluarkannya dipecah.
Sehingga cetakan tadi hanya bisa dipakai satu kali
saja.

Ciri Khas Kebudayaan


• Alat-alat yang dibuat umumnya terbuat dari logam.
• Kebudayaannya dipengaruhi oleh berbagai aliran. Ini
tampak dari artefak kehidupan sehari-hari ataupun
peralatan bersifat ritual yang sangat rumit.
Penyebaran kebudayaan Dong Son menyebabkan
terbaginya kebudayaan di Indonesia menjadi 2, yaitu:
• Kebudayaan Melayu Tua (Proto Melayu) di Masyarakat
Dayak .
• Kebudayaan Melayu Muda (Deutero Melayu) di
masyarakat Bali Aga dan Lombok.

• Kebudayaan Dong Son sampai ke Indonesia melalui


jalur Barat, yaitu Semenanjung Malaya. Pembawa
kebudayaan ini adalah bangsa Austronesia. Pendapat
tentang kebudayaan Dong Son, sampai kepulauan
Indonesia terbagi dalam 2 tahap:
• Zaman Neolitikum, berlangsung kurang lebih sejak
2000 SM, merupakan zaman batu tulis, dan zaman
kebudayaan kapak persegi.
• Zaman Perunggu, kurang lebih sejak 500 SM,
merupakan kebudayaan kapak corong, nekara, dan
candrasa.

• 2. Asal mula kebudayaan Dongson


• Asal mula kebudayaan ini berawal dari evolusi
kebudayaan Austronesia . Asal usulnya sendiri adalah
bangsa Yue-tche yang merupakan orang-orang barbar
yang muncul di barat daya China sekitar abad ke-8 SM.
Namun, pendapat ini sama halnya dengan pendapat
yang mengaitkan Dongson dengan kebudayaan Halstatt
yang ternyata masih diragukan kebenarannya.
• Asumsi yang digunakan adalah bahwa benda-benda
perunggu di Yunnan dengan benda-benda yang
ditemukan di Dongson. Meski harus dibuktikan
apakah benda-benda tersebut dibuat oleh kelompok-
kelompok dari Barat sehingga dari periode
pembuatannya, dapat menentukan apakah benda
tersebut adalah model untuk Dongson atau hanyalah
tiruan-tiruannya. Jika dugaan ini benar maka dapat
menjelaskan penyebaran kebudayaan Dongson
sampai ke Dataran Tinggi Burma.
• Pengaruh China yang berkembang pesat juga ikut
mempengaruhi Kebudayaan Dongson terlebih-lebih
adanya ekspansi penjajahan China yang mulai turun
ke perbatasan-perbatasan Tonkin. Hal ini dapat dilihat
dari motif-motif hiasan Dongson memberikan model
benda-benda perunggu China pada masa kerajaan-
kerajaan Pendekar. Itulah sumber utama seni Dongson
yang berkembang sampai penjajahan Dinasti Han
yang merebut Tonkin pada tahun 111 SM. Meski
demikian , kebudayaan Dongson kemudian
mempengaruhi kebudayaan Indochina selatan
terutama kesenian Cham.
• Ada pula yang berpendapat bahwa kebudayaan ini
mendapat pengaruh Hellenisme melalui model-
model yang datang dari arah selatan dan Fu-nan
yang merupakan kerajaan besar Indochina pertama
yang mendapat pengaruh India. Namun pendapat ini
tidak dapat dipertanggung jawabkan.
Patung perunggu
Nekara perunggu dari Sông
kebudayaan Đông Sơn,
Đà, Vietnam Dong asal Thailand
• 3. Kesenian Dongson
• Benda-benda arkeologi dari Dongson sangat beraneka
ragam, karena mendapat berbagai macam pengaruh
dan aliran. Hal tersebut nampak dari artefak-artefak
kehidupan sehari-hari ataupun peralatan yang bersifat
ritual yang sangat rumit sekali. Perunggu adalah
bahan pilihan. Benda-benda seperti kapak dengan
selongsong, ujung tombak, pisau belati, mata bajak,
topangan berkaki tiga dengan bentuk yang kaya dan
indah. Kemudian gerabah dan jambangan rumah
tangga, mata timbangan dan kepala pemintal benang,
perhiasan-perhiasan termasuk gelang dari tulang dan
kerang, manik-manik dari kaca dan lain-lain. Semua
benda tersebut atau hampir semuanya diberi hiasan.
Bentuk geometri merupakan ciri dasar dari kesenian ini
diantaranya berupa jalinan arsir-arsir, segitiga dan
spiral yang tepinya dihiasi garis-garis yang
bersinggungan.
Karya yang terkenal adalah nekara besar yang
diantaranya nekara Ngoc-lu yang kini disimpan di
Museum Hanoi, serta patung-patung perunggu yang
sering ditemukan di makam-makam pada tahapan
terakhir masa Dongson.
• 4. Agama dan kepercayaan Dongson
Dari motif-motif yang dijumpai pada nekara yang
sering disebut-sebut sebagai nekara hujan,
ditampilkan dukun-dukun atau syaman-syaman yang
kadang-kadang menyamar sebagai binatang
bertanduk, menunjukkan pengaruh China atau lebih
jauhnya pengaruh masyarakat kawasan stepa. Jika
bentuk ini disimbolkan sebagai perburuan, maka ada
lagi simbol yang menunjukkan kegiatan pertanian
yakni matahari dan katak (simbol air). Sebenarnya,
nekara ini sendiri dikaitkan dengan siklus pertanian.
Dengan mengandalkan pengaruh ghaibnya, nekara
ini ditabuh untuk menimbulkan bunyi petir yang
berkaitan dengan datangnya hujan.
• 5. Penyebaran Kebudayaan Dongson
• Kebudayaan Dongson yang berkembang di situs
Dongson, ternyata juga ditemukan karya-karya
budaya yang diinspirasikan oleh kebudayaan tersebut
di bagian selatan Semenanjung Indochina (Samrong,
Battambang di Kamboja) hingga Semenanjung
Melayu (Sungai Tembeling di Pahang dan Klang di
Selangor) hingga Nusantara (Indonesia). Dengan pola
hidup nomaden, bermata pencaharian berburu
manusia ini menghasilkan budaya paleolithikum
kemudian terjadilah migrasi melanesoid dari teluk
tonkin.
B. Kebudayaan Sa Huynh Kalanai
• Kebudayaan Sa-Huynh merupakan sebuah nama
yang merujuk pada sebuah situs arkeologis gerabah
(tembikar) di Vietnam. Kabudayaan Sa-Huynh
merupakan sebuah tempat yang letaknya di pantai
kira-kira 140 km ke arah selatan kota kecil Taurane.
Tempat ini merupakan pusat gerabah terpenting di
daratan Asia Tenggara.

