Anda di halaman 1dari 7

Tugas Bahasa Indonesia

(Novel Sejarah)

Tufhatul Jannah
XII MIPA 7

SMAN 02 MANDAU
Tahun Ajaran 2022/2023
Novel sejarah Jaka Tarub
Pada zaman dahulu kala, di sebuah desa tinggallah seorang Janda bernama
Mbok Randa. Ia tinggal seorang diri karena suaminya sudah lama meninggal
dunia. Suatu hari, ia mengangkat seorang anak Laki-laki menjadi anaknya.
Anak angkatnya diberi nama Jaka Tarub. Jaka Tarub pun tumbuh beranjak
dewasa.
Jaka Tarub menjadi pemuda yang sangat tampan, gagah, dan baik hati. Ia juga
memiliki kesaktian. Setiap hari, ia selalu membantu ibunya di sawah. Karena
memiliki wajah yang sangat tampan banyak gadis-gadis cantik yang ingin
menjadi istrinya. Namun, ia belum ingin menikah.
Setiap hari ibunya menyuruh Jaka Tarub untuk segera menikah. Namun, lagi-
lagi ia menolak permintaan ibunya. Suatu hari Mbok Randa jatuh sakit dan
menghembuskan nafas terakhirnya. Jaka Tarub sangat sedih.
Sejak kematian Mbok Randha, Jaka Tarub sering melamun. Kini sawah
ladangnya terbengkalai.
Suatu malam, Jaka Tarub bermimpi memakan Daging Rusa. Pada saat ia
terbangun dari tidurnya, ia pun langsung pergi ke hutan. Dari pagi sampai siang
hari ia berjalan. Namun, ia sama sekali tidak menjumpai Rusa. Jangankan Rusa,
Kancil pun tidak ada.
Suatu ketika, ia melewati telaga itu dan secara tidak sengaja ia melihat para
bidadari sedang mandi disana. Di telaga tampak tujuh perempuan cantik tengah
bermain-main air, bercanda, bersuka ria. Jaka Tarub sangat terkejut melihat ke-
cantikan mereka.
Karena jaka Tarub merasa terpikat oleh tujuh bidadari itu, akhirnya ia
mengambil salah satu selendangnya. Setelahnya para bidadari beres mandi,
merekapun berdandan dan siap-siap untuk kembali ke kahyangan.
Mereka kembali mengenakan selendangnya masing-masing. Namun salah
satu bidadari itu tidak menemukan selendangnya. Keenam kakaknya turut
membantu mencari, namun hingga senja tak ditemukan juga. Karena hari sudah
mulai senja, Nawangwulan di tinggalkan seorang diri. Kakak-kakanya kembali
ke Khayangan. Ia merasa sangat sedih.

Tidak lama kemudian Jaka Tarub datang menghampiri dan berpura-pura


menolong sang Bidadari itu. Di ajaknya bidadari yang ternyata bernama
Nawang Wulan itu pulang ke rumahnya. Kehadiran Nawang Wulan membuat
Jaka Tarub kembali bersemangat.
Singkat cerita, merekapun akhirnya menikah. Keduanya hidup dengan
Bahagia. mereka pun memiliki seorang putri cantik bernama Nawangsih.
Sebelum mereka menikah, Nawang wulan mengingatkan kepada Jaka Tarub
untuk tidak menanyakan kebiasan yang akan dilakukannya nanti setelahnya ia
menjadi istri.

Rahasianya Nawang Wulan yaitu, Ia memasak nasi selalu menggunakan satu


butir beras, dengan sebutir beras itu ia dapat menghasilkan nasi yang banyak.
Setelah mereka menikah Jaka Tarub sangat penasaran. Namun, dia tidak
bertanya langsung kepada Nawang wulan melainkan ia langsung membuka dan
melihat panci yang suka dijadikan istrinya itu memasak nasi. Ia melihat
Setangkai padi masih tergolek di dalamnya, ia pun segera menutupnya kembali.
Akibat rasa penasaran Jaka Tarub. Nawang Wulan kehilangan kekuatannya.
Sejak saat itu, Nawang Wulan harus menumbuk dan menampi beras untuk
dimasak, seperti wanita umumnya.
Karena tumpukan padinya terus berkurang, suatu waktu, Nawangwulan tanpa
sengaja menemukan selendang bidadarinya terselip di antara tumpukan padi.
ternyata selendang tersebut ada di lumbung gabah yang di sembunyikan oleh
suaminya.
Nawang wulan pun merasa sangat marah ketika suaminyalah yang mencuri
selendangnya. Akhirnya, ia memutuskan untuk pergi ke kahyangan. Jaka Tarub
pun meminta maaf dan memohon kepada istrinya agar tidak pergi lagi ke
kahyanngan, Namun Nawangwulan sudah bulat tekadnya, hingga akhirnya ia
pergi ke kahyangan. Namun ia tetap sesekali turun ke bumi untuk menyusui
bayinya. Namun, dengan satu syarat, jaka tarub tidak boleh bersama Nawangsih
ketika Nawang wulan menemuinya. Biarkan ia seorang diri di dekat telaga.

Jaka Tarub menahan kesedihannya dengan sangat. Ia ingin terlihat tegar.


