Anda di halaman 1dari 26

1

LAPORAN MAKALAH

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) STIMULASI SENSORI


MENGGAMBAR TERHADAP PASIEN HARGA DIRI RENDAH

Oleh :

SHAHIBATUL HABLAINI

19091040

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

STIKes HANGTUAH PEKANBARU

PEKANBARU

2020
2

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Harga diri rendah merupakan salah satu komponen konsep diri. Harga diri
merupakan perasaaan yang berasal dari penerimaan diri sendiri tanpa syarat
walaupun melakukan kesalahan, kekalahan, kegagalan, namun tetap merasa penting
dan berharga (Stuart, 2007).
Pada pasien gangguan jiwa dengan kasus gangguan harga diri sulit menerima diri
sendiri dan menjalin hubungan personal dengan orang lain. Apabila situasi ini tidak
ditangani dengan baik dapat mengakibatkan terjadinya harga diri rendah yang sangat
kronis.
Terapi kelompok adalah terapi psikologi yang dilakukan secara kelompok untuk
memberikan stimulasi bagi klien dengan gangguan interpersonal. Sedangkan TAK
(Terapi Aktivitas Kelompok) adalah salah satu terapi modalitas yang dilakukan
perawat kepada kelompok klien yang mempunyai masalah keperawatan yang sama.
Klien dengan gangguan konsep diri : HDR merupakan klien yang mempunyai
gangguan dalam berhubungan atau interaksi social, karena pasien HDR selalu
berpandangan negative terhadap dirinya sendiri. Factor pencetusnya mungkin
ditimbulkan dari sumber internal dan eksternal. Dengan begitu, klien susah untuk
berinteraksi social bahkan dapat menjadi menarik diri. Karena itu, Terapi Aktivitas
Kelompok diperlukan bagi klien, karena klien dapat saling bertukar pikiran dan
pengalaman mengenai apa yang dirasakannya pada orang lain yang juga merasakan
apa yang klien rasakan.
Oleh karena itu, terapi aktivitas kelompok perlu diklakukan agar para anggota
kelompok (pasien) mampu melakukan interaksi social, yaitu dengan cara sosialisasi
yang dapat memantau dan meningkatkan hubungan interpersonal klien, yang dapat
di mulai dari saling mengenal dengan orang lain dan menciptakan hubungan
harmonis dengan orang lain.
3

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami terapi aktivitas kelompok
stimulus sensori menggambar pada pasien harga diri rendah
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu mengetahui terapi aktivitas kelompok
b. Mahasiswa mampu mengetahui harga diri rendah
c. Mahasiswa mampu mengetahui pengaruh dari terapi aktivitas kelompok
stimulus sensori menggambar pada pasien harga diri rendah
4

BAB 2

TINJAUAN TEORI

2.1 Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi Untuk Mengatasi Harga Diri
Rendah

2.1.1 Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi

2.1.1.1 Pengertian

Terapi aktivitas kelompok (TAK) adalah salah satu terapi modalitas yang dilakukan
oleh seorang perawat pada sekelompok klien dengan masalah keperawatan yang sama
(Keliat & Pawirowiyono, 2014).

Terapi aktivitas kelompok (TAK) stimulasi persepsi adalah terapi yang menggunakan
aktivitas sebagai stimulus dan terkait dengan pengalaman dan atau kehidupan untuk
didiskusikan dalam kelompok. Hasil diskusi kelompok dapat berupa kesepakatan
persepsi atau alternatif penyelesaian masalah (Keliat & Pawirowiyono, 2014).

2.1.1.2 Jenis-jenis terapi aktivitas kelompok

a. Terapi aktivitas kelompok (TAK) stimulasi persepsi

b. Terapi aktivitas kelompok (TAK) stimulasi sensori

c. Terapi aktivitas kelompok (TAK) orientasi realita

d. Terapi aktivitas kelompok (TAK) sosialisasi

2.1.1.3 Komponen TAK stimulasi persepsi harga diri rendah

Menurut Prabowo (2014), komponen kelompok dari terapi aktivitas kelompok terdiri
dari delapan aspek, sebagai berikut :

a. Struktur kelompok

Struktur kelompok menjelaskan batasan, komunikasi, proses pengambilan keputusan,


dan hubungan otoritas dalam kelompok. Struktur kelompok menjaga stabilitas dan
membantu pengaturan pola perilaku serta interaksi. Struktur dalam kelompok diatur
5

dengan adanya pemimpin dan anggota, arah komunikasi dipandu oleh pemimpin,
sedangkan keputusan diambil secara bersama.

b. Besar kelompok

Jumlah anggota kelompok yang nyaman adalah kelompok kecil yang anggotanya
berkisar antara 5 – 12 orang. Jumlah anggota kelompok kecil menurut Stuart dan Laraia
adalah 7 – 10 orang, menurut Lancester adalah 10 – 12 orang, dan menurut Rawlins,
Williams, dan Beck adalah 5 – 10 orang.

c. Lamanya sesi

Menurut Stuart & Laraia, waktu optimal untuk satu sesi adalah 20-40 menit bagi
kelompok yang baru (fungsi kelompok yang masih rendah) dan 60-120 menit bagi
kelompok yang sudah kohesif (fungsi kelompok yang tinggi). Biasanya dimulai dengan
pemanasan berupa orientasi, kemudian tahap kerja, dan finishing berupa terminasi.
Banyaknya sesi bergantung pada tujuan kelompok, dapat satu atau dua kali per minggu;
atau dapat direncanakan sesuai dengan kebutuhan.

