Anda di halaman 1dari 3

CERITA RAKYAT SIKU SUKU JAWA

Jaka Tarub

Pada jaman dahulu kala hiduplah seorang pemuda yang bernama Jaka Tarub. Jaka Tarub tinggal
sendirian di sebuah rumah di pinggir hutan. Sehari-hari, ia menghabiskan waktunya dengan
memancing.Hasil pancingannya itu dijual untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan ibunya. Jaka Tarub
pun langsung menuju ke hutan. Benar raja, hutan sangat sepi. Hanya ada binarang di sana.Tanpa
membuang waktu, Jaka Tarub langsung melempar kailnya. Tiba-tiba, Jaka Tarub dikejutkan dengan tujuh
warna yang melengkung di langit. Warna-warna itu mendarat di ujung sungai tempatnya memancing.
Karena penasaran, Jaka Tarub mengejar tujuh warna itu. betapa terkejutnya Jaka Tarub. Di ujung tujuh
warna itu, ada tujuh wanita cantik yang sedang bermain air di sungai. Aroma mereka sangat wangi.
Mereka adalah tujuh bidadari dari kayangan. Jaka Tarub pun memperhatikan ketujuh bidadari itu dari
semak-semak, agar mereka tak melihatnya. Jaka Tarub mempunyai ide. Dengan perlahan, Jaka Tarub
mendekat ke sungai. Ia mengambil salah satu selendang milik bidadari. Kemudian, ia menyimpan
selendang itu di batik bajunya.

Hari semakin sore. Tampaknya Para bidadari sudah lelah bermain air. Mereka pun bersiap untuk kembali
terbang ke kayangan. Namun,salah satu bidadari tampak kebingungan. Ia mencari sesuatu. Akhirnya,
keenam bidadari meninggalkan bidadari yang selendangnya hilang seorang diri. Bidadari itu sekarang
sendirian. Ia terlihat sangat sedih. Jaka Tarub pun mendekati bidadari itu. Tidak lama kemudian Jaka
Tarub datang menghampiri dan berpura-pura menolong sang Bidadari itu. Di ajaknya bidadari yang
ternyata bernama Nawang Wulan itu pulang ke rumahnya. Kehadiran Nawang Wulan membuat Jaka
Tarub kembali bersemangat.

Singkat cerita, merekapun akhirnya menikah. Keduanya hidup dengan Bahagia. mereka pun memiliki
seorang putri cantik bernama Nawangsih. Sebelum mereka menikah, Nawang wulan mengingatkan
kepada Jaka Tarub untuk tidak menanyakan kebiasan yang akan dilakukannya nanti setelahnya ia
menjadi istri. Rahasianya Nawang Wulan yaitu, Ia memasak nasi selalu menggunakan satu butir beras,
dengan sebutir beras itu ia dapat menghasilkan nasi yang banyak. Setelah mereka menikah Jaka Tarub
sangat penasaran. Namun, dia tidak bertanya langsung kepada Nawang wulan melainkan ia langsung
membuka dan melihat panci yang suka dijadikan istrinya itu memasak nasi. Ia melihat Setangkai padi
masih tergolek di dalamnya, ia pun segera menutupnya kembali. Akibat rasa penasaran Jaka Tarub.
Nawang Wulan kehilangan kekuatannya. Sejak saat itu, Nawang Wulan harus menumbuk dan menampi
beras untuk dimasak, seperti wanita umumnya. Karena tumpukan padinya terus berkurang, suatu
waktu, Nawangwulan tanpa sengaja menemukan selendang bidadarinya terselip di antara tumpukan
padi. ternyata selendang tersebut ada di lumbung gabah yang di sembunyikan oleh suaminya. Nawang
wulan pun merasa sangat marah ketika suaminyalah yang mencuri selendangnya. Akhirnya, ia
memutuskan untuk pergi ke kahyangan. Jaka Tarub pun meminta maaf dan memohon kepada istrinya
agar tidak pergi lagi ke kahyanngan, Namun Nawangwulan sudah bulat tekadnya, hingga akhirnya ia
pergi ke kahyangan. Namun ia tetap sesekali turun ke bumi untuk menyusui bayinya. Namun, dengan
satu syarat, jaka tarub tidak boleh bersama Nawangsih ketika Nawang wulan menemuinya. Biarkan ia
seorang diri di dekat telaga.
Jaka Tarub menahan kesedihannya dengan sangat. Ia ingin terlihat tegar. Setelah Jaka Tarub
menyatakan kesanggupannya untuk tidak bertemu lagi dengan Nawangwulan, sang bidadaripun terbang
meninggalkan dirinya dan Nawangsih. Jaka Tarub hanya sanggup menatap kepergian Nawangwulan
sambil mendekap Nawangsih. Sungguh kesalahannya tidak termaafkan.

Timun Mas

Cerita Timun Mas mungkin telah menjadi salah satu cerita rakyat yang begitu familiar di tengah
masyarakat Indonesia, khususnya daerah Jawa. Kisah ini sangat populer yang kerap diceritakan di buku-
buku dongeng dan film-nya sempat ditayangkan di televisi. Dongeng Timun Mas diawali dengan
keinginan Mbok Rondo ( seorang janda) yang mengidam-idamkan seorang anak. Keinginannya tersebut
mustahil didapatkan mengingat usianya yang beranjak tua dan tidak mungkin menikah lagi.

