A. PENGERIAN NOVEL
Novel adalah karya fiksi prosa yang ditulis secara naratif, biasanya dalam bentukcerita. Cerita
dalam novel bersifat imajiner. Meskipun imajiner, cerita dalam novel tetapmasuk akal dan
mengandung kebenaran yang dapat mendramatisasikan hubunganantarmanusia.
Kebenaran dalam novel adalah keyakinan yang sesuai dengan pandanganpengarang terhadap
masalah hidup dan kehidupan. Kebenaran dalam novel tidak harussejalan dengan kebenaran
yang berlaku di dunia nyata, misalnya kebenaran dari segihukum, moral, agama, atau
logika. Sesuatu yang tidak mungkin terjadi bahkan dapatterjadi di dunia nyata bisa menjadi
benar di dalam cerita novel.
Pernahkah kamu membaca nove? Apa yang kamu dapatkan ketika setelah membaca novel tersebut?
Jika dicermati, novel-novel tersebut menceritakan kehidupan yang ada kaitannya dengan latar sosial
budaya pengarang. Salah satu novel yang kamu akan pelajari adalah trilogi Ronggeng Dukuh Paruk.
Sebaiknya, kamu baca novel Ronggeng Dukuh Paruk secara keseluruhan sehingga kamu memiliki
perasaan bahagia karena dapat menanamatkan novel. Dalam novel ini kamu akan menemukan nilai-
nilai sosial budaya yang dialami oleh pengarang dalam kehidupannya. Nilai-nilai sosial budaya
didasari dari lingkungan pengarang yang lahir dan tinggal daerah tersebut.
Sebelas tahun yang lalu ketika Srintil masih bayi. Duku Paruk yang kecil basah kuyup tersiram hujan
deras. Dalam kegelapan yang pekat, pemukiman terpencil itu lengang. Hanya tangis bayi dan lampu
kecil berkelip menandakan pedukuhan itu berpenghuni. Tak ada suara kecuali sura kodok. Bangs
reptile itu berpesta pora, bertunggangan dan kawin. Besok pagi, hasil pesta akan tampak. Kodok
betina meninggalkan untaian telur yang panjang. Katak hijau menghimpun telurnya dalam kelompok
yang terapung di permukaan air. Katak daun menyimpan telurnya pada gumpalan busa yang melekat
pada ranting semak-semak.
Seandainya ada orang di Dukuh Paruk yang perna bersekolah, dia dapat mengira-ngira saat itu
hamper pukul dua belas tengah malam, tahun 1946. Semua penghuni pendukuhan itu telah tidur
pulas, kecuali Santayib, ayah Srintil.
Dia sedang mengakhiri pekerjaannya mala mini. Bungkil ampas minyak kelapa yang telah ditumbuk
halus dibilas dalam air. Setelah dituntas kemudian dikukus. Turun dari tungku, bahan ini diratakan
dalam sebuah tampah besar dan ditaburi ragi bila sudah dingin. Besok hari pada bungkil ampas
minyak kalapa itu akan tumbuh jamur-jamur halus. Jadilah tempe bongkrek. Sudah sejak lama
Santayib memenuhi kebutuhan orang Dukuh Paruk akan tempe itu.
LATIHAN MANDIRI
Bacalah kutipan novel di bawah ini kemudian temukanlah pandangan pengarang dalam cerita tersebut
menurut pendapat kalian!
“Jimbron adalah seorang yang membuat kami takjub dengan tiga macam keheranan. Pertama, kami
heran karena kalau mengaji, ia selalu diantar seorang pendeta. Sebetulnya beliau adalah seorang
pastor karena beliau seorang Katolik, tapi kami memanggilnya Pendeta Geovany. Rupanya setelah
sebatang kara seperti Arai ia menjadi anak asuh sang pendeta. Namun, pendeta berdarah Itali itu tak
sedikit pun bermaksud mengonversi keyakinan Jimbron. Beliau malah tak pernah telat jika
mengantarkan Jimbron mengaji ke masjid” (SP, 61)
CATATAN: