Anda di halaman 1dari 7

B.

BIOGRAFI SINGKAT PENULIS Mochtar Lubis (lahir di Padang, Sumatera Barat, 7 Maret 1922 meninggal di Jakarta, 2 Juli2004 pada umur 82 tahun) adalah seorang jurnalis dan pengarang ternama asal Indonesia. Sejak zaman pendudukan Jepang ia telah dalam lapangan penerangan. Ia turut mendirikan Kantor Berita ANTARA, kemudian mendirikan dan memimpin harian Indonesia Raya yang telah dilarang terbit. Ia mendirikan majalah sastra Horizon bersama-sama kawan-kawannya. Pada waktu pemerintahan rezim Soekarno, ia dijebloskan ke dalam penjara hampir sembilan tahun lamanya dan baru dibebaskan pada tahun 1966. Pemikirannya selama di penjara, ia tuangkan dalam buku Catatan Subversif (1980).Pernah menjadi Presiden Press Foundation of Asia, anggota Dewan Pimpinan International Association for Cultural Freedom (organisasi CIA), dan anggota World Futures Studies Federation. Novelnya, Jalan Tak Ada Ujung (1952 diterjemahkan ke bahasa Inggris oleh A.H. John menjadi A Road With No End, London, 1968), mendapat Hadiah Sastra BMKN 1952; cerpennya Musim Gugur menggondol hadiah majalah Kisah tahun 1953; kumpulan cerpennya Perempuan (1956) mendapatkan Hadiah Sastra Nasional BMKN 1955-1956; novelnya, Harimau! Harimau! (1975), meraih hadiah Yayasan Buku Utama Departeman P & K; dan novelnya Maut dan Cinta (1977) meraih Hadiah Sastra Yayasan Jaya Raya tahun 1979. Selain itu, Mochtar juga menerima Anugerah Sastra Chairil Anwar (1992).

BAB II PEMBAHASAN A. SINOPSIS NOVEL HARIMA! HARIMAU! Novel ini menceritakan kisah tujuh orang pencari damar yang diteror oleh seekor harimau. Telah seminggu Haji Rakhmat (Pak Haji), Wak Katok, Sutan, Talib, Sanip, Buyung, Pak Balam berada di hutan mengumpulkan damar . Mereka bertujuh disenangi dan dihormati orang-orang kampung karena mereka dikenal sebagai orang-orang sopan, mau bergaul, mau bergotong royong, dan taat dalam agama. Wak Katok membawa senapan yang dia percayakan kepada Buyung untuk merawat dan mempergunakan. Karena mempunyai senapan, sambil mengumpulkan damar mereka sering berburu rusa dan babi. Babi ini sering masuk huma Wak Hitam. Karena itu pula terjalin perkenalan dengan Wak Hitam, bahkan mereka sering menginap di Pondok Wak Hitam ini. Wak Hitam adalah seorang laki-laki yang telah berusia 70 tahun. Orangnya kurus, berkulit hitam, menyukai celana dan baju hitam. Ia senang tinggal berbulan-bulan di hutan atau di ladangnya bersama Siti Rubiah, istri keempatnya yang cantik dan masih muda belia. Wak Hitam pandai sihir dan memiliki ilmu gaib. Menurut Wak Katok dalam hal ilmu gaib Wak Hitam adalah gurunya. Wak Hitam

