Anda di halaman 1dari 4

SINOPSIS NOVEL HARIMAU ! HARIMAU !

Disusun guna memenuhi tugas Apresiasi Prosa

Dosen Pengampu : Wati Istanti, S.Pd., M.Pd.

Oleh

Nama : Nurul Fatatik

Nim : 2101412150

Rombel :5

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


SINOPSIS NOVEL HARIMAU ! HARIMAU !

Judul : Harimau ! Harimau !

Penulis : Mochtar Lubis

Penerbit : Yayasan Obor Indonesia

Novel Harimau ! Harimau ! karya Mochtar Lubis menceritakan kisah tujuh


orang pencari damar yang telah berada di dalam hutan selama satu minggu. Mereka
adalah Haji Rakhmat (Pak Haji), Wak Katok, Sutan, Talib, Sanip, Buyung, dan Pak
Balam. Mereka semua secara bersama-sama mengumpulkan damar yang tidak jauh
dari pondok Wak Hitam. Sambil mengumpulkan damar mereka juga berburu rusa dan
babi. Babi ini yang sering masuk ke rumah Wak Hitam, dan karena itulah terjalin
hubungan antara mereka bertujuh dengan Wak Hitam. Wak Hitam adalah seorang
laki-laki yang telah berusia 70 tahun dan guru Wak Katok. Ia senang tinggal
berbulan-bulan di hutan atau di ladangnya bersama Siti Rubiyah, istri keempatnya
yang cantik dan masih muda belia. Konon, ia senang mencari perawan untuk
dijadikan istrinya agar kelak tubuhnya bisa tetap segar.

Selama menginap di rumah Wak Hitam mereka mulai tertarik akan


kecantikan Siti Rubiyah. Buyung anggota rombongan termuda dan satu-satunya yang
masih bujangan, tergila-gila akan kecantikan Rubiyah. Dalam hatinya ia
membandingkan kelebihan Siti Rubiyah dengan Zaitun. Sanip, Talip, dan Wak Katok
sering tidak dapat menahan diri jika berdekatan dengan Siti Rubyiah. Pada suatu hari
mereka melihat hal-hal yang aneh ketika Wak Hitam sakit. Banyak orang yang
berpakaian serba hitam datang ke Pondok dan menyerahkan bungkusan rahasia
kepada Wak Hitam. Mereka juga menjumpai seorang tukang cerita dan juru ramal di
pondok tersebut. Berbagai ramalan disampaikan peramal itu tentang jalan hidup
Buyung, Sutan, Talib, dan Sanip. Pada suatu hari Wak Katok berkesempatan
mengintai Rubiyah mandi di sungai. Hampir tak tertahankan nafsu Wak Katok
menyaksikan Rubiyah berkecipung mandi tanpa busana, Dalam perjalanan pulang ke
pondok, dengan dalih memberi manik-manik ditariknya Rubiyah masuk ke dalam
belukar. Pada kesempatan lain, Buyung pun mengintai Siti Rubiyah yang sedang
asyik main di air. Hampir tak terkendalikan gejolak batinnya menyaksikan tubuh
Rubiyah yang menawan. Diberanikannya menghampiri Rubiyah yang sedang
bermain di air itu. Akhirnya perbincangan larut antara keduanya. Rubiyah pun
menceritakan dirinya sampai jatuh ke tangan Wak Hitam dan penderitaan yang
ditanggungnya. Buyung merasa iba dan merasa wajib melindungi dan
menyelamatkan Rubiyah dari tangan Wak Hitam. Hati dan perasaan keduanya
terpadu dan membeku. Terjadilah perbuatan terlarang yang tak dapat mereka
kendalikan lagi. Mereka melalap kepuasan masing-masing. Setelah Buyung kembali
ke tempat rombongan bermalam di hutan ia merasa bimbang dan menyesal telah
berbuat dosa. Ia ingin membebaskan Rubiyah dengan menjadikannya sebagai istri
tapi ia masih tetap mencintai Zaitun.