d. Komunikasi

Salah satu tugas pemimpin yang terpenting adalah mengobservasi dan menganalisis
pola komunikasi dalam kelompok. Pemimpin menggunakan umpan balik untuk
memberi kesadaran kepada anggota kelompok terhadap dinamika yang terjadi.
Pemimpin kelompok dapat mengkaji hambatan dalam kelompok, konflik interpersonal,
tingkat kompetisi, dan seberapa jauh anggota kelompok mengerti serta melaksanakan
kegiatan yang dilaksanakan.

e. Peran kelompok

Pemimpin perlu mengobservasi peran yang terjadi dalam kelompok. Ada tiga peran dan
fungsi kelompok yang ditampilkan anggota kelompok dalam kerja kelompok, yaitu
maintenance roles, task roles, dan individual roles. Maintenance roles, yaitu peran serta
aktif dalam mempertahankan proses kelompok dan fungsi kelompok. Task roles
berfokus pada penyelesaian tugas. Individual roles adalah peran yang ditampilkan
6

anggota kelompok secara khas (self-centered) dan kemungkinan terjadinya distraksi


pada kelompok.

f. Kekuatan kelompok

Kekuatan (power) adalah kemampuan anggota kelompok dalam memengaruhi jalannya


kegiatan kelompok. Untuk menetapkan kekuatan anggota kelompok yang bervariasi,
diperlukan kajian siapa yang paling banyak mendengar dan siapa yang membuat
keputusan dalam kelompok.

g. Norma kelompok

Norma adalah standar perilaku yang ada dalam kelompok. Pengharapan terhadap
perilaku kelompok pada masa yang akan datang dibuat berdasarkan pengalaman masa
lalu dan saat ini. Pemahaman tentang norma kelompok berguna untuk mengetahui
pengaruhnya terhadap komunikasi dan interaksi dalam kelompok. Kesesuaian perilaku
anggota kelompok dengan norma kelompok, penting dalam menerima anggota
kelompok. Anggota kelompok yang tidak mengikuti norma dianggap pemberontak dan
ditolak oleh anggota kelompok lain.

h. Kekohesifan

Kekohesifan adalah kekuatan anggota kelompok bekerja sama dalam mencapai tujuan.
Hal ini memengaruhi anggota kelompok untuk tetap bertahan dalam kelompok. Apa
yang membuat anggota kelompok tertarik dan puas terhadap kelompok perlu
diidentifikasi agar keberlangsungan (continuity) kehidupan kelompok dapat
dipertahankan.

2.1.1.4 Tujuan TAK stimulasi persepsi harga diri rendah

Menurut Keliat & Pawirowiyono (2014), tujuan umum TAK stimulasi persepsi adalah
klien mampu menyelesaikan masalah yang diakibatkan oleh paparan stimulus
kepadanya dan tujuan khususnya, yaitu :

1) Klien mampu mempersepsikan stimulus secara tepat.

2) Klien mampu menyelesaikan masalah yang timbul dari stimulus yang dialami.
7

2.1.1.5 Aktivitas dan indikasi TAK stimulasi persepsi harga diri rendah

Aktivitas dalam TAK stimulasi persepsi dibagi menjadi empat bagian. Satu diantaranya
stimulus nyata yang mengakibatkan harga diri rendah. Klien yang terindikasi TAK
stimulasi persepsi ini adalah klien yang mengalami gangguan pada konsep dirinya yaitu
harga diri rendah. TAK stimulasi persepsi harga diri rendah terdiri dari 2 sesi, yaitu :

1) Sesi 1 : mengidentifikasi aspek yang membuat harga diri rendah dan aspek positif
kemampuan yang dimiliki selama hidup ( di rumah dan di rumah sakit).

2) Sesi 2 : melatih kemampuan yang dapat digunakan di rumah sakit dan di rumah
(Keliat & Pawirowiyono, 2014).

2.1.2 Harga diri rendah

2.1.2.1 Pengertian

Harga diri rendah adalah penilaian tentang pencapaian diri dengan menganalisa
seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri (Keliat & Akemat, 2010). Menurut
Towsend, gangguan harga diri rendah adalah evaluasi terhadap diri dan perasaan
tentang diri atau kemampuan diri yang negatif yang dapat secara langsung ataupun tidak
langsung diekspresikan. Harga diri rendah juga didefinisikan sebagai perasaan tidak
berguna, tidak berarti, dan rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi negatif
terhadap diri sendiri dan kemampuan diri (Fajariyah, 2012).

Jadi dapat disimpulkan, harga diri rendah merupakan perasaan negatif terhadap diri
sendiri yang dapat diekspresikan baik secara langsung maupun tidak langsung yang
terkait dengan mekanisme koping tiap individu yang berbeda-beda tergantung dari
efektif atau tidaknya baik dari diri sendiri ataupun dari pihak keluarga.

2.1.2.2 Jenis harga diri rendah

Menurut Dalami et al. (2009), harga diri rendah dapat terjadi secara:

1) Situasional, yaitu terjadinya trauma yang tiba-tiba, misalnya harus operasi,


kecelakaan, dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan kerja, perasaan malu karena
8

terjadi sesuatu (korban perkosaan, dituduh KKN, dipenjara tiba-tiba). Pada klien yang
dirawat dapat terjadi harga diri rendah karena :

a) Privasi yang kurang diperhatikan, misalnya pemeriksaan fisik yang sembarangan,


pemasangan alat yang tidak sopan (pencukuran rambut pubis, pemasangan kateter,
pemeriksaan parineal).

b) Harapan akan struktur, bentuk, dan fungsi tubuh yang tidak tercapai karena dirawat
atau sakit.

c) Perlakuan petugas kesehatan yang tidak menghargai, misalnya berbagai pemeriksaan


dilakukan tanpa penjelasan, berbagai tindakan tanpa persetujuan.