senang mencari perawan muda untuk penyegar dirinya. Bila ia sakit dimintanya istrinya mendekap tubuhnya, agar darah muda istrinya mengalir ke tubuhnya dan ia akan sembuh kembali. Orang-orang percaya bahwa Wak Hitam senang tinggal di hutan karena ia memelihara jin, setan, iblis, dan harimau jadi-jadian Ada pula yang mengatakan bahwa Wak Hitam mempunyai anak buah bekas pemberontak yang menjadi perampok dan penyamun yang tinggal di hutan. Di samping itu ada pula yang mengatakan bahwa Wak Hitam mempunyai tambang yang dirahasiakannya di dekat ladangnya. Mereka bertujuh sampai di pondok Wak Hitam sebelum malam tiba, Dengan gembira mereka menyantap masakan Rubiah karena selama di hutan mereka belum pemah menikmati masakan yang enak. Mereka pun tertarik akan keindahan tubuh Rubiah. Buyung anggota rombongan termuda dan satu-satunya yang masih bujangan, tergilagila akan kecantikan Rubiah. Dalam hatinya ia membandingkan kelebihan Rubiah dari Zaitun. Sanip, Talip, dan Wak Katok sering tidak dapat menahan diri jika duduk berdekatan dengan Siti Rubiah. Pada suatu hari mereka melihat hal-hal yang aneh ketika Wak Hitam sakit. Banyak orang yang berpakaian serba hitam datang ke Pondok dan menyerahkan bungkusan rahasia kepada Wak Hitam. Mereka juga menjumpai seorang tukang cerita dan juru ramal di pondok tersebut. Berbagai ramalan disampaikan peramal itu tentang jalan hidup Buyung, Sutan, Talib, dan Sanip. Pada suatu hari Wak Katok berkesempatan mengintai Rubiah mandi di sungai. Hampir tak tertahankan birahi Wak Katok menyaksikan Rubiah berkecipung mandi tanpa busana, Dalam perjalanan pulang ke pondok, dengan dalih memberi manik-manik ditariknya Rubiah masuk ke dalam belukar. Pada kesempatan lain, Buyung pun mengintai Rubiah mandi di sungai. Hampir tak terkendalikan gejolak batinnya menyaksikan tubuh Rubiah yang menawan. Diberanikannya menghampiri Rubiah yang sedang mandi. Akhirnya tercipta hubungan intim antara keduanya. Rubiah pun menceritakan dirinya sampai jatuh ke tangan Wak Hitam dan penderitaan yang ditanggungnya. Buyung merasa jatuh hati dan merasa wajib melindungi dan menyelamatkan Rubiah dari tangan Wak Hitam. Hati dan perasaan keduanya terpadu dan membeku. Terjadilah perbuatan terlarang yang tak dapat mereka kendalikan lagi. Mereka melalap kepuasan masing-masing. Setelah Buyung kembali ke tempat rombongan bermalam di hutan ia merasa bimbang dan menyesal telah berbuat dosa. Ia ingin membebaskan Rubiah dengan menjadikannya sebagai istri tapi ia masih tetap mencintai Zaitun. Suatu hari Buyung, Wak Katok, dan Sutan berburu dan berhasil menembak seekor rusa. Hal ini ternyata berakibat buruk bagi mereka. Ketika menguliti kijang tersebut datang seekor harimau tua dan lapar yang sebenarnya telah mengintai rusa itu lebih dahulu. Harimau ini penasaran karena mangsanya jatuh ke tangan Buyung dan kawan-kawannya. Hanya karena ketuaan harimau saja menyebabkan ia terlambat menyergap rusa itu. Kalau masih muda tentu sekali terkam kijang itu sudah dapat dimangsanya. Suatu hari harimau itu menerkam Pak Balam yang sedang lengah dan diseretnya ke hutan. Karena teriakan Pak Balam, teman-temannya datang menolong dan Pak Balam dapat diselamatkan meskipun ia luka berat. Dalam keadaan lemah Pak Balam menceritakan mimpi buruknya yang memaknakan perbuatan dosa yang telah dilakukannya selama ia hidup. Ia juga menceritakan perbuatan- perbuatan dosa yang telah dilakukan Wak Katok. Ketika mereka meneruskan perjalanan pulang dengan mengusung Pak Balam, harimau menerkam Talib. Atas usaha

