Anda di halaman 1dari 23

Harimau! Harimau!

(Sinopsis Novel Mochtar Lubis) Novel karya Mochtar Lubis ini menceritakan kisah tujuh orang pencari damar yang diteror oleh seekor harimau. Novel ini sangat digemari dan banyak mendapat tanggapan para pengamat sastra. Novel ini juga berhasil mendapatkan hadiah Sastra Tingkat Nasional dari Yayasan Buku Utama Depdikbud. Kisah novel yang diterbitkan pertama kali leh Pustaka Jaya tahun 1975 ini adalah sebagai berikit. Telah seminggu Haji Rakhmat (Pak Haji), Wak Katok, Sutan, Talib, Sanip, Buyung, Pak Balam berada di hutan mengumpulkan damar, tidak jauh dari pondok Wak Hitam. Mereka bertujuh disenangi dan dihormati orang-orang kampung karena mereka dikenal sebagai orang-orang sopan, mau bergaul, mau bergotong royong, dan taat dalam agama. Wak Katok membawa senapan yang dia percayakan kepada Buyung untuk merawat dan mempergunakan. Karena mempunyai senapan, sambil mengumpulkan damar mereka sering berburu rusa dan babi. Babi ini sering masuk huma Wak Hitam. Karena itu pula terjalin perkenalan dengan Wak Hitam, bahkan mereka sering menginap di Pondok Wak Hitam ini. Wak Hitam adalah seorang laki-laki yang telah berusia 70 tahun. Orangnya kurus, berkulit hitam, menyukai celana dan baju hitam. Ia senang tinggal berbulan-bulan di hutan atau di ladangnya bersama Siti Rubiah, istri keempatnya yang cantik dan masih muda belia. Wak Hitam pandai sihir dan memiliki ilmu gaib. Menurut Wak Katok dalam hal ilmu gaib Wak Hitam adalah gurunya. Wak Hitam senang mencari perawan muda untuk penyegar dirinya. Bila ia sakit dimintanya istrinya mendekap tubuhnya, agar darah muda istrinya mengalir ke tubuhnya dan ia akan sembuh kembali. Orang-orang percaya bahwa Wak Hitam senang tinggal di hutan karena ia memelihara jin, setan, iblis, dan harimau jadi-jadian Ada pula yang mengatakan bahwa Wak Hitam mempunyai anak buah bekas pemberontak yang menjadi perampok dan penyamun yang tinggal di hutan. Di samping itu ada pula yang mengatakan bahwa Wak Hitam mempunyai tambang yang dirahasiakannya di dekat ladangnya. Mereka bertujuh sampai di pondok Wak Hitam sebelum malam tiba, Dengan gembira mereka menyantap masakan Rubiah karena selama di hutan mereka belum pemah menikmati masakan yang enak. Mereka pun tertarik akan keindahan tubuh Rubiah. Buyung anggota rombongan termuda dan satu-satunya yang masih bujangan, tergila-gila akan kecantikan Rubiah. Dalam hatinya ia membandingkan kelebihan Rubiah dari Zaitun tunangannya di kampung. Sanip, Talip, dan Wak Katok sering tidak dapat menahan diri jika duduk berdekatan dengan Siti Rubiah. Pada suatu hari mereka melihat hal-hal yang aneh ketika Wak Hitam sakit. Banyak orang yang berpakaian serba hitam datang ke Pondok dan menyerahkan bungkusan rahasia kepada Wak Hitam. Mereka juga menjumpai seorang tukang cerita dan juru ramal di

pondok tersebut. Berbagai ramalan disampaikan peramal itu tentang jalan hidup Buyung, Sutan, Talib, dan Sanip. Pada suatu hari Wak Katok berkesempatan mengintai Rubiah mandi di sungai. Hampir tak tertahankan berahi Wak Katok menyaksikan Rubiah berkecipung mandi tanpa busana, Dalam perjalanan pulang ke pondok, dengan dalih memberi manik-manik ditariknya Rubiah masuk ke dalam belukar. Pada kesempatan lain, Buyung pun mengintai Rubiah mandi di sungai. Hampir tak terkendalikan gejolak batinnya menyaksikan tubuh Rubiah yang menawan. Diberanikannya menghampiri Rubiah yang sedang mandi. Akhirnya tercipta hubungan intim antara keduanya. Rubiah pun menceritakan dirinya sampai jatuh ke tangan Wak Hitam dan penderitaan yang ditanggungnya. Buyung merasa jatuh hati dan merasa wajib melindungi dan menyelamatkan Rubiah dari tangan Wak Hitam. Hati dan perasaan keduanya terpadu dan membeku. Terjadilah perbuatan terlarang yang tak dapat mereka kendalikan lagi. Mereka melalap kepuasan masing-masing. Setelah Buyung kembali ke tempat rombongan bermalam di hutan ia merasa bimbang dan menyesal telah berbuat dosa. Ia ingin membebaskan Rubiah dengan menjadikannya sebagai istri tapi ia masih tetap mencintai Zaitun. Suatu hari Buyung, Wak Katok, dan Sutan berburu dan berhasil menembak seekor kijang betina. Hal ini ternyata berakibat buruk bagi mereka. Ketika menguliti kijang tersebut datang seekor harimau tua dan lapar yang sebenarnya telah mengintai kijang itu lebih dahulu. Harimau ini penasaran karena mangsanya jatuh ke tangan Buyung dan kawankawannya. Hanya karena ketuaan harimau saja menyebabkan ia terlambat menyergap kijang itu. Kalau masih muda tentu sekali terkam kijang itu sudah dapat dimangsanya. Suatu hari harimau itu menerkam Pak Balam yang sedang lengah dan diseretnya ke hutan. Karena teriakan Pak Balam, teman-temannya datang menolong dan Pak Balam dapat diselamatkan meskipun ia luka berat. Dalam keadaan lemah Pak Balam menceritakan mimpi buruknya yang memaknakan perbuatan dosa yang telah dilakukannya selama ia hidup. Ia juga menceritakan perbuatan- perbuatan dosa yang telah dilakukan Wak Katok. Ketika mereka meneruskan perjalanan pulang dengan mengusung Pak Balam, harimau menerkam Talib. Atas usaha teman-teman, Talib yang telah luka berat dapat direbut dari cengkraman harimau. Sebelum ia meninggal masih sempat mengaku bahwa bersama Sanip ia pernah mencuri kerbau tetangga. Karena serangan-serangan harimau ini Pak Balam minta agar teman-temannya mengakui perbuatan dosa yang pernah dilakukan agar harimau utusan Tuhan ini tidak mengganggu mereka lagi. Hal ini membuat Sutan jengkel dan merencanakan untuk membunuh Pak Balam. Tapi rencana Sutan ini tidak kesampaian. Dalam perjalanan berikutnya mereka berjumpa lagi dengan harimau lapar itu. Wak Katok

merebut senapan dari tangan Buyung dan berhasil melarikan diri dari rombongan untuk menyelamatkan dirinya sendiri. Tetapi justru dia sendiri yang diterkam harimau. Untung teman-temannya segera memberi pertolongan dan ia dapat diselamatkan. Niat buruk Wak Katok yang hendak mencelakakan Buyung dan Sanip dapat diketahui. Anggota badan Wak Katok diikat dan tidak dilepas-lepas lagi. Wak Katok dijadikan umpan dan diikatkan pada sebatang pohon. Pada saat harimau hendak memangsa Wak Katok, Buyung melepaskan bidikan tepat mengenai sasaran dan harimau pun mati. Kini mengertilah Buyung maksud kata-kata Pak Haji bahwa untuk keselamatan kita hendaklah dibunuh dahulu harimau yang ada di dalam diri kita. Untuk membina kemanusiaan perlu kecintaan sesama manusia. Seorang diri tidak dapat hidup sebagai manusia. Buyung menyadari bahwa ia harus mencintai sesama manusia dan ia akan sungguh-sungguh mencintai Zaitun. Buyung merasa lega bahwa ia terbebas dari hal-hal yang bersifat takhyul, mantera-mantera, jimat yang penuh kepalsuan dari Wak Katok.***

