Anda di halaman 1dari 5

DEFINISI UNSUR INTRINSIK DAN EKSTRINSIK

DALAM KARYA SASTRA

E.Membedakan unsur ekstrinsik dan intrinsik


Ada dua unsur utama dalam karya sastra, yaitu unsur intrinsik dan ekstrinsik.
Unsur ekstrinsik berupa segala sesuatu yang menginspirasi penulisan karya sastra dan
mempengaruhi karya sastra secara keseluruhan.

a. unsur Intrinsik
unsur yang terdapat di dalam karya sastra.yang mempengaruhi karya sastra
tersebut,unsure intrinsik dalam cerita meliputi :

Tema
Pokok persoalan dalam cerita.
Karakter
Tokoh dalam cerita. Karakter dapat berupa manusia, tumbuhan maupun benda
Karekter dapat dibagi menjadi:

 Karakter utama: tokoh yang membawakan tema dan memegang banyak


peranan dalam cerita

 Karakter pembantu: tokoh yang mendampingi karakter utama

 Protagonis : karakter/tokoh yang mengangkat tema

Antagonis : karakter/tokoh yang memberi konflik pada tema dan biasanya berlawanan
dengan karakter protagonis. (Ingat, tokoh antagonis belum tentu jahat).

Konflik
Konflik adalah pergumulan yang dialami oleh karakter dalam cerita dan . Konflik ini
merupakan inti dari sebuah karya sastra yang pada akhirnya membentuk plot. Ada
empat macam konflik, yang dibagi dalam dua garis besar:
Konflik internal
Individu-diri sendiri: Konflik ini tidak melibatkan orang lain, konflik ini ditandai
dengan gejolak yang timbul dalam diri sendiri mengenai beberapa hal seperti nilai-
nilai. Kekuatan karakter akan terlihat dalam usahanya menghadapi gejolak tersebut
Konflik eksternal
Individu – Individu: konflik yang dialami seseorang dengan orang lain
Individu – alam: Konflik yang dialami individu dengan alam. Konflik ini
menggambarkan perjuangan individu dalam usahanya untuk mempertahankan diri
dalam kebesaran alam.

Individu- Lingkungan/ masyarakat : Konflik yang dialami individu dengan masyarakat


atau lingkungan hidupnya.

Seting
Keterangan tempat, waktu dan suasana cerita.
Sebuah cerita harus jelas dimana berlangsungnya, kapan terjadi dan suasana serta
keadaan ketika cerita berlangsung

Plot
Jalan cerita dari awal sampai selesai

 Eksposisi : penjelasan awal mengenai karakter dan latar( bagian cerita yang
mulai memunculkan konflik/ permasalahan)

 Klimaks : puncak konflik/ ketegangan

 Falling action: penyelesaian

Sudut pandang
Sudut pandang yang dipilih penulis untuk menyampaikan ceritanya.

 Orang pertama: penulis berlaku sebagai karakter utama cerita, ini ditandai
dengan penggunaan kata “aku”. Penggunaan teknik ini menyebabkan pembaca
tidak mengetahui segala hal yang tidak diungkapkan oleh sang narator.
Keuntungan dari teknik ini adalah pembaca merasa menjadi bagian dari cerita.

 Orang kedua: teknik yang banyak menggunakan kata ‘kamu’ atau ‘Anda.’
Teknik ini jarang dipakai karena memaksa pembaca untuk mampu berperan
serta dalam cerita.

 Orang ketiga: cerita dikisahkan menggunakan kata ganti orang ketiga, seperti:
mereka dan dia.

Teknik penggunaan bahasa


Dalam menuangkan idenya, penulis biasa memilih kata-kata yang dipakainya
sedemikian rupa sehingga segala pesannya sampai kepada pembaca. Selain itu, teknik
penggunaan bahasa yang baik juga membuat tulisan menjadi indah dan mudah
dikenang. Teknik berbahasa ini misalnya penggunaan majas, idiom dan peribahasa.

Amanat
Nilai (amanat) : pesan atau nasihat yang ingin disampaikan pengarang emalalui
cerita

b. unsur Ekstrinsik

Dikatakan Fananie (2001:77) Faktor ekstrinsik adalah segala faktor luar yang
melatarbelakangi penciptaan karya sastra. Ia merupakan milik subjektif pengarang
yang bisa berupa kondisi social, motivasi, tendensi yang mendorong dan mempegaruhi
kepengarangan seseorang. Faktor-faktor ekstrinsik itu dapat meliputi:

1) tradisi dan nilai-nilai,


2) struktur kehidupan sosial,
3) keyakinan dan pandangan hidup,
4) suasana politik,
5) lingkungan hidup,
6) agama, dan sebagainya.

Unsur-unsur Ekstrinsik

Sebagaimana halnya unsur intrinsik, unsur ekstrinsik pun terdiri atas beberapa unsur. Menurut Wellek &
Warren (1956), bagian yang termasuk unsur ekstrinsik tersebut adalah sebagai berikut.