teman-teman, Talib yang telah luka berat dapat direbut dari cengkraman harimau. Sebelum ia meninggal masih sempat mengaku bahwa bersama Sanip ia pernah mencuri kerbau. Karena serangan-serangan harimau ini Pak Balam minta agar teman-temannya mengakui perbuatan dosa yang pernah dilakukan agar harimau utusan Tuhan ini tidak mengganggu mereka lagi. Hal ini membuat Sutan jengkel dan merencanakan untuk membunuh Pak Balam. Anggota badan Wak Katok diikat dan tidak dilepas-lepas lagi. Wak Katok dijadikan umpan dan diikatkan pada sebatang pohon. Pada saat harimau hendak memangsa Wak Katok, Buyung melepaskan bidikan tepat mengenai sasaran dan harimau pun mati. Kini mengertilah Buyung maksud kata-kata Pak Haji bahwa untuk keselamatan kita hendaklah dibunuh dahulu harimau yang ada di dalam diri kita. Untuk membina kemanusiaan perlu kecintaan sesama manusia. Seorang diri tidak dapat hidup sebagai manusia. Buyung menyadari bahwa ia harus mencintai sesama manusia dan ia akan sungguh-sungguh mencintai Zaitun. Buyung merasa lega bahwa ia terbebas dari hal-hal yang bersifat takhyul, mantera-mantera, jimat yang penuh kepalsuan dari Wak Katok. B. ANALISIS UNSUR EKSTRINSIK PADA NOVEL HARIMAU! HARIMAU! 1. NILAI SOSIAL Nilai sosial yang terdapat dalam kutipan novel tersebut adalah memberi pertolongan kepada orang yang sedang sakit. Karena dalam kutipan diungkapkan, Wak Katok dan temantemannya memberi pertolongan kepada Pak Balam yang terluka (membersihkan, mengobati, dan membalutnya), meminumkan obat yang mereka buat sendiri. Dapat dilihat ari kutipan berikut ini: Dari sebuah kantung di dalam keranjang besarnya, Wak Katok mengeluarkan daun ramu-ramuan. Mereka membersihkan luka-luka Pak Balam dengan air panas dan Wak Katok menutup luka besar di betis dengan ramuan daun-daun yang kemudian mereka membungkus dengan sobekan kain sarung Pak Balam. Wak Katok merebus ramuan obat-obatan sambil membaca mantera-mantera, dan setelah air mendidih, air obat dituangkan ke dalam mangkok dari batok kelapa. Setelah air agak dingin, Wak Katok meminumkannya kepada Pak Balam sedikit demi sedikit. (hal 92-93) Kemudian yang kedua mengenai Wak Katok yang tidak sombong menunjukan semua keahlihan yang dimilikinya tetapi digunakan untuk membant orang-orang. Berikut kutipannya: Wak Katok dikenal sebagai pemimpin yang hebat karena memiliki ilmu yang banyak, namun sebenarnya ia menutupi kekurangannya dengan kehormatan yang disandangnya dan menipu banyak orang. Sama seperti kebanyakan pemimpin saat ini yang lebih menomorsatukan kemansyuran dan memberi janji palsu pada rakyat. Pak Haji ialah tokoh yang memiliki pengetahuan yang banyak, dan mengetahui kejahatan dan kelemahan Wak Katok, namun ia enggan ikut campur dalam urusan orang lain. Sama seperti bangsa Indonesia sekarang yang sebenarnya mampu memajukan Indonesia, namun mereka lebih memilih diam dan pasif karena hilang kepercayaannya pada pemerintah. Sedangkan Buyung sebagai kaum muda yang sesekali hanya

2.

1.

2.

3.

4.

5.