Resensi Novel Harimau! Harimau! Karya Mochtar Lubis

Judul : Harimau! Harimau! Pengarang : Mochtar Lubis Penerbit : Yayasan Obor Indonesia Halaman : 220 halaman Terbit : 2002 Dalam novel Harimau! Harimau!, diceritakan bahwa tokoh Buyung adalah seorang pemuda yang baru berumur 19 tahun, namun ia telah bekerja untuk mencari nafkah ke hutan belantara. Di hutan, ia tak sendiri, ada Wak Katok, Pak Haji, Pak Balam, Sutan, Sanip, dan Talib yang menemaninya. Mereka bertujuh pergi ke hutan untuk mengumpulkan damar. Perjalanan mereka yang diceritakan dalam novel kali ini merupakan suatu petualangan yang amat menegangkan. Buyung dan yang lainnya, dikejar-kejar oleh seekor harimau yang kelaparan. Berhari-hari mereka

mencoba untuk menyelamatkan diri. Namun, satu persatu dari mereka menjadi korban. Tekanan pun mereka alami, karena ada ancaman harimau yang berada di depan mereka. Dalam novel ini juga diceritakan dengan lengkap dan terperinci bagaimana watak dan kepribadian masing-masing tokoh. Yang mana di setiap tokoh memiliki kebaikan dan keburukan. Dalam novel ini diceritakan bahwa mereka bertujuh harus mengakui semua kesalahan-kesalahan yang pernah diperbuat. Mengapa? Karena mereka menganggap harimau yang mengejar-ngejar mereka adalah seekor harimau siluman yang diutus Tuhan untuk membinasakan orang-orang yang berdosa. Namun, tak satupun dari mereka yang berani untuk menceritakan hal-hal buruk yang pernah mereka lakukan terhadap satu dan yang lainnya. Salah satu dari mereka menganggap, sebelum membunuh harimau yang memburu-buru mereka, yang tak kalah pentingnya adalah untuk membunuh terlebih dahulu harimau yang berada dalam diri sendiri. Lalu, apa yang terjadi berikutnya? Apakah mereka akan mengaku akan perbuatan dosa yang telah diperbuat agar terelak dari bahaya yang mengancam? Namun, apakah benar, harimau itu adalah seekor harimau siluman? Novel ini telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, bahasa Belanda, bahasa Jerman, dan sebuah terjemahan dalam bahasa Jepang pun sedang dilakukan. Adapun bahasa yang digunakan dalam novel ini memiliki nilai sastra yang tinggi, sehingga novel ini mendapat Hadiah Yayasan Buku Utama sebagai buku penulisan sastra terbaik di tahun 1975. Namun, karena penggunaan bahasanya yang tinggi itu sehingga sulit bagi para pembaca awam untuk memahaminya. Kemudian, terdapat beberapa kesalahan penulisan dari novel ini seperti, kata tupaipun pada halaman 27 baris 17, yang mana seharusnya ditulis terpisah. Selain itu, menurut saya, banyak terdapat kalimat-kalimat yang tidak sepantasnya ditulisnya atau diceritakan dalam novel ini apabila dibaca oleh siswa, contohnya pada halaman 47 paragraf 4 si penulis terlalu mendeskripsikan hal-hal tabu pada salah satu tokoh Disamping itu semua, secara keseluruhan, isi dari novel ini layak untuk dibaca di setiap kalangan.

Buyung Karakter utama. Dia adalah 19 tahun [29] dan mahasiswa Wak Katok. Dia dikenal sebagai gambar terbaik di desa Jernih Udara.Meskipun ia ingin menikahi gadis setempat, Zaitun, [30] ia tertarik secara seksual kepada Siti Rubiyah. [31] Pada awalnya, ia merasa senang setelah ia dan Siti Rubiyah melakukan hubungan intim, [32] tetapi setelah serangan harimau ia merasa sebagai jika ia telah melakukan dosa besar [33] Hal ini kekhawatiran dia sampai setelah ia mengambil alih, membunuh harimau dan menyelamatkan dirinya sendiri, Sanip, dan Wak Katok,. ia mampu berdamai dengan masa lalu dan mencoba untuk melupakan Siti Rubiyah . Dia memutuskan untuk mengusulkan kepada Zaitun setelah kembali ke Air Jernih [34]. [Sunting] Wak Katok Lima puluh tahun Wak Katok adalah pemimpin dari kolektor damar dan ahli dukun dan pencak sangat dihormati dan ditakuti. Dia adalah guru Buyung, Sutan, Sanip, dan Thalib [6] Seorang pemimpin karismatik, selama pemberontakan 1926 melawan pemerintah kolonial Belanda, ia melakukan kejahatan perang, termasuk pemerkosaan, pembunuhan, dan membunuh salah satu tentara yang terluka begitu. Sisanya unitnya bisa lolos [35] Meskipun sebelum harimau serangan semua kolektor damar percaya padanya, setelah serangan dimulai ia perlahan-lahan didorong untuk kegilaan dengan mengkhawatirkan kerusakan citra publik disebabkan oleh ketidakmampuannya untuk menghentikan mereka.. [36] Setelah ia membunuh Pak Haji, ia ditangkap oleh Buyung dan Sanip, [37] kemudian digunakan sebagai umpan untuk harimau [38]. Dia akan diserahkan kepada polisi setibanya di Air Jernih desa. [39] [Sunting] Pak Haji Enam puluh tahun Pak Haji Rakhmad, sering disebut Pak Haji, adalah tetua desa dihormati yang bepergian ke luar negeri selama bertahun-tahun, termasuk ke Mekah untuk haji [40]. Meskipun ia menikah dan menjadi duda di India, [41] dia tetap menikah di Udara Jernih. [40] Setelah kematian istri dan anaknya, ia kehilangan imannya pada Tuhan [41]. Dia adalah salah satu yang pertama untuk mencurigai Wak Katok, namun tidak mau membicarakannya dengan orang lain sampai setelah Buyung menyelamatkan hidupnya. [42] Pak Haji ini kemudian ditembak dan dibunuh oleh Wak Katok. [43] [Sunting] Sutan Sutan adalah, menikah dua puluh dua tahun siswa Wak Katok [6]. Dia populer dengan wanita dan terlatih di pencak. [44] Setelah serangan harimau, ia secara perlahan didorong gila oleh mengerang konstan Pak Balam mengakui dosadosanya. Setelah berpikir dosa-dosanya, termasuk pemerkosaan, pembunuhan, perzinahan, dan pencurian, ia mencoba untuk mencekik Pak Balam dan