2) Kronik, yaitu perasaan negatif terhadap diri sendiri telah berlangsung lama yaitu
sebelum sakit dan dirawat. Klien ini mempunyai cara berpikir negatif, kejadian sakit,
dirawat akan menambah persepsi negatif terhadap dirinya.

2.1.2.3 Rentang respon harga diri rendah

Berikut adalah rentang respon harga diri rendah menurut Dermawan & Rusdi, (2013) :

Gambar 1 Rentang Respon Harga Diri Rendah

1) Respon adaptif

Menurut Prabowo (2014), respon adaptif adalah kemampuan individu dalam


menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Respon adaptif terdiri dari aktualisasi diri
dan konsep diri positif.
9

a) Aktualisasi diri adalah pernyataan diri tentang konsep diri yang positif dengan
latar belakang pengalaman nyata yang sukses dan dapat diterima.
b) Konsep diri positif adalah apabila individu mempunyai pengalaman yang positif
dalam beraktualisasi diri dan menyadari hal-hal positif maupun yang negatif dari
dirinya.

2) Respon maladaptive

Menurut Prabowo (2014), respon maladaptif adalah respon yang diberikan individu
ketika dia tidak mampu lagi menyelesaikan masalah yang dihadapi. Respon maladaptif
terdiri dari harga diri rendah, kerancuan identitas, dan depersonalisasi.

a) Harga diri rendah adalah individu yang cenderung menilai dirinya yang negatif
dan merasa lebih rendah dari orang lain.
b) Kerancuan identitas adalah terjadinya kekacauan pada identitas diri atau tidak
jelasnya identitas diri sehingga tidak memberikan kehidupan dalam mencapai
tujuan.
c) Depersonalisasi (tidak mengenal diri) yaitu memiliki kepribadian yang kurang
sehat, tidak mampu berhubungan dengan orang lain secara intim. Tidak ada rasa
percaya diri atau tidak dapat membina hubungan baik dengan orang lain.

2.1.2.4 Faktor penyebab harga diri rendah

1) Faktor predisposisi

Faktor predisposisi terjadinya harga diri rendah adalah penolakan orang tua yang tidak
realistis, kegagalan berulang, kurang memiliki tanggung jawab personal,
ketergantungan dengan orang lain, dan ideal diri yang tidak realistis.

2) Faktor presipitasi

Faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah adalah hilangnya sebagian anggota tubuh,
berubahnya penampilan atau bentuk tubuh, dan meurunnya produktivitas (Dermawan &
Rusdi, 2013).
10

2.1.2.5 Tanda dan gejala

Menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2016), tanda dan gejala harga diri rendah yaitu :

1) Gejala dan tanda mayor harga diri rendah

Tabel 1

Gejala dan Tanda Mayor Harga Diri Rendah

Subyektif Obyektif
1 2
Menilai diri negatif (mis. tidak berguna, Enggan mencoba hal baru
tidak tertolong) Berjalan menunduk
Merasa malu atau bersalah Postur tubuh menunduk
Merasa tidak mampu melakukan apapun
Meremehkan kemampuan mengatasi
masalah
Merasa tidak memiliki kelebihan atau
kemampuan positif
Melebih-lebihkan penilaian negatif
tentang diri sendiri
Menolak penilaian positif tentang diri
sendiri
(Sumber : Tim Pokja SDKI DPP PPNI, Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia,
Definisi dan Indikator Diagnostik, 2016).

2) Gejala dan tanda minor harga diri rendah

Tabel 2

Gejala dan Tanda Minor Harga Diri Rendah

Subyektif Obyektif
Merasa sulit berkonsentrasi Kontak mata kurang
Sulit tidur Lesu dan tidak bergairah
Mengungkapkan keputusasaan Berbicara pelan dan lirih
Pasif
11

Perilaku tidak asertif


Mencari penguatan secara berlebihan
Bergantung pada pendapat orang lain
Sulit membuat keputusan
Sering kali mencari penegasan
(Sumber : Tim Pokja SDKI DPP PPNI, Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia,
Definisi dan Indikator Diagnostik, 2016).

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan Pemberian Prosedur Terapi Aktivitas


Kelompok (TAK) Stimulasi Persepsi Dengan Masalah Keperawatan Harga
Diri Rendah Pada Pasien Skizofrenia
2.2.1 Pengkajian Keperawatan
Pengkajian merupakan tahapan awal dan dasar utama dari proses keperawatan
jiwa. Tahap pengkajian terdiri dari pengumpulan data dan perumusan kebutuhan
atau masalah pasien (Prabowo, 2014).
Menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2016), pengkajian yang dilakukan pada
klien dengan harga diri rendah yaitu :
a. Tanda dan gejala mayor harga diri rendah
1) Data subyektif
a) Menilai diri negatif (mis. tidak berguna, tidak tertolong)
b) Merasa malu atau bersalah
c) Merasa tidak mampu melakukan apapun
d) Meremehkan kemampuan mengatasi masalah
e) Merasa tidak memiliki kelebihan atau kemampuan positif
f) Melebih-lebihkan penilaian negatif tentang diri sendiri
g) Menolak penilaian positif tentang diri sendiri
2) Data obyektif
a) Enggan mencoba hal baru
b) Berjalan menunduk
c) Postur tubuh menunduk
b. Tanda dan gejala minor harga diri rendah
1) Data subyektif
a) Merasa sulit berkonsentrasi
12