Budaya Sa-Huynh mengembangkan pengaruh tradisi


gerabahnya di Kalanay (Filipina). W.G. Solheim
menyebut gerabah ini dengan nama budaya Sa
Huynh Kalanay. Budaya ini berkembang sekitar 750-
200 sebelum Masehi.
• Selain di Filipina, tradisi gerabah Sa-Huynh juga
mengembangkan pengaruhnya di beberapa tempat
di Indonesia. Tradisi pembuatan gerabah di Indonesia
pada zaman purba dibedakan menjadi 3 kompleks,
yaitu : Jawa Barat dengan persebarannya di Anyer
(Banten), Leuwiliang (Bogor), Kramatjati (Jakarta),
Buni (Bekasi), kompleks Kalumpang (Sulawesi
Selatan), dan kompleks Gilimanuk (Bali).
Peninggalan Kebudayaan Sa huynh Kalanai
• Menurut penelitian Solheim, tradisi gerabah di
Indonesia mendapat pengaruh dan tradisi gerabah
yang berkembang di Asia Tenggara, yaitu tradisi
gerabah Sa-Huynh-Kalanay dan tradisi Bau Melayu.
• Tradisi Sa-Huynh-Kalanay terutama berkembang di
daerah Sa-Huynh (Vietnam) dan Kalanay (Filipina).
Sedangkan tradisi Bau Melayu terutama berkembang
di Malaysia Timur, Filipina, Cina Selatan, Vietnam
Utara, Taiwan, dan Indonesia. Kedua tradisi ini
dibedakan menurut pola hias dan cara
pembuatannya.
• Ragam hias Sa-Huynh juga ditemukan di Thailand,
Taiwan, Filipina dan Indonesia. Hal tersebut
menunjukkan adanya hubungan dagang antara
penduduk Sa-Huynh dan tetangganya di Asia
Tenggara, baik melalui jalur darat maupun melalui
jalur laut.
• Hingga sekarang, kebudayaan Sa-Huynh yang
diketahui kebanyakan dari penemuan kubur
tempayan ( jenazah dimasukkan di dalam tempayan
besar ) dan penguburan ini merupakan adat
kebiasaan yang mungkin dibawa oleh orang-orang
Cham pertama ke Indonesia. Secara umum,
penguburan dalam tempayan ini bukan khas budaya
Dongson atau budaya lain yang sezaman di daratan
Asia Tenggara, diduga merupakan pengaruh yang
bersumber dari kebudayaan Cham.
• Penemuan kebudayaan Sa-Huynh terdapat di daerah
pantai mulai dari Vietnam tengah ke selatan sampai
ke delta Lembah Sungai Mekong. Kebudayaan dalam
bentuk tempayan kubur yang ditemukan di Sa-Huynh
termasuk tembikar-tembikar yang berhasil
ditemukan inii memiliki hiasan garis-garis dan
bidang-bidang yang diisi dengan tera tepian kerang.
• Kebudayaan Sa-Huynh memiliki banyak persamaan
dengan tempayan kubur yang ditemukan di laut
Sulawesi. Hal tersebut terbukti dengan adanya
kemiripan bentuk anting-anting batu bertonjolan
(disebut lingling-O) dan sejenis anting-anting yang
khas atau bandul kalung dengan kedua ujungnya
berhias kepala hewan (kemungkinan kijang) yang
ditemukan pada sejumlah tempat di Muangthai,
Vietnam, Palawan, dan Serawak.
• Kebudayaan Sa-Huynh yang berhasil ditemukan
meliputi berbagai alat yang bertangkai corong seperti
skop, tembilang, dan kapak. Namun, ada pula yang
tidak bercorong seperti sabit, pisau bertangkai,
kumparan tenun, serta cincin dan gelang bentuk
spiral.
• Sementara itu, teknologi pembuatan peralatan-
peralatan besi yang diperkenalkan di daerah Sa-
Huynh diperkirakan berasal dari daerah Cina. Budaya
perunggu yang ditemukan di Sa-Huynh berupa
berbagai perhiasan, gelang, lonceng, dan bejana-
bejana kecil.
Di Sa-Huynh juga ditemukan beberapa manik-manik
emas langka, kawat perak, manik-manik kaca dari
batu agate bergaris, dan berbagai manik-manik
carnelian.
Kelompok 2
• Nama Anggota : - Andre Putra Pratama
- Zulfahmi
- Fauzan Akbar
- Hendri Hermawan
- Novanda Fauzi

Anda mungkin juga menyukai