Setelah Jaka Tarub menyatakan kesanggupannya untuk tidak bertemu lagi
dengan Nawangwulan, sang bidadaripun terbang meninggalkan dirinya dan
Nawangsih. Jaka Tarub hanya sanggup menatap kepergian Nawangwulan
sambil mendekap Nawangsih. Sungguh kesalahannya tidak termaafkan. Tiada
hal lain yang dapat dilakukannya saat ini selain merawat Nawangsih dengan
baik
1. Unsur intrinsik:
 Tema
Kecerobohan membawa malapetaka.

Bukti: seorang pemuda Bernama jaka tarub di tinggal istrinya


karena kecerobohannya sendiri. Ia harus kehilangan istrinya yang
pergi kekayangan dan meninggalkan ia Bersama dengan anaknya.

 Sudut pandang
Sudut pandang orang ketiga karena di ceritakan tersebut
menggunakan kata dia,dirinya,mereka,ia.

Bukti:
1. Suatu Ketika ia melewati telaga itu dan secara tidak sengaja ia
melihat para bidadari sedang mandi di sana.
2. Mereka Kembali mengenakan selendangnya masing-masing.
3. Sang bidadari pun terbang meninggalkan dirinya dan
Nawangsih.

 Latar
1. Tempat
a. Desa
Bukti: disebuah desa tinggallah seorang janda Bernama
mbok randa.

b. Telaga
Bukti: suatu Ketika ia melewati telaga itu secara tidak
sengaja ia melihat bidadari sedang mandi di sana.

c. Lumbung gabah
Bukti: ternyata selendang tersebut ada di lumbung gabah
yang di sembunyikan suaminya.

d. Hutan
Bukti: di hutan Ketika jaka tarub berburu kemudian
menemukan bidadari yang sedang mandi.
2. Waktu
a. Senja
Bukti: karena hari sudah mulai senja, nawangsiwulan
ditinggalkan seorang diri.

b. Malam
Bukti: suatu malam jaka tarub bermimpi daging rusa.

3. Suasana
a. Bahagia
Bukti: mereka pun akhirnya menikah, keduanya hidup
dengan Bahagia.

b. Marah
Bukti: mawang wulan pun merasa sangat marah Ketika
suaminyalah yang mencuri selendangnya.

c. Sedih
Bukti: jaka tarub menahan kesedihannya dengan sangat.

 Alur
Maju
Bukti: karena cerita tersebut dimulai dari jaka tarub mencuri
selendang dewi nawang wulan, lalu mereka menikah, kemudian
menjalani rumah tangga, sampai akhirnya dewi Kembali ke
kayangan.

 Gaya Bahasa
Baku
Bukti: “pada zaman dahulu kala,disebuah desa tinggallah seorang
janda Bernama mbok ratna”

 Tokoh
a. Jaka tarub
Bukti: jaka tarub menjadi pemuda yang sangat tampan.

b. Dewi nawang wulan


Bukti: bidadari itu Bernama nawang wulan.
c. Nawangsih
Bukti: mereka pun memiliki seorang putri yang Bernama
nawangsih.

d. Bidadari
Bukti: karena jaka merasa terpikat oleh tujuh bidadari itu.

 Penokohan
a. Jaka tarub: pembohong,tidak menjaga
Amanah,penolong,setia(secara tidak langsung/dramatic dengan
dialog antar tokoh).
Bukti: 1. Tidak lama kemudian jaka tarub dating menghampiri
dan berpura-pura menolong sang bidadari itu.
2 . setelah mereka menikah jaka tarub sangat penasaran.
Namun,dia tidak bertanya langsung kepada nawang wulan
melainkan membuka dan melihat panci.

b. Dewi nawang wulan: penyayang,pekerja keras,pemaaf(secara


tidak langsung dialog antar tubuh).
Bukti: namun ia tetap sesekali turun ke bumi untuk menyusui
bayinya.

c. Bidadari: egois
Bukti: nawangwulan ditinggalkan seorang diri oleh bidadari.

d. Nawangsih: setia

 Pengarang
Pengarang berasal dari daerah jawa tengah.

 Majas
Majas Parabel yaitu majas yang terdapat nilai atau falsafat yang
mendalam tentang kehidupan yang tertuang pada cerita.

Bukti: “Akhirnya dia tahu bahwa selama ini yang


menyembunyikan selendangnya adalah suaminya sendiri. Nawang
Wulan marah dan sangat kecewa kepada Jaka Tarub. Dia merasa
dibohongi dan dihianati oleh suaminya sendiri”.
 Amanat
Amanat tersirat
Isi amanat: segala sesuatu yang disembunyikan pasti akan
terbongkar. Untuk itu kita sebagai manusia harus mempunyai sifat
jujur dan selalu menjaga Amanah dan kita sebagai manusia harus
saling memaafkan.

2. Unsur enstrinsik:
 Nilai sosial
a. Jaka tarub menolong wulan.
Bukti: tidak lama kemudian jaka tarub datang menghampiri dan
berpura-pura menolong sang bidadari itu.

b. Mbok randa tarub mengasuh.


Bukti: mbok randa mengasuh jaka tarub yang bukan anak
kandungnya.

 Nilai moral
Jaka tarub melanggar Amanah.
Bukti: jaka tarub sangat penasaran ia langsung melihat panci
yang suka di jadikan istrinya memasak nasi.

 Nilai ekonomi
Persediaan beras lumbung mereka tinggal sedikit.
Bukti: karena tumpukan padinya mulai berkurang.

 Nilai budaya
Nawang wulan menumbuk padi.
Bukti: sejak saat itu nawang wulan harus menumbuk padi dan
menmpi beras untuk dimasak.

Anda mungkin juga menyukai