kemudian melarikan diri dari kamp [45] Dia kemudian dibunuh dan sebagian dimakan oleh harimau. [27]. [Sunting] Sanip Sanip adalah mahasiswa dua puluh lima tahun menikah dengan Wak Katok [6]. Ia optimistis] dan menikmati bercanda. [44] Bersama dengan Sutan dan Thalib, dia mencuri empat kerbau air dari desa tetangga. Dia juga sering pelacur dan sekali menendang salinan Quran ke tengah jalan [46]. Sanip pada akhirnya dapat kembali pulang ke Air Jernih. [34] [Sunting] Thalib Thalib adalah seorang mahasiswa tua menikah dua puluh lima tahun Wak Katok [6] pesimis,. Katanya sangat sedikit. Ketika ia berbicara, sering keluhan. [47] Thalib diserang oleh harimau dan kemudian menjadi orang pertama yang mati [48]. [Sunting] Pak Balam Pak Balam adalah sebuah desa lima puluh tahun yang menjabat sebagai seorang tentara dalam pemberontakan 1926. Dia dihormati oleh penduduk desa sebagai seorang Muslim yang taat dan pahlawan perang [49]. Ia adalah yang pertama akan diserang oleh harimau, [50] dan menyatakan itu sebagai hukuman dari Allah karena mengabaikan kejahatan perang Wak Katok. [51] Dia kemudian meninggal dari luka-lukanya. [20] [Sunting] Wak Hitam Wak Hitam adalah seorang dukun hampir tujuh puluh tahun yang mengenakan semua hitam [52]. Dan dikabarkan memiliki kuasa atas jin, roh-roh lainnya, dan harimau tak terlihat. Dia sangat kaya, dan dikabarkan telah menikah lebih dari 100 kali. Dia tinggal di sebuah HuMA dekat area pengumpulan damar [53]. Pada saat novel, ia sangat sakit dan tidak diharapkan untuk hidup. [54] [Sunting] Siti Rubiyah Siti Rubiyah adalah istri termuda dan tercantik dari Wak Hitam. [55] Dia dipaksa menikah dan bahagia dengan pernikahannya. [56] Dia merasa disiksa oleh Wak Katok, yang menggigit, cambuk, dan mencubit nya. [57] Setelah rahasia kepada Buyung dan memintanya untuk menyelamatkan dia, mereka melakukan hubungan intim [58] Namun, setelah mendengar dari pergaulan itu, Buyung memutuskan untuk mengingkari janjinya dan meninggalkan dengan Wak Hitam.. [59]

RESENSI NOVEL HARIMAU! HARIMAU! Nilai Intrinsik

1. Tema.

Dalam novel Harimau! Harimau! karya Mochtar Lubis ini dapat disimpulkan bahwa tema yang ingin disampaikan oleh pengarang adalah kepemimpinan, yaitu mengenai kebobrokan dalam sifat seorang pemimpin. Dalam novel ini terdapat seorang tokoh antagonis bernama Wak Katok yuang selalu dimitoskan oleh pengikutnya, enam orang pencari damar, ketika mencari damar di hutan sebagai seorang yang dihormati, disegani, dan sakti. Pemitosan ini dapat dilihat dalam kutipan di bawah ini. Wak Katok dihormati, disegani, dan malahan agak ditakuti, karena termashur ahli pencak silat dan mahir sebagai dukun.... Diceritakan orang, sewaktu dia masih muda di pernah berpencak melawan seekor beruang dan mengalahkannya. Tentang ilmu sihirnya... orang hanya berani berbisik-bisik saja tentang ini. Kata orang dia dapat bertemu dengan hantu dan jin. (halaman 5). Menurut cerita orang, jika bersilat, Wak Katok dapat membunuh lawannya, tanpa tangan, kaki, atau pisau mengenai lawannya. Cukup dengan gerakan tangan atau kaki saja yang ditujukan ke arah kepala, perut atau ulu hati (halaman 9). Oleh karena selalu dimitoskan orang, sosok Wak Katok sudah tidak dapat diganggu gugat lagi sebagai pemimpin yang berwibawa. Ia memiliki segala kriteria untuk menjadi pemimpin, yaitu kekuatan, wibawa, dan satu lagi mitos. Mitos bahwa ia memang seorang pemimpin yang mumpuni seperti terlihat dalam kutipan di atas yang banyak menggunakan kata kata orang dan diceritakan. Msyarakat tak pernah dengan benar-benar melihat secara nyata apa yang diceritakan kepadanya mengenai sosok Wak Katok tersebut, tetapi mereka mempercayai cerita itu. Namun, ketika masalah mulai muncul, yaitu saat seekor harimau tua memburu mereka ketika dalam perjalanan pulang dari mengumpulkan damar di hutan, mulai nampak oleh para pendamar, pengikut wak Katok akan kejanggalan-kejanggalan pemitosan terhadap Wak Katok. Seperti pada kutipan di bawah ini. Sanip berjalan dengan diam.... hatinya gundah gulana.... Apa yang dapat mereka lakukan berempat dengan sebuah senapan tua Wak Katok? Meskipun hatinya agak terobati, karena diberi jimat baru oleh Wak Katok, akan tetapi keraguannya belum hilang. Tidakkah Pak Balam memakai jimat, juga Talib dan Sutan? Dan bukankah mereka juga diserang sampai mati? Tetapi dia mendiamkan bisikan hatinya yang tak percaya, karena ini lebih membesarkan kerusuhan hatinya (halaman 171). Wak Katok sendiri sudah merasa khawatir kehilangan kepercayaan dari pengikutnya tersebut, terutama sejak kematian Pak Balam yang kemudian disusul Talib, dan juga Sutan. Oleh karena itu ia memutuskan untuk mengikuti saran Pak Haji untuk mencari

kembali Sutan setelah diserang harimau, seperti dalam kutipan di bawah ini. Dia akan lebih takut lagi jika namanya akan rusak di kampung, jika orang kampung akan tahu, bahwa dia takut....Dia harus tetap memelihara keseganan dan hormat orang kampung terhadap dirinya. Dia merasa tak dapat hidup, jika dia tidak lagi dihormati, disegani, dan dipuji-puji di kampung (halaman 165-166). Demikianlah Wak Katok semakin takut dan pada akhirnya ciri-ciri kerapuhan dan kebobrokan diri seorang pemimpin yang tercermin pada diri Wak Katok mulai muncul. Sifat pengecut Wak Katok yang semula tak pernah diketahui oleh para pencari damar mulai terlihat dan yang mengejutkan bahwa Wak Katoklah yang karena ketakutannya, memperlihatkan kelemahannya sendiri seperti dalam kutipan di bawah ini. Wak Katok terkejut. Wak katok seperti orang yang terpukau, mengangkat senapan ke bahunya, membidik, lama-lama, sepasang mata itu diam saja, seakan tak bergerak, dan kemudian Wak Katok menarik pelatuk senapan ....berbunyi tik! Senapan tak meletus. Buyung, Pak Haji, dan Sanip melemparkan kayu menyala, menghalau harimau. Beberapa saat setelah harimau pergi mereka terkejut melihat senapan terlempar ke tanah dan Wak Katok ....menggulungkan badannya di dalam pondok, seakan seorang yang ingin menyembunyikan dirinya ke perut bumi (halaman 191). Puncak dari ketidakpercayaan terhadap sosok Wak Katok adalah ketika Sanip denga terang-terangan mengatakan kebobrokan dan kelemahan diri Wak Katok, pemitosan yang penuh dengan kepalsuan. Hal itu terlihat dalam kutipan di bawah ini. Inikah Wak Katok yang gagah perkasa itu, guru paling besar, dukun paling besar, guru silat yang paling pandai, pemimpin yang paling besar. Mengapa Wak Katok kini hendak bersembunyi ke dalam tanah? Engkau guru palsu. Lihat ini.... jimatjimatmu palsu, mantera-manteramu palsu. Inilah jimat-jimat yang dipakai juga oleh Pak Balam, oleh Talib, oleh Sutan, lihatlah di mana mereka kini, karena mempercayai engkau... mereka telah mati, telah binasa. Engkau memaksa orang mengakui dosa-dosa, tetapi bagaiman dngan dosa-dosamu sendiri (halaman 192). Akan tetapi pesan utama yang sebenarnya ingin disampaikan oleh Mochtar Lubis adalah seperti kata Pak Haji saat menjelang kematiannya dalam kutipan di bawah ini. Orang yang berkuasa, jika dihinggapi ketakutan, selalu berbuat zalim... ingatlah hidup orang lain adalah hidup kalian juga... sebelum kalian membunuh harimau yang buas itu, bunuhlah lebih dahulu harimau dalam hatimu sendiri...engkau tak dapat hidup sendiri... cintailah manusia... bunuhlah harimau dalam hatimu.