b) Sulit tidur
c) Mengungkapkan keputusasaan
2) Data obyektif
a) Kontak mata kurang
b) Lesu dan tidak bergairah
c) Berbicara pelan dan lirih
d) Pasif
e) Perilaku tidak asertif
f) Mencari penguatan secara berlebihan
g) Bergantung pada pendapat orang lain
h) Sulit membuat keputusan
i) Sering kali mencari penegasan
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
Menurut standar diagnosa keperawatan indonesia (SDKI), rumusan diagnosa
harga diri rendah yaitu :
Problem : harga diri rendah
Diagnosa keperawatan : harga diri rendah
2.2.3 Intervensi keperawatan
Rencana tindakan keperawatan atau intervensi keperawatan terdiri dari tiga
aspek, yaitu tujuan umum, tujuan khusus, dan rencana tindakan keperawatan
(Prabowo, 2014). Rencana asuhan keperawatan pada pasien dengan harga diri
rendah yaitu :
Tujuan umum : pasien memiliki harga diri yang positif
Tujuan khusus :
TUK 1 : pasien dapat membina hubungan saling percaya (BHSP) dengan
perawat.
Intervensi :
Bina hubungan saling percaya (BHSP) dengan menggunakan prinsip
komunikasi terapeutik :
1. Sapa pasien dengan ramah baik verbal maupun non verbal.
2. Perkenalkan diri dengan sopan.
3. Tanyakan nama lengkap pasien dan nama panggilan yang disukai pasien.
13

4. Jelaskan tujuan pertemuan.


5. Jujur dan menepati janji.
6. Tunjukkan sikap empati dan menerima pasien apa adanya.
7. Beri perhatian kepada pasien dan perhatikan kebutuhan dasar pasien.
TUK 2 : pasien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki.
Intervensi :
1. Diskusikan kemampuan aspek positif, keluarga, dan lingkungan yang dimiliki
oleh pasien.
2. Bersama pasien membuat daftar tentang :
a. Aspek positif pasien, keluarga, dan lingkungan.
b. Kemampuan yang dimiliki oleh pasien.
3. Utamakan memberikan pujian yang realistik dan hindarkan penilaian negatif.
Berikut ini akan dibahas secara khusus mengenai pelaksanaan terapi aktivitas
kelompok stimulasi persepsi sesi 1 : mengidentifikasi hal positif diri :
a. Tujuan
Klien dapat mengidentifikasi hal positif pada diri
b. Setting
1) Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran
2) Ruangan nyaman dan tenang
c. Alat
1) Spidol sebanyak jumlah klien yang mengikuti TAK
2) Kertas putih HVS sebanyak klien peserta TAK
d. Metode
1) Diskusi
2) Permainan
e. Langkah kegiatan
1) Persiapan
a) Memilih klien sesuai dengan indikasi, yaitu klien dengan harga diri rendah.
b) Membuat kontrak dengan klien.
c) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
2) Orientasi
14

a) Salam terapeutik
(1) Salam dari terapis kepada klien.
(2) Perkenalkan nama dan panggilan terapis (menggunakan papan nama).
(3) Menanyakan nama dan panggilan semua klien (beri papan nama).
b) Evaluasi/validasi
Menanyakan perasaan klien saat ini
c) Kontrak
(1) Terapis menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu mengidentifikasi hal positif diri
sendiri.
(2) Terapis menjelaskan aturan permainan berikut :
(a) Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus meminta izin pada
terapis.
(b) Lama kegiatan 30 menit.
(c) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai
d) Tahap kerja
(1) Terapis memperkenalkan diri : nama lengkap dan nama panggilan, serta
memakai papan nama.
(2) Terapis membagikan kertas dan spidol kepada klien.
(3) Terapis meminta tiap klien menulis hal positif tentang diri sendiri :
kemampuan yang dimiliki, kegiatan yang biasa dilakukan di rumah dan di
rumah sakit.
(4) Terapis meminta klien membacakan hal positif yang sudah ditulis secara
bergiliran sampai semua klien mendapatkan giliran. Tanyakan perasaan klien
setelah teridentifikasi hal positif diri.
(5) Terapis memberi pujian pada setiap peran serta klien.
e) Tahap terminasi
(1) Evaluasi
(a) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti kegiatan TAK.
(b) Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.
(2) Tindak lanjut
Terapis meminta klien menulis hal positif lain yang belum tertulis.
(3) Kontrak yang akan datang
15

(a) Menyepakati kegiatan TAK yang akan datang, yaitu melatih hal positif yang
dapat diterapkan di rumah sakit dan di rumah.
(b) Menyepakati waktu dan tempat.
f) Evaluasi dan dokumentasi
(1) Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja.
Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK.
TAK Stimulasi Persepsi : harga diri rendah sesi 1, kemampuan klien yang
diharapkan adalah menuliskan pengalaman dan aspek positif (kemampuan) yang
dimiliki.
(2) Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses
keperawatan tiap klien. Contoh : klien mengikuti sesi 1, TAK stimulasi
persepsi : harga diri rendah. Klien mampu menuliskan tiga hal pengalaman yang
tidak menyenangkan, mengalami kesulitan menyebutkan hal positif diri.
Anjurkan klien menulis kemampuan dan hal positif dirinya dan tingkatkan
reinforcement (pujian).
TUK 3 : pasien dapat menilai kemampuan yang dimiliki untuk digunakan atau
dilatih.
Intervensi :
1. Diskusikan dengan pasien kemampuan yang masih dapat dilaksanakan dan
digunakan selama sakit.
2. Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan penggunaannya
TUK 4 : pasien dapat (menetapkan) merencanakan kegiatan sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki.
Intervensi :
1. Rencanakan bersama pasien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai
kemampuan.
a. Kegiatan mandiri.
b. Kegiatan dengan bantuan.
c. Kegiatan yang membutuhkan bantuan total.
2. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi pasien.
16

3. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh pasien lakukan.