Suatu hari Buyung, Wak Katok, dan Sutan berburu dan berhasil menembak
seekor rusa. Hal ini ternyata berakibat buruk bagi mereka. Ketika menguliti rusa
tersebut datang seekor harimau tua dan lapar dan terdengar aumannya yang
sebenarnya telah mengintai rusa itu lebih dahulu. Harimau ini penasaran karena
mangsanya jatuh ke tangan Buyung dan kawan-kawannya. Hanya karena ketuaan
harimau saja menyebabkan ia terlambat menyergap rusa itu. Kalau masih muda tentu
sekali terkam rusa itu sudah dapat dimangsanya. Suatu hari harimau itu mengitai dan
mengikuti setiap tempat bermalamnya rombongan, tiba-tiba Pak Balam merasa
perutnya mulas dan Pak Haji menyuruhnya untuk pergi membuang hajat. Di sinilah
kesalahan terjadi, harimau itu hendak menerkam Pak Balam yang sedang lengah dan
memisahkan diri dari cahaya api dan masuk ke sungai perbatasan api unggun, tiba-
tiba terdengar auman serta teriakan Pak Balam dan diseretnya Pak Balam ke hutan.
Karena teriakan Pak Balam, teman-temannya datang menolong dan Pak Balam dapat
diselamatkan meskipun ia luka berat. Dalam keadaan lemah Pak Balam menceritakan
mimpi buruknya yang memaknakan perbuatan dosa yang telah dilakukannya selama
ia hidup. Ia juga menceritakan perbuatan- perbuatan dosa yang telah dilakukan Wak
Katok. Ketika mereka meneruskan perjalanan pulang dengan mengusung Pak Balam,
Tiba-tiba Talib berada di barisan paling belakang dan hendak kencing, tanpa disadari
ia diintai oleh harimau, lalu dengan sigap harimau itu menerkam Talib. Atas usaha
teman-teman, Talib yang telah luka berat dapat direbut dari cengkraman harimau.
Sebelum ia meninggal masih sempat mengaku bahwa bersama Sanip ia pernah
mencuri kerbau tetangga. Karena serangan-serangan harimau ini Pak Balam minta
agar teman-temannya mengakui perbuatan dosa yang pernah dilakukan agar harimau
utusan Tuhan ini tidak mengganggu mereka lagi. Hal ini membuat Sutan jengkel dan
merencanakan untuk membunuh Pak Balam. Tapi rencana Sutan ini tidak kesampaian
dia memisahkan diri dari Pak Haji dan Pak Balam yang menunggu di pondok
menunggu Buyung, Sanip, dan Wak Katok memburu harimau. Justru ditengah
perjalannya harimau mengintai Sutan dan harimau tersebut menerkam dan membawa
Sutan menyeret dalam hutan dan Sutan tidak dapat ditemukan, hanya baju yang
koyak-koyak, dan tulang belulang. Dalam perjalanan berikutnya mereka berjumpa
lagi dengan harimau lapar itu. Wak Katok merebut senapan dari tangan Buyung dan
berhasil melarikan diri dari rombongan untuk menyelamatkan dirinya sendiri. Tetapi
justru dia sendiri yang menjadi sasaran harimau. Untung teman-temannya segera
memberi pertolongan dan ia dapat diselamatkan. Niat buruk Wak Katok yang hendak
mencelakakan Buyung dan Sanip dapat diketahui. Kemudian Buyung, Sanip, dan
Pak Haji menyusun strategi untuk merebut senapan dan tidak mengikuti Wak Katok
lagi, tapi justru Pak Haji tertenbak mati oleh Wak Katok. Sehingga Anggota badan
Wak Katok diikat dan tidak dilepas-lepas lagi. Wak Katok dijadikan umpan dan
diikatkan pada sebatang pohon. Pada saat harimau hendak memangsa Wak Katok,
Buyung melepaskan bidikan tepat mengenai sasaran dan harimau pun mati. Kini
mengertilah Buyung maksud kata-kata Pak Haji bahwa untuk keselamatan kita
hendaklah dibunuh dahulu harimau yang ada di dalam diri kita. Untuk membina
kemanusiaan perlu kecintaan sesama manusia. Seorang diri tidak dapat hidup sebagai
manusia. Buyung menyadari bahwa ia harus mencintai sesama manusia dan ia akan
sungguh-sungguh mencintai Zaitun. Buyung merasa lega bahwa ia terbebas dari hal-
hal yang bersifat takhyul, mantera-mantera, jimat yang penuh kepalsuan dari Wak
Katok.

Anda mungkin juga menyukai