mengikuti arus pemerintah namun terkadang juga berani bangkit menuntut perubahan dan reformasi seperti yang dilakukan para pemuda pada tahun 1998. NILAI MORAL Esensi yang disampaikan pengarang melalui novel Harimau ! Harimau ! ini ialah dalam keadaan tertekan karena katakutan manusia bisa saja melakukan apa saja demi keselamatan diri masing-masing. Dalam kondisi seperti ini manusia sudah dikuasai oleh nafsu-nafsu jahat, seperti nafsu ingin menang sendiri, nafsu ingin memenuhi kepentingan sendiri dengan segala cara, nafsu untuk membunuh, dan nafsu untuk berbuat lalim. Dalam novel ini judul ditulis dengan menggunaka tanda seru di antara dua kata Harimau ! Harimau !. Ini dimaksudkan bahwa harimau yang digambarkan dalam novel tersebut bukan harimau yang biasa kita tahu melainkan harimau yang meamgn disampaikan untuk menjadi istilah dari sifat seorang yang sama dengan sifat harimau.Pesan moral yang bisa diambil dalam novel ini adalah perkataan Pak Haji ketika hendak menghembus napas terakhirnya kepada Buyung dan Sanip : Kemanusiaan hanya dapat dibina dengan mencinta, dan bukan dengan membenci. Orang yang membenci tidak saja hendak merusak manusia dirinya sendiri. Ingatlah hidup orang lain adalah hidup kalian juga... sebelum kalian membunuh harimau yang buas itu, bunuhlah lebih dahulu harimau dalam hatimu sendiri... mengertikah kalian... percayalah pada Tuhan. Tuhan ada... manusia perlu bertuhan. (Hal : 202) Bentuk-Bentuk moral baik dan buruk dalam novel Harimau ! Harimau ! sebagai berikut : Kesabaran merupakan sebuah keutamaan yang menghiasi diri seorang mukmin, di mana orang itu mampu mengatasi berbagai kesusahan dan tetap berada dalam ketaatan kepada Allah meskipun kesusahan dan cobaan itu begitu dahsyat. Contoh kesabaran pada tokoh Pak Haji dalam novel ini, ia yang meredakan segala keadaan ketika pertikaian terjadi antara Wak Katok dan Buyung karena berebut kekuasaan. Ibadah merupakan perkara tauqifiyah yang tidak ada satu bentuk ibadah yang disyariatkan kecuali berdasarkan Al-Qur-an dan As-Sunnah. Contoh peribatan dalam novel ini ialah semua tokoh sama-sama melaksanakan salat lima waktu di pondok tempat mereka bermalam. Penolong merupakan seseorang yang rela untuk membantu meringankan beban atau penderitaan orang yang kesusahan. Penolong dalam tokoh ini diperankan oleh Buyung, dimana dia menolong Pak Haji ketika kepalanya hendak dipatuk ular berbisa di dalam hutan gelap. Rajin bekerja merupakan sikap atau perbuatan seseorang dalam melaksanakan suatu pekerjaan untuk mencapai sebuah kesuksesan. Rajin bekerja dalam novel ini digambarkan oleh semua tokoh, karena sama-sama bekerja untuk masa depan masing-masing. Pengendalian diri merupakan sikap dalam mengendalikan perasaan-perasaan atau pikiran yang bersifat negatif. Contoh pengendalian diri diperankan oleh Pak Haji dalam berbagai suasana dalam novel ini.

6. Penyesalan adalah suatu perasaan di mana seseorang merasa bersalah/melakukan kesalahan akan sesuatu dan ingin kembali ke masa saat melakukan kesalahan tersebut untuk memperbaikinya. Hampir semua tokoh memerankan penyesalan ketika bahaya mengancam. 7. Konflik merupakan suatu pertentangan atau percekcokan akibat kurangnya kepercayaan seseorang kepada orang lain. Konflik yang digambarkan oleh Wak Katok, Buyung, dan Sanip ini sangat jelas dalam novel ini yang juga menjadi salah satu adengan yang menarik. 8. Bohong yaitu mengatakan sesuatu yang tidak benar kepada orang lain, dan orang yang tidak berkata jujur kepada orang lain, maka orang itu dikatakan orang yang munafik. Contoh bohong dalam kehidupan yang ada pada novel Harimau ! Harimau ! ada pada semua tokoh. Misalnya Wak Katok yang menjadi dukun palsu, menggunakan jimat palsu.

3. NILAI AGAMA Nilai agama yang terungkap pada noverl ini yaitu adalah menasehati orang-orang yang telah berbuat kejahatan melakukan tobat dan minta ampun atas dosa-dosa meminta ampun kepada Tuhan dengan cara bersujud selalu, mengakui kesalahan dan dosa-dosa yang dilakukan berbicara dengan membuka mata dan memandang awan. Terdapat dalam kutipan sebagai berikut: Kemudian Pak Balam membuka matanya dan memandang mencari muka Wak Katok. Ktika pandangan mereka bertaut, Pak Balam berkata kepada Wak katok, "Akulah dosa-dosamu, Wak katok, dan sujudla kehadirat Tuan. Mintalah ampun keada Tuhan yang maha penyayang dan maha pengampun, akuilah dosa-dosamu, juga supaya kalian dapat selamat keluar dari rimba ini, terjatuh dari bahaya yang dibawa harimau......biarlah aku yang menjad korban......"(hal 206) Kemudian ada lagi pada saat Pak Balam menghebuskan nafas terakhirnya dikarenakan Wak Katok meminumkan obat-obatan kepada Pak Balam terdapat nilai agama, dimana Wak Katok memberikan racun kepada Pak Balam. Seperti pada kutipan: La ilaha illallah La ilaha illalah, dieling oleh erang kesakitannya. Kemudian ketika dia lebih tenang, dia memandangi kawan-kawannya kembali, lalu berkata: sudah sampai aja;ku kini. Rupanya aku mesti menebus dosaku. (hal 93) 4. NILAI BUDAYA Permasalahan tentang perkawinan yang merupakan penggambaran obsesi Mochtar Lubis dalam novel Harimau! Harimau! yaitu tidak adanya kebahagiaan dalam perkawinan. Perkawinan diartikan sebagai sesuatu yang tidak perlu dikaitkan dengan dasar-dasar, nilainilai, dan norma-norma tertentu. Ia boleh saja dibentuk atau ditiadakan sekiranya kedua pasangan berkeinginan untuk itu. Jadi kehadiran lembaga perkawinan tidak ada artinya, tidak perlu adanya. Calon suami dan calon istri boleh saja membentuk suatu ikatan perkawinan jika mereka berdua berkeinginan untuk itu. Begitu pula terhadap pasangan suami istri, mereka boleh memutuskan ikatan perkawinannya jika mereka tidak bersesuaian lagi tanpa melalui suatu tatanan nilai-nilai atau norma-norma tertentu. Latar belakang atau penyebab tidak