TUK 5 : pasien dapat melakukan kegiatan sesuai dengan rencana yang telah
dibuat.
Intervensi :
1. Beri kesempatan pada pasien untuk mencoba kegiatan yang telah
direncanakan.
2. Pantau kegiatan yang dilaksanakan pasien.
3. Beri pujian atas keberhasilan pasien.
4. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan kegiatan setelah pasien pulang.
Berikut ini akan dibahas secara khusus mengenai pelaksanaan terapi aktivitas
kelompok stimulasi persepsi sesi 2 : melatih hal positif pada diri :
a. Tujuan
1) Klien dapat menilai hal positif diri yang dapat digunakan.
2) Klien dapat memilih hal positif diri yang akan dilatih/dilakukan.
3) Klien dapat memperagakan hal positif diri yang telah dipilih.
4) Klien dapat menjadwalkan penggunaan kemampuan/hal positif diri yang telah
dilatih /diperagakan
b. Setting
1) Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran.
2) Sesuaikan dengan kemampuan yang akan dilatih
3) Ruangan nyaman dan tenang
c. Alat
1) Spidol dan papan tulis/whiteboard/flipchart.
2) Sesuaikan dengan kemampuan yang akan dilatih/diperagakan.
3) Kertas daftar kemampuan positif pada Sesi 1.
4) Jadwal kegiatan sehari-hari dan pulpen
d. Metode
1) Diskusi dan tanya jawab
2) Bermain peran
e. Langkah kegiatan
1) Persiapan
a) Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah mengikuti Sesi 1.
17

b) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.


2) Orientasi
a) Salam terapeutik
(1) Salam dari terapis kepada klien.
(2) Klien dan terapis memakai papan nama.
b) Evaluasi/validasi
(1) Menanyakan perasaan klien saat ini.
(2) Menanyakan apakah ada tambahan hal positif klien.
c) Kontrak
(1) Terapis menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu melatih/memperagakan hal
positif pada klien.
(2) Terapis menjelaskan aturan main berikut
(a) Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus meminta izin
kepada terapis.
(b) Lama kegiatan 30 menit.
(c) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
d) Tahap kerja
(1) Terapis meminta semua klien membaca ulang daftar kemampuan positif pada
Sesi 1 dan memilih satu untuk dilatih.
(2) Terapis meminta klien menyebutkan pilihannya dan ditulis di whiteboard.
(3) Terapis meminta semua klien untuk memilih satu dari daftar di whiteboard.
Kegiatan yang paling banyak dipilih diambil untuk dilatih.
(4) Terapis melatih/meminta klien memperagakan carapelaksanaan
kegiatan/kemampuan yang dipilih dengan cara berikut.
(a) Terapis memperagakan.
(b) Klien memperagakan ulang (semua klien mendapat giliran).
(c) Berikan pujian sesuai dengan keberhasilan klien.
(d) Kegiatan a sampai d, dapat diulang untuk kemampuan/kegiatan yang
berbeda.
e) Tahap terminasi
(1) Evaluasi
18

(a) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK (terutama


perasaannya setelah memperagakan hal positif diri dan mendapatkan apresiasi
dari orang lain).
(b) Terapis memberikan pujian kepada kelompok.
(2) Tindak lanjut
Terapis meminta klien memasukkan kegiatan yang telah dilatih pada jadwal
kegiatan sehari-hari
(3) Kontrak yang akan datang
(a) Menyepakati TAK yang akan datang untuk hal positif lain.
(b) Menyepakati waktu dan tempat sampai aspek positif selesai.
f) Evaluasi dan dokumentasi
(1) Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja.
Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK.
TAK stimulasi persepsi : harga diri rendah sesi 2, kemampuan klien yang
diharapkan adalah memiliki satu hal positif yang akan dilatih dan
memperagakannya.
(3) Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses
keperawatan tiap klien. Contoh : klien mengikuti sesi 2, TAK stimulasi
persepsi : harga diri rendah. Klien telah melatih merapikan tempat tidur.
Anjurkan dan jadwalkan agar klien melakukannya serta berikan pujian.
TUK 6 : pasien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada.
Intervensi :
1. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat pasien dengan
harga diri rendah.
2. Bantu keluarga memberikan dukungan selama pasien dirawat.
3. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan rumah.
TUK 7 : pasien dapat memanfaatkan obat dengan baik.
Intervensi :
Diskusikan dengan pasien dan keluarga tentang dosis, frekuensi, dan manfaat
obat.
19

1. Anjurkan pasien meminta sendiri obat pada perawat dan merasakan


manfaatnya.
2. Anjurkan pasien dengan bertanya kepada dokter tentang efek samping obat
yang dirasakan.
3. Diskusikan akibat berhenti obat tanpa konsultasi.
4. Bantu paisien menggunakan obat dengan prinsip 6 benar.
2.2.4 Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah fase ketika perawat mengimplementasikan rencana
keperawatan. Implementasi terdiri atas melakukan dan mendokumentasikan
tindakan yang merupakan tindakan keperawatan khusus yang diperlukan untuk
melaksanakan perencanaan. Perawat melakukan atau mendelegasikan tindakan
keperawatan untuk rencana yang disusun dalam tahap rencana dan kemudian
mengakhiri tahap implementasi dengan mencatat tindakan keperawatan dan
respon klien terhadap tindakan tersebut (Kozier et al., 2011). Observasi
pelaksanaan asuhan keperawatan pemberian terapi aktivitas kelompok stimulasi
persepsi untuk mengatasi harga diri rendah dilakukan dengan cara
mengobservasi klien saat melakukan kegiatan TAK dan mengamati
perkembangan setelah klien melakukan kegiatan TAK.
2.2.5 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah proses berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan
keperawatan kepada pasien. Evaluasi dibagi menjadi dua, yaitu evaluasi proses
atau formatif yang dilakukan setiap selesai melaksanakan tindakan dan evaluasi
hasil atau sumatif yang dilakukan dengan membandingkan antara respons pasien
dan tujuan khusus serta umum yang telah ditentukan (Prabowo, 2014).
Evaluasi asuhan keperawatan didokumentasikan dalam bentuk data subyektif
dan data obyektif.
Data subyektif : pasien mengatakan bahwa dirinya berguna dan mampu, pasien
mengatakan memiliki kelebihan dan kemampuan positif, pasien mengatakan
tidak putus asa, dan pasien mengatakan tidak merasa malu.
Data obyektif : pasien berbicara dengan jelas, kontak mata ada saat diajak
berbicara, postur tubuh tegak saat duduk, aktif dalam kegiatan, dan pasien
mampu mengambil keputusan.
20