2. Setting atau latar

Dalam novel Harimau! Harimau! Karya Mochtar Lubis ini dapat ditemukan adanya setting tempat kejadian bagian-bagian dalam cerita seperti pada kutipan di bawah ini. Di dalam hutan terdapat pula sumber-sumber nafkah hidup manusia, rotan, damar, dan berbagai bahan kayu (halaman 2). Jika hujan turun sedang mereka berdua bekerja di hulu hutan, mereka pergi berteduh di dalam pondokyang dibuat dari daun-daun pisang hutan dan keladi (halaman 19). Dari penggambaran setting tempat pada contoh di atas, nyata sekali terlihat bahwa setting tempat terjadi di hutan dan hulu hutan. Setting waktu dalam cerita Harimau! Harimau! Karya Mochtar lubis dapat dilihat dalam kutipan di bawah ini. Tak seorang jua yang dapat sungguh-sungguh tidur sepanjang malam, dan ketika bunyi kokok ayam hutan yang berderai-derai menandakan dini hari telah dekat, mereka pun segera bangun (halaman 114). Hari telah menjelang magrib ketika Buyung tiba di tempat mereka bermalam yang pertama dalam perjalanan pulang dari ladang Wak Hitam menuju ke kampung air jernih (halaman 69). Dari kutipan di atas, dapat diambil latar waktu berupa sepanjang malam, dini hari, dan menjelang magrib. Ada banyak latar waktu yang terdapat dalam Novel tersebut, tetapi sebagai contoh, kiranya contoh dari kutipan di atas dapat mewakili. Sementara itu terdapat pula setting fisik yang nampak pada kutipan di bawah ini. Wak Katok berumur lima puluh tahun. Perawakannya kukuh dan keras, rambutnya masih hitam, kumisnya panjang dan lebat, otot-otot tangan dan kakinya bergumpalan. Tampangnya masih serupa orang yang baru berumur empat puluhan saja. Bibirnya penuh dan tebal, matanya bersinar tajam (halaman 3-4). Dari penggambaran fisik pada kutipan di atas, kita dapat menarik kesimpulan bahwa Wak Katok adalah lelaki tua berusia lima puluh tahun yang memiliki rambut yang masih berwarna hitam dan kumis yang panjang dan lebat, dengan bibir hitam dan tebal. Penggambaran seperti ini dapat memudahkan kita untuk menguatkan visualisasi Wak Katok sebagai dukun, misalnya dengan kumis yang panjang dan lebat dan

bibrnya penuh dan tebal. Setting sosial yang mendukung pencitraan cerita dalam novel Harimau! Harimau! Karya Mochtar Lubis dapat dilihat dalam kutipan di bawah ini. Talib dan Sanip sekali waktu tak dapat menahan diri. Ketika mereka yang mudamuda bersama-sama di hutan, dan orang-orang tua tak ada dekat-dekat, maka Talib dan Buyung atau Sanip mulai berbicara tentang kecantikan Siti Rubiyah. Aduh, coba kalau lakinya bukan Wak Hitam, kata Talib. Aduh, coba kalau dia belum kawin, tambah Buyung. Kemarin aku mimpikan dia, tambah Sanip (halaman 31). 3. Amanat. Permasalahan tentang kepemimpinan Lemahnya tugas kepemimpinan dalam kelompok. Pemimpin tidak mampu mengatur serta membina hubungan yang lebih baik dengan para anggota atau bawahannya. Begitu pula, dia tidak mampu melindungi anggota kelompoknya dari serangan lawan. Dia hanya mementingkan keselamatan dan kepentingan diri sendiri. Permasalahan Tentang Perkawinan. Tidak adanya kebahagiaan dalam perkawinan. Perkawinan diartikan sebagai sesuatu yang tidak perlu dikaitkan dengan dasar-dasar, nilai-nilai, dan normanorma tertentu. Ia boleh saja dibentuk atau ditiadakan sekiranya kedua pasangan berkeinginan untuk itu. Jadi kehadiran lembaga perkawinan tidak ada artinya, tidak perlu adanya. Calon suami dan calon istri boleh saja membentuk suatu ikatan perkawinan jika mereka berdua berkeinginan untuk itu. Begitu pula terhadap pasangan suami istri, mereka boleh memutuskan ikatan perkawinannya jika mereka tidak bersesuaian lagi tanpa melalui suatu tatanan nilai-nilai atau norma-norma tertentu.

4. Alur atau plot.

Dalam novel ini bermacam-macam. Pada bagian pertama dan kedua pengarang menggunakan alur pemikiran. Artinya yang dipentingkan adalah pemikirannya dibandingkan dengan tokoh dan alurnya. Sedangkan pada bagian tiga pengarang menggunakan alur maju (progresif) yang terdiri dari beberapa tahap yaitu : pengenalan, tahap pengawatan, tahap puncak atau klimaks, tahap peleraian, dan tahap penyelesaian.

5. Sudut pandang.

Di dalam novel ini disebutkan nama, seperti Wak Katok, Buyung, Sanip, Talib, Sutan, Pak Balam, Pak Haji, Wak Hitam, Siti Rubiyah, dsb. Menggunakan kata ganti orang ketiga mereka, kata ganti orang kedua dia dan dalam penjelasan masih menggunakan nama. Seperti dikutip : Mereka orang orang wajar seperti sebagian terbesar orang di kampun. Mereka baik dalam pergaulan, pergi sembahyang ke mesjid, duduk mengobrol di kedai kopi seperti orang lain, mereka ikut bekerja bersama sama ketika ada orang membangun rumah, memperbaiki jalan jalan, bandar atau pun menyelenggarakan perhelatan. (Harimau!Harimau!, hal 6 ) Buyung amat senang dengan senapan itu. Dia senang menyandangnya, berganti ganti dengan Wak Katok. Wak Katok suka juga meminjamkan senapannya kepada Buyung, karena dia tahu Buyung senang pada senapan, dan selalu menjaga dan membersihkannya baik baik. (Harimau!Harimau!, hal. 7 8 ) Sudut pandang seperti ini, disebut pint of view peninjau atau sudut pandang orang ketiga.

6. Gaya Bahasa. menggunakan gaya bahasa langsung dan gaya bahasa perbandingan.

7. Karakter. A. Pak Haji Rakhmad Pak Haji Rakhmad berumur 60 tahun. Meskipun umurnya telah lanjut, tetapi badannya masih tetap sehat dan kuat, mata dan pendengarannya masih terang. Mendaki dan menuruni gunung membawa beban damar atau rotan yang berat, menghirup udara segar di alam terbuka yang luas, menyebabkan orang tinggal sehat dan kuat. Pak haji selalu membanggakan diri, bahwa dia tak pernah sakit seumur hidupnya. Dia bangga benar tak pernah merasa sakit pinggang atau sakit kepala. Pak haji yang dianggap sederhana dan alim ternyata asosial . Seseorang yang tidak mempercayai orang lain. Tidak peduli bagaimana orang lain bahkan tidak percaya adanya Tuhan. Ini semua karena trauma masa lalunya, ketika anaknya meninggal karena sakit dan tak satupun orang yang menolong, dan Tuhan tidak mengabulkan permintaanya agar anaknya sembuh.( Harimau!Harimau!, hal 174 175 ). Tetapi akhirnya Pak Haji sadar, bahwa di dunia ini kita harus saling tolong menolong. Harus saling memaafkan, dan saling mencintai sesama manusia.