adanya kebahagiaan dalam perkawinan karena suami sudah tua dan lemah, suami sibuk dan lama berada di luar rumah dan keterbatasan perekonomian suami dalam mencukupi kebutuhan rumah tangga. Akibat dari tidak adanya kebahagiaan dalam perkawinan dapat menimbulkan berbagai macam fenomena sosial. Baik yang berasal dari dalam diri, rumah tangga, maupun masyarakat. Dari dalam diri, seperti terjadinya berbagai macam gejala kejiwaan; berupa rasa benci, dendam, stress, dan sebagainya.Dari dalam rumah tangga, berupa pertengkaran, penyelewengan, dan sebagainya. Dari dalam masyarakat, lebih banyak lagi, di samping terbawa yang datang dari dalam diri dan rumah tangga, ditambah dengan sikap mengasingkan diri, meracuni diri, pemberontakan, dan sebagainya. Dari sekian banyaknya permasalahan tentang tidak adanya kebahagiaan dalam perkawinan, yang merupakan bagian akibat permasalahan dari obsesi Mochtar Lubis dalam novel Harimau! Harimau! yaitu timbulnya kebencian dan penyelewengan istri terhadap suami. Untuk memperjelas dan membuktikan tentang permasalahan perkawinan yang merupakan obsesi Mochtar Lubis dalam novel Harimau! Harimau! yaitu tidak adanya kebahagiaan dalam perkawinan. Perkawinan yang tidak menjanjikan kebahagiaan, malah kadang-kadang sebaliknya. Besar dan kecilnya kebahagiaan dalam suatu perkawinan tergantung dari dasar, tujuan, dan proses pelaksanaan. Jika diwudkan dengan latar belakang yang tegas, tujuan yang jelas, serta dengan proses yang mendalam maka semakin besarlah nilai dan arti kebahagiaan. Tetapi, jika sebaliknya maka semakin kecillah nilai dan arti kebahagiaan. Penyebab terjadinya permasalahan tentang tidak adanya kebahagiaan dalam perkawinan dalam novel Harimau! Harimau! yaitu tidak jelasnya dasar dan tujuan perkawinan yang sesungguhnya. Perkawinan bukanlah merupakan manifestasi dari kerelaan dan rasa saling membutuhkan tetapi dilatarbelakangi oleh keterpaksaan. Jika suatu perkawinan seperti demikian, sesudahnya banyaklah hal-hal yang dapat meruntuhkan kebahagiaan, yang pada mulanya tidaklah dapat dianggap sebagai penyebabnya. Yang termasuk pada kategori ini seperti usia. Faktor inilah yang menjadi penyebab kedua terjadinya permasalahan perkawinan dalam novel Harimau! Harimau! Suami sudah tua sehingga istri bosan dan benci pada tingkah dan perangainya. Sehingga puncak dari keadaan itu, akhirnya timbullah penyelewengan yang dilakukan oleh istri. Adapun tokoh cerita yang mendukung permasalahan ini, yaitu Siti Rubyah d Vengan Wak Hitam. Kedua tokoh ini tidak berbahagia dalam perkawinannya, terutama bagi Rubyah. Akibat dari perkawinan yang tidak membawa kebahagiaan, akhirnya menimbulkan sifat ketidaksetiaan pada diri Siti Rubyah. Dia tidak lagi menjadikan suaminya sebagai tempat untuk mencurahkan segala kasih sayangnya. Karena Rubyah tidak mendapatkan layanan sebagai seorang istri dari Wak Hitam, suaminya maka timbullah di dalam dirinya usaha untuk mendapatkan hal itu dari Buyung dan Wak Katok yang singgah di ladangnya. Begitulah akhir dari permasalahan tentang perkawinan yang dialami oleh Wak Hitam dan Siti Rubyah. Dalam kutipan : Bagaimana jika nanati ternyata Wak Hitam tidak Rubiyah begitu saja dan apakah dia hendak kawin dengan dengan Siti Nurbiyah? Bagaiman dengan Zaitub? Dan bagaimana dengan janjinyabdengan Siti Rubiyah hendak melepaskan dari cengkraman Wak Hitam.(hal 74)