1. Keadaan subjektivitas individu pengarang yang memiliki sikap, keyakinan, dan pandangan hidup yang
semuanya itu mempengaruhi karya sastra yang dibuatnya.
2. Keadaan psikologis, baik psikologis pengarang, psikologis pembaca, maupun penerapan prinsip
psikologis dalam karya.
3. Keadaan lingkungan pengarang, seperti ekonomi, sosial, dan politik.
4. Pandangan hidup suatu bangsa, berbagai karya seni, agama, dan sebagainya.
Latar belakang kehidupan pengarang sebagai bagian dari unsur ekstrinsik sangat mempengaruhi karya
sastra. Misalnya, pengarang yang berlatar belakang budaya daerah tertentu, secara disadari atau tidak,
akan memasukkan unsur budaya tersebut ke dalam karya sastra.

Menurut Malinowski, yang termasuk unsur budaya adalah bahasa, sistem teknologi, sistem mata
pencaharian, organisasi sosial, sistem pengetahuan, religi, dan kesenian.

Unsur-unsur tersebut menjadi pendukung karya sastra. Sebagai contoh, novel Siti Nurbaya sangat kental
dengan budaya Minangkabau. Hal ini sesuai dengan latar belakang pengarangnya, Marah Rusli, yang
berasal dari daerah Minangkabau.

Begitu pula novel Upacara karya Korrie Layun Rampan yang dilatarbelakangi budaya Dayak Kalimantan
karena pengarangnya berasal dari daerah Kalimantan.

Begitu pula dalam Novel Harimau! Harimau! karya Mochtar Lubis, kita akan menemukan unsur intrinsik
berupa nilai-nilai budaya. Terutama, yang berkaitan dengan sistem mata pencaharian, sistem teknologi,
religi, dan kesenian. Mata pencaharian yang ditekuni para tokoh dalam novel tersebut sebagai pencari
damar dan rotan di hutan. Alat yang digunakan masih tradisional.
Selain budaya, latar belakang keagamaan atau religiusitas pengarang juga dapat memengaruhi karya
sastra. Misalnya, Achdiat Kartamihardja dalam novel Atheis dan Manifesto Khalifatullah, Danarto dalam
novel Kubah, atau Habiburahman El-Shirazi dalam Ayat-Ayat Cinta dan Ketika Cinta Bertasbih.

Latar belakang kehidupan pengarang juga menjadi penting dalam memengaruhi karya sastra. Sastrawan
yang hidup di perdesaan akan selalu menggambarkan kehidupan masyarakat desa dengan segala
permasalahannya. Misalnya, dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari.

Dengan demikian, unsur ekstrinsik tersebut menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari bangunan karya
sastra. Unsur ekstrinsik memberikan warna dan rasa terhadap karya sastra yang pada akhirnya dapat
diinterpretasikan sebagai makna. Unsur-unsur ektrinsik yang mempengaruhi karya dapat juga dijadikan
potret realitas objektif pada saat karya tersebut lahir. Sehingga, kita sebagai pembaca dapat memahami
keadaan masyarakat dan suasana psikologis pengarang pada saat itu.

MEMAHAMI UNSUR INTRINSIK & EKSTRINSIK

MEMAHAMI UNSUR INTRINSIK DAN EKSTRINSIK

MEMAHAMI UNSUR INTRINSIK DAN EKSTRINSIK SERTA NILAI-NILAI


DALAMKARYA SASTRA

1. UNSUR INTRINSIK
Unsur intrinsic adalah unsure dalam yang membentuk sebuah karya sastra. Unsure intrinsic
karya sastra terdiri atas :

A. Alur cerita/plot
Sebuah cerita dapat disajikam dengan alur maju(mengalir dari sekarang menuju masa yang akan
datang), mundur (mengingat masa lalu) atau campuran (maju mundur).

B. Latar Cerita
Adalah keterangan mengenai waktu,ruang/tempat,dan suasana yang terjadi dalam cerita.

C. Perwatakan
Adalah karakter atau sifat batin yang mempengaruhi segenap pikiran dalam tingkah laku tokoh
dalam cerita.

D. Sudut pandang pengarang


Adalah cara pengarang mengisahkan cerita. Sudut pandnag dibagi menjadi orang pertama,orang
ketiga,serta campuran pertama dan ketiga.

E. Amanat
Adalah pesan yang ingin disampaikam oleh pengarang melalui isi cerita yang disampaikan
tersurat (langsung disebutkan dalam dialog antartokoh) atau tersirat.

2. UNSUR EKSTRINSIK

a) Latar belakang pengarang


Karya sastra dapat berkaitan dengan latar belakang pengarangnya walaupun itu tidak terlalu
dominan. Latar belakang pengarang diantaranya meliputi pendidikan,suku bangsa dan pola
pemikiran.

b) Semangat zaman
Proses kreatif dapat pula seiring dengan perubahan iklim social sehingga memunculkan berbagai
cirri karya sastra dengan zamannya.

c) Nilai-nilai karya sastra prosa


Melalui pemahaman terhadap nilai-nilai yang terkandung dalam karya sastra,proses pembacaan
karya sastra dapat lebih bermakna. Kita pun dapat membiasakan diri mengasah intusisi sehingga
menjadi lebih peka dan peduli terhadap keadaan sekitar.
• Nilai social
• Nilai budaya
• Nilai moral
• Nilai agama
• Nilaisejarah
• Nilai politik
• Nilai pendidikan

Anda mungkin juga menyukai