BAB 3

PEMBAHASAN
21

3.1 Kesimpulan dalam Video TAK pada pasien HDR dengan TAK menggambar

Dalam video awalnya perawat mengulang kembali memperkenalkan dirinya sebagai


perawat untuk mengulangi kembali ingatan pasieivn, dan menanyakan kontrak kemaren
untuk terapi aktivitas kelompok pasien apakah pasien masih ingat dan mau mengikuti
terapi kelompok.

Dalam ruangan terapi aktivitas kelompok:

1. Leader : memperkenalkan dirinya terlebih dahulu, dan menjelaskan mau ngapain


dalam ruangan tersebut dan menjelakskan tujuan dari TAK (tujuan untuk
meningkatkan kepercayaan diri pasien, dan meningkatkan harga diri pasien)
serta pada saat terapi aktivitas kelompok leader menjelaskan terlebih dahulu
peraturan yang boleh dilakukan pada saat TAK dan apa saja yang tidak boleh
dilakukan saat TAK
2. Leader memperkenalkan anggota yang membimbing untuk TAK (Observer dan
fasilitator ada 5 orang)
3. Leader menanyakan masing-masing nama pasien untuk lebih akrab nya dan tau
masing-masing dari nama pasien tersebut
4. Leader melakukan Terapi Aktivitas Kelompok dengan teknik menggambar apa
saja pengalaman yang tidak menyenangkan dan menggambarkan pengalaman
menyenangkan pada pasien, dengan menyediakan kertas kosong dan spidol agar
pasien dapat menggambarkan tersebut
5. Leader menanyakan kepada pasien kenapa awalnya mengalami harga diri
rendah, dan pasien kooperatif menjawab kenapa dia harga diri rendah dan leader
menganjurkan pada pasien untuk menulis pengalaman yang tidak menyenangkan
di kertas putih tersebut, apa saja pengalaman yang membuat pasien tersebut
mengalami harga diri rendah dengan cara menggambar.
6. Leader menanyakan apa saja kegiatan menyenangkan seharian yang bisa
dilakukan pasien dan dilakukan dengan cara permainan tersebut dengan
mengoper bola sambil dihidupkan musik dan apabila musik berhenti serta bola
berhenti di tempat salah pasien tersebut lalu pasien tersebut menceritakan
pangalaman yang menyenangkan pada gambar tersebut. Dan dilakukan pada
setiap pasien dan menceritakan pengalaman di gambar tesebut.
22

7. Setelah itu leader mengevaluasi hasil dari Terapi Aktivitas Kelompok dan
menanyakan apakah pasien senang dengan aktivitas kelompok kali ini, dan
terapi aktivitas kelompok pun selesai pasien di persilahkan untuk kembali
keruangan nya masing-masing.

3.2 Menjelaskan jurnal terkait dengan video

Pada jurnal “Terapi Kreasi Seni Menggambar Terhadap Kemampuan Melakukan


Menggambar Bentuk pada Pasien Harga Diri Rendah” jurnal tersebut menjelaskan
Jenis terapi lingkungan yang dapat diterapkan pada pasien harga diri rendah adalah
terapi kreasi seni khususnya terapi stimulus menggambar tujuannya untuk
mengekspresikan tentang apa yang terjadi dengan dirinya serta memberikan kesempatan
melakukan kegiatan pada pasien untuk mengembangkan wawasan diri dan bagaimana
melakukan sesuatu kegiatan dan perilaku sesuai dengan norma norma yang baik. Terapi
kreasi seni menggambar diterapkan karena ada anggapan dasar bahwa pasien harga diri
rendah akan dapat mengekspresikan perasaan melalui terapi lingkungan seni
menggambar dari dengan ekspresi verbal. Dengan terapi kreasi seni menggambar
perawat dapat mengkaji tingkat perkembangan, status emosional pasien dengan harga
diri rendah, hipotesa diagnostiknya, serta melakukan intervensi untuk mengatasi
masalah pasien harga diri rendah tersebut. Upaya yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan kegiatan pada pasien yang mengalami harga diri rendah adalah dengan
terapi kreasi seni menggambar yang merupakan salah satu terapi lingkungan. Terapi
kreasi seni menggambar berkaitan erat dengan stimulasi psikologis seseorang yang akan
berdampak pada kesembuhan baik pada kondisi fisik maupun pskilogis seseorang.

Sedangkan pada Jurnal “Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Sensori


Menggambar Terhadap Peningkatan Harga Diri Pada Pasien Harga Dirirendah Di Rsj
Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah” menjelaskan tentang stimulasi sensori
menggambar bisa meningkatkan harga diri dikarenakan manfaat dari terapi aktivitas
kelompok menggambar dapat menghilangkan stress dan memungkinkan pasien untuk
mengembangkan keterampilan koping. Saat dilakukan terapi aktivitas kelompok pada
jurnal ternyata ada pengaruh nya pada pasien harga diri rendah, pasien mencurahkan
pengalaman-pengalaman yang tidak menyenangkan pada gambar tersebut dan
23

mengatasi nya dengan menggambar sehingga pasien dapat tenang dan menceritakan
secara kooperatif dengan cara menggambar.