B. Wak Katok Wak Katok berumur lima puluh tahun. Perawakannya kukuh dan keras, rambutnya masih hitam, kumisnya panjang dan lebat, otot otot tangan dan kakinya bergumpalan. Tampangnya masih serupa orang yang baru berumur empat puluhan saja. Bibirnya penuh dan tebal, matanya bersinar tajam. Dia juga ahli pencak dan dianggap dukun besar di kampung. Dia terkenal juga sebagai pemburu yang mahir. Wak Katok adalah seorang yang angkuh dan sombong. Yang tidak lebih hanya seorang yang penakut dan pengecut. Semua orang mengatakan dia ahli silat, pemberani, tetapi dalam hatinya dia selalu merasa takut, sejak dulu, sejak dia masih muda. Apa yang dilakukannya, berguru ke dukun hebat, untuk menyimpan ketakutannya. Wak Katok selalu berusaha untuk menjadi pemburu yang mahir. Akan tetapi dia selalu takut. Dia tak dapat meninggalkan rasa takutnya. Dia tak bisa menyimpan rasa takutnya. Karena itu dia selalu melakukan hal hal yang berlebihan untuk menutupi kekurangannya. Jika ada pemberontakan dia selalu berlindung di belakang kawan kawannya. Dan jika keadaan telah dikuasai, maka dialah yang mulai membunuh, merampok, atau memperkosa. Jadi dialah yang dianggap paling berani. (Harimau!Harimau!, hal. 148 150 ).

C. Pak Balam Pak Balam sebaya dengan Wak Katok. Orangnya pendiam, badannya kurus, akan tetapi kuat bekerja. Pak Balam dihormati orang di kampung, yang menganggapnya sebagai seorang pahlawan, yang telah berani ikut mengangkat senjata Belanda. Ternyata dibalik diamnya ini, Pak Balam menyimpan rahasia besar, rahasia tentang Wak Katok, yang akhirnya dengan berani dia ceritakan. Bagaimana Wak Katok membunuh teman seperjuangan mereka, membunuh wanita dan anak anak yang tidak bersalah.

D. Buyung Pemuda tekun, baik, dan pandai berburu, berumur 19 tahun. Ini bisa dilihat pada percakapan Buyung dan Pak Haji, dan pikiran Pak haji, yang dikutip sebagai berikut : Tentu aku bersedia menolong Pak Haji, siapa saja yang dalam bahaya, katanya dengan sederhana. Dan tak ada bahayanya bagiku, tambahnya kemudian. Pak Haji membiarkan Buyung berjalan dahulu dan dia berpikir. Aneh, aneh pikirnya, ada juga orang yang serupa itu, yang bersedia menolong orang lain, tanpa memikirkan bahaya untuk dirinya sendiri. Dan tak pula mengharapkan balas jasa. (Harimau!Harimau!, hal. 180 )

Tetapi mempunyai sifat yang ingin cepat terburu buru untuk menetapkan sikap. Ini dibuktikan bagaimana Buyung, ingin cepat mendapat cinta Zaitu dengan ilmu pelet. Dia terutama sekali ingin dapat belajar mantera pemikat hati gadis. Dia telah jatuh cinta benar pada Zaitun, anak Wak Hamdani. (Harimau!Harimau!, hal. 10 ).

E. Sanip Sanip berumur 25 tahun, telah beristri dan punya empat anak. Sanip orangnya periang, tidak pernah memikirkan masalah dengan terlalu serius, tetapi dibawa dengan pikiran yang tenang. Sanip bertubuh pendek dan gemuk. Sifat ini dibuktikan dalam kutipan : Buyung juga merasa cemburu pada Sanip. Cemburu pada keriangannya, dan kemahirannya memainkan dangung dangung. Dia ingin dapat semudah Sanip menyanyi dan menari dan bercerita. Buyung juga cemburu melihat Sanip yang dengan mudah menganggap segala apa yang terjadi seperti soal yang ringan. Kalau turun hujan yang lebat, hingga jalan menjadi licin dan badan mereka basah kuyup, maka Sanip dengan gembira akan berseru ... jangan susah hati, habis hujan datanglah terang! (Harimau!Harimau!, hal. 17 ) Tetapi dibalik sifat baiknya, dia juga mempunyai sifat yang buruk. Yang dikutip sebagai berikut : Ketika dia masih kecil, sering benar dia mencuri durian, mangga, duku. Dan waktu dia kecil, dia disuruh mengaji, sedang dia pergi bermain bola, hingga dia menendang Quran di tengah jalan ke mesjid tempatnya mengaji. Dia melawan pada ibunya. Hawa nafsu yang timbul dalam dirinya tiap kali dia melihat perempuan cantik. (Harimau!Harimau!, hal. 130 ).

F. Talib Talib berumur 27 tahun, telah mempunyai istri dan 3 orang anak. Talib seorang pendiam kurus dan jangkung dan orang yang berlainan dengan Sanip. Selalu memikirkan masalah dari segi buruknya saja. Tetapi dia bersahabat erat dengan Sanip. Sifat Talib diperkuat : Talib akan berkata : Aduh, hujan begini akan berhari hari lamanya! Dan Sanip dengan suara gembira akan mengatakan : Untung hujan, kita sempat beristirahat.( Harimau!Harimau!, hal. 19 ) Talib ternyata mempunyai kerja sampingan, yaitu mencuri kerbau.

G. Sutan Sutan berumur 22 tahun dan telah berkeluarga. Sutan adalah seorang penyamun dan mempunyai istri banyak. Seseorang yang akan melakukan apapun untuk mendapatkan apa yang diinginkannya, seperti ketika dia memperkosa Siti Nurbaiti, untuk memuaskan nafsu bejatnya, bahkan dia tega membunuh gadis kecil itu. Di novel Harimau!Harimau! halaman 140 142).

H. Wak Hitam Wak Hitam adalah seorang yang tua umurnya hampir tujuh puluh tahun. Orangnya kurus, kulitnya amat hitam. Dia selalu memakai baju serba hitam. Mempunyai istri empat, seorang dukun yang terkenal hebat.Wajahnya menunjukkan kegarangan dan menakutkan. Ada sesuatu dalam dirinya yang menimbulkan rasa segan orang terhadap dirinya.

I. Siti Rubiyah Siti adalah istri keempat dari Wak Hitam. Seseorang yang patuh kepada orang tuanya, karena manuruti kehendak orang tuanya untuk menikah dengan Wak Hitam. Sebenarnya adalah wanita yang periang, tetapi menikah dengan Wak Hitam, membuat semuanya berubah. Siti lebih pendiam.

ANALISIS NOVEL
HARIMAU! HARIMAU!