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN Berdasarkan analisis di atas mengenai aspek moral dalam nevel Harimau ! Harimau !mengandung sebuah moral yang dapat kita jadikan pelajaran. Moral yang disampaikan tidak hanya bersifat positif saja, melainkan bersifat negatif juga. Nilai baik dalam moral tersebut antara lain jujur terhadap diri sendiri, mengakui dosa yang telah di perbuat selama hidup. Nilai moral dalam novel ini sangatlah erat dengan kahidupan kita saat ini walaupun novel ini telah ditulis puluhan tahun yang lalu. Kesabaran, penolong, dan rajin bekerja merupakan aspek moral yang baik dalam novel ini. Adapun pesan moral yang bisa dipetik dari novel Harimau ! Harimau ! ini ialah: manusia tidak bisa hidup sendiri tanpa ada manusia lain di sekitarnya. Membuang rasa sombong di mana pun, kapan pun akan menjadi sikap teladan bagi kita. Jangan pernah enggan untuk menolong orang lain meski pun kita pernah tersakiti oleh orang lain itu. Dan bunuhlah harimau yang ada dalam diri kita sebelum membunuh harimau yang sebenarnya. Dalam novel ini juga diceritakan dengan lengkap dan terperinci bagaimana watak dan kepribadian masing-masing tokoh. Yang mana di setiap tokoh memiliki kebaikan dan keburukan. Dalam novel ini diceritakan bahwa mereka bertujuh harus mengakui semua kesalahan-kesalahan yang pernah diperbuat. Mengapa? Karena mereka menganggap harimau yang mengejar-ngejar mereka adalah seekor harimau siluman yang diutus Tuhan untuk membinasakan orang-orang yang berdosa. Namun, tak satupun dari mereka yang berani untuk menceritakan hal-hal buruk yang pernah mereka lakukan terhadap satu dan yang lainnya. Salah satu dari mereka menganggap, sebelum membunuh harimau yang memburu-buru mereka, yang tak kalah pentingnya adalah untuk membunuh terlebih dahulu harimau yang berada dalam diri sendiri. Lalu, apa yang terjadi berikutnya? Apakah mereka akan mengaku akan perbuatan dosa yang telah diperbuat agar terelak dari bahaya yang mengancam? Namun, apakah benar, harimau itu adalah seekor harimau siluman? Novel ini telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, bahasa Belanda, bahasa Jerman, dan sebuah terjemahan dalam bahasa Jepang pun sedang dilakukan. Adapun bahasa yang digunakan dalam novel ini memiliki nilai sastra yang tinggi, sehingga novel ini mendapat Hadiah Yayasan Buku Utama sebagai buku penulisan sastra terbaik di tahun 1975. Namun, karena penggunaan bahasanya yang tinggi itu sehingga sulit bagi para pembaca awam untuk memahaminya. Kemudian, terdapat beberapa kesalahan penulisan dari novel ini seperti, kata tupaipun pada halaman 27 baris 17, yang mana seharusnya ditulis terpisah. Selain itu, menurut saya, banyak terdapat kalimat-kalimat yang tidak sepantasnya ditulisnya atau diceritakan dalam novel ini apabila dibaca oleh siswa, contohnya pada halaman 47 paragraf 4 si penulis terlalu mendeskripsikan hal-hal tabu pada salah satu tokoh. Disamping itu semua, secara keseluruhan, isi dari novel ini layak untuk dibaca di setiap kalangan. B. DAFTAR PUSTAKA Lubis, Mochtar. 2002. Harimau! Harimau!. Edisi kedua, cetakan kedua, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia

Anda mungkin juga menyukai