Lantas, Mbok Rondo pun mengikat perjanjian dengan Raksasa Hijau yang dipercaya dapat mengabulkan
keinginannya. Raksasa tersebut memberikan sebuah timun berwarna kekuningan yang nantinya akan
lahir dari dalamnya seorang bayi. Raksasa berpesan, apabila bayi yang muncul adalah bayi perempuan,
maka Mbok Rondo harus bersedia menyerahkannya untuk menjadi santapan Raksasa. Mbok Rondo pun
menerimanya dan menyetujui persyaratan yang diminta. Setelah dirawat selama tujuh hari di bawah
lampu sentir, lahirlah dari dalam timun tersebut seorang bayi perempuan yang cantik dan
menenangkan. Bayi tersebut diambil dari timun yang telah berwarna kuning keemasan tersebut. Maka,
Mbok Rondo menamainya Timun Mas.Timun Mas tumbuh dan berkembang menjadi anak yang cantik,
pintar, dan baik hati. Mbok Rondo amat menyayanginya, begitu pun Timun Mas yang juga sangat
menyayanginya. Namun amat disayangkan, Mbok Rondo masih terikat janji dengan Raksasa Hijau untuk
menyerahkan anak perempuannya untuk menjadi santapannya. Maka, kisah Timun Mas dilanjutkan
dengan petualangan Mbok Rondo dan Timun Mas bagaimana menyelamatkannya dari kejaran Raksasa
Hijau yang mau menyantapnya.

Cerita Sejarah Asal Mula Reog Ponorogo (Indonesia)

Dahulu kala, ada sebuah kerajaan bernama Kerajaan Kediri. Raja Kediri memiliki seorang putri bernama
Putri Sanggalangit, putri yang sangat cantik dan baik hati. Putri Sanggalangit tumbuh menjadi dewasa
dan banyak pangeran yang melamarnya. Raja kediri sangat khawatir karena Putri Sanggalangit selalu
menolak lamaran dari para pangeran. Raja Kediri lantas menemui Putri Sanggalangit. Ia meminta agar
Putri Sanggalangit menerima pinangan dari salah satu pangeran tersebut.

Putri Sanggalangit tak bisa menolak permintaan ayahnya. Namun, ia mengajukan sebuah syarat bagi
para pangeran yang menginginkannya. Raja kediri kaget mendengar persyaratan itu. Sungguh sulit
syarat yang diajukan oleh putrinya. Tetapi, ia harus tetap mengumumkannya kepada para pangeran.
Setelah Raja Kediri mengumumkan syarat itu, hanya dua pangeran yang sanggup mengikuti sayembara,
yaitu Pangeran Kelana dan Pangeran Singabarong. Mereka pun pulang untuk mempersiapkan syarat
tersebut. Beberapa hari kemudian, Pangeran Kelana sudah menyiapkan semuanya.Tapi, ada satu yang
belum ia miliki, yaitu binatang berkepala dua. Dia hanya memiliki seekor merak yang sangat indah.
Pangeran Kelana berharap Putri Sanggalangit menyukai merak miliknya.

Rombongan Pangeran Kelana pun berangkat ke kerajaan Kediri. Namun, di tengah perjalanan,
rombongan Pangeran Kelana dihadang oleh seekor singa yang ganas. Sebenarnya singa itu adalah
jelmaan Pangeran Singabarong. Ia ingin merebut apa yang disiapkan oleh Pangeran Kelana. Pangeran
Singabarong sungguh licik. Beberapa prajurit menjadi korban keganasan singa itu. Pangeran Kelana lalu
mencari cara untuk menghentikan singa yang ganas itu. Merak miliknya tiba-tiba pergi ke atas pundak
singa itu. Ia mematuk kutu-kutu yang ada pada tubuh singa. Singa tersebut terlena. Pada saat yang
bersamaan, Pangeran Kelana mengambil pecut sakti miliknya, lalu mengarahkannya pada singa dan
merak. Akhirnya tubuh singa dan merak menempel menjadi satu. Mereka tak dapat dipisahkan.
Pangeran Kelana pun berhasil menjinakkan singa itu.

Kini lengkap sudah syarat yang diajukan oleh Putri Sanggalangit. Rombongan Pangeran Kelana pun
melanjutkan perjalanan ke kerajaan Kediri dan melakukan pentas di sana. Putri Sanggalangit sangat
takjub melihat pementasan yang belum pernah ada itu. Putri Sanggalangit juga terpesona dengan
hewan berkepala dua yang dibawa oleh Pangeran Kelana. Hewan berkepala singa dan merak. Sungguh
indah. Akhirnya, Putri Sanggalangit menerima pinangan Pangeran Kelana. Sejak saat itu, pertunjukan
yang ditampilkan oleh Pangeran Kelana dinamakan dengan Reog Ponorogo.

Anda mungkin juga menyukai