3.3 Kesenjangan antara video dan jurnal

Penjelasan penulis dalam terapi akvitas kelompok stimulus sensori menggambar pada
pasien harga diri rendah ternyata terdapat kesamaan, bahwa pada video perawat
melakukan terapi menggambar agar pasien dapat menceritakan dan menuangkan
pengalaman-pengalaman baik itu pengalaman yang buruk menimpa pasien atau pun
pengalaman yang menyenangkan pada pasien. Pada video perawat melakukan terapi
aktivitas kelompok yang menyenangkan yaitu dengan melakukan over bola sambil
menghidupkan musik agar pasien dapat melakukan terapi yang menyenangkan, pada
video pasien sangat kooperatif dan melakukan kegiatan dengan baik tanpa melanggar
aturan yang telah di diskusikan sebelumnya. Perawat menganjurkan pasien untuk
menggambarkan apa saja aktivitas seharian pasien, apa saja pengalaman sebelumnya
yang menimpa pasien dengan menggunakan kertas kosong dan spidol yang telah
disediakan perawat. Kegiatan terapi aktivitas kelompok berjalan dengan lancer dan
perawat mengevaluasi hasil dari terapi aktivitas kelompok tersebut.

Sedangkan pada ke dua jurnal yang telah dipaparkan penulis diatas bahwa terdapat
kesamaan dengan video bahwa terapi aktivitas kelompok stimulus sensori menggambar
sangat berpengaruh pada pasien harga diri rendah, upaya yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan kemampuan untuk melakukan kegiatan pada pasien yang mengalami
harga diri rendah adalah dengan terapi kreasi seni ; menggambar yang merupakan salah
satu bagian dari terapi lingkungan. Terapi lingkungan berkaitan erat dengan stimulasi
psikologis seseorang yang akan berdampak pada kesembuhan fisik maupun psikologis
seseorang yang akan berdampak pada kesembuhan baik pada kondisi fisik maupun
psikologis seseorang. Terapi lingkungan dapat membantu pasien untuk
mengembangkan rasa harga diri, mengembangkan kemampuan untuk berhubungan
dengan orang lain, membantu mempercayai orang lain. Terapi lingkungan dapat dibagi
menjadi 4 jenis yaitu : terapi rekreasi, terapi kreasi seni, pettherapy dan plantherapy.
Jenis terapi lingkungan yang tepat diterapkan pada pasien harga diri rendah adalah yang
pertama terapi rekreasi, tujuan dari terapi tersebut adalah agar pasien dapat melakukan
kegiatan secara konstruktif dan menyenangkan, dan mengembangkan kemampuan
24

hubungan sosial, yang kedua adalah terapi kreasi seni, dalam terapi kreasi seni terbagi
menjadi empat bagian yaitu terapi menari, atau dance, terapi musik, terapi menggambar
atau melukis dan terapi literature atau biblio. Keempat jenis terapi ini membantu pasien
untuk mengkomunikasikan tentang perasaan – perasaan dan kebutuhan – kebutuhannya,
memberikan kesempatan pada pasien untuk mengekspresikan tentang apa yang terjadi
dengan dirinya serta memberikan kesempatan pada pasien untuk mengembangkan
wawasan diri dan bagaimana mengekspresikan pikiran dan perilaku sesuai dengan
norma yang baik. Jenis terapi lingkungan yang dapat diterapkan pada pasien harga diri
rendah adalah terapi kreasi seni khususnya terapi stimulus menggambar tujuannya untuk
mengekspresikan tentang apa yang terjadi dengan dirinya serta memberikan kesempatan
melakukan kegiatan pada pasien untuk mengembangkan wawasan diri dan bagaimana
melakukan sesuatu kegiatan dan perilaku sesuai dengan norma norma yang baik.

BAB 4

PENUTUP
25

4.1 Kesimpulan

Terapi kelompok adalah terapi psikologi yang dilakukan secara kelompok untuk
memberikan stimulasi bagi klien dengan gangguan interpersonal. Sedangkan TAK
(Terapi Aktivitas Kelompok) adalah salah satu terapi modalitas yang dilakukan perawat
kepada kelompok klien yang mempunyai masalah keperawatan yang sama. Klien
dengan gangguan konsep diri : HDR merupakan klien yang mempunyai gangguan
dalam berhubungan atau interaksi social, karena pasien HDR selalu berpandangan
negative terhadap dirinya sendiri. Factor pencetusnya mungkin ditimbulkan dari sumber
internal dan eksternal. Dengan begitu, klien susah untuk berinteraksi social bahkan
dapat menjadi menarik diri. Karena itu, Terapi Aktivitas Kelompok diperlukan bagi
klien, karena klien dapat saling bertukar pikiran dan pengalaman mengenai apa yang
dirasakannya pada orang lain yang juga merasakan apa yang klien rasakan.

Pada terapi aktivitas kelompok sangat penting dilakukan pasien harga diri rendah agar
pasien dapat menceritakan apa saja pengalaman-pengalaman yang dialami oleh pasien.

4.2 Saran

4.2.1 Bagi pelayanan kesehatan

Terapi aktivitas kelompok (TAK) dapat sebagai terapi modalitas yang dikembangkan
dipelayanan kesehatan baik itu di Rumah Sakit.

4.2.2 Bagi masyarakat

Terapi aktivitas kelompok (TAK) dapat sebagai contoh agar mengatasi berbagai
ganggauan yang dialami lingkungan sekitar.

4.2.3 Bagi pendidikan

Sebagai bukti dan sumber informasi ilmiah tentang terapi aktivitas kelompok stimulasi
sensori menggambar terhadap peningkatan harga diri pada pasien harga diri rendah.