Judul Buku : Harimau! Harimau! Penulis : Mochtar Lubis ( Angkatan 45 ) Penerbit : Yayasan Obor Indonesia, Jakarta Cetakan : 06, 2003 Tebal Buku : vi + 214 halaman

Sinopsis Cerita! Ada tujuh orang pencari damar di hutan raya. Mereka adalah Pak Haji Rakhmad, Wak Katok,

Pak Balam, Sutan, Sanib, Talib, dan yang termuda adalah Buyung. Secara tak resmi Wak Katok dijadikan sebagai pemimpin dalam pencarian damar. Hal ini dikarenakan Wak Katok adalah orang yang dihormati, disegani, dan malahan agak ditakuti oleh orang orang di kampung mereka, karena termashur ahli pencak dan mahir sebagai dukun. Selama mencari damar mereka tinggal di sebuah rumah kepunyaan Wak Hitam. Wak Hitam adalah guru dari Wak Katok. Dia memiliki 4 istri. Pada saat itu, di rumahnya yang berada di hutan, Wak Katok membawa istri keempatnya yaitu Siti Rabiyah. Seorang wanita yang sangat cantik rupawan. Mereka, ketujuh pencari damar tersebut terpesona melihatnya. Setelah seminggu di hutan, mereka akhirnya bersiap siap pulang. Selama perjalanan pulang inilah, mereka diburu oleh seekor harimau yang kelaparan.Pak Balam menjadi anggota rombongan pertama yang diserang si raja hutan. Dalam kondisi sekarat, ia bercerita bahwa harimau itu adalah binatang jadi-jadian kiriman dari Wak Hitam yang hidup di hutan untuk menghukum mereka karena dosa-dosa yang mereka lakukan. Kecuali mereka mengakui dosadosa tersebut dan bertobat. Cerita mulai mengklimaks. Kepercayaan akan hal-hal yang gaib mengantarkan mereka memasuki area konflik batin. Satu-persatu menjadi korban keganasan harimau. Satu-persatu mulai membuka aib dan dosa diri tak terkecuali membuka aib teman-temannya demi mempertahankan nyawa. Dalam situasi yang mendekatkan diri pada kematian, mereka baru sadar kesalahan dan dosa yang selama ini diperbuat selama hidup mereka. Wak Katok yang mempunyai dosa terbesar yang dirahasiakannya yaitu memperkosa Siti Rubiyah. Talib yang pernah mencuri kerbau. Sanip yang pernah mencuri kerbau, melakukan zina. Sutan yang mencuri kerbau dan memperkosa serta membunuh seorang wanita. Pak Balam yang hanya diam dan menutupi dosa Wak Katok. Pak Haji Rakhmad seorang haji yang tidak percaya akan adanya Tuhan, tak percaya dengan sesama manusia. Dan Buyung yang melakukan zina dengan Siti Rubiyah. Akhirnya, daripada diburu, rombongan yang tersisa sepakat memburu harimau tersebut. Dan mereka berhasil membunuhnya setelah Wak Katok dukun penipu, dipaksa menjadi umpan. Yang awalnya mereka menyadari, bahwa sebenarnya sebelum membunuh terlebih dahulu harimau yang berada dalam diri setiap anak manusia.

1. Tema Novel ini mengangkat sebuah tema yang sederhana, yang sering kita temui dimasyarakat umumnya. Orang orang yang ingin menutupi sifat sifat jeleknya, yang ingin dianggap

sempurna dari semua orang, dengan menggunakan segala cara. Bahkan seorang pemimpin yang hanya bisa berpura pura dan bisa ngomong doing, menutupi kekurangannya dengan segala cara. Masalah takut yang hakikatnya ada di setiap manusia. Rasa takut itulah yang justru mendorong manusia untuk berbuat keberanian. Bagaimana Buyung dan teman temannya, akhirnya menjadi ketakutan menjadi kekuatan. Ketakutannya pada dosanya, akhirnya memberanikan diri untuk memburu harimau, memburu Wak Katok, yang mereka anggap sebagai seseorang yang pemberani. Seperti dikutip : Mereka bertiga berbisik bisik mengatur siasat, bagaimana hendak menyerbu dan merampas senapan dari Wak Katok. ( Harimau!Harimau!, hal. 194) Baru Buyung berpikir, bahwa mereka harus mengambil sikap terhadap Wak Katok. Tak terlintas dalam kepalanya untuk melakukan sesuatu terhadap diri Wak Katok, setelah mereka berhasil merebur senapan. Kini dia sadar, bahwa Wak Katok adalah pembunuh Pak Haji, dan malahan dia telah bersedia untuk membunuh mereka bertiga, dengan mengusir mereka ke dalam hutan yang gelap. ( Harimau!Harimau!, hal. 200 )

Kemudian pemilihan judul yaitu Harimau!Harimau! merupakan metaphor untuk penunjukkan sikap buruk dari diri kita yang sangat berhubungan dengan tema, tentang ketakutan dan menutup sigat sifat buruk tersebut.

2. Amanat Banyak amanat yang terdapat dalam novel ini, antara lain : Jangan pernah menyimpan dendam dalam hati kita, karena akan menyimpan sifat buruk kita saja, biarkan semuanya Tuhan yang membalas dan biarlah hokum dunia yang menyelesaikan. Seperti dalam kutipan : Dosa Wak Katok?kata Buyung, dengarlah, dosa dosa Wak Katok hendak membunuh kami, dan telah membunuh Pak Haji kami maafkan, dan biarlah hakim yang mengadili Wak Katok di dunia ini, dan Tuhan nanti di akhirat untuk dosa dosa itu semuanya. Tetapi Wak Katok telah menipu orang banyak, Wak Katok di dunia ini, dan Tuhan nanti di akhirat untuk dosa dosa itu semuanya. (Harimau!Harimau!, hal. 206 )

Kemudian juga amanat yang disampaikan dari Pak Haji : Kita tak hidup sendiri di dunia manusia sendiri sendiri tak dapat hidup sempurna, dan tak mungkin hidup sebagai manusia, tak mungkin lengkap manusianya. Manusia yang mau hidup

hidup sendiri tak mungkin mengembangkan kemanusiaannya. Manusia perlu manusia lain.

Tuhan itu ada. Tapi jangan paksakan Tuhanmu pada orang lain, seperti juga jangan paksakan kemanusiaanmu pada orang lain, seperti juga jangan paksakan kemanusiaanmu pada orang lain. Manusia perlu manusia lain manusia harus belajar hidup dengan kesalahan dan kekurangan manusia lain.

, kemanusiaan hanya dapat dibina dengan cinta bukan dengan benci. Manusia hanya dapat berikhtiar dan berusaha menjadi sempurna . ( Harimau!Harimau!, hal. 198 199 )

Kemudian nasehat akhir dari novel tersebut : Setiap orang wajib melawan kezaliman di mana pun juga kezaliman itu berada. Salahlah bagi orang memencilkan diri, dan pura pura menutup mata terhada kezaliman yang menimpa diri orang lain besar kecil kezaliman, atau ada dan tak adanya kezaliman tidak boleh diukur dengan jauhnya terjadi dari diri seseorang. Manusia di mana juga di dunia harus mencintai manusia, dan untuk menjadi manusia haruslah orang terlebih dahulu membunuh harimau di dalam dirinya. ( Harimau! Harimau!, hal. 211 )

3. Latar ( setting ) Latar bisa dibagi menjadi latar tempat, latar waktu, latar sosial. Latar tempat pada novel Harimau!Harimau! adalah di sebuah hutan di bukit Harimau dekat danau Bantau, Kampung Air Jernih. Yang dijelaskan dalam novel,dikutip : Karena hal hal serupa ini barangkali, maka Wak Hitam lebih suka memencilkan dirinya jauh dari kampong, dan lebih suka tinggal di ladangnya di Bukit Harimau, di tengah hutan. (Harimau!Harimau!, hal. 126 )

Mereka bertujuh telah seminggu lamanya tinggal di dalam hutan mengumpulkan damar. (Harimau!Harimau!, hal. 2 ) Latar waktu adalah saat musim damar, ketujuh orang tersebut selama 2 minggu berada di hutan. Dibuktikan dari kutipan : Mereka telah dua minggu bekerja mengumpulkan dammar berpangkalan di huma Wak Hitam. Lusa pagi mereka akan kembali ke kampung. (Harimau!Harimau!, hal. 42 )

Sedangkan latar sosialnya adlah bagaimana kehidupan masyarakat yang hidup di pinggirran hutan, yang juga bermatapencaharian sebagai pengumpul dammar. Mereka saling tolong menolong walaupun hasil mereka berbeda, tak ada yang saling bersaing, yang penting cukup makan. Kehidupan yang masih diwarnai kebersamaan. Seperti dikutip, di bawah ini : Di dalam hutan terdapat pula sumber sumber nafkah hidup manusia, rotan, dan dammar, dan berbagai bahan kayu. Manusia yang dahulu hidup di dalam hutan seperti binatang, dan kemudian meninggalkan hutan untuk membangun kota dan desa, kini pun selalu kembali ke dalam hutan untuk berburu atau mencari nafkah. (Harimau!Harimau!, hal. 2 ) Mereka bertujuh selalu bersama sama pergi mengumpulkan damar, meskipun mereka sebenarnya tak berkongsi, dan masing masing menerima hasil penjualan damar yang dikumpulkannya sendiri. Akan tetapi dengan berombingan tujuh orang bersama sama, mereka merasa lebih aman dan lebih dapat bantu membantu melakukan pekerjaan. (Harimau! Harimau!, hal. 5 )

4. Sudut Pandang ( Point of View ) Di dalam novel ini disebutkan nama, seperti Wak Katok, Buyung, Sanip, Talib, Sutan, Pak Balam, Pak Haji, Wak Hitam, Siti Rubiyah, dsb. Menggunakan kata ganti orang ketiga mereka, kata ganti orang kedua dia dan dalam penjelasan masih menggunakan nama. Seperti dikutip : Mereka orang orang wajar seperti sebagian terbesar orang di kampun. Mereka baik dalam pergaulan, pergi sembahyang ke mesjid, duduk mengobrol di kedai kopi seperti orang lain, mereka ikut bekerja bersama sama ketika ada orang membangun rumah, memperbaiki jalan jalan, bandar atau pun menyelenggarakan perhelatan.(Harimau!Harimau!, hal 6 ) Buyung amat senang dengan senapan itu. Dia senang menyandangnya, berganti ganti dengan Wak Katok. Wak Katok suka juga meminjamkan senapannya kepada Buyung, karena dia tahu Buyung senang pada senapan, dan selalu menjaga dan membersihkannya baik baik. (Harimau! Harimau!, hal. 7 8 ) Sudut pandang seperti ini, disebut pint of view peninjau atau sudut pandang orang ketiga .

5. Alur ( plot ) Cerita diawali dari penceritaan tokoh tokohnya. Tujuh orang desa mencari damar ke dalam sebuah hutan tropis lebat. Mereka mewakili karakter yang berbeda-beda. Misalnya ada

Buyung, pemuda tekun, baik dan pandai berburu. Lalu ada Pak Haji, seorang sederhana yang dianggap soleh namun asosial. Adapula Wak Katok, orang yang dituakan dalam rombongan, guru silat dan diyakini memiliki ilmu gaib. Kebiasaan mereka mencari damar di hutan terusik dengan kehadiran seekor harimau kelaparan. Pak Balam menjadi anggota rombongan pertama yang diserang si raja hutan. Dalam kondisi sekarat, ia bercerita bahwa harimau itu adalah binatang jadi-jadian kiriman dari Wak Hitam - mantan gerilyawan yang hidup di hutan - untukmenghukum mereka karena dosa-dosa yang mereka lakukan. Kecuali mereka mengakui dosa-dosa tersebut dan bertobat. Cerita mulai mengklimaks. Kepercayaan akan hal-hal yang gaib mengantarkan mereka memasuki area konflik batin. Satu-persatu menjadi korban keganasan harimau. Satu-persatu mulai membuka aib dan dosa diri tak terkecuali membuka aib teman-temannya demi mempertahankan nyawa. Dalam situasi yang mendekatkan diri pada kematian, mereka baru sadar kesalahan dan dosa yang selama ini diperbuat selama hidup mereka. Akhirnya, daripada diburu, rombongan yang tersisa sepakat memburu harimau tersebut. Dan mereka berhasil membunuhnya setelah Wak Katok dipaksa menjadi umpan. Setelah mereka belajar bahwa sebelum mengalahkan harimau di luar sana, mereka harus mengalahkan harimau sekaligus musuh terbesar : diri mereka sendiri. Dari penjelasan ini, kita dapat mengetahui bahwa alur penceritaannya adalah alur maju, walaupun ada penceritaan masa lalu, tetap ceritanya adalah alur maju, karena hal tersebut mengenang peristiwa. 6. Gaya Bahasa Dalam bercerita Mochtar Lubis gemar menggunakan lambang lambang, kiasan, dan perbandingan yang plastis dan tidak jarang bersifat puitis. Yang dibuktikan seperti dalam kutipan : Banyak bagian hutan raya yang menakutkan, yang menakutkan, yang penuh denganpaya yang mengandung bahaya maut dan hutan hutan gelap yang basah senantiasa dari abad ke abad. Akan tetapi pula ada bahagian yang indah dan amat menarik hati, tak ubahnya seakan hutan dalam cerita tentang dunia peri dan bidadari, hutan hutan kecil yang dialasi oleh rumput hijau yang rata, yang seakan selalu dipelihara dan dibersihkan, dikelilingi oleh pohon pohon cemara yang tinggi dan langsing semampai dan yang menyebarkan wangi minyak cemara ke seluruh hutan. Di tengah hutan yang demikian sebuah anak sungai kecil, dengan airnya yang sejuk dan bersih mengalir, menceracah, menyanyi nyanyi dan berbisik bisik, dan akan inginlah orang tinggal di sana selama lamanya.

( Harimau!Harimau!, hal. 2 )

Kemudian juga : . ..Ingatlah ucapan Bismillahhirrokhmanirrokhiim ... Tuhan adalah yang Maha Pemurah dan Pengampun. Di sinilah kunci kemanusiaannya manusia yang diturunkan Tuhan kepada manusia. Sedang Tuhan dapat mengampuni segala dosa jika yang berdosa datang padanya dengan kejujuran dan penyesalan yang sungguh. Apalagi kita, manusia yang biasa dan daif ini, di mana kekuasaan kita untuk menjadi hakim yang mutlak, dan menjatuhkan hukuman tanpa ampun kepada sesama manusia? (Harimau!Harimau!, hal. 199 )

Kebanyakan novel Mocthar Lubis tidak bercerita tentang peristiwa demi peristiwa, tetapi tentang manusia dengan segala gejolak batinnya. Di dalamnya dikemukakan percakapan percakapan batin pelakunya serta nafsu nafsu dan angan anagan yang tersembunyi, yang dalam kenyataan lahiriah tidak terungkapakna. Oleh karena itu kebanyakan karya Mochtar ada unsur monoluque interieur dan ada pengaruh ilmu jiwa. Seperti dalam novel Harimau! Harimau!, bagaimana tokoh berdialog dengan hati nuraninya masalah dosa. Seperti dikutip di bawah ini : Apa lagi dosa dosaku ... Sanip tertegun, dalam hatinya teringat pada rahasianya, ketika dia berumur sembilan belas tahun, pergi ke kota, dan berkunjung ke rumah perempuan lacur. Akan diceritakah ini? Ini terang dosa juga amat dilarang oleh Tuhan. Akan diceritakankah? (Harimau!Harimau!, hal. 130 )