DAFTAR PUSTAKA

Aviani, C, C. 2015. Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Sensori


Menggambar Terhadap Peningkatan Harga Diri Pada Pasien Harga Dirirendah Di Rsj
26

Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah. Jurnal Ilmu Keperawatan dan
Kebidanan (JIKK), Vol...No...

Keliat,dkk. 2014. Keperawatan kesehatan jiwa komunitas. CMHN basic course.


Jakarta: EGC.

Mulyawan, M & Agustina M. 2018. Terapi Kreasi Seni Menggambar Terhadap


Kemampuan Melakukan Menggambar Bentuk pada Pasien Harga Diri Rendah. Jurnal
Ilmiah Ilmu Keperawatan Indonesia.

Nasir, Abdul, & Muhith, Abdul. 2011. Dasar-dasar keperawatan jiwa. Jakarta :
Salemba Medika.

Setyoadi & Kushariyadi. 2011. Terapi modalitas keperawatan pada klien


psikogeriatrik. Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai

  • Logbook Leni
    Logbook Leni
    Dokumen8 halaman
    Logbook Leni
    Shahibatul Hablaini
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Dokumen1 halaman
    Daftar Isi
    Shahibatul Hablaini
    Belum ada peringkat
  • Deo Vegi Levino
    Deo Vegi Levino
    Dokumen1 halaman
    Deo Vegi Levino
    Shahibatul Hablaini
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    Shahibatul Hablaini
    Belum ada peringkat
  • POSTER
    POSTER
    Dokumen3 halaman
    POSTER
    Shahibatul Hablaini
    Belum ada peringkat
  • Persentasi Tak
    Persentasi Tak
    Dokumen15 halaman
    Persentasi Tak
    Shahibatul Hablaini
    Belum ada peringkat
  • Laporan Hasil Kegiatan Penyuluhan Resume (Leni)
    Laporan Hasil Kegiatan Penyuluhan Resume (Leni)
    Dokumen4 halaman
    Laporan Hasil Kegiatan Penyuluhan Resume (Leni)
    Shahibatul Hablaini
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen1 halaman
    Kata Pengantar
    Shahibatul Hablaini
    Belum ada peringkat
  • Bentuk Contoh Informed Consent
    Bentuk Contoh Informed Consent
    Dokumen4 halaman
    Bentuk Contoh Informed Consent
    Shahibatul Hablaini
    Belum ada peringkat
  • OPTIMASI TIDUR ANAK
    OPTIMASI TIDUR ANAK
    Dokumen12 halaman
    OPTIMASI TIDUR ANAK
    Shahibatul Hablaini
    100% (1)
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    Shahibatul Hablaini
    Belum ada peringkat
  • Origami Terapi
    Origami Terapi
    Dokumen19 halaman
    Origami Terapi
    Mega-m Acha
    Belum ada peringkat
  • Cek List Formulir
    Cek List Formulir
    Dokumen2 halaman
    Cek List Formulir
    Shahibatul Hablaini
    Belum ada peringkat
  • Penyuluhan Puskesmas
    Penyuluhan Puskesmas
    Dokumen11 halaman
    Penyuluhan Puskesmas
    Chyntia Utami
    Belum ada peringkat
  • CTHNBF
    CTHNBF
    Dokumen1 halaman
    CTHNBF
    Widya Aprilia Ningsih
    Belum ada peringkat
  • ANEMIA KEHAMILAN
    ANEMIA KEHAMILAN
    Dokumen6 halaman
    ANEMIA KEHAMILAN
    Shahibatul Hablaini
    Belum ada peringkat
  • Revisi 4
    Revisi 4
    Dokumen32 halaman
    Revisi 4
    Shahibatul Hablaini
    Belum ada peringkat
  • Surat Pernyataan Selesai Ujian Proposal
    Surat Pernyataan Selesai Ujian Proposal
    Dokumen2 halaman
    Surat Pernyataan Selesai Ujian Proposal
    Shahibatul Hablaini
    Belum ada peringkat
  • Penyuluhan Di Ok
    Penyuluhan Di Ok
    Dokumen9 halaman
    Penyuluhan Di Ok
    Shahibatul Hablaini
    Belum ada peringkat
  • COVER
    COVER
    Dokumen1 halaman
    COVER
    Shahibatul Hablaini
    Belum ada peringkat
  • LETSAK
    LETSAK
    Dokumen2 halaman
    LETSAK
    Shahibatul Hablaini
    Belum ada peringkat
  • Revisi 4
    Revisi 4
    Dokumen32 halaman
    Revisi 4
    Shahibatul Hablaini
    Belum ada peringkat
  • Sap Ispa Anak
    Sap Ispa Anak
    Dokumen11 halaman
    Sap Ispa Anak
    Mega-m Acha
    100% (1)
  • Makalah Integrasi Nasional
    Makalah Integrasi Nasional
    Dokumen11 halaman
    Makalah Integrasi Nasional
    Ichsan Rizallusani
    Belum ada peringkat
  • 2
    2
    Dokumen1 halaman
    2
    Shahibatul Hablaini
    Belum ada peringkat
  • FRKTUR SERVIKAL
    FRKTUR SERVIKAL
    Dokumen21 halaman
    FRKTUR SERVIKAL
    Shahibatul Hablaini
    Belum ada peringkat
  • Leaflet Ispa
    Leaflet Ispa
    Dokumen3 halaman
    Leaflet Ispa
    Shahibatul Hablaini
    Belum ada peringkat
  • Penyuluhan Puskesmas
    Penyuluhan Puskesmas
    Dokumen9 halaman
    Penyuluhan Puskesmas
    Shahibatul Hablaini
    Belum ada peringkat
  • BAB 3 Pak Burhanudin
    BAB 3 Pak Burhanudin
    Dokumen17 halaman
    BAB 3 Pak Burhanudin
    Shahibatul Hablaini
    Belum ada peringkat