7. Tokoh dan Penokohan Tokoh tokohnya adalah Wak Katok, Pak Haji Rakhmad, Buyung, Sanip, Sutan, Talib, Pak Balam, Siti Rubiyah, Wak Hitam. Berikut akan dijelaskan sifat sifat tokoh tersebut, satu persatu. a. Pak Haji Rakhmad Pak Haji Rakhmad berumur 60 tahun. Meskipun umurnya telah lanjut, tetapi badannya masih tetap sehat dan kuat, mata dan pendengarannya masih terang. Mendaki dan menuruni gunung membawa beban damar atau rotan yang berat, menghirup udara segar di alam terbuka yang luas, menyebabkan orang tinggal sehat dan kuat. Pak haji selalu membanggakan diri, bahwa dia tak pernah sakit seumur hidupnya. Dia bangga benar tak

pernah merasa sakit pinggang atau sakit kepala. Pak haji yang dianggap sederhana dan alim ternyata asosial . Seseorang yang tidak mempercayai orang lain. Tidak peduli bagaimana orang lain bahkan tidak percaya adanya Tuhan. Ini semua karena trauma masa lalunya, ketika anaknya meninggal karena sakit dan tak satupun orang yang menolong, dan Tuhan tidak mengabulkan permintaanya agar anaknya sembuh.( Harimau!Harimau!, hal 174 175 ). Tetapi akhirnya Pak Haji sadar, bahwa di dunia ini kita harus saling tolong menolong. Harus saling memaafkan, dan saling mencintai sesama manusia. b. Wak Katok Wak Katok berumur lima puluh tahun. Perawakannya kukuh dan keras, rambutnya masih hitam, kumisnya panjang dan lebat, otot otot tangan dan kakinya bergumpalan. Tampangnya masih serupa orang yang baru berumur empat puluhan saja. Bibirnya penuh dan tebal, matanya bersinar tajam. Dia juga ahli pencak dan dianggap dukun besar di kampung. Dia terkenal juga sebagai pemburu yang mahir. Wak Katok adalah seorang yang angkuh dan sombong. Yang tidak lebih hanya seorang yang penakut dan pengecut. Semua orang mengatakan dia ahli silat, pemberani, tetapi dalam hatinya dia selalu merasa takut, sejak dulu, sejak dia masih muda. Apa yang dilakukannya, berguru ke dukun hebat, untuk menyimpan ketakutannya. Wak Katok selalu berusaha untuk menjadi pemburu yang mahir. Akan tetapi dia selalu takut. Dia tak dapat meninggalkan rasa takutnya. Dia tak bisa menyimpan rasa takutnya. Karena itu dia selalu melakukan hal hal yang berlebihan untuk menutupi kekurangannya. Jika ada pemberontakan dia selalu berlindung di belakang kawan kawannya. Dan jika keadaan telah dikuasai, maka dialah yang mulai membunuh, merampok, atau memperkosa. Jadi dialah yang dianggap paling berani. (Harimau!Harimau!, hal. 148 150 ) c. Pak Balam Pak Balam sebaya dengan Wak Katok. Orangnya pendiam, badannya kurus, akan tetapi kuat bekerja. Pak Balam dihormati orang di kampung, yang menganggapnya sebagai seorang pahlawan, yang telah berani ikut mengangkat senjata Belanda. Ternyata dibalik diamnya ini, Pak Balam menyimpan rahasia besar, rahasia tentang Wak Katok, yang akhirnya dengan berani dia ceritakan. Bagaimana Wak Katok membunuh teman seperjuangan mereka, membunuh wanita dan anak anak yang tidak bersalah.

d. Buyung

Pemuda tekun, baik, dan pandai berburu, berumur 19 tahun. Ini bisa dilihat pada percakapan Buyung dan Pak Haji, dan pikiran Pak haji, yang dikutip sebagai berikut : Tentu aku bersedia menolong Pak Haji, siapa saja yang dalam bahaya, katanya dengan sederhana. Dan tak ada bahayanya bagiku, tambahnya kemudian. Pak Haji membiarkan Buyung berjalan dahulu dan dia berpikir. Aneh, aneh pikirnya, ada juga orang yang serupa itu, yang bersedia menolong orang lain, tanpa memikirkan bahaya untuk dirinya sendiri. Dan tak pula mengharapkan balas jasa. (Harimau!Harimau!, hal. 180 ) Tetapi mempunyai sifat yang ingin cepat terburu buru untuk menetapkan sikap. Ini dibuktikan bagaimana Buyung, ingin cepat mendapat cinta Zaitu dengan ilmu pelet. Dia terutama sekali ingin dapat belajar mantera pemikat hati gadis. Dia telah jatuh cinta benar pada Zaitun, anak Wak Hamdani. (Harimau!Harimau!, hal. 10 ) e. Sanip Sanip berumur 25 tahun, telah beristri dan punya empat anak. Sanip orangnya periang, tidak pernah memikirkan masalah dengan terlalu serius, tetapi dibawa dengan pikiran yang tenang. Sanip bertubuh pendek dan gemuk. Sifat ini dibuktikan dalam kutipan : Buyung juga merasa cemburu pada Sanip. Cemburu pada keriangannya, dan kemahirannya memainkan dangung dangung. Dia ingin dapat semudah Sanip menyanyi dan menari dan bercerita. Buyung juga cemburu melihat Sanip yang dengan mudah menganggap segala apa yang terjadi seperti soal yang ringan. Kalau turun hujan yang lebat, hingga jalan menjadi licin dan badan mereka basah kuyup, maka Sanip dengan gembira akan berseru ... jangan susah hati, habis hujan datanglah terang! (Harimau!Harimau!, hal. 17 )

Tetapi dibalik sifat baiknya, dia juga mempunyai sifat yang buruk. Yang dikutip sebagai berikut : Ketika dia masih kecil, sering benar dia mencuri durian, mangga, duku. Dan waktu dia kecil, dia disuruh mengaji, sedang dia pergi bermain bola, hingga dia menendang Quran di tengah jalan ke mesjid tempatnya mengaji. Dia melawan pada ibunya. Hawa nafsu yang timbul dalam dirinya tiap kali dia melihat perempuan cantik. (Harimau!Harimau!, hal. 130 )

f. Talib Talib berumur 27 tahun, telah mempunyai istri dan 3 orang anak. Talib seorang pendiam kurus dan jangkung dan orang yang berlainan dengan Sanip. Selalu memikirkan masalah dari segi buruknya saja. Tetapi dia bersahabat erat dengan Sanip. Sifat Talib diperkuat :

Talib akan berkata : Aduh, hujan begini akan berhari hari lamanya! Dan Sanip dengan suara gembira akan mengatakan : Untung hujan, kita sempat beristirahat.( Harimau!Harimau!, hal. 19 ) Talib ternyata mempunyai kerja sampingan, yaitu mencuri kerbau. g. Sutan Sutan berumur 22 tahun dan telah berkeluarga. Sutan adalah seorang penyamun dan mempunyai istri banyak. Seseorang yang akan melakukan apapun untuk mendapatkan apa yang diinginkannya, seperti ketika dia memperkosa Siti Nurbaiti, untuk memuaskan nafsu bejatnya, bahkan dia tega membunuh gadis kecil itu. Di novel Harimau!Harimau! halaman 140 142)

h. Wak Hitam Wak Hitam adalah seorang yang tua umurnya hampir tujuh puluh tahun. Orangnya kurus, kulitnya amat hitam. Dia selalu memakai baju serba hitam. Mempunyai istri empat, seorang dukun yang terkenal hebat.Wajahnya menunjukkan kegarangan dan menakutkan. Ada sesuatu dalam dirinya yang menimbulkan rasa segan orang terhadap dirinya.

i. Siti Rubiyah Siti adalah istri keempat dari Wak Hitam. Seseorang yang patuh kepada orang tuanya, karena manuruti kehendak orang tuanya untuk menikah dengan Wak Hitam. Sebenarnya adalah wanita yang periang, tetapi menikah dengan Wak Hitam, membuat semuanya berubah. Siti lebih pendiam

Anda mungkin juga menyukai